sgd-siadh 5 pj tif

Upload: sevina-ramah-kiyut

Post on 10-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

siadh fix

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    1/35

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui

    rangsang haus dan pengeluarannya lewat urin, secara hormonal hal ini diatur oleh

    arginin vasopressin atau ADH yang dikenal pula sebagai hormon anti

    diuretik.Kelenjar endokrin adalah suatu kelenjar buntu yang dihasilkan oleh kelenjar

    hipofisis.Hipofisis ini menghasilkan 9 hormon (Ellen, 2000).

    Hormon antidiuretik dibentuk di nucleus supraoptikus dan paraventrikular

    hipotalamus, dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson

    neuron penghasil hormon. ADH melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan

    penggabungan kanal air ke dalam membran lumen sehingga meningkatkan reabsorsi

    air pada tubulus distal dan duktus koligentes ginjal. ADH juga merangsang absorsi

    Na+ dan urea di tubulus. Konsentrasi ADH yang tinggi juga menyebabkan

    vasokonstriksi (melalui reseptor V1dan IP3).

    Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau

    penyusutan sel) dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress,

    dan gairah (seksual). Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II,

    dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin, morfin, barbiturat).

    Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH) merupakan

    penyebab utama hiponatremia euvolemik pada pasien-pasien yang dirawat di rumah

    sakit.Sindrom ini pertama kali ditemukan oleh Schwartz dan kawan-kawan pada 2

    pasien dengan karsinoma bronkogenik pada tahun 1957.SIADH adalah manifestasi

    klinik dan biokimia akibat banyak proses penyakit sehingga penyakit dasarnya harus

    ditelusuri. Sindrom ini didefinisikan sebagai hiponatremia dan hipoosmolalitas yang

    disebabkan oleh ketidaktepatan sekresi dan atau kerja hormon antidiuretik (ADH)

    yang tidak normal atau peningkatan volume plasma yang mengakibatkan gangguan

    eksresi air.(Broker,2008 )

    Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui

    rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin, secara hormonal

    halinidiaturolehargininvasopresin (AVP) sebagai hormon anti diuretik. SIADH

    (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion ) adalah sindrom yang

    mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya keluaran air bebas

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    2/35

    2

    melalui urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia, hipoosmolalitas dan

    natriuresis. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian SIADH

    adalah suatu keadaan dengan kadar natrium serum yang kurang dari 135 mEq/L.

    Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH ,

    AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari

    200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering

    menyertai kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia. Angka

    insiden yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis.

    Pada kondisi lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru

    atau sistem syaraf.

    Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung

    memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan

    hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan usia.

    Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang signifikan. Walau

    bagaimanapun risiko kejadian SIADH meningkat bila pasien menderita

    hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan

    pneunomia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.

    Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan

    kesembuhannya.Oleh karena itu,melalui makalah ini diharapkan dapat digunakan

    sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi kasus SIADH.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa definisi dari SIADH?

    2. Apasaja etiologi dari SIADH?

    3. Apa manifestasi klinis dari SIADH?

    4.

    Bagaimana patofisiologi dari SIADH?

    5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan SIADH?

    6. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan SIADH?

    7. Komplikasi apa yang dapat terjadi pada SIADH?

    8.

    Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan SIADH?

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    3/35

    3

    1.3 Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Mampu menjelaskan konsep patologis penyakit SIADH dan menjelaskan

    Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami SIADH

    2. Tujuan Khusus

    a. Dapat mengetahui konsep anatomi dari kelenjar adrenal

    b.

    Dapat mengetahui proses terjadinya dari SIADH

    c. Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari SIADH

    1.4 Manfaat

    1. Bagi mahasiswa

    Makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan sebagai informasi

    khususnya konsep penyakit SIADH dan asuhan keperawatan pada klien dengan

    SIADH

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    4/35

    4

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi Fisiologi Kelenjar Hipofisis

    Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak

    di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi

    hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.

    (Watson,2004)

    Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali

    menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan

    menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.

    Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya.

    Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas

    hipofisa. Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan)

    dan lobus posterior (belakang) .(Barbara, 2010).

    Kelenjar Hipofisis terdapat di sela tursika bertulang yang berada di bawah

    lapisan dura mater.Kelenjar ini terbagi menajdi tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus

    inferior, dan lobus intermediat. Namun, lobus intermediat ini rudimenter (tidak

    berkembang) pada manusia (Karch, 2010).

    Gambar1. Kelenjar Hipofisis

    sumber:www.viebhi.blogspot.com

    http://www.viebhi.blogspot.com/http://www.viebhi.blogspot.com/http://www.viebhi.blogspot.com/http://www.viebhi.blogspot.com/
  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    5/35

    5

    Kelenjar Hipofisis dibagi menjadi tiga ,yaitu Hipofisis anterior,pars media dan

    posterior .

    a. Lobus Anterior (Adenohipofisis)

    Hormon yang menstimulasi dan menghambat hipofisis mengalir dalam sistem porta

    pembuluh darah dari hypothalamus mengendalikan hormon yang dihasilkan oleh

    lobus anterior kelenjar hipofisis. Enam hormon yang dihasilkan oleh hipofisis

    anterior termasuk empat hormon yang merangsang struktur endokrin lain (hormon

    tropik), yaitu:

    1. Hormon Adenokortikotropik (ACTH)

    2.

    Thyroid Stimulating Hormone(TSH)

    3. Gonadotropine Hormone, yaituFollicle Stimulating Hormone

    4.

