s geo 034534 chapter2
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
1/32
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daur Hidrologi
Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara
berkembang yang masih memiliki masalah budaya dan teknologi dalam
pengelolaan air yang sesuai dengan lingkungannya. Secara etimologi, hidrologi
berasal dari dua kata, yaitu hydro yang berarti air, dan logos yang berarti ilmu.
Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek
hidrologi menjadi lebih jelas. International Glossary of Hidrology (dalam
Seyhan:1) mengemukakan bahwa : “Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan
air bumi, proses terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan
fisikanya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan
makhluk hidup. ”
Marta dan Adidarma (1983 : 1) ikut pula menjelaskan bahwa hidrologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di
bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air
serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan.
Sedangkan Soemarto (1986: 15) menyatakan bahwa : “ Hidrologi adalah
suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, meliputi
berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara keadaan
cair, padat dan gas dalam atmosfer, di atas dan di dalam permukaan tanah. Selain
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
2/32
14
itu, tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang
mengaktifkan penghidupan di planet bumi ini”.
Sumber : http://www.lablink.or.id
Gambar 2.1 Obyek Material Hidrologi
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hidrologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang air dengan ruang lingkup dan
cakupan yang luas. Cakupan itu meliputi asal mula dan proses tejadinya air,
pergerakan dan persebaran air, sifat-sifat air, keterkaitan air dengan lingkungan
dan kehidupan.
Air mengalir melalui suatu daur air yang berjalan dengan sempurna.
Dalam hidrologi konsep ini diistilahkan dengan daur atau siklus hidrologi. Dalam
Asdak (1995: 6), menjelaskan bahwa : “Daur atau Siklus hidrologi adalah
perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
3/32
15
kembali lagi ke laut yang tidak pernah habis tersebut, air tersebut akan tertahan
(sementara) di sungai, danau atau waduk, dalam tanah sehingga dapat
dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lain”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa daur hidrologi
secara sederhana dapat dikatakan pergerakan air ke udara kemudian jatuh sebagai
hujan ke daratan dan kembali lagi ke laut.
Sumber : http://www.lablink.or.id
Gambar 2.2. Siklus Hidrologi
Dalam bentuk bagan, alur daur hidrologi dapat juga ditunjukkan seperti
tersebut pada gambar 2.3. bagan alir tersebut menunjukkan bahwa masukan
berupa curah hujan akan didistribusikan melalui beberapa jalan, yaitu air lolos
(throughfall), aliran batang (steamflow), dan air hujan langsung sampai ke
permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air
infiltrasi. Air evaporasi bersama-sama transpirasi vegetasi dan air intersepsi
kembali ke udara sebagai air evapotranspirasi. Air larian dan air infiltrasi akan
perkolasi
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
4/32
16
mengalir ke sungai sebagai debit (discharge). Tetapi sebagian besar akan
tersimpan sebagai airtanah (groundwater ) yang akan keluar sedikit demi sedikit
dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang
rendah.
Uraian tentang daur hidrologi tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam
prosesnya, siklus hidrologi akan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu,
tekanan atmosfir, angin, dan sebagainya) dan kondisi topografi.
Sumber : Asdak (1995 : 9)
Gambar 2.3. Bagan Alir Daur Hidrologi
Curah Hujan
Total
Evapotranspirasi
Aliran
Batang
Debit
Curah Hujan
langsung
Intersepsi Air Air hilang
terintersepsi
Air larianPermukaan
tanah
Evaporasi
tanah
Kelembaban
Tanah
Transpirasi
vegetasi
Curah hujan
bersih
Air Lolos
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
5/32
17
2.2 Neraca Air
Menurut Sosrodarsono (2006 : 2), “Neraca air adalah hubungan antara
aliran ke dalam (inflow) dan aliran ke luar (outflow) di suatu daerah untuk suatu
periode tertentu”. Penafsiran kuantitatif dari daur hidrologi dapat dicapai dengan
suatu persamaan umun yang disebut persamaan neraca air. Ini merupakan
persamaan yang menggambarkan prinsip bahwa selama selang waktu tertentu,
masukan air total pada suatu ruang tertentu harus sama dengan keluaran total
ditambah perubahan bersih dalam cadangan.
Didalam neraca air terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1)
Presipitasi
Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke
tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Dalam arti yang lebih spesifik,
presipitasi adalah segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan
bumi dalam bentuk cair (hujan) maupun padat (salju) sebagai akibat dari adanya
proses kondensasi (uap air menjadi titik-titik air) dalam rangkaian proses daur
atau siklus hidrologi. Perbedaan besar presipitasi berdasarkan waktu dan wilayah
akan mempengaruhi keseimbangan neraca air sehingga membuat siklus hidrologi
menjadi tidak merata.
2) Evapotranspirasi
Peristiwa air atau es menjadi uap dan naik ke udara disebut penguapan.
Peristiwa ini berlangsung secara terus menerus dari permukaan air, permukaan
tanah, padang rumput, persawahan, hutan, dan lain-lain. Penguapan yang berasal
dari badan-badan air seperti tanah, massa air daratan dan samudera disebut
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
6/32
18
evaporasi. Sedangkan penguapan yang berasal dari tumbuhan melalui pori-pori
daun (stomata) disebut transpirasi. Penguapan yang berasal dari gabungan
keduanya disebut evapotranspirasi. Jadi, evapotranspirasi adalah jumlah total
penguapan air yang berasal dari bumi (evaporasi) dan penguapan air dari
tumbuhan (transpirasi) setiap satu meter kuadrat.
