sekunder rsg-gas
TRANSCRIPT
f'roslihl1g SCII//ll<1r ff(l.\,{ f}cl1c/Jlwl1 I' ::fR/I
liJillll1 :;1111./
PENGARUH INHIBITOR KOROSI TERHADAP BAHAN SISTEM PENDING INSEKUNDER RSG-GAS.
Diyah Erlina Lestari, Elisabeth Ratnawati,Setyo Budi UtomoPusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset-Batan
ABSTRAK:
PENGARUH INHIBITOR KOROSI TERHADAP BAHAN PENDINGIN SEKUNDER RSG
GAS. Telah dipelajari pengaruh inhibitor korosi terhadap bahan sistem pendingin sekunder RSG
GAS, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh inhibitor korosi tersebut pada bahan sistem pendingin.Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran laju korosi dan kandungan orthophosphat pada larutan ujidengan variasi konsentrasi inhibitor Nalco 23226 yang telah ditambahkan bahan kimia lain sesuai
dengan kondisi yang ada pada sistem pendingin sekunder RSG-GAS. Pengukuran laju korosidilakukan dengan menggunakan teknik tahanan polarisasi, alat yang digunakan adalah PotensiostatEG&G 273 yang dihubungkan dengan sel korosi dan program M342. Sedangkan pengukurankandungan ol1hophoshphat dilakukan dengan menggunakan Spektrophotometer DR2400 Hach. Dari
hasil pengukuran menunjukkan bahwa dengan penambahan inhibitor korosi Nalco 23226 pad akonsentrsi 100 ppm maka laju korosi akan minimum
[(ata "unci: inhibitor "orosi
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INHIBITOR COROSSION TO THE l\1A TERIALS OFSECONDARY COOLING SYSTEM RSG-GAS. The influence of corrosion inhibitor to the
material of RSG-GAS secondary cooling system, had been studied to know how far the influence ofthis corrosion inhibitor to material cooling system. In this research was done the measurement ofthe rate of corrosion and orthophosphate content in the test solution. The variation of concentrationof Nalco 23226 and the other chemical was added in the test solution was suitable with the real
condition in the secondary cooling system of RSG-GAS. The research was done by measuring therate of corrosion using Potensiostat M273 which is completed with softcorr measurement softwareM342. The measurement of orthophosphate content was done by Spectrophometer DR2400 Hach.The result of measurement indicate that with addition of Nalco corrosion inhibitor 23226 at
concentration 100 ppm hence the rate corrosion is minimum.
[(ey Word: inh ibitor corrosion
PENDAHULUAN
Sebagai medium pembawa panas pada sistem pendingin sekunder RSG-GAS
digunakan air PAM PUSPIPTEK. Air sebagai pendingin akan berhubungan langsung
dengan komponen atau struktur reaktor, sehingga kemungkinan akan terjadi reaksi antara
air dan komponen atau struktur reaktor terse but. Korosi merupakan salah satu masalah yang
334
ISS;--.J OS5~-5278 J>ellguruh In!1JhllOr ( 'orros/ol1
DJ'o/' I,·rlllw/' Leslan
biasa dihadapi pada sistem pendingin sekunder disamping kerak dan lumut/mikroorganisme
Oleh karena itu untuk mengatasi hal terse but perlu adanya penanganan terhadap kualitas air
pada sistem pendingin dengan menambahkan bahan kimia tertentu. Di RSG-GAS untuk
mengatasi korosi pada sistem pendingin sekunder menggunakan inhibitor korosi Nalco
23226. Saat ini belum diketahui seCaI'a pasti sejauh mana pengaruh penambahan bahan kimia
terse but terhadap ketahanan korosi bahan baja karbon yang merupakan bahan sistem
pendingin sekunder RSG-GAS. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pengukuran laju
korosi baja karbon pada pada larutan uji dengan variasi konsentrasi inhibitor Nalco 23226
yang telah ditambahkan bahan kimia lain sesuai dengan kondisi yang ada pada sistem
pendingin sekunder RSG-GAS. Disamping itu dilakukan juga pengukuran kandungan
orthophosphat yang merupakan kontrol penambahan Nalco 23226 .
