sanitasi dan pemupukan sawit tm muda
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Ilmu Tanaman Perkebunan Minggu ke-4TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH341)
SANITASI DAN PEMUPUKAN SAWIT TM MUDA
KelompokA6 :
Iskandar Zulkarnaen A24100023
Amanda Sari Widyanti A24100050
Fanny Sukma A24100052
Ramdana A24100140
Rizky Paramita Sasti A24100151
Yulisda EkaWardani A24100189
Asisten : Meta Simangunsong
Dosen : Dr. Ir. Hariyadi, MS
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman menghasilkan (TM) merupakan periode dari umur fisiologis
tanaman yang sudah mndapatkan hasil panen. Rata-rata kelapa sawit sudah
memasuki periode TM atau TM-1 sejak tahun ke-3 setelah tanam. Pada periode
ini, tetap dilakukannya kegiatan pemeliharaan seperti halnya pada saat tanaman
dalam periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Kegiatan pemeliharaan TM
terdiri atas pengendalian gulma, penunasan, sanitasi tanaman, pemupukan, serta
pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan tanaman adalah proses penambahan tersedianya unsur hara
dan perbaikan struktur tanah serta penggantian unsur-unsur hara yang hilang
diserap/diangkut oleh tanaman seperti tersimpan dalam tubuh tanaman, akibat
penunasan, kastrasi, dan pemanenan buah (Risza 2010). Pemupukan pada fase TM
diarahkan untuk peningkatan pertumbuhan generatif/produksi. Pemupukan
dilakukan atas dasar pendekatan hasil analisis daun yang dilakukan per tahun dan
hasil analisis tanah yang dilakukan per lima tahun, serta pengamatan
lapangan/lingkungan, proyeksi produksi, data pemupukan sebelumnya, hasil
percobaan, dan analisis finansial.
Analisis daun merupakan salah satu cara yang banyak dilakukan oleh
perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk menentukan kebutuhan hara tanaman.
Analisis daun adalah suatu kegiatan penyelidikan (pengumpulan data) untuk
keperluan penafsiran kebutuhan hara melalui susunan hara daun (Risza 2010).
Penentuan daun yang akan dilakukan analisis adalah daun ke-17 dari daun yang
paling ujung (daun yang belum membuka). Sehingga, kegiatan penentuan daun
ke-17 menjadi penting dilakukan yaitu dengan cara memahami phylotaksis daun.
Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui cara
melakukan pemeliharaan tanaman meliputi: sanitasi tanaman, pengendalian gulma
bokoran, dan gawangan serta pemupukan. Praktikan juga diharapkan untuk dapat
mengamati phylotaksis kelapa sawit
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi
yang memiliki peran penting sebagai penghasil devisa negara dilihat dari data
Badan Pusat Statistik kelapa sawit menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) 20-35
ton per tahun dan 5-8 ton minyak dengan rendemen 20%. Melihat prospek kelapa
sawit di Indonesia, maka diperlukan adanya upaya peningkatan produktivitas
untuk meningkatkan prduksi tanaman kelapa sawit.
Produktivitas tanaman kelapa sawit ditentukan oleh berbagai salah satunya
unsur hara karena apabila tanaman pokok kekurangan hara, pertumbuhan
vegetative awalnya akan terganggu yang berdampak pada produktivitas tanaman.
Salah satu kegiatan yang sangat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa
sawit adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan penambahan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman ke dalam tanah secara langsung maupun
tidak langsung (Leiwakabessy dan Sutandi, 1988).
Pemupukan dilakukan karena tanah tidak mampu menyediakan satu atau
beberapa unsur hara untuk menjamin tingkat produksi tertentu. Makin tinggi
tingkat produksi, makin banyak unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Keberhasilan program pemupukan ditentukan oleh kesesuaian pupuk dengan
kebutuhan perimbangan hara, dosis pupuk, waktu pemupukan, dan harga pupuk
(Leiwakabessy dan Sutandi, 1988).
Penentuan jenis pupuk sangat diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas. Pahan (2008) menyatakan strategi dalam menentukan jenis pupuk
diwarnai oleh pertimbangan ekonomis. Pupuk yang digunakan juga harus
berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan unsur hara yang dibuthkan tanaman.
Beberapa unsur esensial bagi tanaman kelapa sawit periode TM adalah unsur N,P,
dan K.
Menurut Winarna et al (2008) Nitrogen berperan dalam proses
pembungaan, pemasakan buah/biji, dan meningkatkan produksi buah. Unsur N ini
didapat dari ZA yang mengandung 21 % N atau Urea yang mengandung 46 % N.
Unsur hara Phosphat (P) berperan untuk memacu pertumbuhan dan pembentukan
perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara lebih banyak. Unsur
ketiga adalah Kalium yang merupakan hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak oleh tanaman. Unsur P didapatkan dari MOP atau pupuk KCl yang
memiliki kadar K2O 60%.
