sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung … · scanning electron microscope (sem). ... jagung...

68
SINTESIS NANOSELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN HIDROLISIS KIMIA DAN HOMOGENISASI SKRIPSI NICHE EVANDANI F24080050 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: trankhanh

Post on 08-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

SINTESIS NANOSELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN HIDROLISIS KIMIA DAN

HOMOGENISASI

SKRIPSI

NICHE EVANDANI F24080050

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2012

SYNTHESIS NANOCELLULOSE FROM CORN COBS WITH CHEMICAL HYDROLYSIS AND HOMOGENIZATION TREATMENT

Niche Evandani1, Hanifah Nuryani Lioe1, Sri Yuliani2.

1Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia.

2Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu, PO BOX 16114, Bogor, West Java Indonesia.

Phone: +62 856 2453 5081, E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Corn cobs has a high potency to be used as a source of raw materials for nanocellulose synthesis.The objective of this research is to synthesize nanocellulose from corn cobs with chemical hydrolysis and homogenization treatment. Alkali treatment,bleaching treatment, acid treatment and homogenization treatment on the corn cobs are effective in the depolymerization and defibrillation of the fibre to produce nanocellulose. This research consists of four main steps those are pre-elliminary research, chemical analysis, synthesize nanocellulose, and final product characterization.Parameters thatwillbe tested aretheconcentration ofNaOH(2%, 4%, and 8%), and the time ofhomogenization (2 hours, 3 hours, and 4 hours). The results show that the concentration of NaOH affect the level of cellulose and lignin final product.The bestconcentration ofNaOH needed to isolatecelluloseis 2%. Futhermore, the concentration of NaOH also affected the color and suspension of the final product. Final product with 8% NaOH treatment had the brightest color and the most stable suspension, while the homogenization time did not affect the colorand can not be seen the effect to the suspension formation of the final product . ScanningElectronMicrocope(SEM) results showed thatthechemical hydrolysis and mechanical treatmenthad successfully isolated thecelluloseandits sizehad reachedbelow 100nm, but stillin small amounts. Cellulose that was observed withSEM had an averagesize of80-270nmdiameter.

Keywords : nanocellulose, corn cobs, NaOH, homogenization, SEM.

ii  

NICHE EVANDANI. F24080050. Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi. Di bawah bimbingan Hanifah Nuryani Lioe dan Sri Yuliani. 2012.

RINGKASAN

Selulosa merupakan salah satu polimer alam yang paling banyak dimanfatkan dalam industri. Selulosa dengan bantuan nanoteknologi dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa. Nanoselulosa memiliki sifat-sifat yang khas seperti sangat kuat, rasio permukaan terhadap volume yang besar, kemampuan mengikat air yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, jaringan yang halus, dan sangat porous. Sifat-sifat tersebut membuat nanoselulosa merupakan bahan yang sangat menjanjikan untuk industri komposit, kemasan pangan, bahan otomotif, pulp dan kertas, dsb (Subyakto et al. 2009)

Tujuan utama dari penelitian ini adalah sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan menggunakan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi NaOH dan proses homogenisasi yang terbaik untuk sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi.Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memanfaatkan limbah pertanian (tongkol jagung) menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa.

Metode penelitian yang digunakan merupakan campuran perlakuan kimia dan mekanik. Secara garis besar terdapat 4 tahapan perlakuan dalam medote sintesis nanoselulosa yang digunakan yaitu, hidrolisis basa, bleaching, hidrolisis asam dan homogenisasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dan 2 ulangan. Faktor yang akan diuji pengaruhnya yaitu konsentrasi NaOH dengan 3 taraf: 2%, 4%, dan 8%, serta waktu homogenisasi dengan 3 taraf: 2 jam, 3 jam, dan 4 jam.

Pada penelitian pendahuluan telah dilakukan dua kali trial and error. Berdasarkan penelitian pendahuluan diketahui bahwa metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah mampu mengisolasi selulosa dengan diameter dibawah 500 nm. Selain itu, diketahui juga bahwa waktu dan kecepatan homogenisasi mempengaruhi proses sintesis nanoselulosa.

Bahan baku penelitian ini adalah tepung tongkol jagung yang telah lolos saringan 100 mesh. Komposisi kimia tepung tongkol jagung berdasarkan hasil analisis proksimat adalah kadar air 8,94% (bk), kadar abu 2,42% (bk), kadar lemak 4,86% (bk), kadar protein 0,57% (bk), kadar karbohidrat (by differene) 83,21% (bk), dan kadar selulosa 57,38 % (bk), dan kadar lignin 9,88 % (bk). Kadar selulosa yang tinggi pada tongkol jagung menunjukkan bahwa tongkol jagung berpotensial tinggi untuk dijadikan sumber bahan baku sintesis nanoselulosa.

Parameter produk akhir yang diukur pada penelitian ini mencakup karakteristik kimia, fisik, dan mikrostruktural produk akhir sintesis nanoselulosa. Karakteristik kimia yang diukur adalah kadar selulosa dan lignin produk akhir. Karakteristik fisik yang diukur adalah parameter warna dan pembentukan suspensi produk akhir. Karakteristik mikrostruktural yang diukur adalah pengamatan mikrostruktural produk akhir dengan menggunakan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microscope (SEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH pada tahapan hidrolisis basa mempengaruhi kadar selulosa dan lignin produk akhir. Konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya adalah 2% . Produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% kadar selulosanya mencapai 77,17% dan kadar lignin yang tersisa tinggal 6,32%.

Berdasarkan karakterisasi sifat fisik produk akhir sintesis nanoselulosa, didapatkan hasil bahwa perbedaan konsentrasi NaOH (faktor perlakuan kimia) berpengaruh terhadap warna dan suspensi produk akhir. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna yang paling cerah dan suspensi yang paling stabil. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna putih kekuningan dan fase padat terdispersi sempurna pada suspensinya (tidak ada endapan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa waktu homogenisasi (perlakuan mekanik) tidak berpengaruh

iii  

terhadap warna produk akhir. Waktu homogenisasi juga tidak dapat dilihat pengaruhnya pada proses pembentukan suspensi jika hanya fisiknya yang diamati secara langsung.

Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microcope (SEM) menunjukkan bahwa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah berhasil menguraikan sebagian fibril-fibril selulosa yang masih menyatu dalam bentuk mikrofibril selulosa. Metode yang digunakan pada penelitian ini juga telah berhasil mengisolasi selulosa dan ukurannya telah mencapai lebih kecil dari 100 nm, namun masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Selulosa yang diamati dengan dengan SEM diamaternya berkisaran 80-270 nm.

iv  

SINTESIS NANOSELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN HIDROLISIS KIMIA DAN

HOMOGENISASI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh NICHE EVANDANI

F24080050

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

v  

Judul Skripsi : Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi

Nama : Niche Evandani NIM : F24080050

Menyetujui, Pembimbing I,

(Dr. Ir. Hanifah Nuryani Lioe, M.Si) NIP 19680809 199702 2 001

Pembimbing II,

(Dr. Sri Yuliani, MT) NIP 19690701 199403 2 003

Mengetahui:

Ketua Departemen (Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc) NIP 19680526 199309 2 004

Tanggal lulus : 5 September 2012

vi  

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Sintesis

Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 25 September 2012 Yang membuat pernyataan

Niche Evandani F24080050

vii  

©Hak cipta milik Niche Evandani, tahun 2012 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor dan Balai

Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

viii  

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Juni 1990 di Cianjur, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Yohanes Sugandi dan Erliana Purba. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Sukamanah Cianjur (1996-2002), SMP Negeri 1 Cianjur (2002-2005), dan SMA Negeri 1 Cianjur (2005-2008). Penulis kemudian melanjutkan studi di tingkat perguruan tinggi ke Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Major Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis aktif di

berbagai kepanitiaan, seperti bendahara Gebyar Sosial Fateta tahun 2009, anggota divisi logistik dan transportasi pada acara IFOODEX (Indonesian Food Expo) tahun 2009, anggota divisi kesekretariatan pada acara LCTIP XVIII(Lomba Cepat Tepat Pangan )tahun 2010, anggota divisi dana dan usaha pada IAC (IPB Art Contest) tahun 2010. Pada tahun 2009-2010 penulis aktif menjadi asisten praktikum fisika Tingkat Persiapan Bersama IPB. Penulis juga mendapat hibah Progran Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2012 yang diselenggarakan DIKTI. Pada tahun 2010-2011 penulis terpilih sebagai penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) yang diberikan oleh DIKTI, dan pada tahun 2011-2012 penulis terpilih sebagai penerima beasiswa dari Yayasan Goodwill Internasional yang disponsori oleh BIS-PTA (British International School Parent Teacher Association). Penulis melakukan magang penelitian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor dengan judul “Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi” di bawah bimbingan Dr. Ir. Hanifah Nuryani Lioe, M.Si dan Dr. Sri Yuliani, MT.

ix  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pangan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang berjudul “Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi” ini disusun berdasarkan magang penelitian yang dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Bogor.

Selama kegiatan perkuliahan, magang penelitian, penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada :

1. Keluarga terkasih : Yohanes Sugandi dan Erlianna Purba selaku orang tua, Nicho Afiandi

dan Nichi Firani yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan dukungan moril maupun materi kepada penulis.

2. Ibu Dr.Ir Hanifah Nuryani Lioe, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dengan sabar, memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

3. Ibu Sri Yuliani, MT selaku dosen pembimbing akademik kedua yang telah memberikan dana dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang penelitian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Bogor, juga atas kesediaan dan kesabarannya untuk membimbing, memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu atas seluruh ilmu, masukan, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis

6. Pak Tri, Pak Danu, Pak Marman, Bu citra dan segenap staff serta teknisi Balai Besar Penelitian dan Pengembagan Pascapanen Pertanian Bogor atas bantuan, saran dan motivasi yang diberikan selama penulis melakukan kegiatan magang penelitian.

7. Keluarga besar Yayasan Goodwill Internasional yang telah memberikan bantuan dana, ilmu, motivasi, dan pengalaman berharga selama penulis mengikuti kegiatan Goodwill Leadership Training.

8. Sahabat satu bimbingan Fitrina dan Kornelia atas kesediannya berbagi pikiran, semangat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

9. Ferdi, Mumun,Uni, Tiur, Yuli, Dea, Stefani dan Jessyln yang selalu membuat hari-hari penuh dengan canda tawa dan semangat.

10. Keluarga besar ITP 45 atas kebersamaan dan kekeluargaan, serta berbagai pengalaman berharga yang membuat saat-saat perkuliahan menjadi begitu berkesan.

11. Para Staf UPT ITP : Bu Novi, Mbak Anie, Mbak Darsi. Terima kasih atas bantuan dan kesabarannya dalam mengurus masalah administrasi penulis.

12. Para Staf PITP dan LSI yang selalu membantu penulis dalam mencari berbagai pustaka baik yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini maupun selama kegiatan perkuliahan.

x  

Penulis meyakini bahwa masih banyak pihak-pihak yang belum disebutkan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi memperbaiki penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan berguna bagi semua pihak. Terima kasih.

Bogor, September 2012

Niche Evandani

xi  

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN ..................................................................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ x DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................................... xvi I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1 B. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 2 C. Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 3 A. Nanoteknologi .................................................................................................................. 3 B. Limbah Lignoselulosa....................................................................................................... 4 C. Selulosa ............................................................................................................................. 5 D. Hemiselulosa..................................................................................................................... 6 E. Lignin ................................................................................................................................ 7 F. Nanoselulosa ..................................................................................................................... 8 G. Metode Sintesis Nanoselulosa .......................................................................................... 9

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat ................................................................................................................. 11 B. Metodologi Penelitian ....................................................................................................... 11

1. Persiapan Bahan Baku ............................................................................................... 11 2. Penelitian Pendahuluan .............................................................................................. 11 3. Penelitian Utama........................................................................................................ 14

a. Sintesis Nanoselulosa ........................................................................................ 14 b. Analisis Kimia .................................................................................................... 16

1. Analisis Kadar Air ....................................................................................... 16 2. Analisis Kadar Abu ..................................................................................... 16 3. Analisis Kadar Protein ................................................................................. 16 4. Analisis Kadar Lemak ................................................................................. 17 5. Analisis Kadar Karbohidrat (by difference) ................................................. 17 6. Analisis Kadar ADF ................................................................................... 17 7. Analisis Kadar Selulosa ............................................................................... 18 8. Analisis Kadar Lignin ................................................................................. 18

c. Karakterisasi Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa ............................................ 19 1. Karakterisasi Kimia Produk ........................................................................ 19 2. Karakterisasi Fisik Produk ......................................................................... 19

2.1 Parameter Warna ................................................................................. 19 2.2 Parameter Pembentukan Suspensi ....................................................... 20

xii  

3. Karakterisasi Mikrostruktural Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa ........... 20 3.1 Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya .................. 20 3.2 Karaktererisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron

Microscope (SEM) .............................................................................. 20 d. Analisis Statistik ................................................................................................. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 22 A. Penelitian Pendahuluan ..................................................................................................... 22 B. Penelitian Utama ............................................................................................................... 25

