sak terapi bermain puzzle

23
SATUAN ACARA KEGIATAN Pokok Bahasan : Keperawatan Anak Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Puzzle Sasaran : Pasien Anak Di Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi Surabaya Tempat : Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi Hari/tanggal : Rabu, 6 Mei 2015 Waktu : 10.00-11.00 I. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan terapi bermain puzzle pada pasien anak di Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi Surabaya diharapkan dapat melanjutkan proses tumbuh kembang anak, memperahankan dan meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak.. II. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti terapi bermain puzzle, pasien anak di Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi Surabaya diharapkan mampu: 1. Untuk menyalurkan energi anak 2. Untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas melalui pengalaman bermain 3. Untuk membantu anak beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat 1

Upload: nurul-fahmi-rizka-laily

Post on 18-Dec-2015

273 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

anak

TRANSCRIPT

SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan: Keperawatan AnakSub Pokok Bahasan:Terapi Bermain Puzzle Sasaran:Pasien Anak Di Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi SurabayaTempat: Ruang Seruni RSUD Dr M SoewandhiHari/tanggal: Rabu, 6 Mei 2015Waktu: 10.00-11.00

I. Tujuan Instruksional UmumSetelah dilakukan terapi bermain puzzle pada pasien anak di Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi Surabaya diharapkan dapat melanjutkan proses tumbuh kembang anak, memperahankan dan meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak..

II. Tujuan Instruksional KhususSetelah mengikuti terapi bermain puzzle, pasien anak di Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi Surabaya diharapkan mampu:1. Untuk menyalurkan energi anak2. Untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas melalui pengalaman bermain3. Untuk membantu anak beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat4. Untuk membantu anak terdistraksi terhadap penyakit yang sedang dialamiIII. SasaranPasien anak di Ruang Seruni RSUD Dr M Soewandhi Surabaya

IV. PerencanaanA. Jenis Program Bermain1. Menyusun PuzzleB. Karakteristik Permainan1. Melatih motorik kasar2. Mengembangkan kreativitas dan imajinasi anakC. Karakteristik Peserta1. Usia : 3-5 tahun2. Keadaan Umum: Baik, Kooperatif3. Posisi: DudukD. SasaranSasaran terapi kreativitas ini adalah anak-anak usia pra-sekolah (3-5 thn) yang dirawat di ruang perawatan anak (Seruni RSUD Dr. Soewandhi Surabaya)

V. Metode1. Demonstrasi

VI. Media1. Puzzle

VII.Pengorganisasian1. Moderator: Ghora Kertapati2. Pemateri: Nuril Fadlila3. Observer: Nurul Fahmi Rizka L4. Fasilitator: Sarah Anindita, Yanis Citra

VIII. Setting Tempat

Keterangan : =Leader=CoLeader=Anak-anak = Fasilitator

IX. Kriteria Evaluasi1. Evaluasi Struktura. Pengorganisasian terapi bermain dilakukan dua hari sebelumnya.b. Kepanitiaan sudah menyiapkan SAK dan media yang akan digunakan.c. Seluruh pasien anak (3-5 tahun) di Ruang Seruni RSUD Dr. Soewandhi Surabaya ikut terapi bermain.d. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan Ruang Seruni RSUD Dr. Soewandhi Surabaya.2. Evaluasi Prosesa. Para pasien anak di Ruang Seruni RSUD Dr. Soewandhi Surabaya antusias untuk mengikuti terapi bermainb. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat terapi bermain dilaksanakanc. Mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya terlibat aktif dalam kegiatan terapi bermain

3. Evaluasi Hasila. Pasien anak di Ruang Seruni RSUD Dr. Soewandhi Surabaya mengikuti bermain dari awal sampai selesai.

X. Kegiatan PenyuluhanNoWaktuKegiatan PenyuluhanKegiatan Peserta

1.5 MenitPembukaan:a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salamb. Memperkenalkan diric. Menjelaskan tujuan dari terapi bermaind. Menjelakan tujuan terapi bermaine. Menyanyi bersama

a. Menjawab salam

b. Memperhatikanc. Memperhatikan

d. Memperhatikane. Menyanyi

2.45 menitPelaksanaan:a. Membagi peserta dalam beberapa kelompokb. Memulai permainan puzzlea. Memperhatikan

b. Memperhatikan

3.5 menitEvaluasi:a. Menanyakan kepada peserta perasaan setelah bermain puzzleb. Mengevaluasi reaksi peserta sebelum dan sesudah bermain puzzle.a. Menjawab pertanyaanb. Memperhatikan.

