sebuah pengantar - ura.unej.ac.id
TRANSCRIPT
i
ii
SEBUAH PENGANTAR
EKONOMI MAKRO
M. Rondhi, SP, MP, Ph.D
2017
iii
EKONOMI MAKRO
SEBUAH PENGANTAR
Penulis:
M. Rondhi
ISBN: 978-602-60569-9-3
Desain Sampul dan Tata Letak
Noerkoentjoro W.D.
Fatkhur Rokhim
Penerbit:
UPT Penerbitan Universitas Jember
Redaksi:
Jl. Kalimantan 37
Jember 68121
Telp. 0331-330224, Voip. 0319
e-mail: [email protected]
Distributor Tunggal:
UNEJ Press
Jl. Kalimantan 37
Jember 68121
Telp. 0331-330224, Voip. 0319
e-mail: [email protected]
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak tanpa ijin
tertulis dari penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik
cetak, photoprint, maupun microfilm.
iv
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas
terselesaikannya penulisan buku ajar “Ekonomi Makro, sebuah
pengantar:Pendekatan Praktis dan Lugas. Tujuan utama buku ini ditulis
adalah agar mudah dipahami pembaca, terutama pembaca pemula.
Namun demikian, menulis buku supaya “terbaca” bukanlah hal mudah.
Apalagi, dalam khasanah ilmu ekonomi makro di mana banyak ahli yang
memiliki teori dan pendekatan berbeda.
Secara historis, terdapat dua sistem besar dalam perekonomian,
yaitu perekonomian pasar dan perekonomian terpusat. Sekarang ini,
perekonomian pasar lebih banyak dipraktekkan dibandingkan
perekonomian terpusat. Khusus untuk perekonomian pasar terdapat dua
aliran dalam mempelajari ekonomi makro, aliran klasik yang muncul pada
abad 18 dan aliran Keynes yang muncul abad 20 sebagai respon atas
permasalahan perekonomian yang muncul saat itu (pengangguran besar-
besaran) pada tahun 1930an. Pemikiran (teori) Keynes sangat sesuai
diaplikasikan pada perekonomian yang menghadapi permasalahan
perekonomian dalam jangka pendek, sedangkan pemikiran (teori) klasik
terbukti sesuai dalam menggambarkan perekonomian dalam jangka
panjang. Misalkan, menurut Keynes dalam jangka pendek permasalahan
pengangguran dapat diatasi jika ada campur tangan pemerintah (melalui
instrumen pengeluaran pemerintah), namun dalam jangka panjang
permasalahan pengangguran akan dapat teratasi dengan sendirinya,
misalnya adanya pemutusan hubungan kerja menyebabkan tingkat upah
mengalami penurunan, penurunan upah ini menyebabkan permintaan akan
menaik lagi, dan seterusnya.
Perekonomian dengan pertumbuhan yang stabil (seimbang)
merupakan perekonomian yang sehat. Pada perekonomian ini tingkat
pengangguran sangatlah kecil (4-6%), dan inflasi pada tingkat yang wajar
dibawah 5%. Perekonomian ini disebut dengan perekonomian yang
seimbang. Pembelajaran ekonomi makro diarahkan pada bagaimana cara
menuju perekonomian yang seimbang. Dari berbagai literatur, terdapat tiga
cara dalam mengungkapkan keseimbangan perekonomian, (1)
keseimbangan pengeluaran (Keynes), (2) keseimbangan IS-LM, dan (3)
keseimbangan AD-AS. Beberapa literatur terbaru terkadang hanya
menjelaskan keseimbangan AD-AS. Buku ini disusun dengan ketiga
pendekatan tersebut.
v
Buku ini disusun dalam lima bagian (1) pendahuluan, ekonomi
makro, perkembangan dan metode mempelajarinya, (2) pendekatan
keseimbangan pengeluaran dan aplikasinya, (3) pendekatan IS-LM dan
aplikasinya, (4) Pendekatan AD-AS dan aplikasinya, dan (5) sistem
perekonomian terpusat. Bagian-bagian tersebut tersusun dalam 14 bab.
Cara termudah dalam mempelajari buku ini dengan membaca secara urut
masing-masing bab, namun demikian bagi yang pernah membaca buku
serupa, membaca dapat dimulai pada bab 10, karena mulai bab ini dan
seterusnya penjelasan bab lebih riil. Khusus bab 14 membahas
perekonomian secara terpusat yang dapat mempeluas wacana pembaca
tentang perbandingan sistem terpusat dan sistem pasar.
Tetap simpan di pikiran bahwa buku ini ditulis untuk mempermudah
pembaca dalam memahami isinya. Pada awal bab diberikan pertanyaan
mendasar kondisi riil terkait bab yang dibahas. Contoh dan ilustrasi krisis
ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997 akan memberikan wawasan
dan gambaran perekonomian pada saat itu yang akan mempermudah
pembaca dalam memahami konsep yang akan dijelaskan. Selanjutnya,
buku ini ditulis dengan ilustrasi dengan tahap-tahap singkat dan juga
dengan grafis. Terakhir, masing-masing bab dilengkapi dengan soal-soal
untuk memudahkan pembaca dalam menyerap buku ini.
Terima kasih sebesar-besarrnya saya ucapkan kepada Prof. Dr. Ir.
Rudi Wibowo, MS yang telah mereview dan memberikan masukan
berharga baik dalam konsep maupun klasifikasi pembahasan. Juga kepada
Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati, MS yang telah mereview draft buku ini. Terima
kasih juga saya ucapkan kepada Dr. Ir. Edy Kusumantoro, MP (Universitas
Jenderal Soedirman) yang telah memberikan koreksi dan masukan
penulisan buku ini.
Terkahir, karena buku ini sifatnya adalah pengantar, beberapa bab
tidak dijelaskan secara detail. Misalnya, bab tentang keuangan hanya
digambarkan secara singkat. Karenanya penulis mohon kritik dan masukan
untuk menyempurnakan penulisan ini.
Kebonsari, Maret-2017
Penulis
vi
Saya dedikasikan buku sederhana ini untuk:
Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku di Kalirejo, Kudus
Keluarga kecilku di Kebonsari, Jember
vii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................iii
Persembahan .............................................................................................. v
Daftar Isi ................................................................................................... vi
Daftar gambar ......................................................................................... viii
Daftar tabel ................................................................................................. xi
Deskripsi mata kuliah ................................................................................ xii
BAGIAN SATU
APA DAN BAGAIMANA BELAJAR EKONOMI MAKRO ................ 1
1. Hal yang Dipelajari dalam Ekonomi Makro .......................................... 3
2. Pendapatan Nasional dan Pengukurannya ........................................... 17
3. Kerangka Belajar Ekonomi Makro: Pandangan Klasik,
Keynes dan Sesudahnya ..................................................................... 25
BAGIAN DUA
PENDEKATAN KESEIMBANGAN PENGELUARAN DAN
APLIKASINYA ....................................................................................... 41
4. Model Keseimbangan Pengeluaran Pada Perekonomian Dua Sektor ... 43
5. Model Keseimbangan Pengeluaran pada Perekonomian dengan
Campur Tangan Pemerintah ................................................................. 57
6. Model Keseimbangan Pengeluaran pada Perekonomian Terbuka ........ 83
BAGIAN TIGA
PENDEKATAN KESEIMBANGAN INVESTASI-SIMPANAN,
LIKUDITAS-UANG DAN APLIKASINYA ........................................ 95
7. Model Keseimbangan IS-LM (Investasi-Simpanan, Likuiditas
dan Uang) ............................................................................................. 97
8. Kebijakan Fiskal dan Moneter (IS-LM) dalam
Perekonomian Tertutup .................................................................. 119
9. Kebijakan Fiskal dan Moneter (IS-LM) dalam
perekonomian Terbuka ................................................................. 133
viii
BAGIAN EMPAT
PENDEKATAN KESEIMBANGAN PERMINTAAN DAN
PENAWARAN AGREGAT (AD-AS) DAN APLIKASINYA
10. Permintaan Agregat (Aggregate Demand) ........................................ 147
11. Penawaran Agregat (Aggregate Supply) ........................................... 159
12. Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Agregat (AD-AS) .......... 175
13. AD-AS, Inflasi dan Pengangguran .................................................... 185
BAGIAN LIMA
SISTEM PEREKONOMIAN TERPUSAT ........................................ 193
14. Sistem Perekonomian Terpusat ........................................................ 195
Daftar Bacaan ......................................................................................... 205
Glossarium ............................................................................................. 207
Indeks ..................................................................................................... 213
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pergerakan PDB Indonesia tahun 1991-2010 .................... 26
Gambar 3.2 Keseimbangan menurut analisis pendapatan
nasional Keynes ................................................................. 28
Gambar 3.3 Keseimbangan IS-LM ....................................................... 30
Gambar 3.4 Keseimbangan Model Full-employment ............................ 31
Gambar 3.5 Keseimbangan Tenaga kerja menurut Mazhab Klasik
dan Keynes ........................................................................ 34
Gambar 3.6 Keseimbangan Tenaga kerja menurut Mazhab Keynes ..... 37
Gambar 4.1 Diagram alir siklus perekonomian sederhana (dua sektor) 44
Gambar 4.2 Hubungan antara konsumsi, pendapatan disposable
dan simpanan ..................................................................... 46
Gambar 4.3 Kecenderungan untuk mengkonsumsi (marginal
propensity to consume -MPC) .......................................... 49
Gambar 4.4 Hubungan investasi (I) dan output (Y) .............................. 50
Gambar 4.5 Keseimbangan perekonomian dua sektor dengan
cara grafis .......................................................................... 52
Gambar 5.1 Diagram alir siklus perekonomian tertutup dengan peran