Pengukuran laju korosi dilakukan dengan teknik tahanan polarisasi, dan alat yang
digunakan adalah Potensiostat EG&G 273 yang dihubungkan dengan sel korosi dan
komputer yang diisi dengan program M342. Sedangkan kandungan 0l1hophoshphat
dilakukan dengan menggunakan Spekktrofotometri DR2400 merk Hach.
TEORI
DISKRIPSI SISTEM PENDING IN SEKUNDER
Sistem pendingin sekunder adalah tempat untuk panas yang terakhir dari reaktor,
panas yang terbentuk pad a sistem primer dipindahkan ke sistem sekunder melalui alat
penukar panas dan akhirnya dibuang ke atmosfer melalui menara pendingin.
Sistem ini direncanakan mampu membuang panas total 33000 KW dan terdiri dari 2 bagian
pemipaan yang masing-masing bagian kapasitasnya 50 %. Tiap bagian pemipaan tersebut
terdiri dari pompa, alat penukar panas, pipa dan menara pendingin. Sistem pendingin
sekunder didisain juga mampu mendinginkan air primer, sehingga suhu aliran inlet ke
kolam reaktor tidak melebihi 42°C.
Pad a sistem pendingin sekunder pipa yang berada di dalam kolam terbuat dari
stainless steel. Pipa dan katup yang berada di luar gedung reaktor terbuat dari bahan carbon
steel sedangkan pipa dan katup di dalam gedung reaktor terbuat dari bahan stainless steel.
335
l'nJSldlll!( S~1II111W' H{1SI11'~1l~/1I1(Ill I' :l7RRTahull ](JO-!
ISS\I OS:'·I·:'278
Pengendalian air pendingin sekunder diatur sebagai berikut : Untuk mengurangl
atau menghambat adanya korosi pad a sistem pendingin sekunder ditambahkan bahan kimia
Naleo23226. Parameter yang digunakan untuk penambahan Nalco 23226 adalah kandungan
orthophosphate.Untuk membatasi tumbuhnya lumut digunakan bahan kimia Naleo 2593,
naleo 2890 dan NaGCl 12%. Sedangkan untuk mengurangi adanya/timbulnya kerak pada
sistem pendingin sekunder dipakai bola-bola spons yang dilewatkan melalui pipa alat
penukar panas dan dipasang katup blow down otomatis. Bola terse but terbuat dari karet
alami dengan diameter 21 mm, sedangkan model dan ukurannya disesuaikan dengan
tabung penukar panas sehingga bola-bola terse but tidak merusakkan pipa-pipa yang
dilewatinya, tetapi mampu membersihkan kerak-kerak yang mengendap di dalam penukar
panas.
Apabila harga konduktivitas air pendingin saluran telah mencapai 950 Ils/cm, maka
katup blow down akan terbuka secara otomatis dan air pendingin dibuang ke lingkungan.
Kecepatan maksimum pembuangan air adalah 20 m3/jam yang dapat diatur dengan sebuah
katup. Kehilangan air sebagai akibat blow down ini akan segera dikompensasi oleh
penyedia air proses. Jika konduktivitas air pendingin sekunder telah mencapai 850 Ils/cm.
Katub blow down akan menutup secaJ'a otomatis
KOROS! BAJA KARBON
Korosi merupakan salah satu proses pengrusakan logam oleh suatu reaksi kimia
atau elektrokimia sebagai akibat interaksi antara logam dengan lingkungannya. (4)
Korosi pada logam secaJ'a umum timbul sebagai hasil dari reaksi elektrokimia yang
diakibatkan oleh adanya elektrolit-elektrolit yang bersentuhan dengan permukaan logam.
Elektrolit tersebut biasanya berbentuk larutan garam, asam atau alkali.
Baja karbon merupakan baja bukan campuran (alloy) meskipun masih mengandung
impurities. Pengaruh un sur tambahan (alloy additions) sepel1i Cu, Ni, Si dan Cr dapat
mengurangi laju korosi, kenaikan Cu dari 0.01 menjadi 0.05% dapat menurunkan laju
korosi tiga kali lebih rendah.
