sastra banding

27
STUDI KOMPARATIF Sastra banding atau yang sering disebut dengan literary comparative merupakan usaha membandingkan dua karya sastra. Dalam perbandingan ini tidak hanya terfokus pada karya sastra tetapi juga aspek-aspek yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Bahkan sastra banding juga bisa menggunakan teori lain sebagai alat pembandingnya. Sapardi Djoko Damono (2005: 2) menyatakan bahwa sastra bandingan meruakan pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apa pun dapat digunakan dalam penelitian sastra banding. Dalam beberapa tulisan, sasta bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 2) Menurut Remak (1990, 1) sastra bandingan adalah kajian sastra di luar baas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni (misalnya, seni lukis, seni uir, seni binda dan seni musik), filsasfat, sejarah, dan sains sosial (misal politik, ekonomi, sosiologi) sain, agama, dll. Ringkasnya sastra bandingan membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 2). Menurut Nada (1999,9), sastra bandingan adalah suatu studi atau kajian sastra suatu banggsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain, bagaimana terjalin proses saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, apa yan telah diambil sautu sastra, dan apa pua yan telahdisumbangkanya. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4). Nada menyebutkan bahwa yan merupaan hal penting bagi pengamat sastra itu adalahbahwa perbedaan bahasa merupakan salah satu syarat utama bagi sastra bandingan. Menurutnya, kajianyang hanya menyangku satu bahasa tidak dapat disebu sastra badngingan; (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4).

Upload: citra-r-lestari

Post on 25-Dec-2014

4.808 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Sastra banding

STUDI KOMPARATIF

Sastra banding atau yang sering disebut dengan literary comparative merupakan usaha membandingkan dua karya sastra. Dalam perbandingan ini tidak hanya terfokus pada karya sastra tetapi juga aspek-aspek yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Bahkan sastra banding juga bisa menggunakan teori lain sebagai alat pembandingnya. Sapardi Djoko Damono (2005: 2) menyatakan bahwa sastra bandingan meruakan pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apa pun dapat digunakan dalam penelitian sastra banding.

Dalam beberapa tulisan, sasta bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 2)

Menurut Remak (1990, 1) sastra bandingan adalah kajian sastra di luar baas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni (misalnya, seni lukis, seni uir, seni binda dan seni musik), filsasfat, sejarah, dan sains sosial (misal politik, ekonomi, sosiologi) sain, agama, dll. Ringkasnya sastra bandingan membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 2).

Menurut Nada (1999,9), sastra bandingan adalah suatu studi atau kajian sastra suatu banggsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain, bagaimana terjalin proses saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, apa yan telah diambil sautu sastra, dan apa pua yan telahdisumbangkanya. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4).

Nada menyebutkan bahwa yan merupaan hal penting bagi pengamat sastra itu adalahbahwa perbedaan bahasa merupakan salah satu syarat utama bagi sastra bandingan. Menurutnya, kajianyang hanya menyangku satu bahasa tidak dapat disebu sastra badngingan; (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4).

Nada beranggapan bahwa karya sastra yang ditulis dalam bahsa yang sama memberikan ciri pemikiran yang sama dan umumnya pada bangsa-bangsa yang telah menghsilkannya karena adanya kesamaan dalam pola pikir dan cara hidup mereka dalam memandang masalah kehidupan, oleh karena itu pada hakikatnya tidak ada perbedaan asasi antara karya-karya tersebut. Tetapi di sisi lain ia juga mempercayai adanya perbedaan antara sastra Inggris dan Amerika yang memiliki perbedaan baik kekayaan kosa kata, gaya bahasa dan pola pikirnya. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 5).

Sastra bandingan melampaui batas-batas bangsa dan negara untuk mendapatkan ppemahaman ang lebih baik tentang kecenderungan dan gerakan yang terjadi di berbagai bangsa dan negara. Khususnya mengenai sastra barat, Jan Brandt Cortius beranggapan bahwa dengan memandang objek kajian sastra-teks, genre, gerakan, kritik-dalam perspektif antarbangsa sastra bandingan dapat memberikan sumbangan terhadap pengetahuan kita mengenai kesusastraan. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 7).

Page 2: Sastra banding

Menurut Clements ada lima pendekatan yang bisa dipergunakan dalam penelitian sastra bandingan;1. tema/mitos2. genre/bentuk3. gerakan/jaman4. hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dan disiplin ilmu lain, dan5. pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus menerus berguir. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 7-8).

Berbeda dengan Clements, Jost (1974:33) membagi pendekatan dalam sastra bandingan menjadi empat bidang;1. pengaruh dan analogi2. gerakan dan kecenderungan,3. genre dan bentuk, dan4. motif, tipe, dan tema (Sapardi Djoko Damono, 2005: 9).

De Zepetnek, (1998; 13) menyatakan In principle, the disipline of Comparative Literature is in toto a method in the study of literatue in at least two way. First, comparative literatue means th knowledge of more than one national languge and literture, and/or it means the knowledge and applicatiion of other disciplines in and for the study of literture and second, comparative literature has an ideology of inclusio of the other, be that a marginal literture in its several meanings or marginality, a genre, various text types, etc. (via Muh. Arif Rakhman, 2007: 2).

