semangat kebangsaan - file.upi.edufile.upi.edu/direktori/fpips/m_k_d_u/... · variasi nasionalisme...
TRANSCRIPT
Semangat dan Gagasan
Politik Kebangsaan untuk
Mendirikan Negara Indonesia
Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya sebagai Wujud
Semangat Kebangsaan
Semangat Nasionalisme
Warga Negara Indonesia
Semangat Kebangsaan
Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia
sekarang ini ditandai oleh gejala baru, yaitu globalisasi.
Globalisasi yang didorong kemajuan pesat di bidang
teknologi, terutama teknologi telekomunikasi,
menyebabkan semakin derasnya arus informasi dengan
segala dampaknya, baik positif maupun negatif. Akibat
negatif dapat melahirkan ancaman di berbagai bidang,
misalnya bidang politik dan pertahanan keamanan.
Ancaman di bidang ini adalah kemungkinan timbulnya
rongrongan terhadap ideologi Pancasila, Wawasan
Nusantara, dan Ketahanan Nasional, khususnya persatuan
dan kesatuan bangsa, termasuk di dalamnya nilai-nilai
patriotisme dan nasionalisme. Dengan adanya globalisasi,
ada bangsa yang jiwa patriotisme dan nasionalismenya
semakin kukuh. Namun, tidak sedikit pula yang mundur,
bahkan hancur.
Oleh karena itu, kita perlu mengambil
langkah-langkah agar tetap dapat menjaga nilai-nilai demi
memperlancar jalannya pembangunan nasional serta
keselamatan dan kelestarian hidup bangsa dan negara.
Pendahuluan
Patriotisme dan Nasionalisme
Indonesia
1. Patriotisme, Nasionalisme, Makna
dan Arti Pentingnya bagi
Kehidupan Bangsa Indonesia
2. Tata Cara Penerapan Semangat
Patriotisme dalam Berbagai
Lingkungan dan Kehidupan Bangsa
3. Meyakini Nilai-Nilai yang
Termuat dalam Patriotisme
dan Nasionalisme
4. Berperilaku Patriotik dalam
Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Patriotisme dan Nasionalisme Indonesia
a. Pengertian Patriotisme
Menurut Bung Karno patriot bangsa diidentikkan dengan pendekar/
kampiun bangsa yang di dalamnya terdapat Tri Sakti, yaitu:
1. Berdaulat di bidang politik,
2. Berdikari di bidang ekonomi, dan
3. Berkepribadian budaya Indonesia.
Patriotisme Patriot Pecinta (pembela) tanah air/ seorang pejuang sejati
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Pecinta tanah air, pejuang bangsa
(Kamus Hukum tulisan Dr. Andi Hamzah, S. H.)
Patriotisme Semangat cinta tanah air/ sikap seseorang yang sudi
mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan
kemakmuran tanah airnya.
Patriotisme, Nasionalisme, Makna dan
Arti Pentingnya bagi Kehidupan Bangsa Indonesia
b. Pengertian Nasionalisme
National
(Bahasa Belanda)
Nation
(Bahasa Inggris)
Nasionalisme Nasional
Paham/ajaran untuk mencintai bangsa dan
negara sendiri atau kesadaran keanggotaan
dalam suatu bangsa yang secara potensial
atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan
identitas, integritas kemakmuran, dan
kekuatan bangsa.
c. Hubungan Nasionalisme dengan Patriotisme
Nasionalisme dan patriotisme mempunyai hubungan yang erat, bahkan tidak dapat
dipisahkan. Patriotisme mengajarkan kepada kita untuk selalu mencintai tanah air sebagai
tempat berpijak, tempat hidup, dan mencari penghidupan, sedangkan nasionalisme
mengajarkan kepada kita untuk mencintai bangsa dan negara dengan segala apa yang
dimilikinya.
Dengan kedua sifat ini akan melahirkan kekuatan atau daya juang yang tangguh untuk
mengawal dan menjaga keutuhan, keselamatan, dan kelestarian hidup bangsa dan negara
sampai kapan pun.
d. Macam-Macam Nasionalisme
Menurut
sifatnya: Arti sempit
Arti luas
Perasaan kebangsaan/ cinta terhadap bangsanya yang berlebih-
lebihan dan memandang rendah terhadap bangsa lain (sering
disamakan dengan jingoisme/chauvinisme).
Contoh: bangsa Jerman pada masa Hitler (1933-1945)
Deutschland Uber Alles in der Wetf
(Jerman di atas segala-galanya dalam dunia)
Perasaan cinta/bangga terhadap tanah air dan bangsanya yang
tinggi, tetapi tidak memandang rendah bangsa lain.
