revisi makalah studi islam(teologi islam) kelompok 1
TRANSCRIPT
TEOLOGI ISLAM
MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Studi Islam II
Disusun oleh : Kelompok 1
Anna Luthfiah (11151020000020)
Nurfita Amalina (11151020000031)
Icha Putri Mideva (11151020000044)
Mariyatul Qibtiyah (11151020000047)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas segala
rahmat Hidayah-Nya sehingga makalah tentang Teologi Islam ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini adalah tugas pada mata kuliah Studi Islam II pada Program
Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Makalah ini disusun berdasarkan
berbagai literatur, artikel-artikel yang ada di internet yang dianggap relevan dan
dapat dijadikan sebagai acuan pustaka.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya
makalah tentang Teologi Islam ini.
Dalam penyajian makalah ini, kami memilih untuk menggunakan gaya
bahasa yang sederhana dan menyajikannya secara sistematis, tapi tidak
mengurangi maksud dan tujuan disusunnya makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami menyarankan kritik
dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik kepada penyusun
maupun kepada pembaca lain.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................1
1.3. Tujuan Pembahasan.........................................................................2
BAB II ISI
2.1. Pengertian Teologi...........................................................................3
2.1.1 PengertianTeologi Menurut Ahli..........................................3
2.1.2 Pengertian Teologi dalam Perspektif Agama-agama............4
2.2. Perbedaan Teologi dengan Ilmu Tauhid, Aqidah, Keimanan dan
Ushuluddin.......................................................................................5
2.3. Sejarah Lahirnya Teologi Islam.......................................................7
2.4. Pokok-pokok Masalah dalam Teologi Islam..................................12
2.5. Menyikapi Perbedaan Paham Teologi Islam..................................14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................17
3.2. Saran...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teologi, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu
agama. Teologi diawali karena adanya konflik dan perbedaan pendapat dalam
pemikiran dasar agama. Sebagai orang yang beragama, kita perlu mempelajari dan
memahaminya agar pengetahuan keagamaan kita semakin luas. Dari pengetahuan
mengenai teologi ini juga diharapkan kita dapat mengetahui dan memahaminya
serta dapat membandingkan satu teologi dengan teologi lainnya baik lintas agama
maupun didalam agama itu sendiri dengan tujuan memahami karakteristik dari
masing-masing teologi dan dapat menumbuhkan sikap terbuka serta toleran satu
sama lain.
Pada umumnya, Teologi Islam di Indonesia di ajarkan dalam bentuk ilmu
tauhid. Namun, seiring dengan berjalannya waktu terjadi perkembangan
pemikiran tentang teologi sehingga muncullah aliran-aliran teologi dalam Islam.
Teologi dalam Islam terdiri dari Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariah,
Muturidiah, dan Syi'ah. Salah satu persoalan yang dihadapi dalam perbedaan
teologi adalah perbedaan pendapat tentang mana aliran yang paling tepat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teologi dalam islam?
2. Apa perbedaan antara teologi, dengan ilmu tauhid, aqidah, keimanan
dan ushuluddin?
3. Bagaimana sejarah lahirnya teologi Islam?
4. Apa saja pokok-pokok permasalahan yang terdapat dalam teologi Islam?
5. Bagaimana cara menyikapi perbedaan paham teologi dalam Islam?
1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teologi dalam Islam
2. Untuk mengetahui perbedaan teologi dengan ilmu tauhid, aqidah,
keimanan dan ushuluddin
3. Untuk mengetahui sejarah lahirnya teologi Islam
4. Untuk mengetahui pokok-pokok permasalahan yang terdapat dalam
teologi Islam
5. Untuk mengetahui cara menyikapi perbedaan paham teologi dalam
Islam
2
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Teologi
Istilah teologi dikemukakan oleh Virgilius Ferm yang berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu theos dan logos. Kata theos
memiliki arti Tuhan dan logos yang berarti ilmu. Sehingga, istilah teologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan
hubungan antara Tuhan dengan realita kehidupan yang dijalani oleh umat
manusia.
