ringkasan jurnal suku bunga.docx

13
Ringkasan Jurnal PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENDAPATAN NASIONAL RIIL TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR: IMPLEMENTASI ERROR CORRECTION MODEL Femia Niken Susanti Ghozali Maski Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah antara tingkat suku bunga dan pendapatan nasional riil berpengaruh terhadap jumlah uang beredar (M l maupun M2). Seberapa besar pengaruh variabel tingkat suku bunga dan variabel pendapatan nasional riil terhadap jumlah uang beredar. Di samping itu,penerapan Error Correction Model (ECM) dalam penelitian ini tidak lain untuk memperoleh gambaran pengaruh predictor variable (bunga dan pendapatan) dalam jangka pendek dan dalamjangka panjang. Dengan ECM diharapkan akan diperoleh model estimasi yang tidak spurious (lancung) dan menjadi inti permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam beberapa teori dikemukakan bahwa penawaran uang tergantung pada tiga variabel, yaitu kebijakan moneter pemerintah, aktivitas perbankan, dan perilaku portofolio masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan yang merupakan penurunan dari fungsi biaya kuadrat tunggal. Domowitz dan Elbadawipada tahun 1987telah menawarkan fungsi biaya kuadrat tunggal yang cocok untuk menurunkan ECM, yaitu memasukkan vektor yang mempengaruhi variabel tak bebas dengan bobot tertentu dan diasumsikan secara linear tergantung pada variabel bebas pada komponen biaya penyesuaian. Kata kunci: suku bunga, pendapatan nasional, jumlah uang beredar, fungsi biaya kuadrat tunggal 1. Pendahuluan Sektor moneter merupakan salah satu sisi perekonomian yang harus mendapat perhatian dalam pembangunan ekonomi di samping sektor riil dalam rangka mencapai stabilitas ekonomi yang mantap. Stabilitas yang diperlukan diantaranya adalah laju inflasi, tingkat pengangguran dan keseimbangan neraca pem bayaran yang merupakan perm asalahan jan gk a pendek, disamping pertumbuhan ekonomi nasional yang merupakan permasalahan jangka panjang

Upload: fendika-damar-pangestu

Post on 28-Sep-2015

50 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Ringkasan Jurnal PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DANPENDAPATAN NASIONAL RIIL TERHADAP JUMLAH UANGBEREDAR: IMPLEMENTASI ERROR CORRECTION MODELFemia Niken SusantiGhozali MaskiFakultas Ekonomi Universitas BrawijayaAbstraksi Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah antara tingkat suku bunga dan pendapatan nasional riil berpengaruh terhadap jumlah uang beredar (M l maupun M2). Seberapa besar pengaruh variabel tingkat suku bunga dan variabel pendapatan nasional riil terhadap jumlah uang beredar. Di samping itu,penerapan Error Correction Model (ECM) dalam penelitian ini tidak lain untuk memperoleh gambaran pengaruh predictor variable (bunga dan pendapatan) dalam jangka pendek dan dalamjangka panjang. Dengan ECM diharapkan akan diperoleh model estimasi yang tidak spurious (lancung) dan menjadi inti permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam beberapa teori dikemukakan bahwa penawaran uang tergantung pada tiga variabel, yaitu kebijakan moneter pemerintah, aktivitas perbankan, dan perilaku portofolio masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan yang merupakan penurunan dari fungsi biaya kuadrat tunggal. Domowitz dan Elbadawipada tahun 1987telah menawarkan fungsi biaya kuadrat tunggal yang cocok untuk menurunkan ECM, yaitu memasukkan vektor yang mempengaruhi variabel tak bebas dengan bobot tertentu dan diasumsikan secara linear tergantung pada variabel bebas pada komponen biaya penyesuaian.Kata kunci: suku bunga, pendapatan nasional, jumlah uangberedar, fungsi biaya kuadrat tunggal1. Pendahuluan Sektor moneter merupakan salah satu sisi perekonomian yang harusmendapat perhatian dalam pembangunan ekonomi di samping sektor riil dalamrangka mencapai stabilitas ekonomi yang mantap. Stabilitas yang diperlukandiantaranya adalah laju inflasi, tingkat pengangguran dan keseimbangan neracapem bayaran yang merupakan perm asalahan jan gk a pendek, disampingpertumbuhan ekonomi nasional yang merupakan permasalahan jangka panjang

