ringkasan eksekutif - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakin benih 2016...
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perubahan struktur organisasi Kementerian Pertanian pada tahun 2015 berimplikasi pada
perubahan struktur unit-unit eselon dibawahnya beserta tugas pokok dan fungsinya. Perubahan
tersebut juga menuntut perubahan pada rencana strategis pembangunan pertanian 2015 - 2019
yang telah disusun pada akhir 2014. Hal ini juga dialami dilingkup Direktrat Jenderal Hortikultura
termasuk Direktorat Perbenihan Hortikultura. Secara berjenjang, dilakukan revisi terhadap
Renstra mulai dari level Kementerian, Direktorat Jenderal Hingga Direktorat. Renstra revisi
inilah selanjutnya yang dijadikan referensi penyusunan LAKIN tahun 2016.
Renstra Revisi Direktorat Perbenihan Hortikultura 2015 - 2019 mengalami perubahan
fundamental dibanding renstra sebelumnya yang menyesuaikan TUSI baru Direktorat
Perbenihan Hortikultura. Terdapat banyak indkator kinerja baru dalam indikator kinerja sasaran
kegiatan yang merupakan target untuk dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK)
Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2016. Adapun capaian kinerja pengembangan
perbenihan hortikultura tahun 2016 mengacu pada dokumen PK terakhir (versi PK Revisi
November 2016) adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Produksi Benih Bawang Merah sebesar 49 %
2. Jumlah Produksi Benih Kentang sebesar 123 %
3. Jumlah Produksi Benih Jeruk sebesar 89 %
4. Jumlah Produksi Benih Buah Lainnya sebesar 85 %
5. Jumlah Fasilitasi Penguatan Kelembagaan sebesar 93 %
6. Jumlah penangkar benih yang mendapat fasilitas sebesar 93 %
7. Jumlah Varietas baru Hortikultura sebesar 120 %
8. Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih Hortikultura sebesar 468 %
Produksi benih bawang merah merupakan salah satu indkator capaian kinerja yang realisasi
rendah diantara indikator sasaran kinerja kegiatan lainnya. Hal ini disebabkan antara lain:
Jadwal pelaksanaan kegiatan produksi benih tidak sesuai target/mundur. Hal ini karena
faktor iklim, revisi DIPA dan kelangkaan/keterbatasan benih sumber yang mengakibatkan
harga benih terlalu mahal atau tidak tersedianya benih.
Adanya penghematan anggaran untuk kegiatan dimaksud sehingga mengurangi output
produksi benih.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
ii
Hasil produksi benih tidak optimum karena iklim yang tidak kondusif, adanya serangan OPT,
dan proses penangkaran benih yang tidak optimal akibat sumber daya yang terbatas seperti
sumber daya manusia, sarana produksi yang masih kurang memadai.
Kegiatan produksi benih bawang merah tidak dilaksanakan karena pengadaan benih sumber
mengalami gagal lelang dan harga benih sumber di penangkar terlalu mahal sehingga
anggaran dikembalikan ke negara.
Sementara itu, capaian kinerja keuangan kegiatan pengembangan sistem perbenihan
hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura adalah sebesar
58.273.732.210,- atau sekitar 87 % dari alokasi Pagu perubahan sampai bulan November 2016
yang sebesar Rp 66.686.528.000,- (Data SMART Sampai tanggal 23 Januari 2017). Diakui
bahwa capaian tersebut belum menunjukkan kinerja yang maksimal karena masih adanya
hambatan-hambatan dalam penyerapan anggaran yang sebagian besar karena beberapa hal
sebagai berikut :
a. Adanya revisi POK sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan jadwal palang yang
telah ditetapkan pada awal penyusunan
b. Adanya pergantian pejabat pembuat komitmen (PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
yang terlambat proses pengeluaran SK pada propinsi dan kabupaten sehingga berimplikasi
ada proses penyerapan anggaran.
c. Kegiatan yang bersifat pengadaan sehingga membutuhkan proses lelang yangg panjang,
sehingga mengakibatkan jadwal tanam menjadi mundur bahkan terjadi gagal lelang.
Beberapa hal yang harus menjadi penekanan tindaklanjut ke depan atas permasalahan
penyerapan anggaran ini adalah : a) Perencanaan kegiatan yang matang sesuai dengan
peraturan dan prosedurnya dengan mempertimbangkan kemampuan instansi baik dari kondisi
SDM maupun geografisnya serta keadaan iklim dan cuaca pendukungnya, dan b) Pengkaderan
dan harmonisasi SDM harus tetap berjalan sehingga pada saatnya pengalihan tugas tidak
terhambat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
iii
KATA PENGANTAR
Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun 2016 menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja
(LAKIN) sebagai tindaklanjut dari Peraturan Presiden yang tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Metode penyusunan LAKIN telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
LAKIN Direktorat Perbenihan Hortikultura 2016 sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja
pimpinan beserta jajarannya dalam memanfaatkan anggaran pembangunan yang bersumber
dari APBN. Perubahan organisasi di tingkat Kementerian, Direktorat Jenderal serta Direktorat
mewarnai pembahasan pada Lakin Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2016. Perubahan
Tugas Pokok dan Fungsi mempengaruhi pula terjadinya perubahan rencana strategis. Oleh
karena itu, seiring dengan hal tersebut maka pada penyusunan LAKIN Direktorat Perbenihan
Hortikultura tahun 2016 juga menggunakan renstra revisi Direktorat Perbenihan Hortikultura
tahun 2016 sebagai acuannya.
Harapan kami LAKIN ini dapat memberikan gambaran kinerja yang dicapai oleh jajaran
Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 dan menjadi bahan masukan dalam rangka
menyusun langkah tindak lanjut untuk perbaikan, pengembangan dan penyempurnaan kegiatan
pada tahun berikutnya.
