sebagai bentuk strategi diversifikasi pendanaan...

1

Upload: dinhdieu

Post on 08-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Oleh Devie Kania

JAKARTA – PT Ernst & Young Indonesia mengakui terdapat 31 perwakilan dari sekitar 15 perusahaan yang mengikuti masterclass terkait program penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Lima belas perusahaan itu berniat melangsungkan IPO saham dalam waktu dekat sebagai bentuk strategi diversifikasi pendanaan.

KAMIS 26 JULI 2018

14 MARKETS & CORPORATE

JAKARTA - PT Acset Indonusa Tbk (ACSET) membukukan per-tumbuhan laba bersih sebesar 14% dari Rp 64 miliar menjadi 73 miliar pada semester I-2018. Kenaikan ini didukung atas pertumbuhan penda-patan sekitar 63% menjadi Rp 1,66 triliun, dibandingkan semester I-2017 senilai Rp 1,02 triliun.

Perseroan juga membukukan ke-naikan laba usaha sekitar 108% men-jadi Rp 235,16 miliar dari sebelumnya Rp 112,77 miliar. Laba per saham juga meningkat sekitar 14% menjadi Rp 105, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 92 per saham.

Corporate Secretary & Investor Re-lations Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari mengatakan, penyumbang utama pendapatan perseroan hingga semester I-2018 berasal dari sektor infrastruktur sebesar 77%, konstruksi 14%, fondasi 4%, dan sektor lainnya sebesar 4%.

“Sektor lainnya menggambar-kan aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh anak perusahaan perseroan. Besarnya kontribusi sek-tor infrastruktur dilatarbelakangi

kemajuan progress fisik pengerjaan proyek infrastruktur perseroan,” ujarnya melalui keterangan resmi, baru-baru ini.

Beberapa proyek infrastruktur tersebut adalah proyek pemban-gunan jalan tol layang Jakarta-Ci-kampek II, jalan Tol JORR II Ruas Kunciran-Serpong, dan Light Rail Transit (LRT) Ruas Cawang-Dukuh Atas. Beberapa proyek yang telah diperoleh perseroan sampai pada periode ini adalah pekerjaan soil improvements Pelabuhan Patimban dan Graha Pertamina.

“Perseroan selektif dalam memilih proyek yang akan dikerjakan. Nya-tanya, perusahaan akan lebih fokus pada proyek-proyek yang dapat mem-berikan nilai tambah bagi kemajuan kompetensi Acset,” jelasnya pada keterangan resmi perseroan, kemarin.

Terkait kontraka baru, dia men-gatakan, Acset telah meraih Rp 300 miliar dari target perolehan kontrak baru tahun ini sebesar Rp 10 triliun. Meski realisasinya masih kecil, pihaknya optimistis dapat memenuhi target yang telah ditetapkan pers-

eroan tahun ini.Maria melanjutkan, perseroan

masih terlibat dalam proses tender beberapa proyek strategis yang diharapkan memberikan nilai tam-bah baik perusahaan maupun para pelanggannya. “Acset masih tetap optimis untuk memperoleh kontrak baru hingga akhir tahun ini,” kata dia.

Selain genjar bidik proyek baru, dia mengatakan, perseroan menerap-kan strategi kerjasama operasi (joint operation/JO) untuk menangani proyek-proyek berskala besar. “Guna menyatukan kekuatan, baik dari segi kapasitas finansial, teknologi, dan sumber daya lainnya,” imbuhnya.

Adanya program percepatan pem-bangunan infrastruktur nasional mendorong perseroan untuk melaku-kan intensifikasi partisipasi dengan dengan mitra kontraktor badan usaha milik negara (BUMN) dan swasta. Menurut Maria, perseroan berencana turut andil dalam be-berapa proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol (landed dan elevated), pelabuhan, bandar udara, dan pembangkit listrik. (eld)

Patner, Transaction Advisory Ser-vices Ernst & Young Indonesia Sahala Situmorang mengatakan, pihaknya sebagai akuntan keuangan melihat ruang peningkatan jumlah korporasi yang melangsungkan IPO masih ter-buka. Meski demikian, dia menegas-kan, sosialisasi maupun pemberian konsultasi kepada banyak perusahaan perlu dilakukan secara aktif oleh konsultan, perusahaan efek, hingga regulator.

Sebab, sekalipun berminat menjadi perusahaan publik, terkadang manaje-men korporasi cukup memperhatikan risiko pembentukan harga yang kurang sesuai selepas  bookbuilding. Selain itu, korporasi cenderung tidak nyaman dengan risiko penurunan harga saham.

“Karena itu, kami memberikan pen-jelasan dan membantu memformulasi-kan rencana perusahaan tersebut, ter-masuk untuk saran pembuatan plan B.  Dengan begitu, kekhawatiran perusahaan terkait proses dan fase setelah IPO dapat memudar,” ujar Sa-hala kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (25/7).

