ilmurepository.unair.ac.id/86405/1/the role of insulin in...terapi insulin intensif memberikan...
TRANSCRIPT
-
r●
ツNaskah Lengkap
Pendidikan KedokteranIlmu Penyakit Dalam
Berkelanjutan XXXI
Editor:Askandar 1-okoprawiro, Poernomo Boedi Setiawan, Soebagijo Adi, Moch rhaha, GatotSoegiarto, Widodo
Editor Pelaksana :Awalia, Budi widodo, Muhamad Ujung Baehaqi, sarah Firdausa, Ni Made IntanDwijayanti, IstyRindryastuti, Rosita Rahmawati Baskoro, Hadiati Setyorini, AfifAmrullahRemolon, Sarah Yunara, Rizqi wachida, Aldrich Kurniawan, Muhammad Ivan Jazuli,Martino Handoyo, Miftah Fawzy Sarengat
@2016 PAPDI (Perhimpunan Ahli penyakit Dalam Indonesia) Surabaya
426 + xii hlm
ISBN 978‐ 602-95040-5‐7
Hak Cipta Ditindungi Undang-undangDilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku inidengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin penulis aai papol (perhimpunanAhliPenyakit Dalam Indonesia), Surabaya
Diterbitkan pertama kali oteh :PAPDI (Perhimpunan Ahli penyakit Dalam Indonesia)Surabaya, Mei 2016
-
一Iψ
ツ
DAFTAR ISI
l. Kata Sambutan Ketua Panitia PKB xxxl Ilmu penyakit Daram pApDI
Simposium :
4. History of IgA Nephropathy: Bench and BedsideProf. Yasuhiko Tbmino, MD, PhD... .. I
5. Trajenta@ (Linagliptin), an OAD of Gliptin Class withMetabolic-Cardiovascular Effects(Safe for T2DM-Pts with Impaired Renal and/or Hepatic Function)
6. Hypogycemia in Endocrinology ViewSri Murtiwi, dr., Sp PD, K-EMD lg
7. Deep Vein Thrombosis (DVT)Prof. Dr Ami Ashariati, dr., Sp.PD, K-HOM...... .. 33
8. Disseminated Intravascular Coagulation
g. PCPANDHTV/AIDSProf. Dr Nasronudin, dr Sp.PD, K-?TL........ 65
10. Medical Management ofHyponatremia
ll. Diagnosis and Therapy of Critical Limb Ischemia in DiabetesSoebagijo Adi Soelistijo, dr, Sp.PD,K-EMD g3
12. Peran Terapi Antitrombotik pada Critical Limb IschemiaSally Aman Nasution, dr., Sp.PD, K-KI/...........................:..........:................. gg
13. The Management of Human LeptospirosisM. Wtanata Arifijanto, dr, Sp.PD, K-pT1......... 106
lX
-
‘ 輸中.「
14. The Role of Intemist in the Integrated Management of Cancer AtauPeran "Spesialis Penyakit Dalam" dalam "Pengelolaan Kanker Teqpadu"Prof. Soebandiri, dr, Sp.PD, K-HOM...... ....:............... 114
15. The Role of Insulin in Critical IllnessProf. Dr Agung Pranoto, dr., MKes, Sp.PD, K-EMD ............. ll9
16. Role of Dapagliflozin in Prevention Hypoglycemia Type 2 Diabetes PatientsDuring RamadanDr. Sony llibisono, dr, Sp.PD, K-EMD...-... 134
17. Manifestasi Organ Pada SLE(Mengancam Jiwa)Dr Yuliasih, dr, Sp.PD, K-R ............ ..............,...... l4l
18. Medical Treahnent of Myeloma Associated HypercalcemiaDr S. Ugroseno Y Bintoro, dr. SpPD-KHOM 157
19. Renal Failure in Multiple MyelomaAditiawardana, dr., Sp.PD, K-GH 165
20. Medical Treatment of Superior Vena Cava SyndromeDr S. Ugroseno Y Bintoro, dr SpPD-KHOM 175
* 21. Febrile Neutropenia Related ChemotherapyMade Putra Sedana, dr, Sp.PD, K-HOM 182
