siap diprint

64
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas sebagai akses ke rumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan geometrik tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan, walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan seutuhnya. Demikian pula dengan drainase jalan. Jadi tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infra struktur yang aman, efisien pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk, dan nyman kepada pemakai jalan. Oleh karena itu, pada Praktikum Perancangan Jalan ini dilaksanakan yang tidak lain adalah untuk melatih dan mencoba merencanakan suatu jalan pada suatu wilayah tertentu. B. TUJUAN Tujuan dari Praktikum Perancangan Jalan adalah untuk melatih mahasiswa agar dapat merencanakan dan merancang suatu jalan pada wilayah tertentu agar lalulintas wilayah tersebut dapat bergerak dengan lancar, aman, nyaman dan ekonomis dengan tidak melenceng dari ketentuan yang ada. 1. Mengetahui geometrik jalan yang direncanakan ( panjang jalan, lebar jalan dan jenis tikungan yang dipakai ). 2. Mengetahui volume galian dan timbunan. 3. Mengetahui tebal perkeransan yang digunakan. 4. Mengetahui rincian dan total biaya yang dibutuhkan. 1

Upload: eko-agrelyo-pratama

Post on 12-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

abc

TRANSCRIPT

Page 1: siap diprint

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan

jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat

memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang

optimum pada arus lalu lintas sebagai akses ke rumah-rumah. Dalam

lingkup perencanaan geometrik tidak termasuk perencanaan tebal

perkerasan jalan, walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian

dari perencanaan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan

seutuhnya. Demikian pula dengan drainase jalan. Jadi tujuan dari

perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infra struktur yang

aman, efisien pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat

penggunaan/biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk, dan nyman kepada

pemakai jalan. Oleh karena itu, pada Praktikum Perancangan Jalan ini

dilaksanakan yang tidak lain adalah untuk melatih dan mencoba

merencanakan suatu jalan pada suatu wilayah tertentu.

B. TUJUAN

Tujuan dari Praktikum Perancangan Jalan adalah untuk melatih

mahasiswa agar dapat merencanakan dan merancang suatu jalan pada

wilayah tertentu agar lalulintas wilayah tersebut dapat bergerak dengan

lancar, aman, nyaman dan ekonomis dengan tidak melenceng dari

ketentuan yang ada.

1. Mengetahui geometrik jalan yang direncanakan ( panjang jalan, lebar

jalan dan jenis tikungan yang dipakai ).

2. Mengetahui volume galian dan timbunan.

3. Mengetahui tebal perkeransan yang digunakan.

4. Mengetahui rincian dan total biaya yang dibutuhkan.

1

Page 2: siap diprint

2

Ruang Lingkup dalam merencanakan suatu jalan adalah sebagai

berikut:

1. Merencanakan Jalur jalan pada suatu wilayah

2. Perhitungan Alinemen horisontal

3. Perhitungan Alinemen vertikal

4. Menghitung galian dan timbunan

5. Perencanaan perkerasan jalan

6. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB)

C. KETENTUAN JALAN

Penentuan kriteria dan klasifikasi jalan yang akan direncankan ditentukan

berdasarkan ketentuan pokok dan dasar perencanaan. Kriteria dan klasifikasi

tersebut adalah :

1. Kriteria jalan

1. Kelas jalan : kelas II A

2. Stationing titik A : STA 10 + 250

3. Koordinat titik A : (9400,5600)

4. Azimut Titik A : 350

5. Elevasi muka jalan dititik A : Pada timbunan setinggi + 0,80 m

2. Klasifikasi jalan

1. Kecepatan rencana (Vr) : 60 km/jam (lampiran daftar 1)

2. Lebar Row minimum : 25 m

3. Lebar perkerasan (B) : 3,5 m (lampiran daftar 1)

4. Lebar bahu : 2 m (lampiran daftar 1)

5. Jumlah lajur (n) : 2

6. Lereng melintang perkerasan : 2 % (lampiran daftar 1)

7. Lereng melintang bahu : 4 % (lampiran daftar 1)

8. Kemiringan tikungan maksimum : 10 % (lampiran daftar 1)

9. Jari-jari tikungan minimum (Rmin) : 112 (lampiran daftar 1)

Page 3: siap diprint

3

10. Landai maksimum : 8 % (lampiran daftar 1)

11. LHR : > 20.000 (lampiran daftar 1)

12. Lereng melintang medan : 4 % (lampiran daftar 1)

13. Landai relatif (1\m) : 1/220 (Tabel I.1)

Gam

bar

1.1

K

lasi

fikas

i Ja

lan

Ray

a

Page 4: siap diprint

4

BAB II

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

A. PERENCANAAN ALINEMEN HORISONTAL

1. Definisi

Alinemen horizontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan

tegak lurus bidang kertas (peta) yang terdiri dari garis lurus dan garis

lengkung (Bina Marga, 1997). Garis lengkung horizontal adalah bagian yang

lengkung dari jalan yang ditempatkan diantara dua garis lurus untuk

mendapatkan perubahan jurusan yang bertahap (Bina Marga, 1997). Dalam

merencanakan garis lengkung perlu diketahui hubungan antara kecepatan

rencana dengan lengkung dan hubungan keduanya dengan superelevasi.

2. Perhitungan Klasifikasi Medan

Terdapat dua macam klasifikasi medan yang harus dihitung dan dirata-

rata untuk menentukan jenis klasifikasi medan, yaitu :

a. Terhadap as jalan atau trase jalan yang direncanakan

Untuk menentukan klasifikasi medan berdasarkan kondisi sebagian besar

kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur yang dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kemiringan memanjang trase jalan

Keterangan x : jarak horizontal

y : elevasi

x

x x x

E

D

C

B

A

Muka tanah asli

y y

y y

4

Page 5: siap diprint

5

Besar elevasi AB adalah :

iab = x

y × 100% (2.1)

Besarnya elevasi terhadap kemiringan memanjang as jalan adalah rata-rata

dari elevasi AB, BC, CD, dan DE

irata-rata kemiringan memanjang = 4

decdbc iiii + + + ab (2.2)

b. Terhadap potongan melintang jalan yang direncanakan

Tentukan beberapa titik potongan rencana jalan sesuai gambar atau

pada daerah yang ekstrim seperti pada Gambar 2.2 kemudian setelah

menentukan titik-titik potong dari gambar trase jalan hitunglah elevasi

yang dilewati pada perencanaan yang akan dibuat jalan tersebut seperti

pada Gambar 2.3.

c

b d

a

e f g

Gambar 2.2 Trase rencana jalan

Pada jalan lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan kemiringan

melintang. Tetapi agar air hujan yang jatuh ke atas permukaan jalan cepat

mengalir ke samping dan masuk ke drainasi samping, maka dibuatkan

kemiringan melintang jalan yang umum disebut sebagai kemiringan

melintang normal. Bentuk kemiringan melintang normal pada jalan 2 lajur

2 arah umumnya berbentuk seperti Gambar 2.3.

Page 6: siap diprint

6

Gambar 2.3 Kemiringan melintang jalan rencana

Besar elevasi adalah :

ia = x

y × 100% (2.3)

Besarnya elevasi terhadap potongan melintang jalan adalah rata-rata dari

elevasi a, b, c, d, e, f, dan g

irata-rata kemiringan melintang = 7

gfdcb iiiiiii e ++ a (2.4)

3. Elevasi keseluruhan

Perhitungan elevasi keseluruhan adalah rata-rata dari penjumlahan elevasi

terhadap as jalan dan elevasi potongan melintang jalan,yaitu :

Elevasi (y)

Potongan melintang jalan

Muka tanah asli

ROW (x)

(2.5)

Page 7: siap diprint

7

Berdasarkan hasil perhitungan elevasi keseluruhan, maka dapat ditentukan

jenis medan sesuai Tabel II.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi medan

Kemiringan Medan ( % ) Jenis Medan

< 3

3 – 25

> 25

Datar (D)

Perbukitan (B)

Pegunungan (G)

Sumber : Bina Marga,1997

4. Perhitungan Koordinat dan Jarak

Menentukan trase jalan dengan beberapa tikungan yang terdiri dari

garis (tangen) dan garis lengkung. Tangen dibedakan menurut arah angka

(azimuth), dan antara dua tangen yang berpotongan dihubungkan oleh

garis yang berupa busur lingkaran yang berfungsi sebagai busur peralihan

antara azimuth satu dengan azimuth yang lain, yang dijelaskan pada

Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Trase rencana jalan dengan nama sudut

Untuk menentukan koordinat pada tahap perencanaan adalah

memberikan garis bantu berupa garis putus-putus. Koordinat dibutuhkan

sebagai sarana komunikasi untuk dengan cepat mengenal lokasi yang

sedang dibangun pada tiap-tiap tikungan. Koordinat ini sangat bermanfaat

pada saat pelaksanaan dan perencanaan. Di samping itu dari penomoran

α1

αa

α2

Δ2

Δ1

II

I

A

B

Page 8: siap diprint

8

koordinat tersebut diperoleh informasi tentang panjang jalan yang terletak

pada koordinat-koordinat tertentu, yang dijelaskan pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Trase rencana jalan

Keterangan :

: besar x bertambah (x +)

: besar x berkurang (x -)

: besar y bertambah (y +)

: besar y berkurang (y -)

Perhitungan koordinat :

1) Koordinat titik A sebagai patokan (diketahui pada soal)

2) Koordinat titik I dihitung dengan rumus :

Koordinat I = Koordinat A (xa;ya) + (x1;y1)

= (xa + x1);(ya + y1) = (x;y) (2.6)

3) Untuk koordinat II dan B juga dapat dihitung dengan cara yang

sama tergantung besarnya penambahan atau pengurangan dari x

dan y.