336
ISS:--.! OS~4-5278 1't..'I1,l!,oruh /n/1/bI10r ('Or,.OSWl1
D)'a;' f,./1I111;' I.e.llon
Bila baja karbon karbon dimasukkan ke dalam air, maka pada permukaannya akan
terbentuk titik-titik dengan beda potensial lebih rendah (anoda lokal) dan titik dengan
potensiallebih tinggi (katoda lokal). Hal ini disebabkan karena permukaan baja yang tidak
rata. Maka suatu reaksi elektrokimia akan terjadi (2):
Pada anoda Fe------Fe2+ + 2 eO
2 H+ + 2 e- -------H2
Apabila air tersebut mengandung oksigen terlarut maka reaksi akan berlanjut :
Skema reaksi korosi pada baja karbon dapat digambarkan seperti yang terlihat
dibawah ini :
2eo (nT--<\_o
2
Baja
Gambar 1. Skema reaksi korosi pada baja karbon
337
I'ros"hl1g Sel1ll/1ar //asr/l'el1e/rrwl1l'::fRRfa/1I1/1 ::()()./
Korosi baja karbon yang diekspos di air dipengaruhi oleh temperatur, laju alir, pH,
dsb. Namun keasaman relatif air adalah faktor yang sangat diperhitungkan. Pada pH rendah
keberadaan ion hidrogen cenderung meniadakan film pelindung korosi. Tetapi dalam
suasana alkalin, pembentukan film yang terjadi dapat mengurangi laju korosi. Pengaruh pH
pada laju korosi besi di dalam air pada temperatur ruang dapat di lihat pad a Gambar 2.
0,04
0,03>. 0---II)0 0,02... 0
:::s:::::J......•ra...J
0,01
0
Pelepasan H2I
"".// /
../"
,/-
14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2
pH
GambaI' 2. Pengarllh pH terhadap korosi besi dalam air teraerasi pada temperatur rllang
Oi dalal11 daerah pH 4 sampai 10, laju korosi tidak bergantung pada pH, hanya
bergantung pada kecepatan difusi oksigen ke perl11ukaan logam, sehingga permukaan
logal11 l11enjadi jenuh dengan lapisan oksida. Produk korosi di daerah pH 4 dan pH 1°adalah Fe +2, Fe304, Fe203 dan FeO/-
INHIBITOR KOROSI
Inhibitor korosi adalah zat kimia yang apabila ditambahkan atau dil11asukkan dalam
jumlah tertentu ke dalam suatu lingkungan yang korosif dapat secara efektif l11enghambat
atau l11engurangi laju korosi.
Inhibitor korosi untuk sistel11 air pendingin bersifat larut dalam air, tetapi
membentuk lapisan-lapisan yang tidak larut pada permukaan logal11. Lapisan ini disebut
lapisan pelindung dan menghambat reaksi korosi dengan cara mencegah hidrasi ion-ion
logam at au reduksi oksigen terlarut pad a permukaan logal11. Ada tiga pengelol11pokan
338
ISS~ OS~-I~527X /\'I1.!!.o,-"h /1J/1/hlfor ('0,-,.0.\1011
/).1'<1/1 1:,./<110/1 /.':.11<11"/
penghambat korosi yang dibedakan berdasarkan' karakteristik-karakteristik dari lapisan
pelindung.
Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik merupakan penghambat korosi tipe lapisan oksida, termasuk dalam
kelompok ini adalah kromat dan nitr'it yang disebut sebagai pasivator. Inhibitor ini
mengalihkan potensial korosi baja karbon pada suatu tingkat yang lebih tinggi dan dengan
cepat mengoksidasi ion-ion ferro yang dihasilkan pada proses korosi reaksi anoda. Oengan
demikian akan terbentuk lapisan tipis dan tak berpori (y-Fe203) pada permukaan baja
karbon yang akan menunjukkan efek penghambatan korosi.(2) Pada umumnya tipe inhibitor
ini menunjukkan efek-efek penghambatan korosi dengan sangat bagus. Akan tetapi, ada
kelemahan dimana pasivator-pasivator ini mempunyai kecenderungan terkena korosi
setempat bila digunakan pad a konsentrasi rendah.(~)
Peningkatan korosi yang bersifat lobI disebabkan oleh :
(a) Tidak memadainya inhibitor yang ditambahkan kedalam elektrolit;
(b) Pengenceran elektrolit sesudah inhibitor ditambahkan;
(c) Tingginya konsentrasi ion-ion depolarisasi seperti suI fat atau klOl'ida yang
ditambahkan untuk mengurangi kegunaan inhibitor dalam larl1tan
(d) Inhibitor gagal menembus dead legs dalam sistem
Inhibitor Katodik
Inhibitor jenis ini disebl1t juga sebagai tipe lapisan endapan yang akan membentl1k
lapisan pelindl1ng pada katoda-katoda setempat dimana ion-ion OH dihasilkan oleh korosi
reaksi katoda. Oalam beberapa hal, jenis inhibitor ini lebih berpori dan kurang efektif
dibandingkan dengan inhibitor anodik.