1. Komposisi Kimia Tepung Tongkol Jagung ............................................................... 25 2. Karakterisasi Kimia Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa ......................................... 26 3. Karakterisasi Fisik Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa ........................................... 28

a. Parameter Warna ................................................................................................ 28 b. Parameter Pembentukan Suspensi ...................................................................... 29

4. Karakterisasi Mikrostruktural Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa ......................... 31 a. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya ................................. 31 b. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron Microscope .............. 32

V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................................... 36 VI. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 38 VII. LAMPIRAN ............................................................................................................................. 41

xiii  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Aplikasi nanoteknologi dalam pengemasan .......................................................................... 3 Tabel 2. Aplikasi nanoteknologi dalam bidang pangan ...................................................................... 4 Tabel 3. Komposisi kimia limbah jagung ........................................................................................... 5 Tabel 4. Warna sampel berdasarkan nilai Hue .................................................................................... 19 Tabel 5. Komposisi kimia tepung tongkol jagung ............................................................................... 25 Tabel 6. Hasil pengukuran atribut warna produk akhir sintesis nanoselulosa ..................................... 28

xiv  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi susunan komponen dinding sel tanaman ............................................................. 6 Gambar 2.Struktur hemiselulosa ......................................................................................................... 7 Gambar 3. Struktur lignin.................................................................................................................... 7 Gambar 4. Nanoselulosa dari ampas tebu ........................................................................................... 8 Gambar 5. Nanoselulosa dari daun nanas ........................................................................................... 9 Gambar 6. Diagram alir metode trial-error I ...................................................................................... 12 Gambar 7. Diagram alir metode trial-error II ..................................................................................... 13 Gambar 8. Diagram alir merode sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung ............................ 15 Gambar 9. Bahan baku dan bahan setengah jadi dalam proses sintesis nanoselulosa dari tepung

tongkol jagung ................................................................................................................. 22 Gambar 10. Tepung tongkol jagung pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop

cahaya .............................................................................................................................. 23 Gambar 11. Selulosa pada produk akhir trial-error I sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400

kali dengan mikroskop cahaya ........................................................................................ 23 Gambar 12. Selulosa pada produk akhir trial-error II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400

kali dengan menggunakan mikroskop cahaya ................................................................. 24 Gambar 13. Selulosa pada produk akhir trial-error II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 100

kali dengan menggunakan mikroskop cahaya ................................................................. 24 Gambar 14. Grafik batang perbandingan kadar selulosa dan lignin antar produk akhir dengan

berbagai perlakuan konsentrasi NaOH ............................................................................ 26 Gambar 15. Perbandingan warna produk akhir sintesis nanoselulosa ................................................ 28 Gambar 16. Perbandingan pembentukan suspensi pada produk akhir sintesis nanoselulosa ............. 29 Gambar 17. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan

menggunakan mikroskop cahaya ..................................................................................... 31 Gambar 18. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan konsentrasi NaOH 2% dan

waktu homogenisasi 4 jam .............................................................................................. 32 Gambar 19. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan konsentrasi NaOH 4% dan

waktu homogenisasi 4 jam .............................................................................................. 33 Gambar 20. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan konsentrasi NaOH 2% dan

waktu homogenisasi 4 jam .............................................................................................. 34

xv  

xvi  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis kimia tepung tongkol jagung .................................................................... 42 Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk akhir dengan Chromatometer Minolta 300 ................. 43 Lampiran 3. Hasil analisis ragam dan uji Duncan atribut warna produk akhir sintesis nanoselulosa . 46 Lampiran 4. Hasil analisis ADF, selulosa dan lignin produk akhir sintesis nanoselulosa ................... 48 Lampiran 5. Hasil analisis ragam selulosa produk akhir sintesis nanoselulosa ................................... 49 Lampiran 6. Hasil analisis ragam lignin produk akhir sintesis nanoselulosa ...................................... 50 Lampiran 7. Gambar instrumen Scanning Electron Microscope ........................................................ 51 Lampiran 8. Gambar Ion Coater ......................................................................................................... 51 Lampiran 9. Gambar sampel yang telah dipreparasi dan dilapis dengan emas sebelum diamati dengan

Scanning Electron Microscope (SEM) ......................................................................... 52 Lampiran 10. Gambar Ultra-turraxuntuk proses homogenisasi .......................................................... 52

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nanoteknologi dianggap sebagai sebuah evolusi dari ilmu pengetahuan karena memberikan banyak keuntungan dan kemudahan. Menurut Sekhon (2010), nanoteknologi adalah teknologi yang melibatkan atom dan molekul dengan ukuran lebih kecil dari 100 nanometer, namun beberapa pakar mengusulkan pelebaran skala dari 100 nm menjadi 300 nm sehingga yang disebut nanoteknologi adalah benda yang ukuran materialnya kurang dari 300 nm (Winarno dan Fernandez 2010). Nanoteknologi telah banyak dikembangkan dalam berbagai macam industri termasuk industri pangan. Dalam bidang pangan nanoteknologi bisa digunakan untuk pengembangan kemasan pangan, nanoenkapsulasi, nanoemulsi, nanopartikel dan sebagainya (Sekhon 2010).

Nanoteknologi memiliki potensial besar untuk menghasilkan kemasan baru. Salah satu aplikasinya adalah nanokomposit pada kemasan. Nanokomposit dapat dilakukan dengan cara menyisipkan partikel nano (nanofiller) ke dalam matriks. Nanopartikel yang biasa digunakan untuk nanokomposit diantaranya adalah carbon nanotube, selulosa, silika, dan kitin (Azeredo 2009). Nanokomposit umumnya digunakan untuk memperbaiki sifat mekanik dan kemampuan perlindungan (barrier properties) kemasan (Azeredo 2009).

Selulosa merupakan salah satu polimer alam yang paling banyak dimanfatkan dalam industri, dengan bantuan teknologi nano selulosa dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa. Nanoselulosa merupakan selulosa berukuran nano yang memiliki sifat-sifat khas seperti sangat kuat, rasio permukaan terhadap volume yang besar, kemampuan mengikat air yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, jaringan yang halus, dan sangat porous. Sifat-sifat tersebut membuat nanoselulosa menjadi bahan yang sangat menjanjikan untuk industri komposit, kemasan pangan, bahan otomotif, pulp dan kertas dan sebagainya (Subyakto et al. 2009). Nanoselulosa tersebut biasa disintesis dari tanaman yang banyak mengandung serat.

Terdapat banyak bahan baku di alam yang memiliki potensi tinggi sebagai sumber serat dari tumbuhan non-kayu, misalnya sisal, kapas dan flax (Akin 2011). Selain tumbuhan non-kayu, limbah pertanian juga memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber serat. Tongkol jagung, jerami, sekam, dedaunan, dan kulit kacang-kacangan merupakan limbah pertanian yang memiliki potensi tinggi untuk dimanfatkan kembali menjadi produk baru bernilai ekonomi tinggi. Limbah-limbah pertanian tersebut tergolong ke dalam limbah lignoselulosa. Limbah lignoselulosa adalah limbah yang mengandung selulosa, hemiselulola dan lignin (Richana dan Suarni 2004).

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa kompleks selulosa, hemiselulosa dan lignin. Produksi jagung di Indonesia cukup melimpah. Banyak daerah di Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi jagung, antara lain Madura, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan lain-lain. Produksi jagung di Indonesia

1  

pada tahun 2011 mencapai 17,39 ton pipilan kering (BPS 2011). Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung. Pemanfaatan limbah merupakan salah satu alternatif untuk menaikkan nilai ekonomi dari limbah tersebut,untuk itulah dalam penelitian ini limbah pertanian tongkol jagung akan dimanfaatkan menjadi bahan sumber sintesis nanoselulosa sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan nilai tambah limbah pertanian.

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan untuk mengisolasi selulosa dan sintesis nanoselulosa dari limbah pertanian dengan berbagai macam metode. Limbah pertanian yang banyak digunakan adalah jerami (Khaushik dan Sigh 2011 ), daun pisang (Cherian et al. 2008), dan daun nanas (Cherian et al. 2010). Dari beberapa penelitian tersebut diketahui bahwa metode kimia-mekanik terbukti efektif untuk mengisolasi selulosa dan mereduksi ukurannya menjadi nanoselulosa. Prinsip dari proses sintesis nanoselulosa adalah isolasi selulosa dengan cara menghidrolisis hemiselulosa dan mendelignifikasi lignin dengan larutan basa (NaOH atau KOH), proses bleaching, menguraikan fibril-fibril selulosa yang masih menyatu dalam bentuk mikrofibril selulosa dengan hidrolisis asam (HCl atau H2SO4), dan bantuan perlakuan mekanik, contohnya homogenisasi (Cherian et al. 2010) . Konsentrasi NaOH yang digunakan termasuk faktor penting karena sangat berpengaruh terhadap jumlah selulosa yang berhasil diisolasi, begitu juga dengan proses homogenisasi yang mempengaruhi proses reduksi ukuran selulosa menjadi nanoselulosa. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi NaOH dan proses homogenisasi yang terbaik untuk sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan menggunakan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : 1. Menentukan konsentrasi bahan penghidrolisis yang terbaik untuk proses sintesis

nanoselulosa. 2. Menentukan perlakuan mekanik yang terbaik untuk proses sintesis nanoselulosa 3. Karakterisasi kimia, fisik, dan mikrostruktural produk akhir sintesis nanoselulosa.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memanfaatkan limbah pertanian (tongkol jagung) menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa.

2  

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Nanoteknologi

Kata nano berarti benda-benda yang berukuran sangat kecil dengan ukuran sepermiliar meter (10-9 m) (Winarno dan Fernandez 2010). Menurut Sekhon (2010), nanoteknologi adalah teknologi yang melibatkan atom dan molekul dengan ukuran lebih kecil dari 100 nanometer, namun beberapa pakar mengusulkan pelebaran skala dari 100 nm menjadi 300 nm sehingga yang disebut nanoteknologi adalah benda yang ukuran materialnya kurang dari 300 nm (Winarno dan Fernandez 2010). Adapun Winarno dan Fernandez (2010) mendefinisikan nanoteknologi sebagai kegiatan yang meliputidesign, produksi dan pemanfaatan struktur, peralatan sistem dan material dengan cara pengendalian ukuran dan bentuk material pada skala atom dan molekul.

Nanoteknologi dianggap sebagai sebuah evolusi dari ilmu pengetahuan karena memberikan banyak keuntungan dan kemudahan. Wacana nanoteknologi telah masuk ke Indonesia pada awal tahun 2000 dan telah banyak dikembangkan sejak 3 tahun ke belakang. Nanoteknologi telah banyak dikembangkan dalam berbagai macam industri termasuk industri pangan, dalam bidang pangan nanoteknologi bisa digunakan untuk pengembangan kemasan pangan, nanoenkapsulasi, nanoemulsi, nanopartikel dan sebagainya. Nanoteknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan pangan disebut dengan nanofood (Winarno dan Fernandez 2010).Adapun aplikasi nanoteknologi dalam kemasan pangan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan aplikasi nanoteknologi pada bidang pangan lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Aplikasi nanoteknologi dalam pengemasan Aplikasi Penjelasan Nanocomposites Menggabungkan nanomaterial ke dalam kemasan untuk

meningkatkan daya tahan, kemampuan menghalangi dan biodegradasi.

Nano-coatings Menggabungkan nanomaterial ke dalam permukaan kemasan khususnya untuk meningkatkan kemampuan menghalangi/melindungi makanan dari senyawa asing yang tidak diinginkan.

Surface Biocides Menggabungkan nanomaterial dan senyawa antimikroba ke dalam permukaan kemasan.

Active Packaging Menggabungkan nanomaterial, antimikroba, dan bahan lain (misalnya antioksidan) yang secara perlahan akan dilepaskan.

Intelligent Packaging Menggabungkan nanosensor untuk mengawasi dan melaporkan kondisi makanan.

Sumber : Bradley et al. 2011

3  

Tabel 2. Aplikasi nanoteknologi dalam bidang pangan

No Sub-bidang Aplikasi 1 Pertanian • Molekul tunggal pendeteksi untuk menentukan

interaksi enzim dan substrat • Nanokapsul untuk mengirimkan pestisida,

pupuk, dan bahan lainnya agar lebih efisien • Nanochips untuk identitas pelestarian • Nanosensor untuk deteksi hewan dan tanaman

patogen • Nanokapsul untuk mengirimkan vaksin • Nanopartikel untuk mengirimkan DNA ke

tanaman (target rekayasa genetika) 2 Pengolahan

pangan • Nanoenkapsulasi flavor • Nanotube dan nanopartikel sebagai penggumpal

dan agen viskositas • Nanoemulsi dan partikel untuk ketersediaan dan

penyerapan nutrisi yang lebih baik 3 Suplemen • Tepung berukuran nano untuk meningkatkan

absors dari nutrisi • Nanokristal selulosa sebagai pengangkut obat • Vitamin dalam bentuk spary yang

menyebarluaskan molekul dalam nanodroplet untuk penyerapan lebih baik.