4) Perhitungan jarak d1 adalah :

d1 = 2211 y)( x (2.7)

Untuk perhitungan jarak selanjutnya juga sama tergantung nilai x dan y.

Jarak total = d1 + d2 + d3 (2.8)

y3

y2

y1

x1

d3

d2

d1

I

B

II A

x2

x3

Page 9: siap diprint

9

5. Perhitungan Sudut

Lihat Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.

A = sudut azimuth titik A - 90° (2.9)

1 = arc tan 2

2

X

Y (2.10)

2 = arc tan 3

3

X

Y (2.11)

3 = arc tan B

B

X

Y (2.12)

1 = A + 1 (2.13)

2 = 1- 2 (2.14)

3 = 2- 3 (2.15)

6. Perhitungan Tikungan

Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi

dari lereng normal ke superelevasi penuh, sehingga dengan

mempergunakan diagram superelevasi dapat ditentukan bentuk

penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horisontal yang

direncanakan. Diagram superelevasi dapat digambar berdasarkan elevasi

sumbu jalan sebagai garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi tanda positif

atau negatif ditinjau dari ketinggian sumbu jalan. Tanda positif untuk

elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih tinggi dari sumbu jalan dan

tanda negatif untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih rendah dari

sumbu jalan.

a. Tikungan full circle

Pada tikungan full circle pada Gambar 2.6 menunjukkan bahwa

lengkung horisontal berbentuk busur lingkaran sederhana, bagian lurus

dari jalan (di kiri TC atau dikanan CT) dinamakan tangen. Titik peralihan

dari bentuk tangen ke bentuk busur lingkaran circle dinamakan TC dan

titik peralihan dari busur lingkaran circle ke tangen dinamakan titik CT.

Page 10: siap diprint

10

Tt Et

C

TC M CT

PC D PT

R R

/2 /2

0

Gambar 2.6 Tikungan tipe full circle

Tikungan full circle pencapaian superelevasi dilakukan secara linier

yang dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Lc

CL

Gambar 2.7 Diagram superelevasi tipe full circle

LC

+e

-e

LS’

-en

¼ LS’ ¾ LS’ ¼ LS’ ¾ LS’

Page 11: siap diprint

11

Proses perhitungan:

D = R

39,1432

(2.16)

Lc = 360

× 2 × × R (2.17)

M = R(1 – cos2

) (2.18)

Tt = R × tg2

(2.19)

Et = Tt × tg2

(2.20)

b. Tikungan Spiral – Lingkaran – Spiral ( S – C – S )

Gambar 2.8 menggambarkan sebuah lengkung spiral-lingkaran-

spiral (S-C-S) simetris (panjang lengkung peralihan dari TS ke SC sama

dengan dari CS ke ST (=Ls). Lengkung TS-SC adalah lengkung peralihan

berbentuk spiral yang menghubungkan bagian lurus dengan radius tak

berhingga di awal spiral (kiri TS) dan bagian berbentuk lingkaran dengan

radius Rc diakhir spiral (kanan SC). Titik TS adalah titik peralihan bagian

lurus ke bagian berbentuk spiral dan titik SC adalah titik peralihan bagian

spiral ke bagian lingkaran.

Page 12: siap diprint

12

Tt

Et

Xc

K SC CS

TS ST

R R

c

s s

0

Gambar 2.8 Tikungan belok ke kanan tipe S – C – S

Pada tikungan S-C-S, pencapaian super elevasi dilakukan secara

linier (lihat Gambar 2.9), diawali dari bentuk normal sampai awal

lengkung peralihan TS yang berbentuk pada bagian lurus jalan, lalu

dilanjutkan sampai super elevasi penuh pada akhir bagian lengkung

peralihan SC.

Page 13: siap diprint

13

CL ±

0,00%

-

en

Gambar 2.9 Diagram superelevasi tipe S-C-S

Proses perhitungan:

Dipakai jika Lc > 20 m

Ls min = 0,022 × C

eVr

CR

Vr

727,2

3

(2.21)

s = R

Ls

90 (2.22)

c = ∆ - 2×s (2.23)

Lc = 360

c × 2 × × R (2.24)

Tt = (R + P) Tg 2

+ K (2.25)

Et = (R + P) Sec2

- R (2.26)

P = )cos1(6

3

sRLsR

Ls

(2.27)

K = sRLsR

LsLs sin

40 22

5

(2.28)

L = 2 Ls + Lc (2.29)

+ e

LS

TS SC

LC

-e CS

LS

ST

en

Page 14: siap diprint

14

Yc = LsR

Ls

6

3

(2.30)

Xc = Ls - 22

5

40 LsR

Ls

(2.31)

c. Tikungan Spiral – Spiral ( S – S )

Lengkung horisontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung

tanpa busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS. Panjang

busur (Lc = 0), dan s = ½β, Rc yang dipilih harus sedemikian rupa

sehingga Ls yang dibutuhkan lebih besar dari Ls yang menghasilkan

landai relatif minimun yang diisyaratkan, seperti pada Gambar 2.10.

Tt

Et

K

TS R ST

R s s R

Gambar 2.10 Tikungan belok ke kanan tipe S – S

Diagram superelevasinya ditunjukkan pada Gambar 2.11. Radius

minimum untuk jenis lengkung spiral – spiral adalah radius yang

menghasilkan kelandaian relatif < kelandain relatif maksimum.

LS LS SC CS

Page 15: siap diprint

15

+ e

CL

± 0,00

- 2 %

LS LS

Gambar 2.11 Diagram superelevasi S – S

Proses perhitungan:

Dipakai jika Lc < 20 m

Ls min = 0,022 ×C

eVr

CR

Vr

727,2

3

(2.32)

Ls

Bene

m

)(1 , mBeneLs )( (2.33)

Untuk perhitungan selanjutnya, dipilih yang terbesar antara Ls

(dari tabel) dan Ls yang dihitung

s = R

Ls

90 (2.34)

c = ∆ - 2×s (2.35)

Dihitung ulang :

s = 2

(2.36)

s = R

Ls

90→ Ls

90

Rs (2.37)

Tt = (R + P) Tg 2

+ K (2.38)

Page 16: siap diprint

16

Et = (R + P) Sec 2

- R (2.39)

L = 2Ls (2.40)

P = LsR

Ls

6

3

– R (1 – Cos s) (2.41)

K = Ls – 22

5

40 LsR

Ls

– R Sin s (2.42)

7. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting

Penomoran (stationing) panjang jalan pada tahap perencanaan

adalah memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal

pekerjaan. Nomor jalan (Sta jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi

untuk dengan cepat mengenal lokasi yang sedang dibicarakan,

selanjutnya menjadi panduan untuk lokasi suatu tempat. Di samping

informasi tentang jalan secara keseluruhan. Setiap Sta jalan dilengkapi

dengan gambar potongan melintangnya.

Seperti pada Gambar 2.12 Sta jalan dimulai dari titik A dimulai

dari 0+000m yang berarti 0 km dan 0 m dari awal pekerjaan. Sta titik I,II,

dan B lokasi jalan dapat ditentukan pada jarak tertentu dengan

perhitungan yang ada.