Apabila inhibitor jenis ini ditambahkan dengan konsentrasi yang tinggi dengan maksl1d
l1ntuk meningkatkan efeknya, maka lapisan pelindl1ng yang terbentuk menjadi tebal dan
339
l'ro.\I(lillg ."'t'III1I1",.II".\fII'.'II~/II/(/1I I'JI1<1<
1,111/111J(J().f
seringkali menyebabkan masalah kerak. Oleh karena itu konsentrasi penghambat korosi
harus dikontrol dengan seksama.
Inhibitor Adsorbsi
Inhibitoradsorbsi mempunyai gugus fungsional dan gugus hidrofob. Inhibitor jenis
Inl mencegah korosi dengan mengadsorb pad a permukaan logam yang masih bersih
dengan gugus fungsionalnya, dan memperlambat difusi air dan oksigen terlarut pad a
permukaan logam oleh gugus-gugus hidrofob. Pad a sistem air pendingin, inhibitor ini
kurang efektif karena biasanya permukaan baja karbon biasanya tidak bersih. sehingga
pembentukan suatu lapisan adsorbsi yang sempurna sulit terbentuk.(3)
TAT A KERJA
Bahan dan Alat
Alat:
PH meter, thermometer, pemanas, timbangan, deksikator, Potensiostat M273 yang
dilengkapi soft coor measurement sofhrare, sel korosi yang terdiri dari : pemegang sample
(sebagai elektroda kelja). elektroda pembanding dan elektroda pembantu, printer.
Spektrophotometer DR 2400 merk Hach,Pressure Filter Test Kit 420-C0091 .88.
Bahan:
Air PAM Puspiptek, Nalco 23226, Nalco 2593 , Nalco 2890 , NaOCI, NaOH, baja karbon
sebagai cuplikan uji, kertas amplas no. 240,320.400 dan 600
Cara Kcrja :
• Pembuatan euplikan : baja karbon dibuat lingkaran dengan diameter 1,5 em, di
amplas dengan kertas amplas berturut turut mulai dari nomeI' 240,320,400 dan 600.
• Pembuatan larutan uji : membuat larutan uji variasi konsentrasi inhibitor Nalco
23226 dari 50 -150 ppm dengan selang 25 ppm yang telah ditambahkan Nalco 2593
, Nalco 2890 dan NaOCl. Larutan dibuat dengan pH 8 dan temperatur 36°C, sesuai
dengan kondisi di lapangan.
340
ISS:\ OS5~-527S I)engaruh /n/nhlfor CfJ'TOSlO11
/)yuh frlllloh /.,'s/arl
• Pengukuran laju korosi : Potensiostat M273 dihubungkan dengan komputer yang
dilengkapi softcoor measurement software dan sel korosi yang terdiri dari
pemegang sample (sebagai elektroda kelja), elektroda pembanding, dan elektroda
pembantu. Larutan uji yang dimasukkan dalam sel korosi dibuat dalam berbagai
variasi konsentrasi. Pada dasarnya dengan mengukur arus korosi (l cor) maka laju
korosi dapat dihitung.
• Pengukuran kandungan orthophosphate : Ditentukan kandungan orthophosphate
sebelum dan sesudah disaring terhadap larutan uji dengan menggunakan Portable
Spektrofotometer DR 2400
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran laju korosi baja karbon dan kandungan orthophosphate pad a
larutan uji variasi konsentrasi Nalco 23226 yang telah ditambahkan bahan kimia lainya
dapat dilihat pada Tabel I . dibawah ini.
