skenario perencanan dan pengelolaan sub das sei …...keywords: scenario, planning and management,...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI TANDUK
PADA HUTAN ADAT MASYARAKAT DESA RUMBIO MENGGUNAKAN
SOIL & WATER ASSESMENT TOOL (SWAT)
1Nurdin,
2Joleha,
3Bochari,
4Imam Suprayogi
1,2Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik ,
Universitas Riau,Pekanbaru 28293
E-mail : [email protected]
Abstrak : Tujuan utama penelitian adalah menetapkan rekomendasi kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dengan melakukan penanaman pohon
Kehutanan berbasis partisipasi masyarakat di Hutan Adat Desa Rumbio Kabupaten
Kampar. Metode pendekatan untuk penelitian menggunakan Model SWAT dengan
input data model ArcSWAT sepert peta digital rupa bumi Indonesia Skala 1:25.000,
peta geologi Sumatera Skala 1: 250.000, data hujan bersumber dari alat ukur curah
hujan manual Ombrometer dari tahun 2013 – 2017, data tinggi muka air (TMA)
harian yang diambil dari alat pengukur digital yang ditransfer melalui Personal
Digital Assistant (PDA) sebagai dasar menyusun stage hydrograph, data debit
menggunakan persamaan rating curve, alat ukur curah hujan manual ombrometer dari
tahun 2013 – 2017 dan Citra Google Earth Sub DAS Sei Tanduk. Hasil utama dari
penelitian ini membuktikan bahwa pengelolaan Sub DAS Sei Tanduk di Hutan Adat
Desa Rumbio menggunakan pendekatan model SWAT dengan melakukan penanaman
pohon Kehutanan dengan melibatkan peran serta masyarakat dengan menggunakan
pola lahan kering dengan sistem pola terbaik pertanian untuk digunakan sebagai
Agroforestry untuk mengurangi laju sedimentasi dalam waktu dua tahun dari 2014
menjadi 2016 oleh 47,80 ha/tahun melalui kegiatan program rehabilitasi hutan tanah
(RHL), Kementerian lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia
Kata kunci : skenario, perencanaan dan pengelolaan, hutan adat masyarakat, model
SWAT, pola agroforestry
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
SCENARIO MANAGEMENT OF SUB WATERSHED SEI TANDUK ON INDIGENOUS FOREST RUMBIO VILLAGE USING
SOIL & WATER ASSESMENT TOOL (SWAT)
1Nurdin,
2Joleha,
3Bochari,
4Imam Suprayogi
1,2,3,4 Department of Civil Engineering,
Faculty of Enginering,
University of Riau,Pekanbaru 28293
E-mail : [email protected]
Abstract
The main objective of the research is to establish a recommendation for forest and
land rehabilitation activities (RHL) by planting forestry tree-based community
participation in Rumbio Village indigenous Forest Kampar District. Method of
approach for research using SWAT Model with data input model ArcSWAT such as
digital map of Earth Indonesia scale 1:25,000, geological map of Sumatra scale
1:250,000, data of rain sourced from manual rainfall measuring instruments
Ombrometer from the year 2013 – 2017, daily water level (TMA) data extracted from
digital measuring instruments transferred through the Personal Digital Assistant
(PDA) as the basis for the stage of the hydrograph, the discharge data using the rating
curve equation, manual rainfall measuring equipment Ombrometer from the years
2013 – 2017 and the image of Google Earth Sub watershed Rumbio. The main
results of the research proved that the management of Sub watershed Sei Tanduk in
the indigenous forest of Rumbio village use SWAT Model approach by conducting
forestry tree planting based on community participation using the best pattern system
dry land agriculture to be used as an agroforestry to reduce sedimentation rate within
