sejarah perkembangan islam pada masa dinasti umayyah
TRANSCRIPT
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH
A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Umayah
Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan.
Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan
Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja
yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan demikian, Dinasti
Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata Daulah, yang berarti
kekuasaan, pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah
negara yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di
Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan
adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam
pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil
alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin
Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan
dalam peristiwa Ammul Jama’ah. Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali
kepada Muawiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan Amul Jama'ah atau tahun
penyatuan . Peristiwa itu terjadi pada tahun 661 M. Sejak itu, secara resmi pemerintahan
Islam dipegang oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat
kekuasaan dari Madinah ke Damaskus ( Suriah ).
Oleh karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani
Umayah. Dilihat dari sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan
kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata
Bani Umayah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim. Hal ini disebabkan
Bani Umayah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2. Umayah memiliki harta yang cukup
3. Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di
antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan
pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW pada Perang Badar Kubra.
Keluarga Bani Umayah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8
H. Abu Sofyan diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang
salah satunya adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk
kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman.
Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk
Islam dan menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
Keturunan Umayah memegang kekuasaan Islam selama 90 tahun, kemudian dikenal
dengan Dinasti Umayah. Selama kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14
orang. Khalifah-Khalifah itu adalah sebagai berikut :
1. Muawiyah bin Abu Sufyan ( Muawiyah I ) 661-680 M
2. Yazid bin Muawiyah ( Yazid II ) 680-683 M
3. Muawiyah bin Yazid 683-684 M
4. Marwan bin Hakam (Marwan I) 684-685 M
5. Abdul Malik bin Marwan 685-705 M
6. Al Walid bin Abdul Malik ( Al Walid II ) 705-715 M
7. Sulaiman bin Abdul Malik 715-717 M
8. Umar bin Abdul Aziz ( Umar II ) 717-720 M
9. Yazid bin Abdul Malik ( Yazid II ) 720-724 M
10. Hisyam bin Abdul Malik 724-743 M
11. Al-Walid bi Yazid ( Al Walid II ) 743-744 M
12. Yazid bin al Walid ( Yazid III ) 744 M
13. Ibrahim bin al Walid 744 M
14. Marwan bin Muhammad ( Marwan III ) 744-750 M
Pada masa awal , kebijakan pemerintah Dinasti Umayah lebih banyak ditujukan
untuk memperluas wilayah Islam dengan kekuatan militer. Namun pada periode
berikutnya, dinasti ini berhasil menata pemerintahannya diberbagai bidang. Hal ini
tercapai berkat jasa dari empat orang Khalifah , yaitu :
1) Abdul Malik bin Marwan
2) Walid bin Abdul Malik
3) Umar bin Abdul Aziz
4) Hisyam bin Abdul Malik
Pada masa pemerintahan merekalah tercapai kemakmuran dan kemajuan yang tidak
hanya dinikmati oleh rakyat yang beragama Islam saja, namun kemajuan dan kemakmuran
tersebut dapat dinikmati oleh kalangan non muslim. karena pada saat itu kas negara sangat
banyak dan melimpah bahkan sulit untuk mencari seseorang yang mau menerima zakat.
B. Perkembangan Organisasi Negara dan Susunan Pemerintahan Pada Masa Dinasti
Umayyah
Organisasi Negara pada masa Daulah Umayah masih seperti pada masa permulaan
Islam, yaitu terdiri dari lima badan:
1. An Nidhamus Siyasi (organisasi politik)
Bidang organisasi politik ini, telah mengalami beberapa perubahan dengan masa
permulaan islam, terutama telah terjadi perubahan yang sangat prinsip di antaranya :
a. Khilafah
Kekuasaan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan telah mengakibatkan terjadinya
perubahan dalam peraturan Syura yang menjadi dasarnya pemilihan Khulafaur
Rasyidin. Dengan demikian jabatan khilafah beralih ke tangan raja satu keluarga,
yang memerintah dengan kekuatan pedang, politik dan diplomasi. Penyelewengan
semakin jauh setelah Muawiyah mengangkat anaknya Yazid menjadi putra mahkota
(waliyul ahdi).
