siklus adaptif, resiliensi dan isu keberlanjutan di …

17
SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI SEGARA ANAKAN Agus Heri Purnomo dan Siti Hajar Suryawati¹ ¹ Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun Petamburan VI, Jakarta 10260 Telp. 021 53650162/Fax. 021 53650159 ABSTRAK Laguna Segara Anakan merupakan sebuah ekosistem yang sangat dinamis, dengan interaksi yang kuat antara aspek sosial dan ekologis. Oleh karena itu, laguna tersebut dapat dijadikan kasus acuan yang sempurna bagi kalangan ilmiah maupun pengambil kebijakan dalam rangka merumuskan kebijakan pengelolaan bagi keberlanjutan sumber daya dan lingkungan. Sejalan dengan itu, sebuah penelitian dilaksanakan dengan fokus pada penggambaran interaksi sosial-ekologis dari laguna. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian tersebut, yang dilaksanakan dengan pendekatan sistem sosial-ekologis. Data dikumpulkan pada Bulan Juli-Desember 2009 dengan pendekatan kasus pada 3 (tiga) dusun, terutama melalui wawancara terhadap responden-responden kunci yang ditentukan secara purposif. Dusun-dusun tersebut dipilih berdasarkan keterwakilan dominansi masyarakat di laguna, yaitu masyarakat petani (Dusun Bugel), masyarakat pembudidaya (Dusun Bondan), dan masyarakat campuran (Dusun Lempong Pucung). Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui siklus adaptif sosial- ekologi, penyesuaian sosial telah berlangsung mengikuti dinamika ekologis yang ada. Jenis dan struktur mata pencaharian terus berkembang menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Sementara itu, visi masyarakat mengalami perubahan; sebagian dari masyarakat mengalami transformasi dari 'manusia maritim' menjadi 'manusia darat'. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan adanya indikasi yang kuat bahwa dalam konteks sosial, perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari perubahan aspek ekologi laguna; produktivitas kelautan menurun, kegiatan di daratan menjadi meningkat. Sejauh ini, teridentifikasi sejumlah pilihan kebijakan, termasuk di antaranya beberapa pendekatan rekayasa fisik dan sosial yang dimaksudkan untuk menghentikan degradasi lingkungan yang berlanjut. Kata kunci: Siklus Adaptif, Resiliensi Masyarakat, Sistem Sosial-ekologis, Keberlanjutan, Segara Anakan Abstract: Adaptive Cycle, Resilience and Sustainability Issue in Segara Anakan. By: Agus Heri Purnomo and Siti Hajar Suryawati Segara Anakan Lagoon represents one of the nation's most rapidly changing natural resource base and environments, and where in ecological dynamics interact intensively with the social aspects. This makes the lagoon a perfect case for the scientific communities and development agents to draw lessons and syntesize policy recommendation related to resource and environmental issues, particularly those pertaining to the frequently raised issue of sustaibable development. In line with it, a study which focuses on portraying the social-ecological interactions of the lagoon is carried out. This paper is a part of the study, presenting a result, which draws upon the social-ecological system methodological approach. Data were collected through a series of survey involving side visits to 3 dusuns and interviews with key respondents from the dusuns, carried out in July to December 2009. The dusuns were selected to represent locations in the lagoon inhabited respectively by predominant farming communities (Dusun Bugel), aquaculture communities (Dusun Bondan), and mixed communities (Dusun Lempong Pucung). In general, the study shows that through social-ecological adaptive cycles, social adjustments have been taking place following the existing ecological dynamics. Livelihood types and structure are constantly developing to adjust to the changing environment. Meanwhile, people's visions are no longer the same; part of the communities obviously is transforming from 'maritime people' to 'terrestrial people'. On the other part, the study also shows strong indications that such changes in the social context is starting to impact on the ecological aspect of the lagoon; marine productivity is declining while terrestrial outputs are inreasing. At this stage, we can make it clear that a number of public policy options are available, including some social and physical engineering approaches directed toward stopping further environmental degradation. Keywords: Adaptive Cycle, Community Resilience, Social-ecological System, Sustainability, Segara Anakan J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 157

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI SEGARA ANAKAN

Agus Heri Purnomo dan Siti Hajar Suryawati¹

¹ Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun Petamburan VI, Jakarta 10260

Telp. 021 53650162/Fax. 021 53650159

ABSTRAK

Laguna Segara Anakan merupakan sebuah ekosistem yang sangat dinamis, dengan interaksi yang kuat antara aspek sosial dan ekologis. Oleh karena itu, laguna tersebut dapat dijadikan kasus acuan yang sempurna bagi kalangan ilmiah maupun pengambil kebijakan dalam rangka merumuskan kebijakan pengelolaan bagi keberlanjutan sumber daya dan lingkungan. Sejalan dengan itu, sebuah penelitian dilaksanakan dengan fokus pada penggambaran interaksi sosial-ekologis dari laguna. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian tersebut, yang dilaksanakan dengan pendekatan sistem sosial-ekologis. Data dikumpulkan pada Bulan Juli-Desember 2009 dengan pendekatan kasus pada 3 (tiga) dusun, terutama melalui wawancara terhadap responden-responden kunci yang ditentukan secara purposif. Dusun-dusun tersebut dipilih berdasarkan keterwakilan dominansi masyarakat di laguna, yaitu masyarakat petani (Dusun Bugel), masyarakat pembudidaya (Dusun Bondan), dan masyarakat campuran (Dusun Lempong Pucung). Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui siklus adaptif sosial-ekologi, penyesuaian sosial telah berlangsung mengikuti dinamika ekologis yang ada. Jenis dan struktur mata pencaharian terus berkembang menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Sementara itu, visi masyarakat mengalami perubahan; sebagian dari masyarakat mengalami transformasi dari 'manusia maritim' menjadi 'manusia darat'. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan adanya indikasi yang kuat bahwa dalam konteks sosial, perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari perubahan aspek ekologi laguna; produktivitas kelautan menurun, kegiatan di daratan menjadi meningkat. Sejauh ini, teridentifikasi sejumlah pilihan kebijakan, termasuk di antaranya beberapa pendekatan rekayasa fisik dan sosial yang dimaksudkan untuk menghentikan degradasi lingkungan yang berlanjut.

Kata kunci: Siklus Adaptif, Resiliensi Masyarakat, Sistem Sosial-ekologis, Keberlanjutan, Segara Anakan

Abstract: Adaptive Cycle, Resilience and Sustainability Issue in Segara Anakan. By: Agus Heri Purnomo and Siti Hajar Suryawati

Segara Anakan Lagoon represents one of the nation's most rapidly changing natural resource base and environments, and where in ecological dynamics interact intensively with the social aspects. This makes the lagoon a perfect case for the scientific communities and development agents to draw lessons and syntesize policy recommendation related to resource and environmental issues, particularly those pertaining to the frequently raised issue of sustaibable development. In line with it, a study which focuses on portraying the social-ecological interactions of the lagoon is carried out. This paper is a part of the study, presenting a result, which draws upon the social-ecological system methodological approach. Data were collected through a series of survey involving side visits to 3 dusuns and interviews with key respondents from the dusuns, carried out in July to December 2009. The dusuns were selected to represent locations in the lagoon inhabited respectively by predominant farming communities (Dusun Bugel), aquaculture communities (Dusun Bondan), and mixed communities (Dusun Lempong Pucung). In general, the study shows that through social-ecological adaptive cycles, social adjustments have been taking place following the existing ecological dynamics. Livelihood types and structure are constantly developing to adjust to the changing environment. Meanwhile, people's visions are no longer the same; part of the communities obviously is transforming from 'maritime people' to 'terrestrial people'. On the other part, the study also shows strong indications that such changes in the social context is starting to impact on the ecological aspect of the lagoon; marine productivity is declining while terrestrial outputs are inreasing. At this stage, we can make it clear that a number of public policy options are available, including some social and physical engineering approaches directed toward stopping further environmental degradation.

Keywords: Adaptive Cycle, Community Resilience, Social-ecological System, Sustainability, Segara Anakan

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 157

Page 2: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

I. PENDAHULUAN balik antara ekosistem daratan, ekosistem estuari dan ekosistem lautan secara serasi,

Masyarakat di wilayah-wilayah pesisir selaras dan seimbang sebagai habitat flora pada umumnya hidup dalam kondisi ekonomi dan fauna langka. Kawasan tersebut yang kurang berkembang, sehingga sangat merupakan daerah migrasi berbagai jenis berpotensi menimbulkan tekanan besar satwa yang dilindungi, daerah asuhan terhadap sumberdaya dan mengancam berbagai jenis udang dan ikan bernilai keberlanjutan ekologis maupun sosial dan ekonomi tinggi. Selanjutnya, kawasan ekonomis. Dalam kaitannya dengan hal ini, t e r s e b u t j u g a m e r u p a k a n s u m b e r resiliensi masyarakat yang tercermin dalam penghidupan bagi masyarakat luas. Oleh pola-pola adaptasi mereka terhadap gejala karena itu, sangat dapat dipahami bahwa oleh dan perubahan alam merupakan sebuah isu pemerintah, Segara Anakan diposisikan sentral yang perlu mendapatkan perhatian sebagai sumberdaya alam yang dapat besar. Masyarakat dengan resiliensi yang menjadi modal dasar bagi pembangunan besar akan mengalami dampak yang lebih daerah, regional dan nasional sehingga perlu kecil dari perubahan-perubahan alam yang dilestarikan kondisi lingkungannya. Namun bersifat negatif, dan begitu sebaliknya, mereka demikian, Segara Anakan menghadapi akan memberikan respon lebih baik terhadap banyak permasalahan di berbagai aspek. perubahan tersebut sehingga kerusakan alam Berbagai permasalahan dalam aspek-aspek akibat respon tersebut relatif dapat lebih sosial ekonomi penduduk di sekitar Segara terkendalikan. Untuk itu, upaya pelestarian Anakan terjadi akibat proses ekologis yang ekologis maupun sosial harus dikaitkan terjadi di Segara Anakan (Anonim, 2007). dengan upaya meningkatkan resiliensi, yang Kon f l i k l ahan , kompet i s i ekonomi , besar kecilnya ditentukan oleh berbagai penebangan liar, alih fungsi lahan adalah variabel sosial maupun variabel ekologis dan beberapa di antara masalah sosial ekonomi interaksi di antaranya. Upaya peningkatan tersebut. Perubahan ekosistem laut menjadi resiliensi dalam sistem sosial dimaksudkan ekosistem darat menyebabkan perubahan untuk menambah kapasitas manusia untuk pada pola pencaharian dari aktivitas mengantisipasi dan merencanakan masa penangkapan ikan tradisional menjadi depan, yang disebut sebagai kapasitas aktivitas di bidang pertanian ataupun industri.adaptif. Ini tidak terlepas dari hubungannya Berdasarkan latar belakang di atas, dengan aspek ekologis, sehingga untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan diperlukan pemahaman yang baik mengenai pendalaman dan merekonstruksi proses sistem kompleks yang menghubungkan ilmu interaksi antara manusia dan alam di Segara sosial dan ilmu biofisik (McIntosh et al., 2000; Anakan dan mengidentifikasi peran dari aspek Kasperson et al., 1995; Berkes and Folke, sosial dalam interaksi tersebut, terutama 1998; Scoones, 1999; Gunderson dan Holling, dalam dalam hubungannya dengan isu 2002; Berkes et al., 2002). keberlanjutan.

Masyarakat Segara Anakan beserta lingkungan di sekitarnya mempunyai ciri-ciri II. METODOLOGIsosio-biogeofisik yang sangat kompleks,

Pendekatansehingga dapat dijadikan referensi untuk Penelitian ini menggunakan pendekatan memahami fenomena kerusakan, interaksi

sistem sosial-ekologis (Folke, 1998; Carpenter antara manusia dan alam serta isu and Folke, 2006; dan Anderies et al., 2004). keberlanjutan pada sistem-sistem sosial Menurut Folke (1998) dan Carpenter and ekologis lain. Kawasan tersebut memiliki Folke (2006), sistem sosial-ekologis potensi sumberdaya yang besar untuk didefinisikan sebagai sistem yang terpadu dari menjamin keberlangsungan hubungan timbal

dioptimalkan untuk melestarikan modal atau alam dan manusia dengan hubungan yang sumberdaya. Dalam siklusnya, fase K diikuti timbal balik. Sementara itu, menurut Anderies dengan fase- yang di dalamnya terjadi et al., (2004), sistem sosial-ekologis adalah kerugian modal atau sumber daya, dan fase- sebuah sistem dari unit biologi/ekosistem yang di dalamnya mengandung proses re-dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh organisasi. Melalui penggambaran siklus satu atau lebih sistem sosial.

Dalam kerangka sistem sosial-ekologis adaptif, antisipasi dan intervensi dalam rangka tersebut, resil iensi masyarakat yang untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, termasuk tercermin dalam siklus pembaruan adaptif di keberlanjutan dapat diidentifikasi (Gunderson lokasi peneli t ian di identi f ikasi untuk dan Holling, 2002).melakukan deduksi. Mengacu pada Holling

Pengumpulan dan Analisis Data(2000), resiliensi dalam penelitian ini Penelitian dilakukan pada tahun 2009 dimaksudkan sebagai manifestasi kompleks

selama lebih kurang enam bulan yaitu dari adaptif pada skala temporal dan spasial, yang Bulan Juli s/d Desember 2009. Data utama mengantar kepada sebuah siklus berulang. mengenai resiliensi sosial-ekologi masyarakat Siklus tersebut (Gambar 1) mencakup empat dan kronologi kejadian sosial-ekologis di fase perkembangan kejadian dan proses: Laguna Segara Anakan dikumpulkan dalam periode perubahan eksponensial (eksploitasi bentuk data primer. Data pendukung dalam atau fase r), periode pertumbuhan statisbentuk data sekunder dikumpulkan dari d a n k a k u ( k o n s e r v a s i a t a u berbagai laporan maupun hasil riset terdahulu fase K), periode pengaturan ulang dan yang relevan. Pengumpulan data primer kehancuran (pelepasan atau fase), serta dilakukan dengan menggunaan teknik survei, periode reorganisasi dan pembaruan (fase ).sementara i tu data sekunder akan Pada fase-r (pertumbuhan) pada siklus dikumpulkan dari kepustakaan berbagai adaptif, modal dan potensi sumber daya l e m b a g a p e n e l i t i a n . W a w a n c a r a dikerahkan. Kemudian, pada fase-K dikonsentrasikan di 3 dusun yang masing-organisasi dan konekt iv i tas internal

?