two years from 2014 to 2016 by 47.80 ha/year through the activities of Land Forest
Rehabilitation Program (RHL) by Watershed and Protection Forest Management
Agency (BP-DASHL) Indragiri Rokan, Ministry of Environment and Forestry
(KLHK) of the Republic of Indonesia
Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT
model, agroforestry pattern
1.LATAR BELAKANG
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan
DAS dan Perhutanan Sosial
Departemen Kehutanan Republik
Indonesia melalui Balai Pengelolan –
Daerah Aliran Sungai (BP-DAS)
Indragiri Rokan telah melakukan
Kegiatan Proyek Perencanaan dan
Evaluasi Pengelolaan DAS Indragiri
Rokan pada Tahun Anggaran 2003
dengan melakukan penyusunan Master
Plan Model DAS Mikro Desa Rumbio
Kecamatan Kampar yang rekomendasi
hasilnya menetapkan Sei Tanduk
memperoleh pemeringkat tertinggi
sebagai Model DAS Mikro terpilih
berdasarkan kriteria penilaian
berdasarkan kriteria biofisik yaitu
geologinya tidak karts, luas kurang
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
dari 1000 ha, terdapat lahan kritis,
terdapat lahan pertanian, hutan adat
dan pemukiman serta relatip mudah
dijangkau dan terletak dalam satu
wilayah kabupaten) dan kriteria sosial
ekonomi yaitu ketergantungan
terhadap lahan, dukungan masyarakat
dan dukungan pemerintah kabupaten /
kota, kecamatan dan desa dengan
bobot sebesar 0.832 diikuti Sei Silam
dan Sei Semaung berturut-turut 0.748
dan 0.581 (Laporan Akhir Master Plan
Model DAS Mikro, 2003).
Masih bersumber dari Laporan
Monitoring dan Evaluasi Tata Air,
Penggunaan Lahan dan Sosial
Ekonomi DAS Sei Tanduk tahun 2016
bahwa data sebaran lahan kritis
seluas 226.2 ha dari total luas 680 ha
(33.26 %) dalam kondisi kritis. Jika
merujuk pada kriteria Peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia
nomor P.61 /Menhut II/ 2014
persentase lahan kritis di DAS Mikro
Sei Tanduk sebesar 33.26 % termasuk
dalam kategori sangat tinggi
Masih merujuk dari Laporan
Monitoring dan Evaluasi Tata Air,
Penggunaan Lahan dan Sosial
Ekonomi DAS Sei Tanduk tahun 2016
di atas, berarti kondisi lahan harus
menjadi perhatian serius bagi semua
pihak perlu bertindak dalam upaya
menurunkan laju kekritisan lahan agar
tidak bertambah luas dengan
melakukan kegiatan implementasi
model SWAT pada DAS Mikro
terpilih Sei Tanduk Desa Rumbio
Kabupaten Kampar dengan output
berupa debit bulanan dan limpasan
selanjutnya digunakan untuk mengkaji
kondisi regim aliran (KRA) sedangkan
limpasan permukaan digunakan untuk
mengkaji wilayah yang memberikan
limpasan yang paling besar
dalamupaya pengelolaan DAS Mikro
Sei Tanduk Desa Rumbio agar lestari
dan berkelanjutan melalui penguatan
sektor program RHL tanaman
Kehutanan.
Selanjutnya dengan merujuk amanah
Peraturan Direktorat Jenderal Bina
Pengelolaan DAS dan Perhutanan
Sosial No P.2/V.SET/2015 tentang
Petunjuk Teknis Pemanfaatan Model
Hidrologi Dalam Pengelolan DAS
menyatakan Asosiasi Dunia
Konservasi Tanah dan Air atau World
Association Soil and Water
Conservation (WASWC) telah
merekomendasikan kepada negara-
negara anggotanya untuk dapat
memanfaatkan dan mengembangkan
SWAT dalam konservasi tanah dan air.
Model SWAT memungkinkan simulasi
sejumlah proses fisik yang berbeda
pada suatu DAS. SWAT sebagai salah
satu model hidrologi merupakan model
terdistribusi yang terhubung dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
mengintegrasikan Sistem Pengambilan
Keputusan Spasial (Spatial DSS-
Decision Support System) sehingga
model SWAT berdaya guna tinggi.