Gambar 2.12 Trase rencana jalan

y3

y2

y1

x1

d3

d2

d1

I

B

II A

x2

x3

Page 17: siap diprint

17

Perhitungan stationing titik-titik penting, data-data yang harus

diketahui sebelumnya adalah : Sta A, d1 (dA-I) , d2 (dI-II), dan d3 (dII-B),

sedangkan data hitungan tikungan yaitu : Tt, Ls, dan Lc.

Cara perhitungan :

Sta TS = Sta A + (d1-Tt) (2.43)

Sta SC = Sta TS + Ls (2.44)

Sta CS = Sta CS + Lc (2.45)

Sta ST = Sta SS + Ls (2.46)

Pada perhitungan Sta selanjutnya juga sama, dimana hasil perhitungan Sta

sebelumnya menjadi patokan.

8. Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Pelebaran perkerasan pada tikungan dilakukan sepanjang pencapaian

kemiringan dengan cara :

1. Pada tikungan tanpa lengkung spiral, pelebaran dilakukan pada bagian tepi

jalan sebelah dalam.

2. Pada tikungan dengan lengkung spiral, pelebaran dilakukan pada tepi

dalam atau membagi dua sama besar. Masing-masing ditempatkan pada

tepi dalam dan tepi luar.

Data yang harus diketahui adalah data kendaraan rencana yang diambil

sebagai perwakilan, yaitu Truck (ketetapan), dengan :

a. (L) Jarak gandar = 6,09 m

b. (A) Tonjolan depan = 1,218 m

c. (C) Kebebasan samping = 0,609 m

d. (M) Lebar kendaraan = 2,436 m

e. n = Jumlah jalur

f. Fa/Td = Lebar melintang akibat tonjolan

g. Z = Lebar tambahan akibat kelainan

mengemudi

h. V = Lebar lintasan kendaraan truk pada

tikungan

i. Wn = Lebar perkerasan normal

Page 18: siap diprint

18

j. Wc = Lebar perkerasan yang diperlukan

ditikungan

k. W = Tambahan lebar perkerasan

ditikungan

Rumus yang digunakan :

i. V = M + R – 22 LR (2.47)

ii. Td/Fa = ALAR 22 - R (2.48)

iii. Z = R

Vr105,0

(2.49)

iv. Wc = n (M + C) + Fa (n – 1) + Z (2.50)

Jika jarak Wc > Wn maka ada tambahan pelebaran pada tikungan, sebesar

:Tambahan pelebaran = Wc – Wn

9. Perhitungan Jarak Pandang Horizontal

a. Jarak Pandang Henti ( JPH )

Jarak pandang henti adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk

dapat menghentikan kendaraannya :

d = d1 = d2 = (0,278 × Vr × t) +

f

Vr

254

2

(2.51)

b. Jarak Pandang Menyiap ( JPM )

Jarak pandang menyiap adalah jarak yang dibutuhkan pengemudi

sehingga dapat melakukan gerakan menyiap dengan aman dan dapat

melihat kendaraan dari arah depan dengan bebas.

Perhitungannya :

a = 2,052 + 0,0036 × Vr (2.52)

t1 = 2,12 + 0,026 × Vr (2.53)

t2 = 6,56 + 0,048 × Vr (2.54)

d1 =

2278,0 1

1

tamVrt (2.55)

Page 19: siap diprint

19

d2 = 0,278 × Vr × t2 (2.56)

d3 = 100 (2.57)

d4 = 3

2× d2 (2.58)

d = d1 + d2 + d3 + d4 (2.59)

Tabel 2.2 Jarak pandang henti minimun

Kecepatan

rencana

(km/jam)

Kecepatan

jalan

(km/jam)

F d Vr

(m)

d Vj

(m)

d design

(m)

30 27 0,400 29,71 25,94 25 – 30

40 36 0,375 44,60 38,63 40 – 45

50 45 0,350 62,87 54,05 55 – 65

60 54 0,330 84,65 72,32 75 – 85

70 63 0,313 110,28 93,71 95 – 110

80 72 0,300 139,59 118,07 120 – 140

100 90 0,285 207,64 174,44 175 – 210

120 108 0,280 285,87 239,06 240 - 285

Sumber : Bina Marga,1997

Kebebasan Samping

1. Kebebasan samping pada tikungan untuk jarak pandang henti

Data yang harus diketahui sebelumnya : R, JPH, dan panjang tikungan

( L ) = Lc + 2Ls untuk S – C – S atau ( L ) = 2Ls untuk S – S.

JPH < panjang tikungan atau ( L ), maka harus dipakai rumus :

m = R(1 – cos(R

d

90)) (2.60)

2. Kebebasan samping pada tikungan untuk jarak pandang menyiap

Data yang harus diketahui sebelumnya : R, JPH, dan panjang tikungan

( L ) = Lc + 2Ls untuk S – C – S atau ( L ) = 2Ls untuk S – S.

JPM < panjang tikungan atau ( L ), maka harus dipakai rumus :

Page 20: siap diprint

20

m = R(1 – cos(R

d

90)) (2.61)

10. Perhitungan Alinemen Horizontal

Perhitungan klasifikasi medan

Rumus :

Elevasi x =

a. Perhitungan antar titik

Titik A = 83 - .1.8

17 x 82)-(83

= 82,055 m

Titik 1 = 81- 4.2

1.6 x 79)-(81

= 80,238m

Titik 2 = 80+ 0.4

0.25 x 80)-(82

= 78,127 m

Titik 3 = 80+ 0.55

0.4 x 80)-(82

= 75,607 m

Titik 4 = 80+ 1

0.85 x 80)-(82

= 72 m

Titik 5 =82+ 0.55

0.1 x 82)-(84

= 70,764 m

Titik 6 =82+ 0.95

0.45 x 82)-(84

= 71,959m

Titik 7 =82+ 1.6

1 x 82)-(84

= 75,666 m

Titik 8 =82+ 2.1

1.6 x 82) - (84

= 77,9 m

Titik 9 =82+ 2.9

1.6 x 82)-(84

= 82,083 m

Titik 10 =82+ 2.9

x2.182)-(84

= 86,052 m

(elv tinggi – elv rendah) x jarak titik

Jarak kontur

Page 21: siap diprint

21

Titik 11 =82+ 2.1

1.3 x 82)-(84

= 87,157 m

Titik 12 = 91

Titik 13 =93- 1.9

x0.680) - (82

= 92,833 m

Titik 14 =80+ 1.9

x0.180) - (82

= 91,666 m

Titik 15 =78+ 0.9

0.1 x 78) - (80

= 91,714 m

Titik B =76+ 2.3

1.8 x 76) -(78

= 92,9 m

b. Perhitungan antar titik

A – 1 = 100%x 50

80.238 - 82.055 = 3,634 %

1 – 2 = 100%x 50

78.127 - 80.238 = 4,222 %

2– 3 = 100%x 50

75.607 - 78.127 = 5,04 %

3– 4 = 100% x 50

72 - 75.607 = 7,214 %

4– 5 = 100%x 50

70.764 - 72 = 2,427 %

5– 6 = 100%x 50

71.959 - 70.264 = 2.39 %

6– 7 = 100%x 50

75.666 - 71.959 = 7,414 %

7– 8 = 100%x 50

77.9 - 75.666 = 4,468 %

8– 9 = 100%x 50

82.083 - 77.9 = 8,366 %

9– 10 = 100%x 50

86.052 - 82.083 = 7,938 %

10– 11 = 100%x 50

87.157 - 86.052 = 2,21 %

Page 22: siap diprint

22

11– 12 = 100%x 50

91 - 87.157 = 7,686 %

12– 13 = 100%x 50

92.833 - 91 = 3.666 %

13– 14 = 100%x 50

91.666 - 92.833 = 2,334 %

14– 15 = 100%x 50

91.714 - 91.666 = 0,096 %

15– B = 100%x 50

92.9 - 91.714 = 2,372 %

Klasifikasi medan A – B

n

medaniKlasifikas

16

%52,71 = 4,470 %

Sumber: Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota, Bina marga,

1997

Jadi klasifikasi medan A – B adalah perbukitan

Dari tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota didapat :

