skill lab penyakit mulut

25
CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI BIDANG PENYAKIT MULUT A. DATA PRIBADI PASIEN Nama : An Kanwangwang Dwi Nada A Umur : 12 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jalan Mastrip 2 nomor 10 Pekerjaan : Pelajar Status Perkawinan : Belum kawin Kebangsaan/suku bangsa : Indonesia/Jawa B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (ANAMNESIS) 1. Keluhan Utama Tahapan awal dari penanganan pasien adalah dengan melakukan pemeriksaan subyektif yaitu anamnesis. Dengan anamnesis, salah satu hal yang didapatkan adalah keluhan utama yang menjadi tujuan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien mengeluhkan adanya rasa sakit dan perih pada bagian dalam mulut sebelah kiri. Dari keluhan utama diatas kami mendapat gambaran awal bahwa kemungkinan lesi yang diderita pasien merupakan suatu ulserasi. Kemudian dalam penentuan etiologi, diagnosa dan rencana perawatan dari keluhan utama pasien tersebut, diperlukan pemeriksaan obyektif yang teliti meliputi pemeriksaan klinis ekstra oral 1

Upload: aya-kinugasa

Post on 12-Jul-2016

125 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Pemeriksaan subjektif, pemeriksaan obyektif, penentuan diagnosa, pemeriksaan penunjang dan rencana perawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Skill Lab Penyakit Mulut

CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI BIDANG PENYAKIT MULUT

A. DATA PRIBADI PASIEN

Nama : An Kanwangwang Dwi Nada A

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jalan Mastrip 2 nomor 10

Pekerjaan : Pelajar

Status Perkawinan : Belum kawin

Kebangsaan/suku bangsa : Indonesia/Jawa

B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (ANAMNESIS)

1. Keluhan Utama

Tahapan awal dari penanganan pasien adalah dengan melakukan

pemeriksaan subyektif yaitu anamnesis. Dengan anamnesis, salah satu hal yang

didapatkan adalah keluhan utama yang menjadi tujuan pasien datang ke dokter

gigi. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien mengeluhkan adanya

rasa sakit dan perih pada bagian dalam mulut sebelah kiri.

Dari keluhan utama diatas kami mendapat gambaran awal bahwa

kemungkinan lesi yang diderita pasien merupakan suatu ulserasi. Kemudian

dalam penentuan etiologi, diagnosa dan rencana perawatan dari keluhan utama

pasien tersebut, diperlukan pemeriksaan obyektif yang teliti meliputi pemeriksaan

klinis ekstra oral dan intra oral. Namun dibutuhkan juga pemeriksaan penunjang

untuk menundukung penentuan diagnosis.

2. Riwayat penyakit

Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa pasien merasakan perih pada

luka dibagian dalam mulut sebelah kiri. Rasa sakit dan perih dirasakan pasien

ketika sedang makan.

Sebelumnya, 3 hari yang lalu pasien menderita demam, nyeri kepala dan

nyeri otot dan diberi obat ibuprofen untuk menurunkan demam. Setelah diberi

obat, panasnya turun. Sehari setelahnya timbul rasa sakit di mulut. Keluhan di

mulut belum diobati.

1

Page 2: Skill Lab Penyakit Mulut

3. Keadaan Umum

Pasien tidak sedang atau pernah dalam perawatan rumah sakit

(opname/sakit dalam jangka waktu yang panjang), maupun sedang/pernah

menderita penyakit tertentu.

(TB/BB : 120 cm / 35 kg, BP :-/-, P :-, T: 38˚C)

Suhu pasien tergolong tinggi, yaitu 38˚C, namun pasien mengatakan bila

suhunya saat diperiksa, lebih rendah dibandingkan tiga hari sebelumnya.

4. Obat - obatan yang sedang dan telah dijalani dalam 6 bulan

terakhir

Dalam 3 hari, semenjak pasien mengalami demam, nyeri kepala dan nyeri

otot pasien mengonsumsi ibuprofen untuk mengurangi demam serta gejala

lainnya. Untuk luka pada rongga mulutnya belum diobati.

5. Keadaan Sosial dan Kebiasaan Buruk penderita

Pada anamnesa keadaan sosial, diketahui bahwa pasien memiliki

kebiasaan sosial dengan taraf yang sedang dimana disini berarti pasien tidak

terlalu memiliki kebiasaan sosial yang buruk. Pada kartu status pasien dicoret

selain yang pilihan sedang.