Adapun kepada seluruh peser-ta  masterclass ber tajuk “Growth through IPO”, dia menuturkan bahwa Ernst & Young Indonesia mengakui bahwa menjadi perusahaan terbuka bukan hal yang mudah. Namun, Saha-la memastikan, perseroan juga selalu mengingatkan, jika perusahaan ingin berkembang, IPO saham merupakan salah proses menuju hal tersebut.

“Cuma kami pun menjelaskan kepa-da para peserta masterclass, kita tidak dapat mengingkari, jika terkadang

sentimen dari domestik ataupun pasar global dapat mempengaruhi kondisi bursa saham,” tutur dia.

Lebih lanjut Sahala mengatakan, 15 perusahaan yang mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti mas-terclass  yang diinisiasi oleh Ernst & Young Indonesia, antara lain berasal dari sektor kesehatan, jasa keuangan, trasportasi, dan fast moving consumer goods (FMCG).

Namun, rata-rata dari 15 perusa-haan itu, sebelum mengikuti  mas-terclass  juga sudah berniat melang-sungkan IPO saham dalam waktu dekat. Sahala menyatakan, di antara 15 perusahaan tersebut, mungkin ada yang berencana memproses IPO saham tahun ini atau tahun depan.

Meski demikian, dia memastikan 15 perusahaan yang perwakilannya mengikuti  masterclass  terkait IPO belum melakukan pembicaraan lebih lanjut untuk permintaan penggunaan jasa di Ernst & Young Indonesia. “Be-lum detil ke sana, jadi kami belum tahu apakah akan menggunakan jasa kami di aspek audit, atau untuk konsultan keuangan,” tutur dia.

Terkait IPO saham, Sahala menilai, aksi korporasi itu cukup baik jika da-pat dilakukan, karena perusahaan jadi berkesempatan untuk mendiversfikasi sumber pendanaan.

“Jika pendanaan terpusat kepada kredit perbankan memang tidak masalah, tapi akan lebih baik apa-bila perusahaan bisa mendiversifi-kasi sumber dana. Pasalnya, dengan kondisi tersebut, korporasi berpotensi mampu menurunkan biaya dana (cost of fund), sekaligus dapat mendukung

JAKARTA –  PT Federal Interna-tional Finance (FIF) mengkaji ulang nilai emisi surat utang domestik pada semester II ini. Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII), induk usaha FIF, memproyeksikan penerbitan kembali obligasi Rp 3 triliun oleh FIF sebelum akhir 2018.

Presiden Direktur FIF Group Margono Tanuwijaya mengatakan, pihaknya masih dalam fase kajian terkait sumber dana melalui surat utang. Hal tersebut tidak terlepas dari tren kenaikan suku acuan Bank Indonesia dan kondisi pasar obligasi yang kurang kondusif.

“Untuk sisa semester II ini, kami masih perlu mengkaji dan meli-hat  timing  yang tepat, jika ingin menerbitkan surat utang. FIF Group mungkin bisa menerbitkan obligasi Rp 2 triliun atau Rp 3 triliun, tapi saat ini belum tahu berapa,” ujar Margono di Jakarta, Selasa (24/7).

Namun, dia memastikan, andaikan perseroan menerbitkan surat utang, itu merupakan bagian dari sisa plafon penawaran umum berkelanjutan (PUB).  Menilik keterbukaan infor-masi di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 26 Maret lalu, FIF Group mendaftarkan obligasi senilai Rp 3 triliun, dengan dua seri dan tingkat kupon kisaran 6,1-7,45%.

Obligasi tersebut termasuk ke dalam plafon penawaran umum berkelanjutan (PUB) III FIF Group

senilai Rp 15 triliun.  Namun sebe-lum  menerbitkan oblligasi PUB III tahap III senilai Rp 3 triliun,  FIF Group  telah menerbitkan PUB I tahap I Rp 3,5 triliun, dan PUB III tahap II Rp 2,65 triliun pada 2017. Sehingga kini perseroan masih me-miliki sisa plafon PUB III sekitar Rp 5,85 triliun.

Selain surat utang, Margono me-negaskan, sebetulnya FIF Group memiliki sumber pendanaan lain-nya, sehingga untuk pendanaan masih aman. “Kami memiliki sumber pendanaan lain, seperti bank loan, atau dapat bekerja sama dengan skema  joint financing  (JF) dengan perbankan,” ungkap dia.

Sementara itu, sebelumnya Di-rektur Astra International Suparno Djasmin mengungkapkan, pada se-mester II-2018 FIF Group berpotensi kembali mengemisi surat utang den-gan nilai yang sama pada semester I lalu. “Kurang lebih itu, sama dengan emisi obligasi Rp 3 triliun yang sebe-lumnya,” ujar dia.

Sementara itu, sampai akhir Juni 2018, Margono mengakui, pihaknya membukukan pembiayaan baru (new booking) sekitar Rp 18 triliun. Jika ditinjau secara tahunan,  new book-ing tersebut naik sekitar 8%.