á

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 159

Gambar 1.Siklus Adaptif Empat Fungsi (Diadaptasi dari Holling et al., 2000)Figure 1. Adaptive Cycle of The Four Functions (Adapted from Holling et al., 2000)

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )158

K = konservasi (conservation)

W = pelepasan

(release)

a = reorganisasi (reorganization)

Lemah

(weak)

ß

Keterhubungan

(linkednes)à

kuat (strong)

pa

siveß

Mo

da

l(c

ap

ita

l)à

a cti

ver =pertumbuhan

(growth)

acti

ve

Page 3: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

I. PENDAHULUAN balik antara ekosistem daratan, ekosistem estuari dan ekosistem lautan secara serasi,

Masyarakat di wilayah-wilayah pesisir selaras dan seimbang sebagai habitat flora pada umumnya hidup dalam kondisi ekonomi dan fauna langka. Kawasan tersebut yang kurang berkembang, sehingga sangat merupakan daerah migrasi berbagai jenis berpotensi menimbulkan tekanan besar satwa yang dilindungi, daerah asuhan terhadap sumberdaya dan mengancam berbagai jenis udang dan ikan bernilai keberlanjutan ekologis maupun sosial dan ekonomi tinggi. Selanjutnya, kawasan ekonomis. Dalam kaitannya dengan hal ini, t e r s e b u t j u g a m e r u p a k a n s u m b e r resiliensi masyarakat yang tercermin dalam penghidupan bagi masyarakat luas. Oleh pola-pola adaptasi mereka terhadap gejala karena itu, sangat dapat dipahami bahwa oleh dan perubahan alam merupakan sebuah isu pemerintah, Segara Anakan diposisikan sentral yang perlu mendapatkan perhatian sebagai sumberdaya alam yang dapat besar. Masyarakat dengan resiliensi yang menjadi modal dasar bagi pembangunan besar akan mengalami dampak yang lebih daerah, regional dan nasional sehingga perlu kecil dari perubahan-perubahan alam yang dilestarikan kondisi lingkungannya. Namun bersifat negatif, dan begitu sebaliknya, mereka demikian, Segara Anakan menghadapi akan memberikan respon lebih baik terhadap banyak permasalahan di berbagai aspek. perubahan tersebut sehingga kerusakan alam Berbagai permasalahan dalam aspek-aspek akibat respon tersebut relatif dapat lebih sosial ekonomi penduduk di sekitar Segara terkendalikan. Untuk itu, upaya pelestarian Anakan terjadi akibat proses ekologis yang ekologis maupun sosial harus dikaitkan terjadi di Segara Anakan (Anonim, 2007). dengan upaya meningkatkan resiliensi, yang Kon f l i k l ahan , kompet i s i ekonomi , besar kecilnya ditentukan oleh berbagai penebangan liar, alih fungsi lahan adalah variabel sosial maupun variabel ekologis dan beberapa di antara masalah sosial ekonomi interaksi di antaranya. Upaya peningkatan tersebut. Perubahan ekosistem laut menjadi resiliensi dalam sistem sosial dimaksudkan ekosistem darat menyebabkan perubahan untuk menambah kapasitas manusia untuk pada pola pencaharian dari aktivitas mengantisipasi dan merencanakan masa penangkapan ikan tradisional menjadi depan, yang disebut sebagai kapasitas aktivitas di bidang pertanian ataupun industri.adaptif. Ini tidak terlepas dari hubungannya Berdasarkan latar belakang di atas, dengan aspek ekologis, sehingga untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan diperlukan pemahaman yang baik mengenai pendalaman dan merekonstruksi proses sistem kompleks yang menghubungkan ilmu interaksi antara manusia dan alam di Segara sosial dan ilmu biofisik (McIntosh et al., 2000; Anakan dan mengidentifikasi peran dari aspek Kasperson et al., 1995; Berkes and Folke, sosial dalam interaksi tersebut, terutama 1998; Scoones, 1999; Gunderson dan Holling, dalam dalam hubungannya dengan isu 2002; Berkes et al., 2002). keberlanjutan.

Masyarakat Segara Anakan beserta lingkungan di sekitarnya mempunyai ciri-ciri II. METODOLOGIsosio-biogeofisik yang sangat kompleks,

Pendekatansehingga dapat dijadikan referensi untuk Penelitian ini menggunakan pendekatan memahami fenomena kerusakan, interaksi

sistem sosial-ekologis (Folke, 1998; Carpenter antara manusia dan alam serta isu and Folke, 2006; dan Anderies et al., 2004). keberlanjutan pada sistem-sistem sosial Menurut Folke (1998) dan Carpenter and ekologis lain. Kawasan tersebut memiliki Folke (2006), sistem sosial-ekologis potensi sumberdaya yang besar untuk didefinisikan sebagai sistem yang terpadu dari menjamin keberlangsungan hubungan timbal

dioptimalkan untuk melestarikan modal atau alam dan manusia dengan hubungan yang sumberdaya. Dalam siklusnya, fase K diikuti timbal balik. Sementara itu, menurut Anderies dengan fase- yang di dalamnya terjadi et al., (2004), sistem sosial-ekologis adalah kerugian modal atau sumber daya, dan fase- sebuah sistem dari unit biologi/ekosistem yang di dalamnya mengandung proses re-dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh organisasi. Melalui penggambaran siklus satu atau lebih sistem sosial.

Dalam kerangka sistem sosial-ekologis adaptif, antisipasi dan intervensi dalam rangka tersebut, resil iensi masyarakat yang untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, termasuk tercermin dalam siklus pembaruan adaptif di keberlanjutan dapat diidentifikasi (Gunderson lokasi peneli t ian di identi f ikasi untuk dan Holling, 2002).melakukan deduksi. Mengacu pada Holling

Pengumpulan dan Analisis Data(2000), resiliensi dalam penelitian ini Penelitian dilakukan pada tahun 2009 dimaksudkan sebagai manifestasi kompleks

selama lebih kurang enam bulan yaitu dari adaptif pada skala temporal dan spasial, yang Bulan Juli s/d Desember 2009. Data utama mengantar kepada sebuah siklus berulang. mengenai resiliensi sosial-ekologi masyarakat Siklus tersebut (Gambar 1) mencakup empat dan kronologi kejadian sosial-ekologis di fase perkembangan kejadian dan proses: Laguna Segara Anakan dikumpulkan dalam periode perubahan eksponensial (eksploitasi bentuk data primer. Data pendukung dalam atau fase r), periode pertumbuhan statisbentuk data sekunder dikumpulkan dari d a n k a k u ( k o n s e r v a s i a t a u berbagai laporan maupun hasil riset terdahulu fase K), periode pengaturan ulang dan yang relevan. Pengumpulan data primer kehancuran (pelepasan atau fase), serta dilakukan dengan menggunaan teknik survei, periode reorganisasi dan pembaruan (fase ).sementara i tu data sekunder akan Pada fase-r (pertumbuhan) pada siklus dikumpulkan dari kepustakaan berbagai adaptif, modal dan potensi sumber daya l e m b a g a p e n e l i t i a n . W a w a n c a r a dikerahkan. Kemudian, pada fase-K dikonsentrasikan di 3 dusun yang masing-organisasi dan konekt iv i tas internal

?

á

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 159

Gambar 1.Siklus Adaptif Empat Fungsi (Diadaptasi dari Holling et al., 2000)Figure 1. Adaptive Cycle of The Four Functions (Adapted from Holling et al., 2000)

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )158

K = konservasi (conservation)

W = pelepasan

(release)

a = reorganisasi (reorganization)

Lemah

(weak)

ß

Keterhubungan

(linkednes)à

kuat (strong)

pa

siveß

Mo

da

l(c

ap

ita

l)à

a cti

ve

r =pertumbuhan

(growth)

acti

ve

Page 4: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

masing dipilih untuk mewakili dusun dengan Untuk kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat mayoritas petani (Dusun Bugel), dalam laguna tersebut, teridentifikasi berbagai masyarakat pembudidaya (Dusun Bondan), penyedia prasarana umum. Penyedia-dan masyarakat heterogen (Dusun Lempong penyedia prasarana utama tersebut meliputi: Pucung). Di setiap dusun tersebut, responden (1) Pemerintah pusat, yang terutamanya terdiri mencakup kepala dusun dan 15-20 anggota dari Kementerian Lingkungan Hidup, masyarakat untuk mewakili berbagai jenis Departemem Kelautan dan Perikanan, pekerjaan yang ada di dusun-dusun tersebut. Departemen Kehakiman, dan Departemen Hasil dari penggalian data tersebut kemudian Kehutanan, (2) Pemerintah daerah, yang diklarifikasi dan divalidasi melalui diskusi terdiri Pemerintah Kabupaten, KPSKSA, LP kelompok fokus. Nusakambangan, dan Perhutani, dan (3)

Untuk mencapai tujuan penelitian seperti Berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat. yang te lah d iu ra ikan pada bag ian Bentuk-bentuk prasarana yang tersedia pendahuluan, pengumpulan dan analisis data adalah: (i) Prasarana penyediaan air bersih, yang dilakukan dalam penelit ian ini (ii) Prasarana penerangan, (iii) Prasarana dilaksanakan dalam tahapan analisis seperti pendidikan, (iv) Prasarana kesehatan dan (v) terangkum pada Tabel 1. Prasarana transportasi.

Keempat komponen utama tersebut III. HASIL DAN PEMBAHASAN terikat dalam interaksi-interaksi sebagai

berikut:Identifikasi Sistem Sosial-ekologis di 1. Hubungan antara laguna dan masyarakat. Segara Anakan Deskripsi: berbagai kegiatan sosial

Mengacu pada konsep sebagaimana maupun ekonomi masyarakat dengan dijelaskan pada bagian metodologi, sistem berbagai bentuk profesi sangat sosial-ekologis di Segara Anakan dapat tergantung pada keberadaan laguna, dimodelkan seperti pada Gambar 2. Dalam baik badan air maupun bagian model tersebut, empat komponen pembentuk daratannya. Sebaliknya, kondisi dan sistem adalah: sumberdaya dalam bentuk dinamika laguna sangat dipegaruhi oleh laguna, pengguna adalah masyarakat berbagai kegiatan masyarakat tersebut; Kampung Laut, berbagai bentuk prasarana misalnya, luasan mangrove sangat dan penyedia prasarana. ditentukan oleh intensitas kegiatan

Berdasarkan hasil identifikasi, Laguna pembuat kayu bakar, sementara itu Segara Anakan terdiri dari sub-komponen sumberdaya perairan dipengaruhi oleh utama yaitu: (A) badan air, (B) hutan jenis alat, frekuensi dan kapasitas mangrove, dan (C) lahan ekonomi darat. perikanan dimiliki oleh nelayan, dan Laguna tersebut dimanfaatkan oleh berbagai sebagainya. kelompok pelaku ekonomi, baik yang 2. Hubungan antara masyarakat dan bertumpu pada badan air, hutan ekonomi, penyedia prasarana.lahan darat, maupun kombinasi di antaranya. Deskripsi: keberadaan prasarana yang Pengguna-pengguna utama tersebut adalah: dipasok secara langsung maupun tidak (a) nelayan, yang terdiri dari nelayan jaring langsung untuk kepentingan masyarakat apong, nelayan penjala, nelayan pencari terbukti membantu meningkatkan kondisi kepiting dan nelayan pengumpul kerang; (b) sosial ekonomi masyarakat, baik petani, yang terdiri dari petani sawah tadah penduduk asli maupun pendatang. hujan, petani tambak dan pembudidaya Namun demikian, keberadaan aktivitas kepiting; dan (c) pekerja / penyedia Jasa, yang dan sikap tertentu dari sebagian terdiri dari buruh tani, usaha gula kelapa, dan masyarakat tidak cukup mendukung pencari kayu bakar. keberlanjutan keberadaan prasarana-

prasarana tersebut. Sebagai contoh, saat yang terdorong oleh motivasi keuntungan layanan prasarana pengadaan air bersih jangka pendek.

3. Hubungan antara penyedia prasarana terhenti pada suatu periode karena dengan prasarana. kendala teknis, kerusakan lebih parah Deskr ipsi : keberadaan sebagian justru terjadi akibat tindakan masyarakat

No Tujuan /

Objective

Lingkup & sumber data/ Scope& data

source

Jenis data/ Kind of data

Metode Analisis/

Method of analyses

Output yang diharapkan/

Expected output

1 Mengidentifikasi sistem sosial- ekologis

di

Segara

Anakan/

Identification

of

social-ecological system

in

Segara

Anakan lagoon

- Responden di Segara Anakan/ Respondents

in

Segara

Anakan

lagoon.

- SurveI

&

studi

pustaka

/Survey and

literature

study

- Dimensi sosial-ekonomi /Social-economic

dimension

-

Dimensi

ekologi/ Ecological

dimension

- Deskriptif/ descriptive

-

Matriks

dan

tabulasi/

tabulation

Representasi grafisdan deskriptif sistemsosial-ekologis

di

Segara

Anakan/

Graphical

representation

anddescription

of

social-

ecological

system inSegara

Anakan

lagoon 2

Mengkaji

elemen-

elemen resiliensi

masyarakat

dalam

kerangka

sistem

sosial

ekologis

di

Segara

Anakan/

Assessing

community

resilience

elements

within

the

Segara

Anakan

social-ecological

framework

- Responden

di

Dusun Bugel,Bondan,

dan

Lempong

Pucung/

Respondent

in

Bugel,

Bondan

and

Lempong

Pucung

-

Survei

&

FGD/

Survey

and

Focus

Group

Discussion

Parameter

dan variabel

model

resiliensi

ekologi

Segara

Anakan/

Parameters

and

variablesAnakan

ecological

resilience

model

-

Deskriptif/ Descriptive

-

Matriks

dan

tabulasi/

Matrix

and

tabulation

Gambaran

resiliensimasyarakat

di

dalam

sistem

sosial-

ekologis

di

SegaraAnakan

/Descriptionof

community

resilience

in

the

Segara

Anakan

social-ecological

system

3

Merekonstruksi

siklus

adaptif

sosial-ekologis

di

Segara

Anakan/

Reconstruction

of

Segara

Anakan

social-ecological

adaptive

cycle

-

Studi

Pustaka/

Literature

study

-

Responden

pakar/Expert

respondent

Catatan

kejadian

sosial

&

ekologis/

Note

on

social

and

ecological

events

-

Matriks

dan

grafik/

Matriks

and

graphics

-

Deskriptif/

descriptive

Representasi

grafiskronologi

adaptasisosial-Anakan

/Graphical &chronological

representation

of

social-ecological

4

Interpretasi

keterkaitan

elemen

resiliensi,

siklus

adaptif

&

keberlanjutan/

Interpretation

linkage

of

resilience

element,

adaptive

cycle

and

sustainability

-

hasil

sebelumnya/Data

processes

Gambaran

SES,

adaptasi

di

SegaraAnakan/

Description

of

Social-Ecological

System,

resilience

and

adaptation

cycle

in

Segara

Anakan lagoon

Desk study &

discussion

Kesimpulan-kesimpulan/

Conclusions

Tabel 1. Tujuan, Lingkup Data, Jenis Data, Metode Analisis dan Keluaran Tahapan Penelitian.

