sejarah munculnya daulah
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TRANSCRIPT

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH MUNCULNYA DAULAH ‘ABASIYAH
Masa pemerintahan daulah Bani Abbasiyah, adalah masa kejayaan
Islam , berpusat di Bagdad (Irak). Pengaruh meliputi dunia islam bagian
timur. Sezaman dengan ini pula, pemerintahan Bani Umayah, masih bertahan
dan berkembang diwilyah barat; yaitu disebagian daratan Eropa; yakni di
Andalusia (spanyol). Dengan demikina pada masa ini merupakan masa
kejayaan islam secara keseluruhan Afrika utara sampai Spanyol di bagian
barat.
Setelah kekuasaan umayah runtuh, maka digantikan oleh Bani
Abbasiyah. Dengan berdirinya pemerintahan bani Abbasiyah, maka pusat
pemertintahan dipindahkan dari Syiria ke Irak atau dari kota Damaskus/Syiria
(pusat pemerintahan Dinasti Umayah) ke kota Bagdad/Irak (menjadi pusat
pemerintahan Bani Abbasiyah).
Perubahan kekuasaan tersebut menyebabkan terjadinya beberapa
persoalan mendasar didalam pemerintahaan, juga berubah , antara lain
seperti sifat kesukuan dan fanatisme Arab untuk memegang kekuasaan yang
terjadi pada zaman Bani Umayah , semakin memundar pada zaman
pemerintahan bani Abbasiyah. Masalah sistem pemerintahan pada zaman
bani Abbassiyah sendiri berangsur-angsur kehilangan ras Arabnya, karena
mereka semakin sadar bahwa Bani Abbasiyah memperoleh kekuasaan atas

bantuan Mawali/Muallaf (orang yang masauk islam terutama yang berasal
dari non Arab). 1
Menjelang akhir daulah Umawiyah, terjadi bermacam-macam
kekacauan yang antara lain disebakan :
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim
pada umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka
tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggran terhadap ajaran islam dan hak-hak asasi manusia dengan
terang-terangan.
Oleh karna itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan
mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umawiyah.
Gerakan ini menghimpun :
1. Keturuna Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Sulaimah;
2. Keturunan Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim Al-Iman;
3. Keturuna bangsa persia pemimpinnya Abu Muslim Al-Khurasany.
Mereka memusatkan kegiatannya di khurasan dengan usaha ini, pada
tahun 132 H/750 M tumbanglah Daulah Umawiyah dengan terbunuhnya
Marwan Bin Muhamad, Khalifah terakhir . dengan terbunuhnya Marwan
mulailah berdiri Daulah Abbsiyah dengan di ankatnya kalifah pertama
Abdullah Bin Muhamad, dengan gelar Al-Abbas Al-Saffah, pada tahun 132-
136 H/750-754 M.
Pada masa Daulah Abbasiyah berkali-kali terjadi perubahan corak
kebudayaan islam sesuai dengan terjadinya perubahan dibidang politik
ekonomi dan sosial :
1 Rusydi rasyid Muhammad, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta:penerbit Cakrawala publishing, 2009),hlm.39.

1. Masa Abbasiyah I; semenjak lahirnya Daulah Abbsiyah tahun 132 h/1750
sampai meninggalkan Khalifah Al-Wasiq tahun 232 H/847 M.
2. Masa Abbsiyah II tahun 232 -334 H/847 -946 M mulia khalifah Al-
Mutawakkil sampai berdirinya Daulah Buwaihi di Baghdad.
3. Masa abbasiyah III tahun 334-447 H/946-1055 M, dari berdirinya Daulah
Buwaihi sampai masuknya kaum salju ke Baghdad.
4. Masa Abbasiyah IV tahun 447-656 H/1055-1258 M dari masuknya orang-
orang salju ke baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa tarta
di bawah pimpinan hulagu.
Politik yang dijalankan oleh Abbasiyah 1.
1. Kekuasaan sepenuhnya dipegang oleh khalifah yang mempertahankan
keturunan Arab murni di bantu oleh Wazir, mentri Gubernur dan para
panglima beserta pegawai-pegawainya yang berasal dari berbagai bangsa
dan pada masa ini yang sedang banyak di angkat dari golongan Mawali
turunan persia.
2. Kota Baghdaab sebagai ibu kota negara, menjadi pusat kegiatan politik,
sosial budaya dan kebudayaan, dijadikan kota internasional yang terbuka
untuk segala bangsa dan keyakinan sehingga terkumpullah di sana
bangsa-bangsa Arab, Turki,Persia, Rumawi,Qibthi, Hindi, Berbari,K dan
sebagainya.
3. Ilmu pengetahuan di pandang sebagai sesuatu byang sangat penting dan
mulia. Para khaliafah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan
seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Para khalifah sendiri pada umunya adalah ulama yang mencintai ilmu,
menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.
4. Kebebasan berpikir di akuai sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran
dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, kondisi yang menyebabkan