22. Management of Dengue Shock SyndromeErwin Astha Triyono, dr, Sp.PD, K-PTI......... ...... 193
23. Tatalaksana Malaria Berat pada DewasaBramantono, dr., Sp.PD, K-PTL.........................:.. .................... 205
24. Volume overload in Chronic Kidney DiseaseChandra lrwanadi Mohani, dr., Sp.PD, K-GH......... ................. 220
25. Hipertensi Emergensillidodo, dr, Sp.PD, K-GH ................. 233
26. Management of Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidennal NecrolysisDr. Gatot Soegiarto, dr., Sp.PD, K-AI ........... ........ 239
X
-
ヽ
一ロ ツ
27. Atypical Presentation of Illness in OlderAdultFocus on : Acute InfectionJusri lchwani, dr,Sp.PD, K-Ger ........ 261
28. Perubahan Status Mental Pasien GeriatriFokus:DeliriumI{adiq Firdausi, dr., Sp.PD .. ................. ................. 272
29. Medical Managementof UpperGI BleedingProf. Iswan Abbas Nusi, dr, Sp.PD, K-GEH ........ 277
30. Geriatric TraumaNovira Wdajanti, dr, Sp PD, K-Ger ..................... 2g6
31. Asidosis Metabolik pada Penyakit Ginjal KronisProf. Djoko Santoso, dr, Ph.D., Sp.PD, K-GH .... 298
32. TatalaksanaAritmia Malign aSally Aman Nasution, dr, Sp.PD, K-Ky.......... ...... 312 r
33. Diagnosis and Management of Septic ShockProf. Usman Hadi, dr, PhD, Sp.PD, K-PTI ......... 330
34. Food Poisonirg (Keracunan Makanan)Prof. Dr Suharto, dr,MSc., MPdk., DTM&I{ Sp.pD, K-pTt..................... 337
35. Update on The Management of AnaphylaxisAri Baskoro, dr., Sp.PD, K-AL.......... .................... 350
36- Management of Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms(DRESS) SyndromeDeasy Fetarayani, dr., Sp.PD... .......... 362
37. Non-Surgical Managernent of Lower Gastrolntestinal BleedingIitong Sugihartono, dr, Sp.PD, K-GEH ............... 379
38. Medical Management of Hepatorenal SyndromeUmmi Maimunah, dr, Sp.PD, K-GEH .................. 392
39. Gagal NapasDr Ceva llicaksono Pitoyo, dr.,Sp.PD, K-n K-IC ................... 397
Xl
-
40. Gagal HatiAkut
Pοθr77ο″ο βο(ガ′1%′滋″α′,″ ,PD,(GEI.… ………………………………… 401
41.Pcndckatan DiagnostikArtritis Akut ‐
P“F Dκ Jaι wο4θ Sθθ“
sο ,″4 MSc,ル .P2κ択。,……………̈…………………………410
42.Hyperkalcmiain CKD助
“ンたノ隆 ガ′α4α,ル,シ・PD,(Gtt FIN/Sry.… … …Ⅲ■.…… …… .:.… … 415
^
沖
●
X
-
‘攣
ツ
of Insulin in Critical IIIness
of Endocrinology and Metabolism - Department of lnternal Medicineol Medicine Airlangga University - Dr.Soetomo Teaching Hospital, Surabaya
.Kadar glukosa darah yang tinggi saat opname telah diketahui mempunyai kaitankematian saat rawat inap pada pasien infark miokard akut dan pada stroke
Pada pasien DM yang rawat inap dengan infark miokard baik pada fase akutr setelah diikuti jangkapanjang mempunyai peningkatan factor risiko payahjantung
'dan peningkatan angka kematian. Beberapa laporan penelitian pada kelompokstroke akut, pasien DM dibanding dengan non DM mempunyai angka kematian
kecacatan neurologis yang lebih tinggi.