Table 1. Objective, Scope of Data, Kind of Data, Method of Analyses and Output of the Research Steps.

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 161

M

adaption

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )160

Page 5: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

masing dipilih untuk mewakili dusun dengan Untuk kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat mayoritas petani (Dusun Bugel), dalam laguna tersebut, teridentifikasi berbagai masyarakat pembudidaya (Dusun Bondan), penyedia prasarana umum. Penyedia-dan masyarakat heterogen (Dusun Lempong penyedia prasarana utama tersebut meliputi: Pucung). Di setiap dusun tersebut, responden (1) Pemerintah pusat, yang terutamanya terdiri mencakup kepala dusun dan 15-20 anggota dari Kementerian Lingkungan Hidup, masyarakat untuk mewakili berbagai jenis Departemem Kelautan dan Perikanan, pekerjaan yang ada di dusun-dusun tersebut. Departemen Kehakiman, dan Departemen Hasil dari penggalian data tersebut kemudian Kehutanan, (2) Pemerintah daerah, yang diklarifikasi dan divalidasi melalui diskusi terdiri Pemerintah Kabupaten, KPSKSA, LP kelompok fokus. Nusakambangan, dan Perhutani, dan (3)

Untuk mencapai tujuan penelitian seperti Berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat. yang te lah d iu ra ikan pada bag ian Bentuk-bentuk prasarana yang tersedia pendahuluan, pengumpulan dan analisis data adalah: (i) Prasarana penyediaan air bersih, yang dilakukan dalam penelit ian ini (ii) Prasarana penerangan, (iii) Prasarana dilaksanakan dalam tahapan analisis seperti pendidikan, (iv) Prasarana kesehatan dan (v) terangkum pada Tabel 1. Prasarana transportasi.

Keempat komponen utama tersebut III. HASIL DAN PEMBAHASAN terikat dalam interaksi-interaksi sebagai

berikut:Identifikasi Sistem Sosial-ekologis di 1. Hubungan antara laguna dan masyarakat. Segara Anakan Deskripsi: berbagai kegiatan sosial

Mengacu pada konsep sebagaimana maupun ekonomi masyarakat dengan dijelaskan pada bagian metodologi, sistem berbagai bentuk profesi sangat sosial-ekologis di Segara Anakan dapat tergantung pada keberadaan laguna, dimodelkan seperti pada Gambar 2. Dalam baik badan air maupun bagian model tersebut, empat komponen pembentuk daratannya. Sebaliknya, kondisi dan sistem adalah: sumberdaya dalam bentuk dinamika laguna sangat dipegaruhi oleh laguna, pengguna adalah masyarakat berbagai kegiatan masyarakat tersebut; Kampung Laut, berbagai bentuk prasarana misalnya, luasan mangrove sangat dan penyedia prasarana. ditentukan oleh intensitas kegiatan

Berdasarkan hasil identifikasi, Laguna pembuat kayu bakar, sementara itu Segara Anakan terdiri dari sub-komponen sumberdaya perairan dipengaruhi oleh utama yaitu: (A) badan air, (B) hutan jenis alat, frekuensi dan kapasitas mangrove, dan (C) lahan ekonomi darat. perikanan dimiliki oleh nelayan, dan Laguna tersebut dimanfaatkan oleh berbagai sebagainya. kelompok pelaku ekonomi, baik yang 2. Hubungan antara masyarakat dan bertumpu pada badan air, hutan ekonomi, penyedia prasarana.lahan darat, maupun kombinasi di antaranya. Deskripsi: keberadaan prasarana yang Pengguna-pengguna utama tersebut adalah: dipasok secara langsung maupun tidak (a) nelayan, yang terdiri dari nelayan jaring langsung untuk kepentingan masyarakat apong, nelayan penjala, nelayan pencari terbukti membantu meningkatkan kondisi kepiting dan nelayan pengumpul kerang; (b) sosial ekonomi masyarakat, baik petani, yang terdiri dari petani sawah tadah penduduk asli maupun pendatang. hujan, petani tambak dan pembudidaya Namun demikian, keberadaan aktivitas kepiting; dan (c) pekerja / penyedia Jasa, yang dan sikap tertentu dari sebagian terdiri dari buruh tani, usaha gula kelapa, dan masyarakat tidak cukup mendukung pencari kayu bakar. keberlanjutan keberadaan prasarana-

prasarana tersebut. Sebagai contoh, saat yang terdorong oleh motivasi keuntungan layanan prasarana pengadaan air bersih jangka pendek.

3. Hubungan antara penyedia prasarana terhenti pada suatu periode karena dengan prasarana. kendala teknis, kerusakan lebih parah Deskr ipsi : keberadaan sebagian justru terjadi akibat tindakan masyarakat

No Tujuan /

Objective

Lingkup & sumber data/ Scope& data

source

Jenis data/ Kind of data

Metode Analisis/

Method of analyses

Output yang diharapkan/

Expected output

1 Mengidentifikasi sistem sosial- ekologis

di

Segara

Anakan/

Identification

of

social-ecological system

in

Segara

Anakan lagoon

- Responden di Segara Anakan/ Respondents

in

Segara

Anakan

lagoon.

- SurveI

&

studi

pustaka

/Survey and

literature

study

- Dimensi sosial-ekonomi /Social-economic

dimension

-

Dimensi

ekologi/ Ecological

dimension

- Deskriptif/ descriptive

-

Matriks

dan

tabulasi/

tabulation

Representasi grafisdan deskriptif sistemsosial-ekologis

di

Segara

Anakan/

Graphical

representation

anddescription

of

social-

ecological

system inSegara

Anakan

lagoon 2

Mengkaji

elemen-

elemen resiliensi

masyarakat

dalam

kerangka

sistem

sosial

ekologis

di

Segara

Anakan/

Assessing

community

resilience

elements

within

the

Segara

Anakan

social-ecological

framework

- Responden

di

Dusun Bugel,Bondan,

dan

Lempong

Pucung/

Respondent

in

Bugel,

Bondan

and

Lempong

Pucung

-

Survei

&

FGD/

Survey

and

Focus

Group

Discussion

Parameter

dan variabel

model

resiliensi

ekologi

Segara

Anakan/

Parameters

and

variablesAnakan

ecological

resilience

model

-

Deskriptif/ Descriptive

-

Matriks

dan

tabulasi/

Matrix

and

tabulation

Gambaran

resiliensimasyarakat

di

dalam

sistem

sosial-

ekologis

di

SegaraAnakan

/Descriptionof

community

resilience

in

the

Segara

Anakan

social-ecological

system

3

Merekonstruksi

siklus

adaptif

sosial-ekologis

di

Segara

Anakan/

Reconstruction

of

Segara

Anakan

social-ecological

adaptive

cycle

-

Studi

Pustaka/

Literature

study

-

Responden

pakar/Expert

respondent

Catatan

kejadian

sosial

&

ekologis/

Note

on

social

and

ecological

events

-

Matriks

dan

grafik/

Matriks

and

graphics

-

Deskriptif/

descriptive

Representasi

grafiskronologi

adaptasisosial-Anakan

/Graphical &chronological

representation

of

social-ecological

4

Interpretasi

keterkaitan

elemen

resiliensi,

siklus

adaptif

&

keberlanjutan/

Interpretation

linkage

of

resilience

element,

adaptive

cycle

and

sustainability

-

hasil

sebelumnya/Data

processes

Gambaran

SES,

adaptasi

di

SegaraAnakan/

Description

of

Social-Ecological

System,

resilience

and

adaptation

cycle

in

Segara

Anakan lagoon

Desk study &

discussion

Kesimpulan-kesimpulan/

Conclusions

Tabel 1. Tujuan, Lingkup Data, Jenis Data, Metode Analisis dan Keluaran Tahapan Penelitian.

Table 1. Objective, Scope of Data, Kind of Data, Method of Analyses and Output of the Research Steps.

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 161

M

adaption

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )160

Page 6: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

prasarana terjadi karena penyedia sebelumnya. Keberadaan prasarana-prasarana memerankan fungsi layanan prasarana baru tersebut, selanjutnya publik sedangkan sebagian terjadi karena berdampak pada dorongan yang lebih adanya misi tertentu yang menjadi tujuan besar terhadap masyarakat untuk organisasi penyedia prasarana, misalnya merubah perilaku ekonomi, dari yang misi keagamaan. Namun demikian, lebih bertumpu pada pekerjaan-kemuncu lan penyed ia -penyed ia pekerjaan darat, sehingga berpotensi prasarana tersebut pada umumnya mengikis kepedulian pada kelestarian m e r u p a k a n r e s p o n s t e r h a d a p laguna.

5. Hubungan antara prasarana dengan ketidaktersediaan (kebutuhan) maupun interaksi antara masyarakat dan ketersediaan prasarana yang telah wujud pengguna sumberdaya.sebelumnya. Deskripsi: peningkatan prasarana 4. Hubungan antara laguna dengan menentukan pilihan masyarakat dalam prasarana.

Deskripsi: perkembangan kondisi laguna pemanfaatan laguna, sebal iknya telah menjadi dasar bagi pengadaan dinamika hubungan antara laguna berbagai bentuk prasarana; sebagai dengan penggunanya, sebagaimana contoh, penyempitan badan air dan dideskripsikan pada pola hubungan (3), peluasan daratan mendorong penyedia menentukan bentuk-bentuk prasarana laguna untuk membangun prasarana yang diadakan oleh penyedia.

6. Hubungan antara masyarakat dengan (dan sarana) sosial dan ekonomi yang prasarana.memberikan ruang lebih besar kepada Deskripsi: ketersediaan prasarana yang masyarakat untuk menyesuaikan diri lebih mencukupi terbukti mampu dengan kondisi laguna yang tidak lagi memperbesar peluang masyarakat untuk sama dengan kondisi pada waktu-waktu

meningkatkan kesejahteraannya; prasarana yang muncul akibat dorongan sebagai contoh, perbaikan sarana eksternal.transportasi telah mendorong kreativitas

Elemen-elemen Resiliensi di Segara masyarakat untuk melakukan kegiatan Anakanproduksi dan pemasaran produk-produk

Mengacu pada batasan-batasan elemen andalan lokal (misalnya gula kelapa) ke resiliensi (Folke et al., 2002; Walker and Salt, target-target di luar wilayah mereka. 2006; Krasny and Tidball, 2009), kondisi 7. Pengaruh eksternal terhadap prasarana.

Deskripsi: Penetrasi informasi dari luar resiliensi masyarakat di Segara Anakan dapat wilayah telah menciptakan kebutuhan digambarkan seperti terangkum pada Tabel 2. yang lebih besar di antara masyarakat Penggambaran tersebut mencakup 5 (lima) akan berbagai prasarana yang dianggap kelompok aspek, yaitu pembelajaran adaptif dapat memfasilitasi masyarakat Segara dan sosial, keberagaman, pengorganisasian Anakan mendekat kearah gaya hidup di diri, layanan ekosisitem, dan modal sosial. luar wilayah. Sebagaimana dicontohkan Secara umum, penggambaran tersebut dalam wawancara, terungkap bahwa saat merefleksikan kondisi masyarakat yang tidak pengaruh dari luar telah membuat memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, karena masyarakat merasa jenuh dengan gaya berbagai sebab. Hal-hal mendasar yang hidup tertutup dan gaya hidup 'manusia terkait dengan sejarah masyarakat Segara perairan' yang selama ini mereka jalani. Anakan dan keterisolasian dapat diduga Prasarana yang kemudian segera menjadi penyebab dari rendahnya kondisi dirasakan sebagai kebutuhan besar dan elemen-elemen resiliensi.

Kenyataan bahwa penduduk pertama mendesak adalah misalnya prasarana masyarakat Segara Anakan merupakan informasi, transportasi dan keenergian. keturunan prajurit Kerajaan Mataram yang Dalam beberapa kasus, masyarakat ditugaskan untuk menjaga sebuah kawasan berupaya memperbaiki dan mencari perbatasan dari setiap orang asing pada waktu s a r a n a - p r a s a r a n a u n t u k l e b i h itu menumbuhkan kepribadian yang relatif meningkatkan kualitas hidupnya. Contoh tertutup (Toro, pers. com: 2009). Hal ini kasus, dorongan urgensi tak terbendung tercermin dari survei kepada responden tersebut bahkan direspon dengan seperti tertuang dalam pendeskripsian elemen kegiatan pengadaan prasarana secara 'modal sosial” (Tabel 2), yang terkait dengan swadaya; misal, di Dusun Bondan, budaya produktif. Ketertutupan ini bahkan masyarakat membangun instalasi telah menyebabkan persepsi yang salah keenergian secara swadaya meskipun mengenai gejala alam yang sedang terjadi dan terdapat berbagai kebutuhan primer lain keberlanjutan kehidupan sosial-ekonomi yang belum terpenuhi.

8. Pengaruh eksternal terhadap penyedia mereka; sebagian besar masyarakat prasarana. mempertahankan pesan pendahulu mereka Deskripsi: sejauh ini, pengaruh eksternal bahwa kesejahteraan akan terwujud sejalan te rhadap kemuncu lan penyed ia dengan lenyapnya laguna dan menyatunya prasarana tidak terlalu signifikan. tempat tinggal mereka dengan daratan. Penyedia prasarana yang ada sejauh ini Keterisolasian geografis semakin pada umumnya merupakan penyedia menghambat pengembangan keterbukaan p r a s a r a n a y a n g b e r k e w a j i b a n pada masyarakat Segara Anakan. Gambaran melaksanakan fungsi pelayanan kondisi prasarana dan keterkaitannya dengan (pemerintah pusat maupun daerah), berbagai komponen sistem sosial ekologis lain dengan hanya sedik i t penyedia d i Segara Anakan (Gambar 2 dan

8

6

2

3

8

7

4

7 5

1

B. Masyarakat Kp. Laut

(Kp. Laut community)

C. Penyedia Prasarana

(Infrastructure provider) A. Laguna

(The lagoon)

D.