orang berleluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang aqidah,
filsafat, ibadah, dan sebagainya.
5. Para menteri turunan Persia di beri hak penuh dalam menjalankan
pemerintahan sehingga mereka memegang peranan penting dalam
membina tamadun islam. Mereka sangat mencintai ilmu dan
mengornbankan kekayaannya untuk meningkatkan kecerdasan rakyat
dan memajukan ilmu pengetahuan.
Politik Daulah Abbasiyah II,III,IV:
1. Kekuasaan khalifah sudah lemah bahkan kadang-kadang hanya sebagai
lambang saja. Kekuasaan sebebnarnya di tanggung wazir atau panglima
atau sultan yang berkuasa di Baghdad sehingga kadang-kadang nasib
khalifah bergantung pada selera penguasa, di angkat di turunkan atau
dibunuh, oleh karna itu, kekuasaan politik sentral. Jatuh dibawanya
karena negara-negara bagian (kerajaan kecil) tidak menghiraukan lagi
pemerintah pusat kecuali pengakuan secara politis saja. Demikian juga
kekuasaan militer pusat karena masing-masing penglima membentuk
kekuasaan dan pemerintahan sendiri. Berdirilah kerajaan di sebelah
kerajaan disebelah barat Baghdad :
a. Di Andalus berdiri daulah Ummayah II yang mengangkat Abdur
Rahman an-nasir sebagai khalifah (Amirul Mu’minin).
b. Di tunisia golongan Syiah ismaliyah mendirikan Daulah Al-Mahdi
menjadi khalifah (Amiru Mu’minin) dan mendirikan kota Mahdiyah
dalam perkembanagan selanjutnya Fatimiyah menguasai seluruh
Afrika utara memindahkan ibu kotanya keM]esir yaitu dengan
mendirikan kota Kairo dan perguruan tinggi Al-Azhar.
c. Sebelum daulah Fatimiyah, Afrika Utara di bagi oleh Daulah
Idrisiyahh di Maroko, Aghlabiyah di Yunisia, Ikhsyidiyah di Mesir.

d. Di halab dan musil berdiri Daulah Bani Hamdan.
Di sebelah Timur ibu kota Baghdad berdiri Daulah :
1. Bani Tahir di Hurasan
2. Bani Samman di Bukhara
3. Bani Gaznawiyah di Afganistan.
2. Kota Baghdad bukanlah satu-satunya kota Internasional dan terbesar,
sebab masing-masing kerajaan berlomba-lomba untuk mendirikan kota
yang menyaingi kota Baghdad.
3. Kalau keadaan politik dan militer merosot, ilmu pengetahuan tambah
maju dengan pesatnya. Hal ini disebabkan masing-masing kerajaan,
masing-masing amir atau khalifah atau sultan berlomba-lomba untuk
memajukan ilmu pengetahuan, berlomkba-lomba untuk mendirikan
perpustakaan, mengumpulkan para ilmuwan, para pengaran,
penerjemahm memberikan kedudukan terhormat kepada ulama dan
pujangga.2
Kelompok (Sekte) kaisaniyah (Syiah Fafidhah) mengatakan bahwa
Imamah berada di tangan Muhammad Bin Ali Bin Abi Thalib (Ibnu Hanafiyah).
Kemudian mereka menyeruh bahwa setelah itu iIamah adalah milik sah Abu
Hasyim yang dengan keras mengkritik pemerintahan Umawiyah. Sebelum
meninggal dia meminta kepada anakpamannya Muhammad bin Ali bin
Abdullah Ibnu-Abbas yang bermukim di Hamimah Hordania untuk merebut
kekuasaan Bani Umayyah dan menyerahkannya untuk Ahli bait Rasulullah.
Proses berdirinya Abasiyah dengan tokoh-tokohnya melalui beberapa
tahap perjuangan yaitu :
2 Sunanto Musyirifah, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta :Penerbit Kencana,2011),hlm.51-53

1. Gerakan rahasia (100-129 H/718-746 M).
Muhammad di kenal dengan sebagai sosok yang sangat ambisius .
maka dia segera melahirkan pemikiran untuk mendirikan pemerintahan
Abbsiyah. Dia mulai gerakannnya ini sejak tahun 100 H. Dia menjadikan
Hamimmah sebagai sentral perencanaan, konsolidasi, dan sistem kerja
gerakan, sedangkan, kufah dijadikan sebagai pusat pembentukan opini
dan khurasan sebagai pusat penebaran opini itu.
Dia memilih orang-orang yang sangat terpilih dan kapabel untuk
menebarkan pemikiran dan rencananya ini. Sehingga, gerakan ini
belangsung dengan sangat rahasia dan sangat lamban. Mereka
menggunakan nama Ahlul Bait. Apa yang dia kerjakan sangat rencana
serta penuh siasat daan cemerlang.
Setelah muhammad meninggal, anaknya yang bernama Ibrahim
menggantikannya pada tahun 125 H/742 M. Pada saat itu pemerintahan
bani umawiyah telah mengalami kemunduran yang sangat setelah
meninggalnya Hisyam bin Abdul Malik. Pada saat yang sama gerakan
Abbasiyah semakin gencar dan tersebar kemana-mana.
2. Gerakan dengn terang-terangan serta penaklulkan Khurasan dan Irak.
Pada tahun 129 h/746 M Ibrahim memerintahkan kepada Salahy
seorang panglimanya yang dikenal Abu Muslim al-khurasani (salah
seorang panglima militer yang cemerlang dan berbahaya serta cerdik)
untuk mendeklarasikan gerakan ini di khurasan. Abu Muslim pun
melakukan apa yang diperintahkan oleh Ibrahim. Namun Marwan bin
Muhammad (khalifah terakhir Bani Umayyah) menangkap dan
memenjarakan ibrahim.3
3 Al-Usairy Ahmad, Sejarah Islam, (jakarta:penerbit Akbar Media Eka Sarana,2003),hlm.215-216

