rpp kelas x
TRANSCRIPT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/I
Materi Pokok/KD : Bahasa dan Bunyi sebagai Sistem Simbol
3.1 Memahami Hakikat Bahasa dan Bunyi
Bahasa sebagai Sistem Simbol yang
Dijadikan Wahana Interaksi Sosial
Manusia.
Alokasi Waktu : 1 kali pertemuan (2x45 menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan mematuhi
norma-norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan
bahasa dan sastra Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap proaktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalan kehidupan sosial secara
efektif dengan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia serta
mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang bahsasa dan sastra Indonesia serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian bahasa dan sastra yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak untuk
mengembangkan ilmu bahasa dan sastra Indonesia secara mandiri dengan
menggunakan metode ilmiah sesuai kaidah keilmuan terkait.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi1. 1.1. Menghargai dan
mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya dengan mematuhi
norma-norma bahasa Indonesia
serta mensyukuri dan
mengapresiasi keberadaan bahasa
dan sastra Indonesia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
1.1.1 Mensyukuri anugrah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
2. 2.1 Memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang memiliki kemantapan kedudukan, fungsi, dan kaidah.
2.1.1 Menunjukan prilaku tanggung jawab, responsif, imajinatif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian, misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja dan sosial.
3. 3.1 Memahami hakikat bahasa dan bunyi bahasa sebagai sistem simbol yang dijadikan wahana interaksi sosial manusia.
3.1.1 Mengidentifikasi hakikat bahasa sebagai sistem simbol.
3.1.2 Menjelaskan bunyi bahasa sebagai sistem simbol.
3.1.3 Menganalisis persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat mensyukuri anugrah
Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan
kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
2. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik menunjukan prilaku tanggung
jawab, responsif, imajinatif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk
mengekspresikan impian, misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja dan sosial.
3. Setelah membaca teks hakikat bahasa dan bunyi bahasa sebagai simbol dan
mendiskusikannya, peserta didik dapat mengidentifikasi hakikat bahasa sebagai
sistem simbol.
4. Setelah membaca teks teks hakikat bahasa dan simbol bahasa dan
mendiskusikannya, peserta didik dapat menjelaskan bunyi bahasa sebagai sistem
simbol.
5. Setelah membaca teks hakikat bahasa dan simbol bahasa dan mendiskusikannya,
peserta didik dapat Menganalisis persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa dalam
bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Hakikat Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sistem bunyi yang keluar dari mulut yang bersifat
arbitrer (mana suka).
b. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli:
Webster, 1961:1270
Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau
perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi, gesture, atau tanda yang
disepakati yang mengandung makna yang dapat dipahami.
Kirdalaksana, 1982
Bahasa adalah sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri.
c. Hakikat Bahasa
Defenisi bahasa dari Kridalaksana bahwa: “Bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk
bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”, dan yang sejalan dengan
definisi mengenai bahasa dari beberapa pakar lain, kalau dibutiri akan didapatkan
beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri itu, antara lain,
adalah:
- Bahasa adalah sebuah system
- Bahasa berwujud lambing
- Bahasa berupa bunyi
- Bahasa bersifat arbiter
- Bahasa itu bermakna
- Bahasa bersifat konvensional
- Bahasa bersifat unik
- Bahasa bersifat universal
- Bahasa itu bervariasi
- Bahasa bersifat produktif
- Bahasa bersifat dinamis
- Bahasa berfungsi sebagai alat interaksi social
- Bahasa merupakan identitas penuturnya
2. Pengertian Bunyi Bahasa
Bunyi bahasa merupakan bunyi yang merupakan perwujudan dari setiap
bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan di dalam bahasa. Bunyi
bahasa adalah bunyi yang menjadi perhatian para ahli bahasa. Bunyi bahasa ini
merupakan sarana komunikasi melalui bahasa dengan cara lisan. Dalam pembentukan
bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yaitu (1) sumber tenaga, (2) alat
ucap penghasil getaran, dan (3) rongga pengubah getaran.
Beberapa konsep yang perlu diketahui adalah:
a. Vokal dan konsonan
Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu vokal dan konsonan.
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)
bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)
bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar,
lebar/terentang)
Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak
bersuara)
penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir,
gigi, gusi, lidah, langit-langit)
cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan
b. Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan untuk
membentuk bunyi bahasa.
