simbol dan makna tari melinting pada ...digilib.unila.ac.id/54508/3/skripsi tanpa bab...

56
SIMBOL DAN MAKNA TARI MELINTING PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA WANA KECAMATAN MELINTINGKABUPATEN LAMPUNG TIMUR Skripsi Oleh Ade Prabowo FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

57 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

SIMBOL DAN MAKNA TARI MELINTING PADA MASYARAKAT

ADAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA WANA

KECAMATAN MELINTINGKABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

Skripsi

Oleh

Ade Prabowo

FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

SIMBOL DAN MAKNA TARI MELINTING PADA MASYARAKAT

ADAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA WANA

KECAMATAN MELINTINGKABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

Oleh

Ade Prabowo

1413033001

Tari Melinting merupakan tarian adat tradisional Keratuan Melinting pada abad ke

XVI, yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat dimana tarian tersebut tumbuh

dan berkembang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Apa sajakah makna

pada simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa

Wana Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur?”. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui makna pada simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat

Lampung Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Hermeneutika dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

wawancara, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Teknik analisis data yang

digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan dalam Tari Melinting terdapat simbol-simbol gerakan,

yaitu : (1) gerak lapah alun (2) gerak sembah (3) gerak sukhung sekapan (4) gerak

babar kipas (5) gerak mampang khandu (6) gerak cak embung (7) gerak balik palau

(8) gerak salaman (9) gerak lago puyuh (10) gerak samang niti batang (11) gerak

timbangan (12) gerak kenui melayang (13) gerak nginyou bias (14) gerak ngiyak lado.

Makna pada simbol-simbol gerak Tari Melinting meliputi gerak lapah alun yang

memiliki makna kehati hatian, simbol gerak sembah bermakna penghormatan, simbol

gerak sukhung sekapan bermakna aktivitas sehari-hari dimulai dari rumah, simbol

gerak babar kipas bermakna kesiapan mencari rezeki, simbol gerak mampang khandu

memiliki makna keperkasaan, simbol gerak cak embung bermakna kelincahan.

Kemudian makna pada simbol gerak balik palau adalah sebuah eksistensi, simbol

gerak salaman bermakna keramahan, simbol gerak lago puyuh memiliki makna

kesiapan dalam menghadapi resiko, simbol gerak samang niti batang bermakna

kegigihan. Selanjutnya makna pada simbol gerak timbangan menggambarkan sebuah

keseimbangan, simbol gerak kenui melayang dimaknai sebagai hak kebebasan, simbol

gerak nginyou bias bermakna kelembutan, dan makna pada simbol gerak ngiyak lado

adalah kasih sayang.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah simbol dan makna Tari Melinting pada

masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten

Lampung Timur menggambarkan sebuah etika atau budi pekerti dan harga diri yang

dimiliki oleh orang lampung yang dijadikan sebagai identitas diri masyarakat

Lampung Saibatin di Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur.

Kata kunci : Simbol, Makna, Tari Melinting.

SIMBOL DAN MAKNA TARI MELINTING PADA MASYARAKAT

ADAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA WANA

KECAMATAN MELINTINGKABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

Oleh

Ade Prabowo

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sumberhadi Kecamatan Melinting

Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 23 Juli 1996,

merupakan anak kedua dari empat bersaudara, buah hati dari

pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Mardiyah.

Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 2

(SDN2) Sumberhadi Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur pada

tahun 2002. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bandar Sribhawono Kecamatan Bandar

Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bandar Sribhawono 2011 dan selesai

pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di

Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui

jalur SBMPTN.

Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di daerah

Yogyakarta, Semarang, Solo dan Jakarta. Selain itu penulis melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Kampung Bali Sadhar Selatan Kecamatan Banjit

Kabupaten Waykanan pada tahun 2017, serta penulis juga melaksanakan Praktik

Profesi Kependidikan (PPK) di SMA Negeri 1 Banjit pada tahun 2017.

MOTTO

Yakinlah bahwa, tidak ada hasil yang menghianati proses yang kau

jalani, karena sukses itu butuh proses bukan banyak protes.

“Man Jadda Wajada”

(Siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan berhasil atau sukses)

PERSEMBAHAN

Terucap Syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan

karya ini Sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku

kepada:

Bapakku Suprapto, Ibuku Mardiyah

Kakakku dan adik-adikku

Yang selalu mendukungku

Dalam menggapai cita-cita dan

Yang telah menjadi segala sumber dari semangatku

Para pendidik dan sahabat-sahabatku yang memberikan

semangat untukku serta almamaterku tercinta

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Simbol dan Makna

Tari Melinting Pada Masyarakat Adat Lampung Saibatin di Desa Wana

Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur”. Sholawat serta salam

semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita

nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan I Bidang Akademik dan

Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan II Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syaiful M, M. Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

yang telah membantu memberikan masukan, kritik dan saran selama proses

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

7. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Pembimbing Akademik (PA) dan sebagai

pembimbing utama yang telah sabar membimbing dan memberi masukan

serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

8. Henry Susanto, S.S, M.Hum., Pembimbing Kedua dalam skripsi ini yang

telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik dan saran selama

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

9. Ibu Dr. R.M.Sinaga, M.Hum., dosen pembahas yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat

dalam proses perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Drs. Wakidi,

M.Hum, Drs. Iskandar Syah, M.H, Drs. Maskun, M.H., Drs. Tontowi, M.Si,

M. Basri, S.Pd., M.Pd., Suparman Arif, S.Pd. M.Pd.,Yustina Sri Ekwandari,

S.Pd., M.Hum., Cheri Saputra, S.Pd,M.Pd, Miristica Imanita, S.Pd, M.Pd,

Marzius Insani, S.Pd, M.Pd dan para pendidik di Unila pada umumnya yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi

mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

11. Para informan Bapak H. Rizal Ismail,SE.,MM. (Sultan Ratu Idil

Muhammad Tihang Igama IV), Bapak Iskandar Zulkarnaen (Pn. Paku

Alam), Bapak H. Hasan Basrie, S.E. (Pn. Jayo Bumi), dan Bapak Zakaria,

S.Ag. (Pn. Margo Agung) yang berbaik hati sudah meluangkan waktu

dantenaganya untuk menjadi narasumber, memberi informasi dan data-data

yangdiperlukan untuk penelitian ini, terimakasih.

12. Febrianti Putri, orang yang sangat luar biasa, yang selalu memotivasi, selalu

membantuku dan menyemangatiku untuk segera menyelesaikan Skripsi ini.

13. Para sahabatku M.Rinaldy, Carlos Hendrawan, Chindra Mirhafi Akmal,

Sulaiman Abdul Razzaq, Yoga Fernando Rizqi, Lengga Syaputra, Yuni

Lutfiani Latifa, Rahmawati, Ririn Safitri dan Tri Mulyani terima kasih atas

canda tawa dan kebersamaannya selama ini.

14. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2014 Maya, Hima, Abah

Rudi, Agung, Sitek, Sriyatmi, Mbak Desmur, Mak Septi, cici, bunga, wayan

dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

15. Kakak tingkat dan adik- adik tingkat di Program Studi Pendidikan

Sejarahterima kasih atas motivasinya.