B. SUKSESI KEPEMIMPINAN MASA BANI ABBASIYAH
Abdullah Ibn Muhammad alias Abu Abbas diumumkan sebagai
khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M. dalam khutbah pelantikan
yang disampaikan di masjid Kufah, ia berjanji akan memerintah sebaik-
baiknya dan melaksanakan syariat Islam. Selain itu ia menyebut dirinya
dengan As-Saffa (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Hal ini
sebenarnya akan menjadi preseden yang buruk bagi suatu kekuasaan,
dimana kekuatan tergantung kepada pembunuhan yang ia jadikan sebagai
alat pembenar bagi kebijakan politiknya.
Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H-656 H. selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang
ditetapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, pemerintahan
Abbasiyah di bagi menjadi 5 periode :
1. Periode I (132 H/750 M- 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama, Khalifah yang memerintah adalah As-Saffah 132-126 H, Ja’far al-
Mansur 136-158 H, al-Mahdi 158-169 H, al-Hadi 169-170 H, Harun ar-Rasyid
170-193 H, al-Amin 193-198 H, al-Ma’mun 198-218 H, al-Mu’tasim 218-227
H, al-Watsiq 227-232 H.
2. Periode II (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama, Khalifah yang memerintah adalah al-Mutawakkil 232-247 H, al-
Muntashir 247-248 H, al-Musta’in 248-252 H, al-Mu’tazz 252-255 H, al-
Muhtadi 255-256 H, al-Mu’tamid 256-279 H, al-Mu’tadhid 279 – 289 H, al-
Muktafi 289-295 H, al-Muqtadir 295-320 H, al-Qahir 220-222 H, ar-Radhi
322-329 H, al-Muttaqi 329-333 H, al-Mustakfi 333-334 H.

3. Periode III (334 H/945 M – 447 H/1055 M), disebut kekuasaan Dinasti Buwaih
dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah atau masa pemerintahan Persia
kedua. Khalifah yang memerintah adalah al-Muthi’ 334-363 H, ath-Tha’I 363
– 381 H, al-Qadir 381 – 422 H.
4. Periode IV (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), disebut masa kekuasaan Dinasti
Saljuk dalam pemerintahan Abbasiyah atau masa pengaruh Turki kedua.
Khalifah yang memerintah adalah al-Qa’in 422-467 H, al-Muqtadi 467-487 H,
al-Mustazhhir 487-512 H, al-Mustasyid 512-529 H, ar-Rasyid 529-530 H, al-
Muqtafi 530-555 H, al-Munstanjid 555-566 H, al-Mustadhi’ 566-575 H.
5. Periode V (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), disebut masa khalifah bebas dari
pengaruh Dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Baghdad
sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tartar di bawah pemimpin
Hulaqu Khan tahun 656 H. khalifah yang memerintah adalah an-Nashir 575-
622 H, azh-Zahir 622-623 H, al-Mustanshir 623-640 H, al-Musta’shim 640-656
H.4
C. BIOGRAFI PARA KHALIFAH DAULAH ABBASIYAH
Khalifah yang memerintah masa dinasti Abasiyyah ada 37 khalifah. Adapun
gambaran khalifah-khalifah tersebut dapat dilihat berikut ini :5
No Nama Mulai Berakhir lama Umur Peride
1 Abu Abbas
al-saffah
132 H/750 M 136 H/754
M
4 thn 33 thn Periode
I
2 Abu Ja’far
al-Mansur
136 H/754 M 158 H/755
M
22 thn 63 thn
3 Mahdi bin 158 H/775 M 169 H/785 10 thn 43 thn
4 Yatim Badri , Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada) hlm.49-505

al-Mansyur M
4 Hadi bin
Mahdin
169 H/785 M 170 H/786
M
1 thn 3 bln 62 thn
5 Harun al-
Rasyid
170 H/786 M 193 H/809
M
23 thn 2
bln
47 thn
6 Al-Amin 193 H/809 M 198 H/813
M
4 thn 8 bln 28 thn
7 Al-Ma’mun 198 H/813 M 218 H/833
M
20 thn 48 thn
8 Al-
Mu’tashin
218 H/833 M 227 H/842
M
8 thn 8 bln 38 thn
9 Al-Wasiq 227 H/842 M 232 H/847
M
5 thn 9 bln 32 thn
10 mutawakkil 232 H/847 M 247 H/861
M
14 thn 9
bln
40 thn Periode
II
11 Al-
Muntashir
247 H/861 M 248 H/862
M
6 bln 26 thn
12 Al-Musta’in 248 H/862 M 252 H/866
M
9 thn 9 bln 31 thn
13 Al-Mu’tazz 252H/866M 252 H/868
M
24 thn
14 Muhtadie
bin al-
Watsiq
252 H/868 M 256 H/869
M
38 thn
15 Mu’tamid
bin
Mutawakkil
256 H/869 M 279 H/892
M
50 thn