b. Al-Kitabah
Seperti halnya pada masa permulaan islam, maka dalam masa daulah Umayah
dibentuk semacam dewan sekretariat negara (Diwaanul kitabah) untuk mengurus
berbagai urusan pemerintahan. karena dalam masa ini urusan pemerintahan telah
menjadi lebih banyak, maka ditetapkan 5 orang sekretaris yaitu :
1) Katib Ar-Rasail (sekretaris urusan persuratan)
2) Katib al-Kharraj (sekretaris urusan kuangan / pajak)
3) Katib al-Jund (sekretaris urusan ketentaraan)
4) Katib asy-Syurthah (sekretasis urusan kepolisian)
5) Katib al-Qadhi (sekretasis urusan kehakiman)
c. Al-Hijabah
Dalam masa daulah Umayah diadakan satu jabatan baru yang bernama a-
lhijabah, yaitu urusan pengawalan keselamatan khilafah. mungkin karena khawatir
akan terulang peristiwa pembunuhan terhadap Ali dan percobaan pembunuhan
terhadap Muawiyah danAmr bin Ash, maka diadakanlah penjagaan yang ketat
sekali, sehingga siapapun tidak dapat menghadap sebelum mendapat ijin dari
pengawal (hujjab).
2. An Nidhamul Idari (organisasi tata usaha Negara)
Seperti telah diterangkan, bahwa organisasi tata usaha negara pada permulaan
islam sangat sederhana, tidak diadakan pembidangan usaha yang khusus, demikian juga
pada masa dinasti Umayah. organisasi tata usaha negara pada masa ini terdiri dari :
a. Ad Dawaawin
Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, maka Daulah Umayah mengadakan empat
buah dewan yaitu : Diwanul Kharraj, Diwanur Rasail, Diwanul Musytaghilat al-
Mutanauwi’ah dan Diwanul Khatim.
b. Al-Imarah Alal Buldan
Daulah Umayah membagi daerah Mamlakah Islamiyah kepada lima wilayah besar,
yaitu :
1) Hijaz, yaman, Nejed (pedalaman Jzairah Arab)
2) Irak, Persia, Aman, Khurasan
3) Mesir, Sudan
4) Armenia, Azerbaijan, dan Asia kecil
5) Afrika Utara, Libya, Andalusia, Sicilia
Untuk tiap wilayah besar ini, diangkat seorang Amirul Umara (Gubernur
Jenderal), yang dibawahnya ada beberapa orang Amir (gubernur) yang mengepalai
satu wilayah.
c. Barid
Organisasi pos diadakan dalam tata usaha negara islam semenjak Muawiyah
memegang jabatan khalifah. Setelah khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa
maka diadakan perbaikan dalam organisasi pos.
d. Syurthah
Organisasi syurthah (kepolisian) dilanjutkan terus pada masa dinasti Umayah
bahkan disempurnakan. Pada mulanya organisasi kepolisian menjadi bagian dari
organisasi kehakiman yang bertugas melaksanakan perintah hakim dan keputusan-
keputusan pengadilan, dan kepalanya sebagai pelaksana al-hudud. tak lama
kemudian organisasi kepolisian terpisah dari kehakiman dan berdiri sendiri dengan
tugas mengawasi kejahatan.
3. An Nidhamul Mali (organisasi keuangan atau ekonomi)
Sumber uang masuk pada masa daulah Umayah umumnya sama seperti di zaman
permulaan islam, di antaranya : Al-Dharaaib merupakan kewajiban yang harus dibayar
oleh warga negara. Masharif Baitil Mal
4. An Nidhamul Harbi (organisasi pertahanan)
Oganisasi pertahanan pada masa daulah umayah sama seperti pada masa khalifah
Umar, hanya lebih disempurnakan. bedanya kalau pada masa khulafaur Rasyidin
tentara Islam adalah tentara sukarela, maka pada masa daulah umayah orang masuk
tentara kebanyakan dengan paksa atau setengah paksa, yang dinamakan nidhamut
tajnidil ijbary (seperti undang-undang wajib militer)
a. Angkatan laut
Pada masa khalifah Usman telah dimulai dibangun angkatan laut islam tetapi
sangat sederhana. setelah muawiyah memegang kendali negara Islam, maka
dibangunlah armada islam yang kuat dengan tujuan : (1) untuk mempertahankan
daerah-daerah islam dari serangan armada Romawi dan (2) untuk memperluas
dakwah islamiyah. Membentuk armada musim panas dan armada musim dingin
5. An Nidhamul Qadhai (organisasi kehakiman)
Di zaman Daulah Umayah, kekuasaan pengadilan telah dipisahkan dari
kekuasaan politik. Kehakiman pada zaman ini mempunyai ciri :
a. Bahwa seorang qadhi (hakim) memutuskan perkara dengan ijtihadnya karena pada
waktu itu belum ada lagi madzhab empat ataupun madzhab-madzhab lainnya. Pada
masa itu, para qadli menggali hukum sendiri dari al-kitab dan as-sunah dengan
berijtihad.