Secara lebih luas, istilah teologi dapat diartikan sebagai suatu cabang
ilmu filsafat yang membahas secara khusus hal-hal yang berkenaan dengan
ketuhanan.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
teologi/te·o·lo·gi/ /téologi/ adalah pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat
Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama, terutama berdasarkan
pada kitab suci1.
Secara garis besar, teologi membahas ajaran-ajaran dasar suatu agama.
Dengan adanya teologi, manusia diharapkan mampu mempelajari dan
memahami seluk-beluk agama yang di anutnya secara lebih mendalam,
dengan begitu diharapkan manusia memiliki keyakinan yang kuat agar
tidak mudah terombang-ambing oleh peradaban zaman.
2.1.1 PengertianTeologi Menurut Ahli
Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip A. Hanafi berpendapat bahwa
ilmu kalam atau teologi ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan berisi
1 http://kbbi.web.id/teologi diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 16.00 WIB.
3
bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan aliran
golongan salaf dan ahli sunnah2.
Thomas Aquinas : teologi diajarkan oleh Tuhan, dan mengarah
kepada Tuhan3.
2.1.2 Pengertian Teologi dalam Perspektif Agama-agama
1. Islam
Dalam Islam, Teologi disebut juga ilm al-tauhid. Kata tauhid dapat
berarti satu atau esa, dimana esa sendiri merupakan salah satu dari sifat
Tuhan. Teologi Islam disebut juga ilm al-kalam. Kalam ialah sabda Tuhan.
Teologi dalam Islam disebut ilm al-kalam karena sabda Tuha atau Al-Qur’an
pernah menimbulkan pertentangan keras di kalangan umat Islam pada abad
IX dan X Masehi4.
2. Buddha
Buddhisme, di mana realitas mutakhir adalah kekosongan, eksistensi Tuhan
tidak mempunyai arti. Maka faham ketuhanan monoteis atau pun politeis,
siapa pun nama Tuhan atau dewa, dalam perspektif Buddhisme hanya tampak
sebagai tahap realitas yang masih harus di lewati. Teologi Buddha kalau
boleh disebut demikian, mirip dengan pernyataan Wittgensteindalam
Tractatus Logico Philosophicus (1922) yang sangat terkenal “Mengenai apa
yang tak bisa dibicarakan, manusia hendaknya diam”5. Itulah sikap seorang
analis bahasa, ketika harus membahas realitas Allah swt.
2 Prof. DR. Abuddin Nata, M. A., Studi Islam Komprehensif, Fajar Interpratama Offset, 2011, Hlm.259
3 S.B. Ferguson, D. F. Wright,J. L.Packer (Eds.), NDT “Theology”, InterVarsity Press, Illinois, 1988, Hlm.680-681
4 Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran, sejarah, analisa perbandingan, UI-Press, Jakarta, 1986, Hlm. ix
5 A.Setyo Wibowo, Manusia Teka-teki yang mencari solusi, Kanisius, Yogyakarta, 2009, Hlm.133-134
4
3. Hindu
Munculnya agama Hindu adalah suatu proses yang panjang, yang
mengintegrasikan aneka pandangan dan kebaktian dalam suatu gerakan
religius6. Teologi bukanlah hal yang baru dalam khasanah pengetahuan hindu.
Teologi Hindu memiliki cakupan yang luas meliputi bidang paengetahuandan
kepercayaan yang luas
4. Kristen
Teologi adalah upaya penghayatan dan pemahaman manusia beriman tentang
Tuhan dan karya-Nya dalam hubungan dengan manusia sejauh Allh swt.
Sendiri menyatakannya7. Ini berarti bahwa kegiatan berteologi adalah kegiatan
bersama orang percaya dengan sesama orang beriman didalam gereja Tuhan
yang universal dan dilakukan secara kontekstual.
2.2 Perbedaan Teologi dengan Ilmu Tauhid, Aqidah Keimanan dan
Ushuludin
Teologi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan yang
menyangkut hal-hal yang diimani sebagai Wahyu allah atau berkaitan
dengan Wahyu itu yang disusun metodis, sistematis dan koheren8. Teologi
adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keyakinan beragama. Setiap agama memiliki teologinya masing-masing, dan
setiap orang yang beragama wajib mempelajari teologi dari agama yang
dianutnya agar lebih mengetahui dan mengenal agamanya.