Daerah artiulasi adalah daerah pertemuan antara dua artikulator, yaitu:
Bilabial - bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), mis.: [p], [b],
[m]
Labiodental - bibir bawah dan ujung gigi atas, mis.: [f]
Alveolar - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gusi, mis.: [t], [d], [s]
Dental - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gigi depan atas
Palatal - depan lidah menyentuh langit-langit keras, mis.: [c], [j], [y]
Velar - belakang lidah menempel/mendekati langit-langit lunak, mis.: [k],
[g]
Glotal (hamzah) - pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara
dari paru-paru tertahan, mis.: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama
dan [a] kedua pada kata saat
Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah
artikulasi, yaitu:
Bunyi hambat - kedua bibir terkatup, saluran ke rongga hidung tertutup,
kemudian katup bibir dibuka tiba-tiba. Mis.: [p] dan [b]
Bunyi semi-hambat - kedua bibir terkatup, udara dikeluarkan melalui
rongga hidung. Mis.: [m]
Bunyi frikatif - arus udara dikeluarkan melalui saluran sempit sehingga
terdengar bunyi berisik (desis). Mis.: [f] dan [s]
Bunyi lateral - ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar
melalui samping lidah. Mis.: [l]
Bunyi getar - ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang.
Mis.: [r]
Selain bunyi-bunyi di atas, ada bunyi yang cara pembentukannya sama
seperti pembentukan vokal, tetapi tidak pernah dapat menjadi inti suku kata.
Misalnya: [w] dan [y]
c. Diftong dan Gugus Konsonan
Diftong berhubungan dengan vokal, sedangkan gugus berhubungan dengan
konsonan. Diftong merupakan gabungan vokal dengan /w/ atau /y/, contohnya
/aw/ pada /kalaw/ dan /baŋau/ (untuk kata "kalau" dan "bangau"), tetapi bukan /au/
pada /mau/ dan /bau/. Diftong adalah vokal yang berubah kualiasnya. Dalam
sistem tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf
vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata "harimau" adalah diftong,
sehingga <au> pada suku kata "-mau" tidak dapat dipisahkan menjadi "ma·u"
seperti pada kata "mau". Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal <ai>
pada kata "sungai". Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong /ay/
yang merupakan inti suku kata "-ngai". Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-
tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan napas yang sama atau hampir
sama; kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda. Bunyi /aw/
dan /ay/ pada kata "daun" dan "main", misalnya, bukanlah diftong, karena baik [a]
maupun [u] atau [i] masing-masing mendapat aksen yang (hampir) sama dan
membentuk suku kata tersendiri sehingga kata "daun" dan "main" masing-masing
terdiri atas dua suku kata.
Gugus adalah gabungan dua konsonan, atau lebih yang termasuk dalam satu
suku kata yang sama. /kl/ dan /br/ (seperti dalam "klinik" dan "obral") adalah
gugus, sedangkan /mp/ dan /rc/ (seperti dalam "tampak", "timpa", "arca", dan
"percaya") bukanlah gugus dalam bahasa Indonesia. Gugus konsonan adalah
deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu suku kata yang sama.
Bunyi [pr] pada kata "praktik" adalah gugus konsonan, tetapi [kt] pada kata yang
sama itu bukanlah gugus konsonan. Pemisahan bunyi pada kata itu adalah
prak·tik.
Dengan contoh di atas jelaslah bahwa tidak semua deretan konsonan itu selalu
membentuk gugus konsonan. Dalam bahasa Indonesia cukup banyak kata yang
memiliki dua konsonan yang berdampingan, namun belum tentu deretan itu
merupakan gugus konsonan. Contoh lain dari deretan dua konsonan yang bukan
gugus konsonan adalah "cipta", "aksi", dan "harga"
d. Fonem dan Grafem
Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Dalam
ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../.
/p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti.
Contoh:
pola — /pola/ : bola — /bola/
parang — /paraŋ/ : barang — /baraŋ/
peras — /pɘras/ : beras — /bɘras/
Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang
bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa
Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal
suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/
itu diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada
pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap
rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini.
Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua variasi.
Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon
dituliskan di antara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan
[p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>], maka kita dapat
berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni
[p] dan [p>].
Grafem berbicara tentang huruf, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi.
