risywah dalam tafsir fatḤ al qadĪr karya al...

91
RISYWAH DALAM TAFSIR FATAL-QADĪR KARYA AL-SYAUKĀNĪ Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.) Oleh Kansul Fikri Syah NIM: 11140340000257 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL-QADĪR KARYA

AL-SYAUKĀNĪ

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S. Ag.)

Oleh

Kansul Fikri Syah

NIM: 11140340000257

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 2: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam
Page 3: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam
Page 4: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam
Page 5: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

v

ABSTRAK

KANSUL FIKRI SYAH

Risywah dalam Tafsir Fatḥ al-Qadīr Karya al-Syaukānī

Wacana sosial dan permasalahan di Indonesia yang terus

diperbincangkan adalah masalah risywah atau suap menyuap. Tahun ini

(2019) survei Transparency International: The Global Coalition Against

Corruption merilis temuannya yang mengejutkan, Indeks Persepsi Korupsi

(IPK) pada tahun 2018 memaparkan Indonesia naik satu poin, dari 88

menjadi 89, masih jauh di bawah Singapura (3) dan Malaysia (61), namun

di atas Filipina (99) dan Thailand (99). Maraknya aktivitas risywah yang

terjadi, membuat penulis ingin melihat dari kacamata penafsiran al-

Syaukānī (w. 1834) dalam tafsirnya Fatḥu al-Qadīr. Ia dipilih karena

pernah menjabat sebagai qadi atau hakim di Yaman, kala menjabat ia

melakukan berbagai kebijakan salah satunya melawan risywah.

Metode yang digunakan dalam menganalisa risywah dalam tafsir

Fatḥu al-Qadīr, yaitu menggunakan metode tematik atau mauḍhū’i. Penulis

menghimpun ayat-ayat yang berkaitan erat dengan risywah yang terdapat

dalam al-Quran, kemudian mengklasifikasikan dan memilih ayat yang

menurut penulis perlu untuk dijadikan bahan kajian lebih mendalam di

penelitian ini. Kesimpulannya adalah, dalam al-Quran sendiri tidak ada kata risywah atau “ ة و ش ر ”, namun berdasarkan penafsiran atau pendapat al-Syaukānī menunjukkan bahwa al-Baqarah ayat 188 pada kata “ ل ب اط ل -al ,”ب Māʹidah ayat 42 pada kata “ ت dan an-Naml ayat 35-36 pada kata ,”ل لسح -di dalamnya terkandung makna atau pengertian risywah. al ,”ب د ية “Syaukānī mengemukakan risywah dalam tafsirnya sebagai berikut. Pertama, tidak diperbolehkannya seorang memberikan risywah kepada hakim ketika sedang menangani suatu perkara, apabila hakim telah memenangkan perkaranya dengan cara menyuap maka seorang tersebut telah melakukan hal batil (hal ini berlaku kepada seluruh umat). Kedua, Kaum Yahudi amat suka memberikan risywah kepada hakim (pemuka agamanya) untuk mengubah suatu hukum perihal hukuman bagi pezina. Ketiga, Ratu Balqis ingin memberikan hadiah (risywah) kepada Nabi Sulaiman namun ia menolaknya. Ratu Balqis berkata, “Apabila ia (Sulaiman) serang raja maka ia akan menerima hadiah tersebut, sebaliknya apabila ia seorang nabi maka ia akan menolaknya”. Kata kunci: Risywah, Suap-menyuap, al-Syaukānī, Fatḥu al-Qadīr

Page 6: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

vi

KATA PENGANTAR

م ي ح الرن ح الرالل م س ب

Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Segala puji hanya milik Allah, sang

pencipta alam beserta seluruh isi yang ada di dalamnya. Hanya kepada-Nya

penulis meminta petunjuk, arahan, dan memohon kemudahan di setiap

langkah beserta urusan yang sedang dihadapi. Selawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan

makhluk, penyampai ajaran untuk menuntun manusia menuju jalan yang

diridai-Nya.

Skripsi adalah semacam suatu tugas yang menandakan berakhirnya

proses pendidikan di bangku kuliah. Namun, bagi penulis selesainya skripsi

ini menjadi langkah awal penulis untuk melanjutkan pendidikan lebih lanjut

ke jenjang pendidikan di atasnya, amin. Proses penulisan skripsi ini cukup

lama mulai awal Bulan Mei 2019 hingga rampung pada Hari Rabu 4

September 2019, baru mendapat persetujuan dari dosen pembimbing

penulis. Ada banyak rintangan dan kendala di dalamnya, dari proses

kelengkapan administrasi, mencari rujukan referensi, hingga beberapa

kegiatan lainnya. Untuk referensi, penulis mencari buku-buku di toko

online, beberapa jurnal di Google Scholar, Waqfeya, LIPI, One Search,

Moraref, dan lainnya. Beberapa di Perpustakaan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta; Perpustakaan Umum, Perpustakaan Fakultas (PF)

Ushuluddin, PF Syariah dan Hukum, Perpustakaan Pasca Sarjana, Pusat

Studi al-Quran, Iman Jama Perpustakaan, Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia, hingga buku-buku koleksi pribadi teman-teman penulis. Namun,

secara efektif dan kontinu proses penulisan skripsi beserta editannya, ketika

dikalkulasikan kurang lebih hanya memakan waktu dua bulanan lamanya.

Page 7: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

vii

Berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung, skripsi ini rampung. Tidak ada kata lain untuk

mereka kecuali ucapan terima kasih, semoga Allah membalas semua jasa-

jasa mereka sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik, amin.

Penulis mengungkapkan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajaran, dan stafnya.

3. Dr. Eva Nugraha, M.A selaku Ketua Program Studi (Prodi) dan

Fahrizal Mahdi, Lc,. MIRKH sebagai Sekretaris Prodi Ilmu al-

Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta—meskipun keduanya baru menjabat, terobosan

kebijakannya sangat membantu terhadap percepatan proses skripsi.

Serta tak lupa kepada Dr. Lilik Umi Kultsum, M.A dan Banun

Binaningrum, M.Pd., selaku ketua dan wakil Prodi yang menjabat

sebelumnya.

4. Dr. Hassani Ahmad Said, M.A selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan beberapa

masukan-masukan, dan koreksi untuk merampungkan skripsi ini.

5. Dr. Ahsin Sakho Bin Muhammad, M.A selaku dosen pembimbing

akademik.

6. Dr. Suryadinata, M.Ag dan Dr. M. Zuhdi Zaini, M.Ag selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan-masukan terhadap isi

skripsi ini.

7. Kepada orang tua penulis; Ahmad Saedi dan Honnayah, yang tidak

pernah lelah mendoakan dan memberikan semangat, nasihat,

masukan untuk tetap fokus mengerjakan skripsi ini. Nasihat mereka

Page 8: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

viii

memberikan energi dan optimisme kepada penulis. Tak lupa juga

kepada kedua adik perempuan; Majdia Auda dan Ismi Najwa

Nabila, beserta seluruh keluarga sanak saudara yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

8. Para kawan aktivis di; Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA),

Forum Mahasiswa Madura (FORMAD), Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INSTITUT, Forum

Mahasiswa Ciputat (FORMACI), dan lainnya.

9. Kepada saudara-saudara penulis senasib seperjuangan di Jakarta;

Riza Nur Mahbobi, Lutfiadi, dan Fadlul Haq Ramadani

10. Teman-teman Basecamp Cabang, teman angkatan; Nur Kholis

Swandy, Abdurahman, Ubaidillah, Miftahul Munir, dan Ahmad

Muzayyan, teman kosan; Ihwanur Rifqi, pendidik kompre baca

kitab; Khoirul Anam, Moh. Roki’in, yang membantu

menerjemahkan kitab Rizqiyatun Hozaituna dan teman

perkongsian; Zainunddin serta teman-teman lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

Hanya kepada Allah penulis berharap, siapa pun yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah

membalasnya, memberikan kesehatan, optimisme, kemudahan segala

urusan, dan takdir baik menyertainya, amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Kota Tangerang Selatan, 20 Desember 2019

Kansul Fikri Syah

NIM: 11140340000257

Page 9: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

ix

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR JUDUL........................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS......................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING .............................iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI......................................................iv

ABSTRAK....................................................................................................v

KATA PENGANTAR................................................................................vi

DAFTAR ISI.............................................................................................viii

TRANSLITERASI.....................................................................................xi

DAFTAR TABEL....................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Identifikasi Masalah....................................................................7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................8

D. Tinjauan Pustaka.......................................................................10

E. Metodologi Penelitian...............................................................11

F. Sistematika Penulisan...............................................................16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIOGRAFI AL-SYAUKĀNĪ

DAN TAFSIR FATḤU AL-QADĪR............................................18

A. Biografi al-Syaukānī.................................................................18

1. Sejarah Hidup.......................................................................18

2. Aktivitas Keilmuan..............................................................20

B. Karakteristik Tafsir Fatḥu al-Qadīr..........................................22

1. Pengenalan Tafsir Fatḥu al-Qadīr.......................................22

2. Motivasi dan Tujuan Menafsirkan........................................24

Page 10: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

x

3. Pendekatan dan Metode Tafsir.............................................25

BAB III DESKRIPSI UMUM TENTANG RISYWAH............................29

A. Pengertian Risywah................................................................29

B. Perbedaan Risywah dan Hadiah..............................................33

BAB IV ANALISIS AYAT-AYAT TENTANG RISYWAH DALAM

TAFSIR FATḤ AL-QADĪR KARYA AL-SYAUKĀNĪ............36

A. Ayat-Ayat Tentang Risywah....................................................36

B. Penggunaan Kata Risywah dalam Tafsir Fatḥu al-Qadīr.......37

C. Surah al-Baqarah Ayat 188......................................................38

D. Surah al-Māʹidah Ayat 42........................................................44

E. Surah an-Naml Ayat 35-36......................................................53

BAB V PENUTUP....................................................................................59

A. Kesimpulan...............................................................................59

B. Saran.........................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................61

Lampiran

Page 11: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan

bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

ṡ es dengan titik atas ث

J Je ج

ḥ ha dengan titik bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Ż zet dengan titik atas ذ

R Er ر

Z Zet ز

Page 12: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

xii

S Es س

Sy es dan ye ش

ṣ es dengan titik bawah ص

ḍ de dengan titik bawah ض

ṭ te dengan titik bawah ط

ẓ zet dengan titik bawah ظ

‘ عKoma terbalik di atas hadap

kanan

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qi ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

Page 13: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

xiii

H Ha ه

Apostrof ’ ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal terdiri dari dua bagian, yaitu vokal tunggal dan vokal rangkap.

Berikut ketentuan alih aksara vokal tunggal:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatḥah ـ

I Kasrah ـ

U Ḍammah ـ

Adapun vokal rangkap ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

يـ Ai a dan i

وـ Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang dalam bahasa Arab

dilambangakan dengan harkat dan huruf, yaitu:

Page 14: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

xiv

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan topi di atas ى

Ī i dengan topi di atas ى ي

Ū u dengan topi di atas ى و

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan

huruf ال dialih aksarakan menjadi huruf ‘l’ baik diikuti huruf syamsiyah

maupun huruf qamariyah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (ـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Misalnya, kata ضرورةال tidak ditulis ad-ḍarūrah tapi al-ḍarūrah.

6. Tā’ Marbūṭah

Kata Arab Alih Aksara Keterangan

Ṭarīqah Berdiri sendiri طريقة

-Al-jāmi‘ah al الجامعةالإسلامية

islāmiyyah Diikuti oleh kata sifat

Page 15: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

xv

waḥdat al-wujūd وحدةالوجودDiikuti oleh kata

benda

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam system tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, alih

aksara huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan

permukaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama seseorang,

dan lain-lain. Jika nama seseorang didahului oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf kapital adalah huruf awal nama tersebut. Misalnya:

Abū ‘Abdullāh Muhammad al-Qurṭubī bukan Abū ‘Abdullāh Muhammad

Al-Qurṭubī

Berkaitan dengan judul buku ditulis dengan cetak miring, maka

demikian halnya dengan alih aksaranya, demikian seterusnya. Jika terkait

nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri,

disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari

bahasa Arab. Contoh: Nuruddin al-Raniri tidak ditulis dengan Nūr al-Dīn

al-Rānīrī.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara

terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan

diatas:

Kata Arab Alih Aksara

Page 16: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

xvi

ال قر آن Faiżā qara’ta al-Qur’āna ف إ ذ اق ر أ ت

نون م ك ك ت اب Fī kitābin Mak ف

ب رون ال قر آن ي ت د Afalā yatadabbarūna al-Qur’āna أ ف لا

ال مط هرون ي سهإ ل Lā yamassuhū illa al-Muṭahharūna ل

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt, Subḥāh wa ta‘ālā

Saw, Ṣalla Allāh ‘alaih wa sallam

QS. Quran Surat

M Masehi

H Hijriyah

w. Wafat

MSI Mushaf Stndar Indonesia

MP Mushaf Pakistan

Page 17: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1:

Tabel 4. 1:

Tabel 4. 2:

Tabel 4. 3:

Tabel 4. 4:

Tabel 4. 5:

Indeks Persepsi Korupsi (IPK)............................................35

Ayat-Ayat Tentang Risywah................................................36

Penggunaan Kata Risywah dalam Tafsir Fatḥu al-Qadīr.....37

Penggunaan Kata Risywah di Surah al-Baqarah ayat 188

dalam Tafsir Fatḥu al-Qadīr....................................................39

Penggunaan Kata Risywah di Surah al-Māʹidah ayat 42 dalam

Tafsir Fatḥu al-Qadīr...............................................................45

Tabel 4. 5: Penggunaan Kata Risywah di Surah an-Naml ayat

35-36 dalam Tafsir Fatḥu al-Qadīr.........................................54

Page 18: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wacana sosial dan problem di Indonesia yang terus diperbincangkan

adalah masalah risywah (suap-menyuap/korupsi). Risywah sudah menjadi

permasalahan Indonesia banyak kelompok yang telah ditetapkan oleh

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung Republik

Indonesia (Kejari), dan Polisi karena telah ketahuan melakukan risywah.

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia risywah masuk ke dalam

kejahatan korupsi. Lembaga survei Transparency International: The

Global Coalition Against Corruption yang dilakukan baru-baru ini tahun

2019 tentang Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2018 memaparkan

Indonesia naik satu poin 88 menjadi 89, masih di bawah Singapura (3),

Malaysia (61), India (78), dan China (87), namun di atas Filipina (99) dan

Thailand (99).1

Oleh karenanya, banyak masyarakat yang lebih bersifat pesimis

terhadap langkah pemberantasan risywah di Indonesia, bahkan di antaranya

sudah ada yang bersifat pesimistis.2 Selain itu, mengingat bahwa risywah

merupakan kejahatan yang tergolong extra-ordinary crime (kejahatan luar

biasa), karena apa yang dihasilkan dari risywah telah membawa akibat

langsung khususnya masalah ekonomi, yaitu berimbas di semua sektor

1 Survei yang dilakukan oleh lembaga Transparency International: The Global

Coalition Against Corruption tahun 2018 terkait tren perkembangan korupsi di dunia.

Lebih lengkapnya lihat: Transparency International: The Global Coalition Against

Corruptio, Corruption Perceptions Index 2018 (Berlin: Transparency International, 2019),

2-4. Diakses 5 Juni 2019,

https://www.transparency.org/files/content/pages/2018_CPI_ExecutiveSummary.pdf 2 Lebih jelasnya, baca buku: INDEF, Korupsi di Indonesia (Jakarta: INDEF,

1998).

Page 19: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

2

termasuk rakyat.3 Meskipun hanya segelintir orang atau elit yang

melakukan, namun dampaknya akan dirasakan oleh semua kalangan. Dalam

hal ini Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs dalam Tafsir Qurannya

menyebutkan:

“... menggambarkan kehidupan bersama dalam masyarakat ini, sebagai

suatu kumpulan orang-orang yang berlayar dalam sebuah perahu. Ada

seorang penumpang yang perlu air, pikirnya: Supaya lebih cepat, baik

kugerek4 saja dekat tempatku ini. Jika perbuatan itu dibiarkan oleh

penumpang-penumpang yang lain, bukanlah orang yang membuat lubang

di perahu itu saja yang karam, melainkan seluruh penumpang di dalam akan

tenggelam semuanya....”5

Seperti yang telah digambarkan di atas, perbuatan yang dilakukan

hanya satu orang saja, namun dampaknya akan dirasakan oleh semua orang.

Budi Irawan dalam tulisannya yang berjudul ‘Rasuah’ mengatakan

bahwa risywah jika diindonesiakan kata ‘rasuah’6. Kata risywah jika

diindonesiakan menjadi ‘rasuah’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) dijelaskan, rasuah adalah korupsi. Jadi risywah bisa juga dikatakan

korupsi, meskipun risywah adalah salah satu dari beberapa modus di dalam

korupsi itu sendiri. Dalam KBBI korupsi adalah penyelewengan atau

penyalah gunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan

3 Syaiful Ilmi, “Melacak Term Korupsi dalam al-Quran Sebagai Epistemologi

Perumusan Fikih Anti Korupsi,” Khatulistiwa, vol.1, no.1, (Maret, 2011): 1. 4 Lubangi. 5 Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs, Tafsir Quran, cet. IV (Jakarta: Penerbit

Widjaya Djakarta, 1967), 68. Ingin lebih mengetahui dampak akan korupsi bisa baca: JM.

Muslimin, “Korupsi: Pengertian, Sebab, dan Dampaknya,” Dalam Pendidikan Anti

Korupsi di Perguruan Tinggi Islam, ed. Chaider S. Bamualim dan JM. Muslimin (Jakarta:

Center for the Study Religion and Culture, 2006), 15-43. 6 Budi Irawanto, “Rasuah,” Majalah Tempo, 24 Februari 2013, 10.

Page 20: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

3

sebagainya) untuk keuntungan pribadi ataupun orang lain7. Jadi kata

risywah dalam KBBI berubah atau diindonesiakan menjadi kata ‘rasuah’

Sedangkan, KPK menjelaskan bahwa risywah (suap-menyuap)

adalah bagian dari korupsi itu sendiri. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001, membagi tindak pidana korupsi ke dua kelompok. Pertama, kejahatan

korupsi itu sendiri. Kedua, kejahatan lain yang berkaitan dengan tindak

pidana korupsi. Kejahatan dalam kelompok kedua sebenarnya bukan

korupsi. Akan tetapi, karena berkaitan dengan korupsi, maka juga dianggap

sebagai pidana korupsi.8 Tindak pidana korupsi dalam kelompok pertama

dibagi menjadi tujuh bagian, yakni tindakan; merugikan keuangan negara

dan/atau perekonomian negara, ‘suap-menyuap’, penggelapan dalam

jabatan, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, dan

gratifikasi.9

Dalam al-Quran tidak ada term secara khusus yang menerjemahkan

arti risywah, hanya saja ada yang agak bersentuhan atau maknanya

bermuatan risywah atau suap menyuap, yaitu di dalam Surah al-Baqarah

ayat 188, al-Māʹidah ayat 42, dan Surah an-Naml ayat 35-36.

Sedangkan dalam Bahasa Arab risywah sebagai berikut. Secara

etimologis kata risywah berasal dari bahasa Arab “ و ش ر ي -اش ر ” yang masdar

atau verbal naoun-nya bisa dibaca “ ة و ش ر ”” ة و ش ر ” atau “ ة و ش ر ” (hurufnya ra’-

nya dibaca kasrah, fatḥah atau ḍammah) berarti “ ل ع ال ” yaitu upah, hadiah,

komisi atau suap. Ibnu Manzur juga mengemukakan penjelasan Abul Abas

7 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.

V (Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia, 2016), 305.

8 Hafdzil Alim, dkk., Jihad Nadhlatul Ulama Melawan Korupsi Jakarta:

Lakpesdam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2016), 22.

9 Hafdzil Alim, dkk., Jihad Nadhlatul Ulama Melawan Korupsi, h. 22.

Page 21: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

4

tentang makna kata risywah, ia mengatakan bahwa kata risywah terbentuk

dari kalimat “ خ و االف ش ر ” yaitu, anak burung merengek-rengek ketika

mengangkat kepalanya kepada induknya atau disuapi.10

Dalam sejarah Islam sendiri praktek risywah juga telah ditemukan,

yaitu sejak zaman Nabi Muhammad sendiri. Sebagaimana ditemukan,

masyarakat Islam khususnya pada periode Madinah, telah merupakan suatu

masyarakat yang terorganisir secara rapi. Bahkan dinyatakan bahwa

Madinah sendiri merupakan sebuah negara kota yang diperlengkapi dengan

suatu konstitusi yang belakangan dikenal dengan Konstitusi Madinah. Itu

berarti di sana telah terdapat suatu struktur dan adanya kekayaan publik

untuk mengelola dan mendanai kepentingan penyelenggara kekuasaan itu.11

Selain itu posisi strategis Mekkah dan Madinah pada 5 M telah

menjadi pusat perekonomian, transaksi perdagangan, dan menjadi jalur

sutera antara Yaman dan Suriah. Tentu yang namanya suap menyuap

menjadi hal yang lumrah untuk memuluskan kepentingan bisnisnya12.