Jakarta, Januari 2016
Direktur
Ir. Sriwijayanti Yusuf,M.Agr.Sc
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
iv
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………………… vi
BAB. I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………... 1
BAB. II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ………………………………… 4
2.1. Perencanaan Kinerja ………………………………………………………….. 4
2.2. Perjanjian Kinerja ……………………………………………………………… 9
BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………………………… 12
3.1. Pengukuran Kinerja …………………………………………………………… 12
3.2. Analisis Capaian Kinerja 2016 ………………………………………………… 13
3.3. Analisis Pencapaian Keuangan 2016 ………………………………………… 19
3.4. Permasalahan Secara Umum ………………………………………………… 21
3.5. Tindak Lanjut ……………………………………………………………………. 21
BAB III. PENUTUP ……………………………………………………………………………. 23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Target Volume Indikator sasaran strategis Direktorat Perbenihan
Hortikultura Tahun 2015 – 2019 (versi Revisi Direktorat Perbenihan
Hortikultura 2015 – 2019 ……….…………………………………………………
6
Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Direktorat Perbenihan Hortikultura ……. 8
Tabel 3. Rencana Kerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun
2016 …………………………………………………………………………………
9
Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 (awal) …. 10
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 (Revisi
Terakhir) …………………………………………………………………………….
11
Tabel 6. Pengukuran Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 ……….. 12
Tabel 7. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah ………………………… 19
Tabel 8. Realisasi Anggaran Per Output Kegiatan Pengembangan Sistem
Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 ……………………………………………
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perbenihan Hortikultura ….………………….. 24
Lampiran 2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan dan Pendidikan ………………. 25
Lampiran 3. Sasaran Kerja Pegawai Eselon 2, 3 dan 4 ……………………………………. 26
Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 Per 31
Desember 2015 …………………………………………………………………..
37
Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 Per
Februari 2016 ...…………………………………………………………………..
39
Lampiran 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 Per
Agustus 2016 ...…………………………………………………………………..
41
Lampiran 7. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 Per
Nopember 2016.…………………………………………………………………..
43
Lampiran 8. Rencana Strategis Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2015 – 2019 . 45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai tindaklanjut dari Peraturan Presiden yang tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP), maka pada tahun 2016 Direktorat Perbenihan Hortikultura menyusun Laporan
Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja pimpinan
beserta jajarannya dalam memanfaatkan anggaran pembangunan yang bersumber dari
APBN. Metode penyusunan LAKIN telah diatur dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Benih merupakan kunci utama keberhasilan agribisnis hortikultura. Penggunaan benih
bermutu dari varietas unggul yang tepat disertai budidaya yang tepat sesuai SOP
menjamin keberhasilan budidaya hortikultura. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
produktivitas dan produksi hortikultura diperlukan dukungan perbenihan yang tangguh.
Mengingat pentingnya arti benih bagi keberhasilan agribisnis hortikultura maka
diperlukan upaya penyediaan benih hortikultura bermutu dari varietas unggul yang tepat,
dalam jumlah yang tepat, harga yang terjangkau serta dengan kualitas yang baik.
Pembangunan perbenihan hortikultura ditujukan untuk menjamin terpenuhinya
kebutuhan benih bermutu varietas unggul secara memadai dan berkesinambungan.
Dalam pencapaiannya diperlukan kerjasama yang erat antar instansi terkait, mulai dari
penanganan plasma nutfah, pemuliaan, produksi dan penyedia benih, distribusi,
pengendalian mutu dan pengawasan peredaran benih, serta pengguna benih. Direktorat
Perbenihan Hortikultura sebagai instansi pemerintah yang menjadi fasilitator dan
regulator perbenihan, memiliki peran penting dalam menggerakkan pembangunan
perbenihan hortikultura.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka Direktorat Perbenihan
Hortikultura mempunyai tugas “Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih aneka cabai, bawang merah, aneka
jeruk, dan tanaman hortikultura lain”. Dalam pelaksanaan tugasnya, Direktorat
Perbenihan Hortikultura menyelenggarakan fungsi :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 2
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan varietas, dan
pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan varietas, dan pengawasan
mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang di bidang peningkatan
penyediaan varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penyediaan
varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penyediaan
varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Hortikultura.
Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, Direktorat Perbenihan Hortikultura
mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :
a. Subdirektorat Pengembangan Varietas;
b. Subdirektorat Pengawasan Mutu Benih;
c. Subdirektorat Produksi dan Kelembagaan Benih;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Subdirektorat Pengembangan Varietas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
penyediaan varietas benih hortikultura.
Subdirektorat Pengawasan Mutu Benih mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
pengawasan mutu benih hortikultura.
Subdirektorat Produksi dan Kelembagaan Benih mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
peningkatan penyediaan benih aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk dan tanaman
hortikultura lain serta kelembagaan benih.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 3
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Perbenihan
Hortikultura.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundangan.
Struktur organisasi Direktorat Perbenihan Hortikultura dapat dilihat pada Lampiran 1,
sedangkan komposisi pegawai berdasarkan golongan dan latar belakang pendidikan
dapat dilihat Lampiran 2. Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan telah disusun
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Tahun 2016 yang digunakan sebagai sasaran dalam
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tupoksi dapat dilihat di Lampiran 3.
Sebagai pertanggungjawaban kinerja terhadap pelaksanaan kegiatan perbenihan
hortikultura selama kurun waktu 2016 ini maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja
(LAKIN) Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2016.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 4
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa
komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain;
Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi kinerja.
Komponen perencanaan kinerja meliputi; a) Rencana Strategis (Renstra), b) Indikator
Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan
Kinerja (PK).
2.1. Perencanaan Kinerja
2.1.1. Rencana Strategis
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan perangkat untuk mencapai
harmonisasi perencanaan pembangunan sistem perbenihan hortikultura secara
menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergis baik dalam lingkup internal Direktorat
Jenderal Hortikultura, lingkup Kementerian Pertanian maupun secara eksternal
dengan instansi lain di luar Kementerian Pertanian. Renstra Direktorat Perbenihan
Hortikultura tahun 2015 - 2019 merupakan acuan, arahan kebijakan dan strategi
pembangunan perbenihan hortikultura dengan mempertimbangkan berbagai
kondisi baik internal maupun eksternal serta kecenderungan perkembangan
perbenihan masa mendatang.