Pengendalian gulma harus dilakukan dengan intensif sesuai norma untuk
mengurangi tingkat kompetisi gulma dengan tanaman pokok dalam pemanfaatan
unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh, serta memudahkan kontrol pekerjaan
dan menekan populasi hama dan penyakit. Sasaran pengendalian gulma adalah
piringan pokok, pasar pikul, dan gawangan. Pengendalian gulma dapat dilakukan
secara manual dan kimiawi.
Rawat piringan adalah kegiatan membebaskan gulma dari piringan pokok
(circle weeding). Piringan pokok dengan jari-jari tertentu tergantung dari umur
tanaman harus bersih dari gulma sehingga memudahkan perawatan lain seperti
pemupukan dan kastrasi serta meminimalkan terjadinya serangan hama dan
penyakit. Pada TBM 1 piringan pokok dibuat dengan jari-jari 1-1,5 m dan pada
TBM 2 dan 3 dengan jari-jari 2-2,5 m.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari Senin, 11 Maret 2013 dari jam 07:00 –
10:00 di Kebun Percobaan Cikabayan Atas pada areal tanaman kelapa sawit TM
muda.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah tanaman kelapa sawit TM
muda (4 tanaman kelapa sawit), pupuk Urea 100 g/tanaman, pupuk SP-36 50
g/tanaman, dan pupuk KCl 100 g/tanaman. Alat yang digunakan yaitu sabit 2
buah, cangkul 2 buah dan 1 buah ember serta 1 buah takaran untuk menakar
pupuk untuk masing-masing kelompok.
Metode Kerja
Setiap kelompok mendapatkan 4-5 pohon kelapa sawit TM untuk
dilakukan sanitasi dan pemupukan. Sanitasi yang dilakukan meliputi penunasan
pada pelepah kering, pembersihan buah busuk dan brondolan yang menyangkut di
batang, penumpukan pelepah kering di gawangan mati, serta pembersihan sampah
plastic dan sampah-sampah lainnya. Kegiatan sanitasi kebun kelapa sawit ini juga
sekaligus melakukan pengendalian gulma yang terdapat pada piringan. Setelah
piringan bersih, serasah gulma dikumpulkan di gawangan mati. Sedangkan untuk
pemupukan, pada kebun kelapa sawit TM ini tidak jauh berbeda dengan
pemupukan pada kebun kelapa sawit TBM, yang berbeda hanyalah dosis pupuk
yang digunakan lebih banyak karena umur tanaman kelapa sawit TM lebih tua
sehingga memerlukan hara lebih banyak. Pupuk yang digunakan adalah Urea 100
g/tanaman, SP-36 50 g/tanaman, serta KCl 100 g/tanaman. Pemupukan dilakukan
dengan menabur pupuk di sekeliling piringan dengan pupuk Urea ditabur di
bagian dalam, sedangkan pupuk SP-36, dan KCl di bagian luar. Praktikan tidak
menggunakan Kiserit seperti yang tertulis di panduan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemelihataan pada tanaman kelapa sawit TM, merupakan kegiatan rutin
yang bertujuan untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sehat dan produktivitas
yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit TM, yaitu pengendalian
gulma pada piringan dan gawangan, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, kastrasi, dan penunasan (Risza, 1994). Pada praktikum pemeliharaan
TM kelapa sawit kegiatan yang dilakukan yaitu sanitasi piringan dan pemupukan
pada empat pokok TM kelapa sawit.
Gulma yang mendominasi pada keempat pokok kelapa sawit tersebut
adalah Eleusin indica, Tetrasera indica, dan Ottocloa nodosa dengan penyebaran
40%. Piringan harus berada dalam kondisi W0 (tidak boleh ada tanaman lain
selain tanaman pokok), sehingga gulma, pelepah kering, LCC, dan buah busuk
harus dibersihkan dari piringan dan pokok kelapa sawit. Hal tersebut dilakukan
untuk mencegah penyebaran OPT dan meningkatkan penyerapan hara setelah
pemupukan (Pahan, 2008).
Kriteria pengendalian gulma kebun kelapa sawit dibagi atas tiga jenis,
yaitu kriteria W0, W1, dan W2. W0 adalah area yang harus bebas dari tumbuhan
apapun selain tanaman kelapa sawit, sebagai contoh daerah pinggiran. Hal ini
disebabkan piringan kelapa sawit merupakan lokasi perakaran tanaman kelapa
sawit, sehingga untuk memaksimalkan penyerapan hara diperlukan area yang
bersih dari gulma dan LCC. W1 merupakan area yang hanya terdapat LCC seperti
pada daerah sekitar piringan, sedangkan W2 adalah area dimana LCC dan gulma
lunak tidak dikendalikan. Fungsi adanya pembagian kriteria ini adalah untuk
efisiensi pengedalian gulma, meningkatkan efisiensi pemupukan pada piringan,
mencegah terjadinya erosi pada daerah sekitar piringan dan gawangan.
