seminar tugas akhir desember...

11
Seminar Tugas Akhir Desember 2018 1 HIGH FREQUENCY DESICCATOR (Adi Surya Nugraha, Tri Bowo Indrarto ST. MT, Lamidi SST, MT) Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Surabaya Jln. Pucang Jajar Timur No. 10 Surabaya ABSTRAK High Frequency (HF) Desiccator Aaron 940 ™ atau biasa disebut Electro Surgery Unit (ESU) berdaya rendah, menghasilkan arus frekuensi radio yang berguna untuk menghilangkan dan menghancurkan objek jerawat atau infeksi pada kulit. Hal ini dilakukan dengan melakukan prosedur pengeringan dan fulgurasi. Electrosurgical desiccation terjadi saat elektroda aktif ditempatkan langsung ke permukaan objek. Fulguration terjadi ketika elektroda aktif dipegang sedikit di atas objek. Istilah electrosurgery (juga disebut operasi frekuensi radio) mengacu pada arus bolak-balik frekuensi tinggi melalui jaringan untuk mendapatkan efek bedah tertentu. Dengan frekuensi diatas 300 kHz, penggunaan HF Desiccator dinilai lebih aman karena dapat menghilangkan efek faradik dan elektrolisis yang berbahaya bila terkena pasien langsung. Alat ini terdiri dari rangkaian pembangkit frekuensi tinggi, pengatur intensitas, transformator pengganda tegangan dan electrode keluaran. Kata kunci : ESU, Electrosurgical Dessication, High Frequency 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang High Frequency Desiccator Aaron 940 atau biasa disebut Electro Surgery Unit (ESU) berdaya rendah, menghasilkan arus frekuensi radio yang berguna untuk menghilangkan dan menghancurkan objek jerawat atau infeksi pada kulit. Hal ini dilakukan dengan melakukan prosedur pengeringan dan fulgurasi. Electrosurgical desiccation terjadi saat elektroda ditempatkan langsung ke permukaan objek. Fulguration terjadi ketika elektroda dipegang sedikit di atas objek. Unit ini juga menyediakan kontrol pendarahan yang cepat dan efisien dengan koagulasi kapiler dan pembuluh darah kecil (Balanced, Strategy and Edition, 2015). Pesawat Electro Surgery Unit (ESU) adalah salah satu instrument yang memegang peranan penting dalam dunia kedokteran khususya bedah, karena begitu banyaknya keunggulan dan kemudahan yang dihasilkan oleh alat ini, diantaranya adalah tidak menimbulkan pendarahan, mengurangi kontaminasi dengan bakteri, menutup segera jaringan yang terpotong, serta dapat membuat rasa sakit relative lebih rendah (Kurniawan, 2006). Istilah electrosurgery (juga disebut operasi frekuensi radio) mengacu pada arus bolak-balik frekuensi tinggi melalui jaringan untuk mendapatkan efek bedah tertentu. Meskipun mekanisme di balik pembedahan listrik tidak sepenuhnya dipahami, produksi panas dan kerusakan jaringan panas bertanggung jawab atas setidaknya sebagian besar - jika tidak semua - efek jaringan pada bedah listrik. Berdekatan dengan elektroda aktif, resistansi jaringan terhadap arus arus mengubah energi listrik menjadi panas. Satu-satunya variabel yang menentukan efek akhir dari arus adalah kedalaman dan laju di mana panas dihasilkan. Elektrokoagulasi terjadi saat jaringan dipanaskan di bawah titik didih dan mengalami denaturasi termal. Peningkatan suhu lambat yang lambat menyebabkan penguapan kandungan air di jaringan koagulasi dan pengeringan jaringan, sebuah proses yang disebut pengeringan. Kenaikan tiba-tiba suhu jaringan di atas titik didih

Upload: lykhanh

Post on 30-Jul-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

1

HIGH FREQUENCY DESICCATOR (Adi Surya Nugraha, Tri Bowo Indrarto ST. MT, Lamidi SST, MT)

Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Surabaya

Jln. Pucang Jajar Timur No. 10 Surabaya

ABSTRAK

High Frequency (HF) Desiccator Aaron 940 ™ atau biasa disebut Electro Surgery Unit (ESU)

berdaya rendah, menghasilkan arus frekuensi radio yang berguna untuk menghilangkan dan

menghancurkan objek jerawat atau infeksi pada kulit. Hal ini dilakukan dengan melakukan

prosedur pengeringan dan fulgurasi. Electrosurgical desiccation terjadi saat elektroda aktif

ditempatkan langsung ke permukaan objek. Fulguration terjadi ketika elektroda aktif dipegang

sedikit di atas objek.

Istilah electrosurgery (juga disebut operasi frekuensi radio) mengacu pada arus bolak-balik

frekuensi tinggi melalui jaringan untuk mendapatkan efek bedah tertentu. Dengan frekuensi diatas

300 kHz, penggunaan HF Desiccator dinilai lebih aman karena dapat menghilangkan efek faradik

dan elektrolisis yang berbahaya bila terkena pasien langsung.

Alat ini terdiri dari rangkaian pembangkit frekuensi tinggi, pengatur intensitas, transformator

pengganda tegangan dan electrode keluaran.

Kata kunci : ESU, Electrosurgical Dessication, High Frequency

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

High Frequency Desiccator Aaron 940

™ atau biasa disebut Electro Surgery Unit (ESU)

berdaya rendah, menghasilkan arus frekuensi

radio yang berguna untuk menghilangkan dan

menghancurkan objek jerawat atau infeksi pada

kulit. Hal ini dilakukan dengan melakukan

prosedur pengeringan dan fulgurasi.

Electrosurgical desiccation terjadi saat elektroda

ditempatkan langsung ke permukaan objek.

Fulguration terjadi ketika elektroda dipegang

sedikit di atas objek. Unit ini juga menyediakan

kontrol pendarahan yang cepat dan efisien dengan

koagulasi kapiler dan pembuluh darah kecil

(Balanced, Strategy and Edition, 2015).

Pesawat Electro Surgery Unit (ESU)

adalah salah satu instrument yang memegang

peranan penting dalam dunia kedokteran

khususya bedah, karena begitu banyaknya

keunggulan dan kemudahan yang dihasilkan oleh

alat ini, diantaranya adalah tidak menimbulkan

pendarahan, mengurangi kontaminasi dengan

bakteri, menutup segera jaringan yang terpotong,

serta dapat membuat rasa sakit relative lebih

rendah (Kurniawan, 2006).

Istilah electrosurgery (juga disebut

operasi frekuensi radio) mengacu pada arus

bolak-balik frekuensi tinggi melalui jaringan

untuk mendapatkan efek bedah tertentu.

Meskipun mekanisme di balik pembedahan listrik

tidak sepenuhnya dipahami, produksi panas dan

kerusakan jaringan panas bertanggung jawab atas

setidaknya sebagian besar - jika tidak semua -

efek jaringan pada bedah listrik. Berdekatan

dengan elektroda aktif, resistansi jaringan

terhadap arus arus mengubah energi listrik

menjadi panas. Satu-satunya variabel yang

menentukan efek akhir dari arus adalah

kedalaman dan laju di mana panas dihasilkan.

Elektrokoagulasi terjadi saat jaringan dipanaskan

di bawah titik didih dan mengalami denaturasi

termal. Peningkatan suhu lambat yang lambat

menyebabkan penguapan kandungan air di

jaringan koagulasi dan pengeringan jaringan,

sebuah proses yang disebut pengeringan.

Kenaikan tiba-tiba suhu jaringan di atas titik didih

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

2

menyebabkan penguapan eksplosif cepat dari

kandungan air di jaringan yang berdekatan

dengan elektroda, yang menyebabkan

fragmentasi dan pemotongan jaringan (Taheri et

al., 2014).