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan penerjemahan lebih lanjut
dari Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai acuan bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perbenihan di
semua tingkatan baik di pusat, propinsi dan kabupaten. Saat ini Renstra Direktorat
Perbenihan Hortikultura merupakan renstra revisi yang juga telah disesuaikan
dengan Renstra Revisi Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2015 - 2019. Dalam
Renstra Revisi Direktorat perbenihan Hortikultura 2015 - 2019 disampaikan hal-hal
sebagai berikut :
A. Visi dan Misi
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika
lingkungan strategis, maka Visi Pembangunan Perbenihan tahun 2015 - 2019
adalah ”Tersedianya benih hortikultura dalam jumlah yang cukup, tepat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 5
varietas, tepat kualitas, tepat waktu dan harga terjangkau untuk
mendukung kawasan hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan”.
Dalam rangka mencapai visi pembangunan hortikultura tersebut, Direktorat
Perbenihan mengemban Misi sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan perbenihan secara nasional dengan memperhatikan
kebijakan di propinsi serta kabupaten/kota.
b. Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha
perbenihan serta memfasilitasi berkembangnya kerjasama / kemitraan bisnis
antara kelompok penangkar dan pengusaha yang saling menguntungkan.
c. Meningkatkan kualitas SDM aparat pemerintah pada instansi terkait maupun
pelaku usaha perbenihan.
d. Mengembangkan inovasi dan adopsi teknologi maju perbenihan.
e. Mempromosikan penggunaan benih bermutu varietas unggul kepada
masyarakat.
B. Tujuan, Sasaran dan Target Pengembangan Sistem Perbenihan
Hortikultura
Sejalan dengan visi dan misi yang diemban, maka tujuan pembangunan
perbenihan tahun 2015 - 2019 adalah :
a. Meningkatkan ketersediaan benih bermutu untuk mendukung
pengembangan kawasan sesuai dengan perkembangan teknologi dan
permintaan konsumen.
b. Meningkatkan penerapan standar mutu benih dan pengawasan peredaran
benih dalam menjamin mutu benih.
c. Meningkatkan penerapan inovasi dan adopsi teknologi maju perbenihan di
tingkat pelaku usaha.
d. Memberdayakan potensi nasional di bidang perbenihan dan meningkatkan
peran swasta dalam penumbuhan industri benih nasional.
e. Menumbuhkembangkan kelembagaan perbenihan di wilayah sentra
pengembangan.
Sasaran pembangunan perbenihan hortikultura tahun 2015 – 2019 adalah :
a. Terpenuhinya kebutuhan benih bermutu untuk mendukung pengembangan
kawasan sesuai dengan perkembangan teknologi dan permintaan
konsumen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 6
b. Terwujudnya usaha perbenihan hortikultura yang tangguh, mandiri, dan
kelanjutan.
Sedangkan target kegiatan pengembangan sistem perbenihan tahun 2015 -
2019 meliputi:
a. Produksi benih tanaman bawang merah
b. Produksi benih tanaman kentang
c. Produksi benih tanaman jeruk
d. Produksi benih tanaman buah lainnya
e. Fasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan
f. Pendaftaran varietas baru hortikultura.
g. Sertifikasi dan pengawasan benih hortikultura
Target kegiatan diatas merupakan target revisi. Beberapa target pada Renstra
Revisi Direktorat Perbenihan Hortikultura mengalami penyesuaian dan
perubahan akibat perubahan organisasi. Ada target yang hilang dan ada target
yang baru.
Target-target kegiatan - kegiatan tersebut diatas selanjutnya merupakan
output/indikator sasaran strategis Direktorat Perbenihan tahun 2015 – 2019
dengan target volume seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Target volume indikator sasaran strategis Direktorat Perbenihan Tahun
2015 – 2019 (Versi Renstra Revisi Direktorat Perbenihan Hortikultura
2015 - 2016)
No. Kegiatan Satuan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Produksi benih Bawang Merah
Kg - 2.015.000 2.100.000 2.205.000 2.315.250
2. Produksi Benih Jeruk
Batang - 245.000 252.000 264.600 277.830
3. Sertifikasi dan Pengawasan peredaran benih hortikultura
Unit - 1.520 1.575 1.651 1.734
4. Produksi Benih Kentang
Knol - 250.000 257.250 270.113 283.618
5. Produksi Benih Buah Lainnya
Batang - 172.000 178.500 187.425 196.796
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 7
No. Kegiatan Satuan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
6. Fasilitasi Penguatan Kelembagaan
Lembaga - 65 65 65 65
7. Fasilitasi Penangkar benih
Kelompok - 28 30 38 42
8. Pendaftaran Varietas Baru Hortikultura
Calon varietas/ Varietas
- 25 35 45 55
C. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perbenihan
Arah kebijakan pengembangan perbenihan mengacu pada arah kebijakan
pengembangan hortikultura yang diselaraskan dengan tupoksi Direktorat
Perbenihan. Sesuai dengan kebijakan pengembangan hortikultura, maka arah
kebijakan pengembangan perbenihan adalah:
a. Peningkatan ketersediaan benih bermutu hortikultura (benih tanaman sayuran
dan tanaman obat, tanaman florikultura, tanaman buah) sesuai prinsip 7 Tepat
(Tepat Jenis, varietas, mutu, jumlah, lokasi, waktu, dan harga).
b. Penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura melalui revitalisasi Balai
Benih, Penguatan Kelembagaan Penangkar, Penataan BF dan BPMT,
Penguatan Kapasitas SDM Perbenihan, Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
c. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri benih melalui
pemberian insentif tertentu guna menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh
kembangnya usaha perbenihan.
d. Pemberdayaan pelaku usaha perbenihan melalui bantuan sarana, pendidikan
dan pelatihan, magang, studi banding, dan pendampingan teknologi.
e. Peningkatan sosialisasi dan pemasyarakatan benih bermutu kepada petani
dan masyarakat.
Strategi pengembangan perbenihan hortikultura yang merupakan penjabaran dari
strategi pengembangan hortikultura meliputi:
1. Penataan kelembagaan perbenihan melalui peningkatan kompetensi SDM,
modernisasi peralatan, pengembangan sistem perbenihan, standarisasi
proses dan akreditasi, peningkatan peran dan fungsi, penguatan teknologi
informasi.
2. Penguatan kelembagaan penangkar benih melalui fasilitasi sarana produksi
dan benih sumber.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 8
3. Menggali, melindungi, memelihara dan memanfaatkan sumber daya genetik
nasional untuk pengembangan varietas unggul daerah, melalui eksplorasi,
observasi, domestikasi, atau duplikasi PIT.