(Fava et al,1996).
i ini diakukan secara prospektif selama 3,5 tahun, dengan subyek DM 333 orangsubyek non DM 565 orang, Hasil penelitian menunjukkan kelompok DM
i mortalitas berasosiasi dengan glukosa darah saat masuk rumah sakitcofficient, r : 0.92,0.5 . p < 0.OZ), sedangka pada kontrol non DM
bermakna (r : 0.69, 0.2 < p < 0.5). Pada kelompok DM menunjukkan angkaand sex-standardized mortality yang lebih tinggi (r2.2yo vs 7.4o/o, p < 0.03),i angka tersebut menjadi tidak bermakna jika glukosa darah saat opname dilakukan
ndarisasi. Disimpulkan bahwa pada pasien DM dengan infark miokard mempunyaiprognostik yangjelekjika saat opname kadar glukosa darah tinggi. peningkatanmortalitas DM dengan serangan infark miokard terkait dengan statusikemia saat opname
mvocardial infarction even in nondiabetic patients.(Norhammar et al, 1999).Studi ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada pasien non DM setelah seranganinfark miokard akut, faktor kadar glukosa darah saat opname terkait dengan hasilklinik jangka panjang. studi dilakukan di Departemen Kardiologi Rumah SakitKarilinska, bersifat kohort retrospektif pada 197 pasien non DM dengan infark miokard
PERHIMPUNAN DOKTEB SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA CABANG SURABAYA 119
ffihgPranoto
ヽ
-
Agung Pronoto
akut yang diikuti selama 1,5 -2,5 tahun. Hasil penelitian, saat masuk opname kadar
glukosa darah rata rata 8.15 +l- 3.0 mmol/I, selamafollow up ditemukan pasien
meninggal60orang(3}%\,opnameyangdisebabkanpayahjantungsejumlah20orang(lo%),opname ulang karena serangan infark non fatal 12 orang(6o/o),dan setidaknya
pasien yang mengalami setidaknya I angka kejadian sejumlah7g (4}%).Kadar glukosa
darah saat opname merupakan faktor prediktor independen terhadap nonfatal
reinfarction (P:0.006), opname ulang karena payah jantung (P:0'0034)' dan
angka kejadian maior cardiovascular event (P : 0.0042) dan pada observasi jangkapanjang menunjukkan kenaikan ringan bermakna untuk angka kerjadian kematian (P
= 0.09), dengan analisis multivariate Cox proportional hazard regression model,
yang memungkinkan untuk memasukkan semua variabel perancu pada saat awal'
Disimpulkanbahwa glukosa darah saat opname merupakan faktor prognostikuntuk
kejadian hasil akhir yang akan datang pada pasien non DM dengan infark miokard
akut. Temuan ini mengindikasikan bahwa kadar glukosa darah saat opname tidak
hanya mencerminkan stress akut, tetapi juga merupakan pertanda gangguan metabolism
glukosa yang memperjelek prognosis pasien dan memerlukan intervensi.
Penelitian ini ditujukan untukmengetahuiprevalensi hiperglikemia padapasien
inap dan untuk mengenali hasil fungsional dan harapan hidup pada pasien den
hiperglikemia baik yang disertai riwayat DM atau non DM sebelumnya. Peneli
dilakukan di Gθ θrgJα Bαρ`Jsι
MCグ Jεα′Ccr7′θr, suatu rumah sakit pendidikan
kawasanAtlanta, GA, dari I Juli 1998, hingga 20 oktober 1998, padapasieu sej
2030 orang dewasa. Definisi hiperglikernia jika gula darah puasa saat opname I
mg/dl, dan gula darah acak diatas 200 mg/dl. Pasien opname ditemukan hipergliker
3g%, dengan riwayat DM sebelumnya 26Yo, dan tidak ada riwayat DM sebe
opname 12%. Pasien opname yang meninggal dilaporkanpaling tinggi pada kelom
hiperglikemi yang baru ditemukan saat opname (16%) diikuti dengan kelompok
riwayat DM sebelumnya (3%), dan kelompok normoglikemia ( 1,7 o/o),ketigake
terebut berbeda bermakna p
-
The Role of lnsulin in Critical lllness
tersebut mengindikasikan bahwa pasien hiperglikemia kebih saat opname lebih banyakjumlahnya dibanding dengan kelompok yang punya riwayat DM atau nonnoglikemia,danmerupakan faktorprognostik terkait dengan terhadap hasil klinikjelek, dan mortalitas
tinggi, dan hasil klinik yang kurang baik (Gambar l).Pada pasien kritis yang rawat inap dengan hiperglikemia memerlukan penangananlebih intensif, mengingat banyak laporanpenelitian bahwa stress hiperglikemia
i terkait dangan hasil klinik yang jelek, yang merupakan faktor prognostiksuatu kebijakan untuk deteksi dini dan kontrol glikemik intensif dengan
in sanga
Normoglycomla
Hormoglycemla Xnorrn NBwDi{bet6$ Hyperglycernla
3。 ” ”
(ド)お一一”〓o讐
m 2。 ”
(ゞ
γお轟「to議
”
神
”