Dengan demikian, dapatlah dibuat suatu hipotesis bahwa dalam masyarakat

tersebut tentu ada risywah dalam bentuk pengoperasian yang lain, mungkin.

Ada sebuah hadis yang amat menentang keras akan risywah:

ب و ث ن ع الل ل و س ر ن ع ل ال ن ا يو اش الر م ل س و ه ي ىل ع الل ىل يش ي ي ذ ال ن غ ي يش ت ر ل

ام ه ن ي ب

Dari Tsauban, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat orang yang

menyuap; orang yang disuap; dan orang yang menghubungkan,

yaitu orang yang berjalan di antara keduanya.” (HR. Ahmad).13

10 ibn Manzhūr, Lisānul al-‘Arab, jilid XIV (Bairut: Dārul al-Sadīr, t. t), 322.

11 Syamsul Anwar, “Sejarah Korupsi dan Perlawanan Terhadapnya di Zaman

Awal Islam: Perspektif Studi Hadis,” Jurnal Hermenia, vol.4, no.1, (Januari 2005): 6. 12 Philip K. Hitti, Historiy of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi

Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), 61. 13 al-Syaukānī, Nāil al-Auṭār, jilid IX (Bairūt: Dar al-Fikr, t. t.), 172.

Page 22: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

5

Ini menjadi bukti dan bertanda bahwa risywah sudah ada sejak itu.

Pada awal-awal penyebaran Islam pun sudah ada praktek suap menyuap,

hal ini terjadi ketika hijrahnya Kaum Muslim dari Mekkah ke Habasyah

(Etiopia). Ada dua orang utusan Kaum Quraisy yaitu Abdullah bin Abu

Rabi’ah dan Amru bin Ash, (yang saat itu belum memeluk Islam), keduanya

membawa hadiah berupa barang yang sangat berharga untuk membujuk

Raja Najasy, tujuannya hanya satu yaitu untuk menyogok sehingga

mengusir Kaum Muslim dari Habasyah serta tidak mendapatkan

perlindungan—namun lagi-lagi hadiah tersebut tidak diterima dan ditolak

oleh Raja Najasy serta tidak dapat mempengaruhinya.14

Pun di zaman kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, suatu

ketika ia sedang berada di kantor untuk suatu pekerjaan lembur. Ketika ada

keluarganya masuk ke dalam kantor tersebut, lampu-lampu yang nyala itu

dimatikan, dengan alasan harus dibedakan antara urusan keluarga dengan

urusan pemerintahan, karena lampu-lampu yang menyala itu adalah fasilitas

negara, otomatis buat kepentingan pemerintah untuk umat bukan keluarga

atau pun pribadi.15

Dalam al-Quran sendiri ada beberapa ayat yang menerangkan

tentang risywah atau serupa, misal dalam Surah al-Baqarah ayat 188, Allah

berfirman:

14 Akibat perlakuan Kaum Quraisy yang semena-mena kepada Kaum Muslim,

berupa pengecualian, dilarang berdagang dengan Kaum Quraisy (kafir), penyiksaan yang

bertubi-tubi, akhirnya sebagian Kaum Muslim memilih untuk hijrah ke Habasyah. Lebih

lengkapnya baca: Abdul Manaf, “Najasyi Yang Anti Sogok,” Majalah Hukum Varian

Peradilan, no.324, (November, 2012), 77-81 15 Abdul Malik, “Belajar dari Lampu Padam dan Sepotong Roti Umar bin Abdul

Aziz: Sebagai Prototipe Teladan Sikap Antikorupsi,” Majalah Hukum Varian Peradilan,

no.324 (November 2012), 74.

Page 23: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

6

ل ت أ ك ل و اف ر ي قام ال ك ام ا ل ل و اب ا و ت د ل ب اط ل ن ك م ب ب ي ت ك ل و اا م و ال ك م و ل ل م ب الن ا ا م و ال ن (٨١١)و ا ن ت م ت ع ل م و ن

“Dan Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan

yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada

para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian

harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”

(QS. al-Baqarah. 188).16

al-Syaukānī mengomentari dalam Tafsir Fatḥ al-Qadīr cukup rinci

perihal masalah risywah, misal dalam Surah al-Baqarah ayat 188 di atas. Ia

berpendapat, bahwa keputusan hakim tidak dapat membenarkan perkara

yang salah menjadi benar dan tidak pula menyalahkan perkara yang benar

menjadi salah, baik berkenaan dengan harta maupun dengan kemaluan17.

Oleh karenanya tidak diperkenankan menyuap hakim, dengan harapan yang

salah menjadi benar dan yang benar menjadi salah. Apabila ia menyuap

hakim, lalu hakim tersebut memenangkan putusan atau perkara tersebut,

maka ia termasuk orang yang memakan harta yang batil dan itu dilarang.18

Amat jelas sekali dalam penjelasan al-Syaukānī di Surah al-Baqarah

ayat 188, di larangnya penyuapan terhadap hakim, di mana demi

menguntungkan dan memberi putusan yang berpihak pada penyuap.19

Penjelasan tentang risywah ini amat menarik sekali untuk dikaji lebih

mendalam, mengingat banyaknya kasus-kasus risywah yang melanda

Indonesia. Tiap hari di media cetak mau pun elektronik terus bermunculan,

16 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Quran Terjemahan

(Jakarta: Nur Publishing, 2009), 297. 17 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, terj. Penerjemah Tim Pustaka Azzam, cet, I,

jilid I (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 731. 18 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 732. 19 Hafdzil Alim, dkk, Jihad Nadhlatul Ulama Melawan Korupsi, 23. Lebih

jelasnya lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 di buku: ____, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia (Jakarta: BIP Kelompok Gramedia, 2017).

Page 24: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

7

baik elit politik, pemangku jabatan, dan perusahaan-perusahaan pemerintah

tertangkap oleh KPK, Kejaksaan Agung, dan Kepolisian. Inilah yang

membuat penulis ingin lebih jauh lagi serta lebih mendalami wacana

risywah dalam al-Quran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditemukan beberapa

identifikasi masalah sebagai berikut: arti risywah, ayat-ayat risywah dalam

al-Quran, perbedaan antara risywah dan hadiah, biografi tafsir Fatḥ al-

Qadīr dan al-Syaukānī, penafsiran ayat-ayat risywah dalam tafsir Fatḥ al-

Qadīr, arti kandungan makna di tiap-tiap ayat, sebab turunnya masing-

masing ayat, dan beberapa pandangan mufasir tentang risywah.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun pembatasan masalahnya yaitu hanya fokus pada Surah al-

Baqarah ayat 188, Surah al-Māʹidah 42, dan Surah an-Naml ayat 35-36.

Lalu penulis mengambil tokoh mufasir al-Syaukānī (w. 1834). Tokoh ini

dipilih karena ia pernah menjabat sebagai qadi atau hakim di Negeri Yaman

pada zaman pemerintahan al-Mansur (w. 1809) dan al-Mahdi (w. 1835).

Ketika menjabat sebagai qadi, ia melakukan berbagai kebijakan yang

cukup kontroversial salah satunya ditegakkannya keadilan dan memerangi

risywah.

Adapun mengenai ayat-ayat dalam al-Quran tentang risywah atau

suap menyuap, atau pun penafsiran al-Syaukānī yang di dalamnya

mengandung makna risywah, maka proses pencariannya penulis

menggunakan kitab dan beberapa buku; Mu’jam al-Mufahras li al-Fadzi al-

Page 25: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

8

Qurān al-Karīm20, Ensklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata21,

Ensiklopedia al-Quran Dunia Islam Modern22, Kunci dan Klasifikasi Ayat-

Ayat al-Quran23, Indeks al-Qur’an: Panduan Mencari Ayat al-Quran

Berdasarkan Kata dasarnya24, Indeks Terjemah al-Quranul-Karim25, dan

Konkordasi Quran: Panduan Kata Dalam Mencari Ayat Quran26, untuk

mengelompokkan dan mengumpulkan kata atau makna-makna yang

mengandung pengertian risywah.

Setelah dilakukan pencarian maka penulis menemukan 3 ayat yang

lafaznya mengandung makna risywah, yaitu di; Surah al-Baqarah ayat 188

dalam kata “ ل ب اط ل “ al-Māʹidah 42 dalam kata ,”ب ت dan an-Naml ayat ,”ل لسح

35-36 dalam kata “ ب د ي ة”, makna risywah dalam ketiga lafaz tersebut atas

dasar pendapat al-Syaukānī dalam tafsirnya. Dalam tafsirnya al-Syaukānī

menggunakan kata 27“28 ,”أ ر ش ى“ ت و ة “29 ,”ل لسح untuk ”ا لر ش ا“dan 30 ,”ر ش

menunjukkan risywah atau suap menyuap.

20 Muhammad ’Abd al-Baqi, Mu’jam al-Mufahras li al-Fadzi al-Qurān al-Karīm

(Bairūt, Dar al-Fikr, 1994) 21 Pusat Studi al-Quran, Enskikolopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007) 22 HM. Sonhaji, Ensiklopedia al-Quran Dunia Islam Modern (Yogyakarta, PT.

Dana Bhakti Primayasa, 2003) 23 A. Hamid Hasan Qolay, Kunci dan Klasifikasi Ayat-Ayat al-Quran (Bandung,

Penerbit Pustaka, 1989) 24 Azharuddin Sahil, Indeks al-Qur’an: Panduan Mencari Ayat al-Quran

Berdasarkan Kata dasarnya (Jakarta, Penerbit Mizan, 1996) 25 A. Hamid Hasan Qolay, Indeks Terjemah al-Quranul-Karim (Jakarta, PT.

Inline Raya Jakarta, 1997) 26 Ali Auda, Konkordasi Quran: Panduan Kata Dalam Mencari Ayat Quran

(Jakarta, PT. Pustaka Literasi Antar Nusa, 1997) 27 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqiq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, jilid I (Mesir:

Dâr al-Fikr, 1973), 342.

28 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqiq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, Jilid II, (Mesir:

Dâr al-Fikr, 1973), 59.

29 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, 60.

30 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, 63.

Page 26: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

9

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan yang dapat

dipetakan adalah: Bagaimana penafsiran dan pandangan al-Syaukānī

tentang risywah atau suap menyuap dalam Tafsir Fatḥ al-Qadīr.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penafsiran al-Syaukānī mengenai

risywah.

2. Untuk mengetahui implikasi terhadap realita yang terjadi melalui

pemikiran al-Syaukānī.

3. Sebagai salah satu pera syarat penulis agar dapat mendapatkan gelar

Sarjana Agama (S. Ag).

Adapun manfaat dari penelitian ini terlihat dari segi teoritis dan

praktisnya:

1. Dalam aspek teoritis

a. Memberikan wawasan tambahan mengenai tokoh Islam (al-

Syaukānī) yang penafsirannya beraliran bi al-ra’yi dan bi al-

ma’tsur.

b. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai risywah dalam

pandangan al-Syaukānī.

c. Membantu masyarakat awam mengetahui mana hal yang

termasuk risywah dan mana itu yang masuk kategori hadiah.

2. Dalam aspek praktis

a. Karya ilmiah ini amat berguna bagi mahasiswa yang hendak

menambah keilmuannya dan menjadi referensi dalam

memberikan proses mengajar di fokus masing-masing.

Page 27: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

10

Penelitian ini dapat sedikit pemahaman mengenai risywah

melalui pandangan al-Syaukānī.

b. Sebagai karya ilmiah tulisan ini diharapkan dapat menambah

wawasan pengetahuan di bidang pendidikan al-Quran dan tafsir

khususnya yang berkaitan dengan masalah risywah sehingga

mahasiswa Ilmu al-Quran dan Tafsir dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan risywah.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan dengan karya tulis yang

lainnya, penulis menelusuri beberapa penelitian atau pun kajian yang

pernah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya hasil penelitian ini menjadi

acuan penulis untuk tidak mengangkat sudut pandang yang sama, sehingga

diharapkan kajian ini benar-benar bukan hasil plagiat dari kajian

sebelumnya:

1. Muhammad Nurul Irfan dalam bukunya Tindak Pidana Korupsi di

Indonesia dalam Perspektif Fiqih Jinayah, secara garis besar buku

ini menerangkan tentang tindak pidana korupsi yang terjadi di

Indonesia saat ini, korupsi menurut fikih jinayah masuk dalam

kategori jarimah takzim. Tindak pidana korupsi tidak bisa

dianalogikan dengan jarimah sarīqah atau tindak pidana pencurian

dan jarimah hirābah atau tindak pidana perampokan. Sebab tindak

pidana pencurian dan perampokan masuk dalam wilayah jarimah

hudud yang aturan tekniknya telah disebutkan di dalam al-Quran

dan terhadapnya tidak berlaku kias.31

31 Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Perspektif

Fiqih Jinayah, 1-16. Dari judulnya sudah jelas sekali, buku ini mendialogkan korupsi

dalam sudut pandang fikih jinayah. Selain itu dalam buku Muhammad Nurul Irfan dalam

judul buku yang berbeda yaitu; “Gratifikasi Kriminalitas Seksualitas dalam Hukum

Page 28: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

11

2. Dalam buku yang berjudul Jihad Melawan Korupsi ingin

menjelaskan mengapa Indonesia menjadi surga bagi para koruptor,

salah satu penyebab utamanya adalah yakni hukum di Indonesia

mudah dijual belikan dengan harga murah. Oleh karena itu risywah

sebagai kejahatan yang luar biasa, cara pemberantasannya yakni

dengan cara yang luar biasa pula.32

3. Kemudian ada buku tulisan Hafdzil Alim, dkk. dengan judul Jihad

Nadhlatul Ulama Melawan Korupsi. Buku ini menjelaskan bahwa

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia

tidak boleh berdiam diri, melihat marak dan tingginya kasus suap

menyuap yang menimpa negeri ini, oleh karenanya maka harus

melawan dengan literasi keislaman yaitu melalui pendekatan fikih

korupsi.33

4. Syamsul Anwar yang menulis jurnal berjudul Sejarah Korupsi dan

Perlawanan Terhadapnya di Zaman Awal Islam: Perspektif Studi

Hadis yang dimuat di Jurnal Hermenia Universitas Islam Negeri

Sunan Kali Jaga Yogyakarta pada tahun 2005. Tulisan ini ingin

Pidana Islam”, menjelaskan perihal gratifikasi yang juga disebut dengan risywah, suap,

atau pun sogok merupakan salah satu bentuk korupsi yang dalam prakteknya dapat

melibatkan pengusaha dan penguasa. Sementara itu, mengenai kriminalitas seksual, hal

tersebut erat kaitannya dengan gratifikasi karena pelayanan seks merupakan salah satu

bentuk gratifikasi. Lihat di Muhammad Nurul Irfan, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual

dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: Amzah, 2014). Dalam tema yang sama Muhammad

Nurul Irfan dalam bukunya “Korupsi dalam Hukum Pidana Islam” menjelaskan tentang,

Indonesia bukan Negara Islam, walaupun data agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP)

mayoritas adalah warganya yang berstatus Muslim. Sehingga tampaknya bagaikan pepesan

kosong bicara hukum pidana Islam di negeri ini, namun sebagai sebuah bentuk tanggung

jawab, atau setidaknya sebagai sebuah ungkapan keprihatinan, wacana pemberantasan

korupsi ala hukum pidana Islam perlu diperhatikan. Konsep hukum takzir yang ditawarkan

oleh hukum pidana Islam tidak selamanya harus berupa hukum ringan melainkan bisa saja

takzir berupa hukuman keras dan tegas seperti hukuman mati. Lihat di Muhammad Nurul

Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: Amzah, 2011).

32 Masdar Hilmy, “Panggilan Jihad Melawan Korupsi,” Dalam Jihad Melawan

Korupsi , ed. HCB Dharmawan dan al-Soni BL de Rosari (Jakarta: PT. Kompas Media

Nusantara, 2005), 112. 33 Hafdzil Alim, dkk., Jihad Nahdlatul Ulama Melawan Korupsi, 8.

Page 29: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

12

mencoba melakukan kajian mendalam terhadap sejarah korupsi dan

usaha-usaha pemberantasannya di zaman Nabi Muhammad SAW

berdasarkan data hadis. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah

adakah praktek korupsi di zaman Nabi Muhammad SAW dan jika

ada bagaimana Nabi Muhammad SAW menyikapinya.34

5. M. Helmi Umam menulis jurnal dengan judul Pandangan Islam

Tentang Korupsi yang dimuat di Jurnal Tassawuf dan Pemikiran

Islam tahun 2013. Di jurnal ini menjelaskan Islam menawarkan

semangat juang untuk melawan korupsi. Melihat korupsi secara

proporsional bisa membuat bangsa ini tidak hanya terpaku dengan

cara bangsa asing soal bagaimana mengatasi korupsi. Perlibatan

spirit keislaman yang tegas, penguatan produk hukum dan aturan

serta tinjauan ulang menyangkut penghukuman dan pendidikan bagi

pelakunya adalah hal-hal yang perlu diperhatikan.35

6. Ahmad Jurin Harahab menulis jurnal berjudul Risywah dalam

Perspektif Hadis, jurnal ini ingin menerangkan tentang risywah

merupakan pemberian hadiah kepada pegawai pemerintahan dengan

harapan segala keinginan penyuap diloloskan kasusnya atas

musuhnya di pengadilan. Kadang dianggap sebagai suatu pemberian

yang biasa saja, karena mereka tidak bisa membedakan mana

kategori suap dan mana pemberian, padahal antara hadiah dan suap

cukup jauh berbeda.36

7. Hassani Ahmad Syamsuri dengan judul tesisnya Corak Pemikiran

Kalam Tafsir Fath al-Qadīr: Telaah Atas Pemikiran al-Syaukānī

34 Syamsul Anwar, “Sejarah Korupsi dan Perlawanan Terhadapnya di Zaman

Awal Islam: Perspektif Studi Hadis.”, 2.

35 M. Helmi Umam, “Pandangan Islam Tentang Korupsi,” Teosofi: Jurnal

Tassawuf dan Pemikiran Islam, Vol.3, no.2 (Desember 2013): 479. 36 Ahmad Jurian Harahab, “Risywah dalam Perspektif Hadis,” Diroyah, Vol.2,

no.2, (Maret, 2018): 1.

Page 30: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

13

dalam Teologi Islam Dalam tesis ini, dijelaskan sangat detail

mengenai riwayat hidup Imam al-Syaukān, metode kitab Tafsir Fatḥ

al-Qadīr dan pemikirannya terhadap al-Quran yang dituang dalam

karyanya. Dalam karya ini lebih menitik fokuskan adalah corak

kalam al-Syaukānī.37

8. Mukarramah Ahmad, dengan judul tesisnya Fath al-Qadīr Karya

Imam al-Syaukānī: Sebuah Kajian Metodologi. Tesis ini

menjelaskan tentang bagaimana metodologi yang digunakan oleh

al-Syaukānī dalam menyusun Tafsir Fatḥ al-Qadīr. Penelitian ini

berdasarkan pada asumsi bahwa al-Syaukānī dalam menyusun

tafsirnya menggabungkan atau memadukan antara pendekatan bi al-

ma’tsur dan bi al-ra’yi. Selain itu Tesis ini bertujuan untuk

mengetahui profil Tafsir Fatḥ al-Qadīr, metodologi penafsiran,

kelebihan dan keterbatasan yang terdapat di dalamnya, serta

pengaruh kitab tersebut dalam perkembangan Ilmu Tafsir.38

9. Skripsi karya Anis Khoiru Ummah seorang sarjana Ilmu al-Quran

dan Tafsir tahun 2017 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

skripsi Gratifikasi dalam al-Quran Menurut Ahmad Mustofa al-

Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi. Skripsi ini menjelaskan tentang

gratifikasi yang merupakan pemberian di luar gaji yang telah

ditentukan. Skripsi ini ingin menjawab tentang gratifikasi menurut

pandangan Ahmad Mustofa al-Maraghi dan seperti apa

penafsirannya.39

37 Hassani Ahmad Said, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fath al-Qadīr Telaah

atas Pemikiran al-Syaukānī dalam Teologi Islam” (Tesis S2.,Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007). 38 Mukarramah Ahmad, “Fath al-Qadīr Karya Imam al-Syaukānī: Sebuah Kajian

Metodologi” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Salahuddin Makassar, 2015). 39 Lebih jelasnya baca: Anis Khoiru Ummah, “Gratifikasi dalam al-Quran

Menurut Ahmad Mustofa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi” (Skripsi S1., Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).

