setangkai cinta tak termiliki

93
Setangkai Cinta Tak Termiliki Di bawah Rintik Hujan Matahari begitu semangat membentangkan sayapnya di atas puncak Gunung Pangrango, kilauan sinarnya yang hangat mulai menyisir setiap sudut pegunungan indah itu. Burung-burung mulai bersenandung kidung puji-pujian. Langit mulai menunjukkan keperkasaan usai malam menyembunyikannya dengan kegelapan. Evan masih mendekap Raisa yang tertidur pulas dipelukannya. Tak sedetikpun dia melepaskan gadis yang terkulai lemah, menanti Sang Malaikat menjemputnya. Sel-sel darah putih dalam tubuhnya mulai mengganas, menyerang semua seisi tubuh, jiwanya, dan harapannya. Raisa tampak pucat sekali setelah seharian kemarin dia berusaha untuk mendaki gunung itu sebagai permintaan terakhirnya pada Evan. Udara dingin menusuk kulitnya hingga tubuhnya menggigil. Evan dan teman-teman lainnya berusaha untuk menyemangatinya agar bisa bertahan. Entah apa yang ada dipikiran gadis bermata coklat itu, di penghujung hidupnya dia ingin sekali melakukan pendakian bersama orang yang penting di hidupnya. Selama pendakian dia berada dalam gendongan Evan, meski tak harus sampai ke puncak gunung setidaknya dia ingin bersama melakukan pendakian itu. Dengan penuh kesabaran Evan menuntun Raisa yang keadaanya mulai melemah. Hari ini mereka akan turun gunung dan akan secepatnya membawa Raisa ke rumah sakit. Di raihnya tubuh Raisa, dan kemudian Evan menggendongnya seperti menggendong anak kecil. Dua buah jaket membalut tubuh pucat yang lemas itu. Raisa menyandarkan wajahnya di pundak Evan. 1

Upload: kotok31

Post on 28-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

sajak

TRANSCRIPT

Page 1: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Di bawah Rintik Hujan

Matahari begitu semangat membentangkan sayapnya di atas puncak Gunung

Pangrango, kilauan sinarnya yang hangat mulai menyisir setiap sudut pegunungan indah itu.

Burung-burung mulai bersenandung kidung puji-pujian. Langit mulai menunjukkan

keperkasaan usai malam menyembunyikannya dengan kegelapan. Evan masih mendekap

Raisa yang tertidur pulas dipelukannya. Tak sedetikpun dia melepaskan gadis yang terkulai

lemah, menanti Sang Malaikat menjemputnya. Sel-sel darah putih dalam tubuhnya mulai

mengganas, menyerang semua seisi tubuh, jiwanya, dan harapannya. Raisa tampak pucat

sekali setelah seharian kemarin dia berusaha untuk mendaki gunung itu sebagai permintaan

terakhirnya pada Evan. Udara dingin menusuk kulitnya hingga tubuhnya menggigil. Evan

dan teman-teman lainnya berusaha untuk menyemangatinya agar bisa bertahan. Entah apa

yang ada dipikiran gadis bermata coklat itu, di penghujung hidupnya dia ingin sekali

melakukan pendakian bersama orang yang penting di hidupnya. Selama pendakian dia berada

dalam gendongan Evan, meski tak harus sampai ke puncak gunung setidaknya dia ingin

bersama melakukan pendakian itu. Dengan penuh kesabaran Evan menuntun Raisa yang

keadaanya mulai melemah. Hari ini mereka akan turun gunung dan akan secepatnya

membawa Raisa ke rumah sakit. Di raihnya tubuh Raisa, dan kemudian Evan

menggendongnya seperti menggendong anak kecil. Dua buah jaket membalut tubuh pucat

yang lemas itu. Raisa menyandarkan wajahnya di pundak Evan. Sementara teman-teman

lainnya mengiringi mereka dari arah depan dan belakang.

“kakak, makasih ya maap aku sudah merepotkanmu.”ujar Raisa dengan lemas

“iyah.”jawab Evan sedih

“kak..kalau nanti Raisa pergi, kakak lupain Raisa ya biar gak bikin kakak susah lagi.”katanya

lirih

“kamu pasti sembuh kok Sa.”jawab Evan menguatkan

“Raisa berdoa terus semoga di kehidupan yang akan datang Raisa milikin kak Evan.”katanya

“aamiin.”jawab Evan, dan tanpa terasa air matanya mulai menetes.

“kak Vina beruntung yah bisa milikin kakak, gak kaya Raisa hanya bisa menyusahkan.”ucap

Raisa sambil menangis

“hm.”jawab Evan singkat

1

Page 2: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“maaf ya dulu aku sering nyakitin kakak, gak bisa ngertiin perasaan kakak, Raisa juga salah

udah nyalahin kakak atas semua ini. “

Evan hanya terdiam membisu, dia sudah tak sanggup lagi untuk menjawab semua pertanyaan

gadis itu. Hatinya sakit bak teriris sembilu. Mereka berdua memang punya masa lalu yang

sama, sama-sama tak bisa saling memiliki. Mereka saling mencintai namun tak mampu untuk

mengungkapkan. Bagi Raisa Evan adalah segalanya, laki-laki pertama yang mampu

menciptakan gempa dalam hatinya.

**

17 Agustus 2007, masih ingat dengan jelas perkenalan pertamanya dengan Evan

Afandi. Seorang lelaki yang kemudian akan selalu menjadi bagian dari hatinya. Sejak

perkenalan lewat sms itu hubungan mereka menjadi dekat. Raisa seperti memiliki seorang

kakak laki-laki. Sosok Evan yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah, tempat ia

menyandarkan segala cerita hari-harinya. Evan adalah sosok yang bisa mendamaikan. Dia

seorang pendengar dan penasihat yang baik. Maklumlah waktu itu Raisa masih berumur 18

tahun, masa transisi yang teramat riskan dan Evan berumur 23 tahun. Raisa adalah seorang

gadis yang biasa saja tak ada yang spesial dalam dirinya. Dia tidak cantik, dia tidak kaya, dia

seperti gadis biasanya. Tapi ada satu hal yang membuat dia bisa berbeda dari gadis yang lain,

dia seorang supel yang tomboy, selalu ceria tapi berhati melankolis.

Hari demi hari, bulan demi bulanpun berganti, kedekatan mereka semakin akrab.

Raisa merasa nyaman dengan Evan, Evan begitu sempurna di matanya. Hingga tiba saat itu,

saat hujan gerimis mengguyur kota Bandung sejak tadi siang. Raisa masih berkumpul dengan

sahabat-sahabat karibnya setelah ujian akhir berakhir baru kali ini mereka kembali bertemu di

sekolah yang menjalin persaudaraan di antara mereka. Raisa memiliki empat sahabat terbaik

yang selalu setia mendengar cerita-ceritanya, tulisan-tulisan puisi cintanya, dan tentunya laki-

laki yang selama ini menjadi obsesinya, Indra Firmansyah. Mereka tak pernah bosan

mendengar semua celotehan Raisa tentang Indra walaupun mereka tahu Indra tak akan pernah

Raisa miliki, tapi setidaknya mereka kagum atas kebesaran hati Raisa menjadi seorang

pengagum rahasia.

Beeeeppp...

Ponsel Raisa berdering, ada pesan masuk, ternyata Evan memberi kabar kelanjutan

pertemuan dengannya.

“hujan” pesan yang dikirim Evan padanya, itu seperti sebuah sinyal kalau pertemuan itu

sepertinya akan batal. Raisa mengerti apa yang harus dia lakukan, lagi pula kalaupun batal ia

2

Page 3: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

tak akan kecewa toh dia tidak sia-sia datang ke sekolah, karena bertemu dengan 4 sahabat

karibnya Anna, Dewi, Anggi, dan Tiara.

“kalau kakak mau batalin gak apa-apa kok, mungkin lain waktu kita bisa bertemu lagi n_n. ”

Balas Raisa

“kakak usahain datang, tapi telat kayanya gak apa-apa kan kalau Raisa nunggu?” balas

Evan

“dah gak apa-apa kok kak, ga usah maksain,lain waktu aja kasian kakak kalau harus ujan-

ujanan.”

“kamu tunggu kakak aja!”balasnya

Itu pesan terakhir yang dikirim Evan, tak ada pesan lagi, itu artinya pertemuan itu

akan tetap terjadi walau hujan mulai deras tapi itu tak akan jadi penghalang pertemuan kami.

Sambil menunggu Evan Raisa kembali melanjutkan cerita dengan teman-temannya yang

sejak tadi pagi tak lelah menceritakan pengalaman barunya usai lulus SMA. Dari empat orang

temannya itu Anna adalah sahabat yang paling Raisa percaya, apapun yang terjadi padanya

Anna lah orang yang pertama dia beri tahu. Gadis manis berlesung pipit dengan tubuh

mungil, berkaca mata, kulitnya agak sedikit hitam, tapi Anna benar-benar gadis yang manis.

Tak heran jika banyak laki-laki yang suka padanya. Anna tahu semua isi hatinya, semua

tentang puisinya untuk Indra, semua tentang kedekatannya dengan Evan, semua yang terjadi

kepadanya kini, semuanya Anna tahu. Anna bak buku diary bagi Raisa, semua hal yang dia

alami tertumpah dalam semua telinga Anna, termasuk pertemuan yang akan dia hadapi jam 3

sore nanti. Raisa memang belum pernah pacaran semasa hidupnya. Pertama kali jatuh cinta

hanya kepada Indra Firmansyah, namun sayangnya itupun harus bertepuk sebelah tangan

karena Indra sudah punya pacar. Maka dari itu Raisa cukup bahagia walaupun dia harus

menjadi pengagum rahasianya, walaupun Indra tahu semuanya. Karena Raisa tahu dia tak

akan pernah memilki Indra, dia asyik dengan dunia tulisannya, setidaknya dia bisa

menuliskan apa yang dia mau, tentang Indra, karena dalam dunia tulisan dia bisa memiliki

Indra yang dia mau.

“Kakak udah di depan gerbang sekolah, gak mau masuk malu jadi kamu yang harus

keluar.” Pesan dari Evan.

Evan mungkin malu untukk masuk ke sekolah, sudah pasti para guru, staf, penjaga

sekolah mengenalinya. Karena dia sudah merelakan tubuhnya di makan hujan, akhirnya

Raisa yang sekarang berkorban untuk meninggalkan teman-temannya, dan menerobos hujan,

untuk menemui sosok Evan yang selama ini diam-diam dia mengaguminya.

“Sorry banget nih teman, aku gak bisa lanjutin obrolnnya.”kataku

3

Page 4: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“Lho, kenapa Sa? Ada janji yah?”tanya Dewi

“Iyah, aku ada janji kakakku mau nganter nyari kado buat ceweknya?” jawabku

berbohong.

Anna hanya tersenyum kecil menatapku, senyumnya itu seperti sebuah isyarat bahwa

dia menyemangatiku. Dengan pelukan, Raisa mengakhiri reuni kecil mereka. Raisa langsung

keluar dari kantin sekolah berjalan menerobos rintik hujan yang akan menemaninya bertemu

dengan Evan. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya, dengan sedkit berlari dia

berjalan melewati gerbang pertama sekolahnya menuju Evan yang tengah mennunggunya. Ini

dalah kopi darat yang ketiga bagi Raisa, setelah dua kali sebelumnya dia pernah mendapat

sms nyasar dan berujung pertemuan. Namun dua pertemuan sebelumnya tidak ada yang

istimewa bagi Raisa, dan entah kenapa untuk pertemuan kali ini cukup membuat jantungnya

berdegup dengan kencang. Entah apa yang membuat pertemuan ini begitu sangat

diharapkannya, mungkinkah karena dia benar-benar telah jatuh hati terhadap Evan, tapi

bagaimana bisa melihat wajahnya pun tidak pernah, bagaimana mungkin bisa jatuh cinta.

Untuk mengagumi Indra saja, harus melewati pertemuan yang akan selalu dikenangnya.

Pertemuan dengan Indra terjadi saat Raisa asyik mengobrol dengan Dewi dalam perjalanan

menuju kelas. Dia begitu semangat bercerita hingga tak memperhatikan jalan, dan hasilnya

dia menabruk Indra yang kebetulan datang dari arah berlawanan. Meski tak sampai jatuh

terperosok, tapi kejadian itu cukup menjadi bahan ledekan para siswa di sekitar TKP, dan

yang paling penting adalah Raisa menabrak sang Pangeran yang hingga kini selalu

dikaguminya.

Hujan mulai berbaik hati, tiba di depan gerbang sekolah dia berhenti seolah-olah

memberikan ijin untuk pertemuan yang akan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan

seumur hidup Raisa. Sesampainya di depan gerbang, tak tampak seorang asing di sana,ada

beberapa orang teman seangkatanku yang sedang menunggu bis untuk pulang usai

menghadiri acara di sekolah tadi.. Raisa mengeluarkan handphonenya, dan mengirim pesan

untuk Evan.

4

To : Evan

Kakak dmn?

Page 5: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“Raisa....” sapa Sekar

“hai Kar, belum pulang?”tanyaku

“dari tadi bisnya penuh, makanya aku masih di sini, mau pulang Sa?”

“iyah, nunggu kakak aku kata mau jemput.”

“Kar, maap nih,aku duluan yah, kakakku udah datang.”kataku pamit

“iyah, hati-hati yah Sa. See you later” balas sekar

Dengan sebuah pelukan akupun pamit pada Sekar. Mobil dan motor masih berlalu

lalang di depanku, mencoba merintangiku untuk bertemu sosok misterius yang mampu

menggetarkan hatiku. Sempat terlintas ketakutan dalam benakku. Apakah Evan benar kakak

kelasku? Atau ini hanya sebuah rekayasa penculikan? Semua pertanyaan negatif berkecamuk

dalam benakku. Menerka-nerka apa sebenarnya yang akan terjadi setelah aku bertemu dengan

lelaki itu. Lelaki yang hanya ku kenal lewat handphone, tapi bagaimanaa mungkin dia

penculik bukannya aku tahu no HP nya dari teman sekelasnya dulu. Rintik hujan mulai turun

lagi hingga aku sampai di sebrang jalan itu. Ada perasaan ragu apakah harus ku teruskan,

atau aku menstop angkot dan kabur saja. Tapi jantungku terus berdetak kencang seperti alat

pelacak yang berhasil menemukan frekuensi gelombang buruannya. Aku berjalan

menghampiri sosok lelaki bertubuh tinggi, kekar, memakai jaket hitam, dan bertopi coklat.

Oh Tuhan sepertinya gempa sedang mengguncang hatiku, tapi aku tak pernah tahu

sebenarnya apa yang akan terjadi jika aku benar-benar jatuh hati. Pikiranku terus melayang

jauh apa reaksi Evan jika tahu akulah Raisa yang selama ini menjadi teman hari-harinya,

5

Evan: Kamu udah di depan? Yang mana?

Raisa : aku pake baju warna orange kak, kakak dimana?

Evan: oh ya, aku lihat kamu kok?

Raisa: dimana emang?

Evan: aku disebrang jalan, arah pukul satu dari tempat kamu berdiri, pke topi coklat, jaket hitam. Kamu yang ke sini ya,malu...hehehe

Raisa : oh ya, aku lihat. Ya sudah aku ke situ

Page 6: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

yang aku sadari aku banyak kekurangannya mungkin itulah alasan kenapa Indra tak bisa

memilihku.

Tampaknya lelaki itu larut dalam buku Habiburrahman El Shirazy yang sedang

dibacanya, sehingga dia tak sadar Raisa berjalan menghampiri dan memperhatikanya.

Sejenak langkah Raisa terhenti dan memperhatikan dengan seksama mahluk yang sekarang

ada di depannya. Laki-laki yang bertubuh kekar dengan kulit sawo matang yang nampak

tenggelam dalam rangkaian pena sang penulis ternama itu, apakah benar Evan Afandi?

“maa..aapp..Kak Evan ya? tanyaku terbata

“Raisa ya.” Jawabnya sambil mengulurkan tanganya padaku.

“iyah” balasku sambil menyambut tangannya.

Darahku sepertinya mengalir dengan derasnya, pembuluh ini rasanya sudah berubah

ukuran diameternya sebesar diameter pipa air, deras terasa mengalir hingga memicu

jantungku berdetak lebih kencang, mungkin saja bisa jebol seperti bendungan air di hantam

banjir bandang. Kehangatan senyumnya, genggaman tanganya, seolah memberi kendali pada

semua darahku untuk bisa menjebol benteng hatiku hingga aku harus benar-benar merasakan

jatuh cinta. Padahal dengan Indra dulu tak terjadi apa-apa dalam hatiku. Aku masih tertegun

melihat Evan. Tirus wajahnya mengguratkan bahwa dia seorang yang dewasa persis seperti

apa yang aku bayangkan sewaktu aku belum bertemu dengannya, rambutnya ikal

bergelombang, tapi sepertinya dia tipe orang yang susah ku tebak isi hatinya. Dia berbeda

dari Indra, kendatipun aku tahu Indra tak bisa aku miliki, aku tetap akan menjadi pengagum

rahasianya untuk bisa mendapatkan inspirasi dalam semua tulisanku. Dan sepertinya

posisinya akan tergesar dengan mahluk yang sekarang tepat berdiri di hadapanku. Mahluk

yang setidaknya tidak sedingin Indra, mahluk yang ramah padaku, mahluk yang mau

mendengarkan semua celotehanku, mahluk yang mampu menciptakan gempa dalam hatiku,

mahluk yang aku impikan dalam novelku, dan sekarang mahluk itu menjadi nyata, yah dia,

Evan Afandi.

“Hey, kok bengong Sa?”tanyanya membuyarkan lamunanku

“eeuuhh...gak apa-apa kok kak?”jawabku kikuk.

“jadi mau kemana, tapi shalat ashar dulu yah?”tanyanya

“iyah, mau shalat dimana?”tanyaku

“karena ujan nyari yang deket sini aja, tapi jangan balik ke sekolah yah..”katanya

sambil terkekeh.

“ya sudah mesjid BPN saja yuk, kak.” Jawabku

6

Page 7: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Akhirnya Raisa dan Evan pergi ke mesjid di area sebuah Gedung pemerintahan tak

jauh dari tempat mereka bertemu. Berjalan berdua di temani senandung rintik hujan seolah

memberi isyarat untuk suatu kedekatan yang tak akan pernah terlupakan seumur hidup Raisa.

Raisa masih berusaha untuk mengatur frekuensi detak jantungnya, dia mencoba untuk tidak

membayangkan hal-hal yang beurusan dengan hati. Raisa seharusnya belajar banyak untuk

tidak mudah jatuh hati, apalagi Evan adalah orang yang baru pertama kali dilihatnya. Tapi,

rasa canggung seperti orang pertama bertemu itu hilang, semuanya terasa akrab, tak ada

satupun yang berbeda dari Evan yang Raisa kenal di telepon, dewasa dan begitu

menenangkan.

“ada acara apa emang tadi?”tanya Evan

“Cuma pengambilan ijazah saja kak, sekalian ngumpul-ngumpul

seangkatan.”jawabku

Aku berharap ini hanya sebuah perasaan biasa, tak ada permainan hati dalam hal ini.

Evan terlalu sempurna untukku. Tapi aku merasakan sesuatu yang aneh, kami bukan seperti

orang yang pertama kali bertemu. Kami seperti orang yang pernah dekat, kemudian kami

berpisah, dan sekarang kami bertemu kembali. Aku seperti menemukan ketenangan dan

kedamaian saat aku menatap jernihnya mata itu. Senyuman bak bunga merekah yang selalu

Evan berikan tatkala ia berbicara padaku. Tangannya yang selalu mengacak-ngacak

rambutku, seolah aku ini seorang bocah yang manja. Aku tak pernah merasakan itu semua

dari Indra. Dan aku tak harus berburu kursi kantin tiap jam 10 untuk menangkap senyuman

yang berterbangan. Bahkan aku sempat berpikir mengapa Evan tak muncul dari dulu,

sehingga indahnya cinta pada pandangan pertama bisa aku jatuhkan padanya. Setidaknya

kendatipun aku harus merasakan cinta bertepuk sebelah tangan, aku masih bisa merasakan

kehangatan jalinan persahabatan, jalinan kedekatan seorang adik dan kakak. Evan Afandi

yang sekarang duduk disebelahku, bisakah aku memilikinya??