。
F)ご38〓
Normoglyceml& KnownDlabales
NorvHyporglyecmla
CPく 0`01
1. Angka kematian pasien opname dengan normoglikemi, DM, danyang baru (Umpierrezet a1,2002).
DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA CABANG SUMBAYA
:
hiperglikemia
121
「r甕゙ ・ツ
ameb螂pソH¨
』n a
K劇
-
Agung Pronoto
Pathogenesis of hyperglycemia in Critically in patient
pada pasien kritis, hiperglikemia merupakan faktor determinan independen untuk
prognosis penyakit. Hiperglikemia yang terjadi pada pasien kritis timbul disebabkan
pelepasan counter-regulatory stress horrnones (corticosteroids and
catecholamines) dan proinflammatory mediators dan penggunaan exogenous
corticosterolds, vasopresor,danparenteral solutions berisi cairan infus rnengandung
dexfiose. Pelepasan hormon glukagon memfasilitasi proses glukoneogenesis, juga
kortisol dan epinefrin, menjadi penyebab konhibutorutama stress hiperglikemia (Mizock
200 I ; Dungan et al 2009). Sakit kritis juga merusak sitem imun dan respon inflamasi,
bisa mencetuskan stress oksidatif, disfungsi mitokondria, kematian sel, kerusakan
jaringan, dan akhirnya terjadi gagal organ (Mizock 2001; Dungan et al 2009;
Inzucchii2006) (Gambar 2).
::mmune funclon
tWound heall19
1〔SIresse oxldativo
↑Endotheld dYStuncJon
↑infiammatorY factors
Sness hyperglycemia
122
Gambar 2. Mekanisme stress hiperglikemia (Vianna et al, 1014)
「
~~~~~~"~~
:
―… … “ … …
… “― -1
1「
:
l
l
l
i
1
1
1
1
1
1
1
一
1:
|:
::ll
l:11
1晨
:1
1111
11111:
:
PENDID KAN旺00KTERAN BEsKFLAN」 UTA:LMUPENⅥ 樹T DALAM瑯 |』
“r.
-
・”甲 ジ
Role oflnsulin in Critrcal lllness
Evidences The beneftcial elfect of Insulin
ulin (Van den Berghe et al 2001).
penetitian prospektif acalg dengan kontrol, telah'ditakukan pada subyek dewasa,
rawat inap pada unit intensif bedah yang nrendapatkan ventilasi mekanik. Pada
masuk rawat inap, pasien dilakukan randomisasi untuk menerima terapi insulin
if (mencapai target glukosa darah antara 80-110 mg/dl) atau mendapat terapi
ional(insutin infus hanya diberikanjika glukosa diatas2l5 mg/dl dan menjaga
glukosa antara 180-200 mg/dl). Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa setelah l2 bulan,
iasien yang ikut penelitian 1548 orang, ditemukan bahwa suntik insulin intensif dapat
menurunkan angka mortalitas dari 8o/o menjadi 4,60/o (p
-
Agung Pranο tο
Pancl A adalah pasien yang keluar hidup dari rLlang intensifdan untuk Panel B yang
kcluarhidup dari mmah sakit,pada kcdua kelompoktcrscbutttenuttukkanperbedaall
bcl■llaklla(suⅣ市al padaruallg intensit nominal P=Q.005 danα ォ郷ιιグP
-
一
ψ
ツ
of hsu‖ nh Cr‖ cJ‖ nesS
7′ Pα`
.(Joshi
,2014).