Contoh: bangsa Indonesia
e. Beberapa Bentuk Nasionalisme
sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik
dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan
politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau
dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal
adalah buku berjudulk Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa
Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").
Nasionalisme
Kewarganegaraan
(nasionalisme sipil)
sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik
dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh
Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk
(bahasa Jerman untuk "rakyat").
Nasionalisme Etnis
lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh
kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa
atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik
adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati
idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep
nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang
dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang
berkaitan dengan etnis Jerman.
Nasionalisme
Romantik
(nasionalisme organik,
nasionalisme identitas)
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit,
ras dan sebagainya.
Contoh: rakyat Tionghoa
Nasionalisme
Budaya
variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan
nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga
diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan
prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national
state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk
kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.
Contoh: Nazisme; nasionalisme Turki kontemporer,
Nasionalisme
Kenegaraan
sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik
dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme
etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
Contoh: Irlandia (agama Katolik); India (agama Hindu).
Nasionalisme
Agama
f. Kaitan Patriotisme dengan Semangat Rela Berkorban
Pada masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, banyak
keluarga yang kehilangan anak, orang tua, paman, kakak, adik, dsb. Semua itu
mereka relakan demi perjuangan bangsa yang dilandasi rasa cinta tanah air.
Kecintaan akan tanah air dan bangsa itulah yang mendorong mereka rela
berkorban untuk bangsa dan negara.
Patriotisme yang mengajarkan agar setiap orang rela berkorban segala-galanya
demi kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.
g. Nilai Patriotisme dengan Hankamnas
1) Pengertian Pertahanan Keamanan Nasional (Hankamnas)
Hankamnas Upaya rakyat semesta yang merupakan salah satu fungsi
utama pemerintah negara dalam rangka menegakkan
ketahanan nasional dengan tujuan mencapai keamanan
bangsa dan negara serta perjuangan nasional.
Tujuan Untuk menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan RI
berdasarkan Pancasila dan UUD’45 terhadap segala ancaman,
baik dari luar maupun dalam negeri, demi tercapainya tujuan
nasional.
2) Hankamnas dan Hankamrata
Menurut Pasal 30 UUD’45, tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
Dalam penyelenggaraan hankamnas digunakan sistem pertahanan keamanan rakyat
semesta (hankamrata), yaitu sistem pertahanan dan keamanan yang bersifat semesta.
Dalam sistem itu digunakan seluruh kekuatan nasional secara total dan integral dengan
mengutamakan militer sebagai unsur inti kekuatannya untuk mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatan negara RI, menjamin keutuhan bangsa, dan
mengamankan segala usaha untuk mencapai tujuan nasional Indonesia.
Potensi rakyat yang merupakan pangkal kekuatan hankamnas, harus disusun
sedemikian rupa sehingga merupakan komponen hankamnas yang efektif dan efisien
bersama komponen TNI dan Polri yang tangguh. Penyusunan itu dilakukan dalam
bentuk perlawanan rakyat (wanra), keamanan rakyat (kamra), dan pertahanan sipil
(hansip) yang merupakan hak dan penunaian kewajiban rakyat untuk ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara berdasarkan sistem hankamrata.
Tata Cara Penerapan Semangat Patriotisme
dalam Berbagai Lingkungan dan Kehidupan Bangsa
Jiwa patriotisme tidak cukup hanya diomongkan dan diketahui saja, tetapi perlu dilaksanakan. Cara yang
dapat ditempuh dalam berbagai lingkungan kehidupan, antara lain, sbb:
a. Keteladanan
b. Pewarisan
c. Pelaksanaan
Kewajiban
Keluarga: menyembelih hewan kurban di hari raya kurban
membayar pajak tepat pada waktunya
Sekolah: melaksanakan bakti sosial untuk menolong teman yang terkena musibah
melaksanakan kegiatan donor darah oleh warga sekolah
Pemerintah,
& Masyarakat:
mengadakan gerakan nasional antinarkoba
menjauhi korupsi dan perbuatan yang merugikan negara
menjadi orang tua asuh
Melakukan serangkaian kegiatan tertentu yang mempunyai nilai patriotisme.
Dari kegiatan ini diharapkan orang kelak dapat mewarisi nilai-nilai yang ada di
balik kegiatan, misalnya melakukan upacara bendera, mengadakan kunjungan
ke museum perjuangan, serta melakukan tapak tilas.