(Boediono, 1983:2). Hal di atas diperlukan untuk menciptakan suasana yang mendorong kegiatan produksi, alokasi dana dan mobilisasi sumber daya. Secara umum dapat dikatakan bahwa program stabilisasi adalah mengurangi atau menghapus ketimpangan antara permintaan uang dan penawaran uang dalam perekonomian yang secara khusus dicerminkan oleh kenaikan tingkat harga dan defisit neraca pembayaran internasional (Nopirin, 1989:24). Berkaitan dengan masalah tersebut, teori moderen sangat memperhatikanjumlah uang beredar dan tingkat perubahannya, sebagai faktor yang sangat menentukan dalam proses bagaimana ekonomi bekeija. Jumlah uang beredar mempunyai efek yang penting dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, pendapatan nasional, dan tingkat inflasi. Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk menentukan bagaimanajumlah uang beredar tercipta dan tersedia dalam ekonomi. Pengamatan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar dan analisa penawaran uang merupakan variabel kunci bagi penguasa moneter untuk menetapkan variabel ekonomi mana yang harus diambil dalam rangkamencapai tujuan stabilisasi ekonomi. Dari beberapa teori penawaran uang,terutama aliran Klasik, Tradisional dan Keynes, merumuskan bahwa jumlah uangberedar sepenuhnya berada dalam kekuasaan pemerintah. Artinya bahwajumlahnya telah ditetapkan dalam variabel eksogen di dalam model. Hal itu berlakubagi negara dengan ekonomi tertutup, di mana penguasa moneter dapatmenentukan proses jumlah uang beredar, menstabilkan preferensi dan perilakubank komersial serta masyarakat umum. Lain halnya dengan teori penawaran yang moderen di mana permintaanbukan satu-satunya sumber penawaran uang. Jumlah uang beredar ditentukanoleh interaksi-interaksi pelaku ekonomi, penguasa moneter sebagai pencipta uangprimer, bank komersial sebagai pencipta uang giral dan masyarakat umum. Jadi,penawaran uang merupakan refleksi portofolio decession dari ketiga pelakuekonomi tersebut (Burger, 1971:21). Berpijak dari hal tersebut, maka untuk menentukan suatu fungsipenawaran uang di suatu negara haruslah dikaitkan dengan perkembanganlembaga keuangan yang ada. Dengan sudut panjang ini seharusnya perkembanganpenawaran uang dilihat dari segi proses pembangunan ekonomi, khususnyayangmenyangkut perkembangan sistem moneter di suatu negara.1.1 Permasalahan Berkaitan dengan teori penawaran uang yang baru, Pierce dan Shaw,Vane dan Thompson, Mayer dan Stevenson berpendapat bahwa ada beberapafaktor yang mempengaruhi rasio antara uang kartal dan giro serta rasio-rasiolainnya. Faktor-faktor tersebut tentu saja akan mempengaruhi variasi angkapengganda uang dan pada gilirannya akan mempengaruhi uang beredar(Insukindro, 1992). Sehubungan dengan besamya rasio uang giral dan kartal yang diinginkanoleh masyarakat, Pierce and Show (1974) mengatakan bahwa pendapatan nasionalriil dan suku bunga merupakan variasi-variasi penting yang mempengaruhi variasirasio antara uang kartal dan uang giral serta rasio-rasio lainnya. Jika pendapatannasional naik, maka permintaan uang kartal akan naik lebih cepat dibandingkandengan kenaikan uang giral. Jadi, rasio uang kartal dan giral akan turun danangka pengganda uang akan naik serta jumlah uang beredar akan meningkat