16 Mu’tahdid
bin al-
Muwaffaq
279 H/892 M 289 H/902
M
47 thn
17 Muktafie
bin
Mu’tahdid
289 H/902 M 295 H/908
M
33 thn
18 Muqtadir
bin
Mu’tahdid
295 H/908 M 320 H/932
M
38 thn
19 Al-Qahir bin
Mu’tahdid
320 H/932 M 322 H/934
M
35 thn
20 Ar-Radhie
bin
Muqtadir
322 H/934 M 329 H/940
M
32 thn
21 Al-Muttaqie
bin
Muqtadir
329 H/940 M 333 H/944
M
60 thn
22 Mustakhfie
bin
Muktafie
333 H/944 M 334 H/945
M
42 thn
23 Al-Mu’thie
bin
Muqtadir
334 H/945 M 363 H/973
M
63 thn Periode
Buwaih
i-yah/P
ersi ke224 At-Tai bin
al-Muthie
363 H/973 M 381 H/991
M
76 thn
25 Al-Qadir bin
ishaq
381 H/991 M 422 H/1031
M
86 thn

26 Al-Qaim bin
Al-Qadir
422 H/1031
M
467 H/1074
M
76 thn
27 Muaqtadie
bin
Muhammad
467H/1074
M
487 H/1074
M
38 thn Periode
Saljuqiy
ah/Turk
i ke228 Mustadzar
bin
Muqtadie
487 H/1074
M
512 H/1118
M
41 thn
29 Mustarsyid
bin
Mustazhir
512 H/1118
M
529 H/1134
M
43 thn
30 Al-Muqtafie
bin
Mustadhir
529 H/1134
M
530 H/1135
M
4o
thn
31 Al-Rasyid
bin
Mustarsyid
530 H/1135
M
555 H/1160
M
66 thn
32 Al-Muqtafie
bin
Mustanjid
555 H/1160
M
566 H/1170
M
48 thn
33 Mustadhie
bin
Mustanjid
566 H/1170
M
575 H/1179
M
39 thn
34 Al-Nashir
bin
Mustadhie
575 H/1179
M
622 H/1225
M
46 thn 11
bln
70 thn
35 Al-Zahir bin 622 H/1225 623 H/1226 53 thn

al- Nashir M M
36 Mustanshir
bin al- Zahir
623 H/1226
M
641 H/1243
M
52 thn
37 Muta’shim
bin
Mustanshir
641 H/1243
M
656
H/1257 M
50 thn
Di antara khalifah Abbasiyah di atas, khalifah 10 pertamalah yang di anggap
berjasa dalam meletakkan pondasi pemerintahan Abbasiyah.
1. Abul Abbas As-Shafah (750-754)
Masa pemerintahan Abu Al-Abbas, pemdiri dinasti ini sangat singkat,
yaitu dari tahun750 M sampai 754 M.karena pembina sebernanya dari
daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al-Mansyur (754-775 M). Dia dengan
keras menghadpi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Kharij, dan juga
Syia’ah yang merasakan di kucilkan dari kekuasaan. Untuk
mengamalkankekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi
saingan satu persatu di singkirkan.6
2. Abu ja’far Al-mansyur (754-774 M)
Pada masa beliau, sikapnya terhadap keluarga Umayyah, kjawarij dan
Syiah tidak jauh berbeda dengan kakaknya tetap berupaya
m,emusnahkannya. Untuk mengamalkan kekuasaannya, tokoh-tokoh yang
besar yang munkin menjadi saingan baginya satu persatu disingkirkannya.
Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang
ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelum Syiria dan mesir, karna tidak 6 Yatim Badri , Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada) hlm.50

sedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim Al-Khurasani atas perintah
beliau.
3. Abu Abdullah Muhammad Al-mahdi (775-785 M)
Pada masa beliau suasana pemerintahan mulai kondusif, para
tahanan politik dilepaskan agar dapat bekerja dan ikut aktif dalam
membangun negara. Namun demikian masih juga ada gerakan yang beliau
berantas, yaitu gerakan kaum Zindik. Kaum Zindik adalah golongan atheist,
mereka tidak mempetrcayai ajaran Islam (tidak mengakui adanya tuhan).
Karena tindak mereka itu membahayakan ketentraman umum, maka beliau
membentuk jawatan “Shaibuz Zanadiqah” yaitu yang istimewah bertugas
menumpas kaum Zindik.
Perluasan daerah dengan melaui teluk persia, beliau mengirimkan
pasukaan ke india, memperoleh kemenangan dapat meruntuhkan kuil dan
patung Budha. Maka pihak India menderita kerugian kebudayaan yang tak
terkira. Tetapi sebaliknya al-mahdi juga menderita kerugioan sebab
pasukannya yang mati karena kapalnya setelah kembali tenggelam di teluk
persia.
4. Abu Muhammad Al-Hadi (785-786)
Pada masa beliau (Al-Mahdi)ini memerintah terjadi pemberontak
kelompok Syi’ah, khawarij. Kedua kelompok ini selalu mengadakan
pemberontakkan, baik dimasa bani Umayyah hingga Abbasiyah. Karena
berkeyakinan bahwa yang berhak memegang Daulah Islamiyah adalah
keturunan Sayyidana Ali, dan disamping itu juga mereka menghendaki
ddaulah islamiyah itu dipilih secara demokrasi.
5. Abu Ja’far harun Ar-Rasyiid (786-809 M)
Harun Ar-Rasyid dalah merupakan khalifah Dinasti Abbasiyah yang
agak lama memegang jabatan lebih kurang daari 23 tahun. Dalam masa

