seminar proposal
TRANSCRIPT
WWW.UNIQUEPLACES.COM
WELCOMEWWW.UNIQUEPLACES.COMSEMINAR PROPOSAL
PENELITIANOleh: YORI YARSON TON
NIM: I11106017
Pembimbing1. Dr. Risa F. Musawaris, Sp.P
2. Dr. Virhan NovianryPenguji:
3. Dr. Ita Armyati4. Dr. Iit Fitrianingrum
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Judul:KORELASI ANTARA DERAJAT BERAT ASMA
DENGAN INDEKS MASA TUBUH PASIEN ASMA DI POLIKLINIK PARU RSU Dr. SOEDARSO
PONTIANAK APRIL 2011
WWW.UNIQUEPLACES.COM
BAB IPENDAHULUAN
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.1 Latar Belakang• Asma adalah penyakit peradangan kronis
saluran nafas, dapat menyerang semua umur.• Asma adalah salah satu penyakit kronik
tersering di seluruh dunia.• Survey (ECRHS) melaporkan prevalensi
penyakit asma berkisar antara 2%-12%
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.1 Latar Belakang• International Study on Asthma and Alergies in
Childhood tahun 2006, menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%.4
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.1 Latar Belakang
• Hancox dkk, di Selandia Baru mendapatkan bahwa peningkatan indeks masa tubuh berhubungan dengan asma dan atopi pada wanita tetapi tidak pada pria.7
• Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulit dkk, di Ohio tentang hubungan obesitas dan asma pada anak dengan odd ratio 1,45 (confidence interval 0,93-2,26).8
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.1 Latar Belakang• Beuther dkk, di Denver berkesimpulan bahwa
kelebihan berat badan dan obesitas berhubungan dengan peningkatan insiden asma pada pria maupun wanita.9
• Studi retrospektif dilakukan oleh Chen dkk di Kanada mendapatkan bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan insiden asma pada pasien wanita tapi tidak pada pria. 10
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.1 Latar Belakang
• Camergo dkk, melakukan penelitian prospektif melaporkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan peningkatan resiko terjadinya asma pada wanita yang kelebihan berat badan setelah usia 18 tahun.11
• Tantisira dkk di Boston menemukan bahwa terdapat penurunan rasio FEV1/FVC seiring dgn peningkatan BMI pada pasien anak dengan asma
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.1 Latar Belakang
• Nadi dkk di Iran melaporkan bahwa terdapat hubungan antara indeks masa tubuh dengan derajat berat asma.13
• Mamun A dkk di Australia mendapatkan peningkatan z-skor indeks masa tubuh usia antara 5-14 tahun berhubungan dengan peningkatan resiko asma pada usia dewasa. 14
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.1 Latar Belakang• Data mengenai korelasi derajat berat asma
dengan indeks masa tubuh pada pasien asma di Rumah Sakit Umum (RSU) Dokter Soedarso Pontianak belumlah tersedia
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.2 Rumusan Masalah• Apakah terdapat Korelasi antara derajat berat
asma dengan indeks masa tubuh pada pasien asma di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak?
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.3 Tujuan Penelitian
• Untuk mendapatkan gambaran dan mengidentifikasi derajat berat asma pada penderita asma di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak.
• Untuk mendapatkan gambaran dan mengidentifikasi indeks masa tubuh pada penderita asma di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
1.4 Manfaat Penelitian• Bagi institusi pelayanan• Bagi institusi pendidikan • Bagi penderita• Bagi peneliti
WWW.UNIQUEPLACES.COM
WELCOMEWWW.UNIQUEPLACES.COM
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.1 Definisi dan Patogenesis Asma
• Asma : penyakit peradangan saluran napas kronik yang ditandai dgn respon berlebihan pada trakeobronkial thdp berbagai rangsangan
• Penyempitan difus saluran napas, yang dapat membaik secara spontan atau dengan pengobatan, dan ditandai dengan serangan sesak napas episodik, batuk dan mengi
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.1 Definisi dan Patogenesis Asma
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.2 Epidemiologi Asma
• Prevalensi asma di dunia ±10%• Prevalensi asma di Asia berkisar antara 5,2%
hingga 17%. • Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui
secara pasti, namun diperkirakan 2 - 5 % penduduk Indonesia menderita asma.6
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.3 Klasifikasi Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Fungsi Paru
IntermitenMingguan
- Gejala < 1x/minggu - Tanpa gejala di luar serangan - Serangan singkat - Fungsi paru asimtomatik dan normal di
luar serangan.
