sistem pembagian harta waris masyarakat muslim di...

88
SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh MUCHAMAD ALI RIDHO NIM : 21210008 JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS

MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN

KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

MUCHAMAD ALI RIDHO

NIM : 21210008

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

i

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS

MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN

KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

MUCHAMAD ALI RIDHO

NIM : 21210008

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 3: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

ii

Page 4: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

iii

Page 5: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

iv

Page 6: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Pastikan ada jalan untuk meraih kesuksesan.

PERSEMBAHAN

Untuk orang tuaku,

para dosenku, saudara-saudaraku,

Sahabat-sahabat seperjuanganku.

Page 7: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

vi

ABSTRAK

Ali, Muchamad. 2015. SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT

MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR

KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Program Studi Al

Ahwal Asy Syakhshiyyah. Instutut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen

Pembimbing Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.

Kata kunci: Sistem Pembagian Harta Waris Masyarakat Muslim Desa Kalongan

Waris merupakan salah satu bagian dari fiqih atau ketentuan yang harus

dipatuhi oleh umat Islam dan dijadikan pedoman dalam menyelesaikan harta

peninggalan seseorang yang telah mati.Kewarisan yang ada di dalam Al Qur‟an

adalah bagian laki-laki dua berbanding satu dengan bagian perempuan. Dalam

pembagian waris apabila perempuan mendapatkan lebih banyak daripada laki-

laki, apakah kewarisan sudah sesuai dengan hukum sayri‟at Islam. Berdasarkan

latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut, kenapa

pembagian harta waris di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur untuk

perempuan mendapatkan lebih banyak dibandingkan laki-laki, bagaimana jika

ditinjau menurut hukum waris Islam.

Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif. Peneliti menggunakan

penelitian lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan ditengah-

tengah masyarakat. Dalam hal ini data yang ingin diperoleh adalah adanya

pembagian harta waris untuk perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Teknik

pengumpulan data dengan menggunakan interview (wawancara) kemudian data

ditranskip menjadi data yang lengkap.

Masyarakat muslim di Desa Kalongan dalam hal melakukan pembagian

harta waris selalu dengan jalan musyawarah, dan itu sudah menjadi kebiasaan

yang turun-temurun dilakukan di masyarakat tersebut. Untuk hasil perolehan harta

waris yang diperoleh masing-masing ahli waris jelaslah berbeda dengan apa yang

ada dalam Al Qur‟an. Faktor penyebab pembagian harta waris untuk anak

perempuan lebih banyak daripada laki-laki dikarenakan kesadaran masyarakat

sangat kecil dalam menerapkan hukum Islam, hukum Islam di anggap sulit,

pembagian harta waris dengan jalan musyawarah dilakukan turun-temurun dan

sudah menjadi kebiasaan. Dalam hal pembagian harta waris masyarakat muslim di

Desa Kalongan yang dilakukan dengan cara musyawarah dan disaksikan oleh

tokoh agama dan tokoh masyarakat. Bila ditinjau dari sisi Kompilasi Hukum

Islam pada Bab III Besarnya Bahagian Pasal 183 yang menjelaskan para ahli

waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan,

setelah masing-masing menyadari bagiannya. Penjelasan pasal tersebut sangat

jelas bahwa mengenai prinsip musyawarah dalam pembagian harta waris itu

sangatlah dimungkinkan, setelah masing-masing ahli waris menyadari bagiannya.

Page 8: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ya Allah, dzat yang maha segalanya. Alhamdulillahi robbil’alamin, segala

puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Sistem Pembagian Harta Waris Masyarakat Kalongan

(Studi Kasus di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang)”

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi utusanMu Muhammad

Rasul KekasihMu sang pembawa risalah Uswatun Khasanah beserta keluarga dan

para sahabatnya. Mudah-mudahan kita diakui sebagai umatnya dan mendapat

syafaat di yaumul qiyamah kelak. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy) di Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Skripsi ini berjudul “Sistem Pembagian Harta Waris Masyarakat Kalongan

(Studi Kasus di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang)”

Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Rektor IAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. Dekan Fakultas Syari‟ah

Page 9: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

viii

3. Syukron Ma‟mun, M.Si. Ketua Jurusan Al Ahwal Asy Syakhshiyyah IAIN

Salatiga.

4. Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuan.

7. Bapak Munawar dan Ibu Sri Sutiah tercinta yang telah mengasuh, mendidik,

membimbing penulis, baik moral maupun spiritual.

8. Bapak Yarmuji Kepala Desa Kalongan beserta stafnya yang telah memberikan

ijin penelitian di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur.

9. Bapak dan Ibu yang ada di Desa Kalongan yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini. Skripsi ini masih jauh

dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis

khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 19 September 2015

MUCHAMAD ALI RIDHO

Page 10: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

NOTA PEMBIMBING .........................................................................................ii

PENGESAHAN ....................................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................vi

KATA PENGANTAR .........................................................................................vii

DAFTAR ISI .........................................................................................................ix

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................3

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................3

D. Telaah Pustaka ..................................................................................................5

E. Kerangka Teori ..................................................................................................6

F. Metode Penelitian ..............................................................................................7

1. Jenis Penelitian ............................................................................................7

2. Pendekatan Penelitian .................................................................................8

3. Sumber Data ................................................................................................8

4. Metode Pengumpulan Data .........................................................................9

5. Metode Analisis Data ................................................................................9

G. Sistematika Penulisan .....................................................................................10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Waris .............................................................................................12

B. Dasar Hukum ..................................................................................................13

C. Syarat dan Rukun Pembagian Warisan ...........................................................17

D. Sistem Pembagian Warisan Berdasarkan Pengelompokan Ahli Waris dan

Haknya Masing-masing ..................................................................................20

BAB III : PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Masyarakat di Desa ...........................................................39

1. Letak Geografis .........................................................................................39

2. Struktur Organisasi Desa Kalongan ..........................................................40

3. Jumlah Penduduk Desa Kalongan .............................................................41

B. Kewarisan Menurut Masyarakat Muslim di Desa Kalongan ..........................45

C. Bagian Waris Untuk Anak Perempuan Dalam Hukum Islam .........................48

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Sistem Pembagian Harta Waris Masyarakat Muslim di Desa Kalongan ........51

B. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Muslim di Desa Kalongan Memilih

Sistem Pembagian Harta Waris Dengan Jalan Musyawarah ..........................58

C. Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Pembagian Harta Waris Masyarakat

Muslim di Desa Kalongan ...............................................................................60

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................67

1. Pembagian Harta Waris Masyarakat Muslim di Desa Kalongan ..............67

Page 11: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

x

2. Faktor Penyebab Pembagian Harta Waris Masyarakat Muslim di Desa

Kalongan ...................................................................................................67

3. Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Pembagian Harta Waris

Masyarakat Muslim di Desa Kalongan .....................................................67

B. Saran-Saran .....................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Biodata Penyusun

2. Nota Dosen Pembimbing Skripsi

3. Lembar Konsultasi

4. Surat Ijin Penelitian

Page 12: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan

manusia, bahwa setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa hukum,

apabila seorang meninggal dunia meninggalkan harta peninggalan dan ahli

waris, tentunya harta peninggalan tersebut akan berpindah kepada ahli waris

yang ada.

Manusia di dalam perjalannya di dunia mengalami 3 peristiwa yang

penting: waktu ia dilahirkan, waktu ia kawin, waktu ia meninggal dunia.

(Afandi, 1997: 5)

Setiap mahluk pasti mati. Tiada orang yang mengetahui kapan dia mati

karena waktu kematian merupakan salah satu yang dirahasiakan Allah.

Kematian merupakan salah satu sebab terjadinya pewarisan, hal ini

menyangkut tata cara dan pemindahan harta benda dari pewaris kepada ahli

waris. Kewarisan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari hukum, sedang hukum adalah bagian dari aspek ajaran Islam

yang pokok. (Rohman, 1995: 9)

Dalam pandangan Islam kewarisan itu merupakan salah satu bagian

dari fiqih atau ketentuan yang harus dipatuhi umat Islam dan dijadikan

pedoman dalam menyelesaikan harta peninggalan seseorang yang telah wafat.

Allah menentukan ketentuan tentang kewarisan ini adalah karena menyangkut

Page 13: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

2

tentang harta yang di satu sisi kecenderungan manusia dapat menimbulkan

persengketaan dan disisi lain Allah tidak menghendaki manusia memakan

harta yang bukan haknya. (Syarifudin, 2003: 147)

Sebagai umat Islam harus taat dan patuh terhadap hukum Islam yang

mengatur seluruh aspek kehidupan dan kebutuhan manusia, baik dalam

hubungannya dengan Allah swt, hubungan sesama manusia dan hubungannya

dengan alam sekitarnya, sehingga lahir aturan-aturan bagi manusia, seperti

diantaranya hukum keluarga yang membahas mengenai perkawinan dan

kewarisan. Hukum kewarisan adalah bagian dari hukum keluarga yang

memegang peranan penting yang berlaku dalam masyarakat.

Masalah warisan berkaitan dengan aturan-aturan yang mengatur proses

meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang

yang tidak berwujud benda dari seorang manusia kepada keturunannya. Jadi

dalam hal ini masalah warisan erat kaitannya dengan masalah harta kekayaan.

Hukum Islam telah meletakkan aturan kewarisan dan hukum mengenai

harta benda dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Islam menetapkan hak

milik seseorang atas harta, baik laki-laki maupun perempuan pada waktu

masih hidup ataupun perpindahan harta kepada ahli warisnya setelah ia

meninggal dunia.

Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan di Desa Kalongan

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dalam hal membagi harta

waris selalu dengan jalan musyawarah dan anak terakhir mendapat pembagian

harta waris lebih banyak dibandingkan dengan saudaranya yang lain,

Page 14: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

3

meskipun anak yang terakhir itu adalah seorang perempuan dan mempunyai

saudara kandung yang lain yaitu laki-laki.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

penelitian ini lebih lanjut, kenapa pembagian harta waris di Desa Kalongan

untuk perempuan mendapatkan lebih banyak dibandingkan laki-laki,

bagaimana jika ditinjau menurut hukum waris Islam. Peneliti bermaksud akan

melakukan penelitian yang berjudul SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS

MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN

UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem pembagian harta waris masyarakat muslim di Desa

Kalongan?

2. Faktor apa yang mempengaruhi masyarakat muslim di Desa Kalongan

memilih sistem pembagian waris dengan jalan musyawarah?

3. Apakah sistem pembagian waris masyarakat muslim di Desa Kalongan

sesuai dengan hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembagian harta waris masyarakat

muslim di Desa Kalongan.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi masyarakat muslim di

Desa Kalongan memilih sistem pembagian waris dengan jalan

musyawarah.

Page 15: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

4

3. Untuk mengetahui apakah sistem pembagian harta waris masyarakat

muslim di Desa Kalongan sesuai dengan hukum Islam.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini layak dan perlu dilaksanakan supaya dapat bermanfaat

sebagai bahan wacana bagi semua pihak apalagi yang berkepentingan dalam

rangka untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hukum kewarisan

dalam Islam.

E. Penegasan Istilah

1. Warisan adalah istilah menurut bahasa Indonesia yang mengandung arti

harta peninggalan, pusaka, surat-surat wasiat. (Purwadarta, 1983: 148)

2. Ahli Waris adalah orang yang akan mewarisi harta peninggalan lantaran

mempunyai hubungan sebab-sebab untuk mempusakai seperti adanya

ikatan perkawinan, hubungan darah (keturunan), hubungan hak perwalian

dengan si muwaris. (Abdullah, 1960: 57)

3. Muwaris adalah orang yang meninggal dunia, baik mati hakiki maupun

mati hukmi. Mati hukmi ialah suatu kematian yang dinyatakan oleh

keputusan hakim atas dasar beberapa sebab, walaupun ia sesungguhnya

belum mati sejati. (Rahman, 1981: 37)

4. Pembagian adalah Suatu kegiatan akal budi yang tertentu. Dalam kegiatan

itu akal budi menguraikan “membagi”, “menggolongkan”, dan menyusun

pengertian-pengertian dan barang-barang tertentu. Penguraian dan

penyusunan itu diadakan menurut kesamaan dan perbedaannya. (Alex,

1983: 2)

Page 16: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

5

F. Telaah Pustaka

Dalam skripsi Abdul Wahid yang berjudul Pembagian Waris Antara

Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis Pemikiran Munawir

Sjadzali) membahas tentang konsep waris yang ditawarkan Munawir S jadzali

dalam soal pembagian waris yang berkembang di Indonesia adalah pembagian

waris yang seimbang antara laki-laki dan perempuan tanpa ada diskriminasi

jender tetapi lebih mengutamakan keadilan sosial. Skripsi ini berbeda dengan

pembahasan peneliti yang mengangkat judul Sistem Pembagian Harta Waris.

Sistem pembagian harta waris lebih fokus terhadap besarnya bagian ahli waris

perempuan yang lebih banyak daripada laki-laki.