Seringkali represenasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya untuk menyatakan
benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi
yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun
/kursi/ - dari segi grafem ada alima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima
satuan. Akan tetapi, hubungan satu-lawan-satu seperti itu tidak selalu kita
temukan. Kata "ladang" mempunyai enam grafem, yakni <l>, <a>, <d>, <a>, <n>,
dan <g>. Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya mempunyai lima
fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan /ŋ/ karena grafem <n> dan <g> hanya mewakili
satu fonem /ŋ/ saja. Bunyi yang dinyatakan oleh grafem <p> dan <g> dalam
bahasa Indonesia jelas sangat berbeda. Sebaliknya, bunyi yang dinyatakan oleh
grafem <p> dan <b> sangat berdekatan. Dengan perbedaan dan kemiripan seperti
itu maka dalam percakapan telepon, perkataan "pula" dan "gula" tidak akan keliru
ditangkap, sedangkan "pola" dan "bola" dapa dengan mudah membingungkan
kita.
3. Persamaan dan Perbedaan arti bunyi bahasa
Contoh:
PERBANDINGAN DALAM KOSA KATA DASAR MENURUT
MORRIS SWADESH DENGAN BAHASA SASAK
No. Gloss Bahasa Sasak
1. Akar Akah
2. Api Epi
3. Anak Anaq
4. Angin Angin
5. Apa Ape
6. Baru Beru
7. Datang Dateng
8. Dengar Dengah
9. Dua Due
10. Garuk Garok
11. Gosok Gosoq
12. Gunung Guneng
13. Jauh Jaok
14. Kecil Becik
15. Lima Lime
16. Mati Mate
17. Pusar Puset
18. Tahu Tehu
19. Tali Teli
20. Tulang Tolang
E. Strategi/Metode/Pendekatan Pembelajaran
- Saintifik
- Tanya jawab
- Diskusi
- Kerja kelompok
- Penugasan
- Presentasi
F. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia
2. Internet
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
4. LCD
5. Media cetak (koran, majalah dsb)
6. Buku-buku dari sumber lain
G. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit )
1) Peserta didik merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2) Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti (70 menit)
1) Mengamati
a) Peserta didik mengamati sebuah gambar yang berkaitan dengan bahasa dan
bunyi sebagai sitem simbol.
b) Peserta didik membaca teks Dialek dalam Berbahasa Menunjukkan Asal
Suku Seseorang.
2) Menanya
a) Peserta didik menanya tentang hakikat bahasa sebagai sistem simbol.
b) Peserta didik menanya tentang hakikat bunyi bahasa sebagai sistem simbol.
c) Peserta didik menanya tentang perbedaan dan persamaan arti bunyi bahasa.
3) Mengumpulkan Informasi
a) Peserta didik berdiskusi tentang hakikat bahasa sebagai sistem simbol.
b) Peserta didik berdiskusi tentang hakikat bunyi bahasa sebagai sistem
simbol.
c) Peserta didik berdiskusi tentang perbedaan dan persamaan arti bunyi
bahasa.
4) Menalar
a) Peserta didik menyimpulkan pengertian hakikat bahasa sebagai sistem
simbol.
b) Peserta didik menyimpulkan pengertian bunyi sebagai sistem simbol.
c) Peserta didik menyimpulkan persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa.
5) Mengkomunikasikan
a) Peserta didik menyampaikan hasil pemahamannya tentang bahasa dan
bunyi sebagai sistem simbol.
b) Peserta didik menyampaikan hasil simpulannya tentang bahasa dan bunyi
sebagai sistem simbol.
c) Peserta didik membandingkan hasil kelompokknya dengan kelompok lain.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan
3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
H. Penilaian
1. Peniaian Sikap
No
.
Nama Siwa Jujur Disiplin Tngungjwb Jmlh
skor
Nilai Predikat
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9 \
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
Keterangan pengisian skor:
4 = Sangat baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Rubrik penilaian sikap
Rubrik Skor
Sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh – sungguh dalam melakukan
kegiatan.1
Menunjukkan sudah ada usaha sungguh – sungguh dalam melakukan kegiatan
tapi masih sedikit dan belum konsisten.2
Menunjukkan ada usaha sungguh – sungguh dalam melakukan kegiatan yang
cukup sering dan mulai konsisten.3
Menunjukkan adanya usaha sungguh – sungguh dalam melakukan kegiatan
secara terus menerus dan konsisten.4
Pedoman Penilaian Sikap:
Skor = jumlah
Nilai = Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Konversi nilai = (nilai/100)X4
Kategori nilai bisa dilihat di table konversi nilai sikap (K,C,B,SB)
2. Penilaian Pengetahuan
No.