Pemerintah menciptakan peraturan perundang-undangan yang mewajibkan
peran serta rakyat dalam pembelaan negara, misalnya melakukan wajib militer
atau yang lain yang dapat memajukan atau menyelamatkan bangsa dan negara.
Nilai-nilai yang melekat pada patriotisme dan nasionalisme telah teruji dan
terbukti keandalannya sejak bangsa Indonesia berjuang merebut dan
mempertahankan kemerdekaan hingga kini dalam mengisi kemerdekaan.
Dengan jiwa patriotisme dan nasionalisme , kita dapat mengatasi masalah besar
yang menghadang. Dengan semangat patriotisme dan nasionalisme , kita yang
semula lemah menjadi kuat dan yang semula terbelenggu menjadi bebas.
Perjuangan rakyat Bali yang dipimpin Patih Jelantik, Yogyakarta dan Jawa
Tengah yang dipimpin Pangeran Diponegoro, Sumatera Barat yang dipimpin
oleh Imam Bonjol, dan Aceh yang dipimpin oleh Teuku Umar merupakan
contoh sebagian kecil perjuangan rakyat Indonesia. Walau hanya dengan
senjata sangat sederhana, karena perjuangan mereka dilandasi api semangat
patriotisme dan nasionalisme yang menyala-nyala, mereka mampu berulang
kali menghancurkan serdadu Belanda yang dilengkapi dengan senjata modern.
Meyakini Nilai-Nilai yang Termuat
dalam Patriotisme dan Nasionalisme
Meski bangsa Indonesia telah merdeka, kita masih memerlukan pahlawan yang berjiwa patriotisme
dan nasionalisme sejati, berjiwa pembaharu, mempunyai visi dan misi ke depan yang jelas, mampu
membaca tanda-tanda zaman, serta berperilaku jujur, tegas, dan bijaksana.
Pahlawan seperti itulah yang dikenal dengan satrio pandito, yaitu orang yang bertugas sebagai
kesatria dan sekaligus bertugas sebagai pandito (orang bijak) yang dari dalam jiwanya terpancar
kesucian, kejujuran, dan kearifan. Hal itu dapat dipraktikkan dalam berbagai bidang:
Berperilaku Patriotik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Menjadi atlet yang berjuang sampai titik darah
penghabisan untuk mengharupkan nama bangsa.a. olahraga
Bersedia menjadi duta seni di luar negerib. kesenian
Bersedia dikirim ke luar negeri untuk menyelesaikan
masalah pertikaian.c. perdamaian
Bersedia menjadi anggota PKS.d. hankam
Bersedia menjadi dokter yang sanggup di tempatkan di
daerah-daerah terpencil.e. kemanusiaan
Bersedia menjadi guru atau sarjana yang sanggup
ditempatkan di kota mana saja di seluruh wilayah
Indonesia.
f. sosial
1. Bangsa Indonesia
Menggunakan Semangat dan
Gagasan Politik Kebangsaan
untuk Mendirikan Negara
2. Paham Kebangsaan
Indonesia dalam
Perkembangan Selanjutnya
Semangat dan Gagasan Politik
Kebangsaan untuk Mendirikan Negara Indonesia
Menurut pikiran yang berkembang sekarang, adanya suatu negara dianggap karena hasil
perjuangan dan kemauan rakyat semuanya, bukan karena jasa seseorang atau satu golongan
saja. Oleh karena itu, dalam menjalankan pemerintahan harus sesuai dengan aspirasi dan
kehendak rakyat. Pemerintahan akan kuat dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik
apabila diakui dan didukung rakyatnya. Namun, sebaliknya, ia akan lemah dan kurang mampu
menjalankan fungsinya apabila tidak diakui dan didukung oleh rakyatnya.
Bangsa Indonesia berusaha mendirikan negara dan menjalankan pemerintahannya berdasarkan
aspirasi dan kehendak seluruh rakyat Indonesia. Negara yang demikianlah negara yang
didirikan dengan menggunakan semangat dan gagasan politik kebangsaan. Dari pengertian
tersebut, diharapkan keseluruhan rakyat sama-sama bertanggung jawab untuk
mempertahankannya, memajukannya, dan menjaga kelestariannya sampai akhir zaman kelak.
Bangsa Indonesia Menggunakan Semangat dan
Gagasan Politik Kebangsaan untuk Mendirikan Negara
Bangsa-bangsa adalah buah hasil tenaga hidup dalam sejarah dan karena itu selalu
bergelombang dan tidak pernah membeku. (Hans Kohn dalam bukunya Nasionalisme,
Arti dan Sejarah)
Bangsa adalah suatu persatuan karakter atau perangai yang timbul karena persatuan nasib.
