sistem pendukung keputusan penentuan pemberian …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142356boy...
TRANSCRIPT
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 164 IBI-K57
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBERIAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY
PROCESS (AHP) PADA IBI KOSGORO 1957
Boy Firmansyah Email: [email protected]
Program Studi Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Institut Bisnis Dan Informatika Kosgoro 1957
ABSTRAK
Menyadari akan pentingnya pendidikan, setiap negara sangat mendukung masyarakatnya untuk memperoleh pendidikan yang layak. Hal itu dilakukan dengan cara menjalankan program-program pemerintah yang berkaitan dengan terselenggaranya pendidikan yang baik dan merata bagi warganya. Beberapa di antaranya adalah dengan adanya program pendidikan gratis berupa program beasiswa bagi warga kurang mampu berprestasi. Sistem pendukung keputusan ini dibuat untuk membantu proses seleksi beasiswa terhadap mahasiswa Institut Bisnis & Informatika (IBI) Kosgoro 1957 Jakarta. Untuk pemodelannya menggunakan Sistem Pendukung Keputusan menggunakan model Analytic Hierarchy Process (AHP). Kriteria-kriteria yang mempengaruhi di dalam pengambilan keputusan pemberian beasiswa ini dikelompokkan ke dalam 5 kriteria, diantaranya nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), prestasi akademik, prestasi non akademik, jumlah penghasilan orang tua, dan jumlah tanggungan orang tua dari mahasiswa calon penerima beasiswa. Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Analytic Hierarchy Process
(AHP), Beasiswa, IBI Kosgoro 1957.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bentuk pembelajaran yang harus dilakukan
bagi setiap insan, karena pendidikan merupakan hak asasi yang wajib
diperoleh manusia. Semua orang berhak memperoleh pendidikan yang
layak, baik orang yang mampu maupun yang kurang mampu. Dengan
adanya pendidikan yang efektif dan efisien setiap orang dapat
memperoleh ilmu sehingga dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
Program-program tersebut disalurkan melalui lembagalembaga
pendidikan pemerintah seperti kampus maupun perguruan tinggi. Demikian
halnya dengan Institut Bisnis & Informatika (IBI) Kosgoro 1957 yang telah
memiliki program pemberian beasiswa bagi mahasiswamahasiswinya.
Oleh karena itu beasiswa harus diberikan kepada mahasiswamahasiswi
yang memang layak dan pantas untuk mendapatkannya.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 165 IBI-K57
Akan tetapi, dalam melakukan seleksi beasiswa tersebut tentu akan
mengalami kesulitan karena banyaknya mahasiswa dan mahasiswi yang
berpotensi mendapatkan beasiswa serta banyaknya. Kriteria yang
mendukung pengambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan
keputusan penerima beasiswa yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada Institut Bisnis & Informatika (IBI) Kosgoro 1957.
Untuk itu diperlukan suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang
dapat memperhitungkan segala kriteria yang mendukung pengambilan
keputusan guna membantu, mempercepat dan mempermudah proses
pengambilan keputusan.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Secara formal SPK tidak memiliki definisi yang tetap. Setiap definisi
SPK yang dibuat berusaha mempersempit ruang lingkupnya secara
berbeda-beda. SPK adalah computer based support system untuk
mengambil keputusan manajemen yang berhubungan dengan kondisi
keputusan semi-terstruktur dan tidak terstruktur yang menggunakan
berbagai model. SPK dapat digunakan oleh pengguna tunggal pada satu
PC bisa juga berbasis web untuk digunakan oleh banyak orang yang
terhubung melalui internet maupun intranet (Turban, 2005).
Sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut
dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang
sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif bagi pemakainya. Sifat
interaktif ini dimaksudkan memudahkan integrasi antara berbagai
komponen dalam proses pengambilan keputusan seperti prosedur,
kebijakan, teknik analisis serta pengalaman dan wawasan manajerial guna
membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel (lndriyani dan
Humdiana, 2005). Pada umumnya, SPK yang dirancang dapat memenuhi
kemampuan, sebagai berikut (Daihani, 2001):
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 166 IBI-K57
a. Memberikan dukungan yang kuat bagi manajemen apabila pada suatu
saat manajer dihadapkan dengan masalahmasalah yang sifatnya
terstruktur maupun tidak terstruktur.
b. Memberikan dukungan pada proses pengambilan keputusan untuk
semua tingkat manajemen dalam suatu perusahaan atau organisasi,
dan mengintegrasikan semua tingkat manajemen pada saat yang
tepat.
c. Memberikan dukungan komunikasi bagi para pengambil keputusan
dalam rangka pengambilan suatu keputusan yang saling
bergantungan.
d. Mendukung semua langkah proses pengambilan suatu keputusan dan
memberikan fasilitas interaksi di antara langkah-langkah tersebut.
e. Mendukung berbagai proses pengambilan keputusan namun tidak
menjadikan seluruh proses manajerial tergantung pada SPK.
f. Mudah dalam pemakaiannya dan memungkinkan melakukan
modifikasi terhadap perusahaan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan pengguna.