pemerintah ......................................................................... 58
Gambar 5.2 Peran pemerintah dalam perekonomian menurut
Pendekatan Silang Keynes ................................................. 61
Gambar 5.3 Keseimbangan perekonomian tiga sektor dengan
pajak bersifat tetap secara grafis ........................................ 63
Gambar 5.4 Keseimbangan perekonomian tiga sektor dengan
pajak bersifat proporsional secara grafis ............................ 72
Gambar 6.1 Diagram alir siklus perekonomian terbuka ........................ 84
Gambar 6.2 Ekspor dalam pendapatan nasional .................................... 85
Gambar 6.3 Impor dalam pendapatan nasional ..................................... 86
Gambar 6.4 Keseimbangan Perekonomian Terbuka secara Grafis ........ 88
Gambar 7.1 Hubungan investasi dan tingkat suku bunga ...................... 99
Gambar 7.2 Hubungan tingkat output dan pengeluaran pada
beberapa tingkat suku bunga ........................................... 100
Gambar 7.3 Pembentukan kurva IS secara langsung ........................... 101
Gambar 7.4 Penurunan Kurva IS dari bantuan kurva I = S ................ 102
Gambar 7.5 Kurva IS pada tingkat MPC yang berbeda
(0,75 dan 0,8) .................................................................. 103
Gambar 7.6 Kurva IS pada tingkat b (respon investasi karena
tingkat suku bunga)yang berbeda .................................... 104
x
Gambar 7.7 Pergeseran kurva IS akibat penambahan investasi
autonomous ..................................................................... 105
Gambar 7.8 Pergeseran kurva IS akibat penambahan pajak
autonomus ....................................................................... 106
Gambar 7.9 Kurva permintaan uang ................................................... 111
Gambar 7.10 Kurva penawaran uang ..................................................... 112
Gambar 7.11 Keseimbangan antara permintaan dan penawaran uang .... 113
Gambar 7.12 Pembentukan kurva LM secara langsung ......................... 114
Gambar 7.13 Bntuk kurva LM dengan pada berbagai tingkat
renponsifitas masyarakat .............................................. 115
Gambar 7.14 Pergeseran kurva LM akibat perubahan penawaran
uang ................................................................................. 116
Gambar 8.1 Keseimbangan kurva IS-LM ............................................ 121
Gambar 8.2 Proses dan dampak kebijakan fiskal pada output ............. 122
Gambar 8.3 Dampak Penambahan pengeluaran pemerintah pada
Output pada Dua Bentuk Kurva LM ................................ 124
Gambar 8.4 Dampak Penambahan pengeluaran pemerintah pada
Output pada Dua Bentuk Kurva IS .................................. 125
Gambar 8.5 Proses dan Dampak Kebijakan Moneter pada Output ...... 126
Gambar 8.6 Dampak Penambahan jumlah uang beredar terhadap
Output pada berbagai Bentuk kurva LM .......................... 127
Gambar 8.7 Dampak Penambahan jumlah uang beredar terhadap
Output pada berbagai Bentuk kurva IS ............................ 127
Gambar 9.1 Pengaruh ekspor dan m pada kurva IS ............................. 134
Gambar 9.2 Keseimbangan permintaan dan penawaran mata uang
Dollar US terhadap Rupiah di pasar domestik ................. 137
Gambar 9.3 Peningkatan permintaan mata uang asing dengan
sistem mata uang tetap ..................................................... 138
Gambar 9.4 Kebijakan fiskal pada mata uang sistem mengambang .... 140
Gambar 9.5 Kebijakan moneter pada mata uang sistem mengambang 140
Gambar 9.6 Kebijakan fiskal pada mata uang sistem tetap ................. 141
Gambar 9.7 Kebijakan moneter pada mata uang sistem tetap ............. 142
Gambar 10.1 Pengaruh kenaikan harga pada kurva LM dan output riel . 149
Gambar 10.2 Penurunan Kurva Permintaann Agregat (AD) .................. 150
Gambar 10.3 Pergeseran kurva AD ........................................................ 152
Gambar 10.4 Dampak kenaikan harga pada pergeseran kurva LM ........ 153
Gambar 10.5 Kurva keseimbangan IS-LM pada berbagai tingkat
kemiringan kurva LM ...................................................... 154
Gambar 10.6 Dampak perubahan harga pada kurva AD pada berbagai
bentuk kurva LM ............................................................. 155
xi
Gambar 11.1 Fungsi Produksi dari Tenaga Kerja ................................. 160
Gambar 11.2 Skedul marginal produk tenaga kerja .............................. 162
Gambar 11.3 Penawaran tenaga kerja ................................................... 163
Gambar 11.4 Keseimbangan pasar tenaga kerja .................................... 164
Gambar 11.5 Penurunan kurva agregat menurut aliran klasik ............... 166
Gambar 11.6 Penurunan kurva agregat menurut aliran Keynes ............ 167
Gambar 11.7 Penurunan kurva agregat menurut aliran upah yang
bersifat tetap .................................................................... 169
Gambar 11.8 Penurunan kurva agregat menurut aliran upah yang
bersifat tetap dengan penyesuaian ................................... 170
Gambar 12.1 Keseimbangan perekonomian AD-AS dan
penyusunnya .................................................................... 176
Gambar 12.2 Perubahan keseimbangan AD-AS karena pergeseran
AD pada aliran neo klasik ............................................... 178
Gambar 12.3 Dampak penurunan investasi pada harga dan
pergeseran kurva IS-LM .................................................. 179
Gambar 12.4 Perubahan keseimbangan AD-AS karena pergeseran
AD pada aliran upah tetap ............................................... 180
Gambar 12.5 Dampak penurunan investasi pada permintaan tenaga
kerja dan output dalam jangka pendek menurut aliran
upah tetap ........................................................................ 180
Gambar 12.6 Dampak penurunan investasi pada permintaan tenaga
kerja dan output dalam jangka panjang menurut aliran
upah tetap ........................................................................ 181
Gambar 12.7 Perubahan keseimbangan AD-AS karena pergeseran
AD pada aliran upah Tetap .............................................. 182
Gambar 13.1 Dampak pergeseran kurva AD terhadap output riel
pada kurva AS vertikal ................................................... 186
Gambar 13.2 Dampak pergeseran kurva AD terhadap output riel
dan harga pada kurva AS positif ...................................... 187
Gambar 13.3 Hubungan antara perubahan level harga dan tingkat
pengangguran dalam jangka pendek ................................ 188
Gambar 13.4 Dampak pergeseran kurva AS terhadap output riel
dan harga ........................................................................ 189
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Contoh Perhitungan GDP nominal Tahun 2000 dan Tahun
2015 .......................................................................................... 6
Tabel 1.2 Contoh Perhitungan GDP Riel Tahun 2015 berdasarkan
Tahun Dasar 2000 ..................................................................... 6
Tabel 1.3 Contoh Pendapatan Nominal dan GDP riel Tahun 1995 dan
Tahun 2015 ............................................................................... 8
Tabel 1.4 Pengangguran terbuka di Perkotaan dan Perdesaan tahun
1976-2000 ............................................................................... 11
Tabel 1.5 Indeks Harga Konsumen dan Inflasi 2013 ............................. 13
Tabel 2.1 Perhitungan GDP Indonesia tahun 2005 berdasarkan
Pendekatan Pengeluaran dan Pendapatan ............................... 19
Tabel 2.2 Perhitungan GDP berdasarkan nilai tambah produk baju ....... 20
Tabel 2.3 Perhitungan GDP dan penyusunnya ....................................... 23
Tabel 2.4 Perhitungan Pendapatan Siap Pakai ........................................ 23
Tabel 4.1 Ilustrasi pendapatan disposable, konsumsi dan tabungan
rumah tangga .......................................................................... 46
Tabel 4.2 Perubahan konsumsi, tabungan akibat adanya perubahan
pendapatan .............................................................................. 49
Tabel 5.1 Ilustrasi konsumsi, tabungan, pengeluaran pemerintah,
pajak tetap, transfer, dan keseimbangan perekonomian ......... 63
Tabel 5.2 Ilustrasi konsumsi, tabungan, pengeluaran pemerintah,
pajak yang besarnya tergantung pendapatan, transfer, dan
keseimbangan perekonomian (ribu rupiah) ............................ 72
Tabel 6.1 Ilustrasi konsumsi, pengeluaran pemerintah, pajak tetap,
transfer, ekspor dan impor dan keseimbangan
perekonomian ......................................................................... 87
Tabel 7.1 Penawaran uang pada tingkat output dan tingkat
suku bunga ............................................................................ 109
Tabel 7.2 Permintaan uang untuk transaksi pada tingkat output, dan
permintaan uang untuk simpanan kekayaan pada tingkat
suku bunga ............................................................................ 110
xiii
DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah Ekonomi Makro merupakan mata kuliah wajib yang
dikonstruksi untuk mahasiswa Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian pada semester empat. Bersama dengan mata kuliah Ekonomi
Mikro (yang dikonstruksi untuk mahasiswa semester tiga) mata kuliah
Ekonomi Makro memberikan dasar penalaran mahasiswa dalam
menganalisis sebuah permasalahan ekonomi dengan pendekatan pasar.