(Otto Bauer (Jerman))
Bangsa adalah sekelompol manusia yang memiliki kehendak bersatu sehingga merasa
dirinya adalah satu. Faktor utama yang menimbulkan suatu bangsa ialah kehendak dari
setiap warga untuk membentuk suatu bangsa. (Ernest Renan (filosof Prancis))
Kebangsaan yaitu paham yang memberikan kepada sebagian terbesar penduduk dan yang
mewajibkan dirinya untuk mengilhami segenap anggotanya.
Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan ialah cita dan satu-satunya bentuk
sah dari organisasi politik dan bangsa adalah sumber dari tenaga kebudayaan kreatif dan
kesejahteraan ekonomi. (Hans Kohn)
Rasa Kebangsaan bangsa Indonesia:
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Majapahit
Budi Utomo
Serekat Islam, Indische
Partij, dan PNI
Sumpah Pemuda
BPUPKI
Peristiwa
Rengasdengklok
PPKI
Tergelam karena
Penjajah
20 Mei 1908
Kongres Pemuda I
Kongre Pemuda II
Masa sidang I
Porf. Mr. Soepomo
Ia menyampaikan pandangannya
tentang hakikat pengertian negara. Ia
menyampaikan adanya tiga macam
teori atau aliran pikiran tentang
pengertian negara, yaitu:
a. Teori Pikiran Perseorangan/
Individualistis
b. Teori Pikiran Golongan
c. Teori Pikiran Integralistik
Prof. Mr. Soepomo mengajukan
alternatif ketiga untuk menyusun
negara Indonesia karena sesuai dengan
kondisi masyarakat dan bangsa
Indonesia. Menurut teori ini, negara
tidak menjamin kepentingan seseorang
atau golongan, tetapi menjamin
kepentingan masyarakat seluruhnya
sebagai persatuan.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa. Sumpah Pemuda 1928
mengingatkan persatuan dan hal itu oleh para pembentuk negara telah dituangkan
dalam UUD 1945 yang secara formal terjema dalam pokok pikiran Pertama
Pembukaan UUD 1945.
Semangat tersebut sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.
Ideologi Pancasila menerima aliran pengertian negara persatuan, dalam arti sbb:
1. Negara melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.
2. Negara mengatasi segala paham golongan dan mengatasi segala paham
perseorangan.
3. Negara melindungi seluruh tumpah darah Indonesia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang menggunakan
semangat dan gagasan politik kebangsaan untuk mendirikan negara.
Paham Kebangsaan Indonesia dalam Perkembangan Selanjutnya
Salah satu makna proklamasi kemerdekaan adalah sebagai tanda tidak berlakunya hukum kolonial dan
mulai berlakunya hukum nasional. Namun, karena tidak mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
dapat diciptakan hukum nasional yang sesuai dengan aspirasi bangsa Indonesia dan mencakup semua
aspek kehidupan, untuk menghindari kekosongan hukum diberlakukan ketentuan Pasal II (sekarang Pasal
I) Aturan Peralihan UUD 1945. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa segala peraturan perundang-
undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar
ini.
Berdasarkan ketentuan tersebut, di antara sekian banyak produk hukum peninggalan Belanda yang ada
kaitannya dengan pembahasan ini adalah Teritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939
(Undang-Undang 1939 tentang Laut Wilayah dan Lingkungan Maritim).
Undang-undang itulah yang berlaku dan digunakan untuk menentukan batas laut wilayah kita. Dalam
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa batas laut wilayah Indonesia adalah sejauh 3 mil laut yang
diukur dari tiap-tiap pulau pada waktu air laut surut serendah-rendahnya.
Akibat dari penentuan batas laut demikian, di tengah-tengah hamparan Kepulauan Indonesia terdapat
kantung-kantung laut bebas sebagai perairan internasional. Dengan kata lain, wilayah kita menjadi
bercerai-berai. Akibat lebih lanjut dari kondisi itu adalah sangat membahayakan bagi keamanan,
kedaulatan, dan keselamatan bangsa Indonesia.