Meski peranannya penting dalam

pembedahan, namun penelitian mengenai alat ini

masih sangatlah minim, mengingat harga spare

part yang mahal dan sulit didapat. Namun dengan

berkembangnya teknologi, biaya pembuatan alat

ini dapat ditekan menjadi lebih murah dan

sederhana. Karena itu penulis bermaksud

merancang sebuah pesawat ESU dengan

komponen yang mudah didapat di pasaran dan

diusahakan mempunyai kemampuan yang

mendekati pesawat standard yang ada di pasaran.

1.2. Batasan Masalah

1.2.1. Rangkaian Osilator standar yang dibuat

menggunakan frekuensi standar 450 kHz.

1.2.2. Bahan uji coba alat ini menggunakan sabun

dan daging.

1.3. Rumusan Masalah

1.3.1. Dapatkah HF Desiccator dirancang dengan

memanfaatkan komponen-komponen yang

mudah didapat di pasaran?

1.3.2. Bagaimanakah kestabilan sinyal high

frekuensi pada alat HF Desiccator pada

saat diberi beban?

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Mengambil dan mengolah data sinyal

output pada alat High Frequency

Desiccator saat sebelum dan sesudah

diberi beban.

1.4.2. Tujuan khusus

1.4.2.1. Membuat rangkaian pembangkit

frekuensi tinggi.

1.4.2.2. Membuat rangkaian penguat arus.

1.4.2.3. Merakit modul pengganda tengangan.

1.4.2.4. Membuat program kontrol keluaran.

1.4.2.5. Membuat sinyal cutting dan

coagulating.

1.4.2.6. Menganalisa akurasi sinyal dan daya.

1.5. Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan di bidang

elektromedik khususnya pada peralatan

bedah dengan membuat alat HF

Desiccator. 1.5.2 Manfaat Praktis

Alat tersebut mudah dipakai karena

bentuknya yang kecil dan dapat digunakan

untuk operasi kecil.

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum HF Dessicator

High Frequency Desiccator Aaron 940 ™

atau biasa disebut Electro Surgery Unit

(ESU) berdaya rendah, menghasilkan arus

frekuensi radio yang berguna untuk

menghilangkan dan menghancurkan objek

jerawat atau infeksi jamur pada kulit.

2.2 Gambaran Umum ESU

Electrosurgery adalah penggunaan arus

bolak-balik (AC) dengan frekuensi radio

(RF) untuk menaikkan suhu intraselular

untuk mencapai penguapan atau

kombinasi pengeringan dan koagulasi

protein. Efek ini dapat dimaksudkan untuk

cutting (pemotongan) atau koagulasi

(pembekuan jaringan), yang terakhir

biasanya mencapai hemostasis, tetapi juga

untuk menutupi struktur yang

mengandung lumen, atau menghancurkan

sejumlah besar jaringan seperti neoplasma

jaringan lunak. Konsep RF electrosurgery

harus dibedakan dengan jelas dari proses

electrocautery, berasal dari kauterion

Yunani (hot iron), dimana penghancuran

atau denaturasi jaringan oleh perpindahan

panas pasif dari instrumen yang

dipanaskan. Singkatnya, RF

electrosurgery tidak bersifat cautery.

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

3

Energi listrik telah digunakan dalam

kinerja prosedur pembedahan sejak akhir

abad kesembilan belas. Namun, tidak

sampai pengenalan generator

electrosurgical pertama (atau unit

electrosurgical) (ESU) oleh Bovie seperti

yang dilaporkan pada tahun 1928 bahwa

potensi elektrosurgery RF dipopulerkan

[1]. Serupa dengan prosedur operasi atau

instrumen apa pun, listrik RF ditemukan

memiliki masalah unik yang menyebabkan

komplikasi yang tidak terduga. Sejak saat

itu, banyak yang telah belajar tentang

biofisika yang terlibat dalam penggunaan

listrik RF, dan kedua perangkat dan teknik

telah berevolusi ke titik di mana energi

dapat diterapkan dengan aman dan efektif.