Page 3: Sastra banding

BEBERAPA TONGGAK DALAM SASTRA BANDING:

Sebuah tawaran menuju perubahan[1]

Muh Arif Rokhman[2]

Pengantar

Ada sebuah cerita yang dapat mengilustrasikan tentang

bagaimana orang pada umumnya memandang studi sastra dalam

pengertian sehari-hari. Sekitar empat tahun yang lalu, ada seorang

mahasiswa Fakultas Sastra yang menghadiri sebuah halal bihalal yang

diadakan oleh fakultasnya. Acaranya sederhana, ada temu mahasiswa

dengan mahasiswa, mahasiswa dengan pegawai, dan mahasiswa

dengan dosen. Pada sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan

dosen, mahasiswa ini diberi kesempatan untuk bertanya. Dia

menanyakan kepada dekan fakultas itu, “Untuk apa saya belajar

sastra?” padahal dia sudah belajar selama tiga tahun di fakultas yang

bersangkutan. Ketika itu, sang dekan marah dan bahkan

menjawab,”Kalau saudara tidak ingin kuliah di sini, saya bisa

merekomendasikan saudara untuk kuliah di ABA Jurusan Inggris.”

Tentu saja forum itu gempar. Esoknya, mahasiswa tersebut menjadi

topik pembicaraan dosen-dosen di Jurusannya. Para dosen

mengatakan bahwa mahasiswa tersebut membuat malu jurusan karena

pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam itu tidak layak untuk

ditanyakan karena para mahasiswa belajar sastra. Jadi, seharusnya

mereka sudah tahu untuk apa mereka memilih jurusan itu.

Page 4: Sastra banding

Pertanyaan yang sama juga pernah muncul dari seorang

mahasiswa di jurusan yang sama. Mahasiswa ini juga bertanya pada

dosennya untuk apa belajar sastra karena sebenarnya ia ingin diterima

di Fakultas Teknik. Namun, karena ia diterima di Fakultas Sastra,

terpaksalah ia kuliah disitu.

Dua cerita itulah yang mendorong ditulisnya makalah ini. Ada yang menggelitik sehubungan dengan “untuk apa belajar sastra?” karena pertanyaan itu mungkin juga ditanyakan oleh hampir seluruh mahasiswa yang kuliah di Fakultas Sastra. Di samping itu, jawaban atas pertanyaan itu juga tidak mudah.

Makalah ini berasumsi bahwa salah satu penyebab mis-persepsi orang pada umumnya terhadap studi sastra adalah perspektif atau cara pandang monodisipliner yang sampai sekarang masih dipegang di dunia pendidikan baik dari jenjang SMP, SMU, dan bahkan PT. Ketika belajar tentang sastra di SMP dan SMU, murid-murid diberi pandangan bahwa sastra adalah cerita. “Studi sastra” pada tingkat ini adalah membaca dan memberi komentar. Murid-murid tidak diarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan kritis, misalnya, tentang “bagaimana seandainya kamu menjadi tokoh utama dalam cerita itu?”, “apakah peristiwa yang terjadi pada karya ini mungkin terjadi dalam hidup kita?” Di PT, para mahasiswa selalu berasumsi bahwa studi sastra berarti membaca karya sastra saja. Setelah itu, karya akan dilihat dari temanya, alurnya, karakternya, dan aspek-aspek lain yang sejenis. Perilaku “introvert” semacam inilah yang akan menghasilkan semakin banyak salah persepsi. Penerbitan jurnal-jurnal serta kegiatan-kegiatan ilmiah yang berusaha untuk  merubah cara pandang ini kurang signifikan, mungkin karena untuk menggempur persepsi ini butuh kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan “menyebrang” ke “wilayah lain”, serta tenaga yang cukup banyak yang mungkin dapat menyebabkan   “skandal” atau bahkan “keributan”. Sementara itu, mungkin tidak banyak ilmuwan yang mampu melakukan hal tersebut.

Makalah ini akan mencoba menyodorkan usaha-usaha yang disebut sebagai “multidisipliner” untuk merubah pandangan yang sudah mengakar di masyarakat umum tentang studi sastra melalui Sastra Banding. Dalam makalah ini disinggung mengenai apakah Sastra Banding yang meliputi sejarah singkat dan beberapa prinsip yang

Page 5: Sastra banding

berkaitan. Kemudian, juga akan disinggung mengenai praktik-praktik yang berkaitan dengan model tersebut. Diharapkan tulisan ini dapat memberi pandangan lain tentang studi sastra yang telah dilakukan selama ini.

Apakah Sastra Banding?

Bassnett (Bassnett, 12: 1995) menyatakan bahwa istilah Sastra

Banding (Comparative Literature) muncul pertama kali di Perancis

tahun 1816 yang diambil dari rangkaian antologi untuk pengajaran

sastra yang berjudul Cours de litterature comparee. Di Jerman, istilah

ini dipadankan dengan vergleichende Literaturgeschichte yang muncul

pada tahun 1854. Sementara itu, istilah comparative literatures muncul

di Inggris pada tahun 1848.

