rosmawati kti

65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemi defisiensi besi merupakan jenis malnutrisi yang masih banyak di jumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia (Beck 2000). Salah satu kelompok masyarakat yang rawan menderita anemi gizi adalah wanita usia subur (WUS), termasuk ibu hamil, remaja putri dan kelompok lainnya terutama yang berpenghasilan rendah (Depkes RI, 2002) Kejadian anemia disebabkan karena pola konsumsi makanan masyarakat di Indonesia yang masih didominasi oleh sayuran, sebagai sumber zat besi yang sulit diserat. Sedangkan daging dan bahan pangan hewani yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan. Disamping itu keadaan tertentu seperti keutuhan yang meningkat pada waktu perumbuhan, mengidap penyakit

Upload: bogel-andy

Post on 03-Jan-2016

546 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kejadian Anemia di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun 2010

TRANSCRIPT

Page 1: ROSMAWATI KTI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemi defisiensi besi merupakan jenis malnutrisi yang masih banyak di

jumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia

(Beck 2000). Salah satu kelompok masyarakat yang rawan menderita anemi gizi

adalah wanita usia subur (WUS), termasuk ibu hamil, remaja putri dan kelompok

lainnya terutama yang berpenghasilan rendah (Depkes RI, 2002)

Kejadian anemia disebabkan karena pola konsumsi makanan masyarakat

di Indonesia yang masih didominasi oleh sayuran, sebagai sumber zat besi yang

sulit diserat. Sedangkan daging dan bahan pangan hewani yang diketahui sebagai

sumber zat besi yang baik jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan.

Disamping itu keadaan tertentu seperti keutuhan yang meningkat pada waktu

perumbuhan, mengidap penyakit kronis serta kehilangan darah karena infeksi

parasit (Malaria dan kecacingan) akan memperkuat anemianya

(Depkes RI, 1998).

Satu diantara tiga remaja putri di Indonesia menderita anemia. Hal ini

dapat dimaklumi karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang

membutuhkan zat gizi yang lebik tinggi termasuk zat besi. Disamping itu remaja

putri mengalami menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi lebih

Page 2: ROSMAWATI KTI

tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsinya juga lebih rendah dari

pada pria karena faktor ingin langsing (Depkes RI, 1998).

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak akibatnya dapat menurunkan

prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja, disamping itu penderita

kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh, yang mengakibatkan

mudah terkena infeksi. (Depkes RI, 2002).

Kadar hemoglobin yang kurang dapat digunakan sebagai indikator anemia

defisiensi besi (Halberg et al, 2003). Dari segi kesehatan masyarakat anemia gizi

diasosiasikan dengan snemia defisiensi besi. Prevalensi kekurangan zat besi di

negara berkembang jauh lebih tinggi dari negara maju, yaitu masing-masing 36%

dan 8 % (Demaeyer, 2003), prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri di

beberapa negara yaitu : 82,5 % di Bangladesh, 23 % di China dan 42,2 % di

Filiphina (Demaeyer, 2003). India ditemukan 74,7 % remaja putri (12-19 tahun

(Kotecha, 2000). Di Indonesia prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri

tahun 2006 yaitu 28 % (Depkes RI, 2007). Data Survey Kesehatan Rumah tangga

(SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada balita 40,5%,

ibu hamil 50.5 %, ibu nifas 45,1 % remaja putri usia (10-18 tahun) 57,1 % dan

usia 19-45 tahun 39,5 %. Dari semua kelompok umur tersebut wanita mempunyai

resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri.

Hasil penelitian bagian gizi FKM UNAIR (Bernadeta, 1998) terhadap

remaja putri SMU 2 Maumere Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur

Page 3: ROSMAWATI KTI

menunjukkan prevalensi anemia 64,1 %. Sedangkan hasil penelitian Lestari, dkk

(1998) dalam Abd. Kadir pada remaja putri SMU Dati II Bogor menunjukkan

bahwa prevalensi anemi sebesar 50,5 %.

Prevalensi anemia pada remaja putri SMU di Provinsi Sulawesi Tenggara

mencapai sekitar 43 % untuk tahun 2006 dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan

sekitar 16 % atau mencapai 59 % remaja putri yang menderita anemia dan

menurut kemungkinan kejadian serupa dari hasil penelitian sebelumnya dapat

terjadi khususnya di MAN 2 Kendari, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kejadian Anemia di

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun 2010”.?

C. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh informasi pengetahuan remaja putri tentang kejadian

anemia di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun 2010.

Page 4: ROSMAWATI KTI

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi dan masukan pada Dinas Pendidikan

Kab. Konawe pada umumnya dan pada khususnya MAN 2 Kendari bahwa

anemia dapat mengakibatkan menurunnya gairah, konsentrasi dan prestasi

belajar serta dapat mengganggu pertumbuhan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat

umumnya dan khususnya bagi remaja putri tentang adanya masalah anemia

serta faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam rangka

menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan.

Page 5: ROSMAWATI KTI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada

deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara

Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang

ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan

muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk

mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau

dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang

baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan

aroma masakan tersebut.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman

inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.

Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan

observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris

tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila

seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala

Page 6: ROSMAWATI KTI

yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa

didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.

Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan

sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan

melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme

lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada

pengalaman.

Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman

seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan

seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak

untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status

kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan

atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah

visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

Page 7: ROSMAWATI KTI

b. Media

Media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio,

koran, dan majalah.

c. Keterpaparan Informasi

Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary

menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun

ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain

itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan

oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik

untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,

mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara,

kode, program komputer, database. Adanya perbedaan definisi informasi

dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible),

sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang

diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta

diteruskan melalui komunikasi.

Page 8: ROSMAWATI KTI

2. Tinjauan Tentang Anemia

a. Pengertian Anemia

Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia. Prevalensinya

masih tinggi terutama pada wanita hamil, anak balita, anak sekolah, dan

pekerja berpenghasilan rendah. Prevalensi anemia gizi pada balita di

Propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1995 adalah 40,5 % dan meningkat

menjadi 48,1 % pada tahun 2001 (Depkes RI, 2003).

Prevalensi anemia gizi yang tinggi ini dapat membawa akibat

negative seperti : 1) Rendahnya kemampuan kerja jasmani dan

produktivitas kerja, 2) Rendahnya kemampuan intelektual, dan

3) Rendahnya kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tingginya angka

kesakitan. Dengan demikian konsekwensi fungsional dari anemia gizi

menyebabkan turunnya kualitas sumber daya manusia (Husaini, 1989).

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin,

hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal

(Arisman, 2002). Beck (2000) mendefinisikan anemia adalah suatu

keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb) lebih rendah

dari nilai normal.

Sedangkan menurut Supariasa, dkk (2002) anemia adalah suatu

keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal,

yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Adapun

batasan anemia menurut Departemen Kesehatan 1995 adalah anak balita:

Page 9: ROSMAWATI KTI

11 gram %, anak usia sekolah: 12 gram %, wanita dewasa: 12 gram %,

laki-laki dewasa: 13 gram %, ibu hamil: 11 gram % dan ibu menyusui > 3

bulan: 12 gram % (Supariasa, dkk, 2002).

b. Epidemiologi Anemia

Secara epidemiologi, anemia merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang hampir merata di seluruh dunia, pada segala umur dan

mulai dari dahulu sampai sekarang. Anemia banyak terjadi pada masa-

masa tumbuh kembang seperti pada bayi, anak balita dan anak usia

sekolah (7-19 tahun). Pada masa ini, semakin bertambah usia maka

kemungkinan terkena anemia semakin besar sampai pada usia dewasa.

Pada saat usia dewasa tua, secara epidemiologi terjadinya anemia semakin

menurun kecuali pada wanita yang hamil, bersalin dan menyusui

(Depkes, 1998).

c. Patofisiologi Anemia

Anemia terjadi karena penurunan produksi sel darah merah seperti

anemia defisiensi besi dan bisa juga karena peningkatan penghancuran sel

darah merah seperti anemia karena perdarahan dan anemi hemolitik

(Husaini, 1989).

Page 10: ROSMAWATI KTI

d. Penyebab Anemia

Menurut Depkes RI (1998), sebagian besar anemia di Indonesia

disebabkan oleh kekurangan zat besi yang merupakan komponen

pembentukan hemoglobin atau sel darah merah, oleh karena itu disebut

anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi ini terjadi karena kandungan zat

besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan,

meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, dan meningkatnya

pengeluaran zat besi dari tubuh.

Anemia gizi dapat terjadi akibat rendahnya kadar zat besi dalam

makanan, tetapi dapat juga terjadi akibat perdarahan yang banyak atau

akibat penyakit kronis seperti malaria (Syahmein, 2002). Menurut

Almatsier (2003), penyebab masalah anemia adalah kurangnya daya beli

masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama

dengan ketersediaan biologik tinggi (asal hewani), dan perempuan

ditambah dengan kehilangan darah melalu haid atau pada persalinan

e. Klasifikasi Anemia

Secara morfologis anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran

sel dan haemoglobin yang dikandung sebagai berikut:

1) Makrositik

Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah

besar dan jumlah haemoglobin tiap sel juga bertambah, Ada dua jenis

Page 11: ROSMAWATI KTI

anemia makrositik yaitu anemia megaloblastik dan non megaloblastik.

Kekurangan vitamin B12, asam folat atau gangguan sintesis DNA

merupakan penyebab anemia megaloblastik. Sedangkan anemia non

megaloblastik disebabkan oleh eritropoiesis yang dipercepat dan

peningkatan luas permukaan membrane.

2) Mikrositik

Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan suatu tanda

anemia mikrositik, penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan

sintesis globulin, porfirin dan hem, serta gangguan metabolisme

lainnya.

3) Normositik

Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah.

Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah,

meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit penyakit

hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati (Citra Kusumasari, 2000

dalam Abdul Kadir, 2003).

f. Penilaian Status Anemia Defisiensi Besi

Penilaian status, besi yang terbaik dapat diperoleh dengan

menggunakan beberapa indikator secara bersamaan. Temuan dua atau

lebih nilai yang tidak normal mencerminkan adanya gangguan pada status

Page 12: ROSMAWATI KTI

besi. Pemilihan kombinasi yang paling tepat sangat tergantung pada

kesehatan individu dan tujuan pemeriksaan karena kedua hal ini dapat

menyesatkan interprestasi hasil pemeriksaan laboratorium. Sedangkan

penentuan derajat anemia dilakukan melalui pemeriksaan darah rutin

(Arisman, 2002).

g. Anemia Defisiensi Pada Remaja Putri

Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa,

ditandai menyebabkan rawan terhadap anemia denga perubahan fisik dan

mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat-alat reproduksi

seperti menstruasi (umur 10-19 tahun) (Depkes, 1998). Partumbuhan

remaja putri yang cepat menyebabkan volume darah meningkat, demikian

pula massa otot dan enzim-enzim. Oleh karena itu, diperlukan asupan besi

yang cukup, disamping itu menstruasi yang dialami setiap bulan juga akan

meningkatkan kebutuhan mineral besi. Hal-hal ini yang defisiensi besi

(Khomsan, 2001).

Menurut Depkes RI (1998), wanita dan remaja putri sering

menderita anemia karena:

1) Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi

makanan nabati dibandingkan hewani

2) Wanita lebih jarang mengkonsumsi makanan hewani dan sering

melakukan diet pengurangan makan karena ingin langsing

Page 13: ROSMAWATI KTI

3) Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali

lebih banyak dari pada pria, oleh karena itu wanita lebih cenderung

menderita anemia dibandingkan dengan pria.

Kelompok umur remaja termasuk golongan rentan, oleh karena

pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ tubuh

yang cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi yang

cukup, baik jumlah maupun macamnya. Oleh karena tidak ada satupun

jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi, maka remaja

harus makan makanan yang beraneka ragam. Dengan mengkonsumsi

makanan yang beraneka ragam kekurangan zat besi pada jenis makanan

yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya

(Depkes RI, 1997).

Pengaruh defisiensi zat besi terutama melalui kondisi gangguan

fungsi hemoglobin yang merupakan alat transfor O2, yang diperlukan pada

banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah telah ditunjukkan

adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak

untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi

dalam belajar menurun (Tan, 2002).

Tanda-tanda anemia dan akibatnya pada remaja putri menurut

Depkes RI (1998):

a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5 L);

Page 14: ROSMAWATI KTI

b. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang;

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak

tangan menjadi pucat;

d. Menurunkan kemampuan dan konsetrasi belajar;

e. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

optimal;

f. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati;

g. Mengakibatkan muka pucat;

B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia Pada

Remaja Putri

1. Karakteristik Keluarga

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan kepala keluarga dapat mempengaruhi status

gizi remaja secara tidak lanusng, yaitu melalui perbaikan status sosial

ekonomi, pendidikan yang lebih tinggi mempunyai peluang meraih status

ekonomi yang lebih baik pula selanjutnya tingkat penyediaan makanan,

perawatan dan kebutuhan lainnya relatif dapat dipenuhi.

b. Jumlah Anggota Keluarga

Dewasa ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya

kebutuhan primer, tetapi kebutuhan lainnya sangat diperlukan. Jumlah

anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan,

Page 15: ROSMAWATI KTI

karena semakin kecil jumlah anggota keluagra kebutuhan makannya akan

semakin terpenuhi (Suharjo, 1986).

2. Faktor Pola Konsumsi

a. Pola Konsumsi

Pola konsumsi adalah gambaran tentang waktu dan frekuensi

makan yang berlalu secara berulang-ulang dan terus menerus. Pola makan

didefenisikan sebagai gambaran luas tentang makanan yang lazim

dikonsumsi pada jangka waktu tertentu sesuai dengan pendistribusian

hidangan menurut waktu makanan (Depkes RI, 1999). Sedangkan

menurut Suhardjo dkk (1986), pola konsumsi atau kebiasaan makanan

adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk

memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap

pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.

b. Jenis Konsumsi Makanan

Menurut Almatsier (2003), pada umumnya menu di Indonesia

terdiri atas makanan sebagai berikut:

1) Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang: Nasi, jagung, ubi jalar,

singkong, talas, sagu, serta hasil olahan seperti mie, bihun, macaroni

dan sebagainya.

2) Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang pada

umumnya memberi rasa netral. Lebih terasa enak:

Page 16: ROSMAWATI KTI

a) Lauk Hewani: Daging, ayam, ikan dan kerang, telur dan

sebagainya.

b) Lauk Nabati: kacang-kacangan dan hasil olahan, seperti kacang

kedelai, kacang hijau, kacang merah, tahu, tempe dan oncom.

3) Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan

makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah seperti

sayur daun-daunan, umbi-umbian, kacang-kacangan.

4) Buah untuk mencuci mulut seperti pepaya, nenas, pisang, jeruk.

c. Frekuensi Konsumsi Makanan

Salah satu penyebab terjadinya anemia adalah karena kurang

konsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi dan asam folat,

makan cukup namun makanan yang dikonsumsi bioavailabilitas besinya

rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang dan makanan yang

dimakan mengandung zat penghambat penyerapan zat besi dan asam folat

(Depkes, 1997).