    (FSH) danLutienizing Hormone (LH)

    Dan dua hormon sisanya bekerja pada jaringan lain, yaitu:

    1. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

    2. Prolaktin

    b.Lobus Pars Media

    Jenis hormon serta fungsi hipofisis media ,MSH (Melanosit Stimulating

    Hormon),fungsi: mempengaruhi warna kulit individu dengan cara menyebarkan

    butir melamin,apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit

    menjadi hitam.

    c. Lobus Posterior (Neurohipofisis)

    Lobus posterior tidak menghasilkan hormon, tetapi menyimpan dan menyekresi dua

    hormon, yaitu Antidiuretic Hormone dan Oksitosin.Kedua hormon tersebut

    dihasilkan di hipothalamus dan mengalir dalam serabut tangkai ke hipofisis

    posterior.Pelepasan hormon tersebut dari hypothalamus dikendalikan oleh saraf dari

    hypothalamus (Brooker,2008)

    Ada 2 jenis hormon:

    a)

    Hormon Antidiuretik (Vasopresin) Mengatur kecepatan eksresi air ke dalam urin

    dengan cara ini akan membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    6/35

    6

    b)

    Hormon Oksitosin membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke

    puting susu selama pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat

    akhir masa kehamilan.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    7/35

    7

    2.3. Definisi SIADH

    SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau

    yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter

    syndrome. SIADH dapat didefiisikan sebagai Gangguan produksi hormon

    antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia. Beberapa definisi

    SIADH :

    1)

    SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan jumlah

    ADH akibat ketidakseimbangan cairan (J.Corwin, 2001).

    2) SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh

    ketidak mampuan ginjal mengabsorbsi atau menyerap air dalam bentuk

    ADH yang berasal dari hipofisis posterior(Barbara K. Timby:2000).

    3)

    SIADH aadalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan

    pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah

    dalam tingkat yang lebih ringan(Corwin, 2001).

    4) Sindrom sekresi hormone antidiuretik yang tidak sesuai

    (SIADH): Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone

    Scretion mengacu pada sekresi ADH yang berlebihan dari kelenjar hipofisis

    dalammenghadapi osmolalitas serum subnormal (Smeltzer:2001).

    2.4. Etiologi

    SIADH dapat disebabkan oleh kanker paru dan kanker lainnya. Penyakit paru

    (pneumonia, TB) dan penyakit SSP (sistem saraf pusat) seperti atrofi serebrum senilis,

    hidrosefalus, delifiumtremens, psilosis akut, penyakit demielinisasi dan degenerative,

    penyakit peradangan, trauma/cedera kepala/cerebrovaskular accident, pembedahan

    pada otak, tumor (karsinuma bronkus, leukemia, limfoma, timoma, sarkoma) atau

    infeksi otak (ensepalitis, meningitis) dapat menimbulkan SIADH melalui stimulasi

    langsung kelenjar hipofisis. Beberapa obat (vasopressin, desmopresin asetat,

    klorpropamid, klofibrat, karbamazepin, vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik,

    preparat diuretic tiazida, dan lain-lain) dan nikotin dapat terlibat terjadinya SIADH;

    zat-zat tersebut dapat menstimulasi langsung kelenjar hipofisis atau meningkatkan

    sensitifitas tubulus renal terhadap ADH yang beredar dalam darah. (Grabe, Mark A.

    2006)

    SIADH sering muncul pada dari masalah nonendokrin. Dengan kata lain

    sindrom tersebut dapat terjadi pada penderita karsinoma bronkogenik tempat sel-sel

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    8/35

    8

    paru yang ganas mensintesis dan melepaskan ADH. SIADH juga bisa terjadi pada

    pneumonia berat, pneumotoraks dan penyakit paru lainya. Kelainan pada sistem saraf

    pusat diperkirakan juga bisa menimbulkan SIADH melalui stimulus langsung

    kelenjar hipofisis seperti:

    a) Cidera kepala

    b) Pembedahan pada otak

    c)

    Tumor

    d) Infeksi otak

    e) Beberapa obat (Vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretik

    tiazida dll) (Brunner & sudarth. 2003).

    SIADH dapat terjadi akibat hipersekresi ADH dari sumber utamanya di

    hipothalamus maupun dari sumber ektopik. Penyebabnya dapat dikelompokkan ke

    dalam 4 kelompok besar yaitu gangguan sistem saraf, neoplasma, penyakit pulmonal

    dan obat-obatan yang mengakibatkan stimulasi pelepasan ADH, efek terhadap kerja

    ADH serta mekanisme lain yang belum diketahui. Selain itu terdapat kelompok

    penyebab lain yang tidak termasuk kelompok diatas.

    SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan

    hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise

    dalam memproduksi hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan

    (ditempat lain dari tubuh) bisa merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama

    keganasan di paru dan kasus lainnya seperti dibawah ini:

    a. Kelebihan vasopressin

    b. Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma pada

    otak.

    c. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin,

    dan ocytocin)

    d. Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan insufisiensi pituitary anterior

    e. Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik/ karsinoma pancreatic yang

    dapat mensekresi ADH secara ektopic(salah tempat)

    f.

    Cidera Kepala

    g. Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)

    h. Obat- obatan seperti

    a. cholorpropamid(obat yang menurunkan gula darah)

    b. Carbamazepine (obat anti kejang)

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    9/35

    9

    c. Tricilyc (antidepresan)

    d. Vasopressin dan oxytocin ( hormon anti deuretik buatan ).

    i. Meningitis

    j.

    Kelebihan ADH

    Faktor Pencetus :

    a.

    Trauma Kepala

    b. Meningitis.

    c. Ensefalitis.

    d.

    Neoplasma.

    e. Cedera Serebrovaskuler.

    f. Pembedahan.

    g. Penyakit Endokrin.

    Sumber :http://emergencydev.com/crs_electrolytes_files/img33.html

    2.5 Manifestasi Klinis

    Gejala yang sering muncul (Sylvia,2005) adalah:

    1.Mual dan muntah

    2.Mobilisasi gastrointestinal menurun (Anorexia)

    3.Takipnea

    4.Retensi air yang berlebihan

    5.Hiponatremi (penurunan kadar natrium )

    6.Kelemahan

    7.Letargi

    8.Penurunan kesadaran (stupor) hingga koma

    9.Pengeluaran dan produksi urin kurang karena osmolalitas urine melebihi

    osmolaritas plasma

    Menurut Sylvia ( 2005), tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH

    tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia yang terjadi, perlu

    dilakukan pemeriksaan tingkat osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium,

    Kalium, Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:

    1. Na serum >125 mEq/L.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    10/35

    10

    a.