3) Aliran Permukaan (Surface Run Off )
Aliran permukaan adalah pergerakan aliran air di atas permukaan tanah,
jumlahnya banyak, dan merupakan sisa atau kelebihan dari air yang tidak terserap
oleh tanah. Aliran ini akan terus menuju daerah-daerah yang rendah, masuk ke
sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Volume air yang mengalir tidak seluruhnya
kembali ke laut, sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Perlu diketahui
pula bahwa aliran permukaan hanya terjadi oleh curah hujan dengan curah yang
lebih.
4) Aliran Airtanah ( sub-Surface Run Off )
Aliran airtanah adalah air yang meresap ke dalam tanah, mencapai
permukaan airtanah dan bergerak menuju sungai dalam hitungan waktu. Aliran ini
disebut juga debit aliran dasar yang hanya berubah sedikit selama musim kering
dan basah sepanjang tahun.
5) Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses peresapan atau pergerakan air ke dalam tanah
melalui pori-pori tanah dengan arah vertikal. Kapasitas infiltrasi curah hujan dari
permukaan tanah ke dalam tanah sangat berbeda-beda tergantung pada kondisi
tanah di tempat bersangkutan. Infiltrasi sangat berpengaruh terhadap besarnya
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
7/32
19
potensi air tanah. Semakin tinggi infiltrasi, maka semakin besar potensi air
tanahnya. Proses infiltrasi biasanya diikuti oleh proses-proses perkolasi [air yang
meresap terus sampai ke kedalaman tertentu dan mencapai permukaan air tanah
(groundwater ) sampai pada batas lapisan yang kedap air].
6)
Cadangan Air (Water Storage)
Aliran sungai dapat dijadikan aliran dasar bagi cadangan air. Begitu juga
dengan air tanah yang terdapat jauh di bawah permukaan tanah, dapat dijadikan
cadangan air dalam waktu yang relatif lama.
2.3
Airtanah (Groundwater)
Airtanah merupakan sumberdaya penting dalam penyediaan air diseluruh
dunia. Gelhar, 1972 dalam Seyhan (1977 : 254) menyatakan bahwa ‘Lebih dari 98
persen dari semua air (diduga sedikit lebih daripada 7 x 106 km3) di atas bumi
tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan
butiran. Dua persen sisanya terdapat di danau, sungai, dan reservoir. Sembilan
puluh enam persen disebut air tanah dan di gambarkan sebagai air yang terdapat
pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah’.
2.3.1
Pengertian dan Jenis AirtanahSosrodarsono (2006 : 93) menjelaskan bahwa :
“Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di
dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di
dalam retak-retak dari batuan. Untuk air yang terdapat di alam ruang-
ruang antara butir-butir tanah disebut air lapisan dan air yang terdapat
di dalam retak-retak dari batuan disebut air celah ( fissure water )”.
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
8/32
20
Menurut Kodoatie (1996 : 7) :
“Airtanah ialah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapatdikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase,
juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir ke permukaan
tanah melalui pancaran atau rembesan”.
Sedangkan menurut Herlambang (1996 : 5) “airtanah adalah air yang
bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang
meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut
akifer”. Lapisan yang mudah dilalui oleh airtanah disebut lapisan permeabel,
seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit
dilalui airtanah disebut lapisan impermeabel, seperti lapisan lempung atau geluh.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa airtanah merupakan
air hasil dari peresapan ke dalam tanah dan tersimpan di dalam rongga-rongga
tanah yang keberadaannya dipengaruhi oleh zone geologi dan struktur batuan dari
tanah tersebut.
Lapisan permeabel (Permeable layer ) adalah lapisan yang dapat dilalui
dengan mudah oleh airtanah seperti lapisan pasir atau lapisan kerikil. Sedangkan
lapisan impermeabel ( Impermeable layer ) terbagi menjadi dua jenis, yaitu lapisan
kedap air (aquiclude) atau lapisan yang sulit dilalui airtanah seperti lapisan
lempung atau lapisan silt, yang kedua adalah lapisan kebal air (aquifuge) atau
lapisan yang menahan air seperti lapisan batuan (rock ).
Airtanah dalam akuifer yang tertutup dengan lapisan impermeabel
mendapatkan tekanan sehingga air ini disebut sebagai air terkekang (confined
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
9/32
21
water ). Airtanah dalam akuifer yang tidak tertutup dengan lapisan impermeabel
disebut dengan airtanah bebas ( free water ) atau air tak terkekang (unconfined
water ). Jadi permukaan airtanah di sumur adalah permukaan air bebas dan
permukaan air tanah dari akuifer yang terletak di antara lapisan impermeabel
adalah permukaan air terkekang. Pada tabel berikut ini akan diuraikan mengenai
karakteristik airtanah bebas dan airtanah terkekang.
Tabel 2.1 Karakteristik Airtanah Bebas dan Airtanah Terkekang
Karakteristik Airtanah Bebas Airtanah Terkekang
Akuifer Mempunyai hubungan dengan
zone aerasi
Ditutup dengan lapisan
impermeabel
Permukaan
Airtanah
Batas antara zone aerasi dan
zone jenuh adalah permukaan
airtanah bebas
Permukaan air terkekang
(dengan tekanan)
Permukaan air
di sumur
Permukaan air bebas berubah
perlahan-lahan oleh pemompaan
atau berhenti. Permukaan itu
dipengaruhi oleh curah hujandan kondisi aliran sungai, tetapi
tidak di pengaruhi oleh tekanan
udara dan pasang surut
Variansi permukaan air terkekang
menyebar secepat kecepatan suara.
