review nano sains dan teknologi “sintesis zno nanorods dan aplikasinya pada conductive textiles”...

44
REVIEW NANO SAINS DAN TEKNOLOGI “SINTESIS ZnO NANORODS DAN APLIKASINYA PADA CONDUCTIVE TEXTILESOLEH HELSI RIZKA 1420412005 DOSEN PENGASUH DR. YETRIA RILDA PROGRAM KIMIA PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015

Upload: kimia-material

Post on 14-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Merupakan review sintesis ZnO nanorod dan aplikasinya pada "Conductive textiles"

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

REVIEW NANO SAINS DAN TEKNOLOGI

SINTESIS ZnO NANORODS DAN APLIKASINYA PADA CONDUCTIVE TEXTILES

OLEH

HELSI RIZKA

1420412005

DOSEN PENGASUH

DR. YETRIA RILDA

PROGRAM KIMIA

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmatNya sehingga dapat diselesaikan penyusunan review ini, yang berjudul Sintesis ZnO Nanorods dan Apliksinya pada Conductive Textiles. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan dan motivator umatnya dalam menuntut ilmu. Review ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menyelesaikan mata kuliah Nano Sains dan Teknologi pada Program Kimia Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang.

Dalam penyusunan review ini, penyusun tidak terlepas dari bimbingan, ilmu dan arahan Ibu DR. Yetria Rilda selaku dosen pengasuh agar dihasilkan review yang baik, untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih. Juga kepeda Kak ecy dan Ari sebagai teman seperjuangan.

Demikianlah penyusunan review ini, semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan pembaca.

Padang, Juni 2015

Penyusun

Helsi Rizka

1420412005

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................

ii

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1

BAB II. KONSEP TEORI

A. Tekstil konduktif ...............................................................................3

B. ZnO ...................................................................................................4

BAB III. PEMBAHASAN

A. Sintesis ZnO Nanorods dan Pelapisan dengan Rute Hidrotermal.....7

B.Sintesis ZnO Nanorods dan Pelapisan dengan Metode Elektrokimia

Deposisi.............................................................................................. 12

BAB IV. KESIMPULAN .................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN

Penemuan dan aplikasi benang konduktif pada berbagai produk yang menjadi salah satu dasar bagi berkembangnya cabang advanced textiles lainnya terutama pada wilayah smart textiles dan medical textiles. Dan lagi-lagi kita seperti diingatkan betapa jauh dan dalamnya wilayah pengembangan tekstil. Tekstil tidak hanya sekedar untuk keperluan sandang, tetapi ia jauh lebih dari itu semua.

Tekstil pintar yang didefinisikan sebagai tekstil yang dapat berinteraksi dan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, membutuhkan sistem yang meliputi fungsi penginderaan, actuating, sumber tenaga, pengolahan data dan interkoneksi dalam aplikasinya. Dimana keseluruhan sistem ini memerlukan aktifitas listrik. Sehingga berbagai penelitian telah dilakukan dengan mengembangkan miniatur komponen listrik yang digabungkan dengan tekstil atau pakaian.

Namun, kebanyakan komponen elektronik yang dipasang pada bahan tekstil ini tidak memenuhi kriteria, seperti kenyamanan, dapat dicuci, fleksibilitas, keamanan untuk lingkungan, atau bahkan keamanan untuk pemakai jika digunakan dalam pakaian. Sehingga memenuhi kriteria ini merupakan tantangan bagi para peneliti. Dan salah satu metoda yang dilakukan sebagai solusinya adalah pelapisan bahan tekstil dengan material sumber konduktif.

Kemudahan sintesis kawat nano ZnO (NWS) atau nanorods (NRS) dihampir semua substrat mendorong produksi skala besar untuk berbagai macam aplikasi. Terutama, ZnO NWS / NRS di bahan kain telah disintesis dan digunakan sebagai lapisan anti-bakteri, emitter medan yang fleksibel, kain superhydrophobic dan untuk scavenging energi. ZnO nano-struktur diyakini tidak beracun dan aman, yang memungkinkan penggunaan langsung dalam aplikasi sehari-hari. Sedangkan penggunaan bahan nano dalam kegiatan manusia sehari-hari menimbulkan pertanyaan tentang risiko potensial kesehatan, tapi sampai saat ini tidak ada bukti in vivo toksisitas dari nano-partikel ZnO.