    Anoreksia.

    b. Gangguan penyerapan.

    c. Kram otot.

    2.

    Na serum = 115120 mEq/L.

    a. Sakit kepala, perubahan kepribadian.

    b.Kelemahan dan letargia.

    c.

    Mual dan muntah.

    d.Kram abdomen.

    3. Na serum < 1115 mEq/L.

    a.

    Kejang dan koma.

    b. Reflek tidak ada atau terbatas.

    c.

    Tanda babinski.

    d. Papiledema.

    2.6Patofisiologi

    Terdapat beberapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan

    dapat menyebabkan sekresi ADH yang tidak normal. Tiga mekanisme patofisiologi yang

    bertanggung jawab akan SIADH, yaitu:

    1.

    Sekresi ADH yang abnormal dari sistem hipofisis. Mekanisme tersebut disebabkan

    oleh kelainan sistem saraf pusat seperti trauma kepala, stroke, meningitis, tumor,

    ensafalitis , sindrom guillain Barre. Pasien yang mengalami syok, status asmatikus,

    nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya tekanan positif pernafasan

    juga akan mengalami SIADH.

    2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik

    hipofisis, yang disebut sebagai sekresi ektopik (misalnya pada infeksi).

    3.

    Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan. Bermacam-

    macam obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH. Obat-obat tersebut

    termasuk nikotin, transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium,

    diuretik tiazid, obat-obat hipoglikemia, asetominofen, isoproterenol dan empat anti

    neoplastic: sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin. (Otto, Shirley E

    2003)

    Terjadinya SIADH ditandai dengan peningkatan pelepasan ADH dari kelenjar

    hipofisis posterior tanpa adanya rangsangan normal untuk melepaskan ADH. Pengeluaran

    ADH yang berlanjut menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    11/35

    11

    cairan ekstra seluler meningkat dengan ditandai hiponatremi. Kondisi hiponatremi dapat

    menekan renin dan sekresi aldosteron yang menyebabkan penurunan Na diabsorbsi tubulus

    proximal. Hal ini menyebabkan penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan

    kandungan natrium dalam urin tetap, akibatnya urin menjadi pekat.

    Dalam keadaan normal ADH mengatur osmolalitas plasma, bila osmolalitas

    menurun mekanisme feed back akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan

    mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan

    osmolalitas plasma menjadi normal. Pada SIADH osmolalitas plasma terus berkurang

    akibat ADH merangsang reabsoprbsi air oleh ginjal. (Ellen, Lee, dkk, 2000)

    Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk

    meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air

    tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan

    menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini

    menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    12/35

    12

    2.7WOC(Terlampir)

    Renin me

    Aldosteron me

    Terjadinya keganasan(sel kanker, tumor)

    Peningkatan

    osmolaritas plasma

    Terjadi retensi air

    Hiponatremi

    Menekan renin dan sekresi

    aldosteron

    Penurunan konsentrasi air

    dalam urin

    Urin pekat

    Kelenjar hipofisis posterior terganggu

    Inhibisi ADH

    tidak terkontrol

    (berlebih)

    Kelainana sistem sarafpusat (seperti trauma

    kepala, stroke,

    meningitis, tumor,

    ensafalitis , sindrom

    guillain Barre)

    Stimulasi penggunaan obat (nikotin,

    transquilizer, barbiturate, anestesiumum, suplemen kalium, diuretik tiazid,

    obat-obat hipoglikemia, asetominofen,

    isoproterenol, sisplatin, siklofosfamid,

    vinblastine dan vinkristin.

    Peningkatan pelepasan ADH

    SIADH (pengeluaran ADH

    yang berlebihan

    Natrium urin tetap

    banyak yg keluar

    Volume cairan

    menin kat

    MK: Gangguan

    ola eliminasi

    MK :Volume cairan

    berlebih

    Mengakibatkan

    suplai darah ke

    otak yang

    kekurangan

    natrium

    Hiponatremia

    delusional

    MK: Gangguan

    keseimbangan

    nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    Penurunan kadar Na

    MK.Gangguan

    Pola Pikir

    Sel osmoreseptor di

    hipofisis posterior

    Merangsang pelepasan

    ADH

    ADH masuk aliran darah

    ADH ditranspor ke ginjal

    Permeabilitas air di akhir

    tubulus ginjal meningkat

    Reabsorbsi

    air meningkat

    Retensi Natrium

    menurun

    hiponatremi

    Aliran Darah

    Lambat

    Aliran darah ke

    GI

    Aktivitas saraf

    sim atis

    Gerak peristaltik

    Retensi

    makanan di

    lambung

    Perut terasa

    penuh

    Anorexia

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    13/35

    13

    2.8 Pemeriksaan diagnostic

    1. Pemeriksaan Natrium yang berfungsi untuk melihat fungsi ginjal, dalam

    pemeriksaan tersebut didapatkan hasil serum menurun 20 M Eq/L menandakan SIADH.

    4. Hematokrit (Ht dan Hb), tergantung pada keseimbangan

    cairan,misalnya:kelebihan cairan melawan dehidrasi.

    5. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium

    serum menurun sampai 170 M Eq/L.

    6. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal(nitrogen urea darah (blood urea

    nitrogen/BUN, atau kadang disebut sebagai urea) dan kreatinin).

    7.

    Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah (dilakukan pada pasien

    yang menjalani rawat inap dirumah sakit dan pemantauan dilakukan untuk

    menghidari atau mencegah terjadinya hal yang memperberat penyakit klien)

    (Sacher, Ronald A, 2004)

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    14/35

    14

    Sumber :Smith DM et all.2000.Clinical Endocrinology.

    Kriteria diagnosis SIADH adalah sebagai berikut (Davey Patrick , 2005) :

    1. Penurunan osmolalitas < 270 mosmol/Kg H2O

    2. Urine pekat > 100 mosmol/Kg H2O

    3.

    Euvolemia

    4. Peningkatan kadar Na+ urin

    5. Tidak ada insufisiensi kelenjar adrenal, tiroid, ginjal atau diuretik

    Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis SIADH diantaranya :

    (Medscape,2011)

    1. RIA (radioimunoasay) untuk memeriksa kadar ADH plasma, namun

    pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.