Prasarana (Infrastructure)

8

Gambar 2. Model Sistem Sosial Ekologis Segara Anakan (dikembangkan dari Ostrom, 2006).

Figure 2. Social Ecological System Model of Segara Anakan (Developed from Ostrom, 2006).

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 163 Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )162

Page 7: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

prasarana terjadi karena penyedia sebelumnya. Keberadaan prasarana-prasarana memerankan fungsi layanan prasarana baru tersebut, selanjutnya publik sedangkan sebagian terjadi karena berdampak pada dorongan yang lebih adanya misi tertentu yang menjadi tujuan besar terhadap masyarakat untuk organisasi penyedia prasarana, misalnya merubah perilaku ekonomi, dari yang misi keagamaan. Namun demikian, lebih bertumpu pada pekerjaan-kemuncu lan penyed ia -penyed ia pekerjaan darat, sehingga berpotensi prasarana tersebut pada umumnya mengikis kepedulian pada kelestarian m e r u p a k a n r e s p o n s t e r h a d a p laguna.

5. Hubungan antara prasarana dengan ketidaktersediaan (kebutuhan) maupun interaksi antara masyarakat dan ketersediaan prasarana yang telah wujud pengguna sumberdaya.sebelumnya. Deskripsi: peningkatan prasarana 4. Hubungan antara laguna dengan menentukan pilihan masyarakat dalam prasarana.

Deskripsi: perkembangan kondisi laguna pemanfaatan laguna, sebal iknya telah menjadi dasar bagi pengadaan dinamika hubungan antara laguna berbagai bentuk prasarana; sebagai dengan penggunanya, sebagaimana contoh, penyempitan badan air dan dideskripsikan pada pola hubungan (3), peluasan daratan mendorong penyedia menentukan bentuk-bentuk prasarana laguna untuk membangun prasarana yang diadakan oleh penyedia.

6. Hubungan antara masyarakat dengan (dan sarana) sosial dan ekonomi yang prasarana.memberikan ruang lebih besar kepada Deskripsi: ketersediaan prasarana yang masyarakat untuk menyesuaikan diri lebih mencukupi terbukti mampu dengan kondisi laguna yang tidak lagi memperbesar peluang masyarakat untuk sama dengan kondisi pada waktu-waktu

meningkatkan kesejahteraannya; prasarana yang muncul akibat dorongan sebagai contoh, perbaikan sarana eksternal.transportasi telah mendorong kreativitas

Elemen-elemen Resiliensi di Segara masyarakat untuk melakukan kegiatan Anakanproduksi dan pemasaran produk-produk

Mengacu pada batasan-batasan elemen andalan lokal (misalnya gula kelapa) ke resiliensi (Folke et al., 2002; Walker and Salt, target-target di luar wilayah mereka. 2006; Krasny and Tidball, 2009), kondisi 7. Pengaruh eksternal terhadap prasarana.

Deskripsi: Penetrasi informasi dari luar resiliensi masyarakat di Segara Anakan dapat wilayah telah menciptakan kebutuhan digambarkan seperti terangkum pada Tabel 2. yang lebih besar di antara masyarakat Penggambaran tersebut mencakup 5 (lima) akan berbagai prasarana yang dianggap kelompok aspek, yaitu pembelajaran adaptif dapat memfasilitasi masyarakat Segara dan sosial, keberagaman, pengorganisasian Anakan mendekat kearah gaya hidup di diri, layanan ekosisitem, dan modal sosial. luar wilayah. Sebagaimana dicontohkan Secara umum, penggambaran tersebut dalam wawancara, terungkap bahwa saat merefleksikan kondisi masyarakat yang tidak pengaruh dari luar telah membuat memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, karena masyarakat merasa jenuh dengan gaya berbagai sebab. Hal-hal mendasar yang hidup tertutup dan gaya hidup 'manusia terkait dengan sejarah masyarakat Segara perairan' yang selama ini mereka jalani. Anakan dan keterisolasian dapat diduga Prasarana yang kemudian segera menjadi penyebab dari rendahnya kondisi dirasakan sebagai kebutuhan besar dan elemen-elemen resiliensi.

Kenyataan bahwa penduduk pertama mendesak adalah misalnya prasarana masyarakat Segara Anakan merupakan informasi, transportasi dan keenergian. keturunan prajurit Kerajaan Mataram yang Dalam beberapa kasus, masyarakat ditugaskan untuk menjaga sebuah kawasan berupaya memperbaiki dan mencari perbatasan dari setiap orang asing pada waktu s a r a n a - p r a s a r a n a u n t u k l e b i h itu menumbuhkan kepribadian yang relatif meningkatkan kualitas hidupnya. Contoh tertutup (Toro, pers. com: 2009). Hal ini kasus, dorongan urgensi tak terbendung tercermin dari survei kepada responden tersebut bahkan direspon dengan seperti tertuang dalam pendeskripsian elemen kegiatan pengadaan prasarana secara 'modal sosial” (Tabel 2), yang terkait dengan swadaya; misal, di Dusun Bondan, budaya produktif. Ketertutupan ini bahkan masyarakat membangun instalasi telah menyebabkan persepsi yang salah keenergian secara swadaya meskipun mengenai gejala alam yang sedang terjadi dan terdapat berbagai kebutuhan primer lain keberlanjutan kehidupan sosial-ekonomi yang belum terpenuhi.

8. Pengaruh eksternal terhadap penyedia mereka; sebagian besar masyarakat prasarana. mempertahankan pesan pendahulu mereka Deskripsi: sejauh ini, pengaruh eksternal bahwa kesejahteraan akan terwujud sejalan te rhadap kemuncu lan penyed ia dengan lenyapnya laguna dan menyatunya prasarana tidak terlalu signifikan. tempat tinggal mereka dengan daratan. Penyedia prasarana yang ada sejauh ini Keterisolasian geografis semakin pada umumnya merupakan penyedia menghambat pengembangan keterbukaan p r a s a r a n a y a n g b e r k e w a j i b a n pada masyarakat Segara Anakan. Gambaran melaksanakan fungsi pelayanan kondisi prasarana dan keterkaitannya dengan (pemerintah pusat maupun daerah), berbagai komponen sistem sosial ekologis lain dengan hanya sedik i t penyedia d i Segara Anakan (Gambar 2 dan

8

6

2

3

8

7

4

7 5

1

B. Masyarakat Kp. Laut

(Kp. Laut community)

C. Penyedia Prasarana

(Infrastructure provider) A. Laguna

(The lagoon)

D.

Prasarana (Infrastructure)

8

Gambar 2. Model Sistem Sosial Ekologis Segara Anakan (dikembangkan dari Ostrom, 2006).

Figure 2. Social Ecological System Model of Segara Anakan (Developed from Ostrom, 2006).

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 163 Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )162

Page 8: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

penjelasannya) mengindikasikan adanya cukup kuat untuk menutup pengaruh dari hubungan antara keterisolasian wilayah elemen-elemen yang tercatat negatif. Segara Anakan dengan kondisi prasarana Dominasi dari elemen-elemen negatif ini yang ada. Keterkaitan ini dapat dibuktikan tercermin pula dalam siklus adaptif sosial dengan adanya perkembangan prasarana ekologis sebagaimana dibahas pada Tabel 2. secara relatif lebih signifikan di wilayah-

Siklus Adaptif di Segara Anakanwilayah Segara Anakan yang telah terbebas Secara visual, siklus adaptif di Laguna dari isolasi geografis dengan daratan Pulau

Segara Anakan yang menggambarkan Jawa, yaitu Dusun Bugel di Desa Panikel. Di resiliensi sosial-ekologinya sebagaimana dusun tersebut, berbagai prasarana sosial, siklus adaptif yang dikonsep oleh Holling ekonomi dan pemerintahan dibangun dalam (1973) dapat dilihat pada Tabel 3. Kurun waktu periode yang cukup pendek.di antara tahun 1980 hingga dekade terakhir ini Jejak akibat dari akar budaya dan merupakan periode yang sempurna untuk keterisolasian geografis tersebut kemudian menggambarkan hubungan antara kejadian-terefleksikan pada elemen-elemen resiliensi kejadian sosial-ekonomi dan ekologis di yang la in , te rmasuk d i da lamnya: Segara Anakan. Alasan utamanya adalah keterbelakangan pendidikan, keragaman bahwa pada periode tersebut, terdapat budaya dan keterbatasan jenis mata rangkaian kejadian ekologis dan sosial yang pencaharian. Lebih lanjut, sebagian kecil terjadi melalui proses yang sangat cepat. anggota masyarakat yang berhas i l Rangkaian kejadian tersebut dapat secara m e n d a p a t k a n k e s e m p a t a n u n t u k jelas mengambarkan hubungan satu kejadian mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan kejadian berikutnya yang berlangsung pada umumnya tidak kembali ke wilayah dalam siklus-siklus adaptasi berulang.te rsebu t . Ha l in i te ru tama karena

Pada Tabel 3, terlihat bahwa berbagai keterisolasian dan semua kondisi yang kejadian tersebut berawal dari adanya sebuah diakibatnya dipandang tidak memberikan letusan gunung berapi (Gunung Galunggung) jaminan bahwa kalangan terdidik tersebut pada Tahun 1982. Letusan tersebut akan mendapatkan penghidupkan yang layak berdampak besar pada laju sedimentasi pada sesuai pendidikan yang telah diselesaikannya. sungai-sungai yang bermuara di Segara Akibatnya, ketersediaan tenaga terdidik Anakan. Pendangkalan cepat yang menjadi sangat terbatas. Akibat lebih jauh, memperluas areal daratan terjadi dan beberapa elemen resiliensi lain seperti membuat masyarakat Segara Anakan untuk ke te r l iba tan da lam organ isas i dan mempersiapkan sebuah respon utuk pengambilan keputusan tercatat pula kurang mempertahankan keberlanjutan mereka baik; organisasi masyarakat dan sebagian secara sosial dan ekonomis. Dalam b e s a r p e n g a m b i l a n k e p u t u s a n terminologi Holling (2000), periode tersebut kemasyarakatan didominasi oleh sejumlah dapat digolongkan ke dalam fase reorganisasi. kecil kalangan lebih terdidik tersebut. Dengan kondisi resiliensi seperti diuraikan di Secara umum dapat disimpulkan bahwa atas, respon sosial yang diberikan oleh hampir semua elemen yang ada berkontribusi masyarakat adalah mencari alternatif yang untuk menyebabkan rendahnya resiliensi paling memungkinkan untuk menutup masyarakat di Segara Anakan. Sebagian kerugian akibat menyusutnya areal perikanan. elemen yang tercatat sebagai elemen positif Pada saat itu, respon yang pada akhirnya adalah budaya produktif yang cukup tinggi, muncul dari masyarakat Segara Anakan manajemen konflik dan kepercayaan di antara adalah pengembangan pencetakan lahan-sesama anggota masyarakat.Namun lahan pertanian di atas tanah timbul yang demikian, elemen-elemen positif tersebut tidak

Kondisi /Condition Keterangan /Remark

Persepsi /Perception Terdapat persepsi salah menuju perilakukontraproduktif /There is a

false perception leading to contraproductive attitudes

• Masyarakat tidak peduli degradasi laguna /People ignorant about lagoon degradation

Penangkapan

destruktif

diterima

Destructive fishing method is acceptable (e.g. apong net)

• Apresiasi terhadap pengelolaan rendah/ Appreciation about management is low

Pendidikan

/Education

Educational

achievement

is

low

Pendidikan rata-rata tamat SD/Average

education only finished elementaryschool

i.

Keberagaman / Diversity

Keragaman pencaharian/

Livelihood

diversity

Pilihan

mata pencaharian terbatas

/Livelihood

alternatives

are

limited

to resource

extraction

Pertanian

non-irigasi

/Non-irrigated

farming •

Perikanan

tradisional

/traditional

fishing

Penebangan

bakau

/Magrove

for

firewood •

Pembuatan

gula

/

Making

coconut

sugar

Keragaman lain

/Other

diversity

Keragaman

budaya / Cultural

diversity

Ada

heterogenitas,

tetapi

kurang

berbaur/ Heterogenity

exist.

but

with

little

interaction

between

comers

and

first

communities

ii. Pengorganisasian

diri

/Self

organization

Keterlibatan

dalam

organisasi

masyarakat/

Involvement

in

community

organization

Organisasi

hanya

milik

sebagian

orang/

Organization

belongs

to

only

few villagers

Hanya

yang

berpendidikan

/Only

relatively

more

educated

people

are

normally

involved

Partisipasi

dalam

pengambilan

keputusan/

Participation

in

community

decision

making

Partisipasi

hanya

milik

sebagian

orang

/Similar

to the

case

of

organization

Hanya

yang

berpendidikan

/Only

relatively

more educated

people

are

normally

involved

Migrasi

/Migration

Inmigrasi

>

outmigrasi /

In-migration

>

out-migration

iii.

Layanan

ekosistem

/Ecosystem

services

Institusi

formal

dalam

pengelolaan

sumberdaya/

Formal

institution

in

resource

management

Ada

kelembagaan formal

tapi

tidak

efektif

/Formal

institution

exists

but

not

effective

Larangan Jaring Apung/Prohibition of apong

net (Perda No 6/2001)

BPKSA

/The

Lagoon

Mg

Authority

Serifikasi

lahan

/Farm

land

certification

Institusi

informal

pengelolaan

sumberdaya/

Informal

institution

in

resource

management

Ada

kelembagaan

formal,

yang

sporadis

/Sporadic

informal

institution

exists

Beberapa

orang

membuat

kelompok

konservasi laguna /A few people established

a

lagoon

conservation group

iv.

Modal

sosial

/Social

capital

Budaya

produktif /

Productive

culture

Masyarakat

tertutup,

tapi

produktif

/People

are

closed

minded

but

hard

workers

Saat

mereka

telah

teryakinkan,

mereka

akan

bersungguh2/People are not quickly accept an

idea

from

outsider,

but

when

it

happens

they

will

consistently

adopt

it

Kepercayaan

di

antara

penduduk

/Trusts

among

villagers

Kecurangan

merupakan

tabu

/Cheating,

is

a

big

taboo

Barang

pinjaman

selalu

kembali

/Never

that

borrowed

goods

or

money

is

not

returned

to

the

lenders

Manajemen

konflik

/Conflict

management

Konflik

diselesaikan

secara

adat

/Disputes

are

usually

settled

following

a

traditional

mechanism

Tetua

kampung

merupakan

pilar

penyelesaian/

Village

elders

with

adequate

past

knowledges

are

the

pillar

of

conflict

resolution

Tabel 2. Deskripsi Elemen- Elemen Resiliensi di Segara Anakan.