Sumber : Winarno dan Fernandez (2010)

B. Limbah Lignoselulosa

Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang tidak dipergunakan kembali dan merupakan hasil dari aktivitas manusia atau proses-proses alam yang mempunyai nilai ekonomi sangat rendah. Tongkol jagung, jerami, dedaunan, dan kulit kacang-kacangan merupakan limbah pertanian yang memiliki potensi tinggi untuk dimanfatkan kembali menjadi produk baru bernilai ekonomi tinggi karena keberadaannya yang melimpah di Indonesia. Limbah-limbah pertanian tersebut tergolong ke dalam limbah lignoselulosa. Limbah lignoselulosa adalah limbah yang mengandung selulosa, hemiselulola dan lignin (Richana dan Suarni 2004).

Penelitian tentang limbah lignoselulosa sudah cukup banyak dilakukan. Rata-rata limbah lignoselulosa tersebut diolah kembali menjadi bioetanol dengan teknologi BBN (Bahan Bakar Nabati) yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai biomassa baru (Sari dkk 2008) . Selain sebagai sumber biomassa, limbah lignoselulosa juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk sintesis nanoselulosa. Saat ini, penelitian tentang nanoselulosa

4  

sangat prospektif untuk dikembangkan. Di luar negeri telah dilakukan beberapa penelitian yang mencoba memanfaatkan jerami (Kaushik dan Sigh 2011), sekam (Johar et al.2012), dan kulit kacang kedelai(Alemdar dan Sain 2008) sebagai bahan baku untuk pembuatan nanoselulosa.

Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia . Banyak daerah di Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi jagung, antara lain Madura, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dll. Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 17,39 ton pipilan kering (BPS 2011). Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung.Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar yang terdiri dari senyawa kompleks selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komposisi kimia limbah jagung dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Kimia Limbah Jagung

Komponen Tongkol Jagung

Air (%) 7.68

Serat (%) 38.99 (crude fiber)

Selulosa (%) 19.49

Xilan (%) 12.4

Lignin (%) 9.1

Sumber : Richana dan Suarni (2004)

C. Selulosa

Selulosa merupakan polisakarida yang kandungannya paling tinggi dalam dinding sel tanaman. Struktur kimia selulosa berupa rantai yang tidak bercabang dan tersusun atas satuan β-D-gluko-piranosa dengan ikatan glikosida 1,4. Analisis sinar-X membuktikan bahwa selulosa berupa rantai-rantai panjang sejajar yang terikat menjadi satu oleh ikatan hidrogen. Hal ini yang menyebabkan selulosa berbentuk serat-serat panjang (Sumardjo 2009). Struktur kimia selulosa terdiri dari unsur C, O, H yang membentuk rumus molekul (C6H10O5)n.

Selulosa yang terdiri dari ribuan unit glukosa dapat saling terhubung dan membentuk struktur kristal yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen sehingga memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Satu fibril selulosa pada dinding sel tanaman memiliki ukuran diameter 2-20 nm dan panjangnya 100-400 nm (Akin 2010). Satu fibril selulosa saling berikatan membentuk mikrofibril dan kemudian membentuk serat, ilustrasi susunan komponen dinding sel tanaman dapat dilihat pada Gambar 1. Reaktivitas dan sifat selulosa sangat dipengaruhi oleh gugus hidroksilnya (OH), gugus -OH tersebut dapat berinteraksi dengan gugus –S, -O, dan –N membentuk ikatan hidrogen. Adapun gugus -OH pada selulosa juga dapat berikatan dengan gugus –H pada air sehingga membuat selulosa bersifat hidrofilik(Plaket 2011).

5  

Selulosa terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu α-selulosa, β-selulosa, dan γ-selulosa berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutannya dalam larutan NaOH. α-selulosa adalah bagian selulosa yang tidak larut dalam larutan alkali kuat (NaOH). β-selulosa adalah bagian selulosa yang larut dalam media alkali dan mengendap jika dinetralkan, sedangkan γ-selulosa adalah bagian selulosa yang larut dalam alkali dan tetap larut jika larutan dinetralkan. α-selulosa tersebut biasa digunakan sebagai penentu atau penduga dari tingkat kemurnian selulosa(Sumada dkk 2011).

Gambar 1. Ilustrasi susunan komponen dinding sel tanaman

D. Hemiselulosa

Hemiselulosa adalah polisakarida kedua terbanyak setelah selulosa. Selama ini hemiselulosa sudah dimanfaatkan oleh industri untuk memproduksi etanol, xylitol, dan 2,3-butanadiol. Hemiselulosa merupakan polimer karbohidrat yang heterogen dengan tulang punggung xylose yang menghubungkan glukosa, asam galaktosa dan manosa (Singh dan Harvey 2010). Polisakarida yang tergolong ke dalam hemiselulosa yaitu glukan (polimer dari monomer D-glukosa—C6H12O6), mannan (polimer dari manosa-- C6H12O6), galaktan (polimer dari galaktosa-- C6H12O6), arabinan (polmer dari arabinosa—C5H10O5) dan xylan (Akin 2010).

6  

Pada dinding sel tanaman, hemiselulosa terdapat pada matriks di middle lamela dan berfungsi sebagai perekat antar serat/mikrofibril selulosa (seperti pada gambar 1). Hemiselulosa memiliki bobot molekul yang lebih rendah dibandingkan selulosa dan bersifat tidak tahan terhadap perlakuan panas. Tidak seperti selulosa, polisakarida hemiselulosa bersifat amorf dan strukturnya kurang bercabang, sehingga potensi kelarutannya sangat berbeda. Hemiselulosa tersebut dapat dipisahkan dari selulosa dengan alkali karena ikatannya lemah sehingga mudah dihidrolisis (Placket 2011). Struktur molekul hemiselulosa dan penyusunnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur hemiselulosa

E. Lignin

Lignin merupakan sebuah polimer yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Dalam dinding sel tanaman, lignin berfungsi sebagai perekat dan melapisiselulosa dan hemiselulosa (seperti pada gambar 1) . Lignin yang melindungi selulosadah hemiselulosa tersebut bersifat tahan terhadap hidrolisis karena adanya ikatan arialkil dan ikatan ester (Soeprijanto 2010). Menurut Akin (2010) lignin merupakan komponen pada dinding sel yang sangat mempengaruhi kekuatan dan kekerasan dinding sel, serta daya tahan terhadap serangan mikroba patogen.

Reaktivitas lignin sangat dipengaruhi oleh gugus-gugus fungsi yang terdapat pada polimer lignin itu sendiri. Polimer lignin mengandung gugus metoksil, gugus hidroksil denol dan beberapa gugus aldehid pada rantai sampingnya. Gugus fungsi yang sangat mempengaruhi reaktifitas lignin adalah gugus hidroksil fenolik dan gugus karbonil(Hatakeyama H dan Hatakeyama T 2009). Struktur molekul lignin dan penyusunnya dapat dilihat pada Gambar 3. Dalam pengolahan pulp lignin sangat berpengaruh terhadap warna pulp karena oksidasi sruktur aromatik lignin akan menghasilkan warna coklat yang seringkali tidak diiginkan. Lignin tidak terhidrolisis dengan asam, tetapi larut dalam alkali panas (Bismark et al.. 2005)

7  

Gambar 3. Struktur lignin

F. Nanoselulosa

Nanoselulosa merupakan selulosa yang diameternya berukuran nano. Nanoselulosa berbeda dengan selulosa alami karena nanoselulosa memiliki sifat-sifat yang khas seperti sangat kuat, rasio permukaan terhadap volume yang besar, kemampuan mengikat air yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, jaringan yang halus, dan sangat porous. Berdasarkan metode sintesisnya nanoselulosa digolongkan menjadi tiga yaitu, Microfibrillated Cellulose (MFC)/Nanofibrillated Cellulose (NFC), Nanocristalline Cellulose (NCC), dan Bacterial Nanocellulose (BNC) (Klemn et al. 2011). MFC atau NFC disintesis dari pulp kayu yang kemudian mengalami proses pre-treatment (enzimatik, kimia, atau mekanik) dan proses homogenisasi, NCC disintesis dari pulp kayu yang kemudian mengalami proses grinding, hidrolisis asam dan separasi, sedangkan BNC disintesis dari gula atau alkohol dengan menggunakan bantuan mikroba, contohnya Gluconacetobacter (Bouchard 2012). Ukuran diameter MFC atau NFC biasanya berkisar antara 5-60 nm dengan panjang beberapa mikrometer, ukuran diameter NCC biasanya berkisar 5-70 nm dengan panjang 100-250 nm, sedangkan ukuran diameter BNC biasanya berkisar 20-100 nm (Klemn 2011).

Banyak penelitian yang telah mencoba untuk mensintesis nanoselulosa dari bahan baku sumber serat lain selain kayu, misalnya limbah pertanian. Limbah pertanian yang bisa digunakan sebagai bahan sumber sintesis nanoselulosa adalah jerami gandum, tongkol jagung, daun nanas, kulit kacang kedelai, ampas tebu dsb. Pada gambar 4 dapat dilihat nanoselulosa dari ampas tebu yang disintesis dengan metode kimia-mekanik (hidrolisis asam dan sentrifugasi), sedangkan pada gambar 5 dapat dilihat nanoselulosa dari daun nanas yang disintesis dengan metode kimia-mekanik (hidrolisis kimia dan steam explosion).

8  

Gambar 4. Nanoselulosa dari ampas tebu (hasil pengamatan dengan Scanning Electron Microscope)

Sumber : Mandal dan Chakrabarty (2011)

Gambar 5.Nanoselulosa dari daun nanas (hasil pengamatan dengan Transimission Electron Microscope)

Sumber: Cherian et al.. (2010)

Nanoselulosa bisa dimanfaatkan di berbagai bidang seperti pada industri kertas, industri kemasan, industri pangan dan industri farmasi. Pada industri kertas nanoselulosa bisa dimanfatkan sebagai bahan penguat kertas. Pada industri kemasan nanoselulosa bisa dimanfaatkan sebagai bahan penguat kemasan. Pada industri pangan nanoselulosa bisa dimanfaatkan bahan pengental dan penstabil suspensi pangan, sedangkan pada industri farmasi nanoselulosa bisa dimanfaatkan sebagai bahan perban dan komponen pembentuk tablet obat (Klemn et al. 2011).

G. Metode Sintesis Nanoselulosa

Secara garis bersar terdapat enam metode yang biasa digunakan untuk memproduksi nanoselulosa, yaitu metode sintesis dari bakteri, metode electro spinning, metode mekanik, metode kimia, metode bio-mekanik, dan metode kimia-mekanik.Nanoselulosa yang diperoleh dari bakteri disebut bacterial nanocellulose(BNC).

9  

Bacterial nanocellulose ukuran diameternya sekitar 20-100 nm (Klemn et al. 2011). BNC biasanya diproduksi oleh Gluconacetobacteryang telah dikultivasi pada media fruktosa dengan suhu 30o C (Ghosh et al. 2010). Pada metode ini residu bakteri dan komponen lain pada media pertumbuhan dapat dihilangkan dengan dipanaskan kemudian dicuci dengan air.Adapun pada metode electro spinning, nanoselulosa diproduksi dengan menggunakan energi listrik yang memberikan tekanan tinggi ke larutan polimer yang dilewatkan pada sebuh lubang kecil sehingga terbentuk serabut-serabut tipis berukuran nano (Ghost et al. 2010).

Metode sintesis nanoselulosa dengan perlakuan mekanik biasanya membutuhkan energi yang tinggi. Prinsip dari metode ini adalah fibrilasi selulosa karena adanya gaya gesek dan tekanan yang sangat tinggi. Contoh perlakuan dari metode ini adalah fibrilasi dengan high shear homogenization, fibrilisasi dengan stone atau disc refiner maupun cryocrushing, sedangkan metode pada metode kimia nanoselulosa diproduksi dari Microcrystalline cellulose (MCC) yang diberi perlakuan asam dengan H2SO4 pada konsentrasi sekitar 65%(Ghost 2010).

Metode bio-mekanik menggabungkan prinsip biologi dan mekanik untuk memproduksi nanoselulosa. Produksi nanoselulosa dengan perlakuan mekanik membutuhkan energi yang tinggi. Oleh karena itu, menurut Ghost (2010) sebagai alternatif untuk mengurangi energi dapat digunakan enzim unuk membantu proses degradasi hemiselulosa, lignin dan pektin yang terkandung dalam bahan baku . Enzim yang digunakan biasanya diisolasi dari fungi kelompok jamur busuk putih (white rot fungi) yang tergolong Basidiomicetes. Fungi tersebut menghasilkan enzim lignolitik yang dapat mendegradasi lignin. Enzim yang dapat mendegradasi lignin terdiri dari tiga jenis enzim, yaitu lignin peroksidase, mangan peroksidase dan lakase (Hattaka 2001). Serat yang telah diberi perlakuan dengan enzim selanjutnya akan diberi perlakuan kimia sepeti shear refining dan cryocrushing.

Metode kimia-mekanik menggabungkan prinsip kimia dan mekanik untuk memproduksi nanoselulosa. Perlakuan kimia yang dilakukan adalah hidrolisis dengan larutan basa (NaOH) yang diikuti hidrolisis dengan larutan asam (HCl) pada suhu diatas 80oC. Perlakuan kimia tersebut bertujuan untuk menghilangkan hemiselulosa, lignin dan pektin yang terkadung dalam bahan baku. Perlakuan mekanik yang dilakukan seperti homogenisasi atau cryocrushing pada serat yang telah mengalami perlakuan kimia sebelumnya. Adapun perlakuan mekanik ini bertujuan untuk memisahkan fibril-fibril selulosa yang masih saling berikatan sehingga dihasilkan nanoselulosa dengan diameter yang berukuran nano (Ghost et al. 2010).