    2.

    CT Scan atau MRI kepala untuk menemukan penyebab yang berasal dari SSP

    (misalnya tumor) dan edema serebral yang merupakan komplikasi SIADH.

    3.

    Foto rontgen thoraks untuk menemukan penyebab yang berasal dari paru-paru.

    2.9 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:

    a. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk

    mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor

    ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    15/35

    15

    b.

    Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan retensi cairan

    dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman umum

    penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium serum dapat

    dinormalkan dan gejala-gejala dapatdiatasi.Pada kasus yang berat, pemberian

    larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.

    c. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat

    kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat

    masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan

    emosional.

    Rencana non farmakologi

    a. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)

    b.

    Pembatasan sodium

    Rencana farmakologi

    a. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah.

    b. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin.

    c. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun.

    d. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 %

    secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum

    (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin

    disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.

    e. Pengobatan khusus (prosedur pembedahan)

    Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari

    produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor

    tersebut.

    f. Pengunaan forced diuretik (furosemid dan manitol) berkolaborasi dengan

    dokter.

    Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi

    klinis SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada

    peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien

    dengan gejala neurologis akibat hiponatremi.

    Terapi SIADH yang dianjurkan adalah menghilangkan penyebabnya apabila

    memungkinkan. Pembatasan cairan yang jumlahnya terus dikurangi dengan kadar

    natrium juga turut dikurangi, dengan atau tanpa penggantian natrium biasanya cukup

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    16/35

    16

    efektif dan dapat ditolerir. Demeklosiklin (yang menghambat kerja ADH pada

    tubulus distal) dapat digunakan apabila langkah-langkah tersebut tidak efektif.

    Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :

    a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkanuntuk

    membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat

    cairan untuk situasi social dan rekreasi).

    b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic

    secara kontinyu.

    c.

    Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.

    d. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia

    segera lapor dokter.

    e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek

    samping.

    f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.

    g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai

    sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan

    diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.Kadang-

    kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik untuk meningkatkan

    konsentrasi natrium plasma.Apabila ADH berasal dari produksi tumor

    ektopik,maka terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.

    2.10 Komplikasi

    Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi

    sampai kejang otot, koma dan kematian akibat hipotremia dan intaksikasi air.

    SIADH dapat mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :

    a. Edema serebral yang dapat terjadi jika penurunan osmolalitas plasma terjadi

    terlalu cepat lebih dari 10 mOsm/kg/jam. Hal ini dapat mengarah ke herniasi

    serebral.

    b. Edema pulmo non kardiogenik

    Edema paru nonkardiogenik adalah penimbunan cairan pada jaringan

    interstisial paru dan alveolus paru yang disebabkan selain oleh kelainan

    jantung.

    (Wilson,1995 )

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    17/35

    17

    Edema paru non kardiogenik terjadi akibat dari transudasi cairan dari

    pembuluh-pembuluh kapiler paru-paru ke dalam ruang interstisial dan alveolus

    paru-paru yang diakibatkan selain kelainan pada jantung.

    c. Central Pontine Myelinolysis(CPM) adalah komplikasi yang paling fatal akibat

    koreksi hiponatremia yang terlalu cepat. Gejalanya berupa quadriparesis

    spastik dan kelumpuhan pseudobulbar serta gangguan kesadaran (konfusi

    sampai koma).

    d. Overload tipe hipotonik

    Lazim disebut Keracunan Air. Ketidakseimbangan cairan tubuh dimana

    seluruh tubuh akan berada dalam keadaan hipotonik, disertai dengan

    osmolaritas tubuh menurun. Sehingga didalam tubuh, cairan ekstraseluler akan

    pindah ke kompartemen intraseluler. Terjadi expansi air berlebihan diseluruhkompartemen cairan dan kadar elektrolit berkurang karena dilusi (rendahnya

    elektrolit serum). Dalam kondisi berpindahnya cairan seperti ini, tubuh sangat

    sulit mengkompensasinya. Faktor penyebab tubuh menjadi overload hipotonik

    adalah SIADH (kumpulan gejala karena malfungsi hormon antidiuretik)

    e. Penurunan Osmolaritas (plasma)

    Tekanan normal osmolaritas plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Sementara

    penurunan osmolaritas plasma terjadi akibat Kerja hormon ADH yang

    berlebihan dan gangguan pada ginjal dalam meekskresikan cairan.Pada keadaan

    ini tertjadi perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel, termasuk ke sel otak.

    Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema otak yang mana keadaan ini

    merupakan keadaan berat yang dapat menyebabkan kejang dan penurunan

    kesadaran.

    (Source - Diseases Database fromhttp://www.wrongdiagnosis.com,2013)

    2.11 Prognosis

    SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin

    berat dan ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap

    berat ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.

    a. Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi

    dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x

    lipat (25%) bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding

    pasien degan hiponatremia ringan

    http://www.wrongdiagnosis.com/http://www.wrongdiagnosis.com/http://www.wrongdiagnosis.com/
  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    18/35

    18

    b. Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan

    drastis serum Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak

    angka mortalitas hanya 8%. Bayi dalam kandungan akan merespon edema

    yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena lebih luasnya volum kranium.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    19/35

    19

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA SIADH

    3.1 Pengkajian

    a. Identitas klien

    Nama, TTL, umur, jenis kelamin, agama/ suku, warga Negara, bahasa yang

    digunakan, alamat dan pekerjaan dan penanggung jawab yang meliputi nama,

    alamat, dan hubungan dengan klien.

    b. Keluhan utama

    Keluhan utama ialah : halhal yang membuat pasien datang berkunjung kerumah

    sakit pada penderita SIADH biasanya mempunyai keluhan kebingungan, sakit

    kepala dan koma, kedutan pada otot, kejang,.

    c. Riwayat Kesehatan Sekarang

    Klien mengalami rasa haus, anoreksia, rasa mudah lelah dan muntah dan kram

    usus akibat hiponatremia. Penurunan reflex, edema ,BB bertambah, penurunan

    keluaran urine. Kegelisahan, kebingungan, iritabilitas, penurunan refleks tendon.