Permukaan itu berubah sedikit
terhadap tekanan udara dan pasangsurut, tetapi permukaan itu tidak
dipengaruhi banyak oleh curah
hujan dan kondisi aliran sungai
Jari-jari
pengaruh
150 – 500 m, terbesar 1000 m 500 – 1000 m, untuk jari-jari
beberapa km.
Sumber : Suyono (2006 : 94)
Berdasarkan asal mulanya, Todd dan Dam (dalam Seyhan 1990 : 256)
membagi airtanah ke dalam empat tipe, yaitu sebagai berikut :
1) Air Meteorik
Air meteorik adalah air yang berasal dari atmosfer dan mencakupi
kejenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan :
a. Secara langsung : infiltrasi pada permukaan tanah, dan dengan cara
kondensasi uap air (dapat diabaikan).
b. Secara tidak langsung oleh perembesan influen (dimana kemiringan
muka air tanah menyusup di bawah air permukaan, kebalikan dari
influen) dari danau, sungai, saluran buatan dan lautan.
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
10/32
22
2) Air Juvenil
Air juvenil adalah air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan
dari kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air juvenil dibagi lagi menurutsumber spesifiknya ke dalam :
a. Air magmatik
b. Air gunungapi
c. Air kosmik (yang dibawa oleh meteor)
3) Air Diremajakan (rejuvenated )
Merupakan air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan dari daur
hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-sebab lain. Melalui
metamorfisme, pemadatan atau proses-proses yang serupa kembali lagi ke
daur hidrologi.
4) Air Konat
Air konat adalah air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen ataugunung pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat
termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air
laut.
2.3.2 Terjadinya Airtanah
Untuk menguraikan terjadinya air tanah diperlukan peninjauan kembali
bagaimana dan dimana air tanah tersebut berada, distribusinya di bawah
permukaan tanah dalam arah vertikal dan horizontal harus dimasukan dalam
pertimbangan. Selain itu, perlu juga diidentifikasi pengaruh zone geologi dan
strukturnya terhadap air tanah, dalam arti kemampuannya untuk menyimpan dan
menghasilkan air. Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi menyediakan air
kepada zone bawah tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan melakukan
distribusi dan mempengaruhi gerakan air tanah, sehingga jelas bahwa geologi
mempunyai peranan yang tidak dapat diabaikan terhadap hidrologi air tanah.
a. Asal air tanah
Air tanah merupakan produk dari proses siklus atau daur hidrologi, baik
melalui daur yang singkat maupun dalam daur yang panjang. Sejumlah kecil dan
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
11/32
23
air tanah yang berasal dari sumber lain dapat pula masuk ke dalam daur tersebut
seperti air connate, air juvenil, air meteorik, dan sebagainya.
b. Sifat-sifat Batuan Yang Mempengaruhi Airtanah
Proses terbentuknya airtanah juga dipengaruhi oleh formasi geologi
(formasi batuan atau material lain yang berfungsi menyimpan air dalam jumlah
besar). Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan menyimpan dan
melalukan airtanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air-mata air
pada kondisi lapangan yang biasa dikenal sebagai akuifer (juga disebut reservoir
airtanah, formasi pengikat air, dasar-dasar yang tembus air). Sebaliknya formasi
yang sama sekali tidak tembus air (impermeabel) dikenal sebagai aquiclude.
Formasi tersebut mengandung air namun tidak dimungkinkan adanya gerakan air
yang melaluinya (seperti tanah liat).
Sumber: http//: www.google.com
Gambar 2.4 Terjadinya Airtanah
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
12/32
24
Menurut Seyhan (1990: 256) “…akuifer ditemukan pada sejumlah lokasi.
Deposit glasial pasir dan kerikil, kipas alluvial dataran banjir dan deposit delta
pasir semuanya merupakan sumber-sumber air yang sangat baik”. Dengan
demikian, akuifer pada dasarnya adalah kantong air yang berada di dalam tanah.
Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990 : 41-42) bahwa
macam-macam akifer sebagai berikut:
a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)
Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air danberada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini
disebut dengan water table (preatik level), yaitu permukaan air yang
mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer)Yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh
lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta
mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) Yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya
dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan
lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)Yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan
kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir
halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan
adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan peralihan
antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Todd (1980) dalam Hartono (1999 : 7) menyatakan tidak semua formasi
litologi dan kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan
pengamatan lapangan, akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a. Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang
mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran
banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir
dan karikil.
b. Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan
(abandoned valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa
pasir halus sampai kasar.
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
13/32
25
c. Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas
bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga
merupakan akifer yang baik.d. Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang
berada diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi
dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.
e. Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-
retakan atau diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat
sekunder.
f. Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal inimengalir , ia mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang
merupakan lubang atau pori-pori dapat terisi air.