Tujuan utama penelitian adalah
menetapkan rekomendasi kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
dengan melakukan penanaman pohon
Kehutanan berbasis partisipasi
masyarakat di Hutan Adat Desa
Rumbio Kabupaten Kampar
2.METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada Sub DAS Sei
Tanduk secara administratip berada di
Desa Rumbio dan Desa Pulau Sarak,
Kecamatan Kampar, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Secara
astronomi terletak antara 0º 17’ 51”
LU – 0º 19’ 57” LU dan 101º 6’ 43”
BT - 101º 8’ 36” BT dengan luas
daerah tangkapan air (watershed)
seluas 680 ha. Diskripsi peta
administrasi DAS Mikro Sei Tanduk
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
Desa Rumbio, Kecamatan Kampar,
Kabupaten Kampar disajikan seperti
dalam Gambar 1 di bawah ini.
Sumber : Badan Informasi Geospasial
Gambar 1 Peta Administrasi Sub DAS
Sei Tanduk
Bahan dan Alat
Bahan yang dibutuhkan dalam
kegiatan ini digunakan untuk persiapan
pengambilan sampel dan kegiatan
lapangan guna mendukungkebutuhan
data dalam proses input data model
ArcSWAT. Bahan-bahan yang
digunakan adalah Peta Digital Rupa
Bumi Indonesia Skala 1:25.000, Peta
Geologi Sumatera Skala 1: 250.000,
Data Hujan bersumber dari alat ukur
curah hujan manual Ombrometer dari
tahun 2013 – 2017, Data Tinggi Muka
Air (TMA) harian yang diambil dari
alat pengukur digital yang ditransfer
melalui Personal Digital Assistant
(PDA) ataupun melalui notebook
sebagai dasar menyusun stage
hydrograph dan Data Debit
bersumber dari hasil pengukuran
(observed) luas penampang basah
saluran dalam m2dikalikan dengan
kecepatan aliran menggunakan
pelampung dalam m/dt sebagai dasar
penyusunanpersamaan Liku Kalibrasi
atau Rating Curve yang
mendiskripsikan pola hubungan antara
data runtun waktu tinggi muka air
terhadap nilai debit harian
menggunakan pendekatan persamaan
Power, Alat ukur curah hujan manual
ombrometer dari tahun 2013 – 2017
dan Citra Google Earth Sub DAS
Mikro Rumbio. Sedangkan peralatan
yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:Global Positioning System
(GPS), Sekop, Pita ukur, Ring
Permeabilitas, Soil Test Kit, Munssel
Soil Chart, Bor Tanah, Plastik
Pembungkus, Spidol marker, Kamera,
Seperangkat Komputer, Software
ArcGIS 10.1,Software ArcSWAT
2012, Microsoft’s Acces, Microsoft
dan Notepad.
Metode pendekatan yang digunakan
untuk kebutuhan analisis tata air
menggunakan model hidrologi SWAT
yang merupakan model kontinyu untuk
skala DAS Mikro yang beroperasi
secara harian
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data penelitian ini bersumber dari
penelitian yang dilkakuan sebelumnya
maupun data-data yang diperoleh dari
instansi terkait diolah dengan beberapa
pengelompokan dan tahapan.
Data Biofisik
Data biofisik ini dikelompokkan dalam
2 kelompok yakni, data penggunaan
lahan yang diolah menggunakan
perangkat SIG dan tata air yang diolah
dengan perangkat ArcSWAT dan
SWAT-CUP yang terintegrasi pada
perangkat SIG.
Data penggunaan lahan dengan
langkah-langkah;
1. Melakukan survei lapangan
pengambilan titik koordinat
sampel tutupan lahan dengan
menggunakan GPS.
2. Melakukan perubahan sistem
koordinat ke dalam proyeksi
UTM datum WGS 84 zone 47
terhadap Petapenggunaan
lahan tahun 2014 dan 2016,
yang bersumber dari BP-
DASHL Indragiri Rokan.