Bila dilihat dari karakteristik, sistem pendukung keputusan hanya
mempunyai tiga komponen. Namun, bagi tiga komponen tersebut
memerlukan satu komponen lagi yang dapat memberikan intelegensi.
Komponen keempat, yaitu manajemen berbasis pengetahuan. Keempat
komponen tersebut adalah (Turban, 2005):
a. Sistem pendukung keputusan dapat memperluas kemampuan
pengambilan keputusan dalam memproses data atau informasi bagi
pemakainya.
b. Sistem pendukung keputusan membantu pengambilan keputusan
dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah, terutama berbagai masalah yang kompleks dan tidak
terstruktur.
c. Sistem pendukung keputusan dapat menghasilkan solusi dengan
lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 167 IBI-K57
d. Sistem pendukung keputusan dapat menjadi stimulan bagi pengambil
keputusan dalam memahami permasalahannya, karena sistem
pendukung keputusan mampu menyajikan berbagai alternatif.
e. Sistem pendukung keputusan menyediakan bukti tambahan untuk
memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi
pengambil keputusan.
2.2. Analytic Hierarchy Process (AHP)
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu
alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan
input utamanya adalah persepsi manusia. Keberadaan hierarki. AHP
memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan
keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara gratis
sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan (Kusrini, 2007).
AHP (Analytic Hierarchy Process) adalah proses yang menuntut
pembuat keputusan mengeluarkan pendapat berkaitan dengan tingkat
kepentingan relatif dari masing-masing kriteria yang ada kemudian
menunjukkan preferensi berkaitan dengan tingkat kepentingan setiap
kriteria untuk setiap alternatif (Kendall, 2003).
Dalam menyelesaikan masalah dengan AHP ada beberapa prinsip
yang harus dipahami, diantaranya adalah (Kusrini, 2007):
a. Membuat Hierarki
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkan menjadi
elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki dan
menggabungkannya atau menyintesisnya.
b. Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan.
Menurut Satty pada buku Daihani dan Umar (2001), untuk berbagai
persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 168 IBI-K57
skala perbandingan Satty bisa diukur menggunakan tabel analisis
seperti ditunjukkan pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Intensitas Kepentingan
INTENSITAS KEPENTINGAN
KETERANGAN
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya
9 Satu elemen jelas mutlak penting daripada elemen yang lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i
c. Menentukan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif
dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement
yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot
dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui
penyelesaian persamaan matematika.
d. Konsistensi Logis
Konsistensi memiliki 2 makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua,
menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada
kriteria tertentu.
Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP
meliputi (Kusrini, 2007):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 169 IBI-K57
hierarki adalah dengan menentukan tujuan yang merupakan sasaran
sistem secara keseluruhan pada level teratas.
2. Menentukan prioritas elemen:
a) Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah
membuat perbandingan pasangan yaitu membandingkan elemen
secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
b) Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan
untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen
terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan
disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang
dilakukan dalam langkah ini adalah:
a) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
b) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks
c) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris lalu membaginya
dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa
baik konsistensi, yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan
berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal
yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
a) Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif
elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif
elemen kedua dan seterusnya.
b) Jumlahkan setiap baris
c) Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif
yang bersangkutan.
d) Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada,
hasilnya disebut A maks.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 170 IBI-K57
e) Hitung Consistency Index (Cl) dengan rumus Cl= (λ maksn)/(n1).
Dimana n = banyaknya elemen.
f) Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus
CR= CI/IR
Dimana CR = Consistency Rasio
Cl = Consistency Indeks
IR = Index Random Consistency
g) Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilainya lebih dari 100%
maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika
rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil
perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar indeks Random
Konsistensi (IR) bisa dilihat dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2. Gambaran Indeks Random Konsistensi
UKURAN MATRIKS NILAI IR
1,2 0.00
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
11 1.51
12 1.48
13 1.56
14 1.57
15 1.59
Langkah-langkah AHP sederhana (Kendall,2003):
a. Tetapkan pilihan mana yang dipilih dan berapa banyak. Tahap ini
disebut perbandingan pasangan, karena ada dua alternatif yang
dibandingkan pada saat yang sama.
b. Lakukan langkah ini untuk masing-masing kriteria yang ada.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 171 IBI-K57
c. Susun peringkat masing-masing kriteria berdasarkan tingkat
kepentingan.