4. Peningkatan kualitas SDM perbenihan (petugas BBH, PBT, produsen benih)
melalui latihan, magang, atau seminar
5. Meningkatkan peran swasta dalam membangun industri benih dalam negeri
melalui penyederhanaan regulasi, pendaftaran varietas, pembinaan proses
akreditasi, dan sertifikasi mandiri.
6. Meningkatkan sosialisasi dan pemasyarakatan benih bermutu melalui
demonstrasi lapang, jambore varietas, pemberian bantuan benih bermutu
langsung ke masyarakat, pameran, media cetak (leaflet).
2.1.2 Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK)
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Direktorat Perbenihan Hortikultura disajikan
dalam Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Direktorat Perbenihan Hortikultura
Sasaran Indikator Kinerja Sumber Data
Terpenuhinya
kebutuhan
hortikultura
bermutu untuk
kebutuhan dalam
negeri dan
ekspor
1. Produksi Benih Bawang
Merah (kg)
- Balai Benih Hortikultura
Propinsi
- Dinas Pertanian Kabupaten
2. Produksi Benih Kentang
(knol)
- Balai Benih Hortikultura
Propinsi
- Dinas Pertanian Kabupaten
3. Produksi Benih Jeruk
(batang)
- Balai Benih Hortikultura
Propinsi
4. Produksi Benih Buah
Lainnya (batang)
- Balai Benih Hortikultura
Propinsi
5. Penguatan
Kelembagaan
(Lembaga)
- Direktorat Perbenihan
Hortikultura
- Balai Benih Hortikultura
Propinsi
6. Fasilitasi bantuan
penangkar benih
(Kelompok)
- Balai Benih Hortikultura
Propinsi
- Dinas Pertanian Kabupaten
7. Varietas Hortikultura
(Varietas)
- Direktorat Perbenihan
Hortikultura
- Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 9
Sasaran Indikator Kinerja Sumber Data
8. Sertifikasi dan
Pengawasan Peredaran
Benih Hortikultura (unit)
- Direktorat Perbenihan
Hortikultura
- Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH)
2.1.3 Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun
2016 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2016 yang
ditetapkan pada Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) dan telah disesuaikan
dengan sasaran strategis pada Renstra revisi 2015 – 2019. Dalam RKT telah
ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran tingkat keberhasilan/kegagalan
pencapaiannya. Target Rencana Kinerja Tahunan 2016 dapat dilihat pada Tabel 3
berikut :
Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura
Tahun 2016
Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target
Terpenuhinya
Benih bermutu
untuk kebutuhan
dalam negeri dan
ekspor
1. Produksi Benih Bawang
Merah
Kg 1.800.000
2. Produksi Benih Kentang Knol 200.000
3. Produksi Benih Jeruk Batang 200.000
4. Produksi Benih Buah
Lainnya
Batang 120.000
5. Penguatan Kelembagaan Lembaga 64
6. Fasilitasi bantuan
penangkar benih
Kelompok 80
7. Varietas Hortikultura Varietas 100
8. Sertifikasi dan
Pengawasan Peredaran
Benih Hortikultura
Unit 1.000
2.2 Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja tahun 2016 yang merupakan dokumen kesepakatan antara
Direktur Jenderal Hortikultura dengan Direktur Perbenihan Hortikultura. Pada Tahun
2016, Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Perbenihan Hortikultura mengalami
perubahan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut pada bulan Februari 2016, Agustus
2016 dan Nopember 2016 sejak penandatangan PK pertama pada bulan Desember
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 10
2015. Perjanjian Kinerja awal per tanggal 31 Desember 2015 secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 (awal)
Sasaran Indikator Kinerja Target
Terpenuhinya
Benih Bermutu
Untuk Kebutuhan
Dalam Negeri
dan Ekspor
1. Jumlah Produksi Benih Bawang Merah
(kg)
2.436.001
2. Jumlah Produksi Benih Kentang (Knol) 207.004
3. Jumlah Produksi Benih Jeruk (batang) 245.000
4. Jumlah Produksi Benih Tanaman
Florikultura (Tanaman)
6.001
4. Jumlah Produksi Benih Buah Lainnya
(batang)
172.000
5. Jumlah Fasilitasi Penguatan Kelembagaan
(lembaga)
143
6. Jumlah penangkar benih yang mendapat
fasilitas (kelompok)
83
7. Jumlah Varietas baru Hortikultura
(varietas)
143
8. Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran
Benih Hortikultura (unit)
3.056
Pada bulan Februari 2016 telah dilakukan refokusing kegiatan – kegiatan di
Direktorat Jenderal Hortikultura sehingga anggaran mengalami perubahan dari Pagu
anggaran Rp 97.750.001.000,- menjadi Rp 63.485.294.000,-, pada bulan Agustus
2016 pagu anggaran kembali mengalami perubahan menjadi Rp 64.708.528.000,-
dan terakhir pada bulan November 2016 pagu anggaran direvisi kembali menjadi Rp
66.687.528.000,-.
Selain terjadi perubahan pagu anggaran, sasaran strategis, indikator kinerja dan
volume target juga mengalami perubahan. Perubahan sasaran strategis pada
Perjanjian Kinerja pada bulan Agustus dan Nopember 2016 adalah perubahan pada
narasi dari semula “Terpenuhinya Benih Bermutu Untuk Kebutuhan Dalam Negeri
dan Ekspor” berubah menjadi “Berkembangnya Komoditas Bernilai Tambah dan
Berdaya Saing”. Sasaran strategis ini menyesuaikan sasaran strategis yang ada di
Renstra Revisi Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019 yang terbit pada bulan
Maret 2016.
Dengan adanya refocusing, salah satu indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja (PK)
yaitu jumlah produksi benih tanaman florikultura dihilangkan, disamping itu terjadi
perubahan atau penurunan volume pada indikator kinerja yang lain terutama pada
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 11
jumlah produksi benih bawang merah, penangkar benih yang mendapat fasilitas,
fasilitasi penguatan kelembagaan dan sertifikasi dan pengawasan peredaran.
Penurunan volume indikator kinerja disebabkan adanya pemotongan anggaran.
