sejarah ketatanegaraan

27
Daftar Isi Kata Pengantar......................................... i Daftar Isi............................................. ii BAB I Pendahuluan...................................... 1 BAB II Pembahasan...................................... 1 Sejarah Ketatanegaraan Di Indonesia.............. 1 A.Hakikat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia....... 1 a. Arti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia......... 3 b. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.............. 3 c. Hubungan Proklamasi dengan Tata Hukum dan Negara Hukum .................................................3 d. Lahirnya Pemerintahan Indonesia............... 3 B.Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan di Indonesia 5 1.Periode 17 Agustus 1945-27 Desember 1949....... 5 2.Perubahan Praktik Ketatanegaraan............... 5 3.Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Des 49-17 Ags 1950......................................... 6 4.Periode 17 Ags 50 – 5 Juli 59.................. 8 5.Periode 17 Ags 1959 s.d 1966................... 10 6. Periode Orde Baru............................. 12 7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d sekarang..... 12 1

Upload: harianto-lubis

Post on 26-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Ketatanegaraan

Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................ i

Daftar Isi................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan................................................................................................. 1

BAB II Pembahasan................................................................................................ 1

Sejarah Ketatanegaraan Di Indonesia..................................................... 1

A.Hakikat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.................................... 1

a. Arti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia................................................ 3

b. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................ 3

c. Hubungan Proklamasi dengan Tata Hukum dan Negara Hukum............ 3

d. Lahirnya Pemerintahan Indonesia........................................................... 3

B.Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan di Indonesia....................... 5

1.Periode 17 Agustus 1945-27 Desember 1949.......................................... 5

2.Perubahan Praktik Ketatanegaraan........................................................... 5

3.Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Des 49-17 Ags 1950. 6

4.Periode 17 Ags 50 – 5 Juli 59................................................................... 8

5.Periode 17 Ags 1959 s.d 1966.................................................................. 10

6. Periode Orde Baru................................................................................... 12

7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d sekarang.......................................... 12

BAB III Penutup...................................................................................................... 17

Kesimpulan................................................................................................. 17

Daftar Pustaka........................................................................................... 18

1

Page 2: Sejarah Ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan

Untuk mempelajari Hukum Tatanegara sesuatu Negara, kiranya akan lebih mudah

memperoleh kejelasannya apabila terlebih dahulu dipelajari sejarah ketatanegaraan daripada

Negaranya yang bersangkutan.

Demikian pula dengan Hukum Tatanegara kita, akan mudah diperoleh kejelasannya

apabila kita mempelajari terlebih dahulu sejarah ketatanegaraannya sebelum mulai dengan

mempelajari aturan-aturan ketatanegaraannya. Apalagi kalau mengingat bahwa dari

perjalanan ketatanegaraan kita, yang masih menyelesaikan revolusinya, ternyata penuh

mengalami pasang surut sesuai dengan dinamikanya revolusi Bangsa Indonesia, sehingga

mempelajari sejarah ketatanegaraannya adalah mutlak perlu.

BAB II PEMBAHASAN

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA

A. HAKIKAT PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Pada 6 Agustus 1945 jatuhlah bom atom Amerika Serikat dikota Hirosima. Pemimpin-

pemimpin jepang mengetahui, bahwa negaranya telah mendekati kekalahan. Berhubung

dengan itu Jendral Terauchi, Panglima Angkatan perang Jepang untuk Asia tenggara, yang

berkedudukan di Saigon pada 7 Agustus 1945 mengeluarkan pernyataan dan berjanji, bahwa

Indonesia di kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. 1

Untuk menerima petunjuk-petunjuk tentang penyelenggaraan kemerdekaan itu, Ir.

Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat diminta datang ke Saigon

pada tanggal 9 Agustus 1945. Tetapi ketika bom Atom yang kedua meledak di Nagasaki

Jepang tak ada kesempatan dan tak punya kekuasaan lagi untuk memikirkan nasib bangasa

lain.2

Pada tanggal 15 Agustus 1945 menyerahlah Jepang tanpa syarat kepada Sekutu.

Lenyaplah “janji kemerdekaan” dari Jendral Terauchi. Dengan penandatanganan penyerahan

Jepang tanpa syarat pada tanggal 12 September 1945 di geladak kapal perang Amerika Serikat

1 ? Triwulan Titik Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945, Jakarta : Kencana, 2010), h. 1092 ? Ibid.

