skrining ekstrak etanol daun jambu biji (psidium … · 2018. 2. 11. · skrining ekstrak etanol...

of 15 /15
SKRINING EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava), DAUN MINT (Mentha piperita), DAUN SERAI (Cymbopogon nardus), RIMPANG JAHE (Zingiber officinale), DAN PELEPAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca) TERHADAP METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi Oleh: ANNISA DIYAN MEITASARI K 100 130 059 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library

Author: others

Post on 16-Mar-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • SKRINING EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava), DAUN MINT

    (Mentha piperita), DAUN SERAI (Cymbopogon nardus), RIMPANG JAHE (Zingiber

    officinale), DAN PELEPAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca) TERHADAP

    METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus

    PUBLIKASI ILMIAH

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi

    Oleh:

    ANNISA DIYAN MEITASARI

    K 100 130 059

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2017

    brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

    provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library

    https://core.ac.uk/display/148617148?utm_source=pdf&utm_medium=banner&utm_campaign=pdf-decoration-v1

  • HALAMAN PENGESAHAN

    SKRTMNG EKSTRAK ETANOL DALIN JAMBU BrJI {Psidium guajava),

    IIAtIN MINT (Mentha piperita),IlAlN SERAI (Cymbopogon nardus),RIMPANG JAHE (Zingiber fficinate), DAN PELEPAH PISANG AMBON

    (Masa poradisiaca) TERHAD AP METIIICILLIN RESISTANT Staphylococcus

    aureas

    OLEH

    Annisa Divan Meitasari

    K 100 130 059

    Telah dipertahankan di depan I)ewan PengujiFakultas Farmasi

    Uniyersitas Muhammadiyah SurakartaPada hari Jumat, 21 Juli 2017

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Dewan Penguji:

    l.Maryati, Ph.D., Apt

    {Ketua Dewan Penguji)

    2.Azis Saifudin, Ph.D., Apt(Anggota 1 Dewan Penguji)

    3. Ratna Yuliani, M.Biotech.St.

    {Anggota II Dewan Penguji)

    l^

    1l

  • PER]VYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahrva dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

    pernah diajukan untuk memperoleh geiar kesarjanaan di suatu persuruan tinggi dan sepanjang

    p'rengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

    lain, kecuali secara tertulis diacu dalarn naskah dan disebutkan dalam daftar purstaka.

    Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

    perlangprn gj arvabkan sepenuhnya.

    S*rakaltro 2l Juli 2017

    Penulis

    -T, A

    \xl^zA-,' 0 " -r-'\/,4.-N N ISA_D IYAIL ttEITA rA BI

    , K 100 13$ S59

    111

  • 1

    SKRINING EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava), DAUN MINT

    (Mentha piperita), DAUN SERAI (Cymbopogon nardus), RIMPANG JAHE (Zingiber

    officinale), DAN PELEPAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca) TERHADAP

    METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus

    Abstrak

    Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah galur Staphylococcus

    aureus yang resisten terhadap antibiotik betalaktam yang dapat menyebabkan infeksi

    seperti sepsis, pneumonia, dan infeksi pada organ selain paru-paru dan darah. Saat ini

    antibiotik yang dapat menghambat MRSA hanya sedikit, maka perlu adanya alternatif

    lain untuk menghambat pertumbuhannya. Daun jambu biji (Psidium guajava L.), daun

    mint (Mentha piperita), daun serai (Cymbopogon nardus), rimpang jahe (Zingiber

    officinale), dan pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca) mempunyai aktivitas

    antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

    aktivitas antibakteri ekstrak kelima tanaman tersebut terhadap bakteri MRSA dan

    mengetahui golongan senyawa aktif pada ekstrak yang mempuyai aktivitas antibakteri

    tertinggi.

    Penyarian menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Skrining aktivitas

    antibakteri menggunakan metode difusi disk dengan konsentrasi setiap ekstrak 80%.

    Golongan senyawa diidentifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis. Uji bioautografi

    digunakan untuk mengidentifikasi golongan senyawa yang mempunyai aktivitas

    antibakteri.

    Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun jambu biji, daun mint, daun serai, rimpang

    jahe, dan pelepah pisang ambon menunjukkan bahwa ekstrak memiliki aktivitas

    antibakteri terhadap MRSA dengan perolehan zona hambat tertinggi adalah daun jambu

    biji yaitu 11,33±3,21 mm. Golongan senyawa yang terdapat pada daun jambu biji adalah

    tanin, terpenoid, saponin, dan ketiganya mempunyai aktivitas antibakteri.

    Kata Kunci: antibakteri, MRSA, ekstrak, KLT, bioautografi, Psidium guajava L.

    Abstract

    Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylococcus

    aureus that is resistant to beta-lactam antibiotics that can cause infections such as

    sepsis, pneumonia and infections in other organs except lungs and blood. Currently, only

    few antibiotics can inhibit MRSA. Therefore alternative antibacterials are need to inhibit

    MRSA. Guava leaf (Psidium guajava L.), mint leaf (Mentha piperita), Lemongrass leaves

    (Cymbopogon nardus), ginger rhizome (Zingiber officinale), and ambon banana midrib

    (Musa paradisiaca) have antibacterial activity against Staphylococcus aureus. The

    purpose of this research was to investigate the antibacterial activity of fifth plant extracts

    againts MRSA and to know the class of active compound in extract which had the highest

    antibacterial activity.

    The plants was extracted using maceration method with 96% ethanol. Screening of

    antibacterial activity used diffusion disc method with concentration of each extract 80%.

    Group of compounds were identified using thin layer chromatography. Bioautography

    test was used to identify group compounds that have antibacterial activity.

    The results of antibacterial activity test show that extract of guava leaf extract, mint leaf, lemongrass leaf, ginger rhizome, and ambon banana midrib had antibacterial activity

    against MRSA. Guava leaf extract had the higest antibacterial activity with inhibitor

    zone diameter is 11.33 ± 3.21 mm. Groups of compounds in guava leaves were tannins,

    terpenoids, saponins, and all three had antibacterial activity.

  • 2

    Keywords: antibacterial, MRSA, ekstrak, TLC, bioautography, Psidium guajava L.

    1. PENDAHULUAN

    Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah galur Staphylococcus aureus yang

    resisten terhadap antibiotik betalaktam, termasuk penisilin dan turunannya (metisilin, oksasilin,

    diklosasilin, nafsilin, dan sefalosporin). MRSA dapat menyebabkan infeksi seperti sepsis,

    pneumonia, dan infeksi pada organ selain paru-paru dan darah. Prevalensi di Inggris pada tahun

    1999-2005 menunjukkan peningkatan yang signifikan penderita infeksi akibat MRSA. Penderita

    infeksi MRSA yang dirawat di rumah sakit meningkat dari 127.036 menjadi 278.203. Pasien

    dengan sepsis meningkat sebanyak 81,2 %, pneumonia meningkat 19,3%, dan peningkatan hampir

    tiga kali lipat terjadi pada infeksi di luar paru-paru dan darah yaitu dari 65.361 menjadi 185.415

    (Klein et al., 2007). Data atau publikasi tentang MRSA di Indonesia masih sangat terbatas. Sejauh

    ini laporan yang ada adalah data prevalensi MRSA berdasarkan uji kepekaan terhadap berbagai

    antimikroba. Noviana melaporkan bahwa prevalensi MRSA di Rumah Sakit Atmajaya Jakarta pada

    tahun 2003 mencapai 47%. Insiden MRSA di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang mencapai 46%

    (Yuwono, 2010).

    Terapi yang digunakan untuk mengatasi MRSA adalah antibiotik. Antibiotik yang

    digunakan untuk menghambat MRSA diantaranya adalah linezolid, trimetropim, sulfametoksazol,

    rifampisin, dan vankomisin (Harbarth et al., 2015). Jumlah antibiotik untuk menghambat MRSA

    hanya sedikit, maka perlu adanya alternatif lain untuk menghambat pertumbuhannya.

    Alternatif yang diharapkan dapat menghambat bakteri MRSA adalah daun jambu biji,

    rimpang jahe, daun mint, daun serai, dan pelepah pisang ambon karena kelima tanaman tersebut

    mempunyai daya hambat yang besar pada bakteri Staphylococcus aureus. Nilai Minimum Inhibitory

    Concentration (MIC) 90% ekstrak metanol 70% daun jambu biji sebesar 0,52 mg/mL, rimpang jahe

    3,56 mg/mL, daun mint 2,20 mg/mL, daun serai 17,84 mg/mL (Betoni et al., 2006). Diameter zona

    hambat ekstrak etanol pelepah pisang konsentrasi 80% terhadap Staphylococcus aureus sebesar 13

    mm (Alafiah, 2015).

    Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas

    antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji, daun mint, daun serai, rimpang jahe, dan pelepah pisang

    ambon terhadap bakteri MRSA dan mengetahui golongan senyawa yang mempunyai aktivitas

    antibakteri yang terkandung pada tanaman dengan aktivitas antibakteri tertinggi. Sehingga

    diharapkan ekstrak tanaman yang mempunyai aktivitas terhadap antibakteri tertinggi dapat

    digunakan sebagai alternatif untuk mengobati pasien dengan infeksi MRSA.

  • 3

    2. METODE

    2.1 Alat dan Bahan:

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas (Pyrex®), neraca

    analitik (Ohaus), evaporator (Heidolph), corong Buchner, waterbath (Memmert), mikropipet

    (Socorex), inkubator (Memmert), autoklaf (Hirayama), LAF (Laminar Air Flow) (CV. Srikandi

    Laboratory), shaker incubator (New Brunswick Scientific), mikroskop (Olympus), oven

    (Memmert), vorteks Maxi Mix II 37600 (Thermolyne Corporation), lampu UV 336, lampu UV

    254.

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun jambu biji (Psidium guajava), daun

    serai (Cymbopogon nardus), rimpang jahe (Zingiber officinale), pelepah pisang ambon (Musa

    paradisiaca) yang diperoleh di daerah Sukoharjo, dan daun mint (Mentha piperita) yang diperoleh

    dari daerah sekitar Salatiga. Bakteri MRSA yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi

    Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, etanol 96%, media agar MH (Mueller

    Hinton), BHI (Brain Heart Infusion), NaCl 0,9%, cat Gram A (kristal violet), cat Gram B (iodin

    gram), cat Gram C (etil alkohol 96%), cat Gram D (safranin), akuades, disk kosong (Oxoid), disk

    sefoksitin (Oxioid), disk klindamisin (Oxioid), disk linezolid (Oxioid), yellow tips, blue tips, silika

    gel GF254, FeCl3, sitroborat, Dragendorff, anisaldehid, vanillin-H2SO4, Liebermann-Burchard,

    dan standart Mc. Farland.

    2.2 Jalannya Penelitian:

    2.2.1 Penyiapan Bahan

    Kelima tanaman yang didapatkan dicuci hingga bersih, dipotong-potong, dan dikeringkan di bawah

    sinar matahari yang dilapisi dengan kain hitam supaya metabolit sekunder dari tanaman tidak

    terdegradasi.

    2.2.2 Ekstraksi

    Seratus gram tiap tanaman direndam 2 L etanol 96% dan dimaserasi selama 3 x 24 jam, disaring

    menggunakan corong Buchner. Filtrat dari sampel dipekatkan dengan evaporator lalu diuapkan

    dengan water bath hingga diperoleh ekstrak kental.

    2.2.3 Uji Sensitivitas Bakteri

    Suspensi MRSA diambil sebanyak 100 μL lalu dibuat menjadi konsentrasi 1,5 x 108 CFU/mL

    menggunakan larutan NaCl 0,9% kemudian diambil 200 μL dan ditanam pada media MH. Disk yang

  • 4

    berisi antibiotik sefoksitin 30 μg, klindamisin 30 μg, dan linezolid 30 μg ditempelkan pada media,

    kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C dan diamati zona hambatnya.

    2.2.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri

    Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disk difusi. 20 µL atau setara dengan 16 mg masing-

    masing larutan ekstrak tanaman dengan konsentrasi 80% diteteskan ke dalam disk kosong. Suspensi

    bakteri yang konsentrasinya telah disamakan dengan standar McFarland 0,5 diambil 200 µL,

    diteteskan di media MH lalu diratakan menggunakan speader glass dan ditunggu ±10 menit. Kontrol

    positif, kontrol negatif, dan disk yang berisi ekstrak daun jambu biji; daun mint; daun serai; rimpang

    jahe; dan pelepah pisang ambon diletakkan ke media MH, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada

    suhu 37˚C dan diamati diameter zona hambat yang terbentuk yang ditandai dengan adanya daerah

    jernih disekitar disk.