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembuatan ZnO nanopartikel antara lain yaitu metode hidrothermal, deposisi uap kimia, sonokimia (ultrasonic irradiation), dan sol gel (Zhang., 2005; Vijayakumar., 2010; Sheng., 2011).

Aplikasi pelapisan ZnO pada serat kain, sehingga dihasilkan conductive textiles telah berhasil dibuat oleh Z.H. Lim, Z.X. Chia, M. Kevin, A.S.W. Wong, dan G.W. Ho (2010) dalam publikasinya; A facile approach towards ZnO nanorods conductive textile for room temperature multifunctional sensors dan juga Yeong Hwan Ko, Myung Sub Kim, Wook Park dan Jae Su Yu (2013) dalam publikasinya; Well-integrated ZnO nanorod arrays on conductive textiles by electrochemical synthesis and their physical properties.

BAB II

KONSEP TEORI

A. Tekstil Konduktif

Conductive atau dalam Bahasa Indonesia disebut penghantar adalah suatu materi atau zat yang dapat menghantarkan arus listrik. Material yang memiliki sifat menghantarkan listrik atau konduktif seperti ini sering disebut juga sebagai konduktor. Jadi yang dimaksud dengan conductive textiles atau tekstil konduktif adalah bahan tekstil yang memiliki sifat dapat menghantarkan arus listrik.

Sampai saat ini setidaknya ada tiga metoda yang biasa digunakan untuk membuat tekstil konduktif, yaitu sbb:

Penambahan karbon atau logam pada benang dalam berbagai bentuknya, baik sebagai kawat, serat atau partikel. Penggunaan polimer yang bersifat konduktif.

Memberikan lapisan (coating) dengan material yang bersifat konduktif.

Sebuah perusahaan yang bermarkas di Jerman, Novonic, misalnya telah membuat benang konduktif dengan menggunakan prinsip metoda pertama, yaitu dengan cara melilitkan kawat (metal wire) pada benang inti yang bersifat elastis (elastic core), lalu bagian luarnya dibungkus dengan bahan serat lainnya (outside textile layer) seperti terlihat pada gambar ini. Benang ini dibuat dengan tujuan untuk dapat mentransfer data, akan tetapi pada saat yang bersamaan ia memiliki sifat fleksibilitas yang baik karena benang intinya bersifat elastis. Sementara itu bagian benang luarnya berfungsi sebagai pelindung terhadap gesekan-gesekan dan tarikan-tarikan yang berlebihan.

Gambar 1. Benang konduktif

Ada juga peneliti lain yang membuat benang konduktif dengan sistem pemintalan spun-core yarn di mana logam dari tembaga dan stainless diperlakukan sebagai bahan inti (core material), sedangkan benang rayon dan TR (poliester/rayon) berfungsi sebagai bahan pembungkus (cover material). Dia juga memvariasikan beberapa parameter; bahan inti, roving, twist dan nomor benang serta pengaruhnya terhadap kekuatan (tenacity) dan bulu (hairiness).

Sementara Vorbach membuat benang konduktif dengan menggunakan campuran serat yang bersifat konduktif. Dia memodifikasi proses pembuatan serat selulosa dan filamen dengan metoda Lyocell bebas-CS2 (CS2-freien Lyocell-Verfahren) sehingga dapat menghasilkan benang yang dapat menghantarkan arus listrik. Serat yang dihasilkan memiliki kehalusan 0,3 tex dengan bagian konduktif terbuat dari partikel karbon arang sebesar 35% pada serat selulosa. Sedangkan dengan kehalusan sekitar 1 tex dapat dihasilkan bagian karbon konduktif sampai 100%.

B. ZnO

Pada umumnya ZnO membentuk struktur kristal heksagonal wurtzite. Struktur ini dapat digambarkan sebagai kombinasi bergantian subkisi hexagonal-close-packed (hcp), dimana tiap subkisi terdiri dari satu jenis atom (misal atom Zn) bergantian dengan atom jenis lain (atom O) sepanjang sumbu c. Tiap satu subkisi meliputi empat atom per unit sel, setiap atom Zn dikelilingi oleh empat atom O dan sebaliknya. Gambar 2 memperlihatkan struktur kristal wurtzite ZnO dimana atom O digambarkan sebagai bola putih besar dan atom Zn digambarkan sebagai bola hitam yang lebih kecil dan garis hitam menggambarkan unit sel. Parameter kisi ZnO untuk struktur wurtzite pada temperatur 300 K adalah a = 3,2495 dan c = 5,2069 .