Skipsi yang berjudul Pelaksanaan Hukum Waris Dalam Masyarakat

Islam (Studi Kasus Atas Pelaksanaan Pembagian Waris Di Kelurahan Tingkir

Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga). Yang ditulis oleh Muhammad Ali

As‟ad fokus terhadap pelaksanaan hukum waris 1:1 antara laki-laki dan

perempuan adapun pelaksanaannya setiap pembagian warisan dalam satu

keluarga di saksikan oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat dan hasil

perolehannya 1:1 antara laki-laki dan perempuan. Dan pembahasan peneliti

sistem pembagian harta waris untuk hasil yang diperoleh perempuan

mendapatkan harta waris lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

Meskipun peneliti menyinggung tentang pelaksanaan pembagian warisan yang

dihadiri oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat tidak ada kesamaan antara

pembagian harta waris antara laki-laki dan perempuan 1:1 dengan pembagian

harta waris perempuan mendapatkan lebih banyak daripada laki-laki.

Page 17: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

6

G. Kerangka Teori

Hukum kewarisan menduduki tempat amat penting dalam Islam.

Masalah-masalah yang menyangkut tentang kewarisan sudah ada

ketentuannya. Dalam al-Qur'an dan al-Hadits terdapat lima asas hukum

kewarisan yang terangkum dalam doktrin ajaran agama Islam, Asas-asas

tersebut adalah sebagai berikut: (Syarifudin, 2004: 17)

1. Asas Ijbari

Dalam hukum Islam peralihan harta dari orang yang telah

meninggal kepada orang yang masih hidup berlaku dengan sendirinya tanpa

usaha dari yang akan meninggal atau kehendak yang akan menerima.

2. Asas Bilateral

Asas bilateral ini mengandung arti bahwa harta warisan beralih

kepada atau melalui dua arah. Hal ini berarti bahwa setiap orang menerima

hak kewarisan dari kedua belah pihak garis kerabat, yaitu pihak kerabat

garis keturunan laki-laki pihak kerabat garis keturunan perempuan.

3. Asas Individual

Asas ini mengandung arti bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi

dan dimiliki secara perorangan.

4. Asas Keadilan Berimbang

Artinya keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan

keseimbangan antara yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaan.

5. Asas Semata Akibat Kematian

Page 18: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

7

Hukum Islam menetapkan bahwa peralihan harta seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan istilah kewarisan hanya berlaku setelah

yang mempunyai harta meninggal dunia.

Dari kelima asas tersebut di atas, asas keadilan berimbang merupakan

titik permasalahan yang selalu diartikan berbeda di kalangan masyarakat,

bahwa yang disebut dengan adil dalam pembagian warisan itu ialah bahwa

anak perempuan mendapat lebih banyak dari anak laki-laki. Padahal dalam

Kompilasi Hukum Islam bagian laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda.

BAB III Besarnya Bahagian pasal 176 Kompilasi Hukum Islam (KHI)

menjelaskan:

“Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separoh bagian,

bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga

bagian, dan apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki

adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan”. (Tim Redaksi Nuansa

Aulia,2009: 54)

Dari pasal tersebut sangat jelas bahwa bagian anak laki-laki lebih

banyak daripada bagian anak perempuan yaitu dua kali bagian dari anak

perempuan. Misalnya anak laki-laki mendapatkan harta warisan Rp

1.000.000,00 maka anak perempuan mendapatkan Rp. 500.000,00.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah penelitian

lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan ditengah-tengah

masyarakat. Dalam hal ini data yang ingin diperoleh adalah adanya niat

Page 19: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

8

dalam membagi harta waris perempuan mendapatkan harta waris lebih

banyak dibandingkan dengan laki-laki.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini penyusun menggunakan pendekatan

Sosiologis, yaitu dengan mendeskripsikan masalah-masalah sosial yang

terjadi di lingkungan masyarakat. Penulis mencoba mendeskripsikan

masalah-masalah mengenai kewarisan yang terjadi di Desa Kalongan

melalui pengumpulan, penyusunan, dan menganalisa data, kemudian

dijelaskan.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi data dari

beberapa literature buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan

memperoleh sumber informasi riil dari proses data observasi dan

wawancara yang peneliti lakukan secara langsung yang kemudian

dianalisis. Dengan kata lain sumber data yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan objek riset. Data

primer dalam penelitian ini adalah perilaku masyarakat kalongan yang

diperoleh dari hasil wawancara dan hasil observasi.

b. Sumber Data Skunder

Sumber data skunder adalah sumber data yang mendukung dan

melengkapi sumber-sumber data primer. Data skunder dalam penelitian ini

Page 20: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

9

adalah buku-buku jurnal dan penelitian orang lain yang berkaitan dengan

sistem pembagian harta waris.

4. Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan tanya

jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan

penelitian. (Hadi, 1992: 193) Wawancara dilakukan kepada orang-orang

yang melakukan pembagiaan waris anak perempuan mendapat lebih

banyak daripada laki-laki. Di samping informan umum atau masyarakat

umum ataupun kultur yang mempengaruhi praktek pembagian waris

anak perempuan mendapatkan lebih banyak daripada laki-laki.

b. Observasi

Observasi disebut juga pengamatan, yang meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan

seluruh alat indera. (Moeloeng, 2002: 146) Maksud dari penggunaan

metode ini adalah peneliti mengamati fenomena-fenomena yang terjadi

di masyarakat yang menjadi objek penelitian, terutama faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan sistem waris anak perempuan

mendapatkan lebih banyak daripada laki-laki.

5. Analisis Data

Penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu:

Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata

Page 21: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

10

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang teramati. (Moeloeng,

2002: 3)

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tentang sistem

pembagian harta waris di masyarakat Kalongan. Yang kemudian diuraikan

sebagai sebuah narasi, kemudian diperhatikan sisi-sisi data yang harus dan

memang memerlukan analisis lebih lanjut.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini penyusun akan

menguraikan sistematikanya yaitu dengan membagi seluruh materi menjadi

lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab. Adapun kelima bab

yang dimaksud dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik,

metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini merupakan landasan teori yang menguraikan tentang

kajian teoritik tentang waris dalam Islam yang terdiri atas:

pengertian waris, dasar hukum, syarat dan rukun waris

kemudian tentang pembagian harta waris berdasarkan

pengelompokan ahli waris dan haknya masing-masing.

BAB III : Bab ini memuat tentang gambaran umum masyarakat di Desa

Kalongan, kewarisan menurut masyarakat muslim di Desa

Kalongan dan bagian waris untuk perempuan dalam hukum

Islam.

Page 22: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

11

BAB IV : Sistem pembagian harta waris masyarakat muslim di Desa

Kalongan, faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim Desa

Kalongan memilih sistem pembagian waris dengan musyawarah

dan analisis hukum Islam terhadap sistem pembagian harta

waris di Desa Kalongan.

BAB V : Penutup, kesimpulan dilanjutkan dengan saran-saran.

Page 23: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Waris

Waris berasal dari bahasa Arab al-mirats; bentuk masdar dari kata

waratsa, yaritsu, irtsan, mirasatun. Artinya menurut bahasa adalah berpindah

sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari satu kaum kepada kaum

yang lain. (Ash-Shabuni, 1995: 33) Ilmu waris disebut juga dengan ilmu

faraidh bentuk jamak dari kata faridhah, artinya ketentuan-ketentuan bagian

ahli waris yang diatur secara rinci di dalam al-Qur'an. (Rofiq, 2001: 1)

Hukum waris sering dikenal dengan istilah faraidh, bentuk jamak dari

kata tunggal faridhah, artinya ketentuan. menurut syariat, faraidh berarti

bagian yang telah ditentukan bagi ahli waris. Ilmu yang membahas tentang hal-

hal yang berkenaan harta warisan ini disebut dengan ilmu faraidh.

Dalam KHI pasal 171 huruf a Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang

berbunyi:

“Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak

pemilikan harta (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak

menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing”. (Tim Redaksi

Nuansa Aulia,2009: 52)

Pewarisan adalah merupakan salah satu bagian dari fiqih atau ketentuan

yang harus dipatuhi oleh umat Islam dan dijadikan pedoman dalam

menyelesaikan harta peninggalan seseorang yang telah mati. (Syarifuddin,

2003: 151) Pewarisan adalah proses perpindahan harta yang dimiliki seseorang

Page 24: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

13

yang telah meninggal dunia kepada pihak penerima yang jumlah dan ukuran

bagiannya telah ditentukan. (Shahrur, 2004: 334)

Jadi apabila ada seseorang meninggal dunia, maka secara otomatis akan

terjadi pengoperan harta benda dari pewaris kepada ahli waris. Namun ada hak-

hak yang harus dilaksanakan sebelum itu.

Hak-hak yang berhubungan dengan harta peninggalan itu secara tertib

adalah sebagai berikut: (Basyir, 1999: 12)

1. Hak-hak yang menyangkut kepentingan pewaris sendiri, yaitu biaya-biaya

penyelenggaraan jenazahnya, sejak dimandikan sampai dimakamkan.

2. Hak-hak yang menyangkut kepentingan para kreditur

3. Hak-hak yang menyangkut kepentingan orang-orang yang menerima wasiat

4. Hak-hak ahli waris

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa sebelum harta warisan

dibagikan, perawatan jenazah, pelunasan hutang dan pelunasan wasiatnya

harus dilaksanakan. Ini dimaksudkan agar orang yang meninggal dunia tersebut

tidak terhalang oleh tanggung jawabnya yang belum selesai.

B. Dasar hukum

Adapun yang menjadi dasar hukum dari kewarisan adalah: Al-Qur‟an,

As-Sunnah, Al-Ijma‟ dan Al-ijtihad.

1. Al-Qur‟an

a. Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 7

Page 25: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

14

للرجال نصيب ما ت رك الوالدان والق ربون وللنساء نصيب ما ت رك الوالدان والق ربون ما قل

﴾٧:منو أو كث ر نصيبا مفروضا ﴿النساء

7. Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua

orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula)

dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit

atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. (Q.S. An-Nisa’: 7)

b. Q.S. An-Nisa ayat 11

يوصيكم اللو ف أولدكم للذكر مثل حظ الن ث ي ي فإن كن نساء ف وق اث نت ي ف لهن ث لثا

هما السدس ما ت رك إن ما ت رك وإن كانت واحدة ف لها النصف ولب ويو لكل واحد من

كان لو ولد فإن ل يكن لو ولد وورثو أب واه فلمو الث لث فإن كان لو إخوة فلمو

السدس من ب عد وصية يوصي با أو دين آباؤكم وأب ناؤكم ل تدرون أي هم أق رب لكم

﴾١١:ن فعا فريضة من اللو إن اللو كان عليما حكيما ﴿النساء

11. Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang

(pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak

laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak

itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak

perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang

ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal)

mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan

dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat

sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara,

maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di

atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang di buatnya atau (dan setelah

dibayar) hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu

tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya

Page 26: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

15

bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,

Mahabijaksana. (Q.S An Nisa’, 11)

c. Q.S. an-Nisa ayat 12

ولكم نصف ما ت رك أزواجكم إن ل يكن لن ولد فإن كان لن ولد ف لكم الربع ما ت ركن

من ب عد وصية يوصي با أو دين ولن الربع ما ت ركتم إن ل يكن لكم ولد فإن كان

لكم ولد ف لهن الثمن ما ت ركتم من ب عد وصية توصون با أو دين وإن كان رجل يورث

لك هما السدس فإن كانوا أكث ر من ذ كللة أو امرأة ولو أخ أو أخت فلكل واحد من

ر مضار وصية من اللو واللو ف هم شركاء ف الث لث من ب عد وصية يوصى با أو دين غي

﴾١٢:عليم حليم ﴿النساء

12. Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta

yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.

Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat

seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat

yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) hutangnya. Para istri

memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta

yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau

(dan setelah dibayar) hutang-hutangmu. Jika seseorang menninggal, baik

laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak

meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu)

atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari

kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara

seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian

yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan

setelah dibayar) hutangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli

waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha

Penyantun. (Q.S. An-Nisa: 11)

Page 27: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

16

d. Q.S. an-Nisa: 33

لدان والق ربون ل ما ت رك الو والذين عقدت أينكم ف اتوىم ولكل جعلنا مو ﴾٣٣: إن الل و كان على كل شىء شهيدا ﴿النساء نصيب هم

33. Dan untuk masing-masing (laki-laki dan perempuan) Kami

telah menetapkan para ahli waris atas apa yang ditinggalkan oleh kedua

orang tuanya dan karib kerabatnya. Dan orang-orang yang telah kamu

bersumpah setia dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka

bagiannya. Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Q.S. An-

Nisa: 33)

2. Al-hadits

a. Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim

321. Nabi saw. Bersabda: "Berilah bagian-bagian tertentu

kepada orang-orang yang berhak. Sesudah itu sisanya untuk orang laki-

laki yang utama (dekat kekerabatannya)”. (Shahih, Muttafaq Alaih)

b. Riwayat al-Bukhari dan Muslim

322. Orang-orang muslim tidak berhak mewarisi orang-orang

kafir, dan orang kafir tidak berhak mewarisi orang-orang muslim".

