sigi lamo dan tinggalan sejarah islam di ternate 1

21
187 SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1 Masmedia Pinem Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Jl. M.H. Thamrin No. 6 Jakarta E-mail: [email protected] Abstract: This study seeks to reveal the history ofthe ancient mosques in the city of Ternate. Through historical-archaeological-approaches, ancient mosques are described comprehensively. From the research of Sigi Lamo (Great Mosque) of the Ternate Sultanates, there are several points found, first, Ternate Sultanates Sigi Lamo I sthe oldest mosque inTernate were built around the year 1606A Dat the time of Sultan Hamzah (1628-1648). Second, in terms of layout Ternate Sultanate Sigi Lamo is very different with the mosques in Java—where the mosqueis always adjacent to the palace, the square, and the market—. However, from the architecture aspects it’s showed the Javanese influences such as in the mosque polesor supporting pillars of the pyramidal roof, with asharps slope similar to the construction of Javanese house, wide of the porchis same to the main prayer hall. On eachsides ofthe Sultanates mosques, on the top roof there is a window. In the west of mosque there isalso the sultanate family cemetery. Third, worshipat Ternate Sultanate Sigi Lamo arranged by a hereafter representative which represented each ethnic orregional in Ternate. The here after representative (bobato akhirat) consists of Jiko Imam, Imam Java, Imam Sangaji, and Imam Moti. The four priests were on duty by turn seach week to organize worships at the mosque of Sultanates. Key words: history, archaeology, Ternate Sultanates mosque, hereafter bobato Abstrak: Penelitian ini berupaya mengungkap sejarah masjid kuno di kota Ternate. Lewat pendekatan historis-arkeologis, masjid kuno dideskripsikan secara komprehensif. Dari hasil penelitian terhadap Sigi Lamo (Masjid Agung) Kesultanan Ternate, beberapa poin yang diungkapkan yaitu, pertama, Sigi Lamo Kesultanan Ternate merupakan masjid tertua di Ternate yang didirikan sekitar tahun 1606 M pada masa Sultan Hamzah (1628-1648). Kedua, dari segi letak Sigi Lamo Kesultanan Ternate sangat berbeda dengan masjid yang ada di Jawa—di mana masjid selalu berdekatan dengan kraton, alun-alun, dan pasar—. Namun, dari aspek arsitektur terlihat ada pengaruh Jawa seperti adanya tiang penyangga di dalam masjid atau saka guru sebagai penyangga atap yang piramidal, dengan kemiringan tajam mirip dengan konstruksi tajug, lebar serambi selebar unit ruang utama salat. Pada setiap sisi masjid Sultan, atap puncaknya dibuat jendela atap. Di barat masjid terdapat juga komplek pemakaman keluarga sultan. Ketiga, peribadatan di Sigi Lamo Kesultanan Ternate, diatur berdasarkan bobato akhirat yang mewakili dari masing-masing etnis atau daerah yang ada di Ternate. Bobato akhirat tersebut terdiri dari Imam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangaji, dan Imam Moti.Keempat imam inilah bertugas secara bergantian setiap minggunya untuk mengatur peribadatan di Masjid Sultan. Kata kunci: sejarah, arkeologi, masjid Kesultanan Ternate, bobato akhirat

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

187

SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE1

Masmedia PinemPeneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan

Badan Litbang dan Diklat Kementerian AgamaJl. M.H. Thamrin No. 6 Jakarta

E-mail: [email protected]

Abstract:This study seeks to reveal the history ofthe ancient mosques in the city of Ternate.Through historical-archaeological-approaches, ancient mosques are described comprehensively.From the research of Sigi Lamo (Great Mosque) of the Ternate Sultanates, there are severalpoints found, first, Ternate Sultanates Sigi Lamo I sthe oldest mosque inTernate were builtaround the year 1606A Dat the time of Sultan Hamzah (1628-1648). Second, in terms oflayout Ternate Sultanate Sigi Lamo is very different with the mosques in Java—where themosqueis always adjacent to the palace, the square, and the market—. However, from thearchitecture aspects it’s showed the Javanese influences such as in the mosque polesor supportingpillars of the pyramidal roof, with asharps slope similar to the construction of Javanese house,wide of the porchis same to the main prayer hall. On eachsides ofthe Sultanates mosques, onthe top roof there is a window. In the west of mosque there isalso the sultanate family cemetery.Third, worshipat Ternate Sultanate Sigi Lamo arranged by a hereafter representative whichrepresented each ethnic orregional in Ternate. The here after representative (bobato akhirat)consists of Jiko Imam, Imam Java, Imam Sangaji, and Imam Moti. The four priests were onduty by turn seach week to organize worships at the mosque of Sultanates.

Key words: history, archaeology, Ternate Sultanates mosque, hereafter bobato

Abstrak: Penelitian ini berupaya mengungkap sejarah masjid kuno di kota Ternate. Lewatpendekatan historis-arkeologis, masjid kuno dideskripsikan secara komprehensif. Dari hasilpenelitian terhadap Sigi Lamo (Masjid Agung) Kesultanan Ternate, beberapa poin yangdiungkapkan yaitu, pertama, Sigi Lamo Kesultanan Ternate merupakan masjid tertua diTernate yang didirikan sekitar tahun 1606 M pada masa Sultan Hamzah (1628-1648).Kedua, dari segi letak Sigi Lamo Kesultanan Ternate sangat berbeda dengan masjid yangada di Jawa—di mana masjid selalu berdekatan dengan kraton, alun-alun, dan pasar—.Namun, dari aspek arsitektur terlihat ada pengaruh Jawa seperti adanya tiang penyanggadi dalam masjid atau saka guru sebagai penyangga atap yang piramidal, dengan kemiringantajam mirip dengan konstruksi tajug, lebar serambi selebar unit ruang utama salat. Padasetiap sisi masjid Sultan, atap puncaknya dibuat jendela atap. Di barat masjid terdapatjuga komplek pemakaman keluarga sultan. Ketiga, peribadatan di Sigi Lamo KesultananTernate, diatur berdasarkan bobato akhirat yang mewakili dari masing-masing etnis ataudaerah yang ada di Ternate. Bobato akhirat tersebut terdiri dari Imam Jiko, Imam Jawa,Imam Sangaji, dan Imam Moti.Keempat imam inilah bertugas secara bergantian setiapminggunya untuk mengatur peribadatan di Masjid Sultan.

Kata kunci: sejarah, arkeologi, masjid Kesultanan Ternate, bobato akhirat

Page 2: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

188

PENDAHULUAN

Masjid menduduki posisi penting dansentral bagi kehidupan umat Islam; tidakhanya dalam ibadah ritual, tetapi jugadalam berbagai aspek kehidupan mereka.Fungsi pokok masjid bagi kaum muslimin,tentu saja sebagai tempat untuk melaku-kan ibadah salat. Suatu hal yang perlu di-perhatikan adalah, meskipun ibadah salatbisa dilakukan di mana saja-karena seluruhbumi ini adalah ‘masjid’/tempat sujud-tetapi ‘masjid’ sebagai bangunan khususrumah ibadah tetap sangat diperlukan.Secara lebih luas, masjid bukan hanya seke-dar tempat kegiatan ritual-sosial, tetapi jugamerupakan salah satu simbol terjelas darieksistensi peradaban Islam.2

Berdasarkan tinggalan peradabanIslam, masjid sebagai bangunan tua/bersejarah memiliki keunikan dan kekhasantersendiri bila dilihat tinggalan arkeologisberupa bangunan, arsitektur, ragam hias,mimbar, dan lain sebagainya. Pada abad ke-17 bangunan masjid tua sangat berhubung-an erat dengan rumah-rumah para pendu-duk yang tinggal di sekitarnya.Gaya ba-ngunan, ukuran, bahan bangunan tidakberbeda, sehingga masjid tua/bersejarahberintegrasi dengan lingkungannya. Begitujuga bangunan-bangunan atau tempat se-kolah agama Islam yang ada pada era tersebut.

Untuk konteks kekinian masjid-masjidtua/bersejarah pada masa tersebut, men-jadi suatu kesulitan untuk mengkajinyakarena kelangkaan sumber dan bacaantentangnya.Suatu hal yang masih tersisadari masjid tua/bersejarah tersebut adalah

tinggalan bangunannya yang dapat dikaji.Kajian terhadap tinggalan tersebut mem-butuhkan keahlian dan kepakaran dibidang sejarah dan arkeologi (baca: religi)khususnya masjid. Tinggalan bangunanitulah yang sampai saat ini menjadi salahsatu saksi sejarah masuknya Islam keIndonesia.