Indikator PencapaianKopetensi
TeknikPenilaian
BentukPenilaian
Instrumen
1. Mengidentifikasi hakikat bahasa sebagai sistem simbol.
Tertulis Uraian Identifikasilah hakikat bahasa sebagai sistem simbol!
2. Menjelaskan bunyi bahasa sebagai sistem simbol.
Tertulis Uraian Jelaskanlah bunyi bahasa sebagai sistem simbol!
3. Penilaian keterampilan
No. Indikator Pencapaian Kompetensi
Teks Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
3. Menganalisis persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
Teks tertulis
Uraian Analisislah persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia dengan bahasa daerah masing-masing!
Pedoman Penskoran
No. Soal Petunjuk Penskoran Skor1. Tepat 3
Kurang Tepat 2Tidak Tepat 1
2. Tepat 3Kurang Tepat 2Tidak Tepat 1
3. Tepat 3Kurang Tepat 2Tidak Tepat 1
Keterangan:
Nilai = P erolehan S kor X 100
Jumlah skor maksimal
Kunci Jawaban:
1. Hakikat bahasa sebagai sistem simbol adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Hakikat bahasa menurut pendapat Brown yang dikutip dari Tarigan (2001:4), yaitu (1)
bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, (2) bahasa adalah seperangkat lambang-
lambang yang arbiter, (3) lambang-lambang bahasa bersifat oral dan visual, (4)
simbol atau lambang-lambang itu mengandung makna konversional, (5) bahasa
sebagai alat komunikasi, (6) bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat atau budaya,
(7) bahasa bersifat kemanusiaan, (8) bahasa diperoleh orang atau bangsa dengan cara
yang hampir atau banyak persamaan dan, (9) bahasa dan belajar bahasa mempunyai
ciri kesejagatan atau universal.
2. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia memiliki sistem. Hakikat bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang diproduksi oleh alat ucap manusia.
3. Persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia dengan bahasa
Sasak.
No. Bahasa
Indonesia
Bahasa
Sasak
Penjelasan
1. Akar Akah Bunyi antara kata akar dan akah yang memliki
arti ynag sama hanya terdapat perbedaan pada
huruf akhirnya /r/, /h/
2. Baru Beru Bunyi antara kata baru dan beru yang memiliki
arti ynag sama hanya terdapat perbedaan pada
huruf keduanya /a/, /e/
3. Datang Dateng Bunyi antara kata datang dan dateng memiliki
arti yang sama hanya saja ada satu huruf yang
berbeda /a/, /e/
Mataram, 28 Agustus 2014
Mengetahui,
Guru Pamong Guru Mata Pelajaran
Nadia Rosalina Nurlaela
NIP: NIM: 11211A0136
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
I. KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami hakikat bahasa dan bunyi bahasa sebagai sistem simbol yang dijadikan
wahana interaksi sosial manusia.
II. INDIKATOR
3.1.1 Mengidentifikasi Mengidentifikasi hakikat bahasa sebagai sistem simbol.
3.1.2 Menjelaskan bunyi bahasa sebagai sistem simbol.
3.1.3 Menganalisis persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa dalam bahasa
Indonesia dengan bahasa daerah.
III. MATERI PELAJARAN
Pengertian Hakikat Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sistem bunyi yang keluar dari mulut yang bersifat
arbitrer (mana suka).
b. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli:
Webster, 1961:1270
Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau
perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi, gesture, atau tanda yang
disepakati yang mengandung makna yang dapat dipahami.
Kirdalaksana, 1982
Bahasa adalah sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri.
c. Hakikat Bahasa
Defenisi bahasa dari Kridalaksana bahwa: “Bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk
bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”.
Pengertian Bunyi Bahasa
Bunyi bahasa merupakan bunyi yang merupakan perwujudan dari setiap
bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan di dalam bahasa. Bunyi
bahasa adalah bunyi yang menjadi perhatian para ahli bahasa. Bunyi bahasa ini
merupakan sarana komunikasi melalui bahasa dengan cara lisan.
IV. SOAL
1. Identifikasilah hakikat bahasa sebagai sistem simbol!
2. Jelaskanlah bunyi bahasa sebagai sistem simbol!
3. Analisislah persamaan dan perbedaan arti bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia
dengan bahasa daerah masing-masing!