Adapun meski kondisi suku bunga acuan Bank Indonesia tengah menan-jak, dia memastikan, pihaknya masih mencermati kondisi pasar. Sehingga

FIF Group belum berencana menaik-kan suku bunga pembiayaan. “Kami upayakan dulu lakukan efisiensi di beberapa aspek, sambil mencermati kondisi pasar,” papar Margono.

Pipeline ObligasiSementara itu, beberapa emiten

lainnya, yaitu PT Tiphone Mobile In-donesia Tbk (TELE), PT Bank Maya-pada International Tbk (MAYA), dan PT Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB) tengah berencana menerbitkan obli-gasi senilai total Rp 5,5 triliun. Tiga rencana penerbitan surat utang itu sudah masuk dalam pipeline Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD Nyoman Yetna Setia menyatakan, sampai 19 Juli lalu, pihaknya telah mengantongi tiga rencana emisi obli-gasi dalam pipeline. Adapun Tiphone Mobile Indonesia berniat mengemisi obligasi melalui penawaran umum berkelanjutan (PUB) II tahap I tahun 2018 maksimal Rp 1,2 triliun.

Sedangkan Bank Mayapada In-ternational berencana menerbitkan obligasi subordinasi maksimum Rp 3 triliun dan Jakarta Lingkar Barat-satu mengincar dana dari obligasi I maksimal Rp 1,3 triliun. “Dari ke-3 korporasi itu, baru Tiphone Mobile Indonesia yang status rencananya su-dah kontrak atau dalam kondisi sudah ada izin, serta urusan prinsipnya telah terpenuhi,” ungkap Nyoman. (dka)

pengembangan perekonomian Indo-nesia,” papar dia.

Kemudian, selain mendorong keyakinan dan kenyamanan korporasi menjadi perusahaan terbuka, Sahala juga mengingatkan, sosialisasi kepada investor tetap dibutuhkan. Contohnya itu, jika ada perusahaan start up yang berniat melangsungkan IPO saham. “Investor perlu ditingkatkan kesa-darannya bahwa saat membeli saham IPO, berarti itu memberi nilai perusa-haan ke depan,” tegas dia.

Pipeline BEIDirektur Penilaian Perusahaan PT

Bursa Efek Indonesia (BEI) IGD Ny-oman  Yetna Setia pernah mema-parkan, pihaknya masih optimistis dengan prospek penambahan emiten baru, dan target pencapaian minimum 35 emiten baru pada 2018.

Smpai 19 Juli lalu, BEI masih mengantongi 16 rencana IPO saham korporasi di dalam pipeline. Dari total 16 korporasi yang ada di pipeline, terdapat empat perusahaan yang sudah status kontrak, atau dalam arti secara prinsip dan aturan telah selesai di BEI.

Menilik  data  pipeline  IPO saham baru BEI, terlihat PT Kagum Jaya

Sakti, merupakan perusahaan prop-erti, yang menggunakan buku laporan keuangan Oktober 2017 untuk ren-cana aksi korporasi. Sedangkan, PT Kota Satu Properti (kontrak), PT MD Pictures (kontrak), dan PT Pratama Abadi Nusa Industri, merupakan calon emiten yang berniat melangsungkan IPO saham dengan laporan keuangan Desember 2017.

Selanjutnya, berdasarkan data BEI, terdapat 11 perusahaan yang beren-cana melakukan IPO saham dengan laporan keuangan Maret 2018. Pe-rusahaan itu, meliputi PT Trimitra Propertindo (kontrak), PT Cottonindo

Ariesta, PT Arkadia Digital Media, PT Andira Agro, PT Natura City Develop-ment, PT Superkrane Mitra Utama, PT Net Visi Media, PT Madusari Murni Indah, PT Satria Antaran Prima, dan PT Propertindo Mulia Investama, dan PT Super Energy.

Sementara itu, korporasi lainn-ya yang juga berniat melangsungkan IPO saham, dan telah melakukan mini ekspose ke BEI merupakan PT Garudafood Putra Putri Jaya.  Peru-sahaan konsumer itu memilih meng-gunakan buku laporan keuangan April 2018 untuk rencana penawaran umum perdana saham.

Peluncuran ProgramCountry Manager Rumah.com Marine Novita, GM Corporate Communications & CRM PT Metropolitan Land Tbk Lily Nurlita, Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan saat peluncuran program di Jakarta, kemarin. Rumah.com sebagai pemimpin pasar properti online di Indonesia meluncurkan program Rumah.com DealJuara yang berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 30 September 2018. Program ini menawarkan banyak keuntungan untuk para pencari rumah dari lebih 15 proyek properti di Indonesia.

Investor Daily/IST

langgeng
Rectangle
langgeng
Rectangle
langgeng
Typewriter
26 Juli 2018, Investor Daily | Hal. 14