(Insukindro, 1995:38). Selain itu, dalam teori preferensi likuiditas bunga dinyatakan bahwahubungan antara suku bunga dengan kuantitas atau jumlah uang beredar adalahnegatif. Hal ini dimaksudkan jika suku bunga mengalami peningkatan, makajumlah uang beredar akan turun; dan sebaliknya jika suku bunga mengalamipenurunan (Lipsey, Courant, Purvis & Steiner, 1995 :234-235). Dalam kerangka kebijakan makro ekonomi, meskipun pemerintah dapatmenentukan besamya uang inti, tetapi perubahan jumlahnya ditentukan olehinteraksi antara masyarakat, lembaga keuangan, dan Bank Sentral. Dengan katalain pemerintah sendiri sebenarnya tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi jumlahuang beredar melalui kebijaksanaan pengaturan uang inti. Oleh karena itu,penelitian ini akan mencoba menganalisis sejauh mana kedua faktor tersebutberpengaruh terhadap jumlah uang beredar.2. Tinjauan Pustaka Studi tentang penawaran uang beredar yang dilakukan oleh David I. Fandmemformulasikan penggunaan model penawaran uang yang difokuskan padajumlah uang beredar. Menurut model Fand, jumlah uang beredar dipengaruhioleh konsekuensi dari pem ilihan portofolio, Bank Sentral, dan masyarakat. Studilain yang berkaitan dengan jumlah uang beredar di Indonesia dilakukan olehInsukindro dengan menggunakan pendekatan tradisional. Studi ini menggunakanpendekatan angka pengganda uang yang akan menambah jumlah uang beredar.Angka pengganda uang diciptakan melalui kegiatan bank-bank umum yang dapatm enciptakan uang giral dari deposito. Prinsip utama pendekatan inimengasumsikan bahwa angka pengganda uang adalah tetap. Akan tetapi hasilstudi empirik menunjukkan hasil yang berbeda, khususnya untuk uang kuasidan M2. Studi Aghevli tahun 1976 meneliti pengaruh langsung penawaran uangpada harga, sedangkan pada tahun 1977 ia memasukkan pengaruh neracapembayaran, anggaran pemerintah, dan kebijaksanaan moneter terhadap moneybase, yang selanjutnya berpengaruh terhadap penawaran uang dan akhimyaharga. Modelnya meliputi empat sektor, yaitu: permintaan uang, perawaran uang,anggaran pemerintah, dan neraca pembayaran (Wijaya, 1992:119). Boediono selainmeneliti tentang permintaan uang (1974), juga memformulasikan model makrotriwulanan untuk Indonesia dengan nama Herti-1 yang merupakan model simultan dari variabel-variabel moneter yang ada dan dapat mengatasi tidaktersedianya data triwulan dari variabel yang dipakai. Anwar Nasution (1983) dalam Financial Institution and Policies in Indonesia merumuskan model sektor moneter di Indonesia yang meliputi penawaran dan permintaan uang, neraca pembayaran, anggaran pemerintah, dan agregat demand, di mana model yang dipakaimerupakan pengembangan dari model Aghevli sebelumnya.2.1 Landasan Teori2.1.1 Konsep tentang Uang Berdasarkan laporan bulanan dan tahunan Bank Indonesia, ada 3 (tiga)konsep uang yang berlaku di Indonesia, yaitu: uang primer atau uang inti atauMO (Reserve money), uang dalam arti sempit atau M1 dan uang dalam arti luas

atau M2. Uang primer merupakan kewajiban Otoritas Moneter yang terdiri atasuang kartal yang berada di luar Bank Indonesia dan Kas Negara, dan rekeninggiro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta di Bank Indonesia. Iniberarti bahwa uang kartal yang dipegang oleh pemerintah (kas pemerintah ataukas negara) dan simpanan giral pemerintah yang ada di otoritas moneter (BankIndonesia) tidak diperhitungkan sebagai komponen dari uang primer. Kita mengenal dua rasio yaitu: Rasio Uang Kartal Deposito (cu) yaitu rasioyang mencerminkan perilaku masyarakat dan Rasio Cadangan-Deposito (re) yangditentukan oleh dua perangkat pertimbangan. Pertama, sistem perbankan tundukkepada peraturan dan kedua, bank mungkin ingin menyimpan cadangan lebih(excess reserve) di luar tingkat cadangan yang diperlukan.2.1.2 Penciptaan Uang Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memberi dua macam kredit, yaitukredit kepada bank-bank umum dan kredit langsung khususnya kepada lembaga-lembaga atau perusahaan negara dan swasta untuk tujuan pembangunanekonomi. Perubahan besarnya kredit yang diberikan oleh bank dipengaruhi olehangka pengganda aktiva bank dan uang inti. Perubahan angka pengganda aktivabank tergantung pada komposisi aktiva dan pasiva yang mempengaruhi uanginti. Adanya perubahan kedua besaran ekonomi tersebut akan berpengaruhterhadap besarnya kredit yang diberikan dan pada akhirnya mempengaruhi jugauang beredar.2.1.3 Penawaran Uang Sejak tahun 1960, beberapa ekonom telah berusaha menspesifikasi fungsipenawaran uang berdasarkan pada hubungan antara beberapa variabel moneter.Dalam konteks ini dijelaskan secara singkat beberapa pendekatan yangdikembangkan oleh Friedman-Scwartz, Cagan, Brunner-Meltzer, dan Albert Burger.2.1.3.1 Friedman-Scwartz dan Cagan Friedman-Scwartz menganalisa faktor yang menentukan jumlah uangberedar di Amerika Serikat dengan menggunakan identitas hubungan jumlahuang beredar dengan tiga faktor penentu yaitu, uang primer, deposito to reserveratio, dan deposito to currency ratio, di mana ketiganya mencerminkan perilakudari tiga sektor dalam perekonomian. Pendekatan Cagan hampir serupa dengan kedua ekonom di atas, hanyaperumusan mengenai multiplier uang saja yang membedakannya. Caganmerumuskan identitas jumlah uang beredar sebagai berikut:M - H ----------------------- C/M+R/M-C/MJt/D# 1)Q Dari kedua studi ini disimpulkan bahwa faktor uang primer (H) merupakanfaktor yang paling utama dalam menentukan jumlah uang beredar.