Bagian batuan yang tidak terisi oleh bagian padatnya (butirnya) akan diisi
oleh air tanah. Ruang-ruang tersebut dinamakan rongga-rongga (voids, interstices)
atau pori-pori. Dalam studi airtanah rongga-rongga merupakan salah satu bagian
penting karena fungsinya yang bekerja sebagai pipa airtanah. Rongga-rongga
tersebut ditandai oleh besarnya, bentuknya, ketidakteraturannya (irregularity) dan
distribusinya. Pori-pori merupakan ciri batuan sedimen klasik dan bahan butiran
lainnya. Pori berukuran kapiler yang membawa air disebut air pori. Sedangkan
aliran yang melalui pori disebut laminer . Kapasitas penyimpanan/cadangan air
suatu bahan ditunjukkan dengan porositas yang merupakan nisbah volume rongga
(Vv) dengan volume batuan (V),
(Persamaan……….1)
Dimana : n = persen porositas (%)
Vv = volume rongga (cm3)
V = volume total batuan (gas, cair dan padat) {cm3}
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
14/32
26
Pada persamaan 1 di atas, sebenarnya sudah ada ketentuan yang ditetapkan
untuk porositas setiap jenis batuannya, salah satunya yaitu yang dikemukakan
oleh Todd (1985 : 28) beserta nilai n setiap jenis batuannya seperti terlihat pada
tabel 2.2 di bawah ini :
Tabel. 2.2 Nilai Porositas Batuan (Todd, 1985 : 28)
Material%
PorositasMaterial
%
Porositas
Gravel, Coarse 28 Dure Sand 45
Gravel, Medium 32 Loess 49
Gravel, Fine 34 Peat 92
Sand, Coarse 39 Schrist 38
Sand, Medium 39 Siltstone 35
Sand, Fine 43 Claystone 43
Silt 46 Shale 6
Clay 42 Till, Predominantly Silt 34
Sandstone, Fine-grained 33 Till, Predominantly Sand 31
Sandstone, Medium-grained 37 Tuff 41
Limestone 30 Basalt 17Dolomite 26 Gabro, Weathred 43
Granite, Weathred 45
Sumber : Todd (1985 : 28)
2.3.3 Kondisi Airtanah
Dalam Sosrodarsono (2006 : 98-103) dikemukakan bahwa kondisi airtanah
diklasifikasikan dalam lima jenis berdasarkan morfologinya, yaitu airtanah
dataran alluvial, airtanah di dalam kipas detrital, airtanah dalam terras dilluvial,
airtanah di kaki gunungapi, dan airtanah di zone retakan.
1) Airtanah dataran alluvial
Volume airtanah dalam dataran alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran
dan permeabilitas dari akuifer yang terbentuk dalam alluvium dan diluvium yang
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
15/32
27
mengendap dalam dataran. Airtanah dataran alluvial ini terbagi menjadi tiga yaitu
air susupan (airtanah dalam lapisan yang mengendap di dataran banjir ditambah
langsung dari peresapan air sungai), airtanah di lapisan dalam, dan airtanah
sepanjang pantai.
2) Airtanah di dalam kipas detrital
Endapan kipas detrital dibagi atas endapan di atas kipas dan endapan di
bagian ujung bawah kipas, dengan karakteristik yaitu materialnya terdiri dari
pasir, kerikil, dan loam dengan permeabilitas kira-kira 10-1
sampai 10-3
cm/det.
Akuifer yang terdapat dibawah endapan ini adalah airtanah terkekang yang
dangkal karena tertutup oleh lapisan lempung.
3) Airtanah di dalam terras dilluvial
Airtanah dalam teras dilluvial yang tertutup dengan endapan terras yang
agak tebal ditentukan oleh keadaan bahan dasar dan daerah pengaliran dari terras.
Kondisinya dicirikan dengan terdapatnya akuifer yang tebal sehingga pengisian
airtanah akan menjadi besar.
4) Airtanah di kaki gunungapi
Mengingat kaki dari gunungapi itu mempunyai topografi dan geografi
yang aneh, maka tanahnya mempunyai karakteristik pengisian airtanah yang lebih
banyak karena terbentuknya akuifer yang besar dan mata air yang banyak. Hal ini
dicirikan dengan banyaknya retakan dan ruang-ruang di bagian dasar aliran lava.
5) Airtanah di zone retakan
Mengingat lapisan-lapisan zaman Tersier mempunyai kepadatan yang
besar, porositas efektif antar butir tanah adalah kecil. Koefisien permeabilitasnya
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
16/32
28
adalah kira kira 10-4
sampai 10-6
cm/det dan tidak terbentuk akuifer. Akan tetapi
jika terdapat zone retakan yang memotong lapisan-lapisan ini, maka di dalamnya
terisi air celah.
2.3.4
Pergerakan Airtanah
Umumnya air bergerak dengan aliran relatif lambat atau dalam kondisi
laminar. Untuk bergerak, airtanah harus mempunyai energi. Perbedaan potensi
kelembaban total dan kemiringan antara dua titik/lokasi dalam lapisan tanah dapat
menyebabkan gerak air dalam tanah. Air bergerak horizontal pada dasarnya
mengikuti hukum hidrolika.
Dalam Soemarto (1986: 266) disebutkan bahwa :
Gerakan airtanah dalam keadaan sebenarnya tidak berubah. Gerakan
tersebut dikuasai oleh prinsip-prinsip hidrolika terhadap aliran
airtanah melewati akuifer yang pada umumnya merupakan media tiris.
Kombinasi gaya gravitasi bumi (Z) dengan tekanan potensial (P) lazim
disebut tinggi-energi hidrolik (hydraulic head ) yang juga merupakan variabel
penting dalam mengamati konsep energi airtanah. Gradien hidrolik merupakan
tenaga pendorong gerakan air dalam tanah. Hal ini dipengaruhi pula oleh adanya
hujan yang terputus, evaporasi, dan buangan air di lapangan. Gerakan air tanah
mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan
berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan”.