2

Page 3: Sejarah Ketatanegaraan

“Missouri” lenyap pulalah cita-cita Jepang untuk membentuk Kemakmuran Bersama Asia

Timur Raya di bawah pimpinannya.3

Pada tanggal 17 Agustus 1945 itu sampailah perjuangan rakyat Indonesia mengantar

rakyat dan bangsa Indonesia kem “Jembatan Emas Kemerdekaan”, namun kemerdekaan itu

harus dibela dan dipertahankan.

a) Arti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Adapun secara khusus proklamasi kemerdekaan RI memiliki arti :

1. Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, setelah berjuang berpuluh tahun sejak

20 Mei 1908;

3. Titik tolak dari pada pelaksanaan amanat penderitaan rakyat. Searah pemerintahan

Indonesia bermula semenjak bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

b) Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Pada hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi (waktu Jawa), di bagian

muka rumah jalan Pegangsaan Timur nomor 56, di jakarta, dibacakan sebuah “Proklamasi

Kemerdekaan Bangsa Indonesia” oleh Bung Karno yang ditandatangani oleh Bung Karno dan

Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia.

c) Hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan Tata hukum dan Negara

Republik Indonesia.

Negara adalah merupakan organisasi kekuasaan yang nampaknya keluar terdiri dari

aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan hukum yang tersusun didalam suatu tatanan-hukum,

oleh karena itu seperti dikemukakan di atas, maka saat berdirinya negara akan bersamaan pula

dengan saat berdirinya tata hukumnya.4

d) Lahirnya Pemerintah Indonesia

Pada 29 April 1945 pemerintah Jepang di Jakarta membentuk suatu badan yang diberi

nama “Dokuritso Junbi Cosakai” atau Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK).

Badan ini beranggotakan 62 orang dan diketuai oleh Dr. Rajiman Widyodiningrat. Dalam

badan itu duduk sejumlah pemimpin Indonesia, yang walaupun menggunakan siasat bekerja

sama dengan Jepang, namun tetap pada cita-citanya untuk membelokkan tindakan-tindakan

pemerintah Jepang ke arah yang mereka cita-citakan.5

3 CST. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia(Jakarta :PT Rineka Cipta, 1986), h. 2704 ? Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 55 ? Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara, hlm. 111

3

Page 4: Sejarah Ketatanegaraan

Selama didirikan BPPK mengadakan sidang dua kali, yakni: tanggal 29 Mei sampai

dengan tanggal 1 Juni 1945 dan tanggal 10-16 juli 1945. BPPK membentuk suatu panitia

kecil yang ditugaskan untuk merumuskan hasil-hasil perundingan badan itu.6

Panitia perumusan ini mempunyai 9 orang anggota, yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh.

Hatta, Mrs. A. A Maramis, Abikusuno Tjokro Sujoso, Abdulkahar Muzakir, Haji Agus Salim,

Mr. Ahmad Subardjo, K.H. A. Wahid Hasjim, dan Mr. Muhammad Yamin. Panitia itu pada

22 Juni 1945 berhasil menyusun Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.7

Di samping itu, BPPK telah pula berhasil menyusun sebuah Rancangan Undang-

Undang Dasar Indonesia pada 16 Juli 1945. Setelah selesai menyusun Rancangan Undang-

Undang Dasar Indonesia BPPK kemudian dibubarkan dan sebagai gantinya pada 9 Agustus

1945 dibentuk sebuah badan baru yang disebut Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dengan Drs. Mohammad Hatta menjadi wakil

ketuanya. Para anggota PPKI adalah pemimpin-pemimpin rakyat yang terkenal. Mereka

mewakili daerah dari seluruh Indonesia. Pada waktu pendiriannya PPKI mempunyai 21 orang

anggota. Kemudian setelah Jepang menyerah kepada Sekutu PPKI ditambah anggotanya 6

orang sehingga menjadi 27 orang dan dijadikan sebuah panitia nasional.8

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 disaksikan juga

oleh PPKI. Dalam mempersiapkan Indonesia Merdeka PPKI mengadakan beberapa kali

sidang, yaitu:

a. Sidang Pertama, 18 Agustus 1945 menetapkan:

1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil presiden

Republik Indonesia

3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan

DPR belum terbentuk.

b. Sidang Kedua, 19 Agustus 1945 menetapkan :

1. Pembentukan 12 departemen pemerintahan

2. Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan adanya kebijakan daerah

6 ? Ibid.7 ? Ibid.8 ? Ibid.