Pertemuan ini terasa indah bagiku, aku terasa seperti hidup kembali, setelah cinta

mematikan aku dengan sebilah pedangnya. Aku memang dianugerahi untuk mencintai tapi

Tuhan belum menyempurnakannya dengan memilki. Masih ingat kata-kata yang diucapkan

oleh Shahruk Khan di film Kuch-kuch Hota hai yang amat tekenal waku itu, “hidup ini hanya

sekali, jatuh cinta hanya sekali menikah juga sekali”. Untuk hidup aku memang percaya tak

akan ada reinkarnasi, untuk jatuh cinta, aku masih belum tahu jatuh cinta seperti apa yang

terjadi dalam sekali, bagaimana mungkin terjadi? Manusia tak hanya sekali saja jatuh cinta,

bisa dua, tiga, atau bahkan berkali-kali jatuh cinta. Jadi jatuh cinta seperti apa yang terjadi

hanya sekali?

7

Page 8: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Untuk menikah, otakku belum sampai untuk menalar tentang hal ini, ini terlalu sakral untuk

ku bayangkan, yang aku tahu hanyalah aku memang ingin menikah sekali dalam seumur

hidupku bersama orang yang kucintai dan mencintaiku. Ada sesuatu yang berbeda dalam diri

Evan, dia memang tak setampan Indra, tapi Evan yang memberi kehangatan untuk hati yang

telah lama membeku.

Gerimis masih belum berhenti hingga kami mengakhiri pertemuan yang menurutku

indah. Dan aku semakin yakin, inilah sebuah definisi jatuh cinta, saat dia memakaikan jaket

hitamnya ke tubuhku getaran itu semakin terasa di sekujur tubuhku. Dia ingin sekali

melindungiku dari serbuan rintik hujan yang akan membuat basah. Tapi aku takut untuk

menerjemahkan puzzle-puzle yang mulai tersusun dalam hatiku tentang makna mencintai.

**

Sentuhan Pertama

Ujian akhir telah terlewati dengan baik, gegap gempita mulai di rasakan angkatan

2003, lebih tepatnya angkatan kelas Indra, kakak kelas Raisa. Pada upacara bendera pagi ini,

Kepala sekolah memberikan pengumuman itu. Semua kakak kelas 3 bersuka cita menyambut

kelulusan itu, di ujung barisan anak kelas 2, tampak sebuah senyuman kecil tersimpul dalam

raut wajah Raisa. Dalam hatinya dia bersyukur jika semua siswa kelas 3 dinyatakan lulus

semua, itu artinya sekolahnya masih bisa mempertahankan prestasi yang baik di kota

Bandung. Tapi di sisi lain, itu pertanda perpisahan dengan orang yang dikaguminya selama

ini, lebih tepatnya dia akan kehilangan sosok Indra, yang selama ini menjadi inspirasi bagi

semua puisi-puisinya. Indra adalah bintang di sekolah itu, wajahnya memang tak terlalu

tampan, tapi dia memiliki senyum yang menawan. Bola matanya selalu memancarkan sinar

kharisma yang dimilikinya. Raisa memang aneh, sebenarnya apa yang dia harapkan dari

seorang Indra. Raisa tahu Indra tak akan memperdulikannya, kendatipun seribu puisi cinta ia

kirimkan setiap hari, ia tempel di mading sekolah dengan inisial nama yang dituju. Indra tak

pernah akan bisa membalas semuanya meskipun dengan senyuman khasnya yang membuat

Raisa selalu menunggunya di kantin tepat pukul 10.00.

Hap...blug.....blug...

“maap, tolong minggir ya, buru-buru nih.” Kataku melewati semua orang dengan setengah

berlari.

8

Page 9: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Jam menunjukkan pukul 09.55, itu artinya butuh waktu lima menit untuk aku duduk di kantin

belakang sekolah, kalau tidak hari ini aku tak akan mendapatkan senyuman itu. Aku berlari

untuk berburu kursi tempat aku duduk menantikan apa yang aku nantikan. Semoga saja

kantin belum ramai.”pikirku

Dengan nafas terengah-engah aku duduk pada posisi seperti biasanya, dan kulihat Indra

belum datang. Ini adalah jam di mana Indra selalu berdiskusi bersama teman-teman

ekskulnya, membicarakan semua agenda kegiatan yang akan dilakukan, kebetulan ini adalah

jam istirahat pertama bagi semua siswa, jadi aku harus berburu cepat untuk berburu kursi

yang strategis agar aku bisa mendapatkan apa yang aku mau. Seperti biasanya, dia datang

bersama tiga orang teman lelakinya dan 4 orang teman wanita, semuanya anak angkatan

2003. Indra tepat duduk mengarah ke arah mejaku yang terhalang lima meja, kita duduk

saling berhadapan.

“gatcha...!!!” aku bersorak dalam hati

Beberapa kali aku melihat senyum yang merekah itu, senyum sang ketua OSIS yang begitu

ramah pada semua orang, tapi tidak akan menjadi senyum yang istimewa khusus buatku.

Hanya segelintir orang yang tahu bahwa aku adalah pemuja rahasianya, tapi mungkin teman-

teman dekatnya tahu akulah orang yang selalu memuat puisi cinta untuknya di mading

sekolah. Indra memang tidak terlalu tampan, tapi bagiku dia mempunyai kharisma yang kuat

seperti vokali band Peter Pan. Perawakannya tinggi semampai, mungkin karena dia ketua

club basket disekolah. Wajahnya putih memancarkan rona keemasan, lesung pipinya menjadi

daya tarik tersendiri sebagai pemanis dalam setiap rekahan senyuman. Matanya selalu

berbinar, jernih, bak intan yang memantulkan cahaya. Siluet wajahnya memancarkan garis

ketegasan, keramahan, dan kharisma yang begitu kuat. Wajar saja jika dia terpilih menjadi

ketua OSIS dan banyak disanjung oleh semua perempuan di sekolah ini. Aku mungkin hanya

segelintir kerikil kecil yang bisa menghancurkan harinya. Pernah aku berbicara berhadapan

dengannya, tapi binar matanya itu telah melemahkanku sehingga aku harus tertunduk dan

mengontrol setiap detak jantungku agar berjalan normal. “alamak dia benar-benar sempurna,

wajar saja banyak wannita yang menyukainya.” Itupun tak pernah bertahan lama, hanya

beberapa menit saja kemudian aku tertunduk dan bergegas pergi meninggalkannya.

Hari ini aku hanya mengantongi sembilan senyumannya, biar ku simpan dalam memori otak

kananku sehingga akan terlahir untai-untaian nada indah untuk menemani penaku menari.

Entah sudah berapa buku yang ku habiskan untuk membuat puisi cinta untuknya, tapi tak ada

satupun yang bisa meluluh lantahkan hatinya, mungkin karena aku tak secantik kekasihnya.

“hari ini dapat berapa Sa?”tanya Anna

9

Page 10: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“hehehe....cuma sembilan An.”jawabku senang

“ada yah orang gila kaya kamu Sa, tiap hari kerjanya nangkepin senyuman

orang...hahahaha.”ledek Anna

“ini bukan senyuman sembarangan An, tapi ini sangat berarti buat pena dan buku

aku.”jawabku

“lah aku saja Sa, senyumku juga manis, kaya gak ada inspirasi lain aja.”sindir Anna.

“nanti An, belum saatnya aku mengganti dia sebagai tokoh utama...suatu saat An, suatu saat

mungkin itu akan terjadi, dan Indra takkan pernah berarti lagi.”aku meyakinkan Anna,

pikiranku menerawang jauh berharap ssat itu akan segera tiba

“jadi sebenarnya perasaan kamu itu gimana sih?” Anna mulai skeptis

“rahasia dooonnggg...yang jelas aku hanya mengagumi bukan mencintai, Indra tak mampu

menciptakan gempa dalam hatiku, seandainya Rian bisa membuat gempa dalam hatiku, akan

ku rebut dia dari kamu An.”aku mulai baik meledek Anna.

“kalau itu terjadi, aku akan menjadi musuhmu.”tukas Anna ketus.

Kami tertawa bersama, tak ada yang mampu kusembunyikan dari sahabat baikku ini. Anna

sangat berharga untukku lebih dari seorang kakak bagiku, dia bisa menjadi teman, kakak,

bahkan bisa menjadi sosok ibu untukku. Aku memang mengagumi tapi bukan mencintai,

nyatanya memang tak pernah terjadi gempa yang mampu mengguncangkan hatiku saat aku

berhadapan dengan Indra. Hanya sebuah obsesi karena aku ingin menciptakan sosok dalam

novelku. Maka dari itu aku tak pernah peduli apakah Indra memperhatikan aku atau tidak,

aku hanya ingin sebuah sensasi yang mendorong otak kananku untuk berimajinasi dengan

orang populer di sekolah ini. Meski aku harus beradu mulut dengan teman-temannya, bahkan

mungkin akan dipandang sinis oleh kekasihnya, aku...tak pernah mau peduli. Hati dan cinta

ini memang bukan untuknya. Dan suatu saat.....aku pasti menemukan orang yang mampu

menciptakan gempa dihatiku.

**

Tinggal beberapa hari lagi siswa kelas 3 akan diwisuda, pesta perpisahan akan segera

digelar. Raisa ikut andil menjadi panitia perpisahan itu. Terlintas dalam benaknya untuk

mengadakan “pesta kecil” merayakan hari terakhir bersama orang yang dikaguminya. Dia

akan membawakan sebuah lagu di atas panggung perpisahan itu. Rencana ini sudah jauh-jauh

hari dia persiapkan, dia mulai sering berlatih bernyanyi sambil bermain gitar, satu puisi pun

sudah dia persiapakan untuk merayakan pesta perpisahan itu. Entahlah apa yang merasuki

pikirannya hingga dia nekat untuk melakukan hal itu.

10

Page 11: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Hingga tiba saat pesta perpisahan itu, semua siswa asyik berpesta mendengarkan nyanyian-

nyanyian dari band-band amatir perwakilan kelas masing-masing. Ada yang berjingkrak-

jingkrak, ada yang hanya duduk saja sambil melambaikan tangan ikut bernyanyi. Sementara

mereka yang punya hajat duduk di kursi yang sudah dipisahkan oleh panitia, para wisudawan

dan wisudawati benar-benar diperlakukan seperti raja dan ratu. Semua makanan dan

minuman tersedia di sekitar mereka, ada beberapa toko studio foto amatiran mulai ikut andil

meramaikan suasana riuh pesta ini. Raisa masih duduk terdiam bersama gitarnya di ruang

panitia. Dia memandangi gitarnya, seolah ingin mundur dan melarikan diri dari hal yang akan

membuatnya terlihat konyol di depan Indra nanti.

“Kamu baik-baik saja kan Sa?” tanya Tiara

“Iyah..kenapa?”aku balik bertanya

“keliatannya kamu gugup banget Sa, kalau setidaknya kamu gak siap mendingan di batalin

aja ya.”jawab Tiara menenangkan

“Tenang aja kawan, kapan lagi aku berbuat hal konyol lagi setelah kejadian 2 minggu lalu

kita membuat onar di Lab kimia.”candaku

“terserah kau sajalah Sa, toh yang malu nanti kamu kan...hahahaha..”Dewi menimpali.

“semua akan baik-baik saja anggap saja aku sedang menguji adrenalin.”jawabku dalam

hati.

Dan akhirnya tiba saatnya Raisa harus menunjukan kemampuannya di atas panggung.

Dengan langkah gontai dan penuh keraguan dia berjalan menaiki anak tangga satu persatu.

Dug..dug...dug...

Detak jantungnya semakin berdegup kencang, tubuhnya gemetar melihat ribuan pasang mata

tertuju ke arahnya. Dengan berjalan perlahan dia menarik kursi yang ada di panggung untuk

dia duduki, membenahi posisi gitarnya dan menarik mikrophone ke dekat mulutnya. Ini

memang bukan pertama kalinya ia tampil di depan umum. Acara wisuda tahun kemarin dia

sempat menampilkan sebuah lagu rock, namun terjadi insiden kecil di atas panggung, saat dia

mulai berjingkrak, kakinya terlilit kabel, alhasil mikrophonenya terjatuh dan membuat

kegaduhan. Gelak tawapun tak terelakan lagi, malu memang tapi bukan Raisa jika dia tak

bisa mengembalikan keadaan seperti semula.

Test...

“Okay, saya Raisa dari kelas 2 kimia 3, lagu yang saya bawakan dari Radiohead “Creep”,buat

seseorang yang membuatku selalu mengaguminya, selamat jalan dan sampai bertemu di batas

waktu.

11

Page 12: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Tanpa ragu Raisa mulai memainkan gitarnya, dengan suara yang lantang dia menyanyikan

lagu favoritnya. Lagu yang selalu menjadi inspirasinya sebagai pengagum rahasia, yang tak

pernah bisa memiliki pujaan hatinya.

Usai lagu itu dinyanyikan, Raisa mulai mengubah nada gitarnya dalam sebuah petikkan. Dia

begitu menjiwai setiap petikkan dari dawai-dawai gitarnya. Petikan dawai itu mengiringi

puisinya untuk orang yang dikaguminya.

Teruntuk Jiwaku.....

Tolong sampaikan salamku pada musim semi yang meremajakan bumi...

Pada musim panas yang meronakan kemegahan matahari...

Pada musim gugur yang menghadiahkan buah dari kerja keras..

Dan pada musim dingin yang mengembalikan kedahsyatan alam melalui badainya...

Terima kasih untuk kedamaian yang telah kau persembahkan untuk ketentraman hatiku...

12

When you were here before...

Couldn’t look you in the eye...

You’re just like an angel.....

You’re skin makes me cry....

You’re float like a feather, ina beautiful world

I wish a was special....

You’re so fuckin’ special

But I’m a creep..

I’m a wierdo...

What the hell am I doing here?

I don’t belong here

Page 13: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Kendati senantiasa dikangkangi kepahitan...

Untuk setiap senyum yang selalu melumpuhkan hatiku..

Dengan ketajam belati yang terselip disudut bibirmu duhai Sang Indraaaaaaaaa......

Dan dengarlah duhai sang penabur cinta...

Aku menggunakan hatiku ini hanya untuk menyembunyikan pedang tajam...

Tentang memori-memori masa depanku dalam hal cinta..

Yang akan mebahagiakanku sekaligus melukaiku diriku sendiri..

Karena ketidaktahuanku tentang anak-anak panah tajam beracun yang terselip dalam setiap

helai sayapnya....

Cakrawala tak bisa sembunyikan jingga dari sore...

Begitupun kepecundanganku tak bisa memalingkan diriku dari setiap senyumanmu..

Meski aku hanya mampu menatapmu..

Tapi namamu akan selalu bersemi di ladang hati....

Lewat lagu dan syair itu Raisa seolah ingin menyampaikan semua perasaannya,

meskipun dia tak pernah mengerti apakah itu cinta atau hanya sekedar rasa kagum. Dia tak

menyangka bahwa tak ada seorang pun yang meledeknya, semuanya bertepuk tangan atas

apresiasinya di atas panggung tadi. Tanpa dia sadari, usai dia bernyanyi dan

mendeklamasikan puisinya, Indra sudah ada di bawah panggung. Sontak saja dia kaget, kikuk

sendiri dibuatnya.

“oh Tuhan, apa yang dia lakukan di sini, mengapa dia berdiri di sini?”gerutuku dalam hati.

Dengan rasa gugup Raisa memboyong gitarnya menuruni anak tangga satu persatu, seolah-

olah tak menganggap Indra yang sedang berdiri di situ. Indra mulai melemparkan senyum

padanya, dan mencegah Raisa yang berusaha menghindarinya. Kemudian Indra menarik

pergelangan tangan Raisa. Ini adalah kali pertama Raisa menyentuh tangan sang Indra, dalam

2 tahun sejak dia memproklamirkan sebagai secret admirer bagi Indra. Jangankan untuk

menyentuh tangannya, menatap atau sekedar mengobrol lama-lama saja tidak pernah. Bahkan

pernah beberapa kali Raisa satu bis dengan Indra, tapi tak pernah ada sepatah katapun terucap

dari bibir keduanya, padahal hanya untuk sekedar saling menyapa saja tak pernah

dilakukannya. Begitu dia berdiri di dekatnya memang tak terjadi gempa dahsyat dalam

hatinya, tapi entahlah rasa apa yang dialaminya. Raisa menyadari kekagumannya hanya

sebatas untuk memuji bukan untuk memiliki, karena dia begitu menyadari dia tak pernah

menjadi yang teristimewa meskipun dia berharap menjadi yang paling istimewa. Tuhan

memang penuh misteri, Raisa dikaruniai segudang bakat menulis puisi cinta, tapi tak disertai

13

Page 14: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

dengan Arjuna dalam wujud nyata. Dia tak lebih dari seorang Roman Picisan belaka. Bahkan

bisa dibilang kisahnya seperti sang Maestro Kahlil Gibran idolanya, hanya bisa mengagumi

tanpa bisa memiliki. “Apakah memang harus begitu Sa?”

Indra menarik tangan Raisa dengan halus, dia mengajak Raisa ke tempat sepi, di taman

belakang dekat laboratorium fisika. Dengan berjalan terpapah-papah Raisa mengikuti

kemauan Indra, tak peduli beratnya gitar yang masih menempel di tangannya.

“Hei, mau kemana ini?”tanyaku sedikit memberontak

Namun Indra hanya melemparkan senyum dan tetap fokus pada tujuannya membawa Raisa

ke taman belakang. Hingga akhirnya mereka tiba di taman itu, dan Indra mulai melepaskan

genggaman tangannya dari pergelangan tangan Raisa.

“hei, maksud kamu apa?”tanya Raisa sambil membenarkan posisi gitarnya

“kamu memang berbakat Sa, selamat ya.”kata Indra sambil tersenyum menyodorkan

tangannya untuk berjabat tangan.

“eeehhhh....iyah, makasih Kak.”balasku dengan sedikit gemetar.

“oh ya, ini ada sesuatu buat kamu.” Kata Indra seraya memberikan sebuah kado kepada

Raisa.

“hhhmmm...apa ini?”tanyaku

“terima kasih ya.”balas Indra

“untuk?”tanyaku skeptis

Indra hanya melemparkan senyum, dan pergi meninggalkan Raisa tanpa sepatah katapun.

Raisa memandangi kado itu, dan mulai berpikir apa maksud dari semua ini, dan tanpa dia

sadari Indra berjalan meninggalkannya. dia belum mengucapkan terima kasih untuk kadonya

dan ucapan selamat atas kelulusannya.

“Hai,tunggu aku belum bilang apa-apa!”aku sedikit berteriak

Indra berpaling dan menatap Raisa, seperti biasanya tanpa sepatah kata, dia hanya tersenyum,

merapatkan jari telunjuk dan tengahnya disekitar alisnya, dan melambaikannya pada Raisa

kemudian berlalu.

Raisa tertegun menatap kado itu, bingung bercampur bahagia kini melanda hatinya. Raisa

kemudian pergi ke ruang panitia dan menyembunyikan kado itu dari teman-teman panitia

yang lain.

Raisa masih tak percaya dengan apa yang di alaminya, Indra memegang tangannya,

dan memberikannya sebuah kado. Masih tertegun kosong dalam hingar bingar pesta

perpisahan yang belum usai hingga mentari kembali keperaduannya. Hatinya masih pada

14

Page 15: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

sebuah tanda tanya tentang sebuah sentuhan pertamanya. Puzzle pertama adalah sentuhan

angin, dan mulai ia letakkan dalam hatinya.

**

Sepucuk Surat untuk Raisa

Masih terbayang jelas kejadian dua hari lalu di pesta perpisahan itu. Pagi itu Raisa

masih belum beranjak dari kamarnya. Sudah dua hari dia mengisi liburan akhir semester

dengan berdiam diri di kamarnya. Dan ternyata kado pemberian Indra belum dibukanya. Dia

masih memperhatikan kado itu, dia pindahkan dari tangan yang satu ke tangan satunya.

Masih terasa sentuhan tangan halus itu “menyeretnya” hingga dia bertemu dua pasang mata

berbinar menatap ke arahnya. Dia tak pernah menyangka dengan apa yang dia alami,

benarkah Indra?mungkinkah selama ini dia tahu?”

dengan sedikit keberanian perlahan dia membuka kado itu. Ada sepucuk surat yang dililit pita

putih, di bawahnya sebuah kaset tape recorder Ari Lasso, album Selalu Ada.

“Oh My God, bagaimana dia tahu aku menyukai penyanyi yang satu ini?”tanyaku heran

Raisa tersenyum menatap kaset itu, dan tiba saatnya dia membuka surat itu. Di bacanya

perlahan-lahan dengan penuh rasa was-was takut Indra akan memaki-makinya dalam surat

ini.

