rsud cibinong - lib.ui.ac.id

13
Faktor-Faktor Stres Kerja Perawat di Ruang IGD (Emergency Setting) RSUD Cibinong Mustafidz 1 , Mustikasari 2 1. Mustafidz, S.Kep.: Dusun 5 RT/RW 10/05 Sendang Agung Kec. Sendang Agung Kab. Lampung Tengah, Lampung – 34174. Email: [email protected] 2. Dr. Mustikasari, S.Kp., MARS: Keilmuan Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424. Email: [email protected] Abstrak Perawat IGD merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Faktor penyebab perawat IGD stres antara lain kematian pasien, konflik dengan dokter, kurangnya persiapan, masalah dengan sesama profesi, masalah dengan supervisor, beban kerja yang berlebihan, ragu-ragu dalam memberikan treatment, serta masalah yang disebabkan oleh pasien dan keluarganya. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional ini bertujuan untuk menggambarkan stres kerja perawat di ruang IGD (emergency setting) RSUD Cibinong. Sampel penelitian berjumlah 21 perawat (total sampling). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 61,9% perawat mengalami stres rendah dan 38,1% perawat mengalami stres tinggi. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada para perawat IGD agar mampu mengidentifikasi penyebab stres kerja dan mampu meminimalisasi stres kerja. Kata kunci: faktor stres, perawat IGD, stres kerja, Abstract Emergency Room Nurse is one profession that is susceptible to job stress. Factors causing stress among emergency room nurses such as patient's death, conflict with physicians, inadequate preparation, problems with fellow profession, problems with supervisors, workload, uncertainty concerning treatment, and problems caused by patients and their families. Descriptive research design is cross sectional study that aimed to describe nurses' stress in the emergency room (emergency setting) RSUD Cibinong. Study sample were 21 nurses (total sampling). The results showed that as many as 61.9% of nurses had lower stress and 38.1% of nurses experiencing high stress. This study provides recommendations to the emergency room nurses to be able to identify the causes of workplace stress and to minimize work stress. Keywords: stress factors, emergency room nurses, occupational stress, Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

Faktor-Faktor Stres Kerja Perawat di Ruang IGD (Emergency Setting)

RSUD Cibinong

Mustafidz1, Mustikasari2

1. Mustafidz, S.Kep.: Dusun 5 RT/RW 10/05 Sendang Agung Kec. Sendang Agung Kab.

Lampung Tengah, Lampung – 34174. Email: [email protected]

2. Dr. Mustikasari, S.Kp., MARS: Keilmuan Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat –

16424. Email: [email protected]

Abstrak

Perawat IGD merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Faktor penyebab perawat IGD stres

antara lain kematian pasien, konflik dengan dokter, kurangnya persiapan, masalah dengan sesama profesi, masalah

dengan supervisor, beban kerja yang berlebihan, ragu-ragu dalam memberikan treatment, serta masalah yang

disebabkan oleh pasien dan keluarganya. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional ini bertujuan untuk

menggambarkan stres kerja perawat di ruang IGD (emergency setting) RSUD Cibinong. Sampel penelitian berjumlah

21 perawat (total sampling). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 61,9% perawat mengalami stres rendah dan

38,1% perawat mengalami stres tinggi. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada para perawat IGD agar mampu

mengidentifikasi penyebab stres kerja dan mampu meminimalisasi stres kerja.

Kata kunci: faktor stres, perawat IGD, stres kerja,

Abstract

Emergency Room Nurse is one profession that is susceptible to job stress. Factors causing stress among emergency

room nurses such as patient's death, conflict with physicians, inadequate preparation, problems with fellow profession,

problems with supervisors, workload, uncertainty concerning treatment, and problems caused by patients and their

families. Descriptive research design is cross sectional study that aimed to describe nurses' stress in the emergency

room (emergency setting) RSUD Cibinong. Study sample were 21 nurses (total sampling). The results showed that as

many as 61.9% of nurses had lower stress and 38.1% of nurses experiencing high stress. This study provides

recommendations to the emergency room nurses to be able to identify the causes of workplace stress and to minimize

work stress.

Keywords: stress factors, emergency room nurses, occupational stress,

 

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 2: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

Pendahuluan

Wong, et al (2004) mengemukakan bahwa

ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan

pintu utama dari suatu rumah sakit. Ruang

Gawat Darurat adalah ruang atau kelompok

kamar, dalam sebuah rumah sakit yang

dirancang untuk pengobatan darurat, mendesak

dan medis. Sifat pelayanan pada Instalasi Gawat

Darurat (IGD) adalah segera, yaitu cepat dan

tepat (proper) (Sujudi, 1999). Banyaknya

tuntutan kerja dan pelayanan yang bersifat

segera dapat membuat perawat IGD rentan

mengalami stres kerja.