Gambar 2. Struktur heksagonal wurtzite ZnOSelain struktur kristal wurtzite, ZnO juga dilaporkan dapat memiliki struktur kristal kubik zincblende dan rocksalt. Gambar 3 memperlihatkan struktur rocksalt (kiri) dan zincblende (kanan) ZnO. Struktur kristal zinckblende ZnO stabil hanya jika ditumbuhkan pada struktur kubik dan konstanta kisi ZnO untuk struktur rocksalt adalah a = 4,280 .

Gambar 3. Struktur rocksalt dan zincblende ZnO

ZnO merupakan oksida logam transisi dengan bandgap energi (3.23.5 eV) sehingga dapat melakukan penyerapan maksimum pada panjang gelombang (=385 nm) dengan energi pengeksitasi tinggi 60 meV.

ZnO merupakan salah satu semikonduktor yang sangat penting karena penggunaannya yang luas sebagai katalis dalam reaksi fotokimia, sintesis metanol, produksi gas hidrogen, dan sensor gas. Reaksi fotokimia dengan menggunakan ZnO sebagai katalis banyak berkembang karena ZnO mempunyai beberapa keunggulan seperti stabil terhadap cahaya (tidak terdegradasi saat melakukan penyerapan sinar), tidak beracun, ramah lingkungan, fotosensitif, biayanya murah, dan mempunyai kemampuan dalam mendekomposisi senyawa organik dan bakteri berbahaya yang sering mengkontaminasi lingkungan.

BAB III

PEMBAHASAN

Sintesis ZnO Nanorods dan Pelapisan dengan Rute Hidrotermal

Eksperimen ini dilakukan oleh Lim, dkk. (2010), dengan substrat yang digunakan yaitu kain katun, kain dibersihkan dalam propanol, etanol dan air deionisasi (DI) dengan sonicating selama 5 menit masing-masingnya. 180nm thick ZnO seed layer dideposisikan ke kain dengan rasio frekuensi (rf) magnetron sputtering (base pressure 10-3 mTorr, Argon plasma, rf power 100 W, working pressure 10 mTorr, deposition rate 12 nm/min.

Pelapisan ZnO NRs ke kain melalui Hydrothermal route dengan larutan pertumbuhannya berisi campuran berair equimolar dari 25 mM zinc nitrate dan hexamethylenetetraamine dan 0,1 g polyethylenimine (PEI). PEI digunakan untuk meningkatkan aspect ratio dari NRs. Seed layer dilapiskan ke kain, kemudian direndam dalam 50 mL growth solution, dimasukkan kedalam autoclave, dipanaskan pada 900C selama 6 jam. Setelah pertumbuhan, kain dicuci dalam etanol dan dikeringkan. Sebuah perangkat resistor sederhana 2 terminal dibuat dengan melekatkan kabel tembaga dan cat perak ke sampel kain yang dilapisi ZnO NRs.

Gambar 4. Skema Pemasangan Alat Sensor H2 yang menggunakan CTAtau dalam bentuk skema;

Gambar 5. Skema Pelapisan ZnO Nanorods pada Kain Katun

Berdasarkan penelitian ini didapatkan informasi;

1. Nanorods ZnO membungkus dengan seragam dan rapat seluruh serat kain, terlihat dari foto SEM di bawah,

Gambar 6. Gambar SEM (a) cotton fabric substrate in low magnification, (b) bare cotton fibres, (c) ZnO NR-coated cotton fibres and (d) high magnification images of ZnO NRs on a cotton fibre. Scale bar in the inset represents 100 nm. (e) Photograph bare and ZnO NRs coated fabric. (f) Ready-to-wear ZnO NRs-on-fabric multifunctional sensing device sewn on a toy dress.