Karena sadar akan keadaan demikian, untuk mengatasinya, Perdana Menteri Ir. Djuanda
pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan suatu dekrit yang dikenal dengan Dekrit
13 Desember 1957 atau Deklarasi Djuanda 1957. Dalam dekrit tersebut, antara lain,
dinyatakan sbb:
a. Negara RI merupakan negara yang semua pulau dan laut yang terletak di antaranya
harus dianggap sebagai suatu kesatuan yang bulat (asas archipelago).
b. Batas laut wilayah negara Indonesia adalah selebar 12 mil laut diukur dari garis dasar
yang menghubungkan titik-titik ujung terluar dari pulau-pulau negara Indonesia
terluar.
Dalam perkembangan selanjutnya, khususnya dalam pembangunan nilai dasar di dalam
berbangsa dan bernegara, hal itu menjadi dasar cara pandang integralistik yang kemudian
secara formal dituangkan dalam Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara mencakup
empat perwujudan sbb:
a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik;
b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi;
c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial dan Budaya;
d. Perwujudan Kepualuan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan Keamanan.
1. Lagu Kebangsaan
2. Bendera Kebangsaan
Republik Indonesia
3. Lambang Negara
Republik Indonesia
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
sebagai Wujud Semangat Kebangsaan
Lagu Kebangsaan
a. Sejarah Singkat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu “Indonesia Raya” pertama kali diperdengarkan oleh penciptanya sendiri, W.R. Supratman pada Kongres
Pemuda Indonesia II di Jakarta tanggal 28 Oktober 1928. Sejak saat itu, lagu tersebut mendapat penghargaan dari para
pemuda dan diakuinya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lama kelamaan lagu itu menjadi populer dan tersiar luas
sampai ke luar negeri. Tiap-tiap rapat kebangsaan dibuka dan ditutup dengan lagu Indonesia Raya. Demikian pula,
pertemuan orang-orang atau para pemimpin bangsa Indonesia di luar negeri memperdengarkan lagu itu. Bahkan,
perkumpulan-perkumpulan orkes Prancis, Rusia, Mesir, Tiongkok, dan Belanda meminta lagu itu diterjemahkan
dalam bahasa mereka dan dibuatkan piringan hitamnya.
Hal itu menyebabkan Pemerintah Hindia Belanda menjadi gusar, kemudian melarang agar di dalam syair nyanyian itu
tidak terdapat kata-kata “merdeka” dan menyita piringan hitam yang sudah jadi. Pemerintah Hindia Belanda
mengizinkan lagu itu diperdengarkan dengan syarat sbb:
1. Kata-kata “merdeka, merdeka” harus diganti dengan “mulia, mulia”.
2. Sebelum dinyanyikan lagu “Indonesia Raya” terlebih dahulu harus dinyanyikan lagu kebangsaan Belanda
“Wilhelmus”.
Ketika akan masuk ke Indonesia dan guna mendapatkan dukungan dalam perang melawan Sekutu, Jepang menghibur
bangsa Indonesia dengan memperbolehkan lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan di mana-mana, termasuk di radio.
Namun, setelah Jepang menanamkan kekuasaannya di Indonesia, ia melarang lagu tersebut dinyanyikan di seluruh
wilaya tanah air.
Setelah penghujung tahun 1944, ketika Jepang mulai menunjukkan tanda-tanda kekalahannya dan ketika
nasionalisme Indonesia sedang menyala-nyala hingga melahirkan perlawanan di beberapa tempat, bangsa Indonesia
diperbolehkan kembali menyanyikan lagu “Indonesia Raya” di seluruh penjuru tanah air.
b. Penetapan Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan Republik Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, maka lagu tersebut ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1958. Di samping menegaskan status lagu “Indonesia
Raya”, dalam PP tersebut, juga diatur tentang tata cara penggunaan lagu tersebut sbb ini:
1) Lagu kebangsaan diperdengarkan dan dinyanyikan:
a) untuk menghormati Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara,
b) pada waktu penaikan dan penurunan bendera kebangsaan yang diadakan dalam upacara, untuk
menghormati bendera itu,
c) untuk menghormati negara asing.
2) Lagu kebangsaan dapat pula diperdengarkan dan dinyanyikan sebagai:
a) pernyataan perasaan nasional,
b) rangkaian pendidikan dan pengajaran.
3) Lagu kebangsaan dilarang diperdengarkan dan dinyanyikan untuk:
a) reklame dalam bentuk apa pun juga,
b) menggunakan bagian-bagian daripada lagu kebangsaan dalam gubahan yang tidak sesuai dengan
kedudukan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan.
