sk pedoman instalasi karantina ikan 2014bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/sk kaban...
TRANSCRIPT
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014
TENTANG
PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
4. Peraturan . . .
-2-
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25);
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 189);
6. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN.
KESATU : Menetapkan Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.
KEDUA . . .
-3-
KEDUA : Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud diktum KESATU digunakan sebagai dasar dalam proses penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan milik pemerintah, perorangan dan badan hukum;
KETIGA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2015.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2014
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. NARMOKO PRASMADJI
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Kepegawaian Hukum dan Organisasi,
Sugiman
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Karantina Ikan mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu
area ke area lain di dalam negeri serta keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Karantina
Ikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka
melindungi negara dari ancaman masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area
lain di wilayah Republik Indonesia, yang berpotensi merusak
kelestarian sumberdaya hayati perikanan, yang dapat mengakibatkan
penurunan produksi perikanan nasional.
Perdagangan hasil perikanan memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap perekonomian negara, serta kelestarian
sumberdaya perikanan dan kelautan, salah satu dampak negatifnya
yaitu ikut terbawanya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) atau
Hama dan Penyakit Ikan (HPI) tertentu masuk dan tersebar ke dalam
wilayah Republik Indonesia melalui media pembawa yang
dilalulintaskan. Petugas Karantina Ikan dalam rangka mengantisipasi
resiko dari ancaman masuk dan/atau keluar, dan tersebarnya HPIK
sebagaimana diamanatkan di dalam peraturan perundangan
perkarantinaan ikan perlu melakukan tindakan karantina ikan bagi
media pembawa HPIK yang akan dilalulintaskan. Pelaksanaan
tindakan karantina ikan tersebut dapat dilakukan di tempat
pemasukan/ pengeluaran atau di luar tempat pemasukan/
pengeluaran baik di dalam maupun di luar Instalasi Karantina Ikan
(IKI) yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap
media pembawa di Instalasi Karantina dilakukan dalam rangka:
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG
PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
2
a. Mendeteksi terhadap adanya infeksi HPIK/HPI tertentu pada
media pembawa.
b. Membebaskan/mensucihamakan media pembawa dari
HPIK/HPI tertentu.
c. Menjamin media pembawa telah memenuhi persyaratan
kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan.
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai instalasi karantina
apabila telah memenuhi persyaratan, prosedur, penetapan, dan
pengelolaannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya
pedoman instalasi karantina ikan untuk menjaga konsistensi
penerapan cara karantina ikan yang baik di instalasi karantina.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Instalasi Karantina Ikan ini
adalah :
a. Sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan
Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) dalam proses penetapan, pengelolaan dan
pelaporan Instalasi Karantina Ikan.
b. Pemilik instalasi karantina mengetahui prosedur penetapan,
penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina
Ikan.
1.3. Pengertian dan Istilah
a. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut instalasi
karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas
yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan karantina.
b. Instalasi Karantina Ikan milik Kementerian yang selanjutnya
disebut instalasi karantina Kementerian adalah instalasi
karantina yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat
3
Instalasi Karantina Ikan yang pengelolaannya dilakukan oleh
UPT KIPM
c. Instalasi Karantina Ikan milik Perorangan atau Badan
Hukum yang selanjutnya disebut instalasi karantina
Perorangan atau Badan Hukum adalah instalasi karantina
yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah
ditetapkan dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan,
yang pengelolaannya dibawah pengawasan UPT KIPM.
d. Menteri Kelautan dan Perikanan adalah Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina
ikan.
e. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut Kepala
BKIPM adalah kepala badan yang melaksanakan tugas
teknis di bidang karantina ikan.
f. Kepala Pusat Karantina Ikan yang selanjutnya disebut
dengan Kapuskari adalah Kepala Pusat yang melaksanakan
tugas teknis di bidang karantina ikan.
g. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan
yang menyatakan instalasi karantina telah memenuhi
persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan
karantina ikan.
h. Tindakan karantina ikan yang selanjutnya disebut tindakan
karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negeri atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
i. Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya
disebut UPT KIPM adalah unit kerja teknis yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKIPM.
4
j. Pejabat Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI)
yang selanjutnya disebut PHPI adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan yang
bekerja di lingkup BKIPM.
k. Inspektur karantina ikan yang selanjutnya disebut inspektur
karantina adalah pegawai negeri tertentu yang memiliki
kompetensi melakukan kegiatan inspeksi dalam rangka
penerapan cara karantina ikan yang baik, yang telah
ditetapkan dan mendapatkan nomor registrasi sebagai
inspektur karantina ikan dengan surat keputusan Kepala
BKIPM.
l. Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut
HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum
terdapat dan/ atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat
dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang
dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
m. Hama dan Penyakit Ikan Tertentu yang selanjutnya disebut
HPI tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang
berpotensi seperti HPIK, belum dan/atau telah terdapat di
area tertentu di dalam wilayah Negara Republik Indonesia,
tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK atau HPI yang
dipersyaratkan oleh negara tujuan untuk dicegah
pemasukannya.
n. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang
selanjutnya disebut media pembawa adalah ikan dan atau
benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.
o. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau
seluruh daur hidupnya berada di dalam air dalam keadaan
hidup atau mati termasuk bagian-bagiannya.
5
p. Benda lain adalah media pembawa selain ikan yang
mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan
Karantina.
q. Sarana instalasi karantina adalah segala peralatan/ fasilitas
dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan
karantina di instalasi karantina.
r. Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang
berisikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan
penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara
efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar
biosecurity untuk menjamin kesehatan ikan.
s. Biosecurity adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk
mencegah dan/ atau mengurangi resiko masuk dan
tersebarnya agen penyakit ikan.
t. Ruang anteroom atau ruang antara adalah ruang steril/
mensucihamakan bagi pekerja sebelum dan sesudah
memasuki IKI yang berada di lokasi instalasi karantina.
u. Personil adalah petugas yang melaksanakan tindakan
karantina tertentu pada instalasi milik perorangan atau
badan hukum yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina.
1.4. Dasar Hukum
Dasar hukum perangkat perundangan penyusunan Pedoman
Penilaian Instalasi Karantina Ikan adalah :
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3482);
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
6
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun
2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun
2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar
Negeri Dan Dari Suatu Area Ke Area Lain di Dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun
2012 tentang kewajiban tambahan karantina ikan;
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 33 Tahun
2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; dan
h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama
dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan
Sebarannya.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi klasifikasi, persyaratan,
prosedur penetapan dan perpanjangan, pengelolaan, inspeksi dan
verifikasi, pembinaan dan pelaporan IKI.
7
BAB II
KLASIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI
Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana
dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan karantina. Berdasarkan klasifikasinya, instalasi karantina
dibedakan menjadi :
2.1. Klasifikasi
A. Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan Berdasarkan Peruntukan
Klasifikasi instalasi karantina ikan berdasarkan
peruntukannya, terdiri dari :
a. Instalasi karantina ikan untuk ikan hidup
b. Instalasi karantina ikan untuk ikan mati
c. Instalasi karantina ikan untuk benda lain
B. Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan Berdasarkan Kepemilikan
Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan berdasarkan
kepemilikan dibedakan menjadi :
a. Instalasi karantina ikan milik Kementerian adalah Instalasi
Karantina yang dibangun oleh pemerintah dan
pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM.
b. Instalasi karantina ikan milik perorangan atau badan
hukum adalah milik swasta baik secara perorangan atau
badan hukum.
2.2. Sertifikasi
A. Sertifikasi Instalasi Karantina Ikan
Kelayakan Instalasi Karantina didasarkan pada hasil
penilaian Instalasi Karantina Ikan yang meliputi persyaratan
administrasi, manajemen, dan teknis. Hasil penilaian diberikan
dalam kriteria layak (sangat baik, baik, cukup) dan tidak
8
layak. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan diberikan untuk
instalasi karantina dengan kriteria layak.
Konsistensi penerapan biosecurity di Instalasi Karantina
Ikan yang telah ditetapkan dalam pengendalian HPIK/ HPI
tertentu dilakukan melalui proses Sertifikasi Cara Karantina
Ikan yang Baik (SCKIB).
B. Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik.
Sertifikasi penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik
(SCKIB) didasarkan atas :
- Konsistensi persyaratan dan penerapan dokumen mutu
karantina ikan;
- Konsistensi kelayakan dan peruntukan teknis; dan
- Hasil pemeriksaan HPIK/ HPI tertentu
Berdasarkan konsistensi penerapan cara karantina di
atas maka instalasi karantina ikan dikategorikan sebagai
berikut:
a. Kategori A : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria A, sehingga dapat
digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan
karantina impor, ekspor, dan/atau antar area dan sesuai
kebutuhan jenis usaha dibidang perikanan
b. Kategori B : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria B, sehingga dapat
digunakan untuk tindakan karantina ikan impor, ekspor ke
Negara bersyarat tertentu dan/atau antar area sesuai
kebutuhan usaha dibidang perikanan
c. Kategori C : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria C, sehingga dapat
digunakan untuk tindakan karantina ikan ekspor ke Negara
tidak bersyarat dan/atau antar area sesuai kebutuhan
usaha dibidang perikanan
9
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi cara karantina ikan
yang baik mengacu pada pedoman CKIB.
10
BAB III
PERSYARATAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai IKI apabila telah
memenuhi persyaratan administrasi, manajemen, dan teknis.
Adapun persyaratan IKI adalah sebagai berikut :
3.1. Persyaratan Administrasi
3.1.1. Pengajuan permohonan penilaian instalasi karantina
Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum sebelum mengajukan permohonan penetapan instalasi
karantina, harus mengajukan permohonan penilaian instalasi
karantina kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan
persyaratan administrasi sebagai berikut :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon
perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan
fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon
badan hukum;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk
media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor)
dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/
Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang
berwenang *);
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan
melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon
perorangan atau badan hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto
bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi
karantina;
11
g. Dokumen mutu Karantina Ikan.
*) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin pemasukan
media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina
terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang
masuk ke dalam instalasi karantina.
3.1.2. Pengajuan permohonan penetapan instalasi karantina
Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum setelah mendapatkan rekomendasi hasil penilaian, dapat
mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada
Kepala BKIPM dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai
berikut :
a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon
perorangan
c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Dokumen mutu Karantina Ikan.
3.2. Persyaratan Manajemen
Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum wajib memenuhi persyaratan manajemen sebagai berikut :
a. Struktur organisasi yang jelas dimana ada penanggung jawab
instalasi, ada petugas untuk kegiatan operasional dan petugas
pembuat rekam data beserta uraian tugas dan wewenangnya
(job description);
b. Dokumen mutu karantina ikan yang memuat :
1. Panduan Mutu;
2. Prosedur Kerja dan/ atau Instruksi kerja dan;
3. Formulir kegiatan.
c. Rekam data logbook media pembawa yang masuk dan keluar,
data kegiatan operasional dalam instalasi. Data kegiatan
12
operasional tersebut dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip
biosecurity;
d. Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk semua kegiatan
yang terkait dengan tindakan karantina di dalam instalasi
karantina;
e. Instalasi karantina mempunyai kebijakan tentang kegiatan
evaluasi atau audit internal untuk semua kegiatan yang
berkaitan dengan manajemen dan teknis instalasi karantina;
f. Instalasi karantina mempunyai sumber daya manusia (personil)
yang berpengalaman, terampil dan berlatar belakang
pendidikan perikanan atau biologi atau sejenisnya yang telah
dilatih dan disertifikasi kompetensinya serta menandatangani
pakta integritas dari otoritas kompeten yaitu BKIPM.
3.3. Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan
3.3.1. Persyaratan Umum
Persyaratan umum instalasi karantina untuk ikan hidup, ikan
mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :
A. Lokasi
Lokasi yang digunakan sebagai instalasi karantina harus layak
dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Instalasi karantina harus bebas banjir.
Sarana dan bahan pemeriksaan, sarana pengasingan dan
pengamatan, sarana perlakuan, sarana penahanan, sarana
pemusnahan, dan sarana pendukung lainnya tidak boleh
terkena banjir.
2) Mudah diakses oleh sarana transportasi.
Instalasi karantina mudah dijangkau oleh sarana transportasi
air atau darat atau udara.
3) Memiliki sumber air yang cukup dan berkualitas baik.
Instalasi karantina berada pada lokasi yang mudah
mendapatkan air berkualitas baik.
13
4) Instalasi karantina berada pada lingkungan yang tidak tercemar.
Kelayakan lokasi tersebut dimaksudkan untuk menghindari
resiko dan kerugian akibat adanya kontaminasi cemaran dari
lingkungan sekitar dan dari instalasi ke lingkungan sekitar.
5) Apabila instalasi karantina berada pada suatu farm/hatchery,
maka fasilitas instalasi karantina tersebut harus merupakan
bangunan berikut saluran air limbah yang terpisah dengan
fasilitas pematangan induk (maturation) dan pembenihan
(hatchery). Unit instalasi harus memiliki sarana pengelolaan,
sterilisasi air, dan pengolahan limbah.
B. Air
Air yang digunakan dalam proses tindakan karantina harus layak
dan sesuai dengan kebutuhan. Air harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) Bebas dari mikroba patogen;
2) Bebas bahan pencemar fisika maupun kimia;
3) Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu;
4) Memenuhi persyaratan standar baku mutu air sesuai yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air.
C. Personil/ tenaga Kerja
Personil atau tenaga kerja di instalasi karantina adalah pekerja
yang diberi tanggung jawab untuk menangani instalasi karantina
selama berlakunya sertifikat Penetapan instalasi karantina. Adapun
penanggung jawab teknis instalasi karantina harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki latar belakang pendidikan di bidang perikanan atau
biologi;
2) Mempunyai kompetens pengelolaan instalasi karantina;
3) Telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya, atau;
14
4) Memiliki keterangan kemampuan teknis pengelolaan instalasi
karantina dari Kepala UPT setempat.
3.3.2. Persyaratan Utama
A. Instalasi Karantina Ikan Hidup
Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa
ikan hidup harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Bangunan dibuat khusus dengan tata ruang atau lay out yang
terpisah dan terdiri dari sarana : pemeriksaan, pengasingan
dan pengamatan, perlakuan, pemusnahan dan sarana
pendukung lainnya;
2) Jarak antar wadah dengan wadah atau wadah dengan dinding
diberikan koridor selebar minimal 75 cm;
3) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan
dengan jenis dan jumlah media pembawa yang akan dikenakan
tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;
4) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang
kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor;
5) Dinding harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta
dapat meminimalisasi akumulasi kotoran;
6) Lantai tidak boleh berpori, dibuat dengan kemiringan tertentu
dan mengarah ke drainase, sehingga tidak memungkinkan
terjadi genangan di lantai;
7) Drainase lantai harus baik, dan lubang pembuangan harus
dilengkapi dengan saringan agar media pembawa tidak keluar;
8) Pencahayaan harus memadai intensitasnya, agar mudah dalam
pengamatan media pembawa;
9) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah
dibersihkan dan dikeringkan;
10) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi
karantina untuk mencegah kontaminasi silang dan dilengkapi
dengan foot deep bath yang berisi cairan desinfektan;
15
11) Dilengkapi dengan pintu darurat (emergency exit) dan standar
keselamatan, keamanan kerja (K3);
12) Apabila pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ketiga maka
perlu disertakan surat keterangan dari pihak ketiga bahwa
perusahaan pihak ketiga tersebut memiliki ijin untuk
mengelola limbah;
13) Saluran pembuangan dari ruangan/ bak/ akuarium harus
mudah dibersihkan, dan dikeringkan;
14) Dinding bak/ akuarium harus kedap air/ tidak bocor, mudah
dibersihkan dan dikeringkan;
15) Pada pintu gerbang untuk orang dilengkapi dengan foot deep
bath yang diberi cairan desinfektan dan untuk kendaraan
terdapat bak desinfektan untuk rendam roda.
Instalasi karantina ikan hidup harus dilengkapi sarana untuk
tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity.
Instalasi karantina ikan hidup Kementerian harus dilengkapi dengan
sarana paling sedikit :
1) Sarana dan bahan pemeriksaan;
2) Sarana pengasingan dan pengamatan;
3) Sarana perlakuan;
4) Sarana penahanan;
5) Sarana pemusnahan; dan
6) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina ikan hidup perorangan atau
badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :
1) Sarana pengasingan dan pengamatan;
2) Sarana perlakuan;
3) Sarana pemusnahan; dan
4) Sarana pendukung lainnya.
16
Adapun sarana instalasi karantina ikan hidup tersebut di atas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium
a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina
berfungsi sebagai tempat untuk melakukan rangkaian
kegiatan penentuan diagnosis penyakit dan/atau
pengukuran kualitas air.
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta
terjaga kebersihannya.
c) Pengujian laboratorium selengkapnya terhadap adanya
HPIK/ HPI tertentu meliputi pemeriksaan parasit, virus,
bakteri dan mikotik pada media pembawa dilakukan oleh
laboratorium milik UPT KIPM.
d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh
instalasi karantina Kementerian.
2) Sarana pengasingan dan pengamatan
a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang
digunakan untuk pengasingan dan pengamatan setelah ikan
diterima di instalasi.
b) Sarana yang ada pada ruang ini berupa:
- wadah pemeliharaan (bak fiber dan/ atau aquarium
dan/ bak beton) dengan kualitas yang standar disertai
perlengkapannya.
- Bak tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,
kedap air dan mudah dibersihkan.
c) Bentuk, jumlah dan volume bak harus disesuaikan dengan
sifat biologi dan persyaratan sebagaimana masing-masing
komoditas.
d) Kegiatan pengasingan dilakukan untuk satu pemasukan/
pengeluaran (shipment) yang sama.
17
e) Area tersebut harus terjaga kebersihannya dan bebas dari
kontaminan.
3) Sarana perlakuan
a) Sarana perlakuan adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan tindakan pengobatan setelah diketahui bahwa
media pembawa tersebut terindikasi penyakit (HPIK golongan
II).
b) Sarana yang terdapat dalam ruangan ini adalah berupa
wadah untuk media pembawa yang akan diberi perlakuan
(bak fiber/ aquarium/ bak beton) beserta perlengkapannya.
c) Wadah tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,
kedap air dan mudah dibersihkan.
d) Peralatan yang digunakan didalam satu ruang tidak boleh
digunakan di ruangan lain
4) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan media pembawa apabila ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap
dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media
pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa bak/ akuarium atau
wadah, alat, bahan, dan ruang untuk penahanan media
pembawa.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina
Kementerian.