2.1.3.2 Brunner-Meltzer Brunner-Meltzer mengembangkan analisis yang kompleks dari hubunganlinear dan non linear dari proses penawaran uang. Mereka merumuskanpenawaran uang sebagai berikut:M l = mlO + m il (B+L) - ml2(CP- (l-m l2 ) (T2 - ml4(ER2 (2.2)M2 = m20 + m21 (B+L) - m22(CP + m23(T2 - m24(ER2(2.3)di mana: ml m21 (B+L) CP2 T2 ER2= multiplier M 1= multiplier M2= uang primer termasuk reserve liberated= bagian currency yang dipegang publik= bagian time deposit yang ada di bank= bagian excess reserve dari bank Hasil analisa Brunner-Meltzer menyimpulkan perubahan jumlah uangberedar ditentukan terutama oleh perubahan uang primer dan public currenciesbehavior; open market operation sangat menentukan uang primer dan tentu sajajumlah uang beredar; dan tingkat bunga mempunyai efek yang kecil terhadapjumlah uang beredar.2.1.3.3 Albert Burger Burger memakai tiga sektor dal am mempengaruhi jumlah uang beredar,yaitu penguasa moneter, bank komersial, dan publik non-bank (masyarakat).Dal am analisanya, pertama-tama ia merumuskan uang primer dengan berbagaifaktor yang mempengaruhinya, yaitu antara lain pinjaman dari bank sentral, stockemas, treasury deposit dan foreign deposit. Burger menurunkan multiplier uang(m l untuk M 1 dan m2 untuk M2) sebagai berikut:mlmlDi mana:= ----------- --------- ------------{r-b).{\ + t + d) + K-------------------0 +^)(2.4)= -----------(r-b).(\ + t + d) + KKtdbr(2.5): currency/demand deposit: time deposit/demand deposit: treasury deposit/demand deposit : borrowing reserve ratio : reaserve ratio Hasil penelitiannya menemukan hal yang sama dengan hasil penelitiansebelumnya, yaitu pemerintah dalam jangka pendek dapat mengontrol uang primeryang diberikan pada bank komersial dan masyarakat, dan bahwa uang primermerupakan faktor utama dalam penentuan perubahan jumlah uang beredar.

2.1.3.4. Karl Brunner Analisa Brunner tentang proses penawaran uang adalah berdasarkan padaidentitas penawaran uang Brunner- Meltzer, yaitu :M=mB(2 .6 ) Di mana M adalah penawaran uang, m merupakan multiplier uang, dan Badalah uang primer. Bila ketiga peneliti sebelumnya mendasarkan pada situasiekonomi tertutup, maka Karl Brunner berdasarkan pada ekonomi terbuka di manamoney base dipengaruhi selain oleh faktor dalam negeri juga dipengaruhi olehfaktor luar begeri, atau :B = BD1+DB2+FB1+FB2Di mana: B DB 1(2.7)DB2FB1FB2= uang primer= komponen domestik uang primer yang meliputi government securities dan pinjaman pemerintah dan simpanan bersih pemerintah pada bank sentral.= komponen domestik uang primer selain DB 1= komponen autonomous yang berhubungan dengan neraca pembayaran= net foreign posisition dari masyarakat3. Metode Penelitian3.1. Model yang Ditaksir Berdasarkan teori yang terkait seperti dijelaskan di atas, maka untukpenawaran uang di Indonesia dapat dibuat model yang ditaksir sebagai berikut:M = f(IR,YR)Di mana : M = jumlah uang beredar IR = tingkat suku bunga YR = pendapatan nasional riilDari persamaan di atas bila dituliskan dalam model ECM akan menjadi:DM1, = So + Si DYRt+52 DIRt+ 83YR ,+ 54IRt-i + S5ECT(3.2)(3.1)DM2t= 5o + 5i DYRt+82DIRt+ S3YRt+54IR^ + 55ECT(3.3)3.2 Pendekatan Kointegrasi Berkaitan dengan isu tersebut, pengujian terhadap perilaku data runtunwaktu (time series) atau integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagidigunakannya pendekatan kointegrasi. Untuk itu, pertama-tama harus diamatiperilaku data ekonomi runtun waktu yang akan digunakan. Ini berarti pengamatharus yakin terlebih dahulu apakah data yang digunakan stasioner atau tidak,180