Namun, untuk melakukannya, perlu bagi

ahli bedah untuk memiliki pemahaman

tentang dasar-dasar arus bolak-balik RF,

dan dampak listrik RF pada jaringan, dan

mekanisme di mana hasil buruk dapat

terjadi.

(Munro, 2012)

Pisau bedah listrik adalah suatu alat

bantu yang digunakan oleh para ahli bedah

dalam melakukan operasi baik secara

cutting (pemotongan) maupun coagulating

(penghentian aliran darah) pada tubuh

pasien dengan menggunakan arus pada

listrik frekuensi 300 kHz – 700 kHz yang

dilewatkan ke tubuh pasien dengan

menggunakan elektroda. (Departemen

Kesehatan, 2002).

Apabila dibandingkan dengan

menggunakan pisau bedah konvensional,

maka pembedahan dengan memanfaatkan

frekuensi tinggi mempunyai keuntungan

dan kerugian sebagai berikut:

Keuntungan :

1. Mengurangi pendarahan.

2. Mengurangi kontaminasi bakteri.

3. Rasa sakit relatif rendah.

4. Menutup segera jaringan-jaringan

otot yang terpotong.

Kerugiannya :

1. Penyembuhan luka lebih lama karena

terbakar.

2. Sel-sel disekitar pembedahan ikut

mati.

3. Dapat menimbulkan bahaya

kebakaran dan ledakan yang disebabkan

oleh adanya loncatan bunga api pada

waktu pembedahan. Hal ini dikarenakan

dalam ruang bedah dipakai gas-gas yang

mudah terbakar.

(Sunardi et al., 2011)

2.3 Efek Arus Listrik Pada Jaringan Biologi

Apabila arus listrik dialirkan ke dalam

jaringan biologis, akan terjadi efek-efek

sebagai berikut:

1. Efek Thermal (Panas)

Arus listrik dengan frekuensi tinggi

(>300 KHz) dapat menimbulkan efek

panas pada jaringan tubuh tanpa

menimbulkan efek elektrolit dan faradik.

Berikut adalah rentang efek panas dan

akibatnya pada jaringan tubuh:

Tabel 2.1 Rentang efek panas dan

akibatnya pada jaringan tubuh

Arus listrik yang dialirkan ke dalam

jaringan tubuh, menimbulkan efek panas,

dan efek panas tersebut tergantung pada

tahanan spesifik dari jaringan dan juga

tingkat kepadatan arus serta lamanya

aplikasi.

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

4

2. Efek Faradik

Efek yang timbul jika suatu jaringan

pada tubuh diberikan arus dengan

frekuensi tertentu maka secara refleks

jaringan (otot) akan bergerak karena

adanya rangsangan. Dalam

pembedahan dengan menggunakan

arus berfrekuensi tinggi, efek faradik

sangat tidak diinginkan untuk terjadi.

Penyebab terjadinya efek faradik

adalah jika menggunakan arus listrik

dengan rentang frekuensi antara 1-

100 KHz, kemudian jika

menggunakan frekuensi diatas 100

KHz, efek faradik akan mulai

menurun. Sampai pada frekuensi

diatas 300 KHz efek faradik dapat

diabaikan.

3. Efek Elektrolisis

Arus listrik akan mengakibatkan

pertukaran ion-ion yang terjadi di

jaringan biologis dengan arus searah ion-

ion positif akan tertarik ke kutub negatif

dan ion negatif akan tertarik ke kutub

positif. Apabila konsentrasinya

ditingkatkan sampai pada satu titik

tertentu akan menyebabkan kerusakan

elektrolit pada jaringan, namun pada saat

penggunaan arus AC berfrekuensi tinggi

arah pergerakan ion-ion akan berbalik

berulang-ulang sesuai frekuensi arus,

sehingga ion-ion akan berosilasi secara

tidak nyata.

