riset defisit artikel

Upload: onal-andy-aveiro

Post on 12-Jul-2015

109 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH DEFISIT ANGGARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Algifari*

Abstract This study examine the effect of deficit spending on macroeconomic indicators in Indonesia. The pump-priming theory state that deficit spending has positive effect on economic growth. Richardian equivalence hypotheses state that deficit spending has no effect on consumption expenditure. Deficit spending has negative effect on investment (crowding-out). This study use data years 1990-2007. The hypotheses are tested by using Partial Adjustment Model (PAM). The study indicate that deficit spending has negative effect on economic growth in the same period and positive effect in the next period. Deficit spending has no effect to consumption expenditure and investment (no crowding-out). Keywords: deficit spending, pump-priming theoty, Richardian equivalence, crowding-out.

PENDAHULUANKontroversi tentang perlunya pemerintah melakukan kebijakan defisit anggaran belanja sampai saat ini masih terjadi. Setiap pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) selalu muncul perdebatan tentang defisit yang terjadi pada anggaran tersebut. Berdasar Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara dalam tahun anggaran yang sama. Hyman (2005, hal 474) mendefinisikan defisit anggaran pemerintah adalah kelebihan pengeluaran pemerintah dari penerimaan pemerintah yang berupa pajak, fee, dan pungutan retribusi yang diperoleh pemerintah. * Algifari adalah dosen tetap di STIE YKPN Yogyakarta

Besarnya defisit ditentukan dalam persentase terhadap Produksi Domestik Bruto pada tahun anggaran yang bersangkutan. Dengan menggunakan cara tersebut dapat diperoleh gambaran beban utang yang dimiliki pemerintah terhadap pendapatan nasional. Menurut PP No. 23 Tahun 2003 tersebut, anggaran pemerintah dapat defsit tidak melebihi 3% dari produksi domestik bruto (PDB). Perbedaan pendapat tentang dampak kebijakan defisit anggaran pemerintah terhadap perekonomian terjadi dalam teori maupun hasil penelitian empiris. Pump-priming theory menyatakan bahwa defisit anggaran pemerintah diperlukan untuk mendorong kegiatan ekonomi nasional agar perekonomian terhindar dari kondisi resesi yang berkepanjangan. Melalui kebijakan pembiayaan defisit anggaran pemerintah dimungkinkan tercipta lapangan kerja (employment creation). Jika lapangan kerja dapat diciptakan akan meningkatkan daya beli masyarakat dan permintaan aggregat meningkat. Hal ini akan merangsang pengusaha untuk meningkatkan produksinya. Kenaikan permintaan aggregat dapat juga terjadi melalui peningkatan pengeluaran masyarakat. Pandangan ekonom Keynesian menyatakan bahwa kebijakan defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan pemotongan pajak menyebabkan wajib pajak merasa penghasilan setelah pajak meningkat. Peningkatan pendapatan setelah pajak ini akan direspon dengan melakukan pengeluaran yang lebih banyak. Kenaikan pengeluaran akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa dan ini akan mendorong aktivitas ekonomi.

2

Richardian equivalence hypothesis menyatakan bahwa defisit anggaran pemerintah tidak akan berpengaruh terhadap ekonomi makro. Hipotesis ini didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat memiliki asa nalar (rational expectation) terhadap kebijakan pemerintah tersebut. Bagi masyarakat yang rasional, kebijakan pemerintah menempuh anggaran defisit dengan memotong pajak memberikan dampak kenaikan pendapatan setelah pajak untuk saat ini. Namun pada masa yang akan datang pemerintah perlu membayar cicilan dan bunga atas utang yang terakumulasi teraebut. Cara yang ditempuh oleh pemerintah biasanya dengan menaikkan pajak. Jadi penurunan pajak saat ini dipandang oleh