Tauhid adalah keyakinan tentang adanya Allah swt. Dan tidak ada
sesuatu pun yang menyamai-Nya dalam zat, sifat, atau perbuatan-perbuatan-
Nya yang mengutus para rasul untuk menunjukkan dan membimbing umat
manusia ke jalan yang benar, yang meminta pertanggung jawaban hamba di
kehidupan akhirat dan membalas perbuatan baik atau buruk yang dilakukan 6Tom Jacobs SJ, Paham Allah dalam Filsafat, Agama-agama, dan Teologi, Kanisius,
Yogyakarta, 2002, Hlm:86 7 De Gruchy, John W., Agama Kristen dan Demokrasi, PT.BPK Gunung Mulia, Jakarta,
2006, Hlm.xi8 Dr. Nico Syukur, Pengantar Teologi, KANISIUS, Yogyakarta, 1991, Hlm. 33
5
seorang hamba selama hidup di dunia9. Tauhid merupakan suatu konsep
yang mendeskripsikan identitas, personalitas historis, kebudayaan dan
peradaban kaum muslim10. Penting dan menarik untuk dikemukakan, bahwa
pemikiran tauhid bukan semata-mata karena adanya Wahyu, melainkan
merupakan hasil perenungan Rasulullah saw. Rasulullah melihat kondisi
realitas sosial masyarakat yang cenderung menganut sistem ketuhanan
politeistik (syirik) yang tidak hanya merusak akidah tetapi juga mendorong
lahirnya diskriminasi, praktek perdagangan yang kotor, kesenjangan sosial
serta merendahkan martabat manusia lain.
Secara etimologi, “akidah” berarti “terikat”. Para ahli bahasa
menyebutkan kata akidah berasal dari aqada, yu’qadu, aqdan, aqidatan
yang berarti ikatan, perjanjian dan kokoh11. Ibnu Taimiyah menyatakan
akidah merupakan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati,
dengannya jiwa menjadi tenang, sehingga jiwa tersebut menjadi yakin dan
mantap tidak dipengaruhi oleh keraguandan prasangka buruk. Dalam
perkembangan selanjutnya, menurut Muhaimin dkk. Bahwa istilah akidah
dalam kajian di perguruan tinggi lebih identik dengan terminologi iman,
tauhid, ushuluddin ilmu kalam, fiqh akbar, dan teologi jika akidah itu telah
menjadi disiplin ilmu tersendiri.
Kata iman (percaya) seakar dengan kata amanah (terpercaya).
Keimanan adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan
oleh lidah dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Iman menjadi dasar untuk
berperilaku bagi seorang muslim. Karena dengan iman yang dimiliki
seseorang, ia akan terhindar dari perbuatan buruk dan memotivasi diri untuk
berbuat baik.
Ushuludin adalah ilmu yang membahas pokok-pokok (dasar)
agama. Yaitu akidah, tauhid, dan I’tikad (keyakinan) tentang rukun iman
yang enam. Ilmu ushuludin membahas tentang prinsip-prinsip kepercayaan
agama yang sesuai dengan akal pikiran.9 Prof.Dr.Muhammad Yusuf Musa, Islam Suatu Kajian Komprehensif, CV.Rajawali,
Yogyakarta, 1998, Hlm.4510 HendarRiyadi, Tauhid Ilmu dan Implementasinya dalam Pendidikan, NUANSA,
Bandung, 2000, Hlm.111 Prof.Dr.H.Mahmud, M,Si.,Studi Islam Suatu Pengantar dengan Pendekatan
Interdisipliner, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015,Hlm.151
6
Dari pengertian diatas, terdapat perbedaan diantara Teologi, Tauhid, Aqidah,
Keimanan dan Ushuludin, yakni :
Teologi Islam lebih membahas tentang ilmu yang berkaitan dengan
agama dan ketuhanan serta hubungannya dengan alam dan manusia.
Tauhid membahas mengenai keyakinan terhadap keesaan Allah swt.
dan tidak ada zat apapun yang dapat menyamai-Nya.