4

Page 5: Sejarah Ketatanegaraan

Tanggal 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan oleh Presiden dan dibentuk Komite

Nasional Indonesi Pusat (KNIP) yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam hal ini

terserah kepada Presiden didalam bidang apa KNIP memberikan bantuannya.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN INDONESIA

1. Periode 17 agustus 1945 - 27 desember 1949

Menurut UUD 1945, yang berdaulat itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR,

sebagaimana yang ditentukan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Karena MPR melakukan

kedaulatan rakyat, oleh UUD 1945 ditetapkan pula beberapa tugas dan wewenangnya.

wewenang MPR :

a. Menetapkan UUD dan GBHN

b. Memilih dan mengangkat presiden

c. Mengubah UUD

MPR sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi dalam sistem ketatanegaraan,

dengan jumlah anggota yang begitu banyak tidak dapat bersidang setiap hari oleh karenanya

untuk melaksanakan tugas sehari diserahkan kepada presiden sebagai mandataris MPR.

Wewenang presiden :

a. Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dibantu oleh wakil presiden dan

mentri-mentrinya.

b.Mentri-mentri diangkat dan diberhentikan oleh presiden

c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR

d. Presiden tidak dapat membubarkan DPR

2. Perubahan Praktik ketatanegaraan meliputi :

PPKI menyadari bahwa untuk menyelenggarakan pemerintah menurut UUD 1945

tidak dapat dilaksanakan sekaligus dalam waktu yang sesingkat mungkin, untuk itu masih

diperlukan masa-masa peralihan.

Hasil kesepakatan PPKI menetapkan empat pasal Aturan Peralihan dan dua Ayat

Tambahan. Menurut pasal 3 aturan peralihan,"untuk pertama kali presiden dan wakil presiden

dipilih oleh PPKI. “Realisasi dari pasal tersebut, maka atas usul Otto Iskandardinata dipilih

secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden . Sedangkan

dalam menjalankan kekuasaannya Presiden di bantu oleh komite Nasional.9

9 ? Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 19455

Page 6: Sejarah Ketatanegaraan

Tanggal 16 Oktober 1945 Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat No. X tahun 1945

yang menetapkan KNIP sebelum MPR dan DPR diberi kekuasaan legislative dan ikut serta

menetapkan GBHN.

Bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan

oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih antara mereka serta bertanggung jawab kepada KNIP.

Kemudian tanggal 14 Nopember 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah sebagai tindak

lanjut dari Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945 yang menyatakan :

Pembentukan Kabinet Baru

Dan Kabinet ini bertanggung jawab kepada KNIP.

Dengan Maklumat-maklumat di atas menimbulkan persoalan dalam pelaksanaan

pemerintahan mengenai system pemerintahan dimana menurut Pasal 4 UUD 45 ditegaskan

bahwa “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan Pasal 17 menetapka bahwa “

Menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada

Presiden, system pemerintahan menurut UUD 1945 adalah Sistem Presidentil. Sedangkan

menurut Maklumat Pemerintah meletakkan pertanggungjawaban Kabinet kepda KNIP yang

merupakan cirri dari system Parlementer.

3. Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1945 s.d. 17 Agustus

1950

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 Belanda masih merasa

mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu Negara bekas jajahan masih dibawah

kekuasaan Kerajaan Belanda , dengan alasan :

a. Ketentuan Hukum Internasional

Menurut Hukum Internasional suatu wilayah yang diduduki sebelum statusnya tidak

berubah, ini berarti bahwa Hindia-Belanda yang diduduki oleh Bala Tentara Jepang masih

merupakan bagian dari Kerajaan Belanda, oleh karena itu setelah Jepang menyerah, maka

kekuasaan di Hindia Belanda adalah Kerajaan Belanda sebagai pemilik/ penguasa semula.

b. Perjanjian Postdan

Yaitu pernjajian diadakan menjelang berakhirnya Perang Dunia II yang diadakan oleh

Negara Sekutu dengan pihak Jepang, Italia dan Jerman, perjanjian ini menetapkan bahwa

setelah Perang Dunia II selesai, maka wilayah yang diduduki oleh ketiga Negara ini akan

dikembalikan kepada penguasa semula.

Atas dasar perjanjian di atas, maka Belanda merasa memiliki Kedaulatan atas Hindia-

Belanda secara De Jure. Akibat adanya pandangan ini yang kemudian menimbulkan konflik

6

Page 7: Sejarah Ketatanegaraan

senjata antara Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dengan NICA pada tanggal 10 Nopember 1946

di Surabaya. Untuk mengakhiri konflik ini, maka diadakan perundingan antara Indonesia

dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947 di Linggarjati yang antara lain menetapkan :

1. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra, di

wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda.

2. Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS.

3. Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.

Hasil perundingan ini menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Belanda Indonesia

mengenai soal Kedaulatan Indonesia-Belanda, yaitu :

1. Sebelum RIS terbentuk yang berdaulat menurut Belanda adalah Belanda, sehingga

hubungan luar negeri/ Internasional hanya boleh dilakukan oleh Belanda.

2. Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah Indonesia, terutama

Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar negeri juga boleh dilakukan

oleh Indonesia.

3. Belanda meminta dibuat Polisi bersama, tetapi Indonesia menolak.

Akibat adanya penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Clash II

tanggal 19 Desember 1948. Terjadinya konflik ini akibat adanya agresi militer Belanda

terhadap Indonesia. Sedangkan menurut Belanda terjadinya agresi militer Belanda adalah

dalam rangka penertiban wilayah Kedaulatan Belanda. Bentrok senjata Indonesia-Belanda ini

ini kemudian dilerai oleh PBB dan melakukan genjatan senjata dan dibuat suatu perundingan

baru di atas Kapal Renville tahun 1948 yang menetapkan :

1. Belanda dianggap berdaulat penuh di seluruh Indonesia sampai terbentuk RIS.

2. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Belanda.

3. RI hanya merupakan bagian RIS.

Kemudian diadakan Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus 1949

sampai 2 November 1949 yang disepakati antara lain :

1. Mendirikan Negara Indonesia serikat

2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS

3. Mendirikan UNI antara RIS dengan kerajaan Belanda.

Atas dasar KMB maka pada tanggal 27 Desember 1949 dibentuklah Negara RIS

dengan Konstitusi RIS. Berubahnya Negara Kesatuan menjadi Negara Serikat tidak semata-

mata campur tangan dari pihak luar ( PBB dan Belanda ), akan tetapi juga kondisi Indonesia

yang memberikan kontribusi yaitu adanya keinginan daerah-daerah untuk membentuk

7

Page 8: Sejarah Ketatanegaraan

Negara/ memisahkan diri dari Negara kesatuan dan membentuk Negara sendiri serta mereka

tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah pusat tidak adil, yang pada

akhirnya banyak daerah-daerah melakukan pemberontakan. Disamping itu Belanda telah

berhasil dan makin banyak daerah-daerah membentuk Negara antara lain :

1. Negara Indonesia Timur tahun 1946

2. Negara Pasundan termasuk Distrik Jakarta

3. Negara Jawa Timur 16 Nopember 1948

4. Negara Madura 23 Januari 1948

5. Negara Sumatra Timur 24 Januari 1948

6. dan Negara Sumatra Selatan

7. Negara yang sedang dipersiapkan adalah :

1. Kalimantan Timur

2. Dayak Besar

3. Banjar

4. Kalimantan Tenggara

5. Bangka

6. Belitung

7. Riau

8. dan Jawa Tengah

Naskah Konstitusi RIS disusun oleh delegasi kedua belah pihak. Negara RIS terdiri

dari 16 negara bagian dan Ibu Kota Negara Indonesia adalah Jogyakarta dengan Kepala

Negara RIS Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri. Dalam

Konstitusi RIS dikenal adanya Senat yang merupakan wakil dari Negara-negara bagian dan

sikap Negara bagian 2 orang dengan hak suara satu.

4. Periode 17 agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959

Pada masa Konstitusi RIS, Negara-negara bagian makin sulit diatur dan kewibawaan

pemerintah Negara federasi semakin berkurang sedangkan Indonesia sendiri dari berbagai

ragam suku bangsa, adat-istiadat, pulau-pulau dan bahasa, maka rakyat di daerah-daerah

sepakat untuk kembali ke bentuk Negara kesatuan.

Kemudian diadakan perundingan antara Negara-negara serikat dengan RI Jogyakarta

yang menetapkan bahwa pasal-pasal dalam Konstitusi RIS yang bersifat federalis

dihilangklan dan diganti dengan pasal yang bersifat kesatuan, yang pada tanggal 19 Mei 1950

8

Page 9: Sejarah Ketatanegaraan

ditanda tangani Piagam Persetujuan yang menghendaki dalam waktu sesingkta-singkatnya

bersama-sama melaksanakan Negara kesatuan.