2.3. Beasiswa
Pada dasarnya beasiswa adalah penghasilan bagi yang
menerimanya. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 4 ayat (1) UU
PPh/2000. Disebutkan pengertian penghasilan adalah tambahan
kemampuan ekonomis dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh dari sumber Indonesia atau luar Indonesia yang
dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak
(WP). Karena beasiswa bisa diartikan menambah kemampuan ekonomis
bagi penerimanya berarti beasiswa merupakan penghasilan.
Adapun pengertian beasiswa menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau
mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Proses Penyeleksian Beasiswa Dengan Metode Analytic
Hierarchy Process (AHP)
Dalam penyeleksian beasiswa dengan menggunakan metode AHP
diperlukan kriteria-kriteria dan bobot untuk melakukan perhitungannya
sehingga akan didapat alternatif terbaik.
a. Mendefinisikan Masalah dan Tujuan Yang Diinginkan
Masalah yang muncul adalah bagaimana memutuskan untuk
menyeleksi 5 (lima) orang mahasiswa yang akan mendapat beasiswa
yang sesuai dengan kriteria persyaratan yang telah ditetapkan oleh
pihak kampus. Tujuan yang diinginkan adalah menetapkan
mahasiswa penerima beasiswa yang memenuhi kriteria persyaratan
yang telah ditetapkan.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 172 IBI-K57
b. Pengelompokan Kriteriakriteria Menjadi Sebuah Hierarki
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi di dalam pengambilan keputusan
dikelompokkan ke dalam 5 kriteria, diantaranya Nilai IPK mahasiswa,
prestasi akademik, prestasi non akademik, jumlah penghasilan orang
tua, dan jumlah tanggungan orang tua.
Gambar 1. Hierarki Kriteria
Dari 5 kriteria tersebut akan dihubungkan ke mahasiswa. Untuk
menjadi calon penerima beasiswa setiap mahasiswa harus
memenuhi setiap kriteria yang telah ditentukan untuk
mendapatkan beasiswa yaitu: Nilai IPK, prestasi akademik dan
prestasi non akademik, jumlah penghasilan orang tua, dan jumlah
tanggungan orang tua.
c. Menentukan Kriteria dan Tingkat Kepentingan Untuk Data Calon
Penerima Beasiswa
1. Kriteria
Dalam metode AHP terdapat kriteria yang dibutuhkan untuk
menentukan siapa yang akan terseleksi sebagai penerima
beasiswa. Dan Adapun kriteria yang diberikan adalah sebagai
berikut:
Calon Penerima
Beasiswa
Nilai IPK Prestasi
Akademik
Prestasi
Non
Akademik
Penghasilan
Orang Tua
Jumlah
Tanggungan
Orang Tua
MHS A MHS B MHS C MHS D MHS E
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 173 IBI-K57
Tabel 3. Tabel Kriteria
KRITERIA KETERANGAN
K1 Nilai IPK
K2 Prestasi Akademik
K3 Prestasi Non Akademik
K4 Penghasilan Orang Tua
K5 Jumlah Tanggungan Orang Tua
Untuk kriteria pertama (K1) adalah Nilai IPK terakhir, kriteria
kedua (K2) adalah Prestasi Akademik, kriteria ketiga (K3) adalah
Prestasi Non Akademik, kriteria keempat (K4) adalah Jumlah
Penghasilan Orang Tua, dan kriteria kelima (Ks) adalah Jumlah
Tanggungan Orang Tua. Kelima kriteria inilah nantinya yang akan
diperhitungkan untuk menentukan mahasiswa mana yang lebih
diprioritaskan untuk memperoleh beasiswa.
2. Tingkat Kepentingan Masing-masing Kriteria
Dari kriteria yang ada akan ditentukan tingkat kepentingan dari
masing-masing kriteria tersebut. Pada tahap ini tingkat
kepentingan akan diberikan nilai yang terdiri dari Sangat Baik
(SB), Baik (8), Cukup (C), dan Kurang (K).
a) Nilai IPK (K1)
Tabel 4. Parameter Ukur Berdasarkan Nilai IPK (K1)
NILAI IPK (K1) NILAI
K1 > 3.50 Sangat Baik
3.00 < K1 <= 3.50 Baik
2.75 < K1 <= 3.00 Cukup
K1 <= 2.75 Kurang
Dari Tabel diatas kita dapat melihat parameter ukur
berdasarkan Nilai IPK. Untuk nilai Sangat Baik,
diberikan untuk Nilai IPK diatas 3.50, untuk nilai Baik,
diberikan untuk Nilai IPK diatas 3.00, kurang atau sama
dengan 3.50. Kemudian untuk nilai cukup, diberikan untuk
Nilai IPK diatas 2.75, kurang atau sama dengan 3.00. Dan
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 174 IBI-K57
untuk nilai kurang, diberikan untuk Nilai IPK di bawah atau
sama dengan 2.75.
b) Prestasi Akademik (K2)
Tabel 5. Parameter Ukur Berdasarkan Prestasi Akademik (K2)
PRESTASI AKADEMIK (K2) NILAI
Nasional Sangat Baik
Provinsi / Kota Baik
Kampus Cukup
Tidak ada Kurang
Dari Tabel di atas kita dapat melihat parameter ukur
berdasarkan nilai prestasi akademik. Untuk nilai Sangat
Baik, diberikan untuk prestasi akademik tingkat nasional.