Akidah merupakan suatu kepercayaan didalam hati mengenai hal-hal
yang diyakini dan tidak ada keraguan didalamnya serta dapat
membuat jiwa menjadi tenang.
Keimanan lebih mengarah kepada keyakinan yang menjadi dasar atau
pondasi seorang muslim dalam berperilaku.
Ushuluddin membahas tentang pokok-pokok dasar agama yang dapat
diterima dengan akal pikiran.
2.3. Sejarah Lahirnya Teologi Islam
Permasalahan teologi Islam dimulai dari masalah politik yang
berkembang di Mekkah. Mekkah merupakan pusat perdagangan yang
dikuasai oleh kaum pedagang tinggi Quraisy. Mereka adalah orang-orang
yang bertentangan dengan Nabi Muhammad saw. sehingga sering
melakukan perlawanan terhadap Nabi Muhammad saw. yang
mengakibatkan Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya pergi
meninggalkan Mekkah menuju ke Yasrib12.
Masyarakat Yasrib terdiri dari bangsa Yahudi, suku al- Khazraj,
dan suku al-‘Aus. Diantara suku al-Khazraj dan suku al-‘Aus sering terjadi
perebutan kekuasaan sehingga mereka meminta bantuan kepada Nabi
Muhammad saw. untuk menjadi seorang hakam (pengantara yang netral).
Lambat laun Nabi Muhammad saw. lah yang menjadi kepala masyarakat
Madinah. Dibawah kekuasaan Nabi, beliau membuat kekuasaan politik
12 Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran, sejarah, analisa perbandingan, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 4
7
yang dipatuhi di Madinah. Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, timbullah
permasalahan siapa yang akan menjadi khalifah pengganti Nabi
Muhammad saw. sebagai kepala negara. Khalifah yang menggantikan
Nabi Muhammad saaw. adalah Abu Bakar, lalu setelah Abu Bakar wafat
kekhalifahan digantikan oleh Umar Ibn al-Khattab dan selanjutnya
digantikan oleh Usman Ibn Affan.
Pada masa jabatannya, Usman Ibn Affan dikenal sebagai khalifah
yang lemah karena dianggap tidak mampu melawan ambisi keluarganya
untuk menjadikan sanak keluarganya sebagai gubernur. Tindakan inilah
yang mengakibatkan para pendukung Usman meninggalkannya dan
mereka menjadi pemberontak yang mengakibatkan terbunuhnya Usman
Ibn Affan.
Setelah Usman wafat, calon khalifah terkuat adalah Ali Ibn Abi
Thalib13. Namun, masa kekhalifahan Ali juga tidak berjalan mulus. Ali
mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin menjadi khalifah
juga, yaitu Talhah dan Zubeir yang mendapat sokongan kuat dari Aisyah.
Tidak hanya itu, Mu’awiyah menuntut kepada Ali untuk mencari dan
menghukum pembunuh Usman. Bahkan Ali pun dituduh sebagai salah
satu orang yang terlibat dalam pembunuhan Usman. Dalam pertempuran
antara pasukan Ali dan Mu’awiyah dimenangkan oleh pasukan Ali.
Namun, ‘Amr Ibn al-‘As yang merupakan pasukan dari Mu’awiyah
meminta berdamai kepada Ali dan akhirnya perdamaian terjadi dengan
mengadakan arbitrase. Diutuslah ‘Amr Ibn al-‘As dari pihak Mu’awiyah
dan Abu Musa al-Asy’ari dari pihak Ali sebagai perantara dalam
pertemuan perdamaian itu. Dari pertemuan itu, terjadi lah perbedaan
pendapat yang merugikan Ali dan menguntungkan Mu’awiyah. Dengan
adanya arbitrase, kedudukan Mu’awiyah naik menjadi khalifah tidak
resmi.