Benda-benda bersejarah tersebut bisamenjadi salah satu instrumen analisis untukmenelusuri sejarah masuknya agama-aga-ma di Indonesia sebagai bagian yang tidakterpisahkan dari sejarah bangsa Indonesiasecara umum.Pendapat senada juga di-kemukakan oleh Azra,yang menjelaskanbahwa hampir dapat dipastikan seseder-hana apa pun bentuk tinggalam masjid danarsitektur bangunannya telah hadir ber-samaan dengan penyebaran Islam dinusantara.3

Konteks inilah masjid tua/bersejarahdi Ternate khususnya dan Maluku Utarapada umumnyamenarik untuk men-kajinya. Sebagai contoh, Sigi Lamo.4 Kesul-tanan Ternate merupakan bukti sejarahyang kuat tentang masuknya Islam didaerah tersebut. Dapat diketahui bahwaIslam berkembang di Ternate diduga ber-asal dari Malaka, Kalimantan, atau Jawa.Banjar, Giri, atau Gresik cukup besarpengaruhnya dalam sosialisasi Islam diTernate dan Tidore, sebelum terjadi arusbalik, yakni penyebaran Islam dari Ternateke arah barat yakni ke Buton dan daerahlain di Sulawesi Selatan. Pola sosialisasiIslam di Ternate sama halnya dengan polasosialisasi Islam di Tidore, Jailolo, danMataram, satu proses di mana elite kerajaan

1Tulisan ini pernah disampaikan pada acara “Temu Riset Badan Litbang dan Diklat KementerianAgama RI”, di Denpasar-Bali, pada tanggal, 6-8 November 2012.

2A. Heuken SJ., Mesjid-Mesjid Tua di Jakarta(Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka), hlm. 11-12.3Ibid., hlm 15.4Atjo, Kamus Ternate Indonesia, (Jakarta, Cikoro Trirasuandar, cet. 5.2009), hlm.83 dan 137.

Page 3: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

189

belajar Islam di pusat-pusat pengajaranIslam di nusantara, Giri, atau Gresik. Se-telah selesai belajar, mereka kembali ketempat asalnya dan langsung mengislam-kan masyarakat kerajaan.5

Penelitian ini adalah kajian terhadapkhazanah masjid tua di Ternate, yang inginmengungkap nilai-nilai yang terkandung didalamnya yaitu dari peninggalan masalampau sebagai salah satu kekayaan bu-daya bangsa yang tidak ternilai harganya.Maka, pemahaman dan penghayatan ter-hadap masjid tua/bersejarah serta tinggal-an sejarah yang bernuansa keagamaanlainnya. Penggalian nilai-nilai lama ter-sebut, penting untuk mengukuhkan iden-titas kebangsaan dan keindonesiaan saatini, yang lama-kelamaan semakin tercera-but dari akar budaya sendiri.

Kajian masjid tua dan bersejarah inimerupakan lanjutan dari tahun 2011, yangdilakukan di empat provinsi, yaitu: ProvinsiJawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, danAceh. Adapun permasalahanyang dikajidalam penelitian iniadalah: pertama, bagai-mana sejarahSigi Lamo Kesultanan Ter-nate?Kedua, bagaimana model arsi-tek-turbangunan, dan benda-benda cagar budayayang menyertainya?Ketiga, sejauh-manaperkembangan masjid, baik pembangunanfisik maupun kegiatan ke-agama-an?

Kemudian penelitian ini bertujuanuntuk:pertama, tujuan keilmuan adalahuntuk menambah wawasan pengetahuandan keilmuan, baik secara teoritis maupunpraktis; kedua, untuk mengungkapkan asal-usul berdirinya Sigi Lamo Kesultanan Ter-nate, tahun berdirinya dan nama pendiri-nya, serta kondisi masyarakat di sekitar saatberdirinya; ketiga, untuk mendata modelaristektur bangunan, dan cagar budaya

yang menyertainya, berikut makna filosofisyang terkandung di dalamnya; dan ke-em-pat, untuk mengetahui perkembangan SigiLamo Kesultanan Ternate sejak awal ber-dirinya sampai saat ini, baik mengenaipembangunan fisik maupun kegiatanke-agamaan.

Dalam tulisan ini, yang dimaksudmasjid tua/bersejarahadalah rumah iba-dah umat muslim yang masih berfungsi,memiliki nilai sejarah dan dilindungi olehUndang-Undang Cagar Budaya Nomor 11tahun 2010. Penelitian masjid tua/ber-sejarah tersebut, selain penelitian padatatanan sejarah dan arsitektur, juga ins-kripsi pada artefak-artefak yang ada didalam masjid dan sekitarnya, berikutpemaknaannya, dikaitkan dengan sejarahmasuknya agama Islam ke wilayah Ternatedan Maluku Utara.

Beberapa kajian awal yang pernahdilakukan terhadap masjid di Indonesiakhususnya di Jawa, antara lain adalah:pertama, kajian tentang masjid pada MenaraMasjid Kudus, yang dilakukan oleh N.J.Krom pada tahun 1920. Diperkirakanbahwa Menara Masjid Kudus berasal dariabad ke-16 M, dan dianggap merupakanperalihan gaya bangunan dari bangunanrumah ibadah agama Hindu-Majapahityang berbentuk Candi. Kedua, tahun 1922,J.E.Jasper, melanjutkan penelitan yangsama dengan mengkhususkan pada seniukir dan seni bangunan. Dikatakannyabahwa seni ukir dan seni bangunan diKudus merupakan seni bangunan JawaHindu-Majapahit.Ketiga, kemudian tahun1934, Steinman megkaji ornamen-ornamenpada Masjid Mantingan dan Makam RatuKalinyamat, dan melakukan kajian kom-parasi dengan ornamen yang ada pada

5Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan His-toris Islam Indonesia, hlm. 153.

Page 4: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

190

candi. Keempat, G.F. Pijper pada tahun1947, meneliti menara dan masjid kuno diIndonesia dan menyimpulkan bahwamasjid kuno di Indonesia pada umumnyatidak mempunyai menara, seperti menaradi Masjid Kudus bukan menara asalnya,melainkan bangunan dari zaman Hindusebelum Islam. Pada tahun 1998-1999,Puslitbang Lektur Keagamaan menelitimasjid tua di Provinsi Jambi, Riau, Kali-mantan Barat, Sulawesi Tengah, Kali-mantan Timur, Banda Aceh. Tahun 2011,penelitian yang sama dilakukan di empatprovinsi yaitu:Provinsi Jawa Barat,JawaTengah, Maluku, dan Aceh.

Namun, penelitian tentang masjidtua/bersejarah di Ternate sejauh ini belumada kajian yang komprehensif. Hal ini tidaksebanding dengan buku-buku atau hasilpenelitian tentang sejarah Maluku dan Ter-nate. Beberapa buku tentang sejarah Malu-ku yang dapat disebutkan di sini adalah:1)Maryam R.L. Lestaluhu, Sejarah Perlawan-an Masyarakat Islam Terhadap Imperialismedi Daerah Maluku(1988); 2) Depdikbud RI,Ternate Sebagai Bandar di Jalan Sutra: Kum-pulan Makalah Dis-kusi(1997); 3) M. AdnanAmal dan Irza Arnyta Djafar, Maluku UtaraPerjalanan Se-jarah 1800-1950(2003); 4) DesAlwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate,Tidore dan Ambon(2005); 5) Irza ArnytaDjafaar, Jejak Portugis di Maluku Utara(2007);6) Amas Dinsie dan Rinto Taib, Ter-nate Sejarah Kebudayaan dan PembangunanPerdamaian Maluku Utara(2008);7) M.Adnan Amal, Portugis & Spanyol di Maluku(2009); 8) M. Adnan Amal, Tahun-Tahunyang Menentukan Babullah Datu Syah Me-namatkan Kehadiran Portugis di Maluku(2009); dan 9) Arend L. Mapanawang,Loloda Kerajaan Pertama Moluccas SejarahKerajaan Loloda Maluku(2012). Kesemuabuku tersebut sama sekali tidak menying-gung tentang sejarah dan peran SigiLamo Kesultanan Ternate. Buku tersebut

lebih fokus kepada aspek kesejarahanMaluku.