3. Anemia Defisiensi Zat Besi Akibat Infeksi Malaria

Secara umum, penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang

mudah dan ada yang sukar terinfeksi malaria meskipun gejala klinisnya

ringan, karena memiliki kekebalan terhadap parasit malaria, baik yang bersifat

bawaan/alamiah maupun didapat (Prabowo, 2004)

Page 17: ROSMAWATI KTI

C. Landasan Teori

Berdasarkan studi pustaka menunjukkan bahwa ada 2 (dua) penyebab

terjadinya anemia berhubungan dengan banyak faktor, diantaranya faktor

langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung adalah konsumsi energi,

protein, Fe dan vitamin C; pola konsumsi yang meliputi: Jenis makanan,

frekuensi makan dan pantangan makanan; penyakit infeksi yaitu penyakit infeksi

malaria dan kecacingan; kehilangan darah yang banyak karena perdarahan

kecelakaan dan menstruasi. Sedangkan faktor yang berhubungan secara tidak

langsung adalah pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jumlah anggota

keluarga dan ketersediaan pangan.

Adapun bagan kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar berikut :

Bagan Teori Penelitian

PengetahuanTentang Anemia

PelayananKesehatan

Konsumsi Zat Besi

Status Gizi

Konsumsi Makanan

Menstruasi

Asupan Zat Besi

Kehilangan Zat Besi

KEJADIAN

ANEMIA

Page 18: ROSMAWATI KTI

D. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Hubungan Variabel Yang Diteliti

: Variabel Yang Diteliti

E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Anemia

Anemia adalah gambaran keadaan kadar Hb remaja putri berdasarkan

pemeriksaan Laboratorium. Adapun kriteria objektifnya:

a. Anemia, bila kadar Hb < 12 gr / dl

b. Tidak anemia, bila kadar Hb > 12 gr / dl

(Supariasa, dkk, 2002)

Kadar Hb merupakan indikator dalam penentuan status anemia.

Anemia adalah kondisi dimana kadar Hb dalam darah kurang dari normal.

Ambang batas menurut Depkes bahwa seorang wanita (tidak hamil)

dikatakan anemia jika kadar Hb > 12 gr / dl.

2. Pengetahuan Remaja Tentang Anemia

Pengetahuan Remaja atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

Pengetahuan Remaja Putri : Kejadian Anemia

Page 19: ROSMAWATI KTI

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).

Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Upaya

perbaikan sejak dini membawa dampak yang positif

ketimbang intervensi yang dilakukan terlambat. Angka

kematian ibu (AKI) menjadi salah satu contohnya. Sebagai

salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat, AKI

merupakan suatu ukuran yang sangat penting. Di Negara

maju, AKI merupakan indikator vital, sebagai wujud

keberhasilan pemerintah dalam pembangunan kesehatan.

Keberhasilan penurunan AKI harus disertai dengan program

yang berkesinambungan dan komprehensif.

Saat ini Departemen Kesehatan RI mengembangkan

program desa siaga, sebagai bagian dari program pemerintah

dalam peningkatan kesehatan ibu. Sejalan dengan upaya

tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengawalinya

dengan mengembangkan puskesmas ramah ramaja sebagai

basis dari kesehatan seorang calon ibu. Program kesehatan

Page 20: ROSMAWATI KTI

reproduksi, kesehatan ibu dan program gizi seiring sejalan

menggarap ladang baru bernama “remaja”.

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam

berbagai hal, baik mental, emosional, sosial dan fisik.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja

menyebabkan perubahan dalam perilaku konsumsi. Remaja

yang masih dalam proses mencari identitas diri, seringkali

mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi. Hal ini karena

remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup

konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun skunder.

Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung

dengan AKI adalah anemia gizi. Data dari Direktorat

Kesehatan Keluarga menunjukan bahwa 40 % penyebab

kematian ibu adalah perdarahan, dan telah diketahui bahwa

anemia menjadi faktor risiko terjadinya perdarahan tersebut.

Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, prevalensi

anemia pada ibu hamil sebesar 42 %. Jika dilihat siklusnya,

ibu hamil yang menderita anemia dapat diakibatkan karena

anemia yang telah dideritanya sejak masih remaja.

Anemia, dipengaruhi secara lagsung oleh konsumsi

makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi,

Page 21: ROSMAWATI KTI

selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula

karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti

pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat

besi yang masuk sedikit. Secara umum, konsumsi makanan

berkait erat dengan status gizi. Bila makanan yang

dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi

juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang

nilai gizinya, maka dapat menyebabkan kekurangan gizi.

Selain itu, Perilaku konsumsi makanan seseorang dipengaruhi

oleh faktor instrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari diri

seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan keyakinan, serta

faktor ekstrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri

seseorang seperti tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman,

iklan, tempat tinggal, lingkungan sosial, dan kebudayaan.

Survei ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia

pada remaja putri, khususnya pada siswi SLTA dan SLTP di

Kabupaten Sleman, dengan demikian dapat dilakukan

perbaikan secara dini.