16. Keluarga HIMAPIS Eric, Hendro, Ridwan, Budi, Sidiq, Lintang, Elsa, Tyas,

Eka, Nadya, Egi, Tria dan Pipit yang telah memberikan semangat dan

motivasi.

17. Keluarga KKN Desa Bali Sadhar Selatan, Kecamatan Banjit, Kabupaten

Way Kanan 2017 Zaki, Resti, Devi, Nitya, Adel, Heslina, Pina, Anggun dan

Tania terima kasih atas kepeduliannya dan pengalaman berharganya.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, November 2018

Penulis

Ade Prabowo

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xix

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2. Analisis Masalah ................................................................................... 4

1.2.1. Identifikasi Masalah .................................................................... 4

1.2.2. Pembatasan Masalah ................................................................... 5

1.2.3. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian .............................. 5

1.3.1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1.3.2. Kegunaan Penelitian ................................................................... 5

1.3.3. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8

2.1.1. Konsep Kebudayaan ................................................................... 8

2.1.2. Konsep Simbol ........................................................................... 9

2.1.3. Konsep Makna ............................................................................ 10

2.1.4. Konsep Seni Tari ........................................................................ 11

2.1.5. Konsep Gerak Tari...................................................................... 11

2.1.6. Konsep Tari Sebagai Media Komunikasi ................................... 12

2.1.7. Konsep Tari Melinting ............................................................... 14

2.1.8. Konsep Masyarakat Adat Lampung Saibatin ............................. 15

2.2. Kerangka Pikir ...................................................................................... 16

2.3. Paradigma ............................................................................................. 18

xv

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 19

3.1. Metode yang Digunakan. ...................................................................... 19

3.2. Lokasi Penelitian .................................................................................. 20

3.3. Variable Penelitian................................................................................ 21

3.4. Definisi Operasional ............................................................................. 22

3.5. Teknik Penentuan Informan ................................................................. 22

3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24

3.6.1. Teknik Wawancara ...................................................................... 24

3.6.2. Teknik Observasi ......................................................................... 25

3.6.3. Teknik Dokumentasi .................................................................... 25

3.6.4. Teknik Kepustakaan .................................................................... 26

3.7. Teknik Analisis Data ............................................................................. 26

3.7.1. Reduksi Data ................................................................................ 26

3.7.2. Data Display (Penyajian Data) ..................................................... 27

3.7.3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi ......................................... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 28

4.1. Hasil ..................................................................................................... 28

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ......................................... 28

4.1.1.1. Sejarah Desa Wana ....................................................... 28

4.1.1.2. Letak dan Batas Administratif Desa Wana ................... 30

4.1.1.3. Keadaan Geografis dan Iklim........................................ 31

4.1.1.4. Data Penduduk Desa Wana ........................................... 32

4.1.1.4.1. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin . 32

4.1.1.4.2. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat

Pendidikan .................................................... 32

4.1.1.4.3. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Pokok ............................................................ 33

4.1.1.4.4. Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Suku ... 34

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 35

4.1.2.1. Sejarah Terciptanya Tari Melinting ............................... 35

4.1.2.2. Pementasan Tari Melinting ............................................ 37

4.1.2.3. Busana Tari Melinting .................................................... 39

4.1.2.4. Alat Musik Pengiring Tari Melinting ............................. 42

4.1.2.5. Ragam Gerak Tari Melinting ......................................... 43

4.1.2.6. Simbol Gerak Tari Melinting ......................................... 70

4.1.2.6.1. Simbol Gerak Tari Melinting (Pria dan Wanita) .. 71

4.1.2.6.2. Simbol Gerak Tari Melinting (Pria) ..................... 79

4.1.2.6.3. Simbol Gerak Tari Melinting (Wanita) ................ 95

xvi

4.2. Pembahasan ...................................................................................... 104

4.2.1. Analisis Makna Pada Simbol Gerak Tari Melinting .................... 104

4.2.2. Tari Sebagai Media Komunikasi ................................................. 113

4.2.2.1. Tari Melinting Sebagai Bentuk Komunikasi

Non Verbal ..................................................................... 113

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 119

5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 119

5.2. Saran ................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

4.1. Sejarah Pemerintahan Desa Wana Kecamatan Melinting

Kabupaten Lampung Timur ........................................................................... 29

4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Wana

Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur ....................................... 32

4.3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Wana

Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur ....................................... 32

4.4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian pokok di Desa Wana

Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur ....................................... 34

4.5. Keadaan penduduk berdasarkan jumlah suku di Desa Wana

Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur ....................................... 34

4.6. Pakaian Tari Melinting ................................................................................... 41

4.7. Alat Musik Pengiring Tari Melinting ............................................................. 43

4.8. Rangkaian Gerakan dalam Tari Melinting ..................................................... 45

4.9. Deskripsi Ragam Gerak Tari Melinting ......................................................... 47

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

4.1. Gerak Lapah Alun (Penari Pria dan Wanita).................................................. 71

4.2. Gerak Sembah (Penari Pria dan Wanita) ........................................................ 74

4.3.Gerak Sukhung Sekapan (Penari Pria dan Wanita) ......................................... 77

4.4.Gerak Babar Kipas (Penari Pria) .................................................................... 79

4.5.Gerak Mampang Randu (Penari Pria) ............................................................. 81

4.6.Gerak Cak Embung (Penari Pria) .................................................................... 84

4.7.Gerak Balik Palau (Penari Pria) ...................................................................... 86

4.8.Gerak Salaman (Penari Pria) ........................................................................... 88

4.9.Gerak Lago Puyuh (Penari Pria) ..................................................................... 91

4.10. Gerak Samang Niti Batang (Penari Pria) ..................................................... 93

4.11. Gerak Timbangan (Penari Wanita) .............................................................. 95

4.12.Gerak Kenui Melayang (Penari Wanita) ....................................................... 97

4.13.Gerak Nginyou Bias (Penari Wanita) ............................................................ 100

4.14.Gerak Ngiyak Lado (Penari Wanita) ............................................................. 102

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Glosarium ..................................................................................................126

2. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi ..........................................130

3. Surat Izin Penelitian ...................................................................................131

4. Pedoman Wawancara.................................................................................132

5. Identitas Informan ......................................................................................134

6. Rekapitulasi Hasil Wawancara ..................................................................136

7. Gambar-Gambar Penelitian .......................................................................150

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang bersifat majemuk.

Kemajemukan masyarakat Indonesia terlihat dari adanya keanekaragaman

suku bangsa yang hidup dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap

suku bangsa mempunyai tata kehidupan yang berbeda-beda sesuai dengan

perkembangan kebudayaan itu sendiri. Keragaman suku bangsa ini

merupakan kekayaan bagi bangsa kita. Suku-suku di Indonesia sangat

banyak dan beragam seperti suku Lampung, Jawa, Sunda, Madura, Melayu,

Bugis, Makassar, Minangkabau, Bali, Batak dan lainnya. Dilihat dari

banyaknya suku bangsa di Indonesia, maka terdapat keanekaragaman

perilaku serta budaya yang berbeda pula.

