sejarah bani abbasiyah

44
A. Pengantar Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’ . Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani

Upload: nuryantiridwan

Post on 01-Jul-2015

2.026 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: sejarah bani abbasiyah

A. Pengantar

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan

Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden

Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak

kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan

kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai

cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan

banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke

bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan

cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan

berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu

pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani

Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai

hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan

oleh Daulah Bani Umayah yang besar.

Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi

banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan

bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-

kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para

Page 2: sejarah bani abbasiyah

pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-

pelanggaran terhadap ajaran Islam.

Di antara kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan

yang dibuat adalah :

1. Politik kepegawaian didasarkan pada klan, golongan,

suku, kaum dan kawan.

2. Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut-

pengikut Ali RA pada khususnya dan terhadap Bani

Hasyim pada umumnya.

3. Penganggapan rendah terhadap kaum muslimin yang

bukan bangsa Arab, sehingga mereka tidak diberi

kesempatan dalam pemerintahan.

4. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi

manusia dengan cara yang terang-terangan. [1]

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan

kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz

(717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan

memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga

Syiah.[2] Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang

Page 3: sejarah bani abbasiyah

ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan

bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk

menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah

Abbasiyah. Gerakan ini didahului oleh keturunan Bani

Abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad

serta Ibrahim.[3]

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin

Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu

fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan

pertempuran.[4] Selama Imam Muhammad masih hidup

gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke

seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang

banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa

ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada

mulanya mendukung Daulah Umayah Setelah Imam

Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim,

pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah

Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan

rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani.

Page 4: sejarah bani abbasiyah

Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan

rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan

cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan

akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan

Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan

gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah

dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan

Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan

melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga

Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan

II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu

sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah

atau As-Saffar.[5] Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah

132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II

di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah

Abbasiyah.

Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta

kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru

berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan

Page 5: sejarah bani abbasiyah

Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun

kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu

di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil

mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan

nama kekhalifahan Andalusia [6]

B. Tiga Dinasti dalam Daulah Abbasiyah

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah

menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan

Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah

pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar

Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat

pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian

akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai

dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal

dengan nama Daulah Abbasiyah.

Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki

kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti

yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para

bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah

Page 6: sejarah bani abbasiyah

dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak

belian serta istri peliharaan (harem). Kehidupan lebih

cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang

mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Namun tidak

dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni

yang tinggi serta taat beragama. Tidak berlebihan kalau

dikatakan bahwa Daulah Abbasiyah mengalami

pergeseran dalam mengembangkan pemerintahan.

Sehingga dapatlah dikelompokkan masa Daulah

Abbasiyah menjadi lima periode sehubungan dengan

corak pemerintahan. Sedangkan menurut asal usul

penguasa selama masa 508 tahun Daulah Abbasiyah

mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani

Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk, seperti tersebut di

bawah ini. Kenyataan itu menunjukkan bahwa masa

pemerintahan itu diwarnai oleh intrik istana maupun

perebutan kekuasaan secara internal. [7]

a. Bani Abbas (750-932 M)

1. Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M)

Page 7: sejarah bani abbasiyah

2. Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M)

3. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)

4. Khalifah Al-Hadi (785-786 M)

5. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)

6. Khalifah Al-Amin (809-813 M)

7. Khalifah Al-Makmun (813-833 M)

8. Khalifah Al-Muktasim (833-842 M)

9. Khalifah Al-Wasiq (842-847 M)

10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)

11. Khalifah Al-Muntasir (861-862 M)

12. Khalifah Al-Mustain (862-866 M)

13. Khalifah Al-Muktazz (866-869 M)

14. Khalifah Al-Muhtadi (869-870 M)

15. Khalifah Al-Muktamid (870-892 M)

16. Khalifah Al-Muktadid (892-902 M)

17. Khalifah Al-Muktafi (902-908 M)

18. Khalifah Al-Muktadir (908-932 M)

b. Bani Buwaihi (932-1075 M)