    2.2.5 Pengujian KLT

    Ekstrak dengan aktivitas antibakteri tertinggi yaitu daun jambu biji diambil 10 µL dan ditotolkan

    pada fase diam silika gel GF254 yang sudah diaktifkan dengan cara dioven pada suhu 110˚C selama

    10 menit, kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang sudah berisi fase gerak N-heksan:aseton

    (6:4). Setelah dielusi plat KLT dikeringkan dan kemudian disemprot vanillin-H2SO4, sitroborat,

    FeCl3, anisaldehid, dan Dragendorff dan diamati menggunakan sinar tampak, UV 254 nm, dan 366

    nm.

    2.2.6 Pengujian Bioautografi

    Plat KLT yang telah dielusi ditempelkan pada media MH yang telah diberi 200 µL suspensi bakteri

    MRSA yang sudah disetarakan dengan kekeruhan 0,5 McFarland dan didiamkan selama 20-30

    menit. Plat KLT diangkat menggunakan pinset dan media diinkubasi selama 24 jam pada suhu

    37˚C. Hasil uji bioautografi diamati ada tidaknya zona bening, jika terdapat zona bening maka

    ditetapkan Rfnya. Golongan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap MRSA dapat

    diketahui dari nilai Rf bioautografi dan KLT yang sama.

    2.3 Analisis Data

    Analisis data pada hasil skrining aktivitas antibakteri dengan cara mengamati diameter zona hambat

    daun jambu biji, daun mint, daun serai, rimpang jahe, dan pelepah pisang ambon yang terdpar pada

    daerah sekitar disk yang berwarna jernih. Hasil pada uji KLT dilakukan dengan cara mengamati hasil

    elusi KLT pada sinar tampak, UV 254 nm, dan UV 366 nm serta mengamati perubahan warna

    bercak setelah disemprot dengan berbagai reagen semprot. Anilisis data pada uji bioautografi

  • 5

    dilakukan dengan mengamati zona jernih yang terbentuk lalu dicocokkan dengan Rf hasil elusi KLT

    untuk menentukan golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Ekstraksi

    Metode ekstraksi yang digunakan pada pembuatan ekstrak daun jambu biji, daun mint, daun serai,

    rimpang jahe, dan pelepah pisang ambon adalah maserasi. Maserasi dilakukan dengan cara

    merendam simplisia. Pelarut yang dipilih adalah etanol 96% karena merupakan pelarut universal

    yang mampu menyari sebagian besar zat aktif yang terkandung dalam simplisia. Serta lebih efisien

    dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan tersari lebih banyak (Tiwari et al., 2011).

    Tabel 1. Hasil ekstraksi daun jambu biji, daun mint, daun serai, rimpang jahe, dan pelepah pisang

    ambon

    Sampel Bobot Serbuk

    (gram)

    Bobot Ekstrak

    (gram)

    Rendemen (%)

    Daun jambu biji 100,09 6,96 6,95

    Daun mint 100,14 3,83 3,37

    Daun serai 100,22 3,32 3,31

    Rimpang jahe 101,26 5,05 4,99

    Pelepah pisang

    ambon

    102,11 1,84 1,80

    Rendemen yang diperoleh dari ekstraksi bervariasi, rendemen paling tingi adalah daun jambu

    biji dengan nilai 6,95% dan yang terendah adalah pelepah pisang ambon dengan nilai 1,80%

    (Tabel 1).

    3.2 Uji Sensitivitas

    Hasil uji sensitivitas menunjukan bahwa bakteri MRSA yang digunakan resisten terhadap antibiotik

    sefoksitin. Sefoksitin merupakan antibiotik yang direkomendasikan untuk mendeteksi bakteri MRSA

    pada saat uji menggunakan disk difusi karena merupakan induktor yang poten pada MecA (Anand et

    al., 2009). MRSA memiliki sifat intermediet terhadap antibiotik klindamisin dan sensitif terhadap

    linezolid. Zona hambat yang dihasilkan linezolid terhadap MRSA adalah 35 mm, maka dari itu

    linezolid dipilih sebagai kontrol positif.