Mata kuliah ini didesain agar mahasiswa dapat mencapai Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada level 6 (strata S-1).
Standar kompetensi (kemampuan akhir yang akan dicapai) adalah
mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis permasalahan ekonomi
makro (pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi) dengan tiga
pendekatan utama yaitu pendekatan pengeluaran Keynes, pendekatan
investasi-simpanan dan likuiditas-uang (investment-saving (IS) dan
liquidity-money (LM)), pendekatan permintaan agregat-penawaran agregat
(Agregate Demand-Agregate Supply). Untuk mencapai kompetensi
tersebut, mahasiswa perlu dibekali dengan beberapa kompetensi dasar
antara lain kemampuan menjelaskan tentang permasalahan ekonomi makro,
kemampuan menjelaskan beberapa pendekatan dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut. Lebih lagi mata kuliah ini memberikan kemampuan
dalam menjelaskan asumsi-asumsi yang digunakan dalam membahas
ekonomi makro, misalnya membahas pendekatan pengeluaran Keynes
dengan bahwa tingkat suku bunga bersifat otonom (eksogen). Asumsi ini
tidak berlaku ketika pembahasan penyelesaian model perekonomian
dengan pendekatan IS-LM. Terlebih pendekatan IS-LM mengasumsikan
bahwa perekonomian dipengaruhi oleh tingkat suku bunga.
Selain standar kompetensi yang ingin dicapai, buku ini juga
memuat kompetensi dasar yang ingin dicapai. Kompetensi dasar ini
tertuang dalam bagian awal dari masing-masing babyang diawali dengan
pendahuluan yang memberikan rangsangan pentingnya bab tersebut untuk
dipelajari. Selanjutnya, bagian isi memberikan penjelasan detail tentang
materi yang dipelajari dengan berbagai ilustrasi baik dengan angka, grafik,
dan tabel. Buku ini juga memuat contoh-contoh soal yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman materi. Di bagian akhir, terdapat rangkuman
dan istilah-istilah penting yang memberikan kemudahan bagi pembaca
untuk mengingat poin-poin penting yang dibahas. Selain itu, diberikan
contoh soal yang memberikan evaluasi pemahaman mahasiswa tentang
materi. Dengan model uraian tersebut diharapkan kompetensi dasar dapat
tercapai. Sehingga, standar akhir kompetensi juga tercapai.
1
Bagian 1
Apa dan Bagaimana Belajar
Ekonomi Makro
Permasalahan utama dalam ekonomi makro adalah
pertumbuhan ekonomi yang rendah, tingginya pengangguran, dan
tingginya inflasi. Untuk menggambarkan hal ini indikator utama
yang perlu diketahui adalah pendapatan nasional, tenaga kerja, dan
tingkat harga. Perekonomian diharapkan pada kondisi keseimbangan,
yang dicirikan dengan pertumbuhan yang mantap, rendahnya
pengangguran, dan tingkat inflasi yang wajar. Jika perekonomian
tidak berada dalam kondisi tersebut, dikatakan bahwa perekonomian
dalam kondisi tidak seimbang. Dalam ekonomi makro untuk
menjelaskan kondisi tersebut beberapa ahli memiliki pandangan
yang berbeda. Bagian pertama buku ini terdiri dari tiga bab yaitu
pendahuluan (hal yang dipelajari dalam ekonomi makro),
pendapatan nasional dan pengukurannya, dan kerangka belajar
ekonomi makro yang masing-masing terurai dalam bab 1, bab 2, dan
bab 3.
Bab 1 buku ini mendiskripsikan permasalahan utama dalam
ekonomi makro. Dengan mengetahui hal tersebut, mahasiswa
2
(pembaca) memiliki motivasi untuk lebih dalam mempelajari
bagaimana mengukur permasalahan tersebut. Ukuran-ukuran
tersebut dipelajari dalam bab 2 yaitu tentang pendapatan nasional
dan pengukurannya. Beberapa ukuran dalam pendapatan nasional
antara output, Gross domestic bruto riel, Gross domestic bruto
nominal, pendapatan pribadi siap pakai (disposable income). Ukuran
tersebut sangat bermanfaat dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.
Selanjutnya, bab 3 memberikan gambaran umum tentang bagaimana
mempelajari ekonomi makro. Terdapat tiga pendekatan dalam
mempelajari ekonomi makro yaitu pendekatan pengeluaran silang
Keynes, pendekatan investasi dan saving – likuiditas dan money (IS-
LM), dan pendekatan permintaan dan penawaran agregat (AD-AS).
Pendekatan tersebut memiliki kesamaan yaitu dalam
menggambarkan keseimbangan perekonomian dan cara untuk
mewujudkannya.
3
1.
Hal yang dipelajari dalam Ekonomi Makro
1.1 Pendahuluan
Kita sering mendengar janji-janji kandidat calon kepala negara dan
kepala daerah tentang hal-hal yang akan dilakukan jika terpilih menjadi
presiden, gubernur atau bupati, diantaranya adalah mengurangi
pengangguran (menciptakan lapangan pekerjaan), menjaga kesetabilan
harga (mengurangi inflasi), meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(meningkatkan pertumbuhan ekonomi-pendapatan nasional).
Tahun 1997/1998 Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi
yang sangat dahsyat yang sangat berpengaruh pada sendi-sendi
perekonomian nasional, diantaranya banyak pemutusan hubungan kerja,
tingginya inflasi, dan juga menurunnya daya beli masyarakat,
pertumbuhan ekonomi yang negatif.
Permasalahan-permasalahan di atas merupakan bahasan-bahasan
utama dalam ekonomi makro. Ekonomi makro membahas kondisi-kondisi
ini baik dari sisi teori maupun praktis (kebijakan). Ekonomi makro
pendekatan teori sangat terkait erat dengan tingkat serapan tenaga kerja,
produksi nasional (pendapatan nasional), inflasi, dan pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan pendekatan kebijakan sangat terkait bagaimana
menurunkan pengangguran, mengurangi tingginya inflasi, dan bagaimana
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara praktis, bisa jadi model
penyelesaian permasalahan krisis tersebut tidak semuanya menggunakan
teori makro secara penuh, namun sedikit banyak menggunakan
pendekatan-pendekatan tersebut.
Kita belajar ekonomi makro dari ukuran-ukuran statistik yang ada
diantaranya pendapatan nasional, tingkat pengangguran, dan inflasi. Data-
data tersebut secara umum tersedia di Badan Pusat Statistik.
Kendala utama belajar ekonomi makro adalah kompleksitas
permasalahan ekonomi makro, dan terkadang sulit untuk
mengilustrasikannya dalam kondisi perorangan. Contoh, bagaimana
menerangkan cara menurunkan tingginya inflasi, bagaimana menerangkan
cara menurunkan tingkat pengangguran, dan bagaimana menerangkan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi? Karena tidak individu yang
mengalaminya, melainkan secara general. Tidak seperti ekonomi mikro
yang dapat dibayangkan oleh pelaku ekonomi, misalnya konsep produksi
yang dapat dimisalkan bahwa sesorang adalah produsen, dan konsep
konsumsi yang dapat dimisalkan bahwa sesoarang adalah konsumen.
Karenanya, untuk mempermudah pemahaman, bagian-bagian catatan ini
4
ditulis dengan pendekatan yang sederhana. Contohnya bagaimana
keseimbangan pasar tenaga kerja mencerminkan upah, bagaimana pasar
barang menentukan harga, dan bagaimana pasar uang menentukan tingkat
suku bunga. Lebih dari itu, bagaimana ketiga pasar tersebut saling
berinteraksi yang menyebabkan hubungan yang saling terkait dalam
sebuah perekonomian, di mana pendapatan rumah tangga berasal dari
perusahaan, atau dalam bentuk upah dan penerimaan dari modal yang dia
tanamkan. Selanjutnya, pendapatan tersebut dibelanjakan lagi dalam
bentuk pembelian barang atau tambahan investasi.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai bab ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan tiga masalah utama perekonomian makro disertai
dengan ilustrasi contoh riel. Selain itu, kemampuan dasar yang harus
dimiliki adalah mahasiswa mampu menjelaskan definsi dasar dari
permasalahan ekonomi serta pengukurannya.