Sintesis nanoselulosa dengan menggunakan metode steam explosion juga merupakan salah satu metode kimia-mekanik untuk memproduksi nanoselulosa. Pada metode ini perlakuan kimia yang dilakukan sama seperti yang dijelaskan diatas. Akan tetapi perlakuan mekaniknya nya berupa steam explosion. Menurut Cherian et al. (2010), pada metode steam explosion, bahan dijenuhkan dengan uap pada tekanan tinggi yang diiukuti dengan penurunan tekanan secara tiba-tiba. Hal ini akan menyebabkan terjadinya evaporasi air yang kemudian memberikan gaya termo mekanis pada serat sehingga dapat memecahkan material serat menjadi komponen yang lebih kecil, agar dapat dihasilkan nanoselulosa.

10  

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung hasil limbah pertanian. Bahan yang digunakan untuk sintesis nanoselulosa adalah natrium hidroksida (NaOH), asam asetat (CH3COOH), sodium hipoklorit, asam klorida (HCl) dan air destilata. Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat dan analisis kimia lainnya adalah asam sulfat (H2SO4), asam borat (H2BO3), asam klorida (HCl), K2SO4, heksana, alkohol dan aseton.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, timbangan analitik, autoclave, kertas saring, pH meter, pompa vakum, Scanning Electron Microscope (SEM) type JSM-5000 Japan, ultraturrax, mikroskop cahaya, ChromatometerMinolta 300 dan alat-alat laboratorium lainnya (gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, pipet,labu lemak dan sebagainya).

B. Metode Penelitian 1. Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung. Pada

tahap persiapan bahan, tongkol jagung dikeringkan terlebih dahulu dengan oven bersuhu 720C selama 48 jam. Setelah mengalami proses pengeringan, tongkol jagung tersebut digiling dan diayak dengan saringan 100 mesh. Tepung tongkol jagung inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi.

2. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses sintesis nanoselulosa. Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan dua kali trial and error.Pada trial and error I dilakukan uji coba proses sintesis nanoselulosa dengan metode kimia dan mekanik seperti pada Gambar 6, sedangkan pada trial and error II juga dilakukan uji coba sintesis nanoselulosa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi seperti pada Gambar 7. Proses yang membedakan antara trial and error I dan trial and error II adalah perlakuan steam explosion dan proses homogenisasi dengan menggunakan ultra-turrax. Pada trialand error I tidak dilakukan proses steam explosion dan proses homogenisasinya hanya 1 jam dengan menggunakan ultra-turrax kecepatan 11.000 rpm, sedangkan pada trial and error II dilakukan proses steam explosion dan proses homogenisasinya selama 3 jam dengan menggunakan ultra-turaax kecepatan 16.000 rpm.

11  

Tepung tongkol jagung

Tambahkan 2% NaOH (perbandingan serat larutan 1:10) Masukkan ke dalam autoclave selama 1 jam (T = 121oC, P=1,2 atm)

Gambar 6. Diagram alir metode trial-error I

Tambahkan HCl 1 N

Tiriskan dengan pompa vakum

Cuci dengan air destilata

Bleaching dengan campuran (NaOH 2,7 %+as.asetat 7,9%) kemudian NaOCl (1:3) (masing-masing selama 1 jam)

Cuci dengan air sampai tidak basa

Homogenisasi dengan ultra-turrax kecepatan 11.000 rpm selama 1 jam

Larutkan dengan air destilata

Cuci sampai pH netral

Masukkan ke dalam autoclave selama 2 jam (T = 1210C, P=1,2 atm)

Isolasi selulosa

Sintesis nanoselulosa

Nanoselulosa

12  

Tepung tongkol jagung

Tambahkan 2% NaOH (perbandingan bahan dan larutan 1:10)

Masukkan ke dalam autoclave selama 1 jam (T = 121o C, P=1,2 atm)

Cuci dengan air sampai tidak basa

Bleaching dengan campuran (NaOH 2,7 %+as.asetat 7,9%) kemudian NaOCl (1:3) (masing-masing selama 1 jam)

Cuci dengan air destilata

Tiriskan dengan pompa vakum

Tambahkan HCl 1 N

Masukkan ke dalamautoclave selama 15 menit, lepaskan tekanannya tiba-tiba

Gambar 7. Diagram alir metode trial-error II

Homogenisasi dengan ultra-turrax kecepatan 16.000 rpm selama 3 jam

Larutkan dengan air destilata

Cuci sampai pH netral

(T = 1210C, P=1,2 atm), ulangi 8 kali

Sintesis nanoselulosa

Isolasi selulosa

Nanoselulosa

13  

3. Penelitian Utama a. Sintesis Nanoselulosa

Metode yang digunakan untuk sintesis nanoselulosa adalah metode campuran perlakuan kimia dan mekanik (hidrolisis kimia dan homogenisasi). Metode ini merupakan modifikasi dari metode sebelumnya yang dilakukan pada proses trial and error I. Modifikasi yang dilakukan adalah menambah proses perendaman selama 1 jam dengan larutan penghidrolisis sebelum dimasukkan ke autoclave dan meningkatkan suhu proses bleaching (dari suhu ruang menjadi 60o

C). Kedua hal tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan proses hidrolisis hemiselulosa dan lignin dari bahan baku.

Secara garis besar terdapat empat tahapan perlakuan dalam sintesis nanoselulosa. Tahap pertama adalah perlakuan basa dengan menggunakan NaOH disertai pemanasan. Tahapan tersebut bertujuan untuk menghidrolisis hemiselulosa dan depolimerisasi lignin pada tepung tongkol jagung menjadi komponen gula dan fenolik yang larut air (Cherian et al. 2010). Pada penelitian ini digunakan 3 taraf konsentrasi NaOH, yaitu NaOH 2%, NaOH 4% dan NaOH 8%. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya.

Tahap kedua adalah perlakuan bleachingdengan menggunakan campuran NaOH 2,7% dan asam asetat 7,9% kemudian dilanjutkan dengan NaOCl (1:3). Tahapan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lignin yang masih tersisa. Lignin perlu dihilangkan dalam proses sintesis nanoselulosa karena lignin jika teroksidasi struktur aromatiknya akan menghasilkan senyawa kuinon berwarna coklat yang tidak diinginkan (Hattaka 2001). Selain itu, lignin juga perlu dihilangkan agar selulosa pada bahan baku lebih mudah diisolasi karena menghilangkan lignin yang menyelubungi selulosa. Tahap ketiga adalah perlakuan asam dengan menggunakan HCl 1 N disertai pemanasan. Tahapan tersebut bertujuan untuk membantu menguraikan fibril-fibril selulosa yang masih saling berikatan dalam bentuk mikrofibril selulosa. Sampel yang telah mengalami 3 tahapan tersebut akan diuji kadar selulosa dan lignin

Tahap keempat adalah homogenisasi, tahapan ini bertujuan untuk mereduksi ukuran lebih lanjut karena dengan adanya gaya gesek dan tekanan diharapkan mampu memutuskan ikatan hidrogen intramolekular antar fibril selulosa. Pada penelitian ini proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan alat ultraturrax pada kecepatan 11.000 rpm . Proses homogenisasi dilakukan dengan 3 taraf waktu homogenisasi, yaitu 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui waktu homogenisasi yang paling optimal untuk mereduksi ukuran fibril selulosa. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode yang telah diadaptasi dari penelitian yang telah dilakukan Cherian et al. (2010) .

Sampel yang telah dilarutkan 4 tahapan diatas merupakan produk akhir dari penelitian ini. Produk akhir tersebut akan dikarakterisasi sifat fisik (pengukuran waarna dengan Chromatometer Minolta 300 dan dilihat suspensi yang terbentuk) dan mikrostrukturalnya (diamati strukturnya dengan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microscope type JSM-5000 Japan. Adapun

14  

diagram alir metode sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung dapat dilihat di Gambar 8.

Tambahkan NaOH (konsentrasi 2%,4%,8% dengan perbandingan bahan dan larutan 1:10)

Masukkan autoclave selama 1 jam (T = 121o, P=1,2 atm)

Cuci dengan air sampai tidak basa

Bleaching dengan campuran NaOH (2,7%) + asam asetat (7,9%) selama 1 jam (T=600 C)

Tiriskan dengan pompa vakum

Cuci dengan air destilata

Tepung tongkol jagung

Rendam selama 1 jam

Isolasi selulosa

Bleaching dengan larutan NaOCl (1:3) selama 1 jam (T=600 C )

Nanoselulosa

Homogenisasi dengan ultra-turraxkecepatan 11.000 rpm (selama 2, 3, dan 4 jam)

Tambahkan HCl 1 N

Masukkan autoclave selama 2 jam (T = 1210, P=1,2 atm)

Cuci sampai pH netral Sintesis nanoselulosa

Larutkan dengan air sampai konsentrasi 1%

Gambar 8. Diagram alir metode sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung

15  

b. Analisis Kimia 1. Analisis Kadar Air Metode Oven (SNI 01-2891-1992)

Kadar air ditentukan secara langsung dengan menggunakan metode oven pada suhu 105oC. Sampel sejumlah 1-2 gram ditimbang dan dimasukkan dalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian contoh dan cawan dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC selama 3 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar air sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumu sebagai berikut : s

% 100

Keterangan : a = bobot sampel sebelum dikeringkan (g) b = kehilangan bobot setelah dikeringkan (g)

2. Analisis Kadar Abu Metode Pengabuan Kering (SNI 01-2891-1992) Cawan porselin kosong dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC selama 15

menit, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 2-3 gram dimasukkan dalam cawan dan ditimbang. Cawan berisi sampel dibakar sampai asapnya habis, kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 550o C sampai pengabuan sempurna. Cawan berisi sampel dikeluarkan dari tanur, kemudian didingankan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu sampel dapat di dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

hitung

% 100

Keterangan : a = bobot sampel sebelum diabukan (g) b = bobot sampel + cawan sesudah diabukan (g) c = bobot cawan (g)

3. Analisis Kadar Protein Metode Kjeldahl (SNI 01-2891-1992) Sampel sebanyak 0,51 gram dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100ml,

kemudian tambahkan 2 gram campuran Selenium dan 25 ml H2SO4 pekat. Labu kjeldahl yang telah berisi sampel dan pereaksi dipanaskan di atas pembakar listrik sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan ( sekitar 2 jam). Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Setelah itu, pipet 5 mL larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, lalu tambahkan 5 mL NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP. Lanjutkan dengan proses penyulingan selama kurang lebih 10 menit dan sebagai penampung gunakan 10 mL larutan asam borat 2% yang telah dicampur dengan indikator. Setelah itu, titrasi dengan larutan HCl 0,01 N. Kadar protein sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

16  

1 2 0,0014

100

Keterangan: w = bobot sampel V1 = volume HCl 0,001 N yang digunakan untuk penitaran sampel V2 = volume HCl yang digunakan untuk penitaran blanko N = normalitas HCl fk = faktor konversi untuk protein dan makanan secara umum (6,25) fp = faktor pengenceran

4. Analisis Kadar Lemak Metode Soxhlet (SNI 01-2891-1992)

Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 1-2 gram sampel dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas. Sumbat selongsong kertas yang berisi sampel dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80oC selama kurang lebih 1 jam, kemudian dimasukkan pada labu ekstraksi Soxhlet. Alat kondensor diletakkan di atasnya dan labu lemak diletakkan di bawahnya. Pelarut heksana dimasukkan dalam labu lemak secukupnya, selanjutnya dilakukan ekstraksi selama 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan pelarut ditampung kembali. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven suhu 105oC hingga mencapai berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator dan timbang. Kadar lemak sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebaga ut; i berik

%

100

Keterangan: a = bobot sampel (g) b = bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi (g) c = bobot labu lemak kosong (g)

5. Analisis Kadar Karbohidrat By Difference

Kadar karbohidrat sampel dianalisis dengan menggunakan metode by difference. Kadar karbohidrat dihitung sebagai sisa dari kadar air, abu, protein dan lemak sampel. Kadar karbohidrat sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kadar Karbohidrat = 100-(kadar air + kadar abu +kadar protein +kadar lemak)

6. Analisis Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)(AOAC 973.18 1990) Prinsip dasar dari analisa ini mengukur bagian dinding sel tanaman yang

tidak dapat larut dalam larutan detergen asam dengan komposit utama CTAB (Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide) pada pemanasan satu jam. Timbang sampel sebanyak 1 gram (a) masukan kedalam gelas piala 600 ml, tambahkan 100 ml larutan ADS. Ekstrak selama 60 menit dari mulai mendidih. Saring menggunakan cawan kaca masir yang telah ditimbang sebelumnya (b). Bilas

17  

residu menggunakan air panas dan aceton. Keringkan pada oven 105° C selama ± 4 jam sampai beratnya stabil, angkat dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin, keluarkan cawan dari desikator dan timbang (c). Kadar ADF sampel dapat dihitung dengan menggunaka mus sebagai berikut: n ru