perintahan, beliau membawa nama baik negara. Sebab, beliau selain seorang
khalifah yang bijaksana dalam memimpin juga taat kepad agama, dermawan
serta sangat menghargai para alim ulama, cerdik-cerdikiawan, seniman.
Disamping itu, beliau sanagt disenangi oleh rakyatnya karena sifat-sifat yang
dimilikinya tersebut7
6. Muhammad al-Amien
Dia bernama Muhammad al-Amien bin Harun ar-Rasyid. Ibunya
bernama Zubaidah bunti Ja’far ibnul-Manshur .Tidak ada seorang pun
khalifah Bani Abbasyiah dimana yah dan ibunya berasal dari Bani Hasyim
kecuali dia sendiri .
Ayahnya telah membaiatnya sebagai khalifah, lalu untuk
saudaranya al-Makmun, kemudian untuk Qasim. Dia di beri kekuasaan di
Irak, sedangkan al-Makmun di Khurasan. Ar-Rasyid telah membaiat
keduanya di Mekkah dan mengambil janji setia dari mereka untuk tidak
berselisih . Baiat ini disaksikan sekian orang yang hadir . Sedangkan, tulisan
baiat disimpan didalam ka’bah .
Namun, ada seorang yang bernama Al-Fadhl ibnur-Rabi’-salah
seorang menteri Al-Amien Yang mendorongnya untuk mencopot posisi putra
mahkota dari adiknya dan memberikannya kepada anak yang bernama Musa.
Ternyata Al-amien termakan tipuan ini dan dia merobek surat baiat. Maka,
al-makmun segera memberontak.
Pada tahun 195 H/810 M, al-Amien mengirimkan dua
pasukan untuk memerangi saudaranya . Namun, kedua pasukan iniberhasil
7 Al-Usairy Ahnmad,Sejarah isam,(jakarta:Akbar Media Eka Sarana,)hlm 220-237

dihancurkan oleh Thahir bin Husein, panglima perang al-Makmun. Setahun
setelahnya kembali mereka mengalami kekalahan yang sangat telak
7. Abdullah al-Makmun (198-218 h/ 813-833 m)
Dia bernama Abdullah al-Makmun bin Harun ar-Rasyid . Harun
ar- Rasyid telah membaiat kedua anaknya yang bernama al-Amien baru
kemudian al-Makmun. Namun, al-Amien memecat saudaranya dari
posisinya sebagaimana kita sebutkan sebelum ini. Setelah melalui
pertarungan berdarah dan melalui tipu daya menrti yang bernam al-Fhadl
bin Sahl, al-Makmun berhasil menaklukkannya dan berhasil memgang
pucuk Khalifah pada tahun 198 H/812 M.
1. Peristiwa-peristiwa penting pada masa perintahannya
Pertama, pembontakan Baghdad dan penunnjukan Ibrahim al-
Mahdi sebagai Khalifah.
Dia mengangkat Ali Bin Musa ar-Ridha (salah seorang cucu Husein) berkat
pendekatan yang dilakukan oleh al-fadhl bin Sahl seorang penganut Syiah
Rafidhah. Keputusan ini membuat penduduk Baghdad Barat menurunkan al-
Makmun dari kekuasaannya dan membaiat pamannya yang bernama Ibrahim
pada tahun 210 H/816 H.
Kedua, Al-Khurramiyah. Ini merupakan salah satu madzhab kaum
zindiq dan sebagai kelanjutan dari pemikiran Mazdakisme di Iran. Nama ini
dinisbatkan kepada sebuah kota di Persia yang bernama Khurramah.
Khurramiyah ini menghalalkan semua yang haram.
Ketiga, Fitnah bahwa Al-quran adalah makhluk. Ini terjadi pada masa
pemerintahan al-makmum pada tahun 218 H/833 M. Fitnah ini terjadi karena

munculnya pendapat yang mengatakan bahwa Al-Quran itu adalah makhluk
dan bukan wahyu yang diturunkan. Al-Makmum sendiri meyakini pendapat
ini adalah benar. Pendapat yang sebnarnya dilahirkan oleh orang-orang
mu’tazilah.
2. Penaklukan-penaklukan pada masa pemerintahannya
Penaklukan pada masanya sangatlah terbatas di masa-masa
pemerintahan Bani Abbasiyah. Penaklukan yag sebenarnya telah
terhentisejak akhir pemerintahan Bani Umawiyah. Dia hanya mampu
menaklukkan Laz, sebuah tempat di Dailam, pada tahun 202 H/ 817 M.
Sebagaimana penaklukan terjadi di Nawbah dan Bujat. Al-Makmum adalah
orang pertama yang mendtangkan pasukan dari turki.
3. Sistem putera mahkota
Jasa besar yang mungkin bisa kita catat dari Al-Makmum adalah
Dia merupakan khalifah Abbasiyah pertama yang bisa mengambil pelajaran
dari peristiwa-peristiwa sejarah. Dia melihat bahwa pemerintahan (khilafah)
bukanlah miliknya secara khusus yang kemudian harus diwariskan kepada
anak-anaknya. Pemerintahan dalam pandangannya bertujuan untuk
kemashlahatan umum. Karenanya harus diperhatikan kebaikan dan
kemashlahatan manusia.
Dia tidak menjadikan anaknya sebagai penggantinya melainkan dia
menganggkat saudaranya sebab dia menganggap bahwa saudaranya lebih
memiliki banyak kelebihan dari anaknya sendiri baik dari sisi keberanian
maupun kapabilitas.
Al-Makmum meninggal pada tahun 218 H/833 M setelah berkuasa selama 20
tahun.
8. Abu Ishaq AL-Mu’tashim (218-227 h/ 833-841 m)