itian bersifat retrospektil studi observasional, pada rumah sakit "a contmunity-
teaching hospital system among adult, nonmaternity hospitalized patients",
tahun 2008 sampai 2012, sejumlah 18.919 masuk ICU. Pasien dengan kadar
kosadarah antara 80 - I l0 mg/dl rata rata angka kematian lebih rendah dibandingItl - 140 mg/dl, dan l4l - 180 rng/dl, yaitu 8ol0,9,4o/o,dan l2,9Yo'Pada
ih pasien dengan target glukosa antara 80-l l0 mg/dl ALOS (average length of
) menurun dari 4 menjadi 2,9hai (p
-
Agung Pronoto
Sasaran kendati glikemik diharapkan dapat dicapai tanpa menimbulkan kornplikasiakibat insulin, dengan cara melakukan penurunan kadar glukosa darah secara hatihati. Adapun sasaran kendali glikemik pada rawat inap adalah sebagai berikut:
l) Pasien DM dengan penyakit kritis: 140-180 mg/dl2) Pasien DM dengan penyakit non kritis:
a. Sebelum makan: 100-140 mg/dlb. Acak: < 180 mg/dl
Kebutuhan insulin pada pasien rawat inap dapat diberikan secara infus intravenakontinyu atau subkutan, secara terprogram atau terjadwal (insulin prandial, l-2 kaliinsulin basal, dan kalau diperlukan ditarnbah insulin koreksi atau suplemen). Kebutuhaninsulin harian total dapat didasarkan pada dosis insulin sebelumperawatan atau dihitungsebagai 0,5-l unit/kg BB/trari. Untuk lanjut usia atau pasien dengan gangguan fungsiginjal, hendaknya diberikan dosis yang lebih rendah, misalnya 0,3 unit/kg BB/hari(gambar 4).
(cgawrtdaturatandi.bct s
{,rrHsiooiir d,dtjerikHiperotrnolar ncx
lotclik
l(efl.ratdaruratannondi.b.t s
Sepsirjrl{ark nriokEr$ €kui
StrokeKelidabtlb knlBmixJtaftik
'Ferrcmaan gJxrxi5egsr8 cenqdn
gluko$ darah ii:^Eqi
Glukog drnhtldrUruk rtrrkrfld.ll:
,lefraknialt ltes.ldOpe(ali defl$an keficall 6{)
burukatau haru: puasaht$h dari tx eakm
Slroke yart rremtrutuhka\rurri5i pErentFrdi
hsien derlqan fiutrisiparenterd rotai
126
Gambar 4. Bagan Kebutuhan insulin rawat inap.
”
‐
-
一
にい
・ツ
The Role oflnsu‖ n ln Critical l‖ ness
lKebutuhan insulin Sub Kutan pada pasien rawatinap dapat berupa
Kebutuhan insulin basal didasarkan pada asumsijumlah insulin yang dibutuhkan
sesuai dengan produksi glukosa hepatik (endogen), yaitu 40-50oh daikebutuhan insulin
hariantotal
2. Insulin prandialKebutuhan insulin prandial ditentukan berdasarkan asumsi jumlah insulin yang
dibutuhkan untukmilmenuhi kebutuhan peningkatan gula darah sesudah makan
3. Insulin koresionalKebutuhan insulin koreksional merupakan jumlah insulin yang diperlukan untuk
mengoreksi kadar glukosa darah yang melebihi sasaran glikemik yang telah ditentukan
pada waktu tertentu. Secara umum, kebutuhan prandial/nutrisional atau koreksi/
supplemental per dosis biasanya sekitar lO-20% dari kebutuhan insulin harian total.
Ketiga jenis kebutuhan,insulin tersebut diatas dapat mengalami perubahan dari
kebutuhan harian pasien sebelum dirawat, tergantung dari beratnya stress metabolik
yangdialami.
