seminar new bab i pendahuluan
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada
konsumen diperlukan suatu jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini
terdiri dari jaringan transmisi (sistem tegangan extra tinggi dan tegangan
tinggi) dan jaringan distribusi (sistem tegangan menengah dan tegangan
rendah).
Tegangan catu untuk setiap pelanggan tidak mungkin sama, hal ini
disebabkan karena adanya impedansi dari jaringan pemasoknya. Jadi,
tegangan jatuh selalu ada pada setiap bagian dari sistem tenaga, mulai dari
sumber sampai ke para pelanggan. Tegangan jatuh berbanding lurus
dengan besarnya arus dan sudut fasanya, yaitu arus yang mengalir di
seluruh sistem tenaga, supaya para pelanggan pada titik penerimaan tidak
mengalami terlalu banyak penurunan tegangan, maka tegangan pengirim
dinaikkan. Akibat tegangan pengirim dinaikkan, maka pelanggan yang
dekat sumber akan menerima tegangan yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan para pelanggan yang jauh dari sumber. Untuk itu PLN sebagai
pengelola listrik berusaha untuk meningkatkan penyediaan tenaga listrik dan
meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu mutu tenaga listrik dinilai dari
stabilitas tegangannya. Namun pada kenyataan sulit mendapatkan tegangan
yang konstan, karena adanya kerugian pada penghantar atau peralatan
2
distribusi yang disebabkan oleh pembagian beban listrik pada konsumen yang
tidak merata. Untuk mempertahankan tegangan keluaran transformator tetap
konstan, maka digunakan pengubah sadapan yang dipasang pada
transformator.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam penulisan seminar ini adalah :
1. Untuk memenuhi persyaratan mata kuliah seminar
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pengubah sadapan
tanpa beban sebagai usaha perbaikan tegangan menengah pada
jaringan distribusi
3. Untuk mengetahui pengaruh jatuh tegangan terhadap konsumen
dan cara mengatasinya.
1.3. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan seminar ini supaya bisa memberikan informasi dan
menambah pengetahuan untuk Mahasiswa/i di lingkungan STT-PLN
maupun di lingkungan umum
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang
dibahas dalam seminar ini adalah :
1. Apa yang menyebabkan terjadinya jatuh tegangan pada jaringan
distribusi
3
2. Bagaimana pengaruh jatuh tegangan terhadap konsumen dan
cara mengatasinya ?
1.5. Batasan Masalah
1. Menjelaskan penyebab terjadinya jatuh tegangan pada saluran
tegangan menengah
2. Hanya menjelaskan secara garis besar pengunaan alat pengatur
dengan menggunakan pengubah sadapan tanpa beban untuk
mengendalikan tegangan pada sistem distribusi
1.6 Metodelogi Penulisan
Metode yang dipergunakan dalam penyusunan seminar ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi literatur
Mengambil bahan dari buku-buku referensi, jurnal, majalah dan
sumber literatur yang berhubungan dengan seminar ini.
2. Studi Bimbingan
Diskusi berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah
ditunjuk oleh pihak jurusan Teknik Elektro STT-PLN mengenai
masalah-masalah yang timbul selama penulisan seminar ini
berlangsung.
4
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan seminar ini dibagi menjadi lima bab, dimana
tiap bab diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini menjelaskan tentang ringkasan materi dasar yang
terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, rumusan masalah. batasan masalah, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TEORI SISTEM TENAGA LISTRIK DAN TEORI
TRANSFORMATOR
Bab II ini menjelaskan tentang teori sistem tenaga listrik dan
teori transformator
BAB III JATUH TEGANGAN DAN PENGATURAN TEGANGAN PADA
SISTEM DISTRIBUSI
Bab III ini menjelaskan tentang cara pengaturan tegangan yang
disebabkan oleh jatuh tegangan pada sistem distribusi
khususnya saluran Tegangan Menengah
BAB IV SADAPAN BERBEBAN DENGAN SADAPAN TANPA BEBAN
DENGAN MEMPERHATIKAN JATUH TEGANGAN PADA
JARINGAN
5
Bab IV ini menjelaskan tentang penggunaan sadapan tanpa
beban (On Load Tap Changing) pada Trafo Distribusi serta
dalam mengatur tegangan menjelaskan pengetrapan
menggunakan 3 dan 5 sadapan tanpa beban disisi Tegangan
Menengah Trafo Distribusi.
