skill lab orto

22
ANAMNESIS Keluhan Utama Isi alasan permintaan perawatan pasien, menyangkut : motivasi, aspek estetik, fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan bentuk kelainan yang sangat diderita sehingga mendorong untuk datang minta dirawat. Wawancara menggunakan bahasa awam/ pasien. Pertanyaan yang bisa diajukan : a. Apakah anda datang untuk dirawat atas dasar kemauan sendiri atau atas saran orang lain ? Siapa ? b. Bagian mana dari gigi dan rahang anda yang ingin diperbaki ? Menurut anda bagai mana keadaannya, apakah gigi-gigi tidak teratur / berjejal maju, renggang, atau alasan-alasan lain ? c. Apakah kelainan itu anda rasakan sangat mengganggu : kecantikan, fungsi pengu-nyahan atau fungsi bicara anda ? d. Sejak kapan kelainan itu anda rasakan ? Jika pada pemeriksaan awal dilihat ada bagian-bagian lain yang kira-kira perlu dirawat, ditanyakan apakah bagian itu juga mau dirawat ? Ini merupakan keluhan sekunder. Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Geligi Diajukan pertanyaan yang dimaksudkan untuk menelusuri riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi pasien dari periode gigi desidui, periode gigi bercampur sampai periode gigi permanen yang dikeluhkan sekarang ini. Apakah ada faktor pertum-buhan dan perkembangan gigi-geligi sebagai etiologi maloklusi yang dikeluhkan pasien? Pertanyaan yang dapat diajukan : a. Pada usia di bawah 5 tahun (balita), apakah banyak gigi yang berlubang ( karies ) atau gigis ( rampant caries ) ? Apakah pernah mengalami trauma, cabut gigi, menambalkan gigi ke dokter gigi ? b. Pada usia 6 – 12 tahun apakah ada gigi yang karies , kesundulan (persistensi, prolong retensi, premature loss ), trauma ? Di sebelah mana? c. Apakah gigi yang goyah dicabutkan ke dokter gigi atau dicabut sendiri / oleh orang lain, atau dibiarkan tanggal sendiri ?

Upload: erlynd-purplepink

Post on 24-Apr-2015

242 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

materi skill lab ortodonsi

TRANSCRIPT

ANAMNESIS

Keluhan Utama Isi alasan permintaan perawatan pasien, menyangkut : motivasi, aspek estetik, fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan bentuk kelainan yang sangat diderita sehingga mendorong untuk datang minta dirawat. Wawancara menggunakan bahasa awam/ pasien. Pertanyaan yang bisa diajukan : a. Apakah anda datang untuk dirawat atas dasar kemauan sendiri atau atas saran orang lain ?

Siapa ? b. Bagian mana dari gigi dan rahang anda yang ingin diperbaki ? Menurut anda bagai mana

keadaannya, apakah gigi-gigi tidak teratur / berjejal maju, renggang, atau alasan-alasan lain ?c. Apakah kelainan itu anda rasakan sangat mengganggu : kecantikan, fungsi pengu-nyahan

atau fungsi bicara anda ? d. Sejak kapan kelainan itu anda rasakan ? Jika pada pemeriksaan awal dilihat ada bagian-bagian lain yang kira-kira perlu dirawat, ditanyakan apakah bagian itu juga mau dirawat ? Ini merupakan keluhan sekunder.

Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi GeligiDiajukan pertanyaan yang dimaksudkan untuk menelusuri riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi pasien dari periode gigi desidui, periode gigi bercampur sampai periode gigi permanen yang dikeluhkan sekarang ini. Apakah ada faktor pertum-buhan dan perkembangan gigi-geligi sebagai etiologi maloklusi yang dikeluhkan pasien?Pertanyaan yang dapat diajukan : a. Pada usia di bawah 5 tahun (balita), apakah banyak gigi yang berlubang ( karies ) atau gigis (

rampant caries ) ? Apakah pernah mengalami trauma, cabut gigi, menambalkan gigi ke dokter gigi ?

b. Pada usia 6 – 12 tahun apakah ada gigi yang karies , kesundulan (persistensi, prolong retensi, premature loss ), trauma ? Di sebelah mana?

c. Apakah gigi yang goyah dicabutkan ke dokter gigi atau dicabut sendiri / oleh orang lain, atau dibiarkan tanggal sendiri ?

d. Pada usia 12 - 15 tahun (masa SMP) dan usia 15 – 18 tahun (masa SMA) ada gigi permanen yang sudah dicabut ? . Karena apa ?

e. Adakah gigi yang pernah mendapat perawatan syaraf ( PSA ) ? f. Apakah ada gigi yang mengalami trauma sampai goyah ? Kapan ? Di bagian mana ? g. Serta lain-lain pertanyaan yang berkaitan dengan keluhan utama pasien. Jika dari riwayat, ada yang dicurigai sebagai etiologi maloklusi, dicatat secara lengkap sesuai dengan periode pertumbuhan gigi-gigi pasien dan beri tanda pada kotak yang disediakan.