1.2 Ukuran-ukuran Ekonomi Makro
Seperti sudah jamak diketahui bahwa tiga ukuran utama belajar ekonomi
makro adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan tingkat
pengangguran. Secara holistik, ketiga ukuran tersebut dapat terjadi dalam
satu waktu dan saling berkaitan. Misalnya, adanya krisis ekonomi dapat
menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi dan hal ini dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang rendah atau terkadang minus dan
menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran. Bab ini akan
membahas kondisi-kondisi dasar perekonomian secara makro.
1.2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum pertumbuhan ekonomi adalah gambaran
perekonomian dari waktu ke waktu yang ditunjukkan dengan nilai
produksi yang dihasilkan negara secara keseluruhan. Secara sederhana,
nilai produksi disebut dengan Gross Domestik Product (GDP) 1 yang
merupakan perkalian kuantitas barang dan harga barang yang diukur dalam
satuan uang. Secara matematis formulasi pertumbuhan ekonomi adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi = 𝐺𝐷𝑃𝑡−𝐺𝐷𝑃𝑡−1
𝐺𝐷𝑃𝑡−1x 100
1 Salah satu metode perhitungan GDP adalah metode output yang merupakan
perkalian kuantitas barang dan harga barang akhir. Secara lengkap perhitungan
GDP dibahas dalam bab Perhitungan Pendapatan Nasional.
5
Di mana GDPt adalah pendapatan nasional tahun tertentu, GDPt-1
adalah pendapatan nasional periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi
diukur dengan persentase.
Selanjutnya, karena perhitungan tersebut menggunakan
terminology waktu yang berbeda, terdapat permasalahan terkait
perhitungan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan satuan uang. Di
mana nilai uang berubah dari waktu ke waktu. Misalkan, harga buah apel
tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu.
Sehingga perhitungan nilai produksi tersebut bukan karena faktor
meningkatnya jumlah output akan tetapi lebih karena berubahnya harga.
Oleh karenanya, untuk menjaga bahwa perbandingan tersebut tetap
benar, diperlukan justifikasi perhitungan yang dikenal dengan GDP riel.
Sebaliknya, GDP tanpa memperhatikan faktor harga disebut dengan GDP
nominal. GDP riel digunakan untuk menjustifikasi adanya pengaruh
perubahan harga. Cara perhitungan GDP riel adalah dengan membagi GDP
nominal dengan tingkat harga. Dengan kata lain, GDP nominal adalah nilai
barang dan jasa yang dihitung pada harga tahun tertentu (tahun berjalan).
Sedangkan GDP riel adalah nilai barang dan jasa yang dihitung pada harga
tahun dasar (tingkat harga). Tingkat harga mengukur rata-rata harga
barang dan jasa sebuah perekonomian. Secara matematika dapat ditulis
sebagai berikut.
GDP riel =GDP nominal
Tingkat harga
Dalam konteks Indonesia (berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik) GDP nominal disebut dengan produk domestik bruto (PDB)
atas harga dasar berlaku, sedangkan GDP riel disebut dengan PDB atas
dasar harga konstan. Tingkat harga didapatkan dari hasil survei yang
dilakukan oleh BPS pada pelaku usaha yang memproduksi komoditas
tertentu yang dikenal dengan survei harga produsen. Berikut contoh
sederhana untuk menghitung GDP riel.
Misalkan sebuah perekonomian terdiri dari tiga produk sepatu,
baju dan beras. Tahun 2000 harga ketiga produk tersebut masing-masing
adalah 200 ribu, 100 ribu dan 4 ribu. Secara detail dapat dilihat sebagai
berikut.
6
Tabel 1.1 Contoh Perhitungan GDP nominal Tahun 2000 dan Tahun 2015
Produk
2000 2015
Jumlah Harga
(ribu)
Nilai
(ribu)
Jumlah Harga
(ribu)
Nilai
(ribu)
Sapatu 20 200 4000 25 250 6250
Baju 30 100 3000 35 125 4375
Tas 30 4 120 30 10 300
Total 7.120 10.925
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa GDP nominal tahun 2015
sebesar 10.925 ribu yang tentunya lebih besar (53%) dari GDP tahun 2000.
Namun demikian GDP tahun 2015 bukanlah GDP riel karena terdapat
perbedaan harga. Selanjutnya cara untuk menghitung GDP riel adalah
dengan mengalikan kuantitas pada tahun 2015 dengan harga pada tahun
2015 yang telah disesuaikan dengan kenaikan harga secara umum.
Misalkan harga tahun 2015 yang sudah disesuaiakan dengan tahun 2000
tampak seperti dalam tabel 1.2. Justifikasi harga ini dilakukan oleh
institusi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik Perhitungan ini
mengasumsikan bahwa tahun dasar perhitungan adalah tahun 2000.
Perhitungan detail dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1.2 Contoh Perhitungan GDP Riel Tahun 2015 berdasarkan Tahun
Dasar 2000
Produk
2000 2015
Jumlah Harga
(ribu)
Nilai
(ribu)
Jumlah Harga
(ribu)
Nilai
(ribu)
Sapatu 20 200 4000 25 230 5750
Baju 30 100 3000 35 120 4200
Tas 30 4 120 30 7 210
Total 7.120 10.160
Penilaiaian angka riel dilakukan dengan menyamakan harga tahun 2015
dengan harga tahun 2000, sehingga didapatkan GDP tahun 2015 sebesar
Rp 10.160. Dengan demikian didapatkan bahwa pertumbuhan ekonomi
sebesar 42,7%.
7
GDP Deflator
Dari formulasi di atas, sebenarnya dapat diketahui bahwa tingkat
harga merupakan rasio antara GDP nominal dengan GDP riel. Jika
memang demikian tingkat harga sama dengan GDP deflator yang
merupakan hasil bagi GDP nominal dengan GDP riel dikalikan dengan
100, atau diformulasikan sebagai berikut.
GDP deflator (tingkat harga) = GDP nominalGDP riel x 100
Mengapa GDP deflator sama dengan tingkat harga? Bayangkan
jika harga barang dan jasa meningkat sedangkan jumlah produksi tetap.
Dalam hal ini pendapatan nominal akan meningkat akan tetapi pendapatan
riel adalah tetap. Maka GDP deflator akan meningkat.
Kenyataannya baik harga dan produksi meningkat setiap tahun,
akan tetapi peningkatan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
peningkatan produksi, menyebabkan GDP nominal lebih tinggi
dibandingkan dengan GDP riel dan semakin tinggi juga GDP deflator.
Cara lain untuk menghitung pendapat riel adalah dengan cara
mengalikan jumlah barang X pada tahun ini dengan harga pada tahun dasar
(tahun yang digunakan sebagai acuan perhitungan) ditambah dengan
jumlah barang Y pada tahun ini dikalikan dengan harga barang lain pada
tahun dasar, dan seterusnya.
Secara sederhana kita dapat memahami bahwa pendapatan
seseorang tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan dengan 20 tahun lalu.
Misalkan pendapatan seseorang tahun 1995 adalah Rp 250.000 perbulan,
sedangkan pendapatan seseoarang tahun 2015 adalah Rp 3.000.000. Hal
ini berarti selama 20 tahun terdapat peningkatan pendapatan seseorang
sebesar Rp 2.750.000 atau meningkat sebesar 500%. Apakah logika ini
benar?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, perlu diketahui
pendapatan riel masing-masing tahunnya. Misalkan pendapatan riel tahun
2015 sebesar Rp 2.800.000,-
8
Tabel 1.3 Contoh Pendapatan Nominal dan GDP riel Tahun 1995 dan
Tahun 2015
1995 2015
Pendapatan nominal Rp 250.000 Rp 3.000.000
Pendapatan riel (Harga
konstan 1995)
Rp 250.000 Rp 2.800.000
dan dicari deflatornya.
deflator =Pendaptan nominal
pendapatan riel x 100
1995 2015
Deflator Rp 250.000/ Rp 250.000
= 100
Rp 3.000.000/ Rp 2.800.000
= 107
Berdasarkan deflator tersebut, kita dapat menghitung peningkatan tingkat
pendapatan
Peningkatan tingkat pendapatan =(107−100)
100 x 100
= 7%.
Artinya selama 20 tahun terjadi peningkatan pendapatan sebesar 7%.
GDP Perkapita
Seperti kita ketahui, pendapatan seseorang dalam suatu negara selama
setahun disebut dengan pendapatan perkapita. Dalam istilah ekonomi
disebut gross domestic produk (GDP). Bagaimana pendapatan perkapita
tersebut dihitung? faktor-faktor apa yang menyebabkan meningkatnya
pendapatan perkapita tersebut? secara sederhana didefinisikan bahwa
pendapatan perkapita diturunkan dari total pendapatan negara
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Selanjutnya apa yang dimaksud
dengan total pendapatan negara. Total pendapatan negara dihitung
dengan mengalikan kuantitas faktor produksi dengan nilai faktor produksi.
GDP perkapita dihitung berdasarkan harga konstan. Misalkan Pendapatan
riel negara sebesar 3 milyar sedangkan jumlah penduduk sebesar 200 ribu,
maka GDP perkapita sebesar Rp 15 ribu.
