septia-jenis susu formula

40
Referat Kepaniteraan Klinik Status Ilmu Kesehatan Anak Jenis-Jenis Susu Formula Oleh: Septia Kurniaty NIM 11-2013-221 Pembimbing: 1

Upload: septia-kurniaty

Post on 25-Jan-2016

99 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Referat Kepaniteraan Klinik

Status Ilmu Kesehatan Anak

Jenis-Jenis Susu Formula

Oleh:

Septia Kurniaty

NIM 11-2013-221

Pembimbing:

dr. Henny K, Sp.A

BAGIAN ANAK

RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK

PERIODE MEI-JULI 2015

DEPOK

1

Page 2: SEPTIA-Jenis Susu Formula

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

Nama Mahasiswa : Septia Kurniaty

NIM : 11.2013.221

Dokter Pembimbing : dr. Henny K, Sp.A

Pendahuluan

Susu sebagai minuman utama pada bayi yang terdiri dari ASI, PASI atau susu formula

(comercial formula) dan non formula. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna,

kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada

anak. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah

dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu.

Manfaat bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan

kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi resiko terkena kanker payudara, dan

merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. PASI (pengganti air susu ibu) adalah merupakan

alternatif terakhir bila memang ASI tidak keluar, kurang atau mungkin karena sebab lainnya.

ASI adalah susu yang terbaik bagi anak. Dan susu formula terbaik adalah suatu susu

yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak yang tidak menimbulkan gangguan.

Pemilihan susu formula haruslah tepat, tidak hanya karena yang disukai, termahal, terkenal,

atau yang mengandung berbagai macam kandungan kecerdasan. Walaupun ASI merupakan

makanan atau kebutuhan terbaik dan terpenting untuk bayi dan anak, akan menjadi masalah

bila anak tidak dapat mengkonsumsi ASI dengan cukup karena berbagai kondisi dan keadaan.

Penggunaan PASI menjadi alternatif yang tidak dapat dihindari. Orang tua sering

dihadapkan pada masalah pemilihan jenis susu formula yang tepat dan baik untuk bayi dan

anak mereka. Pada pemilihan susu formula yang tidak tepat akan mengakibatkan gangguan

beberapa fungsi dan organ tubuh seperti diare, sering batuk, sesak dan sebagainya. Gangguan

sistem tubuh tersebut ternyata dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta

mempengaruhi dan memperberat gangguan perilaku anak.2

Page 3: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang

sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Susu yang baik harus tidak menimbulkan

gangguan saluran cerna seperti diare, muntah, atau kesulitan buang air besar. Susu yang baik

juga harus tidak menimbulkan gangguan lainnya seperti batuk, sesak, gangguan kulit dan

sebagainnya. Penerimaan terhadap susu pada setiap anak sangat berbeda. Jadi sangat perlu

adanya pemahaman dan pengertian akan jenis dan kegunaan susu formula sebelum diberikan

pada anak.1,2

Komposisi Susu Formula

Kandungan susu formula yang beredar di Indonesia didasarkan pada Codex

Alimentarius yang dikeluarkan oleh The Codex Alimentarius Commission of the Food and

Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan The World Health Organization

(WHO). Codex Alimentarius ini telah menjadi rujukan global untuk konsumen, produsen atau

pengelola makanan, badan pengawasan makanan nasional dan perdagangan makanan

internasional. Pengaruhnya amat besar di setiap benua dan berperan dalam perlindungan

kesehatan masyarakat dan praktek perdagangan makanan. Manfaat kode ini untuk

perlindungan kesehatan konsumen telah diakui oleh PBB pada tahun 1985 dalam resolusi

PBB no. 39/248. Dalam Codex Alimentarius dinyatakan bahwa ‘pemerintah harus

memperhitungkan kepentingan seluruh konsumen mengenai keamanan pangan dan harus

mendukung sebanyak mungkin mengadopsi standar dari Codex Alimentarius.

Beberapa ketentuan spesifik yang harus dipenuhi antara lain: semua bahan yang

digunakan harus bebas gluten. Setiap 100 ml produk harus mengandung energi tidak kurang

dari 60 kkal dan tidak lebih dari 70 kkal. Mengandung bahan utama dalam jumlah tertentu.

Bahan utama tersebut yaitu, protein, lipid (asam linoleat, asam α-linolenat), karbohidrat,

vitamin (vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6,

vitamin B12, asam pantotenat, asam folat, vitamin C dan biotin), mineral dan elemen kehanit

(zat besi, kalsium, fosfor, magnesium, natrium, klorida, kalium, mangan, yodium, selenium,

tembaga dan seng) serta kolin, myo-inositol dan L-karnitin. Beberapa ketentuan

spesifikmyang harus dipenuhi antara lain: hanya boleh menggunakan bahan tambahan pangan

yang telah ditentukan, memenuhi persyaratan higienis dan keamanan termasuk persyaratan

cemaran, prosuk dan bahan formula bayi tidak boleh menggunakan perlakuan iradiasi.1

3

Page 4: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Kandungan Nutrien Pada Susu Formula

1. Densitas Energi

Penelitian dengan metodologi terbaru menunjukkan densitas energi ASI sekitar 650

kkal/L. Densitas energi susu hewani yang lebih tinggi daripada ASI menyebabkan

peningkatan asupan energi total yang mengakibatkan penambahan berat badan

berlebihan. Hal ini dapat meningkatkan resiko obesitas dikemudian hari. Untuk menjamin

penambahan berat badan yang normal pada seorang bayi yang sehat, maka International

Expert Group (IEG) menyarankan densitas energi susu formula sebesar 60-70 kkal/100

ml.1

2. Protein

- Faktor konversi nitrogen

Berbagai protein makanan mengandung jumlah nitrogen yang berbeda pula, namun

FAO/ WHO menggunakan faktor 6,25 untuk menghitung kuantitas dan kualitas

protein mereka berdasarkan kandungan nitrogen sebesar 16% dari seluruh campuran

protein. Kadar protein umumnya dihitung dengan analisa total nitrogen menurut

metode referensi Kjeldhal. Nitrogen total merupakan penjumlahan dari asam amino

(mewakili sebagian besar nitrogen) dan dari nitrogen non-protein (NPN). Jumlah

nitrogen yang berasal dari analisis ini diubah menjadi protein dengan mengalikan

dengan faktor yang memperhitungkan kandungan nitrogendari asam amino yang

telah diketahui. Untuk susu dan produk susu, faktor konversinya adalah 6,38,

berdasarkan kandungan nitrogen total 15,67%. Karena susu mengandung jumlah

kecil NPN, kandungan protein yang sesungguhnya diperhitungkan sebagai berikut:

nitrogen total dikurangi NPN dikalikan dengan 6,38. Untuk memudahkan faktor

konversi universal menjadi 6,25 x nitrogen. Mengadopsi faktor universal 6,25 dapat

mengurangi kandungan protein yang sebenarnya dari susu dan membuat perkiraan

yang terlalu tinggi untuk kandungan protein dari sumber nabati. Dengan demikian

tidak akan mencerminkan komposisi akurat produk. Ini akan mengharuskan

produsen untuk menambahkan tambahan 2 hingga 3 % protein formula mereka untuk

memenuhi kadar protein minimum yang diperlukan. EDA tetap mendukung

perbedaan faktor konversi di antara kedua kelompok protein dan faktor konversi 6,38

untuk protein susu dan 6,25 untuk protein dari soya. Rekomendasi dari ESPGHAN

dan Codex infant formula menggunakan faktor konversi tunggal yakni 6,25.

4

Page 5: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Persamaan matematika dari Codex adalah: kandungan protein = kandungan nitrogen

x 6,25.