Bandung, Juli 2007

Untuk Raisa......

Banyak sekali yang ingin aku sampaikan sama kamu, tapi mungkin

akan menghabiskan berlembar-lembar seperti semua puisi yang kau

tuliskan untukku. Awalnya aku memang gak pernah tahu siapa yang

sering menyelipkan kertas bertuliskan puisi cinta dibuku yang sengaja di

taruh di atas mejaku, dan mungkin tak pernah mau tahu karena

menganggapnya ulah orang iseng. Tapi kenapa harus setiap hari, bahkan

sampai dari aku kelas 2. Akhirnya aku penasaran untuk mencari tahu

pelakunya. Dan setiap aku membaca semua tulisan-tulisanmu di mading,

15

Page 16: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

ternyata ada kemiripan gaya bahasa dan penulisannya. Hanya kamu yang

bisa membuat syair dengan gaya yang sama seperti yang tertulis

untukku. Aku mulai mengintrograsi teman-temanmu, dan semuanya

kompak menjawab kamu adalah pelakunya. Terima kasih ya untuk semua

kekagumanmu kepadaku, semua senyuman yang kamu tangkap jangan

sampai lepas ya....

Maap aku tak bisa membalas atas semua kekagumanmu. Aku memang

bukan seorang dewa cinta seperti yang kamu bilang, bukan juga seorang

malaikat yang turun dari langit yang bisa membuatmu selalu tersenyum.

Aku juga tak bisa menjadi bintang yang bersinar terang menerangi

gelapmu, karena kaupun tahu aku telah termiliiki. Aku tak mungkin untuk

melepaskan semuanya. Aku memang tak tahu perasaan yang kamu miliki

terhadapku, tapi aku hanya bisa mengucapkan terima kasih atas semua

yang telah kamu lakukan buat aku. Indah.....benar-benar memukau

jiwaku, betapa aku begitu berharga untukmu....sempat tersirat untuk

memilikimu juga tapi aku tak bisa melukai salah satunya, aku harap

kamupun mengerti bahwa cinta tak selamanya memilki. Aku sudah bisa

mencintaimu tapi ku tak bisa memilikimu. Kau terlalu indah untuk ku

miliki. Aku hanya bisa mendoakanmu, semoga ada seseorang yang benar-

benar bisa menciptakan gempa dalam hatimu, seperti yang teman-

temanmu bilang.....

Di lagu ke tiga album Ari Lasso itu, aku mencoba ungkapkan perasaan

aku. Maaf Raisa, aku tak sempat membuatmu bahagia...waktu belum

memihak kita.

Selalu tersenyum ya Raisa, jangan pernah bersedih dalam hal

apapun...masih banyak ruang hati yang membutuhkan kehangatanmu.

Aku percaya suatu saat nanti kamu akan hati yang baru, yang bisa

memiliki dan menjagamu...

Aku simpan semua puisi-puisimu untukku, aku tak akan pernah

melupakanmu..

Indra

16

Page 17: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Bahagia bercampur haru mulai merasuki jiwa-jiwa Raisa. Didekapnya surat itu, meskipun

bukan Indra dalam wujud nyata, setidaknya Raisa pernah memiliki hatinya walaupun tak

untuk selamanya.

“oh Tuhan, rupanya memang bukan Indra pemilik hati ini, tapi setidaknya aku tak pernah

menyesal mengagumi keindahan yang Kau berikan padanya. Aku memang tak pernah

menyangka bahwa dia ternyata mempedulikanku, dia pernah mencintaiku. Aku tahu sejak

awal aku memang bukan ingin memilikinya, aku hanya kagum, dan semua pesanku

tersampaikan. Tak perlu khawatir Indra, aku tak akan memaksakan apa yang tersirat dalam

hati kendatipun itu cinta, aku bahagia aku bisa mengagumimu. Meski kau belum bisa

menciptakan gempa dalam hatiku, tapi kau bisa menciptakan pelangi di kedua mataku.terima

kasih untuk kedamaian yang pernah kau berikan untukku.”

Dengan segera ku ambil walkmanku, ku buka kaset itu dan mulai kunyalakan, kupercepat

hingga aku dapatkan lagu ketiga “Seandainya”. Ku tatap jendela kamarku, langit mulai

menitikkan air hujan. Gerimis di sore hari menemaniku mendengarkan makna di setiap

liriknya. Alunan suara bening Ari Lasso mulai bersimphoni bersama rintik hujan yang begitu

halus menyapa jendela kamarku. Puzzle kedua adalah bunga merekah, meskipun bunga itu

tak pernah termiliki, tapi bunga itu bisa menjadi tempat persembunyian embun pagi dari

garangnya matahari.

**

Sepotong Hati Yang Hilang

“jangan pernah menyanjung cinta, bila tak pernah mengerti makna mencinta. Satu terindah

dalam hidupmu kini ada di jiwaku. Ku inginkan cerita cinta terindah bagaikan dalam

dongeng.........”

Lirik lagu itu sepertinya menjadi sebuah isyarat untuk Raisa. Raisa...raisa..kamu tak

pernah jera untuk menyanjung cinta sebagaimana kau tulis dalam semua puisi-puisi cintamu.

Usai pertemuan itu kedekatan antara Raisa dan Evan semakin akrab. Raisa menyadari ini

bukanlah perasaan biasa, ini perasaan istimewa yang ingin dia ungkapkan untuk Evan.

Entahlah apakah Evan memiliki perasaan yang sama, yang jelas apapun yang terjadi Raisa

tak pernah bisa mengungkapkan semua perasaannya., dia tak mungkin jadi yang pertama, dia

hanya bs menunggu. Memang gempa telah melanda hatinya, tapi dia belum bisa

menerjemahkan setiap puing-puing yang mengguncang hatinya. Hanya sebatas kagum, dulu

17

Page 18: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Raisa pernah memiliki cinta Indra meski tak pernah memilki raganya. Apakah kejadian yang

dulu harus terulang lagi dengan Evan?

Pertemuannya dengan Evan tiga bulan yang lalu semakin membuat benih cinta itu

mulai mengakar kuat di ladang hatinya. Evan tak pernah tahu apa yang tengah Raisa rasakan

saat ini, entah pura-pura tak tahu atau tak mau tahu. Dan saat itu telah, saat dimana Raisa

pernah berucap akan ada seseorang yang bisa menciptakan gempa dalam hatinya dan

mengganti posisi Indra sebagai inspirator bagi semua tulisannya. Saat itu adalah saat

sekarang, saat dia bertemu dan jatuh cinta kepada Evan Afandi. Usai pertemuan itu hubungan

mereka semakin akrab, bisa dibilang lebih dari sekedar akrab. Memang tak pernah ada

“proklamasi cinta” diantara keduanya, tapi setidaknya Raisa sudah merasa nyaman bila Evan

di dekatnya. Hingga hari buruk itu meruntuhkan semua harapannya.

Tuuuuuutttttt....ttttuuuuuuttttt....(tak ada jawaban)

“ada apa Van...?????”gumam Raisa

Sudah beberapa kali Raisa mencoba menguhubungi Evan lewat ponsel nya, tapi tak

pernah ada jawaban. Pesan singkat yang biasa setiap hari ia kirim untuk sekedar menanyakan

kabar, dan have nice day, sekarang tak pernah ada balasan lagi. Raisa tak pernah tahu apa

yang sedang menimpa Evan, kenapa dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Sudah hampir

sebulan lamanya mereka tak berkomunikasi seperti biasanya. Dalam kurun waktu sebulan itu

Evan pernah mengiriminya pesan singkat entah itu memang salah kirim atau memang

disengaja. Pesan itu berisi Evan akan menjemput seorang wanita di tempat biasa. Hal itu

seperti mengisyaratkan untuk Raisa agar tak menggantungkan harapannya untuk meyusun

semua puing yang telah dilanda gempa menjadi satu hati yang utuh, hati yang akan termiliki

seperti yang diimpikannya. Sudah tiga kali Evan mengirim pesan salah alamat itu ke inbok

Raisa, dengan nama wanita yang sama Lia. Entahlah siapa dia, yang jelas itu cukup membuat

Raisa kecewa. Ingin membenci tapi ia tak kuasa untuk melakukannya.

Dalam benak Raisa adalah berusaha kembali mengumpulkan energi, fokus terhadap

kuliahnya. Biarlah jika memang dia harus berpisah dengan Evan, toh tak pernah ada ikatan

yang mengikat diantaranya keduanya. Tapi setidaknya, kenapa tak ada penjelasan sedikitpun

untuk menenangkan Raisa. Tak ada lagi pesan yang bisa menyemangatinya, tak ada lagi

pendengar dalam setiap celotehannya, semuanya tak seperti hari kemarin. Hari dia mengenal

dan bertemu Evan. Andai saja Evan tahu yang sebenarnya, Raisa sudah merekam semua isi

hatinya dalam sebuah tulisannya.

Belum ada yang mampu untuk menciptakan gempa dalam hatiku, kecuali dengannya..

18

Page 19: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Belum ada yang bisa untuk menguatkanku di kala sedih, kecuali dengannya...

Belum ada yang bisa membuat aku membuka hatiku, kecuali dengannya...

Belum ada yang bisa membuatku berbagi tentang semua kisahku, kecuali dengannya...

Bersamanya disini hilangkan semua penat..

Bersamanya disini hilangkan semua sepi...

Bersamanya disini hilangkan semua kebimbangan...

Dia yang menciptakan semua harapan ini...

Dia yang membuat aku bertanya tentang gempa yang melanda hati ini..

Dia yang membuat aku mencari tentang rasa yang tak pernah ku mengerti...

Bilakah kamu???

Bilakah aku bisa mengungkapkan semuanya...

Sesungguhnya rasa ini adalah cinta..

Yang mulai mengakar dan mengekang jiwa itu untuk berbuah dan mereguk semua

hasratnya..

Bilakah setiap senyumku itu terbaca oleh hatimu???

Tuuuuttttt...ttttuuuuuutttt.....

“please untuk sekali ini saja, angkat Van.”gumam Raisa

“Halo..”sapa Evan dari seberang sana

“kenapa?”tanyaku risau

“apanya yang kenapa?” Evan balik menanyakan maksud pertanyaan Raisa

“ada yang salah denganku?”kataku dengan sangat tegas

“gak ada apa-apa kok.”jawab Evan

“trus kenapa kakak berubah?”tanyaku

“tak ada yang berubah masih sama seperti yang dulu.”Evan berkelit

“kalau aku berbuat sesuatu yang salah dan melukai hati kakak, aku minta maap. Sebenarnya

aku gak mau kakak menjauh, aku ingin kakak yang dulu, kecuali kalau kakak sekarang ada

yang melarang, mungkin aku gak bisa maksa lagi.”ujarku

Deeegggg.....

“kenapa aku jadi ngomong yang aneh-aneh.”pikirku dalam hati

“tak ada yang salah kok, kakak hanya ingin sendiri saja, semua ini bukan salah kamu Sa, ada

sesuatu yang salah dengan pertemuan kita kemarin. Kakak juga belum bisa menjelaskan sama

Raisa, mengapa akhirnya kakak bersikap seperti ini. Kakak juga bingung.” Jawabnya

“maksudnya?’tanyaku

19

Page 20: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“sudahlah gak usah di bahas lebih jauh, kakak juga gak ngerti mengapa harus kaya gini. Udah

ya Sa, maap kakak lagi sibuk banget. Bye.”

“tapi....”

Tuuuuuuttttt..tttuuuuutttt...

Belum selesai aku berbicara, Evan sudah memutuskan teleponnya. Ada apa ini sebenarnya,

mengapa aku gampang sekali terbodohi oleh perasaan. Apakah Evan benar-benar orang

jahat? Tapi kenapa dia begitu tega menggantungkan semua perasaanku terhadapnya?aku

bukan anak kecil yang cengeng, aku Raisa?

Tak ada hari-hari penuh tawa dan semangat lagi, semuanya telah hilang ditelan bumi,

menguap bak etanol yang kupaparkan dalam kaca arloji dan ku taruh dalam teriknya

matahari. Tak ada yang tersisa semuanya hilang, hanya sepotong hati yang hilang masih

harus tertatih-tatih mencari potongannya dan menyusunnya kembali menjadi satu bagian

yang utuh. Entah itu kapan, dimana, dan dengan siapa. Evan tak pernah memberi jawaban

yang bisa membuat Raisa mengambil tindakan yang pasti, mungkinkah ia harus benci?

Semua harapannya kini hanya menggantung di langit-langit kamarnya, tak beranjak naik,

namun tak bisa kembali ke titik datar. Biarlah aku terus berjalan hingga aku menemukan

kepingan hati yang telah di bawanya. Ingin rasanya aku memintanya untuk jangan pergi,

temani aku mengarungi hari seperti yang dulu. Aku tak sanggup bila rindu harus seperti

alergen yang akan membuat tubuhku memerah, pingsan, bahkan mungkin mati, karena

obatnya adalah senyummu Van. Dan potongan puzzle ketiga adalah sepotong hatinya adalah

hilang.

**

Hujan Tanpa Awan

18 Agustus 2008

Raisa mulai menjalani kisah cinta yang sebenarnya tak diingininya dengan seorang

lelaki yang dia kenal dari teman kostnya. Reza namanya, lelaki ini seharusnya tak asing

baginya, meskipun dia tak pernah bertemu dengannya, tapi Reza pernah satu almamater

dengan Raisa 3 tahun di atas Indra, 1 tahun di bawah Evan Afandi. Raisa tak pernah bisa

melupakan atas semua yang pernah menimpanya. Rasa kehilangan itu masih membekas

dihatinya. Awalnya hanya sebuah perkenalan biasa, kebetulan Raisa memiliki hobi yang

20

Page 21: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

sama dengan Reza, gitar, ya...sebuah nada yang mempertemukan mereka. Tapi apapun yang

terjadi, Raisa selalu menganggapnya tak berarti. Tak ada sinyal yang akan bisa membuat

gempa untuk yang kedua kalinya setelah jiwa-jiwa Evan mengguncang taman hatinya.

Semuanya datar, tak ada yang teristimewa. Tak ada yang bisa menghapus nama Evan Afandi

di hati Raisa, dengan cara apapun Reza tak akan pernah bisa menggantikan posisi Evan

Afandi. Bhakan untuk memiliki Raisa, Reza rela “memintanya” dari Evan. Reza tetap

bukanlah Evan. Evan adalah Evan, masih sama seperti yang dulu, tak pernah hilang dari

setiap ingatan Raisa, sepertinya Evan sudah berikatan kuat dengan semua reseptor yang ada

dalam tubuh Raisa. Tak ada yang bisa menggantikan ikatan itu.

“sampai kapan Sa, kamu bisa melupakannya?”tanya Reza

“entahlah aku tidak tahu, dia terlalu berarti untuk ku lenyapkan dari otakku.”jawabku

“aku sudah gak tahu dengan cara apalagi Sa, bisa kamu hargai perasaan aku.”ucap Reza

“jangan pernah paksa aku untuk bisa mencintaimu, kamu yang memilihku, jika kamu tak

suka silakan pergi dari kehidupanku.”tegasku

“Van....jika kamu pemilik hati ini, tolong bebaskan aku.”lirihku

Raisa......meski sepotong hatinya telah rapuh tersapu prahara, dia masih bisa menyimpan

belahannya dengan sangat baik. Meskipun mungkin Evan telah melupakannya, mungkin bagi

Evan tak pernah ada kenangan tentang Raisa.

Hari demi hari telah terlewati, yang ia berikan untuk Reza hanya cinta semu, cinta sebatas

kasihan, dan hal itu yang telah menjeratnya, untuk selalu setia bertahan bersama Reza. Masa

lalu dan impian masa depan Reza yang membuatnya bertahan menjalani semuanya. Semua

komitmen yang Reza lontarkan untuknya, segalanya hanyalah untuk Raisa. Raisa mungkin

terenyuh tapi dia tetap tak bisa membohongi apa yang telah tertulis dalam hatinya. Sudah

berbagai cara dia coba untuk bisa belajar mencintai Reza, hatinya tetap tak bisa berpaling.

Sedikit terlupakan memang, karena Reza selalu ada mengisi harinya. Raisa cukup bahagia,

ketika ia dicintai dan dimiliki sepenuh hati, meski dia belum bisa mencintai sepenuh hati.

Dan malam itu, hati Raisa kembali diuji. Ada sebuah telepon dari seorang yang membuatnya

hatinya harus menentukan pilihan.

“halo Assalamualaikum...”

“wa’alaikum salam....”jawabku,

“suara ini, mungkinkah dia Tuhan?tapi ini dari nomor tak dikenal, Evan tak pernah

mengganti nomor handphonenya, aku harap memang bukan.”gumamku dalam hati

“Apa kabar Sa?”tanyanya

“Alhamdulillah baik, maap siapa?”tanyaku balik

21

Page 22: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“aku Cuma pengen tahu kabar kamu saja.”jawab Evan.”

“ kak Evan....”kataku

“iyah...kamu baik-baik saja kan Sa.”jawab Evan.

“oh Tuhan, mengapa dia harus hadir kembali diantara kami, aku bisa menerima Reza apa

adanya kendatipun dia tak seperti Evan, duhai cinta....jangan kau hukum aku dengan cinta

ini.” Lirihku

“kemana saja?”tanyaku terbata

“ada, lama yah aku gak hubungi kamu, dengan siapa kamu sekarang?”tanyanya

Ingin sekali ku katakan semuanya Van, aku sudah memiliki hati yang baru bersama Reza,

aku ingin mengembalikan kepingan yang rusak, aku ingin kamu tahu aku tersiksa dalam

semua kebisuanmu, mungkin dengan cara menerima Reza aku bisa melupakanmu

Van...melupakanmu.....

“masih sendiri.”ucapku berbohong

“oohhh...aku pikir kamu sudah pacar.”jawabnya

“kenapa kakak tanya begitu?”tanyaku memancing

“aahhh..Cuma pengen tahu saja memang laki-laki yang dulu sering kamu ceritakan belum ada

yang berhasil menciptakan gempa dalam hatimu ya ”jawabnya terkekeh

“eeehhhmmm...gak ada yang bisa, masih untuk seseorang.”kataku

“Indra...?”tanyanya

“eeehhhmm...iyaah.”jawabku ragu

“bukan...bukan Indra Van, tapi kamu, kamu Evan Afandi pemilik hati ini, jadi aku mohon

jangan membuat aku semakin tersiksa . mengapa kamu menghilang tanpa sepatah kata,

apakah karena tak pernah ada ikatan diantara kita. Aku tak mendengar lagi suaramu, tak

ada secarik berita apapun darimu Van, maap kalau aku harus berbohong, aku harus

menyembunyikan hubunganku ini Van, aku masih mengharapkanmu. Kenapa baru sekarang

Van? Kau datang dan pergi sesuka hatimu, seolah-olah aku ini tak pernah berarti?dan kini

bilakah aku harus berharap lagi?”

“hebat yah Indra.”ujarnya

“iyah.”jawabku dingin

Banyak hal kami bicarakan lewat pembicaraan itu, kami seperti yang dulu lagi, tertawa

bersama menghabiskan malam dalam sebuah telpon seolah-olah Evan tak pernah

menghilang, hari-hari hilangnya Evan kemarin seolah tak pernah terjadi. Evan membuka

jalan kembali , dia datang di saat kemarau panjang melanda hati, meski dia datang bagai

hujan tanpa awan seperti kalimat para pujangga, bagi paranormal dia datang bagai

22

Page 23: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

jelangkung. Ku berdoa agar kau tetap di sini dan jangan pernah hilang lagi Van...paling tidak

hingga aku tahu perasaanmu yang sebenarnya.

Bingung dengan apa yang harus aku lakukan, aku masih mencintai Evan, dan cinta ini

memang untuknya, bukan untuk Reza ataupun yang lain. Tapi tegakah aku jika aku harus

mengubur impian Reza untuk mencintai dan memilikiku?bukankah aku begitu keji jika itu

benar-benar aku lakukan terhadap Reza. Bukankah Evan juga tak pernah mengungkapkan

perasaannya kepadaku?apa yang harus aku lakukan Oh Sang Maha Cinta???