Untuk nilai Baik, diberikan untuk prestasi akademik
tingkat Provinsi / Kota. Kemudian untuk nilai cukup,
diberikan untuk prestasi akademik tingkat kampus. Dan
untuk nilai kurang, diberikan untuk mahasiswa yang tidak
mempunyai prestasi akademik apa pun.
c) Prestasi Non Akademik (KJ)
Tabel 6. Parameter Ukur Berdasarkan Prestasi Non Akademik (K3)
PRESTASI NON AKADEMIK (K3) NILAI
Nasional Sangat Baik
Provinsi / Kota Baik
Kampus Cukup
Tidak ada Kurang
Dari Tabel di atas kita dapat melihat parameter ukur
berdasarkan nilai prestasi non akademik. Untuk nilai Sangat
Baik, diberikan untuk prestasi non akademik tingkat nasional.
Untuk nilai Baik, diberikan untuk prestasi non akademik
tingkat Provinsi/Kota. Kemudian untuk nilai cukup, diberikan
untuk prestasi non akademik tingkat kampus. Dan untuk nilai
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 175 IBI-K57
kurang, diberikan untuk mahasiswa yang tidak mempunyai
prestasi non akademik apa pun.
d) Jumlah Penghasilan Orang Tua (K4)
Tabel 7. Parameter Ukur Jumlah Penghasilan Orang Tua (K4)
PENGHASILAN ORANG TUA (K4) NILAI
K4 <= Rp. 1.500.000,- Sangat Baik
Rp. 1.500.000,- < K4 <= Rp. 2.500.000,- Baik
Rp. 2.500.000,- < K4 <= Rp. 3.500.000,- Cukup
K4 > Rp. 3.500.000,- Kurang
Dari tabel parameter ukur jumlah penghasilan orang tua di
atas dapat kita lihat untuk nilai sangat baik di berikan untuk
mahasiswa yang orang tuanya berpenghasilan lebih atau
sama dengan Rp.1.500.000,. Untuk nilai baik, diberikan
kepada siswa yang orang tuanya berpenghasilan lebih besar
dari Rp.1.500.000, dan kurang dari atau sama dengan
Rp.2.500.000,. Kemudian untuk nilai cukup, diberikan
kepada mahasiswa yang orang tuanya berpenghasilan lebih
besar dari Rp.2.500.000, dan kurang dari atau sama dengan
3.500.000,. Dan untuk nilai kurang, diberikan kepada
mahasiswa yang orang tuanya berpenghasilan lebih besar
atau sama dengan Rp.3.500.000,
e) Jumlah Tanggungan Orang Tua (K5)
Tabel 8. Parameter Ukur Jumlah Tanggungan Orang Tua (K5)
TANGGUNGAN ORANG TUA (K5) NILAI
K5 > 4 Sangat Baik
K5 = 4 Baik
K5 = 3 Cukup
K5 <= 2 Kurang
Dari tabel parameter ukur jumlah tanggungan orang tua di
atas dapat kita lihat untuk nilai sangat baik diberikan untuk
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 176 IBI-K57
mahasiswa yang orang tuanya memiliki lebih dari 4 anak.
Untuk nilai baik, diberikan kepada mahasiswa yang orang
tuanya memiliki 4 anak. Kemudian untuk nilai cukup, diberikan
kepada mahasiswa yang orang tuanya memiliki 3 anak. Dan
untuk nilai kurang, diberikan kepada mahasiswa yang orang
tuanya memiliki kurang dari atau sama dengan 2 anak.
3.2. Perhitungan Prioritas Kriteria Beasiswa Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)
A. Menentukan Prioritas Kriteria
Langkah yang harus dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria
adalah sebagai berikut:
1. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 9. Matriks Perbandingan Berpasangan
KRITERIA K1 K2 K3 K4 K5
K1 1 3 3 4 5
K2 0.33 1 1 2 3
K3 0.33 1 1 2 3
K4 0.25 0.5 0.5 1 2
K5 0.2 0.33 0.33 0.5 1
Jumlah 2.11 5.83 5.83 9.5 14
Pada Tabel 9 merupakan matriks perbandingan kriteria beasiswa
yang menentukan kriteria mana yang paling penting di antara kriteria
lainnya. Angka 1 pada kolom nilai IPK baris nilai IPK menggambarkan
tingkat kepentingan yang sama antara nilai IPK dengan nilai IPK.