Dibentuklah suatu Panitia yang bertugas membuat UUD yang baru pada 12 Agustus

1950. Rancangan UUD tersebut oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dan Dewan

Perwakilan Rakyat serta Senat RIS pada 14 Agustus 1950 disahkan, dan dinyatakan mulai

berlaku pada 17 Agustus 1950

Pemberlakuan UUD 1950 ini dengan menggunakan Pasal 190, Pasal 127 a, dan Pasal

191 Ayat (2) UUD RIS, maka dengan UU No. 7 Tahun 1950 Lembaran Negara RIS 1950 No.

56, secara resmi UUD 1950 dinyatakan berlaku mulai 17 Agustus 1950. Adapun isi dari

ketentuan meliputi dua hal, yakni:

1) Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan menggunakan UUDS 1950

yang merupakan hasil perubahan dari Konstitusi RIS;

2) Perubahan bentuk susunan negara dengan UUDS 1950 secara resmi dinyatakan

berlaku mulai 17 Agustus 1950.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara Kesatuan RI

berdasarkan UUDS tahun 1950, yang pada dasarnya merupakan Konstitusi RIS yang sudah

diubah. Walaupun sudah kembali kepada bentuk Negara kesatuan, namun perbedaan antara

daerah yang satu dengan daerah yang lain masih terasa, adanya ketidakpuasan, adanya

menyesal dan ada pula yang setuju yang pada akhirnya timbul pemberontakan separatisme

misalnya :

1. APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) di Bandung 23 Januari 1950.

2. Pemberontakan Andi azaz Cs. Di Makasar 5 april 1950

3. Pemberontakan RMS di ambon 25 april 1950

4. Pemberontakan Ibnu Hajar Cs. Di Kalimantan Selatan 10 Oktober 1950

5. Pemberontakan DI/ TII, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan 17 agustus 1951

6. Pemberontakan Balaion 426 Jawa Tengah 1 Desember 1951

7. Pemberontkan DI/ TII Daud Beureuh di aceh 25 September 1953

8. Peristiwa Dewan banteng Sumatra Barat 20 Desember 1956

9. Pemberontakan PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indobnesia ) 15 Pebruari

1959

10. Permesta ( Pejuangan Rakyat Semesta ) 15 Pebrauari 1958.

Badan Konstituante bersama-sama pemerintah harus segera menyusun UUD Indonesia

untuk menggantikan UUDS tahun 1950 ( Pasal 134 ), kemudian Desember 1955 diadakan

9

Page 10: Sejarah Ketatanegaraan

Pemilihan Umum untuk memilih anggota Konstituante dengan dasar UU No. 7 tahun 1953

yang menyatakan :

1. Perubahan Konstitusi menjadi UUDS tahun 1950

2. Merelakan UUDS tahun 1950 mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1950

3. Terbentuknya Konstituante diresmikan di Kota Bandung 10 Nopember 1956

Konstituante yang dibentuk dari hasil Pemilu, yang telah bersidang selama kurang

lebih 2,5 tahun belum dapat menyelesaikan tugasnya membuat UUD. Untuk mengatasi hal

tersebut, maka pada tanggal 22 April 1959 atas nama pemerintah, presiden memberikan

amanat di depan sidang pleno konstituante yang berisi anjuran agar konstituante menetapkan

saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi negara RI. Setelah diberikan tenggang waktu,

konstituante belum juga mampu menyusun UUD.

Dengan demikian, situasi di tanah air sedemikian rupa sehingga dikhawatirkan akan

terjadi disintegrasi dan perpecahan. Sebagai tindak lanjutnya pada Minggu, 5 Juli 1959 pukul

17.00 WIB, di istana negara presiden mengeluarkan dekrit, yang berisi:

1) Pembubaran konstituante

2) Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini dan

tidak berlakunya lagi UUDS 1950; dan

3) Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-

utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPA Sementara.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 telah disetujui oleh DPR hasil Pemilu tahun 1959 secara

aklamasi tanggal; 22 Juli 1959, yang kemudian dikukuhkan oleh MPRS dengan Ketetapan

No. XX/MPRS/1966.

5. Periode 17 Juli 1959 s.d. 1966

Periode ini biasa disebut juga Era Orde Lama dengan “Demokrasi Terpimpin” Konsep

Demokrasi Terpimpin dari Bung Karno diterima sebagai dasar penyelenggaraan Negara yang

ditetapkan dalam TAP MPRS No. VIII/1965. Demokrasi Terpimpin adalah musyawarah

untuk mufakat dan apabila tidak tercapai, maka persoalan itu diserahkan pada pimpinan untuk

mengambil keputusan. Atas dasar Demokrasi Terpimpin semua bidang dalam ketata negaraan

serba terpimpin.