(Shahih, Muttafaq Alaih)

c. Riwayat Imam Bukhari dan Muslim

312. Rasulullah saw datang menjengukku pada tahun Haji Wada'

diwaktu aku menderita sakit keras. Lalu aku bertanya kepada beliau:

wahai Rasulullah saw aku sedang menderita sakit keras, bagaimana

menurutmu, aku ini orang berada dan tidak ada yang mewarisi hartaku

selain anak perempuan, apakah aku sedekahkan (wasiatkan) dua

pertiga? "jangan" jawab Rasulullah aku bertanya: "sepertiga?" jawab

Rasulullah" sepertiga, sepertiga adalah banyak atau besar sedang jika

kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan yang cukup adalah

lebih baik dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang

meminta-minta kepada orang banyak. (Shahih, Muttafaq Alaih)

3. Al-ijma'

Artinya kaum muslimin menerima ketentuan hukum warisan yang

terdapat dalam al-Qur'an dan al-Sunnah sebagai ketentuan hukum yang

Page 28: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

17

harus dilaksanakan dalam mengupayakan dan mewujudkan keadilan dalam

masyarakat. Karena telah diterima secara mufakat, maka tidak ada alasan

untuk menolaknya. (Ismail, 1992: 22)

4. Al-ijtihad

Yaitu pemikiran para ulama yang memiliki cukup syarat dan kriteria

sebagai mujtahid untuk menjawab berbagai persoalan-persoalan yang

muncul. Yang dimaksud disini adalah ijtihad dalam menetapkan hukum,

bukan untuk mengubah pemahaman atau ketentuan yang ada, misalnya

bagaimana jika dalam pembagian warisan terjadi kekurangan harta,

diselesaikan dengan cara aul atau dan lain-lain. (Ismail, 1992: 33)

C. Syarat dan Rukun Pembagian Warisan

Syarat-syarat warisan ada tiga macam: (Basyir, 1999:16)

1. Pewaris benar-benar telah meninggal, atau dengan keputusan hakim

dinyatakan telah meninggal; misalnya orang yang tertawan dalam

peperangan dan orang hilang (mafqud) yang telah lama meninggalkan

tempat tanpa diketahui hal ihwalya. Menurut pendapat ulama Malikiyah

dan Hanbaliyah, apabila lama meninggalkan tempat itu sampai berlangsung

selama 4 tahun, sudah dapat dinyatakan mati. Menurut pendapat ulama-

ulama madzhab lain, terserah kepada itjtihad hakim dalam melakukan

pertimbangan-pertimbangan dari berbagai macam segi kemungkinannya.

2. Ahli waris benar-benar masih hidup ketika pewaris meninggal, atau dengan

keputusan hakim dinyatakan masih hidup disaat pewaris meninggal.

Dengan demikian apabila dua orang yang saling mempunyai hak waris satu

Page 29: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

18

sama lain meninggal bersama-sama atau berturut, tetapi tidak dapat

diketahui siapa yang mati lebih dulu, maka diantara mereka tidak terjadi

waris-mewaris. Misalnya orang-orang yang meninggal dalam suatu

kecelakaan penerbangan, tenggelam, kebakaran dan sebagainya.

3. Benar-benar dapat diketahui adanya sebab warisan pada ahli, atau dengan

kata lain, benar-benar dapat diketahui bahwa ahli waris bersangkutan

berhak waris; syarat ketiga ini disebutkan sebagai suatu penegasan yang

diperlukan. Terutama dalam pengadilan meskipun secara umum telah

disebutkan dalam sebab-sebab warisan.

Adapun hal-hal yang menyebabkan seseorang berhak mewaris ada

tiga hal, (Ash-Shabuni, 1994: 55) yaitu:

1. Kekerabatan sesungguhnya, yakni hubungan nasab; orang tua, anak dan

orang-orang yang bernasab dengan mereka.

2. Pernikahan, yaitu akad nikah yang sah yang terjadi antara suami dan

istri.

3. Perbudakan, yaitu kekerabatan berdasarkan hukum. Sebab memberinya

warisan karena memerdekakan budak, dan sebab itu ia berhak mewarisi.

Qawl qadim dan qawl jadid tentang waris hanya satu topik, yaitu

pewarisan harta seorang hamba yang telah dimerdekakan. (Mubarok,

2002: 283)

Di samping itu terdapat beberapa sebab yang menghalangi sesorang

mendapat warisan dari si mati, padahal semestinya yang bersangkutan

Page 30: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

19

berhak atas warisan tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat adanya empat

sebab: (Sudarsono, 2002: 299)

1. Berbeda agama, seorang muslim tidak dapat menjadi ahli waris bagi

orang kafir, demikian juga sebaliknya.

2. Pembunuhan, apabila seseorang dengan sengaja membunuh sesorang

yang ia akan menjadi ahli warisnya.

3. Perhambaan, seorang hamba selama belum merdeka tidak dapat menjadi

ahli waris maupun menjadi pewaris bagi harta peninggalannya untuk

diwarisi.

4. Tidak tentu kematiannya, apabila ada dua orang yang memiliki

hubungan mewaris, padahal mereka tertimpa musibah seperti mengalami

kecelakaan mobil atau tenggelam bersama, sehingga keduanya

meninggal bersama, jika tidak dapat diketahui siapa yang meninggal

terlebih dahulu, maka dalam keadaan demikian tidak dapat seseorang

menjadi ahli waris bagi yang lain.

Setelah seseorang jelas sebab mendapatkan warisan dan terbebas

dari halangan, selanjutnya adalah pembahasan mengenai rukun mewaris.

Menurut hukum Islam, warisan memiliki beberapa unsur. Adapun rukun

pembagian warisan tersebut adalah sebagai berikut: (Sudarsono, 2001: 304)

1. Muwarrits (orang yang mewariskan) yakni adanya orang yang

meninggal dunia atau si pewaris.

Page 31: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

20

2. Warits (orang yang berhak mewaris; disebut ahli waris) yakni adanya

ahli waris yang ditinggalkan si pewaris yang masih hidup dan berhak

menerima pusaka si pewaris.

3. Mauruts miratsatan tirkah (harta warisan) yakni adanya harta pusaka

atau peninggalan si mati yang memang nyata-nyata miliknya.

D. Sistem Pembagian Warisan Berdasarkan Pengelompokan Ahli Waris dan

Haknya Masing-Masing

Ahli waris dapat digolongkan menjadi beberapa golongan atas dasar

tinjauan dari segi kelaminnya dan dari segi haknya atas harta warisan. Dari

segi jenis kelaminnya, ahli waris dibagi menjadi dua golongan, yaitu ahli

waris laki-laki dan ahli waris perempuan. (Basyir, 1999: 24) Sedangkan dari

segi haknya atas harta warisan, ahli waris dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

dzawil furudl, ashabah dan dzawil arham (Kompilasi Hukum Islam).

1. Dari segi jenis kelaminnya

a. Ahli waris laki-laki, terdiri dari: (Basyir, 1999: 24)

1) Ayah.

2) Kakek (bapak dari ayah) dan seterusnya ke atas dari garis laki-laki.

3) Anak laki-laki.

4) Cucu laki-laki (anak dari anak laki-laki) dan seterusnya ke bawah dari

garis laki-laki.

5) Saudara laki-laki kandung (seibu seayah).

6) Saudara laki-laki seayah.

7) Saudara laki-laki seibu.

Page 32: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

21

8) Kemenakan laki-laki kandung (anak laki-laki dari saudara laki-laki

kandung) dan seterusnya ke bawah dari garis laki-laki.

9) Kemenakan laki-laki seayah (anak laki-laki dari saudara laki-laki

seayah) dan seterusnya ke bawah dari garis laki-laki.

10) Paman kandung (saudara laki-laki kandung ayah) dan seterusnya ke

atas dari garis laki-laki.

11) Paman seayah (saudara laki-laki seayah ayah) dan seterusnya ke atas

dari garis laki-laki.

12) Saudara laki-laki sepupu kandung (anak laki-laki dari paman

kandung) dan seterusnya ke bawah dari garis laki-laki. Termasuk di

dalamnya anak paman ayah, anak paman kakek dan seterusnya, dan

anak-anak keturunannya dari garis laki-laki.

13) Saudara sepupu laki-laki seayah (anak laki-laki paman seayah) dan

seterusnya ke bawah dari garis laki-laki.

14) Suami.

15) Laki-laki yang memerdekakan budak (mu‟tiq).

b. Ahli waris perempuan, terdiri dari: (Basyir, 1999: 25)

1) Ibu.

2) Nenek (ibunya ibu) dan seterusnya ke atas dari garis perempuan.

3) Nenek (ibunya ayah) dan seterusnya ke atas dari garis perempuan,

atau berturut-turut dari garis laki-laki kemudian sampai kepada nenek,

atau berturut-turut dari garis laki-laki bersambung dengan berturut-

turut dari garis perempuan.

Page 33: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

22

4) Anak perempuan.

5) Cucu perempuan (anak dari anak laki-laki) dan seterusnya ke bawah

dari garis laki-laki.

6) Saudara perempuan kandung.

7) Saudara perempuan seayah.

8) Saudara perempuan seibu.

9) Isteri.

10) Perempuan yang memerdekakan budak (mu‟tiqah).

2. Dari segi haknya atas dasar harta warisan

a. Ahli waris dzawil furudl

Ahli waris dzawil furudl disebutkan dalam pasal 192 KHI. Kata

dzawil furudl berarti mempunyai bagian. Dengan kata lain mereka

adalah ahli waris yang bagiannya telah ditentukan di dalam syariat.

(Afdol, 2003: 99)

Ahli waris dzawil furudl ialah ahli waris yang mempunyai

bagian-bagian tertentu sebagaimana disebutkan dalam Al-qur‟an atau

Sunnah Rasul. Sebagaimana telah disebutkan, bagian-bagian tertentu itu

ialah: 2/3, ½, 1/3, ¼, 1/6, dan 1/8. (Basyir, 1999: 25)

Ahli dzawil furudl itu antara lain adalah: (Syarifudin, 2004: 225)

1) Anak perempuan. Bagian anak perempuan adalah sebagai berikut:

a) ½ bila ia sendirian (tidak bersama anak laik-laki).

b) 2/3 bila anak perempuan ada dua atau lebih dan tidak bersama anak

laki-laki.

Page 34: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

23

2) Cucu perempuan. Bagian cucu perempuan adalah:

a) ½ bila ia sendirian saja.

b) 2/3 bila ia ada dua orang atau lebih dan tidak bersama cucu laki-

laki, kemudian di antara mereka berbagi sama banyak.

c) 1/6 bila bersamanya ada anak perempuan seorang saja.

3) Ibu. Bagian ibu ada tiga,yaitu:

a) 1/6 bila ia bersama dengan anak atau cucu dari pewaris atau

bersama dengan dua orang saudara atau lebih.

b) 1/3 bila ia tidak bersama anak atau cucu, tetapi hanya bersama

ayah.

c) 1/3 dari sisa bila ibu tidak bersama anak atau cucu, tetapi bersama

dengan suami atau istri.

4) Ayah. Bagian ayah adalah:

a) 1/6 bila ia bersama dengan anak atau cucu laki-laki.

b) 1/6 dan kemudian mengambil sisa harta bila ia bersama dengan

anak atau cucu perempuan.

5) Kakek. Sebagai ahli waris dzawil furudl bagian kakek sama dengan

ayah, karena ia adalah pengganti ayah waktu ayah sudah tidak ada.

Bagiannya adalah sebagai berikut:

a) 1/6 bila bersamanya ada anak atau cucu laki-laki.

b) 1/6 bagian dan mengambil sisa harta bila ia bersama anak atau

cucu perempuan.

6) Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari ayah). Bagian nenek adalah:

Page 35: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

24

a) 1/3 bila pewaris tidak meninggalkan anak atau cucu.

b) 1/6 bila pewaris meninggalkan anak atau cucu.

7) Saudara perempuan kandung. Mendapat bagian yaitu:

a) ½ bila ia hanya seorang tidak ada bersamanya saudara laki-laki.

b) 2/3 bila ada dua orang atau lebih dan tidak ada bersamanya saudara

laki-laki kemudian di antara mereka berbagi sama banyak.

8) Saudara perempuan seayah. Bagiannya adalah:

a) ½ bila ia hanya seorang diri dan tidak ada saudara laki-laki seayah.

b) 2/3 bila ada dua orang atau lebih dan tidak ada saudara laki-laki

seayah.

c) 1/6 bila ia bersama seorang saudara kandung perempuan.

9) Saudara laki-laki seibu. Bagiannya adalah:

a) 1/6 bila ia hanya seorang.

b) 1/3 bila ia lebih dari seorang dan di antara mereka berbagi sama

banyak.

10) Saudara perempuan seibu. Bagiannya adalah:

a) 1/6 bila ia hanya seorang.

b) 1/3 bila ia lebih dari seorang dan di antara mereka berbagi sama

banyak.

11) Suami. Bagian suami adalah:

a) ½ bila tidak ada anak atau cucu.

b) ¼ bila ada bersamanya anak atau cucu.