konsumen hanya memberikan pendapatan sementara (transitory income) saja dan pada masa yang akan datang akan diambil kembali oleh pemerintah. Dengan demikian konsumen tidak akan meningkatkan pengeluarannya saat ini (Mankiw, 2005, hal 431 ). Ekonom Klasik berpandangan bahwa defisit anggaran pemerintah dapat merugikan perekonomian. Defisit anggaran pemerintah dengan menurunkan tarif pajak akan meningkatkan suku bunga dan menurunkan investasi swasta. Akibatnya pertumbuhan ekonomi akan turun (crowding-out). Namun dalam penelitian Eisner (1989) pada perekonomian Amerika pada periode tahun 1956-1984 memperoleh bukti bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh positif terhadap investasi domestik. Dengan kata lain, pada periode tersebut kebijakan defisit anggaran pemerintah mengakibatkan crowding-in bagi perekonomian. Berdasarkan kontroversi tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan defisit anggaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. di

3

MATERI DAN METODE PENELITIANPemerintah Indonesia selalu melaksanakan kebijakan anggaran defisit. Pada masa pemerintahan Orde Baru secara konsep anggaran pemerintah berimbang, namun secara substansi kebijakan anggaran yang ditempuh pemerintah adalah defisit. Defisit anggaran belanja pemerintah pada masa pemerintahan Orde Baru ditutupi dengan utang luar negeri yang dicatat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai Penerimaan Pembangunan. Namun sejak tahun 2000 defisit anggaran pemerintah ditutupi dengan pinjaman dari dalam negeri dan dari luar negeri. Apakah anggaran pemerintah defisit akan membahayakan perekonomian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, baik secara teoritis maupun hasil penelitian empiris dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama berpendapat bahwa defisit anggaran pemerintah dapat berpengaruh positif terhadap perekonomian. Chrystal dan Thornton (1988) berpendapat bahwa defisit anggaran pemerintah diperlukan untuk mencapai dua tujuan ekonomi makro, yaitu pengerjaan penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Teori Pump-priming menyatakan bahwa defisit anggaran pemerintah diperlukan untuk menyelamatkan perekonomian dari kondisi resesi. Abimanyu (2005) berpendapat defisit anggaran pemerintah merupakan stimulus fiskal yang bersifat ekspansif. Kebijakan fiskal ekspansif diperlukan apabila perekonomian pada kondisi lesu, yang ditandai dengan menurunnya investasi swasta. Pada kondisi inilah peranan pemerintah sangat diperlukan sebagai stimulator ekonomi.

4

Hasil penelitian empiris juga banyak ditemukan simpulan bahwa defisit anggaran pemerintah dapat berpengaruh positif terhadap perekonomian. Penelitian empiris yang dilakukan oleh Bafadal, dkk (2005) untuk perekonomian Indonesia menggunakan data tahun 1980-2003 memperoleh simpulan bahwa kenaikan defisit anggaran pemerintah akan meningkatkan ekspor neto dan menurunkan pengangguran. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: defisit anggaran pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

Kelompok kedua berpendapat bahwa defisit anggaran pemerintah memiliki sedikit pengaruh atau bahkan tidak berpengaruh terhadap output nasional. Kebijakan defisit anggaran pemerintah hanya pemindahan penguasaan sumberdaya dari swasta kepada pemerintah. Menurut hipotesis Richardian Equivalence, kebijakan defisit anggaran pemerintah yang ditempuh melalui penurunan beban pajak tanpa menurunkan pengeluaran pemerintah, direspon masyarakat dengan tidak meningkatkan konsumsi yang dapat meningkatkan permintaan agregatif. Kenaikan pendapatan disposibel masyarakat akibat penurunan pajak digunakan masyarakat untuk meningkatkan tabungan. Masyarakat memiliki ekspektasi bahwa pada tahun yang akan datang pemerintah meningkatkan pajak untuk membayar utang saat ini. Akibatnya kebijakan defisit anggaran belanja pemerintah tidak berpengaruh terhadap perekonomian. Penelitian secara empiris dilakukan oleh Adji (1995) yang dikutip dalam Maryatmo (2004) menggunakan data perekonomian Indonesia tahun 1971-1992 menyimpulkan bahwa utang pemerintah tidak berpengaruh terhadap