Beberapa artikel dan buku yang mem-bahas tentang Sigi Lamo di Ternate telahada yang melakukannya, walaupun tidakutuh, misalnya tulisan Rusli Andi Atjo,Istana Sultan Ternate dan artikel Rinto Taib,berjudul Wisata Religi Mesjid Kesultanan Ter-nate.Tulisan pertama lebih sebatas pendata-an terhadap benda-benda purbakala yangada di lingkungan Istana Kesultanan Ter-nate, sedangkan yang kedua fokus kepadaaspek wisata kerohanian Sigi Lamo Kesul-tanan Ternate.Maka, di sinilah penelitianini untuk melengkapi hal-hal yang belumdibidik oleh peneliti atau buku-buku yangtelah diterbitkan sebelumnya.

Oleh karena itu, penting untuk meng-ungkap sejarah Sigi LamoKesultananTernate yang mencakup: pertama,strukturorganisasi masjid dan semua perangkat didalam; kedua,sejarah berdirinya masjid, ter-kait dengan asal-usul nama masjid, tahunberdiri dan ulama pendiri serta dikaitkandengan kondisi pemerintahan saat itu;ketiga,tinjauan arsitektur masjid, meliputitata letak dan tata ruang, bahan dan ben-tuk bangunan, lantai dan hiasan dinding;keempat,kegiatan sosial dan keagamaanmasjid, antara lain penyelenggaran salatjamaah, pengajian, dan penyelenggaraanpendidikan; kelima,prasasti terkait dengantulisan-tulisan pada dinding masjid danperangkat masjid; dan kelima,makam yangada di sekitar masjid.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pen-dekatan historis-arkeologis.Pendekatanhistoris dilakukan untuk mendeskripsikanlatar belakang sejarah keberadaan masjid.Sedangkan pendekatan arkeologis dilaku-kan untuk mendeskripsikan struktur fisikbangunan masjid tua dan bersejarah serta

Page 5: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

191

makna yang terdapat di dalamnya, untukmengungkap kehidupan masyarakat masalalu melalui kajian atas tinggalan-tinggalansejarahnya.6

Sumber data dalam penelitian inidikelompokkan menjadi dua data, yaitu:pertama, data primer adalah data yangdiperoleh melalui observasi langsung danwawancara dengan tokoh-tokoh yang di-anggap mumpuni dan capable di bidangnya.Pengamatan langsung dalam penelitian iniadalah pengamatan terstruktur di manapeneliti telah mengetahui aspek apa sajayang akan diamati dan relevan denganmasalah dan tujuan penelitian. Kedua,datasekunder, yaitu data yang diperoleh daridokumen atau bahan bacaan, dan sumberlain yang terkait dengan tema penelitian.

Adapun kajian dan penelitian inidibatasi kepada: 1) Masjid. Kata masjidmerupakan berasal dari kata kerja sa-ja-da,yang berarti meletakkan dahi di atas tanahdengan penuh pengabdian. Dengan demi-kian masjid dapat diartikan sebagai tempatatau bangunan yang khusus yang diperun-tukkan untuk bersujud (Gibb dan Kramers,1974: 330); 2) Tua/bersejarah atau klasik,adalah benda-benda peninggalan sejarahyang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Cagar Budaya dan telah berusia 50tahun lebih (Direktorat Kebudayaan, 2006:5); 3) Arkeologi, yaitu sisa-sisa peningglan dimasa lampauberupa material culture.

Arkeologi mengarahkan kajiannyapada benda-benda peninggalan manusiayang bersifat material, untuk dihadirkankembali sebagai benda berbicara yang me-wakili dunia masa lalu seperti: 1) Artefak,

yaitu benda alam yang diubah oleh tanganma-nu-sia, baik sebagian atau seluruhnya;2) Inskripsi, yaitu tulisan-tulisan yang ter-dapat pada artefak-artefak; 3) Arsitektur,yaitu, ragam hias, gaya, seni, dan daya tariklainnya.7

PEMBAHASAN

1. Kondisi Geografis Kota TernateProvinsi Maluku Utara terbentuk ta-

hun 1999, dengan pusat penyelenggaraanpemerintahan sementara di Kota Ternate.Sejak Januari tahun 2010 penyelenggaraanpemerintahan berpindah ke Sofifi. Denganadanya perpindahan ini diharapkan dapatmempercepat proses pembangunan di wila-yah Pulau Halmahera. Belum tersedianyainfrastruktur dan fasilitas yang cukup me-madai di Sofifi, mengakibatkan belum opti-malnya penyelenggaraan pemerintahan diProvinsi Maluku Utara.8

Menurut Van Frassen nama Malukusudah dikenal dan tercatat dalam NegaraKrtagama pada 1364 dengan nama Maloko.Kata ini diadopsi dari bahasa Arab al-Muluk yang ketika itu sedang ramai meng-gunjing Maluku. Dari informasi para peda-gang Arab juga ditemukan berita Cina darihikayat Dinasti Tang yang menyebutkanPulau Miliki. Pada awalnya yang disebutMaluku terdiri dari Ternate, Tidore, Makian(Jailolo), dan Bacan. Keempat negeri inidisebut dengan “Moloku Kie Raha”, arti-nya empat kerajaan (kolano).Setelah per-janjian Moti Kolano Makian dan Motipindah kerajaannya yaitu masing-masingke Bacan dan Jailolo pada masa inilah mu-

6Edi Sedyawati,Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, (Ja-karta; PT. Raja GrafindoPress, 2006), hlm. 18.

7Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan His-toris Islam Indonesia, hlm.Ix.8Badan Pusat Statistik Maluku Utara, 2010. Statistik Daerah Provinsi Maluku Utara 2010(BPS Maluku

Utara, 2010), hlm. 2.

Page 6: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

192

lai masuk pedagang Arab-Jawa-Melayu.Raja pertama Ternate adalah Masy-

hur Malamo yang memerintah pada tahun1257-1272. Pada masa pemerintahan rajaini Ternate sudah mulia mempunyai landa-san politik yang ekspansionis. SepeninggalMasyhur Malamo, Ternate dipimpin secaraberturut-turut oleh Kaicil Yamin (1272-1284), Kaicil Siale (1284-1298), Kamalu(1298-1304), dan Kaicil Ngara Lamo (1304-1317). Sepeninggal Masyhur Malamo mere-ka digantikan oleh Sida Arif Malamo. Padamasa ini Ternate mulai berkembang sebagaibandar niaga yang didatangi oleh berbagaipedagang dari Makassar, Jawa, Melayu,Cina, Gujarat, dan Arab. Para pedagangini mulai menetap dan membuka pos-posperdagangan dengan membawa Ternatesebagai kota dagang.9

Memperhatikan posisi Ternate sebagaipelabuhan dagang utama di nusantara danperanan orang Arab dalam perdagangandan pelayaran di Maluku Utara patut di-duga bahwa orang-orang Arab muslimyang pertama berada di Ternate. Dari sum-ber oral tradition dituturkan tentang keda-tangan empat orang ulama dari Irak ma-sing-masing Syaikh Mansur yang menyiar-kan Islam di Ternate dan Halmahera Utara(pesisir barat Halmahera yang berhadapandengan Ternate) Syaikh Ya’kub berdakwahdi Tidore dan Makian, Syaikh Amin ber-sama Syaikh Umar menyiarkan Islam diHalmahera (sekarang pesisier Timur Hal-mahera). Dalam memori kolektif masya-rakat Ternate keempat syaikh itu merupa-kan orang arab Islam yang pertama kali

berada di Ternate. Sebagaimana sejarahlisan pada umumnya tidak diketaui waktukedatangan empat mubaligh Islam itu.

Ketika kesultanan Islam mulai ter-bentuk di Ternate pada tahun 1486, Ter-nate semakin maju dan menerima Islamsebagai alat politik kerajaan. Ketika ituTernate mulai mendapat nama gelar Sultanyakni Sultan Zainal Abidin. Setelah diang-kat menjadi raja Ternate, nama gelar kolanodiganti menjadi Sultan. Sultan ZainalAbidin tidak hanya melakukan perubahandalam masalah gelar, tetapi juga melaku-kan beberapa perubahan yang mendasar,yaitu: menjadikan Islam sebagai agamaresmi dan melembaga dalam kerajaan danmembentuk lembaga baru yang disebutbobato. Sultan Zainal Abidin adalah se-orang sultan yang memiliki perhatian yangbesar terhadap ajaran Islam. Untuk mem-perdalam ajaran Islam, pada tahun 1495,Sultan Zainal Abidin meninggalkan istana-nya dan pergi berguru pada Sunan Giri diJawa dan Malaka, yang dipimpin oleh Sul-tan Alauddin Riayat Syah.10

Adapun “ternate” berasal dari tigasuku kata, yaitu tara no ate, yang berarti tu-run ke bawah dan pikatlah dia. Maksudnyaturun dari tempat yang tinggi (dari datarantinggi ke dataran rendah) atau (dari Forma-diayahi ke Limau Jore-Jore) untuk memikatpara pendatang supaya mau menetap dipantai (negeri ini). Kata tara juga berartike bawah (arah selatan); ini berarti bahwaletak/posisi kota Ternate pertama adalahbagian selatan pulau Ternate.