    d. Riwayat Kesehatan dahulu

    Perawat harus mengetahui apakah klien pernah mengalami penyakit yang dapat

    menjadi factor pencetus SIADH misalnya karsinoma oat cell pada paru, yang

    menyekresikan ADH atau substansi mirip vasopresin secara berlebihan. Penyakit

    neoplasma lain seperti kanker paru ( sel gandum ), kanker duodenum dan

    pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma dapat memicu SIADH. Penyebab

    lainGangguan sistem saraf pusat, yang meliputi tumor atau abses otak, stroke,

    cedera kepala, dan GBS (GuillainBarr syndrome) Peningkatan tekanan

    intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.

    a)

    Gangguan paru yang meliputui abses paru ,pneumonia, TB dan bronkiektasis.

    b) Obat-obatan yang bisa meningkatkan produksi atau potensi kerja hormon

    antidiuretik, seperti obat-obat golongan anti depresan , anti inflamasi

    nonsteroid, klorpopamid (Diabinese), vinkristin (Oncovin), siklofosfamid

    (Cytoxan), karbamazepin (Tegretol), klofibrat (Atromid-S), metoklopramid

    (Reglan, Primperan), dan morfin.

    e. Pantau riwayat pekerjaan pasien.(keadaan lain, yang meliputi psikosis, penyakit

    AIDS, stress fisiologis dan rasa nyeri)

    f. Riwayat Kesehatan Keluarga.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    20/35

    20

    Kaji bagaimana adanya penyakit seperti riwayat keluarga TB dan pneumonia.

    g. Keadaan Psikologis

    Stress dapat menjadi factor penyebab gangguan psikologis

    h.

    Persepsi klien, pola pikir dan mekanisme koping.

    i. Review Of System (ROS)

    B1 (Breath) : SIADH mengakibatkan volume vaskular pada paru naik sehingga

    terjadi perembesan ke dinding alveoli yang menyebabkan alveoli penuh dengan

    cairan maka akan terjadi gangguan pertukaran gas karena edema paru.

    B2 (Blood) :ADH berfungsi sebagai vasokontriksi pembuluh darah, saat ADH

    berlebih maka vosokontriksi vaskuler akan naik dan meyebabkan pompa jantung

    ikut naik, hal ini akan berisiko terjadinya gagal jantung.

    B3 (Brain) : cairan darah vaskuler cerebri yang naik menyebabkan

    ketidakseimbangan volume otak. Hal ini kan berdampak pada nyeri kepala bahkan

    berisiko PTIK

    B4 (Bladder) : mekanisme ADH melalui reseptor V2 akan meningkatkan

    permeabilitas air dalam duktus kolektivus sehingga apabila ADH meningkat

    meyebabkan cairan dalam tubuh bertambah dan sekresi urine berkurang.

    B5 (Bowel) : volume vaskular yang naik akan berpengaruh pada sel-sel sekitar

    sehingga sel lambung juga penuh dengan air, hal ini berakibat respon mual dan

    muntah pada klien.

    B6(Bone) : vasokontriksi vaskuler menyebabkan terhambatnya suplay oksigen

    dan kalori pada otot serta sirkulasi pembuangan asam laktat, sehingga

    menyebabkan penurunan kontraktilitas otot.

    (Doenges, 2000)

    j. Pemeriksaan Diagnostik

    a)

    Natrium serum menurun 20 M Eq/L menandakan SIADH.

    b)Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan

    Kalium sedikit.

    c)Klorida/bikarbonat serum:mungkin menurun,tergantung ion mana yang hilang

    dengan DNA.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    21/35

    21

    d)

    Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.

    Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH

    dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum.

    e)

    Berat jenis urin:meningkat (< 1,020) bila ada SIADH.HT tergantung pada

    keseimbangan cairan,misalnya:kelebihan cairan melawan dehidrasi.

    f) Pemeriksaan darah yang mengatur peningkatan kadar ADH disertai penurunan

    osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium

    serum menurun sampai 170 M Eq/L).

    g)Prosedur khusus :tes fungsi ginjaladrenal,dan tiroid normal.

    h)

    Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.

    i) Pemeriksaan laboratorium: penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia,

    hipokalemia, peningkatan natrium urin.

    3.2 Analisa Data

    No Data Etiologi Masalah

    1. Ds :

    - Klien mengeluh urine

    sedikit dan pekat

    DO :

    - Terdapat edema di

    beberapa bagian tubuh

    - BB klien meningkat

    - Osmolalitas serum

    100 mOsm/kg) dengan

    -

    Klien mengalami

    penurunan kesadaran

    SIADH

    Sekresi ADH naik

    Activasi reseptor V2

    cAMP intraseluler

    naik

    Permeabilitas air naik

    Volume cairan tubuh naik

    Kelebihan volume cairan

    2. Ds:

    - Klien mengeluh urine

    sedikit dan pekat

    Do:

    Retensi Na menurun

    Retensi Air meningkat

    Hiponatremi

    Gangguan pola eliminasi

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    22/35

    22

    - Na serum >125 mEq/L

    -

    Na urine lebih dari 20

    mEq/L

    Menekan rennin dan sekresi

    aldosteron

    Penurunan kadar Na

    Urin pekat

    3. Ds :

    - Klien mengalami

    anoreksia

    -

    Klien mengalami mual

    muntah

    Do :

    -

    BB pasien menurun

    - Albumin klien < 3,2

    mg/dL

    SIADH

    Reabsorpsi cairan naik

    Volume cairan tubuh naik

    Sel lambung penuh air

    Mual muntah

    Ketidakseimbangan

    nutrisi : kurang dari

    kebutuhan

    3.3

    Diagnosa Keperawatan

    1 Kelebihan volume cairan b.d sekresi ADH yang berlebihan secara patologis

    2 Gangguan pola eliminasi b.d urine sedikit

    3

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d perubahan cairan sel

    lambung, mual dan muntah.

    3.4Intervensi Keperawatan

    1.