Kebiasaan Jelek/ Bad Habit Adakah kebiasaan yang dilakukan pada masa pertumbuhan gigi dan rahang dicurigai sebagai etiologi maloklusi, seperti yang dikeluhkan tersebut? Pertanyaan yang bisa diajukan : a. Pasien mengeluhkan giginya maju : Pertanyaannya, apakah pernah mempunyai kebiasaan

mengisap ibu jari, menggigit-gigit bibir bawah ? Dari kapan sampai kapan ?

b. Pada pasien yang gigi anteriornya berjejal : Pertanyaannya apakah pernah mempunyai kebiasaan menggigit-gigit pensil, lidi atau ujung handuk/saputangan ? Kapan dan berapa lama?

c. Pada pasien yang rahang atasnya sempit : Pertanyaannya apakah anda pernah mempunyai kebiasaan mulut terbuka sewaktu bernafas?

Dari maloklusi yang dikeluhkan pasien, operator harus sudah bisa menduga-duga ke-mungkinan bad habit apa yang mungkin cocok sebagai etiologi untuk ditanyakan kepada pasien atau orang tuanya. Jika ada riwayat , ditanyakan lebih lanjut berapa lama bad habit itu dilakukan (durasi : dari kapan sampai kapan bad habit itu dilakukan),dimana dan bagaimana melakukan (posisi dan lokasi ), kuat / lemahnya (intensitas) melakukan kebiasaan, sering-tidaknya (frekuensi) kebiasaan dilakukan.

Riwayat Keluarga Yang Berkaitan Dengan Keluhan PasienRiwayat keluarga, dimaksudkan untuk klarifikasi etiologi maloklusi pasien, apakah bersumber dari sifat genetik yang diturunkan dari orang tua, atau pengaruh lingkungan ? Pertanyaan yang bisa diajukan : a. Apakah keadaan gigi yang anda keluhkan mirip seperti keadaan ajah ? Ibu ? Saudara laki-

laki? Saudara perempuan ? saudara ke berapa? Jika ada kemiripan berarti ada penurunan yang sifatnya monogenik

b. Jika keadaan gigi pasien berdesakan atau jarang-jarang : Apakah ayah anda orangnya tinggi besar, rahang dan gigi besar sedangkan Ibu orangnya kecil, rahang dan giginya kecil-kecil ? Atau sebaliknya Ibu orangnya besar, ayah orangnya kecil? Jika ya : Disini kemungkinan terjadi penurunan yang sifatnya poligenik antara ukuran gigi dan ukuran rahang dari kedua orang .tuanya yang ukurannya sangat berbeda.

Jika ada, beri tanda pada kotak yang disediakan dan beri keterangan yang lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Extra Orala. Posisi rahang terhadap bidang Orbital (Garis Simon) : Pemeriksaan posisi rahang

terhadap bidang orbital pasien dimaksudkan untuk me ngetahui apakah maloklusi yang diderita pasien melibatkan rahang (tipe skeletal), Cara: Pasien duduk tegak dengan pandangan lurus kedepan.Titik orbital ‘O’ dan titik Tragus ‘Tr” ditandai dengan spidol. Dengan penggaris segitiga siku-siku, proyeksikan sisi siku yang pendek ke titik O dan Tr ( menggambarkan bidang horisontal FHP ), dan dengan demikian sisi siku yang panjang akan menggambarkan bidang orbital pasien. Bibir pasien ditarik dengan kaca mulut, amati posisi penggaris terhadap permukaan gigi di daerah bukal gigi premolar atau kaninus atas. Transfer posisi bidang orbital pasien sesuai dengan posisi penggaris ke model studi dengan memberi tanda garis pada permukaan bukal gigi model atas dan bawah. Pada saat boksing, model studi ditriming sehingga sudut boksing bagian samping depan tepat pada posisi bidang orbital pasien sesuai dengan tanda spidol tsb . Kesimpulan :

1. Bila posisi penggaris pada model studi tepat di permukaan labial gigi kaninus di daerah sepertiga bagian distal, berarti posisi maksila normal; bila berada dibelakang, maksila protrusif dan apabila berada didepan, berarti maksila retrusif.

2. Pada oklusi normal kaninus atas beroklusi di daerah interdental kaninus dan premolar pertama bawah, penggaris akan lewat tepat pada sisi distal kaninus bawah, ini berarti posisi mandibula normal, bila posisi sisi distal kaninus bawah berada dibelakang posisi bidang orbital pasien berarti mandibula protrusif dan bila berada didepan berarti mandibula retrusif.

Jika didapatkan ada penyimpangan, besar penyimpangan diukur dan dicatat pada formulir pemeriksaan. Penilaian bisa salah bila pengamatan dilakukan dari samping, tidak tepat tegak lurus bidang sagital pasien. Diagnosis bisa salah bila posisi gigi kaninus atas dan/atau bawah malposisi. Apabila posisi gigi kaninus tidak normal, gunakan analisis sefalometri.

b. Sendi Temporomandibuler (TMJ) : Pemeriksaan TMJ dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi pasien sudah meng-akibatkan gangguan pada TMJ ? Pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari telunjuk operator ditempelkan pada kondilus pasien kanan dan kiri, pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan pelan-pelan. Adakah kondilus kanan dan kiri pasien berputar secara tidak smooth antara kanan dan kiri Jika ada berarti : Ada gangguan TMJ pada saat rotasi madibula Kemudian disuruh membuka lebar-lebar dan melakukan gerakan membuka-menutup, apakah ada pergeseran kondilus yang tidak lancar ? Jika ada, berarti ada gangguan pada saat translasi mandibula. Pada saat mandibula digerak-gerakkan dirasakan, apakah ada getaran dan pasien mende-ngar suara gemrisik ? Jika ya, berarti ada krepitasi, dan bila setiap gerakan juga disertai dengan rasa sakit, berarti ada peradangan (Kondilitis). Catat dan beri keterangan pada formulir pemeriksaan.

c. Tonus Otot Mastikasi : Tujuan pemeriksaan tonus otot pengunyahan adalah untuk mengetahui: apakah maloklusi pasien terjadi karena ada tonus otot pengunyahan yang tidak normal?

