sap immobilitas - latar belakang

2
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke dapat terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. Akibat stroke bervariasi pada setiap individu. Diantara tanda dan gejala yang paling khas adalah hemiparesis (kelemahan salah satu sisi bagian tubuh), paralisis, gangguan komunikasi verbal (aphasia), kesulitan menelan (dysphagia), gangguan penglihatan, inkontinensia urine dsb. Diantara semua, banyak masalah stroke berkaitan dengan gangguan mobilitas, yaitu paralisis (kondisi tidak mampu menggerakkan tubuh) dan seringkali menimbulkan kecacatan permanament. Gangguan mobilitas pada pasien juga bermacam-macam. Pasien stroke kemudian dalam praktik keperawatan, pasien dengan stroke menjalani terapi immobilitas. Immobilitas diartikan sebagai ketidakmampuan untuk bergerak bebas, untuk mencapai suatu maksud dan melakukan kerja atau latihan (Encarta World English Dictionary, 2009). Menurut Talbut dan Marsden (2008) gangguan saraf motorik seperti pada stroke menyebabkan atropi otot, kelemahan, kekakuan ekstremitas, menimbulkan kesulitan bergerak. Imobilisasi dapat juga terjadi karena anjuran pembatasan gerakan untuk tujuan terapi. Gunn (2008) menulis bahwa imobilisasi tulang dengan bidai, gips untuk mempertahankan alignment tulang dan mempercepat proses penyembuhan. Apapun tujuannya, imobilisasi lama tetap

Upload: chald-ald-smith

Post on 05-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh latar belakang terapi immobilisasi

TRANSCRIPT

Page 1: Sap Immobilitas - Latar Belakang

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah

ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke dapat terjadi akibat pembatasan atau

terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak disebabkan oleh sumbatan atau

penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral

sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. Akibat

stroke bervariasi pada setiap individu. Diantara tanda dan gejala yang paling khas adalah

hemiparesis (kelemahan salah satu sisi bagian tubuh), paralisis, gangguan komunikasi verbal

(aphasia), kesulitan menelan (dysphagia), gangguan penglihatan, inkontinensia urine dsb.

Diantara semua, banyak masalah stroke berkaitan dengan gangguan mobilitas, yaitu paralisis

(kondisi tidak mampu menggerakkan tubuh) dan seringkali menimbulkan kecacatan

permanament.

Gangguan mobilitas pada pasien juga bermacam-macam. Pasien stroke kemudian

dalam praktik keperawatan, pasien dengan stroke menjalani terapi immobilitas. Immobilitas

diartikan sebagai ketidakmampuan untuk bergerak bebas, untuk mencapai suatu maksud dan

melakukan kerja atau latihan (Encarta World English Dictionary, 2009). Menurut Talbut dan

Marsden (2008) gangguan saraf motorik seperti pada stroke menyebabkan atropi otot,

kelemahan, kekakuan ekstremitas, menimbulkan kesulitan bergerak. Imobilisasi dapat juga

terjadi karena anjuran pembatasan gerakan untuk tujuan terapi. Gunn (2008) menulis bahwa

imobilisasi tulang dengan bidai, gips untuk mempertahankan alignment tulang dan

mempercepat proses penyembuhan. Apapun tujuannya, imobilisasi lama tetap

menimbulkan atropi otot, menurunkan kekuatan dan ketahanan otot (LeMone dan Burke,

2008).

Mengingat banyaknya kasus stroke di Indonesia dengan gangguan mobilitas, perlu

ditingkatkan edukasi pada pasien dan keluarga dalam hal mengurangi komplikasi

immobilisasi seperti yang disebutkan diatas. Karena itu kami sebagai tim, mengangkat topic

masalah immobilitas akibat stroke dalam satuan acuan pembelajaran berikut.