Pulau Ternate dahulu dikenal dengan

9Sartono Kartodirdjo (peny.),”Sida Arif Malamo”dalam Elites dalam Pers-pektif Sejarah,(Jakarta:LP3ES, 1989), hlm.129.

10A. Rasyid Asba, “Pendidikan Di Maluku Utara Pada Masa Kesultanan Ternate dalam PerspektifSejarah Dan Budaya” Makalah Ini disampaikan pada Seminar Internasinal dan Workshop denganTema Pendidikan di Maluku Utara dalam Perspektif Sejarah dan Budaya yang diselenggarakan oleh STAINTernate bekerjasama Dengan Turki Foundation di Kota Ternate pada tanggal 21 Okto-ber-23 Oktober2011.

Page 7: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

193

sebutan Pulau Gapi. Kota ini mulai ramaipada awal abad ke-13. Penduduk Ternateawal adalah merupakan warga eksodusdari Halmahera. Pada awalnya Ternate ter-dapat empat desa yang masing-masingdikepalai oleh seorang momole (kepala mar-ga), merekalah yang pertama-tama meng-adakan hubungan dengan para pedagangyang datang dari segala penjuru men-carirempah-rempah. Penduduk Ternate sema-kin heterogen dengan bermukimnya peda-gang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa.

Oleh karena aktivitas perdaganganyang semakin ramai ditambah ancamanyang sering datang dari para perompak,maka atas prakarsa momole pemimpinTobona diadakan musyawarah untukmembentuk suatu organisasi yang lebihkuat dan mengangkat seorang pemimpintunggal sebagai raja. Tahun 1257 momoleCiko pemimpin Sampalu terpilih dan di-angkat sebagai Kolano (raja) pertama de-ngan gelar Baab Masyhur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampungTernate, yang dalam perkembangan selan-jutnya semakin besar dan ramai sehinggaoleh penduduk disebut juga sebagai “GamLamo” atau kampung besar (belakanganorang menyebut Gam Lamo dengan Gama-lama). Semakin besar dan populernya kotaTernate, sehingga kemudian orang lebihsuka mengatakan kerajaan Ternate dari-pada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinanbeberapa generasi penguasa berikutnya,Ternate berkembang dari sebuah kerajaanyang hanya di wilayah sebuah pulau kecilmenjadi kerajaan yang berpengaruh danterbesar di bagian timur Indonesia khusus-nya Maluku Utara.11

Mulai pertengahan abad ke-15, Islamdiadopsi secara total oleh kerajaan dan

penerapan syariat Islam diberlakukan.Para ulama menjadi figur penting dalamkerajaan. Setelah sultan sebagai pemimpintertinggi, ada jabatan Jogugu (perdanamenteri)dan Fala Raha sebagai para pena-sehat. Fala Raha atau empat rumah adalahempat klan bangsawan yang menjadi tu-lang punggung kesultanan sebagai repre-sentasi para momole di masa lalu, masing-masing dikepalai seorang Kimalaha. Mere-ka antara lain, Marasaoli, Tomagola, Toma-ito dan Tamadi. Pejabat-pejabat tinggi ke-sultanan umumnya berasal dari klan-klanini. Bila seorang sultan tak memiliki pewarismaka penerusnya dipilih dari salah satuklan. Selanjutnya ada jabatan-jabatan lainBobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18),Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sanga-ji dan lain-lain.12

Ternate sebagai kota tradisional, awal-nya memiliki pembagian spasial berdasar-kan status sosial sebagai berikut: pertama,spasial pemukiman berdekatan dengankekuasaan, di Ternate disebut Fala Jou. Ke-daton sebagai pusat kekuasaan berada dikawasan kedaton Ternate di Formadiayahi;kedua, spasial penguasa atau pedangangyang terdiri dari pengusaha pribumi danpara pendatang, baik lokal maupun luardaerah; ketiga, spasial imigran/kolonial,kawasan yang dihuni oleh pemerintahkolonial dengan sarana pendukungnya;keempat, spasial menengah pribumi di lokasitertentu.13

Saat ini, perkembangan kota Ternateditandai dengan kebijakan pemerintahpusat melelaui Undang-Undang Nomor 11Tahun 1999 tentang pembentukan Kota-madya Ternate pada tanggal 27 April 1999.Berkaitan dengan hal tersebut kota Ternatetelah menglami peningkatan status yang

11(http://irfan46.student.-umm.ac.-id/-2010/07/29/sejarah-islam).12(http://irfan46.student.-umm.ac.-id/-2010/07/29/sejarah-islam).

Page 8: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

194

awalnya Kota Administratif menjadi Kota-madya. Aktivitas pemerintah dan kema-syarakatan di kota Ternate pada awal pem-bentukannya, secara administrative dibagimenjadi tiga kecamatan dengan 58 desa/kelurahan. Sejalan dengan semangat itujuga melalui kebijakan Peraturan Daerah(PERDA) Nomor 10 tahun 2001, dibentukKecamatan Moti yang sebelumnya meru-pakan bagian dari wilayah Kecamatan Pu-lau ternate. Akibatnya, pelaksanaan Pera-turan Daerah di atas, empat desa yang adadi Pulau Moti dimekarkan dan ditingkatkanstatusnya menjadi enam kelurahan.

Perkembangan lainnya dicapai dariaspek administratif adalah dimekarkannyadua kelurahan di Pulau Batang Dua, yaituMayau dan Tafure, Kecamatan Pulau Ter-nate menjadi lima kelurahan. Dengan de-mikian kotamadya Ternate yang sebelum-nya terdiri dari tiga kecamatan dan 58desa/kelurahan, bertambah menjadi empatkecamatan dengan jumlah kelurahansebanyak 63.

Secara geografis kota Ternate sangatstrategis dan menghasilkan rempah-rem-pah yang luar biasa jumlahnya. SehinggaTernate sejak dahulu kala sudah dikenaldan pernah menjadi pusat perdagangancengkeh dan pala oleh para pendatangGujarat dan Cina. Bangsa Eropa, terutamaSpanyol, Portugis, dan Belanda jatuh hatike negeri ini karena rempah-rempahnyayang banyak. Kota Ternate merupakan ko-ta kepulauan yang wilayahnya dikelilingioleh laut dengan kondisi geografisnyaadalah berada pada posisi 0�-2� LintangUtara dan 126�-128� Bujur Timur. Luasdaratan Kota Ternate sebesar 250,85 kmpersegi, sementara lautannya 5.547,55 km

persegi. Wilayah ini seluruhnya dikelilingilaut dengan 8 pulau yang berbatasan se-bagai berikut: Sebelah Utara dengan LautMaluku; Sebelah Selatan dengan Laut Ma-luku; Sebelah Timur dengan Selat Halma-haera; dan Sebelah Barat dengan LautMaluku.14

Secara umum Kota Ternate dan jugadaerah lainnya di Provinsi Maluku Utaramempunyai tipe iklim tropis sehinggadipengaruhi oleh iklim laut yang biasanyaheterogen sesuai indikasi umum iklimtropis. Daerah ini mengenal dua musimyaitu utara-barat dan timur-selatan yangseringkali diselingi dengan dua masa pan-caroba setiap tahun; hujan dan kemarau.Kondisi topografi kota Ternate ditandai de-ngan ketinggian dari permukaan laut yangberagam, namun secara sederhana dike-lompokkan menjadi tigakategori yaitu:rendah (0-499 M), sedang (500-699), dantinggi (lebih dari 700 M).

Jumlah penduduk Kota Ternate ber-dasarkan proyeksi penduduk berdasarkanha-sil Survei Penduduk Antarsensus tahun2005 dan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasi-onal tahun 2007 adalah berjumlah 176.838jiwa. Dengan bergabungnya KecamatanPulau Batang Dua, maka terjadi lonjakanpenduduk pada tahun 2008 menjadi182.109 jiwa.