1. Pemeriksaan secara klinis hanya dapat mengindikasikan adanya kelainan tersebut, diag-nosis yang tepat bisa dilakukan dengan pemeriksaan Elektromyografi di bagian Fisio-terapi RSU atau bagian Fisiologi FK.

2. Tempelkan kedua telapak tangan operator pada kedua pipi pasien kanan dan kiri, pasien disuruh melakukan gerakan pengunyahan dan menggigit kuat-kuat. Rasakan ketegangan otot pipi ( m. masseter ).

3. Pada rahang pasien yang sempit, apakah otot pipi terasa terlalu tegang?. Jika ya, ke- mungkinan terdapat hipertonus otot.

4. Pada rahang pasien yang lebar, apakah otot terlalu kendor ?. Jika ya : hipotonus otot 5. Catat pada formulir dan beri keterangan, bila perlu konsulkan untuk pemeriksaan EMG.

d. Tonus Otot Bibir : Pemeriksaan tonus otot bibir ( m. orbicularis oris ) tujuannya sama dengan pemeriksaan otot masseter. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan kaca mulut pada bibir ba-wah dengan menahan kemudian pasien diinstruksikan menelan ludah. Rasakan ketegangan otot bibir bawah.Dengan cara yang sama lakukan pada bibir atas. Dengan kaca mulut bibir atas sedikit diangkat, instruksikan menelan, rasakan ketegangannya. Pada pasien yang gigi depan protrusif apakah dicurigai adanya otot bibir yang kendor (hipotonus) ? Catat dan beri keterangan., bila perlu konsulkan untuk pemeriksaan EMG.

e. Bibir posisi istirahat : Pemeriksaan posisi bibir dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada incompetensi otot-otot bibir pasien pada posisi istirahat ? Pada pasien yang gigi anterior atasnya protrusif, diam-diam tanpa sepengetahuan pasien amati posisi bibirnya , apakah menutup atau terbuka ? Amati posisi bibir bawah apakah di-belakang gigi anteror atas ? Kemudian pasien disuruh menutup bibirnya, apakah penutu-pan tampak dipaksakan ? Jika ya berarti ada incompetent otot bibir pasien. Catat pada formulir pemeriksaan dan beri keterangan.

f. Free way space : Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar jarak inter-occlusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan pada perawatan nanti. Cara pengukuran : 1. Pasien duduk tegak pandangan lurus kedepan sejajar lantai. 2. Dengan spidol beri tanda posisi titik:Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog). 3. Bibir tertutup pada posisi istirahat, dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah jarak

Sn – Pog. 4. Kemudian pasien diinstruksikan oklusi sentrik, ukur lagi jarak Sn – Pog. 5. Catatlah selisih pengukuran tadi. Besar free way space normal 2- 4 mm.

Pemeriksaan Intra Orala. Higiene mulut : Periksa higiene mulut pasien : plak, kalkulus, debris : tetapkan OHI pasien

catat dan beri keterangan. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah higiene mulut pasien akan menghambat perawatan yang akan dilakukan ? Apa perlu dilakukan scaling lebih dulu?

b. Lingua : Periksa keadaan dan ukuran lidah pasien catat dan beri keterangan. Pemeriksaan lidah pasien dimaksud kan untuk mengetahui :

1. Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada lidah yang akan menghambat perawatan ortodontik yang akan dilakukan ?

2. Apakah ukuran lidah pasien menjadi etiologi maloklusi ?. Periksa ada atau tidak ada-nya krenasi ( crenation ) pada tepi lidah.

3. Apakah ukuran lidah akan mengganggu stabilitas hasil perawatan ortodontik yang akan dilakukan ?

c. Palatum: Periksa catat dan beri keterangan keadaan palatum. Pemeriksaan palatum dimaksudkan untuk mengtahui : 1. Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada palatum pasien yang akan meng-hambat

perawatan ortodontik yang akan dilakukan ? 2. Apakah ukuran palatum yang menjadi sebab terjadinya maloklusi ? 3. Apakah ukuran palatum merupakan indikasi adanya kebiasaan bernafas melalui mulut ?

d. Gingiva : Periksa, catat dan beri keterangan keadaan gingiva pasien. Pemeriksaan gingiva dimaksudkan untuk mengetahui : 1. Apakah ada peradangan atau resesi pada gingiva ? Seberapa parah ? 2. Apakah ada kelainan lain yang akan menggangu perawatan ortodontik yang akan

dilakukan ?

e. Mukosa : Periksa, catat dan beri keterangan keadaan mukosa pipi dan bibir pasien. Pemeriksaan mukosa pasien dimaksudkan untuk mengetahui : 1. Apakah ada peradangan, lesi, tumor pada mukosa ? Seberapa parah ? 2. Apakah ada kelainan lain yang akan menggangu perawatan ortodontik yang akan

dilakukan ?