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
3. Peta administrasi Kabupaten
Kampar dilakukan
transformasi koordinat
kedalam proyeksi UTM datum
WGS 84 zone 47 dengan
menggunakan perangkat GIS,
selanjutnya mendigitasi Peta
administrasi tersebut seluas
DAS Mikro Desa Rumbio
dengan cara overlay terhadap
Peta penggunaan tahun 2014
dan 2016
Data tata air dengan uraian kegiatan;
1. Untuk keperluan model SWAT
Peta kelas lereng, jenis tanah,
sungai RBIdan citra RSTM
sistem koordinatnya dirubah
menjadi proyeksi UTM datum
WGS 84 zone 47.
2. Menggabungkan data citra
STRM
scaneASTGTM2_N00E100 dan
ASTGM
_S01E100 dari data yang
sudah di download
menggunakan perangkat GIS
dan disimpan dengan nama
yang mudah diingat.
3. Pengisian data atribut tanah ke
dalam file SOL pada database
SWAT dalam dua jenis bagian
sifat fisik dan kimia tanah,
masukan untuk jenis tanah
terdiri dari nama tanah
(SNAM), jumlah horizon
(Nlayer), group hidrologi tanah
(HYDGRP), kedalaman efektif
(SOL_ZMX) dan tekstrur
semua lapisan tanah.
4. Pengisian masukan data untuk
masing-masing horison
meliputi ketebalan horison
dalam mm (SOL_Z), bulk
density dalam g/cm²
(SOL_BD), kapasitas menahan
air dalam mm H2O/mm tanah
(SOL_AWC), kandungan liat,
pasir dan debu (% bobot tanah),
kandungan bahan organik dan
fraksi batuan (% berat batuan),
Saturated Hidroulic
Conductivity dalam mm/jam
(SOL_K), nilai erodibilitas
tanah menurut USLE.
5. Memasukkan data iklim ke
dalam database SWAT yeng
terdiri dari temperatur udara
minimum dan maksimum
harian (C), curah hujan harian
(mm), kecepatan angin harian
(m/dt), kelembaban udara
harian (fraksi) radiasi sinar
matahariharian (MJ/m²), untuk
membentuk weathergenerator
yang disimpan dalam file untuk
TMP, PCP, WIND, RH dan
SOLAR yang berisikan ID,
NAME, LATITUDE,
LONGITUDE dan
ELEVATION, sedangkan file
T, P, W, R adalah data iklim
harian tahun 2012 – 2017.
6. Untuk menjalankan model
SWAT yang pertama
dilakukan adalah pembuatan
project ArcSWAT.
7. Dalam model SWAT deliniasi
batas DAS dilakukan sendiri
oleh program atau disebut
Watershed Delineator, dengan
mengoverlay titik SPAS, Peta
sungai RBI dan Peta DEM
sebagai variabel pembentuk
Watershed tersebut setelah
terlebih dahulu terbentuk
project Arc SWAT.
8. Melakukan pembentukan
Hidrological Respone Unit
(HRU) dengan mendefinisikan
data set tutupan lahan, jenis
tanah, kelas lereng dan
klasifikasi berdasarkan atribut
tutupan lahan , jenis tanah,
kelas lereng dan overlay
dataset tutupan lahan, jenis
tanah dan kelas lereng.
Metode pendekatan yang digunakan
untuk kebutuhan analisis tata air
menggunakan model hidrologi SWAT
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
yang merupakan model kontinyu untuk
skala DAS yang beroperasi secara
harian dalam penelitian ini digunakan
untuk memprediksi dampak
pengelolaan terhadap air, dan sedimen
dengan langkah-langkah
1. Running ArcSWAT
Yang perlu diatur dalam
menjalankan Running ArcSWAT
adalah Starting Date atau Editing
Date dalam format tanggal / bulan
/ tahun, Rainfall distribution jika
data iklim yang akan digunakan
adalah keluaran dari Weather
Generator Data, pemilihan Print
out Setting dengan pilihan Daily
dengan mengisi kolom NYSKIP
dengan angka 2 yang artinya data
yang digunakan adalah 2 tahun
data sebagai warmingup model
dan unchek list pilihan Limit HRU
Output, pada Setup SWAT Run
akan memperlihatkan jendela
Finished SWAT Setup dan OK
untuk menjalankan simulasi.