    Kelebihan volume cairan b.d sekresi ADH yang berlebihan secara patologis

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

    diharapakan terjadi keseimbangan cairan dan tidak ada oedem pada tubuh serta

    pengeluaran urin kembali normal.

    Kriteria Hasil:

    1. Output dan input cairan seimbang.(1-2cc/kg BB/jam-dewasa, anak-anak - 1

    cc/kg BB/jam)

    2.

    Tekanan darah normal (100-120/60-90 mmHg)

    3. Denyut nadi normal(80-100x/menit).

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    23/35

    23

    4.

    Denyut nadi teraba.

    5. Tidak terjadi acites/oedema pada perut.

    6. Masukan selama 24 jam seimbang.

    7.

    BB mengalami penurunan.

    8. Penegangan pada vena jugularis tidak teraba.

    9. Hematokrit normal.(3 x Hb)

    10.

    Turgor kulit baik.

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    1.Pantau input dan output urine serta

    hitung keseimbangan cairan.

    2.Pantau keadaan umum dan tanda-

    tanda vital pasien, perhatikan

    hipertensi, nadi kuat, distensi vena

    leher.

    3.Pantau sakit kepala, kram otot, kacau

    mental dan disorientasi.

    4.Catat BB dan monitor tanda-tanda

    dan gejala retensi urine.

    Kolaborasi:1.Berikan atau batasi cairan tergantung

    pada status volume cairan.

    2.Awasi natrium serum.

    3.Pemberian obat-obatan deuretik,

    cairan hipertonik dan forosemid pada

    kasus berat.

    4.Kolaborasi pemeriksaan

    laboratorium untuk kadar elektrolit

    1.Pada banyak kasus, jumlah yang

    dikeluarkan harus sama atau

    lebih dari jumlah yang

    dimasukan. Keseimbangan

    positif menunjukkan kebutuhan

    evaluasi lebih lanjut.

    2.Peninggian menunjukkanhipervolemia. Pantau bunyi

    jantung dan nafas perhatikan S3,

    ronki. Kebihan cairan berpotensi

    gagal jantung kongestif atau

    edema paru.

    3.Gejala menunjukkan

    hiponatremia atau intoksikasi air.4.Keseimbangan cairan positif

    dengan peningkatan berat badan

    menunjukkan retensi cairan.

    1. Pembatasan cairan dapat

    dilanjutkan untuk

    menurunkan kelebihan

    cairan.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    24/35

    24

    2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d perubahan cairan sel

    lambung; mual muntah

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

    BB stabil, pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan pasien dapat

    mengumpulkan energy untuk beraktivitas kembali.

    Kriteria Hasil :

    1. Asupan nutrisi terpenuhi.

    2.

    BB meningkat.

    3.

    Kekuatan dapat terkumpul kembali.

    4. Stamina adekuat.

    5. Hasil laboratorium : albumin, Hb dalam rentang normal

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    1.Timbang sesuai indikasi, bandingkan

    perubahan status cairan, riwayat BB.

    2.Berikan perawatan mulut sebelum

    pasien makan.

    3.Tinkatkan kenyamanan, lingkungan

    yang santai termasuk sosialisasi saat

    makan. Anjurkan oarang terdekat

    untuk membawa makanan yang

    disukai pasien.

    4.Berikan makanan tinggi natrium, mis,

    1.Mengevaluasi keefektifan atau

    kebutuhan perubahan nutrisi.

    2.Kebersihan pada mulut dapat

    meningkatkan nafsu makan

    pasien.

    3.Lingkungan yang nyaman dan

    sosialisasi waktu makan dengna

    orang terdekat atau teman dapat

    meningkatkan pemasukan dan

    menormalkan fungsi makan.

    2. Hipernatremia dapat terjadi,

    meskipun kadar serum dapat

    menunjukkan efek

    pengenceran dari kelebihan

    volume cairan.

    3. Mengurangi retensi cairan

    oleh ADH yang berlebihan.

    4.

    Mengidentifikasi defisiensi

    elektrolit termasuk natrium.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    25/35

    25

    susu, daging, telur, wortel, bit dan

    seledri. Gunakan jus buah da kaldu

    sebagai pengganti air biasa.

    5.Ajari pasien dan keluarga tentang diet

    yang harus diberikan.

    6.Irigasi selang NG (bila digunakan)

    dengan normal salin sebagai

    pengganti air.

    Kolaborasi :

    1.Konsultasi dengan ahli gizi

    2.Pantau pemeriksaan lab, seperti

    albumin, keadaan asam amino, zat

    besi , elektrolit darah, dll.

    3.Berikan obat sesuai indikasi:

    a.Kalsium

    b.Antiemetik

    (proklorperazin/compazine,

    trimetobenzamid/tigan)

    4.Kecuali kekurangan natrium

    menyebabkan gejala serius yang

    memerlukan penggantian IV

    segera, pasien mendapat

    keuntungan dari penggantian yang

    lebih lambat melalui metode oral

    atau pembuangan pembatasan

    garam sebelumnya.

    5.Membantu meningkatkan

    pemenuhan kebutuhan nutrisi

    pasien yang adekuat.

    6.Irigasi isotonik akan

    meminimalkan kehilangan

    elektrolit GI.

    1.Sumber yang efektif untuk

    mengidentifikasi kebutuhan kalori

    atau nutrisi.

    2.Mengidentifikasi defisiensi

    nutrisi, fungsi organ,

    a.Memperbaiki kadar normal serum

    untuk memperbaiki fungsi jantung

    dan neoromuskular, metabolisme

    tulang.

    b.Diberikan untuk mual dan muntah

    serta dapat meningkatkan nafsu

    makan.

    3. Gangguann pola eliminasi berhubungan dengan pengeluaran urin terganggu

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 tidak terdapat tanda

    gangguan pengeluaran urin

    Kriteria Hasil: Pengeluaran BAK normal dan warna urin normal

    Intervensi Rasional

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    26/35

    26

    1. Kita catat frekuensi BAK

    2.