- Non-Protein Nitrogen (NPN)

Non-Protein Nitrogen atau nitrogen yang tidak berasal dari protein (NPN)

merupakan istilah untuk kompenen ammonia, yang tidak merupakan protein tetapi

dapat dikonversi menjadi protein oleh mikroba. Bila kelompok NPN ini terlalu tinggi

dapat terjadi penekanan pertumbuhan dan keracunan ammonia. Disarankan untuk

menentukan level maksimum NPN pada formula bayi, karena kandungan

proporsional dari asam amino yang dapat dimetabolisme biasanya berkurang dengan

semakin tingginya kandungan nitrogen dari NPN. Pada ASI sekitar 20-25% nitrogen

total berasal dari NPN, namun yang dapat dimetabolisme hanya 50%. Kandungan

NPN dari formula bayi, berperan hingga sebesar 20% dari nitrogen total. Kandungan

NPN yang lebih tinggi dapat ditemukan fraksi whey dan susu formula yang berasal

dari isolat protein kedelai atau protein susu sapi terhidrolisa.

- Kandungan Asam Amino susu formula

Dalam 100 kkal susu formula harus mengandung sejumlah asam amino seperti yang

tertera pada tabel 1. Untuk perhitungan, konsentrasi fenilalanin, tirosin, metionin,

dan sistein harus memenuhi rasio fenilalanin terhadap tirosin atau metionin terhadap

sistein sebesar 0,7-1.5:1.

Tabel 1. Kandungan asam amino yang harus ada di dalam susu formula

Asam amino g/100 g protein mg/100 kkal

Sistein 2.1 38

Histidin 2.3 41

Isoleusin 5.1 92

Leusin 9.4 169

Lisin 6.3 114

Metionin 1.4 24

Fenilalanin 4.5 81

Treanin 4.3 77

Triptofan 1.8 33

Tirosin 4.2 75

Valin 4.9 99

5

Page 6: SEPTIA-Jenis Susu Formula

- Kandungan protein susu formula yang berasal dari protein susu sapi

Untuk menjamin jumlah minimum nitrogen dari asam amino yang dibutuhkan pada

sintesis protein, maka disarankan susu formula mengandung protein sebesar 1,8

sampai 2 gram/ kkal. Kandungan protein susu formula tidak boleh melebihi 3

gram/100 kkal.

- Kandungan protein susu formula yang berasal dari hidrolisis protein susu sapi

Formula terhidrolisis dibuat dengan bantuan proses enzimatik untuk memotong

protein awal menjadi bagian yang lebih kecil. Digesti enzimatik ini dapat

menghasilkan peptida yang lebih besar (partially hydrolyzed) atau lebih kecil

(extensively hydrolyzed). Lebih lanjut lagi dapat digunakan fraksi mayor dari susu

sapi yakni kasein dan whey. Ukuran protein biasanya digunakan untuk

mengklasifikasikan susu formulasi. Susu formula dari susu sapi utuh mengandung

protein dengan kisaran 14 kD (α-laktalbumin) atau 67 kD (albumin serum sapi).

Extensively hydrolyzed formula mengandung peptide yang ≤ 3 kD, dan partially

hydrolyzed formula mengandung peptide yang < 5 kD. Diperkirakan bahwa formula

partially hydrolyzed whey (PHWF) mengandung sekitar 18% peptida yang berukuran

lebih dari 6 kD, sedangkan formula extensively hydrolyzed hanya mengandung 1-5%

peptida yang berukuran lebih dari 3.5 kD. Untuk berperan sebagai alergen

dibutuhkan peptide dengan ukuran sekitar 10-70 kD (khususnya di kisaran 10-40

kD). Untuk dilabel sebagai formula hipoalergenik, formula ini harus diuji pada bayi

yang menderita hipersensitivitas terhadap susu sapi dan 90% (dengan konfiden

interval 95%) dari populasi tersebut tidak akan menderita gejala alergi dalam kondisi

uji coba teracak ganda.

a. Hidrolisat protein ekstensif

Susu dengan kandungan ini termasuk yang paling aman karena komposisinya

tanpa laktosa, mengandung banyak lemak MCT ( monochain trigliserida) dan

protein susu yang lebih mudah dicerna. Protein dalam susu ini dipecah hingga

menjadi bagian-bagian kecil hingga kandungan protein dengan besar > 6000

dalton hanya sebanyak 0,5%-2%.

b. Susu hidrolisat protein parsial

Golongan susu ini biasanya digunakan untuk bayi yang berisiko alergi atau

untuk mencegah gejala alergi agar tidak semakin memberat dikemudian hari.

6

Page 7: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Protein dalam susu ini dipecah hingga menjadi bagian-bagian kecil hingga

kandungan protein dengan besar > 6000 dalton hanya sebanyak 18%.

- Kandungan protein susu formula yang berasal dari isolat protein kedelai

Formula berbasis kedelai harus menggunakan isolat protein kedelai dengan

kandungan protein minimal sebesar 2,25 gram/ 100 kkal dan maksimum 3,0 gram/

100 kkal agar lebih mudah dicerna.1-3

3. Lemak

ASI mengandung campuran lemak tak jenuh tunggal, tak jenuh ganda dan jenuh. Susu

formula menggunakan berbagai minyak guna mencocokkan susunan lemak ASI. Minyak

tersebut antara lain minyak kedelai, minyak kelapa, kelapa sawit dan minyak bunya

matahari. Meskipun minyak kelapa sawit telah digunakan secara luas, penelitian

menunjukkan bahwa ini bisa mengurangi penyerapan lemak dan kalsium. Ini berarti

bahwa bayi anda tidak akan menyerap lemak dan kalsium dalam jumlah yang banyak

ketimbang menggunakan susu formula lain yang tidak mengandung minyak. Trigliserida

medium-chain mudah dicerna dan diserap. Bahan ini biasa digunakan dalam susu formula

khusus untuk bayi prematur dan bayi yang mengalami kesulitan mencerna atau menyerap

nutrisi. FDA Amerika Serikat menyetujui penambahan dua asam lemak long-chain untuk

susu formula : DHA (docosahexaenois acid) dan ARA (arachidonic acid), yang sekarang

menjadi bahan standar untuk susu formula. Kedua zat ini ditemukan dalam ASI, dan

keduanya penting bagi otak dan perkembangan penglihatan. Bayi mendapatkan DHA dan

ARA dari ibu saat trimester ketiga kehamilan, namun transfer kedua zat ini akan terhenti

ketika bayi lahir prematur. Semua bayi akan membutuhkan pasokan kedua zat tersebut di

tahun pertamanya. Sejumlah penelitian menndukung suplementasi susu formula dengan

DHA dan ARA. Sebuah laporan yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical

Nutrition, menunjukkan bahwa bayi-bayi yang diberikan susu formula DHA dan ARA

memiliki ketajaman visual yang lebih baik daripada bayi yang tidak menerima suplemen

itu. Dan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Pediatrics, menyatakan

bahwa DHA dan ARA akan meningkatkan pertumbuhan kognitif dan fisik pada bayi

prematur.1,3

- Total lemak

Kandungan lemak yang disarankan sebesar 4,4-6,0 gram/kkal yang setara dengan 40-

54% dari kandungan energi yang terdapat dalam ASI.

7

Page 8: SEPTIA-Jenis Susu Formula

- Asam lemak esensial

Kandungan asam linoleat (18:2n-6) sebesar 300 mg setiap 100 kkal formula cukup

untuk memenuhi kebutuhan minimun asam linolenat. Nilai maksimun asam linolenat

sebesar 1200 mg setiap 100 kkal dianggap perlu karena asupan yang tinggi dapat

menginduksi efek metabolisme yang tidak menguntungkan terhadap metabolisme

lipoprotein, fungsi imunitas, keseimbangan eikosanoid dan stres oksidatif.