5

konsumsi masyarakat. Saleh (2002) melakukan penelitian tentang pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap perekonomian Indonesia menggunakan data tahun 19691997 menyimpulkan bahwa defsit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan utang luar negeri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan konsumsi rumahtangga. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: defisit anggaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap konsumsi rumahtangga

Kelompok ketiga berpendapat bahwa kebijakan defisit anggaran pemerintah dapat berdampak negatif bagi perekonomian. Menurut pandangan ekonom Klasik, dalam perekonomian berada pada kondisi full employment, kebijakan defisit anggaran pemerintah yang bersifat permanen akan mengganggu investasi sektor swasta (crowding out). Kunarjo (2001) menguraikan dampak negatif kebijakan defisit anggaran pemerintah bagi perekonomian. Dampak negatif ini dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap indikator ekonomi makro utama, yaitu pertumbuhan ekononi, laju inflasi, dan pengangguran. Defisit yang terjadi pada anggaran pemerintah berarti pemerintah melakukan kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif. Pengeluaran pemerintah yang terjadi saat ini untuk membiayai proyek yang menggunakan daya sangat besar, misalnya membangun infrastruktur, akan menghasilkan output dalam waktu yang relatif lama, sementara saat ini pemerintah sudah mengeluarkan yang antara lain untuk membayar upah buruh. Hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat dan permintaan masyarakat kerhadap output meningkat. Kenaikan permintaan output tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran akibat adanya time lag antara pengeluaran pemerintah untuk proyek dengan output proyek tersebut mengakibatkan

6

harga-harga naik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa defisit anggaran pendapatan dan belanja pemerintah berakibat meningkatnya laju inflasi. Pada masa di mana perekonomian mengalami kenaikan harga (inflasi) akan muncul usaha pemerintah atau bank sentral untuk menurunkan laju inflasi. Kebijakan yang dipilih oleh bank sentral biasanya dengan menaikkan suku bunga. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang menentuan tinggi rendahnya investasi, di samping faktor lain seperti regulasi pemerintah, keamanan, dan lain-lainnya. Kenaikan suku bunga berdampak terhadap menurunnya gairah perusahaan melakukan investasi. Menurunnya investasi akan mengurangi kemampuan perekonomian menciptakan lapangan kerja dan pada akhirnya akan menimbulkan pengangguran. Berdasarkan uraian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: defisit anggaran belanja berpengaruh negatif terhadap investasi perusahaan

TUJUAN PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk: 1. menganalisis pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi selama periode penelitian. Analisis ini untuk membuktikan teori Pumppriming.

7

2.

menganalisis pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap pengeluaran rumahtangga. Analisis ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis Ricardian Equivalence

3.

menganalis pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap investasi. Analisis ini bertujuan untuk membuktikan adalah crowding-out.

DATA DAN MODEL PENELITIANPenelitian ini menggunakan data runtut waktu dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2007 mengenai Produksi Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran belanja pemerintah (dalam persentase terhadap PDB atas dasar harga berlaku), konsumsi rumahtangga (dalam persentase terhadap PDB atas dasar harga berlaku), investasi perusahaan (dalam persentase terhadap PDB atas dasar harga berlaku), dan ekspor neto (dalam persentase terhadap PDB atas dasar harga berlaku). Data diambil dari laporan Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Departemen Keuangan tahun 1990 sampai dengan tahun 2007. Periode penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tahun 1990-2000 dan tahun 2001-2007. Data mengenai defisit anggaran pemerintah tahun 1990-2000 menggunakan penerimaan pembangunan dan tahun 2001-2007 menggunakan data defisit anggaran pemerintah, yaitu selisih antara penerimaan pemerintah dan belanja pemerintah. Model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumahtangga, investasi perusahaan, dan ekspor