Di samping itu, dalam tata tertib penggunaan lagu kebangsaan, lagu kebangsaan tidak boleh
diperdengarkan dan dinyanyikan pada waktu dan tempat menurut kemauan sendiri. Lagu kebangsaan
tidak boleh diperdengarkan dan dinyanyikan dengan nada-nada, irama, iringan, kata-kata dan gubahan
lain selain seperti yang sudah ditentukan. Pada waktu lagu kebangsaan diperdengarkan dan dinyanyikan
orang yang hadir berdiri tegak di tempat masing-masing.
Barangsiapa melanggar ketentuan tersebut diancam hukuman kurungan selama-lamanya tiga
bulan atau dengan denda sebanyak-banyaknya lima ratus rupiah.
Perlu diketahui bahwa penetapan dan pengesahan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu
kebangsaan Republik Indonesia bukan baru terjadi pada tahun 1958 dengan dikeluarkannya PP
No. 44 Tahun 1958, jauh dari tahun itu sudah ditetapkan. Memang, dalam UUD’45 tidak
disebutkan hal itu, namun hal itu secara tegas disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2) Konstitusi RIS,
yang kemudian ditegaskan kembali dalam Pasal 3 ayat (2) UUDS 1950. Dalam pasal dan ayat
tersebut ditegaskan bahwa lagu kebangsaan ialah lagu “Indonesia Raya”.
Dengan menyadari akan kekurangannya, MPR dalam sidangnya tahun 2000 dan ketika
mengadakan amandemen (perubahan) kedua UUD’45, masalah itu ditambahkan dengan
memasukkan ketentuan Pasal 36 B. Dalam pasal itu dinyatakan bahwa lagu kebangsaan adalah
“Indonesia Raya”.
c. Isi dan Maksud Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”
Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” terdiri atas empat belas baris ditambah satu seloka yang terdiri atas
empat baris ulangan. Bentuk syair itu dipengaruhi oleh bentuk soneta dari Italia ciptaan pujangga Dante
Alighieri (1265-1321) atau mengambil contoh soneta Inggris ciptaan Shakespeare (1564-1616). Untuk
lebih jelasnya, perhatikan lagu tersebut!
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku,
Indonesia, kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu!
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negeriku,
Bangsaku, rakyatku semuanya!
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya,
Indonesia Raya, merdeka, merdeka,
Tanahku, negeriku yang kucinta,
Indonesia Raya, merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dapat dibagi menjadi tiga bagian dan satu bagian ulangan.
Bagian pertama berisi sumpah kita bahwa Indonesia tanah air kita, tanah tempat kita dilahirkan, dan
tempat kita menjadi pandu (penunjuk jalan) bagi ibu pertiwi. Hal itu dapat kita simpulkan dari kata-
kata Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku, di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku.
Bagian kedua berisi pernyataan kita bahwa Indonesia merupakan bangsa dan tanah air kita. Hati kita
semua supaya selalu berikrar (berseru) Indonesia bersatu. Pernyataan itu dapat kita artikan dari kata-
kata Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku, marilah kita berseru, Indonesia bersatu.
Bagian ketiga berisi doa yang khidmat terhadap Indonesia (tanah air, negara, bangsa, rakyat) sebagai
pusaka nasional turun-temurun dan dalam kekhidmatan mengharapkan jiwa dan raga Indonesia
mengalami kebangunan selama-lamanya menuju Indonesia Raya. Hal itu dapat kita artikan dari kata-
kata Hiduplah tanahku, Hiduplah negeriku, Bangsaku, Rakyatku semuanya, Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isi dan maksud lagu kebangsaan kita dapat melahirkan tekad
perjuangan kita dalam mencapai Indonesia merdeka dan mampu memberi jiwa kepada bangsa
Indonesia dalam mengisi kemerdekaan guna mencapai tujuan dan cita-cita bangsa. Oleh karena itu,
tepat kiranya apabila lagu tersebut dikatakan sebagai wujud semangat kebangsaan Indonesia.
Bendera Kebangsaan Republik Indonesia
a. Fungsi Bendera Negara
Secara umum, bendera negara mempunyai fungsi, antara lain:
1) Sebagai lambang kedaulatan negara,
2) Sebagai identitas bangsa dan negara, dan
3) Sebagai lambang kehormatan dan harga diri suatu bangsa atau negara.
b. Dasar Hukum Berlakunya Bendera Kebangsaan Negara RI
Dasar hukum berlakunya bendera kebangsaan negara RI adalah Pasal 35 UUD 1945 yang berbunyi:
“Bendera negara Indonesia ialah sang Merah Putih.” Selanjutnya secara terperinci, bendera negara diatur
dalam PP No. 40 Tahun 1958.