19. Khalifah Al-Kahir (932-934 M)

Page 8: sejarah bani abbasiyah

20. Khalifah Ar-Radi (934-940 M)

21. Khalifah Al-Mustaqi (940-944 M)

22. Khalifah Al-Muktakfi (944-946 M)

23. Khalifah Al-Mufi (946-974 M)

24. Khalifah At-Tai (974-991 M)

25. Khalifah Al-Kadir (991-1031 M)

26. Khalifah Al-Kasim (1031-1075 M)

c. Bani Saljuk (1075-1258 M)

27. Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M)

28. Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)

29. Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M)

30. Khalifah Ar-Rasyid (1135-1136 M)

31. Khalifah Al-Mustafi (1136-1160 M)

32. Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M)

33. Khalifah Al-Mustadi (1170-1180 M)

34. Khalifah An-Nasir (1180-1224 M)

35. Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M)

36. Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)

37. Khalifah Al-Muktasim (1242-1258 M)

Page 9: sejarah bani abbasiyah

C. Periodisasi dalam Daulah Abbasiyah

a. Periode pertama (750-847 M)

Diawali dengan tangan besi

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendiri

dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abu Abbas As-Safah.

Di awal pemerintahannya untuk mengukuhkan eksistensi

kekhalifahan Daulah Abbasiyah, maka Abu Abbas

menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup tegas,

kebijakan itu adalah memusnahkan anggota keluarga

daulah Bani Umayah, serta menggunakan suatu agen

rahasia yang berfungsi untuk mengawasi gerak dan gerik

keturunan Bani Umayah, bila perlu membunuhnya.

Koordinator pelenyapan keluarga Bani Umayah itu

diserahkan kepada Abdullah pamannya Abu Abbas.[8]

Perlakuan kejam itu tidak hanya kepada orang-orang

Umayah yang masih hidup, melainkan juga kepada

mereka yang sudah meninggal, dengan cara

mengeluarkan jenazah mereka dan membakarnya.

Sedangkan makam yang tidak digali, adalah makam

Page 10: sejarah bani abbasiyah

Muawiyah bin Abi Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz.[9]

Sehingga akhirnya menimbulkan banyak pemberontakan,

namun pemberontakan-pemberontakan yang ada dapat

dipatahkan oleh Abu Abbas. Setelah Abu Abbas

meninggal dia diganti oleh Abu Jakfar Al-Mansur (754-

775 M)

         Abu Jakfar Al-Mansur adalah Khalifah Daulah

Abbasiyah yang dikenal paling kejam. Namun dialah

yang paling berjasa dalam mengkonsolidasikan dinasti

Abbasiyah sehingga menjadi kuat dan kokoh, dia

meletakkan dasar-dasar pemerintahan bani Abbasiyah dan

tidak-segan-segan melakukan tindakan tegas kepada

pihak-pihak yang mengganggu pemerintahannya.[10]

           Untuk menunjang langkah menuju masa kejayaan

beberapa kebijakan penting yang diambil oleh Al-Mansur

yaitu memindahkan ibukota dari Kuffah ke Baghdad,

sebuah kota indah yang terdapat di tepi aliran sungai

Tigris dan Eufrat. Sementara itu perbaikan juga dilakukan

di bidang administrasi pemerintahan yang disusun secara

Page 11: sejarah bani abbasiyah

baik dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan

pemerintah diperketat. Petugas pos-pos komunikasi dan

surat-menyurat ditingkatkan fungsinya menjadi lembaga

pengawas terhadap para gubernur. Hal ini dilakukan

untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gerakan

separatis dan pemberontakan. Tak urung gejala

pemberontakan itu memang muncul di mana-mana,

misalnya beberapa daerah taklukan melepaskan diri.

Namun demikian pemberontakan-pemberontakan yang

ada dapat dipatahkan oleh Khalifah Abu Jakfar Al-

Mansur. Selain itu salah satu kebijakan Al-Mansur adalah

melakukan invasi dan perluasan daerah kekuasaan, antara

lain ke wilayah Armenia, Mesisah, Andalusia dan Afrika.

Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah

ini telah diletakkan dan dibangun oleh Abu Abbas As-

Safah dan Abu Jakfar Al-Mansur, maka puncak keemasan

dinasti itu berada pada tujuh Khalifah sesudahnya. Sejak

masa Khalifah Al-Mahdi (775-785) hingga Khalifah Al-

Wasiq (842-847 M).[11]

Page 12: sejarah bani abbasiyah

Pergeseran Kebijakan

Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman

Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-

Makmun (813-833 M). Kedua penguasa ini lebih

menekankan pada pengembangan peradaban dan

kebudayaan Islam ketimbang perluasan wilayah seperti

pada masa Daulah Umayah. Orientasi pada pembangunan

peradaban dan kebudayaan ini menjadi unsur pembeda

lainnya antara dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayah

yang lebih mementingkan perluasan daerah. Akibat

kebijakan yang diambil ini, provinsi-provinsi terpencil di

pinggiran mulai terlepas dari genggaman mereka.[12]

Ada dua kecenderungan yang terjadi. Pertama,

seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan

yang berhasil menegakkan kemerdekaan penuh seperti

Daulah Umayah di Andalusia (Spanyol) dan Idrisiyah

(Bani Idris) di Marokko. Cara kedua, yaitu ketika orang

yang ditunjuk menjadi gubernur oleh Khalifah manjadi

Page 13: sejarah bani abbasiyah

sangat kuat, seperti Daulah Aglabiah (Bani Taglib) di

Tunisia dan Tahiriyah di Khurasan.[13]

Pada zaman Al-Mahdi, perekonomian meningkat.

Irigasi yang dibangun membuat hasil pertanian berlipat

ganda dibanding sebelumnya. Pertambangan dan sumber-

sumber alam bertambah dan demikian pula perdagangan

internasional ke timur dan ke barat dipergiat. Kota Basra

menjadi pelabuhan transit yang penting yang serba

lengkap.[14]

Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada

zaman Harun Al-Rasyid. Masa itu berlangsung sampai

dengan masa Al-Makmun. Al-Makmun menonjol dalam

hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan

menerjemahkan buku-buku dari Yunani.

Kecenderungan orang-orang muslim secara sukarela

sebagai anggota milisi mengikuti perjalanan perang sudah

tidak lagi terdengar. Ketentaraan kemudian terdiri dari

prajurit-prajurit Turki yang profesional. Militer Daulah

Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat. Akibatnya, tentara

Page 14: sejarah bani abbasiyah

itu menjadi sangat dominan sehingga Khalifah berikutnya

sangat dipengaruhi atau menjadi boneka mereka.

Sebagai respon dari kenyataan tersebut Khalifah Al-

Wasiq (842-847 M) mencoba melepaskan diri dari

dominasi tentara Turki tersebut dengan memindahkan

ibukota ke Samarra, tetapi usaha itu tidak berhasil

mengurangi dominasi tentara Turki.

Salah satu faktor penting yang merupakan penyebab

Daulah Abbasiyah pada periode pertama ini berhasil

mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam

Daulah Abbasiyah ini. Berpartisipasinya unsur-unsur non

Arab, terutama bangsa Persia, dalam pembinaan

peradaban Baitul Hikmah dan Darul Hikmah yang

didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid dan mencapai

puncaknya pada masa Khalifah Al-Makmun.

Pada masa itu perpustakaan-perpustakaan tampaknya

lebih menyerupai sebuah universitas ketimbang sebuah

taman bacaan. Orang-orang datang ke perpustakaan itu

untuk membaca, menulis, dan berdiskusi. Di samping itu,

Page 15: sejarah bani abbasiyah

perpustakaan ini juga berfungsi sebagai pusat

penerjemahan. Tercatat kegiatan yang paling menonjol

adalah terhadap buku-buku kedokteran, filsafat,

matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam. Di masa-

masa berikutnya para ilmuwan Islam bahkan mampu

mengembangkan dan melakukan inovasi dan penemuan

sendiri. Di sinilah letak sumbangan Islam terhadap ilmu

dan peradaban dunia.