Begitu pentingnya perhatian program terhadap remaja,

kegiatan kecil ini mudah-mudahan turut memberikan

kontribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Page 22: ROSMAWATI KTI

khususnya penurunan anemia pada remaja dan penurunan

AKI pada umumnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Page 23: ROSMAWATI KTI

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang di maksudkan

untuk mendeksripsikan pengetahuan remaja putri tentang kejadian anemia di

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari dan manfaat zat besi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Mei 2010.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari

Tahun 2010.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi putri, yang terdaftar dan

masih aktif belajar di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun Ajaran

2010/2010 sebanyak 23 remaja putri.

2. Sampel

a. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri Kelas XII IPA sebanyak

13 orang dan XII IPS sebanyak 10 orang di Madrasah Aliyah Negeri 2

Page 24: ROSMAWATI KTI

Kendari dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Random Total

Sampling dengan kriteria:

1) Tidak sedang menstruasi

2) Tidak sedang menderita sakit

3) Bersedia ikut dalam penelitian

4) Remaja putri yang tinggal bersama orang tua/keluarga

b. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 23 orang sebagai

sumber data.

D. Instrumen Penelitian

Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian ada dua instrumen yang

digunakan yaitu:

1. Kuesioner

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

2. Jenis Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi hasil

wawancara langsung dengan responden dengan bantuan kuesioner yang

meliputi pola haid, karakteristik keluarga, pola konsumsi dan riwayat

infeksi malaria.

Page 25: ROSMAWATI KTI

b. Data Sekunder

Gambaran umum lokasi penelitian diperoleh melalui pendekatan

dokumentasi terhadap data yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari

Tahun 2010

E. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan

kalkulator dan rumus distribusi frekuensi yaitu :

nX = x 100 %

Keterangan :

X : Variabel yang diteliti

n : Jumlah variabel yang diteliti

∑ : Jumlah Keseluruhan dari sampel

(Ridwan, 2007)

F. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 26: ROSMAWATI KTI

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

a. Keadaan Geografis

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari terletak di Kelurahan Unaaha

Kabupaten Konawe Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Dibangun diatas

tanah seluas 20.000 m², dengan luas bangunan 3.572 m², dengan berbatasan

wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kel. Wawonggole

- Sebelah Timur Berbatasan dengan Kel. Wawonggole dan Kel. Asinua

- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kel. Ambekaeri dan Kel. Tumpas

- Sebelah Barat Berbatasan dengan Kel. Tumpas

b. Analisa Tenaga Pengajar

Tabel 1 :Distribusi Tenaga Pengajar MAN 2 Kendari Tahun 2010

No UraianPendidikan

JmlhS3 S2 S1 DIII SLTA1. 2.3.4.

Guru Tetap (PNS )Guru Honor Pegawai Tata UsahaPegawai Honor

----

1---

183-1

----

--14

19-15

Jumlah - 1 22 - 5 28 Sumber : Data Sekunder 2010

c. Analisa Sarana Sekolah

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari memiliki 23 ruangan, disajikan

dalam tabel berikut ini :

Page 27: ROSMAWATI KTI

Tabel 2 :Distribusi Sarana Sekolah Di MAN 2 Kendari Tahun 2010

No Jenis Sarana/Barang Jumlah

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.34.35.36.37.38.

Tanah Ruang Kepala Kantor Madrasah Ruang Wakil Kepala Sekolah Ruang Tata Usaha Ruang Bendahara Ruang Guru Ruang TamuRuang Operator KomputerRuang BK Ruang Osis Ruang Seni MusikRuang Laboratorium IPA Ruang Komputer Ruang Multimedia Ruang Perpustakaan RKB Auditorium Mushollah Komputer Laptop PrinterTV RadioDVD LCD Proyektor/Infokus Telepon Handy CampKamera DigitalSound Sistem OHP Jam dinding WC Meja (berbagai model)Kursi (berbagai model)Lemari Papan Struktur Organisasi Papan Pengumuman Papan Administrasi lainnya

2.000 M²1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit9 Unit1 Unit1 Unit8 Buah2 Buah4 Buah4 Buah4 Buah2 Buah2 Buah2 Buah1 Buah1 Buah2 Buah1 Buah12 buah13 Unit375 buah452 buah53 buah1 buah1 Buah8 Buah

Page 28: ROSMAWATI KTI

39.40.41.42.43.44.45.46.47.48.49.50.51.52.53.54.55.56.57.58.59.60.61.

Mading Brankas Kipas Angin ACDispencerWireless AmplifierKendaraan Roda Dua Mesin Fhoto Copy Mesin Potong Rumput Tangki Semprot Papan Tulis Alat Olah RagaAlat Senam Lapangan Volly Lapangan Badminton Lapangan Takraw Lapangan Tenis Meja Alat Kesenian Gambar Presiden/Wakil Presiden Bendera Merah Putih Bendera Tut Wuri Handayani Lambang Bhineka Tunggal Ika Bendera Korpri

1 Buah1 Buah4 buah3 Buah4 Buah2 Buah2 buah1 Buah2 buah2 buah24 buah65 buah2 buah2 buah1 Buah1 Buah1 Buah23 buah14 buah12 buah1 Buah2 buah1 Buah

Sumber : Kantor MAN 2 Kendari Tahun 2010 (diolah)

2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam beberapa tabel distribusi di

sertai dengan narasi atau penjelasan tabel, yang terdiri dari dua analisis, yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

a. Anemia

Tabel 3 :Distribusi Anemia Pada Remaja Putri di MAN 2 Kendari Tahun 2010

Page 29: ROSMAWATI KTI

Anemia N %

Ya 12 52,20

Tidak 11 47,80

Total 23 100

Sumber : Data Primer (diolah) 2010.