Dalam peraturan itu antara lain, diatur tentang tata cara penggunaannya. Ketentuan penggunaan bendera
antara lain, disebutkan sbb:
1) Pada umumnya bendera kebangsaan dikibarkan pada waktu siang hari, yaitu antara saat matahari
terbit dan saat matahari terbenam.
2) Dalam hal-hal istimewa, yaitu pada waktu diadakan peringatan nasional atau perayaan lain yang
mengembirakan nusa dan bangsa, pemerintah dapat menganjurkan supaya bendera kebangsaan
dikibarkan di seluruh negara.
3) Penggunaan bendera kebangsaan diperbolehkan pada waktu dan di tempat:
a. Diadakan perhelatan perkawinan, perhelatan sunatan, dan perhelatan agama atau adat
istiadat yang lazim dirayakan;
b. Didirikan bangunan, jika pemasangan itu menjadi kebiasaan, dan pemasangannya itu dapat
dilakukan siang dan malam;
c. Diadakan pertemuan, seperti muktamar, konferensi, peringatan tokon nasional, atau
hari-hari bersejarah;
d. Diadakan perlombaan;
e. Diadakan perayaan sekolah;
f. Diadakan perayaan lain yang pemasangan bendera itu dapat dianggap sebagai tanda
pernyataan kegembiraan umum.
4) Bendera kebangsaan dikibarkan sebagai tanda berkabung jika kepala negara atau wakil kepala
negara wafat atau sebagai tanda turut berkabung terhadap negara sahabat. Dalam hal itu,
bendera kebangsaan dipasang setengah tiang.
5) Bendera kebangsaan dikibarkan setiap hari:
a. Pada rumah-rumah jabatan atau di halaman rumah-rumah jabatan presiden, wakil
presiden, menteri, gubernur, kepala daerah yang setingkat dengan ini;
b. Di rumah-rumah pejabat atau di halaman rumah-rumah pejabat semua kepala daerah;
c. Di makan pahlawan nasional;
d. Di gedung-gedung atau halaman gedung-gedung kabinet, presiden, DPR, MA,
Kejaksaan Agung, BPK, dan lain-lain pada hari kerja;
e. Di gedung-gedung atau di halaman gedung-gedung sekolah negeri atau sekolah swasta
nasional.
6) Bendera kebangsaan tidak boleh digunakan bertentangan dengan kedudukannya sebagai
lambang kedaulatan dan tanda kehormatan negara, seperti:
a) dipakai sebagai langit-langit, atap, pembungkus barang, tutup barang, dan reklame
perdagangan dengan cara apapun;
b) Digambar, dicetak, atau disulam pada barang-barang yang pemakaiannya mengandung
kurang penghormatan terhadap bendera kebangsaan.
7) Barangsiapa yang melanggar ketentuan seperti yang diatur dalam peraturan itu dihukum
dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya lima
ratus rupiah.
Lambang Negara Republik Indonesia
Alat perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang lain, yakni lambang negara. Lambang
negara kita adalah burung garuda yang mencengkeram pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Semboyan itu berasal dari bahasa Jawa kuno artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Lambang
negara Republik Indonesia direncanakan oleh Panitia Lencana Negara dan disahkan oleh Dewan
Menteri RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Selanjutnya, ditetapkan kembali dengan PP No. 66 Tahun
1951 tanggal 17 Oktober 1951 yang berlaku surut sejak tanggal 17 Agustus 1950. Lambang itu
menggambarkan seekor burung garuda yang di dalam mitologi peradaban Indonesia berarti tenaga
pembangunan.
Rantai yang dikalungkan pada leher garuda itu tergantung sebuah perisai berbentuk jantung yang
melambangkan pembelaan nusa dan bangsa. Banyak bulu di sayap berjumlah 17 helai, di ekor
berjumlah 8 helai, di kaki sebelah bawah perisai berjumlah 19 helai dan di leher bejumlah 45 helai.
Semua bilangan itu melambangkan tanggal, bulan, dan tahun proklamasi kemerdekaan, yakni tanggal
17-8-1945. Garuda yang terlukis dengan warna kuning emas melambangkan kemenangan yang
gemilang dan nilai negara. Warna merah putih di dalam perisai berasal dari dwiwarna. Garis melintang
di tengah-tengah perisai menggambarkan khatulistiwa yang melalui Kepulauan Indonesia. Dengan
garis itu dinyatakan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara asli di daerah khatulistiwa yang
mencapai kemerdekaan dan kedaulatan dengan kekuatan sendiri. Perisai yang terbagi lima itu
mengingatkan kepada Pancasila:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa (bintang di tengah)
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab (rantai)
c. Persatuan Indonesia (beringin)
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
(kepala banteng)
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (padi dan kapas).