Dia bernama Muhammad Bin Haru ar-Rasyid. Naik sebagai khalifah
pada tahun 218 H/ 833 M. Setelah saudaranya dan karena mendapatkan
wasiat dari saudaranya itu. Dia banyak mengangkat banyak pasukan dari
orang-orang Turki sehingga jumlah mereka semakin banyakdi Baghdad. Maka
dia membangun sebuah kota untuk mereka yang dikenal dengan sebutan
Samura’. Tampaknya al-Mu’tashim kehilangan kepercayaan pada orang-
orang Arab dan Persi. Sehingga dia mengambil orang=orang Turki sebagai
orang-orang dekatnya.
Adapunperistiwa-peristiwa penting dizamannya yakni:
1. Gerakan Babik al-Khurrami
2. Penaklukan Amuriyah
9. Harun al-Watsiq (227-232 h/ 841-846 m)
Dia adalah Harun Bin Muhammad al-Mu’tashim. Menjadi khalifah setelah
ayahnya, al-Mu’tashim, pada tahun 227 H/ 841 M. Pada masanya tidak
terjadi sebuah peristiwa penting yang sangat signifikan.
Harun al-Watsiq meninggal pada tahun 223 H/ 846 M, setelah
pemerintahannya selama lima tahun.
10. J’far al-mutawakkil (232-247 h/ 846-861 m)
Da bernama Ja’far bin Muhammad al-Mu’tashim. Diangkat
sebagai khalifah setelah saudaranya, al-Watsiq. Dia melarang sangat keras
pendapat yang mengatakan bahwa Al-quran adalah makhluk. Dia menghapus
bid’ah ini dan sangat menaruh hormat kepada Imam Ahmad Bin Hambal.
Adapun peristiwa penting di masanya yakni :

1. Orang-orang Romawi melakukan penyerangan di Dimyath, Mesir, namun
behasil ditaklukkan dan sisanya kembali ke negerinya. Ini terjadi pada tahun
238 H/ 852 M.
2. Anaknya yang bernama al-Muntashir melakukan konspirasi bersama-sama
dengan pemmpin Turki, lalu mereka membunuh al-Mutawakkil, ini terjadi
pada tahun 247 H/ 861 M. Dia menjadi khilafah selama lima belas tahun.
3. Dengan meninggalnya al-Mutawakkil, maka berakhir pulalah masa
pemerintahan Bani Abbasiyah periodepertama.8
D. KEMAJUAN DAULAH ABBASIYAH DAN SUMBANGANNYA TERHADAP ISLAM
Telah disebutkan, bahwa khalifah di Baghdad yang didirikan oleh
Saffah dan Mansur mencapai masa keemasannya mulai dari Mansur sampai
Wathiq dan yang paling jaya adalah periode Harun dan putranya, Ma’mun.
Istana khalifah Harun yang identik dengan megah dan penug dengan
kehadiran para pujangga, ilmuwan dan tokoh – tokoh penting dunia. Dengan
Harun tercatat buku legendaris cerita 1001 malam9
Masa ini adalah masa keemasan atau masa kejayaan umat Islam
sebagian pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan itu hampir
mencakup semua aspek kehidupan:
a. Administrasi pemerintah dengan biro-bironya.
b. Sistem organisasi militer
c. Administrasi wilayah pemerintah
8 9 Ahmad Syafii Maarif , Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,2007.Jogyakarta: Pustaka book publusher, hal.167

d. Pertanian, perdangan dan industri
e. Islamiyah pemerintah
f. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
historiografi,filsafat Islam, teologi,hukum(fiqh),dan etika Islam,sastra,
seni,dan penerjemahan.
g. Pendidikan, kesenian, asitektur, meliputi pendidikan dasar
(Kuttab ),menengah dan perguruan tinggi; perpustakaan dan toko buku,
media tulis, seni rupa, seni musik dan arsitektur 10
1. Biro- Biro pemerintahan Abbasiyah
Di samping biro pajak, Dinasti Abbasiyah juga memiliki kanror
pengawas (Diwan al-Ziman) yang pertama kali diperkenalkan oleh al-Mahdi;
dewan korespondensi atau kantor arsip (Diwan al-Tawqi)yang menangani
surat-surat resmi;dokumen politik serta instruksi dan ketetapan
khalifah;dewan penyelidik keluhan;depertemen kepolisian dan pos.
Ciri penting pemerintahan Dinasti Abbasiyah adalah adanya
depertemen pos, yang dikepalai oleh seorang pejabat yang disebut Shahih al-
Barid. Pada masa Dinasti umayyah, Mu’awiyah, seperti yang telah kita bahas,
adalah khalifah pertama yang membentuk layanan pos, ‘Abd al-Malik
memperluas layanan pos ke seluruh wilayah kerajaan, dan al-Wahid
memanfaatkan jasa pos untuk pelaksanaan pembangunan.
2. Sistem Organisasi Militer
Kekhalifahan Arab tidak pernah memiliki pasukan reguler dalam
jumlah besar, terorganisir denagn baik, berdisiplin tinggi, serta mendapat
pelatihan dan pengajaran secara reguler. Pasukan pengawal khalifah
10 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam , 2008 , Bandung: Pustaka setia hal.130