f. Frenulum : Periksa, catat dan beri keterangan keadaan ketebalan, perlekatan frenulum pasien (prenulum bibir atas, frenulum bibir bawah dan frenulum lidah) . Pemeriksaan frenulum pasien dimaksudkan untuk mengetahui : 1. Apakah frenulum pasien normal, tipis atau tebal ?. 2. Apakah perlekatannya rendah (mendekati forniks ), normal, atau tinggi ( mendekati tepi

gingiva )? 3. Apakah ada kelainan yang akan mengganggu perawatan ortodontik sehingga perlu di-

lakukan frenectomi dulu ?

g. Tonsila : Dengan menggunakan tongue blade atau kaca mulut, lidah pasien ditekan dan periksa keadaan tonsila pasien, catat dan beri keterangan lengkap. Pemeriksaan tonsila pasien dimaksudkan untuk mengetahui : 1. Apakah ada peradangan dan pembengkakan tonsila palatina ( amandel ) pada tepi kiri dan

kanan pangkal lidah ? 2. Jika ada apakah akan mengganggu perawatan ortodontik ? Apakah perlu konsul ke dokter

spesialis THT ?

h. Pemeriksaan gigi-geligi : Dengan kaca mulut dan sonde periksa secara berurutan jika ada kelainan catat dan cocokkan dengan riwayat anamnesis geligi yang telah dilakukan. Pemeriksaan geligi pasien dimaksudkan untuk mengetahui :

1. Apakah ada gigi-gigi yang harus dirawat dulu (ditambal, dicabut), sebelum perawatan ortodontik dimulai ?

2. Apakah ada gigi yang memakai jaket atau mahkota buatan yang mungkin akan lepas atau rusak jika mendapat tekanan ortodontik ?

3. Apakah ada gigi yang telah mendapat perawatan endodontik sehingga perlu diper-hatikan jika nanti akan dikenakan tekanan ?

4. Apakah ada gigi yang impaksi, harus dioperasi atau dirawat secara ortodontik? 5. Apakah ada gigi susu yang persistensi sehingga perlu dicabut dulu ? 6. Apakah ada kelainan lain yang akan menghambat perawatan ortodontik yang akan

dilaksanakan ?

Analisis Fotografi (Fotometri)Analisis fotografi adalah analisis yang dilakukan pada foto wajah pasien baik dari depan maupun dari samping . Tujuannya adalah agar mendapatkan data kualitatif atau data kuantitatif yang lebih lengkap selain data hasil pemeriksaan klinis. Jika yang diperlukan cukup hanya data kualitatif sebagai pengganti pasien pada saat diskusi kasus cukup dibutuhkan foto ukuran 4 x 6 cm dari depan dan dari samping. Tetapi jika diperlukan analisis kuantitatif (dengan pengukuran) diperlukan ukuran foto 10 x 15 (1R) atau yang lebih besar. Diatas foto wajah pasien diletakkan plastik transparan, dengan spidol F ( fine ) tentukan posisi titik anatomis yang dibutuhkan.a. Indeks bentuk mukaTentukan posisi titik : Nasion ( Na ), Gnathion ( Gn ) dan titik Zygomatik ( Zy ) kanan dan kiri. Dengan kaliper geser ukur jarak ( Na – Gn ) dan jarak ( Zy ka – Zy ki ). Hitung indeks muka pasien dengan rumus seperti pada analisis klinis yang telah dilakukan dan tetapkan tipe muka pasien. Apakah ada kesesuaian dengan hasil pemeriksaan klinis yang telah dilakukan ?

b. Tipe profil muka menurut GraberSupaya mendapat hasil analisis yang lebih akurat pada foto wajah yang ukurannya lebih kecil daru ukuran sesungguhnya, dapat dilakukan dengan menentukan titik-titik anatomis: Glabella ( Gl ), Symphisis ( Sy ) Kontur bibir atas ( Ulc ) dan Kontur bibir bawah ( Llc ). Dengan Spidol tarik garis ( Gl – Sym ) sebagai referensi, kemudian tarik garis ( Gl – Ulc ) dan garis ( Sym – Llc).

Diagnosis : Apabila titik perpotongannya berada didepan garis referensi > tipe profil pasien cembung, bila tepat pada garis referensi > tipe lurus/datar dan apabila berada dibelakang > tipe cekung. Cocokkan dengan hasil pemeriksaan klinis.

c. Tipe profil muka menurut ShwarzDengan spidol, diatas plastik transparan tentukan posisi titik Porion (Po), Orbital (Or) tarik garis (Po – Or) merupakan bidang Horisontal Frakfurt (FHP). Tentukan posisi titik Nasion (Na), Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog), kemudian tarik garis tegak lurus FHP melalui titik Na, Sn dan Pog.

Diagnosis : 1. Apabila Posisi garis (Sn⊥FHP) berada didepan (Na⊥FHP) > tipe Anteface (muka kedepan

posisi maksila protrusif), bila Sn segaris dengan Na > tipe Average face (muka rata, posisi

maksila normal), dan bila berada dibelakang > tipe Retroface (muka kurang maju, posisi maksila retrusif)).