Salah satu dari keanekaragaman budaya yang berbeda tersebut dapat kita

lihat pada masyarakat adat Lampung. Masyarakat Lampung memiliki

berbagai macam kebudayaan. Dari segi budaya, masyarakat Lampung dapat

dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu masyarakat yang menganut

adat Pepadun dan masyarakat yang menganut adat Saibatin.

Menurut Sitorus (1996:18) Masyarakat Lampung beradat Pepadun

ditandai dengan upacara adat pengambilan gelar kedudukan adat

dengan menggunakan alat upacara yang disebut pepadun. Pepadun

merupakan singgasana yang digunakan dalam setiap upacara

2

pengambilan gelar adat. Upacara ini disebut cakak pepadun.

Masyarakat Lampung beradat Pepadun umumnya mendiami daerah

pedalaman dan menggunakan dialek bahasa “NYO” atau berlogat “O”.

Sedangkan masyarakat Lampung beradat Saibatin disebut juga masyarakat

Peminggir karena pada umumnya mereka berdiam di daerah-daerah pantai

atau pesisir. Masyarakat adat Saibatin menggunakan dialek bahasa “Api”

atau berlogat “A”. Bagi masyarakat Lampung beradat Saibatin seseorang

yang diangkat sebagai pemimpin adat adalah berdasarkan hak waris yang

diperoleh secara turun-temurun.

Menurut Sitorus (1996:19) Masyarakat yang termasuk Saibatin adalah

Peminggir Melinting/Rajabasa, yang memiliki lokasi di daerah

Labuhan Maringgai dan Kalianda, selanjutnya Peminggir teluk,

lokasinya di daerah Teluk betung, berikutnya Peminggir Semaka,

lokasinya di daerah Cukuh Balak, Talang Padang, Kota Agung dan

Wonosobo, kemudian Peminggir Skala berak, lokasinya di daerah

Liwa, Kenali, Pesisir Tengah, Pesisir Utara dan Pesisir Selatan dan

yang terakhir Ranau, Komering serta Kayu Agung.

Provinsi Lampung juga memiliki warisan budaya yang terus dilestarikan,

seperti beragam kesenian tradisional mulai dari kerajinan tenun kain tapis,

lagu-lagu daerah, alat musik hingga tarian tradisional. Di Lampung sendiri,

kesenian merupakan sebuah hal yang sangat penting karena sudah menjadi

identitas budaya masyarakat Lampung. Kesenian yang hidup dan

berkembang di lingkungan masyarakat merupakan produk budaya etnik.

Masing-masing kesenian di setiap daerah memiliki ciri khas yang akan

menjadi identitasnya.

Sebuah kesenian yang menjadi ciri atau identitas tetaplah harus dilestarikan,

seperti halnya pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana,

Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur yang sampai saat ini

3

terus melestarikan kesenian daerah setempat khususnya seni tari, terutama

Tari Melinting.

Menurut Sultan Ratu Idil (2012:23) Tari Melinting merupakan tarian

tradisional Lampung peninggalan dari Ratu Melinting pada abad ke-

XVI, tarian ini awalnya digelar untuk menyambut para tamu agung

(istimewa) Raja-Raja atau Residen pada acara adat atau acara resmi,

saat ini dapat dipakai untuk menyambut para tamu agung (Menteri,

Gubernur, Bupati dan lain-lain) yang datang ke daerah Melinting

Kabupaten Lampung Timur.

Menurut Sultan Ratu Idil (2012:24) Jenis tari ini menurut fungsi dan

tujuannya adalah tari upacara, sebab tari ini ditampilkan pada acara-acara

resmi (acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu agung

yang ditampilkan pada permulaan acara.

Tari Melinting dimainkan oleh 6 orang penari, yang terdiri dari 2 pria dan 4

wanita. Dalam tarian ini gerakan dibedakan menjadi dua, yaitu gerakan pria

dan gerakan wanita walaupun ada beberapa gerakan yang sama antara pria

dan wanita, gerakan tersebut meliputi gerak kepala, gerak tangan dan gerak

kaki. Jadi jenis tari ini jika dilihat dari penyajiannya adalah tari kelompok

dan jika dilihat berdasarkan gayanya adalah tari tradisional klasik artiya tari

ini dahulunya hanya di tarikan di kalangan bangsawan atau keluarga ratu

untuk saat ini siapapun diperbolehkan menarikannya.

Tari merupakan suatu alat ekspresi atau sarana komunikasi bagi seorang

seniman untuk para penontonnya, dimana dasar dari tarian itu sendiri adalah

sebuah gerak. Dari gerakan-gerakan yang dihasilkan tersebut akan

membentuk suatu tarian yang di dalamnya terdapat makna yang ingin

disampaikan. Makna yang terkandung dalam Tari Melinting bukan berupa

4

bentuk fisik melainkan makna simbolik yang terdapat dalam tari tersebut.

Simbol-simbol yang terdapat pada tari ditunjukkan pada ragam gerak Tari

Melinting, pakaian Tari Melinting serta musik pengiring Tari Melinting.

Dalam penelitian ini difokuskan hanya pada simbol yang terdapat pada

ragam gerak Tari Melinting.

Ragam gerak Tari Melinting merupakan sebuah wujud nilai-nilai yang

disimbolkan dalam bentuk gerakan, dari hal tersebut peneliti tertarik untuk

mengungkap makna atau nilai-nilai yang disimbolkan dalam gerakan Tari

Melinting agar dapat mengungkap identitas masyarakat Lampung Saibatin di

Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur dengan cara

memahami makna simbol yang terkandung di dalam setiap gerakan Tari

Melinting.

1.2. Analisis Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat di

identifikasi adalah sebagai berikut:

1. Makna pada simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung

Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting Kabupaten, Lampung

Timur.

2. Makna pada simbol pakaian Tari Melinting pada masyarakat adat

Lampung Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten

Lampung Timur.

5

3. Makna pada simbol musik pengiring Tari Melinting pada masyarakat

adat Lampung Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten

Lampung Timur.

1.2.2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis

perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu: “Makna pada

simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di

Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur”.

1.2.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dijadikan

acuan dalam penelitian ini adalah “Apa sajakah makna yang terdapat pada

simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di

Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur?”.

1.3. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terdapat pada

simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di

Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang

membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain:

6

1.3.2.1 Secara Teoritis

Secara Teoritis Penelitian ini berguna untuk mengetahui konsep-

konsep yang terkait dengan permasalahan, ilmu pengetahuan

tentang antropologi budaya khususnya mengenai makna yang

terdapat pada simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat

Lampung Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting,

Kabupaten Lampung Timur.

1.3.2.2 Secara Praktis

a. Bagi Pembaca

Menambah wawasan umum dan sebagai bahan informasi kepada

peminat kebudayaan yang ingin mengetahui tentang makna yang

terdapat pada simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat

Lampung Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting,

Kabupaten Lampung Timur.

b. Bagi Peneliti

Peneliti turut serta dalam melestarikan adat budaya Lampung dan

bisa lebih memahami tentang makna yang terdapat pada simbol

gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di

Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur.