2. Tinggalan Sejarah di TernatePulau Ternate memiliki banyak pe-

ninggalan sejarah yang menarik bagi wisa-tawan yang berkunjung ke sana. Di masalalu pulau ini menjadi pusat kerajaan Ter-nate (1257-1949). Kerajaan Ternate adalahsalah satu kerajaan besar di Indonesia timurpada abad ke-15-16. Peninggalan yang

13Amas Dinsie dan Rinto Taib, Ternate Sejarah Kebudayaan dan Pem-ba-ngun-an Perdamaian MalukuUtara, (Ternate: Lembaga Kebudayaan Rakyat Mo-luku Kie Raha (LeKra-MKR), 2008), hlm. 3.

14BPS Kota Ternate, hlm.4.

Page 9: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

195

masih utuh dan terlihat sampai saat iniadalah Istana Sultan Ternate dan bebe-rapabenteng. Bangsa Eropa yang datang kedaerah iniselain melakukan monopoliperniagaan rempah-rempah cengkih, jugamembangun kekuasaannya dengan men-dirikan benteng-benteng. Pada benteng-benteng tersebut mereka menempatkanpenguasa-penguasanya guna menjalan-kan roda pemerintahan dan perekonomiandi Maluku. Pendirian benteng-benteng ter-sebut untuk memperkuat pertahanan dansekaligus pengamanan terhadap gudang-gudang penimbunan cengkih sebelumdikirim ke Eropa.15

Peninggalan sejarah tersebut sebagianmasih utuh dan sebagian sudah hancur.Setidaknya ada 10 benteng yang dibangunkolonialisme Eropa di Pulau Ternate. Ben-teng-benteng yang masih utuh sampai saatini adalah benteng Oranye (fort Orange),benteng Kalumata (benteng Kayu Merah),dan benteng Toloko (fort Hollandia). Selainitu, benteng lainnya yang juga peninggalanmasa lalu yang masih ada yaitu bentengKastela, kota Janji, benteng Talangame,benteng Takome, dan benteng Santosa.

Adapun tinggalan sejarah Islam yangmasih ada di Ternate dan masih utuh sam-pai saat ini adalah Istana Kesultanan Ter-nate, Sigi Lamo, Sigi Cim dan Sigi Heku.Dari ketiga sigi (masjid) tersebut yangmasih terawat dan tidak berubah dari ben-tuk awalnya adalah Sigi Lamo (masjidSultan) yang terletak di Kelurahan Soasio.Sigi Heku yang mempunyai hubungandekat dengan Sigi Kolanotelah berpindahdari tempat semula dan bahan bangunan-nyapun menggunakan semen, walaupunbentuknya masih seperti awal. Begitu jugaSigi Cim telah mengalami perubahan yang

drastis dari bentuk awalnya. Padahal ke-tiga masjid ini merupakan peninggalansejarah Islam di Ternate.

3. Sejarah Sigi Lamo Kesultanan TernateSigi Lamo merupakan masjid kesul-

tanan, pusat ibadah dan pusat kebudayaanIslam di daerah ini. Masjid ini didirikanpada masa pemerintahan Sultan Hamzah.Di belakang masjid terdapat komplekpemakaman para sultan. Masjid ini terletakdi sebelah selatan dari istana sekitar 100meter. Sekitar 50 meter dari Sigi Lamo ter-dapat sebuah rumah kediaman Prins Mu-hammad (saudara Sultan Ternate, Iskan-dar Muhammad Djabir Syah) yang pernahdikunjungi oleh Alfred Russel Wallace,seorang peneliti berkebangsaan Inggris.Pemugaran masjid tersebut dilakukan olehpemerintah cq Departemen Pendidikan danKebudayaan pada tanggal 29 April 1982dengan biaya APBN 1981/1982 sebesarRp. 200.000.000,-. Diresmikan oleh DirekturJenderal Kebudayaan, Haryati Soebadiopada tanggal 15 Oktober 1983.

Kedaton Kesultanan Ternate diba-ngun pertama kali pada tahun 1673 danmes-jid Kesultanan Ternate (Sigi Lamo)pada tahun 1679. Walaupun kedaton diba-ngun lebih awal, bukan berarti bahwastruktur pemerintahan kerajaan Kesultan-an Ternate berawal sejak didirikannya ke-daton sebagai istana kerajaan yang mere-presentasikan terbentuknya struktur peme-rintahan rakyat. Karena dimasa awal telahterbentuk dengan kelembagaan yang masihsangat sederhana dan sesuai dengan kebu-tuhan pada saat tersebut. Demikian jugadianutnya ajaran agama Islam sebagai aga-ma resmi dalam istana tidak dapat dilihatdari mulai dibangunnya Mesjid Kerajaan

15Rusli Andi Atjo, Peninggalan Sejarah di Pulau Ternate, (Jakarta,Cikoro Printing, 2009), hlm. 1-2.

Page 10: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

196

Kesultanan Ternate (Sigi Lamo, Sigi Hekudan Sigi Cim) melainkan kita dapat mela-caknya dengan melihat kebelakang ataumembaca kembali peristiwa sejarah Ter-nate dimasa lalu sebelum dibangunnyamesjid Kesultanan Ternate sebagaimanayang terlihat saat ini.

Sigi Lamo terletak di Kelurahan Soa-Sio,Kecamatan Ternate Tengah. Sigi La-moadalah mesjid besar yang biasanya diguna-kan pula oleh Sultan Ternate untuk men-jalankan ibadah salat berjamaah. Waktu-waktu yang digunakan Sultan untukmenunaikan salat berjamaah tersebut lebihdikenal dengan “Jou Kolano Uci Sabea”(Sultan turun bersembahyang) yang biasa-nya dilakukan pada waktu-waktu tertentuseperti pada saat bulan Ramadan (bulanPuasa), atau saat malam Lailatul Qadar(malam ela-ela), hari raya Idul Fitri dan IdulAdha. Pada waktu-waktu tersebut ribuanumat Islam kota Ternate selalu datangmemenuhi halaman masjid hingga bagianhalaman luarnya untuk menjalankan salatberjamaah bersama Sultan.

Tempat yang diperuntukkan buatSultan terletak dibagian barisan pertamase-telah imam mesjid dibagian tengah yangdiberi tempat khusus secara terpisah yangdisekat oleh sebuah lingkaran mimbar segiempat yang ditutup oleh beberapa lem-baran kain sebagai dindingnya. SebelumSultan memasuki ruang khususnya ter-sebut, para petugas perangkat adat lebihdahulu mempersiapkan segala sesuatudemi kelancaran acara salat yang akanditunaikan.

Persiapan-persiapan tersebut adalahdengan memerintahkan pengawal keraja-an (baro-baro) membuka jalan bagi sangraja saat memasuki bagian dalam mesjidyang dikawal hingga masuk dalam mimbarkhusus yang disediakan. Sebelum mema-suki kawasan mesjid, Sultan akan dijemputoleh para pemangku agama Sigi Lamo (bo-

bato akhirat) dengan pengawalan parabaro-baro. Sultan kemudian datang darikedaton yang diikuti ribuan massa hinggamemasuki ruang khusus yang telah disedia-kan dalam masjid Sigi Lamo tersebut. Demi-kian pula pada saat ibadah salat telah ber-akhir, para jamaah secara berkerumunsaling berusaha untuk mencium tanganSultan seolah berharap mendapatkan ke-berkahan.

Mesjid Kesultanan Ternate lainnyaadalah Sigi Heku yang terletak di Kelura-han Akehuda kecamatan Ternate Utarayang berada tepat di depan markas Ang-katan Laut Ternate. Sedangkan Sigi Cimadalah mesjid kesultanan Ternate yangber-ada di bagian selatan kota Ternate. SigiLamo, Sigi Cim dan Sigi Heku kesultananTernate hingga saat ini masih menjalankantradisi keisalaman yang dipadukan denganadat istiadat masyarakat lokal. Meski me-miliki sejarah panjang secara tersendiri na-mun ketiga mesjid tersebut memiliki kesera-gaman dalam hal prinsip peribadatan dansesekali kita temukan pada Sigi Lamo, SigiCim dan Sigi Heku tersebut sering disisip-kan bahasa-bahasa lokal seperti kutipandalil Tifa dan dalil Moro yang dikaitkanoleh sang Modim (pengkhutbah) secaraepik dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an danhadis sebagai bahan ceramahnya saatberlangsungnya khutbah Jumat.16

Masjid Kesultanan Ternate terletak dikomplek istana, berdenah persegi, meng-hadap ke timur, memiliki satu ruang utama,beratap susun tujuh. Masjid yang didirikanSultan Hamzah ini berukuran 22,40 x 39,30meter dengan atap masjid ditopang empattiang penyangga utama dan 12 tiang pem-bantu. Masjid dikelilingi pagar tembok,dengan pintu gapura beratap gua susun.17

Berada di belakang atau di utaramasjid terdapat Benteng Oranye yangdibangun Belanda pada tahun 1606-1607.