Hal ini terjadi karena adanya cross-linking antara selulusa serat kain dengan ZnO NRs yang bersifat semikonduktor, dan mekanisme pelapisan ZnO NRs pada serat kain dengan metode hidrotermal, dapat dilustrasikan dari gambar di bawah (Vrinceanu, 2013);

Gambar 7. Cross-linking selulosa-ZnO

2. Jarak interplanar dari tepi kisi ~0.26nm, yang mengindikasikan struktur heksagonal wurtzite ZnO, didapatkan dari analisa TEM. Dari gambar TEM ini juga terlihat tidak ada lapisan amorf pada permukaan kain dan kristal NRS tumbuh dengan baik pada kain.

Gambar 8. High resolution TEM image showing the high crystallinity of a ZnO NRs. Inset: low resolution TEM image of the ZnO NRs

3. Spektrum XRD diperoleh dari lapisan benih (Nanopartikel) dan nanorods ZnO. Dari 3 puncak utama yang muncul pada pola difraksi, sesuai dengan struktur heksagonal (Wurtzite). Sebagai perbandingan, puncak difraksi nanopartikel tampak lebih luas dari pada NRs, yang berdasarkan rumus Scherrer, ukuran partikel kristal menurun dengan peningkatan lebar puncak difraksi. Spektrum nanorod puncaknya lebih tinggi (002), yang konsisten dengan formasi nanorod satu dimensi sepanjang c-axis yang merupakan orientasi yang disukai (preferred orientation), yaitu bidang (002), sudut 2 = 34,40.

Gambar 9. XRD spectra of ZnO nanoparticles and NRs. Inset: PL spectra of ZnO NRs.4. Conductive Textiles yang telah berhasil dibuat diaplikasikan dengan menggunakannya dalam miniprototipe alat sensor gas hidrogen (H2). Dengan mengukur respon listrik dari alat sensor yang menggunakan CT yang dilapisi ZnO NRs terhadap gas hidrogen dengan berbagai variasi konsentrasi, diperoleh hasil seperti yang tampak pada kurva gambar 10;

Gambar 10. Electrical responses of ZnO NR-on-cloth device to (a)various concentrations of H2 gasBerdasarkan kurva di atas diketahui bahwa dengan menggunakan CT yang dilapisi ZnO NRs pada alat sensor, kandungan H2 di udara dengan berbagai variasi konsentrasi yang diberikan berhasil dikurangi, sehingga dihasilkan udara yang kering dan bersih dalam waktu tertentu.

Sensor kain yang menampilkan tanggapan listrik yang baik untuk gas H2, dijelaskan mekanisme terjadinya oleh Lim, dkk. (2010),yaitu; ZnO NRS yang merupakan semikonduktor tipe-n karena terjadinya cacat intrinsik seperti vakansi oksigen dan intersisial zink. Sehinga pada di udara ambien atmosfer, molekul oksigen diadsorbsi ke permukaan NRS:

O2(g) O2(ad).Oksigen yang mengalami adsorbsi fisika menarik e- dari pita konduksi pada permukaan molekul membentuk oksigen yang teradsorbsi kimia O2-, O-, dan O2-. Pada suhu ruangan O2- yang diadsorbsi dengan baik.

O2(ad) + e O2(ad).Elektron yamg disumbangkan dari pita konduksi ke oksigen yang diadsorbsi menghabiskan e- di permukaan NRS. Hal ini meningkatkan (i) resistence individu NR dari konduksi channel dan (ii) resistence dari bulk NRS sehingga menghasilkan potensi penghalang permukaan di wilayah ruang muatan, menghambat aliran elektron melintasi batas butir (grain bounderies).

Dengan adanya gas hidrogen, ion oksigen yang diadsorbsi secara kimia direduksi menghasilkan e- pada pita konduksi dari permukaan ZnO sehingga meningkatkan konduktivitas. Selain itu, reaksi reduksi mengurangi kepadatan permukaan adsorbat oksigen, yang menyebabkan pengurangan lebar daerah deplesi dan ketinggian potensial penghalang permukaan, sehingga mengakibatkan penurunan resistansi sensor.

2H2 + O2(ad) 2H2O + eDan secara ringkas mekanismenya tergambarkan dari gambar di bawah;

Gambar 11. Mekanisme Sensor H2 Sintesis ZnO Nanorods dan Pelapisan dengan Metode Elektrokimia Deposisi.