Sedangkan pada anamnesis kebiasaan buruk, diketahui pasien tidak

memiliki sama sekali kebiasaan buruk baik yang pernah atau yang masih

dilakukan sampai sekarang dimana pasien tidak melakukan baik itu menggigit

bibir, merokok, mandi di sungai, minum alkohol, dan semacamnya. Sehingga

pada kartu status pasien dapat dituliskan keterangan TAA atau tidak ada

abnormalitas.

Dengan demikian, baik keadaan sosial maupun kebiasaan buruk dari

pasien tidak mempengaruhi dari penyebab dari terjadinya penyakit pada rongga

mulut pasien.

5. Riwayat Keluarga

Setelah dilakukan anamnesis pasien mengatakan bahwa keluarga tidak

memiliki kelainan sistemik apapun.

2

Page 3: Skill Lab Penyakit Mulut

B. PEMERIKSAAN KLINIS

1. Ekstra Oral

Pemeriksaan Ekstra Oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar

mulut bagian luar. Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang

terlihat secara visual, atau terdeteksi dengan palpasi. Seperti adanya kecacatan,

pembengkakan,benjolan, luka, cedera, memar, fraktur, dislokasi lain sebagainya.

Pemeriksaan yang dilakukan di klinik gigi, dibatasi pada inspeksi dan palpasi pada

jaringan superficial dan rongga mulut, kepala dan leher, dan bagian-bagian yang terpapar dari

ekstremitas.

Pada struktur-struktur ekstraoral, dilakukan inspeksi dan palpasi pada seluruh bagian

seperti dinyatakan dalam kartu status. Hasil inspeksi meliputi: macam lesi, bentuk lesi, ukuran,

jumlah, warna, batas, tepi, permukaan dan hal lain yang dianggap perlu. Hasil palpasi meliputi:

konsistensi, fluktuasi, krepitasi, mudah berdarah atau tidak, sakit atau tidak, bertangkai atau tidak,

ada perubahan suhu atau tidak.

a. Muka

1. Pipi Kanan dan Kiri

Pemeriksaan visual daerah muka dilihat dari depan. Perhatikan

apakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, lesi, asimetri wajah yang

berlebihan (sebagian besar wajah memang sedikit asimetris) ataupun

facial palsy. Dapat juga dilakukan palpasi untuk melihat adanya kelainan

pada daerah pipi.

Pada pasien, tidak ditemukan adanya kelainan pada daerah pipi

kanan maupun kiri.

2. Bibir Atas dan Bawah

Pemeriksaan visual: Perhatikan tonus otot (misalnya, sudut mulut

yang turun dan ketidakmampuan untuk membentuk huruf “o” dengan bibir

pada Bell’s palsy), setiap perubahan warna atau tekstur, ulserasi, bercak,

lesi herpetik, cheilitis angularis. Perhatikan juga kemampuan/

ketidakmampuan bibir untuk berfungsi.

3

Page 4: Skill Lab Penyakit Mulut

Palpasi bimanual: Palpasi untuk tonjolan dengan menggunakan ibu

jari dan telunjuk, satu intra oral, yang lain ekstra oral.

Setelah dilakukan pemeriksaan, pada bibir atas dan bawah pasien

tidak ditemukan adanya kelainan.

3. Sudut Mulut Kanan / Kiri

Pemeriksaan visual: Perhatikan tonus otot (misalnya, sudut mulut

yang turun dan ketidakmampuan untuk membentuk huruf “o” dengan bibir

pada Bell’s palsy), setiap perubahan warna atau tekstur, ulserasi, bercak,

lesi herpetik, cheilitis angularis.

Setelah dilakukan pemeriksaan, pada sudut mulut kanan maupun

kiri tidak ditemukan adanya kelainan.

b. Kelenjar Saliva

1. Kelenjar saliva parotis

Pemeriksaan dilakukan dari arah depan. Bagian bawah daun

telinga akan terdorong ke luar bila kelenjar membengkak. Lakukan

palpasi pada kelenjar untuk melihat adanya pembengkakan atau

perabaan yang lunak. Kelenjar terletak di distal ramus asendens pada

mandibula. Kadang tampilan yang lebih baik pada kelenjar parotis

diperoleh dari arah punggung pasien.