4.5 menitTerminasi:a. Mengucapkan terima kasih terhadap peran serta pesertab. Mengucapkan salam penutupa. Mendengarkan

b. Menjawab salam

5

MATERI

I. PengertianTumbuh Kembang anak usia prasekolah akhir (3-5 tahun) merupakan pertumbuhan dimana anak berada pada fase inisiatif vs masa bersalah (initiative vs guilty). Sedangkan menurut Sigmund Freud anak berada pada fase phalik yaitu dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki .Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari (wholey and Wong,1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster,1989). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

II. Fungsi BermainMenurut Wong (1996), fungsi bermain bagi anak meliputi :1. Perkembangan sensori motorikBermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang paling untuk semua umur terutama bayi. Anak mengekslorasi alam sekitarnya :a. Bayi melalui stimulasi taktil ( sentuhan ), audio, visual.b. Toddler dan prasekolah ; gerakan tubuh dan eksplorasi lingkunganc. Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan rumit. Contoh berlari dan bersepeda.2. Perkembangan Intelektual/ KognitifAnak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal objek dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak membandingkan antara fantasi dan realita.3. SosialisasiDengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-nilai normal dan etik. Anak belajar yang benar dan salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.a. Bayi : perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain dimana kontak sosial pertama anak adalah figur ibu.b. Sampai usia 1 tahun : bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek di lingkungan.c. Usia 23 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman permainannya.d. Usia prasekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap bermainnya.e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tanggung jawab dari tindakannya.4. KreativitasMelalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba pada situasi yang lain.5. Nilai terapeutikUntuk melepaskan stress dan ketegangan.6. Kesadaran diriAnak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya.7. Nilai MoralBelajar salah/benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.III. Tujuan BermainMelalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.IV. Ciri BermainBeberapa ciri bermain yaitu :1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksud muncul atas keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri.2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif.3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain.4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir.5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak-anak kecil.V. Klasifikasi Bermain1. Menurut isi permainan1) Social Affektif Play, permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan orang lain. Contoh : orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak memberi respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll.2) Sense Pleasure Play (bermain untuk bersenang-senang), contoh : Obyek, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.3) Skill Play, bermain yang sifatnya membina keterampilan Misalnya berulangkali melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat, Contoh naik sepeda.4) Dramatik Role Play/bermain Dramatik/ Simbolik, dimulai pada akhir masa bayi 11-13 bulan. Contoh : berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan, minum dan tidur. Usia Toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya. Usia Prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit.5) Permainan game, contoh Puzzle, komputer games dan video.2. Menurut Karakteristik Sosial1) Onlooker Play/mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contoh : menonton televisi2) Solitary/mandiri, anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas/ permainanya sendiri.3) ParalelPlay, bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada asosiasi kelompok. Ciri bermain anak Toddler.4) Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah5) Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/ sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai.3. Menurut Usia Anak Pra SekolahAnak usia sekolah (4 tahun - 6 tahun) Usia 4 TahunMotorik Kasar : Berjalan berjinjit, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepalaMotorik Halus: Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertical maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju. Usia 5 tahunMotorik Kasar: Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian.Motorik Halus: Menulis dengan angka angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.Sosial Emosional: Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat alat bermain.Pertumbumbuhan Fisik :Berat badan meningkat 2,5 kg/ tahun, tinggi badan meningkat 6,75 7,5 cm/ tahun.

Perkembangan Psikososial AnakTeori mengenai perkembangan psikososial dikemukakan oleh Erick Ericson (1963). Tahapan perkembangan pada anak prasekolah menurut Erikson adalah :Inisiatif versus rasa bersalah (Umur 3-6 tahun)Tahap ini anak mulai belajar untuk mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak, anak sudah mulai diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua dan lingkungan. Suatu contoh; anak ikut serta merapikan tempat tidur, bagi anak wanita bisa membantu ibu di dapur. Dalam hal ini anak sudah mulai memperluas lingkup pergaulannya. Ia menjadi aktif di luar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara cenderung untuk selalu menang sendiri.Disini peran seorang ayah sudah mulai berjalan, harus ada hubungan yang harmonis antara ayah, ibu dan anak yang tujuan akhirnya adalah untuk memantapkan identitas diri anak. Orang tua dapat melatih diri anak untuk mengintegrasikan peran peran sosial dan tanggung jawab sosial. Pada tahap ini pula kadang kadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatan yang lebih disebabkan karena keterbatasan kemampuannya. Akan tetapi jika ada tuntutan lingkungan, semisal dari orang tua sendiri ataupun orang lain yang terlalu tinggi, maka akan dapat mengakibatkan anak merasa aktivitasnya/ imajinasinya buruk dan tahap berikutnya anak akan merasa kecewa dan bersalah.