Eksperimen ini dilakukan oleh Ko, dkk (2013). Untuk mensintesis ZnO NRA pada CT substrat, digunakan substrat CT yang tersedia secara komersial yang terdiri anyaman Ni berlapis serat PET (yakni, Ni / PET). Untuk mempersiapkan substrat bekerja, substrat CT 3 3 cm2 dibersihkan oleh etanol dan air deionisasi (DI) di ultrasonik bath selama 10 menit, masing-masingnya pada temperatur ruang. Larutan benih dibuat dengan melarutkan 10 mM seng asetat dehidrat (Zn(CH3COO)2.2H2O) dalam 50 ml etanol dan dengan menambahkan larutan 1,5 wt.% natrium sulfat dodesil (CH3(CH2)11OSO3Na).

Setelah itu, substrat CF yang dicelupkan ke dalam larutan benih dan diangkat perlahan-lahan. Untuk mencapai adhesi yang baik antara lapisan benih dilapisi dan permukaan CT, sampel ditempatkan dalam oven pada 130 C selama 2 jam. Sementara itu, larutan pertumbuhan disiapkan dengan melarutkan 10 mM hexahydrate zink nitrat (Zn(NO3)2.6H2O) dan 10 mM heksametilenatetramina ((CH2)6N4) di 900 ml air DI pada 74-76 C dengan pengadukan magnetik.

Untuk tumbuh ZnO NRA melalui proses elektrokimia deposisi (ED), dengan menggunakan sistem dua elektroda sederhana yang berisi elektroda kerja ( sampel ) dan elektroda counter (yaitu, platinum mesh). Metode ini dipilih karena mudah dan hemat biaya dalam sintesis logam oksida struktur nano. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya pada kondisi pertumbuhan dalam proses ED, kerapatan arus yang diterapkan tergantung waktu dan tegangan katodik eksternal yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh tegangan katodik eksternal pada pertumbuhan ZnO NRA, sampel dibuat di berbagai tegangan katodik dari -1,6 ke -2,8 V selama 1 jam. Di sini, nilai pH larutan pertumbuhan diukur dalam rentang sekitar 6,25-6,5 selama proses ED. Dalam bentuk skema prosedurnya adalah;

Gambar 12. Skema Pelapisan ZnO Nanorods pada Kain Wofen

Hasil dari penelitian Ko, dkk. (2013) adalah;

1. Berdasarkan karakterisasi XRD, diketahui puncak ZnO terlihat pada pemberian tegangan pada katoda sebesar -2 V, -2.4 V dan -2.8 V, yang berdasarkan JCPDS (card number 89-1397), didapatkan struktur kristal ZnO adalah heksagonal (wurtzite). Dimana intensitas puncak tertinggi terdapat pada bidang (002), yang sesuai dengan orientasi yang disukai sepanjang sumbu-c, dengan sudut 2 ZnO bidang (002) = 34.40.

Gambar 13. Pola XRD (Synthesized ZnO on the seed-coated CT substrate at different external cathodic voltages from 1.6 to 2.8 V for 1 h under ultrasonic agitation).2. Dengan proses electrochemical deposition (ED), ZnO NRAs berhasil melapisi conductive textiles (CT). Dari gambar SEM, Ko, dkk. menjelaskan bahwa ketika substrat CT yang dilapisi benih ZnO direndam dalam larutan pertumbuhan akan dihasilkan inti kristal ZnO dengan penuh (densely) dan vertikal.

Gambar 14. Skema (ED process for the ZnO NRAs on CT substrates. (a) The preparation of CT substrate, (b) the ZnO seed-coated CT substrate, and (c) the integrated ZnO NRAs on the seed-coated CT substrate).Pada proses ED Zn(OH)2 berstruktur nano dibentuk pada permukaan lapisan benih dan berubah menjadi ZnO nanostruktur dengan proses dehidrasi. Ko, dkk. juga menjelaskan, bahwa pada katoda (elektroda kerja) yang diberikan tegangan tambahan, ion OH dihasilkan pada lapisan benih yang mereduksi prekursor dan dihasilkan ion nitrat dan hidrogen peroksida. Sementara itu, ion Zn2+ didifusikan ke permukaan lapisan benih dengan gaya Coulomb dalam medan listrik yang kuat dan berikatan dengan ion OH. Sehingga terbentuk dengan sendirinya ZnO NRAs dengan arah pertumbuhan sumbu c, sehingga dihasilkan struktur kristal wurtzite.