BAB V PENUTUP
Penutup bukan merupakan kesimpulan dari seminar. Di bab
penutup ini dibahas hal-hal yang masih perlu dilakukan agar
seminar dapat dilanjutkan ke skripsi.
6
BAB II
TEORI SISTEM TENAGA LISTRIK DAN TEORI TRANSFORMATOR
2.1 SISTEM TENAGA LISTRIK
Energi listrik umumnya dibangkitkan oleh pusat tenaga listrik yang
jauh dari perkotaan dimana para pelanggan umumnya berada. Sistem
penyaluran tenaga listrik terdiri dari 3 unsur yaitu pusat pembangkit
tenaga listrik, transmisi, dan distribusi. Pada pusat listrik dilakukan
pembangkitan dengan cara memanfaatkan generator sinkron. Tenaga
listrik dibangkitkan oleh pembangkit listrik kemudian dinaikkan
tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformer)
yang ada di pembangkit listrik dan disalurkan melalui saluran transmisi
tegangan ekstra tinggi dan saluran transmisi tegangan tinggi. Saluran
transmisi tegangan ekstra tinggi mempunyai tegangan 500 kv dan
tegangan tinggi di PLN mempunyai tegangan 150 kV. Setelah tenaga
listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik di
Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator
penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah
(20 kV). Kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-
gardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 220/380 Volt,
lalu di distribusikan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PT PLN
(Persero) melalui Sambungan Rumah (SR) serta alat pembatas daya dan
7
kWh meter yang sekaligus merupakan titik akhir kepemilikan PT PLN
(Persero).
Pelanggan-pelanggan yang mempunyai yang mempunyai daya
tersambung besar tidak dapat disambung melalui jaringan tegangan
rendah melainkan disambung langsung pada jaringan tegangan
menengah,bahkan ada pula yang disambung pada jaringan transmisi
tegangan tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.
Gambar 2.1. Skema penyaluran energi listrik ke pelanggan dimulai dari Pusat Pembangkit, Gardu Induk Penaik
Tegangan, Saluran Transmisi, Gardu Induk Penurun Tegangan, Jaringan Tegangan Menengah,pelanggan
besar/gardu distribusi, jaringan tegangan rendah dan pelanggan TR
a. Skema penyaluran energi listrik
b. Diagram satu garis
8
Pada sistem arus bolak-balik, frekuensi standar untuk indonesia
adalah 50 Hz. Tegangan nominal, frekuensi dan batas variasi tegangan
jaringan distribusi untuk indonesia telah ditetapkan berdasarkan
pembakuan PLN.
Sistem distribusi dapat dikelompokkan menjadi 2 tingkat yaitu :
1. Sistem Jaringan Distribusi Primer atau disebut dengan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM)
2. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder atau disebut dengan Jaringan
Tegangan Rendah (JTR)
2.2 Teori Transformator
Transformator merupakan suatu alat listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah dan sebaliknya. Transformator juga dapat diartikan mengubah
tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi
elektromagnet. Transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari
besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder.
Dasar teori dari transformator adalah apabila ada arus listrik bolak-
balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan
berubah menjadi magnet dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh
suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda
9
tegangan mengelilingi magnet, sehingga akan menimbulkan Gaya Gerak
Listrik (GGL).
2.3 Jenis-Jenis Trafo
Ada beberapa jenis trafo diantaranya adalah :
1. Trafo Daya
Trafo daya adalah trafo yang biasa digunakan di GI Pembangkit dan
GI Distribusi dimana trafo tersebut memiliki kapasitas daya yang
besar. Di GI pembangkit trafo digunakan untuk menaikkan tegangan
ke tegangan transmisi (150/500kv) sedangkan di GI Distribusi, trafo
digunakam untuk menurunkan tegangan transmisi ke tegangan
primer/menengah (20kv)
Gambar 2.3.1 Trafo Daya
2. Trafo Distribusi
Transformator distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan
transmisi menengah 20kv ke tegangan distribusi 220/380V sehingga
10
dengan demikian peralatan utamanya adalah unit trafo itu sendiri
yaitu : inti besi, kumparan trafo,media pendingin, bushing, tangki dan
konservator.