(Utaya, 1990 : 35)
Henry Darcy, seorang ahli bangunan air dari Perancis (Dijon), telah
melakukan penyelidikan terhadap aliran air lewat lapisan pasir horizontal yang
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
17/32
29
digunakan sebagi filter air. Persamaan yang digunakan untuk menghitung debit
airtanah tersebut yaitu (Soemarto, 1986 : 268):
(Persamaan……….2)
(Persamaan……….3)
(Persamaan……….4)
Dimana = gradien hidrolik
Q = debit (m3 /detik)
k = konduktivitas hidraulik (m/detik)
v = kecepatan aliran (m/detik)
Persamaan 2 menyatakan bahwa kecepatan aliran (v) adalah sama dengan
perkalian antara konstanta (k), yang diketahui sebagai koefisien permeabilitas
dengan gradien hidrolik.
Prinsip-prinsip hidrolika di atas juga dijelaskan dalam UU Sumberdaya
Air daerah aliran airtanah disebut cekungan airtanah (CAT) yang didefinisikan
sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan
airtanah berlangsung. Cekungan airtanah dapat dibatasi oleh satu atau lebih batas
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
18/32
30
daerah alirannya. Beberapa kondisi batas tersebut yaitu (Toth, 1990 dan Kupper,
1990, dalam Kodoatie; 2005 : 39-42)
1) Batas ketinggian yang diketahui ( prescribed head boundary)
Batas ini merupakan batas ketinggian (H) yang konstan, misalnya muka air
laut, muka air danau, muka air sungai. Batas ini sudah disesuaikan dengan
datum yang ada.
2) Batas aliran yang diketahui ( prescribed flux boundary)
Besarnya aliran secara konstan memberikan distribusi debit yang tetap
namun bila tidak ada aliran maka h = konstan dan ini disebut batas
ketinggian konstan (constant head boundary).
3) Batas muka air
Batas ini merupakan batas muka airtanah dan berdasarkan persamaankontinuitas maka dQ = konstan. Alirannya melalui lapisan dengan harga
konduktifitas hidrolik K. Dalam hal pengertian secara aplikatif ialah aliran
air akan berbias melalui batas yang konstruktif (muka air yang diketahui)
tersebut namun besaran debitnya akan selalu konstan.
4) Batas kedap air
Suatu daerah yang kedap air (impermeable) sehingga aliran air tidak dapat
melewatinya. Sering disebut batas tanpa aliran (no flow boundary).
2.4
Konsep Potensial airtanah dan Hidrogeologi
2.4.1 Potensial Airtanah
Dalam Hillel, 1980 dikatakan bahwa Potensial airtanah adalah kekuatan
gerakan pemindahan air. Keuntungan utama dari konsep “potensial” adalah
sumbangannya terhadap sesuatu pengukuran yang tidak seragam dengan muka
airtanah yang dapat dielevasi pada suatu waktu dan setiap waktu dalam tanah,
tanaman, dan atmosfer. Airtanah adalah subjek untuk semua gaya. Gaya-gaya ini
termasuk gravitasi, tekanan hidrolik, atraksi matriks tanah terhadap air,
keberadaan solute, dan aksi tekanan gas eksternal. Pada beberapa titik dalam
tanah, total potensial airtanah adalah jumlah semua gaya-gaya yang terlibat.
Sumber air yang berupa air tanah ini sangat penting manfaatnya. Di musim
kemarau ketika air permukaan tidak tersedia karena kering, maka banyak
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
19/32
31
digunakan air tanah; karena kesinambungannya dari sisi kuantitas lebih baik
dibandingkan dengan air hujan maupun air permukaan.
Semua air terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan
merupakan kebalikan dari air permukaan. Maka kita kadang-kadang menjumpai
istilah “air di bawah permukaan” dan “air bawah tanah”, yang dapat dianggap
perbedaan. Dalam hal ini kelengasan yang terdapat di dalam bagian teratas tanah
(tonik ) juga termasuk dalam pengertian tersebut.
Air permukaan dapat mengalami pencemaran, seperti air sungai, namun
mekanismenya berbeda. Karena lebih terbuka, air permukaan lebih mudah
mengalami penurunan kualitas daripada air tanah. Oleh karena itu orang
cenderung untuk menggunakan airtanah sebagai sumber untuk keperluan sehari-
hari, termasuk untuk air minum.
Dengan kenyataan tersebut diatas, maka secara langsung terjadi aktivitas
pengambilan airtanah oleh masyarakat baik itu untuk keperluan domestik, non
domestik, dan kebutuhan municipal (perkantoran, restoran, industri, sekolah, dll).
Semua kegiatan tersebut secara tidak langsung masuk kedalam pengertian
potensial air atau yang disebut dengan pemindahan air, karena menggunakan salah
satu metoda lubang bor didalam pengukurannya.
Pengambilan airtanah dalam (deep groundwater ) diawali dengan kegiatan
pembuatan sumur bor, yaitu sumur yang dibuat dengan menggunakan bor. Lalu
melakukan tahapan-tahapan kegiatan berikutnya seperti survey penggalian, uji
akuifer, cara pendugaan hidrogeologi, pengeboran, pemasangan ring atau
saringan, hingga proses pemompaan atau eksplorasi airtanah dalam. Biasanya
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
20/32
32
dalam suatu Cekungan Air Tanah (CAT) terdapat beberapa sumur bor yang
digunakan sebagai sumur pantau.
Gambar 2.5
Maket Sumur Bor Industri dan Sumur Penduduk
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
21/32
33
Menurut Warsono, Suyono, (2006) : “Sumur pantau adalah sumur yang
dibuat untuk memantau kedudukan muka airtanah dan atau kualitas airtanah pada
akuifer tertentu”.
Fungsi dari sumur pantau ini adalah untuk mengamati, menganalisa,
melakukan pencatatan data hasil pemantauan, dan mengawasi eksplorasi airtanah
dalam sehingga potensi airtanah tersebut dapat dikendalikan dan didayagunakan
secara optimal, berhasil guna, dan berdaya guna tentunya. Fungsi-fungsi tersebut
dapat berjalan baik apabila terdapat suatu jaringan sumur pantau atau kumpulan
sumur pantau yang tertata berdasarkan kebutuhan pemantauan terhadap airtanah
pada suatu cekungan airtanah. Secara lebih detail sumur bor tersebut disajikan
pada Gambar 2.5 Maket Sumur Bor dan Gambar 2.6 Penampang Kedudukan
Sumur Airtanah Dalam Dan Airtanah Dangkal.
2.4.2 Hidrogeologi
Hidrogeologi (hidro- berarti air, dan -geologi berarti ilmu mengenai
batuan) merupakan bagian dari hidrologi yang mempelajari penyebaran dan
pergerakan airtanah dalam tanah dan batuan di kerak Bumi (umumnya dalam
akuifer).
Adapun kegiatan Hidrogeologi adalah meliputi:
a. Pelacakan sumber airtanah-dalam.
Pelacakan Airtanah-dalam dengan metode teknik nuklir bertujuan untuk
mendapatkan titik potensial pemboran airtanah-dalam baik dengan akuifer pori
maupun akuifer celah.
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
22/32
34
b. Pemboran eksplorasi/produksi airtanah-dalam dan diagrafi nuklir lubang bor
Pembuatan Sumur Eksplorasi/Produksi Airtanah-dalam meliputi persiapan
lokasi, pemasangan alat, pemboran pilot hole, diagrafi nuklir lubang bor,
reaming, konstruksi sumur, uji pemompaan, pemasangan pompa, penyiapan
instalasi air (reservoar, rumah pompa&genset, perpipaan).
c. Konstruksi instalasi air.
Konstruksi diperlukan untuk mengawasi produksi airtanah-dalam,
diantaranya untuk pemasangan ring pada suatu akuifer.
Gambar 2.6
Penampang Kedudukan Sumur airtanah Dalam dan Airtanah Dangkal
Sumur airtanah dalam Sumur airtanah dan kal
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
23/32
35
Kegiatan hidrogeologi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
lapisan penyusun batuan, seperti bagaimana struktur batuan. Hal ini dikarenakan
karakteristik hidrogeologi setiap tempat berbeda-beda. Unit geologi (batuan)
mempengaruhi tingkat kelulusan air atau yang dikenal dengan istilah produktifitas
akuifer. Sebaran hidrogeologi menurut Soetrisno (1995), bila ditinjau dari jenis
aliran dan produktivitas akuifernya dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
(1) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, yang terdiri atas :
a. Akuifer produktivitas tinggi dan penyebaran luas.
b. Akuifer produktif dengan penyebaran luas
c. Akuifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran luas.
d. Akuifer setempat dengan produktivitas sedang.
(2) Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang butir, terdiri atas :
a.
Akuifer dengan produktivitas tinggi dan penyebaran luas. Akuifer ini
mempunyai keterusan dan kisaran kedalaman muka airtanah yang
beragam.
b. Akuifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran luas. Akuifer ini
umumnya terdapat pada endapan vulkanik muda yang mempunyai
kelulusan tinggi hingga sedang, terutama pada endapan lahar dan lava
vesikuler.
(3) Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran, terdiri atas :
a. Setempat akuifer produktif. Aliran airtanah ini terbatas pada celahan
atau rekahan atau saluran pelarutan.
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
24/32
36
b. Akuifer produktif sedang. Aliran airtanah ini terbatas pada celahan
atau rekahan lava vesikuler.
(4) Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas rendah dan langka air
a. Akuifer dengan produktivitas rendah. Umumnya kelulusannya rendah
dan setempat, namun airtanah dalam masih bisa disadap, meskipun
debitnya kecil.
b. Daerah airtanah langka.
2.5 Kebutuhan air
Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat pada suatu wilayah
tertentu mengakibatkan peningkatan kebutuhan terhadap jumlah air yang
ketersediaannya terbatas dan pada suatu ketika pengaruh musim kemarau yang
berkepanjangan akan mengakibatkan pemenuhan kebutuhan air untuk manusia
dan makhluk hidup lainnya mengalami penurunan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kodoatie (2005 : 150) bahwa kebutuhan
air yang dimaksud adalah : “Kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang
segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non-domestik, air
irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk penggelontoran kota”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa air bersih digunakan
untuk memenuhi :
a. Air domestik : keperluan rumah tangga
b. Air Non Domestik : untuk industri, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial,
serta tempat-tempat komersial atau tempat umum lainnya.
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
25/32
37
Kebutuhan air suatu wilayah pada dasarnya dapat diperkirakan dari jumlah
populasi penduduk wilayah tersebut. Dalam hal ini tidak saja kebutuhan air untuk
keperluan sehari-hari dalam kegiatan rumah tangga yang dapat dihitung
berdasarkan jumlah populasi tersebut, akan tetapi kebutuhan air untuk keperluan
lainpun dapat diperkirakan dari jumlah penduduk. Selain itu, estimasi populasi
untuk masa yang akan datang juga merupakan salah satu parameter utama dalam
penentuan kebutuhan air domestik.
Sampai saat ini, ragam aktivitas dan pertumbuhan penduduk semakin
meningkat. Dalam beberapa hal kriteria atau standar kualitas air yang telah
ditetapkan oleh pemerintah seolah menjadi sesuatu yang diabaikan. Perambahan
lahan konservasi di daerah resapan air (recharge area), penggunaan air yang tidak
sesuai peruntukkannya seperti penggunaan airtanah dalam untuk rumah tangga
yang di komersialkan akan mempengaruhi segala bidang kehidupan, mulai dari
bidang ekonomi, politik, sosial dan yang lainnya. Yang terpenting adalah
perubahan tatanan lingkungan ekologis, misalnya terhadap ketersediaan air, nilai
lahan, dan kerusakan-kerusakan lain yang merugikan masyarakat setempat.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus berkembang pada suatu wilayah
tertentu mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan ruang untuk hidup. Masalah
itu menjadi nyata tatkala melihat padatnya daerah-daerah yang seharusnya
menjadi daerah resapan air. Semakin banyak pembangunan yang menutup lahan
untuk tempat proses infiltrasi (peresapan air ke dalam tanah) semakin kecil
peluang mendapatkan air dalam jumlah yang banyak terutama di daerah-daerah
yang berada di kawasan dataran (discharge area). Belum lagi ditambah dengan
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
26/32
38
laju industrialisasi yang pada prakteknya bukan hanya menyedot air pada sumur-
sumur penduduk tetapi juga menimbulkan degradasi kualitas air.
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Soerjani (1987 : 62), yang
mengatakan bahwa kebutuhan manusia akan sumberdaya air menjadi nyata bila
dikaitkan dengan empat hal berikut :
a. Pertambahan penduduk
b. Kebutuhan pangan
c. Peningkatan industrialisasi
d. Perlindungan ekosistem terhadap teknologi
Untuk memperjelas uraian di atas maka kebutuhan air di kelompokkan
kedalam beberapa berdasarkan kepentingannya diantaranya :
a. Air besih untuk perkotaan dan pedesaan
b.
Air irigasi untuk agrikultur dan tanaman lainnya
c. air untuk industri
d. air untuk infrastruktur
Dari segi kuantitas jumlah air di permukaan bumi tidak akan berubah,
yang terjadi hanyalah perubahan wujud air tersebut. Peraturan Menteri Kesehatan
(PERMENKES) No.41/PERMENKES/Per /IX /1999 menyatakan bahwa “Syarat
minum dan masak 20 liter/orang/hari dan bila ditambah dengan keperluan sehari-
hari lainnya menjadi 60 liter/orang/hari”. Sedangkan standar yang dibutuhkan
bagi penduduk perkotaan adalah 150 liter/orang/ hari. Tabel standar kebutuhan air
rata-rata perorang untuk kota di Indonesia dari Direktorat Penyehatan Cipta Karya
DPU tahun 1982 dapat dilihat sebagai berikut :
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
27/32
39
Tabel 2.3
Standar Kebutuhan Air Rata-Rata Per Orang
Untuk Kota-Kota Di Indonesia
Kategori Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Standar (liter/orang/hari)
Metropolitan >1.000.000 120
Kota Besar 500.000 – 1.000.000 100
Kota Sedang 100.000 – 500.000 90
Kota Kecil 20.000 – 100.000 60
Semi Urban 3000 – 20.000 45
Sumber : Ditjen Cipta Karya DPU, 1982
Muslim (1999 : 66) menegaskan bahwa : “Kebutuhan air untuk kehidupan
manusia tergantung pada beberapa faktor, terutama iklim dan aktivitas fisik.
Kebutuhan perkapita untuk rumah tangga rata-rata sekitar 15 – 60 liter untuk
daerah pedesaan dan sekitar 100 – 150 liter untuk kota dan perkotaan.”
Besarnya kebutuhan air domestik dan non domestik di setiap wilayah
berbeda-beda sesuai dengan keadaan penduduk yang memerlukan air tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan jumlah air di setiap
wilayah yaitu :
a. Ekonomi, yang meliputi kemampuan daya beli air dan pemakaian alat
plumbing modern seperti water closet, urinial, pemakaian mesin cuci, dan
sebagainya.
b. Pendidikan, yang meliputi pemahaman terhadap kesehatan dan sanitasi
yang tinggi.
c. Kebiasaan, yaitu perilaku penduduk dalam menggunakan air bersih dan
persepsi bahwa air murah.
d. Keadaan Hidrogeologi, meliputi potensi dan cadangan air.
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
28/32
40
Dari hal tersebut diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat
ekonomi dan pendidikan penduduk maka permintaan akan air bersih cenderung
meningkat pula.
2.6
Konservasi Airtanah
Airtanah adalah salah satu sumberdaya alam yang terbaharui (renewable),
namun pengertian ini sering menimbulkan pemahaman yang keliru dari para
pengguna airtanah. Secara hidrogeologi, pengisian airtanah umumnya dapat
berlangsung seketika, dalam bilangan hari, bulan, tahun, dekade, abad, bahkan
milenium.
Menyadari airtanah merupakan sumber air bersih yang paling banyak
digunakan, serta timbulnya dampak-dampak negatif yang mengikutinya sebagai
akibat pengambilan airtanah yang tidak terkendali maka perlu dilaksanakan upaya
konservasi airtanah.
Konservasi airtanah adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan,
kondisi, dan lingkungan airtanah guna mempertahankan kelestarian dan atau
kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, demi
kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang. Mengingat
sebaran airtanah tidak dibatasi oleh batas wilayah administrasi, maka teknis
pelaksanaan konservasi airtanah dilakukan secara menyeluruh pada suatu
cekungan air tanah, yaitu suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas
hidrogeologi, dimana semua kejadian hidrogeologi (proses pengimbuhan,
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
29/32
41
pengaliran, pelepasan airtanah) berlangsung, mencakup daerah imbuhan (recharge
area) dan daerah lepas airtanah (discharge area).
Upaya konservasi airtanah sekurang-kurangnya didasarkan pada
(Warsono, 2006) :
a. Penentuan zona konservasi airtanah
Zona konservasi airtanah dapat ditentukan berdasarkan keterdapatan dan
potensi ketersediaan airtanah, perubahan muka airtanah, perubahan kualitas
airtanah, perubahan lingkungan airtanah, ketersediaan sumber air lain di luar
airtanah, prioritas pemanfaatan airtanah, serta kepentingan masyarakat dan
pembangunan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut ditentukan zona konservasi airtanah
suatu daerah termasuk dalam kategori aman, rawan kritis, dan rusak. Zona
konservasi airtanah sekurang-kurangnya dievaluasi dalam kurun tiga tahun untuk
menghindari terjadinya kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah.
b. Perlindungan dan pelestarian airtanah
Perlindungan dan pelestarian airtanah dilaksanakan untuk menjaga
kelestarian fungsi imbuhan airtanah. Upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan
cara memelihara kawasan imbuhan airtanah dan sempadan mata air. Pengelolaan
daerah imbuhan airtanah dan sempadan mata air mengarah kepada penataan ruang
suatu daerah dengan maksud melindungi baik kuantitas atau kualitas airtanah.
c. Pengawetan airtanah
Dilakukan untuk menjaga kesinambungan ketersediaan airtanah dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara :
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
30/32
42
1) Mengendalikan pengambilan dan pemanfaatan airtanah
2)
Menghemat pemanfaatan airtanah
3) Memelihara kualitas airtanah
4) Mendorong penggunaan air yang saling menunjang (conjuctive use) antara
airtanah dengan air selain airtanah
d. Pemulihan airtanah
Merupakan upaya memperbaiki atau merehabilitasi kondisi dan
lingkungan airtanah yang telah mengalami penurunan kuantitas dan atau kualitas
agar lebih baik atau kembali seperti semula. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan cara membuat imbuhan airtanah buatan, menetralisir pencemaran airtanah,
dan merehabilitasi daerah imbuhan airtanah.
e. Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran airtanah
Yaitu untuk memelihara dan menjaga kualitas airtanah agar tetap pada
kondisi alamiahnya. Diantaranya mencegah pencemaran airtanah oleh limbah
industri dan non industri dengan mengisolasi sumber pencemar, menanggulangi
pencemaran airtanah agar pencemaran tidak meluas dengan membangun
konstruksi penanggulangan pencemaran, dan memulihkan kualitas airtanah yang
telah tercemar.
f. Pengendalian kerusakan kuantitas airtanah
Pengendalian kerusakan kuantitas airtanah terutama dilakukan terhadap
akuifer yang mengalami pengurasan, daerah imbuhan yang mengalami perubahan
fisik, dan lingkungan airtanah yang rusak akibat pengambilan tanah yang intensif.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
31/32
43
1) Pengaturan kerapatan lokasi pengambilan airtanah
2)
Pembatasan debit pengambilan airtanah
3) Perlindungan zona jenuh airtanah di daerah batu gamping
4) Pengaturan kedalaman akuifer yang disadap
5) Pembatasan penyadapan airtanah pada akuifer yang sudah rawan dan kritis
6) Penerapan upaya pengelolaan lingkungan (UKL), upaya pemantauan
lingkungan (UPL), atau analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
pada kegiatan pengambilan airtanah.
g. Pemantauan airtanah
Adalah pengamatan dan pencatatan secara terus menerus atas perubahan
kuantitas, kualitas, dan lingkungan airtanah, yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan dan atau pengambilan airtanah.
Pemantauan airtanah meliputi pemantauan terhadap perubahan kedudukan
muka airtanah, perubahan kualitas airtanah, pengambilan dan pemanfaatan
airtanah, pencemaran airtanah, dan perubahan lingkungan airtanah. Pemantauan
airtanah dilakukan pada sumur-sumur bor yang menjadi sumur pantau. Setiap
sumur pantau memiliki kontruksi yang berbeda sesuai dengan karakteristik
hidrogeologi suatu tempat.
h. Pengawasan, pengendalian, dan pembinaan,
Laporan hasil pengawasan dan pengendalian merupakan bahan masukan
bagi perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan konservasi airtanah.
Kegiatan ini meliputi :
-
8/18/2019 s Geo 034534 Chapter2
32/32
44
1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengeboran eksplorasi dan eksploitasi
airtanah yang dilaksanakan oleh instansi/Lembaga Pemerintah atau Swasta
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan teknis dalam rangka
perbaikan sumur bor atau penurapan mata air
3) Pengambilan airtanah dan pengusahaan airtanah
4) Pengawasan terhadap terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan
airtanah
5) Pengawasan dalam rangka penertiban pengeboran, penurapan, dan
pengambilan airtanah dan mata air serta penguasaan airtanah tanpa izin.
6) Pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur bor dan sumur
imbuhan
7) Pengawasan terhadap UKL, dan UPL atau AMDAL
i.
Pengembangan sistem informasi airtanah
Sistem informasi airtanah dikembangkan untuk menghasilkan informasi
keairtanahan yang bersifat administratif dan teknis secara terpadu yang dapat
diakses secara cepat melalui jaringan komputer. Data dan informasi yang dikelola
dalam sistem informasi airtanah meliputi :
1)
Inventarisasi airtanah
2) Konservasi airtanah
3) Pendayagunaan airtanah
4) Pengendalian dan pengawasan airtanah
5) Perizinan airtanah
6) Kebijakan pengelolaan airtanah.