s geo 034534 chapter2

Upload: desyaalvrida

Post on 06-Jul-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    1/32

     

    13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Daur Hidrologi

    Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara

    berkembang yang masih memiliki masalah budaya dan teknologi dalam

    pengelolaan air yang sesuai dengan lingkungannya. Secara etimologi, hidrologi

    berasal dari dua kata, yaitu hydro yang berarti air, dan logos yang berarti ilmu.

    Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek

    hidrologi menjadi lebih jelas. International Glossary of Hidrology (dalam

    Seyhan:1) mengemukakan bahwa : “Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan

    air bumi, proses terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan

    fisikanya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan

    makhluk hidup. ”

    Marta dan Adidarma (1983 : 1) ikut pula menjelaskan bahwa hidrologi

    adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di

    bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air

    serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan.

    Sedangkan Soemarto (1986: 15) menyatakan bahwa : “ Hidrologi adalah

    suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, meliputi

    berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara keadaan

    cair, padat dan gas dalam atmosfer, di atas dan di dalam permukaan tanah. Selain

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    2/32

    14 

    itu, tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang

    mengaktifkan penghidupan di planet bumi ini”.

    Sumber : http://www.lablink.or.id

    Gambar 2.1 Obyek Material Hidrologi

    Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hidrologi

    merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang air dengan ruang lingkup dan

    cakupan yang luas. Cakupan itu meliputi asal mula dan proses tejadinya air,

    pergerakan dan persebaran air, sifat-sifat air, keterkaitan air dengan lingkungan

    dan kehidupan.

    Air mengalir melalui suatu daur air yang berjalan dengan sempurna.

    Dalam hidrologi konsep ini diistilahkan dengan daur atau siklus hidrologi. Dalam

    Asdak (1995: 6), menjelaskan bahwa : “Daur atau Siklus hidrologi adalah

    perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    3/32

    15 

    kembali lagi ke laut yang tidak pernah habis tersebut, air tersebut akan tertahan

    (sementara) di sungai, danau atau waduk, dalam tanah sehingga dapat

    dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lain”.

    Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa daur hidrologi

    secara sederhana dapat dikatakan pergerakan air ke udara kemudian jatuh sebagai

    hujan ke daratan dan kembali lagi ke laut.

    Sumber : http://www.lablink.or.id

    Gambar 2.2. Siklus Hidrologi

    Dalam bentuk bagan, alur daur hidrologi dapat juga ditunjukkan seperti

    tersebut pada gambar 2.3. bagan alir tersebut menunjukkan bahwa masukan

    berupa curah hujan akan didistribusikan melalui beberapa jalan, yaitu air lolos

    (throughfall), aliran batang (steamflow), dan air hujan langsung sampai ke

    permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air

    infiltrasi. Air evaporasi bersama-sama transpirasi vegetasi dan air intersepsi

    kembali ke udara sebagai air evapotranspirasi. Air larian dan air infiltrasi akan

    perkolasi

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    4/32

    16 

    mengalir ke sungai sebagai debit (discharge). Tetapi sebagian besar akan

    tersimpan sebagai airtanah (groundwater ) yang akan keluar sedikit demi sedikit

    dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang

    rendah.

    Uraian tentang daur hidrologi tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam

    prosesnya, siklus hidrologi akan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu,

    tekanan atmosfir, angin, dan sebagainya) dan kondisi topografi.

    Sumber : Asdak (1995 : 9)

    Gambar 2.3. Bagan Alir Daur Hidrologi

    Curah Hujan

    Total

    Evapotranspirasi

    Aliran

    Batang

    Debit

    Curah Hujan

    langsung

    Intersepsi Air Air hilang

    terintersepsi

    Air larianPermukaan

    tanah

    Evaporasi

    tanah

    Kelembaban

    Tanah

    Transpirasi

    vegetasi

    Curah hujan

    bersih

    Air Lolos

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    5/32

    17 

    2.2 Neraca Air

    Menurut Sosrodarsono (2006 : 2), “Neraca air adalah hubungan antara

    aliran ke dalam (inflow) dan aliran ke luar (outflow) di suatu daerah untuk suatu

    periode tertentu”. Penafsiran kuantitatif dari daur hidrologi dapat dicapai dengan

    suatu persamaan umun yang disebut persamaan neraca air. Ini merupakan

    persamaan yang menggambarkan prinsip bahwa selama selang waktu tertentu,

    masukan air total pada suatu ruang tertentu harus sama dengan keluaran total

    ditambah perubahan bersih dalam cadangan.

    Didalam neraca air terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

    1) 

    Presipitasi

    Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke

    tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Dalam arti yang lebih spesifik,

    presipitasi adalah segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan

    bumi dalam bentuk cair (hujan) maupun padat (salju) sebagai akibat dari adanya

    proses kondensasi (uap air menjadi titik-titik air) dalam rangkaian proses daur

    atau siklus hidrologi. Perbedaan besar presipitasi berdasarkan waktu dan wilayah

    akan mempengaruhi keseimbangan neraca air sehingga membuat siklus hidrologi

    menjadi tidak merata.

    2)  Evapotranspirasi

    Peristiwa air atau es menjadi uap dan naik ke udara disebut  penguapan.

    Peristiwa ini berlangsung secara terus menerus dari permukaan air, permukaan

    tanah, padang rumput, persawahan, hutan, dan lain-lain. Penguapan yang berasal

    dari badan-badan air seperti tanah, massa air daratan dan samudera disebut

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    6/32

    18 

    evaporasi. Sedangkan penguapan yang berasal dari tumbuhan melalui pori-pori

    daun (stomata) disebut transpirasi. Penguapan yang berasal dari gabungan

    keduanya disebut evapotranspirasi. Jadi, evapotranspirasi adalah jumlah total

    penguapan air yang berasal dari bumi (evaporasi) dan penguapan air dari

    tumbuhan (transpirasi) setiap satu meter kuadrat.