% ADF = x 100%

% Hemiselullosa = % NDF - % ADF

Keterangan : a = bobot sampel(g) b = bobot cawan kaca masir (g) c = bobot cawan+residu setelah dikeringkan (g)

7. Analisis Kadar Selulosa(AOAC 973.18 1990)

Analisa selulosa merupakan lanjutan dari analisa ADF. Sampel analisa ADF yang sudah ditimbang (c) ditambah larutan asam sulfat (H2SO4) 72% sampai terendam selama 3 jam. Setelah 3 jam, residu dibilas menggunakan air panas dan aceton. Keringkan pada oven 105° C selama ± 4 jam sampai beratnya stabil, angkat dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin, keluarkan cawan dari desikator dan timbang (d). Kadar selulosa sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai ber : ikut

% Selulosa = x 100%

Keterangan: a = bobot sampel (g) c = bobot cawan+sampel hasil analisis ADF (g) d = bobot cawan+residu akhir setelah dikeringkan (g)

8. Analisis Kadar Lignin((AOAC 973.18 1990)

Analisa lignin merupakan kelanjutan dari analisa ADF dan selulosa. Sampel yang sudah dikeringkan (d), selanjutnya dibakar dalam tanur dengan tempratur ± 600°C. Angkat dan dinginkan cawan dalam eksikator dan timbang (e). Besarnya kandungan lignin dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

% Lignin = x 100%

Keterangan : a = bobot sampel (g) c = bobot cawan+sampel hasil analisis ADF (g) e = bobot cawan+residu akhir setelah diabukan (g)

18  

c. Karakterisasi Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa 1. Karakterisasi Kimia Produk Akhir

Karakterisasi kimia dilakukan pada sampel yang telah mengalami proses hidrolisis basa, bleaching dan hidrolisis asam namun belum dilarutkan dalam air dan mengalami proses homogenisasi. Karakterisasi kimia yang dilakukan mencakup analisis kadar Acid Detergent Fiber (ADF), selulosa, dan lignin dengan metode Van Soest (untuk metode lengkapnya dapat dilihat pada sub bab analisis kimia).

2. Karakterisasi Fisik Produk Akhir 2.1 Parameter Warna

Karakteristik warna produk akhir akan diukur dengan Chromatometer Minolta 300. Chromatometer adalah suatu alat analisis warna secara trimulus untuk mengukur warna yang dipantulkan oleh suatu permukaan. Sistem notasi warna yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem notasi warna Hunter (L a b). Ilustrasi sistem notasi warna Hunter (L a b). Notasi L pada sistem hunter menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam Notasi L* : 0 menyatakan warna hitam dan L* : 100 menyatakan warna putih. Notasi a pada sistem hunter menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a* (positif) dari 0 sampai +80 untuk warna merah, dan nilai –a* (negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b pada sistem Hunter menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b* (positif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning, dan nilai –b*(negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru (Hunter Lab 2008). Sementara itu nilai oHue menunjukkan warna dari sampel. Nilai oHue diperoleh dari perhitungan arc tan (b/a). Warna sampel berdasarkan nilai oHueditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Warna sampel berdasarkan nilai oHue

Warna Nilai oHue Red purple 342 – 18 Red yellow 18 – 54 Yellow red 54 – 90 Yellow 90 – 126 Yellow green 126 – 162 Green 162 – 198 Blue green 198 – 234 Blue 234 – 270 Blue purple 270 – 306 Purple 306 – 342

Sumber : Hutching 2009

19  

2.2Parameter Pembentukan Suspensi Produk akhir yang telah mengalami keseluran proses kemudian akan

diamati penampakan suspensinya secara kasat mata, apakah terdispersi sempurna atau terdapat fase lain yang mengendap. Penampakan suspensi produk akhir sintesis nanoselulosa merupakan sebuah sifat fisik yang cukup penting karena produk nanoselulosa dengan kualitas baik memiliki suspensi yang terdispersi sempurna.

3. Karakterisasi Mikrostruktural

3.1 Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya Nanoselulosa yang dihasilkan diukur diameternya dengan menggunakan

skala garis yang terdapat pada mikroskop cahaya. Skala pengukuran pada mikroskop terdapat 2 skala yaitu skala okuler dan skala objektif. Pada perbesaran 1000 kali, jarak antara dua garis terkecil memiliki nilai 0,1 μm dan pada perbesaran 400 kali, jarak antara dua garis terkecil memiliki nilai 0,25 μm.

3.2 Karakterisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron Microscope (SEM)

Nanoselulosa yang dihasilkan diamati dengan SEM untuk dianalisis karakteristik mikrostrukturalnya dan untuk mengukur diameter nanoselulosa yang dihasilkan. Pada penelitian ini instrumen SEM yang digunakan adalah SEM tipe JSM-5000.

3.3 Preparasi Sampel

Preparasi sampel perlu dilakukan agar sampel dapat diamati dengan baik. Sampel yang akan diamati merupakan sampel cair, dan untuk mengamatinya diperlukan preparasi khusus. Preparasi sampel yang digunakan untuk sampel produk akhir sintesis nanoselulosa yaitu, teteskan saru droplet suspensi nanoselulosa ke atas stub yang telah dilapisi dengan cover glass, kemudian keringkan dalam oven vakum bersuhu 75o C selama kurang lebih 15 menit (Zhou 2012)

3.4 Pelapisan Sampel

Pelapisan (coating) sampel perlu dilakukan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan sampel dapat menggunakan logam mulia seperti emas. Proses coating dilakukan oleh alat yang bernama ion coater. Proses coating in dilakukan dalam keadaan vakum selama 20 menit.

3.5 Pengamatan Sampel

Produk yang telah dipreparasi dan dilapis emas kemudian diamati dengan SEM pada perbesaran 100 kali dan 10000 kali dengan voltase 20 kV. Adapun prinsip kerja SEM adalah sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron yang akan ditembakkan ke sampel dengan bantuan lensa magnetik untuk memfokuskan elektron menuju sampel dan ketika elektron mengenai sampel,

20  

maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT). Diamater gambar pada sampel diukur dengan menggunakan software image type J version 3.7

d. Analisis Statistik

Rancangan percobaan yang digunakan untuk analisis data formula

sintesis nanoselulosa adalah rancangan acak lengkap dan dua kali ulangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar selulosa dan ukuran nanoselulosa adalah konsentrasi bahan penghidrolisis (NaOH) pada 3 taraf konsentrasi (2%, 4%, dan 8%) dan waktu homogenisasi dengan ultraturrax pada 3 taraf waktu (2 jam, 3 jam, dan 4 jam) . Analisis statistik ini akan dilakukan pada data pengukuran warna, kadar selulosa, dan lignin produk akhir. Uji yang dilakukan adalah uji F dan uji lanjut Duncan (jika faktor yang diuji berpengaruh). Adapun software yang digunakan untuk analisis statistik ini adalah The SAS System for Windows 9.0.

21  

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Pendahuluan

Pada penelitian pendahuluan dilakukan dua kali proses trial and error sintesis nanoselulosa dengan menggunakan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi Secara garis besar terdapat empat tahapan perlakuan dalam medote sintesis nanoselulosa yang digunakan yaitu, hidrolisis basa, bleaching, hidrolisis asam dan homogenisasi.Melalui proses trial dan error akan dilihat faktor yang mempengaruhi sintesis nanoselulosa. Terdapat dua faktor yang telah diuji pengaruhnya, yaitu banyaknya siklus steam explosion serta waktu dan kecepatan homogenisasi. Alat yang digunakan untuk proses steam explosion adalah autoclave, sedangkan alat yang digunakan untuk proses homogenisasi adalah ultra-turrax.. Adapun penampakan bahan baku dan setengah jadi dalam proses sintesis nanoselulosa dapat dilihat pada Gambar 9.

A B C D

Gambar 9. Bahan baku dan bahan setengah jadi dalam proses sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung

Keterangan: A: Tepung tongkol jagung B: Tepung tongkol jagung setelah perlakuan basa C : Tepung tongkol jagung setelah bleaching D : Tepung tongkol jagung setelah perlakuan asam

Gambar 9A menunjukkan bahan baku yang digunakan, yaitu tepung tongkol

jagung ukuran 100 mesh. Gambar 9B menunjukkan tepung tongkol jagung yang telah ditambahkan dengan NaOH 2% kemudian dimasukkan ke dalam autoclave dengan suhu 1210C, tekanan 1,2 atm selama 1 jam. Fungsi dari perlakuan basa yang diikuti dengan pemanasan adalah untuk menghidrolisis hemiselulosa dan depolimerasi lignin menjadi komponen gula dan fenolic yang larut air (Fernfindez et al. 1999). Gambar 9C menunjukkan sampel dari gambar 9B yang telah mengalami proses selanjutnya, yaitu bleaching. Proses bleaching ini berfungsi untuk menghilangkan sebagian besar lignin yang masih tersisa pada sampel (Cherian et al. 2008). Gambar 9D menunjukkan sampel dari gambar 9C yang telah mengalami proses selanjutnya, yaitu penambahan HCl 1 N dan pemanasan pada autoclave 1210C selama 2 jam. Penambahan HCl dan pemanasan tersebut berfungsi untuk memisahkan nanofibril dari dinding sel tongkol jagung (Cherian et al. 2010). Setelah itu, sampel kemudian dihomogenisasi dengan menggunakan ultra-turrax.

22  

Sampel yang telah mengalami proses hidrolisis kimia, bleaching, hidrolisis asam, dan homogenisasi kemudian diamati karakteristik mikrostrukturalnya dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan dengan mikroskop cahaya dilakukan pada perbesaran 400 kali dan 1000 kali. Penampakan mikrostruktural tepung tongkol jagung dapat dilihat pada Gambar 10, penampakan mikrostruktural produk akhir trial and error I dapat dilihat pada Gambar 11, sedangkan penampakan mikrostruktural produk akhir trial and error II dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13.

Gambar 10. Tepung tongkol jagung pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan

mikroskop cahaya

Gambar 11. Produk akhir trial and error I sintesis nanoselulosa pada perbesaran

400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya

B A 

Gambar 10 menunjukkan tepung tongkol jagung yang masih terdiri dari struktur

kompleks, yang merupakan gabungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan lain-lain. Gambar 11 merupakan penampakan produk akhir trial-error I sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar 11 menunjukkan selulosa yang sudah mulai terpisah dari dinding sel tongkol jagung . Gambar 11A menunjukkan mikrofibril selulosa yang diameternya masih cukup besar sekitar 1µm, sedangkan gambar 11B menunjukkan selulosa yang diameternya sudah cukup kecil, sekitar 300-400 nm.

23  

Gambar 12. Selulosa pada produk akhir trial and error II sintesis nanoselulosa pada

perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya

Gambar 13. Selulosa pada produk akhir trial and error II sintesis nanoselulosa pada

perbesaran 1000 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya

B A 

A  B 

Gambar 12 merupakan penampakan produk akhir trial-error II sintesis

nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar 12A menunjukkan nanofibril selulosa dengan ukuran diameter yang sudah cukup kecil sekitar 300nm. Gambar 12B menujukkan campuran antara selulosa yang berdiameter kecil dan besar, lingkaran merah pada kedua gambar tersebut menunjukkan proses defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa. Gambar 13 menunjukkan penampakan produk akhir trialerror II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 1.000 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya, gambar 13A menunjukkan nanoselulosa dengan diamater sekitar 200-250 nm, sedangkan gambar 13B menunjukkan nanofibril selulosa dengan diameter 250-350 nm. Produk akhir yang diinginkan dari penelitian ini adalah nanofibril selulosa dengan diameter sekitar 100-300 nm sehingga dapat disebut nanoselulosa (Winarno dan Fernandez 2010) . Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode trial-error II lebih baik daripada metode trial-error I untuk mensintesis nanoselulosa.

Perbedaan antara metode trial-error I dan metode trial-error II terletak pada proses steam explosion dan homogenisasi. Pada metode trial-error II diuji coba proses steam explosion dengan autoclave, namun mekanisme steam explosiontidak berjalan dengan lancar karena autoclave yang digunakan tidak dapat menurunkan tekanan secara tiba-tiba dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Selain itu, pada metodetrial-error II proses homogenisasinya lebih lama dan kecepatannya lebih tinggi yaitu, 16000 rpm selama 3 jam, sedangkan pada metode trial-errorI hanya 11000 rpm selama 1 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu dan kecepatan homogenisasi mempengaruhi sintesis nanoselulosa.

24  

B. Penelitian Utama

Berdasarkan penelitian pendahuluan, dapat diambil kesimpulan bahwa metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah mampu mengisolasi selulosa dengan diameter dibawah 500 nm, namun masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Selain itu, diketahui juga bahwa waktu dan kecepatan homogenisasi mempengaruhi proses sintesis nanoselulosa, semakin tinggi kecepatan dan semakin lama waktu homogenisasi maka akan semakin baik proses reduksi ukuran selulosa. Oleh karena itu, pada penelitian utama akan digunakan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi dengan proses homogenisasi pada kecepatan 11000 rpm pada tiga taraf waktu (2 jam, 3 jam dan 4 jam). Pada penelitian utama ini tidak dilalukan homogenisasi pada kecepatan 16000 rpm karena kemampuan alat yang digunakan (ultra-turrax) tidak mencukupi.