Tahap psikoseksual menurut Sigmund FreudFase Phalic ( umur 3-6 tahun)Fase ini anak akan senang memegang genetalia, kecendrungan anak akan dekat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin. Misalnya nak laki laki lebih dekat dengan ibunya, sedangkan anak perempuan akan lebih dekat dengan ayahnya. Selai itu juga anak mempunyai rasa persaingan yang ketat dengan orang tua yang sesama jenis kelamin. Misalnya anak laki laki merasa tersaingi oleh ayahnya untuk memperebutkan kasih sayang dari ibunya. Demikian pula dengan anak perempuan, dia akan merasa tersaingi oleh ibunya untuk mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, sehingga jangan heran jika anak perempuan sering bergelanyut di pangkuan ayahnya daripada digendong ibunya. Sifat egosentris yang tinggi pada anak dan interaksi sosial sudah mulai tumbuh

VI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bermain1. Tahap perkembangan anakAktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.2. Status kesehatan anakUntuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.3. Jenis KelaminDalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di latarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.4. Lingkungan yang mendukungTerselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak di didik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat dan bermain dengan teman sekelompoknya.5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anakOrang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan manegajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang lain.

VII. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan Anak1. Tradisia. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnyab. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkanc. Tergantung dari perubahan musim2. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Usia bertambah, penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok.3. Waktu dan usiaa. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usiab. Waktu berkurang sesuai usiac. Aktifitas fisik berkurangd. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkate. Perhatian menyempit tetapi lebih lamaf. Jumlah dan usia teman ( lebih sedikit dan spesifik )VIII. Prinsip Permainan pada Anak di Rumah Sakit1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat.2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama5. Melibatkan orang tua

IX. Keuntungan Bermain Pada Anak di Rumah Sakit1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri.4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif

X. Pengertian PuzzleMenurut Depdiknas (2003: 43) permainan puzzle kegiatan bongkar dan menyusun kembali kepingan puzzle menjadi bentuk utuh. Posisi awal puzzle yang dalam keadaan acak-acakan bahkan keluar dari tempatnya anak akan merasa tertantang untuk karena hal ini yang mendorong kelincahan koordinasi tangan dan pikiran terwujud secara nyata.XI. Tujuan Permainan PuzzleMemberikan permainan pada anak yaitu permainan yang menarik dan memberikan pengetahuan yang dapat mengasah strategi anak. Permainan anak yang diberikan dapat memberikan simbol. Permainan membuat anak belajar dengan senang, dan dengan belajar melalui permainan anak dapat menguasai pelajaran yang lebih menantang. Permainan puzzle menurut Sunarti (2005: 49) mempunyai tujuan, yaitu: 1. Mengenalkan anak beberapa strategi sederhana dalam menyelesaikan masalah. 2. Melatih kecepatan, kecermatan, dan ketelitin dalam menyelesaikan masalah. 3. Menanamkan sikap pantang menyerah dalam menghadapi masalah.

XII. Manfaat Permainan Puzzle1. Mengasah otak, kecerdasan otak anak akan terlatih karena permainan puzzle yang melatih sel-sel otak untuk memecahkan masalah. 2. Melatih koordinasi mata dan tangan, permainan puzzle melatih koordinasi tangan dan mata anak. Hal itu dikarenakan anak harus mencocokan keping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar utuh. 3. Melatih membaca, membantu mengenal bentuk dan langkah penting menuju pengembangan keterampilan membaca. 4. Melatih nalar, permainan puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar anak-anak karena anaak-anak akan menyimpulkan dimana letak kepala, tangan, kaki, dan lain-lain sesuai dengan logika. 5. Melatih kesabaran. Aktivitas permainan puzzle, kesabaran akan terlatih karena saat bermain puzzle di butuhkan kesabaran dalam menyelesaikan permasalahan. 6. Memberikan pengetahuan, permainan puzzle memberikan pengetahuan kepada anak-anak untuk mengenal warna dan bentuk. Anak juga akan belajar konsep dasar binatang, alam sekitar, jenis-jenis benda, anatomi tubuh manusia, dan lain-lain.

XIII. Cara Memainkan PuzzlePermainan yang dapat merangsang daya pikir anak, termasuk diantaranya meningkatkan kemampuan konsentrasi dan memecahkan masalah. Permainan tidak hanya membuat anak menikmati permainan tapi juga dituntut agar membuat anak untuk teliti dan tekun ketika mengerjakan permainan tersebut. Kegiatan yang aktif dan menyenangkan juga meningkatkan aktifitas sel otaknya dan juga merupakan masukan-masukkan pengamatan atau ingatan yang selanjutnya akan menyuburkan proses pembelajaran dan menggunakan semua panca indranya secara aktif. Cara memainkan puzzle pun tidak sulit. Menurut Yulianti (2008: 43) langkah-kangkah memainkan permainan puzzle adalah sebagai berikut: 1. Lepaskan kepingan puzzle dari papannya

2. Acak kepingan puzzle tersebut

3. Mintalah anak untuk memasangkannya kembali

4. Berikan tantangan pada anak untuk melakukannya dengan cepat, biasanya dengan hitungan angka dari 1 sampai 10, stopwatch, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Berhman et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 3, Editor bahasa Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15- Jakarta : EGC Hurlock.1991. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Ed.2, Jakarta:EGCSoetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGCWong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGCYulianti I, Rani. 2008. Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar Askara.