Tabel 3 diatas terlihat bahwa dari 23 remaja putri di Madrasah

Aliyah Negeri 2 kendari yang mengalami Anemia sebanyak 12 orang

remaja putri (52,20 %) dan 11 orang remaja putri (47,80 %) yang tidak

mengalami anemia.

b. Jenis Konsumsi Makanan

Tabel 4 : Distiribusi Jenis Konsumsi Makanan Yang Mengandung

Zat Besi Remaja Putri Berkaitan Terjadinya Anemia di MAN 2 Kendari Tahun 2010

Jenis Makanan N %

Mengandung zat besi 6 26,09

Tidak mengandung zat besi 17 73,91

Total 23 100

Sumber : Data Primer (diolah) 2010

Tabel 4 diatas terlihat bahwa jenis makanan yang mengandung zat

besi berkaitan terjadinya anemia dengan kategori mengandung zat besi

sebanyak 17 remaja putri (73,91 %). Sedangkan yang kategori tidak

mengandung zat besi sebanyak 6 remaja putri (26,09 %).

c. Frekuensi Makan

Page 30: ROSMAWATI KTI

Tabel 5 :Distribusi Frekuensi Makan Remaja Putri

di MAN 2 Kendari Tahun 2010

Frekuensi Makan N %

Baik 20 86,96

Kurang 3 13,04

Total 23 100

Sumber : Data Primer (diolah) 2010

Tabel 5 diatas terlihat bahwa frekuensi makan remaja yang

tertinggi dengan kategori kurang sebanyak 3 remaja putri (13,04 %).

Sedangkan yang terendah dengan kategori baik sebanyak 20 remaja

putri (86,96 %).

d. Distribusi Pantangan Makanan

Tabel 6 :Distribusi Pantangan Makanan Remaja Putri Tentang Anemia

di MAN 2 Kendari Tahun 2010

Pantangan Makanan N %

Ya 16 69,57

Tidak 7 30,43

Total 23 100

Sumber : Data primer (diolah) 2010

Tabel 6 diatas terlihat bahwa frekuensi pantangan makanan remaja

putri yang tertinggi dengan kategori Ya sebanyak 16 remaja putri

(69,57 %) dengan alasan tertentu seperti alergi terhadap makanan

Page 31: ROSMAWATI KTI

tersebut. Sedangkan dengan kategori tidak sebanyak 7 remaja putri

(30,43 %) dengan alasan tidak ada makanan yang dipantang.

2. Analisa Bivarat

a. Distribusi Pengetahuan antara jenis makanan dengan kejadian anemia

pada remaja Putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari tahun 2010.

Tabel 7 :Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Anemia

pada Remaja Putri di MAN 2 Kendari Tahun 2010

Pengetahuan Kejadian Anemia

AnemiaTotal

Persentase (%)Ya Tidak

n % n %

Mengetahui 2 8,70 10 43,50 12 52,20

Tidak Mengetahui 10 43,50 1 4,30 11 47,80

Total 12 52,20 11 47,80 23 100

Sumber : Data Primer (diolah) 2010

Tabel 7 diatas terlihat bahwa dari 23 sampel remaja putri terdapat

sebanyak 12 orang responden (52,20 %) remaja putri yang mempunyai

pengetahuan tentang kejadian anemia, dan 11 remaja putri (47,80 %)

yang tidak mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia. Dari 12

responden yang mengetahui tentang kejadian anemia ternyata hanya

terdapat 2 remaja putri (8,70 %) mengalami kejadian anemia atau

10 (43,50 %) orang remaja putri yang tidak mengalami kejadian

anemia. Sedangkan dari 11 (47,80 %) responden yang tidak

mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia terdapat 10 (43,50

Page 32: ROSMAWATI KTI

%) remaja putri mengalami kejadian anemia atau 1 (4,30 %) dari 11

(47,80 %) responden yang tidak mengalami anemia.

Hasil penelitian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tingkat

pengetahuan remaja putri tentang kejadian anemia di Madrasah Aliyah

Negeri 2 Kendari mempengaruhi terjadinya anemia.

B. Pembahasan

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian remaja putri di Madrasah Aliyah

Negeri 2 Kendari mengalami anemia, yaitu dari 23 jumlah remaja putri

ditemukan sebanyak 12 remaja putri (52,20 %) dari yang tidak mempunyai

pengetahuan tentang kejadian anemia. Berikut adalah penjabaran dari pada tabel

diatas :

1. Jenis Konsumsi Makanan Pada Remaja Putri Berkaitan Dengan Kejadian

Anemia

Hasil penelitian dari 23 remaja putri yang menjadi sampel dalam

penelitian ini diperoleh remaja putri yang mempunyai jenis konsumsi

makanan yang mengandung zat besi sebanyak 6 remaja putri (26,09 %).