Page 31: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

14

10. Muhib Rosyidi seorang sarjana Tafsir Hadis tahun 2010 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Kontekstualisasi Hadis-

Hadis Korupsi: Sebuah Kajian Hadis Maudu’i. Skripsi ini ingin

menjelaskan tentang korupsi bukan hal yang baru di dunia Islam

sehingga bentuk kontekstualisasi hadis adalah hal kemutlakan yang

harus.40

Melihat penelitian yang telah ada seperti yang telah disebutkan di atas,

meskipun tema yang dilakukan oleh penulis ada kesamaan, namun jelas

berbeda isi yang dibahas hal ini bisa dilihat dari judul-judul yang disajikan.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode

tematik atau mauḍhū’i, yaitu metode menafsirkan al-Quran berdasarkan

tema-tema tertentu41. Adapun langkah-langkah penulis lakukan sebagai

berikut; Pertama, menetapkan masalah yang akan dibahas. Kedua, melacak

dan menghimpun masalah yang dibahas tersebut dengan menghimpun ayat-

ayat al-Quran yang membicarakannya. Tiga, mempelajari ayat demi ayat

yang berbicara tentang tema yang dipilih sambil memperhatikan

asbabunnuzul. Empat, menyusun rumusan ayat al-Quran yang berkaitan

dengan ayat-ayat sesuai dengan temanya, khususnya jika berkaitan dengan

hukum, atau kronologi kejadiannya jika berkaitan dengan kisah, sehingga

tergambar peristiwanya dari awal hingga akhir. Lima, memahami korelasi

(munāsabah) ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing. Enam,

40 Muhib Rosyidi, “Kontekstualisasi Hadis-Hadis Korupsi: Sebuah Kajian Hadis

Maudu’i” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 41 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Surat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut

Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat al-Quran (Tangerang, Lentera Hati, 2013),

387.

Page 32: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

15

menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, sistematis, dan

utuh. Tujuh, melengkapi penjelasan-penjelasan dengan ayat, riwayat

sahabat, dan lain-lainnya yang relevan bila dipandang perlu, sehingga

pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas. Delapan,

setelah tergambar secara keseluruhan kandungan ayat-ayat yang dibahas,

langkah berikutnya adalah menghimpun masing-masing ayat pada

kelompok uraian ayat dengan menyisihkan yang terwakili, atau

menkompromikan antara ‘ām dan khāsh, muthlaq dan muqayyad, atau yang

pada lahirnya bertentangan, sehingga keseluruhannya bertemu dalam satu

muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan sehingga lahir satu simpulan

tentang pandangan al-Quran menyangkut tema yang dibahas.42

1. Jenis Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini berdasarkan penelitian pustaka

(library research), sehingga data yang diperoleh berdasarkan hasil riset

pustaka. Hal itu karena kadang kala untuk memahami suatu persoalan

atau gejala baru yang tengah berkembang di lapangan atau masyarakat

maka memerlukan studi pendahuluan (preliminary research)43.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk penelitian ini penulis menggunakan al-Quran terbitan

Kementrian Agama Republik Indonesia tahun 2009. Sebagai rujukan

utama penulis menggunakan Tafsir Fatḥ al-Qadīr: al-Jāmi Bāina Fannī

al-Riwāyah wa al-Dirāyah min ‘Ilmu al-Tafsīr yang dicetak di Mesir

dengan penerbit Dar al-Fikr pada tahun 197344 dan diimbangi dengan

buku terjemahannya dengan judul yang sama, terbitan Pustaka Azzam

42 Lebih jelasnya lihat: M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Surat, Ketentuan, dan

Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat al-Quran, 389-390. 43 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta, Yayasan Obor

Indonesia, 2008), 2.

44 Bentuk Portable Document Format (PDF) bisa dilihat atau download: kapasan-

darulfalah.blogspot.com/2013/06/download-kitab-tafsir-fathul-qodir-asy.html?m=1

Page 33: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

16

pada tahun 2008. Kemudian yang menjadi rujukan sekunder seperti

buku, jurnal, tesis, skripsi, dan artikel lainnya untuk menambah bahan

referensi mengenai penelitian ini.

3. Metode Analisa Data

Dalam proses menganalisa data, penulis menggunakan metode

deskripsi analisis. Penulis ingin menguraikan apa adanya diskusi

mengenai risywah di dalam tafsir Fatḥ al-Qadīr serta pemikirannya,

untuk itu penulis mengambil ayat-ayat al-Quran yang berkaitan atau

mengandung makna risywah di dalamnya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan

perincian sebagai berikut:

Bab pertama berisikan pendahuluan meliputi latar belakang

masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan signifikasi penelitian,

kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Di dalam

bab ini penulis berangkat dari penjabaran Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

atau suap-menyuap yang marak terjadi di Indonesia, setelah itu penulis

mendefinisikan apa itu risywah atau suap menyuap menurut; KBBI, melihat

seperti apa hukum risywah dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1995, dari sudut pandang Kamus Bahasa Arab, dan menjabarkan

di ayat-ayat apa saja yang terkandung pengertian risywah. Setelah itu

penulis menambahkan sejarah risywah di zaman Nabi Muhammad beserta

memunculkan hadis tentang risywah. Baru setelahnya penulis memberikan

sedikit gambaran tafsir al-Syaukānī di Surah al-Baqarah ayat 188 tentang

risywah.

Bab kedua menjelaskan biografi singkat, aktivitas keilmuan al-

Syaukānī dan gambaran umum tafsir Fatḥ al-Qadīr, motivasi kenapa al-

Page 34: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

17

Syaukānī menulis tafsir Fatḥ al-Qadīr serta metode yang digunakan dalam

tafsir Fatḥ al-Qadīr. Poin besar di dalam bab ini adalah melihat sejarah

kehidupan al-Syaukānī dari berbagai segi, agar kerangka penulisannya lebih

komprehensif dan memudahkan para pembaca sebelum menerangkan dan

beranjak ke bab setelahnya.

Bab ketiga, setelah menjelaskan gambaran umum tentang tentang

al-Syaukānī dan Tafsir Fatḥ al-Qadīr. Maka dalam bab ini penulis akan

mendefinisikan seperti apa risywah itu sendiri dan memberi gambaran

perbedaan antara risywah dan hadiah. Karena pada realitas kehidupan

sehari-harinya amat sulit membedakan di mana itu masuk kategori risywah

dan di mana itu kategori hadiah. Oleh karenanya penulis penting untuk

menjabarkan kedua perbedaan tersebut guna tidak terjadi simpang siur dan

arah yang jelas dalam penulisan skripsi ini.

Bab keempat, setelah mengurai definisi risywah dan perbedaannya

dengan hadiah. Maka dalam bab ini penulis menjelakan tentang analisa

penafsiran al-Syaukānī tentang risywah dan ditambah beberapa mufasir

lainnya. Di bab ini barisan poin-poin besar tentang risywah di mana di

dalamnya berisikan tafsir al-Syaukānī tentang risywah dan untuk

memperkuat pendapat al-Syaukānī, penulis sedikit menambahkan

pandangan mufasir lain seperti Hamka, Quraish Shihab, ibn Katsir, al-

Qurthubi, Wahbah az-Zuhaili, dan Ahmad Mustofa al-Maraghi.

Bab kelima adalah penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan dan

saran-saran. Di bab penutup ini, penulis memberikan kesimpulan atas

jawaban dari permasalahan yang ada di bab pertama, agar skripsi ini

menjadi sebuah pembahasan yang utuh tentang risywah. Setelah bab lima,

ada daftar pustaka serta lampiran fatwa dari Majelis Ulama Indonesia

(MUI) mengenai risywah.

Page 35: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BIOGRAFI AL-SYAUKĀNĪ DAN

TAFSIR FATḤ AL-QADĪR

A. Biografi al-Syaukānī

1. Sejarah Hidup

al-Syaukānī memiliki nama lengkap Muḥammad bin Ali bin

Muḥammad ‘Abdullah bin al-Ḥasan bin Muḥammad bin Ṣalaḥ bin

Ibrāhīm bin Muḥammad al-‘Afif bin Muḥammad bin Rizq, sampai

kepada Khaisyah ibn Zabād ibn Qāsim ibn Marhabah al-Akbar ibn

Mālik Ibn Rabī’ah ibn al-Da’ām al-Syaukānī al-Ṣan’ānī al-Yamanī,

‘Abū Abdillah. Lahir di Hijratu al-Syakan bagian dari Wilayah Khaulan

di Yaman, pada Hari Senin siang pada tanggal 28 Dzu al-Qa’dah 1173

hijriah (H) /1760 masehi (M) dan wafat pada Rabu malam tanggal 17

Jumād al-Akhīr 1250 H/1834 M1 dalam usia sekitar 78 tahun, ia

dimakamkan di pemakaman Khuzaimah.

Ia dikenal dengan julukan “al-Syaukānī”, julukan ini bahkan

mengalahkan ketenaran nama aslinya. Julukan ini pertama-tama hanya

dikenal di Kota Sana’a.2 Namun lambat laun menyebar dengan luas.

Sebenarnya, julukan ini bukan menisbahkan pada seseorang, melainkan

menisbahkan kepada salah satu desa yang ada di as-Sahanīyah, dari

Kabilah Khaulan, yang letaknya tidak jauh dari Kota Sana’a. Inilah

desa di mana Iman al-Syaukānī dilahirkan tepatnya disebut Desa

Hijratu al-Syaukānī.3

al-Syaukānī dibesarkan dalam lingkungan keluarga luhur dan

berilmu, keluarga ini memiliki posisi yang tinggi di masa kejayaan

1 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad al-Syaukānī Relevansinya Bagi Pembaharuan

Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Logos, 1999), 53. 2 Ibu Kota Yaman. 3 Syaikh Muhammad al-Jamal, Biografi Sepuluh Imam Besar, terj. M. Khaled

Muslih, Imam Awaluddin, cet. IV (Jakarta: Pustaka al-Khatsar, 2008), 256.

Page 36: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

19

pemerintahan Dinasti Zahidiyah,4 di mana ayahnya saat itu termasuk

salah satu hakim dan ulama besar, oleh karenanya ia mewariskan

hidupnya secara total untuk mengajarkan dan mendidik anaknya

tersebut. Ayahnya bernama, Ali al-Syaukānī (1130-1211 H) telah

mempersiapkan anaknya semenjak kecil agar dapat mewarisi

keilmuannya, sehingga al-Syaukānī sebelum masuk sekolah—tepatnya

sebelum menginjak umur 10 tahun, ia telah menghafal al-Quran dengan

baik dan benar, ribuan hadis, fikih, Bahasa Arab, nahwu, syair, prosa

serta sastra di waktu masa kanak-kanaknya.5

Tidak banyak informasi yang dapat diketahui tentang masa kecilnya.

Tetapi dengan kesibukannya dalam menghafalkan al-Quran dan

berbagai matan keilmuan menunjukkan bahwa masa kecilnya hanya

dihabiskan dalam belajar dan menghafal. Tetapi dari “tanggal lahir dan

wafatnya” diketahui bahwa al-Syaukānī hidup dalam Periode

Pertengahan6 (1250 - 1800 M) dan memasuki awal Periode Modern7

(1800 dan seterusnya). Seperti di bagian Dunia Islam lainnya,

4 Dinasti di Yaman, ayahnya ditugaskan untuk menjadi hakim kerajaan, namun

ia mengundurkan diri sebelum dua tahun menjelang ajalnya. 5 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad al-Syaukānī Relevansinya Bagi Pembaharuan

Hukum Islam di Indonesia, 54. 6 Periode Pertengahan (1250-1800 M), juga dibagi menjadi dua fase. Pertama

fase kemunduran (1250-1500), di zaman ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah

meningkat. Perbedaan Suni dan Syiah dan demikian juga dengan Arab dan Persia.

Pendapat bahwa pintu ijtihad tertutup makin meluas di kalangan umat Islam. Demikian

pula dengan tarekat serta pengaruh negatifnya. Perhatian terhadap ilmu pengetahuan

melemah. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu.

Kedua, fase Kerajaan Besar (1500-1800 M) yang dimulai Zaman Kemajuan (1500-1700

M) dan Zaman Kemunduran (1700-1800 M). Tiga kerajaan besar yang dimaksud adalah

Kerajaan Turki Usmani (Ottoman Empire) di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan

Kerajaan Mughal di India. Lihat: Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai

Aspeknya, cet. V, jilid I (Jakarta: UI Press 2015), 76-85. 7 Periode ini merupakan Zaman Kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di

Mesir yang berakhir di tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan

Mesir akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan

Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk

mengembalikan blance of power yang telah pincang dan membahayakan Islam. Lihat:

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, 86.

Page 37: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

20

perkembangan ilmu pengetahuan di Yaman, sekalipun tidak seburuk di

wilayah lain, tidak dapat dikatakan telah mencapai kemajuan yang

berarti.8 Diakui sendiri oleh al-Syaukānī bahwa kebekuan dan taklid

yang melanda Kaum Muslim semenjak abad ke-4 masehi yang

mempengaruhi akidah mereka, mereka telah banyak dibuai oleh bidah

dan khurafat sehingga terjauh dari tuntutan Islam yang sebenarnya.

Dalam situasi dan kondisi seperti inilah al-Syaukānī di lahirkan.9

Dalam situasi dan kondisi demikianlah ia dilahirkan. Kendati

demikian, tidak dapat dipungkiri, bahwa sering seorang tokoh muncul

ketika keadaan suatu umat sedang dilanda krisis, Nabi Muhammad

SAW sendiri muncul di tengah-tengah masa jahiliah, ibn Taimiyyah

muncul ketika Islam dilanda kebekuan berpikir, disusul oleh muridnya,

ibn Qayyim. Demikian pula agaknya, al-Syaukānī.10

2. Aktivitas Keilmuan

Pada awal belajarnya, ia banyak menelaah kitab-kitab sejarah dan

adab. Setelah itu ia menempuh perjalanan mencari riwayat hadis

dengan sima’ dan talaqi kepada para ulama hadis hingga ia mencapai

derajat imamah dalam ilmu hadis.11 Ia senantiasa menggeluti ilmu

hingga berpisah dari urusan dunia. Selain sosok ayah yang cukup

memberi pengaruh, lingkungan atau wilayahnya cukup memberi

sumbangan besar pula dalam proses pergulatannya dalam mencari

ilmu, al-Syaukānī menceritakan:

8 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad al-Syaukānī Relevansinya Bagi Pembaharuan

Hukum Islam di Indonesia, 55.

9 Hassani Ahmad Said, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fatẖ al-Qadīr Telaah

atas Pemikiran al-Syaukānī dalam Teologi Islam” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), 28. 10 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad al-Syaukānī Relevansinya Bagi Pembaharuan

Hukum Islam di Indonesia, 52.

11 Hassani Ahmad Said, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fatẖ al-Qadīr Telaah

atas Pemikiran al-Syaukānī dalam Teologi Islam”, h. 31.

Page 38: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

21

“Dusun Hijrah ini sangat makmur dan dimakmurkan oleh orang-

orang mulia lagi saleh dari sejak lama, di mana darinya senantiasa

lahir orang ulama pada setiap generasinya dan berpengaruh dalam

setiap wilayah yang mereka tempati. Mereka sangat memuliakan

para ulama pendahulu mereka, di kalangan mereka ada pula yang

menjadi pemimpin besar, pembela para pemimpin, khususnya ketika

pecahnya peperangan melawan Turki, tangan mereka mematuhi

dalam peperangan tersebut, di antara mereka yang ikut berperang

adalah para ulama yang mulia, mereka terkenal di kalangan Kaum

Khaulān sebagai seorang hakim yang adil.”12

Seperti yang telah digambarkan di atas wajar jika al-Syaukānī

menempuh pendidikan dengan baik kepada para ulama-ulama di

Yaman, melihat banyaknya para ulama terkemuka di sana.

Dari ayahnya, ia mempelajari Syarah al-Azhar dan Syarah al-Nazir

ala Mukthasar al-Usaifiri, ia juga belajar al-Quran di bawah asuhan

beberapa guru dan dikhatamkan di hadapan para al-Faqih Hasan bin

Abdullah al-Habi dan ia perdalam kepada para masyayikh al-Quran di

San’a. Kemudian ia menghafal berbagai matan dan berbagai disiplin

ilmu: Matan al-Azhar karya al-Imam al-Mahdi, Mukthasar al-Faraid

karya al-Usaifiri, Malhatul Haram, al-Kafiyah al-Syafiayah karya ibn

al-Hajib, al-Tazhib karya al-Tifazani, al-Talkhis fi Ulum al-Balagah

karya al-Qazawani, al-Gayah karya ibn al-Imam, Muzumah al-Jazari fi

al-Qara’ah, Manzumahal-Jazzar fi al-Arudh, Adab al-Bahs wa al-

Munazarah karya Imam al-Adud, dan lainnya.13

Ketekunan al-Syaukānī dalam belajar dan membaca telah dapat

mengantarkannya menjadi seorang ulama. Dari itu, dalam usianya

yang sangat muda, kurang dua puluh tahun, ia telah diterima oleh

masyarakat Kota San’a dan sekitarnya untuk memberikan fatwa dalam

12 Mukarramah Ahmad, “Fath al-Qadīr Karya Imam al-Syaukānī: Sebuah Kajian

Metodologi”, 66.

13 Untuk mengetahui guru-guru al-Syaukānī, lebih lengkapnya baca; Hassani

Ahmad Said, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fatẖ al-Qadīr Telaah atas Pemikiran al-

Syaukānī dalam Teologi Islam”, 38-42.

Page 39: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

22

masalah berbagai keagamaan, sementara waktu itu guru-gurunya

masih hidup. Lalu, pada usia kurang tiga puluh tahun, ia telah mampu

melakukan ijtihad secara mandiri, terlepas dari ikatan Mazhab

Zaidiyah yang dianutnya sebelum itu.14

B. Karakteristik Tafsir Fatḥ al-Qadīr

1. Pengenalan Tafsir Fatḥ al-Qadīr

Tafsir Fatḥ al-Qadīr merupakan salah satu sumber utama dan

menjadi referensi penting, dikarenakan tafsir ini menggabungkan

antara riwâyah dan dirayâh. Dalam pendahuluan tafsirnya, dijelaskan

bahwa tafsir ini disusun pada Bulan Rabi’ul al-Awāl tahun 1223 H dan

selesai pada tahun 1229 H15. Rujukan yang digunakan oleh al-

Syaukānī dalam penyusunan tafsirnya ialah: melalui kitab Abu Ja’far

al-Nuhs, Atiyyah al-Dimasyqi, ibn Atiyyah al-Andalusi, Qurthubi,

Zamarkazy, dan ulama-ulama lainnya.16

Sosok al-Syaukānī tidak bisa terlupakan dari perhatian kita

terhadap kitab Tafsir Fatḥ al-Qadīr: al-Jāmi Bāina Fannī al-Riwāyah

wa al-Dirāyah min ‘Ilmu al-Tafsīr sebagai karya terbesarnya dalam

bidang tafsir. al-Syaukānī merupakan salah satu ulama Yaman yang

banyak menulis dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti

tafsir, hadis, ushul fikih, sejarah, ilmu kalam, filsafat, balaqah, mantik,

dan lainnya. Dalam kata pengantarnya sebagai berikut:

“Segala puji bagi Allah yang menjadikan al-Quran sebagai penjelas bagi

hukum-hukum yang mencangkup tentang hal yang haram dan halal, yang

menjadikan rujukan bagi para cendekiawan ketika terjadi perbedaan

pendapat di antara mereka, dan menjadi jawaban penting bagi penentang,

14 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad al-Syaukānī Relevansinya Bagi Pembaharuan

Hukum Islam di Indonesia, 58.

15 Muhammad Ihsan, “Metodologi Tafsir Imam al-Shawkani dalam Kitab Tafsir

Fath al-Qadīr.“ Jurnal Hunafa, vol.5, no.2, (Agustus, 2008): 207. 16 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, Tahqīq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, Jilid I,

(Mesir: Dar al-Fikr, 1973), 32.

Page 40: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

23

obat bagi orang sakit, sekaligus penjelas bagi yang ragu. Kitab ini

merupakan pegangan hidup yang kokoh, siapa yang berpegang teguh

kepada kitab ini, maka dia akan mencapai kebenaran, dan siap yang

mengikutinya, maka ia akan ditunjukkan kepada jalan yang lurus.”17

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa al-Syaukānī amat

bersemangat untuk menuangkan pemikirannya melalui tafsir, karena

melihat kemuliaan dan keagungan akan al-Quran sebagai firma Allah.

al-Syaukānī mengandalkan tafsirnya sebagai muara kebenaran,

sehingga wajar jika ia senantiasa memberi himbauan kepada para

pemikir dan peneliti untuk mempergunakan kitabnya sebagai acuan

dalam rangka mencari kebenaran dan kepastian hukum.