12) Istri. Bagian istri adalah:

Page 36: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

25

a) ¼ bila tidak ada bersamanya anak atau cucu dari pewaris.

b) 1/8 bila ia bersama dengan anak atau cucu dalam kewarisan.

b. Ahli waris „ashobah

Ahli waris „ashobah ialah ahli waris yang tidak ditentukan

bagiannya, tetapi akan menerima seluruh harta warisan jika tidak ada

ahli waris dzawil furudl sama sekali; jika ada dzawil furudl, berhak atas

sisanya, dan apabila tidak ada sisa sama sekali, tidak mendapat bagian

apapun. (Basyir, 1999: 26)

Menurut Al-Mahaliy, Ulama golongan Ahlu Sunnah membagi

ashabah itu kepada tiga macam yaitu ashabah bi nafsihi, ashabah bi

ghairihi dan ashabah ma‟a ghairihi. (Syarifudin, 2004: 232)

1) Ashabah bi Nafsihi

Ashabah bi nafsihi adalah ahli waris yang berhak mendapat

seluruh harta atau sisa harta dengan sendirinya, tanpa dukungan ahli

waris lain. Ashabah bi nafsihi itu seluruhnya adalah laki-laki yang

secara berurutan adalah: anak, cucu (dari garis laki-laki), ayah, kakek,

saudara kandung, saudara seayah, anak saudara kandung, anak

saudara seayah, paman kandung, paman seayah, anak paman kandung

dan anak paman seayah.

a) Anak laki-laki

Anak laki-laki, baik sendirian atau lebih, berhak atas

seluruh harta bila tidak ada ahli waris yang lain atau sisa harta

setelah diberikan lebih dahulu hak ahli waris dzawil furudl yang

Page 37: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

26

berhak. Dengan adanya anak laki-laki sebagai ashabah, maka ahli

waris lain yang dapat mewaris bersama anak laki-laki (sebagai

dzawil furudl) ayah, ibu atau nenek, suami atau istri. Bila anak

laki-laki terdiri dari beberapa orang mereka berbagi sama banyak.

b) Cucu laki-laki (melalui anak laki-laki)

Cucu laki-laki mewarisi sebagai ahli waris ashabah bila

anak sudah meninggal, baik anak itu adalah ayahnya atau saudara

dari ayahnya. Kewarisan cucu laki-laki sama dengan kewarisan

anak laki-laki. Ia dapat mewaris bersama dengan ahli waris yang

dapat mewaris bersama anak laki-laki dan menutup orang yang

ditutup oleh anak laki-laki.

c) Ayah

Ayah sebagai ahli waris ashabah bila pewaris tidak

meninggalkan anak atau cucu laki-laki. Dengan kehadiran anak

atau cucu laki-laki ayah hanya akan menerima sebagai dzawil

furudl sebesar 1/6. Ahli waris yang dapat mewaris bersama ayah

sebagai dzawil furudl adalah anak perempuan, cucu perempuan,

ibu, suami atau istri.

d) Kakek

Kakek berkedudukan sebagai ahli waris ashabah bila dalam

susunan ahli waris tidak ada anak atau cucu laki-laki dan tidak ada

pula ayah. Pada umumnya kewarisan kakek sama dengan ayah,

karena hak kewarisan kakek merupakan perluasan dari pengertian

Page 38: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

27

ayah. Oleh karena itu, kedudukan kakek adalah sebagai pengganti

ayah apabila ayah sudah meninggal lebih dahulu, baik sebagai ahli

waris dzawil furudl atau ashabah. Ia akan menutup orang-orang

yang ditutup oleh ayah dan dapat mewaris dengan orang-orang

yang dapat mewaris bersama ayah.

Dalam keadaan tertentu kakek tidak berkedudukan sebagai

ayah, yaitu dalam hal-hal sebagai berikut: (Syarifudin, 2004: 236)

(1) Kakek tidak menutup hak kewarisan saudara (menurut jumhur

ulama), sedangkan ayah menutup kedudukan saudara kecuali

menurut paham ulama Hanafiyah.

(2) Kakek tidak dapat mengalihkan hak ibu dari sepertiga harta

kepada sepertiga harta dalam kasus gharawain.

(3) Menurut Ibnu Qudamah kakek tidak dapat menutup hak nenek

(ibu dari ayah) karena keduanya sama berhak menerima

warisan, kecuali menurut pendapat ulama Zhahiri dan Hanbali.

e) Saudara kandung laki-laki

Saudara kandung laki-laki menjadi ahli waris ashabah bila

ia tidak mewarisi bersama anak atau cucu laki-laki dan tidak juga

ayah. Saudara dapat mewarisi bersama kakek menurut jumhur

ulama. Menurut ulama Hanafi dan Zhahiri, saudara tidak dapat

mewaris bersama kakek, karena kakek dalam kedudukannya

sebagai pengganti ayah menutup kedudukan saudara. (Syarifudin,

2004: 237)

Page 39: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

28

Bila saudara kandung laki-laki sendirian, ia berhak atas

semua harta dan bila ia bersama dengan ahli waris lain ia

memperoleh sisa harta sesudah dibagikan terlebih dahulu hak

dzawil furudl yang ada. Jika saudara ada beberapa orang atau

bersama dengan kakek mereka berbagi sama banyak. (Syarifudin,

2004: 237)

f) Saudara laki-laki seayah

Saudara laki-laki seayah berkedudukan sebagai ashabah,

dengan syarat tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki, ayah, saudara

kandung laki-laki. Ia dapat mewaris bersama anak atau cucu

perempuan, ibu atau nenek, suami atau istri, saudara seibu laki-laki

atau perempuan dan saudara kandung perempuan dan saudara

seayah perempuan yang bersama menjadi ashabah bi ghairihi

bersama saudara seayah laki-laki.

Pada umumnya hak kewarisan saudara seayah laki-laki

sama dengan kedudukan saudara kandung laki-laki, karena ia

menempati kedudukan saudara kandung laki-laki, kecuali dalam

hal:

(1) Saudara kandung laki-laki dapat mengajak saudara kandung

perempuan menjadi ahli waris ashabah bi ghairihi, sedangkan

saudara seayah laki-laki tidak dapat berbuat demikian.

Page 40: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

29

(2) Saudara kandung laki-laki dapat berserikat dengan saudara

seibu dalam kasus musyarakah sedangkan saudara seayah laki-

laki tidak dapat.

g) Anak saudara kandung laki-laki

Anak saudara kandung laki-laki dapat menjadi ahli waris

ashabah bila tidak ada anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek,

saudara kandung laki-laki dan saudara kandung seayah laki-laki. Ia

dapat mewaris bersama anak atau cucu perempuan, saudara

perempuan kandung atau seayah, ibu atau nenek, suami atau istri,

saudara seibu laki-laki atau perempuan. Kewarisan anak saudara

kandung laki-laki adalah sebagaimana kewarisan saudara kandung

laki-laki dalam segala bentuknya.

h) Anak saudara seayah laki-laki

Anak saudara seayah laki-laki dapat menjadi ahli waris

ashabah bila tidak mewarisi bersamanya anak atau cucu laki-laki,

ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau seayah dan anak

saudara laki-laki kandung. Ia dapat mewaris bersama anak atau

cucu perempuan, ibu atau nenek, saudara perempuan kandung atau

seayah, suami atau istri, saudara seibu laki-laki atau perempuan.

i) Paman kandung

Paman kandung adalah saudara kandung dari ayah. Paman

kandung dapat menjadi ahli waris ashabah bila tidak mewarisi

bersamanya anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara

Page 41: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

30

laki-laki kandung atau seayah dan anak laki-laki dari saudara laki-

laki kandung atau seayah. Ia dapat mewaris bersama anak atau

cucu perempuan, ibu atau nenek, saudara perempuan kandung atau

seayah, suami atau istri, saudara seibu laki-laki atau perempuan,

suami atau istri.

Bila ahli waris hanyalah paman sendirian, maka ia dapat

mengambil semua harta dan bila ia bersama dengan ahli waris lain

yang berhak ia mengambil sisa harta sesudah dibagikan hak ahli

waris dzawil furudh. Jika ia ada beberapa orang, maka mereka

berbagi sama banyak.

j) Paman seayah

Paman seayah adalah saudara seayah dari ayah. Ia berhak

atas warisan secara ashabah bila sudah tidak ada di antara ahli

waris itu anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara laki-

laki kandung atau seayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki

kandung atau seayah dan paman kandung. Paman seayah bersama

anak atau cucu perempuan, ibu atau nenek, saudara perempuan

kandung atau seayah, suami atau istri, saudara seibu laki-laki atau

perempuan, suami atau istri.

k) Anak paman kandung

Anak paman kandung berhak atas warisan secara ashabah

bila sudah tidak ada di antara ahli waris itu anak atau cucu laki-

laki, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau seayah, anak

Page 42: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

31

laki-laki dari saudara laki-laki kandung atau seayah dan paman

kandung atau seayah. Bila ia sendiri, ia dapat mengambil semua

harta, sedangkan bila ia bersama ahli waris lainnya yang berhak, ia

mengambil sisa harta sesudah dibagikan kepada ahli waris. Bila ia

ada beberapa orang, maka mereka berbagi sama banyak.

l) Anak paman seayah

Anak paman seayah berhak atas warisan secara ashabah

bila sudah tidak ada di antara ahli waris itu anak atau cucu laki-

laki, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau seayah, anak

laki-laki dari saudara laki-laki kandung atau seayah dan anak

paman kandung pewaris. Paman seayah bersama anak atau cucu

perempuan, ibu atau nenek, saudara perempuan kandung atau

seayah, suami atau istri, saudara seibu laki-laki atau perempuan,

suami atau istri. Bila ia sendiri, ia dapat mengambil semua harta

warisan tersebut dan sedangkan bila ia bersama ahli waris lainnya

yang berhak, ia mengambil sisa harta itu dan bila ia ada beberapa

orang, maka mereka berbagi sama banyak.

2) Ashabah bi Ghairihi

Yang dimaksud dengan ashabah bi ghairihi disini adalah

seseorang yang sebenarnya bukan ashabah karena ia adalah

perempuan, namun karena ada bersama saudara laki-lakinya maka ia

menjadi ashabah. Mereka sebagai ashabah berhak atas sisa harta bila

hanya mereka yang menjadi ahli waris, atau berhak atas sisa harta

Page 43: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

32

setelah dibagikan kepada ahli waris furudl yang berhak. Kemudian di

antara mereka berbagi dengan bandingan laki-laki mendapat sebanyak

dua bagian perempuan. (Syarifudin, 2004: 243)

Ahli waris perempuan baru dapat diajak menjadi ashabah oleh

saudara laki-lakinya bila ia sendiri adalah ahli waris yang berhak, jika

tidak berhak maka keberadaan saudaranya itu tidak ada artinya.

Seumpama anak saudara yang perempuan bukan ahli waris sedangkan

anak saudara yang laki-laki atau saudara dari anak perempuan itu

adalah ashabah. Dalam hal ini anak saudara yang laki-laki itu tidak

berdaya untuk menolong saudaranya yang permpuan itu. (Syarifudin,

2004: 243)

Yang berhak menjadi ahli waris ashabah bi ghairihi itu

adalah: (Syarifudin, 2004: 244)

a) Anak perempuan bila bersama dengan anak laki-laki atau anak

laki-laki dari anak laki-laki. Bila ahli waris hanya mereka berdua,

keduanya mengambil semua harta dan bila ada ahli waris lain

yang lain mereka mendapat sisa harta.

b) Cucu perempuan bersama dengan cucu laki-laki atau anak laki-

laki dari cucu laki-laki. Cucu perempuan itu dapat menjadi

ashabah oleh laki-laki yang sederajat dengannya atau yang berada

satu tingkat di bawahnya. Jika ahli waris hanya mereka saja, maka

mereka berhak atas seluruh harta, sedangkan jika bersama mereka

Page 44: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

33

ada ahli waris furudl, mereka mengambil sisa harta sesudah

pembagian dzawil furudl.

c) Saudara perempuan kandung bersama saudara laki-laki kandung

Saudara perempuan kandung menjadi ashabah karena

keberadaan saudara laki-laki kandung (saudara laki-lakinya) saat

mewarisi harta. Bila ahli waris hanya mereka saja, keduanya

mengambil semua harta dan bila ada ahli waris lain bersamanya,

mereka mengambil sisa harta yang tinggal.

d) Saudara seayah perempuan bersama saudara seayah laki-laki

Saudara seayah perempuan menjadi ahli waris ashabah

bila diajak menjadi ashabah oleh saudaranya yang laki-laki. Ia

mengambil seluruh harta bila ahli waris yang berhak hanyalah

mereka berdua. Bila ada ahli waris lain yang mewarisi secara

dzawil furudl maka mereka mengambil sisa harta yang tinggal.