5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)
a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan
untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang
diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu.
18
b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat
pembakaran dan/ atau incinerator.
6) Sarana penanganan limbah
a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan
limbah untuk menetralkan limbah yang berupa patogen atau
bahan cemaran lain yang berasal dari instalasi tersebut
sebelum dibuang melalui peresapan tanah atau ke perairan
umum.
b) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk
proses klorinasi dan/ atau perlakuan dengan pemanasan
(heat treatment) dan/ atau radiasi ultraviolet.
c) Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/ akuarium untuk
pengujian indikator biologis dengan menggunakan ikan
hidup dan tanaman air serta pompa untuk resirkulasi air.
d) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan.
e) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar
atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan
dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
7) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk
- Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan
sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk
ke dalam lingkungan instalasi karantina.
- Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for
vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan
ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan
lebarnya jalan serta kendaraan.
- Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/
spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi
19
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu
gerbang lingkungan instalasi.
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya
20
8) Sarana pengelolaan air bersih dan tandon air
1) Penampungan air
Instalasi karantina yang menggunakan air berasal dari
perairan umum (laut, sungai, saluran irigasi), harus memiliki
sarana pengendapan, filtrasi dan bak tandon, yang berfungsi
untuk mengendapkan, menyaring dan menyimpan air,
sehingga diperoleh air yang bermutu, dengan kualitas dan
jumlah yang sesuai kebutuhan.
2) Pengolahan air ini dapat dilakukan secara
biologi/fisika,dan/atau kimia.
Secara biologi dapat menggunakan mikroba (penggunaan
probiotik), Secara fisika dapat menggunakan pengedapan
dan/ atau UV dan/atau ozonisasidan/ atau filter yang
menggunakan arang/karbon aktif. Secara kimia dapat
dengan cara klorinasi.
9) Pagar keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu
atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada
instalasi karantina berfungsi sebagai :
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar.
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan
kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke
dalam lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.
10) Ruang ganti pakaian
a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti
pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya
yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi
bagi personil instalasi Karantina.
21
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik
personil instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan
kamar mandi (shower room).
B. Instalasi Karantina Ikan Mati
Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa
ikan mati harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
1) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan
dengan jenis dan jumlah ikan/media pembawa yang akan
dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;
2) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang
kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari
bahan yang bisa menutupi keseluruhan;
3) Memilki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi
media pembawa dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat
mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke
lingkungan;
4) Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah
dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan
limbah cair lainnya;
5) Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan
untuk mengganti pakaian khusus bagi pekerja sebelum
memasuki instalasi karantina;
6) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/keluar ke instalasi
karantina untuk mencegah kontaminasi silang;
7) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah
dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan
memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik
yang memadai;
22
8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup
kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan
dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan;
9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas
yang sesuai dengan jenis media pembawa (segar, beku, kering)
yang memenuhi persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass
atau plastik;
11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas cold storage
harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat;
12) Mempunyai peralatan dan program pengendalian serangga dan
tikus;
13) Untuk media pembawa berupa produk beku instalasi karantina
harus dilengkapi dengan Cold storage dengan persyaratan
adalah sebagai berikut:
a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal
temperature) kurang dari -18 °C dan sistem pendingin harus
mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi
dengan air circulator (blower)
b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar cold
storage;
c) Letak bangunan harus ditata sedemikian rupa agar
memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari,
memudahkan pengaturan drainase dan penampungan
limbah.
Instalasi karantina ikan mati harus dilengkapi sarana untuk
tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity.
Instalasi karantina ikan mati Kemementerian harus dilengkapi
dengan sarana paling sedikit:
23
1) Sarana dan bahan pemeriksaan;
2) Sarana pengasingan;
3) Sarana penahanan;
4) Sarana pemusnahan; dan
5) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina ikan mati perorangan atau
badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit:
1) Sarana pengasingan;
2) Sarana pemusnahan; dan
3) Sarana pendukung lainnya
Sarana instalasi karantina ikan mati tersebut di atas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium
a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina
berfungsi sebagai tempat untuk melakukan rangkaian
kegiatan penentuan diagnosis awal penyakit ikan.
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta
terjaga kebersihannya.
c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan organoleptik,
formalin, logam berat, dan mikrobiologi pada media
pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM.
d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh
instalasi karantina Kementerian.
2) Sarana pengasingan dan pengamatan
a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan
pengamatan selama masa karantina ikan.
24
b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk
meletakkan dan menyimpan ikan selama di ruang
pengasingan dan pengamatan.
c) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan segar dan beku
diperlukan fasilitas cold storage dengan suhu diatur sesuai
dengan kebutuhan jenis komoditasnya.
d) Kapasitas volume cold storage disesuaikan dengan jumlah dan
jenis media pembawa yang akan dikenakan tindakan
karantina.
e) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan kering, sarana ruang
harus dilengkapi dengan pengatur kelembaban udara.
3) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan media pembawa apabila ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap
dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media
pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa cold storage atau ruangan
dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan jenis
komoditasnya.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina
Kementerian.
4) Sarana Penanganan Limbah
a) Instalasi karantina wajib melakukan penanganan limbah.
b) Instalasi karantina yang melakukan kegiatan processing
wajib memiliki sarana pengolahan limbah cair.
c) Sarana pengolahan limbah cair berfungsi untuk menetralkan
limbah cair yang berasal dari sisa proses produksi berupa
patogen atau bahan cemaran lain sebelum dibuang melalui
peresapan tanah atau ke perairan umum.
25
d) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk
proses klorinasi. Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/
kolam untuk pengujian indikator biologis dengan
menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa
untuk resirkulasi air.
e) Apabila instalasi karantina tidak mempunyai sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada
pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan
kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak
penampungan limbah sementara.
f) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan.
g) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar
atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan
dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)
a) Tempat pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan
untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang
diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu, media
pembawa yang rusak/ busuk dan wadah kemasan media
pembawa.
b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat
pembakaran dan/ atau incinerator.
6) Pagar keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, atau
material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada
instalasi karantina berfungsi sebagai :
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan
dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke
dalam lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.
26
7) Ruang ganti pakaian
a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti
pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya
yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi
bagi personil instalasi karantina.
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik
personil instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan
kamar mandi (shower room).
8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath
dipping mat)
a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk
- Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan
sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk
ke dalam lingkungan instalasi karantina.
- Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for
vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan
ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan
lebarnya jalan serta kendaraan.
- Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/
spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu
gerbang lingkungan instalasi.
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
27
- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya.
C. Instalasi Karantina Ikan Benda Lain
Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media
pembawa benda lain harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
1) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan
dengan jenis dan jumlah ikan/media pembawa yang akan
dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;
2) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang
kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari
bahan yang bisa menutupi keseluruhan;
3) Memiliki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi
produk dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat
28
mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke
lingkungan;
4) Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah
dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan
limbah cair lainnya;
5) Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan
untuk mengganti pakaian khusus bagi pekerja sebelum
memasuki instalasi karantina;
6) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi
karantina untuk mencegah kontaminasi silang;
7) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah
dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan
memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik
yang memadai;
8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup
kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan
dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan. ;
9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas
yang sesuai dengan jenis media pembawa yang memenuhi
persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass
atau plastik ;
11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas instalasi
harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat (untuk
gudang bersuhu dingin).
12) Mempunyai program pengendalian serangga dan tikus.
13) Untuk media pembawa berupa produk carragenan karena
bersifat hydroskopis maka instalasi karantina dilengkapi dengan
pengatur suhu (AC) dengan persyaratan adalah sebagai berikut:
a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal
temperature) kurang dari 22°C dan sistem pendingin harus
29
mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi
dengan air circulator (blower)
b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar;
c) Letak bangunan harus ditata sedemikian rupa agar
memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari,
memudahkan pengaturan drainase dan penampungan
limbah.
Instalasi karantina benda lain harus dilengkapi sarana untuk
tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina benda lain dengan menerapkan prinsip-prinsip
biosecurity. Instalasi karantina ikan benda lain milik Kementerian
harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :
1) Sarana dan bahan pemeriksaan;
2) Sarana pengasingan;
3) Sarana penahanan;
4) Sarana pemusnahan; dan
5) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina benda lain perorangan dan
badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :
1) Sarana pengasingan;
2) Sarana pemusnahan; dan
3) Sarana pendukung lainnya
Adapun sarana instalasi karantina ikan benda lain tersebut di
atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium
a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada IKI berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan rangkaian kegiatan penentuan
diagnosis awal penyakit ikan.
30
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta
terjaga kebersihannya.
c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan fisik (kebersihan,
kemurnian, warna dan bentuk), bau, proximat, dan
kelembaban pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium
milik UPT KIPM.
d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh IKI milik
pemerintah
2) Sarana pengasingan dan pengamatan
a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan
pengamatan selama masa karantina ikan.
b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk
meletakkan dan menyimpan media pembawa selama di dalam
ruang pengasingan dan pengamatan.
3) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian
dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau
ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa ruangan dengan suhu yang
dapat diatur sesuai dengan jenis komoditasnya.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina milik
Kementerian
4) Sarana Penanganan Limbah
a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan
limbah.
b) Instalasi karantina yang mengelolah bahan baku, wajib
mempunyai sarana pengolahan limbah guna menetralkan
31
limbah yang berasal dari instalasi karantina tersebut, sebelum
dibuang ke lingkungan sekitar.
c) Sarana pengolahan limbah cair dapat berupa bak pengolah
limbah yang memenuhi standar pengolahan limbah.
d) Sarana yang dibutuhkan pada ruang pengolahan limbah
adalah filter pasir apabila di dalam instalasi diasumsikan tidak
ada patogen, air diaerasi sebelum ditreatment filter pasir dan
filter biologi (minimal tanaman air).
e) Saluran pembuangan dari ruang ke sarana/ unit pengolahan
limbah harus mudah dibersihkan dan dikeringkan.
f) Apabila Instalasi karantina tidak mempunyai sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada
pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan
kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak
penampungan limbah sementara.
g) Limbah padat dapat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan sebelum
digunakan kembali.
h) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau
dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari
HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
5) Sarana Pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)
a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan
untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga
terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu.
b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat pembakaran
dan/ atau incinerator.
6) Pagar Keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau
material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada IKI
berfungsi sebagai :
32
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan
kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam
lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya
7) Ruang Ganti Pakaian
a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti
pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang
khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi
personil instalasi karantina.
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil
instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar
mandi (shower room).
8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath
dipping mat)
a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk
- Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan
sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk
ke dalam lingkungan instalasi karantina.
- Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for
vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan
ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan
lebarnya jalan serta kendaraan.
- Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/
spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu
gerbang lingkungan instalasi.
33
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya.
34
3.3.3. Sarana Pendukung
Sarana pendukung instalasi karantina untuk ikan hidup,
ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :
1) Sarana Penyimpanan bahan kimia/ obat/ bahan pakan
Sarana penyimpanan bahan kimia/ obat pada instalasi
karantina berfungsi untuk menyimpan bahan kimia, obat dan
bahan pakan. Sarana ini hanya terdapat pada instalasi
karantina ikan hidup.
2) Sarana Penyimpan Peralatan
Sarana penyimpanan peralatan pada instalasi karantina
berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan kerja
di instalasi karantina selain bahan kimia, obat dan bahan
pakan.
3) Rumah Genset
Rumah genset pada instalasi karantina terletak terpisah dari
bangunan dan ruang lainnya dan berfungsi sebagai tempat
untuk mengoperasikan genset. Sarana yang ada dalam ruang
genset adalah mesin genset dengan daya sesuai kebutuhan
berikut instalasi listrik, cerobong asap, lampu penerang dan
peralatan perawatan genset.
4) Ruang Istirahat Personil dan Kantin
Ruang istirahat personil instala dan kantin pada instalasi
karantina berfungsi sebagai tempat istirahat pada saat jam
istirahat dan makan siang personil. Sarana yang ada pada
ruang ini adalah kursi dan meja untuk makan dan beristirahat,
dispenser air minum, counter yang menyediakan makan siang
bagi personil.
35
5) Toilet dan Wastafel
Toilet dan wastafel pada instalasi karantina disediakan bagi
para personil instalasi.Toilet harus terjaga kebersihannya, pada
toilet dan pada wastafel harus tersedia sabun cuci tangan/
antiseptic serta tisu atau pengering tangan.
6) Mess Pegawai
Mess pegawai pada instalasi karantina diperuntukkan bagi
personil yang mempunyai tugas khusus yaitu tugas yang harus
dilakukan pada malam hari sampai dini hari. Sarana yang ada
pada ruang ini adalah alat penerangan, tempat tidur beserta
kasur, kamar mandi, ruang dapur dan perlengkapannya.
7) Pos Penjaga
Pos jaga instalasi karantina digunakan sebagai pos pengawas,
keamanan dan terletak di dekat pintu masuk dilengkapi
dengan penerangan listrik serta portal. Sarana yang diperlukan
seperti lampu emergensi, alat komunikasi, lampu senter, meja
dan kursi jaga. Jika diperlukan dapat dilengkapi dengan CCTV.
36
BAB IV
PROSEDUR PENETAPAN DAN PERPANJANGAN
INSTALASI KARANTINA IKAN
Instalasi karantina dapat digunakan sebagai tempat
pelaksanaan tindakan karantina apabila telah mendapatkan
penetapan oleh Menteri. Menteri memberikan kewenangan kepada
Kepala BKIPM untuk menetapkan instalasi karantina. Adapun
prosedur penetapan instalasi karantina adalah sebagai berikut :
4.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan
4.1.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik
Kementerian
Prosedur Penetapan instalasi karantina Kementerian adalah
sebagai berikut :
1. Kepala UPT KIPM mengajukan permohonan kepada Kepala
BKIPM dengan melampirkan dokumen mutu karantina
ikan.
2. Apabila dokumen lengkap dilakukan penilaian terhadap
instalasi karantina oleh PHPI Pusat.
3. Kepala BKIPM dalam waktu paling lama 12 (dua belas)
hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap
harus:
a. Menetapkan instalasi karantina dalam bentuk
Sertifikat instalasi karantina, apabila instalasi
karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau
b. Menerbitkan surat penolakan disertai dengan
alasannya dan rekomendasi perbaikan, apabila
instalasi karantina dinyatakan tidak memenuhi
persyaratan.
37
Gambar 1. Prosedur penetapan instalasi karantina milik Pemerintah
4.1.2. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik
Perorangan atau Badan Hukum
Prosedur Penetapan instalasi karantina milik perorangan/
badan hukum adalah sebagai berikut :
1. Perorangan atau badan hukum sebelum mengajukan
permohonan penetapan instalasi karantina, harus
mengajukan permohonan penilaian instalasi karantina
kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan
persyaratan:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon
perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan
dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk
pemohon badan hukum;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian
kontrak/ sewa;
d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP
(untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan
(surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk
media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat
ijin impor) dari instansi yang berwenang *);
38
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang
bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang
perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan
hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto
bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai
instalasi karantina;
g. Dokumen mutu Karantina Ikan
*) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin
pemasukan media pembawa dan realisasi penggunaan
instalasi karantina terkait kesesuaian jumlah, jenis dan
asal media pembawa yang masuk ke dalam instalasi
karantina
2. Petugas verifikasi UPT KIPM melakukan verifikasi terhadap
kelengkapan kesesuaian dan keabsahan dokumen yang
dipersyaratkan. Apabila dokumen dinyatakan lengkap dan
sah, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap instalasi
karantina oleh PHPI UPT KIPM. Apabila dokumen
dinyatakan tidak lengkap, maka dikembalikan kepada
pengguna jasa untuk dilengkapi.
3. PHPI melakukan penilaian berdasarkan Juknis Penilaian
instalasi karantina dan menyusun laporan hasil penilaian
instalasi karantina
4. Kepala UPT KIPM menerbitkan rekomendasi hasil penilaian
instalasi karantina apabila dinyatakan memenuhi
persyaratan, atau menerbitkan surat penolakan disertai
dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan apabila
instalasi karantina tidak memenuhi syarat. Rekomendasi
tersebut diterbitkan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari
39
kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap dan
diserahkan kepada pengguna jasa.
5. Kepala UPT melaporkan hasil evaluasi dan rekomendasi
hasil penilaian instalasi karantina kepada Kepala BKIPM
melalui Kepala Pusat Karantina Ikan. Laporan tersebut
dapat dikirimkan melalui fasilitas elektronik.
6. Perorangan atau badan hukum setelah memperoleh
rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina,
mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina
kepada Kepala BKIPM, dengan melampirkan persyaratan:
a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari
UPT KIPM
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk
pemohon perorangan
c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan
hukum;
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Dokumen mutu Karantina Ikan.
7. Tim Evaluasi, melakukan evaluasi terhadap kelengkapan
dokumen dan rekomendasi hasil penilaian instalasi
karantina dari UPT KIPM. Apabila diperlukan dilakukan
penilaian ulang oleh PHPI.
8. Kepala BKIPM menetapkan instalasi karantina dalam
bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, apabila instalasi
karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau
menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya
dan rekomendasi perbaikan, apabila instalasi karantina
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Sertifikat instalasi
karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja sejak diterimanya permohonan penetapan instalasi
karantina secara lengkap atau sejak diterimanya hasil
penilaian instalasi karantina.
40
Gambar 2. Prosedur penetapan instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum
4.2. Penetapan Kategorisasi Instalasi Karantina Ikan
Berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik
Penetapan kategorisasi pada Instalasi Karantina Ikan
berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Kategori A : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria A ditetapkan oleh Kepala
BKIPM.
Perorangan/
Badan Hukum Pengajuan
permohonan
penilaian kepada Ka.