Perhatikan: Pembengkakan unikateral pada kelenjar parotis dapat

menunjukkan adanya:

a. Sumbatan pada duktus

b. Tumor

c. Abses

d. Infeksi retrograd pada kelenjar

Pembengkakan bilateral kelenjar parotis menunjukkan adanya:

a) Infeksi virus, misalnya mumps.

b) Pembengkakan degeneratif, misalnya sialosis.

Setelah dilakukan pemeriksaan pasien, tidak ditemukan adanya

kelainan pada kelenjar saliva parotis.

4

Page 5: Skill Lab Penyakit Mulut

2. Kelenjar saliva submandibula

Pasien memutar kepala ke kiri, lalu ke kanan untuk memeriksa

regio submandibula sisi kiri dan kanan. Bila pasien tidak terlalu

gemuk, biasanya pembengkakan kelenjar sublingual, nodus limfatik

dan kelenjar submandibula akan terihat.

Palpasi bimanual (Gambar 1): Gunakan jari telunjuk dan jari

tengah dari satu tangan untuk pemeriksaan intra oral, kemudian jari

telunjuk dan jari tengah tangan yang lain di luar mulut. Lakukan

palpasi pada kelenjar saliva submandibula di atas dan di bawah

musculus myohyoid. Jangan lupa untuk memeriksa juga duktus

kelenjar untuk melihat adanya batu kelenjar liur.

Gambar 1 Palpasi bimanual kelenjar saliva submandibula.

Setelah dilakukan pemeriksaan pasien, tidak ditemukan adanya

kelainan pada kelenjar saliva submandibula.

c. Nodus Limfatik

Nodus limfatik yang normal tidak dapat diraba. Bila suatu nodus

limfatik teraba, berarti kondisi itu abnormal.

Anatomi nodus limfatik

Nodus limfatik daerah kepala dan leher dibagi ke dalam dua

kelompok utama:

A. Kelompok melingkar

5

Page 6: Skill Lab Penyakit Mulut

B. Kelompok servikal

Gambar 2 Anatomi nodus limfatik

A. Kelompok melingkar (letaknya teratur melingkari dasar tulang

kepala).

Kelompok ini dibagi lagi ke dalam bagian luar dan bagian dalam.

Bagian luar:

a. Submental – di balik dagu, letaknya pada otot milohioid.

b. Submandibula – di antara mandibula dan kelenjar saliva

submandibula.

c. Facial (buccal) – letaknya pada musculus buccinator, di sebelah

anterior insersi musculus masseter.

d. Mastoid (post-auricular) – terletak pada prosesus mastoideus.

e. Parotid (pre-auricular) – terletak di depan tragus telinga.

f. Occipital – mengelilingi arteri occipitalis.

Bagian dalam (tidak ada di gambar 2). Nodus limfatik yang diberi

nama termasuk:

a) Retropharyngeal

b) Pre-tracheal

c) Para-tracheal

Kelompok melingkar mengalir ke rantai servikal bagian dalam

(deep cervical chain).

6

Page 7: Skill Lab Penyakit Mulut

B. Kelompok servikal

Nodus limfatik servikal di permukaan (tersebar di sekitar vena jugularis

eksterna dan anterior). Nodus limfatik ini mengalir ke rantai servikal bagian

dalam.

Rantai servikal bagian dalam (tersebar di sepanjang vena jugularis

interna). Beberapa nodus penting termasuk:

a. Jugulodigastric (di antara sudut mandibula dan tepi anterior musculus

sternomastoideus).

b. Jugulo-omohyoid (di balik vena jugularis interna, di atas belly

omohyoid, tertutup oleh tepi posterior sternomastoid).

Pemeriksaan klinis nodus limfatik

Sebaiknya nodus limfatik diperiksa secara ekstra oral, bimanual, dan

palpasi yang dilakukan dari arah belakang pasien:

Bagian leher dibiarkan terbuka, bila tertutup minta pasien untuk

membukanya. Leher tidak perlu dipanjangkan, karena musculus

sternomastoideus perlu dalam posisi relaks. Dengan menggunakan ujung

jari, bawa kelenjar ke arah struktur yang lebih keras.

Submental – Kepala sedikit menunduk ke depan, gerakkan nodus ke

arah bagian dalam tulang mandibula.