Sebagian tentara Ali menolak keputusan arbitrase ini karena
mereka memiliki semboyan “la hukma illa lillah”(tidak ada hukum selain
dari hukum Allah) atau “la hakama illa Allah” (tidak ada pengantara selain
13 Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran, sejarah, analisa perbandingan, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 6
8
dari Allah). Sebagian tentara Ali pun meninggalkannya. Golongan mereka
inilah dalam sejarah Islam terkenal dengan nama al-Khawarij, yaitu orang
yang keluar dan memisahkan diri atau seceders14. Kaum khawarij
memandang orang-orang yang menerima arbitrase adalah orang yang
kafir, sesuai firman Allah dalam QS. Al-Maidah (5): 44 yang memiliki arti
“Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang telah diturunkan
Allah, adalah kafir”. Sedangkan orang-orang yang setia pada Ali disebut
sebagai aliran Syi'ah. Namun, syi'ah mulai mengalami pergeseran
pemikiran dan menganggap bahwa Ali bin abi Thalib adalah manusia suci
yang pantas menduduki posisi kenabian sebagai Nabi akhir zaman.
Lambat laun kaum Khawarij terpecah belah menjadi beberapa
sekte. Muncullah aliran teologi baru, yaitu Khawarij, Murji’ah, dan
Mu’tazilah. Menurut kaum Khawarij, orang yang berdosa besar adalah
kafir. Menurut aliran Murji’ah orang yang berdosa besar tetap mukmin
karena masalah dosa adalah urusan Allah, sedangkan menurut kaum
Mu’tazilah orang yang berdosa besar bukanlah mukmin ataupun kafir
melainkan mengambil posisi diantara dua posisi (al manzilah bain al-
manzilitain).
Ada pula teologi yang dikenal dengan nama al-qadariah yang
berarti manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya sedangkan jabariah adalah manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya melainkan semua diatur
Tuhan. Kaum Mu’tazilah menganut paham qadariah yang bersifat rasional
dan liberal dan berhasil menarik perhatian inteligensia dari pemerintahan
kerajaan Islam Abbasiah. Teologi Mu’tazilah dijadikan mazhab resmi
yang dianut negara. Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional ini
mendapat tantangan keras dari golongan tradisional Islam, terutama
golongan Hambali, yaitu pengikut-pengikut mazhab Ibn Hambal15. Aliran
14 Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran, sejarah, analisa perbandingan, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 8
15 Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran, sejarah, analisa perbandingan, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 10
9
Mu’tazilah kembali kepada kedudukan semula setelah wafatnya al-
Ma’mun yang merupakan khalifah pada kerajaan Islam Abbasiah.
Terjadi pertentangan dalam kaum Mu’tazilah dikarenakan Abu al-
Hasan al-Asy’ari membentuk teologi yang dikenal dengan teologi al-
Asy’ariah. Abu al-Hasan al-Asy’ari membuat teologi al-Asy’ariah
dikarenakan ia bermimpi bahwa Nabi Muhammad men-cap ajaran
Mu’tazilah sebagai ajaran sesat. Selain aliran Asy’ariah timbul pula aliran
al-Muturidiah yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidi
yang sama-sama menentang ajaran Mu’tazilah. Selain dua pendiri aliran
al-Asy’ariah dan aliran al-Muturidiah terdapat pula al-Tahawi yang
menentang ajaran kaum Mu’tazilah, namun ajaran al-Tahawi tidak
menjelma sebagai aliran teologi dalam Islam.
Aliran teologi dalam Islam terdiri dari aliran Khawarij, Syi’ah,
Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariah, dan Muturidiah. Namun saat ini, aliran
yang masih ada adalah aliran Asy’ariah dan Muturidiah yang dikenal
dengan nama Ahl Sunnah wa al-Jama’ah. Maturidiah menggunakan
mazhab Hanafi sedangkan Asy’ariah dipakai oleh umat Islam Sunni
lainnya.
10
Ruang Lingkup Teologi Dalam Islam
2.4. Pokok-pokok Masalah dalam Teologi Islam
Teologi Islam mulai berkembang pada awal tahun hijriyah, ditandai
dengan berdirinya sekte-sekte keagamaan dalam Islam. Terbentuk dan
11
Iman dan Kufur
Khawarij (orang yang
berdosa besar=k
afir)
Mu’tazilah (Orang yang
berdosa besar masih
mukmin, Dosa
urusan Allah.