Kehakiman belum terpengaruh dengan politik, karena para qadli bebas
merdeka dengan hukumnya, tidak terpengaruh dengan kehendak para pembesar yang
berkuasa.
b. Para hakim pada zaman Umayah adalah manusia pilihan, yang bertakwa kepada
Allah dan melaksanakan hukum dengan adil, sementara para khalifah mengawasi
gerak-gerik dan perilaku mereka sehingga kalau ada yang menyeleweng terus
dipecat.
Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi ke dalam tiga badan :
1) Al-Qadla’ : tugasnya menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan
agama.
2) Al-Hisbah : tugas al-Muhasib (kepala hisbah) biasanya menyelesaikan perkara-
perkara umum dan soaial pidana yang memerlukan tindakan cepat.
3) An-Nadhar fil-Madhalim, yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pusat kegiatan ilmiah pada masa Dinasti Umayah adalah Kota Basrah dan Kufah di
Irak. Perkembangan ilmu pengetahuan itu ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan
muslim dalam berbagai bidang. Khalid bin Zayid bin Mu'awiyah adalah orang pertama
yang menerjemahkan buku tentang astronomi, kedokteran dan kimia. Disamping itu,
Khalid bin Yazid merupakan seorang penyair dan orator yang terkenal.
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz , sering mengundang
para ulama dan fuqaha untuk mengkaji ilmu dalam berbagai majlis. Ulama-ulama lain
yang muncul pada waktu itu adalah Hasan al Basri, Ibnu Shihab az Zuhri dan Wasil bin
Ata.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Bahasa Arab digunakan sebagai
bahasa administrasi negara. Penggunaan bahasa arab yang makin luas membutuhkan
suatu panduan kebahasaan yang dapat dipergunakan oleh semua golongan. Hal itu
mendorong lahirnya seorang bahasawan yang bernama Sibawaihi. Ia mengarang sebuah
buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul al-kitab. Buku tersebut
bahkan termashur hingga saat ini.
Bidang kesusastraan juga mengalami kemajuan.Hal itu ditandai dengan munculnya
sastrawan-sastrawan berikut ini :
1. Qays bin Mulawwah , termasyhur dengan sebutan Laila Majnun ( wafat 699 M)
2. Jamil al-Uzri ( wafat 701 M ).
3. al Akhtal ( wafat 710 M )
4. Umar bin Abi Eabi'ah ( wafat 719 )
5. al Farazdaq ( wafat 732 M )
6. Ibnu al Muqaffa ( wafat 756 M )
7. Jarir ( wafat 792 M ).
Pada masa dinasti Umayah, pembangunan fisik juga mendapat perhatian besar.
Dengan berpindahnya pusat kekuasaan keluaar dari Jazirah Arab, pembangunan fisik juga
tidak terpusat di Jazirah Arab saja. Usaha yang dilakukan oleh Dinasti Umayah dalam
kaitannya dengan keberadaan bangsawan bersejarah adalah :
1) Mengubah Katedral St.John di Damaskus menjadi Masjid
2) Menggunakan Katedral Hims sebagai Masjid
3) Merenovasi Masjid Nabawi
4) Membangun Istana Qusyr Amrah dan Istana al Musatta yang digunakan sebagai
tempat peristirahatan di padang pasir.
Bukti-bukti peninggalan tersebut menunjukkan bahwa pada masa Dinasti Umayah
umat Islam sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi.