Asam α-linolenat dari asam lemak omega 3 (18:3n-3) merupakan asam lemak

esensial dan berperan sebagai prekusor untuk sintesis asam dokosaheksaenoat (DHA)

(22:6n-3) yang terpenting dalam perkembangan. Pada beberapa keadaan asupan

asam α-linolenat dapat meningkatkan risiko peroksidasi lemak yang akan

mengganggu kestabilan formula. Disarankan menggunakan batasan minimun

50mg/100 kkal. Untuk memastikan keseimbangan yang tepat antara asam linolenat

dan α-linolenat, juga asam lemak tak jenuh rantai panjang serta eikosanoid yang

merupakan hasil metabolismenya, rasio asam linolenat/ α-linolenat yang disarankan

berkisar antara 5-15:1. Implementasi rasio ini adalah pembatasan kandungan asam α-

linolenat yang tidak melebihi 1/5 dari 1200 mg/100 kkal.

- Asam laurat dan miristrat

Dengan mempertimbangkan potensi efek negatif dari asam laurat dan misitrat

terhadap konsentrasi kolesterol dan lipoprotein serum, jumlah asam laurat dan

miristat tidak boleh melebihi 20% dari seluruh kandungan lemak.

- Asam lemak trans

Tidak diketahui efek nutrisi dari asam lemak untuk bayi, tetapi telah diketahui efek

biologis yang tidak diinginkan seperti gangguan desaturasi mikrosom dan

perpanjangan rantai asam lemak esensial, dan perubahan metabolisme lipoprotein

serta kemungkinan gangguan pertumbuhan awal. IEG menyatakan kandungan asam

lemak trans tidak boleh lebih dari 3% dari seluruh kandungan lemak.

- Asam erukat

Hingga saat ini tidak didapatkan manfaatnya pada bayi. Penelitian pada hewan

menunjukkan potensi gangguan pada miokard. IEG menyarankan kandungan asam

erukat tidak melebihi 1% dari total kandungan lemak.1

8

Page 9: SEPTIA-Jenis Susu Formula

4. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan susu formula sapi. Maldoekstrin jagung

terkadang digunakan sebagai sumber sekunder karbohidrat dalam susu formula. Susu

formula bebas laktosa, kedelai, dan khusus mengandung satu atau lebih karbohidrat

lainnya, yaitu: sukrosa, maltodekstrin jagung.2

- Karbohidrat total

Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting pada bayi. Dengan

mempertimbangkan kebutuhan glukosa untuk oksidasi sistem saraf pusat dan

meminimalkan pengaruh glukonoegenesis, jumlah minimun dari karbohidrat total

yang disarankan adalah 9 gram/100 kkal. Kandungan karbohidrat maksimal yang

disarankan adalah sebesar 14 gram/100 kkal atau 56% dari kebutuhan energi.

- Laktosa

Karbohidrat utama yang dapat dicerna dalam ASI adalah laktosa. Ia memberikan

sekitar 40% dari kebutuhan energi. Laktosa dianggap memberikan efek yang

menguntungkan untuk fisiologis usus, termasuk efek prebiotik, melunakkan feces

dan mempermudahkan absorpsi air, natrium, dan kalsium, karenanya IEG

menganggap penting untuk memasukkan laktosa dalam susu formula, namun efek-

efek yang menguntungkan tersebut sebagian dapat juga disebabkan oleh komponen

lain dalam susu formula.

- Glukosa

Selama pemanasan formula, glukosa dapat bereaksi tanpa melalui prosedur

enzimatik dengan protein untuk membentuk Maillard. Penambahan glukosa ke dalam

formula bayi juga akan meningkatkan osmolitas. Penambahan 1 gram glukosa ke

dalam 100 ml formula akan meningkatkan osmolalitas 68 mOsm/kg. Karenanya

tidak dianjurkan untuk menambahkan glukosa ke dalam formula.

- Sukrosa (sakarosa) dan fruktosa

Penambahan fruktosa atau sukrosa, suatu disakarida yang mengandung glukosa dan

fruktosa, dapat mengakibatkan efek samping yang berat termasuk kematian pada

bayi muda yang menderita intoleransi fruktosa herediter (defisiensi aldolase B atau

fruktosa-l-fosfat-aldolase) yang pada populasi tertentu memiliki insiden 1:20.000.

berdasarkan hal tersebut International Expert Group (IEG) melarang penambahan

fruktosa dan sukrosa ke dalam formula bayi pada 4-6 bulan pertama kehidupan.

9

Page 10: SEPTIA-Jenis Susu Formula

- Pati

Mengingat bayi memiliki kemampuan untuk mencerna pati dan untuk beberapa

alasan teknis, IEG menyarankan penambahan pati hingga 30% dari total karbohidrat

atau hingga 2 gram/100 ml.1

5. Vitamin

- Vitamin larut lemak

Vitamin A,E,D dan K yang larut lemak disimpan dalam jaringan lemak tubuh.

Asupan dalam jumlah besar selama periode waktu yang panjang dapat menyebabkan

akumulasi vitamin tersebut dan mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan.1

a. Vitamin A

Nilai asupan rujukan dan batas atas yang dapat ditoleransi adalah 60-180

µgRE/100 kkal (retinol equivalent, 1 µgRE = 3,33 IU vitamin A = 1 µg all-trans

retinol). Karena ekuivalensi relatif dari β-karoten dan retinol bayi tidak diketahui,

kandungan vitamin A pada formula bayi harus diberikan dalam bentuk retinol

atau retinil ester, sedangkan karotenoid tidak boleh dimasukkan dalam

perhitungan .

b. Vitamin D

Tidak ada data pasti yang membandingkan aktifitas biologis dari vitamin D3 dan

D2 dalam makanan bayi. Karenanya masih disarankan untuk menggunakan

vitamin D3 dalam formula bayi. Kandungan vitamin D3 yang disarankan adalah

1-2,5 µg/ 100 kkal.

c. Vitamin E

Formula bayi harus mengandung 0,5-5 mg α-TE/ 100 kkal (α-tokoferol

ekuivalen, 1 mg α-TE = 1 mg d-α-tokoferol) dan tidak kurang dari 0,5 mg/g asam

linolenat. Karena kebutuhan vitamin E dilaporkan meningkatkan jumlah ikatan

ganda yang ada dalam suplai asam lemak dalam makanan, faktor ekuivalensi

berikut ini harus digunakan untuk menyesuaikan jumlah kandungan vitamin E

minimal dalam komposisi asama lemak: 0,5 mg α-TE/ asam linolenat (18:2n-6),

0,75 mg α-TE/ α-asam linolenat (18:3n-3), 1,0 mg α-TE/g asam arakidonat, 1,25

mg α-TE/g asam eikosapentanoat (20:5n-3), dan 1,5 mg α-TE/ g asam

dokosaheksanat (22:6n-3).

10

Page 11: SEPTIA-Jenis Susu Formula

d. Vitamin K

Asupan yang dianjurkan 4-10 µg/ hari. Kandungan vitamin K dari formula bayi

yang ada saat ini biasanya lebih dari 4 µg/ 100 kkal, memberikan perlindungan

terhadap defisiensi vitamin K dan kemungkinan perdarahan, dan dapat

memberikan level yang aman meskipun terdapat absorpsi vitamin K yang tidak

sempurna. Tidak didapatkan efek toksik dengan pemberian formula yang

mengandung 25µg/100 kkal. Formula bayi harus mengandung 4-25 µg/ 100 kkal.