Menurut United State Departement of Health

and Human Services (1999), Occupational

Stress atau stres yang berhubungan dengan

pekerjaan dapat didefinisikan sebagai respon

emosi yang terjadi ketika permintaan atau

tuntutan kerja tidak sesuai dengan kapasitas,

sumber daya, atau kebutuhan dari pekerja dan

berakibat pada kesehatan yang memburuk,

bahkan kerugian-kerugian lainnya (Alves, 2005,

p.443). Instalasi Gawat Darurat (IGD)

merupakan tempat yang penuh tuntutan dan

memiliki tingkat stres yang tinggi sehingga

memerlukan perawat dengan kesehatan fisik

serta emosional yang sangat prima. Tuntutan

yang terus menerus timbul dalam lingkungan

kedaruratan dapat memicu stres yang tidak sehat

jika perawat tidak dapat menangani stres

tersebut dengan cara yang positif dan proaktif

(Oman, McLain, & Scheetz, 2000). Lingkungan

pekerjaan perawat di ruangan IGD tidak dapat

diprediksikan dan sering rawan terjadi peristiwa

gawat darurat disetiap rutinitasnya. Oleh karena

itu, perawat IGD persisten terpapar terhadap hal

yang mengancam nyawa atau kejadian yang

traumatik. (Karr, 2006).

Faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai

penyebab stres perawat antara lain: gaji perawat

yang belum sesuai dengan kinerjanya, tim

dokter yang tidak peduli dan acuh tak acuh

kepada perawat, bertugas di ruang gawat darurat

(IGD), menghadapi pasien kritis dan kematian

pasien, jumlah pasien yang tidak terkontrol,

interaksi atau komunikasi yang kurang sehat

antara perawat dengan dokter, dan rekan kerja

perawat lain yang kurang tanggap dan sigap

dalam bertindak (Helps, 1997, p.48). Dari

faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas,

bekerja di ruang IGD merupakan salah satu

penyebab stres. Josland (2008) mengemukaan

bahwa bidang kegawatdaruratan (IGD)

merupakan penyebab utama dari stres pada

lingkungan kerja. Staf yang bekerja di IGD

harus siap menghadapi stresor yang bersifat

akut atau kronik (Healy & Tyrrell, 2011, p.31).

Penelitian lain terkait stres pada perawat IGD

juga dilakukan oleh Gholamzadeh, Sharfif, &

Rad pada tahun 2011, yaitu 90 perawat IGD di

Shiraz (berlokasi di barat daya Iran). Dari

penelitian tersebut didapatkan beberapa sumber

stres yang memengaruhi stres kerja pada

perawat IGD di Shiraz. Sumber stresor tersebut

antara lain: (1) Lingkungan fisik pekerjaan; (2)

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 3: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

Beban kerja yang terlalu tinggi; berurusan

dengan pasien dan keluarganya; (3) Terpapar

dengan bahaya risiko kesehatan dan

keselamatan; (4) Kurangnya dukungan dari

kepala perawat; (5) Ketidakhadiran dokter di

ruang IGD; dan (6) minimnya peralatan di IGD.

Fenomena, teori, dan konsep yang ada membuat

peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor

yang mempengaruhi stres kerja perawat di

ruang IGD (emergency setting) RSUD

Cibinong. Pemilihan tempat penelitian di ruang

IGD RSUD Cibinong karena memang belum

ada penelitain terkait dilakukan di ruang IGD

RSUD Cibinong dan sangat penting penelitian

ini dilakukan di ruang IGD RSUD Cibinong.

Rumusan masalah yang diambil dalam

penelitian ini adalah “gambaran faktor-faktor

yang mempengaruhi stres kerja perawat di

ruang IGD (emergency setting) RSUD

Cibinong”.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan analisis univariat. Sampel dalam

penelitian ini menggunakan total sampling yaitu

semua perawat yang ada di ruang IGD RSUD

Cibinong. Alat pengumpul data dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner Nursing

Stress Scale.

Hasil

Karakteristik responden yang diteliti dalam

penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, dan lama bekerja di IGD.

Karakteristik usia dan lama kerja disajikan

dengan dalam bentuk mean, standar deviasi, dan

nilai minimun-maksimum karena usia dan lama

kerja merupakan data numerik. Jenis kelamin

dan tingkat pendidikan disajikan dalam bentuk

proporsi dan persentase karena merupakan data

kategorik.