Efek yang timbul karena mengalirnya

arus listrik frekuensi rendah (<5 KHz) di

dalam jaringan biologis. Hal ini dapat

terjadi karena dalam jaringan biologis,

ion-ion dari larutan elektrolit akan

bergerak menuju electrode sesuai dengan

polaritas dari ion-ion tersebut, akibatnya

akan terjadi konsentrasi dari ion-ion pada

sisi jaringan dimana elektroda-elektroda

ditempelkan pada jaringan biologis

tersebut. Akhirnya keseimbangan

elektrolit akan terganggu dan akan terjadi

kerusakan pada jaringan biologis.

(Sunardi et al., 2011)

2.1 Bentuk Gelombang Pada ESU

Bentuk pulsa pada frekuensi tinggi

Pisau bedah listrik (ESU) :

1. Bentuk Gelombang Continous

Gambar 2.2 Bentuk Gelombang

Continous

Adalah bentuk gelombang sinusoidal

yang terus-menerus dengan frekuensi

dan amplitude tetap.

2. Bentuk Gelombang Terputus

(Intermittern)

Gambar 2.5 Bentuk Gelombang

Terputus (Intermitten)

Bentuk gelombang sinusoidal yang

muncul lalu hilang (tak ada pulsa)

dengan jarak (jangka waktu) tertentu,

kemudian muncul lagi.

(Sunardi et al., 2011)

3.1 Diagram Blok

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

5

Gambar 3.1. Diagram Blok HF Dessicator

Keluaran dari power supply masuk ke blok

pembangkit frekuensi tinggi dengan

menggunakan IC 4047. Pulsa kemudian mendrive

transistor mosfet untuk mengatur arus yang

masuk ke primer trafo ferrit. Pada rangkaian

tegangan tinggi ini keluaran dari HF akan

dinaikkan tegangannya oleh trafo ferrit dengan

mode penaik tegangan (step –up) yang

mempunyai frekuensi kerja 30 kHz – 30 MHz.

Sekunder trafo ini kemudian dihubungkan ke

elektroda aktif dan elektroda netral. Energi dari

keluaran dialirkan ke obyek (pasien) melalui

elektroda aktif dan elektroda netral.

Mikrokontroller digunakan sebagai driver relay

dan pengaman pada penggunaan ESU.

3.2 Diagram Alir

Gambar 3.2. Diagram alir

Cara Kerja Diagram Alir Sistem Setelah dinyalakan alat akan melakukan

inisialisasi. Inisialisasi port dilakukan untuk

melakukan pengalamatan port-port yang akan

digunakan, misalnya P0.0-P0.6 digunakan

sebagai transfer data mikro (digital) ke seven

segment.

Cek keberadaan elektroda pasif, apakah elektroda

pasif ada? Jika tidak ada maka led elektroda pasif

on dan buzzer menyala, kemudian kembali ke

instruksi sebelumnya. Bila eletroda pasif ada,

maka melanjutkan instruksi selanjutnya, yaitu

mendeteksi elektroda aktif.

Cek keberadaan elektroda aktif, apakah elektroda

aktif ada? Jika tidak ada maka led elektroda aktif

on dan buzzer menyala, kemudian kembali ke

instruksi sebelumnya. Bila eletroda aktif ada,

maka melanjutkan instruksi selanjutnya, yaitu

mendeteksi tombol cutting.

Cek posisi tombol, apakah tombol cutting

ditekan? Jika tombol cutting ditekan, relay dan

led cutting aktif, relay coag off (interlock). Jika

tidak ditekan maka memeriksa posisi tombol

coag, apakah tombol coag ditekan? Jika tombol

coag ditekan, relay dan led coag aktif, relay

cutting off (interlock). Jika tidak maka kembali ke

perintah sebelumnya.

3.4 Jenis Penelitian Rancangan penelitian model alat ini

menggunakan metode Pre-Eksperimental

dengan jenis penelitian One Group Pre Post

Test Design Dimana penulis melakukan

pengambilan data sinyal frekuensi tinggi,

tegangan dan arus listrik pada alat sebelum

diberi perlakuan (O1) dan setelah diberi

perlakuan (O2).