Pada penelitian utama juga akan dilakukan beberapa modifikasi pada metode hidrolisis kimia dan homogenisasi, yaitu adanya proses perendaman selama 1 jam sebelum hidrolisis basa pada suhu tinggi dan peningkatan suhu pada proses bleaching (dari suhu ruang menjadi 60o C), tahapan jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. Modifikasi tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan proses sintesis nanoselulosa.

1. Komposisi Kimia Tepung Tongkol Jagung

Parameter bahan baku (tepung tongkol jagung) yang diukur pada penelitian ini

adalah kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat (by difference), kadar selulosa, dan kadar lignin. Kadar selulosa dan lignin bahan baku merupakan salah satu parameter penting untuk proses sintesis nanoselulosa. Bahan baku yang baik untuk proses sintesis nanoselulosa memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan lignin yang rendah. Rata-rata limbah pertanian yang digunakan untuk sebagai bahan baku sintesis nanoselulosa memliki kadar selulosa diatas 30% dan lignin dibawah 25%, misalnya sekam dengan kadar selulosa 35% dan kadar lignin 23% (Johar et al. 2012), jerami dengan kadar selulosa 43,2 % dan kadar lignin 22%, serta kulit kedelai dengan kadar selulosa 56,4% dan kadar lignin 18% (Alemdar dan Sain 2008).Komposisi kimia tepung tongkol jagung yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi kimia tepung tongkol jagung

No Parameter % bb % bk

1 Kadar Air 8,19 8,94

2 Kadar Abu 2,22 2,42

3 Kadar Lemak 4,46 4,86

4 Kadar Protein 0,52 0,57

5 Kadar Karbohidrat (by difference) 84,61 83,21

• Kadar Selulosa 52,73 57,38

• Kadar lignin 9,08 9,88

25  

Tongkol jagung yang digunakan sebagai bahan baku cenderung memiliki kadar

air yang rendah, sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh jamur. Selain itu karakteristik tongkol jagung yang digunakan cenderung memiliki kadar lemak yang tinggi (4,46 % bb) dan kadar protein yang rendah (0,52%bb), bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Venty (2009). Pada penelitian yang dilakukan Venty (2009) tongkol jagung yang digunakan memiliki kadar lemak sebesar 0,7 % bb dan kadar protein sebesar 3,2 %BB.

Tongkol jagung yang digunakan sebagai bahan baku karakteristiknya cenderung memilki kadar selulosa yang tinggi (52,73 %bb) bila dibandingkan dengan tongkol jagung yang digunakan pada penelitian Shofiyanto (2008). Tongkol jagung yang digunakan pada penelitian Shofiyanto (2008) kadar selulosanya hanya 41 %bb. Kadar selulosa yang tinggi pada tongkol jagung menunjukkan bahwa tongkol jagung memiliki potensial yang tinggi sebagai bahan baku untuk sintesis nanoselulosa.

2. Karakterisasi Kimia Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa

Karakterisasi kimia dilakukan pada sampel yang telah mengalami proses hidrolisis basa,bleaching, dan hidrolisis asam, namun belum dilarutkan dalam air dan mengalami proses homogenisasi. Dari total 18 sampel yang ada, masing-masing diambil secara acak 2 sampel dengan 3 perlakuan yang berbeda (konsentrasi NaOH 2%, konsentrasi NaOH 4%, dan konsentrasi NaOH 8%) untuk dianalisis kadar selulosa dan lignin. Kadar selulosa dan lignin merupakan salah satu parameter yang penting untuk mengetahui kualitas nanoselulosa yang dihasilkan. Produk akhir sintesis nanoselulosa yang baik memiliki kadar selulosa yang tinggi dan kadar lignin yang rendah. Adapun grafik batang perbandingan kadar selulosa dan lignin antar produk akhir dengan berbagai perlakuan konsentrasi NaOH dapat dilihat pada Gambar 14.

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.00

0 2 4 8

57.38

77.17

59.9654.75

9.88 6.32

19.21

3.72

Kad

ar se

lulo

sa d

an li

gnin

Konsentrasi NaOH (%)

%Selulosa(BK)

%Lignin(BK)

(b)(b) 

(a) 

(a)

(b) (b)

Gambar 14. Grafik batang perbandingan kadar selulosa dan lignin produk akhir sintesis nanoselulosa dengan berbagai perlakuan konsentrasi NaOH

26  

Keterangan :

• Konsentrasi NaOH 0% = bahan baku • Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT 5%

Berdasarkan analisis statistik pada taraf signifikasi 95% diketahui bahwa perlakuan hidrolisis basa dengan NaOH 4% dan NaOH 8% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar selulosa pada produk akhir, sedangkan perlakuan hidrolisis basa dengan NaOH 2% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan NaOH 4% dan 8% terhadap kadar selulosa pada produk akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% memiliki kadar selulosa yang paling tinggi, yaitu 77,17%, produk akhir dengan perlakuan NaOH 4% memiliki kadar selulosa 59,96%, dan sampel dengan perlakuan NaOH 8 % memiliki kadar selulosa yang paling rendah , yaitu 54, 75%. Data tersebut menunjukkan bahwa dengan metode yang digunakan konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa adalah 2%.

Cherian et al. (2010) menyatakan bahwa konsentrasi larutan alkali sebagai bahan penghidrolisis harus sangat terkontrol agar tidak mendegradasi senyawa selulosa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cherian et al. (2010) untuk mengisolasi selulosa dari daun nanas juga didapatkan hasil bahwa konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya adalah 2 %. Hal ini terjadi karena hidrolisis basa dengan NaOH pada suhu dan tekanan tinggi dapat memutuskan ikatan hidrogen intramolekular selulosa pada posisi C-3 dan C-6 glucopyranosesehingga selulosa terpecah menjadi komponen gula yang lebih sederhana (Cherian et al. 2010).

Kadar selulosa yang berhasil diisolasi pada penelitian ini hampir sama dengan kadar selulosa yang berhasil diisolasi pada penelitian yang dilakukan oleh Kaushik dan Singh (2010). Pada penelitian yang dilakukan Kaushik dan Singh (2010) selulosa diisolasi dari jerami gandum dengan menggunakan metode steam explosion dan high shear homogenization. Kaushik dan Sigh menggunakan NaOH 2% (untuk perendamanan bahan baku selama satu malam) dilanjutkan NaOH 10%dalam proses hidrolisis basa. Dari penelitian tersebut berhasil diisolasi selulosa sebanyak 75,28%.

Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memilki kadar lignin yang paling rendah, yaitu 3,72%. Diduga hal ini terjadi karena proses hidrolisis dengan NaOH 8% dapat mendepolimerasi lignin menjadi komponen gula dan fenolic yang larut air dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan Bismark et al. (2005), yaitu lignin tidak dapat dihidrolisis dengan perlakuan asam, tetapi dapat terhidrolis dengan perlakuan alkali yang disertai oleh pemanasan.Kadar lignin produk akhir penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kaushik dan Singh (2010), yang sekitar 8,12%.

27  

3. Karakterisasi Fisik Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa

a. Parameter Warna

Mutu suatu produk sering kali dapat dinilai melalui karakteristik warna yang dimilikinya.Produk nanoselulosa yang baik memiliki warna yang cerah (mendekati putih). Penampakan produk akhir sintesis nanoselulosa antar perlakuan dapat dilihat pada gambar 15. Produk akhir tersebut akan dianalisis parameter warnanya dengan menggunakan sistem notasi Hunter (L a b).

A B C

Gambar 15. Perbandingan warna produk akhir sintesis nanoselulosa dengan berbagai Keterangan: A = produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% B = produk akhir dengan perlakuan NaOH 4% C = produk akhir dengan perlakuan NaOH 8%

Hasil pengukuran parameter warna dengan ChromameterMinolta 300 akan dianalisis statistik dengan menggunakan software The SAS System for Windows 9.0. Selain nilai L a b, nilai Hue sampel juga akan dihitung untuk menunjukkan kategori warna sampel. Hasil pengukuran parameter warna produk akhir sintesis nanoselulosa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil pengukuran atribut warna produk akhir sintesis nanoselulosa

Parameter Faktor

Konsentrasi NaOH 2% Konsentrasi NaOH 4% Konsentrasi NaOH 8% WH 2 WH 3 WH 4 WH 2 WH 3 WH 4 WH 2 WH 3 WH 4

L 32,35de 33,12de 31,73e 33,58cd 33,71cd 34,01bc 37,81a 35,27b 37,17a a 2,98ab 3.04ab 2,88bc 3,19a 3,05ab 2,73cd 2,88bc 2,73cd 2,59d b 0,19a 0,71a -0,51a -1,72b -1,83b -1,75b -4,15c -4,64c -3,95c

Hue 84,37a 79,90a 76,89a 61,93b 59,10b 57,42b 33,24c 32,40c 30,23c Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% Keterangan : WH = Waktu homogenisasi (jam)

28  

Melalui analisis statistik dengan Uji Duncan dapat dilihat bahwa perlakuan homogenisasi selama 2, 3, dan 4 jam pada konsentrasi NaOH 2% dan 4% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai L produk akhir. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan konsentrasi NaOH 8% pada waktu homogenisasi 2 jam memiliki nilai L yang paling tinggi, sedangkan perlakuan dengan NaOH 2% pada waktu homogenisasi 4 jam memiliki nilai L yang paling rendah.

Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan maka akan semakin cerah warna produk akhir yang dihasilkan. Jika dilihat pada gambar 15, produk akhir yang diberi perlakuan NaOH 8% berwarna putih kekuningan, sedangkan produk akhir yang diberi perlakuan NaOH 2% dan 4% berwarna kecoklatan. Menurut Hattaka (2001) warna coklat tersebut mengindikasikan kadar lignin yang masih cukup tinggi pada produk akhir karena lignin jika teroksidasi struktur aromatiknya akan menghasilkan senyawa kuinon berwarna coklat yang tidak diinginkan.

Berdasarkan hasil analisis statistik pada dengan uji Duncan dapat dilihat bahwa perlakuan homogenisasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai hue produk akhir, sedangkan perlakuan dengan konsentrasi NaOH yang berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai hue produk akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4% warnanya tergolong ke dalam yellow-red karena memiliki nilai hue dengan kisaran 54-90, sedangkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% warnanya tergolong ke dalam red-yellow karena memiliki nilai hue dengan kisaran 18-54 (Hutching 1999).

b. Parameter Pembentukan Suspensi

Suspensi didefinisikan sebagaisistem dua fase dengan partikel padat yang terdispersi dalam fase kontinyu yang bisa berupa fase padat, cair, ataupun gas (Wasan 2008).Terbentuknya suspensi yang partikelnya terdispersi sempurna merupakan salah satu parameter yang penting dalam proses sintesis nanoselulosa. Produk nanoselulosa yang baik pada suspensi dibawah 5% akan membentuk suspensi yang terdispersi sempurna dan pada suspensi diatas 10 % akan membentuk gel (Cranston 2011). Gambar perbandingan pembentukkan suspensi pada produk akhir dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 16.

A B C

Gambar 16. Perbandingan pembentukan suspensi pada produk akhir sintesis nanoselulosa

29  

Keterangan : A = produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% B = produk akhir dengan perlakuan NaOH 4% C = produk akhir dengan perlakuan NaOH 8%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap

pembentukan suspensi produk akhir.Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa terdapat endapan pada suspensi produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4%, sedangkan pada suspensi produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki suspensi yang baik (fase padatnya terdispersi sempurna dalam fase cair). Hal ini terjadi karena stabilitas suspensi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran partikel, jumlah partikel dan sifat/muatan partikel (Pakki E 2007) .

Semakin kecil ukuran partikel maka akan semakin sulit partikel tersebut mengendap, hal ini berhubungan dengan luas penampang partikel terhadap daya tekan ke atas cairan dari suspensi tersebut. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya, sehingga semakin kecil ukuran pastikel akan semakin besar luas penampangnya sehingga akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap(Particles Science Inc, 2009).

Stabilitas suspensi juga dipengaruhi oleh jumlah partikel karena semakin banyak partikel dalam sebuah suspensi maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas sehingga sering terjadi benturan antar partikel yang menyebabkan terbentukknya endapan(Particles Science Inc, 2009). Produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4% memiliki kadar selulosa dan lignin yang lebih tinggi dibandingkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% sehingga jumlah partikelnya otomatis lebih banyak dan menyebabkan terbentuknya endapan, sedangkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% kandungan selulosa dan ligninnya paling sedikit sehingga jumlah partikelnya pun jauh lebih sedikit dibandingkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4%.Kadar lignin pada produk akhir juga mempengaruhi stabilitas suspensi karena lignin bersifat hidrofobiksedangkan fase cair yang digunakan untuk pembentukan suspensi adalah air destilata. Oleh karena itu, semakin tinggi kadar ligninnya maka akan semakin sulit terbentuk suspensi yang terdispersi sempurna.