< 2 kali sebulan VEP1 atau APE > 80%
Persisten Ringan Mingguan
- Gejala > 1x/minggu tapi < 1x/hari - Serangan dapat mengganggu aktivitas
dan tidur.
> 2 kali seminggu VEP1 atau APE > 80%
normal
Persisten Sedang Harian
- Gejala harian- Menggunakan obat setiap hari - Serangan mengganggu aktivitas dan tidur - Serangan 2x/minggu, bisa berhari – hari
> sekali seminggu VEP1 atau APE > 60%
tetapi < 80% normal
Persisten Berat Kontinu - Gejala terus menerus - Aktivitas fisik terbatas - Sering serangan
Sering VEP1 atau APE < 80%
normal
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.4 Tanda dan Gejala
• Diagnosis asma didasari pada gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang berkaitan dengan cuaca.21,28
• Besarnya reversibilitas pada FEV1 yang menunjukkan diagnosis asma yang umumnya diterima adalah ≥12% dan ≥200 mL dari nilai sebelum pemberian bronkodilator.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.4 Tanda dan Gejala• Penilaian pembatasan aliran udara yang
berguna adalah menggunakan rasio FEV1 terhadap FVC. Rasio FEV1/FVC umumnya ≥0,75 dan ≤0,80 dan mungkin ≥0,90 pada anak-anak
• Variasi diurnal PEF >20%
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.5 Penatalaksanaan Asma
• Penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen: 30
– Edukasi – Menilai dan memonitor berat asma secara berkala – Identifikasi dan mengendalikan fator pencetus – Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka
panjang – Penetapkan pengobatan pada serangan asma akut– Kontrol secara teratur – Pola hidup sehat
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.5 Penatalaksanaan Asma
PersistenIntermitenBerat Sedang Ringan
Prednison- 0,5 mg/kg/hariBeklometason- 2000 g/hariSalbutamol inhalasi- tidak lebih dari 3-
4 hisapan/hari
Beklometason- 2000 g/hari
untuk 1 minggu- dosis diturunkan
menjadi 1000 g/hari jika terdapat perbaikan
Salbutamol inhalasi- jika diperlukan- tidak lebih dari
3-4 hisapan/hari
Beklometason- 1000 g/hari untuk
1 minggu- diturunkan
perlahan jika terdapat perbaikan
Salbutamol inhalasi- jika diperlukan- tidak lebih dari 3-
4 hisapan/hari
Salbutamol inhalasi- tidak lebih dari 3-
4 hisapan/minggu dan atau setelah latihan/pajanan allergen
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.6 Indeks Masa Tubuh dan Hubungannya dengan Asma
• IMT= berat badan/tinggi badan kuadrat• Dan klasifikasi IMT adalah sebagai berikut:
Status Gizi IMT (Kg/m2)
Underweight <19
Normal 19-25.9
Overweight 26-29.9
Obesitas >30
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.6 Indeks Masa Tubuh dan Hubungannya dengan Asma
• Amra dkk di Iran mendapatkan bahwa peningkatan indeks masa tubuh menyebabkan peningkatan tahanan jalan napas signifikan.34
• Tantisira dkk di Boston menemukan bahwa terdapat penurunan rasio FEV1/FVC seiring peningkatan IMT pada pasien anak dengan asma. 12
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.6 Indeks Masa Tubuh dan Hubungannya dengan Asma
• Mamun dkk mengatakan bahwa pasien asma cenderung mengurangi aktivitas fisik karena untuk mengurangi gejala asma. Kurangnya aktivitas fisik pada pasien asma menyebabkan peningkatan obesitas.14
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.6 Indeks Masa Tubuh dan Hubungannya dengan Asma
• Sulit dkk dalam laporan peneliannya tentang hubungan obesitas dan kejadian asma mengatakan bahwa baik obesitas dapat menyebabkan kejadian asma maupun sebaliknya. Dalam laporannya dikatakan bahwa kurangnya aktivitas pada pasien asma dapat menyebabkan obesitas dan orang yang obesitas mengalami mengalami kekakuan otot polos saluran napas yang menyebabkan penurunan volume tidal dan penyempitan saluran napas
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.6 Indeks Masa Tubuh dan Hubungannya dengan Asma
• Selain itu individu yang mengalami obesitas kadar hormon Leptin meningkat. Hormon ini diproduksi oleh adiposit pada saat terjadi peradangan dan berfungsi sebagai imunoregulator yang menyebabkan peradangan pada saluran napas.8
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Indeks masa tubuhGejala asma
Hipersensitifitas tipe I
Allergen
Faktor lingkunganFaktor genetik
2.7 Kerangka Teori
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.8 Kerangka Konsep
korelasi
Pasien asma IMT
Derajat berat asma
WWW.UNIQUEPLACES.COM
2.9 Hipotesis• Terdapat korelasi kuat pada pasien asma
persisten sedang dan berat dengan berat badan berlebih dan obesitas.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
WELCOMEWWW.UNIQUEPLACES.COM
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.1 Desain Penelitian
• Desain studi analitik yang ingin mencari korelasi antara variabel– Derajat berat asma dan indeks masa tubuh pada
penderita penyakit asma di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak
• Pendekatan waktu cross sectional – mengambil sampel yang menyangkut variabel
bebas maupun variabel terikat dalam satu waktu.35
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian
• Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak.