Sedangkan angka 3 pada kolom prestasi akademik baris nilai IPK
menunjukkan nilai IPK agak lebih penting yang satu atas prestasi
akademik. Angka 0.33 pada kolom nilai IPK baris prestasi akademik
merupakan hasil perhitungan 1/nilai pada kolom prestasi akademik
baris nilai IPK (1/3). Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara
yang sama.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 177 IBI-K57
2. Membuat Matriks Nilai Kriteria
Matriks ini diperoleh dengan rumus Nilai baris kolom baru = Nilai
baris kolom lama / jumlah kolom lama
Tabel 10. Matriks Nilai Kriteria
K1 K2 K3 K4 K5 JUMLAH PRIORITAS
K1 0.47 0.51 0.51 0.42 0.36 2.27 0.45
K2 0.16 0.17 0.17 0.21 0.21 0.92 0.18
K3 0.16 0.17 0.17 0.21 0.21 0.92 0.18
K4 0.12 0.09 0.09 0.1 0.14 0.54 0.11
K5 0.09 0.06 0.06 0.05 0.07 0.33 0.07
Nilai 0.47 pada kolom nilai IPK baris nilai IPK tabel 10 diperoleh
dari nilai kolom nilai IPK baris nilai IPK tabel 9 dibagi jumlah pada
setiap kolom nilai IPK tabel 9 (1/2.11).
Nilai kolom jumlah pada Tabel 10 diperoleh dari penjumlahan pada
setiap barisnya. Untuk baris pertama, nilai 2.27 merupakan hasil
penjumlahan dari 0.47 + 0.51 + 0.51 + 0.42 + 0.36.
Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah
dibagi dengan jumlah kriteria, dalam hal ini 5 (2.27/5 = 0.45).
3. Membuat Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Tabel 11. Matriks Penjumlahan Setiap Baris
K1 K2 K3 K4 K5 JUMLAH
K1 0.45 0.54 0.54 0.44 0.35 2.32
K2 0.15 0.18 0.18 0.22 0.21 0.94
K3 0.15 0.18 0.18 0.22 0.21 0.94
K4 0.11 0.09 0.09 0.11 0.14 0.54
K5 0.09 0.06 0.06 0.06 0.07 0.34
Nilai 0.45 pada baris nilai IPK kolom nilai IPK tabel 11 diperoleh
dari prioritas baris nilai IPK pada tabel 11 (0.45) dikalikan dengan
nilai baris nilai IPK kolom nilai IPK pada tabel 10 (0.45 x 1 = 0.45).
Nilai 0.15 pada baris prestasi akademik kolom nilai IPK tabel 11
diperoleh dari prioritas baris prestasi akademik pada tabel 10 (0.45)
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 178 IBI-K57
dikalikan nilai baris prestasi akademik kolom nilai IPK pada tabel 9
(0.45 x 0.33 = 0.15).
Kolom jumlah pada tabel 11 diperoleh dengan menjumlahkan nilai
pada masing-masing baris pada tabel tersebut. Misalnya, nilai 2.32
pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan dari 0.45 + 0.54
+ 0.54 + 0.44 + 0.35.
4. Penghitungan Rasio Konsistensi
Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai risiko
konsistensi (CR) < = 0.1. jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1,
maka matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki.
Tabel 12 Perbandingan Rasio Konsistensi
JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL
K1 2.32 0.45 2.77
K2 0.94 0.18 1.12
K3 0.94 0.18 1.12
K4 0.54 0.11 0.65
K5 0.34 0.07 0.41
Jumlah 6.07
Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel 11,
sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada tabel
10. Pada tabel 15, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) : 6.07
n (Jumlah kriteria) : 5
λ maks (Jumlah / n) : 1.21
Cl ((λ maks n)/n) : 0.76
CR (CI/IR) : 0.68
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan
tersebut bisa diterima.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 179 IBI-K57
B. Menentukan Prioritas Sub Kriteria
Penghitungan sub kriteria dilakukan terhadap subsub dari semua
kriteria. Dalam hal ini, terdapat 5 kriteria yang berarti akan ada 5
perhitungan prioritas sub kriteria.
1. Menghitung Prioritas Sub Kriteria Dari Kriteria Nilai IPK (K1)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas sub
kriteria dari kriteria nilai IPK adalah sebagai berikut.
a) Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Langkah ini sama seperti yang dilakukan pada langkah
pembuatan matriks perbandingan berpasangan sebelumnya.
hasilnya ditunjukkan dalam tabel 13.
