sastra korea

19
Sastra Korea (한한 한한) A. DEFINISI SASTRA KOREA Sastra Korea (한한 한한) adalah jenis sastra yang ditulis dan berkembang di Korea. Periode kesusastraan Korea dibagi menjadi 2 periode, klasik dan moderen. Tradisi tulis awal dimulai dari zaman purba dengan didapatnya bukti-bukti epigraf yang diukir di dinding-dinding makam kuno. Pada Zaman Tiga Kerajaan (37 SM-985 M), dikarenakan pengaruh budaya Tionghoa, orang Korea mulai menulis dengan aksara Tionghoa dan membuat kertas. Maka mulai saat itu teks-teks ditulis di atas kertas atau potongan bambu. Tradisi tulis di Korea mulai berkembang pesat semenjak diperkenalkannya Buddhisme dan Konfusianisme pada zaman itu dimana banyak kuil-kuil dan perguruan dibangun untuk mendukung kegiatan menulis dan membaca. Berulangnya invasi dan perang pada periode ini membuat hanya sedikit saja peninggalan karya tulis zaman itu yang masih tersisa. B. SEJARAH DAN JENIS KARYA SASTRA

Upload: nhicykzz-anomi-ahn

Post on 16-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sastra

TRANSCRIPT

Page 1: Sastra Korea

Sastra Korea (한국 문학)

A. DEFINISI SASTRA KOREA

Sastra Korea ( 한 국 문 학 ) adalah jenis sastra yang ditulis dan berkembang

di Korea. Periode kesusastraan Korea dibagi menjadi 2 periode, klasik dan moderen.

Tradisi tulis awal dimulai dari zaman purba dengan didapatnya bukti-bukti epigraf

yang diukir di dinding-dinding makam kuno. Pada Zaman Tiga Kerajaan (37 SM-985

M), dikarenakan pengaruh budaya Tionghoa, orang Korea mulai menulis

dengan aksara Tionghoa dan membuat kertas. Maka mulai saat itu teks-teks ditulis di

atas kertas atau potongan bambu. Tradisi tulis di Korea mulai berkembang pesat

semenjak diperkenalkannya Buddhisme dan Konfusianisme pada zaman itu dimana

banyak kuil-kuil dan perguruan dibangun untuk mendukung kegiatan menulis dan

membaca. Berulangnya invasi dan perang pada periode ini membuat hanya sedikit

saja peninggalan karya tulis zaman itu yang masih tersisa.

B. SEJARAH DAN JENIS KARYA SASTRA

SASTRA KLASIK

Sastra pra-moderen dinamakan sastra klasik. Sastra jenis ini dihasilkan

daripada pandangan dan kepercayaan religius seperti ajaran Buddha, Kong Hu

Chu dan Tao. Para sarjana dan ilmuwan Korea pada zaman kuno mendalami bahasa

dan tulisan Tionghoa. Sastra klasik ditulis menggunakan aksara Tionghoa. Sistem

penulisan bahasa klasik (hanmun) digunakan untuk dokumen-dokumen resmi,

sementara sistem idu dan gugyeol mulai serta hangeul digunakan untuk karya tidak

resmi. Para pembaca karya sastra di Korea pada zaman ini merupakan rakyat kelas

atas. Umumnya mereka menikmati karya-karya sastra Tiongkok klasik.

Page 2: Sastra Korea

Hyangga

Hyangga adalah jenis syair yang ditulis dalam aksara Tionghoa dengan sistem

idu. Hyangga yang merupakan karya sastra Silla dicirikan dengan batasan-batasan

formal yang bisa tersusun atas atas 4, 8, atau 10 bait. Syair 10 bait paling digemari,

dengan struktur 4-4-2. Tema hyangga sebagian besar adalah mengenai Buddhisme.

Hyangga adalah puisi-puisi yang ditulis dalam sistem penulisan asli, ditulis pada

tiga negara, silla bersatu, dan periode awal goryeo dalam sejarah korea. Hanya

sebagian kecil yang tersisa. Total jumlahnya berkisar antara 25 dan 27, tergantung

pada hyangga tertentu yang dianggap asli atau tidak. Nama hyangga didapatkan dari

huruf “desa” atau “desa kecil,” (digunakan oleh orang silla untuk menggambarkan

bangsa mereka) dan huruf “lagu.” Puisi2 ini kadang disebut juga lagu silla. 

