sanmoon nakamura ubah persepsi tentang ninja fileatau pencak silat. sanmoon tak ragu ketika ia...

1
10 S O SOK JUMAT, 27 MEI 2011 CHRISTINE FRANCISKA K ETIKA mendengar kata ‘ninja’, pikiran kita akan terbayang dengan sosok ber- pakaian hitam, misterius dan gerakan secepat kilat, serta ju- rus-jurus menghilang. Wawan- cara dan memuat prol mereka di halaman surat kabar menjadi hal yang mustahil. Tapi hal itu tak berlaku se- karang. Dengan ramah dan terbuka, Sanmoon Nakamura, 41, secara senang hati membagi banyak hal seputar ninja dan kehidupannya. Seni bela diri ninja yang di- kenal dengan sebutan ninjutsu kini sudah seperti hobi saja. Tak beda dengan seni bela diri lain seperti taekwondo, wushu, atau pencak silat. Sanmoon tak ragu ketika ia mengaku bahwa dirinya adalah seorang ninja. Pria kelahiran Semarang ini sudah belajar seni bela diri ninjutsu selama 23 tahun. Bisa jadi, dialah orang Indonesia pertama yang men- jadi seorang ninja. “Saya orang Indonesia, tapi ada sedikit ketu- runan Jepang,” katanya. Sobekan kertas Obsesi Sanmoon pada ninja berawal ketika ia menonton sebuah lm berjudul American Ninja. Ia yang saat itu berusia 19 tahun merasa tertarik pada so- sok misterius yang ditampilkan oleh sosok berbaju hitam itu. “Karakternya fantastis dan ter- lihat sangat rumit,” ujarnya. Ninja, lanjut Sanmoon, pu- nya sesuatu yang tak tampak dari luar. Sesuatu yang tak kelihatan, tapi unggul. “Sebuah kekuatan dari kegelapan.” Dari situ, Sanmoon mulai mencari tahu keberadaan ninja di dunia nyata. Ia pun bertanya kepada banyak orang dan ke- nalannya di luar negeri. Kebetulan, ia mengenal be- berapa orang asing saat per- tukaran pelajar di SMA-nya dulu. Namun, usaha itu tak membuahkan hasil. Ketika Sanmoon kuliah di Bali, sebuah titik harapan mun- cul. Kawan lama di Australia mengirimnya sobekan kertas yellow pages. Dalam lembaran itu tertulis sebuah perguruan ninja dan alamatnya. Kevin Hawthorne Ninja School di Melbourne, Austra- lia. “Sobekan kertas yellow pages itulah yang jadi tujuan hidup saya. Saya lalu mencari cara bagaimana saya bisa belajar di sana,” kata Sanmoon. Setelah lulus dan bekerja di perusahaan kayu di Kaliman- tan, kesempatannya terbuka. Ia mendapat beasiswa untuk meneruskan kuliah di bidang teknologi informasi di Australia. Bermodal sobekan iklan tadi, ia mencari perguruan ninja dan bergabung di dalamnya. Belajar menjadi seorang ninja Sanmoon Nakamura UBAH PERSEPSI TENTANG NINJA Ninja bukan lagi menjadi sosok yang misterius dan berbahaya. Di zaman modern ini, ninja menjadi sebuah hobi dan seni bela diri yang menyenangkan. bukanlah hal yang mudah. Se- belum diterima, ia sempat men- jalani ‘ritual penyambutan’ yang tak biasa. “Kepala saya ditutup karung dan dibawa dengan mobil. Diajak berputar-putar hingga sampai ke dojo (tempat latihan). Seperti diculik. Setelah sampai, saya disambut semua anggota. Bersama saya ternyata ada orang India dan Belanda yang juga anggota baru,” kisah pria tiga anak ini. Selama tiga bulan, ia tak di- perbolehkan latihan sik. Ninja bukanlah soal ilmu bela diri saja. Di awal latihan, Sanmoon hanya diajak berdiskusi dan berdebat untuk menyamakan persepsi. “Ninja adalah sebuah cara hidup,” katanya. Ubah citra Ninja biasanya lekat dengan hal yang misterius. Kata ‘ninja’ sendiri merupakan gabungan dari kata nin (tersembunyi) dan sha (orang). Dulu pada zaman kekaisaran Jepang, ninja di- jadikan mata-mata profesional. Konon, ninja sering dipanggil oleh penguasa wilayah un- tuk mengumpulkan informasi, merusak, dan menghancur- kan gudang persenjataan/ma- kanan, serta memimpin pasukan penyerbuan di malam hari. Hal inilah yang membuat ninja dicap negatif. Ditambah sosoknya yang misterius, orang akan merasa takut ketika men- dengar namanya. “Padahal di Jepang, ninja sudah musnah pada 1930. Seka- rang walau ada perguruan ninja, konsepnya sudah tak seperti dulu. Sudah sangat terpengaruh dengan budaya Amerika,” jelas pria yang sempat bekerja men- jadi manajer IT ini. Karena itulah, citra ninja juga menjadi hal yang pro dan kontra di Indonesia. Sanmoon yang mendirikan Ninjutsu Indonesia Community (NIC) pada 1994 menghadapi banyak pro-kontra. Ia sempat menjadi detektif swasta dan banyak mendapat citra yang buruk. Beberapa tahun belakangan ini, Sanmoon dan NIC pelan- pelan berusaha mengubah citra. Bagi Sanmoon, NIC tak lebih dari sebuah komunitas hobi yang menyenangkan. Di situ, para anggota bisa menyalurkan hobi dan belajar bela diri nin- jutsu yang sesungguhnya. Selain mengajar di komu- nitas, Sanmoon juga memi- liki sebuah toko khusus yang menjual peralatan ninja seperti pedang katana dan shuriken di daerah Cibinong. Ia juga masih aktif menjadi anggota Bujinkan, sebuah asosiasi ninja dunia. Baru-baru ini, ia juga men- jajaki profesi baru. Sanmoon terlihat beberapa kali tampil di layar kaca menjadi stuntman atau instruktur bela diri. Seperti saat bertemu Media Indonesia, Kamis (19/5) lalu, ia sedang tampil dalam sebuah acara televisi. Dalam sesi ter- sebut, Sanmoon menampil- kan kebolehannya melempar kartu remi hingga menancap ke buah semangka. Sebuah teknik yang didasari teknik melempar shuriken dalam ninjutsu. Ia tampaknya senang dengan pekerjaan barunya ini. “Merin- tis karier menjadi martial artist,” katanya. (M-1) [email protected] MI/ANGGA YUNIAR