UPT KIPM
Verifikasi
kelengkapan
dokumen
Penilaian
oleh PHPI
UPT
Penolakan
dan
perbaikan
hasil
Rekomendasi hasil
penilaian IKI
Pengajuan
permohonan
penetapan IKI
kepada Ka. BKIPM
Evaluasi penerbitan
sertifikat IKI
berdasarkan
rekomendasi hasil
perbaikan
Penilaian
kelayakan oleh
PHPI Pusat
Penolakan dan
rekomendasi
perbaikan
Rekomendasi
hasil penilaian
IKI Penetapan IKI
Sertifikat IKI
Apabila diperlukan
1
9
7
6
5
4
3 2
8
41
b. Kategori B : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria B ditetapkan oleh Kepala
Pusat Karantina Ikan.
c. Kategori C : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria C ditetapkan oleh Kepala
UPT KIPM.
4.3. Prosedur Perpanjangan Instalasi Karantina
1. Kepala UPT KIPM atau pengguna jasa (perorangan atau
badan hukum) dapat mengajukan permohonan
perpanjangan penetapan instalasi karantina sekurang-
kurangnya 3 bulan sebelum masa berlakuknya habis.
2. Pengajuan permohonan perpanjangan instalasi karantina
harus disertai dengan fotokopi sertifikat instalasi karantina
yang akan diperpanjang dan melampirkan hasil inspeksi dan
verifikasi terakhir.
3. Kepala BKIPM mengeluarkan sertifikat perpanjangan
instalasi karantina apabila berdasarkan hasil inspeksi dan
verifikasi, instalasi karantina tersebut masih konsisten
menerapkan dokumen mutu, kelayakan teknis, dan
peruntukan instalasi karantina.
4. Apabila hasil inspeksi dan verifikasi menunjukkan bahwa
instalasi karantina tidak konsisten dalam penerapan
dokumen mutu, kelayakan teknis, dan peruntukkan instalasi
karantina maka Kepala BKIPM menerbitkan surat penolakan
perpanjangan sertifikat instalasi karantina.
5. Sertifikat perpanjangan instalasi karantina ditetapkan dalam
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
permohonan perpanjangan instalasi karantina.
42
BAB V
PENGELOLAAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Masuknya patogen potensial dapat dicegah atau diminimalisir
dengan pengelolaan instalasi karantina yang menerapkan prinsip
cara karantina ikan yang baik (CKIB) dan biosecurity secara
konsisten sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penerapan
prinsip tersebut meliputi 3 komponen :
a. Menjaga kesehatan ikan
b. Mencegah masuknya patogen
c. Memberantas penyakit agar tidak menyebar dalam lokasi
5.1. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan
hidup
Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan
hidup harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah jenis
ikan, habitat, pola makan, kebiasaan hidup, metabolisme dan kondisi
ikan untuk memberikan lingkungan optimal pada media pembawa,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip biosecurity sebagai berikut :
A. Media Pembawa
1) Paparan infeksi penyakit pada media pembawa dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang
terkendali.
2) Patogen dapat menyebar melalui ikan sakit, ikan liar, air,
peralatan yang berbagi pakai, kontak personel, pengunjung
dan alat angkut.
3) Penanganan media pembawa harus sesuai dengan SOP
Penanganan ikan masuk, Perawatan ikan, Pencatatan
kesehatan ikan, Perlakuan, Pengelolaan pakan, dan
Penanganan pengeluaran ikan
43
4) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh Petugas Karantina Ikan.
5) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa
berita acara pemindahan.
6) Media pembawa yang mengalami kematian massal atau
menunjukkan gejala klinis yang nyata harus mengikuti
rencana kontinjensi.
7) Penggunaan obat dan bahan kimia terhadap media pembawa
harus dicoba dalam skala kecil terlebih dahulu sebelum
diterapkan atau mengikuti rekaman yang sudah ada
sebelumnya.
8) Pemberian pakan harus diamati dalam kurun waktu awal
pemberian untuk memonitor keberterimaan pakan oleh ikan,
penolakan pakan oleh ikan harus mengikuti rencana
kontingensi
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian
lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan (Sanitasi dan desinfeksi, Pengelolaan kualitas
air, Penanganan limbah)
1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan daerah
yang bebas wabah penyakit atau setidaknya selama 5 tahun
terakhir tidak pernah mengalami kejadian wabah penyakit
ikan.
2) Lingkungan secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi
dan higienis.
44
3) Pada kondisi tertentu, seperti debit dan sumber air kurang
dari kebutuhan, keterbatasan ruang maka penggunaan
sistem resirkulasi air dapat dilakukan pada masing-masing
bak pemeliharaan (terpisah), dengan syarat hanya berlaku
setiap shipment.
4) Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit
pada seluruh wadah pemeliharaan.
5) Pengelolaan kualitas air harus memperhatikan kebutuhan
debit air dan jenis ikan yang dipelihara, setiap perubahan
drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana
kontinjensi.
6) Pengecekan terhadap fungsi dari sarana pengelolaan air
(filter, ozon, UV, dll) harus dilakukan secara berkala. Apabila
terjadi kebocoran limbah harus mengikuti rencana
kontinjensi.
D. Pengujian stress dan kohabitasi
1) Pengujian perlu dilakukan karena beberapa penyakit dapat
timbul dipicu oleh keadaan stress oleh karena itu untuk
mempermudah identifikasi penyakit terutama jenis penyakit
yang dormant atau carrier.
2) Tindakan kohabitasi untuk melihat penyebaran penyakit
antar spesies antara lain adalah :
a. Pengujian stress
Pengujian stress harus memperhatikan kondisi dan
jenis ikan, pengujian yang menimbulkan kematian
besar mengacu pada kontingensi plan.
b. Pengujian kohabitasi
Pengujian kohabitasi dilakukan menggunakan spesies
yang rentan, indigenous spesies atau spesies potensial.
45
E. Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan
Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan dilakukan
setelah pengujian dengan mempertimbangkan gejala klinis
yang nampak dan tingkat kematian yang terjadi.
F. Pengamatan perkembangan kesehatan ikan
1) Setiap perubahan yang terjadi pada ikan dan air harus
dibuat pencatatan terinci meliputi gejala klinis, perubahan
warna, pola renang dan anatomi.
2) Kejadian perubahan struktur pada ikan dijelaskan tipe lesi,
ukuran lesi, tingkat keparahan dan status penyakit.
3) Kondisi ikan yang parah mengacu pada rencana kontinjensi.
G. Penanganan kejadian wabah penyakit.
1) Kejadian wabah penyakit harus mengikuti rencana
kontinjensi yang telah dibuat untuk masing-masing
kejadian.
2) Tindakan isolasi harus dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit didalam instalasi meliputi penyegelan
instalasi dan pembatasan akses masuk dan keluar media.
H. Penanganan obat dan bahan kimia.
Penyimpanan obat dan bahan kimia harus memperhatikan sifat
bahan tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet
untuk obat dan bahan kimia yang ada.
I. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI
tertentu
1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis
atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di
bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
46
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara
dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau
diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave
ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari
permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan.
J. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan
Limbah cair sisa kegiatan didesinfeksi dengan menggunakan
klorin, dan/ atau pemanasan (heat treatment), dan/ atau
radiasi ultraviolet. Selanjutnya dialirkan ke kolam
pembuangan akhir (bak resapan) yang telah diberi indikator
pengujian biologis seperti ikan hidup atau tanaman air.
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas,
daun atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara
dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan Limbah ikan mati/ rusak
Penanganan ikan mati/rusak yang akan diperiksa secara
laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan mati/
rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian
diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah
selesai masa karantina ikan yang mati/ rusak yang telah
disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara
dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian
ditimbun.
4) Penanganan Limbah bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
47
bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
K. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina
1) Jumlah dan kapasitas wadah/bak harus sesuai dengan
peruntukannya.
2) Bak terbuat dari bahan fiberglas antibocor dengan
kualitas yang baik.
3) Instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai
jadwal dengan bahan berkualitas.
4) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading
ada di dalam areal ini dan tidak semua orang memiliki
akses memasuki areal ini.
5) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan
air dan kuat serta mudah kering.
6) Sistem drainase memiliki kapasitas yang cukup dan
berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air
tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus
selalu dijaga kebersihannya sehingga tidak
memungkinkan berkembangnya mikroorganisma dan
tidak menimbulkan bau.
7) Mencegah media pembawa keluar area instalasi
karantina instalasi karantina atau masuknya binatang ke
dalam area instalasi karantina melalui saluran drainase
ataupun tempat lainnya yang memungkinkan.
8) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak
berpori/ lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin,
bebas retak dan tidak ada sambungan terbuka
9) Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan,
permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi,
bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding
dan panel
10) Pencahayaan harus memadai
48
11) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama
harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan
disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan
pembasmian dilakukan oleh professional
12) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya.
L. Suplai air
1) Dilakukan monitoring secara rutin terhadap mutu/ kualitas
sumber air.
2) Dilakukan desinfeksi sumber air menggunakan bahan-
bahan kimia sesuai standar.
3) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten.
Program sanitasi terdiri dari : daftar areal dan ruangan
yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah
prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan
perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai
material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,
tingkat pengenceran dan aplikasi
M. Toilet dan Ruang Ganti
1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah
dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki
sistem yang dapat menutup sendiri. Memiliki ventilasi yang
memadai.
2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu,
sebaiknya wastafel dilengkapi keran yang tidak
dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti
germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat
sampah yang dioperasikan dengan kaki.
3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung ke
dalam area atau ruangan dimana media pembawa
49
disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah
pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal
coldstorage.
4) Pekerja harus diberikan locker pakaian sendiri dan terpisah
dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu
bersih dan terlindungi
5.2. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan
mati
Pengelolaan instalasi karantina mati meliputi beberapa hal
yang harus diperhatikan dan diterapkan terutama kondisi
lingkungan media pembawa dan meminimalisir penyebaran patogen.
Patogen dapat menyebar melalui vector, air limbah, air cucian,
peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak personel,
pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina mati adalah :
A. Media pembawa
1) Media pembawa dapat dicegah dari kemungkinan
terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan lainnya,
dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang
terkendali.
2) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.
3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa
berita acara pemindahan.
4) Media pembawa yang mengalami pembusukan atau
menunjukkan kelainan yang nyata harus mengikuti rencana
kontinjensi.
50
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain
diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan
1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan lingkungan
yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan
higienis.
2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan
kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis
kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi.
3) Apabila terjadi kebocoran limbah, harus mengikuti rencana
kontinjensi.
D. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan
agar kondisi ikan tetap stabil dan bebas kontaminasi.
E. Penanganan bahan kimia.
Penyimpanan bahan kimia harus memperhatikan sifat bahan
tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet untuk obat
dan bahan kimia yang ada.
F. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI
tertentu
1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis
atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di
bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
51
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara
dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave
kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave ditimbun
dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan.
G. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan
Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi
karantina mati yang dikelola sendiri (di luar kawasan
industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin
dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair
pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri,
dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke
dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi
pengelolaan limbah milik pihak pengelola.
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas
pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan
dengan cara dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan ikan rusak
Penanganan ikan rusak yang akan diperiksa secara
laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan rusak
lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi
label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah
selesai masa karantina ikan yang rusak yang telah disimpan
di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar
secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun.
4) Penanganan bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
52
bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
H. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina
1) Jumlah dan kapasitas wadah harus sesuai dengan
peruntukannya.
2) instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai jadwal
dengan bahan berkualitas.
3) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan
air dan kuat serta mudah kering.
4) Sistem drainase memiliki kapasitas yang cukup dan
berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air
tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus
selalu dijaga kebersihannya sehingga tidak
memungkinkan berkembangnya mikroorganisma dan
tidak menimbulkan bau
5) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada
didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses
memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi
dan pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah
container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam
fasilitas IKI
6) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat
dan rutin dilakukan pengecekan
7) Temperatur harus selalu rutin dikontrol
8) Termometer secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang
temperature yang sesuai. Ditempatkan dalam posisi yang
sesuai
9) Pengontrolan fasilitas harus termasuk sabun yang
digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali
pakai
53
10) Media pembawa harus disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan sirkulasi udara. Media pembawa tidak
boleh diletakkan langsung di lantai
11) Chiller, freezer dan cold storage harus bebas bau, jamur
dan debu
12) Dinding dan lantai ruang refrigerasi harus dapat
dibersihkan
13) Kapasitas freezer harus memadai untuk temperature yang
dikehendaki, tidak boleh ada pembentukan bunga es.
14) Volume cold storage maksimum yang dapat diisi
komoditas adalah 90%
15) Jarak antara tumpukan kardus komoditi dalam
penyimpanan di cold storage, minimal 15 cm.
16) Suhu di ruang bongkar muat pada fasilitas cold storage
maksimum <10oC.
17) Semua fasilitas diberi label dengan model tulisan yang
resmi, huruf jelas dan standar, tulisan berwarna hitam,
dengan latar belakang kuning.
18) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan
bebas hama.
19) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya
20) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi
ruangan dan perlengkapan
21) Sistem drainase berfungsi dengan baik dan selalu dijaga
kebersihannya sehingga tidak memungkinkan
berkembangnya mikroorganisma serta tidak menimbulkan
bau.
22) Dinding, partisi dan pilar harus halus, tahan air, tahan
pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka
di antara dinding dan panel
23) Struktur atap dan langit langit harus rata, tidak bocor,
berwarna terang dan dapat dicuci
54
24) Permukaan pintu dan bingkai pintu harus rata, tidak
bocor, dapat mencegah hama, bebas hama, berwarna
terang dan tahan korosi
25) Jendela harus berwarna terang, bingkai tahan korosi dan
diberi pelapis (glaze), pas/cocok dengan kasa insekta yang
digunakan dalam ventilasi dan memiliki bukaan 45
derajat. Sistem sirkulasi udara harus baik
26) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama
harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan
disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian
dilakukan oleh professional
27) Pencahayaan harus memadai
28) Lantai harus bersih dan kering
I. Suplai air
1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring
2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
3) Pengujian kualitas air dengan baku mutu air yang
langsung dapat diminum untuk sarana cold storage pada
komoditas ikan segar dan beku dilakukan secara periodic.
4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten.
Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan
yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah –
langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan
perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai
material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,
tingkat pengenceran dan aplikasi
5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil
bagian kebersihan
J. Toilet dan Ruang Ganti
1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah
dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki
55
system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat
ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan
memiliki ventilasi yang memadai
2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu,
wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan
tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas
pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan
dengan kaki
3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung
kedalam are atau ruangan dimana media pembawa
disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah
pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal
cold storage
4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari
baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih
dan terlindungi
5.3. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa
benda lain
Pengelolaan instalasi karantina media pembawa benda lain
meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan dan diterapkan
terutama kondisi lingkungan media pembawa dan meminimalisir
penyebaran patogen. Patogen dapat menyebar melalui vector, air
limbah, air cucian, peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak
personel, pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina media
pembawa benda lain.
A. Media pembawa
1) Media pembawa dapat dicegah dari kemungkinan
terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan
lainnya, dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja
yang terkendali.
56
2) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.
3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi
tanpa berita acara pemindahan.
4) Media pembawa yang mengalami pembusukan atau
menunjukkan kelainan yang nyata harus ditangani
mengikuti rencana kontinjensi.
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani media
pembawa dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan
manajemen.
C. Lingkungan
1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan
lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi,
desinfeksi dan higinis.
2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan
kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan
drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana
kontinjensi.
3) Apabila terjadi kebocoran limbah, penanganannya harus
mengikuti rencana kontinjensi (untuk instalasi yang
berintegrasi dengan unit pengolahan).
D. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan
agar kondisi media pembawa tetap stabil dan bebas kontaminasi.
57
E. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI
tertentu
1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis
atau visual, dan laboratoris, wajib segera dimusnahkan di
bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
2) Pemusnahan media pembawa dan kemasannya dilakukan
dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi
atau diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/
autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari
permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
media pembawa tersebut segera didesinfeksi dengan
menggunakan desinfektan seperti pada pada lampiran (SOP
desinfeksi sarana dan prasarana instalasi karantina).
4) Urutan tindakan pemusnahan dapat dilihat pada SOP
pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang
terinfeksi HPIK/ HPI tertentu.
F. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan (untuk instalasi yang
berintegrasi dengan unit pengolahan)
Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi
karantina media pembawa benda lain yang dikelola sendiri
(di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi
menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan.
Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang
berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung
limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan,
selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik
pihak pengelola.
58
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas
pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan
dengan cara dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan media pembawa yang rusak
Penanganan media pembawa yang rusak dikumpulkan
kemudian dipisahkan lalu diberi label/ identitas. Setelah
selesai masa karantina media pembawa yang rusak segera
dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau
diautoclave kemudian ditimbun.
4) Penanganan bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
G. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
1) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada
didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses
memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi dan
pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah
container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam
fasilitas instalasi karantina
2) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air
dan kuat serta dapat kering dengan system drainase cepat
dan memiliki kapasitas yang cukup untuk tidak
menyebabkan tergenang pada saat hujan/badai
3) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat
dan rutin dilakukan pengecekan
4) Temperatur harus selalu rutin dikontrol dan termometer
secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang temperature
yang sesuai. Termometer ditempatkan dalam posisi yang
sesuai
59
5) Pengontrolan fasilitas harus termasuk sabun yang
digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali
pakai
6) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/
lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak
dan tidak ada sambungan terbuka.
7) Media pembawa harus disusun rapi, diberi jarak yang cukup
sehingga memungkinkan sirkulasi udara, dan tidak boleh
diletakkan langsung di lantai
8) Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan,
permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi,
bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan
panel
9) Kapasitas harus memadai untuk temperature yang
dikehendaki
10) Pencahayaan harus memadai
11) Ruangan memiliki system drainase baik
12) Komoditas fish oil untuk konsumsi manusia harus disimpan
dalam cold storage dengan suhu -4oC.
13) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas
hama.
14) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya
15) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi ruangan
dan perlengkapan
16) Mekanisme tempat pembuangan dapat mencegah binatang
masuk dan bau
17) Sistem sirkulasi udara harus baik
18) Menerapkan dasar pemikiran higinis
19) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus
dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan
ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan
oleh professional
60
H. Suplai air
1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring
2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
3) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten
4) Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang
dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah
prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan,
fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety
data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran
dan aplikasi
5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil
bagian kebersihan
I. Toilet dan Ruang Ganti
1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah
dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki
system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat
ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan memiliki
ventilasi yang memadai
2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, wastafel
dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan,
sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan
dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki
3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung kedalam
are atau ruangan dimana media pembawa disimpan. Dalam
jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang
ganti harus berada dalam areal instalasi karantina
4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari
baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan
terlindungi
61
5.4. Dokumen Mutu Karantina Ikan
Instalasi karantina harus memiliki Dokumen Mutu Karantina
Ikan. Dokumen Mutu Karantina Ikan memuat:
a. Panduan mutu;
b. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja; dan
c. Formulir kegiatan
5.4.1. Panduan Mutu
Panduan mutu merupakan dokumen yang menyatakan
kebijakan mutu dan menguraikan sistem mutu pada instalasi
karantina. Manfaat panduan mutu adalah sebagai berikut:
a. Merupakan dokumen pengendali semua aspek manajemen
mutu;
b. Merupakan dokumen acuan untuk audit sistem mutu oleh
internal instalasi karantina maupun pihak eksternal
c. Merupakan acuan dalam penerapan manajemen mutu
(operasional instalasi karantina, pelatihan, inspeksi, audit
dan lainnya)
5.4.2. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja
Dokumen prosedur kerja merupakan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang menerangkan tentang langkah-langkah kegiatan
operasional disetiap sarana instalasi karantina, yang menjelaskan
tentang pengelolaan instalasi karantina. SOP disusun dan ditetapkan
oleh penanggung jawab instalasi karantina. Setiap kegiatan yang
dilaksanakan harus berdasarkan SOP yang telah ditetapkan dan
tertelusur serta tercatat pada rekaman/ formulir/ logbook kegiatan.
Adapun SOP pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa
hidup, mati dan benda lain meliputi :
a. SOP untuk media pembawa hidup :
1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi
karantina
62
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana
instalasi karantina
3. SOP pelaksanaan pemasukan ikan
4. SOP pengasingan dan pengamatan
5. SOP pengelolaan limbah
6. SOP pemusnahan
7. SOP pengambilan sampel
8. SOP perlakuan
9. SOP penanganan ikan keluar
10. SOP rencana kontinjensi
b. SOP untuk media pembawa mati :
1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi
karantina ikan mati
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana
instalasi karantina
3. SOP penanganan pemasukan ikan mati
4. SOP pengasingan dan pengamatan
5. SOP pengelolaan limbah
6. SOP pengambilan sampel
7. SOP penanganan ikan keluar.
8. SOP pemusnahan
9. SOP rencana kontinjensi
c. SOP untuk media pembawa benda lain:
1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi
karantina ikan benda lain
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana
instalasi karantina
3. SOP penanganan pemasukan media pembawa benda lain
4. SOP pengasingan dan pengamatan
5. SOP pengelolaan limbah
6. SOP pemusnahan
63
7. SOP pengambilan sampel
8. SOP penanganan ikan keluar
9. SOP rencana kontinjensi
Penerapan SOP dalam pengelolaan instalasi karantina harus
konsisten seperti alur pada gambar 3, 4 dan 5.
Gambar 3. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi
karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan
Hidup
Persiapan Pemasukan Media Pembawa
1. SOP Penanganan sarana prasarana di IKI
2. SOP Pengelolaan Pakan Ikan di IKI 1)
3. SOP Pengelolaan Air di IKI 1)
4. SOP Desinfeksi dan sanitasi Sarana Prasarana di IKI
Pelaksanaan pemasukkan media pembawa
1. SOP Pelaksanaan pemasukan ikan hidup (aklimatisasi dan seleksi)
2. SOP Pengasingan dan pengamatan (masukkan unsur pemeliharaan, pemberian pakan
dan pengelolaan kualitas air)
3. SOP Pengelolaan Limbah
4. SOP Pemusnahan
Penanganan Ikan sakit
1. SOP Perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan
ikan
2. SOP Pengelolaan Limbah
Pengambilan Sampel (dilakukan
sebelum perlakuan) 3)
1. SOP Pengambilan sampel
Positif HPIK golongan II 4)
Penanganan Sampel Ikan
dilakukan oleh UPT KIPM 4)
1. SOP Bioassay Stressing 2)
2. SOP Infeksi Buatan
(kohabitasi, dan injeksi
suspensi)
Pengujian Laboratorium
Pelepasan
SOP Penanganan Ikan Keluar
Pemusnahan 4)
1. SOP Pemusnahan
2. SOP Pengelolaan Limbah
Negatif
Negatif
Positif HPIK Gol I 4) Positif HPIK Gol I 4)
3. SOP Pengambilan sampel (dilakukan pengambilan sampel
ulang)
Tidak dapat dibebaskan dari HPIK Gol II Tidak dapat dibebaskan dari HPIK Gol II
64
Keterangan :
1) Pilihan disesuaikan dengan jenis komoditi yang ditangani (misal :
untuk penanganan pada komoditas kekerangan dan reptil (kura-
kura))
2) Stressing dilakukan pada :
a. semua sampel ikan/ udang yang menjadi media pembawa
HPIK
b. Ikan jenis baru yang belum ada di Indonesia
c. uji bioasay dilakukan apabila hasil stressing ikan/udang
menunjukan gejala klinis terinfeksi HPIK
d. Apabila hasil uji laboratorium dari ikan yang telah dilakukan
stressing positif HPIK maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji
infeksi buatan/ kohabitasi.
e. Bioassay dilakukan apabila diperlukan sebagai uji konfirmasi
dan uji stressing tidak menunjukkan hasil dan untuk jenis-
jenis ikan eksotik yang belum ada di Indonesia (stressing
dilakukan paling lama 3 hari).
3) Pengambilan sampel dilakukan di instalasi pada saat kemasan
dibuka
4) Apabila terjadi keadaan darurat (serangan HPIK/ HPI tertentu),
maka diberlakukan SOP rencana kontinjensi, dan segera
menghubungi petugas karantina
.: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina
: dilakukan oleh PHPI UPT KIPM
65
SDM
Gambar 4. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi
karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan Mati
Keterangan :
1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses
pengolahan atau ganti kemasan
2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP
rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas
karantina
: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina
: dilakukan oleh PHPI UPT KIPM
Persiapan pemasukan media pembawa mati
1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI
2. SOP tata tertib personil di IKI
3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI
4. SOP Desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Pelaksanaan pemasukan ikan mati (impor) 2)
1. SOP penanganan pemasukan ikan mati
2. SOP pengasingan dan pengamatan
3. SOP pengelolaan limbah 1)
4. SOP pemusnahan
Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium
1. SOP pengambilan sampel
Positif 2) negatif
Pemusnahan 2)
1. SOP pemusnahan
2. SOP pengolahan
limbah
Pelepasan
1. SOP penanganan
ikan keluar
66
Gambar 5. Alur penerapan SOP pada pengelolaan IKI untuk
pemasukan media pembawa Benda Lain 3)
Keterangan :
1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses
pengolahan atau ganti kemasan (repacking)
2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP
rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas
karantina
3) Kecuali bahan patogenik dan biologik
: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina
: dilakukan oleh PHPI UPT
Persiapan pemasukan media pembawa benda lain
1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI
2. SOP tata tertib personil di IKI
3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI
4. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Pelaksanaan pemasukan media pembawa benda lain 2)
1. SOP pemasukan media pembawa benda lain
2. SOP pengasingan dan pengamatan
3. SOP pengelolaan limbah 1)
4. SOP pemusnahan
Pengambilan sampel dan pengujian
laboratorium
1. SOP pengambilan sampel
Positif 2) negatif
Pemusnahan2)
1. SOP Pemusnahan
2. SOP Pengolahan Limbah
Pelepasan
1. SOP penanganan ikan
keluar
67
5.4.3. Formulir kegiatan
Formulir kegiatan adalah sarana untuk merekam/ mencatat/
mendokumentasikan data dan informasi agar seluruh kegiatan
instalasi karantina yang tercantum dalam SOP dapat tertelusur dan
sebagai bukti diterapkannya sistem mutu pada pengelolaan instalasi
karantina.
5.5. Monitoring dan Evaluasi Instalasi Karantina
Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan terhadap instalasi
karantina yang telah ditetapkan. Hal ini dalam rangka memantau
konsistensi pengelolaan instalasi karantina dalam pemenuhan
penerapan persyaratan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)
meliputi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis, dan
peruntukan instalasi karantina. Monitoring dan evaluasi dilakukan
oleh Pusat Karantina Ikan dilakukan oleh PHPI/ Pejabat Pusat
Karantina Ikan yang berkompeten dan telah memiliki sertifikat
pelatihan penerapan biosecurity dalam pengelolaan instalasi
karantina. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama berlakunya
Sertifikat Instalasi Karantina Ikan.
68
BAB VI
INSPEKSI DAN VERIFIKASI
Kepala UPT KIPM yang mengelola instalasi karantina
kementerian dan perorangan atau badan hukum wajib menjaga
konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi
karantina, dan peruntukan instalasi karantina. Untuk menjaga
konsistensi sebagaimana dimaksud di atas maka dilakukan inspeksi
dan verifikasi terhadap instalasi karantina ikan. Adapun tata cara
inspeksi dan verifikasi adalah sebagai berikut:
1. Inspeksi dan verifikasi dilakukan oleh:
a. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik kementerian,
dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan
Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat inspektur
karantina, yang bertugas di pusat.
b. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik perorangan atau
badan hukum, dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali
Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat
inspektur karantina, dengan kriteria :
1) Instalasi kategori A dan B oleh tim inspektur karantina
yang terdiri dari inspektur karantina pusat dan inspektur
karantina UPT KIPM yang ditetapkan oleh Kepala BKIPM
c.q Kepala Pusat Karantina Ikan.
2) Instalasi kategori C oleh inspektur karantina UPT KIPM
2. Inspeksi dan verifikasi dilakukan paling kurang setiap 6 (enam)
bulan.
3. Dalam hal hasil inspeksi dan verifikasi ditemukan
ketidaksesuaian, inspektur karantina wajib menerbitkan
rekomendasi perbaikan kepada :
a. Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan untuk instalasi
karantina milik kementerian dan milik perorangan atau badan
hukum dengan kategori A dan B.
69
b. Kepala UPT KIPM untuk instalasi karantina kategori C.
4. Rekomendasi perbaikan wajib ditindaklanjuti dalam jangka waktu
paling lama (7) hari kalender.
5. Inspektur karantina melaporkan hasil inspeksi dan verifikasi
dengan ketentuan :
a. untuk instalasi karantina milik kementerian dan milik
perorangan atau badan hukum kategori A dan B, laporan
hasil inspeksi ditujukan kepada kepala BKIPM c.q. Kepala
Pusat Karantina Ikan
b. untuk instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum kategori C laporan hasil inspeksi ditujukan kepada
Kepala UPT KIPM.
c. Kepala UPT KIPM melaporkan rekapitulasi hasil inspeksi dan
evaluasi IKI kategori A, B, dan C setiap bulan kepada Kepala
BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan.
6. Hasil inspeksi dan verifikasi digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina
Ikan.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inspeksi dan verifikasi
diatur dengan Peraturan Kepala Badan.
70
BAB VII
PEMBINAAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Pembangunan instalasi karantina harus dilakukan dengan
perencanaan yang matang, dalam rangka mengantisipasi resiko
penyebaran HPIK/ HPI tertentu melalui media pembawa, orang, alat
angkut, sarana dan fasilitas yang terkontaminasi HPIK/ HPI tertentu.
Pembinaan instalasi karantina ikan dilakukan oleh Kepala
BKIPM c.q. Kepala Pusat Karantina Ikan, dalam rangka peningkatan
kompetensi pengelolaan instalasi karantina dan personil dalam
mendukung Cara Karantina Ikan yang Baik.
Kerjasama yang baik antara BKIPM sebagai regulator dan UPT
KIPM atau pemilik instalasi sebagai pelaksana di dalam pengelolaan
instalasi karantina perlu dioptimalisasi melalui kegiatan pembinaan
teknis antara lain:
1. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik
kementerian;
2. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik
perorangan atau badan hukum;
3. Peningkatan kompetensi personil penanggung jawab instalasi
karantina;
4. Standardisasi sarana dan prasarana instalasi karantina;
5. Penerapan Biosekuriti pada instalasi karantina; dan/ atau
6. Pengelolaan sarana dan fasilitas instalasi karantina ikan.
71
BAB VIII
PELAPORAN DAN SANKSI
Instalasi karantina milik kementerian dan perorangan atau
badan hukum wajib menyampaikan laporan penggunaan dan
pengelolaan instalasi karantina meliputi:
1. Jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke instalasi
karantina;
2. Tindakan karantina ikan yang dilakukan;
3. Hasil dari tindakan karantina ikan.
Penyampaian laporan tersebut dapat dilakukan secara manual
maupun elektronik.
6.1. Prosedur Pelaporan
a. Perorangan atau badan hukum wajib menyampaikan
laporan penggunaan dan pengelolaan instalasi karantina
kepada kepala UPT KIPM setempat.
b. Kepala UPT KIPM melakukan rekapitulasi laporan dan
melaporkannya kepada Kepala Badan.
c. Kepala UPT KIPM selain merekapitulasi dan melaporkan
penggunaan instalasi karantina milik perorangan atau
badan hukum, juga wajib melaporkan penggunaan instalasi
karantina yang dikelolanya.
6.2. Sanksi
a. Perorangan atau badan hukum yang tidak menyampaikan
laporan penggunaan instalasi karantina akan dikenakan
sanksi administratif berupa :
1) Peringatan tertulis
Peringatan tertulis dilakukan paling banyak 2 (dua) kali
dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari
kalender.
72
2) Pembekuan sertifikat instalasi karantina
Pembekuan sertifikat instalasi paling lama 30 (tiga
puluh) hari kalender apabila sampai dengan
berakhirnya peringatan tertulis kedua tidak
menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina.
3) Pencabutan sertifikat instalasi karantina
Pencabutan sertifikat instalasi karantina dilakukan
apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan sertifikat
instalasi karantina tidak menyampaikan laporan
penggunaan instalasi karantina.
b. Kepala UPT KIPM yang tidak melaksanakan kewajiban akan
dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J.R., Reantaso, M.B., dan Subangsinghe, R.P., 2008, A Manual of Procedures for The Quarantine of Live Aquatic Animals, Roma, Food and Agriculture Organization of United Nation.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014, Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 33 tahun 2014 tentang IKI. Jakarta
Offices des International des Epizooties (OIE), 2012, Manual of
Diagnostic Test for Aquatic Animal Disease. Paris Sekretaris Negara, 1992. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Jakarta Sekretaris Negara, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2002 tentang Karantina Ikan. Jakarta
73
LAMPIRAN 1. Form Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor : Tanggal : Lampiran : Perihal : Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM ........................................... di Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik : Nama Perusahaan : Alamat Kantor : Alamat Instalasi Karantina Ikan :
Mengajukan Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : 2. Jenis Instalasi Karantina Ikan : 3. Kapasitas : 4. Jenis Media Pembawa : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan
atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media
pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen
Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin
Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang;
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota
atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang
74
menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di
bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bangunan/
ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina ikan, dan ;
g. Dokumen mutu Karantina Ikan.
Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-
benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia
menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan
Ttd dan stampel
(…………………….)
75
LAMPIRAN 2. Form Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor : Tanggal : Lampiran : Perihal : Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik : Nama Perusahaan : Alamat Kantor : Alamat Instalasi Karantina Ikan :
Mengajukan Permohonan Penetapan Instalasi karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : 2. Jenis Instalasi Karantina Ikan : 3. Kapasitas : 4. Jenis Media Pembawa : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :
a. Rekomendasi hasil penilaian dari UPT KIPM.
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan
c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung
jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Dokumen mutu Karantina Ikan.
Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-
benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia
menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
76
Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan
Ttd dan stampel
(…………………….)
Tembusan Yth ; Kepala Pusat Karantina Ikan
77
LAMPIRAN 3. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT UPT KIPM
FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Berdasarkan permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi :
bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut :
No Dokumen
Kelengkapan dokumen
Keterangan
ada Tidak ada
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang; Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai IKI.; Dokumen mutu Karantina Ikan;
Kesimpulan : 1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap / tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)
.................., ...................................... 20….
LEMBAR PENGESAHAN
JABATAN PARAF
Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM.............
Petugas, 1. ………………………….
NIP 2. ………………………….
NIP
78
LAMPIRAN 4. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT KIPM
FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENETAPAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Berdasarkan permohonan penetapan Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi :
bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut :
No Dokumen
Kelengkapan dokumen
Keterangan
ada Tidak ada
1.
2.
3.
4.
Rekomendasi hasil penilaian instalasi
karantina dari UPT KIPM;
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP),
untuk pemohon perorangan/ Fotokopi akte
pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk
pemohon badan hukum;
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Dokumen mutu Karantina Ikan.
Kesimpulan :
1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap/ tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)
.................., ....................................20….
LEMBAR PENGESAHAN
JABATAN PARAF
Kepala Bidang Pengelolaan Instalasi dan Laboratorium
Petugas, 1. ………………………….
NIP 2. ………………………….
NIP
79
Lampiran 5. Format Laporan Evaluasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT UPT
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Nomor Dokumen
: ........................
Tanggal : ...........................
Halaman : 1/3
Sesuai dengan ketentuan pada Pedoman Instalasi Karantina Ikan bahwa harus
dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan, maka setiap
hasil laporan penilaian Instalasi Karantina Ikan, dilakukan evaluasi oleh Tim
Evaluasi UPT KIPM, sebelum dilakukan penolakan, ditunda, atau direkomendasikan
oleh Kepala UPT KIPM untuk penetapan Sertifika Instalasi Karantina Ikan oleh
Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Berdasarkan laporan hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan oleh tim penilai
pada tanggal ............................, terhadap:
Nama Perusahaan : ................................................................
Alamat Kantor : ................................................................