Adapun dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura yang telah
direvisi tercantum pada Lampiran 4, 5, 6, dan 7. Perjanjian Kinerja revisi terakhir
dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016 (Revisi
Terakhir)
Sasaran Indikator Kinerja Target
Berkembangnya
Komoditas
Bernilai Tambah
dan Berdaya
Saing
1. Jumlah Produksi Benih Bawang Merah
(kg)
1.941.402
2. Jumlah Produksi Benih Kentang (Knol) 243.000
3. Jumlah Produksi Benih Jeruk (batang) 245.000
4. Jumlah Produksi Benih Buah Lainnya
(batang)
172.000
5. Jumlah Fasilitasi Penguatan Kelembagaan
(lembaga)
107
6. Jumlah penangkar benih yang mendapat
fasilitas (kelompok)
55
7. Jumlah Varietas baru Hortikultura
(varietas)
149
8. Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran
Benih Hortikultura (unit)
1.311
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 12
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah
diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi
secara terukur dengan sasaran atau target Kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan
kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
3.1. Pengukuran Kinerja
Dalam rangka pelaksanaan APBN tahun berjalan, akuntabilitas kinerja Direktorat
Perbenihan Hortikultura tahun 2016 diukur dengan cara membandingkan realisasi
kinerja dengan target kinerja yang tercantum dalam dokumen Perjanjian Kinerja Untuk
mengukur tingkat capaian kinerja tahun 2016 digunakan metode scoring yang
mengelompokkan capaian kedalam 4 (empat) kategori kinerja, yaitu: 1) sangat berhasil
(capaian >100%), 2) berhasil (capaian 80 - 100%), 3) cukup berhasil (capaian 60 - 79%),
dan 4) kurang berhasil (capaian < 60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan.
Pengukuran pencapaian kinerja Tahun 2016 dilakukan dengan membandingkan target
yang telah ditetapkan dengan pencapaian realisasinya. Secara rinci, realisasi
pencapaian target penetapan kinerja tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Pengukuran Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016
Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Kategori
Berkembangnya
Komoditas
Bernilai Tambah
dan Berdaya
Saing
1. Jumlah Produksi
Benih Bawang
Merah (kg)
1.941.402 951.220 49 Kurang
Berhasil
2. Jumlah Produksi
Benih Kentang
(Knol)
243.000 298.750 123 Sangat
Berhasil
3. Jumlah Produksi
Benih Jeruk (batang)
245.000 218.797 89 Berhasil
4. Jumlah Produksi
Benih Buah Lainnya
(batang)
172.000 143.714 85 Berhasil
5. Jumlah Fasilitasi
Penguatan
Kelembagaan
107 100 93 Berhasil
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 13
Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Kategori
(lembaga)
6. Jumlah penangkar
benih yang
mendapat fasilitas
(kelompok)
55 51 93 Berhasil
7. Jumlah Varietas
baru Hortikultura
(varietas)
149 149 100 Berhasil
8. Sertifikasi dan
Pengawasan
Peredaran Benih
Hortikultura (unit)
1.311 6.144 468 Sangat
Berhasil
3.2. Analisis Capaian Kinerja 2016
Berdasarkan pengukuran kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016, dari 8
(delapan) indikator kinerja utama menghasilkan kinerja dengan capaian kategori Sangat
Berhasil (capaian melebihi 100%) sebanyak 3 (tiga) indikator meliputi jumlah produksi
benih kentang, jumlah varietas baru dan sertifikasi dan pengawasan peredaran benih
hortikultura. Secara rinci, capaian kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2016
dijelaskan sebagai berikut.
a. Produksi Benih Bawang Merah
Produksi benih bawang merah dilaksanakan oleh BBH di 27 (dua puluh tujuh)
Propinsi melalui dana dekonsentrasi dan di 4 (empat) kabupaten melalui dana tugas
pembantuan yaitu Kabupaten Brebes, Nganjuk,
Probolinggo dan Bima. Kegiatan ini dilakukan
sebagai upaya meningkatkan ketersediaan benih
bermutu tanaman bawang merah guna
meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu
produk tanaman bawang merah. Pelaksanaannya
melalui bimbingan atau pembinaan, koordinasi
maupun apresiasi, pemantapan, serta pengadaan
benih sumber. Perbanyakan benih bawang merah
dapat dilakukan bekerja sama dengan penangkar
benih setempat yang kompenten.
Target output produksi benih bawang merah yang
ditetapkan tahun 2016 sebesar 1.941.402 kg, terealisasi sebesar 951.220 atau sekitar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 14
49%. Realisasi pencapaian target produksi benih bawang merah pada tahun 2016
dapat dikatakan kurang berhasil, karena tidak memenuhi target yang telah ditentukan
dan persentase capaiannya kurang dari 60%. Persoalan utama dari
kekurangberhasilan target produksi bawang merah adalah masih rendahnya
penguasaan teknologi perbanyakan benih bawang merah karena masih merupakan
hal baru dan masih taraf pembelajaran baik di tingkat pelaku usaha maupun di tingkat
balai benih.
Disamping itu rendahnya pencapaian realisasi produksi benih bawang merah
disebabkan oleh :
Jadwal pelaksanaan kegiatan produksi benih tidak sesuai target/mundur. Hal ini
karena faktor iklim, revisi DIPA dan kelangkaan/keterbatasan benih sumber yang
mengakibatkan harga benih terlalu mahal atau tidak tersedianya benih.
Adanya penghematan anggaran untuk kegiatan dimaksud sehingga mengurangi
output produksi benih.
Hasil produksi benih tidak optimum karena iklim yang tidak kondusif, adanya
serangan OPT, dan proses penangkaran benih yang tidak optimal akibat sumber
daya yang terbatas seperti sumber daya manusia, sarana produksi yang masih
kurang memadai.
Kegiatan produksi benih bawang merah tidak dilaksanakan karena pengadaan
benih sumber mengalami gagal lelang dan harga benih sumber di penangkar
terlalu mahal sehingga anggaran dikembalikan ke negara.
Pencapaian output produksi benih bawang merah yang kurang berhasil perlu
dilakukan upaya perbaikan - perbaikan di tahun berikutnya. Beberapa kebijakan yang
telah dikeluarkan adalah sebagai berikut :
- Output produksi benih bawang merah Tahun 2017 sebesar 88 % atau 2.441.000
kg ditargetkan di 14 (empat belas) kabupaten yang merupakan sentra kawasan
atau kawasan pengembangan bawang merah. Ini dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan produksi benih bawang merah. Penangkar
bawang merah di wilayah tersebut merupakan penangkar yang memiliki
kompetensi dan telah terbiasa melakukan penangkaran bawang merah.