    3)  Aliran Permukaan (Surface Run Off )

    Aliran permukaan adalah pergerakan aliran air di atas permukaan tanah,

     jumlahnya banyak, dan merupakan sisa atau kelebihan dari air yang tidak terserap

    oleh tanah. Aliran ini akan terus menuju daerah-daerah yang rendah, masuk ke

    sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Volume air yang mengalir tidak seluruhnya

    kembali ke laut, sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Perlu diketahui

    pula bahwa aliran permukaan hanya terjadi oleh curah hujan dengan curah yang

    lebih.

    4)  Aliran Airtanah ( sub-Surface Run Off )

    Aliran airtanah adalah air yang meresap ke dalam tanah, mencapai

    permukaan airtanah dan bergerak menuju sungai dalam hitungan waktu. Aliran ini

    disebut juga debit aliran dasar yang hanya berubah sedikit selama musim kering

    dan basah sepanjang tahun.

    5)  Infiltrasi

    Infiltrasi adalah proses peresapan atau pergerakan air ke dalam tanah

    melalui pori-pori tanah dengan arah vertikal. Kapasitas infiltrasi curah hujan dari

    permukaan tanah ke dalam tanah sangat berbeda-beda tergantung pada kondisi

    tanah di tempat bersangkutan. Infiltrasi sangat berpengaruh terhadap besarnya

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    7/32

    19 

    potensi air tanah. Semakin tinggi infiltrasi, maka semakin besar potensi air

    tanahnya. Proses infiltrasi biasanya diikuti oleh proses-proses  perkolasi [air yang

    meresap terus sampai ke kedalaman tertentu dan mencapai permukaan air tanah

    (groundwater ) sampai pada batas lapisan yang kedap air].

    6) 

    Cadangan Air (Water Storage)

    Aliran sungai dapat dijadikan aliran dasar bagi cadangan air. Begitu juga

    dengan air tanah yang terdapat jauh di bawah permukaan tanah, dapat dijadikan

    cadangan air dalam waktu yang relatif lama.

    2.3 

    Airtanah (Groundwater)

    Airtanah merupakan sumberdaya penting dalam penyediaan air diseluruh

    dunia. Gelhar, 1972 dalam Seyhan (1977 : 254) menyatakan bahwa ‘Lebih dari 98

    persen dari semua air (diduga sedikit lebih daripada 7 x 106  km3) di atas bumi

    tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan

    butiran. Dua persen sisanya terdapat di danau, sungai, dan reservoir. Sembilan

    puluh enam persen disebut air tanah dan di gambarkan sebagai air yang terdapat

    pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah’.

    2.3.1 

    Pengertian dan Jenis AirtanahSosrodarsono (2006 : 93) menjelaskan bahwa :

    “Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di

    dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di

    dalam retak-retak dari batuan. Untuk air yang terdapat di alam ruang-

    ruang antara butir-butir tanah disebut air lapisan dan air yang terdapat

    di dalam retak-retak dari batuan disebut air celah ( fissure water )”.

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    8/32

    20 

    Menurut Kodoatie (1996 : 7) :

    “Airtanah ialah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapatdikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase,

     juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir ke permukaan

    tanah melalui pancaran atau rembesan”.

    Sedangkan menurut Herlambang (1996 : 5) “airtanah adalah air yang

    bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang

    meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut

    akifer”. Lapisan yang mudah dilalui oleh airtanah disebut lapisan permeabel,

    seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit

    dilalui airtanah disebut lapisan impermeabel, seperti lapisan lempung atau geluh.

    Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

    Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa airtanah merupakan

    air hasil dari peresapan ke dalam tanah dan tersimpan di dalam rongga-rongga

    tanah yang keberadaannya dipengaruhi oleh zone geologi dan struktur batuan dari

    tanah tersebut.

    Lapisan permeabel (Permeable layer ) adalah lapisan yang dapat dilalui

    dengan mudah oleh airtanah seperti lapisan pasir atau lapisan kerikil. Sedangkan

    lapisan impermeabel ( Impermeable layer ) terbagi menjadi dua jenis, yaitu lapisan

    kedap air (aquiclude) atau lapisan yang sulit dilalui airtanah seperti lapisan

    lempung atau lapisan silt, yang kedua adalah lapisan kebal air (aquifuge) atau

    lapisan yang menahan air seperti lapisan batuan (rock ).

    Airtanah dalam akuifer yang tertutup dengan lapisan impermeabel

    mendapatkan tekanan sehingga air ini disebut sebagai air terkekang (confined

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    9/32

    21 

    water ). Airtanah dalam akuifer yang tidak tertutup dengan lapisan impermeabel

    disebut dengan airtanah bebas ( free water ) atau air tak terkekang (unconfined

    water ). Jadi permukaan airtanah di sumur adalah permukaan air bebas dan

    permukaan air tanah dari akuifer yang terletak di antara lapisan impermeabel

    adalah permukaan air terkekang. Pada tabel berikut ini akan diuraikan mengenai

    karakteristik airtanah bebas dan airtanah terkekang.

    Tabel 2.1 Karakteristik Airtanah Bebas dan Airtanah Terkekang

    Karakteristik Airtanah Bebas Airtanah Terkekang

    Akuifer Mempunyai hubungan dengan

    zone aerasi

    Ditutup dengan lapisan

    impermeabel

    Permukaan

    Airtanah

    Batas antara zone aerasi dan

    zone jenuh adalah permukaan

    airtanah bebas

    Permukaan air terkekang

    (dengan tekanan)

    Permukaan air

    di sumur

    Permukaan air bebas berubah

    perlahan-lahan oleh pemompaan

    atau berhenti. Permukaan itu

    dipengaruhi oleh curah hujandan kondisi aliran sungai, tetapi

    tidak di pengaruhi oleh tekanan

    udara dan pasang surut

    Variansi permukaan air terkekang

    menyebar secepat kecepatan suara.