01 ---------------- X ----------------- O2

X = Treatmen/perlakuan yang diberikan

penulis

O1 = Hasil ukur sebelum diberi perlakuan

O2 = Hasil ukur setelah diberi perlakuan

pemberian beban sabun / daging

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

6

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Tergantung

Sebagai variabel tergantung adalah

elektroda, dimana elektroda yang

digunakan adalah elektroda aktif dan

elektroda pasif. Untuk setiap daya yang

dikeluarkan dari elektroda aktif tidak sama.

3.5.2 Variabel Terkendali

Sebagai variabel terkendali adalah AT-

Mega8 sebagai kontrol rangkaian.

3.5.3 Variabel Bebas

Sebagai variabel bebas adalah sinyal output

pada saat diberi perlakuan / beban sabun.

3.6 Operasional Variabel Dalam kegiatan operasionalnya, variabel–

variabel yang digunakan dalam pembuatan

modul, baik variabel bebas, terikat dan

kontrol memiliki fungsi-fungsi antara lain :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

3.7 Tempat dan Jadwal Penelitian

3.8.1 Tempat Penelitian Peneliti melakukan penelitian ini di

kampus Teknik Elektromedik Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan

Surabaya.

3.8.2 Jadwal Penelitian Peneliti menyusun jadwal kegiatan

menurut kalender akademik yang ada di

Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik

Surabaya.

4 Pengambilan Data Dan Pengujian

4.1 Hasil Pengukuran dengan sabun

Gambar 4.1 Gambar Sinyal Cut Mode tanpa beban

Gambar 4.2 Gambar Sinyal Cut Mode dengan

beban

Tabel 4.1 Tabel Pengambilan Data Arus dan

Tegangan dengan Beban SabunMode Cutting

No. Tegangan

(x 30V) Arus (mA)

1 4,55 31,31

2 4,39 40,7

3 5,18 31,17

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

7

Gambar 4.3 Gambar Sinyal Coag Mode tanpa beban

Gambar 4.4 Gambar Sinyal Coag Mode dengan

beban

Tabel 4.2 Tabel Pengambilan Data Arus dan

Tegangan dengan Beban SabunMode Coagulating

No. Tegangan

(x 30V) Arus (mA)

1 9,41 34,1

2 12,9 38,7

3 11,6 36,1

4.2 Hasil Pengukuran dengan Daging

Gambar 4.5 Gambar Sinyal Cut Mode tanpa beban

Gambar 4.6 Gambar Sinyal Cut Mode dengan

beban

Tabel 4.3 Tabel Pengambilan Data Arus dan

Tegangan dengan Beban Daging Mode Cutting

No. Tegangan

(x 30V) Arus (mA)

1 13,5 23,5

2 11,9 25,2

3 14,4 15,4

Gambar 4.7 Gambar Sinyal Coag Mode tanpa beban

Gambar 4.8 Gambar Sinyal Coag Mode dengan

beban

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

8

Tabel 4.2 Tabel Pengambilan Data Arus dan

Tegangan dengan Beban Daging Mode

Coagulating

No. Tegangan

(x 30V) Arus (mA)

1 19,1 38,0

2 20,1 34,2

3 22,3 32,8

4.3 Analisis Data

Terdapat potongan sinyal pada saat pembebanan

baik oleh sabun maupun daging. Tegangan tinggi

diperlukan untuk menembus resistansi dari

daging maupun sabun. Semakin tebal beban atau

target maka tegangan yang dibutuhkan semakin

besar karena tegangan akan termakan oleh

resistansi target atau beban. Sedangkan besarnya

arus digunakan daya untuk memotong target.

Daya dari alat berbicara mengenai hubungan

antara arus dan tegangan. Semakin besar tegangan

maka semakin kecil arus yang muncul.

Sebaliknya semakin besar arus yang mengalir

maka tegangan akan semakin kecil.

Ketika tanpa beban arus yang mengalir 0 sehingga

tegangan yang muncul adalah tegangan

maksimal. Sedangkan pada saat pembebanan,

arus yang mengalir naik sehingga ada penurunan

tegangan.