Page 11: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

197

Foto Awal Sigi Lamo Kesultanan TernateDok: Rinto Taib Juni 2012

Foto Sigi Lamo saat iniDok: M. Pinem, Juni 2012

16Wawancara dengan Taib 15 Juni 2012.17Hassan Muarif Ambary,Menemukan Peradaban, hlm. 155.

Page 12: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

198

Jika dicermati walaupun masjid ter-letak di komplek istana tapi jaraknya ber-jauhan. Hal ini berbeda dengan masjid-masjid yang ada di Jawa, di mana masjid,istana, keraton, dan pasar sangat berdekat-an. Meskipun dari segi tata letak masjid ke-mungkinan tidak terdapat pegaruh Jawa,namun arsitektur masjid terlihat ada pe-ngaruh Jawa dengan adanya tiang pe-nyangga di masjid yang disebut dengan sa-ka guru, penyangga atapnya yang pirami-dal dengan kemiringan tajam seperti padakonstruksi tajug. Persamaan lainnya adalahmeskipun konstruksinya berbeda, bila di-bandingkan dengan berbagai masjid dinusantara adalah adanya serambi, melebarselebar unit ruang utama salat.

Dari segi bahan, dahulu atap inimenggunakan rumbia atau daun sagu, ber-beda dengan konstruksi Jawa yang sudah

lama menggunakan genting. Dan di luarpersamaan tersebut, berbeda dengan tajugyang atapnya tidak terlalu miring. Di anta-ra atap puncak dengan atap di bawahnyajuga berbeda dengan konstruksi masjid tuadi Jawa pada umumnya, celahnya hanyakecil sehingga tidak dapat untuk mema-sukkan cahaya ke dalam ke dalam. Untukitu, pada setiap sisi masjid Sultan atap pun-caknya dibuat jendela atap. Di halamandepan tepat pada sumbu garis mihrab,terdapat unit bertingkat, di bawah berupakolong, atas untuk teras berfungsi sebagaitempat azan dan meletakkan bedug. Denahunit yang dapat memperkuat arah kiblatadalah bujur sangkar, atapnya identik de-ngan atap unit ruang salat utama yanghanya dua lapis. Di sisi selatan-timur masjidterdapat sumur tua, sejak dahulu me-nyatudengan masjid untuk wudu.18).

Sumur tua tempat wudu yang tidak berfungsi lagiDok: A.Saefullah & M.Pinem, Maret 2012

18Yulianto Sumalyo,Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, (Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press, 2000), hlm. 550-551.

Page 13: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

199

Saat ini, di selatan dan di utara masjidterdapat bangunan yang konstruksinyamirip masjid Sultan, tapi berskala lebih kecilberfungsi untuk menampung jamaah mas-jid bila tidak tertampung ketika ingin melak-sanakan salat. Bangunan ini secara khususdipakai ketika ada acara hari-hari besarIslam seperti Idul Fitri, Idul Adha, NuzululQur’an. Begitu juga untuk menampungjamaah perempuan yang ikut salat padahari-hari tersebut di atas, sehingga merekadi tempatkan pada bangunan ini. Ide inimuncul atas kebijakan Sultan untuk me-nampung jamaah perempuan pada hari-hari raya atau peristiwa bersejarah padaumat Islam. Di samping itu juga di-katakanbahwa ide pembangunan ruang tersebutagar tidak tekesan masjid Sultan yang biasgender.19

Di masjid Sultan, pada dasarnya, pe-rempuan memang dilarang untuk salat di

masjid karena dikhawatirkan secara tidakterduga mengotori masjid (seperti mens-truasi secara tiba-tiba), di samping jugadikarenakan bahwa di dalam hadis Nabidinyatakan di mana salat bagi perempuanlebih diutamakan di rumah daripada diMasjid.

4. MakamKomplek makam kesultanan terletak

di belakang masjid yang juga dikelilingitembok, setiap sisi ukurannya tidak sama(utara, timur, selatan dan barat msing-ma-sing 65, 30, 65, dan 21 meter). Pada kom-plek ini antara lain dimakamkan para rajaTernate yang memerintah antara abad ke-18-20, mulai dari Sultan Siraju Muluk Is-kandar sampai dengan Sultan MuhammadUsman. Secara umum, makam di kom-plekini dibedakan ke dalam jenis, tidak berhiasdan berhias. Ragam hias umumnya flora-

Tempat jamaah perempuan di Masjid SultanDok: A.Saefullah & M.Pinem, Maret 2012

19Wawancara dengan Taib, 15 Juni 2012.

Page 14: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

200

listik, berciri susunan/jalinan motif daun-daunan dari pohon serta cabang-cabang-nya yang khas Ternate, yang sering diang-gap berpola hias Polinesia

Namun, tokoh yang dimakamkan diarea masjid adalah Sultan MuhammadUsman (w. 1212 H/1728), Sultan Amirud-din Iskandar (w. 1276 H/1850 M), Sultan

Muhammad Ali (w. 1226 H/1811 M) danbeberapa makam sultan lain dari periodeyang lebih belakangan. Komplek makamlain di Ternate adalah terletak di BukitFormadiyahe. Tokoh yang dimakamkan disini adalah Sultan Khairun dan SultanBabullah. Namun, baik jirat dan nisanmakam ini tidak berhias.

Kompleks Makam Sultan di area MasjidDok: M. Pinem, Juni 2012

Nisan yang berinskripsi di Komp. MasjidDok: M.Pinem, Juni 2012

Page 15: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

201

Bacaan pada inskripsi yang ada di ni-san tersebut berbunyi:haza qabru al-mar-hµm al-sayyid ¦usain binhasan ibn Ahmad(i)Harµn bin (Ahmad Ilyas),tuwaffa ila rahma-tillahi yaum al-jumu‘ati fi khamsi(…?)minsyahri jumadi al-akhir sanah 1322min hijaratial-nabiy sallallahu ‘alaihi wasallam (ini ma-kam almarhum Sayyid Husain bin Hasanibn Ahmad(i) Harun bin (Ahmad Ilyas),berpulang ke rahmatullah pada hari Jumatpada tanggal (…5?)dari bulan JumadilAkhir tahun 1322 H/1904 M dari hijrahNabi Sallallahu Alaihi Wa-sallam).

5. Koleksi Museum KesultananIstana kesultanan yang kemudian di-

fungsikan menjadi museum ini, kini me-

nyimpan koleksi artefak atau relief yangberkaitan dengan eksistensi KesultananTernate. Bila diidentifikasi maka pengelom-pokan koleksi museum ini adalah sebagaiberikut: Mahkota Sultan, lambang Kesul-tanan, Cap Kesultanan, Payung Kesultan-an, Kursi Kesultanan, Pakaian Sultan, Tem-pat Mahkota, Kaca Muka, Kaca Penyung-kup Lonceng emas, Togkat KesultananSultan Sabah, Tongkat Kesultanan SultanSulu, Tongkat Kesultanan Sultan Minda-nao, Al-Qur’an, cis, tempat berdoa, bende-ra atau panji-panji, singgasana atau mah-kota, tongkat kebesaran, pedang atau tom-bak atau senapan, topi militer, baju besi,tameng atauperisai.20

Pedang, koleksi istana/museum kesultananDok: Rinto Taib, Juni 2012

Di museum ini juga tersimpan naskah-naskah perjanjian atau kontrak-kontrakyang ditandatangani Sultan Ternate de-ngan kongsi-kongsi dagang maupun per-orangan. Dari kontrak tersebut, sultanmenerima sejumlah konsesi berupa uangsebagai salah satu sumber pemasukan Ke-

sultanan. Salah satunya adalah kontrakyang ditandatangani Sultan MuhammadUsman pada 27 September 1902, yangmengizinkan sebuah maskapai dagang diAmsterdam melakukan eksplorasi mutia-radan perikanan di Teluk Banggai, Maluku.Dokumentasi tersebut sekaligus membukti-

20Rusli Andi Atjo, Peninggalan Sejarah di Pulau Ternate, (Jakarta:Cikoro Printing, 2008), hlm. 14-15.