Upload: dinhdan

Post on 09-May-2019

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sanmoon Nakamura UBAH PERSEPSI TENTANG NINJA fileatau pencak silat. Sanmoon tak ragu ketika ia mengaku bahwa dirinya adalah seorang ninja. Pria kelahiran Semarang ini sudah belajar

10 SOSOK JUMAT, 27 MEI 2011

CHRISTINE FRANCISKA

KETIKA mendengar kata ‘ninja’, pikiran kita akan terbayang dengan sosok ber-

pakaian hitam, misterius dan gerakan secepat kilat, serta ju-rus-jurus menghilang. Wawan-cara dan memuat profi l mereka di halaman surat kabar menjadi hal yang mustahil.

Tapi hal itu tak berlaku se-karang. Dengan ramah dan terbuka, Sanmoon Nakamura, 41, secara senang hati membagi banyak hal seputar ninja dan kehidupannya.

Seni bela diri ninja yang di-kenal dengan sebutan ninjutsu kini sudah seperti hobi saja. Tak beda dengan seni bela diri lain seperti taekwondo, wushu, atau pencak silat.

Sanmoon tak ragu ketika ia mengaku bahwa dirinya adalah seorang ninja. Pria kelahiran Semarang ini sudah belajar seni bela diri ninjutsu selama 23 tahun. Bisa jadi, dialah orang Indonesia pertama yang men-jadi seorang ninja. “Saya orang Indonesia, tapi ada sedikit ketu-runan Jepang,” katanya.

Sobekan kertasObsesi Sanmoon pada ninja

berawal ketika ia menonton sebuah fi lm berjudul American Ninja. Ia yang saat itu berusia 19 tahun merasa tertarik pada so-sok misterius yang ditampilkan

oleh sosok berbaju hitam itu. “Karakternya fantastis dan ter-lihat sangat rumit,” ujarnya.

Ninja, lanjut Sanmoon, pu-nya sesuatu yang tak tampak dari luar. Sesuatu yang tak kelihatan, tapi unggul. “Sebuah kekuatan dari kegelapan.”

Dari situ, Sanmoon mulai mencari tahu keberadaan ninja di dunia nyata. Ia pun bertanya kepada banyak orang dan ke-nalannya di luar negeri.

Kebetulan, ia mengenal be-berapa orang asing saat per-tukaran pelajar di SMA-nya dulu. Namun, usaha itu tak membuahkan hasil.