Tabel 1. Rata-rata Usia dan Lama Kerja Perawat

di Ruang IGD RSUD Cibinong (n=21) Variabel Mean SD Minimal-

Maksimal 95% CI

Usia 33,33 6,31 24-53 30,46-36,21

Lama Kerja

7,95 5,18 2-19 5,59-10,31

Data rata-rata usia perawat IGD di RSUD

Cibinong adalah 33,33 tahun (95% CI: 30,46-

36,21), dengan standar deviasi 6,31 tahun. Dari

hasil estimasi interval dapat disimpulkan 95%

diyakini bahwa rata-rata usia perawat IGD di

RSUD Cibinong adalah antara 30, 46 sampai

dengan 36,21 tahun. Rata-rata lama kerja

perawat IGD di RSUD Cibinong adalah 7,95

tahun (95% CI: 5,59-10,31) dengan standar

deviasi 5,18. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan 95% diyakini bahwa rata-rata lama

kerja perawat IGD di RSUD Cibinong adalah

antara 5,59 sampai dengan 10,31 tahun.

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 4: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

Tabel 2. Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Perawat di Ruang IGD Cibinong (n=21) Jenis

Kelamin Frekuensi Persentase

(%) Laki-laki 15 71,4

Perempuan 6 28,6 Total 21 100

Tingkat Pendidikan

D3 18 85,7 S1 3 14,3

Total 21 100

Jumlah perawat laki-laki di ruang IGD RSUD

Cibinong lebih banyak (71,4%) dibandingkan

dengan jumlah perawat perempuannya. Perawat

di ruang IGD RSUD Cibinong yang berlatar

belakang pendidikan D3 lebih banyak (85,7%)

daripada perawat yang berlatar belakang

pendidikan S1.

Tabel 3. Kondisi dan Peralatan di Ruang IGD

RSUD Cibinong (n=21) Kondisi

Ruang IGD Frekuensi Persentase

(%) Tidak Layak 12 57,1 Cukup Layak 9 42,9

Total 21 100 Peralatan di Ruang IGD

Tidak Lengkap

10 47,6

Cukup Lengkap

11 52,4

Total 21 100

Perawat yang menyatakan kondisi ruangan IGD

RSUD Cibinong tidak layak (57,1%). Masih

terdapat peralatan di ruang IGD RSUD

Cibinong tidak lengkap (47,6%).

Tabel 4. Stres Kerja Perawat di Ruang IGD

RSUD Cibinong (n=21) Stres Kerja

Frekuensi Persentase (%)

Rendah 13 61,9 Tinggi 8 38,1 Total 21 100

Tingkat stres kerja perawat di ruang IGD RSUD

Cibinong secara keseluruhan dipersepsikan

perawat masih rendah (61,9%).

Tabel 5. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi

Stres Kerja Perawat IGD RSUD Cibinong

(n=21)

Tingkat stres yang dipersepsikan tinggi oleh

perawat meliputi kematian pasien (52,4%),

kurangnya persiapan (76,2%), masalah dengan

sesama profesi (57,1%), serta masalah karena

pasien dan keluarganya (57,1%). Sedangkan

tingkat stres yang dipersepsikan rendah oleh

Faktor Eksternal

Stres Kerja Perawat Total Rendah Tinggi f % f % f %

Kematian pasien

10 47,6 11 52,4 21 100

Konflik dengan dokter

14 66,7 7 33,3 21 100

Kurangnya persiapan

5 23,8 16 76,2 21 100

Masalah dengan sesama profesi

9 42,9 12 57,1 21 100

Masalah dengan supervisor

13 61,9 8 38,1 21 100

Beban kerja yang berlebihan

13 61,9 8 38,1 21 100

Ragu-ragu dalam memberikan treatment

13 61,9 8 38,1 21 100

Pasien dan keluarganya

9 42,9 12 57,1 21 100

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 5: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

perawat meliputi konflik dengan dokter

(66,7%), masalah dengan supervisor (61,9%),

beban kerja yang berlebihan (61,9%), dan ragu-

ragu dalam memberikan treatment (61,9%).

Pembahasan

1. Faktor Internal

a. Usia

Rata-rata usia perawat IGD di RSUD Cibinong

berada pada tahap perkembangan dewasa tengah

yaitu 33 tahun. Pada umumnya masa dewasa

tengah dimulai pada usia 30 an sampai usia 60

an. Masalah psikologis yang sering terjadi pada

rentan usia dewasa tengah adalah ansietas dan

depresi. Usia dewasa tengah sering mengalami

masalah psikologis dalam merespon perubahan

fisiologis dan psikososial yang terjadi (Potter &

Perry, 2005).

Usia merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi stres kerja. Perawat dan dokter

muda yang memiliki sedikit pengalaman praktik

dalam merawat pasien kritis mempunyai tingkat

stres lebih tinggi jika dibandingkan dengan

perawat dan dokter yang sudah mempunyai

banyak pengalaman (Healy & Tyrrell, 2011,

p.34). Perawat yang berusia 24 tahun atau

dibawah 24 tahun memiliki tingkat stres lebih

tinggi jika dibandingkan dengan usia lain. Usia

muda juga berhubungan dengan tingkat

pengetahuan dan kesiapan perawat dalam

menangani pasien (Chan Kwok-Bun, 2007).

b. Lama Kerja

Penelitian terkait tentang lama kerja yang

berhubungan dengan stres dan keinginan untuk

keluar dari pekerjaan pada perawat muda

dilakukan oleh Tsu-Yin Wu, Diane Porretta

Fox, Carmen Stokes, dan Cynthia Adam (2012).