8

neto adalah persamaan regresi. Dalam setiap persamaan regsesi terdapat dua variabel dummy, yaitu D1 dan D2. Variabel dummy tersebut menerangkan periode penelitian. Agar kedua variabel dummy tersebut dapat dimasukkan ke dalam persamaan, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi tanpa intersep. Tujuan penggunaan model regresi tanpa intersep ini adalah untuk menghindari terjadinya masalah kolinearitas sempurna (dummy variable trap) (Gujarati, 2003). Model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan replikasi dari model regresi yang digunakan oleh Eisner (1989) berjudul: Budget Deficit: Rhetoric and Reality, yaitu:DGNPDEF t b01X1 b02 X 2 b1DGNPDEF b 2 u t b3PAHES t 1 t

t -1

DGNPDEFt adalah pertumbuhan ekonomi tahun t, X1 dan X2 adalah variabel dummy untuk tahun 1956-1966 dan tahun 1967-1985, DGNPDEFt-1 adalah pertumbuhan ekonomi tahun t-1, u adalah tingkat pengangguran tahun t, dan PAHES adalah defisit anggaran pemerintah tahun t sebagai persentase dari Gross National Product (GNP) pada tahun t.DCOM t b01X1 b02 X 2 b1PAHES t 1 b 2 DMB t 1 t

DCOMt adalah persentase komponen GNP terhadap GNP pada tahun t, X1 dan X2 adalah variabel dummy untuk tahun 1956-1966 dan tahun 1967-1985, PEHESt-1 adalah defisit anggaran pemerintah tahun t-1 sebagai persentase dari GNP tahun t-1, dan DMBt-1 adalah persentase uang inti terhadap GNP pada tahunt-1.

Komponen GNP adalah konsumsi

rumahtangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto. Model

9

regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Adjustment Model (PAM), sehingga tidak perlu lagi melakukan pengujian terhadap stasioneritas data. Nilai koefisien kelambanan (lag) variabel dependen berada antara 0 dan 1 dan harus signifikan secara statistik dengan tanda koefisien positif (Insukindro, 2001). Berikut ini model yang digunakan untuk menguji pengaruh defisit anggaran penerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan komponen-komponennya. 1. Model untuk menganalisis pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi adalahgrw t g1D1 g 2 D 2 g 3grw t -1 g 4def g 5def t 1 t

2. Model untuk menganalisis pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap konsumsi rumahtangga:con t c1D1 c 2 D 2 c3con t -1 c 4def c5def t 1 t

3. Model untuk menganalisis pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap investasi perusahaan:inv t v1D1 v 2 D2 v3inv t -1 v 4def v5def t 1 i

Keterangan: grw: pertumbuhan ekonomi def: defisit anggaran pemerintah (% terhadap PDB) con: konsumsi rumahtangga (% terhadap PDB) inv: investasi perusahaan (% terdadap PDB) D1 = 1: 1990-1999 dan D1 = 0: 2000-2007 D2=0: 1990-1999 dan D2=1: 2000-2007

10

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHasil penelitian Eisner (1989) pada ekonomi Amerika tahun 1956-1983 menyimpulkan bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Waluyo (2005) melakukan penelitian terhadap perekonomian Indonesia menggunakan data tahun 1970-2004 menyimpulkan bahwa defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan defisit yang dibiayai dengan obligasi pemerintah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Saleh (2002) melakukan penelitian tentang pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap perekonomian Indonesia menggunakan data tahun 1969-1997 menyimpulkan bahwa defsit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan utang luar negeri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pergerakan defisit anggaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1990 sampai dengan 2007 seperti tampak pada Gambar 1. Selama tahun 1990-2007, pergerakan defisit dan pertumbuhan ekonomi tidak searah. Ketika defisit turun, pertumbuhan ekonomi naik. Namun ketika defisit naik, pertumbuhan ekonomi turun. Untuk mencari bukti empiris secara matematis hubungan antara defisit anggaran belanja pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dilakukan menggunakan persamaan regresi.