Page 16: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

202

kan otoritas kesultanan Ternate dalammengandalikan niaga laut dan perairanSulawesi.21

Koleksi lain di museum Ternate beru-pa senjata, dibuat baik oleh masyarakatlokal maupun asing, yakni Portugis, Belan-da, dan Inggris. Pada koleksi ini termasukmeriam sundut berukuran kecil dan sedang,berikut peluru bulatnya. Senjata buatanlokal umumnya berupa pedang, golok, dantombak, tetapi ada pula jenis yang samayang nonlokal.

Begitu juga koleksi mushaf Al-Qur’anyang terdapat di istana ini, dicantumkannama penyusunnya. Salah satunya adalahFakih Saleh Afifuddin Abdulbaqi bin Ab-dullah Al-Admi yang diselesaikan penyu-sunannya pada tanggal 7 Zulkaidah 1050H/1640 M. Naskah Al-Qur’an lain diberi-kan Sultan Muhammad Zain kepada ImamMasjid Jiko (Ternate), yang juga disusun/ditulis oleh ulama setempat. Dari naskahyang pertama diperoleh informasi bahwaAl-Qur’an itu selesai ditulis pada 1050 H/1640 M, yand diperkirakan penulis ataupengarangnya berasal dari Aden. Selanjut-nya Al-Qur’an ini diwakafkan kepadaImam Bogot, Ternate pada 1185 M/1772M (Ambary, 2001: 156-157).

KEGIATAN DAN TRADISI KEAGA-MAAN

Sigi Lamo Kesultanan Ternate sampaisaat ini masih berfungsi sebagaimana mas-jid-masjid lainnya. Namun, yang membe-dakan dengan masjid lainnya adalah dimana masjid Sultan masih kental dengantradisi dan budaya lokal yang dipegangnya

secara turun-temurun. Beberapa hal yangunik di Masjid Sultan dan membedakannyadengan masjid-masjid lainnya adalah.

1. Tata Cara Salat Lima WaktuDi Masjid Sultan ketika datang waktu

salat wajib, khususnya zuhur dan asar,seorang yang mengumadangkan azanzuhur dan asar dilakukan tanpa pengerassuara. Hal ini dilaksanakan karena tradisiyang sudah turun-temurun. Alasan laindikemukakan adalah karena pada zamanpenjajahan apabila azan dengan pengerassuara, maka akan mudah diketahui olehmusuh. Tradisi itu kemudian terus berlanjutsampai saat ini di mana khususnya padawaktu azan zuhur dan asar dikumandang-kan tanpa pengeras suara.Kaum Muslimyang ingin melaksanakan salat di MasjidSultan, diharuskan memakai kopiah dantidak boleh memakai sarung. Dan orangyang tidak membawa kopiah, maka dise-diakan oleh pengurus masjid dan kopiahtersebut diletakkan di depan pintu masukmasjid.22

Di masjid Sultan telah diatur orang-orang yang bertugas mengurusi seluruhke-perluan masjid selama sebulan denganperwakilan masing-masing kampung yangada di sekitar Masjid Sultan. Di kesultananTernate orang yang mengurus atau meng-atur—pemerintahan maupun urusan aga-ma—dikenal dengan bobato23. Bobato dibagimenjadi dua: bobato dunia dan bobato akhi-rat. Bobato dunia bertugas menyelenggara-kan hal-hal/urusan-urusan yang bersifatdunia, sedangkan bobato akhirat bertugasmenyelenggarakan hal-hal/urusan-urusankerohanian.

21Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan His-toris Islam Indonesia, hlm.156-157.

22Wawancara dengan Husain, 15 Juni 2012.23Bobato berasal dari kata fato artinya mengatur, jadi bobato adalah pengatur.

Page 17: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

203

Struktur organisasi kepengurusanMasjid Sultan diatur berdasarkan bobataakhi-rat yang mewakili dari masing-masingetnis atau daerah yang ada di Ternate.Bobato akhirat tersebut terdiri dari ImamJiko, Imam Jawa, Imam Sangaji, dan ImamMoti. Keempat imam inilah secara ber-gantian setiap minggunya bertugas dalammengatur peribadatan di Masjid Sultan.Minggu pertama yang bertugas adalahImam Jiko; Minggu kedua Imam Jawa;Minggu ketiga Imam Sangaji; dan Minggukeempat Imam Moti. Masing-masing imamtersebut bertugas mulai dari muazin, khatib,dan membersihkan masjid secara bergiliransetiap minggunya.

2. Salat JumatTernate-Tidore dikenal dengan kesul-

tanan kembar, sama halnya dengan Kera-jaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan.Sehingga ketika menyebut Ternate tidakbisa dipisahkan dengan Tidore. Kedua ke-sultanan ini lebih banyak persamaannyadaripada perbedaannya. Yang membeda-

kannya hanya pada aspek tasawufnya, dimana kesultanan Tidore lebih kental nuan-sa sufistiknya dibandingkan dengan kesul-tanan Tidore. Hal ini terlihat secara jelasbahwa di Tidore hampir semua alirantarekat berkembang dengan baik, dan initidak didapatkan di Ternate.24

Pelaksanaan salat Jumat baik di Ternatemaupun Tidore sama-sama menggunakanazan empat sebelum khatib naik mimbar.Keempat muazin mewakili dari masing-masing wilayah, yaitu Jiko, Jawa, Sangaji,dan Moti. Filosofi dari azan empat ini adalah:1) menggambarkan tentang adanya empatkhulafaurrasyidin, yaitu Abu Bakar, Umarbin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali binAbi Thalib; 2) Maluku Utara dikenal denganempat wilayah kesultanan, yaitu kesultananTernate, Tidore, Jailolo, dan Bacan); 3) DalamIslam dikenal dengan adanya empat mazhab,yaitu Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hanbali; 4)Khusus kesultanan Ternate dijelaskan bahwaazan empat juga menggambarkan empatsumber kehidupan manusia, yaitu air, angin,api dan tanah.

Azan empat di Masjid Sultan TernateDok: M. Pinem, Juni 2012

24Wawancara dengan Faruk, 15 Juni 2012.

Page 18: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

204

3. Khutbah JumatSeperti telah dijelaskan di atas bahwa

yangbertugas sebagai khatib Jumat adalahbergantian dari etnis atau wilayah yangdiatur bobato akhirat. Prosesi salat Jumat diMasjid Sultan dimulai dengan pemukulanbedung oleh petugas kemudian kahtib naikmimbar kemudian megumandangkan azandengan empat muasin tanpa pengeras suara.

Khatib Jumat di Masjid Sultan di atasmimbar tertutup dengan tirai, sehingga

khatib tidak kelihatan oleh jamaah secarautuh. Hal ini menggambarkan bahwa yangterpenting dalam khutbah Jumat adalahapa yang disampaikan oleh khatib bukantergantung siapa yang menyampaikan-nya.25 Begitu juga tertutupnya khatib de-ngan tirai bermakna agar seorang khatibjauh dari sikap ujub, riya’ dan jauh darikesombongan. Artinya seorang khatibharus tawaduk atau rendah hati.

25Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi saw, yang berbunyi: artinya: lihatlahapa yang dikatakannya dan jangan lihat siapa yang mengata-kan.

Khatib Jumat tertutup di atas mimbarDok. M.Pinem, Juni 2012

Seluruh petugas baik salat lima waktumaupun salat Jumat, memiliki identitasyang berbeda dengan jamaah pada umum-nya. Para petugas berpakaian gamis ber-warna putih atau hijau dengan kopiahbundar dengan warna merah-putih atauhijau-putih yang dikenakan di kepala.

4. Salat Idul Fitri dan Idul AdhaSalat Idul Fitri dan Idul Adha biasanya

di masjid ini dilaksanakan bersama Sultan.Ketiga masjid kesultanan yaitu Sigi Lamo, SigiCim dan Sigi Heku, dalam melaksanakansalat Idul Fitri dan Idul Adha memiliki aturantersendiri. Sigi Cim dan Sigi Heku dalammelaksanakan dua hari raya tersebut harusatas komando Sigi Lamo atau MasjidKesultanan yang di Soasio.