- Vitamin larut air

Batas minimal dari tiap vitamin dalam formula, saat dikonsumsikan dalam jumlah

normal, harus menjamin pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal. Batas

minimal dalam formula diperoleh dari angka rujukan dari bayi dengan berat 5 kg

yang mengkonsumsi 500 kkal/ hari. Batas maksimal harus menjamin bayi tersebut

tidak terpapar dengan risiko kelebihan vitamin. Kelebihan vitamin-vitamin yang larut

air pada keadaan stres, misalnya saat demam atau diare atau penurunan berat badan

akan mengurangi batas keamanan. IEG menyatakan kandungan vitamin yang larut

air tidak boleh melebihi 5x batas minimal.1

a. Tiamin (Vitamin B1)

Dengan pertimbangan asupan adekuat untuk bayi adalah sebesar 200-300

µg/hari, maka formula harus mengandung 60-300 µg/ 100 kkal.

b. Riboflavin (B3)

Susu formula harus mengandung 300-1500 µg/ 100 kkal.

c. Asam pantotenat (vitamin B5)

Dengan pertimbangan asupan adekuat untuk bayi adalah sebesar 200-300 µg/ 100

kkal, maka formula harus mengandung 60-300 µg/ 100 kkal.

d. Piridoksin (vitamin B6)

Susu formula harus mengandung sekitar 35-175 µg/ 100 kkal.

e. Kobalamin (vitamin B12)

Dengan pertimbangan nilai rujukan untuk bayi adalah sebesar 0,3-0,5 µg/ hari,

maka formula harus mengandung 0,1-0,5 µg/ 100 kkal.

f. Asam folat

Dengan pertimbangan nilai asupan adekuat sebesar 50-65 µg/ hari, maka formula

harus mengandung 10-50 µg/ 100 kkal

11

Page 12: SEPTIA-Jenis Susu Formula

g. Asam askorbat (vitamin C)

ASI mengandung 4,5-15 mg/ 100 kkal, nilai rujukan pada bayi ditetapkan sebesar

20 mg/ hari, 30 mg/ hari, dan 40 mg/ hari. Batas minimun adalah sebesar 10

mg/100 kkal. Asupan tinggi asam askorbat dapat menginduksi defisiensi kuprum,

sehingga batas maksimum adalah 30 mg/ 100 kkal.

h. Biotin

susu formula harus mengandung sekitar 1,5-7,5 µg/ 100 kkal.

6. Mineral dan Elemen Trace

- Besi

Kandungan besi minimum sebesar 1 mg/ 100 kkal. Selama periode pemakaian susu

formula secara eksklusif, misalnya sebelum pemberian makanan tambahan, susu

formula dengan bahan dasar protein susu sapi yang mengandung besi sebesar 0,25

mg/ 100 kkal memberi status besi dan nilai hematologis yang sama besarnya dengan

susu formula yang mengandung 0,6 mg/ 100 kkal. Asam fitat yang terkandung dalam

formula bayi berbasis protein kedelai menghambat absorpsi besi. Karenanya batas

minimum dan maksimum pada formula ini harus 1,5 kali lebih tinggi daripada

formula dengan bahan dasar protein susu sapi. Kandungan besi pada formula dengan

bahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya berkisar 0,3-1,3 mg/ 100 kkal,

sedangkan yang berbahan dasar protein kedelai harus mengandung besi sebesar 0,45-

2,0 mg/ 100 kkal. Setelah usia 6 bulan, makanan lain yang mengandung besi harus

ditambahkan selain besi yang didapat dari formula. Pada populasi yang memiliki

risiko tinggi terhadap defisiensi besi, dapat diberikan besi yang lebih dari 0,3 mg/

kkal.

- Kalsium

Mengingat bioavabilitas kalsium dari formula bayi lebih rendah daripada susu sapi,

dan sesuai dengan perjanjian pada ahli sebelumnya, disarankan kandungan kalsium

sebesar 50-140 mg/ 100 kkal.

- Fosfor

Fraksi bioavailibilitas kandungan fosfor total adalah sebesar 80% pada formula

berbahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya, sedangkan pada isolat protein

kedelai sebesar 70%. Mengingat sulitnya menentukan bioavabilitas secara in vivo,

maka nilai kandungan fosfor cukup bervariasi yakni 25-90 mg/ 100 kkal pada

12

Page 13: SEPTIA-Jenis Susu Formula

formula berbahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya, serta 30-100 ng/100 kkal

pada isolat kedelai.

- Rasio kalsium-fosfor

Mengingat kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari ketidakseimbangan kalsium

dan fosfor, maka disarankan rasio tidak kurang dari 1:1 dan tidak lebih besar dari

2:1.

- Magnesium

Formula bayi harus mengandung jumlah minimum yang menyerupai ASI (4,8-5,5

mg/ 100 kkal) dengan kisaran 5-15 mg/100 kkal.

- Natrium, Kalium, Klorida

Natrium 20-60 mg/ 100 kkal, kalium 60-160 mg/ 100 kkal, dan klorida 50-160 mg/

100 kkal.

- Mangan

Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam bioavailibilitas mangan antara ASI dan

formula. Kandungan maksimum adalah sebesar 50 µg/ 100 kkal yang sama dengan

formula kedelai tanpa suplementasi mangan, dan 60 kali lebih tinggi dari level ASI.

Kandungan yang lebih tinggi harus dihindari mengingat ekskresi bayi yang belum

matur yang dapat mengakibatkan akumulasi mangan pada otak sehingga dapat

menimbulkan abnormalitas perkembangan saraf pada hewan percobaan.

- Fluor

Bayi dapat terpapar pada tambahan asupan flour misalnya dari air yang mengandung

fluor. Manfaat dari asupan fluor yang tinggi hingga kini masih dipertanyakan dan

dapat mengakibatkan fluorosis gigi. Karenanya kandungan maksimum harus

serendah mungkin dan tidak melebihi 60 µg/ 100 kkal. Tidak terdapat batasan

minimum dari fluor.

- Yodium

Formula harus mengandung 10-50 µg/ 100 kkal.

- Selenium

Asupan rujukan berkisar 5-30 µg/ hari. Formula harus mengandung selenium sebesar

1-9 µg/ 100 kkal.

- Kuprum

Karena tidak terdapat perbedan bermakna dari bioavailibilitas kuprum dalam ASI

dan formula, disarankan kandungan minimum formula sebesar 35 µg/ 100 kkal. Hal

13

Page 14: SEPTIA-Jenis Susu Formula

ini menyerupai kandungan dalam ASI. Kandungan maksimum yang disarankan

adalah 80 µg/ 100 kkal, sekitar 3 kali lebih tinggi daripada ASI.

- Seng

Asupan rujukan untuk bayi berkisar 1-5 mg/hari. Meskipun terdapat perbedaan

bioavailibilats dalam ASI dan formula, nilai minimum sebesar 0,5 mg/ 100 kkal

dianggap cukup. Karena asupan yang tinggi dapat mengganggu penyerapan dan

metabolisme mikronutrien lainnya, level maksimum yang ditetapkan adalah sebesar

1,5 mg.100 kkal.1

7. Zat-zat lain

- Kolin

Kandungan minimum yang direkomendasikan adalah sebesar 7 mg/ 100 kkal. Karena

tidak terdapat efek samping untuk asupan kolin yang lebih tinggi, disarankan

kandungan maksimum sebesar 50 mg/ 100 kkal. Ini ditujukan untuk menyesuaikan

dengan batas maksimum kandungan fosfolipis sebesar 300 mg/ 100 kkal dengan

pertimbangan sebgaian besar fosfolipid diberikan dalam bentuk fosfatidil kolin.

- Mio-inositol

Disarankan sebesar 4-40 mg/ 100 kkal.

- L-karnitin

Kandungan minimum yang disarankan sebesar 1,2 mg/ 100 kkal. Karena tidak

didapatkan efek samping setelah penggunaan dalam jumlah yang besar, maka tidak

ditetapkan batas maksimum dari L-karnitin.1

8. Zat tambahan dalam susu formula

Banyak modifikasi nutrisi yang dilakukan pada susu formula dengan tujuan agar lebih

menyerupai ASI. Usaha penambahan berbagai zat tersebut diantaranya adalah taurin.