Pada awalnya, istilah tersebut menunjuk pada usaha untuk

melacak “pengaruh” seorang penulis dari suatu negara atau budaya

pada penulis di negara atau budaya lain. Namun, dalam

perkembangannya, terdapat kesulitan dalam mencari pengaruh tersebut

karena pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh suatu bahasa

berbeda dengan pikiran dan perasaan yang dinyatakan dengan bahasa

lain. Karena itu, pada awalnya, sastra banding hanya dilaksanakan di

Eropa (Bassnett, 20: 1995).

Sementara itu, di Amerika berkembang mazhab lain dari sastra banding. Pada tahun 1961, Henry Remak mencoba mendefinisikan sastra banding sebagai “the study of literature beyond the confines of one particular country, and the study of the relationships between literature on the one hand, and other areas of knowledge and belief, such as the arts (e.g. painting, sculpture, architecture, music), philosophy, history, the social sciences (e.g. politics, economics, sociology), the sciences, religion, etc., on the other. In brief, it is the comparison of one literature with another or others, and the comparison

Page 6: Sastra banding

of literature with other spheres of human expression” (Bassnett, 31: 1995).

Pengertian lain tentang sastra banding diajukan oleh Wellek

(Wellek and Austin, 46-48: 1978) yang mengemukakan tiga cakupan

makna. Pertama, sastra banding berarti studi yang berkaitan dengan

sastra oral, terutama tema-tema cerita rakyat (folk-tale) dan migrasinya

dan tentang bagaimana dan kapan tema-tema tersebut memasuki

sastra yang “artistik” dan “lebih tinggi”. Pengertian selanjutnya

membatasi pada studi tentang hubungan antara dua karya sastra atau

lebih. Dalam hal ini, fokus kajian lebih diarahkan pada pengaruh

seorang penulis terhadap penulis lainnya. Terakhir, sastra banding

harus dibedakan dari sastra dunia (world literature) atau sastra

universal/umum. Sastra dunia diharapkan merupakan unifikasi dari

seluruh karya sastra di dunia yang didalamnya semua karya sastra

dapat berperan. Dalam kenyataannya, hal ini berubah makna karena

sastra dunia ternyata menunjuk pada karya-karya besar Eropa, seperti

karya-karya Homer, Cervantes, Dante, Shakespeare dan Goethe.

Definisi lain ditawarkan oleh Holman (Holman, 94: 1980). Sastra

Banding didefinisikan sebagai studi karya-karya sastra dalam berbagai

bahasa dan bangsa yang berbeda dengan melihat pada pencermatan

dan analisis hubungan-hubungannya, pengaruh-pengaruh timbal

baliknya dan sifat-sifat dasarnya (natures). Beberapa ancangan

(approaches) digunakan, misalnya dalam studi terhadap bentuk-bentuk

seperti legenda, mitos, dan epik, studi tentang genre, studi tentang

pengaruh timbal balik antara sekelompok pengarang dan gerakan

(movements) dengan pengarang dan gerakan yang lain, dan studi

tentang teori kritik dan metode.

Page 7: Sastra banding

Fowler (Fowler, 34: 1987) menyatakan bahwa sastra banding

secara sistematis mengembangkan kecenderungan kaitan antar karya

dalam bahasa yang sama atau yang lain. Cara lain adalah dengan

mempelajari beberapa tema atau topik yang direalisasi dalam karya-

karya sastra dengan bahasa-bahasa yang berbeda.

Sehubungan dengan perkembangan definisi terbaru dari sastra

banding, Zepetnek (Zepetnek, 13: 1998) mencoba memberikan

sumbangan dengan merumuskan sastra banding sebagai metode

dalam studi sastra yang mengimplikasikan dua cakupan. Pertama,

sastra banding menyiratkan pengetahuan lebih dari satu bahasa dan

sastra suatu negara dan pengetahuan serta penerapan disiplin-disiplin

lain dalam dan untuk studi sastra. Kedua, sastra banding mengandung

ideologi kemencakupan Dunia Sana (inclusion of the Other). Dunia

Sana mencakup sastra marjinal dalam berbagai makna marjinalitasnya,

genrenya, berbagai jenis teksnya, dan sebagainya.

Praktik-Praktik dalam Sastra Banding

Praktik-praktik studi sastra dengan perspektif sastra banding di

luar negeri telahbanyak dilakukan. Berbagai jurnal, tulisan dan

organisasi yang mendukung gerakan ini telah muncul dalam jumlah

yang sangat banyak. Jurusan-jurusan sastra banding di berbagai

universitas di dunia, baik di Asia, Amerika maupun Eropa sudah berdiri.