Tabel.1. Hasil Pengukuran Laju Korosi Baja Karbon Dan kandungan kandungan
orthophosphate pada larutan uji
Konsentrasi KonduktivitasLajuKandungan O-P04
Nalco 23226
(flS/Cm)Korosi ( ppm)
( ppm)
(MPY)SebelumSesudahSelisih
disaring
disaring
0
109,60,10960,10,10
50
188,50,32147,17,00,1
75
189,70,10710,4010,150,25
100
198,70,087313,6513,300,35
125
2020,269817,1016,450,65
150
2120,270420,1519,650,65
Keterangan: 0 adalah air PAM PUSPIPTEK yang digunakan sebagai pemasuk pada air sistem
sekunder
341
/'ro.lIi//IIg SL'/J/1/1,"'/III.I'lIl'L'lh'/IIWI1/J:!lRR/~Jhlll1 .'IJIJ./
Grafik Konsentrasi Nalco Vs Konduktivitas
r--------220
i!
205
--------------------------1i
Ii
'" 19b
.E l:~ 175~ !-5 160g I:s: 145!
13p
11r109·5
10 25 40 55 70 85 100 115 130 145 160
100
Konsentrasi Nalco
Gambar 3 : Grafik Konsentrasi Nalco Vs Konduktivitas
Grafik Konsentrasi Nalco 23226 Vs Kand. Orthophosphate dan LajuKorosi
10
0,01o 20 40 60
---' ...•
80
' ...•
100 120
_ .J ~
140 160
kens Nalce 23226
6- Laju ker 8-- O-P04sb - O-P04 st delta
Gambar 4 :. Grafik Konsentrasi Na\co 23226 Vs Kandungan orthophosphate
dan Laju Korosi baja karbon
Oari Gambar 3 terlihat bahwa dengan kenaikan konsentrasi Nalco 23226 dalam
sistem pendingin sekunder juga meningkatkan konduktivitas air pendingin. lni berarti
342
ISS:" 085~·52;8 Pengaruh 1I1111hl1or ("orros/ull
OJ''''' 1:'1-1/110" 1.,'.11"'"
jumlah ion yang terlarut di dalam air pendingin semakin banyak jumlahnya. Seperti
diketahui bahwa garam-garam terlarut merupakan salah satu faktor penyebab korosi,
tergantung konsentrasi dan jenis ion. Akan tetapi dalam penelitian ini, kenaikkan
konduktivitas tidak begitu banyak berpengaruh terhadap kenaikkan laju korosi. Hal ini
disebabkan karena garam-garam yang terlarut dalam air pendingin tersebut bukanlah
jenis ion yang bersifat reaktif, yang l11enyebabkan laju korosi l11enjadi tinggi.
Dari hasil pengukuran yang ditampilkan dalam Gambar 4 menunjukkan bahwa
laju korosi mengalami kenaikkan pada penal11bahan NaIco23226 sebanyak 50 ppm. Ini
dapat terjadi karena Nalco 23226 l11erupakan kOl11binasi inhibitor anodik dan katodik
dimana inhibisi katodik disebabkan karena pel11bentukan lapisan seng hidroksida dan
atau lapisan kalsiul11 phosphate. Dan pasivasi anodik akan tercapai dengan reaksi
Ortophosphate dan besi membentuk lapisan besi fosfat (y Fe203) pad a daerah anodik
karena adanya oksigen terlarutll) Sifat dari inhibitor anodik dengan konsentrasi yang
rendah justru akan menimbulkan korosi setempat(~) Jadi sebuah sistem yang dilindungi
secara anodik dapat berubah dari keadaan tidak teljadi korosi menjadi korosi sumuran
lokal yang dalam, akibat konsentrasi inhibitor yang terialu sedikit. Meskipun umumnya
inhibitor tipe anodik lebih efisien daripada tipe katodik. Karena itu untuk meningkatkan
kemampuan inhibitor penghambat korosi dan untuk mengurangi bahaya yang
ditimbulkan oleh inhibitor anodik, biasanya digunakan kombinasi dengan inhibitor
katodik.(~) Pada pengukuran laju korosi terhadap larutan dengan konsentrasi Nalco
23226 sebesar 75 ppm teljadi penurunan laju korosi sebesar 58 % dibandingkan pada
konsentrasi sebelumnya.