Taurine merupakan asam amino yang berasal dari sistein. Dia merupakan asam amino

terbanyak yang terdapat di jaringan saraf, khususnya untuk maturitas retina dan

perkembangan otak. Dalam penelitian pada hewan dan manusia, kekurangan taurin

menyebabkan retradasi pertumbuhan, ketidaknormalan retina dan pendengaran, gangguan

konyugasi asam empedu dan osmo-regulasi dari jaringan saraf.

Peranan asam lemak rantai panjang (LC-PUFA) seperti asam dokosaheksaenoik (DHA)

dan asam arakidonat (AA) menjadi salah satu pusat perhatian. Penambahan ini mulai

14

Page 15: SEPTIA-Jenis Susu Formula

dilakukan sejak 2002. Pada awalnya susu formula hanya mengandung prekursor dari

asam lemak esensial yakni α-linolenat dan asam linoleat yang akan mensintesis DHA

(22:6n-3) dan AA (20:4n-6). Sejumlah penelitian telah melaporkan efek yang

menguntungkan dengan penambahan DHA dan AA, namun penelitian metaanalisis dari

Cochrane database menunjukkan bahwa suplementasi DHA dan AA untuk memperbaiki

penglihatan, perkembangan fisik dan intelektual bayi cukup bulan belum dapat

direkomendasikan berdasarkan data-data yang tersedia saat ini. Untuk bayi prematur

tidak ada bukti manfaat maupun hal yang merugikan dari suplementasi tersebut, baik

untuk menunjang fungsi penglihatan ataupun pertumbuhan fisik dan fungsi intelektual.

Mengingat banyaknya zat yang dicoba ditambahkan ke dalam susu formula bayi, Codex

Alimetariud Commission mengeluarkan syarat sebagai berikut: zat yang ditambahkan

biasanya ditemukan di dalam ASI, formulasinya harus sesuai sebagai sumber utama

nutrisi bayi, memberikan manfaat serupa dengan populasi bayi menyusui, ketersesuaian

dan manfaat zat ini harus dapat ditunjukkan secara ilmiah mengandung jumlah yang

cukup untuk menghasilkan manfaat seperti yang dihasilkan oleh zat tersebut di dalam

ASI. Hingga saat ini bahan yang boleh ditambahkan ke dalam susu formula adalah taurin,

nukleotida, dan asam lemak tak jenuh rantai panjang. Zat lain yang dicoba untuk

ditambahkan ke dalam susu formula adalah lutein. Karena tidak didapatkan satu penelitan

pun yang mempelajari mengenai efektifitas mengenai lutein pada anak, zat ini akhirnya

tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam produk formula bayi di Indonesia. Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor: HK.0005.1.52.3572 tahun 2008

mengenai Penambahan Zat Gizi dan Non Gizi dalam Produk Pangan, menyatakan bahwa:

tidak dizinkan untuk melakukan penambahan lutein, sphingomyelin pada produk formula

bayi dan formula lanjutan, serta dilarang melakukan penambahan gangliosida pada

produk pangan.1,2

Jenis Susu Formula

1. Berdasarkan usia

- Formula pertama (starter formula)

Merupakan formula berbahan dasar protein susu sapi yang dipergunakan sejak lahir

hingga usia 12 bulan. Formula ini juga ada yang berbahan dasar soya dan protein susu

kambing.

15

Page 16: SEPTIA-Jenis Susu Formula

- Formula lanjutan (follow-on formula)

Dipasarkan untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas. Sebenarnya tidak perlu

menggantikan formula pertama dengan formula lanjutan pada bayi dengan asupan

yang baik dan telah mulai diberikan makanan padat, namun pilihan tetap jatuh kepada

orangtua. Perbedaan kedua jenis formula ini bukan dari kandungan protein, tetapi

biasanya terletak pada kandungan mineral seperti zat besi dan kalsium.

2. Berdasarkan kandungan protein

- Formula berbahan dasar protein susu sapi

Kebanyakan formula bayi terbuat dari susu sapi dan telah diolah sedemikian rupa

agar dapat menyerupai ASI. Perubahan ini memberikan jumlah karbohidrat, protein

dan lemak yang tepat sehingga lebih mudah dicerna. Formula ini merupakan pilihan

standar untuk bayi cukup bulan tanpa riwayat alergi, asma, eksema di dalam

keluarga. Komponen proteinnya dapat dalam bentuk predominasi kasein atau

predominasi whey. Umumnya formula bayi yang beredar di pasaran saat ini

mengandung rasio whey: kasein sebesar 60:40. ASI sendiri memiliki rasio 70:30.

Formula ini memberikan kalsium dalam jumlah yang cukup hingga usia satu tahun.

Bayi cukup bulan memiliki cadangan besi yang cukup untuk pembentukan

hemoglobin hingga usia tiga bulan. Namun, disarankan untuk memberikan formula

yang sudah difortifikasi besi sejak awal sebagai tindakan pencegahan. Kebanyakan

formula yang diperdagangkan tersedia dalam bentuk bubuk, konsentrat atau cairan

yang siap dikonsumsi. Susu sapi memiliki kelebihan dibandingkan susu kambing,

yakni mengandung lebih banyak vitamin B12 (5x) dan asam folat (10x).

- Formula berbahan dasar protein susu kambing

Formula ini relatif baru dipasaran. Tidak seperti susu sapi yang mengandung

aglutinin yang menyebabkan butir-butir lemak menggupal, susu kambing tidak

mengandung aglutinin. Hal ini menyebabkan susu kambing lebih mudah dicerna.

Karena tingginya protein yang terdapat dalam susu kambing, maka pernah ditemukan

asidosis akibat penggunan susu kambing. Susu ini juga memiliki asam lemak

esensial (linoleat, arakidonat) yang lebih banyak daripada susu sapi. Hal berikut

adalah lebih sedikitnya kandungan laktosa dibandingkan susu sapi (4,1% versus

4,7%). Hal ini mungkin sedikit lebih menguntungkan untuk bayi yang mengalami

intoleransi laktosa. Perbedaan lainnya dibandingkan susu sapi adalah mengandung

lebih banyak kalsium (13%), vitamin B6 (25%), vitamin A (47%), kalium (134%),

16

Page 17: SEPTIA-Jenis Susu Formula

niasin (200%), kuprum (300%), selenium (27%). Susu ini mengandung lebih sedikit

α (SI)-kasein, sedangkan kandungan β-laktoglobulin sama dengan susu sapi sehingga

dapat bersifat alergenik. Untuk bayi yang mengalami intoleransi susu sapi sebaiknya

tidak mencoba susu kambing, karena dapat mengakibatkan iritasi saluran cerna dan

anemia.

- Formula Soya (berbahan dasar protein kedelai)

Merupakan susu formula bebas laktosa yang bisa diberikan untuk bayi dan anak yang

mengalami alergi terhadap susu sapi ataupun intoleransi laktosa. Susu formula ini

aman dipakai oleh bayi yang sedang diare atau diet bebas laktosa. Soya menggunakan

isolat protein kedelai sebagai bahan dasar. Isolat protein kedelai tersebut mengandung

protein tinggi yang setara dengan susu sapi. Seperti halnya ASI, kalsium dan fosfor

pada susu formula soya memiliki perbandingan 2:1 untuk menunjang pembentukan

tulang dan gigi yang kuat. Susu formula ini juga ada yang mengandung asam lemak

essensial, yaitu Omega 6 dan Omega 3 dengan rasio yang tepat sebagai bahan dasar

pembentukan AA dan DHA untuk tumbuh kembang otak yang optimal. Karbnohidrat

pada formula soya adalah meltodextrin, yaitu sejenis karbohidrat yang dapat

ditoleransi oleh sistem pencernaan bayi yang terluka saat mengalami diare ataupun

oleh sistem pencernaan bayi yang memang alergi terhadap susu sapi. Susu formula

soya kurang lebih sama manfaat nutrisinya dibandingkan formula hidrolisat ekstensif,

tetapi lebih murah dan rasanya lebih familiar. Penderita alergi dengan gangguan

saluran cerna terutama sulit buang air besar, konstipasi, sering kali tidak membaik

dengan pemberian susu ini. Tetapi anak dengan keluhan muntah (GER),

hipersensitifitas bronkus, responnya sangat bagus.1,4,5

3. Berdasarkan Bentuk

- Susu Formula Instant (siap minum)

Susu ini adalah yang paling mudah digunakan karena tidak lagi memerlukan

pencampuran dan pengukuran, cukup buka dan minum. Susu formula jenis ini higienis

dan sangat membantu ketika tidak tersedianya air bersih untuk digunakan membut

susu.namun susu formula jenis ini memiliki umur pakai yang pendek setelah dibuka,

dan harus dihabiskan dalam waktu maksimal 48 jam.