Beberapa tulisan dapat disajikan dalam kesempatan ini, misalnya,

Political Shakespeare: Essays in Cultural Materialism (Dollimore

and Sinfield, 1994). Buku ini merupakan contoh praktik penerapan teori

politik dan sejarah untuk studi sastra. Psychoanalytic Literary

Page 8: Sastra banding

Criticism (Ellmann, 1994) merupakan kumpulan tulisan yang

mempraktikkan teori-teori psikologi dalam/untuk studi sastra di samping

Psychoanalytic Criticism (Wright, 1998) yang menyinggung teori-teori

psikologi Freud, pasca-Freud, Jung (archetypal criticism), object-

relations theory, struktural psikoanalisis, post-struktural psikoanalisis,

psikoanalisis dan ideologi, serta kritik psikoanalisis feminis. Kaitan

filsafat/sosiologi dengan sastra juga ditunjukkan oleh buku Postmodern

Literary Theory (Lucy, 1997) yang mulai mengaburkan batas filsafat,

sosiologi, dan sastra. Jurnal yang menggempur perspektif

monodisipliner telah lahir, antara lain Mosaic (Kanada), Language and

Literature (Inggris), Literature and Theology (Inggris) dan

Contemporary (Amerika). Organisasi yang memayungi gerakan sastra

banding dapat dilihat di Amerika dalam American Comparative

Literature Association dan Inggris pada British Comparative

Literature Association. (lihat masing-masing pada www.acla.org dan

www.swan.ac.uk/german/bcla/bcla.htm)

Penerbitan-penerbitan tersebut telah mengilhami berdirinya

Forum Sastra Banding di UGM. Forum ini telah melakukan usaha-

usaha untuk mengembangkan pendekatan interdisipliner[3] dalam studi

sastra. Beberapa makalah telah mencoba mencari kaitan antara studi

sastra dan disiplin lain, misalnya kaitan antara sastra dan antropologi,

sastra dan studi pembangunan, sastra dan agama, sastra dan sejarah,

sastra dan filsafat, sastra dan sosiologi, sastra dan politik. Forum ini

masih amat sangat muda dan mencoba merumuskan konsep sastra

banding yang sesuai dengan kebutuhan lokasi dan jaman. Salah satu

tujuan berdirinya adalah untuk mengembangkan perspektif

Page 9: Sastra banding

interdisipliner melalui sastra banding dan pada akhirnya merubah cara

pandang masyarakat pada umumnya.

Untuk Apa Belajar Sastra?

Setelah melihat berbagai paparan di atas, maka pertanyaan mahasiswa

yang diungkap pada halaman-halaman pertama makalah ini akan

dijawab. Jawaban atas pertanyaan “untuk apa belajar sastra?” adalah

“untuk belajar sastra itu sendiri dan belajar ilmu-ilmu yang lain” karena

dengan cara belajar semacam itu, para mahasiswa sastra akan lebih

dapat mencari makna karya sastra yang amat kaya. Pada gilirannya,

mereka akan melihat hidup melalui karya sastra dan disiplin lain.

Bibliografi

Bassnett, Susan. 1995. Comparative Literature: A Critical Introduction. Oxford and

Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd.

Dollimore, Jonathan and Alan Sinfield. 1994. Political Shakespeare: Essays in Cultural

Materialism. Manchester: Manchester University Press.

Ellmann, Maud. (ed.) 1994. Psychoanalytic Literary Criticism. London and New York:

Longman

Fowler, Roger. 1987. Modern Critical Terms. London: Routledge & Kegan Paul Ltd.

Holman, C. Hugh. 1980. A Handbook to Literature. Indiana: The Bobbs_Merrill

Company, Inc.

Lucy, Niall. 1997. Postmodern Literary Theory. Oxford and Massachusets: Blackwell

Page 10: Sastra banding

Publishers Ltd

Wellek, Rene and Austin Warren. 1978. Theory of Literature. Middlesex: Penguin Books

Ltd.

Wright, Elizabeth. 1998. Psychoanalytic Criticism. Oxford: Polity Press.

Zepetnek, Steven Totosy de. 1998. Comparative Literature: Theory, Method,

Application. Amsterdam and Atlanta GA: Rodopi B.V.

Page 11: Sastra banding

Sastra BandingDiposkan oleh Nahrub Difan on Kamis, 13 Januari 2011

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKelahiran suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari keberadaan karya-karya sastra yang mendahuluinya, yang pernah diserap oleh sastrawan. Pada mulanya, dalam menciptakan karyanya seorang sastrawan tersebut melihat, meresapi, dan menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya baik secara sadar atau tidak. Berlatar dari pernyataan inilah sastra bandingan perlu dikaji adanya.Sebagai suatu aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer di kancah ilmiah masyarakat Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu metode yang juga digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, uraian yang digunakan dalam sastra bandingan tentunya bersandar pada dasar banding-membandingkan.Sastra Bandingan dalam kajian umum serta dalam kaitannya dengan sejarah ataupun yang lainnya adalah merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya alam yang dapat menyusun suatu masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam karya sastra semua hal tersebut ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya sastra perlu dibanding-bandingkan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan diberbagai budaya.