11

10 5 0 1990 -5 -10 -15 Defisit Pertumbuhan Ekonomi 1995 2000 2005 006 007 2 2

Gambar 1: Perkembangan Defisit Anggaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi, 1990 - 2007

Tabel 1 berikut ini menunjukkan hasil perhitungan terhadap data defisit anggaran pemerintah dan perumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1990-2007. Pertumbuhan ekonomi tahun t diregres dengan pertumbuhan tahun t-1, defisit anggaran pemerintah tahun t dan tahun t-1. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun bersangkutan dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun berikutnya. Koefisien regresi D1 dan D2 tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan ekonomi antara periode 1990-2000 dan periode 2001-2007. Koefisien regresi kelambanan (lag) variabel pertumbuhan ekonomi (grw) adalah 0,673 dan signifikan menunjukkan bahwa model PAM yang digunakan berhasil dalam mengestimasi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1990-2007.

12

Tabel 1: Hasil Regresi Defisit Anggaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Variabel Dependen: grw Variabel dan Koefisien Statistic Regresi D1 (1990-2000) 0.818 D2 (2001-2007) 2.252 grw(-1) 0.673 Def -3.941 def(-1) 3.672 2 Adj. R 0.795 D-W 2.645 ***Signifikan pada = 1% Standard Error 2.769 1.805 0.137 0.590 0.711

t Statistic 0.295 1.248 4.897*** -6.682*** 5.163***

Hasil penelitian Eisner (1989) pada ekonomi Amerika tahun 1956-1983 menyimpulkan bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh positif terhadap konsumsi rumahtangga pada tahun berikutnya. Penelitian Adji (1995) yang dikutip dalam Maryatmo (2004) menggunakan data perekonomian Indonesia tahun 1971-1992 menyimpulkan bahwa utang pemerintah tidak berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Saleh (2002) melakukan penelitian tentang pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap perekonomian Indonesia menggunakan data tahun 1969-1997 menyimpulkan bahwa defsit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan utang luar negeri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi rumahtangga, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hasanah (2003) dalam penelitiannya tentang pengaharuh defisit anggaran pemerintah terhadap perekonomian di Indonesia menggunakan data tahun 1969-1997 memperoleh bukti bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh positif terhadap konsumsi rumahtangga. Pergerakan defisit anggaran pemerintah dan konsumsi rumahtangga Indonesia selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 2. Secara grafis

13

pergerakan defisit anggaran pemerintah memiliki arah yang sama dengan pergerakan konsumsi rumahtangga. Untuk mengetahui pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap konsumsi rumahrangga dilakukan uji statistik menggunakan model regresi.80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tahun 1990 1995 2000 2005 006 2

Defisit

Konsumsi Rumahtangga

Gambar 2: Perkembangan Defisit Anggaran Pemerintah dan Konsumsi Rumahtangga, 1990 - 2007

Hasil perhitungan terhadap data observasi tentang defisit anggaran pemerintah dengan konsimsi rumahtangga di Indonesia tahun 1990-2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Konsumsi rumahtangga pada tahun t diregres dengan konsumsi rumahtangga pada tahun t1, defisit anggaran pemerintah pada tahun t, dan defisit anggaran pemerintah pada tahun t1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit anggaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap konsumsi rumahtangga saat ini maupun konsumsi rumahtangga pada tahun berikutnya. Koefisien regresi D1 dan D2 tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