Page 19: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

205

Salat hari raya dilaksanakan apabilaSultan telah ada di Sigi Lamo, dan biasanyadiarak oleh petugas kesultanan sampai kemasjid. Apabila Sultan telah sampai di SigiLamo dan salat akan dimulai, kemudiandiinformasikan juga ke Sigi Cim dan SigiHeku bahwa salat sudah dapat dilaksana-kan. Artinya kedua sigi kesultanan yanglainnya harus menunggu perintah salat ter-lebih dahulu dari Sigi Lamo Kesultananyang di Soasio.26

PENUTUP

1. KesimpulanDari hasil penelitian terhadap Sigi

Lamo Kesultanan Ternate, maka dapatbebe-rapa kesimpulan.

Pertama, Sigi Lamo Kesultanan meru-pakan masjid tertua yang ada di Ternate.Masjid ini didirikan sekitar tahun 1606 Mpada masa Sultan Hamzah (1628-1648).Masjid ini sampai saat ini tetap terjaga darikeasliannya dan termasuk yang dilindungi

oleh Undang-Undang Cagar BudayaNomor 11 tahun 2010.

Kedua, Sigi Lamo Kesultanan Ternateterletak di komplek istana tapi jaraknyaberjauhan. Sangat berbeda dengan masjidyang ada di Jawa di mana masjid selaluberdekatan dengan kraton dan pasar. Darisegi tata letak masjid tidak ada pengaruhJawa, tetapi dari aspek arsitektur terlihatada pengaruh Jawa dengan adanya tiangpenyangga di dalam masjid atau saka gurusebagai penyangga atapnya yang pirami-dal, kemiringan tajam seperti pada kons-truksi tajug. Persamaan lain dengan masjidtua/bersejarah di Jawa adalah adanya se-rambi, melebar selebar unit ruang utamasalat. Pada setiap sisi masjid Sultan atappuncaknya dibuat jendela atap. Di halam-an depan tepat pada sumbu garis mihrab,terdapat unit bertingkat, di bawah berupakolong, atas untuk teras berfungsi sebagaitempat azan dan meletakkan bedug. Di ba-rat masjid terdeapat juga komplek pema-kaman kesultanan.

Suasana Idul Adha tahun 2011 di Masjid SultanDoc. Rinto Taib

26Wawancara dengan Taib, 15 Juni 2012.

Page 20: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

206

Ketiga, Sigi Lamo Kesultanan Ternate,dalam pembangunan fisik maupun kegiat-an keagamaan sampai saat ini berjalandengan baik. Struktur organisasi kepengu-rusan Masjid Sultan diatur berdasarkanbobata akhirat yang mewakili dari masing-masing etnis atau daerah yang ada di Ter-nate. Bobato akhirat tersebut terdiri dariImam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangaji, danImam Moti. Keempat imam inilah bertugassecara bergantian setiap minggunya untukmengatur peribadatan di Masjid Sultan.

2. Rekomendasi

Beberapa saran dan rekomendasi yangdapat disampaikan baik kepada Pemerin-tah Daerah, Pemerintah Pusat dan instansiterkait adalah: pertama, kepada pemerintahdaerah perlu mensosialisasikan pentingnyapemahaman sejarah terhadap peninggal-an masa lalu. Dalam konteks ini Sigi Lamokesultanan Ternate perlu diketahui sejarah-

nya oleh masyarakat, karena masjid inimerupakan saksi sejarah yang masih tersisadari tinggalan Islam masa lalu. Masjid tua/bersejarah merupakan salah satu bukti seja-rah masuknya Islam di Maluku Utara padaumumnya dan Ternate khususnya.

Kedua, pemerintah pusat perlu mem-pertegas pelaksanaan atas kebijakan per-lindungan Cagar Budaya di Indonesia. Halini penting karena tidak sedikit cagar bu-daya rusak bahkan dirusak serta diperseng-ketakan yang berakibat situs-situs keaga-maan dan lainnya terlantar begitu sajatanpa kejelasan kepemilikannya.

Ketiga, seluruh instansi pemerintahpusat, daerah dan unit terkait lainnya perlududuk bersama untuk melindungi danmelestarikan situs-situs bersejarah yangada di Indonesia. Karena bangsa yang akanmaju adalah yang menghargai dan belajardari sejarah masa lalu. Orang yang butasejarah maka akan gelap masa depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Des, 2005. Sejarah Maluku Banda naira, Ternate, Tidore dan Ambon, Jakarta, DianRakyat.

Amal, M. Adnan , 2007. Kepulauaan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, Nara Cipta Litera dengan Bursa Kawasan Timur Indonesia (BakTI) 2007.

____, 2009.Portugis & Spanyol di Maluku, Jakarta, Komunitas Bambu.

____, 2009.Tahun-Tahun yang Menentukan Babullah Datu Syah Menamatkan KehadiranPortugis di Maluku, Makassar, Pusat Kajian Agama dan Masyarakat-PUKAT.

____, dan Irza Arnyta Djafar, 2003.Maluku Utara Perjalanan Sejarah 1800-1950, Ternate,Universitas Khairun Ternate.

Ambary, Hasan Muarif, 2001. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis IslamIndonesia, Jakarta, PT Logos Wacana Ilmu, Cet. II.

Asba,A. Rasyid, 2011. “Pendidikan Di Maluku Utara Pada Masa Kesultanan Ternatedalam Perspektif Sejarah Dan Budaya” Makalah Ini disampaikan pada SeminarInternasinal dan Workshop dengan Tema Pendidikan di Maluku Utara dalam

Page 21: SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE 1

Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

207

PerspektifSejarah dan Budaya yang diselenggarakan oleh STAIN Ternatebekerjasama Dengan Turki Foundation di Kota Ternate pada tanggal 21 Okto-ber-23 Oktober.

Atjo, Rusli Andi, 2008. Peninggalan Sejarah di Pulau Ternate, Jakarta,Cikoro Printing.

_____, 2009. Kamus Ternate Indonesia, Jakarta, Cikoro Trirasuandar, cet. 5.

Badan Pusat Statistik Maluku Utara, 2010.Statistik Daerah Provinsi Maluku Utara 2010.

Bafadal, Fadhal AR, dan Rosehan Anwar (ed.), 2005. Mushaf-Mushaf Kuno Indonesia,Puslitbang Lektur Keagamaan Balitbang dan Diklat RI.

BPS Kota Ternate dalam Angka 2008.

Darmajaya, 2010.Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.

Depdikbud RI, 1997. Ternate Sebagai Bandar di Jalan Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi.

Dinsie, Amas, dan Rinto Taib, 2008. Ternate Sejarah Kebudayaan dan PembangunanPerdamaian Maluku Utara, Ternate, Lembaga Kebudayaan Rakyat Maluku KieRaha (LeKra-MKR).

Direktorat Keb, Pariwiata, Pemuda dan Olah Raga, Deputi Bidang Sumber Daya Manusiadan Kebudayaan, 2006. Studi Penyelamatan Kekayaan Budaya, Jakarta: Bappenas.

Djafaar, Irza Arnyta, 2007. Jejak Portugis di Maluku Utara, Yogyakarta,Ombak.

Gibb, H.A.R., dan J. H. Kramers, 1974. Shorter Encyclopedia of Islam,, E.J. Brill, Leiden.

Heuken SJ, A. 2003. Mesjid-Mesjid Tua di Jakarta Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka.

http://irfan46.student.umm.ac.id/2010/07/29/sejarah-islam/

Jurnal Lektur Keagamaan, 2009. Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan DiklatKementerian Agama RI, Vol 7, No. 1.

Kartodirdjo, Sartono (peny.),1983. “Sida Arif Malamo”dalam Elites dalam Perspektif SejarahJakarta , LP3ES.

Lestaluhu, Maryam RL, 1988. Sejarah Perlawanan Masyarakat Islam Terhadap Imperialismedi Daerah Maluku, Bandung, Al-Maarif.

Mapanawang, Arend L., 2012. Loloda Kerajaan Pertama Moluccas Sejarah Kerajaan LolodaMaluku, Tobelo, Yayasan Medika Mandiri Halmahera.

Sedyawati, Edi, 2006. Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Jakarta; PT.Raja Grafindo Press.

Sumalyo, Yulianto, 2000. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta,Gadjah Mada University Press.

Taib, Rinto, Wisata Religi Mesjid Kesultanan Ternate, t.t. t.p.