Gambar 2.3.2.Trafo Distribusi 3 Fasa
o a b c
d
e
Vk
V t
IIX
IR
LIX
fg
R XL P+ jQ
BebanVk Vt
I
( a )
V
( b)
Gambar - 3 .1 . Saluran Distribusi jarak - pendeka ). Rangkaian ekivalennya .b ). Pasor diagramnya
V
dV
t
tIR
cos tLIX
sin
11
BAB III
JATUH TEGANGAN DAN PENGATURAN TEGANGAN
PADA SISTEM DISTRIBUSI
3.1 Penyebab Terjadinya Jatuh Tegangan (Drop Voltage)
Jatuh tegangan adalah selisih antara tegangan ujung pengiriman
dan tegangan ujung penerimaan dari penyulang. Jatuh tegangan bukan
merupakan jatuh tegangan pada impedansi dari punyulang, saluran dan
lain-lain tetapi perbedaan nilai mutlak dari tegangan ujung kirim dengan
tegangan ujung terima.
12
Sesuai definisi, jatuh tegangan adalah :
∆V = │Vk │−│Vt │..........................................................(pers.3.1)
Dimana :
Vk = nilai mutlak tegangan ujung kirim
Vt = nilai mutlak tegangan ujung terima
Jatuh tegangan disebabkan oleh hambatan dan arus, pada saluran
bolak-balik besarnya tergantung dari impedansi dan admitansi saluran
serta pada beban dan faktor daya.
Pada dasarnya jatuh tegangan pada jaringan distribusi adalah akibat
dari impedansi seluruh jaringan tersebut. Impedansi jaringan tersebut
besarnya dipengaruhi oleh hambatan (resistansi) serta reaktansinya,
karena impedansi Z = R + jXL
Perhitungan jatuh tegangan dalam persen
Jatuh tegangan dalam persen, menurut definisi adalah :
( ΔVV t ) %=
|V k|−|V t|V t
×100% ..........................................(pers.3.12)
Vt biasanya diambil tegangan sistem yang bersangkutan, dalam hal ini Vt
yang merupakan tegangan fasa system. Jadi persamaannya bisa ditulis :
( ΔVV t ) %=
ΔVV t
×100% .....................................................(pers.3.13)
13
Dimana ΔV=|V k|−|V t|≃IR cos ϕt+ IX L sin ϕt , sehingga persamaannya
( ΔVV t ) %=(ΔV )%¿
IR cos ϕt+ IX L sin ϕtV f
×100% ................(pers.3.14)
Dimana V f adalah tegangan fasa nominal atau tegangan pengenal dari
system yang ber- sangkutan.
Persamaan dapat juga dibuat dalam bentuk lain, yang mengandung daya
aktif P dan reaktif Q dari beban yang bersangkutan. Dengan
memperhatikan, dimana
ΔV≃RP+X LQV t , maka jatuh-tegangan dalam persen menjadi
( ΔVV t ) %=(ΔV )%≃
RP+X LQ
V f2
×100%...........................(pers.3.15)
dimana : P = daya aktif, dalam MW.
Q = daya reaktif, dalam MVAr.
Vf = Vt tegangan-fasa, dalam kV.
Jatuh-tegangan dari setiap komponen sistem distribusi selalu
dinyatakan dalam jatuh tegangan dalam %. Jatuh tegangan dalam % untuk
setiap komponen sistem distribusi dinyatakan dalam basis tegangan yang
sama.
14
Untuk menjaga tegangan sirkit distribusi masih dalam batas-batas
yang diperbolehkan, maka tegangan perlu dikendalikan dengan cara
menaikkan tegangan sirkit apabila rendah dan menurunkannya apabila
tinggi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuh tegangan yang terjadi.
Ada beberapa cara untuk memperbaiki tegangan antara lain yaitu :
1. Menggunakan pengatur tegangan pada generator
2. Memakai alat pengatur tegangan pada Gardu Induk (GI)
3. Memasang kapasitor pada Gardu Induk
4. Beban penyulang dibuat seimbang
5. Memperbesar penampang penyulang
6. Merubah penyulang fasa-tunggal menjadi penyulang fasa tiga
7. Memindahkan beban ke penyulang yang baru
8. Membangun Gardu Induk dan penyulang TM yang baru
9. Menaikkan kelas tegangan penyulang TM
10. Memakai alat pengatur tegangan pada penyulang TM
11. Memasang kapasitor shunt pada penyulang TM
12. Memasang kapasitor seri pada penyulang TM
3.2 Pengaturan Tegangan Pada Saluran
Pengaturan tegangan pada saluran banyak digunakan untuk mengatur
tegangan setiap penyulang secara terpisah, untuk menjaga agar tegangan yang
sampai pada pelanggan masih berada dalam batas-batas yang diizinkan. Ada dua
tipe cara pengaturan tegangan ini: (1) tipe induksi dan (2) tipe sadapan.