Zaman Keemasan

Kekhalifahan Bani Abbas biasa dikaitkan dengan

Khalifah Harun Al-Rasyid, yang digambarkan sebagai

Khalifah yang paling terkenal dalam zaman keemasan

kekhalifahan Bani Abbasiyah. Dalam memerintah

Khalifah digambarkan sangat bijaksana, yang selalu

didampingi oleh penasihatnya, Abu Nawas, seorang

penyair yang kocak, yang sebenarnya adalah seorang ahli

hikmah atau filsuf etika. Zaman keemasan itu

digambarkan dalam kisah 1001 malam sebagai negeri

penuh keajaiban.

Page 16: sejarah bani abbasiyah

Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbasiyah telah

dimulai sejak pemerintahan pengganti Khalifah Abu

Jakfar Al-Mansur yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi

(775-785 M) dan mencapai puncaknya di masa

pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.

Di masa-masa itu para Khalifah mengembangkan

berbagai jenis kesenian, terutama kesusasteraan pada

khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Berbagai

buku bermutu diterjemahkan dari peradaban India

maupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil

diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun

berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim. Berbagai dalil

dan dasar matematika juga diperoleh dari terjemahan

yang berasal dari India. Selain itu juga diterjemahkan

buku-buku filsafat dari Yunani, terutama filsafat etika dan

logika. Salah satu akibatnya adalah berkembangnya aliran

pemikiran muktazilah yang amat mengandalkan

kemampuan rasio dan logika dalam dunia Islam.

Sedangkan dari sastera Persia terjemahan dilakukan oleh

Page 17: sejarah bani abbasiyah

Ibnu Mukaffa, yang meninggal pada tahun 750 M. Pada

masa itu juga hidup budayawan dan sastrawan masyhur

seperti Abu Tammam (meninggal 845 M), Al-Jahiz

(meninggal 869 M), Abul Faraj (meninggal 967 M) dan

beberapa sastrawan besar lainnya.[15]

Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada

bidang sastra dan seni saja juga berkembang , meminjam

istilah Ibnu Rusyd, Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Ilmu-

ilmu Naqli seperti Tafsir, Teologi, Hadis, Fiqih, Ushul

Fiqh dan lain-lain. Dan juga berkembang ilmu-ilmu Aqli

seperti Astronomi, Matematika, Kimia, Bahasa, Sejarah,

Ilmu Alam, Geografi, Kedokteran dan lain sebagainya.

Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam

sejarah ilmu pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul

antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku

nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam

bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun

serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki pengaruh

Page 18: sejarah bani abbasiyah

yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan

selanjutnya.

b. Periode kedua (847-945 M)[16]

Kebijakan Khalifah Al-Muktasim (833-842 M) untuk

memilih unsur-unsur Turki dalam ketentaraan

Kekhalifahan Daulah Abbasiyah terutama dilatar

belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab

dan Persia pada masa Al-Makmun dan sebelumnya. Di

masa Al-Muktasim (833-842 M) dan Khalifah sesudahnya

Al-Wasiq (842-847 M), mereka mampu mengendalikan

unsur-unsur Turki tersebut. Akan tetapi, Khalifah Al-

Mutawakkil (847-861 M) yang merupakan awal dari

periode ini adalah seorang Khalifah yang lemah. Pada

masanya orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan

dengan cepat setelah Al-Mutawakkil wafat. Mereka telah

memilih dan mengangkat Khalifah sesuai kehendak

mereka. Dengan demikian Bani Abbasiyah tidak lagi

mempunyai kekuatan dan kekuasaan, meskipun resminya

mereka adalah penguasa. Usaha untuk melepaskan dari

Page 19: sejarah bani abbasiyah

dominasi Turki selalu mengalami kegagalan. Pada tahun

892 M, Baghdad kembali menjadi Ibukota. Sementara

kehidupan intelektual terus berkembang.

Akibat adanya persaingan internal di kalangan tentara

Turki, mereka memang mulai melemah. Mulailah

Khalifah Ar-Radi menyerahkan kekuasaan kepada

Muhammad bin Raiq, Gubernur wasit dari Basra. Di

samping itu, Khalifah memberinya gelar Amirul Umara

(Panglima para panglima). Meskipun demikian, keadaan

Bani Abbas tidak menjadi lebih baik. Dari dua belas

Khalifah pada periode ini, hanya empat orang yang wafat

dengan wajar, selebihnya, kalau tidak dibunuh, mereka

digulingkan dengan paksa.