yang antara lain dapat dilakukan dengan uni akar-akar unit (testing for unitroots) dan uji derajat integrasi (testing fo r degree of integration).Uji akar-akar unit dapat pula dipandang sebagai uji stationeritas, karena padaprinsipnya uji tersebut dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisien tertentudari model otoregresif ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Uji yangdikembangkan oleh Dickey dan Fuller menggunakan penaksiran otoregresif berikutini:DX, = a 0 + axBX, +1=1b,BD X tk(3.4(3.5DXt =c0+ c1 + c2BX, +Ti= idjB'DX,di mana :DXtBXtTXtB K= Xt-Xt-1= X t-l= tren waktu= variabel yang diamati pada periode t= operasi kelambanan ke udik (backward lag operator)= N 1/3 di mana N adalah jumlah observasi Dari persamaan di atas, kemudian dihitung nilai statisktik DF (Dickey-Fuller) dan ADF (Augumented Dickey-Fuller). Nilai DF dan ADF untuk hipotesabahwa al=0 dan c2=0 ditunjukkan oleh nisbah t pada koefisien BXt. Selanjutnyanisbah t tersebut dibandingkan dengan nilai kritis statistik DF dan ADF tabeluntuk mengetahui ada atau tidaknya akar-akar unit. Dari Fuller (1976) dapatdiketahui bahwa nilai kritis N=50 dan N=100 besarnya masing-masing -2.93 dan-2.89 untuk DF serta -3.50 dan -3.45 untuk ADF. Uji derajat integrasi dilakukan apabila pada uji akar-akar unit yang telahdilakukan, data yang diamati ternyata tidak stasioner. Uji ini untuk mengetahuipada derajat atau order diferensi ke berapa data yang diamati akan stationer.Selain itu pula, uji ini merupakan perluasan dari uji akar-akar unit, sehinggauntuk dapat menerapkan uji ini, perlu dilakukan uji model otoregresif berikut:kD 2 X t = e0 +e1BDXt + ^ J f iB iD 2 X t/ =l(3 .6 )kD 2 X t = g 0 + g\T + g 2B D X t + J ^ h i B i D 2 X ti=i(3.7)di mana :D2XtBDXtTXtBk= DXt - DXt-1 = DXt-l= trend waktu= variabel yang diamati pada periode Taala= operasi kelambanan ke udik (backward lag operator)= N 1/3 di mana N adalah jumlah observasi Nilai statistik DF dan ADF untuk mengetahui pada derajat keberapa suatudata akan stasioner dapat dilihat pada rasio T pada koefisien BXt pada persamaan(3.6) dan (3.7). Jika e l dan g2 sama dengan satu, maka variabel Xt dikatakan

stationer pda diferensi pertama atau berintegrasi pada derajat satu atau I = (1).Sebaliknya, bila e 1 dan g2 sama dengan nol, maka variabel X dikatakan belumstasioner pada diferensi pertama. Bila hal ini terjadi, maka uji derajat integrasiperlu dilanjutkan sehingga diperoleh data yang stasioner.3.3 Uji Kointegrasi Untuk mendapatkan gambaran mengenai pendekatan kointerasi,anggaplah kita memiliki satu himpunan variabel runtun waktu X. Komponen Xdikatakan berkointegrasi pada derajat d, b atau ditulis ( (d,b) bila :1. Setiap komponen dari X berkointegrasi pada derajat d atau I (d)2. Terdapat suatu vektor ( yang tidak sama dengan nol (( ( 0), sehingga Zt = (lX(I(d,b), di mana b>0 dan ( adalah vektor kointegrasi Implikasi penting dari ilustrasi dan definisi di atas adalah bahwa jika duavariabel atau lebih mempunyai derajat integrasi yang berbeda, katakanlah X = I(1) dan Y = 1(2), kedua variabel tersebut tidak dapat berkointegrasi. Selanjutnyabersamaan dengan uji kointegrasi, Engle dan Granger berpendapat bahwa daritujuh uji statistik yang diketengahkan untuk menguji hipotesis nol tidak adanyakointegrasi, ternyata uji CRWD (Cointegration-Regression Durbin-Watson), DF(Dickey-Fuller), dan ADF (Augemented Dickey-Fuller) merupakan uji statistik yangpaling disukai. Untuk menghitung statistik CRDW, DF dan ADF ditaksir denganregresi kointegrasi berikut ini dengan metode kuadrat terkecil (ordinary leastsquares=OLS), dengan melakukan estimasi menggunakan model berikut:LM2t= (0 +(1 LYRt +(2 IRt +Ut(3.8) Untuk mendapatkan nilai DF uji kointegrasi, yang ditunjukkan oleh rasiopada koefisien But pada persamaan (3.9) dan persamaan (3.10) untukmendapatkan nilai ADF uji kointegrasi, ditunjukkan oleh rasio pada koefisienBut pada persamaan (3.10):D U t= pi B u tk(3.9)(3-10)i=i4. Hasil Penelitian dan Pembahasan4.1 Uji Akar-akar unit dan uji Derajat Kointegrasi Tabel 1.Hasil Uji Akar Unit Variabel LMlt,LM2t, LYRt, dan IRtVariabelL M ltLM2tLYRtIRtUji Akar-Akar Unit DF-0.9021-0.9238-0.2180-2.2683 AD F-3.6661-2.6294-2.0431-2.5718182