Piringan merupakan daerah perakaran tanaman kelapa sawit, sehingga
untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tidak hanya harus dilakukan dalam
kondisi bersih, namun perlu diperhatikan pula kriteria pemupukannya. Kriteria
pemupukan yang efisien antara lain tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat
dosis. Tepat jenis dalam pemupukan kelapa sawit yaitu pemilihan kombinasi jenis
pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan tambahan, dengan jenis
pupuk yang sesuai berdasarkan sifat kelarutan dan sifat tanahnya..Hal yang perlu
diperhatikan dalam waktu pemupukan adalah dengan melihat kondisi iklim,
terutama curah hujan, sifat fisik tanah, logistik pupuk, serta sifat sinergis dan
antagonis antar unsur hara. Kemudian, cara yang tepat dalam pemupukan dapat
ditentukan berdasarkan jenis pupuk, umur tanaman, dan jenis tanah. Selanjutnya,
untuk menentukan dosis pemupukan pada tanaman kelapa sawit TM adalah
dengan analisis tanah dan analisis daun (Sastrosayono, 2003).
Analisis daun merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai penafsiran
kebutuhan hara melalui susunan hara daun dengan tujuan untuk menentukan dosis
pemupukan yang tepat pada TM kelapa sawit (Risza, 1994). Analisis daun
dilakukan pada daun ke-17 karena, berada sejajar dengan daun pertama dan dapat
mewakili kondisi daun kelapa sawit secara umum.
Manfaat dari analisis daun adalah untuk memperkirakan tanaman dalam
kondisi membutuhkan pupuk atau tidak, sebab pemupukan memiliki pengaruh
yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan perkembangan tajuk.
Apabila tanaman kekurangan hara N dan K akan mempengaruhi pertumbuhan
pokok dan luas daun, sedangkan jika tanaman kekurangan hara P akan
menghasilkan pelepah yang lebih kecil (Pahan, 2008).
Pembuatan teras tapal kuda biasa dilakukan, apabila tanaman kelapa sawit
berada di lahan yang kondisinya miring. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi bahaya erosi dan memaksimalkan penyerapan hara (Sastrosayono,
2003).
Kegiatan sanitasi, pengendalian gulma, dan pemupukan pada empat pohon
TM kelapa sawit dilakukan bergantian pada saat yang bersamaan. Dalam
praktikum, kegiatan tersebut membutuhkan waktu 45 menit sehingga HOK yang
dibutuhkan untuk empat pohon adalah 0,643 HOK. Populasi dalam satu hektar
berjumlah 136 sehingga HOK yang dibutuhkan untuk mengerjakan satu hektar
lahan adalah 21, 862 HOK.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan sanitasi dan pemupukan sawit TM muda sangat penting
dilakukan karena untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sehat dan
produktivitas yang tinggi. Pemupukan diarahkan untuk peningkatan pertumbuhan
generatif khususnya produksi tanaman. Pemeliharaan perlu dilakukan untuk
mencegah penyebaran OPT dan meningkatkan penyerapan hara.
Saran
Praktikum sebaiknya dilengkapi dengan alat-alat yang tajam terutama
untuk melakukan penunasan karena pada saat praktikum praktikan kesulitan
melakukan penunasan yang disebabkan alatnya tumpul ditambah lagi alat yang
harus digunakan sebenarnya tidak ada yaitu dodos. Sehingga praktikan hanya
menggunakan sabit yang tumpul. Jika hal ini masih terus dilakukan hanya akan
merusak tanaman saja karena alat yang digunakan tumpul dan tidak menggunakan
alat yang sebenarnya harus digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Leiwakabessy, F.M danA.Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan Jurusan Tanah.
Fakulta sPertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 210 hal.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hlm.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411
hal.
Risza, Suyanto. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas.
Kanisus.Yogyakarta.182 hlm.
Sastrosayono, Selardi. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. AgroMedia. Jakarta. 67 hlm
Winarna, W. Darmosarkoro dan E. S. Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan
Tanaman Kelapa Sawit. hal.113-131. Dalam W. Darmosarkoro, E. S.
Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit .Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Gambar 1. Kelapa Sawit TM Sebelum Sanitasi dan Pemupukan
Gambar 2. Proses Sanitasi
Gambar 3. Tanaman Kelapa Sawit TM setelah Pemupukan
Lembar kerja
Dosis pupuk per tanaman
Pupuk urea 4 tanaman @ 100 gram
Pupuk SP-36 4 tanaman @ 50 gram
Pupuk KCl 4 tanaman @ 100 gram
Waktu : 45 menit (0,75 jam)
Total waktu yang dibutuhkan : 0,75 jam x 6 orang = 4,5 jam
HOK yang dibutuhkan untuk penunasan, pengendalian gulma, dan
pemupukan : 4,5 jam7 jam
= 0,643 HOK
HOK yang dibutuhkan untuk penunasan, pengendalian gulma, dan
pemupukan untuk 1 ha : 136
4x 0,643=21,862 HOK /ha