Submandibula – Sama seperti di atas, hanya kepala pasien

dimiringkan ke arah sisi yang akan diperiksa (Gambar 3).

Jugulodigastric – Gerakkan tepi anterior musculus sternomastoid ke

arah belakang.Jugulo-omohyoid – Gerakkan tepi posterior musculus

sternomastoid ke arah depan.

Gambar 3 - Palpasi pada nodus limfatik submandibula.

7

Page 8: Skill Lab Penyakit Mulut

Bila suatu nodus ternyata teraba, maka catatlah:

1) Lokasinya

2) Ukurannya (diukur menggunakan kaliper).

3) Teksturnya – lunak (infeksi), kenyal seperti karet (kemungkinan

penyakit Hodgkin), keras seperti batu (kemungkinan karsinoma

sekunder).

4) Lunak pada saat dilakukan palpasi (kemungkinan infeksi).

5) Fiksasinya terhadap jaringan sekitarnya (mungkin suatu kanker yang

sudah mengalami metastasis).

6) Lesi bergabung menjadi satu (misalnya pada tuberkulosis).

7) Jumlah nodus yang terlibat (multipel – pada glandular fever,

leukemia, dsb.). Bila lebih dari satu nodus terlibat, rujuk untuk

pemeriksaan tubuh keseluruhan: limfadenopati menyeluruh dan tes

darah.

Ciri-ciri nodus yang teraba saat palpasi:

a. Infeksi akut – membesar, lunak, sakit, dapat digerakkan, berdiri

sendiri, terjadi dengan cepat.

b. Infeksi kronis – membesar, kokoh, tidak terlalu lunak, dapat

digerakkan.

c. Limfoma – seperti karet yang keras, kasar permukaannya, tidak sakit,

multipel.

d. Kanker yang mengalami metastasis – keras seperti batu, ada fiksasi

dengan jaringan di bawahnya, tidak sakit.

Bila ada penyebab non-dental yang dicurigai, sebaiknya dirujuk untuk

pemeriksaan medis. Tetaplah berpikir akan adanya kemungkinan terjadi

kanker yang mengalami metastasis ataupun limfoma, hingga telah dapat

dibuktikan bahwa lesi tersebut bukan keganasan.

Setelah dilakukan pemeriksaan pada nodus limfatik, tidak ditemukan

adanya kelainan pada pasien.

8

Page 9: Skill Lab Penyakit Mulut

2. Intra Oral

Pemeriksaan Intra Oral merupakan suatu pemeriksaan Objektif, yang

harus dilakukan seorang dokter gigi sebelum menentukan diagnosa.

Pemeriksaan ini dilakukan dapat dengan menggunakan instrument maupun

tidak, jika menggunakan instrument seperti pada pelaksanaan skill lab OM

dapat dilakukan dengan menggunakan kaca mulut nomor 3 dan 4,

Pemeriksaan intra oral dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan

diperiksa setiap bagiannya, untuk menentukan diagnosa sementara yang

didapat dari pemeriksaan Subjektif, diantaranya:

1. Gigi Geligi

Riwayat Perawatan Gigi Geligi:Tidak pernah melakukan perawatan gigi-

geligi

Pemeriksaan gigi geligi digunakan untuk mengetahui akan kondisi

gigi pada rongga mulut pasien tersebut, dimana pada rongga mulut pasien

akan dibagi mendjadi empat regio utama yang terdiri dari kanan rahang

atas ( 1 ), kiri rahang atas ( 2 ), kiri rahang bawah ( 3 ), dan kanan rahang

bawah ( 4 ), keempat region pada gambar ini dibagi atau dipisah dengan

garis imajiner berbentuk +.

Selanjutnya, adalah penomoran yang dilakukan adalah didapati angka

romawi dan angka nominal, dimana angka romawi menunjukkan gigi

sulung ( I II III IV V ) dan angka nominal menunjukan akan gigi permanen

( 12345678 ). Didapati juga symbol symbol yang dituliskan pada bagian

atas penomoran gigi yang menunjukan status keabnormalan yang didapati

oleh gigi tersebut

Pada pasien didapati bahwa pasien di usia 12 tahun (sesuai anamnesis)