Alamat Instalasi : ................................................................
Jenis Instalasi : Instalasi Karantina Ikan ........................
Jenis Media Pembawa : ............................................................
Peruntukan Instalasi : ...............................................................
Kapasitas : ...............................................................
Tim Penilai : 1. .......................
2. ......................
3. ......................
telah dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi tersebut. Adapun hasil
evaluasinya dapat kami laporkan sebagai berikut :
Pengesahan
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh
Anggota Penanggungjawab Kepala UPT
.........................
NIP............................. NIP.
........................... Ketua
NIP. .............................
NIP. ………………………….
NIP. ……………………………
80
KOP SURAT UPT
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Nomor Dokumen
: ...............................
Tanggal : ......................................
Halaman : 2/3
1. Persyaratan Administrasi (lengkap)
a. Fotokopi KTP atau Akta ...................................................................…….Lengkap
b. Fotokopi NPWP .................................................................................Lengkap
c. Surat Pernyataan kepemilikan / sewa .................................................Lengkap
d. Surat Ijin Impor ................................................................................ Lengkap
e. Surat Keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan ...........................Lengkap
f. Layout/ Denah IKI ...............................................................................Lengkap
g. Dokumen Mutu Karantina Ikan ...........................................................Lengkap
2. Persyaratan Teknis (Sesuai dengan Pedoman Instalasi Karantina Ikan .............)
a. Lokasi : ..............................................................................
b. Sarana instalasi telah dilengkapi fasilitas berupa;
• Ruang Karantina sebagai sarana untuk pengasingan dan pemeriksaan
untuk Media Pembawa selama masa karantina berlangsung.
• Sarana Pemeriksaan / Laboratorium berupa…………………..
• Sarana Pengasingan dan Pengamatan, berupa........................................
• Sarana perlakuan berupa…………………………………..
• Sarana penahanan berupa ..................................................
• Sarana pemusnahan berupa ………………………………………
• Sarana Sanitasi dan desinfeksi untuk Personil dan Tamu
berupa……………
• Sarana pengelolaan limbah berupa………………………………………..
Pengesahan
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh
Anggota Penanggungjawab Kepala UPT
.........................
NIP............................. NIP.
........................... Ketua
NIP. .............................
NIP. NIP.
81
KOP SURAT UPT
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Nomor Dokumen
: ...............................
Tanggal : ......................................
Halaman : 2/3
3. Fasilitas
• Gedung .........................................................
• Instalasi listrik .................................................
• Air ..................................................................
4. Fasilitas pendukung dilengkapi;
• ..............................................
• ................................................
• ..................................................
5. Sanitasi dan Kebersihan lingkungan kerja ;
• .....................................................
• .....................................................
6. Sumber Daya Manusia
.......................................................
Berdasarkan Evaluasi yang telah dilakukan terhadap Laporan Hasil
Tim Penilai Kelayakan Instalasi Karantina oleh UPT KIPM, maka
terhadap ..........................., Alamat instalasi ..................................,
telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga dinyatakan layak untuk tempat
pelaksanaan tindakan karantina dalam rangka mencegah masuk,
keluar dan tersebarnya Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan
diusulkan untuk dapat Diterbitkan rekomendasi hasil penilaian oleh
kepala UPT
Pengesahan
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh
Anggota Penanggungjawab Kepala UPT
.........................
NIP............................. NIP.
........................... Ketua
NIP. .............................
NIP. NIP.
82
LAMPIRAN 6. Format Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT UPT
Nomor :
...............,......................20..
Sifat : Penting
Lampiran : -
Perihal : Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
Yth. Kepala Badan Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
di
Jakarta
Menindaklanjuti Surat Direktur..............Nomor..........tanggal........
perihal : Permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan, berdasarkan :
1. Hasil Verifikasi Dokumen :
2. Hasil penilaian
Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan yang dipersyaratkan
telah sesuai dengan:
a. Sarana Instalasi :
Sarana dan bahan pemeriksaan
Sarana pengasingan dan pengamatan
Sarana perlakuan
Sarana penahanan
Sarana pemusnahan
Sarana pengolahan limbah
b. Peruntukan Instalasi : Hidup/ Mati/ Benda Lain
Fotokopi KTP dan atau Akta pendirian perusahaan
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
Surat Ijin Impor
Surat keterangan dari dinas yang membidangi Kelautan dan
Perikanan
Peta lokasi, lay out dan foto bagunan/ ruangan instalasi
Dokumen Mutu Karantina Ikan
83
c. Jenis Komoditi (nama latin) : 1.
2.
3. dst
d. Kapasitas Instalasi :
e. Penanggung jawab instalasi :
Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian, maka dinyatakan LAYAK
dan MEMENUHI SYARAT untuk diterbitkan Sertifikat Instalasi Karantina
Ikan
Demikian kami sampaikan atas perhatiannya disampaikan terima
kasih.
Kepala Balai Besar/ Balai/
Stasiun KIPM
.............................
NIP.
Tembusan: Yth.
Kepala Pusat Karantina Ikan
84
Lampiran 7. Contoh SOP penanganan sarana dan prasarana pada instalasi
karantina ikan
Nama IKI Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Penanganan Sarana dan Prasarana Instalasi Karantina Ikan
1. TUJUAN & SASARAN
SOP penanganan sarana dan prasarana IKI disusun dengan tujuan sebagai petunjuk bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan penanganan sarana dan prasarana IKI agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar
2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi sarana dan prasarana media pembawa hidup di IKI meliputi istolah dan definisi, penanggung jawab, prosedur kerja, dan rekam data.
3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Penanganan adalah segala pekerjaan yang dilakukan semenjak
sarana dan prasana berdiri dan digunakan sampai dkatakan siap untuk dijadikan tempat tindak karantina ikan (IKI)
3.2. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti bak, alat serok dan sejenisnya, blower, alat kualitas air dan sebagainya.
3.3. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung, ruang, kolam, bak permanen, tanah, dan sebagainya.
3.4. IKI adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina.
4. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas/ penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI
5. PROSEDUR KERJA
Penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup dilakukan sebelum masa karantina. Pemeriksaan dan evaluasi harus dilakukan sebelum masa karantina di IKI terhadap sarana dan prasarana baik yang bersifat pokok dan penunjang: Prosedur penanganan sarana dan prasarana harus memperhatikan dan mendukung standar operasinal prosedur (SOP) di IKI. SOP yang terdapat di IKI sebagai berikut :
85
1. Tata Tertib Personel IKI. 2. Keselamatan dan Keamanan Bekerja di IKI 3. Desinfeksi dan Sanitasi Sarana dan Prasarana IKI 4. Pengelolaan Air IKI 5. Penanganan Ikan Masuk ke dalam IKI 6. Pengujian Stress dan Kohabitasi di IKI 7. Pemeliharaan Ikan IKI 8. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan IKI 9. Perlakuan IKI 10. Pengelolaan Pakan IKI 11. Penanganan Ikan Keluar di IKI 12. Penanganan Limbah IKI 13. Rencana Kontingensi 14. Pemeriksaan klinis dan/atau visual 15. Pemeriksaan visual dan/atau uji organoleptik (Udang
segar/beku/kering/bagian tubuh) 16. Pengambilan sampel media pembawa hidup 17. Pengambilan sampel media pembawa pada Produk perikanan
segar/beku/kering/bagian tubuh 18. Desinfeksi sarana dan prasarana IKI 19. Pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi
hpik/hpi tertentu 20. Pengamatan peubah fisika kimia air
Prosedur penanganan sarana dan prasarana IKI sebelum masa karantina dilakukan sebagai berikut :
1. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI
secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pokok yaitu srana dan prasarana yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan tindak karantina seperti bak penampungan air baik tawar atau laut, bak pemeliharaan (induk, telur, larva, pakan alami). Sarana pokok tersebut harus dipastikan telah didesinfeksi dan terjamin biosecurity dan sanitasinya
2. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana penunjang yaitu sarana untuk menunjang tindakan karantina di IKI seperti pompa air, alat serok, alat kualitas air, aerasi, ruang genset, dan sebagainya. Sarana penunjang harus tersedia dan ditata untuk menjamin kemudahan penggunaan selama masa karantina ikan.
3. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pelengkap di IKI secara periodic oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pelengkap seperti ruang kantor, alat tulis menulis, computer dan sejenisnya.
4. Evaluasi secara menyeluruh sarana dan prasarana tersebut maksimal sudah siap dua hari sebelum pemasukan media pembawa
5. Laporkan hasil evaluasi sarana dan prasarana tersebut kepada petugas karantina sebelum dilakukan pemasukan media pembawa
86
6. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
87
FORM PENANGANAN SARANA DAN PRASARANA
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM PERSIAPAN BAK
NO T
GL
NO. BAK
JENIS MEDIA PEMBAWA
BAK PENAMPUNGAN AIR
BAK PEMELIHARAAN PERSONIL IKI
KET
TAWAR* LAUT* INDUK* TELUR* LARVA PAKAN ALAMI
* Apabila media pembawa air tawar/air laut *Apabila media pembawa induk/telur/larva/pakan alami
PENANGGUNG
JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
88
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM DESINFEKSI
NO TGL PERALATAN YANG
DIDESINFEKSI
BAHAN
DESINFEKSI
DOSIS PERSONIL
IKI
KET
PENANGGUNG
JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
89
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA
NO. TANGGAL SARANA DAN
PRASARANA
KELENGKAPAN PERSONIL IKI KET
ADA TIDAK
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
90
Lampiran 8. Contoh SOP Penanganan Ikan Masuk
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Penanganan ikan Masuk
I. TUJUAN & SASARAN
Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI untuk mendapatkan penanganan ikan yang tepat dan baik.
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi:
• Jenis Ikan
• Ukuran ikan
• Cara penanganan III. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas yang ditunjuk.
IV. PROSEDUR KERJA 1.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI, antara lain:
• Wadah/bak/aquarium penampungan
• aerator
• serok
• obat anti stress 1.2. Prosedur pelaksanaan
1. Lakukan aklimatisasi selama beberapa menit pada seluruh ikan yang baru masuk ke dalam bak/aquarium penampungan tanpa membuka kemasan
2. Buka kemasan kemudian keluarkan ikan berdasarkan jenis ikan dari dalam kemasan
3. Lakukan aklimatisasi ke dalam bak penampungan selama beberapa jam, bila diperlukan dapat ditambahkan obat anti stress
4. Masukkan ikan tersebut kedalam wadah/bak pemeliharaan berdasarkan jenis ikan
5. Selesai.
V. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan ikan masuk pada unit penampungan/pengumpul ikan hias air tawar harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
91
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :
Penanganan Ikan Masuk pada IKI No. Tanggal Jenis ikan Ukuran
Ikan Jumlah Ikan
Obat anti stress
Dosis obat Paraf petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak pemeliharaan
(Tempat dan waktu)
Penanggung
jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
92
Lampiran 9. Contoh SOP Pengasingan dan Pengamatan
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengasingan dan Pengamatan
I. TUJUAN & SASARAN
1. Sebagai pedoman petugas IKI/Penanggung Jawab IKI untuk
melakukan tindakan penanganan media pembawa (MP) HPI/HPIK
hidup pada saat dikenakan pengasingan di IKI sebelum atau
sesudah MP tersebut dilalulintaskan.
2. Sasaran tindakan pengasingan terhadap pemasukan dan
pengeluaran MP HPI/HPIK adalah mencegah kemungkinan
terjadinya penyebaran HPI/HPIK selama dilakukannya tindakan
pengamatan atau pemeriksaan kesehatan lebih lanjut/deteksi
HPI/HPIK secara laboratoris.
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan MP hidup yang dikenakan
Tindakan Pengasingan di IKI, meliputi :
1. Evaluasi kesiapan sarana pengasingan dan penyiapan sarana
pengasingan;
2. Penanganan MP yang dikenakan tindakan pengasingan;
III. ISTILAH DAN DEFINISI
1. Instalasi Karantina Ikan (IKI) adalah : Tempat beserta sarana
dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk
melaksanakan tindakan karantina.
2. Petugas IKI adalah pegawai / karyawan yang bekerja di IKI dan
ditetapkan berdasarkan surat keputusan.
3. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,
karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk
93
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK
di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan.
4. Pengamatan adalah tindakan mendeteksi lebih lanjut terhadap
HPIK dan/atau HPI pada Media Pembawa yang diasingkan.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pengelola pelaksanaan kegiatan penanganan MP hidup yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI, merupakan Petugas Karantina
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala UPT KIPM.
V. PROSEDUR KERJA
Petugas IKI/ penanggungjawab IKI wajib memahami tentang prosedur
penanganan media pembawa hidup yang dikenakan tindakan
pengasingan di IKI. Penanganan media pembawa hidup yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI :
1. Lakukan evaluasi kesiapan dan laksanakan kegiatan penyiapan
sarana pengasingan;
2. Berita Acara (BA) penyerahan MP dari Pemilik kepada Penanggung
Jawab IKI;
3. Registrasi ulang MP pada saat pelaksanaan kegiatan adaptasi/
aklimatisasi suhu terhadap MP dan air wadah penampungan/
pemeliharaan;
4. Penandaan/ pengumuman identitas di setiap wadah penampungan/
pemeliharaan yang dipergunakan;
5. Pelepasan atau pemasukan MP dengan membuka kemasannya di
permukaan air masing-masing wadah/sarana yang telah diberi
tanda/pengumuman oleh petugas dalam ruang pengasingan;
6. Petugas IKI segera melakukan tindakan pengamatan;
7. Pengamatan kesehatan dan pengelolaan kualitas air dilakukan
setiap hari selama masa karantina di ruang pengasingan
berlangsung;
8. Petugas IKI melakukan kegiatan pemeliharaan MP sesuai dengan
pedoman pemeliharaan yang telah ditetapkan selama masa
karantina berlaku;
94
9. Petugas IKI mengakhiri kegiatan pemeliharaan setelah masa
karantina berakhir dengan adanya hasil analisis terhadap hasil uji
laboratories berupa rekomendasi penerbitan Sertifikat Kesehatan
VI. REKAM DATA
Setiap kegiatan atau kejadian dalam penanganan MP hidup yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI dilakukan pencatatan dalam
Lembar (Form) penanganan MP hidup selama masa berlaku tindakan
pengasingan.
95
FORM PERLAKUAN DAN PENGAMATAN
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM IKAN MASUK
NO TGL NO. BAK JENIS
MEDIA PEMBAWA
JUMLAH HIDUP SAKIT MATI PERSONIL IKI
KETERANGAN
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
96
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM PENGECEKAN KUALITAS AIR
NO TGL NO. BAK
JENIS MEDIA PEMBAWA
JUMLAH
KUALITAS AIR PERSONIL IKI
KET
SAL* DO NITRAT
NITRIT SUHU
pH
* media pembawa air laut
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
97
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM PEMBERIAN PAKAN
NO. NO.
BAK
JENIS
MEDIA
PEMBAWA
JUMLAH JENIS
PAKAN
JAM PEMBERIAN
PAKAN
PERSONIL
IKI
KET
09.00 15.00
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
98
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM PERLAKUAN
NO. TANGGAL NO.BAK JENIS
MEDIA
PEMBAWA
JUMLAH INDIKASI JENIS
OBAT
PERSONIL
IKI
KET
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
99
Lampiran 10. Contoh SOP Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Selama Masa Karantina
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Pemeliharaan dan Perawatan ikan
I. TUJUAN & SASARAN
SOP pemeliharaan dan perawatan Ikan disusun sebagai petunjuk
bagi petugas karantina ikan dan penanggungjawab IKI dalam
melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di IKI dengan dukungan
media pemeliharaan yang optimal
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup SOP pemeliharaan Ikan mencakup komponen
penunjang media pemeliharaan ikan berupa sumber air yang
berkualitas, dan pengamatan kesehatan ikan.
III. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Ikan adalah
penanggungjawab instalasi karantina milik pihak ketiga
IV. ISTILAH DAN DEFINISI
1.1. Stress adalah kondisi di luar kemampuan batas toleransi
yang disebabkan oleh salah satu atau lebih faktor eksternal
(fisika, kimia atau biologi).
1.2. Pengelolaan kualitas air adalah aktivitas penyediaan dan
pemeliharaan kondisi lingkungan perairan (fisika, kimia dan
biologi) yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan
kuantitas) bagi jenis ikan yang ada di dalamnya.
1.3. Pengelolaan pakan adalah aktivitas penyediaan dan
pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar
(kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang dipelihara,
dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan
ikan (feeding habit & feeding periodicity).
1.4. Apparent satiation adalah metoda pemberian pakan yang
jumlahnya hanya didasarkan pada selera makan ikan semata
100
V. PROSEDUR KERJA
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan dan bahan yang diperlukan pada kegiatan
pemeliharaan dan perawatan ikan antara lain:
� alat tangkap/serok
� wadah ikan (bak/akuarium/fiber glass) dan perlengkapannya
� aerator
� pakan ikan
� alat pengukur kualitas air
� alat tulis
5.2. Prosedur Kerja
Kegiatan Pemeliharaan ikan dilakukan terhadap ikan–ikan yang
telah melewati masa aklimatisasi , dan masa karantina,serta
tidak menunjukkan gejala klinis terinfeksi / terinfestasi
penyakit., maupun yang telah sembuh setelah perlakuan.
Adapun faktor penting yang harus diperhatikan dalam
pemeliharaan ikan antara lain:
1. Pengelolaan kualitas air , yaitu dengan pemakaian sumber air
yang berkualitas ( bebas patogen dan memenuhi baku mutu
air),
2. Penggunaan peralatan dan sarana pemeliharaan bebas
petogen,
3. Pakan berkualitas, dan
4. Pengelolaan kesehatan ikan
5.2.1. Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan kualitas air yang akan digunakan sebagai media
hidup ikan, adalah sbb:
1. Air yang akan digunakan adalah air segar yang telah dipersiapkan lebih dari 24 jam sebelum ikan dimasukkan ke dalamnya, telah di filter maupun disucihamakan , dan tidak mengandung bahan toksikan (chlorine, kapur, dll).
2. Selalu dilakukan pengontrolan kualitas air melalui pengukuran parameter kualitas air secara berkala, baik terhadap air sumber maupun air pemeliharaan ikan.
3. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan tropis secara umum dapat dilhat pada Tabel 1. Manipulasi beberapa parameter kualitas air agar tetap stabil pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan yang dipelihara dapat dilakukan secara fisikis, kimiawi, maupun biologis. Misalnya untuk menaikkan dan mempertahankan suhu air pada kisaran tertentu, dapat digunakan heater (thermoregulator).
101
4. Kondisi parameter kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari standar optimal dapat menyebabkan ikan stress.
Tabel 1. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk
kehidupan ikan
Parameter Kisaran konsentrasi
Suhu 26 – 32 oC
pH 6,5 – 8.5
Oksigen terlarut (O2) 75% kejenuhan, > 4 ppm
Karbondioksida (CO2) ± 1,5 ppm dan tidak lebih dari
15 ppm
Ammonia (NH3) < 0,02 ppm
Alkalinitas (kesadahan dalam CaCO3)
Minimum 20 ppm
Hidrogen sulfida (H2S) < 0,003 ppm
Nitrat (NO3) < 1,00 ppm
Nitrit (NO2) < 1,00 ppm
Total Suspended Solid (TSS) < 80 ppm
5.2.2. Peralatan, sarana pemeliharaan ikan dan bahan
Peralatan dan sarana pemeliharaan yang digunakan harus
memadai untuk seluruh pemeliharaan ikan. Bahan seperti obat-
obatan/ atibiotik, desinfektan atau bahan uji kualitas air, juga
harus tersedia dalam jumlah cukup.
1. Pastikan bahwa peralatan dan bahan yang diperlukan
selama proses pemeliharaan dan perawatan ikan telah
tersedia, baik kualitas maupun kuantitasnya.
2. Gunakan peralatan dan wadah pemeliharaan /perawatan
ikan dari bahan berkualitas, dan telah didesihfeksi
sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian
3. Bahan –bahan seperti desinfektan ( Clorin. KMNO4,)
antibiotk, dll yang mendukung dalam pemeliharaan ikan
tersedia dalam jumlah cukup, dan diletakkan dalam
lemari khusus.
5.2.3. Pemberian Pakan berkualitas
Pakan yang digunakan harus terjamin kualitasnya. Pakan
hidup/alami, pakan segar, dan pakan olahan harus melalui
pengelolaan yang baik dalam hal penyimpanan, agar tidak
terjadi penurunan kualitas dan kontaminasi penyakit pada ikan
melalui pakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian dan penyimpanan pakan sbb :
102
5.6. Pemberian pakan
Jenis dan ukuran pakan yang diberikan selama proses pemeliharaan dan perawatan, idealnya disamakan dengan jenis dan ukuran pakan yang diberikan di tempat asal ikan tersebut. Pemberian pakan pertama dilakukan setelah ikan tampak normal dan responsif terhadap pakan yang diberikan secara apparent satiation.
5.7. Pengelolaan pakan
Pengelolaan pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang
dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan &
periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity).
Kualitas pakan ikan umumnya lebih diutaman pada jenis
sediaan (pakan hidup atau buatan), kadar protein, food
convertion ration (FCR), serta palability & stability. Sedangkan
kuantitas pakan umumnya lebih didasarkan pada stadia
ikan, berkisar antara 3-10% bobot tubuh ikan/hari.
5.8. Penyimpanan Pakan
1. Pakan harus disimpan di tempat khusus, sesuai dengan
jenis pakan. Pakan alami/hidup seperti artemia atau ikan-
ikan berukuran lebih kecil dipelihara dalam keadaaan
hidup di dalam wadah / bak khusus, sedangkan cyste.
Artemia pada umumnya disimpan kering (dalam kemasan
kaleng)dan disimpan di lemari dan diberi label/kode
2. Pakan segar seperti ikan rucah untuk tujuan diberikan
sebagai pakan ikan,atau yang masih tersisa disimpan pada
suhu dingin atau beku di dalam referigerator dan diberi
label/kode
3. Pakan olahan seperti pelet atau fish meal, disimpan dalam
kondisi kering, di dalam lemari atau di atas rak terbuka
5.2.4. Pengelolaan Kesehatan ikan
Selama masa pemeliharaan ikan, pengelolaan kesehatan ikan
harus selalu dilakukan melalui monitoring secara berkala
terhadap status kesehatan ikan, diagnosa secara klinis
dan/atau visual yang dilanjutkan secara laboratoris apabila
diperlukan, serta tindakan perlakuan apabila terjadi infeksi
patogen yang secara definitif dapat dikontrol; baik secara fisikis,
kimiawi maupun biologis. Apabila ditemukan adanya indikasi
gejala infeksi patogen, maka segera kumpulkan informasi
antara lain :
103
- Ada / tidaknya kematian ikan, jumlah ikan mati
- Gejala klinis, kelainan pada tubuh ikan, respon /reflek,
nafsu makan dll
dan segara lakukan pengambilan sejumlah ikan sakit (sampel)
untuk mengujian laboratoris. Pengamatan gejala klinis pada
ikan, dan kemungkinan penyebabnya seperti Pada Tabel 2.
Tabel 2. Gejala klinis umum penyakit ikan, kemungkinan penyebab serta tindak lanjut diagnosa
Gejala klinis Kemungkinan penyebab
Kematian mendadak beberapa ekor ikan dalam tempo yang singkat dengan gejala klinis yang tidak jelas. Ikan yang bertahan hidup menggantung di permukaan air/diam di dasar dan hilang keseimbangan. Ikan sangat lemah dan tidak mau makan.
1) Keracunan akut. Periksa kemungkinan adanya infeksi parasit atau bakteri, apabila negatif maka segeralah ganti air 75% atau lebih dengan asumsi terjadi keracunan. Ambil air dan analisis lebih lanjut di laboratorium
2) Kadar oksigen rendah. Periksa kadar oksigen pada saat level oksigen terlarut minimal
3) Infeksi bakteri atau virus perakut. Diagnosa lanjut perlu dilakukan
Ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras dan melesat “flashing” atau berkilap ketika menggosok sisi badan lainnya, terkadang meloncat ke permukaan air.
Indikator adanya iritasi di kulit atau insang 1) Dapat disebabkan akibat kadar
ammonia tinggi, nitrit yang meningkat atau pH rendah/tinggi Fluktuasi harian pH air yang tinggi juga dapat mengakibatkan iritasi. Periksa kualitas air.
2) Iritasi dapat pula disebabkan oleh infeksi ekto parasit seperti cacing, Ichthyophthirius, Trichodina dll. pada kulit/insang. Periksa lendir/sirip dan insang secara mikroskopis.
Ikan berenang normal, tapi nampak kesulitan bernafas (terlihat dari gerakan tutup insang) Ikan terlihat megap-megap, berkumpul di dekat sumber aerasi.
1) Kadar oksigen terlarut sangat rendah, periksa kadarnya pada saat level terendah (pagi hari)
2) Kualitas air yang buruk mengakibatkan hiperplasia insang, ekses produksi lendir atau keracunan nitrit. Periksa ammonia, nitrit dan pH
3) Indikator adanya tahap awal infeksi penyakit pada insang. Bila kondisi berlanjut, periksa parasit atau
104
kondisi insang 4) Anemia. Insang terlihat pucat
Ikan secara individual terpisah dari kelompoknya, bernafas normal, tidak mau makan, tampak kusam atau ada area yang kusam di kulitnya. Tidak nampak adanya gejala klinis yang nyata.
Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut 1) Ikan mungkin menderita akibat
infeksi parasit. Periksa kulit/llendir/sirip dan insang
2) Ikan mungkin menderita infeksi patogen internal
3) Tahap awal infeksi bakteri sistemik. Isolasi dan identifikasi
4) Periksa kualitas air
Beberapa ikan tampak lemah, tidak mau makan atau makan sangat sedikit. Ikan terlihat malas, beberapa siripnya sobek atau rombeng.
Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut 1) Kualitas air buruk. Periksa ammonia,
nitrit, pH 2) Polusi bahan organik 3) Infeksi ekto parasit. Periksa parasit
di kulit/llendir/sirip dan kondisi insang
4) Tahap awal infeksi bakteri sistemik, isolasi dan identifikasi serta periksa adanya pendarahan, luka atau borok
Ekses lendir di insang dan/atau kulit. Lendir kecoklatan atau menggumpal, kemungkinan diikuti dengan menggosok-gosokkan badan serta “flushing”, megap-megap dan/atau lemah.
1) Infeksi ekto parasit. Periksa kulit/lendir/sirip dan insang
2) Kualitas air buruk. Periksa beberapa parameter kunci
Luka atau borok di kulit Kemerahan atau peradangan di permukaan badan atau sirip Insang terkuak, pembengkakan, luka yang tidak sembuh dalam tempo 1 – 2 hari.
1) Kerusakan fisik. Luka yang terlihat bersih dengan sedikit peradangan. Umumnya akan sembuh dalam beberapa hari, tetapi berisiko adanya infeksi sekunder
2) Iritasi jaringan yang terfokus biasanya disebabkan oleh infeksi ekto parasit. Periksa parasit secara mikroskopis
3) Infeksi bakteri. Isolasi dan identifikasi
4) Kualitas air bermasalah, termasuk kadar bahan organik yang tinggi. Periksa beberapa parameter kunci.
105
Luka kemerahan atau putih di badan yang terfokus
Infeksi ekto parasit yang berukuran relatif besar seperti Argulus, Lernaea, Alitropus atau lintah. Parasit-parasit tersebut biasanya dapat diamai dengan mata telanjang
Insang geripis Sirip sobek, terbelah atau rombeng. Mungkin ujungnya berwarna keputihan dan/atau kemerahan pada bagian pangkal.
1) Infeksi bakteri 2) Infeksi ekto parasit. Periksa
kulit/lendir/sirip dan insang secara mikroskopis
3) Kualitas air buruk. Periksa beberapa parameter kunci
4) Kerusakan fisik 5) Terlalu padat 6) Infeksi jamur 7) Infeksi bakteri Columnaris
Perut ikan membengkak (dropsy). Mungkin sisik terkuak, dan kemerahan di badan atau sirip. Mungkin mata melotot (exophthalmos)
1) Infeksi virus 2) Infeksi bakteri sistemik,
mengakibatkan pembengkakan perut “dropsy”. Dapat dibedakan dari tomour melalui bentuk, simetri dan bila diraba (keras atau cair)
3) Neoplasm (tumour). Dapat ditentukan dari ukuran, bentuk (biasanya asimetri) dan apabila diraba terasa keras
4) Penyakit yang menginfeksi hati atau ginjal Lakukan diagnosa lanjut secara laboratoris
5) Infeksi parasit internal (endo parasit) 6) Masalah genetis 7) Masalah pencernaan. Lakukan
autopsi terhadap saluran pencernaan
Ikan mengalami masalah pernafasan, megap-megap. Pada insang terdapat jaringan/sel yang mati (necrosis), ada bercak-bercak abnormal, dan ekses lendir.
1) Infeksi bakteri di insang 2) Infeksi virus 3) Infeksi parasit di insang
Bintik-bintik putih kecil di kulit dan sirip, ikan tampak seperi ditaburi garam. Umumnya lendir tampak lebih tebal.
Infeksi Ichthyophthirius. Diagnosa definitif dapat dilakukan melalui pemeriksaan secara mikroskopis
Putih atau putih kecoklatan seperti gumpalan kapas di kulit atau sirip. Biasanya diikuti oleh pembengkakan atau erosi kulit.
1) Infeksi jamur 2) Infeksi bakteri Columnaris. Periksa
sampel untuk pemeriksaan mikroskopis yang diindikasikan adanya bakteri yang berukuran relatif panjang dan bergerak meluncur (Flexibacter sp.)
106
Pembengkakan di kulit.
1) Infeksi kista parasit. Periksa secara mikroskopis dari sampel yang diambil dari lokasi bengkak
2) Kerusakan fisik 3) Infeksi bakteri. Biasanya diikuti
dengan luka atau sisik terkuak 4) Tumour internal.
Ada “sesuatu” yang tumbuh di kulit/sirip
Tumour atau infeksi virus seperti: 1) “Cacar ikan”, yang terlihat seperti
lilin meleleh menempel di sirip/kulit 2) Papiloma, seperti kutil yang terus
membesar, berbentuk bulat halus atau seperti bunga kol, berwarna putih, merah muda atau merah
3) Lymphocystis, ukuran bervariasi, kutil berwarna putih atau merah muda di kulit/sirip/insang. Periksa secara mikroskopis terhadap irisan kutil tersebut
4) Tidak ada obat untuk kondisi-kondisi tersebut, namun sering sembuh dengan sendirinya. Namun tetap berisiko terjadinya infeksi sekunder
Kornea mata berwarna keruh (berkabut)
1) Kerusakan fisik 2) Defisiensi nutrisi 3) Kualitas air buruk 4) Infeksi bakteri
Bentuk badan yang abnormal, tulang belakang bengkok.
1) Penggunaan organophosphate 2) Nutrisi tidak seimbang 3) Masalah genetik 4) Kerusakan otot/fisik 5) Keracunan
Hilang keseimbangan dan ikan tidak mampu diam dengan posisi yang benar (ikan terlihat baik pada saat berenang, tetapi gerakannya akan tampak abnormal pada saat berhenti berenang)
1) Masalah pada gelembung renang (infeksi bakteri atau virus)
2) Penyakit pada organ internal seperti hati, ginjal atau organ pencernaan
Lemah, bobot tubuh menurun, terjadi kematian secara kronis. Mungkin terlihat adanya cacing yang menggantung atau keluar dari anus
Parasit internal. Periksa sampel darah dan kotoran secara mikroskopis
Ikan (mas/koi) terlihat bersih, gerakan seperti nervous atau megap-megap Beberapa hari sebelumnya
107
nafsu makan normal, namun mendadak hilang nafsu makan pada hari-hari berikutnya Terdapat bercak putih atau kerusakan pada lamella insang, mungkin diikuti pendarahan di sirip/badan, lepuh atau luka Terjadi kematian sporadis dalam tempo singkat (1 – 7 hari)
Infeksi Koi Herpes Virus.
VI. REKAM DATA
Hasil kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan harus direkam
sesuai dengan formulir standar. Seluruh informasi yang tertuang
dalam formulir tersebut merupakan informasi yang akan digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan karantina selanjutnya.
VII. PELAPORAN
Hasil pemeliharaan dan perawatan ikan harus dituangkan dalam
bentuk laporan yang ditandatangani oleh petugas pelaksana.
Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran
tindak lanjut, dan formulir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan
merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir hasil
pemeliharaan dan perawatan ikan.
108
KOP SURAT
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN IKAN
Nomor: ________________ Tanggal : _______________
Nama pemilik :__________________________________________ Instansi/perusahaan : __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________
Jenis ikan : ukuran : No. Wadah : Hari ke-
Hari & Tanggal
Jumlah (ekor/kg)
Jenis dan jumlah
pakan/hari
Parameter kualitas air
Kematian (ekor)
Diagnosa Penyakit
Petugas Ket*)
A B C D Nama Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
*) Beri catatan tambahan apabila ada informasi penting yang belum termuat dalam formulir ini. Catatan:_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
109
KOP SURAT
PENGAMATAN KESEHATAN IKAN DAN TINDAKAN
Nomor: ________________ Tanggal : _______________
Nama pemilik : __________________________________________ Instansi/perusahaan: __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________
Jenis ikan : Stadia : No. Wadah :
No. Hari&
Tanggal Jumlah Ikan
Gejala Klinis
Nafsu Makan
Respon Terhadap Rangsang
Pergerakan Ikan
Tindakan Paraf Petugas
Ket *) Jml kematian
1.
2.
3
4
5
6
7
110
Lampiran 11. Contoh SOP Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan
Nama IKI Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan
I. TUJUAN & SASARAN
SOP perlakuan dan perkembangan kesehatan ikan di IKI disusun sebagai acuan bagi petugas karantina ikan dan penangungjawab instalasi dalam melakukan perlakuan dan pengamatan terhadap perkembangan kesehatan ikan di IKI
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan meliputi perlakuan pada ikan sakit, obat dan dosis ikan, pengamatan kesehatan ikan (gejala klinis, perubahan tingkah laku dll), pengukur kualitas air, dan pencatatan
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Obat Ikan adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala klinis dan luka pada ikan.
3.2. Dosis adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan untuk dipakai sebagai obat dalam atau obat luar.
3.3. Gejala Klinis adalah ada atau tidaknya infeksi HPI/HPIK pada ikan yang didasarkan pada pengamatan gejala atau perubahan abnormalitas secara visual.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI adalah petugas karantina dan penanggungjawab IKI yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI
V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan, sarana dan bahan
Peralatan, dan bahan yang diperlukan pada pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI antara lain: 1. Alat ukur/ bahan uji kualitas air 2. Wadah pemeliharaan (bak/akuarium) 3. Aerator 4. Serok 5. Media pemeliharaan (air) 6. Obat ikan /antibiotik
111
5.2. Prosedur pelaksanaan Kegiatan pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan pada ikan yang menunjukkan gejala klinis dan perubahan tingkah laku ( diduga terpapar penyakit ) dan telah diberi perlakuan/ pengobatan sesuai jenis penyakit, dan diamati perkembangan penyakitnya. Adapun tahapan kegiatannya adalah :
5.2.1. Perlakuan / pengobatan pada ikan
1. Ikan yang diduga terpapar penyakit HPIK golongan II , dipisahkan dan segera dipindahkan ke bak khusus yang dilengkapi dengan aerasi, dan dipelihara menggunakan peralatan tersendiri
2. Amati dan catat adanya gejala klinis pada tubuh, kelainan tingkah laku, dan ketidaknormalan lainnya.
3. Segera lakukan diagnosa terhadap penyebab penyakit ikan , tentukan jenis obat dan dosis yang akan diberikan, dan analisis terhadap interaksi obat yang akan digunakan serta metode perlakuan/pengobatan yang akan dilakukan ( deeping atau bathing, long bathing, oles dan oral )
4. Lakukan perlakuan/pengobatan sesuai dengan metode yang telah ditentukan
5. Setelah perlakuan/pengobatan dengan deeping atau bathing, ikan dipindahkan ke dalam bak baru berisi air bersih
6. Apabila diberi perlakuan /pengobatan dengan metode long bathing, oles dan oral, ikan
7. Tidak perlu dipindahkan kedalam wadah baru 8. Selama masa pengobatan lakukan pengamatan terhadap
perkembangan kesehatan ikan 9. Setelah perlakuan/pengobatan selesai, lakukan pengamatan
terhadap perkembangan hasil pengobatan 10. Setelah ikan sehat kembali, dapat digabungkan dengan ikan
lainnya 11. Apabila masih terdapat ikan yang belum dapat disembuhkan,
maka pengobatan ikan dapat dilakukan menggunakan jenis obat dan metode lainnya. Apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga, maka dilakukan pemusnahan.