Murjiah (Orang yang
berdosa besar masih
mukmin dan bukan
kafir)
Ahlul Sunnah Wa Jama’ah
Qabariah (kemerdekaan dan kehendak urusan MANUSIA)
Jabariah(kemerdekaan dan kehendak urusan ALLAH)
Al-Asy’ariah (kembali
pada masa tradisional
Islam)
Al-Muturidiyah
(tidak setradisiona
l Al-Asyariah,
namun tidak seliberal
Mu’tazillah
Takdir
Tauhid
semakin berkembangnya sekte-sekte ini terutama ketika wafatnya
Rasulullah tanpa meninggalkan wasiat apapun mengenai siapa yang akan
menjadi khalifah untuk memimpin ummat Islam selanjutnya16. Hal ini
telah menyebabkan banyak pertentangan dikalangan pembesar-pembesar
untuk menduduki tampuk kekuasaan sebagai pemimpin agama maupun
negara Islam setelah Rasul wafat. Pokok-pokok permasalahan dalam
teologi Islam yang seringkali diperdebatkan meliputi
1. Dosa besar dan dosa kecil
2. Keyakinan
3. Tata cara ibadah
4. Status keislaman
Pokok permasalahan dalam pembahasan teologi Islam menjadi bahan
perdebatan antar sekte/aliran-aliran dalam islam. Berikut aliran-aliran
teologi dalam islam beserta pokok-pokok masalah teologi yang mereka
perdebatkan:
1. Aliran Syiah
Mengenai masalah keyakinan, dalam hal ini keyakinan bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir ternyata disangkal
oleh kaum yang menamakan dirinya Syiah. Melihat pada sejarah, awalnya
kaum Syiah merupakan pengikut setia Ali bin Abi Thalib (khalifah
terakhir). Namun seiring berjalannya waktu pengikut aliran ini justru
menganggap bahwa Ali bin abi Thalib adalah manusia suci yang pantas
menduduki posisi kenabian sebagai Nabi akhir zaman dan khalifah
selanjutnya dipegang terus oleh keturunan Ali.
Aliran syiah kemudian terbagi menjadi banyak sekte, dan yang
paling ekstrem ada sekte yang menganggap Ali bin abi Thalib adalah
tuhan. Sudah barang tentu aliran ini merupakan aliran yang sesat. Sekte
yang lainnya berpemahaman bahwa ibadah hanya cukup dengan batin saja
16 Prof. A. Hasjmy, Syi’ah dan Ahlussunnah, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1983, Hlm.38
12
sehingga aliran ini cenderung mengesampingkan ibadah yang seharusnya
kita jalani berdasarkan perintah yang diberikan Allah melalui Rasul.
2. Aliran Khawarij
Aliran ini muncul ketika terjadinya perang siffin antara Ali bin Abi
Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ketika Ali dan Muawiyah
melakukan gencatan senjata, kelompok yang kemudian menamakan
kelompoknya Khawarij ini menganggap keputusan Ali salah karena mau
berdamai dengan Muawiyah. Sehingga menanggapi hal tersebut aliran ini
melakukan oposisi terhadap Ali maupun Muawiyah. Oposisi ini mereka
wujudkan dalam hal perpolitikan maupun kekerasan.
Dalam hal peribadatan, kelompok Khawarij menganggap ibadah
seperti sembahyang, puasa dan ritual ibadah lainnya merupakan sebagian
besar dari iman maka mereka mengkasifikasikan orang yang melanggar
salah satu dari peibadatan merupakan orang kafir17. Lebih dari itu, mereka
menganggap orang-orang diluar alirannya merupakan orang kafir. Aliran
ini pun banyak terpecah namun tak sebanyak pecahan aliran Syiah.
3. Aliran Murjiah
Aliran ini muncul saat masa pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan dilatarbelakangi untuk mengimbangi aliran khawarij dan syiah.
Selain itu juga mereka bergerak untuk mendapatkan dukungan. Dalam
sekte ini lebih berpihak kepada khalifah saat itu yang kebetulan dipimpin
oleh Muawiyah, maka secara tidak langsung pemerintahan Muawiyah
telah diuntungkan karenanya.