D. Sekilas tokoh-tokoh bani umayyah
1. Muawiyah bin Abi Sofyan
a. Biografi Muawiyah bin Abi Sofyan
Muawiyah bin Abi Sofyan dilahirkan sekitar 15 tahun sebelum Nabi
Muhammad dan Pengikutnya hijrah ke Madinah. Muawiyah merupakan pendiri
sekaligus khalifah pertama pada bani Umayyah.
Ciri-ciri beliau berkulit Putih, berbadan tegap, tampan, berwibawa, bersikap ibarat
raja, suka bergaya hidup mewah, makanan yang lezat dan suka akan
kebersihan.Beliau masuk Islam pada hari penaklukan kota Mekah bersama
penduduk kota Mekah lainnya. Setelah masuk Islam Rasulullah Saw., berusaha
membuat agar Muawiyah lebih akrab dengan beliau. Dam ternyata Muawiyah
memiliki sifat-sifat sabar, cerdik, toleran, pandai mengendalikan diri, serta pemberi
maaf. Dari sifat-sifat itu Rasulullah Saw., mengangkat Muawiyah menjadi anggota
dari sidang penulis wahyu.
Sikap optimis selalu memandang ke depan membuat Muawiyah tidak pernah
mengalami kegagalan dalam urusan yang diinginkan, baik ketika menjabat khalifah
selama 20 tahun. Kegagalan yang pernah dialami Khalifah Muawiyah adalah ketika
menaklukan kota Konstanti Nopel. Khalifah Muawiyah juga dikenal sebagai tokoh
yang pandai dalam menarik perhatian musuh-musuhnya dan para penantangnya,
yaitu dengan kesabaran dan kewibawaan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad
kepada orang-orang yang baru masuk Islam. Dalam diri Khalifah Muawiyah
terdapat semboyan," Aku tidak akan menggunakan pedangku selama cambukku
masih cukup, aku tidak akan menggunakan cambukku selama lidahku masih bisa
mengatasi".
b. Usaha-usaha Mu’awiyah bin Abi Sofyan
Beberapa Usaha di dalam pemerintahan dalam rangka mempertahankan
kekuasaan Mu’awiyah adalah memperluas wilayah kekuasaan dan mempersiapkan
putra mahkota sebagai pengganti khalifah berikutnya.
1) Perluasan Wilayah
Mu’awiyah menerapkan politik perluasan wilayah kekuasaan dalam rangka
dakwah Islam, sehingga ketika ia memerintah kaum muslimin mampu
menaklukan daerah-daerah yang potensial, misalnya Turki, dan Armenia yang
merupakan daerah kekuasaan Bizantium. Kemudian didukung kemampuan
pasukan maritim yang tangguh dan merupakan pasukan yang paling hebat ketika
itu, Mu’awiyah mampu menguasai Laut Tengah. Selain itu, berkat kekuatan
pasukan angkatan laut Mu’awiyah tersebut, akhirnya pulau Kreta masuk dalam
kekuasaan kaum Muslimin. Demikian pula Pulau Arkabi yang berada di antara
Yunani dan Turki. Setelah mengadakan penyerangan kedua pulau itu, Armada
pasukan Mu’awiyah melanjutkan invansi ke arah barat untuk menguasai daratan
Afrika Utara. Pasukan Mu’awiyah juga berjaya di wilayah timur dengan
keberhasilannya menaklukan Thakhanistan, Sajistan, dan Quhistan di daratan
Asia Tengah, serta Sirt, Mogadishu, Tarablis, dan Qawairuwan di daerah Afrika.
2) Pengangkatan Putra mahkota
Segera setelah menjadi khalifah. Mu’awiyah telah mempersiapkan putranya
yang bernama Yazid untuk menjadi putra mahkota yang kelak akan menjadi
khalifah setelah dia turun tahta. Setrategi yang diterapkannya adalah melakukan
lobi politik kepada tokoh-tokoh yang berpengaruh, misalnya para pemuka
masyarakat dari berbagai kalangan. Meski demikian upaya itu masih ditentang
oleh beberapa pihak yang kurang sependapat dengan rencana itu. Penentang itu
berasal dari para pemuka agama, misalnya Abdullah bin Umar, Abdurrahman bin
Abu Bakar, Husen bin Ali, Abdullah bin Zubair, dan Abdullah bin Abbas.