Dari keseluruhan hasil nilai uji akar-akar unit terhadap keempat variabel(LMlt, LM2t, LYRt, dan IRt) dapat disimpulkan bahwa semua variabel IRt jugatidak stasioner sehingga perlu dilakukan uji derajat stasioner yang berikutnyayaitu uji derajat integrasi. Tabel 2.Hasil Uji Derajat IntegrasiVariabel LMlt, LM2t, LYRt, dan IRtv a iia D eiL M ltLM2tLYRt IRt U ji Derajat K ointegrasi ADFDF -3.2161-3.3932-5.2771-5.3882-4.7547-4.7534-2.1851-2.1490 Dari hasil perhitungan uji derajat integrasi, didapat bahwa semua variabelbaik itu LM1, LM2, LYRt maupun IRt sudah stasioner pada derajat 1. Dengandemikian tidak perlu dilakukan lagi uji derajat integrasi selanjutnya untukmenemukan nilai uji derajat yang stasioner.4.2. Uji Kointegrasi Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini kointegrasi mencakuptiga jenis. Pertama, uji CWRD (Cointegration-Regression Durbin Watson), uji DF(Dickey Fuller) dan uji ADF (Augumented Dickey-Fuller). Untuk menghitung statistikCRDW, DF dan ADF ditaksir dengan regresi kointegrasi dengan metode kuadratterkecil (Ordinary Least Squares=OLS). Dari hasil regresi persamaan (3.8) pada tampilan 1 di atas, didapat nilaiCRDW= 0.846116. Jika dibandingkan dengan nilai kritis nilai CRDW maka dapatdikatakan bahwa nilai CRDW variabel M l lolos uji kointegrasi. Untuk nilai DFdan ADF variabel yang sama juga lolos uji kointegrasi. Hal tersebut didapat setelahmembandingkan hasil DF dan ADF hitung terhadap nilai kritis DF dan ADF padasignifikan 5% dan jumlah data N=50. Untuk variabel M2 dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan baik ituuji nilai CRDW, DF dan ADF mengindikasikan bahwa data pada variabel M2 telahlolos uji kointegrasi. Hal itu dapat dilihat dari nilai ketigametode yang diterapkan.Variabel M2 mempunyai nilai CRDW = 1.980091, nilai DF dan ADF biladibandingkan dengan nilai kritis DF dan ADF didapat bahwa variabel data-datapada variabel M2 lolos uji kointegrasi.4.3. Pendekatan Kointegrasi dan ECMDLM1= 0.4001947 DLYR - 0.0092510 DIR - 0.2056883 UDLM2 = -1.0240210 DLYR + 0.016742 DIR - 0.7060545 U Dari hasil yang ditampilkan dapat dikatakan bahwa variabel j angka pendekyang dipilih sudah signifikan secara statistik. Dengan kata lain dalam jangkapendek pendapatan nasional riil dan tingkat suku bunga deposito mempunyaipengaruh terhadap jumlah M l di Indonesia. Pendapatan nasional riil mempunyaipengaruh positif, sedang suku bunga berpengaruh ngatif. Artinya, se suai dengan

hasil regresi yang ditampilkan pada tampilan M 1 hasil kointegrasi ECM jika teij adikenaikan pendapatan nasional riil 1% maka dalam jangka pendek akan teijadikenaikan jumlah M l sebanyak 0.4%. Namun sebaliknya jika kenaikan teijadipada suku bunga sebanyak 1%, maka akan menyebabkan penurunan jumlahM1 sebanyak 0.009%. Dengan angkayang sangat kecil= 0.009%, ditengarai bahwapengaruh kenaikan tingkat suku bunga tidak begitu besar, atau sangat lemahjika mencari tahu pengaruhnya dalam masayang sangat singkat. Dari hasil tersebut, sekarang kita tinjau pengaruh variabel bebas terhadapvariabel tak bebas M2. Indikasi awai dari kesuksesan penggunaan model koreksikesalahan E-G ini dapat dilihat signifikannya nilai koefisien BUt dengan koefisiennegatif seperti yang diharapkan yaitu sebesar -0.7060545. Kendati begitu, variabel jangka pendek yang dipilih (LYR) tidak mempunyaipengaruh terhadap jumlah M2 karena koefisiennya tidak signifikan secara statistik.Sedang untuk variabel IR, dia mempunyai pengaruh positif terhadap M2, yangberarti bahwa jika IR mengalami kenaikan 1%, maka jumlah M2 akan naiksebanyak 0.016%.4.4. Error Corection ModelD L M l = 0 .1 5 9 0 1 6 4 -0 .3 6 9 7 3 0 6 DLYRt - 0.0259810 DIRt - 0.00929 LYRt-i - (0.7972907)0.1271033)(0.0149194)(0.0623525)0.0504120 IRt-i + 0.0330518 ECT.............................. (0.0425466)(0.0422035)R2 = 0.452335D-W = 1.561308F= 5.41152(4.1)DLM2 = -20.201790 + 0.8853400 DLYRt + 0.0419013 DIRt + 0.0419013 LYRt-i- (1.0382114)(0.3628095)(0.0442288)(0.0877273)0.7541421 IRt-i + 0.7865562 ECT.............................(0.0390133)(0.0336412)R2 = 0.962610D-W = 1.324861F = 1 62 .916 7(4.2) Dengan menganggap bahwa hasil estimasi model ECM di atas dihasilkantransformasi Kyock, maka dapat dikemukakan bahwa besamya nilai tingkatpenurunan (rate of decline), c6 = 0.0330518 dan mean lag adalah (c6/(l-c6)) =0.0330518/(1-0.0330518) = 0.034181551. Hal tersebut mempunyai arti bahwa3.3% dari gap akan tertutup dalam suatu periode dengan kecepatan LM lt dalammerespons perubahan LYRt dan IRt adalah 0.0342 x 3 bulan = 0.1016 bulan atautak sampai dalam 1 bulan. Untuk menghitung besaran (nilai) koefisien jangka panjang hasilperhitungannya adalah sebagai berikut:K o n s t a n taLYRtIR t= c0/o5= (c3+c5)/c5= (c4+c5)/c5= 0.1 5902 /0.033 05= (-0.00909 + (0.03305))/ 0.03305= (-0.05041+0.03305)/ 0.03305= 4 .8 1 1 4 9= 0 .7 2 4 9 6= -0 .5 2 5 2 6 Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa dalam jangka panjang, jumlahM1 di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional riil,tapi juga tingkat suku bunga. Kedua koefisien variabel baik itu tingkat suku bunga