Dengan berlakunya kembali UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959,

maka pelaksanaannya tidak sesuai bahkan banyak terjadi penyimpangan antara lain :

1. Lembaga-lembaga Negara yang ada bersifat sementara

10

Page 11: Sejarah Ketatanegaraan

2. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup dengan TAP MPRS

No. III tahun 1963

Pada masa itu banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan didalam bidang politik

yang pada puncaknya, meledaknya kasus pemberontakan G30S PKI, yang sampai saat ini

masih dalam perdebatan. Peristiwa G30S PKI menimbulkan banyak kekacauan social budaya

dan tidak stabilnya politik dan hukum ketatanegaraan Indonesia yang kemudian

dikeluarkannya Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto yaitu

Surat Perintah 11 Maret 1966, oleh MPRS untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin

keamanan dan ketentraman masyarakat serta stabilitas jalannya pemerintahan, pada saat itu

dianggap bahwa Presiden Soekarno “sudah berhenti”. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 8

UUD 1945,”Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya

dalam masa jabatannya, ia diganti....” Ketentuan tersebut dijadikan alasan dikeluarkannya

ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kembali Kekuasaan

Pemerintah Negara dari Tangan Presiden Soekarno.10

Kata sementara pada MPRS merupakan penunjuk bahwa lembaga tertinggi negara ini

belum dibentuk dari hasil pemilu, walaupun demikian MPRS tetap dapat disebut sebagai

penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Terbukti dalam masa kerjanya dari 1960-1968 MPRS

telah mengeluarkan 44 ketetapan yang sah secara hukum guna mengatur penyelenggaraan

pemerintahan negara.

Proses rekrutmen lembaga perwakilan rakyat baru dapat dilakukan pada Pemilu yang

dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971. Berdasarkan itu keanggotaan MPR terdiri dari utusan

daerah dan anggota DPR dari partai politik dan golongan karya ditambah dengan anggota

anggota DPR yang diangkat dari unsur ABRI.

Selanjutnya dalam beberapa kali pemilu Soeharto dipertahankan menjadi Presiden

melalui Ketetapan MPR, antara lain:

1) Tap MPR No. IX/MPR/1973 Hasil Pemilu 1971

2) Tap MPR No. X/MPR/1978 Hasil Pemilu 1977

3) Tap MPR No. VI/MPR/1983 Hasil Pemilu 1982

4) Tap MPR No. V/MPR/1988 Hasil Pemilu 1987

5) Tap MPR No. IV/MPR 1993 Hasil Pemilu 1992

6. Periode Orde Baru

10 ? Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), h. 43

11

Page 12: Sejarah Ketatanegaraan

Orde Baru berarti suatu tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang berlandaskan, dan

akan melaksanakan secara murni dan konsekuen, nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. Istilah ini diciptakan setelah gagalnya pemberontakan G30S PKI pada

tanggal 30 September 1965.

Melihat situasi yang dirasa semakin menjadi dengan hegemoni rezim tersebut

memompa semangat kaum reformis untuk bangkit, sehingga menghasilkan pelengseran

terhadap penguasa Presiden Soeharto 21 Mei 1998 dari kekuasaannya selama 30 tahun.

Berdasarkan konstitusi, maka wakil presiden yang dalam hal ini B. J. Habibie naik

sebagai Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto sampai habis masa jabatannya.

Atas dasar Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), merupakan akar awal

jatuhnya Presiden Soekarno dan tampak kekuasaan Negara dipegang oleh Jenderal Soeharto.

Dalam kepemimpinan Jenderal soeharto penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan

demokrasi menitikberatkan pada kestabilan politik dan keamanan Negara. Beberapa hal yang

menonjol dalam Pemerintahan Soeharto atau dekenal dengan Era Orde Baru adalah :

1. Demokrasi Pancasila

2. Adanya Konsep Dwifungsi ABRI

3. Adanya Golongan Karya

4. Kekuasaan ditangan Eksekutif/ Penumpukkan kekuasaan.

5. Adanya system pengangkatan dalam lembaga-lembaga perwakilan

6. Penyederhanaan Partai Politik

7. Adanya rekayasa dalam Pemilihan Umum, Soeharto tetap menjadi Presiden untuk

beberapa kali.

7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d. sekarang

Gerakan reformasi tahunh 1998 dan Presiden Soeharto meletakkan jabatannya tanggal

20 Mei 1998 digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie. Reformasi menghendaki suatu

perubahan yang pada akhirnya penggantian berbagai peraturan perundang-undangan, yang

tidak sesuai dengan alam demokrasi dan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat terutama

mangadakan amandemen UUD 45 sebanyak empat kali. Setelah amandemen ke IV UUD

1945, maka system ketatanegaraan Republik Indonesia adalah sebagai berikut.