3) Ashabah ma‟a Ghairihi

Ashabah ma’a Ghairihi berarti ashabah karena bersama

dengan orang lain. Orang yang menjadi ashabah ma’a ghairihi itu

sebenarnya bukan ashabah, tetapi karena kebetulan bersamanya ada

ahli waris lain yang juga bukan ashabah, ia dinyatakan sebagai

ashabah sedangkan orang yang menyebabkannya menjadi ashabah

itu tetap bukan ashabah. (Syarifudin, 2004: 247)

Ashabah ma’a Ghairihi khusus berlaku untuk saudara

perempuan kandung atau seayah pada saat bersamanya ada anak

Page 45: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

34

perempuan. Anak perempuan tersebut menjadi ahli waris furudl,

sedangkan saudara perempuan menjadi ashabah. Kasus khusus ini

timbul pada waktu seseorang minta fatwa kepada Ibnu Mas‟ud

tentang ahli waris yang terdiri dari anak perempuan, cucu perempuan

dan saudara perempuan. Ibnu Mas‟ud memutuskan berdasarkan apa

yang dilihatnya dari Nabi yang menyelesaikan kasus yang sama,

bahwa untuk anak perempuan adalah ½ untuk cucu perempuan adalah

1/6 dan sisanya untuk saudara perempuan. (Syarifudin, 2004: 247)

c. Ahli waris dzawil arham

Ahli waris dzawil arham ialah orang-orang yang dihubungkan

nasabnya dengan pewaris karena pewaris sebagai leluhur yang

menurunkannya ahli waris yang mempunyai hubungan family dengan

pewaris, tetapi tidak termasuk golongan waris dzawil furudl dan

ashabah. (Ghofur, 2002: 27)

Yang termasuk ahli waris dzawil arham ialah: (Basyir, 1999: 27)

1) Cucu laki-laki atau perempuan, anak-anak dari anak perempuan.

2) Kemenakan laki-laki atau perempuan, anak-anak saudara perempuan

kandung, seayah atau seibu.

3) Kemenakan perempuan, anak-anak perempuan saudara laki-laki

kandung atau seayah.

4) Saudara sepupu perempuan, anak-anak perempuan paman (saudara

laki-laki ayah).

5) Paman seibu (saudara laki-laki ayah seibu).

Page 46: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

35

6) Paman, saudara laki-laki ibu.

7) Bibi, saudara perempuan ayah.

8) Bibi, saudara perempuan ibu.

9) Kakek, ayah ibu.

10) Nenek buyut, ibu kakek.

11) Kemenakan seibu, anak-anak saudara laki-laki seibu.

Tentang hak waris dzawil arham ini para ulama tidak

sependapat, ada yang memasukkan mereka sebagai ahli waris dan

ada yang tidak. Di antara sahabat Nabi yang tidak memasukkan

dzawil arham sebagai ahli waris adalah Zaid bin Tsabit, yang diikuti

pula oleh para tabi‟in seperti Sa‟id bin Musayah dan Sa‟id bin Jubair.

Ulama‟ Dhahiriyah, Imam Malik dan Imam dan Imam Syafi‟i

menganut pendapat ini. (Basyir, 1999: 28)

Kebanyakan sahabat nabi memasukkan dzawil-arham sebagai

ahli waris, seperti „Umar, „Ali, Ibnu Mas‟ud, Ibnu Abbas dan lain-

lain, yang diikuti pula oleh para tabi‟in seperti „Alqamah, Syurah,

Ibnu sirin, dan lain-lain. Iman Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal dan

kebanyakan ulama menyokong pendapat ini. Ulama‟ mutakhir

madzhab Maliki dan Syafi‟i menganut pendapat ini juga. (Afdol,

2003: 98)

Adanya hijab dalam ilmu faraidh yaitu untuk lebih memperjelas siapa-

siapa ahli waris yang terhalang untuk mendapatkan warisan.

Page 47: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

36

Hijab artinya halangan yang merintangi untuk mendapatkan warisan

bagi sebagian ahli waris, karena ada ahli waris yang lebih dekat hubungannya

dengan yang meninggal dunia. Sedang ahli waris yang terhalang tersebut

dinamakan mahjub. Hijab itu ada dua macam. (Rahman, 1981: 128)

1. Hijab Nuqsan yaitu mengurangi bagian ahli waris, karena ada ahli waris

lain yang bersama-sama, seperti bagian suami setengah jika istri yang

meninggal tidak meninggalkan anak, akan tetapi jika ada anak bagiannya

menjadi berkurang yakni seperempat bagian.

2. Hijab Hirman yaitu dinding yang menghalangi untuk mendapatkan warisan.

Misalnya kakek terhalang oleh bapak, cucu laki-laki terhalang oleh anak

laki-laki.

Adapun ahli waris yang terhalang oleh sebagian ahli waris lain yang

lebih dekat lagi ialah.

1. Kakek terhalang oleh bapak atau kakek yang lebih dekat.

2. Nenek terhalang oleh Ibu.

3. Cucu terhalang oleh anak laki-laki.

4. Saudara sekandung terhalang oleh bapak, anak, cucu laki-laki dan anak

laki-laki.

5. Saudara sebapak terhalang oleh bapak, anak, cucu laki-laki, anak laki-

laki dan saudara sekandung.

6. Saudara seibu terhalang oleh anak laki-laki atau perempuan, cucu

laki-laki atau perempuan, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung

dan saudara laki-laki sebapak.

Page 48: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

37

7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung terhalang oleh anak

laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-

laki sekandung dan saudara laki-laki sebapak.

8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak terhalang oleh anak laki-

laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki

sekandung, saudara laki-laki sebapak dan saudara sekandung.

9. Saudara sekandung dari bapak terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-

laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung,

saudara laki-laki sebapak, anak saudara sekandung dan anak dari

saudara sebapak.

10. Saudara sebapak dari bapak terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-

laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung,

saudara laki-laki sebapak, anak saudara sekandung, anak dari saudara

sebapak dan saudara kandung dari bapak.

11. Anak dari paman sekandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-

laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung,

saudara laki-laki sebapak, anak saudara sekandung, anak dari saudara

sebapak, saudara kandung dari sebapak, saudara kandung dari bapak,

saudara sebapak dari bapak.

12. Anak lebih dari saudara laki-laki sekandung terhalang oleh anak laki-

laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki

sekandung, saudara laki-laki sebapak, anak saudara sekandung, anak

Page 49: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

38

dari saudara sebapak, saudara kandung dari bapak, saudara sebapak

dari bapak dan anak dari paman sekandung.

13. Cucu perempuan dari anak laki-laki terhalang oleh anak laki-laki.

Page 50: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

39

BAB III

PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Masyarakat di Desa Kalongan

1. Letak geografis

Desa Kalongan terletak di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang. Jarak Desa Kalongan dengan Kota Ungaran kira-kira kurang

lebih 2 kilo untuk sampai di desa tersebut. Dari Kota Ungaran untuk sampai

di desa tersebut banyak sekali dijumpai bukit-bukit dan pohon-pohon karet.

Desa Kalongan merupakan salah satu desa dari berberapa desa yang ada di

Kecamatan Ungaran Timur yang termasuk desa yang berada di dataran

tinggi. Disamping desanya yang berada di dataran tinggi Desa Kalongan

Kecamatan Ungaran Timur juga tergolong luas karena desa tersebut terbagi

menjadi 13 Dusun yakni: Dusun Dampu, Dusun Kajangan, Dusun

Bandungan, Dusun Sepete, Dusun Sigude, Dusun Bulu, Dusun Mendiro,

Dusun Kalongan, Dusun Glepung, Dusun Tompogunung, Dusun

Rejowinangun, Dusun Pringkurung, Dusun Ngaliyan.

Masyarakat di Desa Kalongan sebagian besar mata pencahariannya

adalah petani. Bahasa yang digunakan setiap hari masyarakat kalongan

adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Mengenai rasa sosial masyarakat di Desa

Kalongan sama seperti halnya masyarakat pada umumnya, ketogong

royongan di desa ini masih terjaga dengan baik.

Page 51: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

40

2. Struktur Organisasi Desa Kalongan

Struktur organisasi dan tata kerja Desa Kalongan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

KEPALA DESA

KASI KEUANGAN KASI UMUM

KAUR PEMERINTAHAN KAUR PEMBANGUNAN KAUR KEMASYARAKATAN

DAMPU KAJAN GAN BAN DUN GAN SEPETE SIGUDE BULU MEN DIRO KALON GAN GLEPUN G TOMPOGUN UN G REJOWIN AN GUN PRIN GKURUN G N GALIYAN

YARMUJI, A.Md

AFIFUDIN

MUNTASIR

BAHRODIN

SISWADI

NASIKUN

ROHA DI

MURSID

A SRO

SHODIQ

SA NY OTO

QOMA RUDIN

DAMA N H

SA NTOSA

SUNOTO

IMAM S

SUNA RNO

IM AM S

UT ISMAN

ABU YAHMIN

KASI PEMERINTAHAN

Sumber: bagan struktur organisasi kantor Kepala Desa Kalongan

Page 52: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

41

3. Jumlah Penduduk Desa Kalongan

Jumlah penduduk Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang 9.427 Jiwa dengan jumlah laki-laki 4.662 dan

perempuan 4.765 Jiwa. Untuk lebih jelas dan rinci diklasifikasikan jumlah

penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin lihat tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Kalongan Berdasarkan Usia dan Jenis

Kelamin

NO KELOMPOK

UMUR/TAHUN

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 0 < 1

527 552 1,079

2 1 > 5

521 394 915

3 6 - 10

468 482 950

4 11 - 15

385 405 790

5 16 - 20

377 375 752

6 21 - 25

476 468 944

7 26 - 30

488 492 980

8 31 - 40

482 452 934

9 41 - 50

340 404 744

10 51 - 60

278 383 661

11 61 - keatas

320 358 678

JUMLAH

4,662 4,765 9,427

Sumber: Data monografi kependudukan Desa Kalongan Agustus 2015

Page 53: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

42

a. Keadaan Desa Kalongan berdasarkan mata pencaharian

Mata pencaharian di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang sebagaian besar adalah petani. Adapun jumlah

penduduk berdasarkan mata percaharian mereka dapat dilihat pada tabel

di bawah:

Tabel 2

Jumlah Penduduk Desa Kalongan Berdasarkan Mata Pencaharian

NO JENIS

PEKERJAAN

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 PNS 73 53 126

2 TNI 21 2 23

3 POLRI 11 8 19

4 PEGAWAI

SWASTA 217 166 383

5 PENSIUNAN 49 24 73

6 PENGUSAHA 55 57 112

7 BURUH

BANGUNAN 429 153 582

8 BURUH

INDUSTRI 303 1,795 2,098

9 BURUH TANI 365 264 629

10 PETANI 1,553 981 2,534

11 PETERNAK 1,049 299 1,348

12 NELAYAN 0 0 0

13 LAIN-LAIN 537 963 1,500

JUMLAH 4,662 4,765 9,427

Sumber: Data monografi kependudukan Desa Kalongan Agustus 2015

Page 54: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

43

b. Keadaan Penduduk Desa Kalongan Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam

masyarakat, dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Pendidikan

di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur dapat juga dilihat pada

Tabel:

Tabel 3

Jumlah Penduduk Desa Kalongan Berdasarkan Pendidikan

NO JENIS

PENDIDIKAN

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Tidak Sekolah 596 596 1,192

2 TK / Play Group 108 129 237

5 Tamat SD 2,273 2,427 4,700

6 Tamat SLTP 989 987 1,976

7 Tamat SLTA 631 553 1,184

8 Tamat Akademi

Diploma 43 51 94

9 Sarjana Keatas 22 22 44

JUMLAH 4,662 4,765 9,427

Sumber: Data monografi kependudukan Desa Kalongan Agustus 2015

Page 55: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

44

c. Keadaan Penduduk Desa Kalongan Berdasarkan Keagamaan

Setiap orang dalam memilih suatu agama itu merupakan hak asasi

manusia. Mayoritas agama di Desa Kalongan adalah agama Islam, jumlah

pemeluk agama Islam adalah 9,075. Berikut tabel jumlah penduduk Desa

Kalongan berdasarkan agama:

Tabel 4

Jumlah Penduduk Desa Kalongan Berdasarkan Agama

NO KELOMPOK

AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 ISLAM 4,487 4,588 9,075

2 KATHOLIK 48 10 58

3 KRISTEN 127 167 294

4 HINDU - - -

5 BUDHA - - -

6 KHONGHUCU - - -

JUMLAH 4,662 4,765 9,427

Sumber: Data monografi kependudukan Desa Kalongan Agustus 2015

Page 56: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

45

B. Kewarisan menurut Masyarakat Muslim di Desa Kalongan

Pengetahuan masyarakat tentang hukum waris sebagian besar

masyarakat mengetahui tentang hukum waris. Sangat sedikit yang tidak tahu

tentang hukum waris rata-rata mereka mengetahui tentang hukum waris.

Masyarakat di Desa Kalongan sebagian besar penduduknya beragama Islam

jadi untuk mengetahui hukum waris Islam mereka banyak belajar dengan tokoh

agama.

Tanggapan tentang hukum waris Islam, sebagian besar masyarakat

belum paham tentang hukum Islam, sehingga sangat jarang sekali masyarakat

menerapkan hukum Islam, mereka lebih memilih pembagian warisan secara

musyawarah. Karena secara turun-temurun masyarakat di desa tersebut dalam

hal membagi waris selalu dengan jalan musyawarah, dianggap dengan jalan

musyawarah itu pembagian warisan akan selesai dengan pembagian yang adil

dan tidak ada yang merasa dirugikan.