14

terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan ekonomi antara periode 1990-2000 dan periode 2001-2007. Koefisien regresi kelambanan (lag) variabel konsumsi rumahtangga (con) adalah 0,796 dan signifikan menunjukkan bahwa model PAM yang digunakan berhasil dalam mengestimasi faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga pada

perekonomian Indonesia periode 1990-2007. Hasil penelitian ini mendukung Ricardian Equivalence Hypotesis bahwa defisit anggaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap konsumsi rumahtangga. Hal ini disebabkan adanya aspek asa nalar (rational expectation) dari masyarakat terhadap kebijakan defisit anggaran pemerintah. Tabel 2: Hasil Regresi Defisit Anggaran Pemerintah dan Konsumsi Rumahtangga Variabel Dependen: con Variabel dan Koefisien Standard Error Statistic Regresi D1 (1990-2000) 11.345 13.290 D2 (2001-2007) 11.695 13.741 con(-1) 0.796 0.198 def 0.876 1.191 def(-1) -0.084 1.146 2 Adj. R 0.509 D-W 1.718 ***Signifikan pada = 1% Hasil penelitian Eisner (1989) pada ekonomi Amerika tahun 1956-1983 menyimpulkan bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh positif terhadap investasi perusahaan pada tahun berikutnya (crowding-in). Hasanah (2003) dalam penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa defisit anggaran pemerintah berpengaruh positif terhadap tingkat bunga

t Statistic 0.854 0.851 4.017*** 0.735 -0.073

15

domestik. Kenaikan tingkat bunga domestik akan menurunkan investasi perusahaan (crowding-out). Perkembangan defisit anggaran pemerintah dan investasi perusahaan selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.35 30 25 20 15 10 5 0 Tahun 990 1 1995 Defisit 2000 Investasi Perusahaan 20052006

Gambar 3: Perkembangan Defisit Anggaran Pemerintah dan Investasi Perusahaan, 1990 - 2007

Berdasarkan grafik pada Gambar 3 tersebut terlihat pergerakan defisit anggaran pemerintah yang tidak searah dengan pergerakan investasi perusahaan. Artinya, ketika defisit anggaran pemerintah turun, investasi perusahaan naik. Sebaliknya, ketika defisit anggaran pemerintah naik, investasi perusahaan turun. Pengujian secara statistik pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap investasi perusahaan di Indonesia dilakukan dengan meregres variabel investasi perusahaan terhadap

16

defisit anggaran pemerintah. Hasil pemrosesan terhadap data observasi dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa defisit anggaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap investasi perusahaan pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun berikutnya. Hasil penelitian ini tidak menunjukkan adanya crowdingout maupun crowding- in pada perekonomian Indonesia selama periode tahun 1990-2007. Koefisien regresi D1 dan D2 tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan ekonomi antara periode 1990-2000 dan periode 20012007. Koefisien regresi kelambanan (lag) variabel investasi (inv) adalah 0,869 dan signifikan menunjukkan bahwa model PAM yang digunakan berhasil dalam mengestimasi faktor yang mempengaruhi investasi perusahaan pada perekonomian Indonesia periode 1990-2007.

Tabel 3: Hasil Regresi Defisit Anggaran Pemerintah dan Investasi Perusahaan Variabel Dependen: inv Variabel dan Koefisien Standard T Statistic Statistic Regresi Error D1 (1990-2000) 7.007 6.191 1.132 D2 (2001-2007) 5.384 4.733 1.137 inv(-1) 0.869 0.220 3.951*** def -0.803 0.521 -1.541 def(-1) -0.669 0.509 -1.314 Adj. R2 0.751 D-W 1.413 ***Signifikan pada = 1%

17

SIMPULAN DAN KETERBATASANSimpulan Kebijakan pemerintah melaksanakan defisit pembiayaan anggaran banyak menimbulkan kontroversi. Banyak ekonom yang berpendapat bahwa defisit anggaran pemerintah dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Namun banyak juga ekonom yang berpendapat bahwa defisit anggaran pemerintah diperlukan sebagai stimulus bagi perekonomian, sehingga perekonomian dapat berjalan dengan baik. Kedua argumentasi ini sama-sama mendapat dukungan dari hasil penelitian empiris. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi untuk kasus perekonomian Indonesia dalam perode tahun 1990 sampai dengan tahun 2007. Untuk mengetahui pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan komponen-komponennya digunakan model regresi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bukti empiris bahwa defisit anggaran belanja pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun yang sama dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun berikutnya. Hasil empiris ini sesui dengan teori pump-priming bahwa defisit anggaran pemerintah diperlukan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi. Defisit anggaran belanja pemerintah tidak berpengaruh terhadap konsumsi rumahtangga pada tahun yang sama maupun pada tahun berikutnya. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis Ricardian Equivalence bahwa defisit anggaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap konsumsi rumahtangga.