• Penelitian ini akan dilakukan selama 1 bulan untuk pengumpulan data dan dilanjutkan 1 minggu berikutnya untuk pengolahan data dan pelaporan.
• Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April 2011.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.3.3 Cara Pemilihan Sampel
• Quota sampling – Dilakukan dengan 2 tahap.
• menentukan jumlah sampel yang diperlukan/quota• Quota tersebut dijadikan dasar untuk mengambil
sampel yang diperlukan
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.4 Besar Sampel
• n : besar sampel• r : koefesien korelasi, r dari kepustakaan 0,726.17
• Zα : deviat baku α (2,183)• Zβ : deviat baku β (1,282)
n=
+3
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
• Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:– Semua responden yang terdiagnosis asma yang datang berobat
ke Poliklinik Paru RSU Dokter Soedarso Pontianak selama periode penelitian.
– Responden yang berusia 12 tahun ke atas.37
– Responden bersedia untuk mengikuti seluruh proses pengambilan data dan dalam keadaan mampu untuk menyelesaikan rangkaian pengambilan data.
• Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:– Responden yang mengisi kuesioner secara tidak lengkap.– Responden yang pernah mengisi kuesioner sebelumnya.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian
• Variabel bebas dalam penelitian ini adalah derajat berat penyakit asma pada pasien asma yang berobat di Poliklinik Paru RSU Dokter Soedarso.
• Variabel terikat dalam penelitian ini adalah indeks masa tubuh pasien asma yang berobat di Poliklinik Paru RSU Dokter Soedarso.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.7 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
• 3.7.1 Asma– Asma menurut National Heart, Lung and Blood Institute
(NHLBI), asma merupakan suatu inflamasi kronik dari saluran pernafasan yang melibatkan banyak sel, dimana pada individu yang rentan gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi dan menyebabkan obstruksi saluran pernafasan yang bervariasi derajatnya, keadaan ini sering bersifat reversibel secara spontan atau dengan pengobatan dimana proses inflamasi ini juga menyebabkan peningkatan respon saluran pernafasan terhadap berbagai rangsangan.1
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.7.1 Asma
• Pasien asma adalah pasien yang didiagnosis sebagai penderita asma melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang tercatat di dalam rekam medis pasien dan yang didiagnosis oleh dokter ahli paru.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.7.2 Derajat Berat Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam
IntermitenMingguan
- Gejala < 1x/minggu - Tanpa gejala di luar serangan - Serangan singkat - Fungsi paru asimtomatik dan normal di
luar serangan.
< 2 kali sebulan
Persisten Ringan Mingguan
- Gejala > 1x/minggu tapi < 1x/hari - Serangan dapat mengganggu aktivitas
dan tidur.