1. Kelas jalan : Kelas IIA

2. Koordinat titik A : (3744;7061)

3. Sudut Azimuth : 35 0

4. Elevasi rencana permukaan titik A : timbunan setinggi 0,80 m

5. Kecepatan rencana (Vr) : 60 km/jam

Page 23: siap diprint

23

6. Lebar row minimum : 20 m

7. Lebar perkerasan : 2 x 3,5 m

8. Lebar bahu : 2 m

9. Lereng melintang perkerasan (en) : 2 %

10. Lereng melintang bahu : 4%

11. Miring tikungan maksimum : 10 %

12. Jari–jari tikungan minimum(Rmin) : 112 m

13. Landai maksimum : 5 %

14. Lebar median minimum : 2 m

15. Klasifikasi medan : Perbukitan

c. Perhitungan koordinat tiap titik dan jarak antar titik

1. Koordinat tiap titik

1. Koordinat titik A – I Tikungan (X=126 m,Y=55 m)

2. Koordinat titik I – II Tikungan (X=225 m,Y=59 m)

3. Koordinat titik II–B Tikungan (X=425 m,Y=40 m)

(A – I) a. 3700 + 123 = 3828 m

b. 7000 + 51 = 7051 m

(I – II) a. 3700 + 222 = 3922 m

b. 7000 + (-59) = 6941 m

(II – B) a. 3700 + 428 = 4128 m

b. 7000 + 45 = 7045 m

d. Jarak antar titik

dA-I = 2255126

= 137,48 m

dI-II = 2258-225

= 232,35 m

Page 24: siap diprint

24

dII-B = 2245428

= 430,55 m

BAd = dA –I + dI – II + dII – B

= 137,48 + 232,60 + 430,55

= 800,43 m

Gambar 2.13 jarak antar titik

d. Perhitungan sudut

Sudut Azimuth A = 37°52’48” = 37,88 0

Gambar 2.14 Trase rencana jalan

1 = arc tan 1

1

X

Y

= arc tan 225

58

Page 25: siap diprint

25

= 14,88°

2 = arc tan 2

2

X

Y

= arc tan 428

45

= 6°

1. Tikungan I

1 = A + 1

= 23° + 14,88°

= 37,88°

2. Tikungan II

2 = 1 + 2

= 6° + 14,88°

= 20,88°

e. Perhitungan tikungan

1. Perencanaan tikungan I

1 = 37,880

Rmin = 112 m

Vr = 60 km/jam

Rr = 112 m

en = 2 %

C = 0,4

Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang

diperoleh nilai (Lampiran tabel II.5) :

e = 0,1

Berdasarkan waktu tempuh maksimum :

Ls = 50 m ...... ( 1 )

Berdasarkan rumus short

Ls = C

eVrx

CRr

Vrx

.727,2

.022,0

3

Page 26: siap diprint

26

= 4,0

1,060727,2

4,0112

60022,0

3 xx

xx

= 65,166 m ...... ( 2 )

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan :

Ls = xVrxre

eem n

6.3

)(

Ls = 60035.06.3

)22.01.0(x

x

= 38,095 m .............( 3 )

Dari...( 1 ),...( 2 ),...( 3 ) dipilih yang terbesar Jadi Ls = 65,166 m

s = xRrx

xLs

4

360

= 1124

166.65360

xx

x

= 16,676°

c = 1 – 2 xs

= 37,88°– 2 x 16,676°

= 4,528°

Lc = 360

2 xRrxcx

= 180

1124,528°x x

= 8,846 m

Diketahui Lc min = 25 m

Lc < Lc min, jadi tikungan yang dipakai tipe S – S

Dihitung ulang :

s = 2

1

= 2

37,88

= 18,94°

Page 27: siap diprint

27

Ls = 90

s xRrx

= 90

18,94 112xx

= 74,046 m gunakan Ls yang terbesar ( Ls = 74,046 m)

K = 2

3

40xRr

LsLs – Rr x Sin s

= 2

3

11240

046,74046,74

x – 112xSin 18,94°

= 36,885 m

P = xRrxLs

Ls

6

3

- Rr ( 1 – Cos s )

= 1126

046,74 2

x – 318 ( 1 – Cos 18,94°)

= 2,095 m

Tt = ( Rr + P ) tan ½ 1 + K

= ( 112 + 3,238) tan ½ x 37,880+ 40,405

= 76,037 m

Et = ( Rr + P ) cos ½ 1 – Rr

= ( 112+ 3,238)/ cos ½ x 37,880

= 8,262 m

L = 2x Ls

= 2x 74,046

= 148,092 m

Page 28: siap diprint

28

2. Perencanaan tikungan II

2 = 20,880

Rmin = 112 m

Vr = 60 km/jam

Rr = 112

en = 2 %

C = 0,4

Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang

diperoleh nilai (lampiran tabel II.5) :

e = 0,1

Ls = 50 m ...... ( 1 )

Ls min = C

Vrxex

RrxC

Vrx 727,2022,0

3

= 4,0

1,060727,2

4,0112

60022,0

3 xx

xx

= 65,166 m ...... ( 2 )

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan :

Ls = xVrxre

eem n

6.3

)(

Ls = 60025.06.3

)22.01.0(x

x

= 53,333 m .............( 3 )

Dari...( 1 ),...( 2 ),...( 3 ) dipilih yang terbesar. Jadi, Ls = 65,166 m

s = Rr

xLs

.

360

= 112..4

166,65360

x

= 16,6680

Page 29: siap diprint

29

c = 2 – 2 xs

= 20,880– (2 x 16,668)

0

= -12,456 0

Lc = 360

2. xRrxxc

= 180

112°456,12 xx

= -24,348 m

Diketahui Lc min = 25 m

Lc <Lc min, jadi tikungan yang dipakai tipe S – S

Dihitung kembali :

s = 2

2

= 2

20,88

= 10,44°

Ls = 90

sxxRr

= 90

x10,44.112x

= 40,815 m gunakan Ls terbesar (LS = 40,815 m)

K = 2

3

.40 Rr

LsLs – Rr x Sin s

= 2

3

11240

815,40815,40

x – 112 x Sin 10,44

0

= 29,456 m

P = xRrx

Ls

6

3

- Rr ( 1 – Cos s )

= 1126

503

x– 112 ( 1 – Cos 10,44

0)

= 2,83 m

Page 30: siap diprint

30

Tt = ( Rr + P ) tan ½ 2 + K

= ( 112 + 0,976) tan ½ x 20,880+ 22,394

= 50,436 m

Et = ( Rr + P )/cos ½ 2 – Rr

= ( 112 + 0,976)/cos ½ x 20,880– 112

= 3,783 m

L = 2x Ls

= 2x40,815

= 81,63 m

Tabel 2.3 Data Tikungan

Data Tikungan I Tikungan II

Bentuk

Vr

s

c

Ls

Lc

L

Tt

Et

K

P

Xc

Yc

Rr

e

en

S – S

37.880

60 km/jam

18,940

-

74,046 m

-

148.092 m

76,037 m

8,626 m

36,885 m

2,095 m

-

-

112 m

10 %

2 %

S – S

20,880

60 km/jam

10,440

-

50 m

-

81,63 m

50,436 m

3,783 m

29,456 m

1,866 m

-

-

112 m

10 %

2 %

Sumber: Hasil perhitungan praktikumPGJ, 2013

Page 31: siap diprint

31

a. Diagram Super Elevasi dan Sumbu Putar Jalan

1. Tikungan II Tipe ( S – S )

Gambar 2.15 Tikungan Belok ke kiri Tipe S – S

- 9,9 %

CL ± 0,00%

Gambar 2.16 Diagram Superelevasi Tipe S – S

2%

+9,9% LS = 74,046

ST TS

SC = CS

LS = 74,0146

Kanan

Kiri

Page 32: siap diprint

32

b. Tikungan I tipe (S –S)

Gambar 2.17 Tikungan Belok ke kanan Tipe S – S

+ 9,9 %

CL ± 0,00%

Gambar 2.18 Diagram Superelevasi Tipe S – S

2%

-9,9%

LS = 50

TS ST

SC = CS

LS = 50

Kanan

Kiri

Page 33: siap diprint

33

f. Perhitungan stationing titik-titik penting

Gambar 2.19 Stationing titik-titik penting

Sta A = 10 + 250

dA-I = 133,15 m

dI-II = 299,70 m

dII-B = 793,2 m

1. Tikungan I

Sta Ts1 = Sta A+ dA-1– Tt1

= ( 10+250 ) + (133,15) – 76,037

= 10+307,113

Sta Sc1 = CS1 = Sta Ts1 + Ls1

= (10+307,113) + 74,046

= 10+381,159

Sta St1 = ( Sta Cs1 ) + Ls1

= (10+381,159) + 74,046

= 10 + 455,205

2. Tikungan II

Sta Ts2 = Sta St1 + (d1-II – Tt1 – Tt2)