    Permukaan itu berubah sedikit

    terhadap tekanan udara dan pasangsurut, tetapi permukaan itu tidak

    dipengaruhi banyak oleh curah

    hujan dan kondisi aliran sungai

    Jari-jari

    pengaruh

    150 – 500 m, terbesar 1000 m 500 – 1000 m, untuk jari-jari

    beberapa km.

    Sumber : Suyono (2006 : 94)

    Berdasarkan asal mulanya, Todd dan Dam (dalam Seyhan 1990 : 256)

    membagi airtanah ke dalam empat tipe, yaitu sebagai berikut :

    1)  Air Meteorik

    Air meteorik adalah air yang berasal dari atmosfer dan mencakupi

    kejenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan :

    a.  Secara langsung : infiltrasi pada permukaan tanah, dan dengan cara

    kondensasi uap air (dapat diabaikan).

    b.  Secara tidak langsung oleh perembesan influen (dimana kemiringan

    muka air tanah menyusup di bawah air permukaan, kebalikan dari

    influen) dari danau, sungai, saluran buatan dan lautan.

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    10/32

    22 

    2)  Air Juvenil

    Air juvenil adalah air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan

    dari kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air juvenil dibagi lagi menurutsumber spesifiknya ke dalam :

    a.  Air magmatik

    b.  Air gunungapi

    c.  Air kosmik (yang dibawa oleh meteor)

    3)  Air Diremajakan (rejuvenated )

    Merupakan air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan dari daur

    hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-sebab lain. Melalui

    metamorfisme, pemadatan atau proses-proses yang serupa kembali lagi ke

    daur hidrologi.

    4)  Air Konat

    Air konat adalah air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen ataugunung pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat

    termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air

    laut.

    2.3.2  Terjadinya Airtanah

    Untuk menguraikan terjadinya air tanah diperlukan peninjauan kembali

    bagaimana dan dimana air tanah tersebut berada, distribusinya di bawah

    permukaan tanah dalam arah vertikal dan horizontal harus dimasukan dalam

    pertimbangan. Selain itu, perlu juga diidentifikasi pengaruh zone geologi dan

    strukturnya terhadap air tanah, dalam arti kemampuannya untuk menyimpan dan

    menghasilkan air. Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi menyediakan air

    kepada zone bawah tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan melakukan

    distribusi dan mempengaruhi gerakan air tanah, sehingga jelas bahwa geologi

    mempunyai peranan yang tidak dapat diabaikan terhadap hidrologi air tanah.

    a.  Asal air tanah

    Air tanah merupakan produk dari proses siklus atau daur hidrologi, baik

    melalui daur yang singkat maupun dalam daur yang panjang. Sejumlah kecil dan

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    11/32

    23 

    air tanah yang berasal dari sumber lain dapat pula masuk ke dalam daur tersebut

    seperti air connate, air juvenil, air meteorik, dan sebagainya. 

    b.  Sifat-sifat Batuan Yang Mempengaruhi Airtanah

    Proses terbentuknya airtanah juga dipengaruhi oleh formasi geologi

    (formasi batuan atau material lain yang berfungsi menyimpan air dalam jumlah

    besar). Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan menyimpan dan

    melalukan airtanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air-mata air

    pada kondisi lapangan yang biasa dikenal sebagai akuifer  (juga disebut reservoir

    airtanah, formasi pengikat air, dasar-dasar yang tembus air). Sebaliknya formasi

    yang sama sekali tidak tembus air (impermeabel) dikenal sebagai aquiclude.

    Formasi tersebut mengandung air namun tidak dimungkinkan adanya gerakan air

    yang melaluinya (seperti tanah liat).

    Sumber: http//: www.google.com

    Gambar 2.4 Terjadinya Airtanah

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    12/32

    24 

    Menurut Seyhan (1990: 256) “…akuifer  ditemukan pada sejumlah lokasi.

    Deposit glasial pasir dan kerikil, kipas alluvial dataran banjir dan deposit delta

    pasir semuanya merupakan sumber-sumber air yang sangat baik”. Dengan

    demikian, akuifer pada dasarnya adalah kantong air yang berada di dalam tanah.

    Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990 : 41-42) bahwa

    macam-macam akifer sebagai berikut:

    a.  Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)

    Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air danberada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini

    disebut dengan water table (preatik level), yaitu permukaan air yang

    mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.

    b.  Akifer Tertekan (Confined Aquifer)Yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh

    lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta

    mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.

    c.  Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) Yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya

    dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan

    lapisan kedap air.

    d.  Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)Yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan

    kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir

    halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan

    adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan peralihan

    antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.

    Todd (1980) dalam Hartono (1999 : 7) menyatakan tidak semua formasi

    litologi dan kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan

    pengamatan lapangan, akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:

    a.  Lintasan air (water course),  materialnya terdiri dari aluvium yang

    mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran

    banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir

    dan karikil.

    b.  Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan

    (abandoned valley),  tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa

    pasir halus sampai kasar.

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    13/32

    25 

    c.  Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas

    bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga

    merupakan akifer yang baik.d.  Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang

    berada diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi

    dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.

    e.  Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-

    retakan atau diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat

    sekunder.

    f.  Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal inimengalir , ia mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang

    merupakan lubang atau pori-pori dapat terisi air. 