7

1.3.3. Ruang Lingkup Penelitian

Sasaran dan tujuan penulis mencakup:

1. Obyek Penelitian : Makna pada simbol gerak Tari Melinting pada

masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting,

Kabupaten Lampung Timur.

2. Subyek Penelitian : Masyarakat Lampung Saibatin di Desa Wana,

Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur.

3. Tempat Penelitian : Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten

Lampung Timur.

4. Waktu penelitian : Tahun 2018

5. Disiplin Ilmu : Antropologi Budaya.

8

REFERENSI

Sitorus, M dkk. 1996. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Masyarakat

Lampung. Bandar Lampung: Arian Jaya. Halaman 18.

Ibid. Halaman 19.

Idil Ratu, M Sultan . 2012. Mengenal dari Dekat Tari Daerah Lampung. Bandar

Lampung: Bukit Ilmu. Halaman 23.

Ibid. Halaman 24.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Hal-hal yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka diantaranya adalah

2.1.1. Konsep Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (2009:146) kata “kebudayaan” berasal dari kata

Sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi”

atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang

bersangkutan dengan akal”. Sedangkan “budaya” merupakan

perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari

budi”sehingga dibedakan antara “budaya” yang berarti “daya dari budi”

yang berupa cipta, karsa dan rasa dengan “kebudayaan” yang berarti hasil

dari cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan menurut E.B Taylor dalam Suwarno

(2012:81), kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia

sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia yang bersumber

9

dari akal pikiran manusia yang didalamnya mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia

sebagai anggota masyarakat.

2.1.2. Konsep Simbol

Menurut Herusatoto (2005:10) kata simbol berasal dari bahasa Yunani

symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal

kepada seseorang dalam sebuah gejala sosial. Simbol merupakan sesuatu

yang berkaitan dengan ekspresi. Rafael Raga Maram (2000:43)

menyatakan bahwa simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan

atau memberikan makna. Menurut Hendry dan Watson dalam Haryanto

(2013:4), melihat simbol sebagai bentuk komunikasi ”tidak langsung”

adalah komunikasi dimana terdapat pesan-pesan yang tersembunyi atau

tidak jelas disampaikan.

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa, simbol

adalah tanda atau ciri yang didalamnya mengandung sebuah makna

tertentu. dalam penelitian ini simbol yang dimaksud adalah simbol-simbol

yang terdapat dalam gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung

Saibatin di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur

yang masing-masing simbol dalam gerakannya memiliki makna.

10

2.1.3. Konsep Makna

Menurut E. Sumaryono (2013:30) mengatakan makna diberikan kepada

objek oleh subjek, sesuai dengan cara pandang subjek. Makna itu

diperoleh tergatung dari banyak faktor: siapa yang berbicara, keadaan

khusus yang berkaitan dengan waktu, tempat ataupun situasi yang dapat

mewarnai arti sebuah peristiwa bahasa. Menurut Saifur Rohan (2013:65)

makna adalah kehadiran transendental tentang segala sesuatu. Makna

diartikan sebagai hal yang bersifat mendalam dan sangat penting.

Menurut hermeneutika Gadamer yang dikutip oleh Mudjia Raharjo

(2008:75), makna suatu tindak (teks atau praktik) bukanlah sesuatu yang

ada pada tindak itu sendiri, namun makna selalu bermakna bagi seseorang

sehingga bersifat relatif bagi penafsirnya.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa makna adalah sebuah interpretasi yang dilakukan oleh subjek

kepada objek (simbol atau tanda) yang bersifat mendalam dan sangat

penting serta bersifat relatif bagi penafsirnya. Makna yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah makna yang terdapat pada simbol gerak Tari

Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana,

Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur.

11

2.1.4. Konsep Seni Tari

Seni tari merupakan merupakan salah satu warisan kebudayaan Indonesia

yang harus terus dikembangan dan dilestarikan. Menurut Bagong

Kussudiardjo (dalam Yetti 2012:218), seni tari, salah satunya adalah

keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama

dan berjiwa yang harmonis. Artinya seni tari merupakan gerak yang

dilakukan oleh manusia yang merupakan ekspresi dari jiwa manusia itu

sendiri dan memiliki unsur keindahan, berirama, berjiwa, dan harmonis.

Menurut John Martin (dalam Mulyani, 2016:49) menyatakan bahwa

substansi baku dari tari adalah gerak. Disamping itu, bahwa gerak adalah

pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan seorang manusia.

Menurut Soedarsono (dalam Mulyani, 2016:56) menjelaskan, bahwa fungsi

seni tari dalam kehidupan manusia, secara garis besar setidaknya

dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu: sebagai sara upacara ritual,

sebagai hiburan pribadi, dan sebagai tontonan.

2.1.5. Konsep Gerak Tari

Tarian merupakan wujud ekspresi manusia. Dalam suatu tarian, manusia

menampilkan wujud gerak yang diiringi oleh musik. Masalah gerak pada

dasarnya merupakan unsur utama dalam sebuah tari. Gerakan menari

merupakan gerak yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan, dengan

harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain. Menurut Setiawati

(2008:225), gerak dalam tari secara kedalaman merupakan media ungkapan

dari pernyataan dan ekspresi. Dalam tarian gerak merupakan unsur baku.

12

Gerak terdiri dari tenaga, ruang dan waktu dan berhubungan erat dengan

wirasa, wirama, dan wiraga. Menurut David L.Gallahue and John C. Ozmun

(dalam Yetti 2012:218), untuk mengenali gerak secara lebih mendalam dan

lebih dapat mengembangkannya, terdapat 5 macam gerak dasar yang terdiri

atas koordinasi tubuh, kelincahan, kekuatan, keseimbangan, serta koordinasi

mata dengan tangan dan kaki.

Thraves dan Williamson (dalam Yetti 2012:218), menjelaskan bahwa pada

dasarnya tari berasal dari gerak bekerja, gerak binatang atau tumbuhan yang

ada di sekitar, atau gerak yang dimiliki oleh manusia yang dapat

dikembangkan menjadi tari. Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa materi dasar dari sebuah tari adalah gerak, gerak sendiri

tidak dapat dipisahkan dengan unsur ruang, tenaga, waktu, ekspresi dan iringan

tari. Dari unsur-unsur tersebut maka akan menghasilkan gerak tarian yang

indah dan penuh makna.

2.1.6. Konsep Tari Sebagai Media Komunikasi

Resi Septiana Dewi (2012:1) mengatakan tari adalah hasil karya cipta

manusia yang diungkapkan lewat media gerak yang memiliki keindahan.

Sedangkan Curt Sachs dalam Mustika (2011:21) menyatakan bahwa tari

merupakan gerak yang ritmis.

Selanjutnya Jazuli (2008:4) mengatakan bahwa:

Tari sebagai karya seni merupakan alat ekspresi dan sarana

komunikasi seorang seniman kepada orang lain (penonton/penikmat).