B. Rumusan Masalah1. Apa hakikat kajian sastra bandingan?2. Apa ruang lingkup kajian sastra bandingan?3. Apa hubungan antara sastra bandingan dan sastra nasional?

C. Tujuan Penulisan Makalah1. Untuk mengetahui hakikat kajian sastra bandingan.2. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian sastra bandingan.3. Untuk mengetahui hubungan antara sastra bandingan dan sastra nasional.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Hakikat Sastra BandinganSastra bandingan adalah suatu kajian yang mempelajari hubungan timbal balik karya sastra dari dua atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya berlainan bahasa, dan terutama pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya sastra lain. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingankan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat satra bandingan menurut wilayah geografis sastra.Konsep-konsep tersebut merepresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup luas, bahkan pada perkembangan selanjutnya konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan ini, guna merunut keterkaitan antar aspek kehidupan.Dalam sastra bandingan kajian sastra dapat dilakukan dengan mengambil hanya dua karya sastra, misalnya dua sajak, dari sastra nasional yang berbeda. Selain itu sastra bandingan mencakup pula kajian tentang hubungan karya-karya sastra dengan berbagai bidang di luar kesusasteraan, misalnya dengan ilmu pengetahuan, agama, dan karya-karya seni.Dalam pengertian lain, Remak mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut: “Sastra bandingan adalah studi sastra yang melewati batas-batas suatu negara serta hubungan antara sastra dan bidang pengetahuan dan kepercayaan lain.” Ringkasnya, sastra bandingan adalah perbandingan karya sastra yang satu dengan satu atau beberapa karya sastra lain, serta perbandingan karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain.

Page 12: Sastra banding

Batasan-batasan yang memisahkan antara sastra dengan yang lain pada kajian perbandingan terletak pada bahasa-bahasa. Maka perbedaan antara bahasa adalah syarat untuk membangun kajian sastra banding. Pengaruh-pengaruh sastra yang ditulis dengan satu sama lain dan perbandingan yang terjadi antara sastrawan satu dengan yang lain mengenai bahasa yang satu tidak pula masuk bahasan sastra banding.Menurut Sudjiman, batasan sastra bandingan adalah telaah dan analisis kesamaan serta pertalian karya sastra dari berbagai bahasa dan bangsa. Dari batasan tersebut dapat dipahami bahwa dasar perbandingan adalah kesamaan dan pertalian teks. Jadi, hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaan atau kelainan, disamping kesamaan dan pertalian teks.Untuk mengetahui hakikat sastra bandingan, maka dapat dipelajari lebih lanjut mengenai sifat-sifat dari kajian sastra bandingan sebagai berikut:1. Kajian bersifat komparatifKajian ini terutama dititikberatkan pada penelaahan teks karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya karya sastra A dengan karya sastra B,. dapat dikatakan bahwa kajian ini merupakan titik awal munculnya sastra bandingan, oleh karena itu, kajian ini selalu dipandang sebagai bagian terpenting dalam kajian sastra bandingan.2. Kajian bersifat historisKajian yang bersifat historis ini lebih memusatkan perhatian pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi kaitan antara satu karya sastra dengan karya sastra lainnya. Kajian ini dapat berupa, misalnya, masuknya satu buah pikiran, aliran, teori kritik sastra ataupun genre dari satu Negara ke Negara lainnya.3. Kajian bersifat TeoritisKajian yang bersifat teoritis ini menggambarkan tentang konsep, criteria, batasan, ataupun aturan-aturan dalam berbagai bidang kesusastraan. Sebagai contoh adalh konsep-konsep mengenai berbagai aliran, criteria jenre, teori-teori pendekatan, serta batasan-batasan yang berkaitan dengan masalah tema.4. Kajian bersifat antar-disiplinSifat kajian ini sesuai dengan judulnya, tidak menelaah karya-karya sastra semata-mata, melainkan membicarakan hubungan antara isi karya sastra dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, agama, dan bahkan juga karya-karya seni.B. Ruang Lingkup Kajian Sastra BandinganMencermati berbagai penjelasan yang dikemukakan berbagai pakar mengenai batasan-batasan kajian sastra bandingan agaknya masih terlihat mengambang. Menurut madzhab Perancis karya sastra diteliti dengan membandingkan dengan karya sastra lain atas pertimbangan dari aspek linguistik, pertukaran tema, gagasan, feeling dan nasionalisme. Madzhab ini lebih menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasionalis yang didasarkan pada aspek intrinsik. Sedangkan madzhab Amerika lebih mengedepankan perbandingan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan studi bandingan antarbidang di pihak lain.Madzhab Amerika mengkritik tolok ukur sastra nasional seperti yang dikemukakan madzhab Perancis, bahwa sastra nasional terlalu sempit. Oleh karena itu, madzhab Amerika cenderung melihatnya sebagai tolok ukur yang bersifat kultural. Perbedaan budaya dan bahasa sudah cukup bagi madzhab ini untuk melaksanakan suatu perbandingan.Pada mulanya, kajian sastra bandingan ini digunakan untuk studi sastra lisan. Seperti cerita-cerita rakyat, legenda, dongeng, dan sebagainya. Pada proses ini, sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulisan. Dalam penjelasan lain, sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Dalam hal ini, masalah yang timbul adalah mengenai masalah perbandingan karya-karya sastra.Dalam pandangan Jost, sastra bandingan dapat meliputi aspek: pengaruh, sumber ilham (acuan), proses pengambilan ilham atau pengaruh dan tema dasar. Dalam kaitan ini ada empat kelompok kajian sastra bandingan jika dilihat dari aspek objek garapan yaitu; Pertama, kategori yang melihat hubungan karya sastu dengan lainnya dengan menelusuri juga kemungkinan adanya pengaruh satu karya terhadap karya yang lain. Termasuk dalam interdispliner dalam sastra bandingan adalah filsafat, sosiologi agama dan sebagainya. Kedua, kategori yang mengkaji tema karya sastra. Ketiga, kajian terhadap gerakan atau kecenderungan yang menandai suatu peradaban. Keempat, analisis bentuk karya sastra (genre).Dalam lingkup kajian demikian, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni: (1) kajian persamaan dan (2) kajian konsep pengaruh. Kajian persamaan, tidak selau menjawab masalah; mengapa terdapat persamaan namun juga lebih kepada apabila dua karya sastra memiliki kesamaan berarti ada hal paralel dalam bidang tertentu.Jika kemudian masalah kebudayaan nasional atau batas negara yang menjadi prasyarat studi sastra bandingan, maka persoalan lain akan timbul jika dua atau lebih negara yang berbeda menggunakan bahasa yang sama sebagai bahasa nasionalnya.