9
GDP potensial
Pada prinsipnya GDP mengukur kinerja ekonomi suatu negara. Namun,
terkadang perekonomian dapat memproduksi di atas kapasitasnya, atau
yang disebut dengan GDP potensial. Ini dapat terjadi jika faktor produksi
(tenaga kerja, mesin, dll) dapat memproduksi pada kondisi lebih dari rata-
ratanya). Maksudnya, tenaga kerja dapat dioperasikan berdasarkan
kapasitasnya.
Dalam ilmu ekonomi, peningkatan pendapatan yang mencolok disebut
boom, sedangkan penurunannya disebut recession, resesi. Penurunan yang
sangat dalam disebut depresi. Indonesia pernah mengalami depresi pada
tahun 1997/1998. Pada saat perekonomian mengalami resesi, perekonomi
beroperasi di bawah GDP potensialnya. Pada saat itu, pengangguran sangat
tinggi dan mesin-mesin tidak digunakan berdasarkan kapasitanya.
1.2.2 Tingkat Pengangguran
Tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan pendapatan
nasional, dan dalam jangka panjang adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Namun demikian, perekonomian tidak selamanya berjalan linear,
artinya pertumbuhan ekonomi tidak selamanya meningkat. Ada kalanya
perekonomian mengalami guncangan (economy shocking) yang
diakibatkan oleh variabel-variabel di dalamnya. Pada saat perekonomian
mengalami penurunan, pada saat itu pengangguran muncul. Pengangguran
merupakan penggunaan sumberdaya yang tidak sempurna. Tenaga kerja,
yang seharusnya bekerja, menjadi tidak bekerja. Jika seseorang tidak
bekerja dalam waktu yang relatif lama, maka yang bersangkutan akan
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Dalam pandangan yang lebih luas, jika seseorang menganggur,
maka sesorang tersebut akan menjadi beban orang lain (keluarga atau yang
menanggung kebutuhan hidupnya). Akibatanya, muncullah tingkat
kemiskinan dalam keluarga, karena standar hidup yang bersangkutan lebih
rendah dibandingkan standar kemiskinan. Dan dalam skala negara, maka
pengangguran merupakan beban yang harus ditanggung oleh negara. Oleh
karenanya, pengangguran merupakan permasalahan dalam perekonomian
makro.
10
Definisi Pengangguran
Perdefinisi, pengangguran adalah banyaknya orang yang mencari
pekerjaan pada saat usia kerja akan tetapi belum mendapatkan pekerjaan.
Seseorang dikatakan menganggur ketika orang pada usia kerja (18-55)
yang sedang mencari pekerjaan dan tidak dapat menemukannya. Dengan
kata lain, sesorang yang pada usia kerja akan tetapi pada saat tersebut (saat
dilakukan survey) tidak mencari kerja dikatakan tidak mengganggur.
Misalkan saja, orang yang sedang cuti dalam waktu tertentu. Kondisi
menyebabkan tingkat pengangguran cenderung tidak tetap (bergerak) dari
waktu ke waktu.
Secara umum, ahli ekonomi mengkategorikan pengangguran
menjadi tiga, yaitu pengangguran friksional, structural dan
pengangguran siklis. Seseorang dikatakan menganggur sacara friksi jika
(1) dia keluar dari pekerjaan yang sekarang dan belum mencari yang baru,
(2) belum bekerja pada saat usianya masuk angkatan kerja. Selanjutnya
pengangguran structural adalah pengangguran yang disebabkan karena
pengurangan tenaga kerja oleh perusahaan/tempat bekerja secara permanen
(tidak pasti kapan akan bekerja lagi). Biasanya, individu yang mengalami
pengangguran structural memiliki waktu tunggu lebih lama dibandingkan
dengan pengangguran friksional. Pengangguran siklikal adalah
pengangguran yang terjadi karena perekonomian mengalami masa sulit.
Ketiga jenis pengangguran ini dapat secara bersama-sama atau terpisah.
Misalnya orang yang masuk usia kerja pada ekonomi sulit, maka
penganggurannya berupa penganggura friksional dan juga siklis.
Pengkategorian jenis pengangguran ini akan bermanfaat dalam
menjelaskan perekonomian. Misalnya ekonomi beroperasi pada tenaga
keja penuh, artinya tidak ada pengangguran dalam perekonomian tersebut
(meskipun dalam kenyataannya terdapat pengangguran sebesar 3-7%).
Hal ini terjadi karena adanya pengangguran structural dan friksional.
Sedangkan jika terdapat pengangguran siklis, maka perekonomian dalam
kondisi resesi (yang merupakan bahasan utama ekonomi makro).
Biasanya, pengangguran dihitung dengan persentase. Sehingga
pengangguran merupakan rasio orang yang tidak bekerja dengan angkatan
kerja. Atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
Tingkat pengangguran = Jumlah orang yang menganggur
angkatan kerja
Ekonomi belajar bagaimana bagaimana hubungan antara kinerja
perekonomian dengan tingkat pengangguran. Pada tahun 1997/1998 saat
terjadi krisis ekonomi, tingkat pengangguran mengalami peningkatan. Hal
11
ini logis karena perusahaan tidak dapat mengoperasikan faktor
produksinya secara optimal, karenanya muncullah pemutusan hubungan
kerja yang menyebabkan pengangguran.
Tabel 1.4 Pengangguran terbuka di Perkotaan dan Perdesaan tahun 1976-
2000
Sumber: Dhanani, 2004 diambil dari data Sakernas, BPS.
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tahun 1998-
2000 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
membuktikan bahwa adanya krisis menyebabkan perusahaan tidak dapat
mengoperasikan sumberdaya manusia secara optimal dan akibatnya terjadi
pemutusan hubungan tenaga kerja.
1.2.3 Inflasi Tahun 1995 satu liter bensin seharga Rp 700, dua puluh tahun
setelah itu, 2015, harga bensin per liter seharga Rp 7.400. Dilihat secara
nominal, selama 20 tahun terjadi peningkatan harga sebesar Rp 6.700.
Namun demikian, kenaikan harga bensin saja bukan merupakan inflasi. Karena bensin hanya merupakan salah satu produk dalam perekonomian
Indonesia. Sedangkan inflasi merupakan kenaikan harga barang secara
umum (keseluruhan).
Dalam contoh di atas, jika kenaikan bensin selama dua puluh tahun
sebesar Rp 6.700 (naik > 900%) diikuti dengan kenaikan harga barang lain
dengan persentase yang sama, maka perhitungan tingkat inflasi menjadi
mudah. Namun, dalam kenyataan kenaikan bensin dan kenaikan harga
barang lain tidaklah sama. Misalkan kenaikan harga beras sebesar 500%,
kenaikan harga pupuk sebesar 300% dan sebagainya. Oleh karenanya perlu
ada satu ukuran standar untuk menghitungnya. Ukuran tersebut dapat
didekati dengan kemampuan untuk membayar pelaku pasar atau dikenal
dengan istilah tingkat harga (price level). Misalkan, harga barang tahun
1995 sebesar Rp 150.000 dan harga barang tahun 2005 sebesar Rp 200.000,
maka kita bilang tingkat harga tahun 1995 adalah 100 dan tingkat harga
Tahun Perkotaan Perdesaan Total
1976-1979 6,4 1,7 2,5
1986-1989 7,1 7,1 2,7
1990-1993 5,7 1,5 2,7
1994-1997 8,2 2,9 4,6
1998-2000 9,7 3,7 6,0
12
barang mengalami kenaikan sebesar 33.33% atau tingkat harga menjadi
133.
Tingkat harga dikenal juga dengan istilah indeks harga. Indeks
harga pada tahun dasar perhitungan adalah sebesar 100. Untuk
mengetahui indeks harga tahun yang lain dilakukan dengan membagi
tingkat harga pada tahun tersebut dengan harga pada tingkat harga pada
tahun dasar dikalikan dengan 100. Sehingga indeks harga (price index)
merupakan rasio tingkat harga pada tahun tertentu dengan tingkat harga
pada tahun dasar.
Indek Harga Konsumen (IHK)
Untuk mengetahui indeks harga barang, Badan Pusat Statistik telah
melakukan sebuah survei yang dikenal dengan istilah survei harga
konsumen. Survei ini dilakukan terhadap penyedia barang akhir yang
dikonsumsi oleh konsumen yaitu pedagangan eceran, rumah tangga
(untuk mengetahui upah pembantu), dokter dan sebagainya. Survei ini
dilakukan di di 82 kota besar di Indonesia (termasuk 33 propinsi). Survei
tersebut meliputi 225-462 barang dan jasa yang ada di Indonesia yang
dikelompokkan menjadi tujuh kelompok barang yaitu tujuh kelompok
pengeluaran yaitu: bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; sandang;
kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; serta transpor, komunikasi
dan jasa keuangan. Jumlah sampel yang dikumpulkan sebanyak 3-4
sampel pada masing-masing kelompok barang.
Indeks harga konsumen merupakan ukuran untuk mengetahui rata-rata
harga barang secara umum pada periode tertentu. Secara matematis dapat
diformulasikan sebagai berikut.