Dalam hal aqidah, mereka berpendirian bahwa “iman” adalah
dalam hati, karena perbuatan lahir seseorang tidak boleh menjadi alasan
untuk menengtukan hukum bagi sesorang18.
17 Prof. A. Hasjmy, Syi’ah dan Ahlussunnah, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1983, Hlm.4018 Prof. A. Hasjmy, Syi’ah dan Ahlussunnah, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1983, Hlm.42
13
4. Aliran Muktazilah
Aliran ini lahir ketika terjadi perseteruan antara Khawarij dan
Daulah Amawiyah serta Murjiah yang sangat loyal pada daulah tersebut.
Aliran Muktazillah tidak menentang siapapun berdasarkan dinastinya,
melainkan aliran ini akan menentang siapapun yang memiliki pendirian
politik dan agama yang berbeda dari paham aliran tersebut. Hal ini pula
menjadi sikap mereka saat menghadapi dinasti abbasiyah. Orang-orang
dalam golongan ini terkenal dengan pemahaman mereka yang bebas
memfungsikan akal untuk berfikir logis. Banyak para pemikir dari aliran
ini yang menyatakan pemikirannya secara berani meskipun bertentangn
dengan pemikiran penguasa saat itu.
5. Aliran Ahlussunnah wal Jamaah
Aliran ini menganggap bahwa aliran-aliran yang lainnya seperti
Syiah, Muktazillah, Murjiah maupun Khawarij telah menyimpang dari
ajaran agama Allah yang disampaikan melalui Rasulullah SAW. Sehingga
hal ini menggerakkan mereka untuk mengembalikan golongan yang
menurut mereka sudah tidak sesuai dengan pedoman Al-quran dan Sunnah
ke jalan yang benar. Kelompok ini lahir pada masa daulah Abbasiyah.
2.5. Menyikapi Perbedaan Paham dalam Teologi Islam
Islam pada awalnya merupakan agama yang hanya memiliki satu
kiblat untuk panduan berbagai macam hal mulai dari ritual peribadatan
mahdah sampai hukum-hukum fiqih yang mencakup segala macam
persoalan kehidupan yaitu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Namun seiring perkembangan zaman, terlebih lagi setelah wafatnya
Rasululllah SAW, terjadi perkembangan pemikiran dalam beberapa aspek
kajian keislaman seperti ketauhidan, hukum fiqih, dan kepercayaan yang
menimbulkan banyak terbentuk aliran-aliran keagamaan dalam Islam.
14
Menyikapi hal ini, kita sebagai umat Islam hendaknya dapat
memahami apa yang menjadi pokok permasalahan dalam kajian teologi ini
sehingga kita mampu menentukan sikap yang tepat19. Diantaranya :
1. Membangun sikap keterbukaan (inklusivisme)
Dengan adanya perbedaan dari masing-masing teologi, tidak
seharusnya kita menonjolkan perbedaan dari masing-masing teologi
disetiap aspek pokok permasalahan. Melainkan kita harus mencari
titiktemu dari masing-masing teologi sehingga tidak terjadi perpecahan
antar sesama umat Islam. Sebagai contoh mengenai aliran-aliran teologi
dalam Islam memiliki kesamaan pemahaman ketuhanan bahwa Allah itu
esa. Sehingga diharapkan kita dapat hidup berdampingan secara damai
meskipun memiliki pemahaman berbeda dalam beberapa aspek keagamaan
lainnya.
2. Membangun Dialog Persaudaraan
Inti dari dialog adalah tercapainya keterbukaan dan dengan adanya
dialog yang terjalin antar penganut tologi satu dengan yang lainnya akan
meminimalisir kecurigaan dan permusuhan. Dengan adanya dialog akan
membuka kesempatan bagi para penganut untuk saling mengenal karakter
satu sama lain sehingga tidak terjadi kesalah pahaman yang merupakan
akar dari konflik.
3. Membangun apresiasi intelektual
Salah satu penyebab perselisihan pendapat dikarenakan kurangnya
apresiasi intelektual. Apabila kita dapat memahami cara pandang masing-
masing penganut aliran teologi maka perselisihan tersebut dapat
diminimalisir. Karena sebenarnya pangkal dari konflik sendiri adalah
persoalan cara pandang.