Pada pengukuran laju korosi terhadap larutan dengan konsentrasi NaIco 100ppm
diperoleh hasil bahwa laju korosi mengalami penurunan sebesar 25% yaitu 0,0803
MPY. Penurunan ini tidak setajam sebelumnya, namun pada pengukuran laju korosi
terhadap larutan dengan konsentrasi Na\co 23226 sebesar 125ppm menunjukkan bahwa
laju korosi mulai merambat naik menjadi 0,1146 MPY. Disini terlihat bahwa makin
tinggi konsentrasi inhibitor, laju korosi tidak semakin turun, tetapi mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena lapisan pelindung yang terbentuk menjadi tebal
343
!'rosI<Ii/1g Se///1//<lr If,m!l'e/1e!,(w/1 1']7RR},'//1//1 ]lili./
dan menimbulkan kerak yang menyebabkan korosi setempat (lokal). Demikian juga
pada penambahan konsentrasi Nalco 23226 sebesar ISO ppm.
Sebagai parameter kontrol penambahan inhibitor korosi pada sistem pendingin
sekunder ditentukan kandungan orthophosphate dalam air pendingin.(') Dari gambar 4
terlihat bahwa bertambahnya inhibitor korosi pad a sistem pendingin menunjukkan
kandungan orthophosphate semakin besar. Orthophosphate merupakan inhibitor korosi
tipe endapan khusus, bersenyawa dengan ion-ion kalsium dalam air serta ion-ion seng
yang ditambahkan sebagai penghambat korosi, membentuk lapisan pelindung yang
tidak larut dalam air pada permukaan logam, dan menunjukan efek penghambatan
korosi (2) Dengan bertambahnya konsentrasi Japisan pelindung yang terbentuk menjadi
tebal dan seringkali menyebabkan masalah kerak yang dapat menyebabkan korosi
setempat (lokal). Pada penambahan Nalco23226 sebanyak 50 ppm pelapisan sudah
mulai terbentuk dan akan semakin tebal dengan bertambahnya konsentrasi Nalco
23226. Dari penelitian ini menunjukkan pada penambahan Nalco 100 ppm
menunjukkan laju korosi minimum. lni menunjukan bahwa pelapisan optimum terjadi
pad a penambahan Nalco sebanyak 100ppm.
KESIMPULAN :
Dari hasil pengukuran dan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa,
konsentrasi inhibitor korosi Nalco 23226 berpengaruh pada proses pelapisan bahan
sistem pelapisan sempurna teljadi pada penambahan 100 ppm Nalco 23226.
DAFT AR PUST AKA
I. Anonimus,2003, "Summary of Ondeo Nalco Program Cooling Water System", P2TRR
Batan-Serpong.
2. Anonimus, "Kurita Handbook of Water Treatment"
3. BAT AN, 1998, "Safety Analysis Report", rev 8
4. TRETHWEY KR and CHAMBERLAIN J, 1991, "Korosi Untuk Mahasiswa Dan
Rekayasawan", PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
344
ISS:-.J 085~-5278
DISKUSI
1. Penanya: Sukmanto Dibyo
Pertanvaan :
Pl'l1garuh In/uhf/or ('orrosu)J/
[)yoh frlll10h 1.':.1/0/"1
a. Kenapa orthophospate disaring?
b. Apakah Potensiostat 273 dapat mengetahui laju korosi lokal?
Jawaban:
a. Untuk mengetahui seberapa banyak orthophospate yang berfungsi sebagai
pelapisan: sebab orthophospate merupakan inhibitor korosi tipe laporan khusus yang
dengan adanya ion-ion kalsium dalam air sel1a ion-ion seng yang ditambahkan
sebagai penghambat korosi, akan membentuk lapisan pelindung yang tak larut dalam
air dan menunjukan efek penghambat korosi
b. Potensiostat hanya dapat digunakan untuk mengetahui laju korosi saja tetapi tak
dapat digunakan untuk jenis-jenis korosi
2. Penanya: Santosa Pujiarta
Pertanvaan
a. Mengapa tidak menggunakan sampel air pendingin sekunder tetapi menggunakan
air PAM
b. Apakah sudah diaplikasikan dan hasilnya bagaimana
Jawaban
a. Karena sebagai supply (pemasok) pada system sekunder adalah air PAM. Dalam
penelitian ini akan dicm-i kondisi yg ideal (optimum) dari inhibitor terse but dan
disamping itu ingin mengetahui kesetaraan inhibitor dengan parameter kontrol
dalam hal ini andungan orthophosphat, sehingga apabila menggunakan air
pendingin sekunder akan mempengaruhi hasil pengukuran
b. Belum. Masih dalam taraf mengaktifkan karena alat baru terealisasikan
345