Table 2. Descriptions of Resilience Elements in the Segara Anakan.

Sumber: Data Primer/ Primary DataSource:

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 165

Tingkat pendidikan rendah/

(Misalnya jaring apung) /

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )164

Page 9: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

penjelasannya) mengindikasikan adanya cukup kuat untuk menutup pengaruh dari hubungan antara keterisolasian wilayah elemen-elemen yang tercatat negatif. Segara Anakan dengan kondisi prasarana Dominasi dari elemen-elemen negatif ini yang ada. Keterkaitan ini dapat dibuktikan tercermin pula dalam siklus adaptif sosial dengan adanya perkembangan prasarana ekologis sebagaimana dibahas pada Tabel 2. secara relatif lebih signifikan di wilayah-

Siklus Adaptif di Segara Anakanwilayah Segara Anakan yang telah terbebas Secara visual, siklus adaptif di Laguna dari isolasi geografis dengan daratan Pulau

Segara Anakan yang menggambarkan Jawa, yaitu Dusun Bugel di Desa Panikel. Di resiliensi sosial-ekologinya sebagaimana dusun tersebut, berbagai prasarana sosial, siklus adaptif yang dikonsep oleh Holling ekonomi dan pemerintahan dibangun dalam (1973) dapat dilihat pada Tabel 3. Kurun waktu periode yang cukup pendek.di antara tahun 1980 hingga dekade terakhir ini Jejak akibat dari akar budaya dan merupakan periode yang sempurna untuk keterisolasian geografis tersebut kemudian menggambarkan hubungan antara kejadian-terefleksikan pada elemen-elemen resiliensi kejadian sosial-ekonomi dan ekologis di yang la in , te rmasuk d i da lamnya: Segara Anakan. Alasan utamanya adalah keterbelakangan pendidikan, keragaman bahwa pada periode tersebut, terdapat budaya dan keterbatasan jenis mata rangkaian kejadian ekologis dan sosial yang pencaharian. Lebih lanjut, sebagian kecil terjadi melalui proses yang sangat cepat. anggota masyarakat yang berhas i l Rangkaian kejadian tersebut dapat secara m e n d a p a t k a n k e s e m p a t a n u n t u k jelas mengambarkan hubungan satu kejadian mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan kejadian berikutnya yang berlangsung pada umumnya tidak kembali ke wilayah dalam siklus-siklus adaptasi berulang.te rsebu t . Ha l in i te ru tama karena

Pada Tabel 3, terlihat bahwa berbagai keterisolasian dan semua kondisi yang kejadian tersebut berawal dari adanya sebuah diakibatnya dipandang tidak memberikan letusan gunung berapi (Gunung Galunggung) jaminan bahwa kalangan terdidik tersebut pada Tahun 1982. Letusan tersebut akan mendapatkan penghidupkan yang layak berdampak besar pada laju sedimentasi pada sesuai pendidikan yang telah diselesaikannya. sungai-sungai yang bermuara di Segara Akibatnya, ketersediaan tenaga terdidik Anakan. Pendangkalan cepat yang menjadi sangat terbatas. Akibat lebih jauh, memperluas areal daratan terjadi dan beberapa elemen resiliensi lain seperti membuat masyarakat Segara Anakan untuk ke te r l iba tan da lam organ isas i dan mempersiapkan sebuah respon utuk pengambilan keputusan tercatat pula kurang mempertahankan keberlanjutan mereka baik; organisasi masyarakat dan sebagian secara sosial dan ekonomis. Dalam b e s a r p e n g a m b i l a n k e p u t u s a n terminologi Holling (2000), periode tersebut kemasyarakatan didominasi oleh sejumlah dapat digolongkan ke dalam fase reorganisasi. kecil kalangan lebih terdidik tersebut. Dengan kondisi resiliensi seperti diuraikan di Secara umum dapat disimpulkan bahwa atas, respon sosial yang diberikan oleh hampir semua elemen yang ada berkontribusi masyarakat adalah mencari alternatif yang untuk menyebabkan rendahnya resiliensi paling memungkinkan untuk menutup masyarakat di Segara Anakan. Sebagian kerugian akibat menyusutnya areal perikanan. elemen yang tercatat sebagai elemen positif Pada saat itu, respon yang pada akhirnya adalah budaya produktif yang cukup tinggi, muncul dari masyarakat Segara Anakan manajemen konflik dan kepercayaan di antara adalah pengembangan pencetakan lahan-sesama anggota masyarakat.Namun lahan pertanian di atas tanah timbul yang demikian, elemen-elemen positif tersebut tidak

Kondisi /Condition Keterangan /Remark

Persepsi /Perception Terdapat persepsi salah menuju perilakukontraproduktif /There is a

false perception leading to contraproductive attitudes

• Masyarakat tidak peduli degradasi laguna /People ignorant about lagoon degradation

Penangkapan

destruktif

diterima

Destructive fishing method is acceptable (e.g. apong net)

• Apresiasi terhadap pengelolaan rendah/ Appreciation about management is low

Pendidikan

/Education

Educational

achievement

is

low

Pendidikan rata-rata tamat SD/Average

education only finished elementaryschool

i.

Keberagaman / Diversity

Keragaman pencaharian/

Livelihood

diversity

Pilihan

mata pencaharian terbatas

/Livelihood

alternatives

are

limited

to resource

extraction

Pertanian

non-irigasi

/Non-irrigated

farming •

Perikanan

tradisional

/traditional

fishing

Penebangan

bakau

/Magrove

for

firewood •

Pembuatan

gula

/

Making

coconut

sugar

Keragaman lain

/Other

diversity

Keragaman

budaya / Cultural

diversity

Ada

heterogenitas,

tetapi

kurang

berbaur/ Heterogenity

exist.

but

with

little

interaction

between

comers

and

first

communities

ii. Pengorganisasian

diri

/Self

organization

Keterlibatan

dalam

organisasi

masyarakat/

Involvement

in

community

organization

Organisasi

hanya

milik

sebagian

orang/

Organization

belongs

to

only

few villagers

Hanya

yang

berpendidikan

/Only

relatively

more

educated

people

are

normally

involved

Partisipasi

dalam

pengambilan

keputusan/

Participation

in

community

decision

making

Partisipasi

hanya

milik

sebagian

orang

/Similar

to the

case

of

organization

Hanya

yang

berpendidikan

/Only

relatively

more educated

people

are

normally

involved

Migrasi

/Migration

Inmigrasi

>

outmigrasi /

In-migration

>

out-migration

iii.

Layanan

ekosistem

/Ecosystem

services

Institusi

formal

dalam

pengelolaan

sumberdaya/

Formal

institution

in

resource

management

Ada

kelembagaan formal

tapi

tidak

efektif

/Formal

institution

exists

but

not

effective

Larangan Jaring Apung/Prohibition of apong

net (Perda No 6/2001)

BPKSA

/The

Lagoon

Mg

Authority

Serifikasi

lahan

/Farm

land

certification

Institusi

informal

pengelolaan

sumberdaya/

Informal

institution

in

resource

management

Ada

kelembagaan

formal,

yang

sporadis

/Sporadic

informal

institution

exists

Beberapa

orang

membuat

kelompok

konservasi laguna /A few people established

a

lagoon

conservation group

iv.

Modal

sosial

/Social

capital

Budaya

produktif /

Productive

culture

Masyarakat

tertutup,

tapi

produktif

/People

are

closed

minded

but

hard

workers

Saat

mereka

telah

teryakinkan,

mereka

akan

bersungguh2/People are not quickly accept an

idea

from

outsider,

but

when

it

happens

they

will

consistently

adopt

it

Kepercayaan

di

antara

penduduk

/Trusts

among

villagers

Kecurangan

merupakan

tabu

/Cheating,

is

a

big

taboo

Barang

pinjaman

selalu

kembali

/Never

that

borrowed

goods

or

money

is

not

returned

to

the

lenders

Manajemen

konflik

/Conflict

management

Konflik

diselesaikan

secara

adat

/Disputes

are

usually

settled

following

a

traditional

mechanism

Tetua

kampung

merupakan

pilar

penyelesaian/

Village

elders

with

adequate

past

knowledges

are

the

pillar

of

conflict

resolution

Tabel 2. Deskripsi Elemen- Elemen Resiliensi di Segara Anakan.

Table 2. Descriptions of Resilience Elements in the Segara Anakan.

Sumber: Data Primer/ Primary DataSource:

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 165

Tingkat pendidikan rendah/

(Misalnya jaring apung) /

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )164

Page 10: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

terbentuk oleh proses sedimentasi cepat dari daratan Pulau Jawa dengan beberapa tersebut. Namun, dengan keterbatasan kesepakatan¹ yang mereka tentukan bersama.

Pada periode berikutnya, terjadi fase sumberdaya manusia yang dimiliki oleh pertumbuhan (growth), dimana petani-petani masyarakat (Tabel 2 dan penjelasannya), bawon² melakukan kegiatan budidaya padi di pencetakan lahan-lahan pertanian tersebut lahan-lahan tanah timbul. Hutan-hutan bakau dilakukan dengan mengundang petani-petani

yang berasal dari tanah-tanah yang baru kapal-kapal penangkap berukuran kecil. terbentuk maupun yang timbul pada waktu- Sementara itu, informasi mengenai peluang waktu sebelumnya dikonversi menjadi lahan- ekonomi di Segara Anakan meluas ke lahan pertanian, terutama padi. Pada saat itu, kalangan lebih luas di wilayah lain sehingga terjadi perubahan perilaku masyarakat yang tanah timbul dan hutan bakau secara berlanjut pada umumnya menggantungkan hidupnya menjadi sasaran masyarakat, tidak hanya pada lahan-lahan perairan, terutama sebagai penduduk asl i melainkan juga para nelayan. Dengan kondisi yang ada, sebagian pendatang. Perkembangan ini semakin besar masyarakat berpendapat bahwa mempercepat kerusakan ekologis di Segara mereka telah menemukan momentum untuk Anakan.

Dalam perkembangannya, pertanian mensejahterakan diri dengan menjadi yang mengandalkan keberadaan tanah timbul masyarakat daratan, dengan kemudahan dan terbukti tidak memberikan solusi yang baik aksesibilitas terhadap berbagai sumber kepada masyarakat. Selain karena benefit kehidupan darat. Dalam situasi seperti itu, yang ditimbulkan lebih dinikmati oleh para jumlah petani pembawon yang masuk dan pendatang, produktivitas pertanian ternyata kemudian berdomisili di wilayah Segara menurun setelah beberapa tahun kemudian Anakan meningkat tajam, menyebabkan karena beberapa sebab, salah satunya adalah kenaikan populasi secara signifikan. Kenaikan karena ir igasi yang terganggu oleh jumlah penduduk ini makin memperberat sedimentasi. Pada periode itu, masyarakat beban masyarakat setempat karena kompetisi berpikir untuk mengurangi kecepatan yang meningkat. Sebagian masyarakat kerusakan dengan berbagai upaya yang menemukan jalan keluar dengan melakukan didukung oleh lembaga-lembaga pemerintah aktivitas ekonomi yang destruktif termasuk maupun non pemer intah. Budidaya penebangan hutan bakau. Dengan tingkat tumpangsari yang menggabungkan tujuan-pendidikan yang pada umumnya rendah, tujuan ekonomis dan ekologis diperkenalkan pilihan pekerjaan pun menjadi terbatas; lebih di beberapa lokasi. Salah satu contohnya jauh, pendidikan rendah juga membuat adalah penanaman bakau yang digabungkan masyarakat sulit untuk menerima penyadaran dengan budidaya kepiting (Anonim, 2009), dari luar tentang praktek destruktif. Sebagai yang diharapkan dapat mengembalikan contoh, mereka berpendapat bahwa tanaman kondisi alam sekaligus memberikan manfaat kayu tancang (Bruguiera sp) tidak termasuk ekonomis kepada masyarakat. Ini adalah fase kategori bakau, dan karenanya tidak konservasi sebagaimana dimaksudkan oleh dikenakan larangan penebangan.

Secara bersamaan, sedimentasi terus Holling (2000).Upaya-upaya konservasi tidak segera berlangsung dan mengakibatkan penyusutan

menunjukkan hasil yang memuaskan; kondisi luasan laguna terus berlanjut, sehingga tersebut mendorong masyarakat untuk kegiatan perikanan semakin tidak ekonomis. memasuki fase reorganisasi (fase- ). Pada Sebagian masyarakat dengan pengetahuan periode itu, upaya-upaya konservasi masih relatif lebih baik mengupayakan kelangsungan dijalankan, tetapi pengembangan pertanian kehidupan sosial dan ekonominya melalui kembali digalakkan melalui perbaikan pengembangan usaha-usaha budidaya, prasarana-prasarananya. Prasarana utama sebagian lainnya mengembangkan perikanan yang endapatkan perhatian adalah prasarana lepas pantai. Namun, pengembangan usaha-irigasi. Langkah konkret yang kemudian usaha tersebut masih menemui banyak dijalankan adalah mengajukan usulan kepada kendala; misalnya, perikanan lepas pantai pemerintah untuk melakukan pengerukan alur belum terdukung oleh armada yang mampu sungai atau anak sungai. Pengerukan tersebut dioperasikan pada saat musim ombak karena

á

Tabel 3. Siklus Adaptif Sosial-Ekologi Laguna Segara Anakan.Table 3. Social-Ecological Adaptive Cycle of the Segara Anakan Lagoon.