memiliki kondisi gigi geligi yang baik, serta gigi permanen telah erupsi

sempurna

2. Pemeriksaan Jaringan Lunak

Pada pemeriksaan jaringan lunak, pada klinik Penyakit Mulut, akan

dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan diagaram yang ada,

9

Page 10: Skill Lab Penyakit Mulut

pemeriksaan ini bertujuan untuk dapat menentukan lokasi lesi dengan

tepat sehingga akan memudahkan diagnosis, lokasi tersebut diantaranya

a. Mukosa labial atas ( 5 ) : TAA

b. Mukosa labial bawah ( 6 ) : TAA

c. Mukosa pipi kiri( 41 ), ( 4 ), ( 3 ) : TAA

d. Mukosa pipi kanan ( 40 ), ( 2 ), ( 1 ) : TAA

e. Bucal Fold atas( 9 ), ( 7 ) : TAA

f. Bucal Fold bawah( 10 ), ( 12 ) : TAA

g. Gingiva Rahang Atas ( 13 ), ( 14 ), ( 15 ), ( 19 ), ( 20 ), ( 21 ): Eritema

meluas, konsistensi lunak, dengan ulser, multiple, bulat, diameter ± 1-2

mm

h. Gingiva Rahang Bawah ( 16 ), ( 17 ), ( 18 ), ( 22 ), ( 23 ), ( 24 ): Eritema

meluas, konsistensi lunak, dengan ulser, multiple, bulat, diameter ± 1-2

mm, dan bergerombol.

i. Lidah ( 28 ), ( 29 ), ( 30 ), ( 31 ), ( 32 ), ( 33 ), ( 34 ), ( 35 ) : Terdapat

pseudomembran putih dapat dikerok, tidak sakit

10

Page 11: Skill Lab Penyakit Mulut

j. Dasar mulut dan kelenjar sub lingualis : TAA

k. Palatum( 36 ), ( 37 ), ( 38 ), ( 39 ) : TAA

l. Tonsil Ki / Ka : TAA

m. Pharynx : TAA

Pada pemeriksaan intra oral, pada gingival atas dan bawah didapati adanya

eritema meluas, konsistensi lunak, dengan ulser, multiple, bulat, diameter ± 1-2

mm, dan bergerombol pada gingival anterior rahang bawah regio 32, 33. Pada

lidah dijumpai pseudomembran putih dapat dikerok dan tidak sakit. Pasien juga

mengeluhkan adanya rasa sakit yang dialami selama ulserasi tersebut muncul.

11

Page 12: Skill Lab Penyakit Mulut

C. DIAGNOSA

Sebelum menentukan diagnosa dari lesi penyakit rongga mulut pada

pasien, terlebih dahulu harus dipahami mengenai ciri – ciri dari setiap penyakit

dari rongga mulut. Dari anamnesa pasien dan pemeriksaan klinis didapatkan

diagnosis yaitu Gingivostomatitis herpetika primer. Berikut adalah karakteristik

dari Gingivostomatitis herpetika primer.

Gingivostomatitis herpetika primer adalah suatu penyakit yang ditandai

dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum durum dan molle.

Gingivostomatitis herpetika primer merupakan bentuk tersering dari infeksi HSV

tipe 1 pada rongga mulut. Gingivostomatitis herpetika primer merupakan penyakit

yang mudah menular melalui kontak langsung dengan membrane mukosa atau

lesi kulit. Infeksi HSV-1 tinggi pada anak kecil, dimana resiko pertukaran sekresi

oral dan virus.

Onset gingivostomatitis herpetika primer dilaporkan memiliki 2 puncak.

Terutama terjadi padamasa anak, biasanya pada usia 6 bulan sampai 5 tahun,

puncak kedua terjadi pada usia awal 20 tahun. Kebanyakan infeksi HSV tipe 1

pada anak bersifat asimtomatik atau ringan sehingga anak dan orang tuatidak

menyadarinya. Beberapa penelitian menyatakanhanya 10-20% anak yang

terinfeksi memiliki gejaladan tanda klinis yang cukup berat.

a. Gejala klinis

Periode inkubasi hingga 2 minggu. Setelah periode inkubasi timbul fase

pada anak yang sebelumnya tampak sehat. Faseprodromal ditandai malaise

dan kelelahan, sakit otot dan kadang sakit tenggorokan. Pada tahap awal

nodus limfe submandibular sering membesar dan sakit. Faseprodromal ini

berlangsung 1-2 hari dan diikuti dengan timbulnya lesi oral dan kadang

sirkumoral.

b. Manifestasi

Vesikula kecil berdinding tipis dikelilingi dasar eritematous yang cenderung

berkelompok timbul pada mukosaoral. Vesikula kemudian pecah dengan

cepat danmenimbulkan ulser bulat dangkal. Ulser dapat terjadipada semua

bagian mukosa mulut. Denganberkembangnya penyakit, beberapa lesi

12

Page 13: Skill Lab Penyakit Mulut

bersatumembentuk lesi ireguler yang lebih besar. Lesi inidisertai simptom

demam, anoreksia, limfadenopati dan sakit kepala.