Page 13: Sastra banding

C. Hubungan Antara Sastra Bandingan dan Sastra Nasional

Dalam studi sastra, perlu dipelajari tentang perbedaan antara sastra umum, sastra bandingan, dan sastra nasional. Dari ketiga istilah sastra ini, istilah “sastra bandingan” adalah yang paling rumit untuk dijelaskan pengertian dan penggambarannya. Bahkan, jenis studi yang penting ini kurang sukses secara akademis. Dalam hal ini sastra nasional berperan untuk menjaga penyampaian dan kemurnian kebudayaan nusantara sehingga keduanya saling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kajian sastra bandingan.Sastra bandingan digunakan oleh para ilmuwan sebagai media dalam proses kritik sastra. Pada mulanya, sastra ini dipakai untuk studi sastra lisan. Seperti cerita-cerita rakyat, legenda, dongeng, dan sebagainya. Pada proses ini, sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulisan. Ada yang berpendapat bahwa sastra lisan hanya mengandung nilai-nilai budaya, adat istiadat tanpa unsur estetika. Namun, justru pendapat ini keliru. Karena, banyak karya sastra tulisan golongan atas yang mengambil tema dari kesusastraan rakyat sehingga meningkatkan status sosial.Jadi, sastra bandingan bukanlah hanya menyangkut sastra lisan secara khusus. Sehingga sastra nusantara atau sastra nasional kerap kali disebut sebagai sastra lisan dan klasik. Karena ia berasal dari tradisi-tradisi yang menjadi budaya dalam suatu daerah tertentu.Seperti halnya negeri-negeri di Eropa pada masa kebangkitannya yang pada dasarnya mengacu pada mitologi Yunani serta perjanjian lama dan injil. Hal ini didukung dengan adanya karya-karya terjemahan dari buku baru. Dalam kesusastraan Inggris terdapat sastra sejarah yang dihasilkan oleh semua masyarakat yang pernah memiliki kerajaan, sebab salah satu fungsinya adalah untuk mencatat apa yang telah dilakukan suatu dinasti dalam menciptakan kerajaan yang dipimpinnya. Karena cirinya sebagai alat legitimasi kekuasaan, sastra sejarah yang panjang dan lengkap mampu menjangkau asal-usul suatu masyarakat mulai dari zaman prasejarah sampai zaman sejarah. Dalam upaya merunut asal-usul itu sastra sejarah bisa dimulai dengan mitologi yang menjelaskan asal-muasal suatu bangsa.Studi sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Dalam hal ini, masalah yang timbul adalah mengenai masalah perbandingan karya-karya sastra. Misalnya, perbandingan karya sastra Inggris dan karya sastra Perancis. Perbandingan mengenai ketenaran, pengaruh, dan sebagainya. Namun, hal ini pula menjadi masalah baru yakni menjadikan para ilmuwan bosan berurusan dengan fakta, sumber dan pengaruh.Selain perbedaan sastra bandingan dengan sastra umum, permasalahan lain yang muncul adalah mengenai perbedaan antara sastra universal dengan sastra nasional. Sastra nasional dianggap sebagai kawasan tertutup dibanding dengan sastra universal. Namun, pada kenyataannya sastra universal sangat berkaitan dengan sastra nasional. Seperti ruang lingkup sastra Eropa. Sastra yang membahas kesusastraan Inggris, Jerman, atau Perancis yang saling berkaitan mengenai sejarah, tema, bahasa dan sebagainya.Kajian ini disamakan dengan sastra menyeluruh. Namun, Paul van Tieghem mencoba mengontraskannya. Menurutnya, sastra umum mempelajari tentang gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Sedangkan sastra bandingan mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih. Tetapi, hal ini pun tidak bisa diterima begitu saja. Misalnya, orang tidak dapat membandingkan kepopuleran karya sastra sejarah yang melegenda dengan kepopuleran karya sastra umum di seluruh dunia.Dari penjelasan ini dapat diketahui suatu keterkaitan antara sastra bandingan dan sastra nasional yang secara umum sastra nasional dianggap sebagai lingkup yang lebih tertutup dibandingkan dengan sastra universal. Akan tetapi antara keduanya dapat diteliti dengan menggunakan kajian sastra bandingan. Jadi, untuk dapat menggambarkan keterkaitan dan peran sastra nasional dan sastra bandingan, perlu diketahui sejarah sastra secara menyeluruh.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANKajian sastra bandingan secara umum dapat diketahui melalui dua madzhab. Pertama, madzhab Perancis yang menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasionalis yang didasarkan pada aspek intrinsik dimana karya sastra diteliti dengan membandingkan dengan karya sastra lain atas pertimbangan dari aspek