¹Kesepakatan di antara masyarakat Segara Anakan dengan petani luar melalui sistem bawon: hak atas bidang sawah yang dimiliki oleh penduduk asli diberikan sebagian kepada petani pendatang sebagai imbalan atas pengerjaan sawah tersebut dan atas 'pelajaran bertani' yang diberikan oleh petani pendatang kepada pemilik hak bidang sawah

²Petani bawon adalah petani pendatang (atau dari manapun asalnya) yang mendapatkan upah penggarapan dalam bentuk bagian hasil tertentu

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 167

Periode/Period Fase SiklusAdaptif Adaptive

Cycle Phase

1980 - 1985 1986 - 1990 1991 - 1995 1996 -2005

Fase-r / Phase-r

Penebangan bakau &

pemanfaatan

tanah

timbul

untuk

pertanian

‘bawon’ /

Mangrove

cutting

and

utilization

of accreation

land

for

‘bawon’

farming

Penebangan bakau untuk

pertambakan

dan

pertanian

baru/

Mangrove

cutting

for

brackish culture and

new farming

Extensifikasi pertanian

di

wilayah

yang

telah

tersambung

dengan

daratan

/Farm extensification

on areas

merged

to

mainland

Peningkatan eskalasi in-migrasi

dan

ekonomi

di

lokasi2

tertentu

/Escalating

in-

migration

and economy

in

concentrated locations

Fase-K / Phase-K

Budidaya tumpangsari

untuk

meredam

laju pertanian

sawah /

Mixed

culture

to

reduce

rate

of

farm

extensification

Melokalisir perkembangan

areal

pertambakan/ Localize

the

locations

of

brackish

culture

Menunda pembangunan

prasarana

untuk mengendalikan

peluasan

pertanian /

Postpone

irrigation

infrastructure

to

control

farm

land

extensification

Pengendalian sertifikasi

lahan

di

tanah

timbul:

sertifikasi hanya

diberikan

untuk

perumahan,

bukan

areal

pertanian /

Certification

limitation:

to

housing,

not

farming

Fase-???? /

Phase-????

Perkembangan

pertanian

diteruskan

dengan

implikasi

kerusakan

yang

sinifikan

/Farm

development

continues

with

significant

envt’l

damage

Pertambakan

dan

sawah

berkembang

hampir

tak

terkendalikan /

Brackish

culture

and

farming

develop

almost

uncontrolably

Pengerukan

intensif

untuk

mendukung

pertanian

terjadi

konflik

disposal

kerukan

/Dredging

is

done

to

support

farming

disposal

conflict

Terjadi

jual

beli

lahan

pertanian

dari

penduduk

asli

ke

pendatang

kepemilikan

lahan

produksi

menjadi

pincang

/Farm

land

trade

occurs

between

villagers

&

comers

Fase-a /

Phase-a

Konservasi

tetap,

tapi

prasarana

produksi

pertanian

dibenahi /Conservation

continues

but

agriculture

infrastructure

also

is

developed

Pengendalian

kepemilikan

lahan /

Land

ownership

control

Pengaturan

pembuangan

disposal

plus

penataan

lokasi

pertanian

/Regulate

dregding

product

disposal

Fase

reorganisasi

belum

terjadi /

Reorganization

has

not

occured

Sumber: Data Primer/ Primary DataSource:

/

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )166

Page 11: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

terbentuk oleh proses sedimentasi cepat dari daratan Pulau Jawa dengan beberapa tersebut. Namun, dengan keterbatasan kesepakatan¹ yang mereka tentukan bersama.

Pada periode berikutnya, terjadi fase sumberdaya manusia yang dimiliki oleh pertumbuhan (growth), dimana petani-petani masyarakat (Tabel 2 dan penjelasannya), bawon² melakukan kegiatan budidaya padi di pencetakan lahan-lahan pertanian tersebut lahan-lahan tanah timbul. Hutan-hutan bakau dilakukan dengan mengundang petani-petani

yang berasal dari tanah-tanah yang baru kapal-kapal penangkap berukuran kecil. terbentuk maupun yang timbul pada waktu- Sementara itu, informasi mengenai peluang waktu sebelumnya dikonversi menjadi lahan- ekonomi di Segara Anakan meluas ke lahan pertanian, terutama padi. Pada saat itu, kalangan lebih luas di wilayah lain sehingga terjadi perubahan perilaku masyarakat yang tanah timbul dan hutan bakau secara berlanjut pada umumnya menggantungkan hidupnya menjadi sasaran masyarakat, tidak hanya pada lahan-lahan perairan, terutama sebagai penduduk asl i melainkan juga para nelayan. Dengan kondisi yang ada, sebagian pendatang. Perkembangan ini semakin besar masyarakat berpendapat bahwa mempercepat kerusakan ekologis di Segara mereka telah menemukan momentum untuk Anakan.

Dalam perkembangannya, pertanian mensejahterakan diri dengan menjadi yang mengandalkan keberadaan tanah timbul masyarakat daratan, dengan kemudahan dan terbukti tidak memberikan solusi yang baik aksesibilitas terhadap berbagai sumber kepada masyarakat. Selain karena benefit kehidupan darat. Dalam situasi seperti itu, yang ditimbulkan lebih dinikmati oleh para jumlah petani pembawon yang masuk dan pendatang, produktivitas pertanian ternyata kemudian berdomisili di wilayah Segara menurun setelah beberapa tahun kemudian Anakan meningkat tajam, menyebabkan karena beberapa sebab, salah satunya adalah kenaikan populasi secara signifikan. Kenaikan karena ir igasi yang terganggu oleh jumlah penduduk ini makin memperberat sedimentasi. Pada periode itu, masyarakat beban masyarakat setempat karena kompetisi berpikir untuk mengurangi kecepatan yang meningkat. Sebagian masyarakat kerusakan dengan berbagai upaya yang menemukan jalan keluar dengan melakukan didukung oleh lembaga-lembaga pemerintah aktivitas ekonomi yang destruktif termasuk maupun non pemer intah. Budidaya penebangan hutan bakau. Dengan tingkat tumpangsari yang menggabungkan tujuan-pendidikan yang pada umumnya rendah, tujuan ekonomis dan ekologis diperkenalkan pilihan pekerjaan pun menjadi terbatas; lebih di beberapa lokasi. Salah satu contohnya jauh, pendidikan rendah juga membuat adalah penanaman bakau yang digabungkan masyarakat sulit untuk menerima penyadaran dengan budidaya kepiting (Anonim, 2009), dari luar tentang praktek destruktif. Sebagai yang diharapkan dapat mengembalikan contoh, mereka berpendapat bahwa tanaman kondisi alam sekaligus memberikan manfaat kayu tancang (Bruguiera sp) tidak termasuk ekonomis kepada masyarakat. Ini adalah fase kategori bakau, dan karenanya tidak konservasi sebagaimana dimaksudkan oleh dikenakan larangan penebangan.

Secara bersamaan, sedimentasi terus Holling (2000).Upaya-upaya konservasi tidak segera berlangsung dan mengakibatkan penyusutan

menunjukkan hasil yang memuaskan; kondisi luasan laguna terus berlanjut, sehingga tersebut mendorong masyarakat untuk kegiatan perikanan semakin tidak ekonomis. memasuki fase reorganisasi (fase- ). Pada Sebagian masyarakat dengan pengetahuan periode itu, upaya-upaya konservasi masih relatif lebih baik mengupayakan kelangsungan dijalankan, tetapi pengembangan pertanian kehidupan sosial dan ekonominya melalui kembali digalakkan melalui perbaikan pengembangan usaha-usaha budidaya, prasarana-prasarananya. Prasarana utama sebagian lainnya mengembangkan perikanan yang endapatkan perhatian adalah prasarana lepas pantai. Namun, pengembangan usaha-irigasi. Langkah konkret yang kemudian usaha tersebut masih menemui banyak dijalankan adalah mengajukan usulan kepada kendala; misalnya, perikanan lepas pantai pemerintah untuk melakukan pengerukan alur belum terdukung oleh armada yang mampu sungai atau anak sungai. Pengerukan tersebut dioperasikan pada saat musim ombak karena

á

Tabel 3. Siklus Adaptif Sosial-Ekologi Laguna Segara Anakan.Table 3. Social-Ecological Adaptive Cycle of the Segara Anakan Lagoon.

¹Kesepakatan di antara masyarakat Segara Anakan dengan petani luar melalui sistem bawon: hak atas bidang sawah yang dimiliki oleh penduduk asli diberikan sebagian kepada petani pendatang sebagai imbalan atas pengerjaan sawah tersebut dan atas 'pelajaran bertani' yang diberikan oleh petani pendatang kepada pemilik hak bidang sawah

²Petani bawon adalah petani pendatang (atau dari manapun asalnya) yang mendapatkan upah penggarapan dalam bentuk bagian hasil tertentu

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 167

Periode/Period Fase SiklusAdaptif Adaptive

Cycle Phase

1980 - 1985 1986 - 1990 1991 - 1995 1996 -2005

Fase-r / Phase-r

Penebangan bakau &

pemanfaatan

tanah

timbul

untuk

pertanian

‘bawon’ /

Mangrove

cutting

and

utilization

of accreation

land

for

‘bawon’

farming

Penebangan bakau untuk

pertambakan

dan

pertanian

baru/

Mangrove

cutting

for

brackish culture and

new farming

Extensifikasi pertanian

di

wilayah

yang

telah

tersambung

dengan

daratan

/Farm extensification

on areas

merged

to

mainland

Peningkatan eskalasi in-migrasi

dan

ekonomi

di

lokasi2

tertentu

/Escalating

in-

migration

and economy

in

concentrated locations

Fase-K / Phase-K

Budidaya tumpangsari

untuk

meredam

laju pertanian

sawah /

Mixed

culture

to

reduce

rate

of

farm

extensification

Melokalisir perkembangan

areal

pertambakan/ Localize

the

locations

of

brackish

culture

Menunda pembangunan

prasarana

untuk mengendalikan

peluasan

pertanian /

Postpone

irrigation

infrastructure

to

control

farm

land

extensification

Pengendalian sertifikasi

lahan

di

tanah

timbul:

sertifikasi hanya

diberikan

untuk

perumahan,

bukan

areal

pertanian /

Certification

limitation:

to

housing,

not

farming

Fase-???? /

Phase-????

Perkembangan

pertanian

diteruskan

dengan

implikasi

kerusakan

yang

sinifikan

/Farm

development

continues

with

significant

envt’l

damage

Pertambakan

dan

sawah

berkembang

hampir

tak

terkendalikan /

Brackish

culture

and

farming

develop

almost

uncontrolably

Pengerukan

intensif

untuk

mendukung

pertanian

terjadi

konflik

disposal

kerukan

/Dredging

is

done

to

support

farming

disposal

conflict

Terjadi

jual

beli

lahan

pertanian

dari

penduduk

asli

ke

pendatang

kepemilikan

lahan

produksi

menjadi

pincang

/Farm

land

trade

occurs

between

villagers

&

comers

Fase-a /

Phase-a

Konservasi

tetap,

tapi

prasarana

produksi

pertanian

dibenahi /Conservation

continues

but

agriculture

infrastructure

also

is

developed

Pengendalian

kepemilikan

lahan /

Land

ownership

control

Pengaturan

pembuangan

disposal

plus

penataan

lokasi

pertanian

/Regulate

dregding

product

disposal

Fase

reorganisasi

belum

terjadi /

Reorganization

has

not

occured

Sumber: Data Primer/ Primary DataSource:

/

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )166

Page 12: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

juga dimaksudkan untuk membuat tanah- upaya konservasi. Pada periode itu, upaya-tanah timbul 'buatan' dalam rangka upaya konservasi yang terjadi adalah di memperluas areal lahan pertanian, yaitu antaranya melokalisir kawasan pertambakan. dengan memanfaatkan tanah has i l Wilayah-wilayah pertambakan tersebut

4pengerukan untuk melakukan penimbunan di dibatasi oleh batas administratif , dengan lahan-lahan basah. harapan bahwa lahan tambak dikembangkan

Fase pertumbuhan (fase-r) kembali tidak melebihi batas terluas wilayah berulang. Dengan adanya prasarana irigasi administratif tersebut. yang lebih baik dan ketersediaan lahan Pada periode-periode selanjutnya, pola pertanian yang lebih luas, kegiatan pertanian siklus adaptif tidak berubah, yaitu berkembang kembali meningkat. Sejalan dengan itu, di dengan keterbatasan-keterbatasan yang tidak bagian lain dari kawasan Segara Anakan jauh berbeda. Interaksi sosial-ekologis tidak berkembang kegiatan-kegiatan produk lain, berubah dan elemen-elemen resiliensi yang yang juga dilakukan dengan cara destruktif, ada, berdasarkan hasil wawancara tercatat yaitu pengembangan tambak udang, yang relatif sama untuk kondisi sekarang dan diawali dengan penebangan hutan bakau, beberapa dekade sebelumya. Dengan situasi yang dilakukan oleh para pendatang dari dan kondisi seperti itu, terpantau terjadi lokasi yang lebih jauh, yaitu Propinsi Jawa perubahan struktur pencaharian, dimana Barat. Seperti terjadi pada siklus sebelumnya, komposisi penduduk yang melakukan berbagai permasalahan baru kemudian timbul, pekerjaan berbasis air mengalami penurunan termasuk penurunan produktivitas lahan sedang komposisi penduduk yang menggeluti

3tambak dan marginalisasi penduduk lokal, jenis pekerjaan darat mengalami kenaikan yang pada gilirannya mendorong upaya- sepanjang waktu (Gambar 3).

Keterkaitan antara sistem sosial ekologis, di Segara Anakan, apabila tidak ditangani kondisi elemen resiliensi, siklus adaptasi akan membawa resiko pada keberlanjutan, dan keberlanjutan baik terhadap manusianya maupun alam

Siklus terus berlangsung dan berulang. lingkungan di sekitarnya. Sumberdaya alam Secara umum, gejala yang dapat diidentifikasi pada akhirnya tidak dapat memberikan adalah (1) kondisi masyarakat di Segara manfaat kepada manusia dan sebagai Anakan dalam kondisi yang makin tidak ak iba tnya masyaraka t t i dak dapa t sejahtera dan (2) kondisi alam yang semakin mempertahankan eksistensinya di lokasi terdegradasi. Meskipun kemiskinan ini dapat tersebut.dikategorikan ke dalam dua penyebab, Dalam kaitan ini, diskusi di atas kemiskinan yang telah ada sebelumnya dan menunjukkan bahwa beberapa faktor kunci kemiskinan yang terbentuk pada masa-masa telah berperan dominan dalam menentukan kemudian, jelas bahwa dari uraian di atas kecenderungan atau arah perjalanan dapat disimpulkan bahwa kemiskinan tersebut (trajectory) dari siklus adaptasi tersebut. terkait dengan interaksi sosial-ekologis yang Faktor-faktor tersebut adalah pendidikan, mengarah pada semakin besarnya tekanan pertumbuhan penduduk dan proses ekonomi terhadap masyarakat. Dengan pola sedimentasi. Capaian pendidikan pada yang sama, kondisi lingkungan semakin umumnya sangat rendah; sebagian besar memburuk akibat terbatasnya peluang bagi masyarakat di kawasan Segara Anakan hanya masyarakat untuk memberikan respon yang menyelesaikan sekolah dasar (Gambar 4) lebih baik terhadap dinamika alam. sedangkan penduduk meningkat secara tajam

K e b e r l a n j u t a n d a l a m b a h a y a . dari tahun ke tahun (Gambar 5).Kecenderungan yang ditunjukkan oleh Apabila salah satu atau gabungan dari rangkaian siklus adaptif tersebut di atas faktor-faktor tersebut ditangani dengan baik, mengarah pada kesimpulan bahwa sistem peluang akan terbuka bahwa penghidupan sosial ekologis dan kondisi resiliensi yang ada masyarakat akan menjadi lebih baik, tekanan Petani /Farmer

Buruh tani /Farm workerNelayan /Fisher

1986* 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

10.00

50.00

60.00

40.00

30.00

20.00

Persen/Percent

Gambar 3. Perubahan Prosentase Keterlibatan Penduduk dalam Pencaharian.Figure 3. Change in Percentage of People Engaged in Various Types of Livelhood.