Perawat yang bekerja kurang dari 2 tahun

dilaporkan mengalami tingkat stres tertinggi jika

dibandingkan dengan dua kategori lainnya (3-5

tahun dan lebih dari 5 tahun). Perawat IGD yang

mempunyai pengalaman kerja di ruang IGD

kurang dari 1 tahun memiliki tingkat stres lebih

tinggi jika dibandingkan dengan perawat yang

memiliki pengalaman bekerja di IGD lebih dari

satu tahun (Ross-Adjie, Leslie, & Gillman,

2007, p.119).

Berdasarkan uji interaksi yang dilakukan oleh

peneliti, antara lama kerja dengan tingkat stres

didapatkan hasil yang tidak bermakna (p=

0,223, α= 0,05).

c. Jenis Kelamin

Teori mengatakan bahwa menjadi perempuan

merupakan faktor risiko terjadinya depresi dan

masalah psikologis lainnya. Insiden depresi

pada perempuan lebih besar dua kali lipat

dibandingkan dengan laki-laki (Potter & Perry,

2005). Setelah bekerja, tingkat stres yang

dialami oleh perempuan meningkat secara cepat.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan laki-

laki yang justru tingkat stresnya menurun ketika

pekerjaannya telah selesai. Perempuan itu tidak

hanya bekerja tetapi juga harus memikirkan

rumah tangga. Laki-laki dan perempuan

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 6: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

memiliki perbedaan dalam hal merespon stres

kerja (Lunberg & Cooper, 2011). Penelitian

yang dilakukan oleh Dr Jhilla Adeb-Saeedi

(2002) tentang “Stress Amongst Emergency

Nurses” juga menghasilkan bahwa stres yang

dialami oleh perawat perempuan lebih tinggi

daripada stres yang dialami oleh perawat laki-

laki.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

berbeda dengan teori dan penelitian terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat

perempuan yang mengalami stres tinggi hanya

16,7% sedangkan perawat laki-laki yang

mengalami stres tinggi mencapai 46,7%.

Penelitian di Amerika Serikat pun menyatakan

bahwa wanita cenderung memiliki tingkat stres

yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara

umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi

dari pada pria (Gunawati et al, 2006). Peneliti

berpendapat bahwa jenis kelamin tidak mutlak

berpengaruh terhadap tingkat stres kerja.

d. Tingkat Pendidikan

Penelitian yang dilakukan oleh Delaney dan

Piscopo pada tahun 2007 menunjukkan bahwa

ada perbedaan pengalaman stres kerja perawat

dengan latar belakang pendidikan program

ADN (Associate Degree in Nursing) dan

perawat dengan latar belakang pendidikan BSN

program (Bachelors of Science in Nursing

degree). Bukti penelitian menyatakan bahwa

latar belakang pendidikan atau tipe pendidikan

keperawatan memiliki hubungan dengan stresor

yang dialami. Perbedaan stresor tentu

berpengaruh pada tingkat stres yang dialami

oleh perawat. Pada umumnya, lulusan BSN

program (Bachelors of Science in Nursing

degree) cenderung mengalami stres yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan lulusan

program ADN (Associate Degree in Nursing)

(Wu, et all, 2011, p. 671).

2. Faktor Eksternal

a. Kematian Pasien

Stres kerja pada perawat di Jordania

menunjukkan bahwa tingkat stres kerja yang

dialami oleh perawat sangat dipengaruhi oleh

kematian pasien. Kematian pasien merupakan

stresor yang paling banyak ditemukan pada

perawat di Jordania. Kematian pasien yang

sering ditemui merupakan kejadian yang

menyebabkan stres dan sumber penderitaan bagi

perawat. Terkadang perawat menemukan

banyak gejala stres ketika melihat kematian

pasien yang dirawatnya. Beban kerja yang

berlebihan semakin membuat perawat tidak

mampu melakukan koping terhadap stres yang

dialami akibat kematian pasien. Beban kerja

yang berlebihan mengakibatkan berkurangnnya

waktu untuk saling bertemu dan mendukung

secara emosional kepada sesama perawat.

Kematian pasien yang tering terjadi setiap

harinya membuat perawat mudah terpapar oleh

stres kerja. Kematian pasien terjadi secara tidak

terduga dan tiba-tiba. Hal ini menyebabkan

perawat berpersepsi bahwa kematian pasien

disebabkan oleh kegagalan klinik yang telah

dilakukan (Hamaideh et. al., 2008, p.44).