1. NKRI harus tetap dipertahankan.

2. Kedaulatan ada di tangan rakyat

3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat

4. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum

12

Page 13: Sejarah Ketatanegaraan

5. Sistem Pemerintahan adalah Presidensiil

6. Sistem Parlemen menggunakan Bikanural System, yaitu terdiri dari DPR dan DPD.

7. Sistematika UUD 1945 terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasal.

8. MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi Negara.

9. Hubungan organisasi pemerintahan dalam garis vertical dengan asas desentralisasi

dengan otonomi luas.

10. Adanya lembaga-lembaga baru yaitu, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial

dalam UUD 1945.

Amendemen UUD 1945, yaitu:

1) UUD 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 s/d 18 Agustus 2000)

2) UUD 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000 s/d 9 November 2001)

3) UUD 1945 dan Perubahan I, II dan III (9 November 2001 s/d 10 Agustus 2002

4) UUD 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV (10 Agustus 2002 sampai sekarang).

Hasil amandemen konstitusi mempertegas deklarasi negara hukum, dari semula hanya

ada didalam penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.11 Konsep pemisahan

kekuasaan ditegaskan. MPR tidak lagi mempunyai kekuasaan yang tak terbatas. Presiden

tidak lagi memegang kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi hanya berhak mengajukan

dan membahas RUU.12 Kekuasaan diserahkan kembali kepada lembaga yang berhak, DPR.

Lebih jauh, untuk beberapa hal khususnya yang berkaitan dengan isu regional Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), dibentuk dan dilibatkan dalam proses legislasi.13

Dasar hukum sistem Pemilu diatur, setelah sebelumnya sama sekali tidak disebutkan

dalam UUD 1945. Akuntabilitas angota parlemen diharapkan semakin tinggi, karena semua

anggota DPR dan DPD dipilih oleh rakyat. Pemilu langsung juga diterapkan bagi presiden

dan wakil presiden. Periodisasi lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas. Seseorang hanya

dapat dipilih sebagai presiden maksimal dalam dua kali periode jabatan. Namun, kontrol

partai politik yang memonopoli pengajuan calon presiden dan wakil presiden, dan tidak

dimungkinkannya calon presiden independen, merupakan salah satu unsur yang mengurangi

nilai kelangsungan pemilihan presiden oleh rakyat.

Akuntabilitas politik melalui proses rekrutmen anggota parlemen dan presiden yang

langsung, diperkuat lagi dengan sistem pemberhentian mereka jika melakukan tindakan-

tindakan yang melanggar hukum dan konstitusi. Meski, aturan inpeachment presiden lebih

11 ? Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945.12 ? Pasal 5 Ayat (1) dan 20 Ayat (2) UUD 1945.13 ? Pasal 22D UUD 1945

13

Page 14: Sejarah Ketatanegaraan

perinci dibandingkan pemecatan anggota parlemen yang penjabarannya diatur dalam undang-

undang.

Kekuasaan kehakiman yang mandiri diangkat dari penjelasan menjadi materi Batang

Tubuh UUD 1945. Lebih jauh, Mahkamah Konstitusi (MK) dibentuk untuk mengawal

kemurnian fungsi dan manfaat konstitusi, karenanya, salah satu kewenangan MK adalah

melakukan contitutional review, menguji keabsahan aturan undang-undang bila dihadapkan

kepada aturan konstitusi.

Dalam hal perlindungan hak asasi manusia (HAM), amendemen UUD 1945

memberikan jaminan yang jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan aturan sebelum

amandemen. Menurut Lindsey, perlindungan HAM pasca-amendemen impresif dan jauh lebih

lengkap dibandingkan banyak negara berkembang. Meski dalam konsep Ross Clarke, polemik

tentang asas non-retroaktif dalam pasal 28(I) menyebabkan beberapa kalangan masih

mengkritik aturan HAM tersebut.

Dengan demikian, secara umum hasil amandemen UUD 1945 lebih memberikan dasar

konstitusi bagi lahir dan tumbuhnya negara hukum Indonesia dalam kelangsungan sistem

ketatanegaraan kedepan.