Sebagai alat ekspresi, tari mampu menciptakan untaian gerak yang

dapat membuat penikmanya peka terhadap sesuatu yang ada dan

13

terjadi disekitarnya. Sebab, tari adalah sebuah ungkapan, pernyataan,

dan ekspresi dalam gerak yang memuat komentar-komentar mengenai

realitas kehidupan.

Menurut pendapat beberapa ahli diatas maka dapat diketahui bahwa tari

adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerakan tubuh yang

indah dan ritmis yang didalamnya mengandung pesan atau maksud yang

ingin disampaikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tari termasuk bentuk

komunikasi non verbal.

Tina Kartika (2013:41) menyatakan bahwa :

Komunikasi non verbal adalah proses yang dijalani oleh seorang

individu atau lebih pada saat menyampaikan isyarat-isyarat nonverbal

yang memiliki potensi untuk merangsang makna dalam pikiran

individu atau individu-individu lainnya. Liliweri (2003:139)

komunikasi non verbal meliputi ekspresi wajah, nada suara, gerakan

anggota tubuh, gerakan ekspresif, perbedaan budaya dan tindakan-

tindakan non verbal lain yang tak menggunakan kata-kata.

Hafied Cangara (2006:101-105) berdasarkan studi yang pernah dilakukan

sebelumnya, kode non verbal dapat dikelompokan dalam beberapa bentuk,

diantaranya :

a. Kinesics

Kode non verbal yang ditunjukan oleh gerakan-gerakan badan yang

dilakukan oleh kepala, tangan dan kaki.

b. Gerakan mata (eye gaze)

Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi

insyarat tanpa kata. Ungkapan “pandangan mata mengundang” atau

lirikan mata memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh

gerakan-gerakan mata.

c. Sentuhan (touching)

Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut

bentuknya sentuhan badan dibagi menjadi tiga macam, yakni:

1) Kinesthetic

Isyarat yang ditunjukan dengan bergandengan tangan satu sama

lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.

2) Sociofugal

Isyarat yang ditunjukan dengan jabat tangan atau saling

merangkul.

14

3) Isyarat yng ditunjukan dengan sentuhan badan yang terlalu

emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim.

2.1.7. Konsep Tari Melinting

Sultan Ratu Idil (2012:23-24) mengatakan bahwa :

Tari Melinting merupakan tarian tradisional masyarakat adat keratuan

melinting yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting pada abad

ke XVI yang lalu, tarian ini awalnya digelar untuk menyambut para

tamu agung (istimewa) Raja-Raja atau Residen pada acara adat atau

acara resmi, saat ini dapat dipakai untuk menyambut para tamu agung

(Menteri, Gubernur, Bupati dan lain-lain) yang datang ke daerah

Melinting atau Lampung Timur. Jenis tari ini menurut fungsi dan

tujuannya adalah tari upacara, sebab tari ini ditampilkan pada acara-

acara resmi (acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut tamu-

tamu agung yang ditampilkan pada permulaan acara. Tari ini

dimainkan oleh 8 orang penari, yang terdiri dari 4 wanita dan 4 pria.

Jadi jenis tari ini jika dilihat dari penyajiannya adalah tari kelompok

dan jenis tari berdasarkan gayanya adalah tari tradisional klasik artiya

tari ini dahulunya hanya di tarikan di kalangan bangsawan atau

keluarga ratu. Untuk saat ini siapapun diperbolehkan menarikannya.

Berdasarkan Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Lampung (2014:40-

41) :

Lamanya waktu pementasan Tari Melinting pada umumnya kurang

lebih 6 menit, dengan gerakan yang dipakai dalam tari ini dibedakan

antara gerakan penari putra dan gerakan penari putri. Gerakan penari

putra meliputi : babar kipas, mejong sumbah, sukhung sekapan, balik

palau, salaman, sualih, samang niti batang, lutcat kijang, lapah alun

dan mampang randu. Sedangkan gerakan untuk penari putri terdiri

dari gerakan babar kipas, mejong sumbah, sukhung sekapan,

timbangan/terpipih mabel, kenui melayang, nginyaow bias, nginjak

lado, nginjak tai manuk dan lapah alun. Untuk musik pengiring Tari

Melinting mempunyai ciri musik pengiring yang khas dan baku,

disiplin dan ditabuh tidak secara asal-asalan. Jenis tabuhan yang

dipakai untuk mengiringi Tari Melinting antara lain : tabuh arus, tabuh

cetik, dan tabuh kedanggung, adapun perangkat tabuhan yang dipakai

meliputi: Gamolan talo balak ( Gong), talo lunik (Calang), tapak

(Gendang), biang dan gajeh.

15

2.1.8. Konsep Masyarakat Adat Lampung Saibatin

Menurut Koentjaraningrat (2009 : 116) :

Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata

Latin socius, bearti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari

kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat

adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah

ilmiah saling “berinteraksi”. Koentjranirat menjelaskan bahwa ikatan

yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat

adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor

kehidupannya dalam batas kesatuan itu.

Masyarakat Lampung adalah salah satu suku yang ada di Indonesia,

masyarakat adat Lampung dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : Masyarakat

adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung Saibatin.

Sitorus (1996:19-20) mengatakan bahwa :

Masyarakat Lampung beradat Saibatin disebut juga masyarakat

Peminggir karena pada umumnya mereka berdiam di daerah-daerah

pantai atau pesisir. Masyarakat adat Saibatin menggunakan dialek

bahasa “Api” atau berlogat “A”. Masyarakat yang termasuk Saibatin

adalah :

1. Peminggir Melinting/Rajabasa, yang memiliki lokasi di daerah

Labuhan Maringgai dan Kalianda.

2. Peminggir teluk, lokasinya di daerah Teluk betung.

3. Peminggir Semaka, lokasinya di daerah Cukuh Balak, Talang

Padang, Kota Agung dan Wonosobo.

4. Peminggir Skala berak, lokasinya di derah Liwa, Kenali, Pesisir

Tengah, Pesisir Utara dan Pesisir Selatan.

5. Ranau, Komering serta Kayu Agung

Bagi masyarakat Lampung beradat Saibatin seseorang yang diangkat sebagai

pemimpin adat adalah berdasarkan hak waris yang diperoleh secara turun

temurun. Jadi pemimpin adat didaerah berlaku secara hierarki dalam

lingkungan keturunan bangsawan. Pewaris dan pemimpin adat dan keluarga

sebagai keturunan bangsawan memperoleh kedudukan adat yang berbeda

16

dengan masyarakat biasa. Kedudukan tersebut ditandai dengan gelar adat

yang disandang seseorang.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa masyarakat adat

Lampung Saibatin adalah masyarakat adat yang tinggal di Lampung

terutama yang mendiami daerah pesisir, dengan menggunakan dialek bahasa

“API” atau “A”. Bagi masyarakat Lampung beradat Saibatin seseorang yang

diangkat sebagai pemimpin adat adalah berdasarkan hak waris yang

diperoleh secara turun temurun.

2.2. Kerangka Pikir

Provinsi Lampung memiliki warisan budaya yang sangat beragam, mulai

dari kerajinan tenun kain tapis, lagu-lagu daerah, alat musik hingga tarian

tradisional. Di Lampung sendiri, kesenian merupakan sebuah hal yang

sangat penting karena sudah menjadi identitas budaya masyarakat Lampung,

sehingga terus dilestarikan. Masing-masing kesenian di setiap daerah

memiliki ciri khas yang akan menjadi identitasnya.