Indeks harga konsumen = Pengeluaran tahun tertentu
pengeluaran tahun dasar 𝑥 100
Satuan indeks harga konsumen bukanlah rupiah atau satuan lain,
melainkan perubahan harga dari waktu ke waktu. Kita tidak bisa
menggunakan IHK untuk mengukur tingkat harga yang dirasakan, hanya
bisa mengukur berapa perubahan harga dari waktu ke waktu.
Menggunakan Indeks Harga untuk menghitung Inflasi
Setelah kita mendapatkan indeks harga konsumen yang didapatkan
dari data BPS kita punya kesempatan untuk menghitung inflasi. Inflasi
dihitung dengan rasio antara indeks selesih indeks harga konsumen dua
periode dengan indeks harga konsumen periode sebelumnya. Di Indonesia
13
survei harga konsumen dilakukan setiap bulan. Berikut data indeks harga
konsumen yang dikeluarkan BPS dari tahun 2005-2014.
Tabel 1.5 Indeks Harga Konsumen dan Inflasi 2013
Sumber : BPS, 2015
IHK Desember 2012 sebesar 135.39
Menghitung Nilai Uang dengan Indeks Harga Konsumen dari Periode
ke Periode
Misalkan Anda bekerja dan mendapatkan gaji. Selanjutnya gaji Anda
sebesar Rp 3 juta. Nominal gaji itu jelas jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan gaji orang tua anda pada dua puluh tahun yang lalu yang hanya 500
ribu. Namun, harga barang dua puluh tahun yang lalu lebih rendah
dibandingkan sekarang. Bagaimanakah nilai uang (gaji) sekarang
dibandingkan dengan dua puluh tahun yang lalu? Apakah pendapatan anda
lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan dua puluh tahun lalu?
Kita dapat menghitung nilai uang tersebut dan membandingkannya dengan
nilai sekarang dengan indeks harga konsumen tersebut. Formulasi yang
digunakan adalah.
Nilai uang (gaji) sekarang = 𝐼𝐻𝐾 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2014
𝐼𝐻𝐾 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 1995 x Nominal uang tahun 1995
Bulan IHK Inflasi (%)
Januari 136.88 1.10
Februari 137.91 0.75
Maret 138.78 0.63
April 138.64 -0.10
Mei 138.6 -0.03
Juni 140.03 1.03
Juli 144.63 3.29
Agustus 146.25 1.12
September 145.74 -0.35
Oktober 145.87 0.09
November 146.04 0.12
Desember 146.84 0.55
Total 8.20
14
Indeks Harga Produsen
Kita sudah mengenal GDP deflator, indeks harga konsumen (IHK) untuk
mengukur adanya perubahan harga dari periode ke periode lain dengan
pendekatan harga konsumen. Terdapat metode lain untuk mengukur efek
harga dari waktu ke waktu yaitu indeks harga produsen. Metode ini
memiliki prinsip yang sama dengan indeks harga konsumen, namun
dengan pendekatan harga pada tingkat perusahaan (produsen).
Indeks harga produsen ini ditentukan berdasarkan survei yang dilakukan
oleh BPS ke sejumlah produsen. Indeks harga produsen dapat digunakan
untuk mengetahui perbedaan nilai suatu produk dari periode ke periode
akan tetapi dari sisi produsen.
1.3 Rangkuman
Tiga permasalahan utama ekonomi makro adalah pertumbuhan ekonomi
yang rendah, pengangguran yang tinggi dan inflasi yang tinggi. Tiga
permasalahan tersebut saling terkait yang muncul akibat baik dari dalam
negeri maupun luar negeri. Pertumbuhan ekonomi yang rendah merupakan
akibat dari perekonomian yang tidak berjalan pada kapasitas optimalnya.
Hal ini menyebabkan timbulnya pengangguran. Adanya pengangguran
menyebabkan barang tidak terproduksi sesuai dengan keinginan pasar
yang menyebabkan adanya inflasi.
Untuk keakuratan, permasalahan perekonomian tersebut diukur dengan
alat analisis dengan data yang biasanya disediakan lembaga resmi
pemerintah seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, dan lainnya.
Pertumbuhan ekonomi diukur dengan rasio antara selisih pendapatan
nasional tahun sekarang dengan tahun sebelumnya dibagi dengan tahun
sebelumnya dikalikan 100. Pengangguran diukur dengan jumlah orang
yang menganggur dibagi dengan ankatan kerja dikalikan 100, sedangkan
inflasi diukur dengan selisih indeks harga tahun tertentu dikurangi tahun
sebelumnya dibagi dengan tahun sebelumnya dikalikan 100.
Istilah-istilah Penting
Inflasi Indeks harga produsen
Indeks harga konsumen GDP deflator
GDP riil GDP nominal
GDP potensial GDP perkapita
Tingkat pengangguran Resesi
Boom Deflasi
Pengangguran struktural Pengangguran siklis
Pengangguran friksional
15
1.4 Latihan Soal
Pertanyaan Jawaban Pendek
1. Tiga permasalahan utama yang dibahas dalam ekonomi makro
adalah…….
2. Pengukuran output (GDP) yang diukur dengan memasukkan harga
berlaku disebut dengan ……..
3. GDP yang diukur dengan mengeluarkan factor harga (diukur dengan
harga konstan) disebut dengan ……
4. Rasio antara harga pada tahun tertentu dengan harga yang telah
ditentukan (tahun dasar) dikalikan dengan 100 disebut dengan…..
5. Terdapat kategori pengangguran
yaitu……………………………………….
6. Apakah hubungan pertumbuhan GDP riel dengan tingkat
pengangguran?
7. Kondisi perekonomian (output) dimana faktor produksi bekerja sesuai
dengan kapasitasnya disebut dengan………….
Pertanyaan Jawaban Benar atau Salah
1. Permasalah utama ekonomi makro adalah masalah rendahanya
pendapatan nasional saja.
2. Jika GDP nominal adalah Rp 1000 dan GDP riel adalah Rp 900,
maka GDP deflator adalah Rp 111.
3. Jika GDP riel sama dengan GDP potensial, maka perekonomian
berada dalam kondisi tenaga kerja penuh atau tidak ada pengangguran.
4. GDP perkapita adalah GDP yang diterima masing-masing warga
negara.
5. Kenaikan harga barang tertentu saja disebut dengan inflasi.
6. Pertumbuhan ekonomi merupakan rasio antara selisih GDP periode
tertentu dengan periode sebelumnya dibagi dengan GDP periode
sebelumnya dikalikan 100.
---ooo---
205
DAFTAR BACAAN
Boediono, 2001, Ekonomi Makro Edisi 4: Seri Sinopsis-Pengantar Ilmu
Ekonomi No.2, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Dhanani S., 2004, Unemployment and Underemployment in Indonesia,
1976-2000:Paradox and Issue, International Labor Organization 2004.
Diulio, E. 1998, Theory and Problems of Macroeconomics: Third Edition,
Mc.Graw-Hill, London.
Hubbard, R.G., O’Brien, A. P., 2015, Economics Fifth edition,
PearsonNew York.
Mankiw, N.G., 2003, Macroeconomics, Fifth Edition, Worth Publisher,
New York.
Ricardo, D., 2004, The Principles of Political Economy and Taxation
originally was published in 1911, New York.
Simorangkir, I, dan Suseno, 2004, Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar: Seri
Kebanksentralan No.12. Bank Indonesia, Jakarta.
Smith, A., 2003, The Wealth of Nations Originally was published in 1776,
Bantam Dell, New York
Stiglitz, J.E., 1997, Principles of Macroeconomics:Second Edition, W.W.
Norton & Company, New York.
Sukirno, S., 2013, Makroekonomi-Teori Pengantar:Edisi Ketiga, Rajawali
Press, Jakarta.
Wibowo, R., 2002, Ekonomi Makro: Bahan Matrikulasi Mahasiswa
Pascasarjana (S-2) Program Studi Agribisnis Universitas Jember,
Jember.
206
207
GLOSSARIUM
Angka pengganda (multiplier effect) : efek pengganda dalam
perekonomian karena adanya perubahan variable eksogen.
Apresiasi (appreciation) : nilai tukar mata uang yang mengalami
peningkatan terhadap mata uang lain pada sistem nilai tukar
mengambang.
Average propensisty to consume (APC) : rata-rata kecenderungan untuk
mengkonsumsi.
Backward bending : kondisi di mana kenaikan upah tidak menambah
jumlah tenaga kerja, akan tetapi menurunkan jumlah tenaga kerja.
Boom : kondisi perekonomian yang mengalami peningkatan pendapatan.
Built-in tax : pajak yang besarnya tergantung pada besarnya pendapatan.
Pajak ini dibagi menjadi pajak proporsional, pajak progressif, dan
pajak regressif.
Business cycle : Kondisi pergerakan (naik turunnya) kegiatan
perekonomian dalam jangka panjang.
Celah deflasi : kondisi perekonomian di mana penawaran lebih besar
dibandingkan dengan permintaan.