Pemberontakan masih bermunculan pada periode ini,

seperti pemberontakan Zanj di dataran rendah Irak

Selatan dan pemberontakan Karamitah yang berpusat di

Bahrain. Namun bukan itu semua yang menghambat

upaya mewujudkan kesatuan politik Daulah Abbasiyah.

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran

Page 20: sejarah bani abbasiyah

Bani Abbas pada periode ini adalah sebagai berikut,

pertama, luasnya wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyyah

yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat.

Berbarengan dengan itu kadar saling percaya di kalangan

para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah,

Yang kedua, profesionalisasi tentara menyebabkan

ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi.

Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan

tentara sangat besar. Setelah kekuatan militer merosot,

Khalifah tidak sanggup lagi memaksa pengiriman pajak

ke Baghdad.

c. Periode Ketiga (945-1055 M)

Posisi Daulah Abbasiyah yang berada di bawah

kekuasaan Bani Buwaihi merupakan ciri utama dari

periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk

ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani

Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan

Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan

diberi gaji. Sementara itu Bani Buwaihi telah membagi

Page 21: sejarah bani abbasiyah

kekuasaannya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai

wilayah bagian selatan negeri Persia, Hasan menguasai

wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai wilayah Al-

Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan demikian Baghdad

pada periode ini tidak lagi menjadi pusat pemerintahan

Islam, karena telah dipindah ke Syiraz di mana berkuasa

Ali bin Buwaihi yang memiliki kekuasaan Bani Buwaihi.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Daulah Abbasiyah

masih terus mengalami kemajuan pada periode ini. Pada

masa inilah muncul pemikir-pemikir besar seperti Al-

Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al-Biruni

(973-1048 M), Ibnu Misykawaih (930-1030 M) dan

kelompok studi Ikhwan As-Safa. Bidang ekonomi,

pertanian, dan perdagangan juga mengalami kemajuan.

Kemajuan itu juga diikuti dengan pembangunan kanal,

mesjid dan rumah sakit. Patut dicatat pula bahwa selama

masa Bani Buwaihi berkuasa di Baghdad, telah terjadi

beberapa kali bentrokan sosial aliran ahlu sunnah dan

syiah, dan pemberontakan tentara.

Page 22: sejarah bani abbasiyah

d. Periode Keempat (1055-1199 M)

Periode keempat ini ditandai dengan berkuasanya

Bani Saljuk dalam Daulah Abbasiyah. Kehadiran Bani

Saljuk ini adalah atas ’’undangan’’ Khalifah untuk

melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di baghdad.

Keadaan Khalifah sudah mulai membaik, paling tidak

kewibawaannya dalam bidang agama sudah kembali

setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syiah.

Seperti halnya pada periode sebelumnya, ilmu

pengetahuan juga berkembang dalam periode ini. Nizam

Al-Mulk, Perdana Menteri pada masa Alp Arselan dan

Maliksyah, mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M)

dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang-cabang

Madrasah Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di

Irak dan Khurasan. Madrasah ini menjadi model bagi

perguruan tinggi di kemudian hari. Madrasah ini telah

melahirkan banyak cendikiawan dalam berbagai disiplin

ilmu. Misalnya yang dilahirkan dalam periode ini adalah

Az-Zamakhsari, penulis dalam bidang Tafsir dan Usul ad-

Page 23: sejarah bani abbasiyah

dien (Teologi), Al-Ghazali dalam bidang ilmu kalam dan

tasawuf, dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu

perbintangan. Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga

tidak terletak di kota Baghdad. Mereka membagi wilayah

kekuasaan menjadi beberapa provinsi dengan seorang

gubernur untuk mengepalai masing-masing provinsi. Pada

masa pusa kekuasaan melemah, masing-masing provinsi

memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang

terjadi di antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan

sedikrit demi sedikit kekuasaan politik Khalifah menguat

kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka

berakhir di Irak di tangan Khawarizmisyah pada tahun

1199 M.

e. Periode Kelima (1199-1258 M)

Telah terjadi perubahan besar-besaran dalam

kekhalifahan Daulah Abbasiyah dalam periode kelima ini.

Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di

bawah dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa

tetapi hanya di baghdad dan sekitarnya. Sempitnya

Page 24: sejarah bani abbasiyah

wilayah kekuasaan Khalifah menunjukkan kelemahan

politiknya. Pada masa inilah datang tentara Mongol dan

Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan pada

tahun 1258 M.

Faktor-faktor yang membuat Daulah Abbasiyah

menjadi lemah dan kemudian hancur dapat

dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan

faktor ekstern. Di antara faktor-faktor intern adalah,

pertama, adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa

bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah,

terutama Arab, Persia dan Turki. Kedua, terjadinya

perselisihan pendapat di antara kelompok pemikiran

agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan

darah. Ketiga, munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai

akibat perpecahan sosial yang berkepanjangan. Keempat,

terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai

akibat dari bentrokan politik.

Sedangkan faktor-faktor ekstern yang terjadi adalah,

pertama, berlangsungnya perang salib yang

Page 25: sejarah bani abbasiyah

berkepanjangan dalam beberapa gelombang. Dan yang

paling menentukan adalah faktor kedua yaitu, adanya

serbuan tentara Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh

Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua pusat-pusat

kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di

Baghdad.

Kekejaman Bangsa Mongol[17]

Khalifah Al-Muktasim, Khalifah Daulah Abbasiyah

yang paling akhir, beserta seluruh putra-putranya dan

semua pembesar-pembesar kota Baghdad mati dibunuh

semuanya oleh tentara Mongol. Sebagian besar penduduk

kota itu disembelih laksana binatang saja. Sesudah itu

mereka merampas harta benda penduduk dan melakukan

perbuatan-perbuatan kejam dab ganasnya tiada terperikan.

Sekalian isi istana dan perbendaharaan negara mereka

rampas semuanya. Istana dan gedung-gedung yang indah,

madrasah dan mesjid-mesjid yang mengagumkan mereka

rusak. Buku-buku pengetahuan yang tak ternilai harganya,

mereka lemparkan ke dalam sungai Tigris sehingga hitam

Page 26: sejarah bani abbasiyah

lantaran tinta yang luntur. Mereka membakar di sana-sini

sehingga api mengamuk di seluruh kota. Peristiwa

kekejaman ini berlaku sampai 40 hari lamanya. Di atas

bumi kota Baghdad, tak ada lagi yang kelihatan, selain

dari tumpukan bara hitam yang masih berasap.

Daulah Abbasiyah Lenyap

Dengan kematian Al-Muktasim lenyaplah Daulah

Abbasiyah dari bumi ini, berkubur dalam bumi kota

Baghdad yang telah hangus di bawah runtuhan gedung-

gedung dan istana.

Dalam masa lima abad lamanya, yakni sejak dari Abu

Abbas As-Safah memerintah pada 750 M sampai hari

mangkatnya Al-Muktasim pada 1258 M, telah ada 37

orang Khalifah menduduki singgasana Daulah Abbasiyah.

Penutup

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan

Islam, Pada masa ini kedaulatan umat Islam telah sampai

ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan ataupun

kekuasaan. Pada zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam

Page 27: sejarah bani abbasiyah

dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam

bahasa Arab. Selain itu sumbangan umat Islam bagi

peradaban dunia juga dihasilkan oleh para cendikiawan-

cendikiawan besar yang hidup di masa Daulah Abbasiyah

ini. Namun ada pelajaran penting yang dapat kita petik

dari perjalanan panjang Daulah Abbasiyah yang selama

berabad-abad menguasai dunia yakni agar umat Islam

jangan terlena dengan kekuasaan dunia, karena

keterlenaan dan hidup bermegah-megah menyebabkan

kita jauh dari ajaran Allah SWT. Hal juga merupakan

pemicu bagi umat Islam untuk kembali bangkit merebut

kejayaan Islam yang pernah dirasakan pada masa Daulah

Abbasiyah.