= (10+455,205 + (229,70– 76,037 – 50,436)

= 10 + 558,442

Sta Sc2 = Cs2 = Sta Ts2 + Ls2

= (10 + 558,442) + 50

= 10 + 608,442

A

1

2

B dA-I

dI-II

dII-B

Page 34: siap diprint

34

Sta St2 = Sta Cs2 + Ls2

= (10+608,442) + 50

= 10+658,442

Sta B = Sta St2 + (dII – B – Tt2)

= (10 + 658,442) + (430,35 – 50,436)

= 11 + 038,356

Panjang jalan (A – B)

= Sta B – Sta A

= (11 + 038,356) – (10 + 250)

= 788,346

g. Pelebaran perkerasan pada tikungan

L = Jarak gandar = 7,6 m

A = Tonjolan depan = 1,218 m

c = Kebebasan samping = 0,8 m

M = Lebar kendaraan = 2,6 m

n = Jumlah jalur = 2

Wn =Lebar Perkerasan Normal = 7 m

1. Tikungan I ( S – S )

Diketahui : Rr = 112 m

V = 60 km/jam

n = 2

Wn = 7 m

a. Lebar lintasan kendaraan rencana pada tikungan ( U )

U = M + R – 22 LR

= 2 + 112 – 22 6,7112

= 2,258 m

Page 35: siap diprint

35

b. Lebar melintang akibat tonjolan depan ( Td = Fa )

Td = AxLAR 22 - R

= 2,16,722,11122 x - 112

= 0,0878 m

c. Lebar tambahan akibat kelainan pengemudi ( z )

z = R

Vx105,0

= 112

60105,0 x

= 0,595 m

d. Lebar perkerasan pada tikungan ( Wc )

Wc = n ( M + c ) + Td ( n – 1 ) + z

= 2 ( 2,858 + 0,8 ) + 0,0878 ( 2 – 1 ) + 0,595

= 7,9988 m

Lebar perkerassan pada jalan lurus 2 x 3,5 = 7

Ternyata B > 7…..7,9988 > 7 m

Karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan sebesar

0,9988.

2. Tikungan II ( S – S )

Diketahui : R = 112 m

V = 60 km/jam

n = 2

Wn = 7 m

a. Lebar lintasan kendaraan rencana pada tikungan ( U )

U = M + R – 22 LR

= 2,6 + 112 – 22 6,7112

= 0,2581 m

Page 36: siap diprint

36

b. Lebar melintang akibat tonjolan depan ( Td = Fa )

Td = AxLAR 22 - R

= 2,16,722,11122 x - 112

= 0,0878 m

c. Lebar tambahan akibat kelainan pengemudi ( z )

z = R

Vx105,0

= 112

60105,0 x

= 0,595 m

d. Lebar perkerasan pada tikungan ( Wc )

Wc = n ( M + c ) + Td ( n – 1 ) + z

= 2 ( 2,858 + 0,8 ) + 0,0878 ( 2 – 1 ) + 0,595

= 7,9988 m

Lebar perkerassan pada jalan lurus 2 x 3,5 = 7

Ternyata B > 7…..7,9988 > 7 m

Karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada

tikungan sebesar 0,9988.

h. Jarak Pandang Horizontal

2.14.1 Tikungan I ( S - S )

a. Berdasarkan Jarak Pandang Henti ( JPH )

Diketahui :

Vr = 60 km/jam

t = 3 detik ( t = 0,5 – 4 detik, dipakai t = 3 detik )

f = 0,35 ( dari Tabel Koefisien Gesek )

Rr = 112 m

M = 15

L = 2 x Ls

= 2 x 74,046 = 148,092 m

Jarak pandang henti menurut Shirley L.

Page 37: siap diprint

37

d = d1 = d2 = xf

VxVxt

254278,0

2

= )01,035,0(254

605,260278,0

2

xxx

= 82,788 m (d < L)

Jarak pandang henti berdasarkan TCPGJAK 1997

Jh = 0,694 VR + 0,004(VR2/fp)

= 0,694(60) + 0,004(602/0,35)

= 82,782

Diambil jarak pandang henti 82,782 m

b. Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (JPM)

a = 2,052 + 0,0036 x V

= 2,052 + 0,0036 x 60

= 2,268 m/dt2

t1 = 2,12 + 0,026 x V

= 2,12 + 0,026 x 60

= 3,68 dt

t2 = 6,56 + 0,048 x V

= 6,56 + 0,048 x 60

= 9,44 dt

d1 =

2278,0 1

1

axtMVxxt

=

2

68,3268,2106068,3278,0

xxx

= 55,421 m

d2 = 0,278 x V x t2

= 0,278 x 60 x 9,44

= 157,459 m

d3 = 30 m (30 – 100 dipakai 100 m )

d4 = 23

2xd

Page 38: siap diprint

38

= 157,4593

2x

= 104,972 m

d = d1 + d2 + d3 + d4

= 55,421 + 157,459 + 30 + 104,972

= 347,852 m (d > L)

i. Kebebasan samping

E = R’ x (1-cos(28,65 x Jh)/R’)

= 108,5 x (1-cos(28,65 x 82,728)/108,5)

= 6,333

Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang menyiap

E = R’x (1-cos (28,65 x Jd)/R’) + (Jd-Lt/2) x (sin (28,65 x

Jd)/R’)

= 108,5x (1-cos (28,65 x 347,852)/108,5) + (347,852-

148,092)/2 x (sin (347,852 x 28,65)/108,5)

= 192,940 m

Keterangan:

Kebebasan samping henti 6,333 m

Kebebasan samping menyiap 192,940 m

Kebebasan samping tersedia 11,5

Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang henti 6,333<11,5

Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang menyiap 192,940 >

11,5

Jadi kesimpulan nya tidak perlu rambu.lalu lintas

Page 39: siap diprint

39

2. Tikungan II ( S - S )

a. Berdasarkan Jarak Pandang Henti ( JPH )

Diketahui :

Vr = 60 km/jam

t = 3 detik ( t = 0,5 – 4 detik, dipakai t = 3 detik )

f = 0,35 ( dari Tabel Koefisien Gesek )

R = 112

M = 15

L = 2 x Ls

= 2 x 112,358 = 224,72

b. Jarak pandang henti menurut Shirley L.

d = d1 = d2 = xf

VxVxt

254278,0

2

= )01,035,0(254

605,260278,0

2

xxx

= 82,788 m (d < L)

Jarak pandang henti berdasarkan TCPGJAK 1997

Jh = 0,694 VR + 0,004(VR2/fp)

= 0,694(60) + 0,004(602/0,35)

= 82,782

c. Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (JPM)

a =2,052 + 0,0036 x V

= 2,052 + 0,0036 x 60

= 2,268 m/dt2

t1 = 2,12 + 0,026 x V

= 2,12 + 0,026 x 60

= 3,68 m/dt

t2 = 6,56 + 0,048 x V

= 6,56 + 0,048 x 60

= 9,44 m/dt

Page 40: siap diprint

40

d1 =

2278,0 1

1

axtMVxxt

=

2

68,3268,2106068,3278,0

xxx = 55,421 m

d2 = 0,278 x V x t2

= 0,278 x 60 x 9,44

= 157,459 m

d3 = 30 m (30 – 100 dipakai 100 m )

d4 = 23

2xd

= 157,4593

2x

= 104,972 m

d = d1 + d2 + d3 + d4

= 55,421 + 157,459 + 30 + 104,972

= 347,852 m (d > L)

Kebebasan Samping

E = R’ x (1-cos(28,65 x Jh)/R’)

= 108,5 x (1-cos(28,65 x 82,782)/108,5)

= 7,80085

Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang menyiap

E = R’x(1-cos(28,65xJd)/R’) + (Jd-Lt/2) x (sin(28,65xJd)/R’)

= 108,5x(1-cos(28,65x347,852)/108,5) + (347,852-81,63)/2 x

(sin (28,65x347,852)/108,5)

= 244,989 m

Keterangan:

Kebebasan samping henti 7,80085 m.Kebebasan samping

menyiap 244,989 m .Kebebasan samping tersedia 11,5. Kebebasan

samping berdasarkan jarak pandang henti 7,80085<11,5

Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang menyiap 244,989 >

11,5 Jadi kesimpulan nya tidak perlu rambu.lalu lintas.