mungkin merupakan satu-satunya pasukan tetap yang masing-masing
mengepalai sekelompok pasukan.
3. Administrasi Wilayah pemerintahan
Pembagia wilayah kerajaan Umayyah ke dalam provinsi yang dipimpin
oleh seorang gubernur ( tunggal amir atau amil ) sama dengan pola
pemerintahan pada kekuasaan Bazantium dan Persia.Pembagian ini tidak
mengalami perubahan pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah.Berikut ini
merupaka provnsi – provinsi utama pada masa kekhalifaan Bghdad:1. Afrika
sebelah barat Gurun Libya bersama dengan sisilia, 2. Mesir, 3. Suriah dan
Palestina,yang terkadang dipisakan, 4. Hijaz dan yamamah ( Arab Tengah ), 5.
Yaman dan Arab Selatan, 6. Bahrain dan Oman,dengan Bashrah dan Irak
sebagai ibukotanya, 7.Sawad atau Irak ( Mesopotania bawah ), dengan kota
uatamanya setelah Baghdad. Yaitu kuffah dan wash, 8. Jazirah ( yaitu
kawasan Asyiria kuno, bukan Semenanjung Arab ), dengan ibukota Mosul, 9.
Azerbaijan, dengan kota – kota besarnya, seperti Ardabil, dan tirbiz, dan
Maraghah, 10. Jibal (perbukitan , Mesir kuno ), kemudia dikenal dengan Irak
Ajami ( iraknya orang Persia) dengan kota utamanya adalah Ramadan.11
4. Perdagangan dan Industri
Sejak masa khalifah kedua Abbasiyah, Al-Mansur, sumber Arab palig awal
yang menyingung tentang hubungan maritim Arab dan persia dengan india
dan Cina berasal dari laporan perjalanan Sulaiman At=Tajir dan para
pedagang muslim lainnya pada abad ke-3 Hijriah. Tulang punggung pedagang
ini adalah sultra, kontribusi terbesar orang Cina kepada dunia barat. Biasanya
jalur perdangan yang disebut ‘ jalan sultra’, mnyusuri samarkand Turkistan
11 K. Hitti,Philip, History Of The Arabs, (New York: Palgrave Macmillan,2002),hlm401-411

Cina, sebuah wilayah yag kini tidak banyak dilalui dibanding wilayah –
wilayah dunia lainnya yang sudah dihuni dan perperadaban.
5. Bidang kedokteran
Nama paling terkenal dalam catatan kedokteran Arab setelah Ar-Razi
adalah Ibn Sina ( Avicena, yang masuk ke bahasa latin melalui bahasa Ibrani,
Aven Sina,980-1037),yang disebut oleh orang Arab sebagai Asy-Syaikkah Ar-
Ra’is lebih menguasai kedoktern daripada Ibn Sina, sedangkan Ibn Sina lebih
menguasai filsafat daripada Ar-Razi. Dalam diri seorang dokter, filosof, dan
penyair inilah ilmu pengetahuan Arab mencapai titik puncaknya dan
berinkarnasi.
Diantara karya-karya ilmiahnya, dua buku yag paling unggul adalah
kitab Asy-Syifah ( buku tentang penyembuhan), sebuah buku ensiklopedia
filsafat yang didasarkan atas tradisi Aristotelian yang lebih dipengaruhi oleh
neo-Platonisme dan teologi Islam, karena Al-Qonun fi Ath-Thibb, yang
merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani – Arab.
6. Pendidikan , perpustakaan, dan toko buku
Lembaga pendidikan Islam pertama untuk pengajaran yang lebih tinggi
tingkatannya adalag Bait Al-Hikmah ( rumah kebijakan ) yang didirikan leh Al-
Ma’mun (830 M ) di baghdad ibukotanya negara. Selain berfungsi sebagai
biro penerjemahan, lembaga ini juga dikenal sebagai pusat kajian akademis
dan perpustakaan umum, serta memiliki sebuah observatorium.
Perpustakaan ( khizanat al-kutub ) dibangun di Syiraz oleh penguasa
Buwaihi, Adud Ad-Dawlah(977-982) yang semua buku-bukunya disusun

diatas lemari – lemari, didaftar dalam katalog, dan diatur dengan bai oleh
staf administrator yang berjaga secara bergiliran.
Selain perpustakaan, gambaran tentang budaya baca pada periode ini
bisa juga dilihat dari banyaknya toko buku. Toko-toko itu, yang juga berfungsi
sebagai agen pendidikan, mulai muncul sejak awal kekhalifaan Abbasiyah.12
E. KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH
Berakhirnya kekuasaan Dinasti Selju atas Bagdad atau khalifah
Abbasiyah merupakan awal dari peride kelima.periode ini, khalifah Abbasiyah
tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu Dinasti tertentu, walaupun banyak
sekali dinasti Islam berdiri.
Faktor-faktor kemunduran Abbasiyah :
1. Persaingan Antar Bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbasiyah yang bersekutu
dengan orang Persia. Persekutuan di latar belakangi oleh persamaan nasib
kedua golongan itu pada masa bani umayyah berkuasa. Kedua sama-sama
tertindas.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada peride pertama,
pemerintah bani Abbasiyah merupakan pemerintahan terkaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-al-Mal penuh dengan
harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain ri al-kharaj,
semacam pajak hasil bumi.12 Ahmad Syafii Maarif , Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,2007.Jogyakarta: Pustaka book publusher, hal.167