maupun pendapatan nasional riil tampak signifikan dan sesuai dengan teori yang ada. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bila tingkat suku bunga naik 1% maka teijadi penurunan padajumlah M1 sebesar 0.53%. Sedangkan bila teijadi kenaikanpada tingkat pendapatan nasional sebesar 1% akan teijadi juga peningkatanjumlah M l sebesar 0.72%. Untuk variabel M2 seperti yang terlihat pada persamaan (4.2), dapat dilihatbahwa hasil ECT yang positif, koefisiennya signifikan secara statistik dan terletakantara 0 dan 1 atau o(c6( 1, maka dapat dikatakan bahwa model yang digunakansahih/valid. Nilai R2 = 0.962610 menunjukkan bahwa sebanyak 0.962 atau 96.3%dari variabel M2 (uang dalam arti luas) mampu dijelaskan oleh variabel-variabelbebasnya. Nilai F statistik yang signifikan menunjukkan bahwa secara keseluruhanvariabel bebas (DLYRt, DIRt,DLYRt-l, dan DIRt-1) mempengaruhi variabel takbebas LM2t. Dengan menganggap bahwa hasil estimasi model ECM di atas dihasilkantransformasi Kyock, maka dapat dikemukakan bahwa besamya nilai tingkatpenurunan(rate ofdecline), c6 = 0.7866 danmeanlagadalah(c6/(l-c6)) = 0.7866/(1-0.7866)=3.68604. Hal tersebut mempunyai arti bahwa 78% dari gap akantertutup dalam suatu periode dengan kecepatan LM2t dalam merespons perubahanLYRt danIRt adalah 3.68604 x 3 bulan= 11.05812 bulanatau dibulatkan menjadi 11 bulan. Untuk menghitung besaran (nilai) koefisien jangka panjang digunakanrumusyang telah dibahas di atas. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:Konstanta = c0/c5 = -20.201790/0.786562 = -25.68385LYRt = (c3+c5)/c5 = (1.71971 + 0.78656)/0.78656 = 3.18637IRt = (c4+c5)/c5 = (-0.75414 + 0.78656)/0.78656 = 0.04122 Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa dalamjangka panjang, jumlahM2 di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional riil,tapi juga tingkat suku bunga. Kendati koefisien tingkat suku bunga tidak signifikandan tak sesuai dengan teori yang ada, hal itu sah-sah saja mengingat dalam M2terdapat j enis uang kuasi yang kadang pertambahan jumlahnya ditentukan olehpeningkatan tingkat suku bunga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bila tingkatsuku bunganaik 1% maka teijadi kenaikan pula padajumlah M2 sebesar 0.041%.Sedangkan bila teijadi kenaikan pada tingkat pendapatan nasional sebesar 1%akan teijadi juga peningkatan jumlah M2 sebesar 3.1864%.5. Kesimpulan dan Saran5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa terhadap jumlah uang beradardalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. Dari pengamatan terhadap variabel yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di Indonesia, menunjukkan bahwa teori penawaran uang moderen berlaku pula di Indonesia sebagai negara berkembang dengan perekonomian terbuka dan proses monetisasi sedang meluas, yaitu bahwa gerak arah perubahan jumlah uang beredar di masyarakat dipengaruhi oleh tiga sektor