Pada penelitian ini, suspensi produk akhir hanya diamati fisiknya secara langsung. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung terlihat bahwa waktu homogenisasi 2, 3, dan 4 jam tidak berpengaruh terhadap pembentukan suspensi produk akhir sintesis nanoselulosa. Akan tetapi, pengamatan secara langsung tidak cukup untuk melihat pengaruh waktu homogenisasi terhadap proses pembentukan suspensi produk akhir sintesis nanoselulosa.

30  

4. Karakterisasi Mikrostruktural Produk Akhir Sintesis

Nanoselulosa

a. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya Pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dilakukan pada produk

akhir . Pengamatan perlu dilakukan untuk mengetahui struktur selulosa yang dihasilkan pada produk akhir. Adapun hasil pengamatan produk akhir sintesis nanoselulosa dengan mikroskop cahaya dapat dilihat pada Gambar 17.

A  C B 

D  E  F 

H  I G 

Gambar17.Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya

Keterangan gambar : A = perlakuan dengan NaOH 2% dan homogenisasi selama 2 jam B = perlakuan dengan NaOH 2% dan homogenisasi selama 3 jam C = perlakuan dengan NaOH 2% dan homogenisasi selama 4 jam D = perlakuan dengan NaOH 4% dan homogenisasi selama 2 jam E = perlakuan dengan NaOH 4% dan homogenisasi selama 3 jam F = perlakuan dengan NaOH 4% dan homogenisasi selama 4 jam G = perlakuan dengan NaOH 8% dan homogenisasi selama 2 jam H = perlakuan dengan NaOH 8% dan homogenisasi selama 3 jam I = perlakuan dengan NaOH 8% dan homogenisasi selama 4 jam

31  

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa setiap perlakuan telah berhasil

memisahkan selulosa dari hemiselulosa dan lignin. Pada gambar 17F-I terlihat proses defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa. Dari sembilan perlakuan jika diamati dengan mikroskop cahaya perbesaran 400 kali, ukuran diameter selulosanya tidak menunjukkan hasil yang terlalu berbeda, rata-rata diameter selulosa yang ada sekitar 500-1.000 nm. Selulosa yang teramati adalah selulosa yang berukuran besar karena keterbatasan alat yang digunakan, sehingga untuk mengetahui ukuran pastinya perlu dilakukan pengamatan mikrostruktural lebih lanjut dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) pada perbesaran 10.000 kali.

b. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Pengamatan dengan SEM dilakukan pada produk akhir yang telah mengalami

proses preparasi dan coating dengan emas. Dari total 18 sampel yang ada masing-masing diamati dua sampel dengan perlakuan NaOH 2% waktu homogenisasi 4 jam, NaOH 4% waktu homogenisasi 4 jam dan NaOH 8% waktu homogenisasi 4 jam. Sampel dengan perlakuan homogenisasi 4 jam yang dianalisis dengan SEM karena diasumsikan semakin lama waktu homogenisasi maka semakin baik proses reduksi ukuran. Adapun hasil pengamatan produk akhir dengan menggunakan SEM dapat dilihat pada Gambar 18, Gambar 19, dan Gambar 20.

J  K 

L  M

1μm 

1μm 

1μm 

1μm 

Gambar 18. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan perlakuan konsentrasi NaOH 2% dan waktu homogenisasi 4 jam

Keterangan gambar: J dan L = perbesaran gambar 100 kali K dan M = perbesaran gambar 10.000 kali

32  

Diameter selulosa pada produk akhir diukur dengan menggunakan software image J ver 3.7. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan selulosa dengan diameter 186 nm dan 103 nm (dapat dilihat pada gambar 18 K) dan selulosa dengan diameter 88 nm dan 179 nm (dapat dilihat pada gambar 18 M). Pada gambar 18 J dan18 L terlihat masih banyak serat-serat yang berukuran besar. Pada gambar 18 K dan 18 M terlihat proses defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa.

N  O 

1μm 

P  Q 

1μm 

1μm 1μm 

Gambar 19. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan perlakuan konsentrasi NaOH 4% dan waktu homogenisasi 4 jam

Keterangan gambar: N dan P = perbesaran gambar 100 kali O dan Q = perbesaran gambar 10.000 kali

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan selulosa dengan diameter 110 nm dan 117 nm (dapat dilihat pada gambar 19 O) dan selulosa dengan diameter 96 nm dan 220 nm (dapat dilihat pada gambar 19 Q). Pada gambar 19 N dan 19 P terlihat masih banyak serat-serat yang berukuran besar. Pada gambar 19 Q juga terlihat defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa

33  

R  S 

T  U 

1μm 1μm 

1μm 1μm 

Gambar 20. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan perlakuan konsentrasi NaOH 8% dan waktu homogenisasi 4 jam

Keterangan gambar: R dan T = perbesaran gambar 100 kali S dan U = perbesaran gambar 10.000 kali

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan selulosa dengan diameter 145 nm dan 268 nm (dapat dilihat pada gambar 20 S) dan selulosa dengan diameter 124 nm dan 263 nm (dapat dilihat pada gambar 20 U). Pada gambar 20 R dan 20 T terlihat masih banyak serat-serat yang berukuran besar. Pada gambar 20 S juga terlihat defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa.

Secara keseluruhan berdasarkan hasil pengamatan dengan SEM dapat dilihat bahwa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi yang digunakan telah berhasil mensintesis selulosa dalam ukuran nano (di bawah 100 nm), namun masih dalam jumlah yang sedikit. Berdasarkan pengamatan dengan menggunakan SEM, dari keseluruhan sampel pada penelitian ini didapatkan nanoselulosa yang diameternya kisaran 80-270 nm.Hal ini terjadi karena perlakuan mekanik yang belum optimal untuk mereduksi ukuran (memisahkan fibril-fibril tunggal selulosa yang masih menyatu dalam mikrofibril selulosa), sehingga pada penelitian kedepannya disarankan untuk melakukan proses homogenisasi pada kecepatan yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama atau bisa juga menggunakan high pressure homogenization.

Selulosa yang dihasilkan sudah memiliki diameter yang cukup kecil bila dibandingkan dengan selulosa yang dihasilkan dari penelitiain Subyakto dkk (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Subyakto dkk (2010) menggunakan metode mekanik dengan menggunakan stone refiner dan ultraturrax, dari penelitian tersebut berhasil diproduksi selulosa dengan kisaran diameter 400 nm. Akan tetapi, selulosa yang dihasilkan pada penelitian ini masih memiliki diameter yang jauh lebih besar bila

34  

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Cherian et al. (2010). Penelitian yang dilakukan Cherian et al. (2010) menggunakan metode steam explosion, dari penelitian tersebut berhasil memproduksi selulosa dengan kisaran diameter 60 nm. Hal ini menunjukkan bahwa metode hidrolisis kimia dan homogenisasi yang digunakan pada penelitian ini mampu menghasilkan selulosa dengan diameter yang lebih kecil bila dibandingkan metode mekanik dengan stone refiner dan ultra-turrax, namun belum menhasilkan partikel dengan ukuran kecil dalam jumlah besar.

35  

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Tongkol jagung merupakan limbah pertanian dengan kandungan selulosa yang tinggi, yaitu 57,38 % BK sehingga memiliki potensi tinggi untuk digunakan sebagai bahan baku utama sintesis nanoselulosa. Metode yang digunakan untuk sintesis nanoselulosa adalah metode hidrolisis kimia dan homogenisasi. Secara garis besar terdapat empat tahapan perlakuan dalam sintesis nanoselulosa, yaitu hidrolisis basa, bleaching, hidrolisis asam , dan homogenisasi. Melalui keempat tahapan tersebut telah berhasil diisolasi dan disintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan kadar selulosa diatas 50%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH pada hidrolisis basa mempengaruhi kadar selulosa dan lignin produk akhir. Konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya adalah 2% . Produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% kadar selulosanya mencapai 77,17% dan kadar lignin yang tersisa tinggal 6,32%.

Berdasarkan karakterisasi sifat fisik produk akhir sintesis nanoselulosa, didapatkan bahwa perbedaan konsentrasi NaOH (faktor perlakuan kimia) berpengaruh terhadap warna dan suspensi produk akhir. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna yang paling cerah dan suspensi yang paling stabil. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna putih kekuningan dan fase padat terdispersi sempurna pada suspensinya (tidak ada endapan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa waktu homogenisasi (perlakuan mekanik) tidak berpengaruh terhadap warna produk akhir. Waktu homogenisasi juga tidak dapat diamati pengaruhnya pada proses pembentukan suspensi jika hanya fisiknya yang diamati secara langsung.

Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microcope (SEM) menunjukkan bahwa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah berhasil menguraikan sebagian fibril-fibril selulosa yang masih menyatu dalam bentuk mikrofibril selulosa. Metode yang digunakan pada penelitian ini juga telah berhasil mengisolasi selulosa dan ukurannya telah mencapai lebih kecil dari 100 nm, namun masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Selulosa yang diamati dengan dengan SEM diamaternya berkisaran 80-270 nm.

B. SARAN

Hasil dari penelitian ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, untuk penelitian kedepannya disarankan untuk mengoptimalkan proses bleaching, perlakuan mekanik, dan analisis stabilitas suspensi. Proses bleaching dapat dioptimalkan dengan cara memperlama waktu perendaman. Perlakuan mekanik untuk memisahkan fibril-fibril selulosa yang berukuran nano dapat dioptimalkan dengan cara meningkatkan

36  

kecepatan homogenisasi ataupun menggunakan perlakuan mekanik lain seperti high pressure homogenization. Analisis stabilitas suspensi juga perlu dilakukan untuk melihat pengaruh faktor waktu homogenisasi (perlakuan mekanik) terhadap pembentukan suspensi produk akhir. Analisis stabilitas suspensi dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan pengendapan suspensi nanoselulosa menggunakan turbidimetri

37  

DAFTAR PUSTAKA

Alemdar A and Mohini Sain.2008. Isolation and characterization of nanofibers from agricultural residues-wheat straw and soy hulls. Journal Bioresource Technology 99: 1664-1671.

Akin DE.2010. Chemistry of Plant Fibers.In: Mussig Jorg (ed). Industry Applications of Natural Fibers: Structure, Properties and Tehcnical Applications. United Kingdom: Joh Wiley & Sons, Ltd.

AOAC. 1995. Official Method of Analysis of The Association Analytical Chemist. Inc., Washington DC.

Azeredo HMC. 2009. Nanocomposites for food packaging application. Journal Food Research International 42: 1240-1253.

Bismark A, Mishra S, and Thomas Lampke.2005. Plant Fibers as Reinforcement for Green Composites. Di dalam : Mohanty AK, Misra M, & Lawrence T. Rdzal (eds). Natural Fibers, Biopolymers, and Biocomposites. New York : Taylor & Francis Groups, pp 51-123

Bouchard Jean.2012. Need for development of international standards for nanocellulose materials : a Canadian perspective. TAPPI International Conference of Nanotechnology for Renewable Materials.

Bradley EL, Castle L, and Caudhry Q. 2011. Applications of nanomaterials in food packaging with a consideration of opportunities for developing countries. Journal Trends in Food science and Technology 22: 606-610.

BSN. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-1992.

BPS. 2011. Data Strategis BPS 2011.

Cherian BM, Leao AL, De Souza SF, Thomas S, Kottaisamy M, and Pothan L.A.2010. Isolation of nanocellulose from pineapple leaf fibres by steam explosion. Journal of Carbohydrate Polymers 81: 720-725

Cherian BM, Pothan LA, Chung TN, Mennig G, Kottaisamy M, and Thomas S. 2008. A novel method for synthesis of cellulose nanofibril whiskers from banana fibers and characterization. Journal of Agricultute and Food Chemistry 56: 5617-5627.

Cranston ED.2011. Nanocellulose Composites: A New Class of Suistanable Materials[terhubung berkala] http://chemeng.mcmaster.ca/cranston.html.

Fernfindez JB, Felizon B, Heredia A, Guillen R, and Jimenez A. 1999. Characterization of the lignin obtained by alkaline delignification and of the cellulose residue from steam-exploded olive stones. Bioresour. Technol 68: 121-132.

38  

Ghosh Sanchita B, Ghosh Subrata B, and Mohini Sain. 2010. Cellulose Nanocomposites. In: Mussig Jorg (ed) .2010. Industry Applications of Natural Fibers: Structure, Properties and Tehcnical Applications. United Kingdom: Joh Wiley & Sons, Ltd.

Hatakeyama H and Hatakeyama T.2009. Lignin Structures, Properties and Application. In: Abe A, Dusek K, & Kobayasi S (eds). 2010. Biopolymers : Lignin, Protein, Bioactive Nanocomposites. German : Springer.

Hattaka A.2001. Degradation of Lignin. Journal Bioplymer 1: 129-145

Hutching JB. 1999. Food Color and Apearance. Marylan: Aspen publisher Inc.

Johar N, Ahmad I, and Dulfresne A.2012. Extraction, preparation and characterization of cellulose fibers and nanocrystal from rice husk. Journal Industrial Crops and Products 37: 93-99.

Kaushik A and Mandeeo Sigh. 2011. Isolation and characterization of cellulose nanofibrils from wheat straw using steam explosion coupled with high shear homogenization. Journal Carbohydrate Research 346: 76-85.