    Bagian batuan yang tidak terisi oleh bagian padatnya (butirnya) akan diisi

    oleh air tanah. Ruang-ruang tersebut dinamakan rongga-rongga (voids, interstices)

    atau pori-pori. Dalam studi airtanah rongga-rongga merupakan salah satu bagian

    penting karena fungsinya yang bekerja sebagai pipa airtanah. Rongga-rongga

    tersebut ditandai oleh besarnya, bentuknya, ketidakteraturannya (irregularity) dan

    distribusinya. Pori-pori merupakan ciri batuan sedimen klasik dan bahan butiran

    lainnya. Pori berukuran kapiler yang membawa air disebut air pori. Sedangkan

    aliran yang melalui pori disebut laminer . Kapasitas penyimpanan/cadangan air

    suatu bahan ditunjukkan dengan porositas yang merupakan nisbah volume rongga

    (Vv) dengan volume batuan (V),

    (Persamaan……….1)

    Dimana : n = persen porositas (%)

    Vv = volume rongga (cm3)

    V = volume total batuan (gas, cair dan padat) {cm3}

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    14/32

    26 

    Pada persamaan 1 di atas, sebenarnya sudah ada ketentuan yang ditetapkan

    untuk porositas setiap jenis batuannya, salah satunya yaitu yang dikemukakan

    oleh Todd (1985 : 28) beserta nilai n setiap jenis batuannya seperti terlihat pada

    tabel 2.2 di bawah ini :

    Tabel. 2.2 Nilai Porositas Batuan (Todd, 1985 : 28)

    Material%

    PorositasMaterial

    %

    Porositas

    Gravel, Coarse 28 Dure Sand 45

    Gravel, Medium 32 Loess 49

    Gravel, Fine 34 Peat 92

    Sand, Coarse 39 Schrist 38

    Sand, Medium 39 Siltstone 35

    Sand, Fine 43 Claystone 43

    Silt 46 Shale 6

    Clay 42 Till, Predominantly Silt 34

    Sandstone, Fine-grained 33 Till, Predominantly Sand 31

    Sandstone, Medium-grained 37 Tuff 41

    Limestone 30 Basalt 17Dolomite 26 Gabro, Weathred 43

    Granite, Weathred 45

    Sumber : Todd (1985 : 28)

    2.3.3  Kondisi Airtanah

    Dalam Sosrodarsono (2006 : 98-103) dikemukakan bahwa kondisi airtanah

    diklasifikasikan dalam lima jenis berdasarkan morfologinya, yaitu airtanah

    dataran alluvial, airtanah di dalam kipas detrital, airtanah dalam terras dilluvial,

    airtanah di kaki gunungapi, dan airtanah di zone retakan.

    1)  Airtanah dataran alluvial

    Volume airtanah dalam dataran alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran

    dan permeabilitas dari akuifer yang terbentuk dalam alluvium dan diluvium yang

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    15/32

    27 

    mengendap dalam dataran. Airtanah dataran alluvial ini terbagi menjadi tiga yaitu

    air susupan (airtanah dalam lapisan yang mengendap di dataran banjir ditambah

    langsung dari peresapan air sungai), airtanah di lapisan dalam, dan airtanah

    sepanjang pantai.

    2)  Airtanah di dalam kipas detrital

    Endapan kipas detrital dibagi atas endapan di atas kipas dan endapan di

    bagian ujung bawah kipas, dengan karakteristik yaitu materialnya terdiri dari

    pasir, kerikil, dan loam dengan permeabilitas kira-kira 10-1

      sampai 10-3

      cm/det.

    Akuifer yang terdapat dibawah endapan ini adalah airtanah terkekang yang

    dangkal karena tertutup oleh lapisan lempung.

    3)  Airtanah di dalam terras dilluvial

    Airtanah dalam teras dilluvial yang tertutup dengan endapan terras yang

    agak tebal ditentukan oleh keadaan bahan dasar dan daerah pengaliran dari terras.

    Kondisinya dicirikan dengan terdapatnya akuifer yang tebal sehingga pengisian

    airtanah akan menjadi besar.

    4)  Airtanah di kaki gunungapi

    Mengingat kaki dari gunungapi itu mempunyai topografi dan geografi

    yang aneh, maka tanahnya mempunyai karakteristik pengisian airtanah yang lebih

    banyak karena terbentuknya akuifer yang besar dan mata air yang banyak. Hal ini

    dicirikan dengan banyaknya retakan dan ruang-ruang di bagian dasar aliran lava.

    5)  Airtanah di zone retakan

    Mengingat lapisan-lapisan zaman Tersier mempunyai kepadatan yang

    besar, porositas efektif antar butir tanah adalah kecil. Koefisien permeabilitasnya

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    16/32

    28 

    adalah kira kira 10-4

     sampai 10-6

     cm/det dan tidak terbentuk akuifer. Akan tetapi

     jika terdapat zone retakan yang memotong lapisan-lapisan ini, maka di dalamnya

    terisi air celah.

    2.3.4 

    Pergerakan Airtanah

    Umumnya air bergerak dengan aliran relatif lambat atau dalam kondisi

    laminar. Untuk bergerak, airtanah harus mempunyai energi. Perbedaan potensi

    kelembaban total dan kemiringan antara dua titik/lokasi dalam lapisan tanah dapat

    menyebabkan gerak air dalam tanah. Air bergerak horizontal pada dasarnya

    mengikuti hukum hidrolika.

    Dalam Soemarto (1986: 266) disebutkan bahwa :

    Gerakan airtanah dalam keadaan sebenarnya tidak berubah. Gerakan

    tersebut dikuasai oleh prinsip-prinsip hidrolika terhadap aliran

    airtanah melewati akuifer yang pada umumnya merupakan media tiris.

    Kombinasi gaya gravitasi bumi (Z) dengan tekanan potensial (P) lazim

    disebut tinggi-energi hidrolik (hydraulic head ) yang juga merupakan variabel

    penting dalam mengamati konsep energi airtanah. Gradien hidrolik merupakan

    tenaga pendorong gerakan air dalam tanah. Hal ini dipengaruhi pula oleh adanya

    hujan yang terputus, evaporasi, dan buangan air di lapangan. Gerakan air tanah

    mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan

    berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan”.