    Kita catat volume BAK

    3. Pantau warna urin saat BAK

    4. Kolaborasi pemberian obat untuk

    mengurangi

    1. Mencatat frekuensi BAK untuk

    melihat keseimbangan intake dan

    output

    2. Mencatat volume BAK yang

    dikeluarkan oleh klien

    3. Memantau warna urin klien masih

    pekat atau tidak

    4.

    Kolaborasi pemberian obat sesuai

    indikasi

    Kasus

    Ny. T 43 th di bawa ke RS.Airlangga Surabaya dengan tubuh yang lemah lunglai.

    Klien mengeluh sakit kepala selama 2 hari, disertai dengan mual dan muntah, sehingga

    klien tidak nafsu makan. Dan merasa perutnya kram. Klien juga mengatakan urinnya

    sedikit dan pekat.

    Didapat data pengkajian TTV:

    S :36 c N : 90 x/menit T : 90/60 mmHg RR : 22x / menit.

    1.

    Natrium serum kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap Na)

    2. Berat urine meningkat (

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    27/35

    27

    b.

    Keluhan utama

    Klien mengeluh buang air kecil sedikit dan pekat

    c. Riwayat Kesehatan Sekarang

    Klien mengeluh sakit kepala 2 hari seminggu sebelum MRS, disertai dengan mual

    dan muntah, sehingga klien tidak nafsu makan.Dn diperberat dengan kram perut

    yang semakin sering. Klien juga mengatakan urinennya sedikit dan pekat

    d.

    Riwayat Kesehatan Masa Lalu

    Pernah opname sekali penyakit mual muntah yang berkepanjangan

    e. Riwayat Kesehatan Keluarga

    Anggota keluarga ada yang menderita Hipertensi dan Diabetes Mellitus

    f. Keadaan Lingkungan

    Lingkungan sekitar rumah bersih tanpa adanya polusi.

    g. Keadaan Psikologis

    Pasien terlihat cemas dan gelisah

    h. Persepsi klien, pola pikir dan mekanisme koping

    Kebutuhan spiritual klien sedikit mengalami penurunan setelah sakit.Yang

    biasanya rajin beribadah sekarang terkesan meninggalkan.

    i. Review Of System (ROS)

    B1 : -

    B2 :-

    B3 :sakit kepala

    B4 : urin sedikit dan pekat

    B5 : mual, muntah, kram perut.

    B6 : kelemahan.

    j. Pemeriksaan Diagnostik

    1.

    Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap

    Na)

    2. Berat urine meningkat (

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    28/35

    28

    2. Analisis Data

    No Data Etiologi Masalah

    1. Ds :

    - Klien mengeluh urine

    sedikit dan pekat

    DO :

    -

    Terdapat edema di

    beberapa bagian tubuh

    - BB klien meningkat

    -

    Na serum >125 mEq/L

    - Na urine lebih dari 20

    mEq/L

    -

    Osmolalitas serum

    100 mOsm/kg) dengan

    - Klien mengalami

    penurunan kesadaran

    SIADH

    Sekresi ADH naik

    Activasi reseptor V2

    cAMP intraseluler

    naik

    Permeabilitas air naik

    Volume cairan tubuh naik

    Kelebihan volume

    cairan

    2. Ds :

    - Klien mengalami

    anoreksia

    - Klien mengalami mual

    muntah

    Do :

    - BB pasien menurun

    SIADH

    Reabsorpsi cairan naik

    Volume cairan tubuh naik

    Sel lambung penuh air

    Mual muntah

    Ketidakseimbangan

    nutrisi : kurang dari

    kebutuhan

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    29/35

    29

    3. Ds :

    -

    Klien mengeluh

    tidak dapat

    melakukan

    aktivitas secara

    normal

    - Klien mengeluh

    lemas

    Do :

    - Na serum menurun

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    30/35

    30

    4. Intervensi

    No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

    1. Ketidakseimban

    gan cairan :

    lebih dari

    kebutuhan

    berhubungan

    dengan

    peningkatan

    sekresi ADH

    secara patologis

    Setelah dilakukan

    tindakan keperawatan

    selama 3 X 24 jam

    diharapkan sekresi

    ADH kembali normal

    dengan kriteri hasil :

    - Volume cairan dan

    elektrolit dapat

    kembali dalam

    batas normal.

    - klien dapat

    mempertahankan

    berat badan dan

    volume urin 800

    2000 ml/hari

    -

    Input sama dengan

    output

    - Tidak ada edema.

    1. Pantau masukan

    dan haluaran cairan

    dan tanda tanda

    kelebihan cairan

    setiap 12 jam.

    2. Pantau elektrolit

    atau osmolalitas

    serum resiko

    gangguan signifikan

    bila serum Na

    kurang dari 125

    mEq/L.

    3.

    Batasi masukan

    cairan.

    4. Monitor TTV

    - Catatan masukan

    dan haluaran

    membantu

    mendeteksi tanda

    dini

    ketidakseimbanga

    n cairan.

    - Untuk

    mengetahui

    keadaan natrium

    serum

    -

    Mencegah

    intoksikasi air.

    - Tanda-tanda vital

    menjadi indikasi

    dari kondisi klien.

    2. Ketidakseimban

    gan nutrisi :

    kurang dari

    kebutuhan

    berhubungan

    dengan

    perubahan

    cairan

    intraseluler

    Tujuan setelah

    dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3

    X 24 jam, masalah

    gangguan nutrisi dapat

    teratasi dengan

    kriteria hasil :

    -Barat badan kembali

    normal.

    1.

    Timbang berat

    badan setiap hari.

    2. Buat pilihan menu

    yang ada dan ijinkan

    pasien untuk

    -

    Memberikan

    informasi tentang

    keadaan masukan

    diet atau

    penentuan

    kebutuhan nutrisi.

    - Untuk membuat

    klien meningkat

    kepercayaan

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    31/35

    31

    lambung; mula

    muntah

    -Bebas dari tanda

    mal nutrisi.

    mengontrol pilihan

    sebanyak mungkin.

    3. Kolaborasi, Berikan

    cairan IV

    hiperalimentasi dan

    lemak sesuai

    indikasi

    dirinya dan

    merasa

    mengontrol

    lingkungan lebih

    suka

    menyediakan

    makanan untuk

    dimakan.