- Untuk kegiatan pengembangan perbenihan bawang merah Tahun 2017, sumber
benih dapat berasal dari hasil produksi kawasan APBN 2016 yang selanjutnya
dilakukan pemurnian varietas untuk mendapatkan benih bersertifikat
- Untuk memenuhi kebutuhan benih bawang merah pada kegiatan APBN 2017, jika
benih bersertifikat dengan harga wajar (maksimal Rp 30.000,-/kg) tidak tersedia,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 15
maka dapat menggunakan benih dari wilayah tersebut yang merupakan hasil dari
pertanaman kawasan APBN 2016 atau dari penangkar/petani setempat yang
sudah jelas varietasnya dan sehat
b. Produksi Benih Kentang
Kegiatan produksi benih kentang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan benih
bermutu dan meningkatkan kapasitas produsen/penangkar benih tanaman kentang.
Pelaksana kegiatan adalah BBH di 10 (sepuluh) provinsi kentang dan dapat bekerja
sama dengan penangkar benih setempat yang kompenten.
Target output produksi benih kentang yang ditetapkan tahun 2016 sebesar 243.000
knol, terealisasi sebesar 298.750 atau sekitar 123 %. Realisasi pencapaian target
produksi benih bawang merah pada tahun 2016 dapat dikatakan sangat berhasil,
karena telah melebihi target yang telah ditentukan sehingga persentase capaiannya
lebih dari 100%.
Pencapaian realisasi produksi benih kentang yang tinggi disebabkan pada umumnya
penangkaran benih kentang sudah dikelola dengan baik (tepat varietas, tepat tanam,
dan tepat lokasi) sehingga produktivitasnya tinggi, serta tersedianya sumber daya
(SDM, sarana dan prasarana) yang memadai.
Produksi benih kentang dalam negeri sebagian besar diperoleh dari produsen benih
seperti Balai Benih Hortikultura dan penangkar benih. Peningkatan produksi benih
kentang dikarenakan penumbuhan penangkar benih kentang meningkat baik secara
kualitas maupun kuantitas, peranan pemerintah dalam memfasilitasi penggunaan
benih kentang bermutu semakin besar dan tepat
sasaran, serta komitmen pemerintah daerah
terhadap produksi benih kentang semakin
meningkat.
Varietas kentang yang berkembang di penangkar
adalah varietas Granola. Tahun 2017 akan
dikembangkan varietas lokal seperti calon varietas
Tedjo MZ untuk Kawasan Gunung Dieng, Jawa
Tengah. Saat ini proses pendaftaran calon varietas
ini masih berjalan sebagai salah satu varietas
unggul daerah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 16
c. Produksi Benih Jeruk
Kegiatan produksi benih jeruk bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan benih
bermutu jeruk dari varietas unggul untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan
mutu produk tanaman jeruk. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Benih Hortikultura
yang tersebar di 19 (sembilan belas) provinsi seluruh Indonesia.
Target output produksi benih tanaman jeruk yang
ditetapkan tahun 2016 sebesar 245.000 batang,
terealisasi sebesar 218.797 batang atau sekitar
89%. Realisasi pencapaian target produksi benih
tanaman buah lainnya pada tahun 2016 dapat
dikatakan berhasil, karena persentase capaiannya
antara 80 – 100%. Pencapaian realisasi
ketersediaan benih tidak memenuhi target yang
sudah ditentukan, antara lain disebabkan
penanganan produksi benih jeruk yang tidak
optimal, serta sumber daya yang terbatas atau
tidak memadai. Faktor iklim basah juga
mengakibatkan lingkungan menjadi lembab dan tanaman jeruk terserang penyakit
cendewan dan busuk.
Perbanyakan benih buah tidak semudah mengembangkan komoditas hortikultura
lainnya karena : (1) membutuhkan waktu relatif lama sekitar 1 sampai 2 tahun
tergantung kepada komoditasnya, (2) membutuhkan sarana screenhouse untuk BF
dan BPMT, (3) mempunyai skill dan ketrampilan dalam perbanyakannya (okulasi,
mata tempel, dll) dan (4) perlu modal yang cukup besar.
d. Produksi Benih Tanaman Buah Lainnya
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Benih
Hortikultura yang tersebar di 30 (tiga puluh)
provinsi seluruh Indonesia. Target output produksi
benih tanaman buah lainnya yang ditetapkan
tahun 2016 sebesar 169.000 batang, terealisasi
sebesar 143.714 batang atau sekitar 85%.
Realisasi pencapaian target produksi benih
tanaman buah lainnya pada tahun 2016 dapat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 17
dikatakan berhasil, karena persentase capaiannya antara 80 – 100 %.
Pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman buah lainnya tidak memenuhi
target yang sudah ditentukan, antara lain disebabkan penanganan produksi benih
buah lainnya yang tidak optimal, serta sumber daya yang terbatas atau tidak
memadai.
Pembinaan secara berkala yang dilakukan oleh BPSBTPH juga sangat berperan
penting dalam meningkatkan hasil produksi benih buah. Benih buah lainnya yang
diproduksi adalah : mangga, durian, pisang, manggis, alpukat, duku dll. Produksi
benih ini disesuaikan dengan pengembangan kawasan tanaman buah.
e. Fasilitasi Bantuan Penangkar Benih
Fasilitasi bantuan penangkar benih hortikultura tahun 2016 mencapai 93 %, dari
target sebesar 55 unit, realisasi mencapai 51 unit, yang meliputi : bantuan shading
net, screenhouse, gudang benih, alsintan, benih sumber, dan sarana perbenihan.
Bantuan shading net diberikan kepada penangkar benih jeruk dan bawang merah,
sedangkan screenhouse diberikan kepada penangkar benih kentang. Bantuan
screenhouse kentang diperuntukkan memperbanyak benih kentang kelas G0 dan G1.