Ketika Sanmoon kuliah di Bali, sebuah titik harapan mun-cul. Kawan lama di Australia mengirimnya sobekan kertas yellow pages. Dalam lembaran itu tertulis sebuah perguruan ninja dan alamatnya.

Kevin Hawthorne Ninja School di Melbourne, Austra-lia. “Sobekan kertas yellow pages itulah yang jadi tujuan hidup saya. Saya lalu mencari cara bagaimana saya bisa belajar di sana,” kata Sanmoon.

Setelah lulus dan bekerja di perusahaan kayu di Kaliman-tan, kesempatannya terbuka. Ia mendapat beasiswa untuk meneruskan kuliah di bidang teknologi informasi di Australia. Bermodal sobekan iklan tadi, ia mencari perguru an ninja dan bergabung di dalamnya.

Belajar menjadi seorang ninja

Sanmoon Nakamura

UBAH PERSEPSI TENTANG NINJANinja bukan lagi menjadi sosok yang misterius dan berbahaya. Di zaman modern ini, ninja menjadi sebuah hobi dan seni bela diri yang menyenangkan.

bukanlah hal yang mudah. Se-belum diterima, ia sempat men-jalani ‘ritual penyambutan’ yang tak biasa. “Kepala saya ditutup karung dan dibawa dengan mobil. Diajak berputar-putar hingga sampai ke dojo (tempat latihan). Seperti diculik. Setelah sampai, saya disambut semua anggota. Bersama saya ternyata ada orang India dan Belanda yang juga anggota baru,” kisah pria tiga anak ini.

Selama tiga bulan, ia tak di-per bolehkan latihan fi sik. Ninja bukanlah soal ilmu bela diri saja. Di awal latihan, Sanmoon hanya diajak berdiskusi dan berdebat untuk menyamakan persepsi. “Ninja adalah sebuah cara hidup,” katanya.

Ubah citraNinja biasanya lekat dengan

hal yang misterius. Kata ‘ninja’ sendiri merupakan gabungan dari kata nin (tersembunyi) dan sha (orang). Dulu pada zaman kekaisaran Jepang, ninja di-jadikan mata-mata profesional. Konon, ninja sering dipanggil oleh penguasa wilayah un-tuk mengumpulkan informasi, merusak, dan menghancur-kan gudang persenjataan/ma-kanan, serta memimpin pasukan penyer buan di malam hari.

Hal inilah yang membuat ninja dicap negatif. Ditambah sosoknya yang misterius, orang akan merasa takut ketika men-dengar namanya.

“Padahal di Jepang, ninja sudah musnah pada 1930. Seka-rang walau ada perguruan ninja, konsepnya sudah tak seperti dulu. Sudah sangat terpengaruh dengan budaya Amerika,” jelas pria yang sempat bekerja men-

jadi manajer IT ini.Karena itulah, citra ninja

juga menjadi hal yang pro dan kontra di Indonesia.

Sanmoon yang mendirikan Ninjutsu Indonesia Community (NIC) pada 1994 menghadapi banyak pro-kontra. Ia sempat menjadi detektif swasta dan banyak mendapat citra yang buruk.

Beberapa tahun belakangan ini, Sanmoon dan NIC pelan-pelan berusaha mengubah citra. Bagi Sanmoon, NIC tak lebih dari sebuah komunitas hobi yang menyenangkan. Di situ, para anggota bisa menyalurkan hobi dan belajar bela diri nin-jutsu yang sesungguhnya.

Selain mengajar di komu-nitas, Sanmoon juga memi-liki sebuah toko khusus yang menjual peralatan ninja seperti pedang katana dan shuriken di daerah Cibinong. Ia juga masih aktif menjadi anggota Bujinkan, sebuah asosiasi ninja dunia.

Baru-baru ini, ia juga men-jajaki profesi baru. Sanmoon terlihat beberapa kali tampil di layar kaca menjadi stuntman atau instruktur bela diri.

Seperti saat bertemu Media Indonesia, Kamis (19/5) lalu, ia sedang tampil dalam sebuah acara televisi. Dalam sesi ter-sebut, Sanmoon menampil-kan kebolehannya melempar kartu remi hingga menancap ke buah semangka. Sebuah teknik yang didasari teknik melempar shuriken dalam ninjutsu.

Ia tampaknya senang dengan pekerjaan barunya ini. “Merin-tis karier menjadi martial artist,” katanya. (M-1)

[email protected]/ANGGA YUNIAR