Tabel 13. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Nilai IPK (K1)
SB B C K
SB 1 3 5 6
B 0.33 1 3 4
C 0.2 0.33 1 2
K 0.17 0.25 0.5 1
Jumlah 1.7 4.58 9.5 13
b) Membuat Matriks Nilai Kriteria
Langkah ini sama seperti yang dilakukan pada langkah membuat
matriks nilai kriteria sebelumnya, perbedaannya adalah adanya
tambahan kolom prioritas sub kriteria pada langkah ini. Hasilnya
ditunjukkan dalam tabel 14.
Tabel 14. Matriks Nilai Kriteria Nilai IPK (K1)
SB B C K JUMLAH PRIORITAS PRIORITAS
SUBKRITERIA
SB 0.6 0.65 0.53 0.46 2.24 0.56 1
B 0.19 0.22 0.32 0.31 1.04 0.26 0.46
C 0.12 0.07 0.1 0.15 0.44 0.11 0.2
K 0.1 0.05 0.05 0.08 0.28 0.07 0.12
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 180 IBI-K57
Nilai pada kolom prioritas sub kriteria diperoleh dari nilai
prioritas pada baris tersebut (DIBAGI) dengan nilai tertinggi
pada kolom prioritas.
c) Menentukan Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Langkah ini sama dengan yang dilakukan pada langkah membuat
matriks penjumlahan baris sebelumnya dan hasilnya ditunjukkan
dalam tabel 15. Setiap elemen dalam tabel ini dihitung dengan
mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan nilai
prioritas.
Tabel 15. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Nilai IPK (K1)
SB B C K JUMLAH
SB 0.56 0.78 0.55 0.42 2.31
B 0.18 0.26 0.33 0.28 1.05
C 0.11 0.09 0.11 0.14 0.45
K 0.09 0.07 0.06 0.07 0.29
d) Penghitungan Rasio Konsistensi
Seperti langkah perhitungan rasio konsistensi sebelumnya.
Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio
konsistensi (CR) <= 0.1. Untuk menghitung rasio konsistensi,
dibuat tabel seperti yang terlihat pada tabel 16.
Tabel 16. Penghitungan Rasio Konsistensi Nilai IPK
JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL
SB 2.31 0.56 2.87
B 1.05 0.26 1.31
C 0.45 0.11 0.56
K 0.29 0.07 0.36
Jumlah 5.1
Kalam jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel
15, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada
Tabel 14. Dari tabel 16, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 181 IBI-K57
Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) : 5.1
n (jumlah kriteria) : 4
λ maks (jumlah / n) : 1.28
Cl ((λ maks n)/(n1)) : 0.91
CR (CI/IR) : 1.01
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan
tersebut bisa diterima.
2. Menghitung Prioritas Sub Kriteria Dari Kriteria Prestasi Akademik (K2)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas sub
kriteria dari kriteria prestasi akademik (K2) sama dengan yang
dilakukan dalam perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria nilai
IPK (K1). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 17. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Prestasi Akademik (K2)
SB B C K
SB 1 3 4 6
B 0.33 1 2 4
C 0.25 0.5 1 3
K 0.17 0.25 0.33 1
Jumlah 1.75 4.75 7.33 14
b) Membuat Matriks Nilai Kriteria
Tabel 18. Matriks Nilai Kriteria Prestasi Akademik (K2)
SB B C K JUMLAH PRIORITAS PRIORITAS
SUBKRITERIA
SB 0.57 0.63 0.55 0.43 2.18 0.55 1
B 0.19 0.21 0.27 0.29 0.96 0.24 0.44
C 0.14 0.1 0.14 0.21 0.59 0.15 0.27
K 0.1 0.05 0.04 0.07 0.26 0.07 0.13
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 182 IBI-K57
c) Matriks Penjumlahan Tiap Baris
Tabel 19. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Prestasi Akademik (K2)
SB B C K JUMLAH
SB 0.53 0.72 0.6 0.42 2.29
B 0.18 0.24 0.3 0.28 1
C 0.14 0.12 0.15 0.21 0.62
K 0.09 0.06 0.05 0.07 0.27
d) Penghitungan Rasio Konsistensi
Tabel 20. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Prestasi Akademik (K2)
JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL
SB 2.29 0.55 2.84
B 1 0.24 1.24
C 0.62 0.15 0.77
K 0.27 0.07 0.34
Jumlah 5.2
Dari Tabel 20, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) : 5.2
n (jumlah kriteria) : 4
λ maks (jumlah / n) : 1.3
Cl ((λ maks n)/(n1)) : 0.9
CR (CI/IR) : 1
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan
tersebut bisa diterima.