Hyangga merupakan sastra Korea klasik jenis puisi yang unik. Ditulis ulang

kebahasa Cina dengan sistem fonetik yang disebut hyangch’al, mirip dengan

Man’yeosheu (c. 759). Hyangga awal dipercaya ditulis dalam periode goryeo, karena

gaya penulisan ini mulai hilang. Contoh dari Hyangga terdiri dari 25, 14 dalam buku

memorabilia and Mirabilia of the Three Kongdoms (sangug Yusa, 1285) dan 11 pada

buku Life of the Great Master Kyunyeo (Gyunyeojeon. Wihong, suami ratu jinseong

dari silla,) dan biksu taegu hwasong menyusun buku tentang hyangga. Jenis syair

yang ditulis dalam aksara tionghoa dengan sistem idu. 20 dari 25 Hyangga berisi

tentang ajaran Buddha, merefleksikan kehidupan masa kerajaan Silla dan Goryeo

yang pada saat itu sedang dipengaruhi oleh Buddha.Hyangga masih mengikuti aturan/

bentuk formal dan biasanya tersusun atas 4, 8 dan 10 bari Puisi dengan 10 baris

adalah yang paling berkembang, dibentuk menjadi tiga bagian dengan 4, 4, dan dua

baris bergantian. Kebanyakan puisi sepuluh baris ditulis oleh pendeta budha,

sehingga tema – tema tentang agama budha mendiminasi puisi jenis ini. Biasanya

berbentuk balada dan berisi tentang kesadaran kehidupan beragama dan bangsawan-

bangsawan. Tema lain yang dominan adalah kematian. Banyak diantara puisi ini

adalah puji-pujian bagi pendeta, ksatria, dan anggita keluarga, contohnya kepada

Page 3: Sastra Korea

saudara perempuan. Periode silla khusunya sebelum penyatuan pada 6698 adalah saat

– saat perang dan hyangga menceritakan kesedihan dan duka bagi yang meninggal,

sedangkan agama budha memberikan penjelasan tentang kemana mereka pergi dan

kehidupan sesudah mati.

Hyangga yang umum adalah “Ode untuk kehidupan abadi,” atau mungkin

“ode untuk surga.” Puisi ini adalah lagu yang memanggil bulan untuk menyatakan

doa untuk surga barat, rumah Amita (atau amitabha – surga barat budha). Penulis

puisi ini masih belum jelas, ada yang mengatakan bahwa penulisnya adalah seorang

biksu bernama Gwangdeok, atau sumber lain mengatakan bahwa penulisnya adalah

istri sang pendeta. Meskipun demikian Hyangga sebagian besar ditulis oleh prajurit.

Goryeo gayo

Pada zaman Dinasti Goryeo, muncul jenis seni sastra yang lebih populer,

yakni Goryeo Gayo atau Lagu Goryeo. Goryeo gayo mempunyai bentuk khusus

yakni byeolgok. Goryeo gayo dibagi dalam dua jenis

yakni dallyeonche dan yeonjanche. Dallyeonche tersusun atas satu bait sementara

yeonjanche tersusun atas banyak bait. Tema-tema Goryeo gayo umumnya

menceritakan tentang kehidupan manusia dan keindahan alam. Salah satu syair yang

terkenal adalah Gwandong byeolgok (byeolgok pesisir timur) yang menceritakan

keindahan pantai di laut timur Gangwon.