Waktu boleh saja berlalu, hari boleh berganti, meski itu tanpa harus aku sadari. Senyum

terakhir di bawah rintik hujan itu yang membuat memori otakku menjadi penuh sudah tak

bisa diisi oleh data apapun lagi. Aku tak pernah mencoba untuk menggantikannya, meskipun

aku tak pernah merasakan memilikinya, aku tak akan pernah mencoba mengisi ruang kosong

dalam hati ini untuk orang lain, hanya untuk seorang Evan Afandi dengannya aku akan

berbagi hati, biarlah ruang hampa ini ku genggam sendiri meski tanpa hadirnya, meski aku

telah bersama orang lain.

Aku tak bisa mengerti dengan apa yang sebenarnya aku rasakan sekarang, tentang hati dan

kegelisahan yang melandanya kini. Ragaku memang bersama Reza, tapi hatiku masih selalu

merindukan dan mengharapkan Evan. Aku tak pernah bisa untuk menggantikan Evan dalam

hatiku, kendatipun Reza memberiku semua yang dia miliki. Aku tak pernah sanggup untuk

bisa berpaling dari perasaanku terhadap Evan, aku masih mencintainya...meskipun Evan

pernah pergi, tapi dia akan selalu ada. Cinta...katakan padanya selamanya Evan adalah

kekasih bagiku, pemilik hatiku sampai kapanpun, hanya untuk Evan...

Seiring waktu berjalan mungkin Evan akan tahu tentang rasa ini, aku hanya mampu untuk

menunggu kata cintanya, dan mungkin akan ku tinggalkan Reza karena aku tak bisa

mecundangi diriku sendiri. Potongan puzzle keempat adalah merangkai puing yang telah

lama hilang, meski tak pernah tahu bilakah menjadi untaian bermakna.

**

Ku Tunggu Kata Cintamu

Jangan dikira cinta datang dari keakraban yang lama dan karena pendekatan yang

tekun. Cinta adalah kecocokan jiwa dan jika itu tidak pernah ada, cinta takkan pernah

tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad. –Kahlil Gibran-

23

Page 24: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Ratusan hari sudah Raisa lewati bersama Reza, tapi dia tak pernah mengatakan

kebersamaannya itu kepada Evan. Raisa masih mengharapkan Evan, meskipun dia tak pernah

tahu perasaan Evan terhadapnya. Raisa tahu Reza mencintainya, dia tahu Reza akan

melakukan apapun agar Raisa bisa melupakan Evan, dia ingin hanya dia yang mengisi

hatinya. Di depan Reza mungkin Raisa mampu menyembunyikannya, tapi tetap saja hati tak

bisa berpaling. Kutipan cinta di atas benar-benar Raisa pegang, bahwa cinta mungkin tak

akan pernah datang tanpa kecocokan dua jiwa, bukan karena keakraban yang lama dan

pendekatan yang tekun.

Sore itu langit tampak gelap, sepertinya hujan akan mengguyur kota Bandung. Aku

pulang ke rumah usai bergelut dengan ujian semester yang begitu menguras otakku. Evan

masih menjaga jarak denganku, meskipun kedekatan kami tak seperti dulu lagi. Evan

terkadang begitu dekat tapi suatu waktu dia akan terasa amat jauh. Tapi aku tak pernah bisa

melepaskannya apalagi mencoba untuk membencinya, meskipun Reza selalu mengatakan

hal-hal yang buruk tentangnya. Aku tahu hatiku tak pernah berdusta kepada siapa aku

mencintai.

Krrrrriiiinnnnngggg......

Bunyi ponselku mulai menyadarkanku dari lamunan panjang.

“Hallo....bisa kita ketemu Sa?”tanya suara diseberang sana

“ada apa?”aku bertanya skeptis

“aku tunggu kamu di alun-alun kota yah, jam 3 sore, jangan lupa.”jawabnya

“iyah tapi......

Tuuuutttt...ttttuuuutttt....

“Van......!!!!”aku sedikit berteriak

Belum selesai aku menjawab, Evan mematikan ponsel, langsung saja ku kirim pesan

singkat padanya, dia hanya membalas “pokoknya aku tunggu kamu yah...”. aku mencintai

orang yang penuh dengan misteri, dia terkadang baik tapi dia tekadang “jahat”, seolah aku ini

adalah boneka mainannya. Langit ternyata tak memberi ijin untuk ku sambangi pujaan hatiku.

Rintik hujan mulai menghalangiku, di tambah lagi Reza tak pernah berhenti meneleponku.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 15.00, aku masih tak beranjak dari meja belajarku.

Masih menatap ke arah jendela yang terbasahi gelembung-gelembung air hujan. Jika aku

pergi, aku pasti tak akan diijinkan, hujan begitu lebat. Tapi di sana Evan sedang

menungguku?oh Tuhan apa yang harus aku lakukan?

Ku coba untuk menelepon Evan, tapi tak ada jawaban, ku kirim pesan singkat, ku kabari dia

bahwa aku tak bisa menemuinya. Sudah hampir 30 menit, tapi tak ada jawaban apapun. Hati

24

Page 25: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

ini mulai tak karuan, bingung apa yang harus ku lakukan. Sampai akhirnya ku terima balasan

dari Evan “kok gitu...aku tunggu deh gak apa-apa telat juga.” Ku bantingkan diriku di tempat

tidur. Ku pandangi langit-langit kamarku yang putih. Ku pejamkan mata berharap aku bisa

langsung berada di sisinya kini.

Beeeppp.....ada pesan masuk lagi ke ponselku, itu dari Reza.

“Raisa, I love you........”

Aku langsung terdiam memandingi layar handphone, ku baca lagi tiga kata itu. Oh Tuhan apa

yang harus aku lakukan kini??”lirihku.

Aku tak mungkin mengkhianati kekasihku meskipun aku tak pernah mencintainya, tapi

disana di bawah derasnya hujan orang yang paling aku cintai sedang menunggu

kedatanganku. Apa yang harus ku lakukan?

Tak lama Reza meneleponku, kata hatinya seolah-olah tahu dan dia menahan aku untuk

pergi. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore, hujan pun mulai berhenti. Aku bergegas

mengambil jaketku dan mengambil kunci motor kakakku. Aku akan mengikuti kata hatiku,

aku ingin bertemu Evan.

“bang, aku pinjam motornya sebentar yah.”kataku

“mau kemana?”tanya kakakku

“ada perlu sebentar saja kok.”jawabku sambil menghidupkan mesin motor dan kemudian

tancap gas meninggalkan rumah. Aku pacu sepeda motor dengan kecepatan biasa, jalan licin

jadi aku takut jika aku harus tancap gas. “aku harap kamu masih di sana Van.”doaku dalam

hati. Aku sudah tak memperhatikan pesan atau telepon masuk ke ponselku, yang aku

inginkan hanyalah segera tiba di alun-alun kota dan bertemu dengannya. Langit memang

belum mendengar doaku, baru saja aku memarkirkan motor ku buka handphoneku, pesan

masuk dari Evan.

“maap ya Sa, aku gak bisa nunggu lama-lama lagi, hujan deras banget jadi kuputuskan untuk

pulang.”

Ingin rasanya ku bantingkan handphoneku, ku bantingkan juga motorku, bahkan kalau itu

perlu aku membantingkan tubuhku. Dari pesan itu tersirat Evan begitu kecewa, aku seperti

mempermainkannya. Aaahhhh...3 kata dari Reza telah membuat harapanku pergi, seandainya

ku terobos hujan tadi mungkin aku bisa bertemu dengannya dan aku tahu apa maksud dari

pertemuan ini.

Seminggu dari kejadian itu, aku memutar otakku agar aku bisa bertemu dengan Evan.

Tak mungkin jika aku langsung to the point ngajak Evan langsung ketemuan, egoku masih

tinggi. Akhirnya aku menemukan ide yang baik ku ajak temanku masuk dalam ide “jahatku”.

25

Page 26: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Aku akan mengatur pertemuanku dengan Indra, yang Evan tahu adalah aku mencintai Indra.

Aku menyuruh temanku untuk menjadi Indra, ku edit nomornya dan ku ganti dengan nama

Indra. aku langsung menghubungi Evan untuk memintanya menemani aku karena Indra akan

datang bersama kekasihnya abadinya.

“kak, besok ada waktu luang gak?”tanyaku

“iyah kenapa.”jawabnya

“bisa nemenin aku taman kota?”tanyaku

“ada acara apa?”tanyanya

“uuummmhhh...gini, aku mau bertemu Indra kebetulan dia bareng istrinya, jadi aku gak

mungkin datang sendiri kan?”kataku sambil mengernyitkan dahi berharap Evan setuju

“ohh...Indra yah, jam berapa?”katanya

“hhhmmmm..jam 8.”kataku

“aduh gimana ya Sa, besok kakak harus ke Bekasi kayanya terus mau langsung antar berkas

ke Tangerang, maap yah.”jawabnya

“o gitu yah...ya udah gak apa-apa kak, biar Raisa pergi sendiri.”kataku kecewa

Gagal sudah rencana yang telah ku buat, padahal tinggal beberapa hari lagi aku di Bandung.

Tak pernah ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan Evan. Aku melanjutkan hidupku di

Tangerang, Evan di Bekasi. Padahal sebenarnya jika aku memilikinya jarak itu tak pernah

berarti apa-apa. Asalkan aku bisa mendapatkan ketenangan dari setiap ucapannya yang

sehalus beludru. Belum lama aku kecewa, pesan singkat dari Evan masuk ke ponselku.”

“urusan ke Bekasi masih rancu, nanti aku kabari jam 6 ya.”

Ku berjingkrak seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan. Rasanya tak sabar

menunggu hari esok, bertemu dengan sang pujaan hati yang mampu menciptakan gempa

dalam hatiku itu. Duhai malam cepatlah berlalu, aku ingin mentari segera menyambutku.

Tepat pukul 6, aku masih duduk memandangi handphoneku yang kubiarkan tergeletak di

meja belajarku. Belum ada telpon atau pesan apapun dari Evan, apa dia lupa atau memang dia

tak mau menemaniku. Akhirnya ku putuskan untuk menghubunginya.

“hallo..”jawabnya

“maap ganggu ya kak, jadi nganter Raisa gak kak?”tanyaku ragu

“Astaga...aku lupa, maaf ya, jam 8 kan?”katanya

“iyah.”jawabku

“kita ketemu dimana?”tanyanya

“di depan kompleks aja ya.”kataku

“ya sudah tunggu ya.”jawabnya.

26

Page 27: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Kali ini langit benar-benar memihakku, akhirnya aku bisa pergi dengannya dan sejenak

melupakan Reza. Aku memakai baju berwarna merah muda dengan jaket hitam, ku buat agak

sedikit feminim memang. Aku berdiri di depan kompleks rumahku menunggu sang pujaan

hati datang menjemputku. Evan datang dengan sepeda motor berwarna abu-abu. Ini adalah

pertemuanku yang ke dua sejak beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengannya di bawah

rintik hujan itu. Tak ada yang berubah darinya. Rambut ikalnya, tubuh kekarnya,

kacamatanya, dan tentunya dengan sikapnya yang selalu menganggapku seperti anak kecil.

Dia memegang kepalaku sambil tersenyum, kemudian dia memakaikan helm untukku. Ini

adalah getaran yang ke dua saat aku menatap mata berbinar yang terbiaskan oleh

kacamatanya. Ingin sekali ku lingkarkan ke dua tanganku di perutnya, tapi aku sangat takut

dia akan marah. Dan akhirnya ku pendam semua keinginanku, kami saling terdiam dalam

perjalanan itu. Lidahku kelu tak mampu untuk merangkai kata apapun agar bisa mengobrol

dengannya. Evan tak melepaskan earphone dari telinganya, dia terdiam, matanya fokus

memperhatikan jalan seolah-olah aku tak ada dibelakangnya. Aku tak bisa membaca dan

menebak apa yang sebenarnya dia rasakan. “apa mungkin Evan masih marah dengan kejadian

yang lalu?”pikirku. Aku biarkan kebisuan ini menjadi teman sepanjang kami melaju menuju

taman kota. Hingga tiba di sana Evan masih saja diam, dan mengajakku duduk di salah satu

kursi kosong.

“jadi, dimana Indra?”tanyanya memulai pembicaraan

“gak tahu belum ada kabar.”kataku

“masih mengharapkannya Sa?”tanya Evan

“memang kenapa?”aku balik bertanya

“sudahlah apa yang mau diharapkan lagi Sa, dia sudah tak mungkin kamu miliki dia sudah

terikat.”tegasnya

“tapi aku mencintainya kak, aku rela kok kalau harus jadi yang ke dua.”jawabku sambil

tertawa

“lah kan ada Yogi, trus ada Arif, terus ada siapa tuh yang suka ngejar-ngejar kamu

itu?”tanyanya

“Reza.”kataku sambil tersenyum

“yah itu Reza, kenapa kamu gak sama dia aja?”Evan mulai mengorek-ngorek

“engga ah, aku masih setia sama seseorang.”tatapanku mulai kosong menatap ke arahnya.

Ingin sekali ku ungkapkan cinta ini untuk siapa, hanya untukmu Evan Afandi, bukan Indra

ataupun Reza, hanya kamu.

27

Page 28: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Disela percakapan mereka, dan atas instruksi Raisa teman Raisa yang berperan sebagai Indra

mulai mengirimkan pesan ke ponsel Raisa. Pesan itu mengabarkan bahwa Indra dan istrinya

tidak jadi datang untuk bertemu Raisa karena ada keperluan mendadak. Raisa langsung

menunjukkan pesan itu kepada Evan dengan memasang wajah kecewa. Evan mulai

merapatkan tubuhnya disisi Raisa. Dia merangkulnya dan menaruh kepalanya Raisa di

pundaknya.

“yaaaaah kok gak jadi yah.”kata Raisa dengan sedikit bersedih

“ya udahlah Sa, kalau menurut kakak mending lupain aja udah gak mungkin lagi kamu

milikin masih ada kok laki-laki yang mencintai kamu.”jawab Evan dengan tegas

“aaaaaaaahhhhhhh Raisa...seandainya kamu tahu laki-laki itu adalah aku, aku mencintaimu

Sa, aku ingin memilikimu walaupun aku tahu kamu udah jadian sama Reza, sempat terlintas

untuk merebut kamu dari Reza karena aku tahu kamu nggak cinta sama Reza, tapi aku gak

bisa jadi Indra buat kamu Sa aku gak bisa nerima kalau kamu masih mencintai masa lalu

kamu.”ucap Evan dalam hati

Raisa semakin merasakan sentuhan tangan Evan yang kekar di kepalanya. Hatinya semakin

berguncang hebat, gempa itu kembali melanda dengan kekuatan yang lebih dahsyat melebihi

gempa bumi yang konon bisa mendatangkan tsunami. Gempa itu mampu memporak-

porandakan hati dan jiwanya jika dia kembali pergi dan menghilang tanpa jejak lagi.

“Van....yang aku cintai cuma kamu, bukan Indra, mengertilah setiap degupan jantung ini,

semoga kamu bisa baca pikiran dan hati aku, semua ini aku lakukan untuk menunggu kata

cintamu Van. Aku mohon katakan laki-laki yang mencintai aku adalah kamu, kamu Evan

Afandi. Aku tunggu kata itu Van. “ mulut Raisa berkomat-kamit menatap ke tanah.

Diantara mereka tak ada yang mampu untuk mengutarakan perasaan masing-masing. Lirih-

lirih hati mereka hanya mampu untuk terbang ke langit ketujuh, berharap malaikat bersayap

akan menangkapnya dan membawanya ke kerajaan Tuhan, dan berharap tanganNya yang

bisa mempersatukan lirih hati mereka menjadi dawai-dawai cinta yang menyatu. Keduanya

terdiam dan sibuk berdoa untuk harapan yang diinginkan.

“hey adik kecil, udah ah jangan sedih aja.”Evan mulai memecah keheningan

“iyah.” Kata Raisa memanja sambil melepaskan kepalanya dari cengkraman tangan Evan

“kita-kita jalan aja, temenin kakak nyari kaset aja yah.”ujar Evan

“iyah.”jawab Raisa dengan tersenyum

Keduanya beranjak dari tempat duduknya, mulai berjalan menyusuri taman kota

Bandung yang begitu ramai sekali. Raisa tampak kecewa karena ternyata rencananya tidak

28

Page 29: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

berhasil. Evan sudah berjalan jauh di depannya, sementara Raisa asyik dalam kekecewaannya

karena tak mendapatkan kata cinta itu.

“hei...kok di belakang jalannya, sini jalan di samping kakak.”ujar Evan

Evan lalu meraih tangan kanan Raisa, menuntunnya dan tak dilepaskannya genggaman

tangan itu. Gempa di hati Raisa terus bergetar, ini adalah kedua kalinya tangan itu digenggam

oleh laki-laki yang mewarnai hatinya. Sentuhan pertama adalah tangan Indra lelaki yang

dikaguminya waktu dia selesai bernyanyi di acara perpisahan Indra. Sentuhan yang kedua

oleh Evan Afandi, lelaki yang dicintainya dan ingin dimilikinya tapi dia tak berani untuk

mengutarakannya. Ingin sekali Raisa mengungkapkan isi hatinya tapi dia takut Evan akan

menolaknya dan bilang kalau Raisa sudah dianggap seperti adik perempuannya. Saat itu

Raisa belum siap jika penolakkan itu terjadi, bagi Raisa itu artinya sama saja dengan gempa

yang menimbulkan tsunami, bukan getaran yang akan indah tapi akan menjadi bencana buat

hidupnya. Mereka menghabiskan waktu berdua hingga petang tiba. Urusan Evan ke Bekasi

hanyalah akal bulusnya untuk menolak mengantar Raisa menemui Indra yang jelas itu akan

membuatnya sakit hati. Potongan puzzle kelima adalah diam yang menghempaskan sebuah

jawaban.

Langit masih belum mendengar lirih hati kedua anak manusia ini. Mereka hanya bisa

membiarkan perasaan mereka seperti air yang mengalir entah di muara mana air itu akan

berhenti mengalir.

**

Purnama di kota Bekasi

“aku mengakui hati dan cinta ini untukmu, aku selalu merindukan indah binar

matamu, kamu selalu ada di dalam hatiku, tapi aku tak bisa memilikimu dengan melukai

hatinya.....”

Sepenggal kalimat yang Raisa tulis dalam hatinya, tentang kesempatan yang kesekian kalinya

untuk mendapatkan cinta Evan Afandi. Saat itulah kesetiaanya di pertaruhkan di meja cinta

yang hanya memiliki dua pasang mata dadu sebagai eksekutor, antara memiliki dan melukai.

Raisa tahu cinta ini hanya untuk Evan Afandi tapi hubungannya dengan Reza menjadi

benteng pemisah cinta itu. Raisa tak pernah mampu untuk menduakan Reza, walau dia tak

29

Page 30: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

pernah mencintainya. Sejak kejadian di taman kota itu Evan kembali menghilang dari

kehidupan Raisa. Evan menghubungi Raisa hanya sesekali saja tidak seperti dahulu. Raisa

memang merasa kehilangan tapi dia harus menghadapi kenyataan bahwa di depannya saat ini

adalah Reza bukan Evan. Reza yang harus mulai mengisi kekosongan hatinya yang selalu

ditinggalkan Evan. Dengan perlahan namun tak pasti Raisa harus sedikit demi sedikit

melemahkan hasratnya terhadap Evan.

April 2009

Raisa mendapatkan undangan dadakan untuk menghadiri Seminar di salah satu universitas di

Bekasi pagi esok. Raisa sempat meminta Reza untuk mengantarkannya ke kota asing

tersebut, namun Reza tidak bisa memenuhi permintaannya karena dia tidak bisa

meninggalkan pekerjaannya secara mendadak. Hal yang menjadi permasalahan adalah jika

dia pergi sore ini acara besok tidak akan membuatnya terburu-buru, tapi dia harus mencari

tempat untuk menginap. Jika dia berangkat di pagi hari dia akan terburu-buru dan pastinya

kemacetan ibu kota akan mengurungnya. Raisa mulai menghubungi salah seorang kerabat

sepupunya yang tinggal di daerah Cikarang, agar Raisa bisa ikut menginap barang sehari dan

minta dijelaskan rute menuju kampus tersebut. Alhasil saudaranya itu bersedia untuk

menerima Raisa menginap. Raisa agak sedikit tenang, artinya dia harus berangkat sore itu

juga. tiba-tiba terlintas dalam benaknya untuk menghubungi Evan.”bukankah Evan kerja di

Bekasi, mungkin dia bersedia untuk mengantarkanku ke tempat kerabatku itu.”pikir Raisa.