4. Menjalin Kerjasama sosial masyarakat
19 Muhammad Haerudin, Khazanah Pemikiran Teologi Islam: Perspektif Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah, 2013, diakses dari www.academia.edu
15
Permasalahan sosial bukanlah menjadi tanggung jawab suatu golongan
saja. Melainkan menjadi tanggung jawab bersama20. Sebagai contoh
apabila seseorang dari satu paham teologi memiliki tingkat ekonomi yang
rendah, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab bersama tidak hanya
tugas untuk teologi yang bersangkutan. Dengan terwujudnya hal ini
diharapkan para penganut teologi dapat saling bahu-membahu
membangun kerjasama sosial.
BAB III20 Muhammad Haerudin, Khazanah Pemikiran Teologi Islam: Perspektif Khawarij,
Murji’ah, dan Mu’tazilah, 2013, diakses dari www.academia.edu
16
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara garis besar, teologi membahas ajaran-ajaran dasar suatu
agama. Dengan adanya teologi, manusia diharapkan mampu mempelajari
dan memahami seluk-beluk agama yang di anutnya secara lebih mendalam.
Walaupun maknanya terkadang terlihat sama, namun Teologi ini memiliki
perbedaan makna dengan Tauhid, Aqidah, Keimanan dan Ushuludin.
Teologi Islam membahas tentang ilmu yang berkaitan dengan ketuhanan,
Tauhid membahas keyakinan terhadap keesaan Allah swt, Akidah
merupakan kepercayaan didalam hati dan dapat membuat jiwa menjadi
tenang, Keimanan mengarah kepada pondasi seorang muslim dalam
berperilaku., sedangkan Ushuluddin membahas tentang pokok-pokok dasar
agama yang dapat diterima dengan akal pikiran.
Permasalahan teologi Islam dimulai dari masalah politik yang
berkembang di Mekkah. Saat Nabi Muhammad saw wafat, timbullah
permasalahan tentang pengganti Nabi Muhammad saw sebagai kepala
negara. Hal ini telah menyebabkan banyak pertentangan dikalangan
pembesar-pembesar. Pokok permasalahan dalam pembahasan teologi Islam
menjadi bahan perdebatan antar aliran-aliran dalam islam (Aliran Syiah,
Khawarij, Murjiah, Muktazilah dan Ahlussunnah wal Jamaah). Namun
dalam menyikapi hal ini, kita sebagai umat Islam hendaknya dapat
memahami apa yang menjadi pokok permasalahan dalam kajian teologi ini
sehingga kita mampu menentukan sikap yang tepat, diantaranya
membangun sikap keterbukaan, membangun dialog persaudaraan,
membangun apresiasi intelektual dan menjalin kerjasama sosial masyarakat.
3.2. Saran
17
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Studi Islam
Lanjutan tentang Teologi Islam di Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami menyarankan agar pembaca dapat mengkaji lebih teliti dan
mendapatkan manfaat dari penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
18
Gunawan, Heri. 2015. STUDI ISLAM : Suatu Pengantar dengan Pendekatan
Interdisipliner. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Musa, Muhammad Yusuf. 1988. ISLAM Suatu Kajian Komprehensif. Yogyakarta:
CV Rajawali.
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam : Aliran-aliran, sejarah, analisa
perbandingan. Jakarta: UI Press.
Riyadi, Hendra. 2000. Tauhid Ilmu. Bandung: Nuansa.
Hasjmy, A. 1983. Syi’ah dan Ahlussunnah. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Haerudin, Muhammad. 2013. Khazanah Pemikiran Teologi Islam: Perspektif
Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah. www.academia.edu. Diakses pada
pukul 11.00 WIB tanggal 10 Maret 2016
Wibowo, A.Setyo. 2009. Manusia Teka-teki yang mencari solusi. Yogyakarta:
Kanisius
Jacobs, Tom SJ. 2002. Paham Allah dalam Filsafat, Agama-agama, dan Teologi.
Yogyakarta: Kanisius
www.kbbi.web.id/teologi .diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 16.00
19