15
Pengaturan tipe sadapan ini lebih banyak digunakan dan praktis
menggantikan tipe induksi. Pengaturan tegangan tipe sadapan dapat berupa:
(1) tipe GI, fasa-tunggal atau fasa-tiga dan dipakai di GI untuk mengatur
tegangan pada rel atau tegangan masing-masing dari penyulang TMnya dan
(2) tipe distribusi yang hanya berupa fasa tunggal dan di pasang di tiang
SUTMnya. Pengaturan tegangan type sadapan pada dasarnya merupakan
sebuah auto-transformator dengan sadapan pada belitan serinya, lihat
gambar 3.21.
Gambar 3.21 Bagan pengatut tegangan tipe sadapan
a) Bagan konstruksinya
b) Pemakaian pada penyulang utama
Kebanyakan pengaturan tegangan jenis ini di atur untuk diperhatikan
tegangan jala ±10% dalam 32 sadapan dan terdiri dari dua unsur pokok
yaitu:
a) Sebuah autotransformator
b) Mekanisme pengatur/pengubah dudukan sadapan
16
3.2.1. Trafo Pengubah Sadapan (Tap Changer)
Perbaikan tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode
pengaturan tegangan berupa penggunaan trafo pengubah sadapan (tap).
Trafo Pengubah Sadapan (Tap Changer) adalah alat untuk
pengubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan
operasi sisi sekunder yang konstan atau stabil dari tegangan jaringan (sisi
primer yang berubah-ubah). Dengan menggunakan trafo pengubah
sadapan dapat mengatur rasio lilitan primer dan sekunder trafo. Dengan
demikian kita dapat mengatur tegangan keluaran trafo. Hal ini dapat dilihat
pada persamaan berikut :
VpVs
=NpNs
=a
Keterangan :
Vp = Tegangan di sisi primer
Vs = tegangan di sisi sekunder
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
a = rasio lilitan
Trafo Pengubah tap dapat digunakan di gardu induk maupun pada
gardu distribusi tergantung dari perbaikan tegangan yang diinginkan.
17
Proses perubahan tap trafo itu sendiri ada dua jenis, yaitu perubahan
tap positif dan negatif. Biasanya nilai perubahan tap trafo menggunakan
ukuran persen (%) dan nilainya bervariasi antara ±10% sampai ±15%
tergantung dari trafo yang digunakan. Perubahan tap positif akan
meningkatkan jumlah lilitan di sisi sekunder, sedangkan tap negatif
sebaliknya akan mengurangi jumlah lilitan disisi sekunder. Trafo pengubah
sadapan biasanya telah mimiliki ukuran sadapan (tap) sendiri tergantung
dari pabrik yang memproduksinya. Sehingga pengaturan tegangan
dengan menggunakan trafo pengubah sadapan sifatnya terbatas dan
tergantung dari jenis trafo pengubah sadapan yang digunakan. Semakin
banyak level perubahan sadapan (tap) yang dimiliki oleh suatu trafo
semakin baik pula proses pengaturan tegangan yang dapat dilakukan.
Trafo pengubah sadapan (tap) itu sendiri ada dua macam yaitu off
load tap changing transformer (pengubah sadapan tanpa beban) pada
trafo distribusi, dan on load tap changing transformer (pengubah sadapan
berbeban) .
Tap trafo itu sendiri dapat dilakukan secara manual maupun
otomatis. Perubahan tap trafo secara manual dianggap kurang efisien
karena masih membutuhkan faktor manusia yang harus mengubah posisi
tap trafo setiap terjadi penurunan nilai tegangan yang cukup signifikan.
Pengaturan tap trafo secara otomatis dilakukan dengan menggunakan
pengatur tegangan otomatis yang akan mengubah posisi tap trafo saat
nilai tegangan keluaran trafo mengalami penurunan.
18
Dalam mengatur tegangan primer jaringan distribusi dengan
memakai pengubah sadapan berbeban (on load tap changing) pada
transformator utama di GI-nya, maka untuk dapat bekerja secara otomatis,
perlu dilengkapi dengan kompensator saluran (Line Drop Compensation)
pada saluran yang dikontrol.