18

Defisit anggaran belanja pemerintah tidak berpengaruh terhadap investasi perusahaan pada tahun yang sama maupun pada tahun berikutnya. Pada perekonomian Indonesia tidak terdapat gejala crowding-in maupun crowding-out selama tahun penelitian.

Keterbatasan Penelitian ini hanya menggunakan data pada periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2007. Pada penelitian selanjutnya akan lebih baik lagi jika menggunakan data untuk periode yang lebih lama, sehingga hasil penelitian lebih mendekati pada kondisi yang sebenarnya. Komponen pertumbuhan ekonomi yang diduga dipengaruhi oleh defisit anggaran belanja pemerintah hanya konsumsi rumahtangga dan investasi saja. Pada penelitian selanjutnya juga perlu menguji pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah terhadap variabel ekonomi makro yang lain, seperti ekspor, impor, cadangan defisa, tingkat bunga, dan laju inflasi.

DAFTAR PUSTAKAAbimanyu, Anggito. (2005). Kebijakan Fiskal dan Efektivitas Stimulus Fiskal di Indonesia: Aplikasi Model Makro-MODFI dan CGE-INDORANI. Jurnal Ekonomi Indonesia No. 1 Juni 2005.

19

Anderson Clay J. (1944). The Depelopment of the Pump-Priming Theory. The Journal of Political Economy, Vol. 52, No. 2. The University of Chicago Press. Chrystal K. Alec dan Thornton Daniel L. (1988). The Macroeconomic Effects of Deficit Spending: A Review. Econpapers. Departement of Business, Economics, Statistics, and Informatics. Orebro University. Swedia. Eisner, Robert. (1989). Budget Deficit: Rhetoric and Reality. The Journal of Economic Perspectives. Vol. 3 No. 2. American Economic Association. Gujarati, D. (2003). Basic Econometrics. Fourth Edition. Mc.Grow-Hill, New York. Hasanah, Erni Ummi. Pengaruh Defisit Anggaran terhadap Perekonomian: Studi Kasus Indonesia. (2003). Tesis Magister Sains Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Tidak dipublikasikan. Hyman, David N. (2005). Public Finance: A Contemporary Application of Theory to Policy. International Student Edition. South-Western. Ohio. Insukindro dkk. (2001). Modul: Ekonometrika Dasar dan Penyusunan Indikator Unggulan Ekonomi. Bahan Lokakarya Ekonometrika dalam rangka Penjajakan Leading Indikator Export di KTI. Tidak dipublikasikan. Makassar. Kunarjo. (2001). Defisit Anggaran Negara. Majalah Perencanaan Pembangunan Edisi 23 Tahun 2001. Mankiw, N. Gregory. (2007). Macroeconomics. Sixth Edition. Worth Publishers. New York.

20

Maryatmo. (2004). Dampak Moneter Kebijakan Defisit Anggaran Pemerintah dan Peranan Asa Nalar dalam Simulasi Model Makro-Ekonomi Indonesia, 1983:1-2002:4. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, September 2004. Saleh, Samsubar. (2002). Pengaruh Kebijakan Defisit Anggaran Pemerintah terhadap Perekonomian Indonesia. Disertasi. Program Doktoral Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Tidak dipublikasikan. Samuelson, Paul A. (1940). The Theory of Pump-Priming: Reexamined. The American Economic Review, Vol. 30, No.3. American Economic Association. Williams John H. (1942). Deficit Spending. The American Economic Review, Vol. 30 No. 5. American Economic Association. Williamson, Stephen D. (2008). Macroeconomics. Third Edition. Pearson Education, Inc. USA.

21