3. Menghitung Prioritas Sub Kriteria Dari Kriteria Prestasi Non Akademik
(KJ)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas sub
kriteria dari kriteria prestasi non akademik (K3) sama dengan yang
dilakukan dalam perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria nilai IPK
(K1). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 183 IBI-K57
a) Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 21. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Prestasi Non Akademik (K3)
SB B C K
SB 1 3 4 5
B 0.33 1 2 3
C 0.25 0.5 1 2
K 0.2 0.33 0.5 1
Jumlah 1.78 4.83 7.5 11
b) Menentukan Matriks Nilai Kriteria
Tabel 22. Matriks Nilai Kriteria Prestasi Non Akademik (K3)
SB B C K JUMLAH PRIORITAS PRIORITAS
SUBKRITERIA
SB 0.56 0.62 0.53 0.45 2.16 0.54 1
B 0.18 0.21 0.27 0.27 0.93 0.23 0.43
C 0.14 0.1 0.13 0.18 0.55 0.14 0.25
K 0.11 0.07 0.07 0.09 0.34 0.08 0.15
c) Menentukan Matriks Penjumlahan Tiap Baris
Tabel 23. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Prestasi Non Akademik (K3)
SB B C K JUMLAH
SB 0.54 0.69 0.56 0.4 2.19
B 0.18 0.23 0.28 0.24 0.93
C 0.13 0.11 0.14 0.16 0.54
K 0.11 0.08 0.07 0.08 0.34
d) Penghitungan Rasio Konsistensi
Tabel 24. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Prestasi Non Akademik (K3)
JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL
SB 2.19 0.54 2.73
B 0.93 0.23 1.16
C 0.54 0.14 0.68
K 0.34 0.08 0.42
Jumlah 5
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 184 IBI-K57
Dari tabel 24, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) : 5
n (jumlah kriteria) : 4
λ maks (jumlah / n) : 1.25
Cl ((λ maks n)/(n1)) : 0.92
CR (CI/IR) : 1.02
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan
tersebut bisa diterima.
4. Menghitung Prioritas Sub Kriteria Dari Kriteria Jumlah Penghasilan
Orang Tua (K4)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas sub
kriteria dari kriteria jumlah penghasilan orang tua (K4) sama dengan
yang dilakukan dalam perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria
nilai IPK (K1). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 25. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jumlah Penghasilan Orang Tua (K4)
SB B C K
SB 1 2 3 5
B 0.5 1 2 4
C 0.33 0.5 1 3
K 0.2 0.25 0.33 1
Jumlah 2.03 3.75 6.33 13
b) Menghitung Matriks Nilai Kriteria
Tabel 26. Matriks Nilai Kriteria Jumlah Penghasilan Orang Tua (K4)
SB B C K JUMLAH PRIORITAS PRIORITAS
SUBKRITERIA
SB 0.49 0.53 0.47 0.38 1.87 0.47 1
B 0.25 0.27 0.32 0.31 1.15 0.29 0.62
C 0.16 0.13 0.16 0.23 0.68 0.17 0.36
K 0.1 0.07 0.05 0.08 0.3 0.08 0.17
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 185 IBI-K57
c) Menghitung Matriks Penjumlahan Tiap Baris
Tabel 27. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jumlah Penghasilan Orang Tua (K4)
SB B C K JUMLAH
SB 0.47 0.58 0.51 0.4 1.96
B 0.24 0.29 0.34 0.32 1.19
C 0.16 0.15 0.17 0.24 0.72
K 0.09 0.07 0.06 0.08 0.3
d) Penghitungan Rasio Konsistensi
Tabel 28. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Jumlah Penghasilan Orang Tua (K4)
JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL
SB 1.96 0.47 2.43
B 1.19 0.29 1.46
C 0.72 0.17 0.89
K 0.3 0.08 0.38
Jumlah 5.18
Dari tabel 28, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) : 5.18
n (jumlah kriteria) : 4
λ maks (jumlah / n) : 1.3
Cl ((λ maks n)/(n1)) : 0.9
CR (CI/IR) : 1
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan
tersebut bisa diterima.