17

Page 18: SEPTIA-Jenis Susu Formula

- Susu Formula Konsentrat Cair

Susu jenis ini akan membutuhkan pencampuran dengan air, selalu baca petunjuk saat

membuatnya. Dibandingan dengan susu yang siap minum, susu konsentrat cair ini

lebih murah dan dibandingkan dengan susu bubuk, susu ini lebih cepat penyajiannya.

- Susu formula Konsentrat bubuk

Susu ini merupakan yang paling lama dalam penyajiannyadaripada susu lainnya. Susu

formula bubuk yang sudah dibuka umumnya tetap bisa digunakan setelah 1 bulan.2,3

Susu formula khusus (exempt/ specific formula)

Di samping formula standar, Codex Alimentarius for infant formula juga membahas

mengenai formula bayi yang lebih khusus. Formula ini disediakan untuk bayi-bayi dengan

kondisi medis yang khusus. Susu dalam kelompok ini hanya dapat diperoleh berdasarkan

resep dokter dan tidak boleh dijual dipasaran tanpa pemantauan dari ahli kesehatan. Formula

ini dimodifikasi dalam beberapa cara, sehingga didapatkan perubahan kandungan lemak,

karbohidrat dan protein.

1. Formula untuk bayi prematur

Bayi kurang bulan memerlukan kalori, lemak dan protein lebih banyak dari bayi cukup

bulan agar dapat menyamai pertumbuhannya dalam kandungan. ASI bayi prematur

mengandung kalori, protein dan lemak lebih tinggi dari ASI matur, tetapi masalahnya

adalah ASI prematur berubah menjadi ASI matur setelah 3-4 minggu. Jadi untuk BKB

kurang dari 34 minggu setelah 3 minggu kebutuhan tidak terpenuhi lagi. Volume

lambung BKB kecil dan motalitas saluran cerna lambat sehingga asupan ASI tidak

optimal. Untuk merangsang produksi ASI sangat tergantung pada kesanggupan ibu

memerah. Untuk mengatasi masalah nutrisi selanjutnya, setelah ASI prematur berubah

menjadi ASI matang dianjurkan penambahan penguat ASI antara lain human milk

fortifier (HMF) (untuk ditambahkan ke dalam ASI). Bayi prematur membutuhkan protein

dan kalori yang lebih tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan mineral seperti

kalsium, magnesium, dan fosfor (mineral yang ditransfer pada trimester ketiga

kehamilan). Formula prematur mengandung 24 kkal per 30 ml, sedangkan formula yang

diperkaya mengandung 22 kkal per 30 ml. Nilai Cut-off untuk berat dan masa gestasi

tergantung dari institusi. Pergantian susu dari 24 menjadi 22 kkal pada bayi prematur

biasanya terjadi saat berat badannya sudah mencapai 1.800 gram atau masa gestasi 34

minggu. Keluarnya bayi dari rumah sakit biasanya terjadi seletah usia kronologis 3

18

Page 19: SEPTIA-Jenis Susu Formula

minggu sehingga mereka dapat dirawat jalandengan formula 22 kkal per 30 ml.

Walaupun formula prematur atau formula yang diperkaya dapat memperbaiki parameter

pertumbuhan jangka pendek, namun tampaknya formula ini tidak mempengaruhi

pertumbuhan dalam jangka panjang ataupun perkembangan setelah usia 18 bulan.

Menurut British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society for Pediatric

Gastroenterology and Nutrition), WHO dan FAO (Food Agriculture Organization)

merekomendasikan penambahan DHA dan AA hanya perlu untuk susu formula bayi

prematur. Secara teoritis dan bukti klinis penambahan tersebut hanya bermanfaat untuk

bayi prematur, karena belum bisa mensintesa AA dan DHA secara baik. Penambahan AA

dan DHA secara langsung tidak terlalu banyak manfaat pada bayi cukup bulan karena

sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa mensintesa atau memproduksi sendiri AA

dan DHA dari asam lemak esenssial lain.1-3

2. Formula untuk alergi susu sapi

Merupakan formula yang telah terhidrolisis dengan definisi seperti yang telah disebutkan.

Modifikasi kandungan protein, melibatkan protein kasein dan whey terhidrolisis, serta

formula berbahan dasar asam amino. Formula ini ditujukan untuk bayi dengan riwayat

alergi susu dalam keluarga. Alergi susu merupakan respon abnormal dari sistem

kekebalan tubuh terhadap susu dan produk olahannya. Susu sapi merupakan penyebab

utama atau tersering dari hewan mamalia, namun susu formula lain juga bisa

menyebabkan alergi. Alergi susu terjadi saat sistem kekebalan tubuh salah

menginterpretasikan atau menganggap kandungan protein di dalam susu sebagai benda

asing atau substansi yang berbahaya bagi tubuh, sehingga memicu reaksi alergi dan

mempengaruhi banyak organ di dalam tubuh. konsumsi susu dalam jumlah sedikit saja

bisa menyebabkan reaksi alergi dan mempengaruhi banyak organ di dalam tubuh,

misalnya kulit, saluran cerna, saluran nafas dan lain-lain. Reaksi bisa terjadi dalam

beberapa detik hingga beberapa menit setelah mengkonsumsi susu. Gejala alergi susu

yang muncul secara langsung misalnya mual, sesak nafas, dan muntah. Setelah beberapa

menit, gejala alergi bisa berkembang menjadi diare, keram perut, gatal pada kulit,

bengkak pada bibir.

a. Susu formula parsial hidrolisa

Susu formula parsial hidrolisa adalah susu hipoalergenik yang masih mengandung

peptida cukup besar sehingga masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi

susu sapi. Susu ini tidak direkomendasikan untuk pengobatan atau pengganti susu

19

Page 20: SEPTIA-Jenis Susu Formula

untuk penderita alergi susu sapi. Susu ini direkomendasikan untuk penderita yang

beresiko tinggi alergi sebelum menunjukan adanya gejala alergi. Penelitian

menunjukan pemberian formula hidrolisa parsial mengurangi onset gejala alergi yang

dapat ditimbulkan.

b. Susu formula ekstensif hidrolisa

Alternatif pengganti pada alergi susu sapi adalah susu formula yang mengandung

protein protein susu sapi hidrolisa (melalui pemrosesan khusus). Susu formula ini

rasanya memang tidak begitu enak dan relatif lebih mahal. Protein Whey sering lebih

mudah didenaturasi (dirusak) oleh panas dibandingkan dengan protein kasein yang

lebih tahan terhadap panas. Sehingga proses denaturasi whey dapat diterima oleh

penderita alergi susu sapi, seperti susu sapi evaporasi. European Society of Pediatric