5 Pembahasan

5.1 Rangkaian Osilator 4047

Gambar Error! No text of specified style in

document..1 Rangkaian Osilator 4047

Osilator frekuensi berfungsi untuk mengatur

frekuensi kerja dari rangkaian ini. Rangkaiannya

berupa IC CD4047 yang bekerja sebagai

multivibrator astabil beserta VR (Variable

Resistor) 100K dan Capasitor 0,5 nF. Frekuensi

dari IC CD4047 didapat dari rumus :

fo = 1

4.𝑅.𝐶

Jadi untuk settingan 450 kHz

45 x 104 = 1

4.𝑅.5𝑥10−10

R = 1

4𝑥45𝑥104.5𝑥10−10

R = 1

900𝑥10−6

R = 1111,11 Ω

R = 1k1 Ω

Jadi untuk settingan 60 kHz

6 x 104 = 1

4.𝑅.5𝑥10−10

R = 1

4𝑥6𝑥104.5𝑥10−10

R = 1

120𝑥10−6

R = 8333,33 Ω

R = 8k3 Ω

5.2 Rangkaian Power Transistor

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

9

Gambar Error! No text of specified style in

document..2 Rangkaian Power Transistor

Output dari IC CD4047 akan dikuatkan arusnya

menggunakan transistor MOSFET. CT primer

Transformator ferit tersambung tegangan +12 V.

Ketika Gate Mosfet mendapat input positif atau

diatas titik ambang, maka kaki Drain dan Source

akan terhubung. Arus akan mengalir dari Supply

+12 V ke lilitan primer trafo lalu Drain, Source

dan kembali ke ground. Sehingga trafo terinduksi

dan akan menghasilkan output daya pada lilitan

sekunder.

Trafo yang digunakan adalah trafo berinti ferrit.

Karena trafo berinti ferrit dapat menginduksi

frekuensi tinggi.

5.3 Minsis LD Mikro

Gambar Error! No text of specified style in

document..2 Rangkaian Minsis LD Mikro

Mikrokontroller digunakan sebagai rangkaian

kontrol dan pengaman terutama untuk

penggunaan terus menerus yang biasanya

menyebabkan transistor panas dan rusak, LD

mikro memberikan jeda untuk istirahat sejenak.

Dengan menggunakan fitur Retentive Turn On

Delay sehingga dapat menghitung total

penggunaan berulang tanpa pemrograman yang

rumit.

5.4 Software

Gambar Error! No text of specified style in

document..4 Pemrograman LD Mikro

Tabel 5.1 Tabel I/O LD Mikro

Pada kondisi awal, output YCut menyala, Ketika

ditekan tombol XTCoag, output YCoag aktif dan

menginterlock sehingga YCut mati. Ketika

XTCut ditekan maka output Ycoag akan mati dan

kembali YCut menyala. Kedua tombol ini

digunakan untuk melakukan pemilihan mode Cut

atau Koagulasi.

Xrest adalah tombol untuk mengaktifkan

elektroda. Ketika ditekan, akan mengaktifkan

output Yburn. Output Yburn diumpankan

kembali ke RTO (Retentive Turn On-delay) yang

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

10

berfungsi sebagai pengaman agar alat tidak

bekerja overtime. Cara kerjanya yaitu ketika total

waktu picuan berulang terpenuhi maka alat akan

berada dalam kondisi rest / istirahat. Output Yrest

akan aktif dan menginterlock tombol Xrest. T on

akan menunda pengaktifan tombol reset RTO.

Sehingga lama T ON adalah lama yang

dibutuhkan alat untuk mendinginkan transistor.

Dan ketika output Yburn aktif, maka output

buzzer juga ikut aktif.

6. Penutup

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan

tujuan pembuatan modul dapat disimpulkan

bahwa:

Secara menyeluruh penelitian ini Dari

pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1) Telah dibuat alat High Frequency Desiccator

dengan komponen-komponen yang mudah

didapatkan di pasaran.

2) penulis masih kesulitan untuk mencapai

frekuensi 400 kHz dikarenakan driver dari

transistor untuk switching yang tidak

berfungsi dan kurangnya daya dari supply

yang dipunyai oleh penulis.