Tafsir Fatḥ al-Qadīr merupakan salah satu kitab tafsir yang cukup

penting dan tafsir ini juga salah satu kitab muktabar di zaman

sekarang, tak hanya di kalangan Syiah Zaidiyah, namun juga di

kalangan ahlusunah wa al-jama’ah. Meskipun al-Syaukānī menganut

Syiah Zaidiyah18, namun buku-bukunya dijadikan rujukan oleh para

penulis modern khususnya dalam bidang tafsir, hadis, dan ushul fikih.

17 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 2. 18 Disebut Syiah Zaidiyah karena sekte ini menganut Zaid bin Ali Sebagai imam

kelima, putra imam ke empat, ‘Ali Zainal ‘Abidin. Kelompok ini berbeda dengan sekte

Syiah lain yang mengakui Muhammad al-Baqir, putra Zainal ‘Abidin yang lainnya,

sebagai imam kelima. Dari nama Zaid bin ‘Ali inilah nama Zaidiyah ini diambil. Syiah

Zaidiyah merupakan sekte yang moderat, Abu Zahra menyatakan bahwa kelompok ini

merupakan sekte yang paling dekat dengan Suni, yaitu firqah Syiah yang paling dekat

kepada ahli sunah dan paling lurus. Mereka tidak mengangkat imam-imamnya sampai

kepada martabat kenabian, bahkan juga tidak mengangkatnya kepada martabat yang

mendekatinya, tetapi mereka menganggap imam-imam mereka sebagai manusia biasa.

Hanya saja mereka adalah seutama-utamanya sesudah Nabi Muhammad SAW. Mereka

tidak mengafirkan seseorang pun di antara sahabat-sahabat nabi dan terutama orang (Abu

Bakar, Umar, dan Usman) yang dibaiat oleh Ali dan mengakui keimanannya. Lebih

lengkapnya lihat di buku: Hassani Ahmad Said, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fatẖ al-

Qadīr Telaah atas Pemikiran al-Syaukānī dalam Teologi Islam, 44-54.

Page 41: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

24

2. Motivasi dan Tujuan Menafsirkan

al-Syaukānī memiliki aktivitas yang beragam,19 ia sangat

sederhana dan memiliki semangat kepada pembaruan dalam

kehidupan agama berdasarkan ajaran Islam. Maka ia lalu mencari

metode atau pun cara bagaimana bisa menyampaikan ide dan tujuan

yang ia serukan. Salah satunya dengan cara. Pertama, di bidang

kehakiman yang cangkupannya sangat luas untuk menyampaikan

gagasannya—hal ini bisa menjadi perbincangan oleh masyarakat

terkait ide yang dilontarkan dan juga menjadi jalan paling tepat

menyampaikan tujuan yang dikehendaki. Ia dipercaya menjadi hakim

oleh pemerintahan Zaidiyah selama tiga pemerintahan; al-Mansur, al-

Muthawakkil, dan al-Mahdi—salah satu kebijakannya ialah

pelarangan terhadap suap menyuap dan dilarangnya taklid buta.20

Kedua, di bidang tulis menulis dan penerbitan menjadi faktor utama

dalam mencapai tujuannya tersebut.21

Dengan demikian motivasi pembaruannya al-Syaukānī dapat

diperinci sebagai berikut. Pertama, anjuran kepada kreativitas,

penelitian, kembali kepada sumber utama, dan meninggalkan budaya

taklid22 serta meninggalkan meniru tanpa landasan ilmu dan studi.

Kedua, anjuran untuk kembali kepada akidah salaf, yaitu kembali

kepada kehidupan dan jalan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad

19 Di antara jalan yang ia tempuh adalah dengan mengajar, mengadakan

pertemuan dengan para pemuda; keduanya merupakan lapangan untuk menyebarkan apa

yang ia serukan kepada masyarakat. Jalan lain adalah melalui fatwa. 20 Hassani Ahmad Said, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fatẖ al-Qadīr Telaah

atas Pemikiran al-Syaukānī dalam Teologi Islam”, 32.

21 Syaih Muhammad al-Jamal, Biografi Sepuluh Imam Besar, 261.

22 Sikap al-Syaukānī taklid adalah jelas, ia mengingkari secara keseluruhan,

bahkan ia telah mengarang suatu kitab al-Qaul al-Mufid untuk melawan mereka yang

berpegang dan menyebarkan ajaran taklid, baik kepada para ulama, hingga kepada orang

awam. Menurutnya bahwa orang awam pun adalah keharusan untuk berijtihad, dan

ijtihad yang dilakukan oleh mereka yang awam adalah bertanya dengan detail dalil. Lebih

jelasnya, baca buku: al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 20

Page 42: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

25

SAW dan para sahabatnya, sehingga akidah mereka benar-benar

terlepas dan bersih dari unsur-unsur luar yang sama sekali bukan dari

ajaran syariat dan agama, serta tunduk kepada budaya taklid yang

jauh dari landasan dan pemikiran kemanusiaan.23

3. Pendekatan dan Metode Tafsir

Nama tafsir al-Syaukānī ialah Fatḥ al-Qadīr: al-Jāmi Bāina Fannī

al-Riwāyah wa al-Dirāyah min ‘Ilmu al-Tafsīr. Berdasarkan dari nama

tafsirnya saja sudah bisa diketahui bahwa pendekatan (manhāj) yang

dipakai oleh al-Syaukānī dalam tafsirnya menggunakan dua

pendekatan yaitu: bi al-riwāyah dan bi al-dirāyah.

Tafsir al- riwâyah atau dalam sebutan lain tafsir bi al-ma’sur ialah

tafsir yang berdasarkan pada al-Quran atau pun riwayat yang sahih.

Menafsirkan al-Quran dengan al-Quran (ayat dengan ayat), al-Quran

dengan sunah, perkataan sahabat,24 atau dengan pendapat tokoh-tokoh

besar tabi’in. Pada umumnya mereka menerimanya dari pada

sahabat.25

Dalam al-Tibyan karya Muhammda Ali al-Sahabuni dikatakan

bahwa tafsir al-riwāyah ialah tafsir yang terdapat dalam al-Quran atau

pun sunah atau pun pendapat sahabat, dalam rangka menerangkan apa

yang dikehendaki Allah tentang penafsiran al-Quran berdasarkan

sunnah nabawiyyah. Dengan demikian tafsir bil al-ma’sur adalah

menafsirkan al-Quran dengan al-Quran atau pun menafsirkan al-Quran

23 Syaih Muhammad al-Jamal, Biografi Sepuluh Imam Besar, 262. 24 Karena mereka yang paling dekat kehidupannya dengan Nabi Muhammad

SAW. Lihat di Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Quran (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2004), 424. 25 Manna’ al-Qattan, Mabahitsfi’Ulum al-Quran, terj. Anur Rafiq al-Mazni, cet.

XIV (Jakarta: Al-Kausar, 2014), 434.

Page 43: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

26

dengan sunah nabawiyyah, atau pun menafsirkan al-Quran dengan

yang dikutip pendapat sahabat.26

Sedangkan tafsir bi al-dirayāh atau pun dalam istilah lainnya bi al-

ra’yi. Secara bahasa al-ra’yu berati al-i’tiqadu (keyakinan), al-‘aqlu

(akal). Ahli fikih yang sering berijtihad, biasa disebut ashab al-ra’yu.

Karena itu tafsir bi al-ra’yi disebut juga dengan tafsir bi al-‘aqly dan

bi al-ijtihadi, tafsir atas dasar nalar dan ijtihad.27

Menurut isilah, tafsir bi al-ra’yi adalah upaya untuk memahami al-

Quran atas dasar ijtihad seorang ahli tafsir yang memahami betul

Bahasa Arab dari segala sisinya, memahami betul lafaz-lafaznya, dan

dalalahnya, mengerti syair-syair Arab sebagai dasar pemaknaan,

mengetahui betul asbabunnuzul, mengarti naskh mansuh, dan

menguasai ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh seorang mufasir.28

Secara selintas tafsir yang menggunakan pendekatan dirayāh lebih

berorientasi kepada penalaran yang bersifat ‘aqli dengan

menggunakan pendekatan kebahasaan yang menjadi dasar

penjelasannya. Itulah sebabnya mengapa ulama berbeda-beda

pendapat dalam penilaian tafsir bi al-ra’yi. Begitu juga hanya dengan

ijtihad dan tafsir al-ra’yi yang memungkinkan akan hasil benar dan

salah.

Penulis menarik kesimpulan bahwa al-Syaukānī menggunakan

kedua pendekatan ini, yaitu pendekatan al-riwāyah dan al-dirayāh,

yaitu memadukan antara teks dan akal atau ijtihad yang mana ini akan

membuat Tafsir Fatḥ al-Qadīr semakin mapan atas kajian yang

dilakukan al-Syaukānī. Untuk teknis penafsirannya Muhammad Ihsan

26 Muhammad ‘Alī al-Sabuni, al-Tibyān fî ‘Ulūm al-Qur’ān (Damsyik:

Maktabah al-Ghazāli, 1981),63. 27 Anshori, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), 174. 28 Husein al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, jilid, I (al-Qāhirah: Maktabah

Wahbah, 2003), 183.

Page 44: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

27

dalam jurnalnya yang berjudul Metodologi Tafsir Imam al-Shawkani

dalam Kitab Tafsir Fatḥ al-Qadīr menggunakan teknis penafsiran

tekstual, teknik penafsiran secara sistematis, teknik penafsiran

linguistik, teknik penafsiran kultur, dan terakhir teknik penafsiran

secara logis.29

Di dalam pendahuluan Tafsir Fatḥ al-Qadīr terdapat perkataan

yang membuat penulis semakin yakin tujuan dan manfaat al-Syaukānī

menggunakan dua pendekatan ini. Ia mengatakan:

“... pada dasarnya para mufasir berbeda pendapat pada dua masalah, mereka

mengambil jalan atas dua cara: Golongan yang pertama adalah para mufasir

yang memakai pendekatan riwāyah, kedua adalah ulama yang memakai

pendekatan dirayāh yang membahas hanya sebatas telaah bahasa dan

kandungan isinya tanpa melirik segi periwayatannya dan kalaupun mereka

mencantumkan hanya sebagai pelengkap, masing-masing kelompok, yang

menganggap pendekatan yang mereka gunakan adalah benar, padahal

menurut hemat saya kedua metode di atas bisa saling melengkapi satu sama

lain”.30

Dalam perkataannya bisa dipahami bahwa ketika menafsirkan al-

Quran kemudian menggunakan kedua pendekatan tersebut akan

menjadikan keduanya saling melengkapi satu sama lain, harapan inilah

yang al-Syaukānī pakai selama ini yaitu dengan cara meneliti buku-

buku tafsir yang bertentengan satu sama lain mulai dari segi makna,

i’rab, dan balagahnya. Selain itu berusaha untuk menunjukkan

penafsiran-penafsiran yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad

SAW, sahabat, tabiin, tabi’ tabi’in, dan imam-imam yang dapat

dipercaya.

Adapun dengan metode al-Syaukānī dalam Tafsir Fatḥ al-Qadīr,

ialah menggunakan metode tahlîlî. Para ulama tafsir membagikan

29 Muhammad Ihsan, “Metodologi Tafsir Imam al-Syaukānī dalam Kitab Tafsir

Fath al-Qadīr.“ Jurnal Hunafa, vol. 5, no. 2, (Agustus, 2008): h. 210-213. 30 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, terj. Penerjemah Pustaka Azzam, cet. I,

jilid II, 45-46.

Page 45: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

28

metode tafsir menjadi empat bagian: tahlīlī31, ijmali32, muqaran33, dan

mauḍhū’i.34 35

Penulis bisa katakan bahwa al-Syaukānī menggunakan dua

pendekatan, yaitu riwâyah dan dirayâh seperti yang ditulis dalam

nama tafsirnya. Sedangkan metode yang bisa dipahami dari penafsiran

al-Syaukānī di atas, adalah lebih kepada metode tahlīlī. Dikatakan

tahlīlī karena al-Syaukānī melakukan penafsiran dari awal surah,

sampai surah terakhir, indikasi lain adalah karena ia menggunakan

penelaahan secara bahasa, munasabah ayat ataupun surah, dan

asbabunnuzul.36

31 tahlīlī yaitu metode tafsir yang menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran

dari seluruh aspeknya berdasarkan urutan ayat dalam al-Quran, mulai dari

mengemukakan arti kosakata, munasabah (persesuaian), antar ayat, antar surah,

asbabunnuzul, dan lainnya. Lihat Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-Kaidah Memahami

Firman Tuhan, 208. 32 Ijmali adalah metode yang menjelaskan ayat-ayat al-Quran secara global atau

general (garis besar), berdasarkan urutan bacaan dan susunan al-Quran. Lihat Anshori,

Ulumul Quran: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, 207. 33 Muqaran yaitu membandingkan ayat-ayat al-Quran yang memiliki persamaan

atau kemiripan redaksi yang berbicara tentang masalah atau kemiripan redaksi yang

berbicara tentang masalah atau kasus yang berbeda, dan memiliki redaksi yang berbeda

bagi masalah atau kasus yang sama atau diduga sama. Lihat Anshori, Ulumul Quran:

Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, 216. 34 Mauḍhū’i yaitu metode yang menjelaskan permasalahan atau problematika

yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam masalah akidah, aktivitas sosial,

atau fenomena alam yang dipaparkan oleh ayat-ayat al-Quran. Lihat Anshori, Ulumul

Quran: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, 210. 35 Forum Karya Ilmiah Purna Siswa 2001, al-Quran Kita, cet. III (Kediri:

Lirboyo Press, 2013), 226.

36 Muhammad Ihsan, “Metodologi Tafsir Imam al-Shawkani dalam Kitab Tafsir

Fath al-Qadīr.“ Jurnal Hunafa, vol.5, no.2, (Agustus, 2008): 208.

Page 46: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

29

BAB III

DESKRIPSI UMUM TENTANG RISYWAH

A. Pengertian Risywah

Budi Irawan dalam tulisannya yang berjudul ‘Rasuah’ mengatakan

bahwa risywah jika di Indonesiakan kata ‘rasuah’1. Kata risywah jika

diindonesiakan menjadi ‘rasuah’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) dijelaskan, rasuah adalah korupsi. Jadi risywah bisa juga dikatakan

korupsi, meskipun risywah adalah salah satu dari beberapa modus di dalam

korupsi itu sendiri. Dalam KBBI korupsi adalah penyelewengan atau

penyalah gunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan

sebagainya) untuk keuntungan pribadi ataupun orang lain2. Jadi kata

risywah dalam KBBI berubah atau diindonesiakan menjadi kata ‘rasuah’

Sedangkan, KPK menjelaskan bahwa risywah (suap-menyuap)

adalah bagian dari korupsi itu sendiri. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001, membagi tindak pidana korupsi ke dua kelompok. Pertama, kejahatan

korupsi itu sendiri. Kedua, kejahatan lain yang berkaitan dengan tindak

pidana korupsi. Kejahatan dalam kelompok kedua sebenarnya bukan

korupsi. Akan tetapi, karena berkaitan dengan korupsi, maka juga dianggap

sebagai pidana korupsi.3 Tindak pidana korupsi dalam kelompok pertama

dibagi menjadi tujuh bagian, yakni tindakan; merugikan keuangan negara

dan/atau perekonomian negara, ‘suap-menyuap’, penggelapan dalam

1 Budi Irawanto, “Rasuah,” Majalah Tempo, 24 Februari 2013, 10. 2 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.

V (Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia, 2016), 305. 3 Hafdzil Alim, dkk., Jihad Nadhlatul Ulama Melawan Korupsi (Jakarta:

Lakpesdam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2016), 22

Page 47: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

30

jabatan, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, dan

gratifikasi.4

Dalam al-Quran tidak ada term secara khusus yang menerjemahkan

arti risywah, hanya saja ada yang agak bersentuhan atau maknanya

bermuatan risywah atau suap menyuap, yaitu di dalam Surah al-Baqarah

ayat 188, al-Māʹidah ayat 42, dan Surah an-Naml ayat 35-36.

Sedangkan dalam Bahasa Arab risywah sebagai berikut. Secara

etimologis kata risywah berasal dari bahasa Arab “ و ش ر ي -اش ر ” yang masdar

atau verbal naoun-nya bisa dibaca “ ة و ش ر ”” ة و ش ر ” atau “ ة و ش ر ” (hurufnya ra’-

nya dibaca kasrah, fathah atau ḍammah) berarti “ ال ع ل” yaitu upah, hadiah,

komisi atau suap. Ibn Manzur juga mengemukakan penjelasan Abul Abas

tentang makna kata risywah, ia mengatakan bahwa kata risywah terbentuk

dari kalimat “ خ و االف ش ر ” yaitu, anak burung merengek-rengek ketika

mengangkat kepalanya kepada induknya atau disuapi.5

Adapun secara terminologi, risywah adalah suatu yang diberikan

dalam rangka mewujudkan kemaslahatan atau sesuatu yang diberikan

dalam rangka membenarkan yang batil atau salah atau menyalahkan yang

benar.6

Dalam sebuah kasus, risywah melibatkan tiga unsur utama, yaitu

pihak pemberi (al-rasyī), pihak penerima pemberian (al-murtasyī), dan

barang bentuk jenis pemberian yang diserahterimakan. Akan tetapi, dalam

kasus risywah tentu boleh jadi bukan hanya melibatkan unsur pemberi,

penerima, dan barang sebagai objek risywah-nya, melainkan juga

melibatkan pihak ke empat sebagai broker atau perantara antara pihak

4 Hafdzil Alim, dkk., Jihad Nadhlatul Ulama Melawan Korupsi, 22. 5 ibn Manzhūr, Lisānul al-‘Arab, jilid XIV (Bairūt: Darul Sadīr, t. t), 322. 6 Komisi Pemberantasan Korupsi, Buku Saku Anti Korupsi Untuk Pemeluk Agama

Islam (Jakarta: KPK, t. t), 32.

Page 48: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

31

pertama dan kedua, bahkan bisa juga melibatkan pihak kelima. Misalnya,

pihak yang bertugas mencatat peristiwa atau kesepakatan para pihak yang

dimaksud.

Di antara definisi risywah, definisi buku Kasyf al-Qanna ‘an Matn

al-Iqna’, Mansur bin Yusuf Idris al-Bahuti, menurut penulis cukup menarik

sebab ia mengemukakan bahwa jika pihak pertama memberikan sesuatu

kepada pihak kedua dalam rangka mencegah pihak pertama agar terhindar

dari kezaliman pihak kedua dan agar pihak kedua mau melaksanakan

kewajiban maka pemberian semacam itu tidak dianggap risywah yang

dilarang dalam agama.7

Dalam definisi ini dikemukakan sebuah pengandaian, yaitu

seandainya pihak kedua melakukan kezaliman terhadap pihak pertama dan

pihak kedua tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap pihak

pertama dan pihak kedua tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang

seharusnya ia lakukan terhadap pihak pertama, maka dalam masalah ini

boleh diberikan sesuatu berupa suap atau sogok. Menurut penulis,

pengataan pengandaian seperti ini tidak wajar sehingga dalam kasus

semacam ini tidak diperlukan selain dengan cara menyogok atau menyuap,

tetapi justru sebaliknya diperingatkan, dikritik, dan diberikan saran terbaik.

Senada dengan pengandai yang diungkapkan oleh al-Bahuti di atas,

Syamsul Haq al-Azim mengatakan, sebaiknya pemberian-pemberian dalam

kondisi ini tidak dilakukan terhadap hakim-hakim dalam para penguasa

sebab upaya untuk membela pihak yang benar sudah merupakan kewajiban

yang harus dilakukan, menolak kezaliman yang dilaksanakan pelaku objek

(mazlum) juga wajib dilakukan oleh hakim tersebut, sehingga tidak boleh

mengambil atau menerima pemberian ini”.8

7 M. Nurul Irfan, “Gratifikasi dalam Pandangan Hukum Pidana Islam.” Ahkam,

vol.11, no.2 (September 2009): 5. 8 M. Nurul Irfan, “Gratifikasi dalam Pandangan Hukum Pidana Islam,” 6.