Allergy and Clinican Immunology (ESPACI) mendefinisikan formula ekstensif

hidrolisa adalah formula dengan bahan dasar protein hidrolisa dengan fragmen yang

cukup kecil untuk mencegah terjadinya alergi pada anak. Formula ekstensif hidrolisa

akan memenuhi kriteria klinis bila secara klinis dapat diterima 90% oleh penderita

proven IgE-mediated alergi susu sapi (95% confidence interval) seperti yang

direkomendasikan American Academyc of Pediatrics Nutritional Commite. Sejauh

ini sekitar 10% penderita alergi susu sapi dapat menimbulkan reaksi terhadap susu

formula ekstensif hidrolisa. Secara pasti penderita yang alergi terhadap formula

ekstensif hidrolisa belum diketahui, diperkirakan lebih dari 19%.

c. Susu formula sintesis asam amino

Neocate adalah sintetis asam amino 100% yang merupakan bahan dasar untuk susu

formula hipoalergenik. Rasa susu formula ini relatif lebih enak dan rasanya lebih bisa

diterima oleh bayi pada umumnya, namun harganya sangat mahal. Neocate

digunakan untuk mengatasi gejala alergi makanan persisten dan berat. Seperti

Multiple Food Intolerance, alergi terhadap extensively hydrolysed formulae, alergi

makanan dengan gangguan kenaikan berat badan, alergi colitis, GER yang tidak

berespon dengan terapi standar. Multiple food protein intolerance (MFPI)

didefinisikan sebagai intoleransi terhadap lebih 5 makanan utama termasuk extensive

hydrolysa milk dan susu formula soya. Selain itu MFPA juga termasuk alergi lebih

dari 1 bahan makanan seperti susu, tepung, telur, dan kedelai.1,2,5

3. Formula yang ditujukan untuk kelainan metabolisme bawaan

20

Page 21: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Formula ini untuk seperti fenilketonuria (PKU) dan branch-chain amino acid free

formula (antara lain methyl-malonic academic dan maple-syrup urine diseased). Pada

beberapa kelainan metabolik/ genetik, tubuh tidak mempunyai enzim tertentu untuk

mencerna salah satu komponen dalam susu, baik susu manusia maupun hewan sehingga

bayi tidak boleh menyusu. Bayi tersebut memerlukan formula khusus yang disesuaikan

dengan kebutuhannya dan memerlukan penanganan komprehensif antara dokter anak,

ahli penyakit endokrin, metabolik, dan gizi. Dibanyak negara maju, uji penapisan untuk

jenis kelainan metabolik dilakukan segera setelah bayi lahir:

- Galaktosemia

Penyakit ini disebabkan tidak adanya enzim galactose-1-phosphate uridyltransferase

yang diperlukan untuk mencerna galaktosa, hasil penguraian laktosa. Bentuk klasik

bisa berakibat fatal, sedangkan bentuk ringan menyebabkan gagal tumbuh dan

membesarnya organ hati dan limpa (hepato-splenomegali). ASI mengandung laktosa

tinggi sehingga bayi harus disapih, diberi susu tanpa laktosa, selanjutnya penderita

harus diet makanan tanpa galaktosa sepanjang hidupnya.

- Maple syrup urine disease

Merupakan gangguan yang terjadi akibat kekurangan enzim yang dibutuhkan untuk

metabolisme asam-asam amino, yaitu enzim Branched Chain Alpha-Ketoacid

Dehydrogenase (BCKDH). Karena asam amino tidak dapat dimetabolisme sehingga

menyebakan air kemih berbau seperti sirup maple. Dan asam amino ini juga bisa

menjadi terakumulasi dan menyebabkan gangguan neurologis, termasuk kejang dan

gangguan intelektual. Bayi yang terlahir memiliki kelainan ini, awalnya terlihat sehat

dan tidak terlihat tidak mengalami kelainan apapun. Namun, pada hari ketiga dan

seterusnya (atau biasa terlihat pada hari ke 4-7 atau minggu kedua bila diberikan ASI)

akan mulai terlihat gejala, seperti muntah, tidak mau menyusu, berat badan tidak naik-

naik, lemas, kaku otot sampai kejang, hipoglikemi, kencing/ kotoran/ keringat berbau

sirup maple hingga mengalami koma. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk

mengetahui penyakit ini yaitu pemeriksaan asam amino plasma dan asam amino urine.

Akan ada tanda-tanda asidosis dan ketosis pada darah. Karena pada penyakit ini tubuh

tidak dapat mencerna jenis protein leusin, isoleusin dan valine, sehingga bayi tidak

boleh mendapat ASI atau susu biasa, dan memerlukan formula khusus tanpa leusin,

isoleusin dan valine.

- Fenilketonuria

21

Page 22: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Penyakit ini merupakan penyakit gangguan metabolisme dimana terjadi akibat

kurangnya enzim fenilalanin hidroxilase sehingga tubuh tidak bisa mencerna asam

amino fenilalanine (pemecahan fenilalanin menjadi tirosin (asam amino non

essensial)). Akibat kekurangan enzim tersebut, menyebabkan asam amino

phenylalanine berlebihan dalam tubuh. Fenilalanin merupakan salah satu dari

sembilan asam amino essensial yang terdapat pada semua protein makanan seperti

daging, telur, ikan, susu, keju dan dalam dalam jumlah yang sedikit pada sereal,

sayuran, dan buah-buahan. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh

adanya proses mutasi gen dalam tubuh sehingga termasuk dalam penyakit genetik.

Salah satu efeknya ialah dapat mengganggu fungsi kognitif (retradasi mental),

gangguan pertumbuhan, bau apak pada kulit-nafas-urin, ruam kulit (eksim) dan kulit

berwarna pucat (karena fenilalanin tidak dapat berubah menjadi melanin atau pigmen

untuk warna rambut dan kulit). Penyakit ini memerlukan formula tanpa fenilalanin.

Dengan diagnosis dini, disamping pemberian susu khusus dianjurkan untuk diberikan

berselang-selang dengan ASI karena kadar fenilalanin ASI rendah dan agar manfaat

lainnya tetap diperoleh asalkan disertai pemantauan ketat kadar fenilalanin dalam

darah.1-3

4. Formula untuk kelainan/gangguan saluran cerna

Antara lain untuk refluks yang berupa formula yang dikentalkan, formula bebas laktosa

untuk yang mengalami intoleransi laktosa dan untuk nutrisi enteral.

- Gastroesophageal refluks

Merupakan aliran balik (refluks) isi lambung ke esofagus, sehingga anak akan sering

muntah atau gumoh pada bayi. Hal ini bisa terjadi pada anak yang memiliki gangguan

fungsi saluran cerna akibat alergi ataupun hipersensitif terhadap makanan atau susu.

Pada keadaan ini bisa diberikan susu kedelai, formula hidrolisat, bila terbukti

disebabkan reaksi dari alergi susu sapi. Selain itu, bisa digunakan formula rice starch

yang ditambahkan untuk mengentalkan susu formula. Formula ii diperlukan untuk

mencukupi kalori pada bayi yang muntah-muntah hebat.

- Intoleransi laktosa

Merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk mencerna laktosa, yaitu gula

yang terdapat pada susu dan produk olahannya karena tubuhnya tidak menghasilkan

enzim laktase dengan cukup. Tanpa enzim laktase, maka laktosa tidak akan dapat

22

Page 23: SEPTIA-Jenis Susu Formula

dicerna dan menyebabkan gangguan pencernaan. Tingkat intoleransi laktosa masing-

masing orang berbeda tergantung banyaknya jumlah enzim laktase yang dapat

diproduksi oleh tubuh. oleh karena itu, ada beberapa anak masih bisa mengkonsumsi

makanan dengan kandungan sedikit laktosa, tetapi juga ada yang harus

menghindarinya sama sekali. Gejala dari intoleransi yang paling utama adalah

melibatkan saluran pencernaan, seperti sakit perut, kembung, mulas, muntah dan diare.