Page 14: Sastra banding

linguistik, pertukaran tema, gagasan, feeling dan nasionalisme. Kedua, madzhab Amerika lebih mengedepankan perbandingan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan studi bandingan antarbidang di pihak lain.Keterkaitan antara sastra bandingan dan sastra nasional yang secara umum sastra nasional dianggap sebagai lingkup yang lebih tertutup dibandingkan dengan sastra bandingan. Sastra secara menyeluruh berarti mempelajari tentang gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Sedangkan sastra bandingan mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih.

DAFTAR PUSTAKA

.- - . مصر, نهضة المعاصر العربي األدب دراسات توجيه في المقارن األدب دور أينمي محمد .هاللB. Trisman, dkk. 2002. Antologi Esai Sastra Bandingan Dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS.Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS.http://www.sastra-umum-sastra-bandingan-dan-sastra-nasional.com, diakses pada tanggal 23 Desember 2010.http://www.sekilas-tentang-sastra-bandingan//catatan-sastra.com.htm,diakses pada tanggal 26 Desember 2010.

Page 15: Sastra banding

Sejarah dan Teori Sastra BandinganSabtu, 30/04/2011 - 13:28 — Uman Rejo SS

Artikel | Sastra Bandingan

A. Sejarah Sastra Bandingan

Istilah sastra bandingan kali pertama muncul di negara Inggris yang dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran lama (Hutomo, 1993: 1). Pada perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga berkembang di Amerika, mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran Perancis, sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran baru (Hutomo, 1993: 1).

Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo, 1993: 1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo, 1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika (Hutomo, 1993: 4).

 

A. Sastra Bandingan, Sastra Dunia, dan Sastra Umum

Berbicara mengenai sastra bandingan tidak bisa dilepaskan dengan pembicaraan tentang sastra nasional, sastra umum, dan sastra dunia. Tiga pengertian sastra tersebut sering tumpang tindih, sehingga seperti yang dikatakan oleh Wellek dan Warren (1989: 47), studi bandingan secara akademis kurang begitu sukses. Walaupun sebenarnya merupakan studi yang sangat penting. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan pemahaman tentang sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra dunia. Dalam hal ini beberapa pakar sastra telah berupaya untuk memberikan pengertian antara sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra dunia. Meskipun masih terdapat kekaburan, namun sedikit banyak membantu dalam pemecahan masalah.

Tentang sastra bandingan menurut Renne Wallek sebagai pendukung aliran Amerika dijelaskan bahwa sastra bandingan pada mulanya muncul dalam studi sastra lisan, khususnya dalam bidang sastra rakyat. Kemudian cerita rakyat ini dicari asal usulnya, daerah penyebarannya, dan transformasinya ke sastra tulis (1989: 47-48). Sedangkan menurut Suripan Sadi Hutomo (1993: 5) bahwa pada dasarnya sastra bandingan itu

Page 16: Sastra banding

berlandaskan sastar nasional suatu negara. Menurut Budi Darma (2004: 28), sastra nasional yaitu sastra bangsa atau negara tertentu, misalnya sastra Brunei Darussalam, sastra Indonesia, sastra Inggris, dan lain-lain. Sastra yang ditulis dalam bahasa nasional dan bertema universal (Zaidan dkk, 2007: 182). Sastra yang secara umum menjadi milik bangsa, nasional di sini adalah batas wilayah politik suatu bangsa (Endraswara, 2008: 134). Jika disimpulkan dalam hal ini pengertian sastra nasional bertumpu pada masalah geografis.