    - Memenuhi

    kebutuhan cairan

    atau nutrisi

    sampai masukan

    oral dapat

    dimulai.

    3 Keletihan b.d

    perubahan

    sirkulasi suplai

    oksigen dan

    nutrisi otot

    Setelah dilakukan

    tindakan keperawatan

    selama proses

    keperawatan

    diharapkan pasien

    dapat beraktivitas

    dengan baik.

    Kriteria Hasil :

    1. Menyatakan

    mampu untuk

    beristirahat,

    peningkatan tenaga,

    dan penurunan rasa.

    2. Menunjukkan

    peningkatan

    kemampuan dan

    berpartisipasi dalam

    1.Pantau/diskusikan

    tingkat kelemahan

    klian dan

    identifikasikan

    aktivitas yang dapat

    dilakukan klien.

    2.Berikan masase

    ringan dan kompres

    pada bagian otot

    yang kram.

    3.Berikan

    kesempatan pasien

    untuk ikut

    berpartisipasi

    secara adekuat

    untuk melakukan

    aktivitasnya sehari-

    1.Pasien biasanya

    telah mengalami

    penurunan tenaga,

    kram otot terus

    memburuk

    menyebabkan

    kelemahan karena

    munculnya

    ketidakseimbanga

    n Natrium.

    2.Meningkatkan

    aliran darah dan

    memberikan

    kenyamanan pada

    pasien.

    3.Menambahkan

    tingkat keyakinan

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    32/35

    32

    aktivitas.

    3.

    Mampu

    menunjukkan factor

    yang berpengaruh

    pada kelelahan

    hari.

    4.Diskusikan

    kebutuhan aktivitas

    dan rencanakan

    jadwal aktivitas

    bersama-sama

    pasien.

    5.Berikan asupan

    yang kaya akan

    Natrium sesuai

    indikasi.

    pasien dan harga

    dirinya sesuai

    dengan tingkat

    aktivitas yang

    ditoleransinya.

    4.Meskipun pasien

    pada awal merasa

    lemah karena

    kram otot, tapi hal

    tersebut

    memberikan

    harapan bahwa

    kemampuan untuk

    melakukan

    aktiviatas yang

    baik kembali

    seperti semula.

    Kebutuhan

    Natrium yang

    cukup dapat

    meminimalisir

    terjadinya kram

    otot sehingga

    kelemahan dapat

    teratasi

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    33/35

    33

    BAB 4

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior merupakan tanda dari

    SIADH.Peningkatan pengeluaran ADH biasanya terjadi sebagai respon terhadap

    peningkatan osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma) atau penurunan

    tekanan darah.Penyebabnya adalah ,tumor-tumor,pembedahan cedera, di sisi luar

    SSP terutama karsinoma bronkogenik.Selain itu,SIADH dapat juga menjadi

    komplikasi

    4.2 Saran

    Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi cairan cukup dengan

    pembatasan cairan dan pembatasan sodium.Dan penderita dianjurkan untuk

    memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang dianjurkan.

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    34/35

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    Arthur C. Guyton, John E. Hall. 2000.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

    Bevelander, gerrit.2007.Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga

    Black M. Matassarin and Jacob M. Ester.(1997). Medical Surgical Nursing.Ed.

    3.Philadelphia: W.B. Sounders.

    Brooker. 2008.Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC

    Barbara K.Timby. 2000. Keterampilan Dasar dan Konsep di Perawatan Pasien. Jakarta:

    EGC.

    Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3.

    Jakarta: EGC.

    Corwin, J. Elizabet.2001. Patofisiologi: Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.

    Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC

    Davey, Patrick.2005. At a glance Medicine.Erlangga : Jakarta

    Djojosoebagio, Soewondo.2003.Fisiologi Kelenjar Endokrin. Bogor: IPB Press

    Doengoes, Marilynn C.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed. 3. Jakarta: EGC.18

    Ellen, Lee, dkk, 2000, Pathofisiology, Phiadelpia: W, B, Soundres

    Grays, Linda Hager, et al .2006.Handbook of medical surgical-nursing 4th ed.USA :

    Lippincot Williams & Wilkins

    Grabe, Mark A dkk. 2006.Buku saku dokter keluarga.Jakarta: EGC.

    Jhonson Marion dkk. 2000.NOC. USA:Mosby

    Lee Ellen and Jacquelyn.(2000).Pathophysiology.Ed. 2. Philadelphia: W.B. Sounders.

    Long, Barbara. 2000.Praktek Perawatan Medikal Bedah. Bandung: YayasanIAPK.

    Mccloskey Cjoane skk.1995.NIC. USA:Mosby

    Price, Sylvia.2003. PatofisiologiKonsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC.

    Sacher, Ronald A. 2004.Tinjauan kasus hasil pemeriksaan laboratorium.Jakarta: EGC

    Schrier, Robert W. 2007.Diseases of The Kidney & Urinary Tract 8th ed.USA : Lippincott

    Williams & Wilkins, Philadelphia

    Tisdales, james E & Miller, Douglas A. 2010.Drugs Incuduced Diseases : Prevention,

    Detection and Management 2nd. American Society of Health System Pharmacists,

    Inc USA :heartside publishing.

    Otto, shirley E. 2003.Buku saku keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.

    Jhonson Marion dkk. 2000. NOC. USA:Mosby

  • 5/20/2018 SGD-SIADH 5 Pj Tif

    35/35

    35

    Kugler, John. 2000. Hiponatremia dan Hipernatremia di Lansia. American Family

    Physician

    Gejala SIADH-Gejala sindrom SIADH, Penyebab dan Perawatan.2000.

    www.CancerTherapyChina.com (online) tanggal 10 Maret 2014 pukul 10.00 WIB

    Price, Sylvia. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC.

    Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2004.Brunner & Suddarths Textbook of Medical

    Surgical Nursing 10th edition.Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

    Watson,Roger.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat edisi 10.Jakarta: Penerbit buku

    Kedokteran EGC.