Seperti halnya pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana,

Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur yang sampai saat ini

terus melestarikan kesenian daerah setempat khususnya seni tari, terutama

Tari Melinting.

Tari Melinting merupakan tarian tradisional Lampung peninggalan dari Ratu

Melinting pada abad ke-XVI, tarian ini awalnya digelar untuk menyambut

para tamu agung (istimewa) Raja-Raja atau Residen pada acara adat atau

17

acara resmi, saat ini dapat dipakai untuk menyambut para tamu agung

(Menteri, Gubernur, Bupati dan lain-lain) yang datang ke daerah Melinting

Kabupaten Lampung Timur.

Tari Melinting merupakan jenis tari upacara, sebab tari ini ditampilkan pada

acara-acara resmi (acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut tamu-

tamu agung yang ditampilkan pada permulaan acara. Tari Melinting

dimainkan oleh 6 orang penari, yang terdiri dari 2 pria dan 4 wanita,

lamanya waktu pementasan Tari Melinting pada umumnya kurang lebih 6

menit. Dalam tarian ini gerakan dibedakan menjadi dua, yaitu gerakan pria

dan gerakan wanita walaupun ada beberapa gerakan yang sama antara pria

dan wanita, gerakan tersebut meliputi gerak kepala, gerak tangan dan gerak

kaki. Disetiap gerakan dalam Tari Melinting ini tentu memiliki makna

tersendiri di dalamnya. Makna yang terkandung dalam Tari Melinting bukan

berupa bentuk fisik yag dapat terlihat secara langsung, melainkan makna

simbolik yang terdapat dalam tarian tersebut. Simbol-simbol ini juga

memiliki makna yang penting yang menjadi ciri khas budaya atau simbol

identitas masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana Kecamatan

Melinting.

Setelah melakukan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep

yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir dalam penelitian

ini akan membahas tentang makna yang terdapat pada simbol gerak Tari

Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana

Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur.

18

2.3. Paradigma

Keterangan:

: Garis Peran

: Garis Simbol dan Makna

Tari Melinting

Simbol dan Makna

Pria

Wanita

19

REFERENSI

Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 146.

Suwarno. 2012. Teori Sosiologi Pemikiran Awal. Bandar Lampung: Universitas

Lampung. Halaman 81.

Herusatoto, Budiono. 2005. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita Graha Widia. Halaman 10.

Maram, Rafael Raga. 2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta: Rinieka Cipta. Halaman 43.

Haryanto, Sindung. 2013. Dunia Simbol Orang Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Halaman 4.

Sumaryono. 2013. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat.

Yogyakarta: Kansius. Halaman 30.

Rohman, Saifur. 2013. Hermeneutik : Panduan ke Arah Desain Penelitian

dan Analisis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 65.

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar- Dasar Hermeneutika : Antara Intensionalisme dan

Gadamerian. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Halaman 75.

Yetti, E. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Tari

Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Seni & Budaya

Panggung. Vol. 22, No.2. Halaman 218. Universitas Negeri Jakarta.

Mulyani, Novi. 2016. Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava

Media. Halaman 49.

Ibid. Halaman 56.

Setiawati, Rahmida dkk. 2008. Seni Tari Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan. Halaman 225.

Dewi, Resi Septiana. 2012. Keanekaragaman Seni Tari Nusantara. PT Balai

Pustaka. Halaman 1.

20

Mustika, I Wayan. 2011. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung.

Lampung: Buana Cipta. Halaman 21.

Jazuli, M. 2008. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari.

Semarang: Universitas Negeri Semarang. Halaman 4.

Kartika, Tina. 2013. Komunikasi Antar Budaya. Bandar Lampung : Lembaga

Penelitian Universitas Lampung. Halaman 41.

Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar. Halaman 139.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. Halaman 101-105.

Idil Ratu, M Sultan . 2012. Mengenal dari Dekat Tari Daerah Lampung. Bandar

Lampung: Bukit Ilmu. Halaman 23-24.

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Lampung. 2014.

Koleksi Etnis Tentang Lampung. Bandar Lampung. Halaman 40-41.

Koentjaraningrat. op. cit. Halaman 166.

Sitorus, M dkk. 1996. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Masyarakat

Lampung. Bandar Lampung: Arian Jaya. Halaman 19-20.

19

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode yang Digunakan

Metode merupakan faktor penting bagi seorang peneliti untuk memecahkan

masalah yang dihadapi.

Menurut Husin Sayuti (1989:32) metode adalah cara kerja untuk memahami

obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Sedangkan menurut

Winarno Surakhmad (1978:121) metode adalah cara utama yang

dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji

serangkaian hipotesis dengan dengan menggunakan teknik serta alat

tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, maka pengertian metode adalah tata cara dan

prosedur yang tepat digunakan dalam memecahkan suatu permasalan yang

bersifat ilmu, guna mencapai tujuan dengan menggunakan teknik tertentu.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Hermeneutika.

Metode ini digunakan untuk mengetahui makna dari simbol-simbol. Secara

etimologis kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani hermeneuine yang

dalam bahasa inggris menjadi hermeneutics (to interpert) yang berarti

menginterpretasikan, menjelaskan, menafsirkan atau menejermahkan.

20

Menurut Mudjia Raharjo (2008:29) Hermeneutika sebagai suatu metode

atau cara untuk menafsirkan simbol berupa teks atau sesuatu yang

diperlakukan sebagai teks untuk dicari arti dan maknanya, dimana metode

ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang

tidak dialami, kemudian dibawa kemasa sekarang.

Menurut Syaifur Rohman (2013:18):

Objek penelitian hermeneutik adalah teks. Teks adalah simbol bahasa

yang memiliki arti. Objek penelitian selain teks dalam penelitian

hermeneutik harus diperlakukan sebagai teks, yakni sebuah simbol

yang bermakna dan disepakati oleh komunitas untuk berkomunikasi

antara satu kelompok dan kelompok lain. Objek penelitian selain teks

yaitu objek yang berbentuk fenomena aktual dan kemudian akan

direduksi kedalam teks.

Dari penjelasan diatas, maka penggunan metode hermeneutika dalam

penelitian ini sudah tepat, karena dalam penelitian ini peneliti berusaha

untuk menafsirkan simbol gerakan Tari Melinting yang kemudian

dipaparkan kedalam bentuk teks atau tulisan untuk dicari maknanya.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten

Lampung Timur. Lokasi ini dipilih karena di Desa Wana, Kecamatan

Melinting Kabupaten Lampung Timur tersebut mayoritas penduduknya

adalah masyarakat Lampung Saibatin yang masih memiliki adat istiadat

yang kental dan sering menampilkan Tari Melinting sebagai tari

penyambutan saat diadakannya acara-acara tertentu. Sehingga peneliti dapat

melihat fakta dan realitas yang akan ditelitinya pada masyarakat yang

memang memiliki karakterstik tersebut. Selain itu lokasi penelitian masih

21

dekat dengan tempat tinggal penulis dengan harapan penulis akan dapat

lebih mudah melakukan penelitian.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian,

sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau

gejala yang akan diteliti.

Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2008 : 38) menyatakan variabel dapat

didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai

“variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek

yang lain. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1989:91)

mendefinisikan variabel sebagai suatu objek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Berdasarkan pendapat diatas variabel penelitian adalah objek yang menjadi

perhatian peneliti dalam melakukan sebuah penelitian. Jadi dari pengertian

variabel di atas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

variabel tunggal dengan fokus penelitian pada makna yang terdapat pada

simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di

Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur.

22

3.4. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sumadi Suryabrata (1983 : 83) definisi opersional variabel adalah

definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan, dapat diamati

dan diobservasi.

Menurut Maryaeni (2005: 15) bahwa:

Definisi operasional merupakan gambaran konsep, fakta, maupun

relasi konstektual atas konsep, fakta, dan relasi pokok berkaitan

dengan penelitian yang akan digarap, yang terealisasikan dalam

bentuk kata-kata dan kalimat. Berdasarkan realisasi tersebut peneliti

diharapkan bisa memahami dan menentukan bentuk-bentuk operasi

yang akan dilakukan. Apabila bentuk operasi itu secara esensial

berkaitan dengan topik dan masalah penelitian maka definisi

operasional biasanya hanya merujuk pada kata-kata ataupun

terminologi yang terdapat dalam judul maupun rumusan masalah.

Maka definisi operasional variabel merupakan gambaran mengenai

perlakuan yang akan diberikan kepada variabel sehingga akan

mempermudah proses penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini

adalah makna pada simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat

Lampung Saibatin di Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten

Lampung Timur.

3.5. Teknik Penentuan Informan

Pemilihan narasumber tidak boleh sembarangan harus orang yang

memahami permasalahan yang akan diteliti.

Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Budi Koestoro (2006:159) terdapat

beberapa syarat dalam menentukan informan atau subjek penelitian antara

lain:

23

1. Bahwa subjek atau responden adalah orang yang paling tahu

tentang dirinya sendiri.

2. Bahwa apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan yang diajukan

peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan

peneliti.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas, maka penulis menentukan

bahwa para informan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Tokoh adat ( Keturunan dari Keratuan Melinting).

2. Tokoh Masyarakat (Tokoh Masyarakat yang dimaksudkan adalah

orang yang dianggap memahami secara mendalam tentang makna

simbol gerak tari melinting pada Masyarakat adat Lampung Saibatin

di Desa Wana, Kecamatan Melinting).

3. Seniman di Desa Wana.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik snowball sampling.

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan

wawancara atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel

pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus

menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.

Menurut Burhan Burngin (2007:54) tahapan snowball sampling yaitu:

1. Memilih sampel awal (informasi kunci)

2. Memilih sampel lanjutan

3. Menghentikan pemilihan sampel lanjutan jika sudah tidak terdapat

variasi informasi, dimana dalam melaksanakan umumnya

menggunakan tehnik snowball sampling.

24

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti maka

teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

3.6.1. Wawancara

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

wawancara. Menurut Soehartono dalam M. Hikmat (2011:80) wawancara

adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung

kepada responden oleh peneliti/pewawancara dan jawaban-jawaban

responden di catat atau direkam dengan alat perekam.

Usman (2009:57) mengatakan:

Teknik pengumpulan data melalui wawancara merupakan salah satu

teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak terbatas pada

tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik,

dan dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya.

Bentuk wawancara digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Dalam wawancara terstruktur, pewawancara menyampaikan

pertanyaan yang sudah disiapkan dan proses tanya jawab sudah

terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan. Pertanyaan

yang sistematis akan mudah diolah dan pemecahan masalah lebih

mudah serta kesimpulan yang diperoleh lebiah reliabel.

b. Wawancara tidak terstruktur

Dalam wawancara tidak terstruktur, wawancara dilakukan dengan

tidak terarah dan wawancara ini dilakukan pada saat penelitian

pendahuluan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara dengan

mewawancarai informan yang sudah ditentukan yang mengerti dan

25

memahami tentang Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin

di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur.

3.6.2. Observasi

Menurut Koestoro (2006:144) metode ini digunakan untuk melihat dan

mengamati secara langsung keadaan dilapangan agar peneliti memperoleh

gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.

Observasi ini dilakukan secara langsung dengan mendatangi ketempat

penelitian untuk mendapatkan data yang akurat di Desa Wana, Kecamatan

Melinting, Kabupaten Lampung Timur.

3.6.3. Dokumentasi

Menurut Koestoro (2006:142) metode ini merupakan suatu cara

pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data

yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.

Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu peneliti berusaha untuk

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-

arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian.

26

3.6.4 Kepustakaan

Kepustakaan juga dilakukan peneliti dengan cara pengumpulan data dan

informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang

perpustakaan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.7. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif

karena data yang diperoleh bukan berupa angka-angka sehingga tidak dapat

diuji secara statistik. Selain itu analisis data kualitatif yang dapat

memberikan penjelasan yang nyata dalam kehidupan kita sesuai dengan hal

yang akan di teliti. Jadi dalam penelitian ini peneliti menganalisis data

secara kualitatif, yang menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil

penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban terhadap

permasalahan yang diteliti sehingga data yang diperoleh dapat dipahami

oleh pembaca. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu.

3.7.1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dituangkan dalam bentuk

laporan, fungsi dari reduksi data ini adalah menajamkan, mengarahkan, dan

membuang yang tidak perlu serta memilih hal-hal pokok yang sesuai

dengan fokus penelitian sehingga dapat diverifikasikan dan memperoleh

kesimpulan.. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang

27

lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk

mengolah hasil data tersebut.

3.7.2. Data Display (Penyajian Data)

Display atau penyajian data , penyajian data digunakan untuk melihat

gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Peneliti

harus membuatnya dalam suatu bentuk naratif, jadi dengan mendisplaykan

data, akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami dan apa yang terjadi.

3.7.3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Pada tahap ini penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan

melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan

sehingga data yang ada dapat teruji kebenarannya. Dalam analisis hasil

penelitian ini, penelitian melakukan penyimpulan dengan cara menjelaskan

setiap bagian-bagian penting dari setiap pembahasan dari hasil penelitian

yang ditemukan di lapangan.

28

REFERENSI

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta.Fajar Agung.

Halaman 32.

Surachmad, Winarno. 1978. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi

Ilmiah. Bandung: Tarsito. Halaman 121.

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar- Dasar Hermeneutika : Antara Intensionalisme dan

Gadamerian. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Halaman 29.

Rohman, Saifur. 2013. Hermeneutik : Panduan ke Arah Desain Penelitian

dan Analisis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 18.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta. Halaman 38.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 91.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. Halaman 83.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: PT Bumi Aksara.

Halaman 15.

Koestoro, Budi dan H.M Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan

Pendidikan. Surabaya: Yayasan Kompusiana. Halaman 159.