Sumber: Prayitno (2001);Anonim (2005)/Source:Prayitno (2001);Anonim

³Lebih dari 95% penduduk Dusun Bondan adalah pendatang, yang mengusahakan budidaya tambak dengan komoditas udang dan atau bandeng

4Wilayah administratif baru adalah Dusun Bondan, yang mayoritas arealnya berupa tambak udang atau bandeng

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 169

Gambar 4. Pendidikan Masyarakat Berusia >5 Tahun.Figure 4. Education Achievement of People Aged >5 Years.

TS BT TT SD SLTP SLTA PT

Jenjang Pendidikan/Education

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

0

Jumlah (Orang)/Person People

Sumber: Prayitno (2001);Anonim (2005)/Source:Prayitno (2001);Anonim

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )168

Page 13: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

juga dimaksudkan untuk membuat tanah- upaya konservasi. Pada periode itu, upaya-tanah timbul 'buatan' dalam rangka upaya konservasi yang terjadi adalah di memperluas areal lahan pertanian, yaitu antaranya melokalisir kawasan pertambakan. dengan memanfaatkan tanah has i l Wilayah-wilayah pertambakan tersebut

4pengerukan untuk melakukan penimbunan di dibatasi oleh batas administratif , dengan lahan-lahan basah. harapan bahwa lahan tambak dikembangkan

Fase pertumbuhan (fase-r) kembali tidak melebihi batas terluas wilayah berulang. Dengan adanya prasarana irigasi administratif tersebut. yang lebih baik dan ketersediaan lahan Pada periode-periode selanjutnya, pola pertanian yang lebih luas, kegiatan pertanian siklus adaptif tidak berubah, yaitu berkembang kembali meningkat. Sejalan dengan itu, di dengan keterbatasan-keterbatasan yang tidak bagian lain dari kawasan Segara Anakan jauh berbeda. Interaksi sosial-ekologis tidak berkembang kegiatan-kegiatan produk lain, berubah dan elemen-elemen resiliensi yang yang juga dilakukan dengan cara destruktif, ada, berdasarkan hasil wawancara tercatat yaitu pengembangan tambak udang, yang relatif sama untuk kondisi sekarang dan diawali dengan penebangan hutan bakau, beberapa dekade sebelumya. Dengan situasi yang dilakukan oleh para pendatang dari dan kondisi seperti itu, terpantau terjadi lokasi yang lebih jauh, yaitu Propinsi Jawa perubahan struktur pencaharian, dimana Barat. Seperti terjadi pada siklus sebelumnya, komposisi penduduk yang melakukan berbagai permasalahan baru kemudian timbul, pekerjaan berbasis air mengalami penurunan termasuk penurunan produktivitas lahan sedang komposisi penduduk yang menggeluti

3tambak dan marginalisasi penduduk lokal, jenis pekerjaan darat mengalami kenaikan yang pada gilirannya mendorong upaya- sepanjang waktu (Gambar 3).

Keterkaitan antara sistem sosial ekologis, di Segara Anakan, apabila tidak ditangani kondisi elemen resiliensi, siklus adaptasi akan membawa resiko pada keberlanjutan, dan keberlanjutan baik terhadap manusianya maupun alam

Siklus terus berlangsung dan berulang. lingkungan di sekitarnya. Sumberdaya alam Secara umum, gejala yang dapat diidentifikasi pada akhirnya tidak dapat memberikan adalah (1) kondisi masyarakat di Segara manfaat kepada manusia dan sebagai Anakan dalam kondisi yang makin tidak ak iba tnya masyaraka t t i dak dapa t sejahtera dan (2) kondisi alam yang semakin mempertahankan eksistensinya di lokasi terdegradasi. Meskipun kemiskinan ini dapat tersebut.dikategorikan ke dalam dua penyebab, Dalam kaitan ini, diskusi di atas kemiskinan yang telah ada sebelumnya dan menunjukkan bahwa beberapa faktor kunci kemiskinan yang terbentuk pada masa-masa telah berperan dominan dalam menentukan kemudian, jelas bahwa dari uraian di atas kecenderungan atau arah perjalanan dapat disimpulkan bahwa kemiskinan tersebut (trajectory) dari siklus adaptasi tersebut. terkait dengan interaksi sosial-ekologis yang Faktor-faktor tersebut adalah pendidikan, mengarah pada semakin besarnya tekanan pertumbuhan penduduk dan proses ekonomi terhadap masyarakat. Dengan pola sedimentasi. Capaian pendidikan pada yang sama, kondisi lingkungan semakin umumnya sangat rendah; sebagian besar memburuk akibat terbatasnya peluang bagi masyarakat di kawasan Segara Anakan hanya masyarakat untuk memberikan respon yang menyelesaikan sekolah dasar (Gambar 4) lebih baik terhadap dinamika alam. sedangkan penduduk meningkat secara tajam

K e b e r l a n j u t a n d a l a m b a h a y a . dari tahun ke tahun (Gambar 5).Kecenderungan yang ditunjukkan oleh Apabila salah satu atau gabungan dari rangkaian siklus adaptif tersebut di atas faktor-faktor tersebut ditangani dengan baik, mengarah pada kesimpulan bahwa sistem peluang akan terbuka bahwa penghidupan sosial ekologis dan kondisi resiliensi yang ada masyarakat akan menjadi lebih baik, tekanan Petani /Farmer

Buruh tani /Farm workerNelayan /Fisher

1986* 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

10.00

50.00

60.00

40.00

30.00

20.00

Persen/Percent

Gambar 3. Perubahan Prosentase Keterlibatan Penduduk dalam Pencaharian.Figure 3. Change in Percentage of People Engaged in Various Types of Livelhood.

Sumber: Prayitno (2001);Anonim (2005)/Source:Prayitno (2001);Anonim

³Lebih dari 95% penduduk Dusun Bondan adalah pendatang, yang mengusahakan budidaya tambak dengan komoditas udang dan atau bandeng

4Wilayah administratif baru adalah Dusun Bondan, yang mayoritas arealnya berupa tambak udang atau bandeng

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 169

Gambar 4. Pendidikan Masyarakat Berusia >5 Tahun.Figure 4. Education Achievement of People Aged >5 Years.

TS BT TT SD SLTP SLTA PT

Jenjang Pendidikan/Education

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

0

Jumlah (Orang)/Person People

Sumber: Prayitno (2001);Anonim (2005)/Source:Prayitno (2001);Anonim

Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )168

Page 14: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

terhadap alam akan berkurang dan layanan teridentifikasi adalah terbatasnya prasarana ekologis maupun sosial ekonomis dari alam irigasi yang diperlukan untuk pertanian dan akan terjaga dari waktu ke waktu. Dari budidaya dan prasarana transportasi yang bahasan di atas, dapat diasumsikan bahwa mendukung rantai produksi dan pemasaranketiganya akan dapat berperan secara sendiri-

Perspektif Kebijakan sendiri maupun secara sinergi; sebagai Dalam pendekatan konvensional contoh, apabila perkembangan penduduk

pengelolaan sumberdaya, fase eksploitasi dan dapat dikendalikan maka kesempatan maka konservasi merupakan fokus perhatian kompetisi sosial-ekonomi dapat ditekan sedangkan fase pelepasan dan fase sehingga dorongan untuk merusak dapat reorganisasi lebih banyak diabaikan. Padahal dikurangi. Apabila disinergikan dengan kedua fase ini, yang dalam resiliensi disebut penanganan faktor lain, misalnya perbaikan sebagai `back-loop`, memiliki nilai sangat kondisi sumberdaya manusia, maka upaya penting dalam dinamika sistem secara pengendalian penduduk akan memberikan keseluruhan (Gunderson and Holling, 2002; efek yang lebih baik, baik dalam hal Berkes et al., 2003). Untuk itu, dalam penciptaan peluang-peluang ekonomi bagi penelitian ini implikasi kebijakan yang akan masyarakat maupun dalam hal penurunan disarankan dibangun dengan bobot yang kondisi kompetitif yang sifatnya merusak. cukup pada fase pelepasan dan re-organisasi. Di samping ketiga faktor tersebut di atas, Telah dipaparkan sebelumnya bahwa di dalam faktor yang juga penting dalam sistem sosial sistem sosial ekologis dan elemen-elemen ekologis dan resiliensi masyarakat adalah resiliensi di Segara Anakan, terdapat keberadaan dan kondisi prasarana. Mengacu beberapa faktor kunci, sehingga dengan pada siklus adaptif (Tabel 3), dicontohkan demikian penanganan kedua fase tersebut bahwa pada saat dikembangkan upaya-upaya perlu dikaitkan dengan penanganan faktor-pengakenaragaman usaha, kendala yang faktor kunci tersebut.

Sesuai dengan permasalahan yang ada prasarana pendidikan formal. Animo belajar sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, penduduk Segara Anakan pada umumnya pengendalian penduduk merupakan salah tinggi, namun sarana prasarana pendidikan satu yang perlu dipertimbangkan, termasuk sangat terbatas. Sebagian penduduk harus menekan laju pertambahan penduduk ber ja lan dan menggunakan sarana pendatang maupun peningkatan populasi transportasi air hingga 5 km untuk mencapai penduduk asli. Untuk itu, beberapa langkah lokasi-lokasi sekolah. Lebih lanjut, sejumlah relevan yang perlu dipertimbangkan adalah di besar tenaga pengajar di lokasi-lokasi tersebut antaranya transmigrasi, keluarga berencana adalah tenaga sukarela yang berafiliasi ke dan pengendalian in-migrasi. Transmigrasi lembaga swadaya masyarakat. Situasi ini merupakan kebijakan yang pernah diterapkan menyiratkan adanya peluang yang besar dari sebelumnya sehingga kebijakan tersebut pemerintah sebagai salah satu penyedia perlu dipertimbangkan kembali dengan belajar prasarana di dalam sistem sosial ekologis pada keberhasilan dan kegagalan pada S e g a r a A n a k a n ( G a m b a r 2 d a n penerapan program transmigrasi sebelumnya. penjelasannya) untuk meningkatkan Program transmigrasi di waktu lalu berhasil perannya. dalam hal meyakinkan penduduk untuk

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI mengikuti program transmigrasi, tetapi gagal KEBIJAKANkarena sejumlah besar peserta transmigrasi

tersebut tidak mampu bertahan di lokasi Kesimpulantujuan. Salah satu penyebab kegagalan 1. Sistem sosial ekologis Segara Anakan

tersebut adalah bahwa bersamaan dengan secara umum dalam keadaan terganggu

perkembangan di lokasi tujuan yang belum berat, terutama akibat disturbansi

signifikan, di Segara Anakan terjadi eksternal berupa sedimentasi, yang

perkembangan ekonomi baru terkait dengan terkait aktivitas di sisi hulu, yang tidak

munculnya tanah-tanah timbul.dapat tertahan oleh kondisi fisik maupun Terkait dengan peningkatan kapasitas sosial yang adasumberdaya manusia, terdapat bebagai

2. Beberapa fak to r penentu yang peluang untuk melaksanakannya. Pada Tabel

menyebabkan rendahnya kapasitas SES 2, dapat dilihat bahwa terlepas dari kelemahan

Segara Anakan untuk menahan yang ada pada sebagian elemen resiliensi

disturbansi eksternal tersebut adalah di masyarakat, terdapat sebuah elemen positif,

antaranya adalah populasi, kondisi yaitu dalam hal budaya kerja dan budaya

suberdaya manusia dan prasarana kerjasama. Kedua elemen ini dapat dijadikan

pendukung kegiatan sosial dan ekonomi titik awal untuk peningkatan kapasitas

masyarakat sumberdaya manusia, terutama dalam hal

3. Rumusan model resiliensi sosial-ekologi peningkatan ketrampilan dan pengetahuan

masyarakat di Laguna Segara Anakan: informal yang memungkinkan masyarakat

Resiliensi SES di Segara Anakan dapat beralih atau memiliki pencaharian tambahan

ditingkatkan atau menjadi lemah, yang membawa manfaat langsung pada

tegantung pada bentuk intervensi yang pendapatan namun tidak merusak lingkungan.

diarahkan pada beberapa elemen sosial-Usaha-usaha tumpangsari yang telah diawali

ekonomi, terutama yang yang terkait erat di beberapa lokasi dapat di jadikan

dengan elemen ekologis.laboratorium pembelajaran langsung bagi 4. P e l u a n g - p e l u a n g y a n g d a p a t masyarakat. dipertimbangkan untuk meningkatkan

Pilihan kebijakan lain yang dapat kondisi dari elemen-elemen resiliensi di

dipertimbangkan adalah menambah kapasitas

s/d1980 1981-1985 1986-1990 1991-1995 1996-2000

Periode Tahun/Period Years

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

0

Jumlah/Number

Gambar 5. Jumlah Penduduk Segara Anakan.Figure 5. Number of Population of Segara Anakan.