  • 6

    Tabel 2. Interpretasi hasil uji sensitivitas MRSA terhadap antibiotik

    Antibiotik Diameter zona hambat (mm) Diameter

    zona hambat

    uji (mm)

    Sifat

    bakteri Resisten Intermediet Sensitif

    Sefoksitin ≤14 15-17 ≥18 6 Resisten

    Klindamisin ≤14 15-20 ≥21 17 Intermediet

    Linezolid ≤20 - ≥21 35 Sensitif

    (Clinical and Laboratory Standards Institute, 2011)

    Keterangan : Diameter zona hambat termasuk diameter disk 6 mm.

    3.3 Uji Aktivitas Antibakteri

    Skrining aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol daun jambu

    biji, daun mint, daun serai, rimpang jahe, dan pelepah pisang ambon dalam menghambat bakteri

    MRSA. Metode yang digunakan adalah disk difusi. Ekstrak tanaman yang memiliki aktivitas

    antibakteri akan menunjukan zona bening di sekitar disk. Zona bening di daerah sekitar disk yang

    tidak menunjukan pertumbuhan bakteri disebut zona radikal, sedangkan zona jernih disekitar disk

    yang masih terdapat pertumbuhan bakteri disebut zona irradikal.

    Hasil skrining ekstrak etanol daun jambu biji, daun mint, daun serai, rimpang jahe dan

    pelepah pisang ambon masing-masing mempunyai daya hambat terhadap bakteri MRSA.

    Penghambatan bakteri daun jambu biji, daun serai, rimpang jahe, dan pelepah pisang berbentuk zona

    radikal sedangkan daun mint memiliki zona irradikal. Kontrol positif yang digunakan adalah

    antibiotik linezolid 30 µg. Linezoid adalah antibiotik golongan oksazolidinon yang digunakan dalam

    terapi penyakit yang disebabkan oleh bakteri MRSA (Liu et al., 2011). Linezolid merupakan obat

    yang paling baik menghambat bakteri gram positif. Mekanisme kerja linezolid adalah mengahambat

    sintesis protein melalui sebuah mekanisme yang unik (Sader et al., 2001). Kontrol negatif dalam

    penelitian ini adalah etanol 96% yang merupakan pelarut dalam proses ekstraksi.

    Tabel 3. Hasil skrining antibakteri ekstrak daun jambu biji, daun mint, daun serai, rimpang jahe, dan

    pelepah pisang ambon

    Bahan uji Rata-rata zona hambat ± SD (mm)

    K pelarut (etanol 96%) 6,00 ± 0

    Ekstrak daun jambu biji 11,33 ± 3,21R

    Ekstrak daun mint 6,33 ± 0,57I

  • 7

    Ekstrak daun serai 8,33 ± 1,53R

    Ekstrak rimpang jahe 6,66 ± 0,57R

    Ekstrak pelepah pisang ambon 7,66 ± 2,08R

    K positif (Linezolid 30µg) 35,00 ± 0R

    Keterangan : Diameter zona hambat termasuk diameter disk (6 mm), Hasil diatas merupakan hasil 3x replikasi, R : Radikal,

    I : Irradikal

    Hasil skrining antibakteri menunjukan ekstrak yang memiliki diameter zona hambat terbesar

    adalah ekstrak daun jambu biji (Tabel 3) dengan zona hambat sebesar 11,33 mm. Pada penelitian

    sebelumnya ekstrak etanol 70% daun jambu biji memiliki daya hambat 11,0 mm pada bakteri

    Staphylococcus aureus (Biswas et al., 2013). Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa

    ekstrak daun jambu biji memiliki sifat antibakteri terhadap MRSA.

    3.3 Uji KLT

    Uji KLT merupakan metode pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi fase gerak dan

    fase diam. Uji KLT dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa pada ekstrak

    tanaman. Ekstrak yang dianalisis adalah tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi yaitu

    daun jambu biji.

    Tabel 4. Identifikasi golongan senyawa dalam ekstrak etanol daun jambu biji

    hRf Visi

    bel

    Warna bercak Ketera

    ngan

    Sinar UV Dra

    gen

    droff

    FeCl3 Sitro

    borat

    Ani

    salde

    hid

    Vani

    lin

    H2SO4

    254

    nm

    366

    nm

    VIS VIS UV-

    366

    VIS VIS

    25 Hj P - Hj Ah P - - Tanin

    44 - P B - - P - -

    62 K P - Hj Hj P Hj Hj

    67 AH P - Hj Ah P Hj B Tanin,ter

    penoid

    75 Hj P - Hj Hj P V Hj Terpeno

    id,

    saponin

  • 8

    80 AH P C Ah P Hj HU Tanin

    92 K P K - - P - AH

    Keterangan : C = Coklat B = Biru M = Merah Hj = Hijau

    Ht = Hitam K = Kuning V = Violet P = Pemadaman

    AH = Abu-abu kehitaman HU = Hijau keunguan

    Deteksi menggunakan pereaksi semprot sitroborat digunakan untuk mendeteksi golongan