Page 41: siap diprint

41

B. PERENCANAAN ALINEMEN VERTIKAL

1. Definisi

Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal

melalui sumbu jalan dengan bidang rencana permukaan jalan (Bina Marga,

1997). Pada alinemen vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan) atau

landai negatif (turunan), atau landai nol (datar), sedangkan pada bagian

lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung dan lengkung cembung (Bina

Marga, 1997).

3. Perhitungan Kelandaian Jalan

Kelandaian jalan adalah besaran yang menunjukkan kenaikan atau

penurunan secara vertikal dalam satuan jarak horizontal, pada umumnya

dinyatakan dalam persen (%). Berdasarkan kesepakatan gambar jalan dibaca

dari kiri ke kanan maka landai jalan sebagai mana dihitung pada Gambar 3.1.

Naik ( + ) Turun ( - )

Gambar 2.20 Kelandaian jalan

Sewaktu merencanakan alinemen vertikal, terlebih dahulu

ditetapkan kelandaian jalan yang direncanakan. Penetapan kelandaian jalan

harus mengacu pada standar perencanaan geometrik jalan, yaitu tidak

boleh melebihi kelandaian maksimum ditetapkan berdasarkan (Bina

Marga, 1997) yaitu sebagai berikut :

a. Kelas jalan

b. Kondisi medan

c. Kecepatan rencana

Page 42: siap diprint

42

Tabel 2.4 Kelandaian maksimum

Sumber : Bina Marga 1997

Dalam perhitungan kelandaian suatu alinemen vertikal dapat

diselesaikan dengan menggunakan Persamaan 3.1 dan dapat dijelaskan

sebagaimana pada Gambar 3.2.

Gambar 2.21. Perhitungan kelandaian

id = × 100 % (2.62)

dengan :

id = kelandaian

Eb = Elevasi pada titik b (m)

Ea = Elevasi pada titik a (m)

dn = Jarak antara a dan b (m)

Kec. Rencana

Km/jam

Landai maksimum ( % ) untuk medan

D B G

120

100

80

60

40

30

3 - -

4 5 -

5 6 6

6 7 7

- 8 8

- - 10 – 12

Ea

Eb id

dn

Page 43: siap diprint

43

4. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting

Sta PPV (Pusat Perpotongan Vertikal) adalah untuk menentukan titik

penting stationing tersebut, dan cara perhitungannya adalah :

Sta A = Ketentuan dari soal

Sta PPV1 = Sta A + d1 (2.63)

Sta PPV2 = Sta PPV1 + d2, dan seterusnya sampai titik B (2.64)

5. Perhitungan Lengkung Vertikal

a. Lengkung Vertikal Cembung

Lengkung vertikal yaitu pergeseran vertikal setiap titik pada lengkung

terhadap tangen adalah sebanding dengan kuadrat jarak horizontal yang

diukur dari ujung lengkung seperti Gambar 3.3 di bawah ini.

Keterangan :

PPV = Pusat Perpotongan Vertikal

PLV = Permulaan Lengkung Vertikal

PTV = Permulaan Tangen Vertikal

EV = Pergeseran Vertikal PPV, ke permukaan jalan rencana (m)

A = Perbedaan Aljabar Landai (%)

x

LV

PTV PLV

Y EV

PPV A

Gambar 2.22 Lengkung vertikal cembung

Page 44: siap diprint

44

EV = (2.65)

LV = (2.66)

Untuk lengkung lingkaran, jari-jari lengkung vertikal adalah:

R = ; = Konstanta (2.67)

b. Panjang Lengkung Minimum

Panjang lengkung minimum adalah panjang yang diperlukan sehingga

lengkung tersebut dapat menyediakan jarak pandang sesuai dengan syarat

yang telah ditentukan. Kemungkinan yang timbul:

a. Panjang jarak pandang (S) seluruhnya ada di dalam daerah

lengkungan (LV) maka S<LV seperti pada Gambar 3.4.

b. Panjang jarak pandangan (S) melampaui panjang lengkung (LV)

maka S>LV seperti pada Gambar 3.5.

Gambar 2.23 Panjang lengkung minimum di mana terjadi kondisi S<LV

Gambar 2.24 Panjang lengkung minimum di mana terjadi kondisi S>LV

PPV

PTV PLV

EV h1 h2

S

LV

A

PPV

PTV PLV

EV

S

LV

A

g2 g1

g2 g1

Page 45: siap diprint

45

c. Lengkung Vertikal Cekung

Panjang lengkung minimum ditentukan berdasarkan:

1. Jarak pandangan pada malam hari, yaitu dihitung berdasarkan

jarak penyinaran lampu besar kendaraan dengan tinggi lampu

0,75 m dan berkas sinas menyebar ke atas sebesar 1°.

2. Jarak pandang yang ditentukan bila melewati underpass, dengan

mempertimbangan tinggi ruang bebas minimum serta tinggi

lampu belakang kendaraan.

Jika: S<LV, maka LV = (2.68)

seperti di Gambar 3.6.

S>LV, maka LV = 2S (2.69)

seperti di Gambar 3.7.

LV = (2.70)

Gambar 2.25 Lengkung cekung vertikal di mana dalam kondisi S<LV

LV

S

A PLV 1°

PTV

Page 46: siap diprint

46

Gambar 2.26 Lengkung cekung vertikal dimana dalam kondisi S>LV

6. Pertimbangan Keamanan

Kendaraan yang berjalan di sepanjang alinemen vertikal di

lengkungan akan mengalami seolah-olah terjadi kehilangan atau

penambahan berat kendaraan. Hal ini akan dirasakan oleh pengemudi

sebagai gaya sentrifugal yang berkerja searah atau berlawanan arah dengan

gaya gravitasi bumi. Untuk itu panjang lengkung vertikal juga sebaiknya

ditentukan dengan mempertimbangkan adanya kenyamanan yang cukup.

Untuk perhitungan alinemen vertical, LV dari Grafik Panjang

Lengkung Vertikal (sebagaimana yang telah dilampirkan), diusahakan

menggunakan LV yang panjang.

7. Perhitungan Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana Permukan Jalan

Karena permukaan tanah tidak terlalu datar atau rata, dan juga tuntutan

dari rancangan suatu proyek jalan, maka pekerjaan galian dan timbunan

akan selalu ada. Oleh karena itu, pekerjaan galian dan timbunan perlu

diperhitungkan sedemikan rupa sehingga masalah-masalah yang

berhubungan dengan geometrik jalan tidak akan menjadi suatu hambatan

yang berat, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.27.

LV

S

1° A

PLV

PTV

Page 47: siap diprint

47

I

Gambar 2.27 Galian dan timbunan

Potongan I-I

Gambar 2.28 Potongan I

Potongan II-II

Gambar 2.29 Potongan II

Galian Rencana Jalan

Timbunan

I II

II

Page 48: siap diprint

48

8. Perhitungan alinemen vertikal

Gambar 2.30 Trase alinemen vertikal

a. Elevasi

Titik A = 82,8 m

PPV1 = 80,6 m

PPV2 = 86,5 m

Titik B = 83,85 m

b. Jarak Datar

d1 = 300 m

d2 = 185 m

d3 = 310 m

c. Kelandaian

Ii = %100Re

d

ndahElTinggiEl (2.71)

I1 = %100302

80,5-82,8

= 0,76 %

I2 = %1009,138

6,80 85

= 3,16 %

I3 = %1003,361

85 85

= 0 %

A

PPV1

PPV2 B

i1 i2

i3

d1 d2 d3

Page 49: siap diprint

49

d. Lengkung Vertikal

a. Lengkung I ( Cekung )

A

0,76%

3,16%

Gambar 2.31 Lengkungan I

i1 = 0,76 %

Lv1 = 48,75 m ( dari perhitungan V Panjang Lengkung Vertikal

Cekung )

Ev1 = 800

11xLvi

= 800

75,4876,0 x

= 0,046 m

Sta PPV1 = Sta A + d1

= (10 + 250 ) + 300

= 10 + 550

Sta PLV1 = Sta PPV1 – ½ x Lv1

= (10 +550) – ½ x 48,75

= 10 + 525,625

Sta PTV1 = Sta PPV1 + ½ x Lv1

= (10 + 550) + ½ x 48,75

= 10 + 574,375

el PPV1 = 80,6 m

el PLV1 = el PPV1 + i1 ½ x Lv1

= 80,6 + 100

76,0x ½ x 48,75

= 80,78 m

PPV1 PTV1

PLV1

Page 50: siap diprint

50

el PTV1 = el PPV1 + i2 x ½ x Lv1

= 80,6 + 100

0 x ½ x 48,75

= 80,6 m

Elev di atas PPV1 = el PPV1 + Ev1

= 80,6 + 0,046

= 80,646 m

- Lengkung II ( Cembung )