3) Terdapat potongan sinyal pada saat

pembebanan baik oleh sabun maupun daging.

4) Tegangan tinggi diperlukan untuk menembus

resistansi dari daging maupun sabun. Semakin

tebal beban atau target maka tegangan yang

dibutuhkan semakin besar karena tegangan

akan termakan oleh resistansi target atau

beban. Sedangkan besarnya arus digunakan

daya untuk memotong target.

5) Ketika tanpa beban arus yang mengalir 0

sehingga tegangan yang muncul adalah

tegangan maksimal. Sedangkan pada saat

pembebanan, arus yang mengalir naik

sehingga ada penurunan tegangan.

6.2 Saran

Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan

pada:

1. Membuat power supply yang mempunyai

daya tinggi.

2. Menggunakan driver transistor sebelum

rangkaian Final Power amplifier agar

outputan daya maupun sinyal lebih tinggi

dan stabil.

3. Memperkecil box dari alat.

4. Mencari osilator yang lebih stabil.

5. Menggunakan kontrol arduino dilengkapi

tampilan monitoring arus dan tegangan.

Daftar Pustaka

Balanced, T., Strategy, C., & Edition, T. User ’ S

Guide (2015).

Carr-Locke, D. L., & Day, J. (2011). Principles of

Electrosurgery. Successful Training in

Gastrointestinal Endoscopy, 125–134.

https://doi.org/10.1002/9781444397772.ch11

Kurniawan, S., 2006. Perancangan dan

Implementasi Mini Electro Surgery Unit Berbasis

Mikrokontroller AT89s51 (Oscillator and

Electrode Safety), Surabaya: Jurusan Teknik

Elektromedik, Politeknik Kesehatan Kemenkes

Surabaya.

Low-power, C. (1999). CMOS Low-Power

Monostable/Astable Multivibrator, (3313), 897–

911.

Munro, M. G. (2012). The SAGES Manual on the

Fundamental Use of Surgical Energy (FUSE).

https://doi.org/10.1007/978-1-4614-2074-3

Putra, R. S., Hariyanto, N., & Saodah, S. (2016).

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa

untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125

Watt. Reka Elektronika, 4(1), 1–15.

Rumah, D. I., Mohammad, S., Surabaya, S., W,

B. A., St, I. A., & Sawitri, D. (2010). Analisa

keandalan,safety dan ketidakpastian

electrosurgical unit, 1–9.

Sunardi, J., Fajri, M. S., Trikasjono, T., Bangun,

R., Bedah, P., Dengan, L., & Telah, E. S. U.

(2011). Rancang Bangun Pisau Bedah Listrik

Dengan Frekuensi 450 Khz ( Esu ), (November),

600–604.

Seminar Tugas Akhir Desember 2018

11

Taheri, A., Mansoori, P., Sandoval, L. F.,

Feldman, S. R., Pearce, D., & Williford, P. M.

(2014). Electrosurgery: Part I. Basics and

principles. Journal of the American Academy of

Dermatology.

https://doi.org/10.1016/j.jaad.2013.09.056

Together, I. (2013). An introduction to

Electrosurgery The quickest and easiest way to

test all leading electrosurgical devices.

Vilos, G. A., & Rajakumar, C. (2013).

Electrosurgical Generators and Monopolar and

Bipolar Electrosurgery. Journal of Minimally

Invasive Gynecology, 20(3), 279–287.

https://doi.org/10.1016/j.jmig.2013.02.013

VISHAY. (2011). Product Summary Symbol

Unit Test Conditions. Pulse, (V), 9.

Zuckerman, M. B. (2004). Comparative

advantages. U.S. News & World Report, 137(3),

88.

https://doi.org/10.1097/TA.0b013e3181961da2

BIODATA PENULIS

Nama : Adi Surya Nugraha

TTL : Lamongan, 04 Februari 1996

Alamat : Graha Asri Sukodono Blok AK-35,

Sidoarjo