Gambar : Manifestasi gingivostomatitis herpetika primer pada rongga mulut

13

Page 14: Skill Lab Penyakit Mulut

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan

setelah pemeriksaan fisik pada penderita. Spesimen yang diperoleh dari pasien

akan mengalami berbagai macam pemeriksaan mikroskopik, biokimia,

mikrobiologi maupun imunofluoresensi. Dengan semakin bervariasinya kelainan

jaringan lunak mulut, maka diperlukan informasi tambahan dari pemeriksaan

laboratorium untuk menentukan diagnosis lesi. Pemeriksaan laboratorium saja

belum dapat digunakan untuk mengetahui sifat lesi ataupun menentukan

diagnosis. Masih perlu lagi dikumpulkan informasi dari biodata pasien, riwayat

kesehatan umumnya, riwayat lesi yang dikeluhkan, pemeriksaan klinis ekstra oral

maupun intra oral. Suatu diagnosis yang tepat juga akan dapat menghasilkan

perawatan yang tepat. Untuk itu dilakukan pemeriksaan penunjang agar diagnosis

dapat ditentukan dengan yakin, sehingga tidak ada keraguan dalam memberikan

perawatan.

Berikut ini pemeriksaan penunjang untuk Primary Herpetic

Gingivostomatitis

a. Sitologi

Pemeriksaan sitologi ini dimulai dengan vesicle baru dibuka atau

preparat di buat dari dasar lesi, diletakkan pada slide mikroskop lalu

diberi pewarnaan Giemsa. Dilihat apakah terdapat Multinucleat Giant

Cells, Synsyntium dan Balooning degeneration of nucleus, yang

merupakan gambaran spesifik Primary Herpetic Gingivostomatitis

b. Isolasi HSV

Virus yang diisolasi berasal dari lesi dan diidentifikasi setelah dilakukan

kultur jaringan. Metode terbaik adalah dengan spesifitas dari sensitivitas

100%. Sel kultur jaringan harus disiapkan jadi monolayer tabung kultur,

kemudian dilakukan porses kultur virus. Selama 7 hari tabung kultur

dioservasi setiap harinya untuk melihat efek sitopatik (CPE)

c. Titer Antibody

Titer antibody ini baru bisa dilakukan setelah infeksi sembuh, jadi tidak

bisa digunakan sebagai penegakan diagnosa. Serum pada masa

14

Page 15: Skill Lab Penyakit Mulut

penyembuhan dapat memastikan diagnosa infeksi primer dengan

menunjukkan paling sedikit kenaikan 4 kali lipat titer antibody, namun

apabila titer sama pada masa akut dan pada masa penyembuhan,

menunjukkan bahwa infeksi adalah recurent.

d. Pemeriksaan anti HSV 1 IgG untuk mengetahui adanya antibody IgG

terhadap HSV tipe 1, untuk mendiagnosis infeksi penyakit herpes

simplek lampau. Pemeriksaan anti HSV 1 IgM untuk mengetahui adanya

antibody IgM terhadap HSV 1, hal ini untuk mendiagnosis infeksi

penyakit herpes simpleks yang baru saja terjadi. Yang terakhir adalah tes

tzanck, tes ini dipakai untuk mengetahui apakah pasien terkena virus

herpes atau tidak.