Insulin Therapy Protocol for critically itl patient (Perkeni, 2015)
Terapi insulin IV kontinltu
Persyaratan memulai insulin IV kontinyu
1. Sesuaiindikasi
2. Secara teknis memungkinkan: prasarana tersedia (syringe PumP, mikrodrip,
alat pemeriksaan glukosa darah mandirilglucometer), tenaga kesehatan yang
terampil, memungkinkpq uqtuk dilakukan pemeriksaan glukosa darah yang
intensif (yang pada awalnya perlu dilakukan tiap jam)
3. Kadar Kalium > 3 mEq/L
4. Jenis insulin yang digunakan: kerja pendek- 5. Upayakan konsentrasi insulin I UniVml
PERHIMPUNAN DOKTER SPESlAL:SP[NYAKIT DALAM IN00NES:A CABANG SURABAYA127
-
Agung Pronoto
Dorisawal0,S-1 Uliam
< I00 ng/dL.tauklinir di:Japitlan
hipoqlikemia
Ossis dirurunknnsampai 5$li,$dri
co$r terakhir
Dmi:dlturuniran
sampai 2596 daridoys lrrakhir
Gambar 5. Insulin IV kontinyu pada pasien rawat inap
PENDTDTKAN KEDoKTERAN BERK+ANJUTAN tLMU pENyAKtTDALAM D0(-2016
*1
128
Senulunanglulosa drrah>fl)rngy'dl
['enrrunanglukora darah
> 60mg/dl
-
Bila pasien sudah pemahmenggunakan insulin dan glukosadarah terkendali baik, gumakan dosissebelumnya
Bila pasien belum pemahmenggunakan insulin, dansebelumnya mendapatkan insulin IVkontinyu, dihitung dosis total/24 jamterlebih dahulu. Dapat diberikandalam bentuk
A. Insulin prandial dengan dosis 80%dari total dibagi 3
atauB. Kornbinasi basal dan prandial
dengan rasio 50% basal dan 50%prandial dibagi 3 kali pemberiandari 80% dosis total/24 jam
Bila pasien belum pemahmenggunakan insulin dan sebelumnyatidak mendapatkan insulin IVkontinyu, dimulai dengan insulinprandial 3 kali 5-10 unitI ong acting insulin mulai diberikan ,bila: IA. Glukosa darah siang dan malam
sudah terkendali, tetapi glukosapuasa masih tinggi :
B. Total short acting yang diberikan> 30 atau 50 unit/hari, tetapiglukosa darah belurn terkendali
o Dosis insulin basal dan prandialdinaikkan/diturunkan secara bertahap2-4 unit setiap kali pemberian,berdasasrkan hasil kurva glukosadarah harian
」
■
ツ
日■■■ヨ題颯翅週111111111111
1
Role oflnsu‖ n in Crkicall‖ ness
翼“物
`′助b働″
“あsぉ ′θttα2ノ
墜 _11.Rcglmen tcrapl dOsis insulin terbagl pada pasien rawatinap
PERHIMPUNAN 00Kr[R SPESiALiS P[NYAKIT DALAM IN00NESiA CABANG SURABAYA129
-
Agung Pronoto
Resimen Sub Kutan koreksional
Jika kadar glukosa puasa tidak mencapai target, perlu dilakukan penyesuaian dosis
insulin malam untuk memenuhi kebutuhan basal. Dosis koreksional ini ditentukan
berdasakan:
. Pola kadar glukosa darah yang terekarn pada catatan pemantauan pasien
. Dosis insulin, asupan makanan, dankegia!4nfisik'pasien sebelumnyao Asupan makanan dan kegiatan fisikpasien yang akan diberikan selama periode
pemberian dosis koreksional.
Koreksi biasanya dilakukan dengan menaikkan dosis insulin rapid atau short-acting
sejumlah l-2 unit, atau bisa juga dengan menaikkan sejumlah 3% kebutuhan insulin
harian total.
References
Fava S, Aquilina O , Azzopardi J, Agius Muscat H, Fenech FF 1996 The prognostic value
of blood glucose in diabetic patients with acute myocardial infarction. Diabetes Med
l3:8G-83
. Norhammar AM, Ryden L, Malmberg K t999 Admissiotr plasma glucose: independentrisk factor for lgng-term prognosis after myocardial infarction even in nondiabetic patients.