2. Apabila posisi garis (Pog⊥FHP) berada didepan (Na⊥FHP) . tipe Prognatik (dagu rotasi kedepam, posisi mandibula protrusif ), bila segaris > tipe Ortognatik (tidak ada rotasi, posisi mandibula normal) dan bila berada dibelakangnya > tipe retrognatik (dagu rotasi ke belakan, madibula retrusif). Dengan demikian ada 9 kemungkinan tipe profil pasien Cocokkan dengan hasil pemeriksaan klinis.

Analisis SefalometriAnalisis sefalometri sekarang sangat umum digunakan sebagai alat bantu diagnostik tambahan. Ada banyak metode analisis sefalometri yang telah diajukan, tetapi pada formulir pemeriksaan disertakan tabel data anlisis sefalometri yang memuat pengukuran-pengukuran yang paling umum dilakukan yaitu analisis sefalogram lateral dengan cara : • Sefalogram lateral pasien dilapisi kertas asetat di fiksasi dengan pita isolasi (scoth tape).

Dengan pensil 4H lakukan penapakan (tracing) mengikuti kontur jaringan keras profil pasien, basis cranii bagian anterior,sella turcica, orbita , porion, maksila, mandibula dan gigi insisivus sentral atas dan bawah serta gigi Molar pertama atas dan bawah.

• Tentukan titik anatomi, buat garis-garis serta sudut-sudut pengukuran.a. Analisis Skeletal : 1) Sudut SNA : Sudut yang menyatakan posisi terdepan basis alveolaris maksilaris ter-hadap

titik terdepan basis kranialis. 2) Sudut SNB: Sudut yang menyatakan posisi terdepan basis alveorais mandibularis terhadap

titik terdepan basis kranialis. 3) Sudut SN-NPog : Sudut antara bidang fasial terhadap basis kranial . 4) Jarak A-NPog : Jarak antara basis maksila terhadap bidang fasial 5) Sudut FMPA : Sudut antara bidang mandibula terhadap bidang Frankfurt.

b. Analisis Dentoskeletal : 1) Jarak LI – APog : Jarak insisal insivus pertama bawah terhadap garis APog , untuk

menentukan posisi insivus pertama atas, protrusif atau retrusif. 2) Sudut IMPA : Sudut yang menyatakan posisi gigi insisivus bawah terhadap bidang

mandibula. 3) Jarak UI – APog : Jarak insisal insisivus pertama atas terhadap garis Apog. 4) Sudut UI – FHP : Sudut antara gigi insisivus pertama atas terhadap bidang horisontal

Frankfurt FHP. 5) Sudut UI – LI : Sudut interinsisal, antara insisivus pertama atas terhadap insisivus pertama

bawah. Ukur sudut-sudut dan jarak titik analisis yang telah dibuat, catat pada tabel data sefalometrik dan bandingkan dengan standar normal yang telah disediakan, beri keterangan diagnosisnya.

Analisis Model Studi a. Bentuk Lengkung gigi : Analisis bentuk lengkung gigi bertujuan untuk mengetahui apakah ada keharmonisan antara bentuk lengkung gigi dengan bentuk muka pasien serta keharmonisan antara bentuk lengkung gigi atas dan lengkung gigi bawah. Amati bentuk lengkung gigi pasien dari oklusal pada rahang

atas dan rahang bawah. Sesuai dengan ciri-cirinya, tetapkan bentuk lengkung gigi. Perhatikan keseimbangan sisi kanan dan kiri : simetris atau asimetris? Apakah ada kesesuaian dengan bentuk muka pasien ? Catat dan beri keterangan pada formulir pemeriksaan. Tipe lengkung gigi : 1. Setengah elips: Puncak lengkung ( C – C ) berbentuk garis lengkung ( curved ), kaki

lengkung ( P1 – M2 ) berbentuk garis lengkung jika diperpanjang berpotongan diposterior, gigi M2sisi distalnya tampak mulai berbelok mengarah ke garis tengah lengkung.

2. Parabola : Puncak lengkung curved, kaki lengkung merupakan garis lurus ( straight ), me-nyebar ( devergent ) jika diperpanjang tidak bertemu diposterior, gigi M2tidak berbelok ke posisi median line tapi lurus merupakan terusan gigi - gigi depannya.

3. U Form :Puncak lengkung curved, kaki lengkung antara kanan dan kiri. straight dan saling sejajar

4. V Form :Kaki lengkung straight, devergent, puncak lengkung lancip, gigi C dan I2 lurus ke depan merupakan terusan kaki lengkung, gigi I1 saling membentuk sudut..