Keraguan mulai mengusik hatinya, jika dia menelepon Evan itu akan menimbulkan kesan

bahwa dia akan mengganggunya, dan pastinya Evan tidak akan mau lagi “disusahkannya”,

apalagi sejak kejadian itu Evan jarang sekali menghubunginya. Akhirnya Raisa putuskan

untuk mengirim pesan singkat saja, kalau Evan membalas itu pertanda baik, namun jika Evan

tidak menggubrisnya itu berarti pertanda bahwa memang Raisa sedikit demi sedikit harus

melupakanya.

Cukup lama pesan itu terkirim, hingga beberapa jam kemudian Evan langsung membalasnya

dengan telepon.

“Sa, memang ada acara apa besok?”kata Evan di telpon

30

To : Evan

“kak..maap ganggu, besok aku harus ada di

bekasi jam 9 pagi di jalan chairil anwar, tau

daerah itu gak?”

Page 31: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“aku ada seminar penting di sana memang kakak tahu daerahnya.”jawabku

“tau lah semua penjuru Bekasi udah kakak jelajah.”katanya sambil tertawa

“bagus dong...berarti nanti aku bisa tanya-tanya rutenya.”kataku bahagia

“aduh kenapa harus besok sih, gak bisa lusanya atau minggu depan gitu kakak harus ke

Tangerang paginya kalau besok pagi jadi gak bisa ngater Raisa?”tanya Evan

“gak bisalah kak, diundangannya jelas-jelas besok, yah kalau kakak gak bisa gak apa-apa tapi

nanti Raisa tanya-tanya rutenya aja ya.”kataku memelas

“kamu pergi kapan?”tanyanya

“rencananya sore ini, cuma Raisa takut kemaleman tapi ada saudara sih di Cikarang, kalau

hari ini pulang dari kampus sore kayanya besok subuh aja Raisa berangkat.”jawabku sambil

berharap Evan akan menawarkan diri untuk mengantarnya

“sore ini saja kamu berangkat, gak apa-apa malam juga nanti aku yang jemput kamu.”tegas

Evan

“ooohhhh...baiklah kalau gitu, makasih sebelumnya ya kakakku, maap selalu

merepotkanmu.”candaku

Usai percakapan di telepon itu Raisa langsung bergegas pulang dari kampusnya menuju

tempat kostnya. Membawa beberapa baju dan perlengkapan lain yang ia butuhkan. Dia

langsung naik bis ke arah terminal Kali Deres. Rasa was-was mulai menyelimutinya,

khawatir dia tidak bertemu Evan dan akan tersesat di kota besar itu. Dari terminal dia mencari

bis yang ke arah Bekasi Timur sesuai petunjuk Evan. Nasib baik memihak kepadanya, dia

masih bisa mendapatkan bisa yang terakhir menuju kota Bekasi. Sepanjang perjalanan Evan

terus memantau Raisa, agar dia bisa mengira-ngira pukul berapa Raisa bisa sampai di pintu

tol Bekasi timur. Entah kenapa hati yang coba Raisa lemahkan untuk Evan kini menguat

kembali. Gempa itu kembali muncul, rasa itu tumbuh kembali secepat kilat menyambar. Ada

perasaan bahagia terpancar di wajahnya, dia akan bertemu Evan kembali. Malam mulai

mengurung keperkasaan Langit, bis terus melaju membawa hati Raisa menuju pemiliknya.

**

Pukul 22:00, bis Mayasari bakti menurunkan Raisa di gerbang pintu tol bekasi timur.

Gelapnya malam semakin membuat Raisa was-was, khawatir dia tersesat di kota asing itu.

Dia berjalan mencari tempat yang bisa dijadikan patokan agar Evan bisa menemukannya.

Raisa berdiri di sebuah jembatan di papan iklan yang besar, matanya tak pernah lepas dari

ponselnya menunggu kabar dari Evan. Bulan purnama memancarkan auranya meluluhkan

hati sang malam, sinarnya mulai memercik di langit seolah menemani aku yang sedang

menunggu sang pemilik hatiku. Dan akhirnya sang pujaan hati yang ditunggupun datang.

31

Page 32: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Evan masih menggunakan pakaian kantornya, dengan perasaan bahagia karena tak tersesat

dia menghampiri Evan. Evan sudah melemparkan senyum manisnya, di pakaikannya helm ke

kepala Raisa, hal yang sama yang dia lakukan sewaktu mengantar Raisa bertemu Indra. Evan

mengajak Raisa makan di warung pecel ayam di pinggir jalan tak jauh dari pintu tol itu.

“jadi rencana kamu sekarang ke mana Sa?”tanya Evan memulai percakapan

“ke cikarang ke tempat saudaraku kak.”jawabku

“dari sini ke cikarang itu jauh Sa, bisa nyampe sejam, apalagi sekarang udah malem banget

pasti gak ada kendaraan.”kata Evan menjelaskan

“bukannya Cikarang itu masih Bekasi?”tanyaku skpetis

“bedalah adikku sayang, itu dua nama tempat berbeda.”jawabnya sambil mengelus kepalaku

“terus gimana dong?”tanyaku panik

“nginep di tempat kost kakak aja yah.”katanya dengan tenang

“hahhhhh....gak boleh lah kak, masa cewek nginep di tempat cowok!”tegasku

“eeeiiittt tenang dulu non, di tempat kakak itu ada tiga ruangan kamu boleh tidur di kamar

kakak, lagipula ada teman kakak juga kok nanti aku tidur diruang tamu, lagipula ketempat

seminar besok jaraknya lebih dekat.”katanya menenangkanku

“yakin nih..takut ah.”kataku

“kamu aman kok Sa, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu, percaya kan?”Evan kembali

menenangkan

“janji ya.”kataku

Akhirnya aku memberi kabar kepada kerabatku kalau aku tak jadi menginap di tempat

mereka. Aku yakinkan dan percaya seutuhnya kepada Evan. Evan bukan orang jahat, dan aku

yakin aku aman bersamanya.”pikirku

Usai menyantap makan malam itu, kami langsung melaju menuju ke tempat kost Evan.

Memang benar tempat itu terdiri dari tiga ruangan. Ruangan yang paling depan adalah ruang

tamu, terhalang oleh satu pintu adalah ruang tengah itu adalah kamarnya, dan ruangan

terakhir adalah dapur dan kamar mandi. Tempat itu memang cukup luas, Evan tinggal

bersama temannya Galuh. Kebetulan malam itu Galuh sedang shif 3 jadi memang hanya kita

berdua di tempat itu. Usai membereskan diri aku duduk di samping Evan yang tengah asyik

menonton televisi. Akhirnya kami berbincang tentang acara televisi tersebut.

“masih sedih?”tanyanya padaku

“sedih kenapa?”aku balik bertanya

“gak ketemu Indra.”katanya sambil tertawa

“heeeeehhh...lupain aja.”kataku

32

Page 33: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Evan merapatkan tubuhnya ke tubuhku, dirangkulnya aku dan di cengkramannya kepalaku di

pundaknya, persis seperti kejadian di taman waktu itu. Sontak saja aku kaget dibuatnya, satu

sisi aku bahagia tapi di sisi lain aku takut Evan bakal melakukan hal-hal aneh. Aku sempat

melepaskan tangannya tapi dia mencegahnya dan mengambilkan kepalaku ke posisi semula.

Aku memang mencintainya tapi aku takut jika ada hal-hal buruk yang harus ikut mewarnai

cinta ini. Ku lepaskan kepalaku dari pelukannya, bukannya aku menampik, tapi aku takut tak

kuasa untuk menahan cinta yang begitu besar ini. Akhirnya kami saling terdiam, tak ada yang

memecah kebisuan itu, hingga Evan meraih tanganku dan menggenggamnya. Tak ada

sepatah kata yang dia ucapkan padaku. Dia hanya memandangi wajahku sambil terseyum,

kemudian dia menghela nafas panjang. Tatapan matanya mulai kosong, aku semakin tak

karuan dibuatnya, aku pun bingung untuk membuka suatu percakapan. Dia tak melakukan

hal-hal buruk memang, dia hanya menggenggam tanganku dan menatap ke arah wajahku.

Aku tak tahu maksud dari apa yang Evan lakukan kepadaku. Ingin sekali aku ungkapkan

perasaanku ini kepadanya. Aku ingin menjadi miliknya, menjadi kekasihnya, bahkan menjadi

pendampingnyapun aku sangat bersedia. Tapi kebisuannya itu terlalu abstrak untuk aku

artikan, apa arti dari semua ini. Dan satu hal yang membuat aku tak bisa membalas

kehangatan genggam tangan itu adalah Reza. Aku tak bisa berbahagia di atas luka orang yang

juga mencintaiku. Meskipun jiwa dan hatiku hanya untuk mahluk indah yang ada di

hadapanku ini. Bayangan wajah Reza seolah menjadi hantu yang menjadi tembok pemisah di

antara aku dan Evan, meskipun aku tak pernah tahu perasaan Evan yang sebenarnya

kepadaku.

“setialah Raisa..jangan sakiti Reza.”bisik hatiku

Ingin sekali ku dekap tubuh Evan, memeluknya dengan erat dan mengatakan “aku cinta kamu

Van...”, tapi aku tak bisa, tubuhku seolah-olah seperti patung tak mampu untuk melakukan

hal itu. Lidahku pun kelu untuk ucapkan tiga kata itu. Mata yang berbinar, senyum yang

hangat dari Evan membuatku semakin merasa bersalah terhadap Reza jika aku membalasnya

dan ku ungkapkan perasaanku ini, padahal ini adalah kesempatan emas untuk aku

mengungkapnya, dimana hati kami sudah saling bertemu, hanya kami berdua, dan purnama

menjadi saksi kebisuan itu. Aku masih berharap ada malam lain selain malam ini untuk aku

bisa memilikinya. Tapi untuk malam ini aku tak bisa untuk melukai seseorang, aku harus

mengorbankan cintaku yang sekarang tengah menatap wajahku. Sesak mulai menyudutkan

dadaku, aku mencoba untuk menguatkan hatiku untuk tidak melepaskan hasratku yang

sebenarnya. “maapkan aku Van....aku harus memilih Reza.”lirihku dalam hati.

33

Page 34: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Aku mencintaimu van....aku selalu merindukan semua tentangmu, matamu, senyummu,

sentuhan tanganmu, bayanganmu van....aku begitu mencintaimu sehingga aku tak kuasa

untuk memilikimu, aku tak bisa memilikimu Van....aku takut..aku takut melukai hati orang

lain, aku tak mungkin menuruti keegoisanku. Oh Tuhan mengapa di saat ini aku tak bisa

mengungkapkan semuanya, aku tak bisa memilikinya, kenapa Tuhan? Dia begitu aku cintai

dengan segenap jiwa-jiwaku, tapi kenapa aku seolah-olah tak boleh untuk memilikinya,

kenapa wajah Reza menghalangi pandangan hatiku terhadap cintaku. Apakah gerangan ini

Tuhan?”

“kak..bisa tinggalkan aku sendiri, sudah larut malam, besok aku harus bangun pagi.”kataku

membuyarkan tatapannya

“iyah..maap.”katanya dengan nada menyesal.

Evan kemudian melepaskan genggaman tangannya dan beranjak pergi meninggalkan Raisa di

kamarnya. Dia berjalan menuju ruang tamu, dan menutup pintu kamar itu. Raisa masih

terdiam membisu, mencoba untuk menahan air matanya. Tapi ternyata rasa sesak itu mulai

menjebol bendungan air matanya. Ia menangis lirih, ingin sekali dia keluar dari kamar itu

mengejar, memeluk, dan mengatakan “aku mencintaimu Van.” Tapi bayangan kesetiaan

seolah-olah terus menghantuinya. Bagai dua sisi mata uang, di sisi lain ia teramat ingin

menjaga hati Reza, tapi di sisi lain, inilah kesempatan untuk mengungkapkan semua isi hati

yang selama ini tertahankan, tak peduli Evan akan menyambutnya atau menolaknya. Dia tak

bisa berada di keduanya, Raisa harus menentukan pilihan, di sisi mana hatinya akan

menjatuhkan pilihan.

“ada apa ini, mengapa semua ini harus terjadi kepadaku?”

Malam semakin meninggi, Raisa terlarut dalam kegelisahan yang menjadi selimut tidurnya.

Nampaknya perang hati mulai berkecamuk mengganggu jiwanya. Malam itu terasa panjang

baginya, jika saja dia bisa mengungkapkan semua isi hatinya mungkin malam itu akan

menjadi malam terindah untuknya. Potongan Puzzle keenam dalam hatinya adalah sebuah

penyesalan sebagai isyarat bahwa ia tak bisa memiliki Evan Afandi.

**

Selamanya Cinta

34

Page 35: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Bis akan segera pergi meninggalkan kota Bekasi yang telah menjadi kenangan

tersendiri bagi Raisa. Dia masih memandangi ke arah luar jendela, Evan masih berdiri

tersenyum menanti bis itu meninggalkannya. Masih ada sesuatu yang mengganjal hati Raisa,

rasanya ia ingin turun dan memeluk Evan dengan erat dan kembali ke tempat semalam. Raisa

ingin mengulang kembali kejadian semalam, keberanian sedikit demi sedikit mulai

berdatangan dalam hatinya. Tapi waktu tak pernah berpihak atas cinta itu, bis sudah mulai

bergerak meninggalkan kota Bekasi. Evan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Raisa

membalasnya dengan senyuman yang pahit bagi dirinya. Perpisahan kali ini seolah-olah

menjadi pertanda bahwa ia akan terpisah jauh dari Evan. Pikiran-pikiran aneh mulai merasuki

otaknya, tapi dia coba untuk menghempaskan semua pikiran buruk itu. Earphone mulai ia

jejali ke telinganya, sebuah lagu yang mewakili perasaan hatinya ia putar sebagai pengantar

tidurnya. Dawai gitar lagu Selamanya Cinta yang dulu di bawakan Yana Yulio mulai

membuka relung hatinya untuk bercerita apa yang kini tengah ia rasakan. Dalam bagian ini,

Raisa akan mengisahkan tentang hatinya.

Di kala hati resah seribu ragu datang memaksaku....

Rindu semakin menyerang....

Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu..

Dengan sayap pengharapanku ingin terbang jauh....

Biar,,,

Awanpun gelisah, daun-daun jatuh berguguran...

Namun cintamu kasih terbit laksana bintang..

Yang bersinar cerah menerangi jiwaku...

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku..

Hingga membuat kau percaya...

Akan kuberikan seutuhnya rasa cintaku

Rasa cinta yang tulus dari dalam lubuk hatiku..

Tuhan....

Jalinkanlah cinta bersama selamanya...

Selamanya...selamanya......

Dear Evan....

Sejak awal aku menatap mata berbinar itu, telah terjadi gempa dalam hatiku. Mungkin

karena aku wanita yang mencundangi diriku terhadap sesuatu yang orang bilang itulah cinta.

35

Page 36: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Inlah pertama kalinya aku jatuh cinta dan mungkin aku tak akan pernah merasakannya lagi,

kendati sekarang aku telah dicintai orang lain. Bunga yang tumbuh tanpa bantuan musim

telah tumbuh di hatiku. Aku telah ikhlas menerima pergantian musim yang silih berganti

menjenguk ladang hati, yang satu datang dan yang lain akan pergi. Aku tidak tahu kapan

bunga itu bersemi tatkala hatiku mengalami musim gugur yang memilukan hati. Kau telah

mendengarkan bunga-bungaku berbisik pada telinga jiwamu. Dan hal inilah yang membuatku

tampak bodoh menunggu kenyataan manis tentang cinta yang tersambut, tapi ternyata

mungkin aku hanya akan terus bermimpi. Kau telah memberi senyuman seperti air jernih

yang mengalir memekarkan bunga itu, walau aku tak pernah mengetahui isi hatimu yang

sebenarnya. Atau mungkin ini hanyalah seonggok bunga liar yang tak kau kehendaki.

Aku menyadari sepenuhnya anugerah yang Dia berikan untukku melalui cinta ini, adalah

suatu keindahan tersendiri bagi hatiku. Cinta ini yang menjadi penghiburku satu-satunya,

yang menyanyikan lagu-lagu kebahagiaan untukku, yang mengungkap makna hidup dari

rahasia alam jiwaku. Kau memang tak setampan Yusuf, tak sebijak Ibrahim, tak seberani

Musa, dan tak semulia Muhammad. Tapi kau adalah sosok ajaib yang mampu menciptakan

gempa dalam hatiku. Wajahmu memancarkan sinar keemasan. Mata yang berbinar seperti

purnama dalam pekatnya malam yang menggelapi semesta. Bibirmu ibarat Zamrud

khatulistiwa nan indah. Bila kau tersenyum dan ku lihat mutiara berjejer di mulutmu, saat

itulah aku merasakan ketenangan akan dirimu. Semua yang ada padamu seolaah-olah sebuah

kesempurnaan yang tak bisa kulukiskan dalam kata-kata atau bahkan sejuta puisi sekalipun.

Banyak kata yang tak mampu kuungkapan kepadamu, kau memang Mahakarya Sang

Pencipta yang mampu menciptakan ketenangan bagi hatiku. Tapi....wujudku terlalu lemah

untuk memiliki karya itu. Seribu ragu berdatangan memaksa hatiku untuk mengubur semua

rasa ini, kendati rindu mulai menjalar disekujur tubuhku. Aku seperti seekor burung yang

telah patah sayapnya sehingga tak mampu menahan terangnya sinar matahari. Aku tak bisa

menahan kehendak cintaku untuk memilikimu. Meski aku telah mencoba menahan sang

waktu untuk menahan rasa ini, bahkan aku ingin melenyapkannya. Aku menyadari

sepenuhnya apa yang telah tersirat dan tersurat untukku. Aku mungkin tak bisa memiliki

semua yang ada pada dirimu, hanya setiap senyuman yang mungkin masih bisa aku nikmati

untuk menentramkan setiap getaran gempa dalam hatiku. Andai saja aku seorang laki-laki,

mungkin aku akan berani untuk mengungkapkan semua rasa ini padamu. Andai saja aku tak

memilih setia dengan cinta yang lain, mungkin kau yang akan ku miliki. Tapi mengapa kau

tak membiarkan aku mendengarkan semua isi hatimu kendatipun itu akan sangat

menyakitkan untukku tapi setidaknya aku tahu apa yang telah kau rasakan padaku. Dan hal

36

Page 37: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

itu yang membuat aku takut, aku takut untuk memulainya, aku begitu takut untuk kau

hempaskan dari kehidupanmu. Aku begitu takut tak bisa melihat wajah dan senyuman itu

lagi. Aku takut sekali Van....aku takut semuanya akan lenyap begitu saja. Biar ku nikmati

permainan ini walau kau tak pernah tahu isi hatiku, mungkin pula tak ingin memilikiku, tapi

paling tidak aku masih bisa untuk menikmati setiap lekuk wajahmu yang indah karena

senyumanmu. Biarlah rasa ini ku pendam sendiri. Tak peduli apapun yang kulakukan, baik

ataupun buruk hal itu tetap indah bagiku. Kau yang membuat aku merasa menjadi orang

hebat karena aku punya penasehat sepertimu, walaupun aku punya Reza, kau tetap menjadi

yang terindah dalam hariku. Kau akan tetap menjadi bintang hatiku, dan cinta ini selamanya

hanyalah untukmu. Sebuah nama dan sebuah cerita yang akan terus terukir indah di hatiku.

Semua tentangmu akan tetap indah Evan Afandi........................

Ungkapan perasaan itu mulai menggema di sekujur tubuh Raisa, hanya bisa berharap

takdir yang akan membawanya untuk bisa memiliki Evan Afandi kendati jalan terjal dan

berliku harus dia lalui. Senja mulai menyembunyikan matahari, bis terhenti dan menurunkan

Raisa di sebuah halte di kota Tangerang. Reza menyambut kedatangannya dengan sebuah

senyuman hangat, tapi senyuman itu tak pernah berarti bagi Raisa. masih terus terngiang

dalam benaknya tentang kejadian malam itu di Bekasi. Hatinya terus berdoa semoga masih

ada kesempatan untuk bisa mengungkapkan semua perasaanya kepada Evan Afandi.