D i ab e tes Care 22:t: I 827 - 183 I
PENDTDTKAN KEDoKTERAN BERTTELANJUTAN ILMU PENYAKTTDALAMXIXT-2016
緯
、
Tabel2. Regimen terapi dosis insulin koreksional pada pasien rawat inap
130
―
―
―
―
―
‥
i
I
E
E
E
E
E
E
L
E
E
壼
E
凰
□
園
o Biasanya digunakan pada pasienpasca insulin IV kontinyu yangglukosa darahnya relatif terkendalitetapi terdapat peningkatan glukosadarah sewaktu yang tinggi
o [nsulin basal dimulai dari dosis 0,25-0,5 unit/kg BB/hari
o Insulin short/very short actingdimulai dengan dosis 5-10 unit setiapkali pemberian
o lnsulin basal dinaikkan bertahap 5-10unti sampai glukosa darah puasamencapai target
. Insulin short-acting/very short actingdiberikan sesuai dengan pola glukosa
darah yang meningkat pada eveluasikurva glukosa darah harian, dinaik*an
5-10 unit setiap pemberian
-
●
ルい ・ツ
oflnsu‖ n in Cltical lllness
Umpierrez GE,Isaacs SD,Bazargan N,You X,Thaler LM,Kitabclj AE Hyperglycemia:
an independent rnarker ofin― hospital inortality in paticnts with undiagnosed diabetes ノ
CI:れ E“ノοιガ″ο′励 b.2002;87:978-982.
van den Berghe Q Wouters R`Veckers R Venvaest C,Bruyninckx R SchetZ M,Ct al.
Inお nsive insulin therapy in criticJly ill patien“ .N EnglJ Med.2001;345(19):1359-1367.
Mizock BA.Alterations in iel metabolism in criticalillness:hyperglycacnlia.Best Pract
Res ClinEndocrinol Metab.2001;15(4):533-551.
Preiser JC l,Devosユ Ruiz― Santana S,M61ot C,Annanc D,Groencvcld J,塾 ユ 夏 璽 £
Leverve X,NitenbettQ望 襲9二 Wemerman J,Joannidis M,Stecher A,Chio16ro R.A
prospective randonlised rnulti― centre controlled trial on tight glucose control by inte■ sive
insulin therapy in adult intens市 e care unitS:the Clucontrol study.Intens市 e Carc Mcl.
20090窮 35(10)173848.
JOshi R,Patcl S,Wertヽ こParvathancni A,Chcriyath P.Decreasedmortality with
ughtg,cemiCCOntrolin cri● cJly llゎ ajentS:a retrospective ana,slhalargecolllmujty
llospttal system.Endocr Pract.2014 Sep;20(9):907-18
18 Dungan KM,Braithwaite SS,Preiser JC. Stress hyperglycaemia.Lancet.
2∞■373o677)179卜 1807.
Inzucchi SE. Clinical practice. Management of hyperglycemia in the hospital setting. N
Engl J Med. 2006;355(18):1903-191 1.
Viana MV Moraes RB, Fabbrin AR, Santos MF, Gerchman F. Assessment and treatment of
hyperglycemia in criticallyill patients. Rev Bras Terlntensiva. 2014 Jan-Mar1'26(l):71-6.
Perkeni 2015. Petunjuk praktis Terapi Insulin pada Diabetes Mellitus.
―‐‐oOo―‐―
PERHIMPUNAN 00KTER SPESiALIS PENYAKIT DALAM lN00N[SiA CABANG SURABAYA
-
Lanrpiran 1. (Griesdale et al, 2009)No d●●thl′ 。ヽtal llo,atiCl` 3
1T (ontrol R'メ 子●,:。 eS"C,t!vou.: tlT*- Idvfrr.1(ont(ol------i9tu.rt
Mix●d lCu
He`〕
`er,。
ll et al.'1
1.lit(helt et● 1_緊 1
W。 ●9■ 31'
|●夕,9ed● et at.II
M(Mo:"n et at“
腱 v●set J i'
erunth● r`te、 |11_1=
`●
pth)no et al.I・
“
e et al.“
2'"■ 9 et aL“
De議 RO鶴 C●●l et● 1.'″
″ ati et al;。
Mat'enrie et a,・ |
"1(績
Sヽじ 6AR`
ガ′rntI● d′
`し,"たo●
Medi‐:iCt
B●nd et● L='
Van den eer9he et al.●
Wi'1● ●tt al.'