Page 49: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

32

Syamsul Haq al-Anwar Abadi mengemukakan bahwa pemberian

yang dilakukan dengan niat agar penyimpangan dan penyelewengan pihak

penerima bisa diubah semakin baik, sebaiknya tidak dilakukan dalam

masalah peradilan dan pemerintahan (al-qudah wa al-wulan) sebab tanda

diberi sogok atau hadiah pun membela dan menegakkan keadilan sudah

menjadi tugas hakim dan pemerintah. Maka tidak layak jika dalam

membuat adil harus memberi suap.9

Dari uraian tentang risywah di atas, bisa disimpulkan bahwa risywah

atau pun suap adalah suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang

hakim10 (petugas, pejabat pemerintah, elit politik, dan lainnya) dengan

tujuan untuk kepentingan yang terselubung di belakang, yaitu

membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar. Meskipun ada

beberapa ulama yang memperbolehkannya melakukan risywah (yang

9 Dalam hal ini al-Syaukānī lebih tegas mengemukakan pendapatnya bahwa

diharamkan menyuap seseorang hakim secara ijmak atas dasar Sabda Nabi Muhammad

Saw: “Allah melaknat seseorang penyuap dan yang disuap,” Imam Yahya berpendapat

bahwa pelaku dianggap telah fasik dengan tujuan untuk mengancam seorang penyuap, jika

ia menuntut suatu kebatilan maka termasuk dalam cakupan hadis tersebut. al-Mansur

Billah, Abu Ja’far, dan sebagian ulama ashab al-Syafi’ī berpendapat bahwa kalau suap

diberikan untuk menuntut hak yang disepakati maka hal itu diperbolehkan. Akan tetapi,

konon Mazhab al-Syafi’ī tidak memperbolehkan atas dasar keumuman hadis tentang

haramnya risywah. bila hal ini masih diperselisihkan maka risywah model ini sama dengan

batil yang tidak ada pengaruhnya dari segi hukum. Menurut – saya – kata al-Syaukānī

upaya untuk konsep takhsis tentang dibolehkannya menyerahkannya suap kepada hakim

dalam rangka menuntut hak, saya tidak mengerti dengan jenis atau metode takhsis apa yang

dilakukan, pendapat yang benar adalah tetap haram secara mutlak dengan dasar sifat

keumuman hadis. Jadi seseorang yang membolehkan risywah dalam berbagai tipe dan

bentuknya bisa diterima diserati dengan dalil yang kuat. Namun, apa bila tidak ada dalil

yang kuat maka takhsisnya ditolak. Sebab, pada dasarnya harta orang Muslim haram

(untuk saling diganggu), “Janganlah kalian memakan harta di antara kalian dengan cara

yang batil.” al-Syaukānī, Nāil al-Auṭār, jilid III (Bairūt: Dar al-Fikr, t. t),172. 10 Dalam hal ini al-Syaukānī mengatakan bahwa hadiah-hadiah yang diberikan

kepada hakim atau yang serupa dengannya merupakan salah satu bentuk risywah, sebab

seseorang yang memberikan hadiah kepada hakim bukan karena terbiasa, maka tidak

mungkin ia memberikan hadiah tersebut kecuali dengan maksud atau tujuan tertentu.

Hadiah tersebut bertujuan untuk menguatkan (keputusan) batilnya atau dimaksud untuk

memenangkan haknya (pemberian hadiah), dan kedua tindakan ini haram dilakukan. Lihat

al-Syaukānī, Nāil al-Auṭār, jilid IX (Bairūt, Dar al-Fikr. t. t), 173.

Page 50: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

33

diperbolehkannya dalam Islam) dan ada yang melarangnya, di sini penulis

tidak bisa menghakimi apakah risywah itu boleh atau tidak, karena tugas

penulis hanya menjelaskan dan menjawab seperti apa itu definisi risywah

saja.11

B. Perbedaan Risywah dan Hadiah

Dalam KBBI, gratifikasi diartikan sebagai uang hadiah kepada

pegawai di luar gaji yang telah ditentukan.12 Gratifikasi yang disebutkan

dalam Pasal 12B dan 12C Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah pemberian dalam artian luas,

bukan hanya berbentuk uang, melainkan meliputi pemberian barang, rabat

(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas

11 Karena skripsi ini membahas tentang ‘tafsir’, bukan ingin membahas ‘Hukum

Islam’. Namun, penting kiranya untuk dijelaskan terkait polemik di atas. Ada beberapa

ulama seperti Ibn Taimyymiah, Ibn Mas’ud, al-Dzahabi, Ahmad al-Siharanfuri, dan

lainnya serta Burhanuddi Muhtadi dalam penelitiannya dengan judul ‘Politik Uang dan

Dinamika Elektoral di Indonesia’, diperbolehkannya risywah atau suap dengan catatan

ingin memperjuangkan haknya yang telah dicurangi atau dirugikan oleh seseorang,

kelompok, institusi, atau menolak kezaliman yang telah merajalela—dalam hal ini boleh

melakukan risywah. Menurut penulis, seandainya memberikan suap atau menerima suap

diperbolehkan untuk memperoleh hak yang mesti diterima, untuk menolak atau

memberantas kebatilan yang terjadi—walaupun banyak pakar membolehkan – tetap saja

risywah adalah perbuatan yang tidak baik, karena ini akan menyuburkan sogok menyogok,

korupsi apalagi konteksnya di Indonesia yang sedang berusaha menurunkan angka praktek

korupsi atau suap-menyuap. Lebih lengkapnya lihat buku 11 Komisi Pemberantasan

Korupsi, Buku Saku Anti Korupsi Untuk Pemeluk Agama Islam. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 371. Hadis

yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: Zaid ibn Akhzam Abu Thalib telah menceritakan

hadis kepada kami, Abu ‘Ashim telah menceritakan hadis kepada kami, dari Abd al-

Warrist ibn Sa’id, dari Husain al-Mu’allim, dari Abdillah ibn Buraidah, dari bapaknya, dari

Nabi Muhammad SAW. Belia bersabda: “Siapa saja yang telah kami angkat untuk

mengerjakan sesuatu pekerjaan atau jabatan kemudian kami telah memberikan gaji, maka

sesuatu yang diterimanya dari luar gaji yang sah adalah ghulûl (gratifikasi/korupsi).”

(HR. Abu Dawud). Nur Achmad, “Hadis-Hadis Antikorupsi: Menggali Semangat

Antikorupsi dalam Hadis-Hadis Nabi,” Dalam Pendidikan Antikorupsi di Perguruan

Tinggi Islam, ed. Chaider S. Bamualim dan JM. Muslimin (Jakarta: Center for the Study

of Religion and Culture, 2006),162.

Page 51: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

34

penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-Cuma, dan fasilitas

lainnya.

Gratifikasi tersebut berupa servis terhadap pegawai negeri atau

penyelenggara negara sehingga bukan mengenai pemberian, tetapi

mengenai ‘penerimaan gratifikasi’,13 baik diterima di dalam maupun di luar

negeri, dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik ataupun

non-elektronik.14 Dengan demikian, gratifikasi sama dengan suap yang

dalam Bahasa Arabnya disebut dengan risywah seperti sudah dijelaskan di

atas.

Antara hadiah dan gratifikasi memang sangat tipis perbedaannya.

Pertama, dari sisi definisi. Hadiah ialah pemberian, kenang-kenangan,

penghargaan, dan penghormatan.15 Sementara itu gratifikasi adalah uang

sogok, sogok itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan

untuk menyogok. Dari sisi ini perbedaan antara hadiah dan gratifikasi

sangat nyata. Hadiah bermakna positif, sedangkan gratifikasi bermakna

negatif. Kedua, dari sisi niat pelaku, jika pelaku berniat memberikan

penghargaan atau penghormatan kepada pihak penerima, hal itu disebut

hadiah. Sementara itu, jika pelaku berniat untuk memberikan sogok, hal itu

disebut gratifikasi. Masalahnya, siapa yang dapat mengetahui niat

seseorang dan bagaimana cara mengukur niat tersebut.16

Untuk membedakan antara hadiah dan gratifikasi dari sisi pelaku,

ada sebagian pendapat yang berpendapat bahwa jika pelaku memberikan

sebelum selesai proses perkara atau tugas yang diembannya, hal itu dinilai

13 R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (Jakarta:

Sinar Grafika, 2005), h. 109. 14 Adami Chaznawi, Hukum Pidana Materi dan Formil Korupsi di Indonesia, cet.

II (Jakarta: Bayu Media, 2005), 261. 15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 380. 16 M. Nurul Irfan, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana

Islam (Jakarta: Amzah, 2014), 26.

Page 52: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

35

gratifikasi. Akan tetapi, jika pemberian itu baru diberikan setelah selesai

proses acara atau proses mengurusnya, hal itu disebut hadiah. Dengan kata

lain, jika pemberian itu dilakukan sebelumnya, disebut gratifikasi. Akan

tetapi, jika diberikan setelah proses perkara selesai, hal itu disebut hadiah.

Akan tetapi jika terjadi kongkalikong secara damai antara pihak dan

penerima bahwa hadiah ini akan diberikan pada saat selesai perkara dan

telah disepakati oleh kedua belah pihak, tetap saja tidak ada perbedaan

antara keduanya dan pihak pemberi telah memberikan janji.17

Tabel 3.1 Indeks Persepsi Korupsi (IPK)18

No Sekor Negara Rangking

1 88 Denmark 1

2 85 Singapura 3

3 80 Inggris 11

4 71 Amerika Serikat 22

5 49 Saudi Arabia 58

6 47 Malaysia 61

7 41 India 78

8 39 China 87

9 38 Indonesia 89

10 28 Iran 138

11 10 Somalia 180

17 Lebih lengkapnya mengenai perbedaan antara gratifikasi dan hadiah, baca

buku: M. Nurul Irfan, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana Islam,

27.

18 Rangking Indonesia berada di peringkat 89 dengan sekor 38 dalam masalah

korupsi, Transparency International: The Global Coalition Against Corruptio. Corruption

Perceptions Index 2018 (Berlin: Transparency International, 2019), 2-4. Diakses, 5 Juni

2019,https://www.transparency.org/files/content/pages/2018_CPI_ExecutiveSummary.pd

f

Page 53: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

36

BAB IV

ANALISIS AYAT-AYAT TENTANG RISYWAH DALAM TAFSIR

FATḤ AL-QADĪR KARYA AL-SYAUKĀNĪ

A. Ayat-Ayat Tentang Risywah

Atas dasar fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Republik

Indonesia pada tahun 2000 dengan judul fatwa Risywah (Suap), Ghulūl

(Korupsi), dan Hadiah Kepada Pejabat1. Dalam fatwa tersebut berisikan

ayat, hadis, dan kaidah fikih serta pendapat para ulama yang menjelaskan

tentang dilarangnya korupsi (risywah adalah bagian dari korupsi), untuk

ayat-ayatnya terdapat di Surah al-Baqarah ayat 188 menerangkan tentang

risywah, an-Nisā’ ayat 29 menerangkan tentang memakan makanan yang

batil, dan Āli ʹImrān ayat 161 menerangkan tentang ghulûl atau harta

rampasan perang.

Namun, dalam penelitian ini penulis menggunakan Surah al-

Baqarah ayat 188, al-Māʹidah ayat 42, dan an-Naml ayat 35-36, akan tetapi

tidak menggunakan Surah an-Nisā’ ayat 29 dan Āli ʹImrān ayat 161. Kedua

Surah al-Māʹidah ayat 42 dan an-Naml ayat 35-36 atas penelitian penulis

mengandung pengertian risywah. Sedangkan Surah an-Nisā’ ayat 29 dan

Āli ʹImrān ayat 161 secara umum mengandung pengertian korupsi yang

mana tidak sesuai dengan tema penelitian. Agar mendapatkan data yang

maksimal, penulis menghimpun ayat-ayat yang memiliki pengertian

risywah sebagai berikut:

Tabel 4.1 : Ayat-Ayat Tentang Risywah

No Lafaz Lokasi Arti

1 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975 (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2011), h. 388-392.

Page 54: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

37

لباطالا 1 al-Baqarah ayat 188 Secara batil3 2با

al-Māʹidah ayat 42 Yang haram5 4لالسحتا 2

داية 3 an-Naml ayat 35 Dengan hadiah7 6 با

B. Penggunaan Kata Risywah dalam Tafsir Fatḥ al-Qadīr

Di dalam Tafsir Fatḥ al-Qadīr, kata risywah muncul kurang lebih

sebanyak sembilan kali dengan bentuk yang beragam, yaitu dengan kata

“ ىشرأ ” sebanyak satu kali, “الرشا” sebanyak satu kali, “ راشوة” sebanyak enam

kali, dan “ sebanyak satu kali. Masih di Tafsir Fatḥ al-Qadīr ada ”لالسحتا

juga yang menggunakan kata “ yang menurut ibn Jarir yang ”لالسحتا

diriwayatkan dari ibn Abbas adalah sinonim kata dari risywah.

Untuk itu guna mendapatkan data yang maksimal dan lebih mudah

maka penulis menghimpun kata risywah yang digunakan oleh al-Syaukānī

sebagai berikut:

Tabel 4.2 : Penggunaan Kata Risywah dalam Tafsir Fatḥ al-Qadīr

No Kata Makna Subjek Objek

2 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Quran Terjemahan (Jakarta:

Nur Publishing, 2009), 297. 3 Edham Syifa’i, Kamus Lengkap al-Quran (Jakarta: CV al-Hasanah, 1993), 76. 4 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Quran Terjemahan, h. 115. 5 Edham Syifa’i, Kamus Lengkap al-Quran, 313. 6 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Quran Terjemahan, 379-

380. 7 Edham Syifa’i, Kamus Lengkap al-Quran, 984.

Page 55: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

38

Menyogok Seseorang Hakim أرشى8 1

2 9“ Harta yang لالسحتا

haram

Seseorang dari

Kaum Yahudi

Hakim

Suap راشوة 10 3

menyuap

Seseorang dari

Kaum Yahudi

Hakim

Yang الرشا11 4

Menyuap

Seseorang dari

Kaum Yahudi

Hakim

Sogokan Ratu راشوة 12 5

Balqis/melalui

utusannya

Nabi Sulaiman

C. Surah al-Baqarah Ayat 188

لاتأكلوافراي قاما االالكاما ا وتدلوابا لباطالا نكمبا ولتكلوااموالكمب ي ما لا با النا ا ن اموا ا 13(٨١١)وان تمت علمون

“Dan janganlah kalian sebagian kamu saling memakan harta

sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

supaya kamu dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang

8 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqīq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, jilid, I (Mesir:

Dar al-Fikr, 1973), 342.

9 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqīq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, jilid II (Mesir:

Dar al-Fikr, 1973), 59.

10 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, 60.

11 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, 63.

12 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqīq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, juz IV (Mesir:

Dar al-Fikr, 1973),182. 13 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Quran Terjemahan, 297.

Page 56: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

39

lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.“

(QS. al-Baqarah ayat 188).14

Tabel 4. 3: Penggunaan Kata Risywah di Surah al-Baqarah ayat 188 dalam

Tafsir Fatḥ al-Qadīr

No Kata Makna Subjek Objek

Surah al-Baqarah ayat 188

Menyogok Seseorang Hakim أرشى15 1

Asbabunnuzul ayat di atas sebagai berikut: Diceritakan oleh ibn

Abbas, Surah al-Baqarah ayat 188 berkenaan dengan seseorang yang

memiliki tanggungan hutang namun tidak ada bukti atas dirinya. Lalu orang

tersebut mengingkari hutangnya dan mengajukan gugatan kepada hakim

(Nabi Muhammad), padahal dia tahu bahwa dia memang memiliki

tanggungan hutang itu, dan itu pun tahu bahwa dia sedang melakukan dosa

dan makan harta haram.16 Yang mengajukan kepada hakim adalah: Abdan

bin Asywa’ al-Hadhrami dan Umru’ul Imri’il Qais al-Kindi. Abdan

mengklaim bahwa harta Umr’ul adalah sebagian miliknya, pada akhirnya

keduanya bersepakat untuk berperkara kepada Nabi Muhammad, Umr’ul

mengingkari dan bersumpah bahwa sebagian hartanya bukan milik Abdan.

Akhirnya turunlah ayat di atas, tidak lama kemudian Imri’il Qais urung

14 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, terj. Tim Penerjemah Pustaka Azzam, jilid I

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2019), 731.

15 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqīq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, jilid, I (Mesir:

Dar al-Fikr, 1973), 342.

16 Syaikh Ahmad Syakir, Muktashar Tafsir Ibnu Katsir, jilid I (Jakarta: Darus

Sunnah Press, 2011), 525.

Page 57: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

40

melakukan sumpah, sebagai seorang hakim Nabi Muhammad memutuskan

perkara tersebut dan kemudian memberikan tanah itu kepada Abdan, dan

Abdan pun tidak memerkarakan Umr’ul lagi.17

Firman-Nya: “وتدلوا” (dan [janganlah] kamu membawa [urusan])

pada posisi jazam (sukun) sebagai ‘athaf pada kalimat : “تكلوا” (memakan),

ini termasuk dalam larangan tadi. Dikatakan ‘adala ar-rajūlu bi hujaati

(seseorang laki-laki mengajukan alasannya) atau ‘bi al amr alladzi yarju

an-najah bihi’ (membawa perkara yang ingin dimenangkan) adalah bentuk

ungkapan yang menyerupakan ‘yursilu ad-dalwa fi al bi’i (orang yang

mengeluarkan ember ke dalam sumur). Dikatakan ‘adala dalwahu’

(mengeluarkan embernya), yakni mengeluarkan.18

Oleh karenanya makna Surah al-Baqarah ayat 188, janganlah kalian

memadukan antara harta secara batil dan mengadukannya kepada

pengadilan dengan mengemukakan alasan-alasan yang batil atau tidak

sesuai dengan kenyataan. Ayat ini menunjukkan, bahwa keputusan hakim

tidak dapat menghalalkan yang haram dan tidak pula mengharapkan yang

halal, baik berkenaan dengan harta. Barang siapa yang dimenangkan oleh

pengadilan mengenai suatu harta—atau lainnya—yang mana keputusan itu

berdasarkan pada kesaksian palsu atau sumpah palsu, maka bagi yang

dimenangkan itu tidak halal baginya untuk dimenangkan, karena bila ia

mengambilnya berarti ia mengambil harta orang lain dengan cara yang batil.

Begitu juga bila ia memberikan risywah (suap atau menyogok) kepada

hakim, lalu hakim tersebut memenangkan keputusan untuknya (karena

disuap) secara tidak hak, maka ia pun termasuk memakan harta orang lain

secara batil.19

17 Syikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, terj. Fathurrahman, Ahmad Hotib,

Nashirul Haq, jilid II (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), 765-766. 18 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 731. 19 al-Syaukānī , Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 731-732.

Page 58: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

41

Seperti hadis yang telah ditulis oleh al-Syaukānī dalam kitabnya

Nāil al-Auṭār tentang risywah:

اللا وسرن علا نبوث ن ع ايواشاالرملسوهايىلعاللىليشاييذاالناغيي شاترل

امهن ي ب

Dari Tsauban, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat orang yang

menyuap; orang yang disuap; dan orang yang menghubungkan,

yaitu orang yang berjalan di antara keduanya.” (HR. Ahmad).20

Dalam hadis di atas al-Syaukānī berpendapat bahwa dilarang yang

namanya suap menyuap, penerima suap, pihak kedua atau bisa dikatakan

broker (yang berjalan di antara keduanya). Khususnya dilakukan kepada

para hakim untuk memenangkan perkara yang dituntut kepada terdakwa.

Namun, hal ini menjadi menarik ketika al-Syaukānī menjelaskan

agak berbeda, di mana ia lebih toleran lagi dalam masalah suap menyuap,

pendapatnya sebagai berikut. Pertama, hadiah (risywah) yang diberikan

kepada hakim dan yang memberikan hadiah (menyuap), jika karena bukan

kebiasaan memberikan hadiah kepada hakim sebelum menjabat, berarti ia

tidak memberikan hadiah itu kecuali karena suatu tujuan yang lain, tidak

termasuk hadiah risywah atau sogokan, karena pemberian hadiah sudah

terbiasa sebelumnya (sebelum menjabat sebagai hakim).21 Kedua, al-

Syaukānī mengemukakan bahwa secara jelas, apabila ada seseorang yang

menganggap ada bentuk-bentuk suap menyuap tertentu dengan segala

tujuan serta motif-motif tertentu diperbolehkan, maka hal tersebut harus

disertai dengan alasan dan dalil yang bisa diterima serta kuat. Sebab, dalam

hadis tentang terlaknatnya para pelaku risywah tidak disebutkan secara rinci

tentang jenis dan kriteria risywah tersebut.22

20 al-Syaukānī, Nāil al-Auṭār, jilid IX (Bairūt: Dar al-Fikr, t. t.), 172. 21 al-Syaukānī, Nāil al-Auṭār, terj. Amir Hamzah Fachruddin, Asep Saefullah,

jilid IV (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 659. 22 al-Syaukānī, Nāil al-Auṭār, jilid IX (Bairūt: Dar al-Fikr. t. t), 172.