    (Utaya, 1990 : 35)

    Henry Darcy, seorang ahli bangunan air dari Perancis (Dijon), telah

    melakukan penyelidikan terhadap aliran air lewat lapisan pasir horizontal yang

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    17/32

    29 

    digunakan sebagi filter air. Persamaan yang digunakan untuk menghitung debit

    airtanah tersebut yaitu (Soemarto, 1986 : 268):

    (Persamaan……….2)

    (Persamaan……….3)

    (Persamaan……….4)

    Dimana = gradien hidrolik

    Q = debit (m3 /detik)

    k = konduktivitas hidraulik (m/detik)

    v = kecepatan aliran (m/detik)

    Persamaan 2 menyatakan bahwa kecepatan aliran (v) adalah sama dengan

    perkalian antara konstanta (k), yang diketahui sebagai koefisien permeabilitas

    dengan gradien hidrolik.

    Prinsip-prinsip hidrolika di atas juga dijelaskan dalam UU Sumberdaya

    Air daerah aliran airtanah disebut cekungan airtanah (CAT) yang didefinisikan

    sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua

    kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan

    airtanah berlangsung. Cekungan airtanah dapat dibatasi oleh satu atau lebih batas

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    18/32

    30 

    daerah alirannya. Beberapa kondisi batas tersebut yaitu (Toth, 1990 dan Kupper,

    1990, dalam Kodoatie; 2005 : 39-42)

    1)  Batas ketinggian yang diketahui ( prescribed head boundary)

    Batas ini merupakan batas ketinggian (H) yang konstan, misalnya muka air

    laut, muka air danau, muka air sungai. Batas ini sudah disesuaikan dengan

    datum yang ada.

    2)  Batas aliran yang diketahui ( prescribed flux boundary)

    Besarnya aliran secara konstan memberikan distribusi debit yang tetap

    namun bila tidak ada aliran maka h = konstan dan ini disebut batas

    ketinggian konstan (constant head boundary).

    3)  Batas muka air

    Batas ini merupakan batas muka airtanah dan berdasarkan persamaankontinuitas maka dQ = konstan. Alirannya melalui lapisan dengan harga

    konduktifitas hidrolik K. Dalam hal pengertian secara aplikatif ialah aliran

    air akan berbias melalui batas yang konstruktif (muka air yang diketahui)

    tersebut namun besaran debitnya akan selalu konstan.

    4)  Batas kedap air

    Suatu daerah yang kedap air (impermeable) sehingga aliran air tidak dapat

    melewatinya. Sering disebut batas tanpa aliran (no flow boundary).

    2.4 

    Konsep Potensial airtanah dan Hidrogeologi

    2.4.1  Potensial Airtanah

    Dalam Hillel, 1980 dikatakan bahwa Potensial airtanah adalah kekuatan

    gerakan pemindahan air. Keuntungan utama dari konsep “potensial” adalah

    sumbangannya terhadap sesuatu pengukuran yang tidak seragam dengan muka

    airtanah yang dapat dielevasi pada suatu waktu dan setiap waktu dalam tanah,

    tanaman, dan atmosfer. Airtanah adalah subjek untuk semua gaya. Gaya-gaya ini

    termasuk gravitasi, tekanan hidrolik, atraksi matriks tanah terhadap air,

    keberadaan solute, dan aksi tekanan gas eksternal. Pada beberapa titik dalam

    tanah, total potensial airtanah adalah jumlah semua gaya-gaya yang terlibat.

    Sumber air yang berupa air tanah ini sangat penting manfaatnya. Di musim

    kemarau ketika air permukaan tidak tersedia karena kering, maka banyak

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    19/32

    31 

    digunakan air tanah; karena kesinambungannya dari sisi kuantitas lebih baik

    dibandingkan dengan air hujan maupun air permukaan.

    Semua air terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan

    merupakan kebalikan dari air permukaan. Maka kita kadang-kadang menjumpai

    istilah “air di bawah permukaan” dan “air bawah tanah”, yang dapat dianggap

    perbedaan. Dalam hal ini kelengasan yang terdapat di dalam bagian teratas tanah

    (tonik ) juga termasuk dalam pengertian tersebut.

    Air permukaan dapat mengalami pencemaran, seperti air sungai, namun

    mekanismenya berbeda. Karena lebih terbuka, air permukaan lebih mudah

    mengalami penurunan kualitas daripada air tanah. Oleh karena itu orang

    cenderung untuk menggunakan airtanah sebagai sumber untuk keperluan sehari-

    hari, termasuk untuk air minum.

    Dengan kenyataan tersebut diatas, maka secara langsung terjadi aktivitas

    pengambilan airtanah oleh masyarakat baik itu untuk keperluan domestik, non

    domestik, dan kebutuhan municipal (perkantoran, restoran, industri, sekolah, dll).

    Semua kegiatan tersebut secara tidak langsung masuk kedalam pengertian

    potensial air atau yang disebut dengan pemindahan air, karena menggunakan salah

    satu metoda lubang bor didalam pengukurannya.

    Pengambilan airtanah dalam (deep groundwater ) diawali dengan kegiatan

    pembuatan sumur bor, yaitu sumur yang dibuat dengan menggunakan bor. Lalu

    melakukan tahapan-tahapan kegiatan berikutnya seperti survey penggalian, uji

    akuifer, cara pendugaan hidrogeologi, pengeboran, pemasangan ring atau

    saringan, hingga proses pemompaan atau eksplorasi airtanah dalam. Biasanya

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    20/32

    32 

    dalam suatu Cekungan Air Tanah (CAT) terdapat beberapa sumur bor yang

    digunakan sebagai sumur pantau.

    Gambar 2.5

    Maket Sumur Bor Industri dan Sumur Penduduk

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    21/32

    33 

    Menurut Warsono, Suyono, (2006) : “Sumur pantau adalah sumur yang

    dibuat untuk memantau kedudukan muka airtanah dan atau kualitas airtanah pada

    akuifer tertentu”.