Gambar 3.2.1. Bagan Kompensator Saluran
a) Bagan sirkit kompensator saluran
b) Diagram fasor
Fungsi kompensator saluran ialah untuk mempertahankan tegangan di
suatu titik/ tempat pada saluran tersebut, yang letaknya jauh dari GI.
Suatu titik/ tempat yang akan dipertahankan tegangannya, dilakukan
secara otomatis dengan mengatur dudukan/setting dari tahanan dan
reaktansi dari rangkaian pengendali dari kompensator saluran.
19
BAB IV
MENJELASKAN PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN TANPA BEBAN
DENGAN MEMPERHATIKAN JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN
TEGANGAN MENENGAH
4.1 Sadapan Tanpa Beban (No Load Tap Changing) Pada Trafo Distribusi
Salah satu perlengkapan untuk mengusahakan agar tegangan
pelayanan masih dalarn batas-batas yang diperbolehkan, maka trafo
distribusinya dilengkapi dengan sadapan tanpa beban pada sisi tegangan
tingginya, disamping itu pada sisi tegangan rendahnya, tegangan
keluarannya atau tegangan terminal sisi sekunder trafonya sudah dibuat
231/400 V atau +5% diatas nilai nominalnya 220/380 V. Pengaturan
sadapan tanpa beban pada trafo distribusi ini, harus dikaitkan dengan
pengaturan tegangan sadapan berbeban pada trafo utama di Gardu-Induk
yang bersangkutan.
Dalam mengatur tegangan pelayanan dengan mengunakan dua
sadapan dan trafo utama maupun trafo distribusinya, hanya dimungkinkan
pada jaringan yang beroperasi radial. Pemanfaatan sadapan tanpa beban
dan trafo distrbusi, umumnya dilakukan pada SUTM yang panjang,
didaerah yang kepadatan bebannya relatif masih rendah.
Ada transformator distribusi yang mempunyai 3(tiga) sadapan tanpa
beban yaitu +5%, 0% dan -5%; pada sistem 20 kV, ekivalen dengan 21kv,
20kV dan 19kv. Pada trafo distribusi yang mempunyai 5 (lima) sadapan
20
tanpa beban, sadapannya adalah +10%, 5%, 0%, -5% dan -10%; pada
sistem 20kV, ekivalen dengan 22kV, 21 kV, 20kV, 19kv dan 18kv.
Sisi Tegangan Rendah (TR) dan kedua macam trafo tersebut diatas,
tegangan terminal sekundernya (tanpa beban) sudah dibuat 231/400 V
atau +5% diatas nilai nominalnya 220/380 V.
4.1.1 Penggunaan Pengetrapan Tiga Sadapan Tanpa Beban Disisi
Tegangan Menengah Trafo Distribusi
Pada daerah yang kepadatan bebannya masih rendah dan
SUTMnya cukup panjang, maka pengetrapan sadapan dan trafo distribusi
yang mempunyai tiga sadapan dilakukan dengan membagi panjang
saluran TM tersebut dalam tiga seksi.
Pada seksi I, trafo distribusinya dioperasikan pada sadapan 21 kV,
pada seksi II diopersikan pada sadapan 20 kV dan pada seksi III, trafo
distribusinya dioperasikan pada sadapan 19 kV. lihat gambar 4.1.1.