Hal ini sesuai dengan publikasi Anna Maren Andersen Fyhn dalam Thesisnya yang berjudul " Electrodeposition of Metal Oxides for Solar Cell Applications".

Dimana pada elektodeposisi zinc nitrate, larutan menghasilkan Zn2+ dan NO3.

pada permukaan katoda;

Zn2+ dan OH bergabung, jika suhu rendah reaksi berhenti.

jika temperatur cukup tinggi, dihasilkan ZnO

Sehingga persamaan deposisi ZnO:

Metode elektrodeposisi sederhana dapat diilustrasikan seperti gambar di bawah;

Gambar 15. Proses Elektrodeposisi sederhana3. Berdasarkan gambar SEM (gambar 14) diketahui; pada gbr. (a) bentuk tekstil tetap terjaga, (b) ZnO NRAs secara nyata tampak melapisi permukaan serat Ni/PET, (c) nanorod ZnO dilihat secara vertikal memiliki ukuran yang reguler (hampir sama), dimana perbandingan ukuran/tinggi dari ZnO NRAs rata-rata 65-80 nm/ 600-800 nm.

Substrat CT melalui ZnO NRAs menyerap lebih banyak cahaya yang mengakibatkan berkurangnya refleksi permukaan sehingga warnanya tampak menjadi kehitaman.

Gambar 16. FE-SEM micrographs. Integrated ZnO NRAs on the seed-coated CT substrate at an external cathodic voltage of 2 V for 1 h under ultrasonic agitation. (a) Low magnification, (b) medium magnification, and (c) high magnification. The insets of (c) show the magnified FE-SEM image of the selected region and the photographs of the bare CT and the ZnO NRAs integrated CT substrate4. Pengaruh variasi tegangan yang diberikan pada katoda terlihat pada gambar 15; pada tegangan -1.6 V ZnO NRAs tidak terbentuk, pada tegangan -2.4 V bentuk CT masih terjaga, tetapi boundaries antar serat Ni/PET tidak terlihat jelas, permukaan CT ditutupi oleh ZnO berstruktur mikro, dan pada -2.8 V ZnO yang dideposisikan lebih tebal, sehingga bentuk CT tidak jelas.

Hal ini terjadi karena pemberian tegangan yang tinggi pada katoda menghasilkan medan listrik kuat, sehingga difusi Zn2+ lebih cepat untuk bergabung dengan ion OH sehingga ukuran ZnO NRAs lebih besar.

Gambar 17. FE-SEM micrographs and applied current densities. Synthesized ZnO on the seed-coated CT substrate at different external cathodic voltages of (a) 1.6 V, (b) 2.4 V, and (c) 2.8 V for 1 h under ultrasonic agitation, and (d) current density as a function of growth time at different external cathodic voltages. The insets of (a to c) show the magnified SEM images of the selected region of the corresponding sample

Menggunakan TEM, Ko, dkk. melaporkan bahwa kristal ZnO NRAs yang dihasilkan dengan memberikan tegangan -2 Volt; memiliki perbandingan ukuran/tinggi kristalnya adalah 75/600 nm dan lattice spacing 0.52 nm.

Gambar 18. Gambar TEM ZnO NRAs

BAB IV

KESIMPULAN

ZnO nanorods yang disintesis dengan berbagai metode, dapat dilapisi pada serat kain sehingga dihasilkan conductive textiles yang memiliki berbagai keunggulan sifat dan dapat diaplikasikan secara luas dalam peralatan sensor kimia, sensor temperatur, sensor kontaminan,dll. .

DAFTAR PUSTAKA

Fyhn, A.M.A. 2012. Electrodeposition of Metal Oxides for Solar Cell Applications. Norwegian University of Science and Technology.Ko et al. 2013. Well-integrated ZnO nanorod arrays on conductive textiles by electrochemical synthesis and their physical properties. Nanoscale Research Letters 2013, 8:28

Lim et al. 2010. A facile approach towards ZnO nanorods conductive textile for room temperature multifunctional sensors. Sensors and Actuators B 151 (2010) 121126.Vrinceanu, et al. 2013. Zinc Oxide Linen Fibrous Composites: Morphological, Structural, Chemical, Humidity Adsorptive and Thermal Barrier Attributes. InTech

http://thinktextiles.blogspot.com/2009/04/conductive-yarn.html