Para pemuka agama itu tidak menghendaki pengangkatan khalifah
dilakukan dengan cara tunjukan atau turun-temurun, tetapi harus dilaksanakan
dengan cara musyawarah, sehingga tidak menyimpang dari pergantian pimpinan
yang telah dilaksanakan oleh Khulafaur Rasyidin. Pertimbangan para sahabat
dekatnya itu disebabkan karakter Yazid kurang mendukung bila ditetapkan
sebagai putra mahkota. Sifat Yazid yang menjadi kelemahannya adalah tidak
pernah serius terhadap segala sesuatu dan meremehkan segala urusan. Adapun
sifat yang tidak sesuai dengan syarat sebagai pemimpin adalah akhlak Yazid
sangat tidak terpuji, sering bermabuk-mabukan, tidak istiqamah dalam beribadah,
zalim, dan pemboros.
c. Jasa-jasa Mu’awiyah bin Abi Sofyan
Jasa-jasa Mu’awiyah selam hidupnya, dalam rangka mengangkat hakikat dan
martabat kaum muslim cukup banyak. Selama kepemimpinannya, umat Islam
mampu disatukan dalam menjaga keamanan Negara. Bukti keberhasilannya itu
antara lain bahwa selama dia berkuasa, tidak pernah terjadi pemberontakan yang
cukup berarti, kecuali penentang yang dilakukan oleh golongan Khawarij. Selama 19
tahun berkuasa, Mu’awiyah mampu menciptakan suasana yang aman dan terkendali.
Suasana kondusif itu sebagai hasil dari kemampuannya meredam pihak-pihak yang
berusaha melawan kekuasaannya. Upaya-upaya gangguan dan ancaman yang
dilancarkan oleh para penentangnya dapat dipatahkan dengan mudah. Dengan
keamanan dalam negeri itu maka Mu’awiyah berhasil memperluas daerah kekuasaan
Islam. Jasa-jasa yang ditorehkan oleh Mu’awiyah antara lain membentuk dinas pos,
membangun istana, serta membentuk lembaga Pendidikan, lembaga kementrian dan
lembaga keuangan Negara. Dalam sejarah pemerintahan secara umum, Mu’awiyah
diakui sebagai pembaharu sistem pertahanan kekuasaan Islam.
2. Meneladani Kepribadian Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz merupakan Khalifah Dinasti Umayyah yang membawa
Daulah Umayyah mencapai puncak kejayaan. Menurut para ahli sejarah, gaya
kepemimpinannyamirip dengan gaya kepemimpinan khulafaur Rasyidin. Dialah satu-
satunya khalifah Bani Umayyah yang tidak dicela oleh para khalifah Bani Umayyah
pada masa selanjutnya.
a. Biografi Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz lahir di Madinah pada tahun 63H/683M dan wafat di
Dair Sym’an, Syuriah pada tahun 101H/720M. Nama lengkapnya adalah Abu Hafes
Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin As bin Umayyah bin Abd Syams.
Ia adalah keturunan Umar bin Khattab melalui ibunya yang bernama, Laila Ummu
Asim binti Asim bin Umar bin Khattab. Ia lahir ketika ayahnya Abdul Aziz menjadi
Gubernur di Mesir.
Umar menghabiskan sebagian besar hidupnya di Madinah hingga ayahnya
wafat tahun 85H/704M. Kemudian pamanya yang bernama Abdul Malik bin
Marwan membawanya ke Damaskus dan menikahkanya dengan putrinya, Fatimah.
Umar bin Abdul Aziz memperoleh pendidikan di Madinah, yang pada waktu itu
merupakan pusat ilmu pengetahuan dan gudang para ulama Hadist dan Tafsir.
Pendidikan yang diperolehnya sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya dalam
melaksanakan tugas yang diamanatkan kepadanya.
Pada masa pemerintahan Alwalid bin Abdul Malik, Umar bin abdul Aziz
diangkat menjadi Gubernur Hijaz yang berkedudukan di Madinah. Ketika itu ia baru
berusia 24 tahun. Ketika Masjid Nabawi dibongkar atas perintah Alwalid bin Abdul
Malik untuk diganti dengan bangunan baru yang lebih indah, Umar bin Abdul Aziz
dipercaya sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan itu.
Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai gubernur yang adil, bijaksana,
mengutamakan dan memperhatikan kepentingan rakyat, serta mau mendiskusikan
berbagai masalah penting yang berkaitan dengan Agama, urusan rakyat, dan
pemerintahan. Umar bin Abdul Aziz berdasarkan wasiat Khalifah dinasti Umayyah
sebelumnya yaitu Sulaiman bin Abdul Malik. Setelah menjadi khalifah, beliau
meninggalkan cara hidup bermewah-mewahan dan melakukan cara hidup yang
sederhana. Umar bin Abdul Aziz mengembalikan semua harta yang ada pada dirinya
ke Baitul Mal. Beliau mengharamkan atas dirinya untuk mengambil apapun dari
Baitul Mal.
b. Usaha-usaha Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Pada saat Khalifah Umar bin abdul Aziz menjadi khalifah, beliau melakukan
beberapa usaha antara lain:
1) Bidang Agama, pada bidang ini usaha yang dilakukan adalah:
a) Menghidupkan kembali ajaran Al Qur’an dan Sunah Nabi
b) Menerapkan hukum Syari’ah Islam secara serius dan sistematis
c) Mengadakan kerja sama dengan ulama-ulama besar seperti, Hasan Al Basri
dan Sulaiman bin Umar
d) Memerintahkan kepada Imam Muhammad bin Muslim Bin Syihab Az-Zuhri
mengumpulkan hadist-hadist untuk ditulis
2) Bidang Pengetahuan
Dalam bidang ini usaha yang dilakukan adalah memindahkan sekolah kedokteran
yang ada di Iskandariah (Mesir) ke Antakya (Turki) dan Harran (Turki).
3) Bidang Sosial Politik
Dalam bidang ini usaha yang dilakukan adalah Menerapkan prinsip politik yang
menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan yang lebih utama dari segalanya.
a) Melihat secara langsung cara kerja para gubernur dengan cara mengirim
utusan ke berbagai negeri.
b) Memecat gubernur yang tidak taat menjalankan agama dan bertindak dzolim
terhadap rakyat.
4) Bidang Ekonomi, usaha yang dilakukan dalam bidang ekonomi adalah:
a) Mengurangi beban pajak yang dipungut dari kaun nasrani
b) Menghentikan Jizyah (pajak) dari umat islam
c) Membuat aturan mengenai timbangan dan takaran
d) Membasmi kerja paksa
e) Memperbaiki tanah pertanian, irigasi, penggalian sumur-sumur dan
pembangunan jalan.
f) Menyediakan tempat penginapan bagi musyafir
g) Menyantuni fakir miskin
5) Bidang Dakwah dan Perluasan wilayah
Khalifah Umar bin abdul Aziz melakukan perluasan wilayah melalui dakwah
amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan cara yang bijak dan lemah lembut. Umar
bin Abdul Aziz mengganti kebiasaan mencela nama Ali bin Abi Thalib dalam
Khutbah Jum’at dan mengganti dengan pembacaan firman Allah SWT. dalam
Surat An Nahl:90 yang artinya “sesungguhnya Allah SWT. menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
SWT. melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar dapat kamu mengambil pelajaran”.
c. Jasa-jasa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
1. Menciptakan perdamaian yang dilandasi ajaran Islam
2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
3. Melindungi hak asasi manusia
4. Menyusun undang-undang tentang pertahanan
5. Membangun tanah pertanian lengkap dengan pengairan
6. Membangun masjid-masjid sebagai syiar Islam
7. Menyediakan dana khusus untuk menolong orang-orang miskin
8. Melakukan pembukuan terhadap hadis-hadis Nabi Muhammad Saw.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintah selama dua setengah tahun. Waktu
yang relatif lama ia gunakan untuk membuat kebijaksanaan di berbagai bidang.
Dalam melaksanakan kebijaksanaannya, ia tidak memanfaatkan kebijaksanaan itu
untuk memperkaya diri. Ia bahkan menerapkan pola hidup sederhana.