Misalkan data dan trafo distribusinya diketahui UX = 3,57% dan UR =
1,8%, maka susut tegangan pada beban penuh dengan faktor-daya 80%
adalah (1,8 x 0,8) + (3,57 x 0,6) = 3,56% atau ekivalen seharga 720 volt,
bila dilihat dan sisi TT. Dengan demikian pada keadaan beban penuh
tegangan disisi TT & TR dan trafo distribusinya, diperkirakan seperti yang
tertera pada tabel 4.1.1
21
Gambar 4.1.1 Posisi Sadapan Trafo Distribusi (tiga sadapan)
Tabel 4.1.1 Tegangan sisi TT & TR dari transformator distribusi dengan 3
sadapan, pada beban penuh
*Jatuh tegangan pada JTR -2%
Gambar 4.1.1a Profil Tegangan pada beban penuh (3 sadapan)
Kurva A : sisi TT trafo distribusi ; Kurva B : sisi TR Trafo Distribusi
22
Tegangan pelayanan = (209 - 2% x 220 ) = 204,6 V. Profit tegangan
JTM dan JTR pada beban penuh kurang lebih seperti yang terlihat pada
gambar 4.1.1a
Dari kurva A, dapat dilihat bahwa pada saat beban penuh, tegangan
di Gardu Induk dibuat 21,7 kV.Pada saat beban nol, tegangan di GI. harus
diturunkan menjadi 19 kV, dan profit tegangan terminal sekunder trafo
distribusi, dapat dilihat pada gambar 4.1.1b
Gambar 4.1.1b Profil Tegangan pada beban nol
Kurva A : sisi TT trafo distribusi, Kurva B : sisi TR Trafo Distribusi
4.1.2 Penggunaan Pengetrapan Lima Sadapan Tanpa Beban Disisi
Tegangan Menengah Trafo Distribusi
23
Pada pengetrapan 5 (lima) sadapan tanpa beban dari trafo distribusi,
panjang saluran dibagi menjadi 5 bagian , lihat gambar 4.1.2
Gambar 4.1.2a. Posisi Sadapan Trafo Distribusi dengan lima sadapan
Sama seperti halnya dengan 3 sadapan, maka pada keadaan beban
penuh, tegangan disisi TT dan TR dan trafo distribusi, diperkirakan seperti
yang tertera pada Tabel 4.1.2b.
Tabel 4.1.2b. Tegangan sisi TT/TR dari trafo Distribusi dengan 5 sadapan
pada keadaan beban penuh
24
Gambar 4.1.2c Profil Tegangan Pada Beban Penuh dari Trafo Distribusi
dengan 5 Sadapan
Profil Tegangan Tegangan Menengah (TM) dan Tegangan Rendah (TR) pada
beban penuh kurang lebih seperti yang terlihat pada gambar 4.1.2c. Pada
beban ringan (30% dan beban penuh ), tegangan di-Gardu Induknya harus
diturunkan menjadi 19 kV, dan profil tegangan terminal sekunder dan dan trafo
distribusi dapat dilihat pada gambar 4.1.2d
Jatuh tegangan pada trafo distribusi pada beban ringan = 0,33 x 720 V = 240 V
(dilihat dan sisi TT), maka tegangan di sisi TT dan TR dan trafo distribusi,
diperkirakan seperti yang tertera pada Tabel 4.1.2e
25
Tabel 4.1.2e Tegangan sisi TT/TR dari Trafo Distribusi dengan 5 Sadapan
pada keadaan beban ringan.
Gambar 4.12d Profil Tegangan pada Beban Ringan dari Trafo Distribusi
dengan 5 Sadapan
Kurva A : sisi TM Trafo Distribusi ; Kurva B : sisi TR Trafo Distribusi
26
BAB V
PENUTUP
Seminar yang berjudul “Pengaturan Tegangan Dengan Metode
Menggunakan Pengubah Sadapan Tanpa Beban Pada Trafo Distribusi” nantinya
akan dilanjutkan untuk pengerjaan skripsi dengan bahan-bahan serta data yang
lebih lengkap sehingga yang dipaparkan pada seminar ini hanya berupa
pengenalan materi secara garis besar.
Semoga dengan adanya pemaparan dari bahan pada seminar ini dapat
bermanfaat bagi umum dan menambah pengetahuan.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Basri, Hasan Ir, “Sistem Distribusi Daya Listrik”, ISTN, Jakarta Selatan, 1997.
2. Aprianto,Agung, “Makalah Seminar KP Pemeliharaan Trafo Distribusi”,
Semarang, 1990.
28
DAFTAR KONSULTASI SEMINAR
Jurusan S1 Teknik Elektro
Nama Mahasiswa : NANDA APRILIA N.I.M : 2009-11-196
Pembimbing : Ir. Hasan Basri
Judul Seminar : Metode Pengaturan Tegangan Dengan Menggunakan
Sadapan Tanpa Beban Pada Trafo Distribusi
No Tanggal MateriParaf
Pembimbing
1. Konsultasi Judul dan Abstrak
2. Konsultasi kerangka Bab I
3. Konsultasi latar belakang masalah
4. Perbaikan batasan masalah
5. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab I
6. Konsultasi Kerangka Bab II
7. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab II
8. Konsultasi kerangka Bab III
9. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab III
10. Konsultasi kerangka Bab IV
11. Pengecekkan hasil pengerjaan Bab IV
12. Konsultasi pembuatan slide dan Bab V
13. Konsultasi hasil slide dan seminar
14. Tanda Tangan Lembar Pengesahan
29