Bantuan gudang diberikan kepada penangkar benih bawang merah. Selama ini
penangkar benih bawang merah menyimpan benih di gudang-gudang sederhana atau
di para-para rumah, sehingga dapat merusak mutu benih. Dengan adanya gudang
yang sehat dan sesuai standar penyimpanan benih, maka penangkar bisa
menyimpan benihnya sampai digunakan untuk pertanaman berikutnya.
Bantuan benih sumber sayuran dan florikultura diberikan kepada penangkar untuk
dijadikan bahan perbanyakan kelas benih berikutnya, sedangkan bantuan benih
sumber tanaman buah digunakan sebagai pohon induk untuk diambil entresnya.
Kegiatan fasilitasi bantuan penangkar benih sangat dibutuhkan oleh penangkar,
karena selain Balai Benih Hortikultura, peranan penangkar menjadi sangat penting
dalam peningkatan ketersediaan benih bermutu. Penangkar benih yang ada saat ini
masih memiliki keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana produksi benih. Oleh
karena itu perlu dilakukan pembinaan dan pemberian dukungan terhadap penangkar
benih baik dalam hal aspek teknis maupun manajemen seperti bantuan sarana
perbenihan, pelatihan ketrampilan memproduksi benih dan pembinaan yang
berkelanjutan. Fasilitasi bantuan penangkar benih dilakukan untuk meningkatkan
kapasitas dan kualitas produksi benih yang dihasikan oleh penangkar benih
hortikultura setempat. Melalui fasilitasi bantuan penangkar benih diharapkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 18
penangkar benih mampu menyediakan benih bermutu secara berkesinambungan
dalam jumlah yang memadai.
f. Penguatan Kelembagaan
Dalam rangka mempercepat penyediaan benih bermutu varietas unggul, peran
kelembagaan perbenihan hortikultura seperti Direktorat Perbenihan Hortikultura,
BBH/kebun benih, BPSBTPH, dan produsen/penangkar benih, menjadi sangat
penting. Untuk meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan tersebut maka
pemerintah menfasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura.
Target output penguatan kelembagaan tahun 2016 adalah 107 lembaga, realisasi
pencapaian target sebanyak 100 lembaga atau 93 %. Pencapaian ini dapat dikatakan
berhasil, walaupun masih belum mencapai angka target.
Pelaksanaan kegiatan output ini meliputi mengadakan penentuan CP/CL, koordinasi,
sosialisasi, bimbingan atau pembinaan, pelatihan, fasilitasi sarana produksi benih
dan monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Namun, dengan
adanya penghematan di beberapa satuan kerja menyebabkan kegiatan ini tidak dapat
dilaksanakan.
g. Pengembangan Varietas
Kegiatan ini dilaksanakan oleh BPSB di 33 propinsi meliputi kegiatan observasi dalam
rangka memperoleh calon varietas unggul daerah dan mendorong kegiatan perakitan
varietas serta melakukan evaluasi varietas yang sudah terdaftar. Dengan adanya
kegiatan ini diharapkan tersedianya pilihan varietas yang dapat dikembangkan secara
optimal dimasing-masing daerah sentra pengembangan.
Target output pengembangan varietas Tahun 2016 adalah 149 varietas dan realisasi
output yang dapat dicapai adalah 149 varietas atau 100 %. Realisasi yang dicapai
memenuhi target yang ditentukan sehingga dapat dikatakan berhasil. Pencapaian ini
tidak lepas dari keinginan pemerintah daerah untuk menampilkan varietas – varietas
daerah yang memiliki keunggulan dan memiliki kekhasnya yang tidak dimiliki daerah
lain. Selain itu, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pelestarian potensi daerah.
h. Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih Hortikultura
Kegiatan ini merupakan upaya untuk mendorong pelaksanaan sertifikasi benih dan
pengawasan peredaran benih dalam rangka menjamin mutu benih, sehingga
pengguna benih terjamin mendapatkan benih bermutu. Sebagai jaminan mutu benih
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 19
harus disertifikasi dan merupakan salah satu syarat apabila diedarkan. Bagi
penangkar/produsen benih yang belum memiliki LSSM maka sertifikasi dilakukan oleh
BPSBTPH setempat. Sedangkan penangkar/ produsen benih yang sudah memiliki
sertifikat akreditasi dari KAN, bisa melakukan sertifikasi sendiri.
Upaya peningkatan sertifikasi dan pengawasan mutu benih hortikultura tahun 2016
mencapai 468 %. Dari target sebesar 1.311 unit, realisasi mencapai 6.144 unit, yang
meliputi sertifikasi dan pengawasan peredaran benih hortikultura. Pencapaian output
ini melebihi 100 % atau sangat berhasil. Untuk menunjang kegiatan pengembangan
perbenihan hortikultura dan pengembangan kawasan hortikultura tahun 2016,
propinsi dan kabupaten membutuhkan benih - benih bersertifikat. Oleh karena itu,
banyak permintaan proses sertifikasi benih di sentra – sentra perbenihan hortikultura
untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pengembangan Tahun 2016.
3.3. Analisis Pencapaian Keuangan 2016
Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian
sasaran strategis yang telah tergambar dalam Penetapan Kinerja dapat dicapai dengan
sumber keuangan yang ada. Dalam rangka pencapaian sasaran strategis
berkembanganya sistem perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan
kawasan hortikultura, maka Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun 2016
mendapatkan alokasi dana APBN regular sebesar Rp 66.686.528.000,- seperti yang
tertera dalam Penetapan Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2016 bulan
Nopember 2016.