Pengetahuan masyarakat tentang dasar hukum waris yang dilaksanakan

di desa tersebut atas dasar ahli waris satu dengan ahli waris yang lain telah

bersepakat dengan melalui pertimbangan-pertimbangan hingga menghasilkan

suatu kesepakatan yang di akui dan di jaga oleh seluruh ahli waris yang ada.

Pengetahuan masyarakat tentang dasar hukum Islam, sebagian besar

masyarakat mengetahui tentang dasar hukum Islam yaitu al-Qur‟an dan al-

Hadis. Sedangkan dasar hukum kewarisan tentang al-ijma‟ dan al-ijtihad

mereka sebagian besar belum mengetahui tentang itu.

Page 57: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

46

Masyarakat dalam memahami ayat-ayat al-Quran tentang hukum waris,

sebagian besar mereka mengetahui di dalam ayat al-Qur‟an terdapat dasar

hukum waris. Dan tentang kewajiban yang tercantum dalam al-Qur‟an untuk

membagi harta waris seperti apa yang ada dalam ilmu faraidh mereka sebagian

besar tidak mengetahui secara rinci bagaimana perhitungan-perhitungan yang

ada dalam ilmu Faraidh karena dalam membagi harta waris mereka lebih

memilih dengan cara musyawarah meskipun hasil yang diperoleh sangatlah

berbeda dengan apa yang terdapat di dalam al-Qur‟an.

Pengetahuan masyarakat tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Mereka sebagian besar tidak mengetahui adanya Kompilasi Hukum Islam

(KHI). Sangat sedikit sekali yang mengetahui akan adanya Kompilasi Hukum

Islam (KHI). Sangat sedikit sekali masyarakat yang paham akan itu jadi

masyarakat tidak mengetahui secara jelas apa isi yang terkandung dalam

kompilasi hukum Islam.

Pengetahuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam hal

warisan, masyarakat sebagian besar mengetahui sebelum dilaksanakannya

pembagian harta waris ada hak-hak yang harus dilaksanakan yaitu

menyangkut; penguburan jenazah, melunasi hutangnya apabila pada masa

hidupnya orang yang meninggal dunia itu mempunyai hutang, melaksanakan

wasiat dan hak-hak ahli waris.

Pengetahuan masyarakat terhadap rukun warisan sebagian besar mereka

mengetahui. Adanya orang yang meninggal dunia, kemudian orang yang akan

Page 58: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

47

mewarisi harta peninggalan tersebut dan harta benda yang ditinggalkan oleh

orang yang meninggal dunia atau mati.

Pengetahuan masyarakat tentang sebab seseorang tidak bisa

mendapatkan warisan dari keluarga muslim seperti perbudakan, pembunuhan,

murtad dan orang kafir. Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui halangan-

halangan seseorang untuk mendapatkan warisan. Sangat sedikit sekali

masyarakat yang mengetahui tentang halangan-halangan tersebut.

Pengetahuan masyarakat tentang wasiat, masyarakat sebagian besar

mengetahui bahwa wasiat itu paling banyak sepertiga dan wasiat itu akan

berlaku setelah pewaris meninggal dunia. Sangat sedikit yang tidak mengetahui

tentang wasiat.

Tentang anak perempuan mendapatkan harta waris lebih banyak

daripada laki-laki. Mereka menganggap bahwa anak perempuan memang lebih

pantas mendapatkan harta waris lebih banyak dibandingkan dengan saudara-

saudaranya. Karena anak perempuanlah yang lebih mengerti keadaan orang

tuanya di bandingkan dengan saudara-saudaranya. Anak perempuan adalah

anak yang menjaga orang tua semasa hidupnya.

Masyarakat di Desa Kalongan sebagian besar mengetahui bahwa dalam

hukum waris Islam terdapat perbedaan pembagian harta waris untuk laki-laki

dan perempuan, perempuan mendapatkan separoh bagian daripada laki-laki,

bagian laki-laki dua berbanding satu dengan anak perempuan. Misalnya laki-

laki mendapatkan Rp. 2.000.000,00 perempuan hanya mendapatkan Rp.

1.000.000,00.

Page 59: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

48

C. Bagian Waris Untuk Perempuan Dalam Hukum Islam

Warisan adalah termasuk hak milik yang paling menonjol. Di dalam

warisan terdapat dua hak dasar yaitu: hak kesinambungan dan hak mengelola

barang milik. Arti hak kesinambungan adalah kelestarian hak milik selama

masih ada barang milik. (Qardhawi, 2004: 336)

Tentang siapa-siapa yang menjadi ahli waris, kompilasi hukum Islam

mengelompokkan kelompok ahli waris yang terdiri dari menurut hubungan

darah dan menurut hubungan perkawinan:

BAB II Ahli Waris Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang

berbunyi:

1. Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:

a. Menurut hubungan darah:

- Golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, paman dan

kakek.

- Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara

perempuan, saudara perempuan dari nenek.

b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda.

2. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya:

anak, ayah, ibu, janda atau duda.

Dalam hukum Islam apabila ahli waris semua ada baik dari garis

keturunan laki-laki maupun perempuan, maka yang mendapat bagian harta

waris hanyalah:

1. Suami atau istri

Page 60: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

49

2. Ibu

3. Bapak

4. Anak laki-laki

5. Anak perempuan

Ketentuan bagian yang harus diterima ahli waris perempuan jika dilihat

lebih dekat lagi adalah sebagai berikut:

1. Istri

a. ¼ jika mayat tidak meninggalkan anak.

b. 1/8 jika mayat meninggalkan anak.

2. Anak perempuan

a. ½ jika sendirian.

b. 2/3 jika banyak (dua keatas).

c. Ashabah jika bersama-sama dengan saudara laki-lakinya. Ahli waris

perempuan sebagai ashabah Bi al-Ghair, menjadi ashabah karena

(dengan) waris yang lain.

3. Cucu perempuan (dari anak laki-laki)

a. ½ jika seorang diri.

b. 2/3 jika saudara perempuannya banyak.

c. Ashabah bersama cucu laki-laki.

d. 1/6 jika bersama-sama anak perempuan.

4. Ibu

a. 1/6 jika mayat meninggalkan anak, cucu, 2 saudara atau lebih.

b. 1/3 jika waris hanya ibu dan bapak.

Page 61: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

50

c. 1/3 dari sisa jika masalah gharawain.

5. Nenek

a. 1/6 baik ada ahli waris lain atau tidak.

b. 1/6 dibagi rata bila nenek lebih dari satu orang.

6. Saudara perempuan sekandung

a. ½ bila hanya sendirian.

b. 2/3 jika mereka lebih dari seorang.

c. Menjadi ashabah bersama saudara laki-laki sekandung.

d. Ashabah bersama anak perempuan atau cucu perempuan.

7. Saudara perempuan sebapak

a. ½ bila hanya sendirian.

b. 2/3 bila saudara perempuan lebih dari seorang.

c. 1/6 bersama seorang saudara perempuan seibu sebapak.

Dalam Kompilasi Hukum Islam BAB III Besarnya Bahagian Pasal

182 berbunyi:

“Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedang

ia mempunyai satu saudara perempuan kandung atau seayah, maka ia

mendapat separoh bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama

dengan saudara perempuan kandung atau seayah dua orang atau lebih, maka

mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian. Bila saudara perempuan

tersebut bersama-sama dengan saudara laki-laki kandung atau seayah, maka

bagian saudara laki-laki dua berbanding satu dengan saudara perempuan”.

(Tim Redaksi Nuansa Aulia,2009: 55)

Dari semua ahli waris perempuan di atas, bagian yang diterima ahli

waris perempuan untuk setiap harta waris tidak selalu tetap, tergantung

keadaan apabila bersama-sama dengan ahli waris lainnya yang juga

mempunyai hak waris.

Page 62: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

51

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Sistem Pembagian Harta Waris Masyarakat Muslim di Desa Kalongan

Apa yang terjadi pada masyarakat kalongan dalam membagi harta waris

selalu dengan jalan musyawarah. Penjelesan dari Bapak Sanyoto selaku kepala

dusun saat diwawancarai oleh peneliti menjelaskan sebagai berikut.

Masyarakat Kalongan dalam membagi harta waris kebanyakan

memilih pembagian warisan dengan musyawarah dan disaksikan oleh

tokoh masyarakat. Setelah semua ahli waris yang ada mengambil

pertimbangan-pertimbangan yang matang dan disetujui oleh semua ahli

waris yang ada. Setelah dilakukan kesepakatan antara semua ahli waris

itu di anggap sah karena semuanya telah bersepakat. Setelah selesai

dilakukannya pembagian warisan ahli waris diminta membuat surat

pernyataan yang isinya bersepakat sudah melakukan kesepakatan antara

semua ahli waris untuk mencegah semisal terjadi permasalahan dihari

kemudian. Pembagian waris di masyarakat kalongan tidaklah sesulit

seperti apa yang telah dijelaskan oleh hukum waris Islam. Orang-orang

yang berhak menerima harta warisan hanyalah keluarga terdekat dari

pewaris, yaitu: suami atau istrinya yang meninggal dunia, anak-anak,

dan saudara-saudaranya. Saudara-saudara dari pewaris itu ikut

mendapatkan harta waris jika pewaris tidak mempunyai anak semasa

hidupnya.

Dari keterangan Bapak Sanyoto, masyarakat cenderung memilih

membagi harta waris dengan jalan musyawarah dan besarnya perolehan untuk

masing-masing ahli waris itu yang menentukan adalah mereka sendiri, tokoh

agama dan tokoh masyarakat di undang hanya sebatas menyaksikan dan

sebagai saksi-saksi bahwa telah dilakukannya pembagian warisan. Menurut

masyarakat pembagian warisan di Desa Kalongan tidaklah sesulit seperti apa

yang ada dalam hukum Islam.

Page 63: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

52

Menurut bapak samsul selaku tokoh agama pembagian waris di Desa

Kalongan selalu dilakukan dengan cara musyawarah dengan dihadiri oleh

semua ahli waris. Untuk berapa bagian harta waris masing-masing ahli waris

ditentukan berdasarkan kesepakatan antara semua ahli waris yang ada.

Dari hasil keterangan Bapak Samsul sangat jelas bahwa pembagian

waris di Desa Kalongan selalu dengan jalan musyawarah. Padahal hasil yang

diperoleh dari musyawarah itu belum tentu sesuai dengan hukum Islam.

Mayarakat di Desa Kalongan cenderung lebih mengutamakan musyawarah

dibandingkan dengan perhitungan dalam ilmu faraidh dalam hukum Islam.

Selanjutnya Bapak Bayu juga mengatakan masyarakat cenderung

memilih dalam pembagian warisan dengan jalan musyawarah.

Dalam pembagian warisan di masyarakat kalongan,

pembagiannya dilakukan dengan jalan musyawarah dan besarnya

bagian yang diperoleh masing-masing ahli waris ditentukan oleh

kesepakatan semua pihak. Dalam pembagian itu melibatkan tokoh

agama dan tokoh masyarakat sebagai saksi-saksi.

Pembagian warisan di Desa Kalongan dengan jalan musyawarah

melibatkan orang-orang selain ahli waris dimaksudkan untuk sebagai saksi

bahwa telah dilaksanakanya pembagian warisan dan musyawarah itu

dilaksanakan setelah pewaris meninggal dunia. Seperti apa yang dijelaskan

oleh Bapak Sis sebagai berikut.

Pembagian waris di masyarakat dilakukan dengan jalan

musyawarah antara semua ahli waris, dengan melibatkan tokoh-tokoh

agama. Yang dilaksanakan setelah pewaris meninggal dunia. Masalah

berapa bagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris ditentukan

kesepakatan bersama, dengan memperoleh kesepakatan ahli waris

untuk anak terakhir mendapatkan lebih banyak dibandingkan dengan

saudaranya yang lain meskipun anak terakhir adalah seorang

perempuan yang mempunyai saudara laki-laki.

Page 64: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

53

Pembagian warisan dalam masyarakat kalongan pelaksanaannya

melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Akan tetapi tokoh agama dan

tokoh masyarakat hanya dijadikan sebagai saksi-saksi dan para ahli waris

sendiri yang menentukan berapa bagian-bagian yang diterima oleh masing-

masing. Mereka cenderung mengutamakan anak terkahir meskipun anak

terakhir adalah seorang perempuan. Anak perempuan itu mendapatkan harta

waris lebih banyak dibandingkan dengan saudaranya yang lain.

Yang dikatakan oleh Bapak Sis juga seperti apa yang dikatakan oleh

Gunarno, dalam pembagian waris anak perempuan mendapatkan lebih banyak

daripada seorang laki-laki dan yang dikatakan Gunarno sebagai berikut.

Anak terakhir memang lebih pantas mendapatkan bagian harta

warisan lebih banyak dibandingkan dengan saudaranya yang lain

meskipun dia anak perempuan dan masih memiliki saudara kandung

yaitu anak laki-laki, karena anak terakhir lebih bertanggung jawab

dalam mengurusi orang tuanya semasa hidupnya. Jadi sangat pantaslah

mereka mendapatkan harta waris lebih banyak.