Merupakan contoh puisi Korea jaman pertengahan yang memiliki ciri

pengulangan refren yang menunjukan asal musik tradisional dan transmisi oral

mereka. Biasanya dinyanyikan dengan diiringi musik terutama suara drum dan oleh

penyanyi perempuan yang diberi nama kisaeng. Jeong Cheol, seorang penyair pada

abad 16, dikenal sebagai orang yang menyempurnakan bentuk puisi ini, yang terdiri

atas baris paralel, tiap barisnya terbagi menjadi dua atau empat unit suku kata. Goreo

Gayo muncul setelah hilangnya Hyangga pada dinasti Goryeo. Merupakan jenis

sastra lisan yang dinyanyikan tetapi pada dinasti choson ini direkam dan ditulis ke

Page 4: Sastra Korea

naskah yang berbahasa Korea. Lebih bebas dan tidak terikat oleh aturan formal (puisi

bebas). Biasanya berisi realitas kehidupan dalam cinta, kehidupan sehari hari dan

keindahan alam.

Sijo

Sijo berkembang pada zaman Joseon dan menjadi sangat digemari kalangan

masyarakat umum. Sijo merefleksikan pemikiran Konfusianisme dan tema mengenai

kesetiaan. Sijo mempunyai komposisi 3 bait dengan masing-masing bait terdiri atas 4

baris kalimat.Merupakan karya sederhana namun artistik

Sijo ditulis menggunakan bahasa asli Korea bukan dengan aksara Cina. Sijo

terdiri dari 3 bait dengan masing-masing bait terdiri atas 4 kalimat. Tiga baris dengan

14-16 suku kata, total dalam sebuah sijo, 44-46 (tema (3, 4, 4, 4); pengembangan (3,

4, 4, 4), balasan untuk tema, (3,5) dan pelengkap (4,3). Sijo bisa dalam bentuk naratif

atau tematik dan memperkenalkan situasi pada baris 1, perkembangan pada baris 2,

dan kseimpulan dan akhir yang berbeda pada baris ke 3. Setengah pertama baris

terakhir menunjukkan “twist/ pemelintiran/ akhir yang berbeda;” makna, suara, dan

hal lain yang mengejutkan. Sijo sering sangat liris dan bersifat pribadi dibanding

bentuk puisi asia timur lain, namun “kesimpulan dari sijo sering epigramatis atau

mengejutkan”

Beberapa penyair Sijo yang terkenal antara lain Hwang Chin-i (c. 1506-1544)

dan Cheong Ch’eol (1537-1594).Sijo merupakan bentuk puisi yang paling populer

dari Korea, digemari oleh kaum bangsawan sampai rakyat jelata diekspersikan

dengan unsur unsur dari alam. Lalu semakin lama sijo dimasukan unsur satir dan

humor berisi kritikan dan sindiran.

Gasa

Page 5: Sastra Korea

Gasa juga muncul dan berkembang pesat pada zaman Joseon, terutama pada

kalangan bangsawan. Gasa berisikan tema-tema yang umum seperti ekspresi

perasaan, keindahan alam, cinta dan kehidupan manusia.

Panjangnya Gasa bervariasi tetapi cenderung panjang. Dan cenderung beisi

deskripsi dan eksposisi, begitu juga liris. Bentuk Kasa merupakan bentuk bait yang

sederhana, dengan tiga bait yang memiliki 3 hingga 4 suku kata per baitnya yang

diulang empat kali. Karena sifat isinya yang berbeda-beda, ada beberapa yang melihat

Kasa sebagai semacam esai, seperti dalam periode awal Joseon misalnya, Kasa

seperti Chong Kuk-in's Sangch'un-gok (Tune in Praise of Spring), Song Sun's

Myonangjongga (Song of Myonangjong Pavilion), dan Chong Ch'iol's Kwandong

pyolgok (Song of Kwandong), Samiin-gok (Song in Recollections of a Beautiful

Woman) dan Songsan pyolgok (Song of Mt. Songsan), dan lain sebagainya.

Kasa muncul sebagai genre baru pada pertengahan abad ke15 bentuknya lalu

disempurnakan oleh beberapa ahli yaitu Cheong Ch’eol (1537-1594) dan Heo

Hanseorheon (1563-1585).