Burngin, Burhan. 2007. Analisis Data penelitian Kualitatif.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 54.

Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 80.

Usman, Husaini dan Purnomo. 2009. Metodologi Penelitian Sosial- edisi kedua.

Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 57.

Koestoro, Budi dan H.M Basrowi. op. cit. Halaman 144.

Ibid., Halaman 142.

119

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

disimpulkan bahwa makna pada simbol gerak Tari Melinting pada

masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa Wana Kecamatan Melinting

Kabupaten Lampung Timur, yaitu:

1. Masyarakat Lampung Saibatin di Desa Wana sangat menjunjung tinggi

adat istiadat atau tradisi yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,

sehingga mereka selalu bersikap hati-hati, cermat dan teliti dalam

bertindak, karena segala bentuk aktivitas dan tindakan yang dilakukan

dibatasi oleh aturan adat. Selain itu bersikap hati-hati, cermat dan teliti

juga merupakan upaya dalam menjaga juluk adok yang disandangnya.

2. Makna pada simbol gerak Tari Melinting pada masyarakat adat

Lampung Saibatin di Desa Wana Kecamatan Melinting juga

menggambarkan etika atau budi pekerti dan harga diri yang dimiliki

oleh orang Lampung. Hal tersebut terlihat dari kesadaran perbuatan atau

tingkah laku yang digambarkan dalam gerakan Tari Melinting, seperti

gerakan pada penari pria yang secara umum menggambarkan bahwa

seorang laki-laki dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki

sebuah prinsip dimana segala sesuatu yang menyangkut harga diri,

120

perilaku dan sikap yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan

martabat secara pribadi maupun secara berkelompok senantiasa harus

dipertahankan. Orang Lampung dapat mempertaruhkan apa saja

termasuk nyawanya demi untuk mempertahankan pi`il pesenggirinya.

Selain itu kesadaran perbuatan dari seorang laki-laki Lampung juga

terlihat dari rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap keluarganya,

memiliki sikap pantang menyerah dalam mencari rezeki atau nafkah,

pandai dalam pergaulan ditengah masyarakat (nengah nyeppur) dan

bersikap terbuka tidak menutup diri bagi siapa saja (nemui nyimah).

Begitupun gerakan penari wanita yang menggambarkan sebuah

kesadaran dalam perbuatan seperti sikapnya yang lemah lembut dan

memahami nilai-nilai kewanitaan untuk menjaga kehormatannya,

seperti mengurus rumah tangga, berhati-hati dalam pergaulan dan saling

tolong-menolong (sakai sambayan) membantu keluarganya ketika

dalam keadaan sulit. Gerakan yang dilakukan oleh penari pria dan

wanita dalam Tari Melinting yang berkaitan dengan etika atau budi

pekerti juga terlihat pada sikap santun, bermurah hati, serta ramah

tamah terhadap semua pihak yang datang atau berkunjung ke daerah

Lampung.

5.2. Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul simbol

dan makna Tari Melinting pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Desa

121

Wana Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur, ada beberapa

saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya:

1. Seiring perkembangan jaman yang semakin modern dan arus

Globalisasi yang cukup kuat diharapkan pada masyarakat Lampung

Saibatin di Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung

Timur, tidak meninggalkan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan

oleh Ratu Melinting sebagai identitas diri masyarakat Lampung

Saibatin.

2. Tari Melinting dulunya adalah tari upacara, artinya hanya dipentaskan

pada saat diadakannya acara adat dan hanya ditarikan oleh putra putri

keratuan saja, namun untuk saat ini Tari Melinting sudah berubah

fungsi menjadi tari penyambutan atas kedatangannya tamu agung dan

siapapun bisa menarikannya. Maka dari itu saya berpesan kepada

seluruh putra putri daerah Lampung mari kita perkenalkan Tari

Melinting ke kalangan yang lebih luas lagi, dengan cara mementaskan

Tari Melinting saat diadakannya acara-acara besar ataupun acara resmi

sebagai tari penyambutan. Karena yang dikenal oleh masyarakat

lampung secara luas hanyalah Tari Sigeh Pengunten sebagai tari

penyambutan padahal kita punya Tari Melinting.

3. Adanya nilai-nilai moral yang terkandung dalam Tari Melinting ini

diharapkan para tokoh-tokoh adat Lampung atau punyimbang adat,

tokoh masyarakat dan para seniman dapat terus memahami dan berbagi

informasi serta pemahaman tentang Tari Melinting khususnya makna

yang terkandung di dalammya kepada seluruh masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Lampung. 2014.

Koleksi Etnis Tentang Lampung. Bandar Lampung.

Burngin, Burhan. 2007. Analisis Data penelitian Kualitatif.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dewi, Resi Septiana. 2012. Keanekaragaman Seni Tari Nusantara. PT Balai

Pustaka.

Haryanto, Sindung. 2013. Dunia Simbol Orang Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Herusatoto, Budiono. 2005. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita Graha Widia.

Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Idil Ratu, M Sultan . 2012. Mengenal dari Dekat Tari Daerah Lampung. Bandar

Lampung: Bukit Ilmu.

Jazuli, M. 2008. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari.

Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koestoro, Budi dan H.M Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan

Pendidikan. Surabaya: Yayasan Kompusiana.

Maram, Rafael Raga. 2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta: Rinieka Cipta.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: PT Bumi Aksara.

Mulyani, Novi. 2016. Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava

Media.

Mustika, I Wayan. 2011. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung.

Lampung: Buana Cipta.

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar- Dasar Hermeneutika : Antara Intensionalisme dan

Gadamerian. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Rohman, Saifur. 2013. Hermeneutik : Panduan ke Arah Desain Penelitian

dan Analisis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.

Setiawati, Rahmida dkk. 2008. Seni Tari Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan.

Sitorus, M dkk. 1996. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Masyarakat

Lampung. Bandar Lampung: Arian Jaya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sumaryono. 2013. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kansius.

Surachmad, Winarno. 1978. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi

Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Suwarno. 2012. Teori Sosiologi Pemikiran Awal. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Usman, Husaini dan Purnomo. 2009. Metodologi Penelitian Sosial- edisi kedua.

Jakarta: Bumi Aksara.

Yetti, E. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Tari

Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Seni & Budaya

Panggung. Vol. 22, No.2. Hal 213 – 224. Universitas Negeri Jakarta.

https://simlitmas.isbi.ac.id/ejurnal/index.php/panggung/article/download/63/

63. diakses pada tanggal 25 Agustus 2018 pukul 20.00 WIB.

Wawancara :

Rizal Ismail. Di Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung

Kabupaten Lampung Timur. 5 Januari 2018. Jumat. Pukul 14.45 WIB.

Iskandar Zulkarnaen. Di Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten

Lampung Timur. 7 Januari 2018. Minggu. Pukul 10.00 WIB.

Hasan Basrie. Di Desa Wana Kecamatan Melinting Kabupaten

Lampung Timur. 13 Januari 2018. Sabtu. Pukul 11.30 WIB.

Zakaria. Di Desa Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

Lampung Timur.13 Januari 2018. Sabtu. Pukul 16.00 WIB.