Dari keterangan Gunarno jelas lebih pantas anak yang mendapatkan

harta waris paling banyak itu adalah seorang perempuan daripada laki-laki.

Sebab anak perempuan mendapatkan harta waris lebih banyak karena dia

merupakan anak terakhir dari keluarga tersebut. Uswatun juga mengatakan

sebagai berikut.

Berdasarkan perasaan tidak tega melihat anak terakhir bekerja

dan mengurusi orang tua, saudara-saudaranya merelakan anak terakhir

mendapatkan lebih banyak harta warisan dibandingkan saudaranya

yang lain. Meskipun anak yang terakhir seorang perempuan dan masih

mempunyai saudara laki-laki. Saudaranya yang lain dianggap lebih

suka pergi dan menetap di suatu daerah dalam mencari rizki, ada juga

yang memilih tinggal di kampung halaman tetapi tidak satu rumah

dengan orang tuanya, sedangkan anak terakhir harus menjaga orang tua

Page 65: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

54

yang satu rumah dengannya, dan terikat dengan pekerjaan rumah dan

mengurusi keluarga.

Dari apa yang dikatakan oleh Uswatun meskipun anak terakhir seorang

perempuan yang mempunyai saudara laki-laki, dia pantas mendapatkan harta

waris lebih banyak daripada saudara-saudaranya. Karena saudaranya yang lain

itu dalam hal mencari rizki mereka suka pergi dari kampung halaman mereka

sendiri. Ada juga yang memilih tinggal di kampung halamannya sendiri tetapi

tidak satu rumah dengan orang tuanya. Mereka lebih suka menetap di suatu

tempat dan jarang sekali untuk pulang kerumah mereka sendiri. Sedangkan

anak terakhir dia rela menjaga orang tuanya semasa hidupnya.

Dalam pembagian warisan anak perempuan mendapatkan lebih banyak

daripada laki-laki. Bapak Alip menjelaskan apa yang terjadi di dalam

keluarganya sebagai berikut.

Harta warisan adalah wujud rasa kasih dan sayang dari orang

tua kepada anak-anaknya, setelah orang tuanya meninggal itu bisa

dimanfaatkan dan dibagi bersama untuk mencukupi kebutuhan.

Tidaklah harus anak laki-laki yang mendapatkan lebih banyak dari

perempuan. Seperti yang terjadi di dalam keluarga saya, anak

perempuanlah yang mendapatkan harta waris lebih banyak dibanding

dengan saya, karena itu sudah menjadi kebiasaan anak terakhirlah yang

mendapatkan harta waris lebih banyak dibanding dengan lainnya, dan

itu sudah menjadi kesepakatan bersama semua ahli waris yang ada.

Apa yang dikatakan oleh Bapak Alip tentang warisan adalah suatu

wujud rasa kasih sayang dari orang tua kepada anak-anaknya, setelah orang

tuanya meninggal dan itu bisa dimanfaatkan oleh keluarga Bapak Alip untuk

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pelaksanaan warisan di keluarga

Bapak Alip saudara perempuan Bapak Alip yang mendapatkan harta waris

paling banyak dibandingkan dengan saudaranya yang lain. Alasannya adalah

Page 66: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

55

saudara perempuan Bapak Alip itu adalah anak yang terakhir di dalam

keluarganya. Dan pembagian warisan yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan

yang turun-temurun di desa tersebut. Bapak Alip sebagai anak laki-laki di

dalam keluarganya tidak merasa dirugikan akan hal tersebut. Keluarga Bapak

Alip mencerminkan sangat menghormati anak terakhir sebagai orang yang

pantas diberikan harta waris lebih banyak dibandingkan dengan saudara-

saudaranya yang lain. Meskipun anak yang terakhir adalah seorang perempuan.

Penjelasan Ibu Tiyem dalam menjelaskan pembagian warisan yang terjadi di

keluarganya bulan juli tahun 2014 lalu adalah sebagai berikut.

Dalam pembagian harta warisan pada keluarga saya. Sayalah

yang mendapat harta waris paling banyak dibandingkan dengan

saudara-saudara saya. Saudara saya ada 4 yang pertama perempuan,

kedua laki-laki, ketiga laki-laki, dan yang terakhir adalah saya. Saya

yang mendapatkan paling banyak harta waris. Saya mendapatkan tanah

pekarangan yang luasanya 1 hektar dan sebuah rumah untuk saya

tempati. Sedangkan saudara-saudara saya masing-masing mendapatkan

1 hektar tanah pekarangan. Seperti kata saudara-saudara saya, saya

berhak mendapatkan rumah beserta tanah pekarangan karena saya yang

paling berjasa dalam membantu orang tua sewaktu hidupnya.

Menurut keterangan dari Ibu Tiyem saudara-saudara Ibu Tiyem

masing-masing mendapatkan harta waris berupa 1 hektar tanah pekarangan

sedangkan Ibu Tiyem mendapatkan 1 hektar tanah pekarangan dan masih di

tambah dengan rumah yang dahulu pernah dihuni oleh orang tuanya.

Perbandingan pendapatan Ibu Tiyem dibanding dengan saudara-saudaranya

berbeda, pendapatan Ibu Tiyem satu setengah banding satu dengan saudara-

saudaranya. Menurut Ibu Tiyem adanya suatu alasan kenapa pembagian harta

waris untuk dia lebih banyak dibandingkan dengan saudara-saudaranya,

dikarenakan dialah yang selalu rela sehari-hari merawat orang tua semasa

Page 67: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

56

hidupnya berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Sebagai anak terakhir

sepertinya Ibu Tiyem merasa tanggung jawab kepada orang tua seakan-akan

dipikulkan kepadanya.

Dalam pembagian harta waris seharusnya anak laki-laki yang

mendapatkan harta waris lebih banyak daripada perempuan karena pada waktu

kawin anak laki-laki harus membayar mahar atau mas kawin dan harus

memberikan nafkah pada istri serta menyediakan rumah dengan seisinya.

Menjadi tulang punggung keluarga. Sebaliknya anak perempuan pada waktu

menikah dia akan menerima mahar atau mas kawin dan nafkah serta rumah

beserta isinya dari suaminya.

Akan tetapi dalam masyarakat Islam Indonesia sekarang ini mahar atau

mas kawin itu sebagai formalitas saja. Bentuknya tidak lagi berupa uang tunai

atau benda berharga tetapi hanya seperangkat alat shalat, yang sama sekali

tidak mahal. Selain itu suami dan isteri sama-sama mencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya. Seperti yang terjadi pada masyarakat Desa

Kalongan Kecamatan Ungaran Timur, dalam menjalin hubungan antara suami

dan istri tidak lagi merupakan hubungan yang memberi dan yang menerima,

melainkan hubungan antara dua anak manusia yang sepakat untuk hidup

bersama dan membina keluarga atas dasar gotong royong, mereka sama-sama

bekerja mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Seiring

dengan kemajuan zaman daerah Ungaran adalah tempat kawasan industri yang

sebagian besar pekerjanya adalah seorang perempuan. Banyak laki-laki yang

memilih berdiam diri di rumah melakukan pekerjaan rumah tangga yang

Page 68: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

57

seharusnya dikerjakan oleh seorang perempuan, sedangkan yang perempuan

pergi bekerja sebagai buruh untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga

disamping itu juga menjaga orang tua.

Dalam bentuk kehidupan seperti inilah kebanyakan orang tua merasa

tidak tega melihat anak perempuannya. Di samping mereka bekerja sebagai

buruh sesampai di rumah ia juga tetap mengerjakan pekerjaan rumah yang

belum terselesaikan dan menjaga orang tuannya sampai akhir hayatnya.

Berbeda dengan saudaranya yang lain, mereka memlih pergi untuk mencari

pekerjaan keluar dari kampung halamanya disuatu tempat sampai mereka

mendapatkan suami atau istri dan menetap disana. Banyak juga yang memillih

tinggal di kampung halamannya akan tetapi tidak satu rumah dengan orang

tuannya.

Pembagian warisan masyarakat kalongan dengan perolehan lebih

banyak untuk anak perempuan daripada laki-laki dianggap untuk pencapaian

perdamaian, mereka membagi waris dengan cara musyawarah. Mereka

menganggap bahwa setiap ahli waris mempunyai hak dalam bersuara di dalam

musyawarah selagi tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Walaupun hasil

perolehan dalam musyawarah mereka bersepakat anak perempuan

mendapatkan harta waris lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Islam

mengatur ketentuan pembagian warisan secara terperinci agar tidak terjadi

perselisihan antara sesama ahli waris dalam pembagian harta warisan. Akan

tetapi yang terjadi di dalam masyarakat Islam tidak semuanya membagikan

dengan cara pembagian seperti itu, dalam pembagian harta warisan mereka

Page 69: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

58

cenderung dengan melakukan jalan musyawarah dan itu sudah menjadi

kebiasaan yang turun-temurun di masyarakat tersebut, dan untuk perolehan

yang diperoleh jelaslah berbeda dengan apa yang ada dalam Al Qur‟an.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Muslim di Desa Kalongan

Memilih Sistem Pembagian Harta Waris Dengan Jalan Musyawarah

Pembagian warisan di Desa Kalongan yang dilakukan oleh satu

keluarga dalam membagi harta waris berdasarkan musyawarah sangat

berpengaruh kepada anggota keluarga lain untuk melakukan hal yang seperti

itu. Secara turun-temurun pembagian warisan di Desa Kalongan dilakukan

dengan cara musyawarah. Dan berdasarkan kesepakatan semua ahli waris,

kesepakatan itu benar-benar di akui dan terjaga betul-betul apa yang menjadi

keputusan bersama. Meskipun dalam kesepakatan menghasilkan ahli waris

perempuan memperoleh hasil lebih banyak daripada laki-laki. Padahal jelas

bahwa di dalam al-Qur‟an bagian waris untuk anak perempuan separoh dari

laki-laki. Bagian anak laki-laki dua berbanding satu dengan bagian anak

perempuan.

Faktor yang menyebabkan masyarakat muslim di Desa Kalongan

memilih sistem pembagian waris dengan jalan musyawarah adalah sebagai

berikut:

1. Kesadaran masyarakat sangat kecil dalam menerapkan hukum Islam

Kesadaran masyarakat sangatlah kecil dalam menerapkan hukum

Islam, bisa dilihat dari cara masyarakat dalam membagi harta waris,

masyarakat selalu melakukan pembagian harta waris dengan jalan

Page 70: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

59

musyawarah. Masyarakat lebih memilih musyawarah dalam membagi harta

waris ketimbang melaksanakan dengan hukum waris Islam.

2. Hukum Islam dianggap sulit

Hukum Islam dianggap sulit dimengerti oleh kaum awam. Mereka

sebatas mengerti dalam pembagian harta waris bagian anak laki-laki dua

berbanding satu dengan anak perempuan. Pembagian waris untuk ahli waris

lainnya mereka tidak mengetahuinya.

3. Dilakukan turun temurun

Pembagian warisan dengan jalan musyawarah sudah merupakan

kebiasaan yang dilakukan masyarakat secara turun temurun.

4. Anak perempuan dianggap paling mengerti keadaan orang tua

Anak perempuan dianggap mampu menjaga orang tua semasa

hidupnya dibanding dengan saudara-saudaranya yang lain. Saudara-

saudaranya yang lain selalu pergi dari kampung halamannya, ada juga satu

atau dua yang memilih tinggal di kampung halamannya tetapi tidak satu

rumah dengan orang tuanya. Seiring dengan kemajuan zaman anak

perempuan pada masyarakat sekarang lebih memilih bekerja. Disamping

bekerja mereka juga menyelesaikan pekerjaan rumah sekaligus menjaga

orang tuanya semasa hidupnya.

5. Musyawarah di anggap adil

Dalam pembagian harta waris masyarakat lebih memilih dengan cara

musyawarah dan di dalam musyawarah setiap ahli waris berhak bersuara,

dengan cara seperti itu mereka menganggap dengan musyawarah akan

Page 71: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

60

memperoleh hasil yang adil. Mereka menganggap dengan jalan musyawarah

semua ahli waris tidak ada yang merasa dirugikan. Meskipun hasil

perolehannya berbeda dengan apa yang ada di dalam al-Qur‟an. Di dalam al-

Quran bagian laki-laki dua berbanding satu dengan bagian perempuan.

Adapun tujuan masyarakat melakukan pembagian harta waris dengan

cara musyawarah adalah untuk menciptakan kerukunan antara sesama ahli

waris dalam membagi harta waris dan mereka beranggapan bahwa dengan cara

musyawarah itulah mereka akan bisa saling menjaga antara ahli waris yang

satu dengan ahli waris yang lain.

C. Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Pembagian Harta Waris

Masyarakat Muslim Di Desa Kalongan

Di Negara Republik Indonesia ini, hukum waris yang berlaku secara

Nasional belum terbentuk, dan hingga kini ada tiga macam hukum waris yang

berlaku dan diterima oleh masyarakat Indonesia, yakni hukum waris yang

berdasarkan hukum Islam, hukum adat, dan hukum perdata. (Zuhdi,1997: 195)

Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam

dimanapun berada di dunia ini. Sungguh pun demikian, corak suatu Negara

Islam, dan kehidupan masyarakat di suatu Negara atau daerah tersebut

memberi pengaruh atas hukum kewarisan di daerah itu. (Thalib, 2004: 1)

Tentang ketentuan dalam hukum waris Islam, sebagaimana tercantum

dalam Al Qur‟an, bahwa anak laki-laki mendapat bagian dua kali lebih besar

dari yang diterima oleh anak perempuan. (Sjadzali,1997: 61)

Page 72: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

61

Masyarakat di Desa Kalongan dalam mengartikan warisan adalah

pemindahan harta benda dari pewaris kepada ahli waris yang dibagikan setelah

pewaris meninggal dunia dan setelah semua hak-haknya terpenuhi selanjutnya

baru dilakukan pembagian warisan. Setelah semua hak-haknya terpenuhi ahli

waris bisa bersama-sama atau perseorangan mengajukan permintaan kepada

ahli waris yang lain untuk melakukan pembagian warisan. Seperti apa yang

dijelaskan di Kompilasi Hukum Islam BAB III Besarnya Bahagian pasal 188

yang berbunyi:

“Para ahli waris baik secara bersama-sama atau perseorangan dapat

mengajukan permintaan kepada ahli waris yang lain untuk melakukan

pembagian harta warisan. Bila ada diantara ahli waris yang tidak menyetujui

permintaan itu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan melalui

Pengadilan ”. (Tim Redaksi Nuansa Aulia,2009: 56)

Menurut masyarakat di Desa Kalongan warisan adalah harta benda

yang ditinggalkan oleh pewaris untuk ahli waris yang bernilai harganya. Dalam

Kompilasi Hukum Islam BAB I Ketentuan Umum pasal 171 huruf d yang

berbunyi:

“Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik

yang berupa benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya”. (Tim Redaksi

Nuansa Aulia,2009: 52)

Kesamaan tentang pembagian harta waris dalam hukum Islam dengan

pembagian harta waris yang ada di Desa Kalongan terlihat dari sebab

mendapatkan warisan yakni didahului dengan meninggalnya seseorang dan

setelah semua hak-haknya terpenuhi.

Perbedaan itu terlihat pada penentuan ahli waris, dimana dalam hukum

Islam ada tiga kelompok orang-orang yang berhak menjadi ahli waris, yakni

Page 73: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

62

dzawil furudl, ashabah dan dzawil arham. Sedangkan menurut masyarakat

setempat yang menjadi ahli waris hanyalah suami atau istri yang ditinggalkan,

anak-anak, dan saudara. Saudara orang yang meninggal dunia ikut

mendapatkan bagian harta warisan jika orang yang meninggal dunia tersebut

tidak mempunyai anak. Perbedaan lainnya juga nampak pada bagian untuk

masing-masing ahli waris, jika dalam hukum Islam ahli waris laki-laki

mendapatkan lebih banyak daripada perempuan, sedangkan menurut

masyarakat kalongan anak terakhirlah yang mendapatkan harta waris lebih

banyak dibandingkan saudaranya yang lain meskipun anak terakhir tersebut

adalah seorang perempuan yang masih mempunyai saudara kandung yang lain

yaitu laki-laki.

Dalam hal ini yang terjadi pada masyarakat Desa Kalongan Kecamatan

Ungaran Timur dalam pembagian warisan cenderung melakukan

pertimbangan-pertimbangan dengan jalan musyawarah. Prinsip pembagian

warisan dalam Islam dimaksudkan untuk pencapaian perdamaian, sedangkan

bagi masyarakat setempat pembagian harta warisannya berdasarkan

musyawarah, kemungkinan tidak ada yang merasa dirugikan.

Kaidah-kaidah umum dirumuskan dengan tujuan memelihara jiwa

Islam dalam mewujudkan ide-ide yang tinggi ke dalam norma hukum, baik

mengenai kewajiban dan hak, keadilan dan kesamaan rasa tanggung jawab,

memelihara maslahat dan menolak mafsadat serta kemungkinan perubahan

hukum lantaran perubahan keadaan dan suasana dari waktu ke waktu. Kaidah-

kaidah tersebut di antaranya:

Page 74: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

63

1. Mencegah/menghindari mafsadah/mudarat, menarik maslahah. (Zuhdi,

1997: 10)

2. Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat

dan keadaan. (Zuhdi, 1997: 56)

Adapun yang dijadikan dasar dalam menyeleksi adalah maslahat umum.

Maslahat itu dapat ditinjau dari dua segi yaitu: mendatangkan manfaat untuk

umat atau menghindarkan kemudaratan (kerusakan, kesulitan dan keburukan)

dari kehidupan umat. Sesuatu dianggap baik oleh agama bila di dalamnya

terdapat unsur manfaat dan tidak ada padanya unsur yang menolak. Begitu pula

suatu tindakan dinyatakan tidak baik bila dalam tindakan itu terdapat unsur

mudharat. Bila kedua unsur tersebut terdapat dalam suatu perbuatan maka yang

dijadikan penilaian adalah unsur mana yang terbanyak. (Syarifudin, 1984: 64)

Dalam Kompilasi Hukum Islam BAB III Besarnya Bahagian Pasal 183

dijelaskan tentang pengertian yaitu sebagai berikut:

“para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam

pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya”.

(Tim Redaksi Nuansa Aulia,2009: 55)

Penjelasan pasal di atas mengenai prinsip musyawarah dalam

pembagian waris itu sangatlah dimungkinkan. Dan dalam pembagian harta

waris di Desa Kalongan Bapak Giono menjelaskan selain keluarga dari pewaris

yang berhak mendapatkan warisan adalah anak angkat, anak angkat juga ikut

mendapatkan warisan tetapi dengan cara wasiat sebelum pewaris meninggal

dunia. Dan besarnya wasiat itu adalah sepertiga dari harta waris dan tidak boleh

melebihi sepertiga itu.

Page 75: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

64

Seperti apa yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) BAB I

Ketentuan Umum Pasal 171 huruf f yang berbunyi:

“Wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain

atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.” (Tim

Redaksi Nuansa Aulia,2009: 52)

Mengenai wasiat ada hal-hal yang membatalkan wasiat dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) BAB V WASIAT Pasal 194 yang berbunyi:

1. Wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat berdasarkan putusan

Hakim yang telah mempunyai hukum tetap dihukum karena:

a. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau

menganiaya berat kepada pewasiat;

b. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa

pewasiat telah melakukan sesuatu kejahatan yang diancam hukuman

lima tahun penjara atau hubungan yang lebih berat;

c. Dipersalahkan dengan kekerasan atau ancaman mencegah pewasiat

untuk membuat atau mencabut atau merubah wasiat untuk kepentingan

calon penerima wasiat;

d. Dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak atau memalsukan surat

wasiat dan pewasiat.

2. Wasiat menjadi batal apabila orang yang ditunjuk untuk menerima wasiat

itu:

a. Tidak mengetahui adanya wasiat tersebut sampai meninggal dunia

sebelum meninggalnya pewasiat;

b. Mengetahui adanya wasiat tersebut, tapi ia menolak untuk menerimanya;

Page 76: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

65

c. Mengetahui adanya wasiat itu, tetapi tidak pernah menyatakan menerima

atau menolak sampai ia meninggal sebelum meninggalnya pewasiat.

3. Wasiat menjadi batal apabila yang diwasiatkan musnah.

Mengenai wasiat kepada ahli waris, terdapat perbedaan pendapat para

ulama. Antara lain: (Ash Shiddieqy, 1988: 128)

1. Ibnu Hazm dan fukaha Malikiyah berpendapat bahwa, wasiat tidak

dibolehkan sama sekali kepada ahli waris yang menerima warisan, baik para

ahli waris lainnya mengizinkan maupun tidak.

2. Fukaha Syia‟ah Imamiyah berpendapat, bahwa wasiat itu diperbolehkan

walaupun tidak mendapat izin dari para ahli waris lainnya.

Fukaha Syafi‟iyah dan ulama Malikiyah berpendapat, wasiat kepada

ahli waris yang dapat menerima warisan dibenarkan dan sah atas izin ahli waris

lainnya. Dalam Kompilasi Hukum Islam BAB V Wasiat pasal 195 menjelaskan

sebagai berikut:

1. Wasiat dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis

dihadapan dua orang saksi, atau dihadapan Notaris.

2. Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta

warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujui.

3. Wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris.

4. Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan (3) pasal ini dibuat secara lisan di

hadapan dua orang saksi atau tertulis di hadapan dua orang saksi di

hadapan Notaris.

Page 77: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

66

Tentang wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga

dari harta warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujui. Dan untuk

wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris.

Dalam hal melaksanakan wasiat masyarakat mengetahui bahwa wasiat

itu di sampaikan oleh pewaris sebelum meninggal dunia dan berlaku setelah

pewaris meninggal dunia. Untuk besarnya tidak boleh melebihi dari sepertiga.

Seperti apa yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Page 78: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua yang telah di uraikan oleh peneliti tentang Sistem

Pembagian Harta Waris Masyarakat Muslim di Desa Kalongan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Masyarakat muslim di Desa Kalongan dalam hal melakukan pembagian

harta waris selalu dengan jalan musyawarah, dan itu sudah menjadi

kebiasaan yang turun-temurun dilakukan di masyarakat tersebut. Untuk

hasil perolehan harta waris yang diperoleh masing-masing ahli waris

jelaslah berbeda dengan apa yang ada dalam Al Qur‟an.

2. Faktor penyebab pembagian harta waris untuk anak perempuan lebih

banyak daripada laki-laki dikarenakan kesadaran masyarakat sangat kecil

dalam menerapkan hukum Islam, hukum Islam di anggap sulit, pembagian

harta waris dengan jalan musyawarah dilakukan turun-temurun dan sudah

menjadi kebiasaan.

3. Dalam hal pembagian harta waris masyarakat muslim di Desa Kalongan

yang dilakukan dengan cara musyawarah dan disaksikan oleh tokoh agama

dan tokoh masyarakat. Bila ditinjau dari sisi Kompilasi Hukum Islam pada

Bab III Besarnya Bahagian Pasal 183 yang menjelaskan para ahli waris

dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan,

Page 79: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

68

setelah masing-masing menyadari bagiannya. Penjelasan pasal tersebut

sangat jelas bahwa mengenai prinsip musyawarah dalam pembagian harta

waris itu sangatlah dimungkinkan, setelah masing-masing ahli waris

menyadari bagiannya.

B. Saran-Saran

Sebagai umat Islam kita dituntut untuk mengetahui ilmu kewarisan.

Ilmu waris sangatlah penting untuk mencegah masalah-masalah yang timbul

dalam keluarga. Karena dampak yang terjadi apabila sesama anggota keluarga

saling berebut warisan itu sangatlah berbahaya. Dengan kita mengetahui ilmu

waris kita dapat menciptakan perdamaian antara sesama.

Page 80: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

69

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Ali. 1997. Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Afdol. 2003. Penerapan Hukum Kewarisan Islam Secara Adil. Surabaya:

Airlangga University Press.

Anshori, Abdul Ghofur. 2002. Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia.

Yogyakarta: Penerbit Ekonosia.

Ash-Sahabuni, Muhammad Ali. 1994. Hukum Waris dalam Al-Qur'an. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1975. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Basyir, Ahmad Azhar. 2004. Hukum Waris. Yogyakarta: UII Press.

Departemen Agama. 2002. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: Mekar Surabaya.

Fatchur Rahman. 1981. Ilmu Waris. Bandung: PT. Al-Ma‟arif.

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Rofiq, Ahmad. 2001. Fiqh Mawaris. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rohman, Ali. 1997. Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Shahrur, Muhammad. 2008. Metodologi Fiqih Islam Kontemporer. Yogyakarta:

Elsaq Press.

Siddik, Abdullah. 1984. Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh

Dunia Islam. Jakarta: Wijaya.

Sudarsono. 1991. Hukum kewarisan dan Sistem Bilateral. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno, Hadi. 1992. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Syah Muhammad, Ismail Dkk. 1999. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Page 81: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

70

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana.

Thalib, Sayuti. 1984. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Bina

Aksara.

Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2012. Kompilasi Hukum Islam. Bandung: CV.

Nuansa Aulia.

Zuhdi, Majfuk. 1991. Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

Page 82: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 83: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

72

Page 84: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

73

Page 85: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

74

Page 86: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

75

Page 87: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

76

Page 88: SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/826/1/Muchamad Ali Ridho 21210008.pdf · Laki-laki dan Perempuan di Indonesia (Studi Analisis

77

BIODATA MAHASISWA

Nama : Muchamad Ali Ridho

Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang, 02 September 1987

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Genuk Barat Kelurahan Genuk Kecamatan Ungaran Barat

Nama orang tua

Bapak : Munawar

Ibu : Sri Sutiah

Alamat : Genuk Barat Kelurahan Genuk Kecamatan Ungaran Barat

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya

Salatiga, 29 September 2015

Penulis

Muchamad Ali Ridho