2. Output Simulasi
Untuk menjalankan output
simulasi pada SWAT Simulation
pilih Read SWAT Output yang
mempunyai checklistoutput.rch,
output.sub, danoutput.hru yang
masing-masing check list ini
menunjukkan level dari output
hasil simulasi. Output.rch hasil
simulasi pada level sungai (reach),
output.subhasil simulasi pada level
sub basin dan output.hru hasil
simulasi pada level HRU, semua
file ini tersimpan dalam folder
TxtinOut di foldel Scenario. Inport
File to Database adalah untuk
memunculkan jendela Mirosoft
Acces berisikan file hasil simulasi
di checklist dan dengan
memberikan nama file pada kotak
Save SWAT Simulation secara
otomatis akan tersimpan saat
menjalankan perintah Save
Simulation.
3. Kalibrasi dan Validasi
Dalam model SWAT Kalibrasi
merupakan pengujian model agar
dapat menggambarkan keadaan
yang sebenarnya, sedangkan
validasi adalah perbandingan
secara visual antara kurva debit
hasil simulasi dengan kurva hasil
pengukuran stasiun pengamatan.
Prosedur kalibrasi menggunakan
uji parameter statistik koefisien
NashSutcliffe ( NS ), dan koefisien
determinasi (R²).
Nash Sutcliffe ( NS ) dihitung
dengan persamaan;
i misi
i misi
QQNS
2
2
1
Dimana, siQ adalah variabel
pengamatan (debit actual), miQ
adalah variabel hasil simulasi
(debit hasil model), Q adalah
variabel rata-rata (rata-rata debit
terukur) . Koefisien NashSutcliff (
NS ) terdiri atas 3 kelas yaitu: 1)
Sangat baik, jika 0,75< NS ≤ 1,00;
2) Baik, jika 0,65 <NS≤0,75; 3)
Memuaskan, jika 0,50 < NS<0,65,
dan 4) Kurang memuaskan jika,
NS< 0,50
Koefisien determinasi (R²) atau
persamaan linier dihitung dengan;
2
22
2
ssimmi
i sisimmi
QQQQ
QQQQR
Dimana, miQ adalah variabel
pengamatan (debit aktual) yang
terukur (mm), mQ adalah variabel
rata-rata pengamatan (debit aktual
rata-rata) yang terukur (mm), siQ
adalah vaariabel perhitungan
model (debit hasil simulasi) (mm),
adalah rata-rata perhitungan
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
model (debit hasil simulasi) (mm),
dengan nilai R² antara 0 – 1
4. Karateristik Hidrologi
menggunakan Model SWAT
Analisis dampak penggunaan
lahan terhadap karakteristik
hidrologi menggunakan model
SWAT ini yang meliputi :
a. Hasil air (Water Yield) dihitung
dengan menggunakan persamaan ;
pondtlossQQQWyld gwlatsurf
Dimana, Wyld adalah total air
jumlah air yang masuk ke
sungai utama/waduk selama
periode simulasi (mm), surftQ
adalah aliran permukaan pada
hari ke-i (mm), latQ adalah
jumlah aliran lateral yang
masuk ke sungai utama pada
hari ke-i (mm), gwQ adalah
aliran bawah permukaan atau
base-flow pada hari ke-i (mm),
tloss adalah air yang hilang
dari sungai karena adanya
pengaliran permukaan (mm),
pond adalah air yang hilang
melalui kolam-kolam
penampungan air
(embung/mm).
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
Model SWAT secara umum membagi
dua proses hidrologi yang terjadi di
dalam DAS menjadi dua.Proses
pertama adalah proses yang terjadi
pada lahan dimana air disimulasikan
tertransport ke dalam saluran bersama
sedimen dan kimia tanah.Proses kedua
merupakan simulasi proses transport
air, sedimen dan kimia tanah dalam
saluran (Cibin, 2012).