3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan.
Karna cita-cita orang persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan
mendorong sebagian mereka mempropagandanya ajaran Manuaisme,
Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan
gerakan Zindiq ini menggoda rasa para keimanan para khalifah.
4. Ancaman Dari Luar
Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping
itu, ada pula faktor-faktor internal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah
lemah dan ahirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa
gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan
tentra Mongol kewilayah kekuasaan Islam.13
F. SEBAB – SEBAB KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH
Sejak abad ke – 7 M bangsa Arab dengan cepat seklai menguasai satu
persatu wilayah kemajuan dunia saat itu sampai mereka pernah menjadi
penguasa yag sangat kuat dian peta kekuatan Islam melebar sampai Asia,
Afrika,dan Eropa Barat Daya.Walaupun Dinasti Abbasiyah berkuasa selam
lima abad ( 750 – 1258 M ), kemegahan dinasti ini dalam waktu relatif tidak
panjang dan bahkan sempat menempatkan dirinya sebagai negara terkuat
dan tertinggi ketika itu, ternyata akhirnya kejayaan itu menuju kulminasi,
pasca kekuasaan khalifah Wasiq ( 842 – 847 ) 14
13 Yatim Badri , Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada) hlm.80-8514 Ahmad Syafii Maarif , Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,2007.Jogyakarta: Pustaka book publusher, hal.167

1. Faktor Internal
a. Lemahnya semangat patriotisme negara. Menybabkan jiwa jihad yang
diajarkan Islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang
datang , baik dari dalam maupun dari luar.
b. Hilangya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga
kerusakan moral dan kerendahan budi menghancurkan sifat-sift baik
yag mendukung negara selama ini.
c. Tidak percaya pada kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai
pemberontakan, khalifah menundang kekuatan asing. Akibatnya
kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan khalifah.
d. Fanatik Madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara
Abbasiyah dan Allawiyah mnyebabkan kekuatan umat Islam menjadi
lemah, bahkan hancur berkeping – keping .
e. Kemerosotan ekonomi terjadi karena kebanyakan biaya yang
digunakan untuk anggaran tentara,banyaknya pemberontakan dan
kebiasaan para penguasa untuk berfoya – foya, kehidupan para
khalifah dan keluarganya serta pejabat – pejabat negara yang hidup
mewah, jenis pengeluaran yang semakin beragam, serta pejabat yang
korupsi, dan semakin sempinya wilayah kekuasaan khalifah karena
telah banyak provisi yang telah memisahkan diri.
2. Faktor Eksternal
Adanya kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan peradaban
dan kebudayaan isalam daripada politik, provinsi – provinsi tertentu
dipinggiran mulai melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani
Abbasiyah. Mereka bukan sekedar memisahkan diri dari kekuasaan
khalifah,tetapi memberontak dan berusaha merebut pusat kekuasaan di
baghdad. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak

mengorbankan uat, yang berarti juga pemerintahan tandingan ini dapat
dilakukan atas bantuan bani salju tau buyah.15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Sejarah berdirinya abbasiyah karna
a. Gerakan rahaasia (100-129 H/718-746 M).
b. Gerakan dengn terang-terangan serta penaklulkan Khurasan dan
Irak.
2. Suksesi Kepemimpinan Masa Daullah ‘Abbasiya
Suksesi pemerintahan pada Daullah ‘Abbasiya menjadi 5 periode
a. Periode I (132 H/750 M- 232 H/847 M)
b. Periode II (232 H/847 M – 334 H/945 M)
15 Supriadin Dedi, Sejarah Peradaban Islam,Bandung :penerbit Pustaka Setia,2008,hlm,139-141

c. Periode III (334 H/945 M – 447 H/1055 M)
d. Periode IV (447 H/1055 M – 590 H/1194 M)
e. Periode V (590 H/1194 M – 656 H/1258 M)
3. Biografi Para Khalifah Daullah‘Abbasiyah
37 khalifah pada masa Abbasiyah,khalifah 7 pertamalah yang di
anggap bejasa pada pemerintahan abbasiyah.
4. Kemajuan daulah Abbasiyah
a. Administrasi pemerintah dengan biro-bironya.
b. Sistem organisasi militer
c. Administrasi wilayah pemerintah
d. Pertanian, perdangan dan industri
e. Islamiyah pemerintah
f. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika,
geografi, historiografi,filsafat Islam, teologi,hukum(fiqh),dan etika
Islam,sastra, seni,dan penerjemahan.
5. Faktor kemundurqn daulah Abbasiyah
a. Faktol internal
b. Faktor ekternal

DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Istianah, Sejarah Peradaban Islam, Malang : UIN-malang Press, 2008.
Ahmad Syafii Maarif , Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,.Jogyakarta:
Pustaka book publisher, 2007.
Al-Usairy Ahmad, Sejarah Islam, jakarta: Akbar Media Eka Sarana,2003.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam , Bandung: Pustaka setia, 2008.
K. Hitti,Philip, History Of The Arabs, (New York: Palgrave Macmillan,2002.
Rusydi rasyid Muhammad, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam, Cakrawala
publishing, 2009.

Sunanto Musyirifah, Sejarah Islam Klasik,Jakarta :Kencana,2011.
Yatim Badri , Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Penerbit Raja
Grafindo Persada.2000.