Page 59: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

42

Firman-Nya “ت علمون :yakni ,(padahal kamu mengetahui) ”وان تم

dalam kondisi kalian mengetahui bahwa perbuatan itu batil dan sama sekali

tidak hak. Ini menyebabkan lebih beratnya siksaan karena lebih beratnya

pelanggaran mereka.23 al-Syaukānī dalam tafsirnya menyampaikan; ayat ini

turun: “ موالكمولتكلواا ”, ia berkata:

“Ini adalah orang yang mempunyai tanggungan harta (utang) tapi

tidak ada bukti, lalu ia mengingkarinya dan mengadukan perkaranya

kepada hakim, padahal ia tahu bahwa kebenaran berada dalam pihak

lain,”.

Untuk memperkuat pendapat al-Syaukānī maka penulis

menambahkan beberapa pendapat mufasir sebagai pandangan tambahan.

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah mengatakan, salah satu yang

terlarang, dan sering dilakukan dalam masyarakat, adalah menyogok.

Dalam ayat ini diibaratkan dengan perbuatan menurunkan timba (ember) ke

dalam sumur untuk memperoleh air. Timba yang turun tidak terlihat oleh

orang lain, khususnya yang tidak berada di dekat sumur. Dari perumpamaan

ini bisa ditarik bahwa, penyogokan ialah, menurunkan keinginannya kepada

yang berwenang untuk memutuskan sesuatu, tetapi secara sembunyi-

sembunyi dan dengan tujuan mengambil sesuatu dengan cara tidak sah.24

Hampir mirip dengan pendapat al-Syaukānī yang agak toleran suap-

menyuap—mengutip pendapat al-Biqa’i, M. Quraish Shihab berkata, meski

pun ada beberapa pendapat yang membolehkan memberi sesuatu kepada

yang berwenang (hakim) dengan syarat, bila pemberian tersebut tidak

bertujuan dosa, tetapi bertujuan untuk mengambil haknya sendiri (pemberi).

Dalam hal ini ‘yang berdosa adalah yang menerima hadiah, bukan yang

memberi hadiah’. Namun, dalam hal ini M. Quraish Shihab tidak

23 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 733. 24 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, cet. V, jilid 1 (Jakarta: Lentera Hati,

2012), 387.

Page 60: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

43

menyetujuinya meskipun ada ulama lain yang membenarkan ide ini, seperti

as-Shan’ani.25

Dalam Tafsir al-Munir karangan Wahbah az-Zuhaili26 kata “وتدلوا”

makna mufradat lughawiyyah; kalian memberi harta kepada hakim sebagai

suap agar kalian mendapatkan keputusan pengadilan yang menguntungkan

diri kalian. “فراي قا” artinya sekumpulan, sekelompok. “ ما لا yakni dengan ”با

jalan melakukan dosa, yaitu dengan cara lalim dan aniaya, misalnya: dengan

memberi kesaksian palsu, sumpah dusta, atau sejenisnya.27

Mengutip dari Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi, makna

yang terkandung dalam firman-Nya ini adalah, janganlah kalian gunakan

harta kalian untuk para penguasa dan menyogok mereka (penguasa/yang

berwenang), agar mereka memberikan keputusan untuk kalian yang

membuat harta itu bertambah banyak. Masih dalam kitab tafsirnya, Imam

al-Qurthubi mengutip perkataan ibn Athiyah, pendapat ini lebih

diunggulkan. Sebab para penguasa itu diduga banyak menerima suap,

kecuali mereka dilindungi Allah, namun jumlah mereka amat sedikit. Selain

itu, juga karena kedua lafaz tersebut di mana kata tudlu berasal dari irsal

ad-dalwi (mengeluarkan ember), sedangkan kata risywah berasal dari kata

ar-rasya, seolah dia mengeluarkan ember tersebut untuk memenuhi

keperluannya.28

Seperti yang telah disampaikan di atas, penulis berpendapat: ayat ini

melarang semua orang memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak

benar—hal ini mencangkup risywah, termasuk kategori “memakan dengan

25 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 387.

26 Wahbah az-Zuhaili adalah mufasir yang terkenal dengan tafsirnya Tafsir al-

Munir. Ia lahir di Syiria pada 6 Maret 1932 M/1351 H dan tahun 2015. Lihat di Faizah Ali

Syibromalisi, dan Jauhar Azizi, Membahasa Kitab Tafsir Klasik Modern (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 163. 27 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., jilid I

(Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 407. 28 Syikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, 770-771.

Page 61: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

44

jalan yang batil” antara lain: hakim memenangkan seseorang dalam

sengketa, sementara orang tersebut tahu bahwa ia berada di pihak yang

salah, sogok menyogok, dan risywah. Ayat ini secara terang menyatakan

bahwa dosa ditanggung oleh orang yang makan, sementara ia tahu bahwa

ia zalim dalam makanan dan memutuskannya tersebut. Adapun orang yang

tidak tahu tidak berdosa. Barang haram tidak berubah menjadi halal gara-

gara keputusan hakim, sebab ia hanya memutuskan berdasarkan bukti

lahiriah saja, sebagaimana pendapat Ibn Katsir di atas. Meskipun begitu, al-

Syaukānī di satu sisi secara tegas melarang risywah, namun di sisi lain ia

cukup toleran terhadap risywah—pertama dengan alasan melihat umumnya

dan tidak rincinya hadis mengenai risywah. Kedua, apabila pemberian

tersebut sudah terbiasa diberikan sebelum orang tersebut diangkat menjadi

hakim, karena tujuan atau niat belum tentu untuk menyogok—melihat

pemberian tersebut sudah lumrah atau biasa sebelum orang tersebut

diangkat menjadi hakim.

Dalam hal ini penulis tidak sependapat tentang hal ini, apalagi

konteksnya di Indonesia yang mana kasus risywahnya sudah tinggi—oleh

karenanya dalam hal apapun dan motif apapun yang namanya risywah tetap

tidak diperbolehkan yang pada akhirnya imbasnya akan dipukul dan

merugikan orang, masyarakat, dan negara.

D. Surah al-Māiʹdah Ayat 42

همواانت ن هماواعراضعن فاانجاءوكفاحكمب ي لونلالسحتا اك همعراضس عونلالكذابا عن

طاي المقسا ياب اانالل لقاسطا ن همبا واانحكمتفاحكمب ي 29(٢٤) ف لن يضروكشي ا

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita

bohong, banyak memakan harta yang haram. Jika mereka (orang

Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta keputusan), maka

putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari

29 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Quran Terjemahan, 115.

Page 62: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

45

mereka; jika kamu berpaling dari mereka, maka mereka tidak akan

memberi mudarat kepadamu sedikit pun, dan jika kamu

memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di

antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang adil.”(QS. al-Māʹidah ayat 42)30

Tabel 4. 4: Penggunaan Kata Risywah di Surah al-Māʹidah ayat 42 dalam

Tafsir Fatḥ al-Qadīr

No Kata Makna Subjek Objek

Surah al-Māʹidah ayat 42

2 31“ Harta yang لالسحتا

haram

Seseorang dari Kaum

Yahudi

Hakim

Suap menyuap Seseorang dari Kaum راشوة 32 3

Yahudi

Hakim

Yang Menyuap Seseorang dari Kaum الرشا33 4

Yahudi

Hakim

Ayat ini turun berkenaan dengan Kaum Yahudi, jika ada pihak yang

bersalah dalam suatu perkara hukum, atau pihak yang mengajukan dakwa

atau gugatan palsu, datang kepada hakim akan mendengarkan perkataannya

dan hanya berpatokan pada keterangannya saja, tanpa mau mendengarkan

penjelasan pihak yang satunya lagi. Dengan begitu hakim tersebut diberi

sogokan dan memakan harta dari hasil yang haram dan mendengarkan

perkataan bohong. Orang-orang Yahudi yang miskin mendapatkan

30 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, terj. Tim Penerjemah Pustaka Azzam, jilid

III (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 377.

31 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqiq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, jilid II (Mesir:

Dâr al-Fikr, 1973), 59.

32 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, 60.

33 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, 63.

Page 63: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

46

sokongan harta dari orang-orang Yahudi yang kaya supaya mereka tetap

teguh pada Agama Yahudi, dan mereka mendengarkan keterangan-

keterangan palsu dan bohong dari mereka untuk menyebarkan Agama

Yahudi serta menyerang, menjelek-jelekkan, dan menghujat Islam.34

Sebelum Nabi Muhammad menundukkan orang Yahudi. Lalu pada

suatu ketika terjadi pembunuhan terhadap seorang dari golongan terhormat

mereka dan golongan itu mengirim utusan kepada golongan rendah, dan

menjawab:

“Apakah dapat terjadi di dua kampung yang agamanya, turunan,

dan negerinya sama, membayar tebusan yang berbeda (setengah dari yang

lain35)?”.”Kami berikan sekarang ini dengan rasa dongkol, tertekan, serta

takut terjadi perpecahan. Tetapi setelah Muhammad sampai kemari, kami

tidak akan memberikan itu padamu.”36

Hampir saja terjadi peperangan di antara kedua golongan itu.

Mereka lalu mengusulkan menjadikan Nabi Muhammad sebagai penentu

keputusan di antara mereka, maka golongan terhormat berpikir:

“Demi Allah, Muhammad tidak akan memutuskan untuk kita agar

menyerahkan kepada mereka (golongan rendah) setengah dari apa yang

mereka serahkan kepada kita. Mereka (golongan rendah) memang benar,

bahwa selain ini mereka menyerahkan itu dengan rasa dongkol dan meresa

ditindas. Oleh karena itu, kirim orang kepada Muhammad yang dapat

menggoreng pendapatnya. Jika Muhammad menetapkan bagi kalian, apa

yang kalian inginkan, maka gunakanlah ketetapan itu, jika tidak demikian

maka hati-hatilah, dan jangan kalian gunakan ketetapan itu.”37

34 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., jilid

III (Jakarta: Gema Insani, 2013), 408.

35 Setiap korban dari golongan rendah yang dibunuh oleh golongan terhormat,

diat-nya adalah lima puluh wasaq, dan setiap korban dari golongan terhormat yang dibunuh

oleh golongan rendah, diyat-nya adalah seratus wasaq. 36 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 387-388. 37 Berkenaan dengan diyat Bani Nadhir dan Bani Quraizhah. Yaitu, dulunya

berlaku ketentuan bahwa korban pembunuhan dari kalangan Bani Nadhir yang dipandang

terhormat harus ditunaikan secara sempurna, sedangkan bagi korban bani Quraizhah hanya

setengah diyat. Mereka lalu meminta keputusan kepada Rasulullah, dan Allah menurunkan

ayat ini berkenaan dengan mereka. Rasulullah kemudian menetapkan mereka pada yang

haq mengenai perkara ini dengan menetapkan diyat yang sama di antara mereka. al-

Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 393.

Page 64: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

47

Mereka sejumlah orang munafik pun mengirim utusan kepada Nabi

Muhammad untuk mencari tahu pendapatnya.38 Tatkala mereka datang ke

Nabi Muhammad, Allah telah memberitahukan Rasul-Nya tentang semua

perkara mereka dan apa yang mereka inginkan: “ كنزيل وسراالهي ي ” (hai

Rasul, janganlah kamu disedihkan). Hingga: “ كئالوأفالل زن اأبامكيلن مونورفاكالمه ” (barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang

diturunkan Allah, maka itu adalah orang-orang yang kafir). Ia lalu

bersabda mengenai mereka: “ ن اعمهيإاوتلزانأاللاو ” (demi Allah, ayat ini

diturunkan berkenaan dengan mereka dan aku).39

Dalam tafsirnya al-Syaukānī mengutip; Abdurrazzaq, Ahmad, Abd

bin Humaid, Abu Daud, ibn Jarir, Ibu Abu Hatim, dan al-Baihaqi dalam ad-

Dalail meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: “Orang yang pertama

kali dirajam oleh Nabi Muhammad dari kalangan Yahudi adalah seorang

laki-laki dan perempuan dari kalangan mereka yang berzina, yang pada

saat itu sebagian orang Yahudi berkata kepada sebagian lainnya, mari kita

temui nabi, karena sesungguhnya ia seorang nabi yang diutus untuk

memberikan keringanan. Jika ia memberi fatwa kepada kita dengan hukum

selain rajam, maka kita terima, dan itu akan menjadi petunjuk kita di

hadapan Allah kelak. Nanti kita akan berkata, ini adalah fatwa dari salah

seorang nabi-Mu”.40

Mereka pun menemui ia yang saat itu sedang duduk di masjid

bersama para sahabatnya. Mereka berkata,

“Wahai Abu al-Qasim, bagaimana menurutmu tentang seorang

laki-laki dan seorang perempuan dari kalangan kami yang berzina, ia

belum berbicara kepada mereka hingga mendatangi tempat para penghulu

mereka, lalu ia berdiri di depan pintu dan bersabda:

نوداتاى,مسوىملعاةروالت زن يأالذ اللابامكدشنأ ن صحأاذإانزن ىملعاةروالت فا “Aku persumpahkan kalian kepada Allah yang telah menurunkan

Taurat kepada Musa, [hukuman] apa yang kalian temukan di dalam Taurat

38 Jalaluddin as-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat al-Quran (Jakarta: Gema Insani,

2008), 226. 39 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 388. 40 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 388-389.

Page 65: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

48

bagi orang muhshah [yang telah menikah] yang berzina?) Mereka

menjawab, ‘Dirajam, diarak, dan dicambuk.’”41

Maksud diarak adalah, kedua yang berzina dinaikkan ke atas seekor

keledai dengan posisi saling memunggungi, lalu dibawa keliling kampung.

Dalam dialog ini ada seorang pemuda dari kalangan mereka yang diam saja,

dan tatkala ia melihatnya ia diam, ia kembali menegaskan persumpahan

tersebut, ia pun berkata: “Ya Allah, karena engkau telah mempersumpahkan

kami kepada Allah, maka kami jawab, bahwa kami temukan hukuman

rajam di dalam Taurat. Nabi Muhammad pun bersabda “ متصتاارم واأمف؟اللارمأ ” (lalu, bagaimana pertama kali kalian meringankan hukuman itu

yang telah sebenarnya diperintahkan Allah?). Mereka menjawab, ‘Ada

seorang laki-laki yang berzina dengan kerabat salah seorang raja kami, lalu

hukuman rajanya ditangguhkan. Lalu ada lagi seorang laki-laki yang

berzina dengan keluarga seseorang, lalu mereka hendak merajamnya,

namun kaumnya mencegahnya dan berkata, demi Allah, janganlah kamu

merajam teman kami sampai kamu membawakan teman kami itu, barulah

kamu merajamnya’. Mereka lalu mengadakan kesepakatan di antara merak

tentang hukuman tersebut”.42 Nabi lalu bersabda “الت وراةا فا باا أحكم ن ا ”فإا

(maka sesungguhnya aku menetapkan human yang ditetapkan di dalam

Taurat). Lalu kedua berzina itu pun diperintahkan untuk dirajam.43 Itulah

asbabunnuzul dari Surah al-Māʹidah ayat 42 tersebut.

Firman-Nya: “ mereka itu adalah orang-orang yang) ”س عونلالكذابا

suka mendengar berita bohong)44, yaitu gemar mendengar dari pemuka45

mereka yang mengubah-ubah Taurat, mendengar perkataan Nabi

41 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 389. 42 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 389-390. 43 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 390. 44 Adalah penegasan kedua kalinya di al-Māʹidah ayat 41 dan 42. 45 Orang alim, pendeta mereka, ulam mereka yang memiliki kemampuan ilmu

Taurat. Lihat di al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 395.

Page 66: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

49

Muhammad untuk didustakan perkataannya, dan orang lain.46 Diulanglah

lagi untuk menyebut berperangai buruk, setengah mereka suka datang

mendengar-dengar perkataan, tetapi bukan buat diterima, melainkan buat

disalah-salahkan, artinya didustakan, dilebih-lebihkan, atau dikurangi.47

Firman-Nya: “ لونلالسحتا .(banyak memakan harta yang haram) ”اك

Keduanya termasuk khabar-khabar untuk mubtada’ muqadaddar

terdahulu. “as-suḥt”, dengan dammah pada huruf sin dan sukun pada huruf

ha’ adalah harta yang haram, asal maknanya adalah al-halak wa as-siyidah

(kebiasaan dan kekerasan), yang berasal dari kata sahatuhu, yaitu artinya,

aku membinasakan.48 Ada yang mengatakan bahwa itu adalah suap

(sogok).49 Jamaah menafsirkannya sebagai salah satu jenis yang haram

secara khusus, seperti memberikan hadiah kepada orang yang akan

memutuskan perkara yang dibutuhkannya, upah dukun, dan sebagainya.50

al-Syaukānī dalam tafsirnya mengutip dari; ibn Jarir meriwayatkan

dari ibn Abbas, mengenai firman-Nya: “ لالسحتا لون banyak memakan) ”اك

yang haram), ia berkata “mereka melakukan penyuapan (sogok) dalam

pengadilan dan penetapan keputusan dengan kebohongan”.51 Dalam Tafsir

Fatḥ al-Qadīr al-Syaukānī mengutip dari; ibn Jarir, ibn Abu Hatim, dan al-

Baihaqi dalam Syu’ah al-Imam meriwayatkan dari ibn Mas’ud juga berkata:

“Barang siapa memberikan pembelaan bagi seorang untuk memecahkan dari tindakan zalim, atau mengembalikan suatu hak kepadanya, lalu ia diberikan hadiah, kemudian hadiah itu ia terima, maka itulah as-suht”. Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya yang kami anggap as-sḥut adalah penyuapan (sogokan) dalam perkara agama.” Ia pun berkata , “Itu adalah kekufuran”. “ لن مو

أبمكي نورفالكامهكئالوأفالل زن ا ” (barang siapa yang tidak memutuskan

46 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 380. 47 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid VI (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983), h. 251. 48 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 382. 49 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 383. 50 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 382. 51 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 392.

Page 67: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

50

menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir)”.52 Telah diriwayatkan juga darinya yang menyerupai ini dari beberapa

jalur periwayatan. ibn Abu Hatim meriwayatkan dari ibn Abbas, ia berkata,

“Menyuap para hakim adalah haram, dan itu adalah ‘as-suht’ yang telah

disebutkan Allah dalam kitab-Nya.” Abd bin Humaid meriwayatkan dari

Zaid bin Tsabit, ia berkata, “as-sḥut adalah penyuapan (penyogokan)”.53

Abd bin Humaid meriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, bahwa ia

ditanya tentang ‘as- suht’, Ali pun menjawab, “(Maksudnya adalah) suap

menyuap.” Lalu ditanyakan kepadanya tentang penyuapan yang terkait

dengan keputusan hukumannya, Ali pun menjawab, “Itu adalah

kekufuran”.54

Abd bin Humaid dan ibn Jarir meriwayatkan dari Umar bin Khattab,

ia berkata, “Dua pintu as-suht yang dimakan oleh manusia, yaitu penyuap

dalam pengadilan (penetapan keputusan) dan upah perzinaan”.55

Kata “ as- suht pada mulanya berarti sesuatu yang ”سحتا

membinasakan. Sesuatu yang haram pasti membinasakan pelakunya. Ada

juga yang menyatakan bahwa kata tersebut pada mulanya digunakan untuk

melukiskan binatang yang sangat rakus dalam melahap makanan.

Seseorang yang tidak peduli dari mana dan bagaimana ia memperoleh harta,

maka ia dipersamakan dengan binatang yang melahap segala macam

makanan, sehingga pada akhirnya ia binasa oleh perbuatannya sendiri.56

Diriwayatkan dari Nabi Muhammad, ia bersabda, “Setiap daging

yang tumbuh karena as-suht, maka Neraka adalah lebih berhak

52 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 392. 53 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 392. 54 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 393. 55 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 393. 56 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid III, cet. V (Jakarta: Lentera Hati,

2012), h, 94.

Page 68: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

51

terhadapnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah suht itu?” ia

menjawab, “Suap dalam hukum.”57

Firman-Nya: “هم عن اعراض او ن هم ب ي فاحكم جاءوك jika mereka) ”فاان[orang Yahudi] datang kepadamu [untuk meminta keputusan], maka putuskanlah [perkara itu]di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka).