Faktor eksternal kematian pasien menjadi salah

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 7: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

satu faktor penyebab tingkat stres kerja perawat

di ruang IGD RSUD Cibinong.

b. Konflik Dengan Dokter

Hasil penelitian tentang stresor kerja dan

mekanisme koping pada perawat IGD di Armed

Force Hospitals Taiwan menunjukkan bahwa

hubungan interpesonal juga hal yang

berpengaruh pada stres kerja perawat.

Hubungan interpersonal dan sifat professional

saat bekerja juga mempengaruhi tingkat stres

kerja perawat. Hubungan interpersonal

mencakup hubungan dengan supervisor,

kurangnya dukungan dari sesama perawat,

komunikasi yang kurang baik antar sesama

perawat, komunikasi yang buruk antar dokter,

dan konflik dengan dokter. Buruknya

komunikasi dan konflik dengan dokter

menduduki peringkat kedua faktor-faktor yang

menyebabkan stres kerja perawat (Liu, et. al.,

2010, p.629). Konflik dengan dokter dapat

diminimalisasi dengan komunikasi verbal yang

efektif antara perawat dan dokter. Komunikasi

yang baik antara dokter dengan perawat

merupakan perilaku dukungan yang mampu

mengurangi stres kerja (Heaston, et. al., 2006,

p.483)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di ruang

IGD RSUD Cibinong menunjukkan bahwa

faktor konflik dengan dokter jarang dialami oleh

perawat IGD RSUD Cibinong. Perawat yang

mengalami tingkat stres rendah lebih banyak

(66,7%) dibandingkan dengan perawat yang

mengalami stres tinggi (33,3%).

c. Kurangnya Persiapan

Penelitian terkait dilakukan oleh Wenru Wang,

Amelia Wai Man Kong, dan Sek Ying Chair

(2011) tentang hubungan antara tingkat stres

kerja dan strategi koping yang digunakan oleh

perawat unit bedah di Hong Kong. Penelitian

tersebut juga menggunakan instrumen Nursing

Stress Scale untuk mengukur tingkat stres kerja

perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

faktor yang paling berpengaruh terhadap stres

kerja perawat adalah beban kerja, kurangnya

dukungan, dan kurangnya persiapan. Kurangnya

persiapan mempunyai nilai rata-rata 12,33

dengan standar deviasi 2,92 dan merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap stres

kerja. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

ruang IGD RSUD Cibinong menunjukkan

bahwa faktor kurangnya persiapan banyak

dialami oleh perawat IGD RSUD Cibinong.

Perawat yang mengalami stres tinggi (76,2%)

lebih banyak dibandingkan dengan perawat

yang mengalami stres rendah (23,8%).

d. Masalah Dengan Sesama Profesi

Penelitian terkait tentang stres kerja perawat

Jordania dan dukungan sosial menghasilkan

bahwa konflik dengan sesama profesi

merupakan salah satu faktor penyebab stres

kerja perawat. Faktor masalah dengan sesama

profesi (mean= 11,58 dengan standar deviasi

3,17) merupakan faktor paling berpengaruh

setelah kematian pasien dan beban kerja.

Konflik dengan sesama profesi menyebabkan

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 8: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

berkurangnya interaksi antar sesama perawat.

Hal ini menyebabkan berkurangnya dukungan

sosial yang diberikan antar sesama perawat

untuk saling membantu dan bekerjasama satu

dengan yang lain (Hamaideh et. al., 2008, p.45).

Konflik interpersonal merupakan salah satu

stresor pada perawat IGD. Salah satu komponen

yang terdapat dalam stres interpersonal adalah

komunikasi yang buruk antar sesama perawat.

Penelitian tentang stresor kerja dan mekanisme

koping pada perawat IGD di Armed Force

Hospital Taiwan menunjukkan bahwa

komunikasi yang buruk antar sesama perawat

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap stres kerja (Liu, et. al., 2010, p.629).

Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi

stres kerja perawat IGD di RSUD Cibinong

menunjukkan bahwa banyak perawat yang

mengalami stres tinggi karena masalah dengan

sesama profesi/perawat (57,1%) dibandingkan

dengan perawat yang mengalami stres rendah

karena masalah dengan sesama profesi (42,9%).

e. Masalah Dengan Supervisor

Faktor masalah dengan supervisor menyingkap

bahwa kurang dukungan dari supervisor,

kesulitan bekerja sama, dan ketidakmungkinan

bertukar pengalaman serta perasaan dengan

sesama perawat merupakan stresor penting pada

stres kerja pada perawat. Masalah dengan

supervisor merupakan salah satu faktor

lingkungan sosial kerja. Penelitian tentang stres

kerja dan kesehatan pada perawat ICU di Serbia

sudah pernah dilakukan oleh Dragana

Milutinovic, Boris Golubovic, Nina Brkic, dan

Bela Prokes pada tahun 2012. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa masalah dengan

supervisor (mean= 2,56 dengan standar deviasi

0,99) merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap stres kerja perawat ICU di

Serbia (Milutinovic et. al., 2012, p.175).