2.3.4.5. dalam perekonomian, yaitu pemerintah sebagai penguasa moneter, bank-bank umum sebagai pencipta uang sekunder/giral dan perilaku masyarakat yang berinteraksi dengan lembaga-lembaga keuangan dalam mengambil keputusan portofolionya. Dengan teijadinya kelebihan pendapatan, maka masyarakat menyesuaikannya dengan memegang uang sempit lebih banyak daripada uang luas dalam jangkapendek, dan sebaliknya dalam jangka panjang. Elastisitas pendapatan yang tinggi dalam jangka panjang menunjukkan bahwa aset-aset finansial di Indo nesia belum berkembang, sehingga masyarakat menyimpan kelebihan pendapatannya dalam bentuk kekayaan moneter. Hal ini cukup wajar teijadi di Indonesia sebagai negara berkembang di mana pasar model belumberkembang dan proses monetisasi sedang meluas. Meluasnya jaringan perbankan, terutama setelah adanya deregulasi telah menambah interaksi masyarakat dengan lembaga keuangan tersebut sehingga turut pula mempengaruhi gerak arah perubahan jumlah uang beredar. Perubahan tingkat bunga deposito secara langsung mempengaruhi tingkah laku portepel (portofolio) atau keputusan penyimpanan kekayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari pengaruh tingkat suku bunga yang negatif terhadap M 1 dan positif terhadap M2, yang menunjukkan dengan meningkatnya tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh perbankan, masyarakat akan menggeser aset/kekayaannya dari uang kartal dan uang giral kepada j enis deposito dantabungan yang menjanjikan keuntungan lebih besar. Dua deregulasi yang paling mendasar pada dunia perbankan Indonesia, yaituderegulasi 1 Juni 1983 dan deregulasi 27 Oktober 1988 yang mengubahpraktek politik moneter pemerintah dari pengendalian jumlah uang beredarsecara langsung menjadi tidak langsung, ternyata berpengaruh pula terhadapjumlah uang beredar di masyarakat, di mana deregulasi 1 Juni 1983berpengaruh terhadap M l, dan sebaliknya positif terhadap M2. Sedangkanderegulasi 27 Oktober 1988 berpengaruh positif baik terhadap M l maupunterhadap M2.5.2. Saran1. Praktek politik moneter pemerintah dalam mengendalikanjumlah uang beredar dari pengaruran secara langsung menjadi tidak langsung harus tetap dipertahankan dan konsekuen untuk dijalankan seiring dengan perkembangan sektor moneter yang semakin mandiri dan dewasa.2. Perlunya pemerintah menjaga tingkat kepercayaan terhadap rupiah dengan menempuh kebijakan moneter yang konsisten agar tidak menimbulkan efek yang negatif bagi sektor moneter baik jangka pendek maupun panjang.3. Dari perkembangan sektor moneter yang ada terutama adalah deregulasi dilancarkan, menuntut penguasa moneter untuk mengamati lebih dalam dari perilaku yang ada baik faktor-faktor yang mempengaruhi base money maupun faktor-faktor yang mempengaruhi multiplier uang, sehingga seperti mengambil tindakan yang tepat dalam mengendalikan jumlah uang beredar untuk tujuan stabilisasi.

Daftar PustakaNasution, Anwar, 1988, Kebijaksanaan Moneter Setelah Pakto 27, Harian KOMPASedisi 1 Desember 1988, Dokumentasi Kliping CSISNasution, Anwar, 1991, Tinjauan Ekonomi Atas Dampak Paket Deregulasi Tahun1988 Pada Sistem Keuangan Indonesia, Cet II, PT Gramedia Pustaka Utama,JakartaBoediono, 1983, Ekonomi Makro, BPFE, YogyakartaBurger, Albert E, 1971, The Money Supply Process, Wedsworsth Publishing Com-pany, Inc., Belmont CaliforniaWijaya, Faried, dan Soetatwo Hadiwigeno, 1992, Ekonomi Moneter dan Perbankan,Untaian Bacaan terpilih, BPFE-UGM, YogyakartaGoldfleld, Stephen M, 1996, Ekonomi Uang Dan Bank, cet III, Erlangga, JakartaInsukindro, 1992, Pendekatan Kointegrasi Dalam Analisis Ekonomi: Studi KasusPermintaan Deposito Dalam Valuta Asing Di Indonesia, Jurnal EkonomiIndonesiaInsukindro, 1997, Ekonomi Uang dan Bank, Teori dan Pengalaman di Indonesia,BPFE, YogyakartaNopirin, 1995, Ekonomi Moneter, BPFE YogyakartaSukindro, Sadono,1985, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Bina Grafika, JakartaJoyosumarto, Subarjo, 1987, Thesis Doctor, School of the University of Colorado(tidak diterbitkan)