PTV2

PPV2

0%

PLV2 3,16 %

Gambar 2.32 Lengkungan II

I2 = 3,16 %

Lv2 = 43,88 m ( dari Grafik V Panjang Lengkung Vertikal

Cembung )

Ev2 = 800

33xLvi

= 800

88,4316,3 x

= 0,1733 m

Sta PPV2 = Sta PPV1 + d2

= (10 + 550) + 138,9

= 10 + 688,9

Sta PLV2 = Sta PPV2 – ½ x Lv2

= (10 + 688,9) – ½ x 43,88

= 10 + 666,96

Page 51: siap diprint

51

Sta PTV2 = Sta PPV2 + ½ x Lv2

= (10 + 688,9) + ½ x 43,88

= 10 + 710,84

el PPV2 = 85 m

el PLV2 = el PPV2 – i2 x ½ x Lv2

= 85 - 100

16,3 x ½ x 43,88

= 84,30 m

el PTV2 = el PPV2 – i3 x ½ x LV2

= 85 – 100

0 x ½ x 45

= 85 m

Elev di bawah PPV2 = el PPV2 + Ev2

= 85 + 0,1733

= 85,1733 m

Sta B = Sta PPV2 + d3

= (10 + 688,9) + 361,3

= 11 + 050,2

LENGKUNG VERTIKAL III NYA MANA??

Page 52: siap diprint

52

- C. PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN

Hal-hal yang harus diketahui sebelum memnghitung galian dan

timbunan adalah:

1. Data titik stationing.

2. Elevasi as jalan pada permukaan jalan rencana, dimana untuk jalan lurus

diambil per 50 meter, sedangkan tikungan diambil per 25 meter.

3. Elevasi tanah asli selebar ROW diambil sesuai pengembalian elevasi pada

permukaan jalan rencana.

Setelah elevasi diketahui maka digambarkan profil dari setiap

potongan melintang jalan per jarak yang telah ditentukan.

I. Perhitungan luas tampang potongan galian dan timbunan

Perhitungan untuk mengetahui luas tampang potongan

dilakukan secara perdekatan (secara kasar). Hal ini dikarenakan bentuk

dari luasan yang tidak teratur. Berikut contoh dari salah satu perhitungan

luas tampang potongan

Muka tanah asli

Permukaan jalan

IV IV

Muka tanah asli

Permukaan jalan

Klik area kemudian blok potongan

galian atau timbunan kemudian

enter dan lihat hasilnya di toolbar

Gambar 2.33 Perhitungan volume galian dan timbunan pada AutoCAD

Page 53: siap diprint

53

II. Perhitungan volume galian dan timbunan

Perhitungan untuk mengetahui volume galian dan timbunan

dilakukan secara pendekatan juga. Hal ini karena bentuk dari luasan yang

tidak teratur.

Menghitung volume galian timbunan adalah:

A pot IA pot II

jarak potongan (1)

Gambar2.34 Perhitungan volume galian dan timbunan

Rumus:

V = Ii = 1*2

ApotIIApotI

(2.72)

Dengan, Pot I = Luas potongan I

Pot II = Luas potongan II

1 = Jarak potongan yang ditinjau

Page 54: siap diprint

54

Pekerjaan galian dan timbunan

Tabel 2.6 Pekerjaan Galian dan Timbunan

A (m2) A rata-rata (m

2) Volume (m

3)

A 10+250 16.5032

50 47.5489 32.026 1,601.303

1 10+ 300 47.549

11.4 18.608 33.079 377.097

TS1 10 + 311,443 18.608

25 63.133 40.870 1,021.761

2 10 + 336,4 63.133

13.6 71.491 67.312 915.444

3 10 + 350 71.491

11.4 70.442 70.967 809.020

4 10+ 361,4 70.442

24 87.906 79.174 1,900.171

CS1 10 + 385,489 87.906

14.5 90.629 89.267 1,294.373

5 10 + 400 90.629

9.5 105.912 98.270 933.569

6 10 + 409,5 105.912

25 150.235 128.074 3,201.845

7 10+ 434,5 150.235

15.5 158.401 154.318 2,391.934

8 10 + 450 158.401

9.5 163.145 160.773 1,527.344

ST1 10 + 459,535 163.145

40.5 175.195 169.170 6,851.367

9 10 + 500 175.195

25.6 167.217 171.206 4,382.872

PLV1 10 + 525,625 167.217

24.4 161.149 164.183 4,006.071

TimbunanJarak

(m)STATitik

Page 55: siap diprint

55

PPV1 10 + 550 161.149

15.4 127.968 144.558 2,226.200

TS2 10 + 565,412 127.968

9 133.474 130.721 1,176.489

PTV1 10 + 574,375 133.474

16 124.165 128.820 2,061.114

11 10 + 590,4 124.165

9.6 116.298 120.232 1,154.224

12 10 + 600 116.298

15.4 71.630 93.964 1,447.046

CS2 10 + 615,412 71.630

25 77.002 74.316 1,857.899

13 10 + 640,4 77.002

9.6 122.045 99.523 955.424

14 10 + 650 122.045

15.4 106.472 114.258 1,759.576

ST2 10 + 665,412 106.472

1.9 102.858 104.665 198.863

PLV2 10 + 666,96 102.858

22.1 45.301 74.079 1,637.153

PPV2 10 + 688,9 45.301

10.6 61.078 53.189 563.807

15 10 + 700 61.078

11.3 27.417 44.248 499.998

PTV2 10 + 710,84 27.417

38.8 0 13.709 531.898

47,283.862 JUMLAH

Page 56: siap diprint

56

A (m2) A rata-rata (m

2)Volume (m

3)

16 10 + 750 10.2768

50 60.5769 35.42685 1771.3425

17 10 + 800 60.5769

50 82.9143 71.7456 3587.28

18 10 + 850 82.9143

50 141.155 112.0346 5601.73

19 10 + 900 141.155

50 142.083 141.6191 7080.955

20 10 + 950 142.083

50 137.687 139.885 6994.25

21 11 + 000 137.687

50 156.201 146.944 7347.2

B 11 + 050 156.201

0 78.10065 0

32,382.76

Jarak

(m)

Galian

JUMLAH

Titik STA

Sumber : Hasil Perhitungan

Volume pekerjaan = xJarakAA

2

21

(4.2)

Contoh perhitungan pada Titik A dan Titik 1

Galian = 502

5769.602768.10x

= 1771.3425 m3

Timbunan = 502

417.27078.61x

= 499.998 m3

Jadi volume pekerjaan galian sebesar 32382.76 m3 dan pekerjaan timbunan

sebesar 47283.862 m3

Page 57: siap diprint

57

BAB III

TEBAL PERKERASAN JALAN

A. Ketentuan soal

Rencanakan tebal perkerasan lentur dengan methode analisa komponen,

dengan menggunakan data yang ada dibawah ini :

1. CBR = 10 %

2. Curah hujan rata-rata = 800 mm per tahun

3. Umur rencana = 15 tahun

4. Pertumbuhan lalu lintas = 5% per tahun

Tabel 3.1 Tabel LHR

Jenis Kendaraan LHR

Sepeda Motor 8700

Mobil Penumpang 3700

Bus 950

Truck 2 As 850

Truck 3 As 680

Truck 5 As 350

B. Perhitungan

Diketahui :

CBR = 10%

Curahhujan = 800mm/tahun

Umurrencana = 15 tahun

Pertumbuhanlalulintas = 5%

Kelasjalan = 2A

Lebarjalan 7m ( 2 x 3,5 ),2 arah ,2 lajur

Kelandaian rata-rata = 4,47 %

57

Page 58: siap diprint

58

C. Analisis Hitungan

Tabel 3.2 Lintasharian rata-rata

Jeniskendaraan

LHR

Sepeda motor 8700

Mobil penumpang 3700

Bus 950

Truk 2 as 13 ton 850

Truk 3 as 30 ton 680

Truk 5 as 30 ton 350

Jumlah

15230

A. Angka ekivalen masing-masing kendaraan

Tabel 3.3 Angka ekivalen masing – masing kendaran

Jenis kendaraan

Depan

Belakang

Total

Sepeda motor

Mobil

penumpang

Bus

Truk 2 as 7 ton

Truk 3 as 8 ton

Truk 5 as 10 ton

0

0,0002

0,0036

0,0183

0,0183

0,0577

+0

+0,0002

+0,0183

+0,0577

+0,1410

+2 x 0,0016

0

0,0004

0,219

0,076

0,1593

0,0609

Page 59: siap diprint

59

B. Angka ekivalen masing – masing kendaraan

Tabel 3.4 Angka ekivalen masing – masing kendaran

Jenis

kendaraan

C

E

LHR

LEP

Sepeda motor

Mobil

penumpang

Bus

Truk 2 as 7 ton

Truk 3 as 8 ton

Truk 5 as 10

ton

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

0

0,0004

0,219

0,076

0,1593

0,0609

8700

3700

950

850

680

350

0

0,74

104,025

32,3

54,162

10,658

LEP 201,885

C. Menghitung lintas ekivalen akhir ( LEA)

LEA = LEP x

= 201,885 x

= 419,704

D. Menghitung lintas ekivalen tengah

LET = ( LEP + LEA ) /2

= ( 201,885 + 419,704 ) /2

= 310,79

E. Menghitung lintas ekivalen rencana ( LER )

LER = LET x ( VR / 10 )