5. Menghitung Prioritas Sub Kriteria Dari Kriteria Jumlah Tanggungan
Orang Tua (K5)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas sub
kriteria dari kriteria jumlah penghasilan orang tua (K5) sama dengan
yang dilakukan dalam perhitungan prioritas sub kriteria dari kriteria
nilai IPK (K1). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 186 IBI-K57
a) Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 29. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jumlah Tanggungan Orang Tua (K5)
SB B C K
SB 1 2 3 4
B 0.5 1 2 3
C 0.33 0.5 1 2
K 0.25 0.33 0.5 1
Jumlah 2.08 3.83 6.5 10
b) Menghitung Matriks Nilai Kriteria
Tabel 30. Matriks Nilai Kriteria Jumlah Tanggungan Orang Tua (K5)
SB B C K JUMLAH PRIORITAS PRIORITAS
SUBKRITERIA
SB 0.48 0.52 0.45 0.4 1.86 0.47 1
B 0.24 0.26 0.31 0.3 1.11 0.28 0.6
C 0.16 0.13 0.15 0.2 0.64 0.16 0.34
K 0.12 0.09 0.08 0.1 0.39 0.1 0.21
c) Menghitung Matriks Penjumlahan Tiap Baris
Tabel 31. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jumlah Tanggungan Orang Tua (K5)
SB B C K JUMLAH
SB 0.47 0.56 0.48 0.4 1.91
B 0.24 0.28 0.32 0.3 1.14
C 0.16 0.14 0.16 0.2 0.66
K 0.12 0.09 0.08 0.1 0.39
d) Penghitungan Rasio Konsistensi
Tabel 32. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Jumlah Tanggungan Orang Tua (K5)
JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL
SB 1.91 0.47 2.38
B 1.14 0.28 1.42
C 0.66 0.16 0.82
K 0.39 0.1 0.49
Jumlah 5.11
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 187 IBI-K57
Dari tabel 33, diperoleh nilainilai sebagai berikut:
Jumlah (penjumlahan dari nilainilai hasil) : 5.11
n (jumlah kriteria) : 4
λ maks (jumlah I n) : 1.28
Cl ((λ maks n)/(n1 )) : 0.91
CR (Cl/lR) : 1.01
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan
tersebut bisa diterima.
C. Membuat Matriks Hasil
Prioritas hasil perhitungan pada langkah 1 dan 2 kemudian dituangkan
dalam matriks hasil yang terlihat dalam Tabel 33. Matriks hasil ini nantinya
akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan mahasiswa dengan
nilai tertinggi yang berhak mendapatkan beasiswa jenis prestasi.
Tabel 33. Matriks Hasil
K1 K2 K3 K4 K5
0.45 0.18 0.18 0.11 0.07
SB SB SB SB SB
1 1 1 1 1
B B B B B
0.46 0.44 0.43 0.62 0.6
C C C C C
0.2 0.27 0.26 0.36 0.34
K K K K K
0.12 0.13 0.15 0.17 0.21
Seandainya diberikan data nilai 5 orang mahasiswa pendaftar
beasiswa seperti yang terlihat dalam tabel 33, maka hasil akhirnya akan
tampak pada tabel 34.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 188 IBI-K57
Tabel 34. Nilai 5 Orang Mahasiswa Pendaftar Beasiswa
K1 K2 K3 K4 K5
A B K SB B B
B SB K SB B C
C B B C B B
D C SB C C C
E SB SB K B B
Tabel 35. Nilai Akhir
K1 K2 K3 K4 K5 TOTAL
A 0.21 0.02 0.18 0.07 0.04 0.52
B 0.45 0.02 0.18 0.07 0.02 0.74
C 0.21 0.08 0.05 0.07 0.04 0.45
D 0.09 0.18 0.05 0.04 0.02 0.38
E 0.45 0.18 0.03 0.07 0.04 0.77
Nilai 0.21 pada kolom K1 baris A diperoleh dari nilai mahasiswa A
untuk K1, yaitu "Baik" dengan prioritas 0.46 (tabel 33), dikalikan dengan
prioritas K1 sebesar 0.45 (label 33). Begitu pun nilai yang lain.
Kolom total pada Tabel 35 diperoleh dari penjumlahan pada masing-
masing barisnya. Nilai total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk
menentukan 2 mahasiswa yang berhak mendapatkan beasiswa prestasi.
Maka 2 mahasiswa dengan nilai tertinggi adalah mahasiswa E dengan total
nilai 0.77, dan mahasiswa 8 dengan total nilai 0.74.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Pendukung
Keputusan dengan model Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dibuat
membantu pengambilan keputusan penerima beasiswa pada Institut
Bisnis & Informatika (IBI) Kosgoro 1957 lebih akurat karena subjektivitas
dalam pengambilan keputusan dapat diminimalisir berkat adanya kriteria-
kriteria yang telah ditentukan serta lebih efektif dan efisien dari segi waktu
maupun proses.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Boy Firmansyah
LPPM 189 IBI-K57
DAFTAR PUSTAKA
Daihani, Dadan Umar. (2001). Komputerisasi Pengambilan Keputusan. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Hariyanto, Bambang, lr.,MT. (2004). Sistem Manajemen Basis Data. lnformatika Bandung.
Kendall & Kendall. (2003). Analisis dan Perancangan Sistem Edisi ke-5. PT. Prehallindo. Jakarta.
Kusrini. (2007). Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. ANDI. Yogyakarta.
Mulyanto, Agus. (2009). Sistem lnformasi Konsep dan Aplikasi. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Turban, Efraim, et. Al. (2005). Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas Jilid 2 ed. 7. Andi. Yogyakarta.
Whitten, Jetfery L. (2004). Metode Desain & Analisis Sistem Edisi 6. ANDI & Mc Graw Hill Education. Yogyakarta.