5. Trapezoid : Kaki lengkung straight, devergent , puncak lengkung datar, gigi C-C merupakan titik sudut dari trapesium.

6. Setengah lingkaran: Bentuk ini biasanya tampak pada awal periode gigi campuran saat M1

sudah erupsi , puncak dan kaki lengkung M1 – M1

7. Perhatikan bentuk lengkung tersebut: simetris apa asimetris ?

b. Malposisi gigi-gigi individual : Pemeriksaan malposisi gigi individual dimaksudkan untuk mengetahui penyimpangan letak masing-nasing gigi tehadap lengkung alveolarisnya. Yang dijadikan referensi adalah garis oklusi pada oklusi normal, pada rahang bawah melewati puncak tonjol bukal gigi-gigi posterior dan tepi insisal gigi-gigi anterior yang posisinya normal, sedangkan pada rahang atas melewati fossa sentral gigi-gigi posterior dan permukaan palatinal gigi-gigi anterior setinggi cingulum. Amati posisi masing-masing gigi terhadap garis imajiner (garis yang dibayangkan ) sesuai dengan garis oklusi di atas dan tetapkan penyimpangannya, catat pada formulir pemeriksaan . Macam-macam malposisi gigi individual : 1. Arah mesiodistal : mesioversi - distoversi 2. Arah labiopalatinal : laboversi - palato / linguoversi 3. Arah bukopalatinal : bukoversi - palato / linguoversi 4. Arah vertikal : supraversi-infraversi 5. Perputaran aksis : rotasi / torsiversi 6. Pertukaran tempat : transversi 7. Penyimpangan aksis : aksiversi, misalnya mesioaksiversi 8. Kombinasi, misalnya distolabioversi

c. Relasi gigi-gigi dalam oklusi sentrik : Pemeriksaan relasi gigi dalam oklusi sentrik dimaksudkan untuk mengetahui adanya mal-relasi gigi-gigi terhadap antagonisnya. Model studi dioklusikan pada relasi sentrik, amati kontak oklusal masing-masing gigi tehadap antagonisnya. Jika diketemukan adanya penyimpangan catat dan beri keterangan. Macam-macam malrelasi gigi : 1. Arah anteroposterior : overjet , edge to edge bite, cross bite 2. Arah bukolingual : cup to cup bite, cross bite, scissor bite 3. Arah mesiodistal : distoklusi, mesioklusi

4. Arah vertikal : overbite, open bite, shalow bite, deep over bite, palatal bite, supraklusi, infraklusi, relasi molar I, relasi caninus.

d. Median line (garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang) :Pemeriksaan median line gigi dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan posisi garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang dan penyimpangan garis tengah gigi rahang atas terhadap garis tengah gigi rahang bawah. Pada model studi rahang atas diberi titik tepat pada sutura palatina mediana , satu di daerah inter premolar pertama dan satu lagi di daerah intermolar pertama. Dengan penggaris sejajar permukaan oklusal gigi melalui kedua titik tadi tarik garis pada tepi insisal gigi insisivus sentral atas, ini merupakan posisi normal garis tengah gigi terhadap rahang. Oklusikan model studi pada posisi sentrik dan transfer posisi median line normal gigi insisivus pertama atas ke gigi bawah . Tentukan dan ukur penyimpangam garis tengah (median line) gigi insisivus pertama atas dan bawah terhadap garis tengah yang normal tadi.

e. Lebar mesiodistal gigi : Pengukuran lebar mesiodistal gigi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ukuran gigi-gigi pasien merupakan salah satu etiologi maloklusi ? Dalam melakukan perhitungan-perhitungan dan merencanakan lengkung ideal juga dibutuhkan ukuran lebar mesiodistal gigi pasien. Dengan menggunakan jangka sorong / kaliper geser, ukur jarak mesiodistal terlebar masing-masing gigi. Ukuran yang didapat dibandingkan dengan standar normal ukuran gigi, sehingga dapat diketahui apakah ukuran gigi pasien sama, lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal Hasil pengukuran dicatat pada formulir pemeriksaan dan beri keterangan.

f. Skema gigi - gigi dari oklusal : Gambar elemen gigi rahang atas dan rahang bawah dari pandangan oklusal sesuai dengan keadaan atau posisi gigi pasien, beri kode (apel gigi ) dan beri gambar boksing. Gigi – gigi anterior ( C – C ) digambar tepi insisalnya, sedangkan gigi – gigi posterior digambar sesuai permukaan oklusalnya. Tidak boleh dengan foto kopi model gips.

g. Perhitungan-perhitungan : 1. Metode Moyers Analisis ini digunakan untuk kasus-kasus maloklusi pada periode gigi campuran ( mixed dentition ), yaitu untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1 dan P2yang belum erupsi. Ukur lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus permanen bawah, jumlahkan dan catat pada formulir pemeriksaan. Catat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi C, P 1 dan P2, sisi kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun rahang bawah sesuai dengan tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75 %.. Pada model, jika posisi gigi insivus permanen belum normal, letakkan pada posisi yang benar dengan mengukurkan masing-masing lebar mesiodistalnya dari posisi median line yang benar ke arah distal. Ukur ruang yang tersedia dan catat besar diskrepansi ruang yang ada untuk masing-masing sisi rahang

Catatan : Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar pertama atas dan bawah masih end to end bite ( sejajar ) pada masing-masing sisi tambahkan kebutuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I Angle ( Lee way space ) rata-rata sebesar 0.9 mm untuk rahang atas dan 1,7 mm untuk rahang bawah.

2. Metode Nance Analisis ini juga berfungsi untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus mixed dentition. Buat foto ronsen periapikal untuk gigi C, P1 , P2 yang belum erupsi pada ke empat sisi rahang, Pada foto ronsen, ukur lebar mesiodistal masing-masing dan lakukan koreksi terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar mesiodistal P1 sesung-guhnya dapat dihitung dengan rumus : ( P1 : P1 Ro = M1 : M1 Ro ), lebar mesiodistal M1 yang sudah erupsi dapat diukur langsung pada model.. Jumlahkan hasil pengukuran yang sudah dikoreksi dan catat pada formulir pemeriksaan. Jumlahkan mesiodistal gigi-gigi desidui: c, m1, m2, lalu bandingkan dengan hasil pengukuran dari ronsen untuk gigi C, P1 dan P2 . Hasil perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan lengkung ideal.