Penelitian yang dilakukan peneliti kepada

perawat IGD RSUD Cibinong tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi stres kerja

menunjukkan bahwa masalah supervisor tidak

terlalu signifikan terhadap stres kerja perawat.

Perawat yang mengalami tingkat stres rendah

karena masalah dengan supervisor lebih tinggi

(61,9%) dibandingkan dengan perawat yang

mengalami stres tinggi (38,1%).

f. Beban Kerja yang Berlebihan

Beban kerja (Workload) merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi stres kerja. Beban

kerja yang berlebihan dapat terjadi karena

permintaan atau tuntutan kerja melebihi dari

jumlah sumber daya manusia dan fasilitas yang

tersedia. Beban kerja yang berlebihan

merupakan hal yang sering terjadi dalam

lingkungan pekerjaan dan sering menimbulkan

stres. Beban kerja yang berlebihan akan

mempengaruhi penurunan kesehatan fisik dan

penurunan kesehatan mental. Akibat penurunan

kesehatan mental, tingkat stres pekerja

meningkat dan kemampuan koping individu

dalam menghadapi stres menurun (Chang, et.

al., 2005, p32). Sistem bekerja pada perawat di

rumah sakit menggunakan sistem shift dimana

terdapat 3 shift dalam 24 jam. Berdasarkan hasil

penelitian, pekerja shift lebih memungkinkan

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 9: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

mengalami stres kerja yang tinggi jika

dibandingkan dengan pekerja yang bukan

menggunakan sistem kerja shift seperti pekerja

kantor. Pekerja shift mempunyai desakan atau

tuntutan psikologis yang tinggi dan mempunyai

kontrol kerja yang rendah. Selain itu, pekerja

shift lebih memungkinkan untuk merasakan

pekerjaannya sebagai tuntutan serta beban fisik

tersendiri (Park, 2007, p.9).

g. Ragu-ragu Dalam Memberikan Treatment

Penelitian tentang hubungan antara stres kerja,

metode koping, karakteristik demografi, dan

kesehatan pada perawat di Australia sudah

dilakukan oleh Esther M Chang, John Daly,

Karen M. H., John W. B., Amanda Johnson,

Vickie A. L., dan Clinton A. L pada tahun 2005.

Penelitian tersebut menghasilkan hubungan

antara keragu-raguan dalam memberikan

treatment terhadap kesehatan fisik dan mental.

Terganggunya kesehatan mantal menyebabkan

seseorang mudah mengalami stres kerja. Oleh

karena itu, ragu-ragu dalam memberikan

treatment merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi stres kerja perawat. Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti di ruang

IGD RSUD Cibinong dapat disimpulkan bahwa

ragu-ragu dalam memberikan treatment

merupakan salah satu faktor penyebab

seseorang mengalami stres. Namun, penelitian

yang dilakukan di ruang IGD RSUD Cibinong

menunjukkan bahwa stres kerja perawat rendah

(61,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan stres

tinggi (38,1%).

h. Pasien dan Keluarganya

Ketidakmampuan perawat dalam menerapkan

komunikasi terapeutik kepada pasien dan

keluarga pasien akan berdampak pada proses

perawatan pasien. Secara tidak langsung, pasien

tidak nyaman dan malas jika dirawat oleh

perawat. Hal tersebut mempengaruhi sifat

pasien dan keluarga pasien terhadap perawat.

Sifat negatif seperti kesulitan berkomunikasi,

pasien bersifat galak dan mudah marah, pasien

bersifat kasar, dan terkadang pasien dan

keluarga pasien mudah mencaci maki perawat

karena kurang puas dengan pelayanan dapat

mempengaruhi psikologis perawat. Perawat

sering diperlakukan tidak sewajarnya oleh

pasien dan keluarga pasien akan mudah

mengalami stres kerja. Pasien dan keluarga

pasien melakukan hal seperti itu juga karena

dampak psikologis yang dialaminya. Mereka

stres dengan kondisi kesehatannya. Oleh karena

itu, perawat pun juga harus dapat

meminimalisasi stres pada pasien dan keluarga

pasien. Sifat caring dan pelayanan yang baik

akan membuat pasien nyaman dan mengurangi

masalah psikologis pada pasien dan

keluarganya. Sifat caring perawat

mempengaruhi kepuasan pasien dan keluarga

pasien terhadap pelayanan keperawatan. Sifat

caring perawat juga berpengaruh pada respon

stres keluarga yang berhubungan dengan

hospitalisasi anggota keluarganya. Perawat

diposisikan untuk mempengaruhi sifat positif

respon stres keluarga. Ketika perawat mampu

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 10: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

merawat dan mengatasi stres pasien dan

keluarganya, maka perawat tersebut juga akan

terhindar dari stres kerja yang disebabkan oleh

pasien dan keluarganya (Pryzby, 2005, p.22).

i. Kondisi Ruangan dan Peralatan di IGD

Kondisi lingkungan yang buruk dan peralatan

yang kurang memadai dapat mempengaruhi

tingkat stres di lingkungan kerja (Jeremy, 2005).