Langkah pertama bertujuan untuk
mengetahui karakteristik hidrologi di
Sub DAS Sei Tanduk menggunakan
Model SWAT maka melakukan
tahapan proses yang terjadi pada lahan
dimana air disimulasikan tertransport
ke dalam saluran bersama sedimen
dan kimia tanah dengan menggunakan
input data Tahun 2014 dan Tahun 2016
menggunakan Program Bantu SWAT
yang hasil selengkapnya disajikan
seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3
di bawah ini
Gambar 1. Diskripsi Hasil Analisis
Hidrologi Untuk Untuk
Penggunaan Lahan Tahun 2014
Sumber : Hasil Running Model SWAT
Gambar 2 Diskripsi Hasil Analisis
Hidrologi Untuk
Penggunaan Lahan Tahun 2016
Sumber : Hasil Running Model SWAT
Selanjutnya dengan merujuk diskripsi
hasil analisis hidrologi berdasarkan
penggunaan lahan untukTahun 2014
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
dan Tahun 2016 menggunakan
program bantu SWAT yang disajikan
seperti pada Gambar 4.11 dan Gambar
4.12 di atas, maka akan diperoleh nilai
aliran permukaan (Q surf), aliran
lateral (Q lat), aliran dasar (Q base),
nilai hasil air (Q water yield) serta nilai
evapotranspirasi (ET) di DAS Mikro
Sei Tanduk berturut – turut disajikan
seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis
Hidrologi untuk penggunaan lahan
tahun 2014
Sumber : Hasil Running Program
Model SWAT
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Analisis
Hidrologi untuk Penggunaan Lahan
tahun 2016
Sumber : Hasil Running Program
Model SWAT
Sedimentasi
Sedimentasi adalah jumlah material
tanah berupa kadar lumpur dalam air
oleh aliran air sungai yang berasal dari
hasil proses erosi di hulu, yang
diendapkan pada suatu tempat di hilir
dimana kecepatan pengendapan butir-
butir material suspense telah lebih
kecil dari kecepatan angkutannya.
Dari proses sedimentasi, hanya
sebagian material aliran sedimen di
sungai yang diangkut keluar dari
DAS, sedang yang lain mengendap di
lokasi tertentu di sungai selama
menempuh perjalanannya (Permenhut
RI No.61/Menhut II/2014).
Masih merujuk Permenhut RI
No.61/Menhut II/2014 bahwa
indikator terjadinya sedimentasi dapat
dilihat dari besarnya kadar lumpur
dalam air yang terangkut oleh aliran
air sungai, atau banyaknya endapan
sedimen pada badan-badan air dan
atau waduk. Makin besar kadar
sedimen yang terbawa oleh aliran
berarti makin tidak sehat kondisi
DAS. Selanjutnya hasil sedimentasi di
Sub DAS Tanduk menggunakan
Model SWAT untuk penggunaan
lahan tahun 2014 dan tahun 2016
disajikan seperti pada Gambar 2 dan
Gambar 3 di bawah ini
Gambar 2. Diskripsi Hasil Analisis
Sedimentasi Untuk
Penggunaan Lahan Tahun 2014
Sumber : Hasil Running Model SWAT
MON RAIN SURF Q LAT Q WATER YIELD ET SED YIELD PET
(MM) (MM) (MM) (MM) (MM) (T/HA) (MM)
1 186.58 68.69 2.41 75.16 111.24 3.67 179.20
2 60.24 5.42 0.70 7.51 89.79 0.02 110.71
3 206.55 96.22 2.21 98.93 67.38 0.41 131.06
4 138.47 36.62 1.95 45.51 84.58 0.23 153.13
5 203.40 81.30 2.61 90.21 87.84 1.56 159.13
6 116.47 51.76 1.57 58.67 79.56 2.86 222.43
7 104.10 29.79 0.98 33.36 73.40 2.75 216.11
8 114.30 38.49 1.03 40.50 74.06 4.86 211.15
9 148.10 57.90 1.26 60.39 70.41 7.62 173.17
10 221.92 91.39 2.62 98.23 103.76 9.46 205.83
11 308.45 127.33 4.52 138.86 122.21 15.76 174.24
12 175.02 76.61 2.54 89.38 91.69 8.62 210.99
Jumlah 1983.60 761.52 24.40 836.71 1055.92 57.82 2147.15
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
Gambar 3. Diskripsi Hasil Analisis
Sedimentasi Untuk
Penggunaan Lahan Tahun 2014
Sumber : Hasil Running Model SWAT
Bersumber dari Gambar 2 dan Gambar
3 berdasarkan hasil running model
SWAT menyatakan bahwa nilai yield
sediment untuk penggunaaan lahan
tahun 2014 dan tahun 2016 di Sub
DAS Sei Tanduk berturut-turut adalah
51.94 ton/ha dan 57.82 ton/ha .