Klemn D, Kramer F, Moritz S, Lindstrom T, Ankefors M, Gray D, and Annie D.2011. Nanocelluloses: A New Family of Nature-Based Materials. Angew Chemistry International 50: 5438-5466.

Mandal A and Chakrabarty Debrabata.2011. Isolation of nanocellulose from water sugarcane bagasse (SCB) and its characterization. Journal Carbohydrate Polymer 86 : 1291-1299.

Pakki E.2007. Modul Pembelajaran : Sediaan Bentuk Suspensi. Makassar : Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Particles Science Inc. 2009. Physical Stability if Disperse System. Technical Brief Vol 1.

Plackett David.2011. Biopolymer: New Materials for Sustainable Films and Coating. United

Kingdom: Willey Publisher.

Richana N dan Suarni. 2004.Teknologi Pengolahan Jagung. Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen Bogor.

Sari IM, Noverita dan Yulneriwarni.2008. Pemanfaatan jerami dan alang-alang dalam fermentasi etanol menggunakan kapang Trichoderma viride dan khamir Saccharomycess cerevisiae. VIS VITALIS 1: 2.

Sekhon Buphider S. 2010. Food nanotechnology-an overview. Journal Nanotechnology, Science and Applications 2010:3 1-15.

Shofiyanto ME.2008. Hidrolisis Tongkol Jagung oleh Bakteri Selulolitik untuk Produksi Bioetanol dalam Kultur Campuran.[skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian-Institut Pertanian Bogor.

Subyakto, Hermiati E, Yanti DHY, Fitria, Budiman I, Ismadi, Masruchin N, dan Subiyanto B. 2009. Proses pembuatan serat selulosa berukuran nano dari sisal (Agave silasana) dan bambu betung (Dendrocalamus asper)[terhubung berkala] www.bbpk.go.id

39  

Sumada K, Tamara PE, dan Fiqih Alkani.2011. Kajian proses isolasi α-selulosa dari limbah batang

tanaman Manihot esculenta crants yang efisien. Jurnal Teknik Kimia 5: 2

Sumardjo Damin.2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soeprijanto, Ratnaningsih T, dan Prasetyaningrum I. 2010. Biokonversi selulosa dari limbah

tongkol jagung menjadi glukosa menggunakan jamur Aspergilus Niger. [paper] Institut

Teknologi Sepuluh November.

Venty A.2009.Pengaruh Kadar Air dan Metode Penyimpanan Tongkol Jagung (Zea mays,L)

terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus dan Pembentukan Alfatoksin[skripsi].Bogor:

Departemen Teknologi Industri Pertanian-Institut Pertanian Bogor.

Wasan Kishor. 2008. Suspension-introduction of suspension.

www.wasanlab.com/pharm/introsus.html.[22 September 2012]

Winarno FG dan Fernandez IE.2010. Nanoteknologi bagi Industri Pangan dan Kemasan.Bogor: M-BRIO PRESS.

Zhou YM, Fu SY, Zheng LM, and HY Zhan. 2012. Effect of nanocellulose isolation technique on the formation of reinforced poly (vinyl alcohol) nanocomposite film. eXPRESS Polymer Letters 6 (10) : 794-804.

40  

LAMPIRAN

41  

Lampiran 1.Hasil analisis kimia tepung tongkol jagung

1. Kadar air

Sampel Ulangan Bobot sampel Bobot cawan kosong

Bobot cawan+sampel

Kadar air(%BB)

Serbuk tongkol jagung

1 2,0024 2,3423 4,1824 8,105273672

2 2,0018 2,1153 3,9516 8,267559197 Rata-rata 8,19

2. Kadar abu

Sampel Ulangan Bobot sampel Bobot cawan kosong

Bobot cawan+sampel

Kadar abu(%BB)

Serbuk tongkol jagung

1 2,0254 28,8759 28,92 2,177347684

2 2,0153 22,8325 22,8773 2,222994095 Rata-rata 2,20

3. Kadar lemak

Sampel Ulangan Bobot sampel

Bobot labu lemak kosong

Bobot labu lemak+sampel

Kadar abu(%BB)

Serbuk tongkol jagung

1 2,0005 32,3785 32,4677 4,458885279

2 2,0002 32,3201 32,4089 4,439556044 Rata-rata 4,45

4. Kadar protein

Sampel Ulangan Bobot sampel Vol HCl Kadar protein (%BB) Serbuk tongkol

jagung 1 0,2076 1,2 0,506033237 2 0,212 1,3 0,536824882

Rata-rata 0,52

42  

Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk khir dengan ChromatometerMinolta 300

Kode Kadar NaoH

(%) Waktu

homogenisasi (jam) Ulangan L a B

133 2 2

1 32,36 3,24 0,84 2 32,39 3,21 1,82 3 33,09 2,77 -0,37 4 32,13 3,03 0 5 31,92 3 0,18

Rata-rata 32,378 3,05 0,494

378 2 2

1 33,84 2,59 0,31 2 31,56 2,87 0,04 3 32,73 3,17 0,7 4 32,43 2,95 -1,11 5 31,1 2,93 -0,46

Rata-rata 32,332 2,902 -0,104

309 2 3

1 32,02 2,95 0,71 2 33,31 3,09 0,59 3 31,03 2,94 0,32 4 33,5 3,06 0,77 5 33,25 3,2 0,728

Rata-rata 32,622 3,048 0,6236

443 2 3

1 33,75 3,27 0,86 2 33,88 2,89 0,81 3 33,18 3,14 0,85 4 33,31 3,04 0,87 5 34,03 2,84 0,58

Rata-rata 33,63 3,036 0,749

2 4

1 32,32 3,066 0,439 2 32,99 2,843 0,485 3 31,56 2,944 0,477 4 32,73 2,795 0,521 5 33,10 2,877 0,523

Rata-rata 32,54 2,905 0,489

849 2 4

1 32,24 2,84 -0,14 2 30,41 2,83 0,98 3 29,9 2,89 0,59 4 31,05 2,96 0,63 5 31 2,79 0,63

Rata-rata 30,92 2,862 0,538

43  

Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk akhir dengan ChromatometerMinolta 300

(lanjutan)

Kode Kadar NaoH

(%) Waktu

homogenisasi (jam) Ulangan L a B

26 4 2

1 33 3,34 -1,37 2 31,05 3,17 -1,25 3 33,98 3,05 -1,81 4 34,86 3,26 -1,31 5 35,21 3,44 -1,21

Rata-rata 33,62 3,252 -1,39

904 4 2

1 34,23 2,94 -2,42 2 33,05 3,21 -1,72 3 35,86 2,97 -3,73 4 33,11 3,18 -1,63 5 31,41 3,32 -0,72

Rata-rata 33,532 3,124 -2,044

781 4 3

1 32,82 3,06 -1,37 2 33,35 3,06 -1,6 3 34,33 3,04 -2,15 4 33,05 3,07 -1,57 5 34,28 2,9 -1,55

Rata-rata 33,566 3,026 -1,648

953 4 3

1 34,2 2,85 -2,41 2 33,82 2,78 -1,31 3 32,94 3,01 -2,22 4 35,17 2,96 -1,9 5 33,17 3,82 -2,26

Rata-rata 33,86 3,084 -2,02

129 4 4

1 32,71 2,6 -1,02 2 32,9 2,71 -1,99 3 33,67 2,55 -2,15 4 35,08 2,9 -2,51 5 34,21 2,53 -2,11

Rata-rata 33,714 2,658 -1,956

667 4 4

1 35,48 2,63 -1,85 2 34,74 2,8 -1,47 3 35,01 2,83 -1,73 4 33,54 2,87 -1,89 5 32,74 2,85 -0,75

Rata-rata 34,302 2,796

-1,538

44  

Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk akhir dengan ChromatometerMinolta 300 (lanjutan)

Kode Kadar NaoH

(%) Waktu

homogenisasi (jam) Ulangan L a B

255 8 2

1 38,92 2,3 -4,59 2 38,24 2,52 -4,86 3 37,62 2,73 -3,83 4 37,9 2,54 -3,99 5 37,26 2,53 -4,11

Rata-rata 37,988 2,524 -4,276

455 8 2

1 40,6 2,67 -5,62 2 37,38 2,72 -3,65 3 37,11 2,66 -3,65 4 35,64 2,99 -3,72 5 37,46 2,68 -3,52

Rata-rata 37,638 2,744 -4,032

797 8 3

1 35,53 2,76 -4,39 2 34,36 2,76 -4,26 3 35,59 2,86 -5,03 4 33,82 2,68 -3,87 5 33,96 2,73 -4,58

Rata-rata 34,652 2,758 -4,426

844 8 3

1 35,89 2,65 -4,77 2 34,08 2,58 -4,5 3 35,37 2,74 -4,96 4 34,92 2,64 -4,57 5 39,16 2,7 -5,32

Rata-rata 35,884 2,662 -4,824

17 8 4

1 36,69 2,56 -3,85 2 37,03 2,65 -3,73 3 38,24 2,71 -4,53 4 37,02 2,49 -3,91 5 37,51 2,84 -3,76

Rata-rata 37,298 2,65 -3,956

9 8 4

1 37,36 2,46 -3,44 2 37,06 2,83 -3,44 3 39,48 2,27 -4,7 4 38,57 2,29 -4,24 5 37,05 2,81 -3,92

Rata-rata 37,904 2,532 -3,948

45  

Lampiran 3. Hasil analisis ragam dan uji Duncan nilai parameter warna produk akhir

sintesis nanoselulosa

1. Notasi L*

The ANOVA Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Ulangan 2 1, 2

Perlakuan 9 KN2WH2 KN2WH3 KN2WH4 KN4WH2 KN4WH3 KN4WH4 KN8WH2

KN8WH3 KN8WH4

Dependent Variable : l

Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F

Model 9 68.55351200 7.61705689 21.30 0.0001

Error 8 2.86107378 0.355763422

Corrected

Total

17 71.41458578

R-Square Coeff var Root MSE L mean

0.959937 1.743614 0.598025 34.30689

2. Notasi a*

The ANOVA Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Ulangan 2 1, 2

Perlakuan 9 KN2WH2 KN2WH3 KN2WH4 KN4WH2 KN4WH3 KN4WH4 KN8WH2

KN8WH3 KN8WH4

Dependent Variable : a

Source DF Sum of

squares

Mean Square F value Pr > F

Model 9 0.72664072 0.08073786 9.21 0.0023

Error 8 0.07016778 0.00877097

Corrected

Total

17 0.79680850

46  

R-Square Coeff var Root MSE a mean

0.911939 3.268692 0.093653 2.865167

3. Notasi b*

The ANOVA Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Ulangan 2 1, 2

Perlakuan 9 KN2WH2 KN2WH3 KN2WH4 KN4WH2 KN4WH3 KN4WH4 KN8WH2

KN8WH3 KN8WH4

Dependent Variable : b

Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F

Model 9 67.54461058 7.50495673 89.31 <.0001

Error 8 0.67222540 0.08402818

Corrected

Total

17 68.21683598

R-Square Coeff var Root MSE b mean

0.990146 -15.70511 0.289876 -1.845744

4. Nilai Hue

Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F

Model 9 7177.104583 797.456065 59.55 <.0001

Error 8 107.132644 13.391581

Corrected

Total

17 7284.237228

R-Square Coeff var Root MSE b mean

0.985293 6.389140 3.659451 57.27611

47  

Lampiran 4. Hasil analisis ADF, selulosa dan lignin produk akhir sintesis nanoselulosa

Perlakuan ADF Selulosa (%BB)

Lignin (%BB) Kadar air

Selulosa (%BK)

Lignin (%BK)

NaOH 2% 20,55 18,08 1,54 75,63 74,18 6,32

NaOH 2% 22,2 17,12 - 78,64 80,15 -

NaOH 4% 19,77 13,93 4,33 76,86 60,19 21,02

NaOH 4% 19,27 14,53 4,72 76,06 59,73 18,71

NaOH 8% 16,06 14,3 1,3 73,08 53,98 4,83

NaOH 8% 17,56 16,12 0,76 70,97 55,53 2,62

48  

Lampiran 5. Hasil analisis ragam kadar selulosa produk akhir sintesis nanoselulosa

Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F

Model 3 558.5153667 186.1212889 34.41 0.0284

Error 2 10.8202333 5.4101167

Corrected

Total

5 569.3356000

R-Square Coeff var Root MSE Mean

0.980995 3.636594 2.325966 63.96000

49  

Lampiran 6. Hasil analisis ragam kadar lignin produk akhir sintesis nanoselulosa

Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F

Model 3 275.4229000 91.8076333 67.95 0.0145

Error 2 2.7021000 1.3510500

Corrected

Total

5 278.1250000

R-Square Coeff var Root MSE Mean

0.990285 11.92151 1.3510500 9.750000

50  

Lampiran 7. Gambar instrumen Scanning Electron Microscope (SEM)

Lampiran 8. Gambar Ion Coater

51  

Lampiran 9. Gambar sampel yang telah dipreparasi dan dilapis emas sebelum diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM)

Lampiran 10. Gambar Ultra-turrax untuk proses homogenisasi

52