    Fungsi dari sumur pantau ini adalah untuk mengamati, menganalisa,

    melakukan pencatatan data hasil pemantauan, dan mengawasi eksplorasi airtanah

    dalam sehingga potensi airtanah tersebut dapat dikendalikan dan didayagunakan

    secara optimal, berhasil guna, dan berdaya guna tentunya. Fungsi-fungsi tersebut

    dapat berjalan baik apabila terdapat suatu jaringan sumur pantau atau kumpulan

    sumur pantau yang tertata berdasarkan kebutuhan pemantauan terhadap airtanah

    pada suatu cekungan airtanah. Secara lebih detail sumur bor tersebut disajikan

    pada Gambar 2.5 Maket Sumur Bor dan Gambar 2.6 Penampang Kedudukan

    Sumur Airtanah Dalam Dan Airtanah Dangkal.

    2.4.2  Hidrogeologi

    Hidrogeologi (hidro-  berarti air, dan -geologi  berarti ilmu mengenai

    batuan) merupakan bagian dari hidrologi  yang mempelajari penyebaran dan

    pergerakan airtanah dalam tanah  dan batuan  di kerak Bumi (umumnya dalam

    akuifer).

    Adapun kegiatan Hidrogeologi adalah meliputi:

    a.  Pelacakan sumber airtanah-dalam.

    Pelacakan Airtanah-dalam dengan metode teknik nuklir bertujuan untuk

    mendapatkan titik potensial pemboran airtanah-dalam baik dengan akuifer pori

    maupun akuifer celah.

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    22/32

    34 

    b.  Pemboran eksplorasi/produksi airtanah-dalam dan diagrafi nuklir lubang bor

    Pembuatan Sumur Eksplorasi/Produksi Airtanah-dalam meliputi persiapan

    lokasi, pemasangan alat, pemboran pilot hole, diagrafi nuklir lubang bor,

    reaming, konstruksi sumur, uji pemompaan, pemasangan pompa, penyiapan

    instalasi air (reservoar, rumah pompa&genset, perpipaan).

    c.  Konstruksi instalasi air.

    Konstruksi diperlukan untuk mengawasi produksi airtanah-dalam,

    diantaranya untuk pemasangan ring pada suatu akuifer.

    Gambar 2.6

    Penampang Kedudukan Sumur airtanah Dalam dan Airtanah Dangkal

    Sumur airtanah dalam  Sumur airtanah dan kal

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    23/32

    35 

    Kegiatan hidrogeologi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

    lapisan penyusun batuan, seperti bagaimana struktur batuan. Hal ini dikarenakan

    karakteristik hidrogeologi setiap tempat berbeda-beda. Unit geologi (batuan)

    mempengaruhi tingkat kelulusan air atau yang dikenal dengan istilah produktifitas

    akuifer. Sebaran hidrogeologi menurut Soetrisno (1995), bila ditinjau dari jenis

    aliran dan produktivitas akuifernya dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :

    (1)  Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, yang terdiri atas :

    a.  Akuifer produktivitas tinggi dan penyebaran luas.

    b.  Akuifer produktif dengan penyebaran luas

    c.  Akuifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran luas.

    d.  Akuifer setempat dengan produktivitas sedang.

    (2)  Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang butir, terdiri atas :

    a. 

    Akuifer dengan produktivitas tinggi dan penyebaran luas. Akuifer ini

    mempunyai keterusan dan kisaran kedalaman muka airtanah yang

    beragam.

    b.  Akuifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran luas. Akuifer ini

    umumnya terdapat pada endapan vulkanik muda yang mempunyai

    kelulusan tinggi hingga sedang, terutama pada endapan lahar dan lava

    vesikuler.

    (3)  Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran, terdiri atas :

    a.  Setempat akuifer produktif. Aliran airtanah ini terbatas pada celahan

    atau rekahan atau saluran pelarutan.

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    24/32

    36 

    b.  Akuifer produktif sedang. Aliran airtanah ini terbatas pada celahan

    atau rekahan lava vesikuler.

    (4)  Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas rendah dan langka air

    a.  Akuifer dengan produktivitas rendah. Umumnya kelulusannya rendah

    dan setempat, namun airtanah dalam masih bisa disadap, meskipun

    debitnya kecil.

    b.  Daerah airtanah langka.

    2.5  Kebutuhan air

    Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat pada suatu wilayah

    tertentu mengakibatkan peningkatan kebutuhan terhadap jumlah air yang

    ketersediaannya terbatas dan pada suatu ketika pengaruh musim kemarau yang

    berkepanjangan akan mengakibatkan pemenuhan kebutuhan air untuk manusia

    dan makhluk hidup lainnya mengalami penurunan.

    Sebagaimana dikemukakan oleh Kodoatie (2005 : 150) bahwa kebutuhan

    air yang dimaksud adalah : “Kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang

    segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non-domestik, air

    irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk penggelontoran kota”.

    Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa air bersih digunakan

    untuk memenuhi :

    a.  Air domestik : keperluan rumah tangga

    b.  Air Non Domestik : untuk industri, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial,

    serta tempat-tempat komersial atau tempat umum lainnya.

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    25/32

    37 

    Kebutuhan air suatu wilayah pada dasarnya dapat diperkirakan dari jumlah

    populasi penduduk wilayah tersebut. Dalam hal ini tidak saja kebutuhan air untuk

    keperluan sehari-hari dalam kegiatan rumah tangga yang dapat dihitung

    berdasarkan jumlah populasi tersebut, akan tetapi kebutuhan air untuk keperluan

    lainpun dapat diperkirakan dari jumlah penduduk. Selain itu, estimasi populasi

    untuk masa yang akan datang juga merupakan salah satu parameter utama dalam

    penentuan kebutuhan air domestik.

    Sampai saat ini, ragam aktivitas dan pertumbuhan penduduk semakin

    meningkat. Dalam beberapa hal kriteria atau standar kualitas air yang telah

    ditetapkan oleh pemerintah seolah menjadi sesuatu yang diabaikan. Perambahan

    lahan konservasi di daerah resapan air (recharge area), penggunaan air yang tidak

    sesuai peruntukkannya seperti penggunaan airtanah dalam untuk rumah tangga

    yang di komersialkan akan mempengaruhi segala bidang kehidupan, mulai dari

    bidang ekonomi, politik, sosial dan yang lainnya. Yang terpenting adalah

    perubahan tatanan lingkungan ekologis, misalnya terhadap ketersediaan air, nilai

    lahan, dan kerusakan-kerusakan lain yang merugikan masyarakat setempat.

    Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus berkembang pada suatu wilayah

    tertentu mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan ruang untuk hidup. Masalah

    itu menjadi nyata tatkala melihat padatnya daerah-daerah yang seharusnya

    menjadi daerah resapan air. Semakin banyak pembangunan yang menutup lahan

    untuk tempat proses infiltrasi (peresapan air ke dalam tanah) semakin kecil

    peluang mendapatkan air dalam jumlah yang banyak terutama di daerah-daerah

    yang berada di kawasan dataran (discharge area). Belum lagi ditambah dengan

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    26/32

    38 

    laju industrialisasi yang pada prakteknya bukan hanya menyedot air pada sumur-

    sumur penduduk tetapi juga menimbulkan degradasi kualitas air.

    Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Soerjani (1987 : 62), yang

    mengatakan bahwa kebutuhan manusia akan sumberdaya air menjadi nyata bila

    dikaitkan dengan empat hal berikut :

    a.  Pertambahan penduduk

    b.  Kebutuhan pangan

    c.  Peningkatan industrialisasi

    d.  Perlindungan ekosistem terhadap teknologi

    Untuk memperjelas uraian di atas maka kebutuhan air di kelompokkan

    kedalam beberapa berdasarkan kepentingannya diantaranya :

    a.  Air besih untuk perkotaan dan pedesaan

    b. 

    Air irigasi untuk agrikultur dan tanaman lainnya

    c.  air untuk industri

    d.  air untuk infrastruktur

    Dari segi kuantitas jumlah air di permukaan bumi tidak akan berubah,

    yang terjadi hanyalah perubahan wujud air tersebut. Peraturan Menteri Kesehatan

    (PERMENKES) No.41/PERMENKES/Per /IX /1999 menyatakan bahwa “Syarat

    minum dan masak 20 liter/orang/hari dan bila ditambah dengan keperluan sehari-

    hari lainnya menjadi 60 liter/orang/hari”. Sedangkan standar yang dibutuhkan

    bagi penduduk perkotaan adalah 150 liter/orang/ hari. Tabel standar kebutuhan air

    rata-rata perorang untuk kota di Indonesia dari Direktorat Penyehatan Cipta Karya

    DPU tahun 1982 dapat dilihat sebagai berikut :

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    27/32

    39 

    Tabel 2.3

    Standar Kebutuhan Air Rata-Rata Per Orang

    Untuk Kota-Kota Di Indonesia

    Kategori Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Standar (liter/orang/hari)

    Metropolitan >1.000.000 120

    Kota Besar 500.000 – 1.000.000 100

    Kota Sedang 100.000 – 500.000 90

    Kota Kecil 20.000 – 100.000 60

    Semi Urban 3000 – 20.000 45

    Sumber : Ditjen Cipta Karya DPU, 1982

    Muslim (1999 : 66) menegaskan bahwa : “Kebutuhan air untuk kehidupan

    manusia tergantung pada beberapa faktor, terutama iklim dan aktivitas fisik.

    Kebutuhan perkapita untuk rumah tangga rata-rata sekitar 15 – 60 liter untuk

    daerah pedesaan dan sekitar 100 – 150 liter untuk kota dan perkotaan.”

    Besarnya kebutuhan air domestik dan non domestik di setiap wilayah

    berbeda-beda sesuai dengan keadaan penduduk yang memerlukan air tersebut.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan jumlah air di setiap

    wilayah yaitu :

    a.   Ekonomi, yang meliputi kemampuan daya beli air dan pemakaian alat

     plumbing modern seperti water closet, urinial, pemakaian mesin cuci, dan

    sebagainya.

    b.  Pendidikan, yang meliputi pemahaman terhadap kesehatan dan sanitasi

    yang tinggi.

    c.  Kebiasaan, yaitu perilaku penduduk dalam menggunakan air bersih dan

    persepsi bahwa air murah.

    d.  Keadaan Hidrogeologi, meliputi potensi dan cadangan air.

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    28/32

    40 

    Dari hal tersebut diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat

    ekonomi dan pendidikan penduduk maka permintaan akan air bersih cenderung

    meningkat pula.

    2.6 

    Konservasi Airtanah

    Airtanah adalah salah satu sumberdaya alam yang terbaharui (renewable),

    namun pengertian ini sering menimbulkan pemahaman yang keliru dari para

    pengguna airtanah. Secara hidrogeologi, pengisian airtanah umumnya dapat

    berlangsung seketika, dalam bilangan hari, bulan, tahun, dekade, abad, bahkan

    milenium.

    Menyadari airtanah merupakan sumber air bersih yang paling banyak

    digunakan, serta timbulnya dampak-dampak negatif yang mengikutinya sebagai

    akibat pengambilan airtanah yang tidak terkendali maka perlu dilaksanakan upaya

    konservasi airtanah.

    Konservasi airtanah adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan,

    kondisi, dan lingkungan airtanah guna mempertahankan kelestarian dan atau

    kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, demi

    kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan makhluk

    hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang. Mengingat

    sebaran airtanah tidak dibatasi oleh batas wilayah administrasi, maka teknis

    pelaksanaan konservasi airtanah dilakukan secara menyeluruh pada suatu

    cekungan air tanah, yaitu suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas

    hidrogeologi, dimana semua kejadian hidrogeologi (proses pengimbuhan,

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    29/32

    41 

    pengaliran, pelepasan airtanah) berlangsung, mencakup daerah imbuhan (recharge

    area) dan daerah lepas airtanah (discharge area).