Kasa berisikan tema-tema yang umum seperti ekspresi perasaan, keindahan alam,

cinta pria wanita (kesetiaan), kehidupan manusia, hubungan manusia dengan alam,

dan pencerahan rohani. Merupakan transisi dari puisi ke Prosa puisi. Tidak terbatas

ekspresi individual tertapi mencakup nasihat moral. Selain itu terdapat naebang kasa

(kasa of the women's quarters) yang ditulis oleh perempuan. Kasa ini mendapatkan

popularitas luas. Secara khusus, kasa pada periode terakhir mengalami perubahan

bentuk, menjadi lebih panjang dan membosankan.

SASTRA MODERN

Periode sastra klasik berakhir pada saat runtuhnya Dinasti Joseon dan zaman

sastra moderen dimulai. Periode ini disebut Gaehwa gyemong (Pencerahan) dimana

setelah setelah peristiwa Reformasi Gabo pada tahun 1894, bermunculan sekolah-

Page 6: Sastra Korea

sekolah barat dan media cetak yang menerbitkan karya sastra yang lebih bebas dan

tidak terikat aturan seperti karya sastra klasik. Genre puisi baru dinamakan sinchesi

dan gaya puisi bebas dinamakan jayusi.

Awal perkembangan sastra moderen erat kaitannya dengan pengaruh doktrin

dari barat dan agama Kristen akibat meningkatnya kontak dagang dan ekonomi.

Sastra moderen menjadi semakin pesat semenjak meluasnya penggunaan

aksara hangeul. Hangeul sangat bermanfaat meningkatkan melek huruf rakyat. Genre

novel baru (sinsoseol) ditulis dalam aksara hangeul menikmati kepopulerannya pada

masa itu.

Sastra Korea mengalami tekanan besar pada zaman Penjajahan Jepang (1910-

1945) karena segala aspek budaya dan seni Korea ditekan dan diberangus. Ekspresi

dan tema tentang rasa percaya diri dan kebebasan tidak lagi berlaku seperti

sebelumnya. Sastra Korea pada saat itu mencari bentuk baru untuk beradaptasi

dengan tema pencarian jati diri dan kenyataan konkrit. Tema karya sastra tahun 1920-

an umumnya menceritakan tentang penderitaan rakyat jelata yang memilukan.

Sampai pada tahun 1980-an, sastra Korea tidak banyak dikenal di luar negeri.

Antologi karya sastra Korea yang pertama diterbitkan dalam bahasa Inggris

adalah Flowers of Firepada tahun 1986.

C. CIRI CIRI

Dalam bahasa Indonesia khususnya bunyi vokal hanya di kenal a, e, i, o dan u. Akan tetapi dalam bahasa korea ada 9 bunyi vocal yang berdiri sendiri seperti ㅏ [a],

ㅓ [eo], ㅗ [o], ㅜ [u], ㅡ [eu], ㅣ [i], ㅐ [ae], ㅔ [e], dan ㅚ [oe]. Jadi dalam penelitian orkestrasi bunyinya bunyi vokal yang ditemukan dalam huruf Korea akan dikelompokkan dengan bunyi vokal yang mendekati dengan bunyi dalam bahasa Indonesia. Struktur kalimat yang digunakan ialah berupa Subject + Objek + Verb.

D. SASTRAWAN KOREA DAN HASIL KARYANYA

1. Kim Tongmyeong (1901-1966)

Page 7: Sastra Korea

            Lahir di Kangnung Propinsi Kangwon merupakan lulusan teologi Akademi

Aoyama Jepang. Awalnya ia hanya seorang guru lalu kemudian kariernya beranjak

naik menjadi editor di surat kabar serta anggota kongres. Selama masa penjajahan

Jepang Kim tinggal di luar kota dimana dia selalu menulis puisi tentang kenangan

akan kampong halamannya. Beberapa karya yang dihasilkannya antara lain My

Lyre (1930), Plantain (1938), The Witness (1955), dan My Heart (1964). Berikut ini

adalah contoh karyanya yang telah diterjemahkan dalam dalam Bahasa Inggris :

My Heart

My heart is a lake:

Come and row your boat on it

I will embrace your white shadow and

break into so many jewels against your sides

My heart is a candle-light:

Please close the window for me

I will burn myself quietly to the last drop

Trembling by your silken dress

My heart is a traveler:

Play on your flute for me

I will stay the whole night through

Listening to your tones under the moon

My heart is a falling leaf:

Let me stay in your garden awhile

I will leave you like a lonely wanderer

Page 8: Sastra Korea

When the wind rises again.