Fo,● h et tll、 :=
0なうonen et o'■
日,●■o ete:為
^ll"゛di〈
“′てυp●●●n3
St179kal iCu
Van de● 8er9卜ぐ嗽●1● 5'65
Cr゛ γ“̀凛
:おお ″34
8凛o薇`●
tヵ :薇 W40Ho et at rl ,′ lSO
BIloita ct壽 ,'1 943
ガ′"r91`〕
′rctr patlens '77103ン
ス′′′CV′嗜tlent■ 1681κ 蟷12
4・2' 0'0(027-3■ 場ア′35 070102● 22→3/〕5 300408卜 101■
2編 0.2ツ t013‐ 0_,7)421169 091t062-1.341
4/9 123t04ゝ 304b89ろSl l 16(0_93・ ■_SS)
102r238 1.121090‐ i3"
124S '_25(066‐ 2002964 0は 1絆 〕7-1001
御170 06′ 10_1年 2.35)
9●/250 10,0讚 ″1勁
8Mr257 0田 (064‐ 1091
4'′ ,ヽ9 002(0.S3-1.15)
751′30:2 1 10(1.01‐ 120130175039 099(087‐ 1、 12)
215 0"(00卜 3,91)
22860S 09S(032‐ 1.11)
側12 2‐ 711(01卜6248)
22/43 1.:7(0'7-17131
i&51 094t05,16810F15 2,O10_13・ 4■
“
)
ン∝736 1000'8■ t.20
8983 066t043-0,2)6/2, 0.鈴 0.17-16917/38 0.8140.30・・2201
6738 030o.11‐ 0.3崎
6■9 0 8S t0 28-2601
11鱒 35 06〕 ぶヽ44-091)
1631/6ン60 093(0.33-1.041
|‐ ||‐
― =‐: | ||‐
|■■_~二 |‐ ■
|,:
“
28
,32
973,
ソ′撻
38r168
″11
1077650
観 47
1ツ4`
10`8
釧 68
1072驚
72/26●
3W12'
32W3010
13,1.SOSl
175
21695
1′ 13
22741
13r39
2/31
25りを4
1
"`●
●●
“
(●|"Cl)
Risk ratios of mortality in clinical trials comparing intensive insulin therapy(IIT) to conventional glycemic, control stratified by type of ICU. Tests forheterogeneity: mixed ICU: Q statistic : 29.54 (p< 0.01), 12 = 52.6%o; medicalICU: Q statistic : 2.05 (p : 0.84), 12 = 0.001; surgical ICU: Q statistic = 2.78φ =θ.6の,/2∫″ris″εθ.θ ,そ α〃ICυ′α′Jθ′rs・「gs″′ぉ″ε=ィ
`σ
7●
-
r出一 γ
ofinsu‖ n in Cltical‖ iness
2. (Griesdale et al, 2009)
lio. a,afiLr i tot.l no- p.tilnta
m Coctrsl Rhk ratio(gtlicl
血n日
“憫幹 ,t atr
frYorrrl lll Frm{rr: aontrol
0t {l.r'et alお
|"●●燻
“
0'
獣 ●:.1'
“
al."
li iorr G{rr{ "t
*l,qGt al"rr
rt ,1.*13mthe et薔 1.1'.購劇トヤ蛉 et nl.破
■′●bl曖 al綺
Uxlnlri"r,iri.$lltc[.tuGAR.r
o,t4.fl
幹 83 665(,3)‐ 1562}
1/35 7.66(1ひ 58、 師):局 1001o_08‐ 1193)
'97605 ,、94(37o-9,4)
Or35 ,,Oo 40 63-,91、 69)
6716, 453(1,92-10.631
2ノ250 10〕 3(2.4543.61)
'9551 361(20「6.31)
1ん 1 9、 1,(117‐71.35,1″290 411(2.2,-7.6〕 )
ν45 257(07".11)
8r257 9、 18“ 52-1863)
9/119 5.46(2.82-1● 601
,y=014 137213_1'23`12)
9“700 599“ 47‐303)
●r76S
7r32
lFS
'11お,5
ダ35
2フ′163
21滋 54
贅/550
789
42247
0r45
7確66
507121
206F3016
6,●●,■
o t ,,ri rro. ,rr* ii
Risk ratios of hypoglycemic events in clinical trials comparing intensive insulintherapy (IIT) to conventional glycemic control. The dashed vertical line representsthe pooled estimate. There was significant heterogeneity between trials (Q statistic= 20.71, p:0.0B, 12:37.0%o). Note: CI: confidence interval.
PERHIMPUNAN 00KTER SP[SIAL:S PENYAK:TDALAM iN00NESiACABANG SURABAYA 133
StⅢ