Sumber: Prayitno (2001);Anonim (2005)/Source:Prayitno (2001);Anonim

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 171 Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )170

Page 15: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

terhadap alam akan berkurang dan layanan teridentifikasi adalah terbatasnya prasarana ekologis maupun sosial ekonomis dari alam irigasi yang diperlukan untuk pertanian dan akan terjaga dari waktu ke waktu. Dari budidaya dan prasarana transportasi yang bahasan di atas, dapat diasumsikan bahwa mendukung rantai produksi dan pemasaranketiganya akan dapat berperan secara sendiri-

Perspektif Kebijakan sendiri maupun secara sinergi; sebagai Dalam pendekatan konvensional contoh, apabila perkembangan penduduk

pengelolaan sumberdaya, fase eksploitasi dan dapat dikendalikan maka kesempatan maka konservasi merupakan fokus perhatian kompetisi sosial-ekonomi dapat ditekan sedangkan fase pelepasan dan fase sehingga dorongan untuk merusak dapat reorganisasi lebih banyak diabaikan. Padahal dikurangi. Apabila disinergikan dengan kedua fase ini, yang dalam resiliensi disebut penanganan faktor lain, misalnya perbaikan sebagai `back-loop`, memiliki nilai sangat kondisi sumberdaya manusia, maka upaya penting dalam dinamika sistem secara pengendalian penduduk akan memberikan keseluruhan (Gunderson and Holling, 2002; efek yang lebih baik, baik dalam hal Berkes et al., 2003). Untuk itu, dalam penciptaan peluang-peluang ekonomi bagi penelitian ini implikasi kebijakan yang akan masyarakat maupun dalam hal penurunan disarankan dibangun dengan bobot yang kondisi kompetitif yang sifatnya merusak. cukup pada fase pelepasan dan re-organisasi. Di samping ketiga faktor tersebut di atas, Telah dipaparkan sebelumnya bahwa di dalam faktor yang juga penting dalam sistem sosial sistem sosial ekologis dan elemen-elemen ekologis dan resiliensi masyarakat adalah resiliensi di Segara Anakan, terdapat keberadaan dan kondisi prasarana. Mengacu beberapa faktor kunci, sehingga dengan pada siklus adaptif (Tabel 3), dicontohkan demikian penanganan kedua fase tersebut bahwa pada saat dikembangkan upaya-upaya perlu dikaitkan dengan penanganan faktor-pengakenaragaman usaha, kendala yang faktor kunci tersebut.

Sesuai dengan permasalahan yang ada prasarana pendidikan formal. Animo belajar sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, penduduk Segara Anakan pada umumnya pengendalian penduduk merupakan salah tinggi, namun sarana prasarana pendidikan satu yang perlu dipertimbangkan, termasuk sangat terbatas. Sebagian penduduk harus menekan laju pertambahan penduduk ber ja lan dan menggunakan sarana pendatang maupun peningkatan populasi transportasi air hingga 5 km untuk mencapai penduduk asli. Untuk itu, beberapa langkah lokasi-lokasi sekolah. Lebih lanjut, sejumlah relevan yang perlu dipertimbangkan adalah di besar tenaga pengajar di lokasi-lokasi tersebut antaranya transmigrasi, keluarga berencana adalah tenaga sukarela yang berafiliasi ke dan pengendalian in-migrasi. Transmigrasi lembaga swadaya masyarakat. Situasi ini merupakan kebijakan yang pernah diterapkan menyiratkan adanya peluang yang besar dari sebelumnya sehingga kebijakan tersebut pemerintah sebagai salah satu penyedia perlu dipertimbangkan kembali dengan belajar prasarana di dalam sistem sosial ekologis pada keberhasilan dan kegagalan pada S e g a r a A n a k a n ( G a m b a r 2 d a n penerapan program transmigrasi sebelumnya. penjelasannya) untuk meningkatkan Program transmigrasi di waktu lalu berhasil perannya. dalam hal meyakinkan penduduk untuk

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI mengikuti program transmigrasi, tetapi gagal KEBIJAKANkarena sejumlah besar peserta transmigrasi

tersebut tidak mampu bertahan di lokasi Kesimpulantujuan. Salah satu penyebab kegagalan 1. Sistem sosial ekologis Segara Anakan

tersebut adalah bahwa bersamaan dengan secara umum dalam keadaan terganggu

perkembangan di lokasi tujuan yang belum berat, terutama akibat disturbansi

signifikan, di Segara Anakan terjadi eksternal berupa sedimentasi, yang

perkembangan ekonomi baru terkait dengan terkait aktivitas di sisi hulu, yang tidak

munculnya tanah-tanah timbul.dapat tertahan oleh kondisi fisik maupun Terkait dengan peningkatan kapasitas sosial yang adasumberdaya manusia, terdapat bebagai

2. Beberapa fak to r penentu yang peluang untuk melaksanakannya. Pada Tabel

menyebabkan rendahnya kapasitas SES 2, dapat dilihat bahwa terlepas dari kelemahan

Segara Anakan untuk menahan yang ada pada sebagian elemen resiliensi

disturbansi eksternal tersebut adalah di masyarakat, terdapat sebuah elemen positif,

antaranya adalah populasi, kondisi yaitu dalam hal budaya kerja dan budaya

suberdaya manusia dan prasarana kerjasama. Kedua elemen ini dapat dijadikan

pendukung kegiatan sosial dan ekonomi titik awal untuk peningkatan kapasitas

masyarakat sumberdaya manusia, terutama dalam hal

3. Rumusan model resiliensi sosial-ekologi peningkatan ketrampilan dan pengetahuan

masyarakat di Laguna Segara Anakan: informal yang memungkinkan masyarakat

Resiliensi SES di Segara Anakan dapat beralih atau memiliki pencaharian tambahan

ditingkatkan atau menjadi lemah, yang membawa manfaat langsung pada

tegantung pada bentuk intervensi yang pendapatan namun tidak merusak lingkungan.

diarahkan pada beberapa elemen sosial-Usaha-usaha tumpangsari yang telah diawali

ekonomi, terutama yang yang terkait erat di beberapa lokasi dapat di jadikan

dengan elemen ekologis.laboratorium pembelajaran langsung bagi 4. P e l u a n g - p e l u a n g y a n g d a p a t masyarakat. dipertimbangkan untuk meningkatkan

Pilihan kebijakan lain yang dapat kondisi dari elemen-elemen resiliensi di

dipertimbangkan adalah menambah kapasitas

s/d1980 1981-1985 1986-1990 1991-1995 1996-2000

Periode Tahun/Period Years

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

0

Jumlah/Number

Gambar 5. Jumlah Penduduk Segara Anakan.Figure 5. Number of Population of Segara Anakan.

Sumber: Prayitno (2001);Anonim (2005)/Source:Prayitno (2001);Anonim

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 171 Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )170

Page 16: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

Segara Anakan adalah: transmigrasi, Berkes, F. 2002. Cross-scale institutional pengendal ian populasi manusia, linkages: Perspectives from the bottom-pengalihan aliran sungai up. In Ostrom, E., Dietz, T., Dolsak, N.,

5. Tantangan-tantangan utama yang harus Stern, P.C., Stonich, S. and Weber, E.U. menjadi prioritas perhatian untuk (eds). The Dramas of the Commons. mewujudkan berbagai peluang yang ada Washington, D.C. National Academy adalah: rendahnya kualitas sumberdaya Press.manusia dan buruknya kondisi prasarana Berkes. F, J Colding and C Folke. 2003. ekonomi dan sosial Navigating Social–Ecological Systems:

Building Resilience for Complexity and Implikasi Kebijakan Change. Cambridge University Press, 1. Implikasi kebijakan lokal: pemerintah Cambridge, UK.

daerah perlu menfokuskan pada dua hal _______. F. and C. Folke, editors 1998. Linking yaitu pendidikan masyarakat dan Social and Ecological Systems. pembangunan prasarana ekonomi-sosial Management Practices and Social

2. Implikasi kebijakan umum: perlu Mechanisms for Building Resilience. perhatian pada aspek-aspek lokal yang Cambridge University Press, Cambridge, spesifik untuk masing-masing lokasi UK.r a w a n b e n c a n a s e b a g a i m a n a ________. C. et al (and 24 others). 2002. diindikasikan oleh kasus Laguna Segara R e s i l i e n c e a n d S u s t a i n a b l e Anakan. Development: Building Adaptive Capacity

in A World of Transformations. Report for the Swedish Environmental Advisory

DAFTAR PUSTAKACouncil 2002:1. Stockholm: Ministry of The Environment. www.mvb.gov.se and Anonimous. 2005. Laporan Mini Survey Sosial also ICSU Series on Science for Ekonomi Kawasan Segara Anakan. Sustainable Development No. 3, 2002. Cilacap. Badan Pengelola Kawasan Paris: International Council for Science.Segara Anakan .

Gunderson LH and CS Holling. Editors. 2002. _____. 2007. Laporan Kegiatan Pengendalian P a n a r c h y : U n d e r s t a n d i n g Penduduk dan Penduduk Pendatang di Transformations In Human and Natural Kawasan Segara Anakan Tahun 2007. Systems. Island Press, Washington DC, Cilacap.USA._______ .2009. Budidaya Kepit ing di

Holling, C. S. 1973 Resilience and Stability of SegarAnakan.http://www.cilacapmedia.cEcological Systems. Annual Review of o m / i n d e x . p h p / r u b r i k / s a i n s - a -Ecology and Systematics. 4050:1-23.teknologi/41-sains-a-teknologi/754-

_______.2000. Understanding the complexity budidaya-kepiting-di-segara-anakan.

of economic, ecological, and social Diakses tgl 6 Desember 2009.

systems. Ecosystems 4(5):390-405.Anderies JM, MA Janssen and E Ostrom. Kasperson, J. X., R. E. Kasperson, and B. L.

2004. A Framework to Analyze The Turner. 1995. Regions at r isk :

Robustness of Social-Ecological c o m p a r i s o n s o f t h r e a t e n e d

Sys tems f r om An I ns t i t u t i ona l environments. United Nations University

Perspective. Ecology and Society 9 (1), Press, New York, New York, USA.

1 8 [ o n l i n e ] U R L h t t p : / / Krasny ME and KG. Tidball. 2009. Social-

www.ecologyandsociety.org/vol9/iss1/artEcological System Resilience, Role of

18/ .Environmental Educat ion. World

Environmental Education Congress. sciences: what prospects for a fruitful Montreal, Canada. engagement? Annual Review of

McIntosh RJ, Tainter JA and McIntosh SK. Anthropology 28: 479-507.Editors. 2000. The Way the Wind Blows: Walker, B. H., and D. A. Salt. 2006. Resilience Climate, History and Human Action. Thinking: Sustaining Ecosystems and Columbia University Press, New York. People in A Changing World. Island

Prayitno. 2001. Perubahan Sosial Ekonomi Press, Washington, D.C.,USA.Masyarakat Pantai akibat Perubahann Ekosistem Pantai Studi Kasus di Kawasan Segara Anakan Cilacap. Tesis pada Program Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Scoones I. 1999. New ecology and the social

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 173 Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )172

Page 17: SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI …

Segara Anakan adalah: transmigrasi, Berkes, F. 2002. Cross-scale institutional pengendal ian populasi manusia, linkages: Perspectives from the bottom-pengalihan aliran sungai up. In Ostrom, E., Dietz, T., Dolsak, N.,

5. Tantangan-tantangan utama yang harus Stern, P.C., Stonich, S. and Weber, E.U. menjadi prioritas perhatian untuk (eds). The Dramas of the Commons. mewujudkan berbagai peluang yang ada Washington, D.C. National Academy adalah: rendahnya kualitas sumberdaya Press.manusia dan buruknya kondisi prasarana Berkes. F, J Colding and C Folke. 2003. ekonomi dan sosial Navigating Social–Ecological Systems:

Building Resilience for Complexity and Implikasi Kebijakan Change. Cambridge University Press, 1. Implikasi kebijakan lokal: pemerintah Cambridge, UK.

daerah perlu menfokuskan pada dua hal _______. F. and C. Folke, editors 1998. Linking yaitu pendidikan masyarakat dan Social and Ecological Systems. pembangunan prasarana ekonomi-sosial Management Practices and Social

2. Implikasi kebijakan umum: perlu Mechanisms for Building Resilience. perhatian pada aspek-aspek lokal yang Cambridge University Press, Cambridge, spesifik untuk masing-masing lokasi UK.r a w a n b e n c a n a s e b a g a i m a n a ________. C. et al (and 24 others). 2002. diindikasikan oleh kasus Laguna Segara R e s i l i e n c e a n d S u s t a i n a b l e Anakan. Development: Building Adaptive Capacity

in A World of Transformations. Report for the Swedish Environmental Advisory

DAFTAR PUSTAKACouncil 2002:1. Stockholm: Ministry of The Environment. www.mvb.gov.se and Anonimous. 2005. Laporan Mini Survey Sosial also ICSU Series on Science for Ekonomi Kawasan Segara Anakan. Sustainable Development No. 3, 2002. Cilacap. Badan Pengelola Kawasan Paris: International Council for Science.Segara Anakan .

Gunderson LH and CS Holling. Editors. 2002. _____. 2007. Laporan Kegiatan Pengendalian P a n a r c h y : U n d e r s t a n d i n g Penduduk dan Penduduk Pendatang di Transformations In Human and Natural Kawasan Segara Anakan Tahun 2007. Systems. Island Press, Washington DC, Cilacap.USA._______ .2009. Budidaya Kepit ing di

Holling, C. S. 1973 Resilience and Stability of SegarAnakan.http://www.cilacapmedia.cEcological Systems. Annual Review of o m / i n d e x . p h p / r u b r i k / s a i n s - a -Ecology and Systematics. 4050:1-23.teknologi/41-sains-a-teknologi/754-

_______.2000. Understanding the complexity budidaya-kepiting-di-segara-anakan.

of economic, ecological, and social Diakses tgl 6 Desember 2009.

systems. Ecosystems 4(5):390-405.Anderies JM, MA Janssen and E Ostrom. Kasperson, J. X., R. E. Kasperson, and B. L.

2004. A Framework to Analyze The Turner. 1995. Regions at r isk :

Robustness of Social-Ecological c o m p a r i s o n s o f t h r e a t e n e d

Sys tems f r om An I ns t i t u t i ona l environments. United Nations University

Perspective. Ecology and Society 9 (1), Press, New York, New York, USA.

1 8 [ o n l i n e ] U R L h t t p : / / Krasny ME and KG. Tidball. 2009. Social-

www.ecologyandsociety.org/vol9/iss1/artEcological System Resilience, Role of

18/ .Environmental Educat ion. World

Environmental Education Congress. sciences: what prospects for a fruitful Montreal, Canada. engagement? Annual Review of

McIntosh RJ, Tainter JA and McIntosh SK. Anthropology 28: 479-507.Editors. 2000. The Way the Wind Blows: Walker, B. H., and D. A. Salt. 2006. Resilience Climate, History and Human Action. Thinking: Sustaining Ecosystems and Columbia University Press, New York. People in A Changing World. Island

Prayitno. 2001. Perubahan Sosial Ekonomi Press, Washington, D.C.,USA.Masyarakat Pantai akibat Perubahann Ekosistem Pantai Studi Kasus di Kawasan Segara Anakan Cilacap. Tesis pada Program Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Scoones I. 1999. New ecology and the social

J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.4 No.2, 2009 173 Siklus Adaptif, Resiliensi dan Isu Keberlanjutan di Segara Anakan (A. Heri P. dan Siti H.S. )172