Potongan puzzle ketujuh adalah sebuah kesempatan yang mungkin bisa membawanya agar

bisa menyerahkan hatinya hanya untuk Evan Afandi

**

Ungkapan Hati yang Bisu

Mimpi adalah sebuah media yang baik, dimana dua hati yang tak bisa saling memiliki

bisa bertemu dan mengungkap semua rahasia hati yang selama ini hanya bisa membisu

mencari sebuah kepastian tentang siapa yang akan memiliknya. Sudah beberapa bulan

terlewati, Evan Afandi seolah menghilang kembali dari kehiduapan Raisa. ini bukanlah kali

pertama Evan menghilang tanpa sejak. Raisa sudah terbiasa dengan hal itu. Dia masih terus

mencoba membangun cinta yang kini ada dihadapannya, kendatipun harus dengan tertatih-

tatih karena hatinya selalu menolak untuk meberi cinta itu pada Reza. Hati itu hanya ingin

pemilik sebenarnya, Evan Afandi yang seharusnya memiliki hati ini.

37

Page 38: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Berkali-kali ku lihat layar di ponselku, berharap ada secarik kabar berita tentang

Evan. Aku selalu memikirkannya namun aku juga tak boleh terlalu berharap padanya.

Perasaan dan angan ini terlalu menyita waktuku, aku ingin melupakannya, tapi aku tak bisa.

Satu hal yang mungkin bisa membuatku benci hanyalah kebisuannya dan caranya

menghilang. Hal itu yang selalu membuat aku menjadi orang tersakiti oleh perasaanku

sendiri. Ketika dia ada aku merasa nyaman, aku merasa menjadi orang yang paling

berbahagia, tapi ketika dia pergi menjauh tanpa kabar berita seolah-olah dia telah

mempermainkan hatiku. Adakah yang salah dengan perasaan ini?aku ini seorang wanita

yang menungu kata cintanya bukan mengungkapkannya, karena itu ku biarkan rasa ini

mengalir tanpa arah yang pasti mau dibawa kemana sebenarnya cinta ini. Hubunganku

dengan Reza seperti sayur tanpa garam, terasa hambar saat aku menjalani hari bersamanya.

Hatiku tak bisa berpaling dari sebuah nama, Evan Afandi. Tapi sudah yang kesekian kalinya

dia menghilang, kemudian dia datang bagai hujan tanpa awan. Terkadang melemahkan

cintaku tapi terkadang menguatkan cinta ini untuk memilikinya. Gila...sungguh hal ini

membuatku gila. Reza selalu menjejali otakku dengan hal-hal buruk tentang Evan, dan

mungkin sekarang aku sedikit teracuni oleh setiap kata-katanya. Setiap detik yang ku lalui

bersama dengan Reza racun itu mulai ia minumkan ke dalam kerongkonganku. Evan Afandi

yang selalu menjadi bahan pertengkaran antara aku dan Reza. Reza memang kekasihku, tapi

dia tak bisa memiliki hatiku seutuhnya. Itulah sebabnya jika aku mulai bosan dengan segala

sikap kekanak-kanakannya bahkan meminta putus darinya, nama Evan yang selalu mencuat

menjadi kambing hitamnya. Dia tak akan pernah berhenti menjelek-jelekan Evan hingga aku

mengalah dan menarik setiap kata putusku. Reza tahu kelemahanku hanyalah Evan, aku takut

dia akan melakukan hal-hal buruk kepada Evan. Aku tahu laki-laki yang aku hadapi

sekarang, luka yang digoreskan di hatinya akibat perceraian kedua orang tuanya begitu

menyakitkan baginya. Jika akupun berani meninggalkan luka di hatinya dan pergi memilih

Evan Afandi, entahlah apa yang akan terjadi padanya. Dalam setiap diamku aku selalu

mempertahankan hubungan kosong ini. Ku biarkan waktu yang menjawab dengan siapa aku

bersanding dan menjadi istri yang paling berbahagia.

“Evan hilang lagi kan?”tanya Reza sinis

“sudah biasa.”jawabku datar

“tolong kamu hargain persaan aku Sa.”tegasnya

“kalau aku tak menghargaimu, mungkin aku sudah tak lagi bersamamu dan memilih

dengannya.”jawabku

38

Page 39: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“alaaaahhh..dia itu cuma mau mempermainkan kamu Sa, kalau dia cinta kenapa dia gak

pernah ngomongin cintanya sama kamu. Buktinya dia datang dan pergi sesuka hatinya, kalau

dia benar-benar cinta kenapa dia tak memperjuangkanmu kaya aku.”tukas Reza dengan

bangga

“iyah aku tahu Za, itulah alasan kenapa aku setia sama kamu.”ucapku berbohong

Evan...dan Evan lagi yang selalu menjadi kambing hitam dalam pertengkaran kami. aku

sudah tidak mau menyeret nama Evan lagi dalam pertengkaran ini. Aku tak ingin dia

tersudutkan meskipun hanya namanya yang menggaung diantara kami. ku biarkan Reza

mengolok-olok perasaanku ini. Racun keraguan yang diminumkannya setiap hari untukku

mulai bereaksi, ditambah lagi kebisuan Evan tentang apa yang dirasakanya seolah-olah

membuat aku semakin menjauh darinya. Mungkinkah dia hanya mempermainkan aku

saja?”pikirku. sikapnya yang aneh, membuatku perlahan harus mempercayai omongan Reza,

dan kenyataannya Evan tak pernah mengungkapkan perasaannya, sekalipun dia mengirim

pesan pasti salah kirim dan itu ditujukan untuk perempuan lain, dan kini dia menghilang, dan

mungkin suatu saat dia akan muncul lagi dan membuat aku jatuh bangun untuk menguatkan

cinta ini lalu melupakannya. Sedkit-demi sedikit keraguan itu mulai muncul, virus-virus

kebencian Reza mulai menancapkan senjatanya di tubuhku. Ku pejamkan mata ini, dan ku

biarkan otakku menghapus semua kenangan tentangnya, meski hati ini terus meronta. Hingga

datanglah sebuah pesan dari Evan, kini datang kembali dan mengungkapkan semua

perasaanya padaku.

Pesan itu membuat Raisa heran, dia tak tahu maksud dari pesan itu, dia berpikir Evan

mungkin salah kirim lagi. tapi pesan itu cukup menganggu Raisa, dalam ketenangan jiwa

yang ingin melupakan semua tentang Evan hatinya kembali terusik.

Melihat jawaban yang dikirim Raisa, tentu saja membuat Evan sedikit tersinggung, tak lama

kemudian dia menelepon Raisa yang hatinya telah teracuni keraguan. Raisa benar-benar

sudah tidak tahan dengan sikap Evan yang datang dan pergi sesuka hatinya.

39

Bersediakah kau menjadi istrimu untuk istrimu?

Maksud kamu apa?

Kamu mau permainkan hatiku ya??

Page 40: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“maksud aku apa?”tanya Evan dengan sedikit meninggi

“iyah, apa maksud kamu sekarang Van, kamu datang terus kamu hilang, kadang kirim sms

nyasar, sekarang aku tanya sama kamu apa maksud semua itu?”jawab Raisa dengan geram,

tak ada lagi panggilan kakak untuk Evan

“aku gak punya maksud yang buruk tentang kamu Sa, dari semenjak kita bertemu.”jawab

Evan tenang

“kalau kamu gak punya maksud buruk, trus kenapa kamu seolah-olah mainin perasaan aku

Van?”jawabku keras

“mainin, hati kamu? Siapa yang sebenarnya mainin perasaan ini aku tau kamu Sa?”tanya

“apa lagi maksud kamu?”tanyaku semakin bingung

“dengar Sa, sejak awal kita ketemu, aku sudah jatuh hati sama kamu, kebaikan kamu,

senyum kamu, perhatian kamu, semuanya telah membuat aku mempunyai perasaan lebih dari

seorang kakak. Itu alasan aku kenapa aku menghilang sejak pertama kita ketemu Sa, aku gak

mau mengecewakan kamu, aku tahu kamu juga cinta sama aku, makanya aku menghindar,

aku gak mau kamu kecewa kalau kamu tahu seperti apa aku yang sebenarnya.”jawabnya

“kamu gak pernah buruk di mataku, seperti apapun kamu pasti aku terima.”jawabku

“sebenarnya aku muak dengan rasa ini Sa, aku ingin membuangnya jauh-jauh, aku tahu

semuanya tentang kamu Sa, aku tahu kamu sudah berhubungan Reza, aku tahu itu meski

kamu menyembunyikannya dari aku, inget kejadian di taman kota itu Sa, saat itu aku ingin

merebut kamu dari Reza, aku tahu kamu gak cinta sama Reza,aku tahu aku yang kamu cintai.

Tapi kata-katamu tentang Indra membuat aku kembali mengurungkan niatku.”ujar Evan

dengan nada menyesal

“indra?”tanyaku

“iyah, kamu inget saat aku bilang masih ada laki-laki yang cinta sama kamu Sa, andai kamu

bisa baca pikiran dan hati aku, laki-laki itu aku Sa, aku yang mencintai kamu. Kenapa kamu

gak pernah sadar Sa, kenapa kamu bilang Indra yang terus kamu cintai bahkan kamu rela

dijadikan yang kedua andai itu terjadi. Sakit Saaaaa......andai kamu tahu dari awal kau

meminta aku buat nganter kamu ketemu Indra, aku ingin menolaknya dengan alasan ada

urusan di Bekasi, masih ingatkan Sa?” tapi ku biarkan perasaan cintaku mengalah hanya

untuk membuat kamu bahagia Sa, itulah alasan kenapa aku terdiam saat mengantarmu.

Kenapa kamu gak pernah bisa ngertiin hati aku.”jawab Evan dengan sangat tegas

“kalau kamu cinta sama aku kenapa kamu gak bilang aja waktu itu, aku ini perempuan aku

gak mungkin ngungkapin persaan aku duluan?”tanyaku dengan penuh penyesalan

40

Page 41: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“aku sudah menarik hatiku Sa, aku tak ingin dibandingkan dengan Indra yang selalu

sempurna di mata kamu. Kalaupun aku bisa menyatakan perasaanku dan aku milikin kamu,

aku gak bisa menjalani hubungan dengan perempuan yang masih mengingat masa lalunya,

aku gak mau Sa!”tegasnya

“oh Tuhaaaaannnnn apa yang telah aku lakukan padanya, seandainya dia tahu yang

sebenarnya hanya dia yang aku cintai hingga detik ini.”lirihku dalam hati

“kejadian malam itu di Bekasi, aku mencoba lagi untuk mengungkapkan perasaan aku

dengan sikapku padamu, aku ingin kamu bisa baca pikiran aku Sa, aku ingin milikin kamu

malam itu, aku genggam tangan kamu berharap kamu bisa mengerti apa yang sedang aku

rasakan, kamu menghindari aku Sa, sakit Sa....cintaku seperti bertepuk sebelah tangan. Itulah

alasan kenapa aku menghilang lagi dari kehidupan kamu.”ujarnya

“terus kenapa kamu datang lagi, kenapa kamu gak pergi aja dari kehidupan aku, ini membuat

aku tersiksa Van.”kataku sambil menangis

“aku ga bisa lupain kamu Sa, itulah kenapa aku kadang-kadang datang lagi dalam kehidupan

kamu, aku ingin tahu kabar kamu, masalah aku salah kirim buat cewek lain, biar kamu benci

aku dan kamu gak terlalu menaruh hati lagi padaku. Reza mungkin yang terbaik buat kamu

Sa.”jawabnya pelan

“tapi....???”kataku, maksud hati ingin menjelaskan semuanya, tapi Evan sepertinya sudah

terlihat emosi.

“sudahlah Sa, aku gak mau ganggu hubungan kalian, aku mundur dari kehidupan kamu Sa,

aku gak mau ganggu kamu Sa.”katanya

“tapi aku Cuma cinta sama kamu Van.”kataku dalam hati

“aku gak tahu Sa, aku bingung harus gimana, kamu jangan pernah ninggalin Reza demi aku

Sa, aku yakin kok dia sayang kamu melebihi aku.”tukasnya dengan sangat jelas

“semoga kamu bahagia Sa...”

Tuuuuutttt...tuuuuuttttt....

“tapi Van?”

Belum sempat aku melanjutkan pembicaraanku, teleponya terputus, ku coba untuk

meneleponnya kembali tapi handphonenya langsung tak aktif lagi.

“oh Tuhan , mengapa dia baru mengungkapkannya sekarang? Dan kenapa harus dengan

keadaan yang seperti ini?aku tahu aku salah menilainya, aku terlalu bertahan dalam

prinsipku, bahwa wanita tak mungkin mengungkapkan kata cinta pertama, itu salah besar,

dan kini orang yang aku cinta akan benar-benar menghilang dari kehidupanku. Apa salahku

Tuhan? Mengapa harus dengan cara ini aku mengetahui perasaannya padaku. Kembalilah

41

Page 42: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Van...., kita harus bicara untuk menentukan arah rasa ini, jika memang kita tak harus

bersatu paling tidak kita bicara dari hati-ke hati, semoga aku bisa memperbaiki semuanya,

aku ingin menyerahkan hati ini kepada pemiliknya. Aku terima apapun yang akan kamu

lakukan padaku, jika kamu harus membenciku seumur hidupmu, aku ingin memelukmu

dengan erat Van, aku gak mau kehilangan kamu lagi Van....rasa ini selalu menyiksaku saat

aku mencoba memejamkan mata untuk melupakanmu Van. Bila kamu memang untukku Van,

kembali lah Van, bawalah aku ke dalam hidupmu, bebaskan aku dari belenggu cinta Reza?”

Hinakah aku bila aku memintamu Van...paling tidak aku bisa temukan yang terbaik untuk

menenangkan hatiku.

Evan Afandi kembalilah.............

Potongan Puzzle ke delapan adalah rasa yang hilang yang mungkin akan menjadi racun abadi

dalam tubuh Raisa yang sewaktu-waktu bisa saja membuatnya mati.

**

Hujan di Penghujung Desember

Desember 2009

Hujan terus mengguyur kota Bandung di penghujung tahun ini. Sudah hampir

seminggu di kota ini, Raisa tak beranjak untuk keluar dari rumahnya. Kota ini selalu menjadi

kenangan terindahnya bersama Evan, lelaki yang sekarang tak pernah ada kabar lagi. Tiga

bulan sejak dia mengungkapkan perasaannya pada Raisa, dia benar-benar menghilang dari

kehidupan Raisa. Padahal ingin sekali Raisa meminta maaf padanya, dan kali ini dia akan

benar-benar mengungkapkan semua isi hatinya. Raisa berharap Evan bisa menerimanya.

Raisa rela jika harus meninggalkan Reza, dia sudah tak mau lagi melihat Evan bersedih dan

terus berkorban untuknya. Rasa sesal dan rasa bersalah terus menjadi momok yang

menakutkan bagi Raisa. Dia harus membuat Evan bahagia, dia ingin membalas semua

kebaikannya, dia ingin memiliki Evan, dia tak mau rasa bersalah ini terus menghantui hatinya

42

Page 43: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

karena hatinya masih ingin kembali kepada pemiliknya. Raisa akhirnya mencoba untuk

menghubungi Evan, berharap masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Pintu

hati Evan memang masih terbuka untuk berkomunikasi dengan Raisa meskipun tak sehangat

dulu. Setidaknya Raisa akan mencoba sedikit demi sedikit menata hatinya kembali. Memang

ada yang aneh dengan sikap Evan akhir-akhir ini. Dia begitu dingin, dia telah berubah,

mungkinkah dia telah membenciku?”pikir Raisa.

Hari itu langit begitu cerah, tak ada pertanda bahwa hujan akan turun lagi. matahari

mulai menunjukkan cahayanya setelah beberapa hari ini sinarnya terpadamkan oleh air hujan

yang tak pernah berhenti membasahi bumi. Meskipun hubungan Raisa dan Evan baik-baik

saja seperti layaknya seorang adik dan kakak, tapi nampaknya untuk kali ini memang harus

benar-benar berakhir untuk selamanya. Siang itu Raisa menerima pesan dari Evan yang

benar-benar membuat hatinya hancur, gempa kali ini benar-benar seperti prahara yang

memporak porandakan hatinya dengan mendatangkan tsunami.

43

Menikah:

Vina Pramudia

Dengan

Evan Afandi

Untuk melaksanakan perintahMu, megikuti sunnah RasulMu dalam rangka membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah dalam satu ikatan pernikahan

Akad Nikah

Hari/tanggal : Sabtu, 2 Januari 2010

Pukul : 09.00 WIB

Bertempat di kediaman mempelai wanita

Page 44: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Tak ada angin dan tak ada hujan, tiba-tiba aku terhempas usai menerima pesan itu. Langit

seolah-olah memutar-mutar tubuhku dan membenamkan aku ke dalam kerak bumi yang

begitu dalam. Kilat seolah-olah menyambar nyambar di atas kepalaku. Inilah jawaban dari

semua cintaku, cinta yang tak kunjung berlabuh di dermaganya, cinta yang membuat aku

seperti seorang pesakitan, cinta yang telah menghujamkan pedangnya di dadaku dan

kemudian membunuhku dengan ketajamannya. Aku menangis sejadi-jadinya tak kuasa

menahan semua rasa sakit yang mulai menjalar di sekujur tubuhku. Sakit ini seperti antigen

besar yang berjumlah banyak dan datang menghancurkan antibodi cintaku. Detak jantungku

seolah terhenti, semua rasa sakit itu menghantarkan pesan pada otakku, mereka ingin aku

berteriak sekeras-kerasnya, “apa salahku Tuhan, mengapa takdir begitu kejam padaku?”

Sejak saat itu hujan air mata tak kunjung mereda di kelopak mataku. Aku tak berani keluar

dari kamarku, terbaring sakit tak berdaya karena suatu penyakit yang tak mungkin ada

obatnya. Tak ada lagi hal-hal yang bisa ku perbaiki lagi untuk mendapatkan cintaku, hatiku

marah dan benci pada diriku sendiri. Kepalaku terasa berat, demam kini melanda sekujur

tubuhku, penyakit aneh ini tiba-tiba menyerang tubuhku. Aku hanya bisa membalasnya

dengan satu kata yang menyakitkan untuku “Selamat”. Hanya itu yang mampu aku ucapkan

untuk membalas pesannya itu. Rasa sesal itu semakin membuatku tersudut. Aku belum

sempat membahagiakannya, kenapa takdir begitu cepat menjodohkannya dengan orang lain.

**

Sudah dua hari aku terbaring sakit, entah dari mana datangnya penyakit itu, yang jelas aku

ingin menikmatinya dengan kesendirianku. Aku masih tak percaya dengan pesan itu, bolak-

balik ku buka pesan di inbox ponselku, ini benar-benar dari Evan, berharap ini hanyalah

sebuah gurauan belaka. Semakin aku melihat pesan itu semakin aku menagis dibuatnya. Aku

berharap ada keajaiban nama mempelai wanita tergatikan dengan nama Raisa Kirana bukan

Vina Pramudia. Tuhan...aku mohon berikanlah keajaiban dan kekuatan untuk aku

menghadapinya?

Evan mengajak Raisa bertemu untuk yang terakhirnya kali dengan statusnya yang masih

single. 30 Desember nanti dia akan menunggu Raisa di alun-alun kota. Dia berharap Raisa

bisa datang menemuinya, ada yang ingin dia sampaikan untukknya. Andai saja Evan tahu apa

yang terjadi pada Raisa, dia terbaring lemah tak berdaya dengan berita darinya, tak mungkin

44

Page 45: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

dia akan pergi menemuinya, karena itu berarti Evan akan tahu dia sakit dan itu akan membuat

rasa bersalah dalam diri Raisa semakin bertambah kuat.

“aku tunggu kamu yah Sa...”

Itu pesan terakhir dari Evan, dan Raisa menolaknya. Dia tak ingin Evan tahu dia sakit, dia tak

ingin Evan tahu air mata telah membanjiri wajahnya. Padahal ia ingin sekali melepas

“kepergian” Evan dengan sebuah pelukan terakhir. Oh Tuhan ingin rasanya aku pergi dan

menemuinya untuk katakan aku mencintainya dan mencegahnya untuk tidak menikah dengan

wanita lain selain aku.”

Rasa ini benar-benar membunuhku, hanya bisa kutuliskan dalam buku diary ku yang kini

mulai penuh dengan tulis-tulisan tentang dia Evan Afandi.

Dear Evan......

Permintaanku dalam urusan cintaku.......................

Hanya berharap Tuhan bisa menghapus dia dari hatiku

Karena kini semuanya telah menjadi sia-sia

Dan tak akan mungkin pernah terjadi

Satu kisah cinta yang selama ini selalu aku banggakan

Dalam setiap langkah hidupku....

Dalam setiap hela napasku...

Dalam setiap jalan pikiranku....

Karena ternyata....