Sedangkan dalam kategori yang tidak mengandung zat besi 17 remaja putri

(73,91 %). Dari analisis pengetahuan, remaja putri yang mengalami anemia

cenderung mempunyai jenis konsumsi makanan kurang. Alasan karena masa

remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih baik

Page 33: ROSMAWATI KTI

sementara jumlah makanan yang dikonsumsinya rendah karena faktor ingin

langsing.

Dalam hal ini anemia dianggap bukan hal yang tabu oleh sebagian

besar remaja putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari, sehingga mereka

dapat memperoleh pengetahuan serta kemauan mereka untuk mengatasi

anemia hal tersebut dengan mencari melalui media yang mereka dapatkan

seperti membaca buku, menonton TV, dan media lainnya, terkadang mereka

berdiskusi dengan teman.

2. Frekuensi Makanan pada Remaja Putri Berkaitan dengan Kejadian Anemia

Hasil penelitian dari 23 remaja putri yang menjadi sampel penelitian

ini terdapat 20 remaja putri (86,96 %) yang frekuensi konsumsi makanan

yang kategori baik dan berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa remaja

putri yang frekuensi konsumsi makanan kategori kurang lebih sedikit yaitu

3 remaja putri (13,04 %). Dengan alasan frekuensi makan dengan kategori

kurang lebih rendah di banding dengan frekuensi makannya baik, karena

sebagian besar remaja putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari

mengkonsumsi makanan < 3 kali sehari yang kurang mengandung zat besi,

walaupun kita ketahui biarpun dalam frekuensi makanannya < 3 kali sehari

tapi tetap mengandung zat besi kemungkinan kecil dapat menyebabkan

anemia, begitupun sebaliknya.

Page 34: ROSMAWATI KTI

Frekuensi konsumsi makanan merupakan salah satu penyebab

terjadinya anemia karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung

zat besi dan asam folat makan cukup namun makanan yang di konsumsi zat

besinya kurang sehingga zat besi yang diserap kurang menghambat

penyerapan zat besi dan asam folat (Depkes-1997).

3. Pantangan Makanan pada Remaja Putri Berkaitan dengan Kejadian Anemia

Hasil penelitian dari 23 remaja putri yang menjadi sampel penelitian

ini terdapat 16 remaja putri (69,57 %) yang mempunyai pantangan makanan

kategori Ya dan berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa remaja putri

yang mempunyai pantangan makanan kategori tidak 7 remaja putri

(30,43 %).

Pantangan makanan adalah jenis makanan yang tidak pernah di

konsumsi karena alasan tertentu, seperti daging sapi, ikan, telur, sayur

bayam. Padahal kita dapat ketahui makanan tersebut sangat baik dikonsumsi,

sehingga yang mempunyai pantangan makanan lebih tinggi akan terkena

anemia dibanding yang tidak mempunyai pantangan makan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 35: ROSMAWATI KTI

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Berdasarkan penelitian bahwa tingkat pengetahuan remaja putri di

MAN 2 Kendari berpengaruh pada terjadinya anemia ini terlihat dari 23

sampel remaja putri terdapat sebanyak 12 orang responden (52,20 %) remaja

putri yang mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia, dan 11 remaja

putri (47,80 %) yang tidak mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia

dan sebagian dari remaja putri 11 (47,80 %) responden yang tidak

mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia terdapat 10 (43,50 %)

remaja putri mengalami kejadian anemia atau 1 (4,30 %) dari 11 (47,80 %)

responden yang tidak mengalami anemia.

2. Sebagian remaja putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari mengalami

anemia yaitu sebanyak 12 remaja putri (52,20 %) dan yang tidak mengalami

anemia yaitu sebanyak 11 remaja putri (47,80 %).

3. Jenis makanan remaja putri yang mengandung zat besi berkaitan dengan

kejadian anemia sebanyak 6 remaja putri (26,09 %). Sedangkan yang

kategori kurang sebanyak 17 remaja putri (73,91 %). Sehingga jenis

Page 36: ROSMAWATI KTI

makanan remaja putri yang mengandung zat besi lebih rendah dibanding

yang tidak mengandung zat besi.

4. Frekuensi makan remaja putri yang tertinggi dengan kategori baik sebanyak

3 remaja putri (13,04 %). Sedangkan yang tertinggi dengan kategori kurang

sebanyak 3 remaja putri (13,04 %). Sehingga dapat kita lihat perbandingan

yang cukup tinggi.

5. Pantangan makanan remaja putri yang tertinggi dengan kategori Ya

sebanyak 16 remaja putri (69,57 %). Sedangkan yang terendah dengan

kategori Tidak sebanyak 7 remaja putri (30,43 %).

B. Saran

1. Kepada pihak sekolah untuk lebih meningkatkan pendidikan dibidang

kesehatan misalnya mengadakan penyuluhan- penyuluhan kesehatan dengan

bekerjasama dengan pihak tenaga kesehatan.

2. Pada remaja putri khususnya siswi untuk lebih meningkatkan pengetahuan

mereka mengenai kesehatan terutama mereka yang tidak mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat besi sehingga mempunyai resiko lebih tinggi

terkena anemia.