Perawat mempunyai stresor yang tidak hanya

berasal dari dalam diri sendiri (faktor internal).

Faktor eksternal seperti lingkungan pekerjaan

yang kurang layak, peralatan yang kurang

lengkap, dan sudah tidak sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan juga dapat

mempengaruhi tingkat stres kerja (Ross-Adjie,

Leslie, & Gillman, 2007, p.119). Kondisi fisik

lingkungan pekerjaan yang tidak layak menjadi

salah satu sumber stres pada pekerja (Lunberg

& Cooper, 2011). Penelitian terkait dilakukan

oleh Gholamzadeh, Sharfif, & Rad pada tahun

2011. Mereka meneliti tentang sumber stres

kerja dan strategi koping pada perawat yang

bekerja di bagian administrasi dan IGD di

Rumah Sakit pendidikan Shiraz University of

Medical Science Iran. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kurangnya peralatan dan

masalah yang berhubungan dengan lingkungan

fisik merupakan salah satu keadaan yang dapat

menyebabkan stres kerja. Hasil penelitian yang

sudah dilakukan pada perawat di ruang IGD

RSUD Cibinong sesuai dengan teori dan

penelitian-penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa kondisi lingkungan dan

kelengkapan peralatan mempengaruhi stres

kerja. Hasil penelitian pada perawat di ruang

IGD RSUD Cibinong menunjukkan bahwa

sebanyak 50,0% perawat yang menyatakan

kondisi ruangan tidak layak mengalami stres

tinggi dan sebanyak 70,0% perawat yang

menyatakan peralatan kurang lengkap

mengalami stres tinggi. Peneliti ingin melihat

keterkaitan antar variabel dengan menggunakan

uji interaksi. Berdasarkan uji statistik

didapatkan p=0,004 yang artinya ada hubungan

antara kelengkapan peralatan di ruang IGD

dengan tingkat stres kerja perawat.

Kesimpulan

Faktor internal yang mempengaruhi stres kerja

perawat di ruang IGD RSUD Cibinong paling

banyak adalah berjenis kelamin laki-laki

(71,4%), memiliki latar belakang pendidikan D3

(85,7%), rata-rata berusia produktif (33,33

tahun), rata-rata lama kerja di ruang IGD selama

7,95 tahun. Banyak perawat IGD RSUD

Cibinong yang mengalami stres tinggi karena

kematian pasien (52,4%), kurangnya persiapan

(76,2%), masalah dengan sesama profesi

(57,1%), dan masalah karena pasien dan

keluarganya (57,1%). Faktor eksternal lain yang

mempengaruhi stres kerja perawat IGD RSUD

Cibinong adalah kondisi ruang IGD dan

peralatan di IGD. Perawat yang menyatakan

kondisi ruang IGD tidak layak (57,1%) lebih

banyak dibandingkan dengan yang menyatakan

cukup layak (42,9%). Perawat yang menyatakan

peralatan IGD cukup lengkap (52,4%) lebih

banyak dibandingkan dengan yang menyatakan

tidak lengkap (47,6%), namun perbedaannya

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 11: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

tidak terlalu signifikan. Tingkat stres kerja

perawat di ruang IGD RSUD Cibinong secara

keseluruhan dipersepsikan perawat masih

rendah (61,9%). Peneliti memberikan saran agar

penelitain selanjutnya dapat menghubungkan

faktor-faktor yang mempengaruhi stres dengan

tingkat stres. Penelitian selanjutnya juga

diharapkan mengambil cakupan yang lebih luas

seperti jumlah sampel yang semakin banyak dan

tempat penelitian yang semakin bervariasi.

Ucapan Terimakasih

1. Ibu Dewi Irawati, MA., PhD. selaku dekan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

2. Ibu Dr. Mustikasari S.Kp., MARS. selaku

dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikirannya guna untuk

mendidik anak didiknya.

3. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed. selaku

koordinator mata ajar Skripsi & Kepala

Program Studi S1 Keperawatan yang telah

memberikan bimbingannya.

4. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Cibinong yang telah mengizinkan peneliti

untuk meneliti fenomena yang ada di ruang

IGD.

5. Keluarga, Saudara, dan Teman-teman

Reguler 2009 FIK UI yang sudah membantu

dan memberikan dukungan kepada peneliti

selama proses penelitian.