> 2 kali seminggu
Persisten Sedang Harian
- Gejala harian- Menggunakan obat setiap hari - Serangan mengganggu aktivitas dan tidur - Serangan 2x/minggu, bisa berhari – hari
> sekali seminggu
Persisten Berat Kontinu - Gejala terus menerus - Aktivitas fisik terbatas - Sering serangan
Sering
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.8 Uji Validitas
• Penelitian ini menggunakan instrumen (quisioner) yang didapat dari kepustkaan dan telah divalidasi serta telah dipakai diseluruh dunia. Oleh karena itu, tidak diperlukan uji validitas lagi.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.10 Teknik Analisis Data
• Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan fasilitas analisis statistik melalui program SPSS 17 dengan analisis univariat dan bivariat
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.10 Teknik Analisis Data• Analisis Univariat
– Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil analisis univariat akan disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.10 Teknik Analisis Data• Analisis Bivariat
– Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat. Jenis data pada variabel bebas maupun variabel terikat merupakan skala variabel ordinal maka uji hipotesis korelatif yang digunakan adalah uji korelasi Kendall’s tau-b dan Spearman dengan interprestasi berdasarkan dari nilai p dan kekuatan korelasi (r). Panduan lengkap interprestasi hipotesis korelatif dapat dilihat pada tabel berikut.38
WWW.UNIQUEPLACES.COM
3.10 Teknik Analisis DataNo. Parameter Nilai Interprestasi
1. Kekuatan korelasi (r) 0,00-0,1990,20-0,3990,40-0,5990,60-0,7990,80-1,000
Sangat lemahLemahSedangKuatSangat kuat
2. Nilai p P < 0,05P > 0,05
Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diujiTidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
3. Arah korelasi + (positif)- (negatif)
Searah. Semakin besar nilai suatu variabel, semakin besar pula nilai variabel lainnyaBerlawanan arah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
WELCOMEWWW.UNIQUEPLACES.COM
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Sebaran Usia Pasien Asma
Atmoko (2009) : Usia dewasa 67,3%, usia lanjut 27,1% dan usia remaja 5,6%.
Nur Rahmat (2011) usia dewasa 58%, usia lanjut 42% dan remaja 0%
Lam, dkk (2007) : Usia onset gejala asma: 21—50 tahun (44%), <21 tahun (42,1%) dan >50 tahun (13,9%).
12-20 (REMAJA)2,9%
21-55 (DEWASA)62,9%
>55 (LANSIA)34,2%
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Sebaran Usia Pasien Asma2
• Postma (2007):• Perubahan hormonal memberikan kontribusi terhadap
perkembangan asma yang terjadi pada masa dewasa.• Kombinasi Estrogen dan Progesteron Degranulasi
eosinofil Serangan asma.
• Lange, dkk (2001) • Hormon Estrogen maupun Progesteron Penurunan
jumlah kortisol Penyempitan bronkus Serangan asma.
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Uji Normalitas Data UsiaTests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur responden .122 35 .200* .952 35 .131
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Mean Standar deviasi
49,5 12,38
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Sebaran Jenis KelaminClick icon to add chart
Atmoko 64,5% perempuan dan 35,5% laki-laki.Schatz, dkk (2006) di Amerika Serikat: perempuan (68,4%),laki-laki (31,6%).Wahyuni (2009) di RSU Dokter Soedarso Pontianak: 59,9%
perempuan dan 40,1% laki-laki.Nur Rahmat (2011) di RSU Dokter Soedarso Pontianak: 72% perempuan dan 28% laki-laki
laki-laki31,4%
Chart Title
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Sebaran Jenis Kelamin2
• Schatz, dkk (2003): • Perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan,
kecemasan dan depresi yang sering menyerang perempuan serta obesitas.
• Chen, dkk (2002):• ↑ BMI (Body Mass Index): ↑ risiko asma pada perempuan.
• Sulit, dkk (2005): • Obesitas hormon leptin ↑ serangan asma• Volume tidal dan kapasitas residual fungsional
• Dahlen dan Janson (2002):• Kecemasan dan depresi: FEV1
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Sebaran IMT
Hancox dkk (2004) di Selandia Baru: obesitas 43,5%; overweight 32,8%; normal 21,7% dan underweight 2%.Nadi dkk (2007) di Iran : obesitas 54,87%; overweight 21,77%; normal 14,57% dan underweight 8,79%.
Underweight5,7%
Normal22,9%
Over-weight17,1%
Obesi-tas
54,3%
Chart Title
WWW.UNIQUEPLACES.COM
Sebaran IMT2
• Mamun dkk (2007)• Asma kelebihan berat badan dan obesitas• Pembatasan aktivitas obesitas
• Hancox dkk• exercise-induced dyspnoea• Penurunan BB pada pasien obesitas meningkatkan fungsi
paru• Tantisira dkk (2003)
• IMT tinggi penurunan rasio FEV1/FVC
WWW.UNIQUEPLACES.COM
WWW.UNIQUEPLACES.COM
WWW.UNIQUEPLACES.COM
TERIMA KASIH