Celah inflasi : kondisi perekonomian di mana permintaan lebih besar
dibandingkan penawaran.
Deflasi : adanya penurunan tingkat harga secara umum. Deflasi merupakan
kebalikan inflasi.
Depresi: kondisi perekonomian yang mengalami penurunan pendapatan
secara besar-besaran.
Depresiasi (deppeciation) : nilai tukat mata uang yang mengalami
penurunan terhadap mata uang lain pada sistem nilai tukar
mengambang.
Devaluasi (devaluation) : nilai tukar mata uang yang mengalami
penurunan terhadap mata uang lain pada sistem nilai tukar tetap.
Ekonomi pasar (market economies) : perekonomian yang didasarkan pada
kekuatan permintaan dan penawaran.
Ekonomi sentralistik (central economies) : perekonomian yang didasarkan
pada kekuatan pemerintah dalam mengatur perekonomian.
Ekspor (export) : kegiatan transaksi menjual barang ke luar negeri.
GDP deflator : rasio antara GDP nominal dengan GDP riel.
GDP nominal : GDP yang dhitung berdasarkan tahun berlaku (tahun
sekarang).
208
GDP perkapita : merupakan GDP yang didadapatkan oleh masing-masing
penduduk suatu negara dalam setahu, dengan kata lain GDP nominal
atau GDP riel dibagi jumlah pendusuk.
GDP potensial : GDP pada saat faktor produksi mencapai kapasitas
maksimalnya.
GDP riil : GDP yang dihitung dengan mengasumsikan harga konstan, atau
dengan kata lain GDP riel didapatkan dengan membagi GDP
nominal dengan tingkat harga.
Impor (import) : kegiatan transaksi membeli barang dari luar negeri.
Indeks harga konsumen: efek harga dari waktu ke waktu yang dihitung
dari pengeluaran konsumen dengan membandingkan pengeluaran
tahun tertentu dibagi dengan tahun dasar dikalikan 100.
Indeks harga produsen : Efek harga dari waktu ke waktu yang diukur
dengan pengeluaran produsen untuk membeli suatu barang dengan
membandingkan pembelian tahun tertentu dibandingkan dengan
pembelian tahun dasar.
Inflasi (inflation) : Kenaikan harga barang secara umum yang dihitung
dengan persentase.
Investasi : merupakan besarnya investasi dalam perekonomian. Menurut
Keynes investasi bersifat eksogen, sedangkan menurut golongan
klasik investasi sangat terkait dengan tingkat suku bunga dengan
hubungan terbalik.
Investasi yang sensitive pada tingkat suku bunga (interest-sensitive
investment spending)
Kebijakan fiskal (fiscal policy): kebijakan yang dilakukan pemerintah
dengan mempengaruhi instrument-instrumen fiskal seperti
pengeluaran pemerintah, investasi.
Kebijakan moneter (moneter policy):kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dengan mempengaruhi instrument keuangan seperti
jumlah uang yang beredar.
Kemiringan (slope) LM : kemiringan antara jumlah uang yang diminta
atau ditawarkan dengan tingkat suku bunga.
Keseimbangan model full-employment: keseimbangan perekonomian pada
saat tenaga kerja beroperasi pada kondisi penuh (tidak ada
pengangguran).
Konsumsi : merupakan besarnya konsumsi barang yang dipengaruhi oleh
pendapatan. Semakin tinggi pendapatan maka konsumsi juga
semakin tinggi.
Kurva LM : kurva yang menghubungkan antara tingkat suku bunga dengan
uang.
209
Kurva Philips : Kurva yang menggambarkan hubungan antara kenaikan
harga dan pengangguran dengan hubungan negative.
Likudiitas (liquidity) : kecepatan uang untuk dapat digunakan
Marginal propensity to consume (MPC) : tambahan kecenderungan untuk
mengkonsumsi dengan berubahnya pendapatan.
Market-socialism : perekonomian yang menggabungkan antara
perekonomian pasar dan kekuatan pemerintah.
Mazab Klasik Baru: mazhab klasik yang telah diperbaharui.
Mazhab Ekspektasi rasional.
Mazhab Keynes : mazhab perekonomian yang menekankan pada perlunya
peran pemerintah dalam keseimbangan perekonomian.
Mazhab Keynes Baru: mazhab Keynes yang telah diperbaharui.
Mazhab klasik : mazhab perekonomian yang menekankan pada
keseimbangan permintaan dan penawaran.
Mundel-flemming theory : teori yang mengatakan bahwa modal (capital)
dapat dipertukarkan dengan sempurna.
Nilai mata uang (exchange rate) : nilai tukar mata uang suatu negara yang
diukur dengan mata uang negara lain.
Pajak lump-sum (lump-sum tax) : pajak yang besarnya tidak tergantung
besarnya pendapatan.
Pajak progresif (progressive tax): pajak yang besarnya meningkat dengan
meningkatnya pendapatan.
Pajak proporsional (proporsional tax): pajak yang besar persentasinya
sama saja meskipun terdapat kenaikan pendapatan.
Pajak proporsional : pajak yang besarnya ditentukan besarnya pendapatan.
Pajak regresif (regressive tax) : pajak yang besar persentasenya semakin
menurun dengan bertambahnya pendapatan.
Pajak tidak langsung (indirect tax) : pajak yang dibebankan kepada
konsumen melalui perusahaan.
Penawaran agregat (aggregate supply): merupakan hubungan antara output
(pada sumbu X) dan harga (pada sumbu Y) yang bersifat positif di
mana semakin tinggi tingkat harga maka output semakin tinggi.
Penawaran agregat menurut aliran neo-klasik: penawaran agregat yang
bersifat vertical.
Penawaran agregat menurut aliran upah tetap (sticky-wage): penawaran
agregat yang bersifat miring ke atas pada saat upah bersifat tetap
dalam waktu tertentu karena adanya sistem kontrak dalam
pengupahan. Setelah kontrak selesai (upah menyesuakan dengan
permintaan dan penawaran) maka penawaran agrgat akan sama
mengelami penyesuaian.
210
Penawaran uang (supply for money) : besarnya uang yang ditawarkan
dalam perekonomian. Besarnya uang bersifat eksogen.
Pendapatan individu siap pakai (disposable income) : pendapatan yang
siap dikonsumsi oleh masing-masing individu penerima pendapatan
tersebut.
Pendapatan Nasional : merupakan pendapatan yang didapatkan oleh
negara dalam setahun.
Pendekatan nilai tambah: perhitungan pendapatan nasional dengan
mendasarkan nilai tambah yang didapatkan pelaku usaha.
Pendekatan Pendapatan: perhitungan pendapatan nasional dengan
mendasarkan pendapatan faktor-faktor produksi seperti upah/gaji,
bunga atas modal, penyusutan dan subsidi.
Pengangguran friksional: pengangguran karena adanya seseorang yang
keluar dari pekerjaan sebelumnya tapi belum mendapatkan
pekerjaan yang baru.
Pengangguran siklis : pengangguran yang timbul karena adanya kondisi
perekonomian secara makro misalnya resesi, inflasi dan seterusnya.
Pengangguran struktural : pengangguran yang ditimbulkan dikarenakan
ada pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan disebabkan alasan
perusahaan.
Pengeluaran pemerintah (government expenditure) : pengeluaran
pemerintah merupakan campur tangan pemerintah dalam
mempengaruhi perekonomian negara melalui belanja.
Pengganda ekspor (export multiplier) : dampak ekspor terhadap
perekonomian.
Pengganda pajak proporsional : Dampak pajak proporsional terhadap
perekonomian (output).
Pengganda pengeluaran pemerintah : Dampak pengeluaran pemerintah
terhadap perekonomian (output).
Perhitungan pendapatan nasional pendekatan output : perhitungan
pendapatan nasional dengan menggunakan output sebagai
ukurannya.
Perhitungan pendapatan nasional pendekatan pengeluaran: perhitungan
pendapatan nasional dengan mendasarkan pengeluaran yang
meliputi konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor
dikurangi impor.
Permintaan (pengeluaran agregat) : merupakan pengeluran yang dilakukan
perekonomian antara lain konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah, ekspor, dan impor.
211
Permintaan uang (demand for money) : jumlah uang yang diminta
masyarakat dalam perekonomian. Besarnya uang yang diminta
tergantung pada motif untuk memegang uang.
Permintaan yang tidak sensitive pada tingkat suku bunga (interest-
insensitive demand for money)
Produk Domestic Bruto (Gross Domestic Product-GDP): merupakan
keseluruhan nilai perekonomian yang ada dalam negara yang
dihitung selama setahun.
Produk marginal tenaga kerja (Marginal product of labor): tambahan
produk karena tambahan tenaga kerja.
Produk nasional bersih (Net national product) : Pendapatan nasional yang
sudah mengeluarkan pendapatan orang asing yang ada di dalam
negeri.
Produk nasional Kotor (Gross national product ) : pendapatan nasional
yang masih termasuk di dalamnya pendapatan orang asing di
Indonesia.