2. Park Yongcheol (1904-1938)

            Park lahir di Kwangju dan menuntut ilmu di Universitas Tokyo dengan minat

Sastra Jerman. Ia memperjuangkan gerakan memurnikan lirik yang menjadi titik awal

dalam sejarah Sastra Korea modern. Di tahun 1930 Park berinisiatif serta

mendanai Poetry dan di tahun 1931 Literature Monthlyserta Literature di tahun 1933,

dimana tujuan dari adanya itu semua untuk menyebarkan keyakinan Park tentang

kemurnian lirik dalam sastra. Dan di tahun 1939 akhirnya diterbitkan Complete

Works of Park Yongcheol. Berikut ini adalah contoh karyanya yang sudah

diterjemahkan dalam bahasa Inggris :

Your Shadow

The sands lie stretched

white for miles

Behind the cloud

is hidden a song

Your shadow wavers dimly

in the haze

I waste away thin and pale

in your thoughts

3. Kim Myungmi

Page 9: Sastra Korea

            Lahir pada tanggal 6 Desember 1957 dan merupakan sastrawan Korea-

Amerika yang mengacu pada karya postmodern. Kim sendiri dan keluarganya pindah

ke Amerika setelah Perang Korea saat dia berusia 9 tahun. Ia merupakan lulusan

Mater of Fine Arts dari Universitas Iowa. Ia pernah mengajar mata kuliah menulis

kreatif di San Fransisco State University dan saat ini Kim merupakan professor

Bahasa Inggris di sebuah universitas di Buffalo. Beberapa karyanya antara

lain : Under Flag (1991), The

Bounty (1996), Dura (1999), Spelt (2000), Commons (2002), dan sebagainya.

4. Yi Hayun (1906-1974)

            Yi lahir di Icheon Propinsi Kangwon dan menuntut ilmu di jurusan Sastra

Inggris Universitas Politik Ekonomi Tokyo. Sebagai anggota aktif The Overseas

Literature, Yi memberikan kontibusinya dalam memperkenalkan karya sastra dunia

yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Korea. Bersama Park Yongcheol ia

menjadi asisten editor The Poetry Literature di tahun 1930 dan The Literary

Monthly di tahun 1931. Dia juga mengajar di beberapa universitas salah satunya

adalah Seoul National University. Beberapa karyanya antara lain : A Water

Mill (1939), An Anthology of Modern Lyric Poems (1939), dan Selection of French

Poems (1948). Berikut ini adalah contoh karyanya yang telah diterjemahkan dalam

bahasa Inggris :

A Water Mill

I drop my memory-petals one by one

Into the scoops of the turning wheel;

I see my memory burst into blossom

As each scoop empties itself

While the wheel groans as it turns

Page 10: Sastra Korea

My heart caught in the days gone by

Fills with sighs and tears

A grey-haired miller strains

His sight for something

The mill thuds down upon the grain

Water continually pouring down the wheel

5. Yu Chihwan (1908-1967)

            Yu Chihwan lahir di Chungmu Propinsi Kyongsang selatan. Ia merupakan

lulusan universitas Yonsei. Karya-karya sastranya memiliki warna yang

mempertimbangkan metafisis dalam kehidupan dan alam. Karyanya memukau telinga

orang lain hingga ia juga mendapatkan penghargaan antara lain Korean Poets

Prize (1946), Seoul City Cultural Prize (1950), dan Free Literature Prize (1968).

Beberapa karya Yu antara lain Selected Poems of Yu Chihwan (1939), Collected

Poems of Cheongma(nama pena) (1945), Life Chapter (1947), A Blue Dragonfly’s

Diary (1949), With Infantry (1953), A Cock in Jerusalem (1953), dan The Ninth

Collected Poems (1957).