    Upaya konservasi airtanah sekurang-kurangnya didasarkan pada

    (Warsono, 2006) :

    a.  Penentuan zona konservasi airtanah

    Zona konservasi airtanah dapat ditentukan berdasarkan keterdapatan dan

    potensi ketersediaan airtanah, perubahan muka airtanah, perubahan kualitas

    airtanah, perubahan lingkungan airtanah, ketersediaan sumber air lain di luar

    airtanah, prioritas pemanfaatan airtanah, serta kepentingan masyarakat dan

    pembangunan.

    Berdasarkan faktor-faktor tersebut ditentukan zona konservasi airtanah

    suatu daerah termasuk dalam kategori aman, rawan kritis, dan rusak. Zona

    konservasi airtanah sekurang-kurangnya dievaluasi dalam kurun tiga tahun untuk

    menghindari terjadinya kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah.

    b.  Perlindungan dan pelestarian airtanah

    Perlindungan dan pelestarian airtanah dilaksanakan untuk menjaga

    kelestarian fungsi imbuhan airtanah. Upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan

    cara memelihara kawasan imbuhan airtanah dan sempadan mata air. Pengelolaan

    daerah imbuhan airtanah dan sempadan mata air mengarah kepada penataan ruang

    suatu daerah dengan maksud melindungi baik kuantitas atau kualitas airtanah.

    c.  Pengawetan airtanah

    Dilakukan untuk menjaga kesinambungan ketersediaan airtanah dalam

    kuantitas dan kualitas yang memadai. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara :

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    30/32

    42 

    1)  Mengendalikan pengambilan dan pemanfaatan airtanah

    2) 

    Menghemat pemanfaatan airtanah

    3)  Memelihara kualitas airtanah

    4)  Mendorong penggunaan air yang saling menunjang (conjuctive use) antara

    airtanah dengan air selain airtanah

    d.  Pemulihan airtanah

    Merupakan upaya memperbaiki atau merehabilitasi kondisi dan

    lingkungan airtanah yang telah mengalami penurunan kuantitas dan atau kualitas

    agar lebih baik atau kembali seperti semula. Upaya tersebut dapat dilakukan

    dengan cara membuat imbuhan airtanah buatan, menetralisir pencemaran airtanah,

    dan merehabilitasi daerah imbuhan airtanah.

    e.  Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran airtanah

    Yaitu untuk memelihara dan menjaga kualitas airtanah agar tetap pada

    kondisi alamiahnya. Diantaranya mencegah pencemaran airtanah oleh limbah

    industri dan non industri dengan mengisolasi sumber pencemar, menanggulangi

    pencemaran airtanah agar pencemaran tidak meluas dengan membangun

    konstruksi penanggulangan pencemaran, dan memulihkan kualitas airtanah yang

    telah tercemar.

    f.  Pengendalian kerusakan kuantitas airtanah

    Pengendalian kerusakan kuantitas airtanah terutama dilakukan terhadap

    akuifer yang mengalami pengurasan, daerah imbuhan yang mengalami perubahan

    fisik, dan lingkungan airtanah yang rusak akibat pengambilan tanah yang intensif.

    Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    31/32

    43 

    1)  Pengaturan kerapatan lokasi pengambilan airtanah

    2) 

    Pembatasan debit pengambilan airtanah

    3)  Perlindungan zona jenuh airtanah di daerah batu gamping

    4)  Pengaturan kedalaman akuifer yang disadap

    5)  Pembatasan penyadapan airtanah pada akuifer yang sudah rawan dan kritis

    6)  Penerapan upaya pengelolaan lingkungan (UKL), upaya pemantauan

    lingkungan (UPL), atau analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

    pada kegiatan pengambilan airtanah.

    g.  Pemantauan airtanah

    Adalah pengamatan dan pencatatan secara terus menerus atas perubahan

    kuantitas, kualitas, dan lingkungan airtanah, yang diakibatkan oleh perubahan

    lingkungan dan atau pengambilan airtanah.

    Pemantauan airtanah meliputi pemantauan terhadap perubahan kedudukan

    muka airtanah, perubahan kualitas airtanah, pengambilan dan pemanfaatan

    airtanah, pencemaran airtanah, dan perubahan lingkungan airtanah. Pemantauan

    airtanah dilakukan pada sumur-sumur bor yang menjadi sumur pantau. Setiap

    sumur pantau memiliki kontruksi yang berbeda sesuai dengan karakteristik

    hidrogeologi suatu tempat.

    h.  Pengawasan, pengendalian, dan pembinaan,

    Laporan hasil pengawasan dan pengendalian merupakan bahan masukan

    bagi perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan konservasi airtanah.

    Kegiatan ini meliputi :

  • 8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2

    32/32

    44 

    1)  Pengawasan terhadap pelaksanaan pengeboran eksplorasi dan eksploitasi

    airtanah yang dilaksanakan oleh instansi/Lembaga Pemerintah atau Swasta

    2)  Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan teknis dalam rangka

    perbaikan sumur bor atau penurapan mata air

    3)  Pengambilan airtanah dan pengusahaan airtanah

    4)  Pengawasan terhadap terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan

    airtanah

    5)  Pengawasan dalam rangka penertiban pengeboran, penurapan, dan

    pengambilan airtanah dan mata air serta penguasaan airtanah tanpa izin.

    6)  Pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur bor dan sumur

    imbuhan

    7)  Pengawasan terhadap UKL, dan UPL atau AMDAL

    i. 

    Pengembangan sistem informasi airtanah

    Sistem informasi airtanah dikembangkan untuk menghasilkan informasi

    keairtanahan yang bersifat administratif dan teknis secara terpadu yang dapat

    diakses secara cepat melalui jaringan komputer. Data dan informasi yang dikelola

    dalam sistem informasi airtanah meliputi :

    1) 

    Inventarisasi airtanah

    2)  Konservasi airtanah

    3)  Pendayagunaan airtanah

    4)  Pengendalian dan pengawasan airtanah

    5)  Perizinan airtanah

    6)  Kebijakan pengelolaan airtanah.