Merujuk Gambar 2 dan Gambar 3 di
atas, terkait penggunaan lahan untuk
tahun 2014 dan tahun 2016 di Sub
DAS Sei Tanduk terjadi
kecenderungan peningkatan kapasitas
sedimen dari 51.94 ton/ha dan 57.82
ton/ha atau selama kurun waktu dua
tahun terjadi peningkatan kapasitas
sedimen sebesar 5.88 ton/ha.
Meningkatnya kadar sedimen yang
terbawa oleh aliran berarti
mengindikasikan bahwa makin tidak
sehat kondisi Sub DAS Sei Tanduk
sehingga perlu dilakukan upaya
untuk memperbaiki Sub DAS Sei
Tanduk agar keberlangsungan fungsi
DAS bisa berkelanjutan
Simulasi Skenario
Skenario yang dilakukan dalam
upaya untuk memperbaiki Sub DAS
Mikro Sei Tanduk dan HRU yang
terdegradasi adalah menyusun
skenario untuk simulasi Model SWAT
yang disusun seperti pada Tabel 3
sebagai berikut :
Tabel 3. Skenario Pola Penggunaan
Lahan untuk Simulasi Model SWAT
Skenario Pola Penggunaan Lahan
I Perkebunan dijadikan
agroforestry dan
Pemukiman dijadikan
agroforestry
II Pertanian lahan kering
dijadikan agroforestry
III Perkebunan dijadikan
agroforestry,
Pemukiman dijadikan
agroforestry dan
Pertanian lahan kering
dijadikan agroforestry
Selanjutnya hasil sedimentasi di Sub
DAS Tanduk menggunakan Model
SWAT untuk Skenario I, Skenario II
dan Skenario III disajikan seperti pada
Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6
di bawah ini
Gambar 4. Hasil sedimentasi di Sub
DAS Tandukuntuk Skenario I
Sumber : hasil running Model SWAT
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
Gambar 5. Hasil sedimentasi di Sub
DAS Tanduk
untuk Skenario II
Sumber : hasil running Model SWAT
Gambar 6. Hasil sedimentasi di Sub
DAS Sei Tanduk untuk Skenario III
Sumber : hasil running Model SWAT
Masih merujuk Permenhut RI
No.61/Menhut II/2014 bahwa
indikator terjadinya sedimentasi dapat
dilihat dari besarnya kadar lumpur
dalam air yang terangkut oleh aliran
air sungai, atau banyaknya endapan
sedimen pada badan-badan air dan
atau waduk. Makin besar kadar
sedimen yang terbawa oleh aliran
berarti mengindikasikan makin tidak
sehat kondisi DAS. Besaran
sedimentasi untuk berbagai Skenario
di Sub DAS Sei Tanduk disajikan
seperti pada Gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Rekapitulasi Nilai
Sedimentasi Untuk Skenario I, II
dan III di Sub DAS Sei Tanduk
4.KESIMPULAN
Merujuk dari hasil analisis di atas,
maka beberapa kesimpulan penelitian
adalah sebagai
1. Nilai sumbangan Sedimen di
DAS Mikro Sei Tanduk terurut
dari yang terkecil sampai ke
terbesar adalah Skenario II
yang disusul diikuti Skenario
III, Skenario I dan kondisi
Eksisting. Indikator kapasitas
angkut sedimen terkecil adalah
mendiskripsikan penilaian
sehatnya suatu DAS sehingga
skenario II terpilih menjadi
skenario terbaik untuk
penangan Sub DAS Sei Tanduk
2. Perencanaan dan pengelolaan
Sub DAS Sei Tanduk yang
terbaik menggunakan program
bantu Model SWAT dalam
upaya Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RHL) dengan
melakukan penanaman pohon
Kehutanan berbasis partisipasi
masyarakat dengan cara
melakukan pertanian lahan
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
kering untuk dijadikan
agroforestry
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada BP-DASHL Indragiri Rokan
yang telah memberikan informasi dan
data–data guna mendukung penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, J. G., Kiniry, J, R.,
Srinivasan, R., Williams, J,
R., Haney, E, R., and
Neitsch, S, L., 2012. Soil and
Water Assessment Tool
Input/Output Documentation.