Di sini terkandung opsi pilihan kepada Nabi Muhammad, yaitu

antara memberikan putusan kepada mereka dan berpaling dari mereka.58

Ayat ini dijadikan dalil untuk menyatakan bahwa para hakim Kaum Muslim

boleh memilih antara dua hal itu. para ulama telah sepakat bahwa para

hakim Kaum Muslim wajib memberi keputusan antara orang Islam dengan

orang mu’ahad59 bila keduanya mengadukan perkara kepada mereka.60

Dalam perihal putusan, M. Quraish Shihab menambahkan dalam

Tafsir al-Misbah, sebagian orang-orang Yahudi datang kepada Nabi

Muhammad untuk meminta putusan terkait perkara mereka, bukan

didasarkan atas kepercayaan mereka terhadap ia sebagai nabi, tetapi

didasarkan atas kepercayaan mereka akan kejujuran dan keadilannya. 61

Firman-Nya: “ف لن يضروكشي ا هم ت عراضعن jika kamu berpaling) ”واان

dari mereka, maka mereka tidak akan diberi mudarat kepadamu sedikit

pun). Maksudnya adalah, jika engkau memilih berpaling untuk memberikan

putusan di antara mereka, maka tidak ada jalan bagi mereka terhadapmu

atas mereka. Sedangkan jika engkau memilih untuk memberikan putusan

bagi mereka, (maka putuskanlah [perkara itu] di antara mereka dengan adil),

57 Syikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, terj. Fathurrahman, dkk., jilid VI

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), 439.

58 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., jilid

III (Jakarta: Gema Insani, 2013), 524.

59 Mu’aahad 60 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, 530. 61 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid III, cet. V (Jakarta: Lentera Hati,

2012), 95.

Page 69: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

52

yakni bil ‘adli (dengan adil) yang telah diperintahkan dan telah diturunkan

Allah kepadamu.62

“Dan jika engkau menghukum maka hukumlah di antara mereka

dengan adil”, artinya kalau menurut pertimbangan, permintaan mereka

patut dikabulkan, kabulkanlah dan jatuhkanlah hukuman itu dengan adil

dengan tidak memilih bulu, tidak segan-segan, tegak lurus di dalam

kebenaran, untuk menjadi contoh teladan bagi mereka tentang bagaimana

caranya menegakkan keadilan.63

Firman-Nya: “ لقاسطا ن همبا sesungguhnya Allah) ”واانحكمتفاحكمب ي

menyukai yang berlaku adil). Sokongan besar akan diberikan Allah kepada

Nadi Muhammad SAW lantaran engkau menegakkan keadilan itu. hanya

dengan keteguhan menegakkan keadilan, ketenteraman dan kekuatan akan

tercapai dan umat pun akan merasa bahagia, Adillah yang menjadi tiang-

tiang dari bangunan umat.64

Untuk memperkuat pendapat al-Syaukānī maka penulis

menambahkan beberapa pendapat mufasir sebagai pandangan tambahan.

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menambahkan, mereka adalah

orang-orang yang amat suka mendengar yakni menerima dan

membenarkan—bukan sekedar mendengar dengan penuh antusias—berita-

berita untuk menyebarkan kebohongan, di samping itu, banyak juga di

antara mereka yang memakan yakni memperoleh dan menggunakan yang

haram, seperti riba, sogok-menyogok, dan lainnya.65

as-Suḥt adalah harta uang suap, uang sogok. Cocoklah buat

diartikan menjadi uang suap. Karena kalau sudah disuapi mulut mereka

terkatup mati, tidak bercakap lagi, sehingga mereka (yang disuap) “mati

62 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 384. 63 Hamka, Tafsir al-Azhar, 252. 64 Hamka, Tafsir al-Azhar, 252. 65 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 94.

Page 70: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

53

bicara”, tidak berani lagi menegur yang salah dan menegakkan hukum

keadilan. Mereka (orang-orang Yahudi) datang kepada Nabi Muhammad

meminta hukuman, bukan karena senang meminta hukum itu, melainkan

karena menganggap semoga hukuman Muhammad tidak seberat hukuman

yang di dalam kitab mereka.66

Setelah membaca ayat di atas, penulis berkesimpulan; bahwa orang

Yahudi suka mendengar berita-berita bohong dari siapa saja untuk

memalsukan putusan, khususnya menyogok hakim-hakim mereka agar

memberi putusan yang meringankan hukuman terhadap mereka, dan

mereka suka memakan yang haram. Oleh karenanya apabila ada orang

Yahudi datang kepada Nabi Muhammad untuk meminta putusan, di sini

diberi dua opsi—antara memutuskan atau tidak. Jika tidak diputuskan maka

hal itu akan tidak membahayakannya, jika ia memberi putusan, maka

putuskanlah dengan adil menurut ajaran-ajaran al-Quran atau ajaran-ajaran

di dalam Taurat seperti yang telah diterapkan oleh nabi-nabi terdahulu, dan

janganlah menjual hukum-hukum dengan harga yang murah seperti yang di

sampaikan ayat setelahnya; Surah al-Māʹidah ayat 44 “ثنالايل .”بايتا

E. Surah an-Naml Ayat 35-36

عالمرسلون باي رجا داية ف نظارة لة االيهامبا مرسا ا )٥٣ (واان ا ونن ابا ف لماجاءسليمن ا اتاددايتاكمت فرحون بلان تمبا اتىكم خي ر م اا اتىن ا الل 67(٥٣ (فما

“Dan sesungguhnya aku (Ratu Balqis) aku mengirim utusan kepada

mereka (Nabi Sulaiman) dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan)

menunggu apa yang akan dibawakan kembali oleh utusan-utusan

itu. Maka tatkala (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, Sulaiman

berkata, apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka

yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang

66 Hamka, Tafsir al-Azhar, 252. 67 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Quran Terjemahan, 379-

380.

Page 71: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

54

diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan

hadiahmu.”(QS. an-Naml ayat 35-36).68

Tabel 4. 5: Penggunaan Kata Risywah di Surah an-Naml ayat 35-36 dalam

Tafsir Fatḥ al-Qadīr

No Kata Makna Subjek Objek

Surah an-Naml ayat 35-36

Sogokan Ratu Balqis melalui راشوة 69 1

perantara utusannya

Nabi Sulaiman

Menurut Syikh Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi ayat ini

bermula ketika burung Hud-Hud Nabi Sulaiman yang terbang ke Negeri

Saba’ (Negara Yaman pada saat ini). Di negeri tersebut dipimpin oleh

seorang ratu yang menyembah mata hari, namanya Ratu Balqis. Akhirnya

Nabi Sulaiman menyurati Ratu Balqis untuk menyembah Allah kalau tidak

ia akan mengirim pasukan yang sangat banyak, bahkan Ratu Balqis

berpendapat negerinya akan dibinasakan. Oleh karena itu Ratu Balqis tidak

kehabisan akal, untuk mencegah hal tersebut ia membawakan hadiah yang

sangat berharga nilainya melalu para utusan diplomasinya dan para

prajuritnya.70

68 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, jilid IV (Mesir: Dar al-Fikr, 1973), 182.

69 al-Syaukānī. Fatḥ al-Qadīr, Tahqīq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, juz IV (Mesir:

Dar al-Fikr, 1973),182. 70 Syikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, 494-499. Utusan dan hadiahnya

berupa; Syaih Imam al-Qurthubi mengutip dari riwayat ibn Abbas: 12 bujangan pelayan

dengan perhiasan remaja putra dan 12 gadis pelayan dengan perhiasan remaja putri. Setiap

mereka memegang pinggang yang berisi minyak wangi berjenis misik dan ambar. 12 para

cerdik pandai yang membawa batu bata terbuat dari emas, dua permata; satunya tidak

berlubang dan satunya berlubang—yang berbentuk busur, sebuah gelas kosong, dan sebuah

tongkat warisan raja-raja Himyar. Semua hadiah tersebut dibawa oleh sekelompok besar

orang dari penduduknya. Ada yang mengatakan bahwa duta utusan Ratu Balqis hanya

seseorang tetapi di belakangnya para pengikut dan pelayan yang banyak. Ada yang

Page 72: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

55

Firman-Nya: “ داية با االيهام لة مرسا dan sesungguhnya aku [Ratu) ”واان ا

Balqis]akan mengirim utusan kepada mereka dengan [membawa] hadiah)

berupa barang-barang berharga. Jika dia seorang raja, perangilah dia—kita

(Ratu Balqis) telah membuatnya rela dengan itu, dan kita telah mencegah

perkaranya. Tapi bila dia seorang nabi, maka dia tidak akan rela dengan itu,

karena inti permintaan dan maksudnya adalah mengajak kepada agama,

maka kita tidak akan selamat darinya kecuali dengan menerimanya,

mengikutinya, dan menganut agamanya serta menempuh caranya.71

al-Syaukānī dalam tafsirnya Fatḥ al-Qadīr berpendapat, para

mufasir berpandangan lebar mengulas tentang apa hadiah yang dibawanya

(utusan Ratu Balqis) dan motifnya, ada yang berkata bahwa hadiah tersebut

berapa sogokan. Misalnya hadiah besar berupa, emas, permata, berlian, dan

lainnya serta hadiah tersebut bertujuan untuk menggagalkan ekspansi Ratu

Balqis ke negerinya.72

Oleh karena itu, dia berkata “المرسلون ع ي رجا dan [aku) ”ف نظارة با

akan]menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu).

Huruf fa’ di sini untuk merangkaikan dengan “ ة لسرم ” dan “با” terkait dengan

ع“ Maknanya adalah, sesungguhnya aku menunggu berita yang akan .”ي رجا

dibawa oleh para utusanku yang membawakan hadiah itu, baik diterima

maupun ditolak, lalu aku akan bertindak berdasarkan kondisi itu,73

barangkali ia menerimanya dan menahan diri dari kita atau menentukan

mengatakan bahwa Ratu Balqis mengirim seseorang dari yang paling mulia penduduknya

yang bernama al-Mundzir bin Amr sebagai diplomat. Dia diiringi oleh sejumlah pembesar

cerdik, pandai lagi pintar melobi. Hadiahnya sejumlah 100 pelayan remaja putra dan 100

pelayan remaja putri. Pakaian setiap mereka tidaklah sama. 71 al-Syaukānī, Tafsir Fatḥ al-Qadīr, 182. 72 al-Syaukānī, Fatḥ al-Qadīr, 183. 73 al-Syaukānī, Fatḥ al-Qadīr, 183.

Page 73: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

56

pajak atas kita yang akan kita bawa kepadanya, sehingga dia tidak akan

memerangi kita dan membunuh kita.74

Selanjutnya: “ جاءسليمن ف لما ” (maka tatkala [utusan itu]sampai

kepada Sulaiman) maksudnya adalah, tatkala utusan pembawa hadiah itu

sampai kepada Nabi Sulaiman. Yang dimaksud dengan yang disamarkan ini

adalah jenis, sehingga tidak menafikan apa itu sekelompok orang,

sebagaimana ditunjukkan oleh perkataan Ratu Balqis, “المرسلون ع ي رجا ”با

(apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu).75

Kalimat “ ا ونن ابا Sulaiman berkata, “Apakah [patut]kamu) ”ا اتاد

menolong aku dengan harta?”) sebagai kalimat permulaan yang merupakan

jawaban atas pertanyaan yang diperkirakan. Pertanyaan ini untuk

mengingkari, yakni Nabi Sulaiman mengatakan itu untuk mengingkari

bantuan mereka kepadanya dengan harta karena ketinggian kekuasaannya

dan banyaknya harta yang dimilikinya.76

Untuk memperkuat, maka penulis menambahkan pendapat M.

Quraish Shihab, dalam tafsirnya mengatakan, ucapan Nabi Sulaiman,

“Apakah kamu mendukung aku dengan harta?” ia tunjukan kepada

pemimpin delegasi untuk disampaikan kepada Ratu Balqis. Maksud ucapan

ini adalah menolak hadiah tersebut. Ini, karena Nabi Sulaiman merasa

bahwa hadiah tersebut bagikan sogokan yang bertujuan menghalangi ia

melakukan suatu kewajiban.77

Firman-Nya: “ الل م اااتىكمفمااتىن ا ر خي ” (maka apa yang diberikan

Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu)

maksudnya adalah kenabian, kerajaan yang besar, dan harta yang banyak,

74 Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Jakarta: Darus Sunnah Press,

2011), 1144.

75 al-Syaukānī, Fatḥ al-Qadīr, 183. 76 al-Syaukānī, Fatḥ al-Qadīr,182. 77 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid X, cet. V (Jakarta, Lentera Hati,

2013), 222.

Page 74: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

57

yang telah dianugerahkan Allah kepadaku adalah lebih baik dari pada harta

yang diberikan kepada kalian yang di antaranya adalah hadiah ini.78

Nabi Sulaiman lalu beralih dari pengingkaran yang telah

dikemukakan itu dengan mengatakan “دايتاكمت فرحون tetapi kamu) ”بلان تمبا

merasa bangga dengan hadiahmu). Ini merupakan teguran bagi mereka

karena bangganya mereka dengan hadiah tersebut, yaitu kebanggaan dan

kesombongan. Ada pun aku tidak bangga dengan itu, karena masalah dunia

bukanlah keperluanku, sebab Allah telah menganugerahiku keduniaan yang

tidak pernah diberikan kepada seorang pun, di samping telah memuliakanku

dengan kenabian.79

Untuk menguatkan pendapat di atas maka penulis akan

menambahkan beberapa komentar dari para mufasir. Musthafa al-Maraghi

dalam tafsirnya menjelaskan, hadiah sudah menjadi kebiasaan bagi

manusia yang berbudi, jika dia menerima hadiah yang layak, hadiah itu

akan mempengaruhi sikapnya. Kalau tadinya ada rasa permusuhan,

mungkin akan bertukar jadi persahabatan atau penghargaan yang baik.

Mungkin setelah menerima hadiah itu berubah pikirannya, tidak jadi kita

taklukan dan tidak jadi kita berperang dengan dia. Atau ditukarnya sikap;

yaitu karena disangka bahwa kita ini lemah, dikirimnya saja utusan buat

menentukan berapa umpeti kita membaya tiap tahun. Dengan demikian

maka peperangan pun berakhir dan kita hidup di dalam damai.80

Dalam Tafsir al-Qurthubi dijelaskan, hadiah yang dimaksud untuk

menutup mulut si pemberinya atas perkara jahat yang diketahuinya yang

78 al-Syaukānī, Fatḥ al-Qadīr, 183. 79 al-Syaukānī, Fatḥ al-Qadīr, 183. 80 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun

Abubakar, dkk., jilid IX, cet. II (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1993), 210.

Page 75: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

58

dilakukan si pemberi. Penafsiran ini adalah sebaik-baiknya penafsiran yang

berikan ulama.81

Seperti yang telah disampaikan di atas penulis mengambil

kesimpulan, bahwa Ratu Balqis berupaya untuk memberikan hadiah dengan

tujuan untuk menghentikan ekspansinya ke negerinya. Namun, nyatanya hal

tersebut ditolak oleh Nabi Sulaiman sendiri, karena ia adalah seorang nabi

yang tidak menyukai hadiah karena tujuannya untuk mengajak Ratu Balqis

dan kaumnya untuk menyembah Allah bukan menyembah matahari lagi—

sebaliknya kalau Nabi Sulaiman adalah seorang raja saja, maka ia akan

menerima hadiah tersebut.

81 Syikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, terj. Fathurrahman, dkk., jilid XIII

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), 501.

Page 76: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang risywah dalam al-Quran menurut al-

Syaukānī, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Dalam al-Quran sendiri tidak ada kata risywah atau “ ة و ش ر ”, namun

berdasarkan penafsiran atau pendapat al-Syaukānī dalam tafsir Fatḥ al-

Qadīr menunjukkan bahwa di Surah al-Baqarah 188, al-Māʹidah ayat 42,

dan an-Naml ayat 35-36 sendiri di dalamnya terkandung makna risywah

atau suap menyuap. Pertama, di Surah al-Baqarah ayat 188 al-Syaukānī

menjelaskan surah ini dengan pengertian risywah, hal ini didasarkan pada

lafaz “ ل ب اط ل “ Kedua, di Surah al-Māʹidah ayat 42 pada kata .”ب ت ”ل لسح

berdasarkan pada asbabunnuzul dan pendapat, serta komentar para ulama

yang dikutip al-Syaukānī dalam tafsirnya, kata as-suḥt sendiri memiliki

arti atau sinonim dari suap menyuap. Ketiga, dalam Surah an-Naml ayat

35-36 tepatnya pada kata “ ia menafsirkan atau mengartikan hadiah ”ب د ية

tersebut dengan risywah.

B. Saran

Dalam melakukan penelitian penulis menyadari dalam

penulisannya masih banyak kesalahan, hal ini dikarenakan kemampuan

penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis berharap agar para pembaca

dapat menyempurnakan lagi kekurangan penulisan karya ilmiah ini

khususnya berkaitan dengan masalah risywah.

Page 77: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

58

Ada pun saran dari penulis sebagai berikut; risywah adalah

pembahasan yang sangat amat menarik, mengingat setiap hari kasus suap-

menyuap tidak ada hentinya melanda negara kita Indonesia. Banyak para

elit pemerintah atau pun swasta yang tertangkap basah, berita-berita di

media cetak dan daring terus bermunculan. Oleh karena itu penulis

menganjurkan, jika dikemudian hari ada penelitian yang ingin meneliti

lebih dalam lagi dalam masalah risywah, penulis sangat mengapresiasi,

mengingat karya ilmiah yang membahas risywah dalam sudut pandang al-

Quran sangat sedikit sekali, oleh karenanya penulis berharap dan

mengapresiasi apabila ada penelitian lanjutan yang dilakukan dalam

masalah risywah.

Page 78: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

61

DAFTAR PUSTAKA

Ābadī, Syamsul Ḥaq al-ʹAzīm. ʹAun al-Ma’bud Syarh Sunnah Abī Dāwud.

Bairūt: Dar al-Ḥadīs, 2001.

Abdurrahman, Usamah, dan Rahmawati, Ria. “Redefinisi Korupsi: Sebuah

Tawaran Pandangan Islam”. Tsaqafah. vol. 2, no. 1 (2018): 155-

178.

Achmad, Nur. Hadis-Hadis Antikorupsi: “Menggali Semangat

Antikorupsi. dalam Hadis-Hadis Nabi”. Dalam Pendidikan

Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam, ed. Chaider S. Bamualim

dan JM. Muslimin. Jakarta: Center for the Study of Religion and

Culture, 2006.

Ahmad, Mukarramah Ahmad. Fath al-Qodir Karya al-Imam al-Syaukani:

Sebuah Kajian Metodologi. Tesis S2., Universitas Islam Negeri

Salahuddin, Makassar. 2015.

Alatas, Syed Hussein. Korupsi Sifat, Sebab, dan Fungsi. Jakarta: Lembaga

Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1983.

Alim, Hafidzil, dkk. Jihad Nadhlatul Ulama Melawan Korupsi. Jakarta:

Lakpesdam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2016.

Anīs, Ibrāhīm, dkk. al-Mu’jam al-Wasīṭ. Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972.

Anshori. Ulumul Quran: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan.

Depok: Rajagrafindo Persada, 2014.

Anshori. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016.

Anwar, Syamsul. “Sejarah Korupsi dan Perlawanan Terhadapnya di

Zaman Awal Islam: Perspektif Studi Hadis”. Hermenia, vol. 4, no.

6 (2005): 1-27.

Auda, Ali. Konkordasi Quran: Panduan Kata Dalam Mencari Ayat

Quran. Jakarta, PT. Pustaka Literasi Antar Nusa, 1997.

Page 79: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

62

Azra, Azyumardi. “Agama dan Pemberantasan Korupsi”. Dalam

Membeasmi Kangker Korupsi, ed. Promono Ubed Tantowi.

Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2004.

al-Baqi, Muhammad ’Abd. Mu’jam al-Mufahras li al-Fadzi al-Qurān al-

Karīm. Bairūt: Dar al-Fikr, 1994.

al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. Bairūt: Dar ibn Katsir, 1987.

_______. Sahih al-Bukhari. Indonesia: Maktabah Dahlan, t. t.

Burhani, Imam. al-Muhiṭ al-Burhānī. Riyāḍ: Maktabah ar-Rusḍi, 2004.

Chaznawi, Adami. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di

Indonesia. Jakarta: Bayu Media, 2005.

Choir Badrus Surur. “Risywah Politik dalam Perspektif Hanafiyyah dan

Syafi’iyyah.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta. 2017.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

al-Dzahābi, Husein. al-Tafsīr wa al-Mufaṡirūn. al-Qāhirah: Maktabah

Wahbah, 2003.

al-Fadl, Syihabuddin. al-‘Ijab fi Bayan as-Sabab. Damam: Dar ibn al-

Jauzi, 1997.

Forum Karya Ilmiah Purna Siswa 2001. al-Quran Kita. Kediri: Lirboyo

Press, 2013.

Hamidy, Zainuddin dan Hs, Fachruddin. Tafsir Quran. Jakarta: Penerbit

Widjaya Djakarta, 1967.

Hamka. Tafsir al-Azhar. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983.