1. Awal Pergerakan
Nasional
2. Lahirnya
Nasionalisme di Asia
3. Kebangkitan
Nasional di Indonesia
Semangat Nasionalisme
Warga Negara Indonesia
Awal Pergerakan Nasional
Revolusi Industri yang terjadi di Eropa pada abad ke-19 membawa napas baru bagi banyak negeri
terjajah di Asia, termasuk Indonesia. Walaupun pengaruhnya pada waktu itu belum menguntungkan
rakyat, sedikitnya revolusi industri telah menyebabkan suatu golongan baru dalam masyarakat yang
mempunyai pandangan dan gagasan mengantarkan rakyat Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Lapisan
baru yang menjadi elite nasional mulai menyadari bahwa perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh
setiap daerah secara tersendiri dengan perlengkapan yang terbelakang tidak mungkin akan berhasil.
Gerakan sejarah yang terjadi itu dikenal sebagai Kebangkitan Nasional. Faktor penyebabnya
Faktor dalam
negeri
Pelaksanaan politik etis yang dijalankan oleh Pemerintahan
Hindia Belanda yang memungkinkan masuknya ide dari
Barat, dan pengaruh pembaharuan di dalam agama Islam.
Faktor luar
negeri
Masuknya gagasan nasionalisme modern, khususnya pengaruh
pergerakan nasional dan modernisasi di beberapa negara Asia,
seperti Turki, Cina, dan India, serta Restorasi Meiji di Jepang
dan kemenangan negara itu atas Rusia pada tahun-tahun
pertama abad ke-20. Kemenangan itu dianggap sebagai
kemenangan orang Asia (kulit berwarna) terhadap orang Eropa
(kulit putih).
Lahirnya Nasionalisme di Asia
Pada abad ke-19 sebagian besar bangsa Asia telah hidup menderita dalam cengkraman
kekuasaan imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat. Meskipun demikian, bangsa Asia tidak
tinggal diam. Mereka selalu berjuang menentang penjajahan untuk memperoleh kembali
kebebasan dan kemerdekaannya. Perjuangan menentang penjajahan itu pada hakikatnya
merupakan perwujudan dari semangat nasionalisme. Semangat kebangsaan timbul sebagai
reaksi terhadap akibat yang ditimbulkan oleh imperialisme dan kolonialisme itu. Oleh karena
itu, perjuangan bangsa Asia memiliki corak dan sifat yang berbeda dengan nasionalisme yang
tumbuh di negara Eropa.
Nasionalisme di negara Asia memiliki tiga tujuan utama yang saling berkaitan, yaitu sbb:
1) Bidang politik berusaha mengusir kaum penjajah untuk memperoleh kebebasan dan
kemerdekaannya kembali.
2) Bidang sosial ekonomi berusaha menghentikan eksploitasi ekonomi asing agar kemudian
dapat membangun masyarakat yang bebas dari kemelaratan dan kesengsaraan.
3) Bidang kebudayaan berusaha menggali dan menghidupkan kembali kebudayaan asli
warisan nenek moyang yang kemudian disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nasionalisme di Asia baru muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
dengan ditandai berdirinya berbagai organisasi modern di daerah jajahan,
misalnya:
a. Di India, termasuk di dalamnya Bangladesh dan Pakistan, pada tahun 1885
didirikan Ali Indian National Congress.
b. Di Filipina pada tahun 1892 didirikan Liga Filipina oleh Jose Rizal.
c. Di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908 para mahasiswa Sekolah Dokter
Jawa di Jakarta mendirikan Budi Utomo.
Kebangkitan Nasional di Indonesia
Pergerakan kebangkitan Indonesia bergerak dengan tahapan sbb:
a. Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari kebangkitan nasional yang merupakan
semangat kebangkitan Indonesia.
b. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan puncak kebulatan tekad untuk
berbangsa satu, bertanah air satu dan bebahasa nasional yang satu, yaitu
Indonesia.
c. Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan puncak perjuangan bangsa untuk
merebut dan menegakkan kedaulatan.
Pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Oleh sebab itu, penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Pembukaan UUD 1945 ini sekaligus merupakan deklarasi
kemerdekaan Indonesia dan dasar kaidah bagi kehidupan bangsa dan negara
Indonesia merdeka.