15

Page 16: Skill Lab Penyakit Mulut

E. RENCANA PERAWATAN

Terapi yang diberikan berupa anti virus terbukti efektif melawan infeksi

HSV dengan menghambat DNA virus sehingga dapat menghambat perkembangan

herpes virus, pada lesi dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/krim yang

mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat

asiklovir (Zovirax) juga beberapa obat antivirus lain seperti Famciclovir,

Valacyclovir; anti piretik; multivitamin berupa vitamin B dan vitamin C (B

complex, C capsul 2x sehari 1) maupun multivitamin syrup 1X1 sendok teh untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, antiseptik misalnya chlorhexidine gluconate;

obat kumur berupa benziadamin HCL 0,2 % 3-4x sehari, dikumur setelah makan;

obat kumur tetrasiklin dapat menurunkan infeksi sekunder; dan Obat kumur

analgesik akan mengurangi rasa sakit terutama saat pasien makan. Pemberian

analgesik oral atau topikal sebelum makan atau minum dapat memperbaiki nafsu

makan. Di klinik lesi diulasi dengan povidone iodine 10% setelah itu diulasi

dengan triamsinolone acetonid 0,1% sebagai antiinflamasi diberikan untuk

mengurangi rasa sakit. Kortikosteroid tidak digunakan untuk mengobati herpes

simpleks karena bisa menyebabkan perluasan infeksi.

Pencegahan kekambuhan bisa dilakukan dengan menghilangkan atau

mengurangi faktor pencetus dengan memberikan pengarahan serta mengobati

infeksi dan meningkatkan daya tahan tubuh penderita dengan perbaikan kondisi

tubuh. Selain itu pasien juga dianjurkan untuk menghindari makanan pedas dan

berbumbu tajam, serta istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan lunak

berkalori tinggi dan protein seperti roti, susu dan jus buah untuk meningkatkan

daya tahan tubuh dan menghindari dehidrasi dengan banyak minum air, jus jeruk

atau nanas dihindari untuk mencegah iritasi mukosa akibat kadar asam tinggi.

Selama terapi pasien mematuhi pengobatan dan edukasi dengan baik dan pasien

sembuh pada hari ke-14.

Untuk menurunkan demam, dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen

setiap 6 jam sekali. Jika paracetamol dan ibuprofen dikonsumsi secara bersamaan,

dapat diberikan setiap 2 jam sekali dengan bergantian. Namun perlu diperhatikan

bahwa ibuprofen tidak dapat dikonsumsi dalam jangka panjang karena efek

sampingnya.

16

Page 17: Skill Lab Penyakit Mulut

Untuk mencegah pasien agar tidak mengalami dehidrasi, dapat diberikan

larutan elektrolit setiap 2 jam sekali sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang.

Untuk mengurangi rasa sakit, dapat diberikan aloevera gel. Berbagai

penelitian mengungkapkan bahwa penerapan aloe vera pada bagian oral dapat

mengurangi rasa sakit, meningkatkan remisi dan meningkatkan kualitas hidup

pada pasien yang hidup dengan OLP. Dalam sebuah studi oleh Salazar-Sánchez et

al.39, 64 pasien dengan OLP yang dipilih secara acak dalam studi double-blind;

32 pasien diobati dengan aloe vera dengan dosis 0,4 ml (70% konsentrasi) tiga

kali sehari dan 32 pasien lainnya diberi plasebo. 61% pasien yang diobati dengan

lidah buaya menunjukkan remisi rasa nyeri yang sempurna setelah 12 minggu.

Pada kelompok plasebo, persentase ini adalah 41,6%. Tidak ada efek samping

pada salah satu kelompok diatas. Dengan meningkatkan total kualitas kehidupan

pada pasien dengan OLP. Pada pemilihan acak, double-blind, placebo. Dalam

percobaan terkontrol dari 54 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok yang

dilakukan oleh Choonhakarn et al.40 di mana pasien diberi gel aloe vera atau

plasebo selama 8 minggu. 22 pasien yang diobati dengan aloe vera menunjukan

respon yang baik setelah 8 minggu pengobatan, 2 pasien yang diobati dengan aloe

vera memiliki remisi klinis lengkap. Rasa sakit yang terbakar benar-benar

menghilang pada 9 pasien yang diobati dengan aloe vera.

Untuk mencegah infeksi berlanjut dan semakin meluas, dapat diberikan

acyclovir 15 mg/kg 5 kali sehari selama 5-7 hari. Agar mendapatkan hasil yang

efektif, acyclovir diberikan 72 jam pertama sejak gejala mucul.

Vitamin dan makanan tinggi protein seperti pediasure dapat diberikan

karena pasien mengalami kesulitan menelan dan makan, sehingga asupan gizi

tetap dapat terpenuhi.

17