Hamzah, Andi. Kamus Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

Harahab, Ahmad Jurian Harahab. “Risywah dalam Perspektif Hadis”.

Diroyah, vol. 2, no. 2 (2018): 109-120.

Page 80: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

63

Hilmy, Masdar. “Panggilan Jihad Melawan Korupsi”. Dalam Jihad

Melawan Korupsi, ed. HCB Dharmawan dan al-Soni BL de Rosari.

Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2005.

Hitti, Philip K. Historiy of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan

Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014.

Ihsan, Muhammad. “Metodologi Tafsir Imam al-Shawkani dalam Kitab

Tafsir Fath al-Qadir, “ Jurnal Hunafa, vol. 5, no. 2 (2008): 201-

214.

Ilmi, Syaiful. “Melacak Term Korupsi dalam al-Quran Sebagai

Epistemologi Perumusan Fikih Anti Korupsi”. Khatulistiwa, vol. 1,

no. 1 (2011): 1-14.

Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ensiklopedia Islam

Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1992.

Institute for Development of Economics and Finance. Korupsi di

Indonesia. Jakarta: INDEF, 1998.

Irfan, Muhammad Nurul. “Gratifikasi dalam Pandangan Hukum Pidana

Islam”. Jurnal Ahkam, vol. 4, no. 2 (2009): 165-183.

_______. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Perspektif Fikih

Jinayah. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

_______. Korupsi dalam Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah, 2011.

_______. Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana

Islam. Jakarta: Amzah, 2014.

al-Jamal, Syaih Muhammad. Biografi Sepuluh Imam Besar, terj. M.

Khaled Muslih, Imam Awaluddin. Jakarta: Pustaka al-Khatsar,

2008.

al-Jurjānī, Ali bin Muhammad. Kitāb at-Ta’rīfāt. Jakarta: Dar al-Ḥikmah,

t. t.

Kamil, Sukron. “Prinsip-Prinsip Anti Korupsi dalam Khazanah Ilmu

Akhlak: Upaya Kontekstualisasi. Dalam Pendidikan Antikorupsi di

Perguruan Tinggi Islam”. ed. Chaider S. Bamualim dan JM.

Muslimin. Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture,

2006.

Page 81: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

64

Kementrian Agama Republik Indonesia. Pencegahan Perilaku Korupsi

dengan Pendekatan Agama. Jakarta: Inspektorat Jenderal

Departemen Agama Republik Indonesia, 2006.

_______. Mushaf al-Quran Terjemahan. Jakarta: Nur Publishing, 2009.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia, 2016.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Buku Saku Anti Korupsi untuk

Pemeluk Agama Islam. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, t.

t.

Lopa, Bahruddin. Masalah Korupsi dan Pemecahannya. Jakarta: PT.

Kipas Putih Aksara, 1997.

Mahkamah Agung. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Jakarta: BIP Kelompok Gramedia, 2017.

Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 1975.

Malik, Abdul. “Belajar dari Lampu Padam dan Sepotong Roti Umar bin

Abdul Aziz: Sebagai Prototipe Teladan Sikap Antikorupsi.”

Majalah Hukum Varian Peradilan, vol. 5, no. 5 (2012): 324-340.

Manaf, Abdul. Najasyi Yang Anti Sogok. “Majalah Hukum Varian

Peradilan”, vol. 5, no. 5 (2012): 77-81.

al-Manafi, Syamsuddin Muhammad. al-Mishar al Anshari. Mesir:

Mustafa al-Bibi al-Halabi wa Auladuh, 1983.

al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. Tafsir al-Maraghi. terj. Bahrun Abubakar,

dkk. Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1993.

Manẓūr, ibn. Lisānul al-‘Arab. Bairūt: Dārul al-Sadīr, t. t.

Muhtadi, Burhanuddin. “Politik Uang dan Dinamika Elektoral di

Indonesia: Sebuah Kajian Awal Interaksi Antara Party-Id dan

Patron Klien.” Jurnal Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia, vol. 2, no. 1 (2013): 1-17.

Munawir, Ahmad Warsono. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia.

Yogyakarta: Ponpes Krapyak al-Munawwir, 1884.

Page 82: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

65

Muslimin, JM. Korupsi: “Pengertian, Sebab, dan Dampaknya.” Dalam

Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam, ed. Chaider S.

Bamualim dan JM. Muslimin. Jakarta: Center for the Study of

Religion and Culture, 2006.

Nasution, Harun Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya.

Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2015.

al-Nawawi, Imam. Syarah Sahih Muslim, terj. Tim Darus Sunnah. Jakarta:

Darus Sunnah, 2007.

Priyono, Herry. Korupsi Melacak Arti, Menyibak Implikasi. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2018.

Qala’arji, Muhammad Rawas dan Qunairi, Hamid Shadiq. Mu’jam

Lughatul al-Fuqaha’. Bairūt: Dar al-Nafis, 1985.

al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu al-Quran. Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2014.

_______. Mabahitsfi’Ulum al-Quran, terj. Anur Rafiq al-Mazni. Jakarta:

al-Kautsar, 2014.

Qolay, A. Hamid Hasan. Indeks Terjemah al-Quranul-Karim. Jakarta, PT.

Inline Raya Jakarta, 1997.

_______. Kunci dan Klasifikasi Ayat-Ayat al-Quran. Bandung, Penerbit

Pustaka, 1989.

al-Quran, Pusat Studi. Enskikolopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata.

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

al-Qurthubi, Syikh Imam. Tafsir al-Qurthubi, terj. Fathurrahman, dkk.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2010.

al-Rasyid, Harun. Fikih Korupsi: Analisa Politik Uang di Indonesia dalam

Perspektif Maqasid al-Syariah. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Mandiri, 2016.

Rusli, Nasrun. Konsep Ijtihad al-Syaukani Relevansinya Bagi

Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Logos, 1999.

al-Sabuni, Muhammad ‘Alī. al-Tibyān fī ‘Ulûm al-Qur’ān. Damsyik:

Maktabah al-Ghazālī, 1981.

Page 83: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

66

Sahil, Azharuddin. Indeks al-Qur’an: Panduan Mencari Ayatal-Quran

Berdasarkan Kata dasarnya. Jakarta, Penerbit Mizan, 1996.

Said, Hasani Ahmad. “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fatẖ al-Qadīr

Telaah atas Pemikiran al-Syaukānī dalam Teologi Islam.” Tesis

S2., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2007.

_______. “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir dari

Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei

Darussalam,” Refleksi, no. 2 (2017): 205-231.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2012.

al-Siharanfuri. Badlu al-Majhūd fī Halli Abu Dawud. Bairūt, Dâr al-

Kutūb, t. t.

Sonhaji, HM. Ensiklopedia al-Quran Dunia Islam Modern. Yogyakarta,

PT. Dana Bhakti Primayasa, 2003.

as-Suyuthi, Jalaluddin. Sebab Turunnya Ayat al-Quran, terj. Abdul

Hayyie, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2008.

al-Syaukānī. Tafsir Fath al-Qadīr, terj. Tim Pustaka Azzam. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008.

_______. Nailul Authar, terj. Amir Hamzah Fachrudin dan Asep

Saefullah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

_______. Fatḥ al-Qadīr, Tahqīq dan Takhrij Sayyid Ibrahim. Mesir: Dar

al-Fikr, 1973.

_______. Irsyād al-Fuhāl ilā Tahqīq al-Haq min ‘Ilmu al-Usul. Bairūt:

Dar al-Fikr, t. t.

_______. Nāil al-Auṭār. Bairūt: Dar al-Fikr, t. t.

Syakir, Syaikh Ahmad. Muktashar Tafsir Ibn Katsir. Jakarta: Darus

Sunnah Press, 2011.

Syibromalisi, Faizah Ali, dan Azizi, Jauhar. Membahasa Kitab Tafsir

Klasik-Modern. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Syifa’i, Edham. Kamus Lengkap al-Quran. Jakarta: CV al-Hasanah, 1993.

Page 84: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

67

Tirmidzi. Sunah at-Tirmidzi, Indonesia: Maktabah Dahlan, t. t.

Umam, M. Helmi. “Pandangan Islam Tentang Korupsi.” Teosofi: Jurnal

Tassawuf dan Pemikiran Islam, vol. 4, no. 2 (2013): 463-482.

Ummah, Anis Khoiru Ummah. “Gratifikasi dalam al-Quran Menurut

Ahmad Mustofa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi.” Skripsi S1.,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2017.

al-Waahid, ‘Abu al-Hasān ‘Ali bin. Asbabū Nuzūli al-Qurān. Riyādh: Dar

al-Qiblah li al-Tsaqafah al-Islamiyyah, 1984.

Wiyono, R. Pembahasan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.

Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Yusuf, Nasruddin. “Konsep al-Quran Tentang Tidak Pidana Korupsi:

Telaah Terhadap Tafsir Tematik.” Jurnal al-Syir’ah, vol. 1, no. 1

(2019): 1-40.

az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.

Jakarta: Gema Insani, 2013.

Internet

Transparency International: The Global Coalition Against Corruptio.

Corruption Perceptions Index 2018. Berlin: Transparency

International, 2019. Diakses, 5 Juni 2019

https://www.transparency.org/files/content/pages/2018_CPI_Execu

tiveSummary.pdf

Page 85: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

LAMPIRAN

Page 86: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2000 Tentang; Risywah

(Suap), Ghulūl (Korupsi), dan Hadiah Kepada Pejabat1

م ي ح الر ن ح مالر الل م س ب Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang

berlangsung pada tanggal 23-27 Rabīul Akhir 1421 H / 25-29 Juli 2000 M

dan membahas tentang suap (risywah), korupsi (ghulûl), dan hadiah

kepada pejabat, setelah :

Menimbang:

1. Bahwa pengertian risywah dan status hukumnya, hukum korupsi dan

pemberian hadiah kepada pejabat atau pejabat menerima hadiah dari

masyarakat, kini banyak dipertanyakan kembali oleh masyarakat;

2. Bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa

tentang hukum masalah dimaksud.

Memperhatikan :

1. Pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat tentang masalah pengertian

risywah dan status hukumnya, hukum korupsi, dan pemberian hadiah

kepada pejabat atau pejabat menerima hadiah dari masyarakat yang

dikaitkan dengan penegakan pemerintah/manajemen yang bersih dan

sehat;

2. Pendapat dan saran-saran peserta sidang/Munas.

Mengingat :

1. Firman Allah SWT

1 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975 (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2011), h. 388-392.

Page 87: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

ام ل تمأ كلو افمر ي قام ن ك ام ال لو اب ماا لم ومتد ل بماط ل ب نمكم ب مي تم كلو اامم ومالمكم وملم الن ا م وماومامن تم ت مع لممو نم ل ث (٨١١)ب

“Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta yang lain di

antara mereka dengan cara yang batil dan (janganlah) kamu

membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

memakan sebagian dari harta yang lain itu degan (jalan berbuat)

dosa, padahal kamu mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 188).

)٩٢ ...(ل اط بمل ب م كنمي ب مم كالمومم اأمو لكتم المو ن ممامنمي ذ االهمي أميم“Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil... “ (QS. an-Nisā’: 29).

ة ... ب ماغمل ي مو ممال ق يمم ي غ لل يم ت )٨٦٨... (ومممن

“... Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang,

maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang

dikhianatinya itu...” (QS. Āli ʹImrān: 161).

2. Hadis-Hadis Nabi, dan Atṡār.

a. مح لام العمهاءمجمفملام عملمممع ت ماس ممل سمومه ي لمعمىاللل صمالل مو سرمن أم ن م غمرمف مي مقمف مه ل ممعم أذمهمومم كالمذمهمالل مو سرميما يمد ه ا مقمف مل تمد عم ملمفمأمهلما ت ي ب مف ممل سمومه ي لمعمىاللل صمالل و سرمممامث لمم أمكميلمدمه ي أمتمر ظمنمف مكمم أومكمي ب أمممث هله أموماهب ملىالل عمنمث أمومدمه ث مت مف مة لمالص دمع ب مةي ش عم ب مم أما ابمممفمدع ات ي ب مفمدمعم ملمفمأميمد ه اأذمهمومم كل ممعمن ام ذمهمو قي مف مانمي ت أ يمف مهلم ع ت مس نمل ام لعما م كدحمأمل غي ملمه د يمب د م ممسف ن مي الذ ومف ملمم أمهيلمدمه ي ل همرمظمنمف مه م أومه ي ب أماء غمرهلمه ب اءماجمري ع ب انمكمن إ ه ق نىعلمعمهلم يم ة ممايملق ا ممو ي مه ب اءمجمل إ أي اشمهمن م مقمف متغ لمب مد قمف مرعمي ت م اب ماءمجماةشمت نمكامن إ ومار ومخاالممب ماءمجمةرمقمب مت انمكمن إ وم اة رمف علمإ رظن ن ملمن إ ت حمهدميمممل سمومه ي لمعمىاللل صمالل و سرمعمفمرمث د ي حمو ب أمممه ي طمب إ الن ن م ت ب ثمنب دي يزمع ممكمل دمعمسم د مومأبوحيد ا ه ي لمعمىاللل صمب يميلسمفمممل سموم كانت كيف بب والنذور, اليمان كتاب ري, البحا )رواه وه

.النب(

Page 88: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

b. قمي د س المن م لجرمممل سمومه ي لمعمىاللل صمالل و سرملمممع ت مس ا ممة ي ب لت النب اهلما ا أمناب وومر م عم ممممد ام لمف مة مدمىالص لمعمرمممعب ذمهمومم كالمذمهما يمد ه أمال ل مم ىا لمعمممل سمومه ي لمعمىاللل صمالل و سرماممقمف ما

ن لممومه ي لمعمنمث أموماللمدمم حمفمبم ا

لمذمهملقي مف مهثعمب أمل ام عمبمامم أذمهمومم كا يمد ه ا دمعم ملمفمأمل ه م أه ي ب أمت ي ب مف نمي ملمه د يمب د م ممسف ن مي الذ وملمم أمه ي لمىإ دمه ي أمرمظن ي مت حم اهمن م م كن م د حمأمامميملق ا ممو ي مه ب اءمجملمإ أي شم خلممة رمقمب مو أماء غمرهلمر ي ع ب ه ق ن ىعلمعمهلم يم ة ا ار وماعنمي أمرمت حمه ي دميمعمفمرمث رمع ي ت ماة شمو أم ممث ه ي طمب إ ة رمف ا ت مر ممتغ ل ب مل همم هالل ا ي

ن عمر ممع اممنمث مد حماق ز الر دب عمنمرمب مخ أمالممد ي حمنب دب عمومممه رمب إ نب قحمث اإ نمث مد حم أمن عمةمومر عن عمي ر ه الز ع الس د ي حمب ممي د ا الن لمممع ت ماس ا ه ي لمعمىاللل صمب ممل ب اءمجمفمة مدمىالص لمعمد ز لما ن م لجرمه ي ب لت لانماب ممل سموم الن لمإ هعمف مدمفما ىل صمب

مقمف مممل سمومه ي لمعمالل ت يمد ه أة ي د همه ذ همومم كالاممذمهما مقمف مل الن لمها ىاللل صمب تمد عم ملمفمأمممل سمومه ي لمعم امممث لمم أمكمي لمىإ دمه ي أمرمظن ت مف مكمم أومكمي ب أمت ي ب مف الن )رواهمسلمعنأبانميمف سث ي د حمومنم رمكمذماث يبط خمممل سمومه ي لمعمىاللل صمب

.حيدالساعدي,تحريممهدايالعما(c. ا وميماش الر ممل سمومه ي لمعمىاللل صمالل و سرمنمعملم

يمش تمر ل وممامم ك الف ابالبمف ممةممملمسمم أومةمدمي د حمن اب ومةمشمائ عموومر م عمن ب الل د ب عمن عم ثي د ىحمسمي وع بأماأم أمن عمثي د لماا ذمهميمو رد مومح ي ح صمن سمحمث ي د حمةمرمي رمهب د ب عمن ب ةممملمسمب

عمر م عمن ب الل د ب عمن عمن ح مالر الن ن و اللل صمب أمن عميمو رومممل سمومه ي لمعمى ب الن ن عمه ي ب أمن عمةممملمسم ممح ص يملمومممل سمومه ي لمعمىاللل صمب ن ب الل د ب تعمع سم وماأمثي د حمو قي من ح مالر د ب عم الن ن عمومر م عمن ب الل د ب عمن عمهممملمسمب ىاللل صمب ي شمنسمح أمممل سمومه ي لمعم

ء ال دمهمف هريرةح صمأموماب بما أب عن الترمذي )رواه.الحكامعنرسوللله(

d. ا وميماش الر ممل سمومه ي لمعمىاللل صمالل و سرمنمعملم)رواهالترمذيعنعبديمش تمر ل

.اللبنعمرو,اأبوعيسىهذاحديثحسنصحيح(

Page 89: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

e. اللل صمالل و سرممام ش الر اللنمعملمممل سمومه ي لمعمى ا وميما شائ الر وميمش تمر ل ف

.)رواهأحدفمسندهوالربعةعنأبهريرة(م ك الf. ا لمهن أمد عس ممب ن ان عميمو ر ب مر ض ي شمب ة شمبمأخذ

يمل خفمن ي رمانمي د فمأمع طمى,ء ومهلي ب سم مع ب االت ة م ئ أمن م ة عماجممن عميمو ر, لمو المي ن عملجالر عمان صمين أم مبم ا: .يةلبناللأثير()النهاممل الظ افماخمذمإ ه ال ممومه س ف ن م

3. Kaidah Fiqiyah :

هاؤطمع إ ممرحمهذخ أمممراحممم“Sesungguhnya yang haram mengambilnya, haram pula

memberikannya.”

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI

MAJELIS ULAMA INDONESIA

(MUI)TENTANG RISYWAH, (SUAP)

GHULŪL (KORUPSI), DAN HADIAH

KEPADA PEJABAT.

Pertama : Pengertian

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan :

1. Risywah adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang kepada

orang lain (pejabat) dengan maksud meluluskan suatu perbuatan yang

batil (tidak benar menurut syariah) atau membatilkan perbuatan yang

baik. Pemberi disebut al-rasyī; penerima disebut al-murtasī; dan

penghubung antara rasyi dan murtasy disebut raisy. (Ibn al-Atsir, al-

Nihayah fi Gharib al-Hadist wa al-Atṡār, II, 226).

Page 90: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

2. Suap, uang pelicin, money politik, dan lain sebagainya dapat

dikategorikan sebagai risywah apabila tujuannya untuk memuluskan

sesuatu yang batil atau membatilkan perbuatan yang hak.

3. Hadiah kepada pejabat adalah suatu pemberian dari seseorang

dan/atau masyarakat yang diberikan kepada pejabat, karena

kedudukannya, baik pejabat di lingkungan pemerintah maupun

lainnya.

4. Korupsi adalah tindakan pengambilan yang ada di bawah kekuasaan

dengan cara yang tidak benar menurut Syariat Islam.

Kedua : Hukum

1. Memberikan risywah dan menerimanya hukumnya adalah haram.

2. Melakukan korupsi hukumnya adalah haram.

3. Memberikan hadiah kepada pejabat:

a. Jika pemberian hadiah itu pernah dilakukan sebelum pejabat tersebut

memegang jabatan, maka pemberian seperti itu hukumnya halal

(tidak haram), demikian juga menerimanya;

b. Jika pemberian hadiah itu tidak pernah dilakukan sebelum pejabat

tersebut memegang jabatan, maka dalam hal ini ada tiga

kemungkinan:

1) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat tidak ada atau tidak akan

ada urusan apa-apa, maka memberikan dan menerima hadiah

tersebut tidak haram;

2) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat terdapat urusan (perkara)

maka bagi pejabat haram menerima hadiah tersebut, sedangkan

bagi pemberi, haram memberikannya apabila pemberian dimaksud

bertujuan untuk memuluskan suatu yang batil (bukan haknya);

Page 91: RISYWAH DALAM TAFSIR FATḤ AL QADĪR KARYA AL SYAUKĀNĪrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49919... · 2020. 2. 3. · v ABSTRAK . KANSUL FIKRI SYAH . Risywah dalam

3) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat ada sesuatu urusan, baik

sebelum maupun sesudah pemberian hadiah dan pemberiannya itu

tidak bertujuan untuk sesuatu yang baik, maka halal (tidak haram)

bagi pemberi memberikan hadiah itu, tetapi bagi pejabat haram

menerimanya.

Ketiga : Seruan

Semua lapisan masyarakat berkewajiban untuk memberantas dan tidak

terlibat dalam praktek hal-hal tersebut.

Keempat : Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk

menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan: Jakarta, 27 Rabīul Akhir 1421 H.

29 Juli 2000 M.

Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia

Ketua Umum

Ttd.

K.H. M.A. Sahal Mahfudh

Sekretaris Umum

Ttd.

Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin