sacroilliac dysfunction

32
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Anatomi Sendi sakroiliaka (SIJ) Sendi sakroiliaka / sacroiliac joint (SIJ) terdiri dari artikulasi antara sakrum dan bagian sakrum dari tulang coxa yang terletak bilateral. Sakrum merupakan tulang yang berbentuk doublewdge yang merupakan fusi dari 5 vertebrae sakral, yang menipis dari anterior hingga ke bagian posterior dan dari sepalik ke caudal. SIJ diklasifikasikan sebagai SIJnovial dengan permukaan datar dimana terdapat tonjolan dan depresi sehingga permukaannya menjadi kasar pada permukaan sendi, yang meningkatkan friksi dan membatasi pergerakan. Beberapa penulis percaya bahwa hanya 1/3 bagian anterior merupakan SIJnovial sejati, dengan sistem keseimbangan yang terdiri dari koneksi ligamen. Permukaan sendi ini dijelaskan sebagai ukuran, bentuk, dan arah yang asimetris, dan variabilitas ini berkontribusi dalam stabilisasi sendi. Permukaan SIJ yang ireguler dengan tonjolan dan bagian yang terdepresi bervariasi antara 2 hingga 10 mm tingginya atau kedalamannya. Bentuk umum dari topografi permukaan sendi pada saat lahir hingga pubertas bersifat datar. Setelah pubertas, terjadi perubahan kontur menjadi tonjolan seperti bulan sabit yang berkembang di sepanjang permukaan iliaka, dan depresi pada sisisakrum. Topografi ini bervariasidan berkembang pada pria. Artikulasi SIJ membantu untuk

Upload: irene-djedoma

Post on 12-Aug-2015

171 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sacroilliac Dysfunction

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Sendi sakroiliaka (SIJ)

Sendi sakroiliaka / sacroiliac joint (SIJ) terdiri dari artikulasi antara sakrum dan

bagian sakrum dari tulang coxa yang terletak bilateral. Sakrum merupakan tulang

yang berbentuk doublewdge yang merupakan fusi dari 5 vertebrae sakral, yang

menipis dari anterior hingga ke bagian posterior dan dari sepalik ke caudal. SIJ

diklasifikasikan sebagai SIJnovial dengan permukaan datar dimana terdapat tonjolan

dan depresi sehingga permukaannya menjadi kasar pada permukaan sendi, yang

meningkatkan friksi dan membatasi pergerakan. Beberapa penulis percaya bahwa

hanya 1/3 bagian anterior merupakan SIJnovial sejati, dengan sistem keseimbangan

yang terdiri dari koneksi ligamen. Permukaan sendi ini dijelaskan sebagai ukuran,

bentuk, dan arah yang asimetris, dan variabilitas ini berkontribusi dalam stabilisasi

sendi. Permukaan SIJ yang ireguler dengan tonjolan dan bagian yang terdepresi

bervariasi antara 2 hingga 10 mm tingginya atau kedalamannya.

Bentuk umum dari topografi permukaan sendi pada saat lahir hingga pubertas bersifat

datar. Setelah pubertas, terjadi perubahan kontur menjadi tonjolan seperti bulan sabit

yang berkembang di sepanjang permukaan iliaka, dan depresi pada sisisakrum.

Topografi ini bervariasidan berkembang pada pria. Artikulasi SIJ membantu untuk

membentuk arkus posterior pelvis, yang termasuk 3 bagian atas vertebra sakral dan

bagian iliaka yang terbentuk dari SIJ hingga asetabulum. Berat batang tubuh dan

ekstremitasatas ditransmisikan melalui arkus ini. Arkus anterior terdiri dari ramus

pubis superior dan simfisis pubis.

Permukaan artikulasi ilium dan sakrum digambarkan berbentuk huruf L, bagian

terpendek yaitu segmen kranial berbentuk lebih vertikal dan segmen kaudal yang

berbentuk lebih panjang dan horisontal. Hal ini memfasilitasi penyanggaan beban

vertikal. Perbedaan gender menyebabkan perbedaan permukaan sendi. Pada wanita,

permukaan artikulasi sakrum lebih pendek dan melebar sepanjang permukaan lateral

vertebra S1 hingga S3. Saat lahir, terdapat permukaan kartilago artikular dengan

hialin yang padat pada sisi sakral, dan merupakan karakteristik SIJnovial lain. Sisi

iliaka terdiri dari kartilago yang tidak terlalu berkembang dan terdiri dari lapisan tipis

kondrosit. Selama 3 tahun pertama kehidupan, sisi iliaka mengalami maturasi yang

Page 2: Sacroilliac Dysfunction

lamban menjadi fibrokartilago yang tipis dan sejalan dengan maturitas tulang, sisi

sakeal 1,5 kali lebih tebal dibandingkan iliaka.

Kontur SIJ memberikan stabilitas yang signifikan terhadap sendi. Sendi ini memiliki

penyangga otot langsung yang sangat sedikit, tetapi beberapa ligamen besar

mengelilingi dan menyangga area tersebut dan menjaga stabilitas SIJ. Ligamen

tersebut yaitu:

1. Ligamen sakroiliaka interoseus, merupakan ligamen yang lebar yang menyangga

celah ireguler pada bagian posterior dan superior dari celah sendi. Ligamen ini

terdiri dari bagian dalam dan superfisial. Bagian superfisial bergabung dengan

ligamen sakroiliaka dorsalis. Ligamen ini merupaka sindemosis terbesar dalam

tubuh dan terkuat yang menyangga regio ini. Ligamen ini mencegah terjadinya

separasi vertikal dan translasi anteroposterior dan menjaga stabilitas sendi secara

keseluruhan.

2. Ligamen sakroiliaka anterior, merupakan penebalan bagian anterior dan inferior

dari kapsul sendi. Ligamen ini lebih berkembang dekat spina iliaka posterior

superior dan garis arkuata. Ligamen ini melawan translasi inferior superior,

separasi permukaan sendi, dan pergerakan anterior promontorium sakral.

3. Ligamentum sakroiliaka dorsalis, membungkus ligamen interoseus, dan kedua

struktur ini menjadi 2/3 posterior dari koneksi sendi. Bagian panjang dari ligamen

ini menghubungkan sakrum ke spina iliaka posterior superior, yang terletak

langsung di kaudal dari spina iliaka posterior superior (PSIS), dan dibungkus oleh

fascia gluteus maximus. Bagian ligamen ini membantu dalam mengatur

counternutation sakrum. Ligamen ini dapat bergabung dengan ligamen

sakrotuberous dan fascia torakolumbar.

4. Ligamentum sakrotuberous, separuhnya bergabung dengan ligamentum dorsalis

dan menghubungkan sakrum bagian bawah, coccyx bagian atas, dan spina iliaka

posterior superior ke ischial tuberosity. Arah ligamen ini adalah oblik dan

terpelintir, dan bergabung dengan serat inferior gluteus maksimus dan bagian

tendon dari biceps femoris. Ligamen ini melawan terjadinya rotasi sakral atau

nutasi saat fleksi.

5. Ligamen sakrospinosus, adalah ligamen yang tipis, berbentuk segitiga yang

terbentang dari ligamen anterior hingga ligamen sakrotuberous dengan arah dari

Page 3: Sacroilliac Dysfunction

spina isciadika hingga ke coccyx dan sakrum. Ligamen ini berfungsi menahan

terjadinya rotasi frontal dan transversal atau fleksi dari promontorium sakral.

6. Ligamen iliolumbar memiliki arah dari prosesus transversus L4 dan L5 hingga ke

krista iliaka dan bergabung dengan ligamen interoseus. Fungsi ligamen ini adalah

mengurangi pergerakan antara bagian distal lumbar dan sakrum serta mencegah

separasi sakrum dari ilia.

7. Simphisis pubis memiliki 3 ligamen : pubis superior, pubis arkuata, dan

interpubis. Struktur ini melawan separasi akibat stres, ritasi vertikal sakrum, dan

separasi SIJ. Sistem yang luas yang bersifat penyangga dari ligamen-ligamen ini

seharusnya mampu untuk mempertahankan dan mencegah terjadinya pergerakan

yang mungkin dari sendi tersebut atau menyangga sejumlah besar kekuatan

selama periode waktu yang lama. Kontribusi aktual dari satbilitas SIJ telah

ditemukan oleh para ahli yang bersifat sangat substansial.

Walaupun kenyataannya bahwa tidak ada satu otot yang spesifik bertindak sebagai

agonis atau penggerak utama SIJ, tetapi merupakan kumpulan beberapa otot dan

fascia yang bertindak secara tidak langsung pada stabilitas sendi. Ligamen SIJ dan

lumbar bertautan dengan fascia torakolumbar. Ligamen-ligamen ini dan fascia berada

dalam posisi yang memungkinkan pergerakan dan stabilitas tulang belakang dan

ekstremitas bawah. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme yang kompleks dan

bersifat tiga dimensi yang memungkinkan adanya stabilitas sekaligus mentrasfer dan

meredam tekanan berat tubuh. Otot-otot dan fascia berikut secara langsung dan tidak

langsung mempengaruhi pelvis dan fungsi SIJ:

1. Otot abdominal, erector spinae, dan kuadratus lomburum berperan dalam

stabilitas pelvis gridle. Deep erector spinae dan multifidi masuk ke ligamen

sakroiliaka posterior dan iliolumbar.

2. Tensor fascia lata dan gluteus medius dan minimus berperan dalam tabilitas

pelvis dalam arah frontal dan mempengaruhi gerakan ilial secara langsung.

3. Hip extensor berperan dalam stabilitas sagitaldan mempengaruhi pergerakan

sakral karena melekat pada ligamen sakrotuberous.

4. Rectus femoris dan sartorius dapat mencetuskan gerakan iliosakral secara

langsung, serta mempengaruhi pergerakan pada lutut dan panggul.

5. Hip adductor mempengaruhi pergerakan pelvis secara umum tetapi dapat

menyebabkan pergerakan pada simpisis pubis ketika bekerja secara unilateral.

Page 4: Sacroilliac Dysfunction

6. Illiopsoas, karena perlekatannya pada ilium, sakrum, dan dan segmen bawah

lumbar, dan ligamentum sakroiliaka anterior dapat secara langsung

mempengaruhi fungsi lumbopelvis.

7. Femoral external rotator, terutama piriformis, bertindak secra langsung dalam

mempengaruhi mekanik sakral dan pelvis.

8. Thoracolumbar fascia diidentifikasikan sebagai elemen penting dalam

mentransfer dan menghilangkan beban dari tubuh bagian atas ke regio

lumbopelvis dan ke ekstremitas bawah melalui SIJ. Lapisan lumbar posterior

(lumbodorsal fascia[LDF]) dari thoracolumbar fascia melekat padaprosesus

spinosu lumbalis, ligamen interspinosus, dan median sacral crest. Letak anatomi

dari LDF merupakan stabilisator utama dari lumbal dan SIJ.

Page 5: Sacroilliac Dysfunction

Inervasi SIJ

Meskipun SIJ diketahui terlibat dalam nyeri lumbopelvis, beberapa penelitian telah

meneliti inervasi dari SIJ. Inervasi oleh cabang dari ramus lumbopelvis ventral telah

dilaporkan namun belum diverifikasi. Sebaliknya, inervasi SIJ oleh cabang kecil dari

ramus posterior telah dilaporkan oleh beberapa penulis. Bradley menemukan bahwa

serat tipis yang menginervasi sendi dari L5 hingga S3, sedangkan Grob melaporkan

cabang yang menuju sendi tersebut berasal dari ramus posterior S1- S4. Patel pada

tahun 2012 melaporkan keberhasilan dalam meredam nyeri SIJ dengan menggunakan

neurotomi pada ramus primer dorsal L5 dan cabang lateral ramus sakral dorsal dari S1

hingga S3.

Serat saraf bermielin dan tidak bermielin ditemukan pada SIJ. Banyak akson dari

sarafyang menginervasi SIJ kurang lebih berdiameter 0,2-2,5 mm, menempati daerah

grup IV (C-fibers) dan mungkin di dalam ujung kecil dari grup III (A-delta). Area ini

kaya akan persarafan dan mekanoreseptor yang mirip dengan Golgi tendon organ

telah diidentifikasi pada sistem ligamentum sakroiliaka. Kapsul fibrosa SIJ juga

diinervasi oleh sistem reseptor nosiseptik. Sistem ini terdapat pada keseluruhan

lapisan kapsul sendi, termasuk ligamentum sakroiliaka.

Bukti adanya propioseptor pada persendian lumbar juga terdapat pada manusia.

Penelitian McLain dan Pickar pada 23 kapsul faset lumbar manusia menemukan

Page 6: Sacroilliac Dysfunction

adanya serat akhir dari grup I,II, dan III pada kapsul sendi faset lumbar. Propioseptor

ini berperan dalam informasi yang berkaitan dengan pergerakan dan ptroteksi

pergerakan pada sistem saraf pusat bergantung pada posisi sendi dan fungsi.

Bukti mekanoreseptor pada diskus intervertebralis pada manusia juga telah ada.

Robert meneliti diskus intervertebralis pada 67 manusia dan menemukan struktur

menyerupai korpuskel Pacini, Rufini, dan Golgi tendon organ. Struktur ini ditemukan

pada lamela 2-3 diskus dan ligamen longitudinal anterior. Reseptor ini dianggap

berperan dalam sensasi dari postur dan pergerakan, sama seperti nosisepsi. Fungsi

dari sistem yang kompleks dari otot, ligamen, dan fascia, pada akhirnya berperan

bukan untuk mencetuskan terjadinya pergerakan pada SIJ tetapi stabilisasi dan efek

menguatkan dalam efisiensi transfer beban atau tenaga.

2.2. Biomekanis SIJ

Konsep bahwa SIJ merupakan pusat dari LBP didasarkan bahwa SIJ memiliki

pergerakan. SIJ merupakan SIJnovial tipikal pada separuh bagian anterior, sehingga

ide bahwa adanya pergerakan dapat saja muncul. Beberapa penelitian telah dilakukan

secara in vivo dan in vitro. Satu hal yang menjadi kesimpulan bahwa adanya konsep

pergerakan SIJ bukan merupakan pergerakan yang sederhana, melibatkan hanya 1

axis. Pada penelitian yang dilakukan oleh Reynold menemukan bahwa rotasi sakral

yang terjadi dalam bidang sagital saat fleksi panggul, aksis longitudinal selama

abduksi panggul dan aksis frontal saat kombinasi abduksi panggul dan fleksi.

Beberapa peneliti menemukan bahwa translasi dan ritasi sakrum pada bidang sagital

merupakan gerakan yang paling dominan. Beberapa peneliti lain meyakini bahwa

kombinasi simultan translasi dan pergerakan dalam bidang median (fleksi/ekstensi, ke

atas/ke bawah, dan rotasi). Tiga aksis terpisah dari rotasi yang melalui simphisis pubis

telah didemonstrasikan dengan 1 tulang panggul yang ditempatkan dalam posisi fleksi

dan 1 bagian lain dalam keadaan ekstensi.

Sejumlah pergerakan dapat terjadi pada SIJ juga telah diteliti dengan berbagai metode

in vivo dan in vitro. Penelitian yang dilakukan selama 10 tahun pada gerakan rotasi

menemukan range of movement (ROM) sebesar 10 hingga 30. Penelitian ini mengukur

pergerakan translasi yang menunjukkan bahwa ROM kurang dari 3 mm. Vleeming

menemukan bahwa pada 83% sujek penelitian, total ROM tidak pernahn melewati 20

dengan hanya satu subjek yang memiliki ROM 2,70. Untuk mendukung penelitian ini,

mereka mengukur maksimal pergerakan pada sunjek pria yaitu sebesar 1,20 dan 2,80

Page 7: Sacroilliac Dysfunction

pada wanita. Selama fleksi sakrum, ilia bergeser ke arah depan satu dengan yang

lainnya maksimal 1-1,5 mm. Perubahan gerakan SIJ juga nampak pada peningkatan

usia. Penurunan gerakan telah ditemukan. Bukti kuat adanya pergerakan pada SIJ

telah dibuktikan tetapi sejumlah pergerakan minimal menambah hipermobilitas yang

menyebabkan terjadinya nyeri pada sakroiliaka. Pada orang dengan patologi sendi

yang berat atau instabilitas traumatik, wanita multipara, atau orang dengan atrofi otot

akibat tirah baring yang lama atau cedera neuron motor bawah memiliki

hipermobilitas yang signifikan sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri SIJ.

2.3. Fungsi SIJ

Telah diketahui bahwa peran utama SIJ adalah mentransmisikan dan meredam

energi selama memikul beban berat tubuh. Beban ini berupa berat tubuh bagian atas

serta daya gravitasi. Pergerakan fungsional yang paling umum yang telah

diidentifikasikam terdapat pada sakrum termasuk nutation dan counternutation.

Nutation didefinisikan sebagai pergerakan anterior-inferior dari sacral promontory, di

mana ilia yang berpasangan dan ischial tuberosity terpisah. Selama counternutation,

hal yang sebaliknya terjadi. Contoh hubungan ini terlihat dalam konsep ritme

lumbopelvis. Setelah fleksi tubuh 600 pertama, pelvis akan berotasi ke anterior

mengelilingi acetabulum dan sacrum mengikuti lumbar spine bergerak fleksi atau

nutation. Selama pengembalian posisi ke posisi berdiri atau ekstensi tubuh, gerakan

yang berlawanan terjadi (counternutation sacrum). Pada posisi berdiri normal. Garis

gravitasi akan jatuh ke sisi posterior dari pusat acetabula, dan sebagian besar berat

tubuh akan ditransmisikan melalui posterior pelvis. Hal ini akan menghasilkan

gerakan rotasi posterior, dan pelvis berotasi ke posterior dan inferior mengelilingi

acetabula sehingga menghasilkan automatic pelvic tilt.

Selama proses mengayunkan kaki saat berjalan, ilium akan berotasi posterior, lalu

berubah menjadi rotasi anterior setelah berespon terhadap beban dan menerima posisi

maksimal pada langkah terjauh. Sakrum akan berotasi ke depan yaitu dalam aksis

diagonal selama respon terhadap beban, mencapai posisi maksimal pada setengah

langkah, lalu akan kembali ke posisi semula saat langkah terjauh. Toraks akan

berotasi 1800 relatif terhadap pelvis saat fase berjalan sedangkan lumbar berotasi

terhadapnya. Pergerakan intrapelvis juga terjadi untuk membantu mengurangi stres

aksial, torsional, dan shear stress. Selama berjalan, terdapat momen inersia dari tubuh

bagian atas, dan deselerasi pada innominate menyebarkan beban yang diredam oleh

Page 8: Sacroilliac Dysfunction

SIJ. Konterrotasi tubuh bagian atas berperan dalam rotasi sakrum ke arah posterior,

sehingga mengurangi deselerasi SIJ.

2.4. Etiologi Disfungsi Sendi Sakroiliaka (Disfungsi SIJ)

Ada banyak istilah yang digunakan untuk masalah sendi sakroiliaka, termasuk

disfungsi sendi sakroiliaka, sindrom SIJ, ketegangan SIJ, dan peradangan SIJ.

Masing-masing istilah mengacu pada suatu kondisi yang mana menyebabkan nyeri

pada SIJ. Disfungsi SIJ biasanya disebabkan oleh multi faktor.

Seperti sendi lain dalam badan,SIJ memiliki lapisan tulang rawan yang menutupi

tulang. Tulang rawan memungkinkan untuk terjadinya beberapa gerakan dan

bertindak sebagai peredam syok antara tulang. Ketika tulang rawan ini rusak atau

menipis, tulang mulai bergesekan satu sama lain, dan menyebabkan terjadinya

arthritis degeneratif (osteoarthritis). Ini adalah penyebab paling umum dari disfungsi

SIJ . Artritis degeneratif terjadi umumnya pada SIJ, seperti yang terjadi pada sendi-

sendi lain di dalam tubuh.

Penyebab umum lainnya dari disfungsi SIJ adalah kehamilan. Selama kehamilan,

hormon dilepaskan dalam tubuh wanita yang memungkinkan ligamen untuk

meregang. Ini mempersiapkan tubuh untuk melahirkan. Relaksasi dari ligamen yang

menjaga SIJ memungkinkan untuk terjadinya peningkatan gerakan dalam sendi dan

boleh memicu kepada meningkatnya tekanan dan penipisan tulang rawan yang

abnormal. Peningkatan berat badan dan cara berjalan sewaktu sedang hamil juga

menyumbang kepada tambahan beban kepada SIJ.

Setiap kondisi yang menganggu cara berjalan yang normal akan menyebabkan

terjadinya peningkatan beban pada SIJ. Ini dapat mencakup perbedaan panjang kaki

(satu kaki lebih panjang dari yang lain), atau nyeri di pinggul, lutut, pergelangan kaki,

atau kaki. Pasien dengan sakit di ekstremitas bawah sering berkembang menjadi

masalah pada punggung bawah (lumbar spine) atau SIJ. Dalam kebanyakan kasus

jika masalah yang mendasari penyakit ini diobati, secara langsung disfungsi SIJ dan

nyeri punggung bawah akan membaik.

Ada banyak penyebab yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh yang juga bisa

menyumbang kepada peradangan pada SIJ. Ini termasuk gout, rheumatoid arthritis,

Page 9: Sacroilliac Dysfunction

psoriasis, dan spondilitis. Ini semua adalah berbagai bentuk arthritis yang dapat

mempengaruhi semua sendi yang ada di dalam tubuh.

Penyebab-penyebab lain disfungsi SIJ :

1. Panjang kaki yang tidak sama yang sering terlihat pada penderita polio dapat

menyebabkan tekanan asimetris pada panggul yang mengakibatkan rasa sakit,

biasanya di tungkai lebih pendek. Ketidakseimbangan otot di kaki atau

kelemahan sebelah otot ekstremitas bawah dapat menyebabkan perpindahan

abnormal tekanan dan beban melalui tubuh dalam postur asimetris,

meningkatkan tekanan pada satu atau sisi lain dari panggul.

2. Penjagaan ekstrimitas bawah dan otot abdomen yang tidak baik dapat

menyebabkan meningkatnya tekanan pada ligamen, yang menyumbang kepada

kelemahan dan kekakuan serta disfungsi SIJ.

3. Peningkatan berat badan, terutama di sekitar ekstrimitas bawah, dapat

menambah tekanan pada SIJ.

4. Scoliosis (kelengkungan tulang belakang) dapat menyebabkan gerakan

asimetris, yang menyebabkan transfer beban abnormal dan disfungsi SIJ.

5. Cara jalan yang abnormal dapat meningkatkan tekanan pada SIJ.

6. Potur dan kebiasaan duduk, berdiri, dan kegiatan sehari-hari yang buruk dapat

menyebabkan peletakan tulang sacrum yang tidak benar.

7. Trauma atau cedera karena jatuh secara langsung di tulang panggul, pukulan

ke sisi panggul, atau kecelakaan kendaraan bermotor dapat meningkatkan

regangan ligamen di sekitar SIJ, menyebabkan gangguan dan trauma pada SIJ.

Wanita mempunyaia risiko yang lebih besar untuk terjadinya disfungsi SIJ. Secara

anatomi juga, perempuan mempunyai tulang panggul yang lebih besar dari lelaki dan

efek dari hormon yang dilepaskan untuk memberi relaksiasi kepada tulang pelvis

sewaktu proses persalinan (relaxin) berperan dalam terjadinya hipermobilisasi SIJ.

Tabel 1. Etiologi terjadinya disfungsi SIJ

Page 10: Sacroilliac Dysfunction

2.5. Patofisiologi Disfungsi SIJ

Disfungsi SIJ diidentifikasikan menjadi 2 tipe dasar : anterior dan posterior. Tanpa

memandang tipe disfungsi, beberapa mekanisme umum atau rantai kejadian

diidentifikasikan sebagai penyebab disfungsi SIJ. Disfungsi anterior diidentifikasikan

memiliki 2 mekanisme. Mekanisme pertama yaitu selama fleksi tubuh ke depan di

mana rotasi anterior innominate dan pergerakan ke bawah dan terfiksasi di sakrum.

Apabila hanya sedikit penopang tersedia dari otot abdominal selama pengembalian

posisi ke posisi tegak, berat tambahan menyebabkan sakrum terletak lurus ke bawah

secara vertikal dan mengunci SIJ. Pergerakan anterior ini akan mengunci ligamen

sakroiliaka posterior sehingga menyebabkan penekanan pada ligamen anterior yang

tipis.

Mekanisme kedua adalah saat jatuh akibat salah langkah yang cukup keras dan tiba-

tiba atau saat jatuh yang bertumpu pada bokong. Deselerasi tiba-tiba, dikombinasikan

dengan momen inersia sakrum, menekan sakrum secara vertikal ke arah bawah.

Beberapa peneliti lain menyatakan bahwa disfungsi posterior atau penguncian sisi

posterior innominate terhadap sakrum lebih sering terjadi. DinTigny menyatakan

bahwa hal ini secara alamiah terjadi yaitu akibat ligamentum sakroiliaka yang tebal

dan kuat dan mekanisme penguncian normal yang terjadi dengan rotasi innominate

posterior. Mekanisme yang mungkin terjadi saat berjalan yaitu bila SIJ terfiksasi atau

hipomobilisasi sebagai akibat cedera atau disfungsi, tegangan antara momen inersia

tubuh dan deselarsi pelvis tidak diredam tetapi ditransfer ke jaringan sekitarnya,

termasuk diskus L5-S1. SIJ dapat mengalami strained pada postur kifosis, duduk yang

Page 11: Sacroilliac Dysfunction

tidak ditopang, translasi posterior toraks, ekstensi toraks, dan pembebanan asimetris

pada ekstremitas bawah. Duduk dalam waktu lama juga dinyatakan sebagai stresor

terhadap SIJ.

DonTigny memiliki postulat bahwa disfungsi SIJ dapat menyerupai bahkan

mempercepat terjadinya nyeri diskus lumbar. Fungsi normal SIJ memungkinkan

terjadinya sedikit peningkatan rotasi tubuh dan gangguan pada fungsi SIJ akan

menyebabkan peningkatan stres torsional pada diskus. Sakrum akan tergelincir ke

kaudal dan ventral saat berjalan dan bila disfungsi ini terjadi akan meningkatkan

vibrasi pada aspek superior sakrum, menyebabkan peningkatan beban pada diskus

lumbosakral. Peningkatan tekanan intraabdominal dapat menyebar ke tulang

innominate pada sakrum, meregangkan akar saraf dan meningkatkan beban diskus

sehingga terjadi degenerasi dan herniasi diskus. Dengan kata lain, LBP pada

disfungsi SIJ dapat mendahului herniasi diskus sebagai faktor kausatif daripada

herniasi diskus menyebabkan LBP.

Kehamilan juga merupakan bukti bahwa disfungsi SIJ secara signifikan menyebabkan

LBP. Akibat pelepasan relaxin saat kehamilan sehingga SIJ menjadi lebih mobile dan

disfungsi gaya berjalan, nyeri, serta nyeri tekan pernah dilaporkan. Hal ini terjadi

akibat beban dari bagian anterior pelvis meningkat dan melemahnya otot penyangga

pelvis, rotasi anterior dapat terjadi. Relaxin juga melemahkan ligamen sehingga lebih

rentan terhadap cedera.

1. Hipermobilisasi

Disfungsi SIJ kadang-kadang disebut sebagai "ketidakstabilan SIJ " atau

"insufisiensi SIJ " karena kurangnya dukungan ligamen yang kuat dan stabil sudah

tidak bisa lagi dipertahankan. Ketika sendi hipermobile atau longgar, sendi ini

diklasifikasikan sebagai disfungsi ekstra artikular karena gerakan sendi abnormal

merupakan akibat daripada ligamen yang melemah, terluka, atau disposisi, sedang

pada sendi itu sendi itu sendiri berada dalam keaadaan yang sehat dan mempunyai

stuktural yang normal.

SIJ sendiri jarang menunjukkan perubahan degeneratif, seperti artritis, sehingga

proses disfungsi dan degeratif ini membutuhkan waktu yang lama untuk tampak

adanya gejala dari disfungsi SIJ.

Page 12: Sacroilliac Dysfunction

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ketidakseimbangan hormon, terutama yang

berhubungan dengan kehamilan dan hormone relaksin, juga dapat menyebabkan

kelemahan ligamen yang mana menyumbang kepada melemahnya struktur sendi

sakroiliaka. Selama kehamilan, hormone relaksin berfungsi untuk memberikan

efek pada jalan lahir dengan menyebabkan distensi pada panggul perempuan

secara alami. Nyeri sendi panggul pada wanita pasca kehamilan diperkirakan

berasal dari ketidakmampuan ligamen untuk kembali pada bentuk normal sebelum

hamil. Perempuan yang telah melahirkan bayi besar atau proses melahirkan yang

lama juga rentan untuk terjadinya ketidakstabilan dan nyeri SIJ yang kronis.

Pada beberapa orang, terjadinya misligamen rotasi pada SIJ disebabkan oleh

terjadinya kebalikan hubungan normal penguncian ligament yang cekung-

cembung. Variasi dalam hasil konfigurasi gabungan pada beberapa-beberapa

sendi sakroiliaka menjadi lemah atau lebih rentan untuk membentuk misligamen.

Beberapa ketidakseimbangan biomekanis atau panjang otot pada akhirnya bisa

mempengaruhi seseorang untuk membentuk disfungsi SIJ. Ini mungkin

disebabkan oleh cara jalan yang abnormal atau stress berulang kepada SIJ dan

jaringan-jaringan yang bersangkutan. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang

dengan panjang kaki yang tidak sama, skoliosis, riwayat polio, kualitas alas kaki

yang buruk, dan osteoarthritis panggul.

2. Hipomobilitas

Hipomobilitas dari SIJ adalah gangguan intra-artikular kerana pertambahan usia

atau proses degeneratif sendi di mana sendi menjadi susah digerakkan atau

menjadi terkunci. Hipomobilitas seperti ini juga dapat terjadi pada penyakit-

penyakit paradangan sendi seperti ankilosis spondilitis, rheumatoid arthritis, atau

infeksi.

2.6. Tanda dan Gejala Disfungsi SIJ

Nyeri pada disfungsi SIJ dapat bermanifestasi sebagai berikut :

Low back pain (nyeri punggung)

Nyeri pada bokong

Nyeri pada paha dan groin pain

Sciatic-like pain, nyeri yang berjalan dari saraf skiatik pada regio lumbar

hingga ke daerah bokong, bagian posterior paha, dan terkadang hingga ke betis

Page 13: Sacroilliac Dysfunction

dan kaki. Nyeri disebabkan oleh iritasi ujung saraf yang bergabung pada

tulang belakang untuk membentuk nervus isiadika. Akan terasa kesemutan,

tingling, atau sensasi terbakar pada kaki.

Sindrom piriformis

Posisi duduk terkadang sangat susah dan sangat nyeri, terutama saat mengendarai

mobil. Nyeri ini terkadang meiliki pola yang membigungkan dengan nyeri akibat

tulang punggung atau nyeri pelvis sehingga menjadi masalah dalam membuat

diagnosis disfungsi SIJ.

2.7. Diagnosis Disfungsi SIJ

Langkah pertama dalama mendiagnosis disfungsi SIJ adalah anamnesis yang lengkap

dan pemeriksaan fisik. Biasanya pemeriksa akan menanyakan tentang penyakit yang

mendasari kepada terjadinya nyeri tersebut. Hal ini juga dapat membantu

membedakan nyeri yang disebabkan oleh SIJ, tulang lumbal, atau pinggul. Ada

berbagai jenis tes dapat dilakukan oleh pemeriksa selama pemeriksaan fisik yang

mana dapat membantu menyingkirkan sumber-sumber terjadinya nyeri. Tujuan lain

dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk membuang kemungkinan tertentu yang bisa

terlihat seperti disfungsi SIJ.

1. Anamnesis

Kunci dalam diagnosis disfungsi sendi sakroiliaka adalah rasa nyeri. Banyak

penulis telah berusaha untuk mendefinisikan pola nyeri yang khas terkait dengan

disfungsi SIJ. Beberapa laporan menyebutkan pasien mengatakan rasa nyeri

dirasakan pada salah satu atau kedua pinggul di atau dekat tulang belakang

posterior superior iliaka. Namun, rasa sakit menjalar ke pinggul, paha posterior,

atau bahkan betis telah ditemukan.

Pasien biasanya mengatakan nyeri biasanya memberat apabila mereka duduk

dengan jangka masa yang lama atau apabila mereka melakukan gerakan memutar

atau rotasi.

Kualitas nyeri: Rasa nyeri digambarkan sebagai nyeri tumpul atau tajam,

menusuk, atau nyeri knife-like.

Distribusi nyeri: distribusi nyeri dilaporkan adalah pinggul, belakang paha,

dan punggung atas: bisa unilateral atau bilateral.

Page 14: Sacroilliac Dysfunction

Riwayat penyakit terdahulu: Yang penting, mengecualikan riwayat

gangguan inflamasi (misalnya, penyakit radang usus, sindrom Reiter).

Demam, penurunan berat badan, dan nyeri di malam hari dengan gejala

kringat malam hari. keluhan keluhan seperti ini menunjukkan adanya

resiko penyakit sistemik.

Nyeri yang lebih buruk di pagi hari (kekakuan pagi) dan hilang dengan

olahraga. Keluhan seperti ini biasanya dihubungkan dengan penyakit

inflamasi.

2. Pemeriksaan Fisik

Temuan-temuan dari pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa disfungsi SIJ telah

dibahas dalam beberapa artikel. Pola yang biasa ditemukan dari pemeriksaan fisik

dibahas, sebagai berikut:

Inspeksi sering menemukan panjang panggul yang tidak. Temuan ini

dapat menjadi indikasi untuk disfungsi SIJ salah satu atau kedua-dua

sakroiliaka.

Sangat penting untuk mengukur panjang tungkai bawah, memeriksa

tulang lumbar untuk mencari scoliosis, dan memutar pinggul untuk

mencari hambatan gerakan pinggul.

Palpasi mungkin merupakan indikasi yang paling tepat dari nyeri SIJ.

Pasien biasanya menempatkan ibu jari langsung ke satu tempat tertentu

dimana nyeri dirasakan. Pasien biasanya dapat mengetahui dengan tepat

dimana sakit dirasakan (sign Fortin Finger).

Pada pemeriksaan neurologis, kekuatan motorik, pemeriksaan sensorik,

dan refleks di bawah kaki biasanya ditemukan normal. Namun, terkadang,

pemeriksaan kekuatan menunjukkan hasil yang berbeda, dan pasien

mungkin menunjukkan kelemahan karena hambatan nyeri atau

ketidakseimbangan otot yang berkembang selama episode sakit dan dan

tidak aktif. Kelemahan neurogenik sesungguhnya, mati rasa, atau

hilangnya refleks harus diwaspadai oleh pemeriksa untuk

mempertimbangkan kelainan pada akar saraf atau patologi lebih dari

adanya disfungsi mekanikal pada SIJ.

Melakukan tes provokasi nyeri.

Page 15: Sacroilliac Dysfunction

Provokasi dapat dilakukan pada ligamen anterior sacroiliac dengan

mengaplikasikan tekanan pada spina iliaka anterior superior. Berikan

kompresi pada pasien dengan posisi pasien berbaring ke sisi. Tekanan

diberikan dengan menekan pada krista iliaka yang paling atas ke arah

bawah (tes kompresi iliaka)

Tujuan dari tes Gaenslen adalah untuk mengaplikasikan tekanan

pada sendi. Dengan satu pinggul tertekuk ke perut, kaki yang lain

diperbolehkan untuk menggantung dari tepi meja. Tekanan

kemudian harus diarahkan ke bawah dari kaki untuk mencapai

ekstensi pinggul dan menekankan SIJ

Untuk tes fleksi, abduksi, dan rotasi eksternal (FABER atau

Patrick), pemeriksa dari luar memutar pinggul pasien dalam posisi

pasien berbaring terlentang. Kemudian, tekanan diarahkan ke lutut.

Dalam semua tes, nyeri di daerah yang khas menimbulkan

kecurigaan untuk lesi SIJ.

3. Pemeriksaan Penunjang

Page 16: Sacroilliac Dysfunction

Langkah berikutnya dalam mendiagnosis disfungsi SIJ adalah photo polos (X-

ray). Pasien mungkin harus melakukan foto X-ray panggul, pinggul, atau tulang

lumbal tergantung dari temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Computed

tomography (CAT atau CT) scan juga dapat membantu dalam menegakkan

diagnosis. CT scan memberikan tampilan yang lebih jelas pada sendi dan tulang.

X-ray dan CT scan dapat membantu mengidentifikasi sakroiliitis. Hal ini

ditunjukkan dengan gambaran sklerosis pada sendi. Difungsi yang lebih berat

dapat dilihat sebagai erosi tulang disekitar sendi. Tes ini juga dapat mencari fusi

SIJ. Tes CT scan dan X-Ray juga dapat memberikan gambaran ada nya penyatuan

di SIJ.

Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan juga dapat membantu

dalam menegakkan diagnosis disfungsi SIJ. Ini memberikan evaluasi yang lebih

baik pada jaringan lunak, termasuk otot-otot dan ligamen. MRI juga dapat

menunjukkan jika terdapat sebarang patah tulang yang kecil yang mungkin tidak

dapat di lihat pada pemeriksaan X-Ray. Pemeriksaan MRI juga dapat memberikan

gambaran jika terdapat peradangan pada SIJ disebabkan kerana adanya cairan

berlebihan pada sendi. Scan pada tulang dapat dilakukan untuk membantu

menyingkirkan punca dari sakit dan dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi

berbagai abnormalitas pada tulang. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan jika

terdapat berbagai peningkatan aktivitas tulang.

Seringkali metode yang paling akurat mendiagnosis disfungsi SIJ adalah dengan

melakukan suntikan yang dapat mematikan rasa pada area yang bermasalah,

dengan demikian dapat menunjukkan sumber nyeri. Bahan anestesi seperti

lidokain dapat disuntikkan bersama dengan streroid (cortisone) secara langsung ke

dalam SIJ. Hal ini biasanya dilakukan dengan bantuan mesin X-ray untuk

memverifikasi suntikan dalam SIJ. Anestesi dan steroid dapat membantu

meringankan rasa sakit dari peradangan yang umum dengan disfungsi SIJ.

2.8. Penatalaksaan Disfungsi

1. Fase Akut

a) Program Rehabilitasi

Sepuluh hari pertama dianggap fase akut. Jika gejala tidak hilang dalam

10-18 hari maka masalah ini diangap sudah memasuki fase subakut. Nyeri

berlangsung lebih dari 6 bulan dianggap sebagai fase kronis.

Page 17: Sacroilliac Dysfunction

b) Terapi Fisik

Terapi fisik berfokus pada kontrol nyeri fase akut. Modalitas seperti

ultrasonografi dengan atau tanpa phonophoresis, kompres hangat, dan

perawatan dingin superfisial dapat mengurangi rasa sakit. Terapi saraf

seperti pijatan jaringan tisu dalam, pelepasan myofasial, dan teknik

pelepasan tenaga otot juga dapat membantu. Peregangan myofasial

panggul di posisi tulang belakang netral dapat digunakan untuk

menghilangkan ketidaknyamanan secara cepat atau bebas sakit untuk

jangka masa yang pendek. Dengan mengidentifikasi kegiatan yang dapat

memperburuk kondisi pasien, dokter atau terapis dapat menyusulkan agar

pasien menghindari kegiatan tersebut.

c) Operasi

Operasi jarang digunakan untuk nontraumatik disfungsi SIJ nontraumatik.

Operasi biasanya dilakukan hanya pada pasien dengan nyeri kronis yang

telah berlangsung selama bertahun-tahun, tidak mampan dengan

pengobatan dan rehabilitasi, dan telah menyebabkan kualitas hidup pasien

sangat terganggu.

Proses operasi untuk disfungsi SIJ melibatkan perlekatan SIJ. Dalam

operasi ini, tulang rawan yang menutupi permukaan SIJ dibuang dan

tulang-tulang diikat bersama sehingga tulang dan sendi akan tumbuh

bersamaan. Ini menghilangkan semua gerak pada SIJ dan biasanya

mengurangi rasa sakit. Hal ini harus dipertimbangkan hanya jika

perawatan yang lain tidak memberikan hasil yang baik.

d) Konsultasi

Konsultasi dengan rheumatologist diperlukan bila kemungkinan adanya

gangguan inflamasi. Konsultasi dengan spesialis muskuloskeletal sering

membantu. Spesialis muskuloskeletal harus memberikan penilaian

fungsional pada setiap pasien, dapat mengarahkan pengobatan

nonoperative, dan dapat berkomunikasi dengan tim perawatan medis secra

keseluruhan. Seringkali, seorang rehabiter dapat memberikan saran yang

unik berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fizik yang dapat

mengarahkan pada diagnosis yang akurat dan program pengobatan yang

holistik. Konsultasi dengan spesialis neurologi juga dapt membantu

Page 18: Sacroilliac Dysfunction

menegakkan diagnosis disfungsi SIJ dengan menyingkir atau

membuktikan adanya keterlibatan saraf-saraf yang boleh menyebabkan

terjadinya disfungsi SIJ. Secara garis besar keterlibatan spesialis dan team

medis yang baik dapat memberikan diagnosis yang tepat dan perwatan

yang dibutuhkan oleh pasien tanpa perlu langsung melakukan operasi.

e) Pengobatan

Pada fase akut, pengobatan terdiri daripada pengurangan rasa nyeri melalui

obat-obatan nyeri, istirahat, dan menghindari kegiatan yang memicu pada

nyero. Pengobatan dengan anti-inflamasi seperti obat NSAID sering

membantu. Suntikan obat anti nyeri pada otot jug adapt membantu

mengurangi gejala-gejala disfungsi SIJ.

Jika rasa sakit tidak teratasi dengan baik dalam 2-3 minggu pertama,

suntikan intra-artikular dengan mengunakan fluoroscopic sebagai marking

harus dipertimbangkan. Injeksi SIJ sering dilakukan dengan campuran

anestesi dan steroid, seperti yang dijelaskan oleh Fortin pada tahun 1994.

Ketika sumber yang sebenarnya dari ketidaknyamanan pasien tidak jelas,

pengurangan rasa nyeri dari post injeksi dapat memberikan informasi

diagnostik yang signifikan. Penggunaan fluoroscopic sebagai marking

penting karena, meskipun suntikan lokal ke daerah yang paling dirasakan

nyeri dapat memberikan kesan sementara yang efektif, namun jarum

jarang memasuki sendi yang dirasakan sakit tersebut. CT scan atau MRI

juga dapat digunakan untuk memandu suntikan ke SIJ.

Meskipun suntikan yang diberikan meringankan rasa sakit pasien,

kelegaan dari suntikan saja berdurasi pendek. Oleh karena itu, dengan

menggunakan suntikan hanya sebagai bagian dari program rehabilitasi

interdisipliner adalah penting. Penghilang rasa sakit memberikan peluang

untuk meningkatkan hasil dari program rehabilitasi. Kebanyakan dokter

menunggu 2-4 minggu sebelum melakukan suntikan ulang untuk kali

kedua maupun ketiga.

2. Fase Penyembuhan

a) Program Rehabilitasi

Fase pemulihan tidak dapat dilakukan tanpa adanya program rehabilitasi

yang aktif. Seringkali, disfungsi SIJ meninggalkan kesan yang signifikan

Page 19: Sacroilliac Dysfunction

terhadapt otot atau perbaikan yang tidak sempurna. Defisit otot secara

fungsional kadang-kadang muncul sebelum adanya disfungsi SIJ dan

sehingga menjadi faktor resiko terhadap terjadinya disfungsi yang lebih

berat. Beberapa otot diketahui berfungsi dalam posisi yang ekstensi atau

kaku, seperti fleksor pinggul, paha belakang, lata fasia tensor, obturator

internus, dan rektus femoris.

Terapi fisik dimulai dengan memperbaiki setiap asimetri mekanis,

ketegangan otot lumbopelvic, dan memperkuat otot-otot lemah. Semua ini

harus dimulai dalam posisi tulang belakang yang berada dalam posisi

netral atau posisi panggul, yang meminimalkan ketidaknyamanan akut.

Latihan stabilisasi dilakukan apabila pasien sudah berada dalam kondisi

dan funsional yang dinamis, yang biasanya menyangkut keseimbangan dan

aktivitas proprioseptif. Penguatan otot inti yang mengelilingi tulang

belakang dapat dicapai dengan berbagai cara. Dalam beberapa tahun

terakhir, senam Pilates telah menjadi sangat populer untuk mencapai

tujuan ini. Pasien harus menyelesiakan latihan yang diberikan untuk

memberikan hasil yang memuaskan.

b) Braces and Belt

Pada pasien yang mengalami nyeri kronis, SI belts dapat memberikan

kompresi dan umpan balik kepada otot-otot glutealis. Pasien dengan

hipermobilitas ligamen bisa mendapatkan faedah dari alat ini karena SI

belts dapat mengurangi rotasi SIJ. Belts berbeda dari orthosis lumbal

umum karena lebih tipis dan dengan demikian memegang sepanjang sendi

iliaka anterior superior.

Page 20: Sacroilliac Dysfunction
Page 21: Sacroilliac Dysfunction