                                                                                                        

6. Shin Seokcho (1909-1976)

            Shin lahir di Hansan Propinsi Chungcheong selatan. Ia merupakan lulusan

Universitas Hosei di Jepang dengan major filosofi. Awalnya puisi-puisi Shin

dipengaruhi oleh Valerian. Akan tetapi lambat laun ia mulai menerapkan pemikiran

Taoisme dalam karya-karyanya. Kemudian ia juga tepikat dengan gaya pemikiran

Buddha dalam karya-karya sastranya. Berikut ini beberapa buku kumpulan

puisinya Collected Poems (1946), The Gong Dance (1959), dan The Song of

Storm (1970). Ia bekerja sebagai editor pada sebuah surat kabar harian dan akhirnya

meninggal di tahun 1976.

Page 11: Sastra Korea

7. Yi Sang (1910-1938)

            Yi yang bernama asli Kim Haegyeong lahir di Seoul dan belajar arsitektur di

SMA. Akan tetapi ia kemudian memutuskan untuk keluar dari dunia arsitektur dan

mulai menulis. Berikut beberapa karyanya A Crow’s-eye-view (1934) dan The

Complete Works of Yi Sang. Berikut ini adalah contoh karya Yi Sang yang

diterjemahkan dalam bahasa Inggris :

A Flower Tree

In the midst of wilderness stands a flower tree,

no other tree near it. It blossoms in passion as

much as it yearns for its companion somewhere.

Yet it cannot near its fellow tree it is so much

in love with. I run away toward another tree

as if I were the very flower tree.

8. Kim Suyong (1921-1968)

            Kim Suyong lahir di Seoul dan kemudian belajar Bahasa Inggris di

Universitas Yonsei. Kariernya dalam dunia literatur dimulai melalui The New City

and Citizens’ Chorus, sebuah buku kumpulan puisi kolaborasi Park Inhwan dan Kim

Kyeongnim. Kim juga memiliki buku kumpulan puisiThe Game on the Moon (1959).

9. Song Chunbok (1934-  )

            Song lahir di Sangju, Kyeongsang Selatan. Ia belajar sastra Korea di

Universitas Sunggyungwan. Puisi pertamanya diterbitkan dalam Hyondae

Munhak pada tahun 1958. Beberapa karyanya yang lain adalah An Inland

Trip (1960), The Pagoda Park (1966), A Lyric (1970), A Festival for Peach

Blossoms (1982), dan For the Outside World (1985). Berikut adalah contoh karya

Song yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris :

Page 12: Sastra Korea

Tea at Dawn

Between dark and light

I make tea

Dawn’s gate fastened

For a cupful of water

Night gives us rain

Fog clears from the way

Out of mire of dreams

Life brightens at dawn

I rise only to sit again

The shadow that darkens

My empty tea cup

Startles me into hiding behind the door

10. Hwang Tonggyu

            Hwang lahir di Seoul dan memiliki latar belakang pendidikan sastra Inggris

dari Seoul National University. Kemudian Hwang pergi ke Universitas Edinburgh

selama setahun untuk penelitian setahun. Puisi-puisi karya Hwang kebanyakan

merupakan usaha mencari identitasnya di tengah-tengah kenyataan. Beberapa

karyanya antara lain A Certain Clear Day (1961), Rain Falling in the

South (1975), When I See a Wheel I Want to Roll It (1978), Wind Burial (1984),

dan Who Is Afraid of Alligators (1986).

Page 13: Sastra Korea

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Korea

http://kodokgembul.blogspot.com/2011/03/catatan-singkat-beberapa-sastrawan.html

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=ciri%20khusus%20sastra%20korea&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CDwQFjAE&url=http%3A%2F%2Fetd.ugm.ac.id%2Findex.php%3Fmod%3Ddownload%26sub%3DDownloadFile%26act%3Dview%26typ%3Dhtml%26file%3D282846.pdf%26ftyp%3Dpotongan%26tahun%3D2014%26potongan%3DS1-2014-282846-chapter1.pdf&ei=J6gdVb2aN5CNuATau4DYDg&usg=AFQjCNGAGudAAn-qmJrNj4JA78Pm7EVs6Q&bvm=bv.89744112,d.c2E