Hingga awal Januari 2016 realisasi keuangan berdasarkan kewenangan instansi baik
pusat maupun daerah dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah
KEGIATAN PAGU (Rp)
REALISASI S/D
23 JANUARI 2017
(Rp) (%)
Pengembangan Sistem Perbenihan
Hortikultura 66.686.528.000 58.273.732.210 87
Pusat 15.796.544.000 15.219.306.836 96
Daerah 50.889.984.000 43.054.425.400 85
Rincian realisasi anggaran untuk setiap output kegiatan pengembangan sistem
perbenihan hortikultura Tahun 2016 per tanggal 23 Januari 2017 dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 20
Tabel 8. Realisasi Anggaran Per Output Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan
Tahun 2016
NO Output PAGU
ANGGARAN
REALISASI
Anggaran Persentase
1 Produksi Benih Tanaman Buah
Lainnya (batang)
2,189,248,000 2,075,604,597 95
2 Fasilitas Bantuan Penangkar Benih
(kelompok)
2,208,828,000 2,059,946,050 93
3 Produksi Benih Bawang Merah (kg) 19,064,431,000 13,368,610,252 70
4 Produksi benih kentang (knol) 2,576,530,000 2,447,714,450 95
5 Produksi Benih Jeruk (batang) 3,034,915,000 2,861,674,899 94
6 Fasilitasi Penguatan kelembagaan
Perbenihan Hortikultura (lembaga)
12,860,997,000 12,199,371,360 95
7 Varietas Hortikultura (varietas) 7,125,993,000 6,705,548,071 94
8 Sertifikasi dan Pengawasan
Peredaran Benih Hortikultura (unit)
17,625,586,000 16,555,262,531 94
Total 66,686,528,000 58,273,732,210 87
Capaian tersebut belum menunjukkan kinerja yang maksimal, dari identifikasi masalah
ditemui penyebab terhambatnya penyerapan anggaran dikarenakan beberapa hal
berikut:
a. Adanya beberapa kali revisi POK menyebabkan pelaksanaan kegiatan tidak sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
b. Adanya pergantian pejabat pembuat komitmen (PPK) dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) diikuti dengan keterlambatan proses penerbitan SK baru pada
propinsi dan kabupaten sehingga berimplikasi ada proses penyerapan anggaran.
c. Kegiatan yang bersifat pengadaan sehingga membutuhkan proses lelang yangg
panjang, sehingga mengakibatkan jadwal tanam menjadi mundur bahkan terjadi gagal
lelang.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk mengatasi rendahnya penyerapan
angaran adalah :
a. Perencanaan kegiatan yang matang sesuai dengan peraturan dan prosedurnya
dengan mempertimbangkan kemampuan instansi baik dari kondisi SDM maupun
geografisnya serta keadaan iklim dan cuaca pendukungnya.
b. Pengkaderan dan harmonisasi SDM harus tetap berjalan sehingga pada saatnya
pengalihan tugas tidak terhambat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 21
3.4. Permasalahan Secara Umum
Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan
hortikultura tahun 2016, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui
berbagai permasalahan dan hambatan, baik dari aspek teknis, budidaya maupun aspek
manajemen. Beberapa permasalahan dan hambatan yang ditemui dalam
pengembangan perbenihan hortikultura adalah sebagai berikut :
1. Untuk memproduksi benih bawang merah : a) ketersedian benih sumber, b)
kemampuan Balai Benih Hortikultura dalam memproduksi benih bawang merah masih
terbatas, c) belum adanya penangkar yang handal di wilayah pengembangan bawang
merah, d) keterbatasan sarana penyimpanan benih bawang merah
2. Untuk memproduksi benih jeruk dan buah lainnya: a) diperlukan waktu relatif lama
sekitar 1 sampai 2 tahun tergantung dari komoditas, sedangkan permintaan benih
seringkali mendadak, b) Untuk memproduksi benih dalam skala besar belum dapat
dipenuhi oleh penangkar benih karena keterbatasan modal, keterbatasan SDM
terampil dalam menerapkan teknologi perbanyakan benih dan belum dibarengi
adanya jaminan pemasaran.
3. Permasalahan perbenihan yang lainnya adalah : a) lemahnya penguasaan teknologi
produksi; khususnya petani/penangkar benih yang memproduksi benih untuk
kebutuhan sendiri belum menguasai teknologi yang spesifik bagi masing-masing jenis
tanaman, c) Terbatasnya sarana produksi benih; d) Lemahnya permodalan
penangkar benih.
3.5. Tindak Lanjut
Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat Perbenihan
Hortikultura untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Pertemuan koordinasi antar pusat, daerah dan instansi terkait (Dinas Propinsi,
BPSBTPH, BBH) yang menangani perbenihan sangat dibutuhkan dalam rangka
penyediaan benih sesuai kebutuhan benih dalam pengembangan kawasan.
2. Pembinaan penangkar-penangkar benih hortikultura terutama di daerah luar Jawa
masih sangat diperlukan, dalam rangka antisipasi jumlah SDM yang masih terbatas
dan peningkatan penerapan teknologi produksi benih.
3. Fasilitasi kerjasama/kemitraan antara petani penangkar dengan industri
benih/produsen benih BUMN/Swasta
4. Pemasyarakatan pengunaan benih bawang merah asal biji (TSS) di
masyarakat/petani.
5. Mendorong swasta untuk menghasilkan benih bawang merah asal biji (TSS).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 22
6. Meningkatkan pemanfaatan kegiatan pengembangan perbenihan dalam mendukung
penyediaan benih hortikultura bermutu seperti : a) Pemberdayaan kelembagaan
perbenihan, b) Perbaikan sistim informasi supply/demand benih, c) Fasilitasi akses
modal untuk mendukung pengembangan perbenihan, d) Penumbuhan penangkar di
sentra-sentra produksi, e) Pemberdayaan stakeholder perbenihan untuk menciptakan
varietas yang berdayasaing dengan teknologi produksi f) Pilot proyek penangkaran
benih bermutu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura - Direktorat Jenderal Hortikultura 23
BAB IV
PENUTUP
Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura terutama dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya, menunjukkan
bahwa kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura untuk tahun 2016 dapat mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran program yang telah ditetapkan.
Namun demikian, cakupan tugas fungsi instansi pusat yang terbatas dalam
menggerakkan, memfasilitasi, membimbing dan melakukan pembinaan seringkali
menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas operasional riil di lapangan yang
dilaksanakan oleh instansi/stakeholder di daerah. Keberhasilan secara maksimal
program-program peningkatan produksi dan mutu benih hortikultura juga sangat
ditentukan oleh kinerja petugas dan pelaku usaha lainnya di daerah.
Koordinasi dan sinkronisasi serta kerjasama harmonis antar instansi, pelaku usaha dan
stakeholder lainnya sangat berperan dan menentukan dalam pencapaian keberhasilan
program perbenihan hortikultura. Oleh karena itu, kedepan fungsi-funsgi seperti ini masih
diperlukan khususnya ditengah banyaknya perubahan SOTK dinas-dinas di daerah
termasuk pada UPT-UPT perbenihannya.