Quasi ekuilibrium : keseimbangan pada sebagian pasar dalam
perekonomian. Misalnya keseimbangan dalam pasar barang saja,
atau keseimbangan pasar uang saja.
Resesi : kondisi perekonomian yang mengalami penurunan pendapatan.
Revaluasi (revaluation) : nilai tukar mata uang yang mengalami
peningkatan terhadap mata uang lain pada sistem nilai tukar tetap.
Sistem mata uang mengambang (flexible exchange rate) : nilai tukar yang
nilainya berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran uang
tersebut.
Sistem mata uang tetap (fixed exchange rate): nilai tukar dengan menjaga
satu mata uang tetap pada nilai tertentu. Misalnya nilai tukar Rupiah
terhadap $US yang ditetapkan oleh pemerintah dengan nilai tertentu.
Soft budget constraint: , talangan yang diberikan pemerintah saat usaha
mengalami kerugian.
Stagflasi : Kondisi perekonomian di mana tidak terjadi kenaikan
pendapatan ataupun penurunan pendapatan.
Tabungan : merupakan besarnya tabungan masyarkat dalam perekonomian
yang besarnya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Dalam
perekonomian sederhana besarnya tabungan berbanding terbalik
dengan konsumsi.
Tingkat pengangguran : persentasi orang yang menganggur dibandingkan
dengan angkatan kerja.
212
Uang simpanan kekayaan (store of value) : besarnya uang yang digunakan
untuk penyimpan kekayaan baik dalam bentuk uang, maupun surat
berharga.
Uang untuk transaksi (transaction demand for money) : besarnya uang
yang digunakan untuk membeli barang dan jasa.
Upah nominal (nominal wage) : upah yang dihitung dalam waktu tertentu.
Upah riel (riel wage) : upah yang telah memperhitungkan pengaruh harga,
atau dengan kata lain upah riel adalah upah nominal dibagi harga.
Variabel eksogen : variable yang bersifat otonom terhadap model,
besarnya pengaruh variabel eksogen tidak secara langsung
berpengaruh pada pendapatan nasional. Misalnya adalah investasi
(I), pengeluaran pemerintah (G), ekspor (E).
Variabel endogen : variabel yang berkaitan langsung dengan pendapatan
nasional, misalnya konsumsi berkaitan langsung dengan pendapatan.
Impor sangat tergantung pada pendapatan dan lainnya.
213
INDEKS
A
Adam Smith, 21, 29, 183, 184
AD-AS, 23, 26, 28, 35, 91, 138,
149, 164, 165, 166, 167, 168,
170, 171, 172, 175, 180
Angka pengganda, 47, 48, 49, 60,
66, 72, 86, 147, 191
Apresiasi, 133, 135, 191
Average propensisty to consume,
48
B
Backward bending, 161, 191
Boom, 11
Built-in tax, 77, 191
Business cycle, 35, 36, 191
D
David Hume, 31, 184
David Ricardo, 21, 79, 184
Deflasi, 11
Demand for money, 112, 124,
195, 196
Depresiasi, 135, 191
Devaluasi, 135, 191
Disposable income, 48
E
Ekonomi pasar, 190, 191
Ekonomi sentralistik, 190, 191
Eksogen, 25, 38, 40, 43, 44, 45,
46, 47, 48, 49, 54, 55, 56, 57,
58, 59, 68, 71, 81, 83, 85, 90,
91, 99, 106, 107, 109, 111,
112, 114, 122, 123, 141, 142,
146, 147, 191, 192, 194, 196
Ekspor, 81, 82, 83, 88, 89, 90,
191
Endogen, 24, 46, 48, 84, 85, 90,
196
F
Full-employment, 27, 35, 45, 117,
119, 120, 154, 155, 157, 160,
162, 167, 168, 180, 192
G
GDP deflator, 4, 11, 12
GDP nominal, 3, 4, 11, 12
GDP perkapita, 6, 11, 12
GDP potensial, 6, 11, 12
GDP riil, 11
Gross Domestik Product, 2, 17,
19
214
I
Impor, 82, 89, 90, 179, 192, 196
Indeks harga konsumen, 9, 11
Indeks harga produsen, 11
Inflasi, 8, 10, 11, 175, 176, 177,
178, 179, 181, 192
Investasi, 44, 48, 49, 58, 67, 83,
95, 123, 167, 192
IS, 23, 25, 26, 28, 35, 91, 92, 93,
94, 95, 96, 97, 98, 99, 100,
101, 102, 103, 114, 115, 116,
117, 118, 119, 120, 121, 122,
123, 124, 126, 127, 132, 133,
134, 135, 137, 138, 139, 142,
145, 147, 164, 165, 167, 168,
169, 173, 174
IS-LM, 23, 25, 26, 28, 35, 91, 92,
114, 115, 116, 118, 122, 123,
124, 126, 132, 133, 134, 137,
138, 139, 145, 147, 164, 168,
169
K
Kebijakan fiskal, 116, 117, 125,
135, 192
Kebijakan moneter, 135, 136,
192
Keynes, 21, 22, 23, 24, 27, 28,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 41, 44, 45, 46, 48, 51, 56,
103, 138, 149, 154, 156, 161,
162, 163, 177, 192, 193
Klasik, 21, 22, 27, 28, 29, 30, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 103, 149,
154, 155, 156, 161, 162, 167,
168, 172, 174, 184, 192, 193
Konsumsi, 39, 48, 50, 56, 57, 61,
85, 192
Kurva Philips, 181, 192
L
Likudiitas, 112, 193
liquidity, 25, 112, 193
LM, 25, 28, 91, 103, 107, 109,
110, 111, 112, 113, 114, 115,
116, 117, 118, 120, 121, 122,
124, 125, 132, 133, 134, 137,
138, 139, 143, 144, 145, 146,
147, 165, 167, 168, 192
M
Marginal propensity to consume,
32, 41, 42, 43, 48, 56, 64, 67,
74, 76, 78, 97, 99, 102
Marginal propensity to saving,
48
Market-socialism, 190, 193
Marx, 185
Mata uang, 21, 33, 126, 127, 128,
129, 130, 131, 132, 133, 134,
135, 136, 137, 180, 182, 191,
193, 195
MPC, 32, 41, 42, 43, 48, 51, 64,
65, 67, 97, 98, 102, 193
multiplier effect, 32, 47, 48, 51,
191
Mundell-flemming theory, 135
O
outonomous, 48
215
P
Pajak proporsional, 55, 67, 68,
72, 73, 74, 76, 77, 78, 86, 191,
194
Pajak proporsional, 54, 66, 77,
193
Pajak tidak langsung, 19, 193
Penawaran agregat, 161, 193
Penawaran tenaga kerja, 153,
161
Penawaran uang, 106, 108, 111,
112, 146, 147, 194
Pendapatan individu siap pakai
(disposable income), 19, 194
Pendapatan Nasional, 2, 13, 16,
18, 19, 32, 194
Pendekatan nilai tambah, 19, 194
Pendekatan output, 19
Pendekatan Pendapatan, 14, 19,
194
Pendekatan pengeluaran, 19
Pengangguran, 6, 7, 8, 11, 175,
178, 181, 194
Pengangguran friksional, 11
Pengangguran siklis, 11
Pengangguran struktural, 11
Pengeluaran agregat, 21, 34, 37,
48, 57, 84, 195
Pengeluaran pemerintah, 13, 20,
21, 25, 26, 32, 34, 37, 40, 51,
55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 63,
64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72,
74, 75, 76, 77, 78, 83, 85, 86,
87, 88, 89, 90, 95, 116, 117,
118, 119, 124, 125, 132, 133,
136, 137, 141, 147, 167, 175,
176, 177, 178, 179, 181, 182,
192, 194, 195, 196
Perekonomian terbuka, 79, 89
Perencanaan terpusat, 186, 190
Permintaan tenaga kerja, 161,
166
Permintaan uang, 103, 104, 105,
112, 195
Produk marginal tenaga kerja,
161, 195
Produk nasional bersih, 17, 19,
195
Produk nasional kotor (Gross
National Product ), 19
R
Resesi, 11
Revaluasi, 135, 195
S
Slope, 40, 41, 43, 91, 97, 101,
111, 112, 113, 118, 121, 146,
161, 192
Soft budget constraint, 190, 195
Stagflasi, 179, 181, 195
Sticky-wage, 154, 161, 167, 177,
193
Store of value, 25, 103, 104, 112,
196
suku bunga, 2, 16, 17, 25, 28, 29,
32, 34, 53, 80, 91, 92, 93, 94,
95, 96, 97, 99, 100, 101, 102,
103, 104, 105, 106, 107, 108,
109, 110, 111, 112, 113, 114,
115, 116, 117, 118, 119, 120,
121, 122, 123, 124, 125, 131,
132, 133, 134, 135, 136, 137,
139, 141, 145, 146, 147, 166,
168, 192, 195
Supply for money, 112, 194
T
216
Tabungan, 39, 48, 195
Tingkat pengangguran, 8, 11
U
Uang simpanan kekayaan, 112,
196
Upah nominal, 161, 196
Upah riel, 151, 161, 196
W
William Pretty, 184
217