3. Dianjurkan kepada semua remaja putri untuk lebih rajin memeriksakan

kesehatannya agar dapat memperoleh informasi atau penyuluhan tentang

anemia. Serta masalah frekuensi makan yang benar.

Page 37: ROSMAWATI KTI

4. Dianjurkan kepada semua remaja putri untuk lebih rajin memeriksakan

kesehatannya agar mendapatkan pengetahuan yang lebih dibidang kesehatan

apalagi di usia remaja yang rentan mengalami anemia. Disamping itu remaja

putri perlu mengetahui terlalu banyak pantang terhadap makanan dapat

mengakibatkan terjadinya anemia, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan

perlu mengadakan penyuluhan masalah kesehatan di sekolah-sekolah.

Page 38: ROSMAWATI KTI

DAFTAR PUSTAKA

Alan, B dan Robert J.M., 1989. Faktor Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.

Almatsier, S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Arisman, M.B., 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta, Jakarta.

Beck, M.E., 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit.

Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta.

Bernadeta, M.K., Gandut., 1998. Studi Tentang Anemia Gizi dan Faktor yang

Mempengaruhi pada Remaja Putri SMU Maumere. Bagian Gizi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.

Bisara Dina., Supraptini., Tini, A., 2003. Status Gizi WUS dan Balita di Indonesia

Menurut Data SKRT 2001. Buletin Penelitian Kesehatan,. Jakarta : Badan

Litbangkes.

Depkes. RI., 1997. Anemia, Batasan, Penyebab Anemia dan Penanggulangan.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Harijanto, P.N., 2000. Malaria, Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan

Penanganan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kartasapoetra. G dan H. Marsetyo., 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan

Produktivitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta.

Page 39: ROSMAWATI KTI

Harijanto, P.N., 2000. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan

Penanganan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kartasapoetra G dan H. Marsetyo., 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan

Produktivitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta.

Khomsan, 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup.

PT. Grasindo. Jakarta.

Lestari, 1998. dalam Abdul Kadir .J. Hubungan Konsumsi Protein, Zat Besi dan Vit.

C dengan Anemi Gizi Besi pada Ibu Hamil di Desa Asaria Konawe Selatan.

KTI tidak dipublikasikan.

Moehji, S., 2002. Ilmu Gizi.: Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Prabowo, A., 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Puspa Swara. Jakarta

Tan Anthony, 2002. Wanita dan Nutrisi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Sjahmien Moehji. 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar ilmu Gizi). Jakarta :

PT. Bhratara

Suhardjo., Laura, J.H., Brady, J.D., dan Judy, A.D., 1986. Pangan, Gizi dan

Pertanian : Univeritas Indonesia. Jakarta.

Sumarmi, S dan Annis, C.A., 2000. Masalah Gizi di Indonesia. Surabaya : Diktat

tidak dipublikasikan.

Supariasa, D. N., Bachyar, B dan Ibnu, F., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wirakusumah, E. S., 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi.: Trubus

Agriwidya. Jakarta.

Page 40: ROSMAWATI KTI

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena atas berkat Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal ini dalam bentuk sederhana, yang merupakan salah

satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka memperoleh gelar Ahli Madya

Kebidanan pada Poltekes Depkes Kendari Jurusan Kebidanan, dengan judul

“Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kejadian Anemia di Madrasah Aliyah Negeri

2 Kendari Tahun 2009”.

Selama persiapan penyusunan dan penyelesaian proposal ini, penulis mendapat

bantuan berupa bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Ibu Askrening, SKM. M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Arsulfa,S.SIT. M.Keb

selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan arahan selama proses penyusunan proposal ini hingga selesai.

Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes selaku Direktur Poltekkes Depkes Kendari.

2. Ibu Sitti Aisa, AM.Keb. S.Pd selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes

Kendari.

3. Kartini, S.SIT, M.Kes, selaku penguji yang akan menguji penulis pada saat

seminar proposal.

Page 41: ROSMAWATI KTI

4. Drs. H. Abd. Malik, M.Pd selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari yang

telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

5. Bapak ibu dosen serta seluruh staf tata usaha di lingkungan Poltekkes Kendari

Jurusan Kebidanan yang telah mendidik dan mengarahkan selama mengikuti

pendidikan di bangku kuliah.

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta, kakak serta seluruh keluargaku

yang telah memberikan do’a restu serta kasih sayang yang besar kepada penulis.

7. Seluruh rekan-rekan seperjuanganku di Poltekkes Jurusan Kebidanan T.A 2007

yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak luput dari kesalahan.

Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan penyusunan proposal ini.

Harapan penulis semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

semoga Allah SWT, senantiasa melindungi dan menyertai kita dalam segala

keseharian kita, Amin.

Kendari, Juli 2010

P e n u l i s

Page 42: ROSMAWATI KTI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5

A. Telaah Pustaka ................................................................................... 5

B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia

Pada Remaja Putri .............................................................................. 14

C. Landasan Teori ................................................................................... 17

D. Kerangka Konsep ............................................................................... 18

E. Definisi Operasional dan Kriteri Objektif .......................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 19

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 19

Page 43: ROSMAWATI KTI

B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 19

C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 19

D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 20

E. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 20

F. Pengolahan Data ................................................................................. 21

G. Penyajian Data ................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22