Daftar Pustaka

Alves, Steve L. (2005). A study of occupational

stress, scope and practice, and collaboration

in nurse anesthetists practicing in anesthesia

care team settings. AANA Journal, 73, 443-

452.

Chang, Ester M. (2005). The relationships

among workplace stressors, coping

methods, demographic characteristics, and

health australian nurses. Jurnal of

Professional Nursing. 22. 30-38

Delaney, C., Piscopo, B.J. (2007). There really is a difference: nurses experiences with transitioning from RNs to BNs. Professional Nursing. 23. 167-173.

Gholamzadeh, S., Sharif, F., & Rad, F. D.

(2011). Sources of occupational stress and

coping strategies among nurses who work

in admission and emergency departements

of hospitals related to Shiraz University of

Medical Sciences. IJMNR/WINTER, 16, 41-

46.

Gray-Toft, P. A. & Anderson, J. G. (1981). The

Nursing stress scale: Development of an

instrumen. Journal of Behavioral

Assessment. 3, 11-23.

Hamaideh, S.H. et. al. (2008). Jordanian nurses

job stressors and social support.

International Nursing Review. 55. 40-47.

Healy, Sonya, & Tyrrell, Mark. (2011). Stress in

emergency departements: experiences of

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 12: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

nurses and doctors. Emergency Nurse, 19,

31-37.

Heaston, Sondra et. al. (2006). Emergency

nurses perceptions of obstacles and

supportive behaviors in end-of-life care.

Journal of Emergency Nursing. 32. 477-

485.

Helps, Sarah L. (1997). Experiences of stress in

accident in emergency nurses. Accident and

Emergency Nursing, 5, 48-53.

Karr, Collen D. (2006). Recognition of stress in

emergency room nurses. Buffalo New

York: Faculty of D’Youville College.

Kwok-Bun, Chan. (2007). Work Stress and Coping Among Professionals. Netherlands: Brill.

Liu, Wei-Wen. et. al. (2010). Job stressor and

coping mechanisms among emergency

department nurses in the Armed Forces

Hospitals of Taiwan. International Journal

of Human and Social Science. 5. 626-633.

Lunberg, Ulf & Cooper, Cary L. (2011). The

Science of Occupational Health: Stress

Psychobiology and The New World of

Work. UK: Wiley-Blackwell.

Milutinovic, Dragana et al. (2012). Professional

stress and health among critical care nurse

in Serbia. Arh Hig Rada Toksikol. 63. 171-

180.

Oman, K. S., McLain, J. K., & Scheetz, L. J.

(2000). Panduan belajar keperawatan

emergensi (Nur Meity S. A., Yuyun

Tuningsih, & Salmiatun, Penerjemah.).

Jakarta: EGC.

Park, Jungwee. (2007). Work stress and job performance. Statistic Canada Catalogue. 75. 001-XIE.

Potter, P. A. & Perry A. G. (2005).

Fundamental of nursing: Concept, theory,

and practice. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Pryzby, Barbara Z. (2005). Effects of nurse

caring behaviours on family stress

responses in critical care. Intensive and

Critical Care Nursing. 21. 16-23.

Rosen, C. C., Chang, C. H., Djurdjevic, Emilija, & Eatough, Erin. (2010). Occupational stressors and job performance: an updated review and recommendations. Research in Occupational Stress and Well Being. 8, 1–60

Ross-Adjie, Gail M., Leslie, Gavin, & Gillman,

Lucia. (2007). Occupational stress in the

ED: what matters to nurses?. Australasian

Emergency Nursing Jurnal. 10. 117-123.

Saeedi, Jhilla Adeb. (2002). Stress amongst

emergency nurses. Australian Emergency

Nursing Journal, 5, 19-24.

Stranks, Jeremy. (2005). Stress at Work:

Management and Prevention. Oxford:

Elseiver Butterworth-Heinemann.

Sujudi, A. (1999). Prinsip-prinsip manajemen

rumah sakit. Modul kuliah program Pasca

Sarjana Magister Manajemen Rumah Sakit

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013

Page 13: RSUD Cibinong - lib.ui.ac.id

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah

Mada.

Wang, Wenru., Kong, Amelia Wai Man., & Chair, Sek Ying. (2011). Relationship between job stress level and coping strategies used by Hong Kong nurses working in an acute surgical unit. Applied Nursing Research. 24. 238-243.

Wong, F. K. Y., et al. (2004). Effects of nurse

follow-up on emergency room revisits: a

randomized controlled trial. Social Science

and Medicine, 59, 2207-2218.

Wu, Tsu-Yin et. al. (2012). Work-related stress

and intention to quit in newly graduated nurses.

Nurse Education Today. 32. 669-674.

Faktor-faktor..., Mustafidz, FIK UI, 2013