Dia telah mengubah semua rasa yang tercipta untukku

Menjadi sesuatu yang tak berarti apa-apa

Dia tak pernah bisa melihat semua cinta yang ada untuknya

Padahal aku sudah berusaha semampuku

Untuk menjadi apa yang dia inginkan

Untuk menjadi yang terbaik untuknya

Mengapa?

Tak bisakah dia mencintaiku

Dengan segenap jiwa-jiwaya yang tulus

Untuk menerima segala kekuranganku

Karena aku memang bukan seorang manusia yang terlahir sempurna

Tapi bukankah aku layak untuk mencitai dan dicintai?

Walau aku hanya memiliki sebuah cinta yang tulus

45

Page 46: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Yang tumbuh jauh di dalam palung jiwaku

Dan kini.....

Aku harus membiarkan waktu yang bergulir

Untuk menjawab semuanya

Dan bertanya pada hatinya

Apakah aku pernah ada di dalam hatinya..............

 

Hanya sekilas saja aku mengenal dirimu, dalam suatu kebetulan yang tak pernah kusangka

akan menjadi sebuah kenangan yang tak bisa aku lupakan begitu saja. Aku memang masih

mencintainya, dan sampai kapanpun hanya dia yang akan menjadi raja di dalam dimensi

hidupku. Meski aku dan kamu sama-sama tahu aku tak mungkin lagi bisa memilikinya. Aku

tak pernah mengira aku juga tersiksa oleh perasaan yang datang tiba-tiba, dan tanpa aku

sadari aku ingin memilikimu. Tapi kau telah menciptakan gempa dalam hatiku, dan

membuatku terpikat saat pertemuan pertama kita. Dan kejadian inilah yang membuat kita

mempunyai perasaan yang serba salah untuk di ungkapkan. Kau datang dan pergi secara tiba-

tiba, seolah –olah tak pernah ada sesuatu yang istimewa di hatimu tentang aku. Dan aku pun

berpikir aku memang bukan wanita yang sempurna  di matamu. Hingga aku pun enggan

untuk mengatakan rasa yang salah ini. Dan seandainya kau tahu rasa yang ku pendam ini

telah membuat aku tenggelam dalam lautan kebimbangan yang ombaknya terdiri dari

deburan penantian, yang birunya penuh dengan pengharapan, yang buihnya terdiri dari jutaan

pertanyaan. Tak ada sepatah katapun yang mampu menjawab pertanyaan hatiku tentang cinta

yang tak di ingini. Aku memang tak pernah mengerti tentang sesuatu yang tersirat di matamu.

Dan mungkin aku hanya salah menduga menilai semua yang ada pada dirimu yang seolah-

olah indah sekali kau tanamkan mimpi di hidupku untuk mengembalikan kepercayaanku

tentang arti sebuah cinta. Mungkin aku yang salah mengartikan semuanya, karena mungkin

aku terlalu berharap kepadamu karena hanya kau seperti kekasihku. Dan semuanya

terlambat!!!!atau mungkin bisa dibilang inilah takdir Sang Maha Cinta, kau bukanlah

untukku.  Dan kini terungkaplah semua misteri yang selama ini menjadi beban di dalam

otakku. Dan aku tahu belahan hatimu bukanlah hatiku. Dan kebersamaan kita selama ini

menjadi suatu hal yang sia-sia. Dan aku harus bisa melepaskan semua rasa ini karena aku

juga telah menyakiti satu hati. Apalagi pengkhianatan terbesarku saat purnama April bersinar

terang di Bekasi. Aku tak akan pernah melupakan kejadian itu seumur hidupku. Saat arti

sebuah kesetiaan kupertaruhkan di meja cinta yang tak kunjung jua memberikan jawaban.

Dan kamu tak pernah mengerti tentang penantianku terhadap jawaban cintamu padahal aku

46

Page 47: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

telah melukai satu hati yang mencintaiku. Aku pun menyadari kau terluka karena aku masih

menyimpan kenangan masa laluku dan aku pun telah ada yang memiliki. Hingga akhirnya

kau harus menjauh dariku untuk selamanya. Aku menerima semuanya pun saat kau akan

mengikat janji sehidup semati dengan orang lain. Itu semua mungkin karena kesalahanku dan

ketidak dewasaanku. Inilah jawaban dari semua kebimbangan itu, kau bukan untukku. Meski

sesal yang datang kini karena aku tak bisa memilikimu, namun itu tak akan membuatmu

kembali kepadaku. Maafkan aku yang tak pernah tahu perasaanmu yang sesungguhnya

karena kebodohanku masih mencintai kekasihku yang dulu. Dan kini semuanya telah berlalu.

Aku berharap andai saja akhir desember itu aku masih bisa merasakan kebaikan sang waktu 

yang tersisa untukku untuk merasakan cinta yang tersembunyi di dalam hatimu. Andai kan

saja aku bisa bertemu denganmu pagi itu sebelum kau menjadi milik orang lain untuk

selamanya, ingin aku melepasmu dengan pelukan terakhirku..

Potongan puzzle ke sembilan adalah janji suci yang akan menjadi jurang pemisah kisah cinta

Raisa. Masih berharap ada satu kesempatan dan keajaiban yang terjadi, karena Raisa belum

sempat membuat Evan bahagia.

**

Semenit Waktu

Meninggalkan kota Bandung yang sarat akan kenangan bagi seorang Raisa. Dia harus

mengakhiri masa liburanya dengan segera kembali ke Tangerang. Dia tak ingin larut dalam

kesedihan, dia menganggap semua ini hanyalah mimpi buruk baginya. Dia ingin melupakan

semua tentangnya, meski harus dengan luka yang berdarah-darah, dia ingin mempertahankan

tubuhnya dari segala sesuatu yang membuat dia akan mejadi seorang pesakitan. Rasa

penyesalan yang kian menggunung masih terus saja menghantui pikirannya. Di sudut kamar

kostnya dia duduk termenung. Bunyi terompet dan petasan menyambut tahun baru 2010 tak

bisa membuatnya ikut berbahagia. Raisa masih larut dalam kesedihannya, hatinya masih

terasa sepi kendati keramaian mulai bergema di telinganya. Tawa dan canda teman-temannya

seolah-olah hanya sebuah tontonan pantomim kosong bagi dirinya. Hatinya masih belum bisa

melepas kepergian Evan Afandi. Besok Evan akan melangsungkan pernikahannya dengan

wanita lain, dia tak punya kesempatan lagi untuk bertemu dengannya apalagi untuk

mengungkapkan semua isi hati yang belum diungkapkannya. Evan akan mengucapkan janji

47

Page 48: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

suci yang akan mengikatkan hatinya hanya kepada wanita yang besok akan menjadi

pendamping hidupnya untuk selamanya. Cinta ternyata tak berpihak pada Raisa.

Pagi itu aku terbangun dari tidurku langsung menatap ke arah kalender yang terpajang

di dinding kamarku, berharap tanggal 2 Januari 2010 menghilang. Ternyata tak ada

sesuatupun yang bisa merubahnya kecuali aku menghapusnya dengan tipe-x, itupun tetap saja

meninggalkan bekas. Aku berharap aku amnesia, hingga aku bisa melupakan semua yang

telah aku alami. Aku ingin merefresh otak dan hatiku, bersembunyi dari kenyataan yang ada,

bukan...bukan bersembunyi tapi berlari dari kenyataan lebih tepatnya. Ku nyalakan laptopku,

dan ku putar playlistnya, dan bergegas pergi ke kamar mandi. Riak air yang tenang dan

dinginnya membawaku terhanyut untuk mencoba menghapus semuanya. Kata orang air bisa

membuat ketenangan tersendiri bagi orang sedang marah, risau, ataupun sedih. Hingga tiba

lagu Sekali aja yang membuat aku kembali tersadar dari ketenangan yang telah air berikan

untukku. Aku terdiam, dan tak terasa air mataku menetes kembali, kemarin bukan mimpi itu

adalah kenyataan Evan hari ini akan menjadi milik orang lain, dan aku tidak amnesia, aku

masih menyimpan perasaan itu.

kalau saja aku masih punya kesempatan yang sama...

atau semua yang pernah terjadi bisa terulang lagi..

tapi ternyata kesempatan yang ada hanya sekali...

sampai kini masih ku tunggu datangnya keajaiban

yang mungkin saja masih bisa memberiku waktu satu kali lagi..

seandainya masih bisa ku dapatkan, sekali lagi...satu kali lagi...

masih tertunda dan belum semua ku katakan...

biar ku tunggu sampai kau kembali lagi disini..

harus kau dengar semuanya harus kau dengarkan..

isi hatiku yang belum ku sampaikan....

teryata tak semudah itu keinginan itu bisa terjadi..

tapi ku berharap semoga masih ada kesempatan sekali lagi...

Belum semuanya Van....belum semuanya kau tahu isi hatiku, semuanya masih ku

simpan dengan rapi, masih tertunda, aku belum sempat mengeluarkan isi hatiku, apakah

mungkin aku berharap pada keajaiban yang mungkin bisa membawamu kembali kepadaku,

aku masih mencintaimu.”lirihku

Ku pandangi layar handphone ku, ingin sekali ku kirimkan ucapan “selamat menempuh hidup

baru”, namun aku tak kuasa untuk menuliskannya. Biarlah kini ku hadapi semuanya, aku

harus menyadari kau memang bukan untukku. Dan itu adalah sebuah pil pahit yang harus ku

48

Page 49: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

telan sekarang. Ku buka buku diaryku, ku baca dari halaman pertama aku mengenalnya dan

kemudian aku mencintainya. Kisah ini benar-benar nyata, cerita kasih tak sampai itu benar-

benar terjadi padaku. Tak ada lagi malam aku bisa tertawa bersamanya, bernyanyi

bersamanya dan melepaskan semua cerita hari-hariku. Ingin sekali ku kembali memutar

waktu itu, membuatnya bahagia bersamaku. Semuanya kini telah berakhir bagai sebuah

mimpi buruk. Mimpi yang telah menerjang ruang batin hidupku dengan tak berperasaan. Aku

hanya bisa tertegun menatap gambarmu yang begitu sempurna bagiku. Semuanya terasa mati,

hilang semangat hidupku. Aku begitu mencintainya, aku merindukannya, aku tak bisa

melupakannya, aku teramat menyayanginya. Seperti inikah balasan cintaku? Seperti inikah

takdir cintaku?

Jika memang ini adalah takdirku, aku hanya bisa berharap satu menit saja aku ingin

membalas cintanya yang tak pernah aku ketahui. Sungguh rasa sesal ini telah mendarah

daging di tubuhku. Aku harap Evan benar-benar menemukan kebahagiaanya. Namun jika

Evan tak berbahagia, aku tidak bisa memaafkan diriku atas semua ini. Karena semua ini

adalah salahku.

Kadang ingin sekali aku bertemu denganmu, mengulang kembali semua waktu yang telah

kita lalui bersama meski penuh dengan sejuta pertanyaan. Aku ingin sekali berbagi cerita

denganmu tentang waktu yang kulalui seperti dulu. Sangat sukar sekali kini aku sudah tak

bisa lagi menginginkanmu. Ternyata tanpamu cinta sudah tak berarti, dan aku tak pernah

mengira ini akan mengulang kejadian yang seharusnya sudah kubur dalam-dalam otakku.

Mengapa harus kau terikat?????

Padahal sebelumnya telah kau ungkapkan hanya aku yang ada di hatimu. Dan aku masih

menaruh harapan terbesarku bisa menjadi permaisuri hatimu. Tapi itu tak mungkin lagi????

Semuanya harus lenyap, dan aku harus menerima semua ini aku harus melupakanmu…

Cinta memang tak harus memiliki itulah pernyataan klasik yang kini harus ku terima, tapi

jujur aku tak mudah untuk melupakanmu. Karena nanti aku harus merasakan kerinduan yang

terlarang……

Tuhan......ijinkanlah aku membalas cintanya suatu saat nanti, kendatipun hanya semenit

waktu yang Kau berikan kepadaku, paling tidak aku tidak akan pernah merasa bersalah lagi

padanya. Dia pergi karena kekanak-kanakanku, kebodohanku yang tak pernah bisa membaca

hati dan pikirannya. Dia berlalu karena aku telah melukai hatinya. Sepotong puzzle ke

sepuluh adalah keajaiban, berharap waktu masih berbaik hati mempertemukan Raisa dengan

Evan Afandi.

**

49

Page 50: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Permintaan Terakhir

Sudah 4 tahun lamanya Raisa menjalani hidupnya dengan kesendirian. Sejak Evan

menikah dengan wanita lain, dia mencoba untuk belajar mencintai Reza dengan sepenuhnya

dan berharap bahwa Reza adalah orang yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya. Tapi

takdirpun berkata lain, beberapa bulan setelah Evan menikah, Reza pergi meninggalkannya

tanpa sebuah kata perpisahan. Hatinya benar-benar merasa dipermainkan. Padahal demi Reza

dia harus mengorbankan cintanya dimiliki oleh orang lain, tapi ternyata balasannya begitu

pahit. Ini jawaban dari segala keraguan hubungannya. Sejak awal mereka menjalin hubungan,

Raisa tahu Reza bukan yang terbaik, tapi rasa kasihan itu yang tak bisa membuatnya pergi

dari kehidupan Reza. Rasa penyesalan itu semakin membesar di dada Raisa. bukan kepergian

Reza yang dia tangisi, bukan perpisahannya dengan Reza yang membuat dia sakit hati, tapi

penyesalannya karena telah mengorbankan Evan dan memilih tetap mempertahankan

hubungannya. Tapi biarlah Reza pergi dari kehidupannya dan berharap dia tidak akan lagi

menampakkan wajahnya. Karena itu akan membuat Raisa semakin bersalah terhadap Evan.

Raisa tak bisa memaafkan Reza, karena dialah yang harus bertanggung jawab atas kepergian

Evan.

Satu tahun terakhir ini dia habiskan di atas ranjang pesakitan.. Tubuhnya terasa

lemah, wajahnya begitu pucat. Kegiatannya hanya keluar masuk rumah sakit, menjalani

semua terapi dan meminum semua jenis obat hanya untuk memperpanjang nyawanya.

Harapannya untuk bisa tetap hidup sangat tipis, saat dokter memvonis dia mengidap

Leukemia Limfosik Kronis. Sel-sel darah putih telah menyerang imunitas tubuhnya sehingga

dia harus menjalani beberapa pengobatan untuk mencegah sel-sel itu berkembang menjadi

banyak dan mematikannya dengan sekejap.

“mimisan lagi Sa?”tanya Anna yang saat itu sedang menjenguknya di rumah sakit.

“sudah biasa An, sudahlah tak usah khawatir seperti itu, aku akan baik-baik saja kok.”kataku

mencoba menenangkan

Anna melihat luka lebam di tangan Raisa, dia tak kuasa melihat sahabatnya berusaha

menahan segala rasa sakit yang kita ada di sekujur tubuhnya.

“kamu pasti sembuh Sa.”ucap Anna sambil memelukku.

“sudahlah An, jangan mengasihaniku seperti ini, aku kuat kok.”kataku

50

Page 51: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Anna tak kuasa menatap wajah sahabatnya yang semakin memucat, ia kemudian meminta ijin

untuk keluar membeli makanan kecil. Ia berlari keluar dan menangis sejadi-jadinya. Mengapa

Raisa harus mengidap penyakit itu, apa salah Raisa?”lirihnya. kala itu ia tak kuasa lagi untuk

memberitahu Evan tentang semua ini, sejak awal dia mengetahui Raisa menderita penyakit

itu dia ingin memberitahukannya tapi Raisa melarangnya, dia tak ingin mengganggu

kehidupan Evan yang sudah berbahagia. Sekalipun memberi kabar, bukan kabar baik yang

Evan terima tapi sebuah kabar buruk itu yang menjadi alasan Raisa. Sejak Evan menika,

hanya sesekali Raisa menghubunginya itu pun hanya menanyakan kabarnya, tak pernah lebih,

karena dia harus berusaha menekan rasa sesal, rasa cinta, dan rasa rindun yang ingin

diungkapkannya. Tapi melihat kondisinya yang semakin parah Anna harus melanggar

janjinya, paling tidak Raisa bisa merasakan kebahagian di akhir hidupnya. Dengan terpaksa

Anna menelepon Evan.

“halo...dengan Evan Afandi.”kata Anna

“iyah, maaf ini siapa?”tanya evan

“aku Anna, temannya Raisa, masih ingat dengan dia kan?”tanya Anna meyakinkan

“Raisa...iyah ada apa yah?”tanya Evan dengan penuh penasaran.

“ceritanya panjang kak, kalau boleh bisa Anna bertemu dengan kakak.” Ucap Anna penuh

harap

“iyah, bagaimana kalau nanti sore saja, kebetulan saya sedang di Bandung, di taman kota

yah.”kata Evan

“ok...kalau begitu makasih banyak kak.”kata Anna

Anna kembali ke kamar Raisa, usai mengusap air matanya. Hari ini dia akan menemani Raisa

menjalani kemoterapi. Raisa masih terbaring lemah di atas ranjang pesakitan itu. Matanya

terpejam, wajahnya begitu pucat menggambarkan betapa sakitnya dia menahan semua ini.

Usai menemani Raisa dia bergegas pergi ke taman kota untuk menemui Evan. Nampaknya

Evan sudah datang terlebih dahulu. Akhirnya mereka berkenalan dan saling berbincang

tentang apa yang sedang menimpa Raisa saat ini. Anna menceritakan semua yang Raisa alami

sejak Evan menikah dan Reza pergi dari hidupnya.

“Raisa.....leukemia????”kata Evan mendesah

“maaf kalau harus melibatkan dan menganggu kak evan lagi.”kata Anna

“aku harus menemuinya An.”tukas Evan

“besok dia akan menalani transplantasi sel Induk, aku harap kakak bisa menemaninya.”ujar

Anna penuh harap

“baiklah, besok aku akan datang.”Evan meyakinkan Anna

51

Page 52: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Ratusan obat telah menjejali perutnya, sakit akibat kemoterapi seolah telah menjadi sahabat

baiknya saat ini. Rambutnya mulai menipis, badannya begitu kurus. Pagi itu Anna membawa

Raisa ke taman Rumah sakit untuk mengirup udara segar, karena hari ini Raisa akan

menjalani Transplantasi Sel Induk. Evan datang menghampiri Anna yang sedang mendorong

kursi roda Raisa, memberikan isyarat untuk menggantikan posisi Anna. Raisa tak mengetahui

bahwa pujaan hatinya hari itu datang untuk menjenguknya meskipun dalam keadaan sakit.

“An, aku haus.”kata Raisa

Dengan cepat Evan maju ke hadapan Raisa, dan berlutut dihadapannya untuk memberikan air

minum untuk Raisa.

“Evan....kamu...”lirih Raisa kaget

“minumlah.”kata Evan sambil tersenyum

Raisa meminum air itu dengan wajah bingung, mengapa Evan bisa tahu dia ada di sini. Evan

memandingi wajah Raisa, wajah yang dulu penuh dengan keceriaan, kini berganti dengan

wajah yang begitu pucat pasi. Lesung pipinya sudah tak ada lagi berganti dengan tonjolan

tulang pipi yang semakin tajam terlukis wajahnya. Evan tak pernah menyangka akan bertemu

Raisa dalam keadaan yang begitu menyedihkan.

“mengapa kau menatapku seperti itu?”tanya Raisa

“tak apa, aku hanya rindu padamu Sa.”jawab Evan

“lebih baik kakak pergi saja, Raisa gak mau ketemu kakak.”ujar Raisa sambil memutar kursi

rodanya membelakang Evan

“gak mungkin Sa, kakak mau nemenin Raisa.”jawab Evan sambil memegang tanganya

“kehadiran kakak saat ini hanya untuk mengasihaniku, dan aku tak butuh dikasihani, kakak

pulang aja kasian istri kakak.”ujar Raisa dengan ketus

“kak Vina justru yang menyuruh kakak buat nemenin Raisa.”jawab Evan

“aku gak mau menyakiti hati kak Vina, aku gak mau merusak hidup kakak lagi, sudahlah

mendingan kakak pergi saja.” Raisa semakin sinis

Di sela perdebatan kecil itu Anna datang memberitahukan ini waktunya Raisa menjalani

terapi lagi. Anna segera menggantikan posisi Evan dan meminta ijin padanya untuk

membawa Raisa. Raisa di bawa masuk ke ruangan steril, ada dua dokter dan beberapa

perawat yang menemani Raisa. Anna menunggunya di luar bersama Evan. Sebuah jarum

suntik berukuran besar dan tajam mulai menghunus di bagian punggungnya. Jeritan Raisa

terdengar sampai ke telinga Evan. Dia begitu sedih mendengar rintihan adik kecilnya yang

sedang berjuang untuk memperpanjang nyawa hidupnya.