= 310,79 x ( 15 / 10 )

= 466,185

Menghitung DDT, dengan rumus :

DDT = 1,6649 + 4,3592 log ( CBR )

= 1,6649 + 4,3592 log ( 10 )

= 5,9

Page 60: siap diprint

60

F. Faktor regional

% kendaraan berat = ( 950+850+680+350 )/ 15230 ) x 100%

= 18,59%

Data dari curah hujan 800mm/th, Jalan Arteri, kelandaian 4,47

G. Indeks permukaan awal

Direncanakan lapisan permukaan laston dengan roughness < 1000

Maka IP0 ≥ 4

H. Indeks permukaan akhir

Dari table untuk jalan kolektor LER = 466,185

didapat IP0 = 2,5

dari nomogram 1 didapat nilai ITP = 6,5

I. Susunan perkerasan

Lapis permukaan :Laston ( al ) = 0,4

Lapis pondasiatas :BatuPecah (Kelas A) = 0,14

Lapis pondasibawah :sirtukelas A ( a3 ) =0,13

min=7,5

min =10

Dengan ITP = 11,2 denganrumus

ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3

ITP = 0,4.7,5 + 0,14.10 + 0,13.D3

= 16,15 = 16,2

Gambar 3.1 Lapis Perkerasan

LASTON

LASTON ATAS

SIRTU KELAS A (CBR 70)

CBR 10%

7,5 cm

10 cm

16,2 cm

Page 61: siap diprint

61

BAB IV

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

A. PENDAHULUAN

Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan hal penting bagi dunia industri

konstruksi. Ketidak akuratan dalam RAB dapat memberikan efek negative pada

seluruh proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Menurut Pratt (1995)

fungsi dari RAB dalam industri konstruksi adalah:

1. Memperkirakan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan biaya yang ada.

2. Mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.

3. Persaingan pada saat proses penawaran.

RAB berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner

harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor

dapat menerima keuntungan yang layak. Keakuratan dalam RAB tergantung pada

keahlian dan kerajinan estimator dalam mengikuti seluruh proses pekerjaan dan

sesuai dengan informasi terbaru.

B. TUJUAN

Proses RAB adalah suatu proses untuk mengestimasi biaya langsung yang

secara umum digunakan sebagai dasar penawaran. Salah satu metode yang

digunakan untuk melakukan estimasi biaya penawaran konstruksi adalah

menghitung secara detail harga satuan pekerjaan berdasarkan nilai indeks atau

koefisien untuk analisis biaya, biaya bahan, dan upah kerja.

Pada setiap jenis pekerjaan mempunyai harga satuan pekerjaan yang

merupakan penjumlahan dari hari satuan masing-masing variabel pembentuknya,

dengan masing-masing indeks biaya.

61

Page 62: siap diprint

62

KEGIATAN :

NO. PAKET : KELOMPOK 5

NAMA PAKET : PERENCANAAN JALAN STA 10+250 - 11+050

VOLUME : PANJANG : 788 M LEBAR : 7 M

KABUPATEN : BANTUL

NO PERKIRAAN HARGA JUMLAH

MATA KUANTITAS SATUAN HARGA

PEMB. Rp Rp

1 2 3 4 5 6

DIV 1. U M U M

1.2 Mobilisasi Ls 1.00 162,090,000.00 162,090,000.00

162,090,000.00

DIV 2. DRAINASE

2.1 Galian untuk drainase,saluran dan jalan air M1 1,283.03 79,490.54 101,988,506.10

101,988,506.10

DIV 3. PEKERJAAN TANAH

3.1 (1) Galian tanah biasa M3 32,382.76 43,259.00 1,400,845,814.84

3.2 (1) Timbunan biasa M3 47,283.86 24,281.00 1,148,099,404.66

3.3 Penyiapan Badan Jalan M2 2,385.00 6,621.00 15,791,085.00

Talud M3 5,293.03 110,831.25 586,632,909.53

Siaran M2 11,641.66 302,183.08 3,517,913,572.93

6,669,282,786.96

DIV 4. PEKERJAAN BAHU JALAN

4.1 (1) Lapis pondasi agregat kelas A M3 236.40 630,201.71 148,979,684.24

4.1 (2) Lapis pondasi agregat kelas B M3 118.20 679,464.29 80,312,679.23

229,292,363.47

DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR

5.1 (1) lapis agregat pondasi kelas A M3 1,103.20 626,055.38 690,664,292.26

5.1 (2) Lapis agregat pondasi kelas B M3 551.60 629,004.47 346,958,867.65

1,037,623,159.91

DIV 6. PERKERASAN ASPAL

6.1 (1) Lapis resap pengikat LITER 55.16 9,633.00 531,356.28

6.1 (2) Lapis perekat LITER 55.16 11,942.00 658,720.72

6.3 (4) Laston (AC) M3 584.33 820,708.00 479,560,202.10

480,750,279.10

Jumlah total 8,681,027,095.53

PERENCANAN GEOMETRIK JALAN,TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

Jumlah harga penawaran untuk devisi 4

Jumlah harga penawaran untuk devisi 5

Jumlah harga penawaran untuk devisi 6

C. Rencana Anggaran Biaya

URAIAN SAT.

Jumlah harga penawaran untuk devisi 1

Jumlah harga penawaran untuk devisi 2

Jumlah harga penawaran untuk devisi 3

Page 63: siap diprint

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah menyelesaikan Praktikum Perancangan Keairan, didapatkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Data Geometrik Jalan dengan dua tikungan.

Tabel 5.1 Data Geometrik Jalan .

Data Tikungan I Tikungan II

Bentuk

Vr

s

c

Ls

Lc

L

Tt

Et

K

P

Xc

Yc

Rr

e

en

S – S

37.880

60 km/jam

18,940

-

74,046 m

-

148.092m

76,037m

8,626 m

36,885 m

2,095 m

-

-

112 m

10 %

2 %

S – S

20,880

60 km/jam

10,440

-

50 m

-

81,63m

50,436 m

3,783 m

29,456 m

1,866 m

-

-

112 m

10 %

2 %

63

Page 64: siap diprint

64

2. Tebal perkerasan yang digunakan adalah lapis permukaan dengan laston

7,5 cm, lapis pondasi atas dengan laston atas 10 cm dan lapis pondasi

bawa dengan sirtu kelas A 16,2 cm.

3. Dalam perancangan ini diketahui panjang jalan yang direncanakan 841 m

dengan dua jenis tikungan yaitu tikungan I menggunakan jenis tikungan

Spiral-Circle-Spiral ( S-C-S ) dan tikungan II menggunakan jenis

tikungan Spiral-Spiral ( S-S ). Di dapat jumlah volume galian 45.122,37

m3 dan jumlah volume timbunan 21.885,99 m3 Di dapat rencana

anggaran biaya (RAB) = Rp 8.681.027.095,53.

4. Rancangan anggaran biaya yang didapatkan dari analisis perhitungan

untuk perancangan jalan ini adalah sebesar Rp 8.681.027.095,53

B. SARAN

1. Di harapkan pada praktikum selanjutnya mahasiswa mampu merancang

jalan menggunakan peta RBI ( Rupa Bumi Indonesia ).

2. Dalam perhitungan RAB ( Rencana Anggaran Biaya ) untuk praktikum

kedepanya langkah – langkah dalam perhitungan harga satuan maupun

koefisien di perdetail lagi atau di perjelas lagi.

3. Untuk praktikum kedepanya agar di beri waktu yang cukup.