5.2.2. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan
Pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan selama masa pengobatan (no. 6, sub bab 5.2.1). Tahapan yang dilakukan sbb : 1. Amati dan catat adanya awal gejala klinis / ketidaknormalan
tubuh /perubahan warna tubuh/ perubahan tingkah laku atau kepekaan terhadap rangsang paada ikan, sebelum pengobatan diberikan
2. Lakukan pengamatan perkembangan kesehatan ikan, satu hari setelah perlakuan (pemberian obat) sampai dengan selesai pengobatan, dan catat perubahan yang terjadi.
3. Apabila gejala klinis pada ikan berkurang atau ikan dapat disembukan, maka pengobatan tersebut efektif, tetapi apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga lakukan seperti pada no 10 sub bab 5.2.1.
112
4. Selama waktu pengamatan lakukan pengukuran kualitas air secara berkala.
VI. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
113
FORM PERLAKUAN PADA IKAN Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Alamat IKI : Gejala klinis : Dugaan infeksi penyakit : No. Hari/
Tanggal Nomor
Wadah/bak Jenis Ikan
Jumlah Ikan
Jenis Obat
Metode Pengobatan & dosis (ppm)
Petugas Ket *)
Catatan : *) waktu / lama perlakuan( pemberian obat) (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
114
FORM PENGAMATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN IKAN DI IKI Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Metode Pengobatan : perendaman dengan oxytetracicline 20 ppm selama 3 hari Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di IKI
No. Hari /Tanggal/ jam
Jenis ikan dan ukuran ikan
Perubahan/perkembangan kesehatan ikan (Gejala klinis/ kelainan tingkah laku)
Paraf petugas
Ket*)
Sebelum pengobatan Setelah pengobatan (hari ke)
1 Senin 2/8/ 2010 09.00
Mas koki/ 7 cm
Pendarahan pada pangkal sirip ekor
Insang pucat Sirip grepes
2 Selasa/ 3/8/2010 09.00
Mas koki/ 7 cm
…………………………. Hari ke 1
3 Rabu/ 4/8/2010 09.00
……………………………………
Hari ke 2
dst
*) Keterangan diisi dengan waktu pengobatan (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
115
Lampiran 11. Contoh SOP Pengelolaan Air pada IKI
Nama IKI Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengelolaan Air Tawar
I. TUJUAN & SASARAN Prosedur Operasional Standar / SOP pengelolaan air tawar pada IKI bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal media pemeliharaan ikan sesuai dengan jenis dan masing masing stadia. Sasaran yang hendak dicapai adalah meminimalisir gangguan lingkungan bagi kelangsungan hidup ikan
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan air: adalah sumber air, filterisasi, aerasi/ netralisasi/ dekhlorinasi dan pengukuran kualitas air.
III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Declorinisasi Proses penghilangan klorin dalam air dengan cara pemberian aerasi secara terus menerus.
3.2. Filterisasi Proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat
IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI.
V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan persiapan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI antara lain: � bak penampungan air/tandon � air tawar � filtrasi � aerasi/blower
5.2. Prosedur pelaksanaan 5.2.1. Sumber Air
Sumber air dapat berasal dari air sungai, air tanah, dan air pam. Sebelum air tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan filterisasi, dan dilanjutkan dengan perlakuan fisika (misalnya :ozon dan uv) dan/ atau perlakuan kimia (misalnya: chlor) untuk meminimalkan kotoran atau kontaminan yang berasal dari luar.
116
5.2.2. Aerasi/netralisasi /declorinisasi Air yang berasal dari PAM atau yang telah diberi perlakuan secara kimia, sebelum digunakan terlebih dahulu di aerasi/declorinisasi. Aerasi/deklorinisasi dilakukan sbb : 1. Alirkan air ke dalam bak penampungan/ tandon yang sudah
disiapkan 2. Lakukan aerasi selama minimal 3 hari untuk menghilangkan
khlorin atau zat-zat beracun lainnya yang terkandung dalam air
3. Biarkan air tanpa aerasi selama 24 jam, untuk mngendapkan sisa-sisa bahan organik
4. Air siap untuk dilakukan filterisasi
5.2.3. Filterisasi
Filterisasi dapat dilakukan secara mekanik dan biologis. Bahan dan proses pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Secara mekanik antara lain dapat menggunakan pasir silika, karang, busa, dan lain-lain. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih.
2. Secara biologis antara lain dapat menggunakan Coral hidup, kerang, bioball, tanaman air, dll. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih, tidak berbau dan pH netral.
3. Tampung air yang sudah jernih dan tidak berbau pada bak penampungan/tendon.
4. Air siap untuk digunakan 5.2.4.Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air antara lain meliputi pengukuran suhu air, oksigen terlarut (DO), drajat keasaman (pH), salinitas, dan kadar amoniak. 1. Pengukuran suhu
• Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi kedalam air yang akan diukur suhunya
• Tunggu beberapa saat hingga terjadi pergerakan air raksa dalam thermometer
• Amati perubahan yang terjadi pada thermometer, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
2. Pengukuran oksigen terlarut (DO) • Masukkan DO meter yang sudah dikalibrasi kedalam air yang
akan diukur DO nya
• Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada DO meter
117
• Amati perubahan yang terjadi pada DO meter, angka yang tertera pada layar DO meter menunjukkan kadar oksigen terlarut didalam air, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
3. Pengukuran drajat keasaman (pH) • Masukkan pH meter yang sudah dikalibrasi /kertas lakmus
kedalam air
• Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada pH meter atau perubahan warna pada kertas lakmus
• Amati perubahan yang terjadi pada pH meter, atau bandingkan perubahan warna pada kertas lakmus, bandingkan dengan indikator pH, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
4. Pengukuran salinitas
• Teteskan air yang akan diukur pada refraktometer yang sudah dikalibrasi
• Tutup cover refraktometer dan amati perubahan garis batas didalam refraktometer, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
5. Pengukuran amoniak menggunakan kit
• Ambil 5 ml air yang akan diukur, dan masukan ke dalam tabung KIT amoniak (sesuai manual pabrikan)
• Tetesi dengan reagen amoniak
• Cocokkan warna yang timbul dengan kartu warna
• Tentukan hasil pengukuran amoniak, dan catat hasilnya
VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan air pemeliharaan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
118
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :
Persiapan Pengelolaan Air Sebelum Pakai Pada IKI
No. Tanggal Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan*)
*) keterangan diisi dengan penggunaan desinfektan, dosis dan waktu.
(Tempat dan waktu)
Penanggung
jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
119
Lampiran 13. Contoh SOP Pengelolaan Pakan di IKI
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengelolaan Pakan
I. TUJUAN & SASARAN Pedoman dalam pengelolaan pakan IKI harus memperhatikan jenis, jumlah dan komposisi yang tepat untuk masing – masing jenis ikan.
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan pakan ini antara lain:
• Jenis pakan (alami dan buatan, stadia,)
• Cara persiapan pakan
• Waktu pemberian pakan
• Jumlah pakan
• Cara Pemberian Pakan
• Perhitungan FCR (Food Conversion Ratio)
III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1 Pakan Alami Pakan yang berasal dari alam
3.2 Pakan Buatan Pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia
IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan pakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI.
V. PROSEDUR KERJA
Pemberian pakan pada IKI dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami dan atau buatan.
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pemberian pakan pada IKI antara lain:
� Pakan alami � Pakan buatan � Wadah pakan ikan � Alat ukur
5.2. Prosedur Pelaksanaan 5.2.1. Pakan Alami
1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Panen pakan alami yang telah dikultur 3. Cuci pakan alami dengan menggunakan air bersih atau pelarut lain
untuk menghilangkan kotoran dan mikroba
120
4. Pakan alami siap untuk digunakan 5. Beri pakan alami dengan efisien berdasarkan kebutuhan 6. Selesai.
5.2.2 Pakan Buatan
1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Gunakan pakan buatan yang tersedia 3. Tidak mencampur pakan dengan bahan tambahan seperti
antibiotik, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang 4. Beri pakan dengan efisien sesuai dosis dan waktu pemberian pakan
berdasarkan kebutuhan 5. Selesai.
VI. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan pakan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
121
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :
Pengelolaan Pakan pada IKI
No. Tanggal Waktu Pemberian
Nomor wadah/bak
Jenis Jumlah Keterangan*)
*) Keterangan diisi dengan pakan alami atau buatan
(Tempat dan waktu)
Penanggung
jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
122
Lampiran 14. Contoh SOP Penanganan Ikan Keluar
Nama IKI Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN IKAN KELUAR
I. TUJUAN & SASARAN Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari IKI
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI meliputi: Konfirmasi, Jenis dan Ukuran Ikan, Status Kesehatan Ikan, dan Pengemasan
III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari iki adalah petugas yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI.
IV. PROSEDUR KERJA 4.1. Peralatan & bahan Peralatan bahan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI antara lain:
• wadah penyortiran dengan lubang ukuran tertentu
• wadah penampung
• aerator
• serok 4.2. Prosedur pelaksanaan
1. Lakukan pengurangan air pada wadah/bak pemeliharaan sampai dengan tinggal 1/3 bagian
2. Ambil ikan dengan menggunakan serok secara perlahan 3. Pisahkan ikan berdasarkan jenis ikan, ukuran dan jenis kelamin
ikan. Untuk memisahkan ikan ukuran benih dengan menggunakan ember yang mempunyai lubang ukuran tertentu, sedangkan untuk ikan berukuran besar dapat dilakukan dengan menggunakan serok
4. Masukkan ikan yang telah dilakukan penyortiran kedalam wadah/bak sesuai dengan ukuran dan jenis ikan yang telah diberi es untuk menurunkan suhu
5. Ikan yang sudah dipisah–pisahkan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diberi oksigen sesuai kebutuhan
6. Ikan dikemas rapi menggunakan styrofoam/ kardus/ plastik, pada bagian samping dapat diberikan es batu pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI
123
V. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan selama masa karantina sebelum ikan dikeluarkan dari IKI, harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
124
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Alamat IKI :
KEGIATAN PENANGANAN IKAN SELAMA MASA KARANTINA SEBELUM
KELUAR DARI IKI
No. Tanggal Nomor Wadah/bak
Ukuran/ Jumlah ikan
Status Kesehatan
Jumlah Ikan
Paraf petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak hasil sortir (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
125
Lampiran 15. Contoh SOP Pemusnahan
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMUSNAHAN
I. TUJUAN DAN SASARAN
Sebagai petunjuk bagi Petugas karantina /Penanggung Jawab IKI UPT
KIPM /Badan hukum/pihak ketiga untuk melakukan tindakan
pemusnahan terhadap media pembawa HPI/HPIK yang tidak memiliki
dokumen yang lengkap dan atau media pembawa yang terinfeksi HPIK
gol I dan gol II yang tidak bisa disembuhkan.
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup POS pemusnahan media pembawa HPI/HPIK di IKI
meliputi :
1. Persiapan pelaksanaan tindakan pemusnahan.
2. Prosedur dan pelaksanaan tindakan pemusnahan.
3. Berita acara pemusnahan.
III. ISTILAH DAN DEFINISI
1. Instalasi Karantina Ikan (IKI) adalah : Tempat beserta sarana
dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk
melaksanakan tindakan karantina.
2. Petugas IKI adalah Pegawai / karyawan yang bekerja di IKI
dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan.
3. Penahanan adalah tindakan menahan Media Pembawa yang akan
dimasukkan ke dalam negeri atau suatu Are di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
4. Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau menyucihamakan
Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)
dan/atau Hama dan Penyakit Ika (HPI);
126
5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan Media Pembawa
sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya;
6. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,
karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK
di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan’.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksanaan pemusnahan media pembawa HPI/HPIK dilakukan oleh
personil IKI dibawah pengawasan Petugas Karantina yang ditunjuk
melalui Surat Tugas yang ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM.
V. PROSEDUR KERJA
Untuk pemusnahan skala kecil bisa menggunakan incinerator dan
apabila skala besar pemusnahan dilakukan pada area khusus yang
jauh dari pemukiman penduduk dan telah disiapkan lubang khusus
untuk melakukan proses pembakaran. Abu sisa pembakaran
kemudian ditimbun kembali untuk menghindari tersebarnya
HPI/HPIK yang mungkin masih terbawa setelah proses tersebut.
Menyiapkan berita acara pemusnahan dengan mencatat tanggal
pemusnahan, nama perusahaan, media pembawa yang dimusnahkan,
jenis,jumlah, indikasi pemusnahan, penanggung jawab instalasi.
V. REKAM DATA
Setiap kegiatan pemusnahan wajib melakukan pencatatan pada lembar
(form) pemusnahan.
127
Lampiran . Form pemusnahan media pembawa
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
PEMUSNAHAN MEDIA PEMBAWA PADA IKI
No. Tanggal Media Pembawa Jumlah Indikasi Paraf
Petugas
Penanggung
Jawab IKI
Penanggung Jawab
……………………
Catatan:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………
128
Lampiran 16. Contoh SOP Pengelolaan Limbah
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengelolaan Limbah
I. TUJUAN & SASARAN
SOP pengelolaan limbah bagi petugas karantina dan penanggungjawab
IKI dalam melakukan kegiatan pengelolaan limbah agar dilaksanakan
secara tepat dan sesuai standar
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan Pengelolaan Limbah meliputi :
� Peralatan dan bahan penanganan limbah
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Limbah karantina ikan adalah semua jenis dan bentuk bahan
buangan pelaksanaan kegiatan tindak karantina yang meliputi
pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media
pembawa.
3.2. Limbah padat adalah semua jenis dan bentuk bahan padat yang tidak
terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan
tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan
media pembawa.
3.3. Limbah cair adalah semua jenis dan bentuk bahan buangan cair yang
tidak terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan
tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan
media pembawa.
3.4. Limbah gas adalah semua jenis dan bahan gas berbahaya yang
dikeluarkan instalasi karantina ikan sebagai hasil samping reaksi
kimia atau pembakaran dan penguapan bahan kimia. Pathogen yang
tersebar di udara tidak diklasifikasikan ke dalam limbah gas.
3.5. Pengelolaan limbah adalah upaya mengeliminasi bahan buangan
berbahaya dari instalasi karantina ikan agar limbah dapat dibuang
dengan aman ke lingkungan atau dimanfaatkan untuk tujuan lain.
3.6. Laboratorium adalah tempat termasuk fasilitas yang digunakan
untuk kegiatan pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, dan penahanan media pembawa.
3.7. Desinfektan adalah bahan kimia dan/atau organik yang memiliki
kemampuan merusak dan membunuh organisma, sehingga dapat
129
digunakan dalam proses suci hama terhadap kontaminasi
mikroorganisma.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan pengelolaan limbah adalah
petugas/penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas
kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik
IKI
V. PROSEDUR KERJA
Mekanisme pelaksanaan tindak karantina terhadap media pembawa
antara lain adalah pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan dan mungkin pemusnahan. Keseluruhan
tindakan tersebut sangat terkait dengan potensi ada serta tersebarnya
patogen infeksius yang tergolong HPIK pada media pembawa; maka
semua limbah dari kegiatan tersebut harus dikelola hingga dianggap
aman untuk dibuang ke lingkungan.
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pengelolaan limbah
laboratorium karantina ikan antara lain:
� disinfektan
� bak penampung limbah dan disinfeksi
� bak oksidasi, filtrasi dan hewan uji
� autoclave/incinerator/tempat pembakaran
� tempat sampah
� fume hood (lemari asam) dan/atau lemari asap, jika memungkinkan.
� botol BOD
� spectroquant dan/atau atomic absorption spectrohotometer (AAS)
dan/atau high precisssion liquid chromatograph (HPLC) –
(disesuaikan dengan volume dan intensitas kegiatan pengelolaan
limbah di laboratorium) jika memungkinkan.
5.2. Prosedur pelaksanaan
52.1. Pengelolaan atau Penanganan limbah padat
1. Sediakan tempat sampah di setiap ruang secara mandiri untuk
limbah padat. Ukuran/volume tempat sampah disesuaikan dengan
volume limbah padat harian dan senantiasa tertutup. Semua
personil/operator di setiap ruang harus secara disiplin membuang
limbah padat di wadah yang telah disediakan.
130
2. Limbah padat seperti kertas dan selain media pembawa sebaiknya
dibuang tiap hari dan dibakar secara sempurna.
3. Pada Instalasi Karantina Ikan untuk media pembawa ikan yang
mati saat pengangkutan atau selama dalam IKI dilaporkan kepada
petugas karantina ikan (UPT KIPM) untuk dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui penyebab kematian atau dapat dimusnahkan.
4. Ikan yang mati dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberikan
labeling yang memuat data informasi tentang shipment, spesies, no
wadah/bak/kolam/aquarium dan tanggal kematian kemudian
disimpan di dalam refrigerator/ freezer sebelum dilakukan
pemeriksaan.
5. Ikan yang mati dapat dimusnahkan menggunakan autoclave,
dikubur dalam-dalam dan diberi desinfektan, atau di incenerator.
6. Apabila incinerator tidak tersedia, pembakaran limbah padat dapat
dilakukan dalam lubang tanah sesuai prosedur pemusnahan media
pembawa dan kemasannya. Pastikan bahwa pembakaran
berlangsung sempurna hingga limbah menjadi abu.
7. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik sesuai
dengan persetujuan dari otoritas kompeten dapat digunakan
kembali atau dimusnahkan dengan melihat kondisi dari bekas
kemasan tersebut.
8. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik yang akan
digunakan kembali harus dikelola dengan cara dibasuh dengan
menggunakan sodium hipoklorit dosis 20 ppm atau direndam
dengan menggunakan Copper sulphate 0,1 ppm selama kurang lebih
1 jam atau bahan lain yang aman.