Satu hal yang perlu dicatat, bahwa amendemen UUD 1945 ini hanya dilakukan

terhadap batang tubuh UUD 1945 [pasal-pasal] tetapi tidak dilakukan terhadap pembukaan

UUD 1945. Terdapat asumsi bahwa mengamendemen terhadap Pembukaan UUD 1945 pada

dasarnya akan mengubah negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus

1945. Karena Pembukaan UUD 1945 hakikatnya adalah jiwa dan ruh negara proklamasi.

Dengan tidak diubahnya Pembukaan UUD 1945, maka sistematika dan rumusan Pancasila

tidak mengalami perubahan. Suatu konsekuensi logis, karena dengan diubahnya Pancasila

sebagai Dasar Negara, maka secara langsung akan juga mengubah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang di Proklamasiakan pada 17 Agustus 1945. Hal ini berarti pula mengubah

bangunan ketatanegaraan secara fundamental.

14

Page 15: Sejarah Ketatanegaraan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

A. Proklamasi kemerdekaan Indonesia

1) Arti proklamasi kemerdekaan Indonesia :

a. lahirnya Negara kesatuan

b.Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan

c.Titik tolak dari pada pelakasanaan amanat penderitaan rakyat.

2) Lahirnya pemerintahan indonesia

a. Lahirnya bangsa Indonesia diawali dengan didirikanya BPPK pada tanggal 29

april 1945, di dalam masa berdirinya badan ini dapat menghasilkan rancangan

UUD (16 juli 1945)

b. PPKI terbentuk pada tanggal 9 angustus 1945, pada masa terbentuknya PPKI

menghasilkan :

1. Sidang I ( 18 agustus 1945 )

a. Pembentukan UUD 45

b. Memilih soekarno sebagai presiden dan mohamat hatta sebagai wakil

presiden

c. Adanya komte nasional, sebagai pembantu presiden

2. Sidang II ( 19 agustus 1945)

a. Pembentukan 12 departemen pemerinatahan

b. Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan adanya kebijakan

daerah

3) Adanya pembentukan batang tubuh dan penjelasan resmi UUD 45

4) Sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia

1. Periode 17 agustus 1945 - 27 desember 1949

Pada periode ini yang berdaulat adalah rakyat dengan di wakili oleh MPR.

Wewenang MPR :

Menetapkan UUD dan GBHN

Memilih dan mengangkat presiden

Mengubah UUD

Wewenang presiden:

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR

15

Page 16: Sejarah Ketatanegaraan

Presiden tidak dapat membubarkan DPR

2. Perubahan praktek ketatanegaraan meliputi :

Presiden dan wapres di pilih oleh PPKI

Sistem presidensil lalu berubah lagi menjadi system multi partai

KNIP ikut menentukan GBHN dengan presiden

KNIP dengan presiden, menentukan UU tentang urusan pemerintah

Dalam menjalankan tugas KNP digantikan oleh sebuah badan yang

bertanggung jawab kepada KNIP

3. Periode 27 desember – 17 agustus 1950

Dalam masa periode ini dapat terbentuknya :

Adanya KMB

Adanya piagam penyerahan kedaulatan

Status UNI

Terbentuknya RIS

4. Periode 17 agustus 1950 – 5 juli 1959

Adanya UUD RIS

Presiden sebagai kepala tertinggi baik dalam Negara maupun dalam hal

pemerintahan

Adanya dekrit presiden

Periode 5 juli 1959

Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara

DPR gotong royong

Adanya MPRS

Adanya DPAS

Kembali pada UUD 445

5. Periode 17 Juli 1959 s.d. 1966

Demokrasi Terpimpin

meledaknya kasus pemberontakan G30S PKI

Adanya surat 11 maret 1966

6. Periode Orde Baru

Zaman orde baru, banyaknya terjadi praktek KKN

Demokrasi Pancasila

Lahirnya amandement 45

16

Page 17: Sejarah Ketatanegaraan

Adanya peraturan dasar hokum pemilu

Adanya Perlindungan HAM

7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d. sekarang

Zaman reformasi

Amandemen UUD 45 sebanyak empat kali

Adanya peraturan dasar hukum pemilu

Adanya Perlindungan HAM

NKRI harus tetap dipertahankan

Kedaulatan ada di tangan rakyat

Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum

Sistem Pemerintahan adalah Presidensiil

17

Page 18: Sejarah Ketatanegaraan

Daftar Pustaka

Tutik, Triwulan Titik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD

1945, Kencana, Jakarta, 2010.

CST. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1986.

Syafiie, Inu Kencana, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta,

1996.

Zaini, H. Abdullah, Pengantar Hukum Tata Negara, Pustaka Sinar Harahap, Jakarta, 1991.

Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2001

www.wikipedia.com.

18