Mencermati kutipan di atas, bagaimana halnya dengan pengertian antara sastra dunia dan sastra umum? Sastra dunia, jika dilihat dalam kamus istilah sastra, pengertiannya ialah sastra yang menjadi milik berbagai bangsa di dunia dan karena penyilangan gagasan yang timbal balik, memperkaya kehidupan manusia (Sudjiman, 1986: 68). Sedangkan menurut Hutomo (1993: 6), sastra dunia adalah sastra nasional yang diberi peluang meletakkan dirinya dalam lingkungan sastra dunia dengan fungsi dan kriteria tertentu serta sejajar, atau duduk sama rendah dan berdri sama tinggi, dengan sastra nasional bangsa lain di dunia. Istilah sastra dunia, sebenarnya banyak berkaitan dengan istilah Weltliliterature yang dikumandangkan oleh pujangga Jerman yang bernama Goethe. Konsep Goethe lebih mengarah pada World Masterpiece atau sastra agung dunia, dan bukan karya sastra golongan teri (Hutomo,1993: 6).

 

A. Objek Kajian Sastra Bandingan

Objek kajian Sastra Bandingan menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 9-11) adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan dua karya sastra dari dua Negara yang bahasanya benar-benar berbeda

2. Membandingkan dari dua Negara yang berbeda dalam bahasa yang sama

3. Membandingkan karya awal seorang pengarang di Negara asalnya dengan karya setelah berpindah kewarganegaraannya

4. Membandingkan karya seorang pengarang yang telah menjadi warga suatu Negara tertentu dengan karya seorang pengarang dari Negara lain

5. Membandingkan karya seorang pengarang Indonesia dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia

6. Membandingkan dua karya sastra dari dua orang pengarang berwarga Negara Indonesia yang menulis dalam bahasa asing yang berbeda

7. Membandingkan karya sastra seorang pengarang yang berwarga Negara asing di suatu Negara dengan karya pengarang dari Negara yang ditinggalinya (kedua karya sastra ini ditulis dalam bahasa yang sama)

Page 17: Sastra banding

 

A. Praktik Sastra Bandingan

Pada umumnya jika kita melihat praktik sastra bandingan baik di negara Timur maupun di negara Barat, studi sastra bandingan menurut Hutomo (1993: 11-12) melandaskan diri pada 3 hal yaitu:

1. Afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra, misalnya unsur struktur, gaya, tema, mood (suasana yang terkandung dalam karya sastra) dan lain-lain, yang dijadikan bahan penulisan karya sastra.

2. Tradisi, yaitu unsure yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra.

3. Pengaruh.

 

A. Konsep Pengaruh dalam Sastra Bandingan

Istilah pengaruh tidak sama dengan istilah menjiplak, plagiat, dan epigon. Untuk melaksanakan studi pengaruh, barangkali, ada baiknya jika kita menyempatkan diri memahami teori intertekstualitas.

 

A. Teori Intertekstualitas

Menurut Julia Kristeva (dalam Hutomo, 1993: 13-14), teori intertekstualitas mempunyai kaidah dan prinsip sebagai berikut:

1. Pada hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks 2. Studi intertekstualitas itu adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks

3. Studi intertekstualitas itu mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat

4. Dalam kaitan dengan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks itu sebenarnya merupakan hasil yang diperoleh dari teks-teks lain

5. Dalam kaitan studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) janganlah ditafsirkan terbatas pada bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk bahasa

 

A. Hipogram

Page 18: Sastra banding

Hipogram adalah unsur cerita (baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dll) yang terdapat di dalam suatu teks sastra pendahulu yang kemudian dijadikan model, acuan, atau latar teks yang lahir kemudian (teks sastra yang dipengaruhinya) (Hutomo, 1993:14). Jika menggunakan teori interteks harus memahami makna hipogram. Menurut Rifaterre (dalam Hutomo, 1993: 14) hipogram dapat berupa:

1. Ekspansi, yakni perluasan atau pengembangan hipogram2. Konversi, yakni berupa pemutarbalikan hipogram

3. Modifikasi, yakni manipulasi kata dan kalimat atau manipulasi tokoh dan plot cerita

4. Ekserp , yakni intisari dari hipogram

 

A. Simpulan

Dari uraian pendek ini dapat disimpulkan bahwa sastra bandingan sebagai ilmu mencakup :

1. Sastra bandingan lama, yakni sastra bandingan yang menyangkut studi naskah2. Sastra bandingan lisan, yakni sastra bandingan yang menyangkut teks-teks lisan

yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari satu generasi kegenerasi, dan dari satu tempat ke tempat lain.

3. Sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan yang menyangkut teks sastra modern

Antara ketiga pembagian sastra tersebut, teori dan metode yang dipergunakan dapat saling meminjam metode dan teknik penganalisisannya.

 

Wringinanom, 5 April 2011

 

Daftar Pustaka

 

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitan Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat

Bahasa.

Page 19: Sastra banding

Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan: Pengantar Ringkas. Jakarta: Editum

Kompleks Dosen UI.

Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan.

Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.

Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan.

Surabaya: Gaya Masa.

Wellek, Rena dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diterjemahkan Melani

Budianta). Jakarta: PT Gramedia.

Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.