“Raisaaaa....kenapa harus kamu.”lirihnya dalam hati

52

Page 53: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

**

Meskipun Raisa menolak untuk ditemani Evan tapi Evan bersikeras meminta kepada

keluarga Raisa untuk menjaganya setiap hari. Evan sepertinya ingin menghabiskan waktunya

bersama Raisa di saat terakhirnya. Akhirnya Raisa tak kuasa untuk menolak permintaan

Evan. Tangan Evan tak pernah lepas dari genggam tangan Raisa. tak henti-hentinya dia

mengelus rambut Raisa yang semakin menipis.

“kakak...maafin Raisa ya.”kata Raisa pelan

“maaf untuk apa, gak ada yang perlu dimaafkan kok.”jawab Evan tenang

“Raisa selalu nyusahin kakak sampai sekarang, Raisa gak pernah bikin kakak bahagia, Raisa

sering nyakitin hati kakak.”ujar Raisa

Evan lalu duduk di samping ranjang Raisa, kemudain membangunkan Raisa, dan merebahkan

kepala Raisa di pundaknya. Hal yang sama yang ia lakukan seperti di taman kota dan di

bekasi. Tapi kali ini bukan pelukan kebahagian tapi ini adalah pelukan perpisahan untuk

Raisa. Evan tak kuasa menahan sedih dengan kondisi adik kecil yang begitu dia sayangi yang

sebentar lagi mungkin akan benar-benar pergi dari kehidupannya.

“tidurlah, jangan banyak bicara lagi.”ucap Evan sambil mengecup rambutnya

“kak...kalau boleh Raisa mau minta sesuatu dari kakak, anggap saja ini permintaan terkahir

Raisa.”kata Raisa dengan lemah

“iyah, tapi jangan yang aneh-aneh yah.”jawab Evan sambil tersenyum

“kakak kan suka naik gunung, sejak dulu Raisa ingin nemenin kakak naik gunung, Raisa

ingin lihat sunrise bareng kakak, bisa kan.”ujar Raisa

“gak mungkin Sa, kamu sedang sakit, lagipula keluarga dan dokter pasti gak bakal ngasih

ijin.”jawab Evan

“nanti Raisa yang bilang, kakak tinggal bilang iyah atau tidak.”tukas Raisa

“iyah Sa, apapun itu kakak akan kabulkan asalkan kamu bahagia Sa, selama ini kakak gak

pernah buat Raisa bahagia.”jawab Evan sambil menitikkan air mata.

Evan semakin erat memeluk tubuh Raisa yang sedingin es, dia benar-benar membiarkan

Raisa tertidur dalam pelukannya. Di genggamnya tangan Raisa dengan kuat, dia tak ingin

melepaskan pelukan itu. Gadis kecil yang dulu begitu ceria kini lemah tak berdaya

dipeluknya. “Oh Raisaaaaa......maafkan aku karena aku tak bisa memilikimu hingga detik ini,

aku tak pernah bisa membuat kamu bahagia. Maafkan aku Sa...cintamu yang tak sempat

terbaca oleh hatiku, aku yang mengabaikanmu, aku yang menghilang dan pergi dari

kehidupanmu. Aku bersembunyi dari kenyataan cintaku terhadapmu, aku tak sempat

mengungkapkan semuanya kepadamu, aku menyesal Sa...padahal aku tahu kau begitu

53

Page 54: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

mencintaiku, semua sikapku telah membunuh cintamu. Aku selalu membuatmu kecewa,

kamu seharusnya bahagia Sa, bukan seperti ini, kamu berhak mendapatkan bahagia dari

kekuatan cintamu terhadapku Sa..Andai saja aku masih punya kesempatan kedua untuk

menghapus semua lukamu, dan memberimu segenap cintaku, maafka aku Sa.....

Potongan puzzle yang ke sebelas adalah kesempatan kedua, berharap peluang itu masih ada

untuk membaikan keadaan yang sudah berada diujung tanduk.

**

Setangkai cinta tak termiliki

Udara gunung Pangrango masih terasa dingin, embun pagi masih menyelimuti pepohonan

gunung itu. Perjalanan menuruni gunung itu masih membutuhkan waktu lama. Teman-teman

Raisa sudah mulai khawatir dengan kondisi Raisa yang semakin memburuk. Perjalanan harus

banyak terhenti karena Evan tak mau menggantikan posisinya untuk menggendong Raisa di

punggungnya. Dia ingin membahagiakan Raisa untuk yang terakhir kalinya. Tak peduli rasa

lelah yang mulai menggetarkan tubuhnya, rasa kantuk yang mulai menyerang matanya. Dia

harus meyakinkan dirinya bahwa dia sanggup membawa Raisa kembali pulang dengan

selamat. Wajah Raisa semakin memucat, ditambah udara dingin pegunungan yang

membuatnya beberapa kali menggertakkan giginya. Tubuhnya begitu lemah, tapi dia

berusaha untuk terbangun agar bisa menikmati setiap perjalananya dengan Evan.

“kak..kalau kakak lelah biar Raisa jalan sendiri.”kata Raisa

“tenang aja kakak masih kuat kok Sa, kan kamu tahu tubuh kakak kekar begini.”ujar Evan

meyakinkan

“kakak gak usah bohongin Raisa lagi, Raisa kuat jalan kok, nanti kakak sakit.”ujar Raisa

memohon

Evan tak pernah menggubris jika Raisa meminta turun dari punggungnya. Dalam hatinya

hanya ingin membuat Raisa bahagia di ujung hidupnya. Tak peduli rasa lelah, pegal, dan

kantuk yang melanda. Dia yakin dia bisa melewatinya dengan baik, dan berharap Raisa bisa

tersenyum.

“kak...jika waktunya Raisa telah tiba, jangan pernah ingat tentang Raisa, lupain Raisa, Raisa

gak mau nyakitin hati kak Vina seperti sekarang karena kakak mau nemenin Raisa.”

“kok ngomongnya gitu Sa.”jawab Evan sambil terus berjalan menyusuri jalan setapak.

54

Page 55: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“semua ini Raisa yang salah, jadi Raisa gak mau kakak terluka lagi, bahagianya kakak

bahagianya Raisa, Raisa gak mau ganggu hidup kakak lagi. Raisa sudah cukup banyak

menyusahkan kakak di bumi ini. Yang penting kakak janji sama Raisa, dikehidupan yang

akan datang kakak buat Raisa, kakak jangan pergi lagi kaya dulu, kakak jangan nikahin

bidadari di surga nanti ya, kakak nikahnya sama Raisa aja. Raisa nanti nunggu kakak di sana,

Raisa janji gak akan buat kakak terluka lagi. Raisa mau bahagiain kakak. Kakak janji

yah.”kata Raisa mebisikan kalimat itu tepat di telinga Evan.

“Insya Allah.”jawab Evan

“Evan Afandi yang bisa buat gempa di hati Raisa, Evan Afandi yang bisa Raisa cintai, Evan

Afandi yang bisa milikin hati Raisa, itu jawaban Raisa kak buat pertanyaan yang kakak

lontarkan dulu saat kita suka ngobrol dan cruhat-curhatan.”ujar Raisa

“iyah Sa.”jawab Evan

“kakak masih ingat gak lagu yang sering kita nyanyikan kalau kita lagi berdua?”tanya Raisa

“Raisa mau kakak nyanyi?”tanya Evan dengan semangat

“bernyanyilah bersamaku kak.”ucap Raisa tersenyum

“kemesraan ini janganlah cepat berlalu..kemesraan ini, inginku kenang selalu, hatiku

damai..jiwaku tentram disampingmu.....”

Raisa bernyanyi dengan suara yang parau, sedangkan Evan air matanya semakin deras

mengalir.

“Raisa pernah meminta keajaiban buat ungkapin semua hati Raisa sama kakak walaupun

Cuma satu menit, Raisa ingin memeluk kakak dan bilang Raisa sayang kakak, Raisa mau

milikin kakak. Tuhan kabulkan doa Raisa sekarang, Raisa sekarang bisa meluk kakak dan

bilang semua perasaan Raisa sama kakak, kanker ini adalah keajaiban buat Raisa kak.

Akhirnya Raisa bisa milikin kakak walau cuma sebentar. Raisa sekarang bahagia kak, Raisa

gak akan merasa menyesal dan bersalah lagi sama kakak, setidaknya ini bisa membuat Raisa

pergi dengan tenang. Raisa minta sama kakak, setelah malaikat jemput Raisa, kakak jangan

nangis, pokonya kakak harus lupain Raisa, janji yah.”ungkap Raisa

“iyah Sa, kakak janji.”jawab Evan sambil menangis

“sekarang semuanya sudah Raisa ungkapin sama kakak, makasih ya udah mau nemenin

Raisa, bilang juga maaf sama kak Vina Raisa udah nyakitin hatinya. Ada sepucuk surat buat

kakak di laci meja di kamar Raisa, nanti kakak baca yah kalau Raisa udah pergi.”kata Raisa

dengan tenang

“kamu gak akan mati Sa, kamu pasti sembuh Sa.”jawab Evan

55

Page 56: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

“Raisa sekarang udah tenang kak, sudah waktunya Raisa pergi, Raisa sudah disambut kak,

Raisa cinta kak Evan Afandi sekarang kakak bimbing Raisa buat pergi.”ucap Raisa

Sejenak Evan terdiam mendengar kata terakhir itu, tangan Raisa sudah terlepas dari lehernya

terjatuh di samping tangannya. Raisa telah menghembuskan nafas terakhirnya dalam pelukan

Evan. Evan langung berhenti merangkul tubuh Raisa ke dalam dadanya. Dia mencoba

mengguncang-guncangkan tubuh Raisa.

“Sa...bangun Sa.....kakak mohon bangun Sa sebentar lagi kita sampai Sa, Raisa pasti

sembuh.....”kata Evan sambil menagis

Tubuh itu sudah tak berdaya lagi, sekujur tubuhnya telah membatu, wajahnya semakin pucat

memutih dengan sebuah senyuman tersungging di sudut bibirnya. Evan terus berusaha untuk

menggerakkan tubuhnya, berharap Raisa hanya pingsan bukan pergi untuk selamanya. Tapi

semua itu sia-sia Raisa tak kujung jua bangun membuka matanya. Anna menegang tangan

Raisa dan memastikan Raisa telah pergi.

“Raisa sudah pergi kak....”kata Anna sambil menagis

“gak mungkin An, Raisa itu kuat.”jawab Evan sambil menangis

“yang ikhlas kak.”jawab anna dengan berlinang air mata

“Raaaaiiiisssaaaaaaaaaa...”teriak Evan

Teriakan Evan memecah kesunyian pagi itu, dia tak henti-hentinya menangis sambil

memeluk tubuh Raisa yang sudah tak bernyawa lagi. Teman-teman yang lain mencoba untuk

membantu Evan menggotong Raisa dan segera membawanya ke rumah sakit. Evan begitu

terpukul dengan kejadian ini, mengapa Raisa meminta keajaiban hanya untuk bertemu

dengannya dan mengungkapan semua isi hatinya. Takdir telah memberikan keajaiban kepada

Raisa tapi dia harus menukarnya dengan nyawanya. Tak ada lagi gelak tawa seorang Raisa,

tak ada lagi suara indahnya yang selalu ceria membawakan lagu-lagu dengan gitarnya, tak

ada lagi puisi cinta yang di tulis oleh tangannya. Raisa telah pergi dengan cinta yang masih ia

simpan hanya untuk Evan Afandi. Raisa hanya akan menjadi sebuah cerita tentang setangkai

cinta tak termiliki. Inilah potongan puzzle terakhir dari kisah ini.

**

Puzzle Hati Raisa

Usai kepergian Raisa, Evan mencoba untuk menguatkan hatinya. Sesuai pesan Raisa dia

harus melupakan Raisa agar tak mengganggu kehidupannya lagi. namun sepucuk surat yang

56

Page 57: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Raisa tinggalkan untuknya, tak akan mungkin membuatnya sanggup untuk melupakan

semuanya tentang Raisa.

Dear Evan Afandi....

Teriring sebuah doa untukmu kakakku tersayang, semoga kebahagiaan senantiasa

selalu menyertaimu di sana. Manusia hidup hanya sekali, jatuh cinta hanya sekali, dan

menikah hanya sekali, itu kata-kata yang Rahul bilang sama Anjali di film Kuch-kuch Hota

hai. Jika hidup itu hanya sekali itu memang kenyataan yang sebenarnya, pun menikah

mungkin itu juga akan terjadi dalam sekali seumur hidup. Tapi untuk jatuh cinta, aku pernah

sangsi untuk itu. Aku tak percaya dengan kalimat “jatuh cinta hanya sekali”, sekarang aku

mengerti kalimat itu kak. Sejak awal aku mengenal Evan Afandi ada sesuatu yang membuat

aku seperti orang aneh. Ketika pertama kali bertemu sesuatu yang aneh itu mulai

menciptakan gempa di hatiku. Waktu itu aku belum tahu tentang rasa yang begitu hebat itu.

Ketika kamu menjauh aku seperti kehilangan sesuatu yang amat berharga, kau seperti nyawa

bagi hatiku. Saat kau mendekat getaran hati itu semakin bergetar dengan kuat. Ini tak pernah

aku alami ketika aku mengagumi Indra ataupun ketika aku berhubungan dengan Reza.

Walaupun Indra yang pertama kali menyentuh tanganku. Sentuhan itu seperti angin, dan

mulai bisa meletakkan sebuah kenangan manis dalam hatinya. Semua tentang Indra adalah

sebuah kekagumanku terhadapnya bukan cinta, dan dia tetap tak kan mungkin aku miliki.

Tak pernah ada sesuatu yang terjadi dalam hati. Semuanya terasa biasa saja. Hanya kepada

Evan Afandi cinta ini mulai memberikan sinyal untuk bergetar dan meciptakan gempa dalam

hatiku. Itulah makna dari jatuh cinta hanya sekali, tak akan jatuh cinta kedua, ketiga, dan

seterusnya. Hati tak pernah salah untuk memilih pemiliknya. Tapi kenapa kau begitu cepat

berlalu dari kehidupanku. Kau pergi dengan membawa sepotong hatiku yang hilang.

Belahan hati yang lain merasakan sakit yang luar biasa dan itu aku yang menanggungnya

sendiri, walau tanpa senyum itu lagi. hingga suatu hari kau datang kembali membawa

potongan hati itu namun kau tak pernah mencoba mengembalikannya padaku. paling tidak

hatiku bisa berusaha untuk merangkai puing yang telah lama menghilang itu, walaupun

potong puing hati itu tak pernah kembali ke tempatnya semula. Tapi aku mencoba

merangkainya menjadi sebuah untaian kata bermakna tentang sebuah cinta, cintaku kepada

Evan Afandi. Meski aku tak pernah tahu isi hatimu yang sebenarnya, kau hanya memberikan

sebuah isyarat yang tak bisa ku baca dan ku pahami. Kau hanya diam membisu

menghempaskan semua harapanku untuk bisa memilikimu. Hingga beberapa kali aku

mendapatkan kesempatan untuk ungkapkan semua isi hatiku, tapi semuanya seakan sia-sia.

57

Page 58: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Malam indah yang tak akan pernah kulupakan di Bekasi, itu adalah sebuah penyesalan

sebagai isyarat bahwa kau memang tak akan pernah menjadi milikku. Aku berharap masih

ada kesempatan lain agar aku bisa menyerahkan hati ini pada pemiliknya. Ku tunggu dan

terus ku tunggu kesempatan itu.

Kebisuanmu, sikapmu yang datang dan pergi begitu menyakitkan hatiku. Dahagaku begitu

kehausan dengan hilangnya anggur cintaku. Hingga sesorang datang dan meminumkan

racun bunga cinta di tubuhku. Racun itu kemudian menyebar mendarah daging ditubuhku,

aku dipaksa untuk membenci Evan Afandi.

Akhirnya kau benar-benar datang kembali dalam kehidupanku dengan membawa kabar yang

begitu membuat dadaku sesak. Kau akan mengucap janji setia sehidup semati dengan wanita

lain. Sedih, sesal, kecewa, bahagia, semuanya melebur menjadi satu dalam cawan cinta yang

harus ku reguk, tentang sebuah kenyataan bahwa kau memang bukan untukku. Ikatan itu

menjadi jurang pemisah antara kau dan aku.

Sejak kau menikah aku hanya bisa berharap akan datang sebuah keajaiban agar aku bisa

bertemu denganmu lagi. membalas semua pelukanmu dan mengatakan semua isi hatiku yang

belum kau tahu semuanya. Semuanya belum kau ketahui Van, masih tersimpan dan itu harus

kau dengarkan maksud hati ini. Andai saja aku punya kesempatan kedua, aku ingin sekali

memiliki hatimu, dan membuatmu bahagia hingga akhir hidupmu. Tapi kesempatan itu tak

pernah datang padaku.

Akhirnya takdir menjawab doaku, keajaiban itu datang tapi aku harus menukarnya. Apapun

akan lakukan agar aku bisa bertemu dengan Evan Afandi dan mengungkapkan semua isi

hatiku, agar tak pernah ada rasa sesal lagi yang menghantui hidupku. Bayangmu terlalu

menyiksa dan menyita semua waktuku, hanya untuk mengungkapkan isi hati ini. Tak ada

yang berubah dengan hatiku, masih sama seperti yang dulu, masih untuk Evan afandi.

Namun kenyataanya kau tak sendiri lagi, kau telah ada yang memiliki, masih bolehkah aku

mengharapkanmu??

Hingga keajaiban itu datang membawa kabar baik untukku, dimana aku bisa memilikimu

walau hanya semenit waktu. Kau datang disaat aku lemah tak berdaya, dan aku sudah tak

mungkin lagi berada di hatimu. Kau datang di saat aku tak ingin pergi dari dunia ini, karena

aku ingin bersamamu. Engkau ada disini, di hati ini selalu Evan Afandi walau dengan

setangkai cinta yang tak termiliki. Takdir telah membuat kita terikat pada jalan kita masing-

masing, dimana kau harus terikat dengan bunga yang lain, dan aku harus terikat dengan

dimensi waktu yang tak bisa dibaca oleh nalar manusia karena aku telah memenuhi

panggilan jiwaNya, berbahagia di dalam genggaman tangan CintaNya....

58

Page 59: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

Evan Afandi...

Di detak jantungku namamu selalu ada mengisi semua ruang-ruang kosong hatiku. Aku tak

akan pernah menghapus nama yang terukir dihatiku ini walaupun aku senantiasa berdoa

kepada Sang Maha Cinta untuk mematikan cintaku ini. Kau akan selalu menjadi yang terbaik

dan terindah dalam setiap kisahku. Hanya kau dan hanya untukmu hati ini akan ku berikan.

Selamat tinggal Evan afandi semoga kebahagiaan senantiasa tercurahkan untukmu. Maafkan

atas segala kesalahan dan kekuranganku. Aku mencintaimu Evan Afandi.....

Raisa Kirana

“Selamat jalan Sa...aku akan selalu mengenangmu, aku akan selalu merindukanmu.”lirih

Evan dengan mendekap surat itu di dadanya.

Epilog

Getaran hati adalah sebuah isyarat bahwa cinta telah menancapkan tunasnya di ladang

hati. Seperti sebuah tunas bunga kecil yang akan tumbuh menjadi setangkai bunga yang indah

dan selalu merekah di pagi hari. Isyaratkan kepada sang pemilik hati untuk segera

memetiknya. Nikmati semua keindahan yang tercurah dalam setiap keelokan kelopaknya,

jangan biarkan dia layu, atau gugur begitu saja di musim semi. Musim yang seharusnya

bunga merekah dengan penuh keindahan dengan aroma yang begitu menenangkan. Pun

perasaan cinta, jikalau sudah saatnya cinta berkata dari mata kemudian turun ke hati,

ungkapkanlah jangan biarkan ia tertahan agar kau bisa menikmati keindahan cinta itu dan

akan menjadi penenang hidupmu suatu saat nanti, karena jika dia tertahan cinta hanya akan

menjadi Setangkai Cinta yang Tak Termiliki........

59

Page 60: Setangkai Cinta Tak Termiliki

Setangkai Cinta Tak Termiliki

-Ayamei Kaomi-

30 Desember 2013

60