Texas: Texas Water
Resources Institute.
Balai Pengelolaan DAS Indragiri
Rokan, 2003, Master Plan
Model Daerah Aliran Sungai
Mikro Desa Rumbio
Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar Sub DAS
Tanduk Kampar, Proyek
Perencanaan dan Evaluasi
Pengelolaan DAS Indragiri
Rokan Tahun Anggaran 2003
Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial
Departemen Kehutanan
Republik Indonesia
…………Laporan Monitoring dan
Evaluasi Tata Air
Penggunaan Lahan dan Sosial
Ekonomi Sub-Sub DAS Sei
Tanduk Tahun 2013, Balai
Pengelolaan DAS Indragiri
Rokan
…………Laporan Monitoring dan
Evaluasi Tata Air
Penggunaan Lahan dan Sosial
Ekonomi Sub-Sub DAS Sei
Tanduk Tahun 2014, Balai
Pengelolaan DAS Indragiri
Rokan
…………Laporan Monitoring dan
Evaluasi Tata Air
Penggunaan Lahan dan Sosial
Ekonomi Sub-Sub DAS Sei
TandukTahun 2016, Balai
Pengelolaan DAS Indragiri
Rokan
Hernandez, M., Miller, S. N.,
Goodrich, D, C., Goff, B, F.,
Kepner, W, G., Edmonds, C,
M., Jones, K, B., 2000.
Modeling Runoff Response
Land Cover and Rainfall
Spatial Variability in Semi
Arid Watershed,
Environmental Monitoring
and Assessment, 64, 285-298 Lin, B., Chen, X., Yao, H., Chen, Y., Liu,
M., Gao, L., and James, A.,
2015. Analysis of land use
change impacts on the
catchment run off using
different time indicators based
on the SWAT model
,Ecological Indicator. 58, 55-63
Mumma, M., Assani, A. A., Landry,
R., Quessy, J., Mesfioui, M.,
2001. Effect of the change
from forest to agriculture land
use on the spatial variability
of summer extreme daily
flow characteristics in
Southern Quebec (Canada),
Journal of Hydrology. 407 (1-
4), 153-163
Neitsch, S. L., Arnold, J. G., Kiniry, J,
R., Williams, J, R., 2005, Soil
and Water Assessment Tool
Theoritical Documentation.
Grassland Soil and and Water
Laboratory Agricultural
Research Service Backland
Research Center Texas
Agricultural Experiment
Station USA 476 pages.
Sakti, N, A., Suprayogi, S., 2015. Aplikasi
Model SWAT Untuk Mengkaji
Debit Harian dan Limpasan
Permukaan (Kasus : Sub DAS
Wakung, Pemalang Jawa
Tengah)
Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019
Suryani, E., 2015. Optimasi Perencanan
Penggunaan Lahan Dengan
Bantuan Sistem Informasi
Geografis dan SWAT Tool,
Tesis Master, Sekolah
Pascasarjana IPB, Bogor
Wang, X., Sang, S., Yan, W., Melesse,
A, M., 2008. Simulation of an
Agriculture watershed using
an improved Curve Number
Method in SWAT,
Transactions of the American
Society of Agricultur ang
Biological Engineers. 51(4),
1323-1339