3. Metode Pont Analisis dengan metode Pont dilakukan pada periode gigi permanen, digunakankan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kearah lateral di regio interpremolar pertama dan intermolar pertama. Dengan lebar mesiodistal 2112 sebagai prediktor dilakukan untuk menghitung lebar lengkung gigi di regio inter P1 dan inter M1 yang ideal untuk menampung gigi. Dengan membandingkan lebar lengkung gigi pasien yang ada pada model studi maka dapat diketahui bahwa per-tumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien di regio P1 dan M1kearah lateral: normal , kurang ( kontraksi ) atau berlebihan ( distraksi ) . Ukur lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas, jumlahkan dan catat pada formulir pemeriksaan. Hitung lebar lengkung gigi P 1 – P1 dan M1 – M1yang dibutuhkan dengan melihat tabel (indeks Pont) atau lebih tepat secara individual jika dihitung dengan rumus :

a) P 1– P1 = Jumlah lebar 21l12 dibagi 80 dikalikan 100, catat pada formulir. Ukur lebar P1- P1 pada model dengan mengukur lebar titik terdistal cekung mesial gigi P1 atas kanan dan kiri, jika P1 atas tidak ada atau malposisi bisa diukur jarak puncak tonjol bukal gigi P1

bawah kanan dan kiri. Catat dan cari diskrepansinya, beri keterangan. b) Lebar M1 – M1 yang dibutuhkan = Jumlah lebar mesiodistal 21l12 dibagi 64 dikalikan

100, catat pada formulir. Pada model studi ukur lebar lengkung M1- M1 dengan mengukur jarak titik cekung mesial M1 atas kanan kiri, jika gigi M1sudah dicabut atau malposisi ukur jarak puncak tonjol sentral pada sisi paling bukal gigi bawah kanan dan kiri. Catat dan hitung diskrepansi lengkung tersebut dan beri keterangan .

c) Derajat kontraksi atau distraksi sampai 5 mm termasuk ringan, 5 – 10 mm sedang dan lebih besar dari 10 mm termasuk berat

4. Metode KorkhausSeperti pada metode Pont, metode Korkhaus dimaksudkan untuk mengetahui tinggi leng-kung gigi yang ideal untuk pasien dengan lebar gigi 21l12 sebagai prediktor. Tetapkan tinggi lengkung gigi yang ideal melalui tabel Korkhaus, catat pada formulir. Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada model studi dengan salah satu cara sbb. :

a) Memakai Orthocross ( alat ukur Korkhaus ) > Dengan alat ini selain dapat mengetahui tinggi lengkung gigi juga dapat mengetahui tinggi lengkung basal pasien dengan cara : Alat diletakkan pada permukaan oklussal gigi dengan posisi garis melintang tepat pada titik P1kanan dan kiri Pont ( titik terdistal cekung mesial ). Kemudian penunjuk basal rahang didekatkan sampai menempel pada tepi terdepan basis alveolaris setinggi apeks

gigi insisivus sentral ( titik A Steiner ), Catat hasil pengukuran tinggi lengkung basal pasien. Kemudian penunjuk ( pointer ) ditarik pelan-pelan ke posterior sampai se-tinggi permukaan labial gigi insisivus sentral atas, catat tinggi lengkung gigi pasien.

b) Memakai penggaris dan kaliper geser > Letakkan penggaris diatas permukaan oklusal gigi P 1kanan dan kiri tepat pada titik pengukuran Pont, dengan kaliper geser, pangkal pegangan ditempelkan pada permukaan labial didekat insisal gigi insisivus sentral kanan dan kiri ( didaerah interdental ) kemudian kaliper digeser membuka sehingga penunjuk pada pangkal pegangan mengcapai posisi penggaris. Catat hasil pengukuran pada formulir.

c) Diskrepansi tinggi lengkung gigi pasien dapat diketahui dengan membandingkan dengan data tabel ( Indeks Korkhaus ) > Apakah pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien kearah anterior : normal, protaksi atau retraksi ?

d) Dengan membandingkan tinggi lengkung gigi dan tinggi lengkung basal pasien dapat diketahui dikrepansi tinggi lengkung gigi-basal pasien, Ini merupakan inklinasi gigi insisivus sentral pasien yang diukur secara linier. Pengukuran ini berfungsi nanti pada analisis determinasi lengkung yaitu : Retrusi lengkung gigi rahang atas dapat dilakukan maksimal sampai posisi gigi insisivus atas tegak yaitu sampai tinggi lengkung gigi sama dengan tinggi lengkung basal atau sebesar diskrepasi tinggi lengkung gigi-basal.pasien.