Meskipun gejala dari intoleransi makanan menyerupai gejala alergi makanan,

keduanya memiliki mekanisme yang berbeda. Rekasi alergi susu melibatkan reaksi

kekebalan tubuh akibat protein susu, sedangkan intoleransi susu tidak melibatkan

reaksi kekebalan tubuh, melainkan karena kurangnya produksi enzim untuk mencerna

laktosa pada susu. Dari penelitan menyebutkan bahwa kelenjar pankreas (yang

menghasilkan enzim-enzim pencernaan) pada bayi baru lahir belum bekerja dengan

sempurna. Akibatnya bayi baru lahir tidak dapat mencerna karbohidrat dari sumber

lain seperti nasi. Di dalam jonjot-jonjot usus, terdapat enzim yang berfungsi memecah

laktosa. Laktosa yang diminum bayi akan dipecah menjadi jenis gula yang lebih kecil

molekulnya, yaitu glukosa dan galaktosa. Kedua gula inilah yang diserap usus masuk

ke pembuluh darah dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan

sebagai bahan bakar. Enzim laktase dalam usus bayi sudah terbentuk sejak janin.

Kadar maksimal akan tercapai pada usia janin 6-7 bulan sampai bayi lahir. Bayi-bayi

prematur atau bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, biasanya

memiliki enzim laktase lebih kecil. Berkurangnya kadar enzim laktase di dalam jonjot-

jonjot usus akan mengganggu kesehatan bayi. Pada penyakit diare misalnya, karena

serangan kuman terjadilah kerusakan jonjot-jonjot. Kerusakan ini akan mengakibatkan

jonjot-jonjot usus berkurang. Dan dengan sendirinya kadar enzim laktasepun akan

berkurang. Laktase adalah enzim yang dibutuhkan untuk mencerna laktosa. Intoleransi

laktosa terjadi ketika seseorang tidak memproduksi enzim ini atau produksinya tidak

cukup, sehingga tidak mampu mencerna laktosa. Jika laktosa tidak dicerna dan

dipecah, maka laktosa tidak bisa diserap oleh tubuh. bila hal ini terjadi, laktosa akan

terus masuk ke saluran pencernaan hingga mencapai usus besar. Disini bakteri akan

memecah laktosa dan membuat asam serta gas. Penambahan bakteri yang berlipat

gandapun akan membahayakan usus yang telah rusak tadi. Sehingga menyebabkan

diare yang berkepanjangan dan akan terjadi gangguan pencernaan dan penyerapan

makanan. Pada hal ini feses bisa menjadi berwarna hijau, berbusa dan bersifat asam.

23

Page 24: SEPTIA-Jenis Susu Formula

Pada akhirnya keadaan ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Laktosa

berfungsi dalam penyerapan mineral kalsium yang sangat dibutuhkan bayi untuk

pertumbuhan tulangnya. Sebagian ahli juga berpendapat bahwa laktosa juga berguna

dalam pembentukan sarung serabut saraf. Akibat ketidakmampuan tubuh menerima

laktosa, maka pelru diberikan pada keadaan ini susu khusus, baik itu susu rendah

laktosa ataupun susu yang bebas laktosa.1,2,5

Risiko Kesehatan yang Berhubungan dengan Susu Formula

Ada dua risiko yang sering dijumpai pada penggunaan susu formula yakni pencampuran

yang tidak tepat dan kontaminasi formula oleh bakteri. Tidak tepatnya pelarutan susu formula

dapat diakibatkan karena keteledoran, masalah bahasa, dan buta huruf. Kadang-kadang terjadi

kelebihan penambahan air yang dapat menimbulkan dehidrasi dan masalah ginjal. Oleh sebab

itu salah satu persyaratan susu formula bayi adalah mengenai pelabelan yang menggunakan

bahasa setempat sehingga dapat dimengerti oleh ibu.

Susu formula memang merupakan produk yang tidak steril. Kontaminasi susu formula

telah menimbulkan kekuatiran di kalangan masyarakat. Produsen formula mengatakan bahwa

pengontrolan kualitas dan produk mereka lebih ketat dibandingkan industri makanan lainnya.

Meskipun hal itu sudah diterapkan, dalam beberapa tahun ini ada beberapa kejadian penyakit

yang serius, terisolasi beberapa diantaranya mengakibatkan kematian (khususnya pada bayi

prematur atau anak dengan gangguan sistem imun) yang disebabkan oleh bakteri Cronobacter

sakazakii dulu dikenal sebagai Enterobacter sakazakii yang berasal dari bubuk susu formula.

Kontaminasi lain dapat disebabkan oleh kuman Salmonella.

Untuk meminimalkan resiko kontaminasi ini pada tahun 2005 The World Health

Assembly (WHA), meminta WHO untuk membuat petunjuk mengenai pencampuran,

penyimpanan dan penanganan susu yang aman. Petunjuk ini dibuat pada bulan April 2007.

Petunjuk ini didasarkan pada penilaian resiko secara luas yang dilakukan untuk menentukan

cara terbaik untuk mengontrol resiko kontaminasi E. Sakazakii dalam susu formula.1

Cara Mempersiapkan Susu Formula

24

Page 25: SEPTIA-Jenis Susu Formula

1. Langkah 1

Bersihkan dan desinfeksi alas/meja yang akan digunakan untuk menyiapkan susu

formula.

2. Langkah 2

Cuci tangan dengan air dan sabun dan keringkan dengan handuk sekali pakai

(disposable).

3. Langkah 3

Masak air sampai mendidih dan keluar gelembung udara. Bila menggunakan ketle

otomatis, tunggu sampai ketle mati sendiri.

4. Langkah 4

Baca instruksi pada kaleng/kotak susu, berapa jumlah air dan susu yang diperlukan.

Terlalu banyak atau sedikit akan menyebabkan bayi sakit.

5. Langkah 5

Tuangkan air mendidih secara hati-hati ke dalam botol susu yang sudah disterilkan. Susu

tidak boleh < 70OC, jadi jangan diamkan air lebih dari 30 menit setelah mendidih.

6. Langkah 6

Tuangkan susu bubuk dalam jumlah yang tepat ke dalam botol.

7. Langkah 7

Kocok atau putar pelan-pelan botol tersebut sehingga susu tercampur merata dalam

bentuk larutan.

8. Langkah 8

Segera dinginkan susu cair di bawah air mengalir atau mangkok berisi air dingin.

Pastikan tinggi air tidak melebihi bibir botol.

9. Langkah 9

Keringkan botol dengan kain bersih atau disposable.

10. Langkah 10

Teteskan susu ke tangan, pastikan susu tidak terlalu panas. Apabila terlalu panas,

dinginkan kembali.

11. Langkah 11

Minumkan susu kepada bayi.

12. Langkah 12

Buang sisa susu yang tidak diminum dalam waktu 2 jam.1

Daftar Pustaka

25

Page 26: SEPTIA-Jenis Susu Formula

1. Sjarif D.R, Lestari E.D, Mexitalia M, Nasar S.S. Buku ajar nutrisi pediatrik dan

penyakit metabolik. Jilid 1. Cetakan kedua. Jakarta: Badan Penerbit IK=katan Dokter

Anak Indonesia, 2014. Hal: 102-120.

2. Acceptable medical reasons for use of breast-milk substitutes. Edisi 2013. Diunduh

dari

:http://www.who.int/maternal_child_adolescent/document/WHO_FCH_CAH_09.01/

en. 20 Mei 2015

3. Panduan memilih susu formula untuk bayi. Edisi 2013. Diunduh dari:

www.medkes.com. 31 Mei 2015.

4. Breast feeding. Edisi 2015. Diunduh dari:

http://www.northeastern.edu/breastfeedingcme/module_2_3.html. 1 Juni 2015.

5. Children’s Allergyc Clinic. Edisi 2009. Diunduh dari:

http://www.childrenallergiclinic.com/. 29 Mei 2015.

26