5.2.2. Pengelolaan limbah cair
1. Semua fasilitas pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, dan penahanan media pembawa harus dihubungkan
dengan instalasi pipa yang bemuara ke bak penampung limbah
(Diagram 3). Saluran terbuka tidak disarankan untuk mengalirkan
limbah. Diamater pipa tempat saluran dari setiap unit laboratorium
bermuara, minimal harus berukuran sama dengan jumlah pipa
yang bermuara dikalikan diameternya untuk menjamin tidak ada
penimbunan massa limbah dalam pipa.
2. Sebelum dibuang, semua jenis limbah cair harus didisinfeksi
dengan cara direndam selama 1 hari menggunakan khlorin pada
dosis 5 mL/L atau dapat dengan dosis yang lain sesuai waktu
pemaparan. Setiap sumber khlorin yang diperdagangkan memiliki
kadar khlorin yang berbeda karena itu dosis sumber khlorin harus
131
disesuaikan dengan kandungan khlorin yang tertera dalam
kemasan.
3. Bak penampung limbah dapat juga digunakan sebagai bak
desinfeksi karena itu dapat dilengkapi dengan disinfectan diffuser
dan agitator seperti turbo jet atau air-O2 untuk menjamin kontak
sempurna antara disinfektan dengan mikroba target. Effektifitas
diffuser di cek secara berkala dengan mengamati perkembangan
populasi patogen yang akan dimusnahkan. Satu diffuser memadai
untuk tiap ton air limbah.
4. Disinfectan diffuser dapat dibuat dari pipa pvc diameter 3 inchi
panjang 50 cm yang ditutup dikedua ujungnya. Di sepanjang pipa
di buat lima lubang kecil, begitu juga masing-masing tutup ujung
pipa dilubangi. Sebelum ditutup pipa diisi campuran pasir kering
dengan disinfektan seperti kaporit yang mengandung khlorin
dengan perbandingan 1:1. Setelah ditutup gantung diffuser di dekat
pipa pemasukan limbah ke bak disinfeksi sedemikian rupa sehingga
khlorin secara perlahan-lahan berdifusi kedalam air limbah.
5. Dari bak disinfeksi, air limbah dialirkan melalui pipa atas ke bak
oksidasi yang diaerasi menggunakan diffuser untuk memungkinkan
proses nitrifikasi terjadi dan pertumbuhan phytoplankton
berlangsung. Pada ujung akhir bak oksidasi ditempatkan rakit
fitoremediasi seluas maksimum 30 % luas bak.
6. Rakit untuk fitoremediasi dibuat dari kerangka pvc diameter 2 inch,
bagian tengah kerangka dilengkapi keranjang yang diisi arang
sebagi media tumbuh tanaman sebagai fitoremediator. Tanaman
tertentu seperti eceng gondok (Eichornia crasipes) dan spesies
Salvinia sp. tidak memerlukan media padat untuk tumbuh diatas
air dan merupakan penyerap bahan beracun seperti logam berat
yang effektif. Pandan (Pandanus sp.) merupakan fitoremediator
yang sekaligus dapat berfungsi menetralkan aroma limbah.
7. Apabila limbah tercampur dengan air laut maka fitoremediator
dalam bentuk tanaman tingkat tinggi sebaiknya dihilangkan.
Vegetasi mangrove sebetulnya fitoremediator yang efektif tapi sulit
menumbuhkannya dalam kolam.
8. Air dari bak aerasi dialirkan ke bak filter merata dipermukaan
sehingga air merembes menembus filter ke bak ikan uji karena gaya
gravitasi. Bak filter harus dilengkapi dengan pipa untuk back wash
supaya filter tidak tersumbat hingga tidak dapat berfungsi benar.
Cek fungsi filter tiap pagi hari, kalau tersumbat lakukan back wash,
kembalikan air back wash ke bak disinfeksi. Luas bak filter tidak
lebih dari 20 % luas bak oksidasi.
9. Cek oksigen terlarut, BOD, COD, alkalinitas, dan pH air yang keluar
dari bak filter tiap hari. Alirkan air dari bak filter ke bak tempat
132
pemeliharaan ikan seperti Tilapia sp. dan kerang seperti Anadonta
sp. Bandeng (Chanos chanos) dan kerang hijau (Perna viridis)
sebagaif filter feeder dapat dipelihara bila limbah tercampur air laut.
Amati kematian ikan dan kerang tiap hari dan ketahui penyebab
kematian kalau ada. Cek kandungan logam berat daging kerang
secara rutin tiap 2 minggu.
10. Air limbah yang telah dikelola dialirkan ke lingkungan bila
ikan tidak sakit dan mampu bereproduksi serta daging kerang tidak
mengandung logam berat diatas ambang yang diperbolehkan.
Pemeriksaan kandungan logam berat dan bahan karsinogen dapat
dilakukan di laboratorium yang menggunakan AAS, HPLC dan
Spectroquant atau di lapangan menggunakan kit.
11. Dalam hal instalasi tidak memiliki cukup lahan untuk
fasilitas pengolahan limbah, prosedur seperti diatas dapat
dilaksanakan menggunakan bak fiberglass yang besarnya
disesuaikan dengan kapasitas limbah dan sarana pendukung yang
tersedia.
12. Apabila disinfektan yang digunakan larutan khlorin maka
aerasi selama 6 jam sudah memadai untuk menetralkan khlor
sehingga air limbah layak untuk dibuang ke perairan umum. Tetapi
kalau larutan formalin yang digunakan untuk disinfeksi, aerasi
harus dilakukan sampai alkalinitas mencapai 50 mg CaCO3/L atau
larutan formalin tidak terdeteksi menggunakan kit antilin.
13. Selain bak penampung limbah sebaiknya juga disediakan
lubang tanah tertutup rapat untuk menampung sludge dan limbah
cair yang telah dikelola.
VI. REKAM DATA
Hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah direkam sesuai
dengan formulir. Seluruh informasi yang tertuang dalam formulir
tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan
selanjutnya.
VII. PELAPORAN
Hasil kegiatan pengelolaan limbah harus dituangkan dalam bentuk
laporan hasil pelaksanaan pengelolaan limbah yang ditandatangani
oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan
sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pengelolaan
limbah merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir
pelaksanaan kegiatan.
133
Diagram 1. Garis besar alur pengelolaan limbah
Limbah
Limbah padat
Limbah
cair
Bekas
Kemasan/Lim
bah Padat
lainnya
Ikan yang Mati
Air
Dimusnahkan
(dibakar/diincen
erator,
diautoclave,
dikubur dalam-
daalam
Disinfeksi
OksidasiFil
trasi
Sludge Timbun Kompos
T
a
n
a
m
a
n
p
e
l
i
n
d
u
n
g
Perairan
Disinfeksi
O2
O2
134
Tabel 1. Desinfektan dan Prosedur Penangan Limbah
No. Alat/ Bahan Perlakuan
Fungsi Dosis / Ukuran
Aplikasi Keterangan
1. Klorin Mendesinfeksi limbah cair
5 mL/L
Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan
20 ppm > 60 menit Sodium Hipoklorit
Mendesinfeksi limbah cair
50 ppm
> 30 menit Sodium Hipoklorit
Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan
>200 ppm
Direndam kurang lebih 1 jam
Sodium Hipoklorit
Mensterilisasi air yang akan digunakan kembali
>200 ppm
Konsentrasi 0.3 gr/L air kemudian dilakukan agutisasi minimal 10 menit dan diulang minimal selama 1 jam
Kalsium Hipoklorit
2. Oxytretacycline Mendesinfeksi peralatan, filter
10 ppm Direndam sabanyak 5-7 kali dalam sehari
3. Copper Sulfat Mendesinfeski ikan yang mati, bekas kemasan
0.1 Direndam
4. Formalin Mendesinfeksi ikan yang mati, bekas kemasan
50-100 ppm
Direndam 30-60 menit
30-50 ppm
Direndam pada air yang diaerasi selama 1 jam
50-100 ppm
Direndam pada air yang diaerasi
135
secara kuat-kuat selama 30-60 menit
5. Aldehid
Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,
0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L 0,1 mL/m3 atau 0,1 mg/L >1,5%
Rentang jam .
6. Pengoksidasi
Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,
0,02 %.
Rentang menit 0,5 – 2 jam
7. Halogen Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,
1,0-5,0%. 10-30 menit
8. Fenol Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,
0,1-5,0% 10-30 menit
9. Garam (A.K)
Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,
0,1-5,0%
10-30 menit
10. Biguanida
Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,
Rentang jam
11. Ultra violet Mendesinfeksi limbah cair
>130 mWs/cm2
Spekrum 190-280 nm
12. Pemansan Mendesifeski limbah cair
85 °C kurang lebih 30 menit
13. Incenerator Memusnahkan ikan yang mati atau bekas kemasan
14. Dikubur dalam-dalam
Memusnahkan ikan yang mati
137
Tabel 2. Beberapa bahan aktif dari golongan disinfektan yang dapat
digunakan untuk disinfeksi berbagai sarana dan prasarana
laboratorium.
Golongan Disinfektan Bahan Kimia
Aldehid Alkohol Pengoksidasi Halogen Fenol Garam (A.K) Biguanida
Formaldehid, glutaraldehid dan glioksal Etanol, propanol dan isopropanol Peroksida dan peroksigen seperti hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Berbasis iodium: larutan iodium, iodofor, povidon iodium, Gugus klor: Kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin Fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida Klorheksidin
138
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH
Waktu sampling (h/b/t) :
Tindak karantina :
Penanggung jawab :
Pelaksana :
Kegiatan Frekwensi Disarankan Hasil Keterangan*)
Limbah padat Pemisahan limbah Limbah organik Disposable item Bahan tidak terbakar
Tiap hari Tiap hari Sesuai kegiatan Sesuai kegiatan
Dibakar Incinerator Sterilisasi
Spesifikasi Pupuk Abu Dikubur
Pengolahan limbah cair Pengukuran volume limbah Penentuan disinfektan Identifikasi pathogen Periksa disinfectan diffuser Pembuangan sludge
Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan Seminggu sekali Kalau diperlukan
Kaporit Ditimbun
Efektif Nihil Berfungsi Pupuk
Analisa air limbah hasil olahan Temperatur (oC) pH Salinitas Oksigen terlarut (mg/L)
Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Sebelum ke
26-28 6,5-8,5 0 - 35 >4 > 50 < 25
Dalam kisaran Dalam kisaran Dalam kisaran
139
Alkalinitas (mg CaCO3/L) BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 Total nitrogen (mg/L)-N Total fosfor (mg/L )-P
lk Sebelum ke lk Sebelum ke lk Sebelum ke lk
< 125 10 1,0
Diatas ambang Diatas ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang
Pengoperasian, pemeliharaan Pompa Aerator Filter Penggantian fitoremediator
Tiap hari Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan
Berfungsi Berfungsi Berfungsi Kompos
Kegiatan akhir Periksa logam berat (µg/L) Periksa bahan karsinogen Periksa kematian ikan+kerang Pengaliran limbah
Sebelum ke lk Sebelum ke lk Tiap hari Limbah aman
1,0-8,0
Bawah ambang TTD Nil
Limbah gas Periksa fungsi fume hood Periksa fungsi lemari asam Periksa fungsi incinerator
Tiap hari Tiap hari Tiap hari
Berfungsi Berfungsi Berfungsi
140
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
No.
Hari&Tanggal
No.
Bak/Kolam
Jenis Kegiatan
Jumlah
Petugas
Paraf
Petugas
Keterangan*)
1. Sabtu,07/02/14 Kolam
limbah L1
Desinfeksi menggunakan
Clorin dengan
konsentrasi 5 mg/L pada
bak penampungan
limbah
1 orang Direndam
selama 1 hari
2 Minggu,
08/02/14
Kolam
Limbah L1
Aerasi limbah secara
kuat
1 orang 6 jam
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
....................................................
141
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN/ PENANGANAN IKAN MATI
No.
Hari&Tanggal
Jenis Kegiatan
Jumlah
Petugas
Paraf Petugas
Keterangan*)
1. Senin, 04/03/13 pemusnahan ikan
mati
1 orang
2. 4 orang
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
142
KOP SURAT
PENANGANAN BEKAS KEMASAN
No.
Hari &
Tanggal
Jenis Kegiatan Metode
Jumlah
Petugas
Paraf Petugas Keterangan*)
1. Senin,
04/03/13
Desinfeksi
Stereoform
Chlorin dibasuh
dengan klorin 5
ppm
1 orang 20 pcs
2. Senin,
04/03/13
Pemusnahan plastic
bekas kemasan
Dibakar secara
sempurna
kemudian abu
dikubur dalam-
dalam
4 orang 40 psc
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
143
KOP SURAT
PENGAMATA KUALITAS AIR PADA BAK PENGELOLAAN LIMBAH
No Hari &
Tanggal
No.
Bak Limbah
Parameter
Paraf
Petugas
Temperatur
(oC)
pH
Salinitas Oksigen terlarut
(mg/L)
Alkalinitas (mg
CaCO3/L)
BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 Total nitrogen
(mg/L)-N
1. Senin,
04/03/1
3
L1
144
Lampiran 17. Jenis dan Daftar Obat Ikan sesuai dengan Klasifikasinya LAMPIRAN : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.20/MEN/2003 Tentang Klasifikasi Obat Ikan JENIS DAN DAFTAR OBAT IKAN SESUAI DENGAN KLASIFIKASINYA
I. JENIS-JENIS OBAT KERAS A. Antibiotika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya : 1. Albucid, sodium; 2. Ampicillin, sodium; 3. Ampicillin Thrihydrate; 4. Aureomycin; 5. Bacitracin; 6. Carbenicilin disodium; 7. Cephaloridine; 8. Chlortetracycline; 9. Cloxacillin, sodium; 10. Colistin Sulfate; 11. Cycloserine; 12. Doxycline Hyclate; 13. Emtrysidina; 14. Enrofloxacin; 15. Erythromycin; 16. Fosfomicina; 17. Furpyridinol; 18. Gentamycin sulfate; 19. Griseofulvin; 20. Kanamycin; 21. Lincomycin; 22. Methacillin sodium; 23. Neomycin; 24. Novobiocin; 25. Oleandomycin; 26. Oxolinic Acid (Quinolon); 27. Paromomycin; 28. Penicilin, Potasium; 29. Polymyxin B, Sulfate. B. Sulfonamida tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya : 1. Albucid, sodium; 2. Sulfadiazine; 3. Sulfadimethoxine Sodium; 4. Sulfamethazine, Sodium; 5. Sulfamonomethxine; 6. Sulfanilamide; 7. Sulfisoxazole; 8. Trimethoprim. C. Obat-obat anti bakteri yang lain tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya 1. Acriflavine (hydrochloride dan neutral); 2. Basic Bright Green, Oxalate; 3. Benzentonium chlorida;
145
4. Cloxacillin, Sodium; 5. Merthiolate; 6. Nifurpyrinol; 7. Nifurprazine HCL. D. Obat-obat antelmintika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: - Antimony Potassium tartrate. E. Obat-obat anti protozoa tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya : - Acetarsone. F. Obat-obat anesthesi tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: 1. Ether; 2. MS-22 (tricaine methanesulfonate); 3. Propoxate; 4. Quinaldine sulfate. G. Vaksin : 1. Vaksin Aeromonas; 2. Vaksin Vibrio. H. Imunostimulan (Sediaan Biologi) : 1. LPS; 2. Glucan I. Hormon: 17 – Methyl II. JENIS-JENIS OBAT BEBAS TERBATAS A. Desinfektan : 1. Acriflavine; 2. Benzalkonium chloride; 3. Boric acid; 4. Calcium hypochlorite (kaporit); 5. Chloramine - B; 6. Copper sulfate; 7. Formalin (37-40%); 8. Iodophors; 9. Paraformaldehyde; 10. Phenoxethol; 11. Silvol; 12. Sodium hypochloride; 13. Sodium Peroxide Pyrophosphate; 14. Sodium Thiosulfate. B. Antiseptik: 1. Betanaphthol; 2. Chloramine - T; 3. Potassium permanganate (PK, KMn04). D. Antibakteri :
146
1. Atabrine, hyrochloride; 2. Basic Bright Green, oxalate; 3. Malachite Green, zinc free oxalate. E. Antelmentika: 1. Niclosamide; 2. Picric Acid. F. Feed Additive (imbuhan pakan ikan/udang) : 1. Avilamisina; 2. Avoparsina; 3. Bacitracin zink; 4. Enramisina; 5. Flavomisina; 6. Hygromycin B; 7. Kitasamycin; 8. Kolistin sulfat feed grade; 9. Lasalosid; 10. Linkomisina hidroklorida; 11. Maduramisina; 12. Monensin (natrium) 13. Narasina; 14. Nistatina; 15. Salinomycin (natrium); 16. Spiramycin (base, embonat); 17. Tiamulin hidrogen fumarat; 18. Tilocyn; 19. Virginiamycin; 20. Aklomide; 21. Amrolium; 22. Butynorate; 23. Clopidol; 24. Decoquinate; 25. Ethopabate; 26. Halquinaol; 27. Olakuinol; 28. Sulfanitran. III. JENIS-JENIS OBAT BEBAS A. Desinfektan dan Antiseptik : 1. Calcium chloride; 2. Calcium Nitrate; 3. Lysol; 4. Rivanol; 5. Hydrogen Peroxida (H202) dengan konsentrasi kurang dari 3%. B. Antiprotozoa : 1. Calcium Carbonate (Ca C03); 2. Sodium Chloride (Na Cljgaram dapur). C. Antelmintika : - Garlic. IV. ZAT AKTIF YANG DILARANG BEREDAR DAN DIPERGUNAKAN SEBAGAI OBAT IKAN 1. Nitrofuran, termasuk Furazolidone dan derivat-derivatnya;
147
2. Ronidozol; 3. Dapson; 4. Chloramphenicol, termasuk derivat-derivatnya dan garam-garamnya; 5. Cholichicin; 6. Chlorpromazone; 7. Trichlorfon; 8. Dimetildazole; 9. Metronidazole; 10. Aristolochia spp.
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. NARMOKO PRASMADJI