5. Metode HowesMetode Howes juga digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi permanen yaitu untuk mengetahui lebar lengkung gigi dan lengkung basal ( basis alveolaris ) pasien dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1sebagai prediktor.

a) Ukur lebar mesiodistal gigi-gigi dari M 1 – M1catat pada formulir pemeriksaan. b) Ukur Lebar lengkung gigi dengan mengukur jarak inter P 1 pada titik bagian dalam tonjol

bukal gigi P1 kanan kiri. c) Hitung indeks Premolar pasien yaitu : Lebar inter P1 dibagi jumlah lebar mesiodistal M1-

M1dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan d) Ukur lebar lengkung basal dengan mengukur jarak inter fossa canina yaitu suatu titik

pada basis alveolaris setinggi apeks gigi P 1kanan dan kiri.

e) Hitung indeks fossa canina pasien yaitu : Lebar inter fossa canina dibagi jumlah lebar mesiodistal M 1- M1dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan.

Kesimpulan : 1) Agar supaya lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan

stabil indeks premolar sekurang-kurangnya 43%. Bagaimana dengan indeks pasien ? 2) Agar supaya lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan

stabil indeks fossa canina sekurang-kurangnya 44%. Bagaimana dengan indeks pasien ? Catat pada formulir pemeriksaan.

3) Apabila indeks fossa canina pasien kurang dari 37%, ini merupakan kasus dengan indikasi pencabutan.

4) Apabila indeks fossa canina didapatkan kurang dari 44% tetapi lebih besar dari 37% ini merupakan kasus meragukan, apakah merupakan kasus dengan inidikasi ekspansi atau pencabutan ? Periksa hasil analisis lainnya .

5) Apabila Indeks fossa canina lebih besar dari indeks premolar berarti inklinasi gigi-gigi posterior diregio premolar konvergen ini merupakan indikasi ekspansi. Bila lebih kecil berarti inklinasi gigi posterior divergen ini merupakan indikasi ekspansi

6) Bila ekspansi akan dilakukan, pada orang dewasa, maksimal hanya dapat mencapai indeks lebar lengkung gigi sama dengan indeks fossa canina ( inklinasi gigi posterior tegak ) yaitu sebesar 44% kali jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi M1- M1 . Dapat dihitung berapa melimeter lagi ekspansi lengkung gigi dapat dilakukan ?

6. Determinasi lengkung gigiDeterminasi lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal mungkin dari lengkung mula-mula yang ada pada pasien.

Dignosis FinalDiagnosis final yang biasa disebut hanya dengan kata “Diagnosis” saja, dimaksudkan untuk menetapkan keadaan maloklusi pasien selengkap mungkin berdasarkan atas semua data yang telah dikumpulkan sehingga didapatkan gambaran yang menyeluruh tentang komponen dentofasial yang mengakibatkan terjadinya maloklusi pada pasien.Maloklusi dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang diawali dengan kata : Maloklusi Angle klas………. dst.: 1. Nyatakan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan gigi Molar pertama atas dan bawah

pasien sesuai dengan klasifikasi Angle : Klas I, II atau III, bila diperlukan beri keterangan divisi dan subdivisinya .

2. Nyatakan tipe maloklusinya dan komponen dentofasial yang dilibatkan : skeletal, dental dentoskeletal.

3. Nyatakan malrelasi gigi lainnya. 4. Nyatakan malposisi gigi individual yang ada. 5. Nyatakan kelaian-kelainan lain yang melibatkan maloklusi pasien, misalnya mpaksi, agenese

dan lain-lainnya.6. Nyatakan jika masih ada kebiasaan buruk ( bad habit )

Analisis Etiologi MaloklusiAnalisis etiologi maloklusi suatu analisis untuk menentukan sumber penyebab terjadinya maloklusi pada pasien yang disimpulkan dari semua data hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Beri tanda pada formulir pilihan yang disediakan dan beri keterangan selengkapnya.

CHEKLIST PEMERIKSAAN ORTHODONSI

NO KOMPONEN PENILAIAN PENILAIAN

0 1 2

1 Mengucapkan salam

2 Mempersilahkan duduk

3 Bertanya keluhan pasien, maksud dan tujuan kedatangan

4 Melakukan anamnesis :

a. Bertanya riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi

b. Bertanya kebiasaan jelek/ bad habit

c. Bertanya riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien

5 Melakukan Pemeriksaan Fisik :

a. Posisi rahang terhadap bidang Orbital

b. Sendi Temporomandibuler (TMJ)

c. Tonus Otot Mastikasi

d. Tonus Otot Bibir

e. Bibir posisi istirahat

f. Free way space

6 Melakukan Pemeriksaan Intra Oral :

a. Higiene mulut

b. Lingua

c. Palatum

d. Gingiva

e. Mukosa

f. Frenulum

g. Tonsila

h. Pemeriksaan gigi-geligi

7 Melakukan Analisis Fotografi (Fotometri) :

a. Indeks bentuk muka

b. Tipe profil muka menurut Graber

c. Tipe profil muka menurut Shwarz

8 Melakukan Analisis Sefalometri :

a. Analisis Skeletal

b. Analisis Dentoskeletal

9 Melakukan Analisis Model Studi :

a. Bentuk Lengkung gigi

b. Malposisi gigi-gigi individual

c. Relasi gigi-gigi dalam oklusi sentrik

d. Median line

e. Lebar mesiodistal gigi

f. Skema gigi - gigi dari oklusal

Melakukan perhitungan-perhitungan :

g. Metode Moyers

h. Metode Nance

i. Metode Pont

j. Metode Korkhaus

k. Metode Howes

l. Determinasi lengkung gigi

10 Menyimpulkan dignosis final

11 Menyimpulkan analisis etiologi maloklusi

TOTAL NILAI