    senyawa flavonoid (Nansy et al., 2015), totolan berubah warna menjadi kuning-oranye, biru-hijau

    pada UV 365 nm apabila mengandung golongan senyawa flavonoid (Wagner and Bladt, 1996).

    Hasil KLT menunjukan tidak ada bercak yang sesuai dengan kriteria, hal ini menunjukkan bahwa

    tidak terdapat kandungan flavonoid pada ekstrak etanol 96% daun jambu biji (Tabel 4). Deteksi

    golongan senyawa polifenol dan tannin menggunakan pereaksi semprot FeCl3 yang jika positif

    menghasilkan warna abu-abu kehitaman (Wagner and Bladt, 1996). Hasil yang didapatkan pada hRf

    25, 67, dan 80 terdapat bercak abu-abu pada sinar tampak biji (Tabel 4). Hal ini menunjukkan

    bahwa ekstrak etanol 96% daun jambu biji mengandung golongan senyawa polifenol dan tanin.

    Deteksi menggunakan reagen semprot anisaldehid mengindikasikan golongan senyawa

    terpenoid dan saponin yang dapat dilihat dengan terbentuknya warna violet setelah penambahan

    reagen dan pemanasan menggunakan oven pada suhu 100˚C selama 5 menit. Uji KLT dengan

    pereaksi semprot anisaldehid-H2SO4 menghasilkan hRf 75 biji (Tabel 4). Hasil menunjukkan bahwa

    ekstrak etanol 96% daun jambu biji mengandung golongan senyawa terpenoid dan saponin.

    Pereaksi semprot Dragendorff dapat mendeteksi golongan senyawa alkaloid yang ditandai

    perubahan warna menjadi kuning, oranye, atau kecoklatan pada sinar tampak (Wagner and Bladt,

    1996). Hasil KLT terdapat warna coklat pada hRf 80 yang mengindikasikan daun jambu biji

    mengandung golongan senyawa alkaloid biji (Tabel 4). Deteksi menggunakan reagen semprot

    vanilin-H2SO4 menghasilkan warna biru hRf 67 pada sinar tampak biji (Tabel 4). Hal ini

    menunjukkan bahwa daun jambu biji mengandung golongan senyawa terpenoid.

    Hasil deteksi menggunakan pereaksi semprot menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% daun

    jambu biji mengandung golongan senyawa polifenol, tanin, terpenoid, saponin, terpenoid dan

    alkaloid. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan Biswas et al. (2013) bahwa daun

    jambu biji mengandung golongan senyawa adalah fenol, tanin, terpenoid, flavonoid, dan glikosida.

    3.4 Uji Bioautografi

    Uji bioautografi bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa dalam ekstrak tanaman yang

    memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Metode yang digunakan adalah bioautorafi langsung yaitu

  • 9

    dengan cara meletakkan plat KLT yang sudah dielusi pada media MH agar yang telah diinokulasi

    bakteri.

    Gambar 1. Hasil bioautografi ekstrak daun jambu biji terhadap bakteri MRSA K : Kontrol;

    D: Daun jambu biji.

    Hasil uji bioautografi menunjukan bahwa zona jernih terdapat pada hRf 25 dan 75.

    Pada hRf 25 setelah disemprot menggunakan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi abu-abu

    kehitaman yang diduga terdapat golongan senyawa tanin. Pada hRf 75 setelah disemprot

    menggunakan anisaldehid terjadi perubahan warna menjadi violet, sehingga diduga terdapat

    golongan senyawa terpenoid dan saponin. Jadi golongan senyawa yang diduga dapat menghambat

    bakteri MRSA pada ekstrak daun jambu biji adalah terpenoid, saponin, dan tanin (Gambar 1).

    Golongan senyawa terpenoid biasa disebut petalostemumol karena menunjukkan aktivitas yang

    sangat baik dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis dan kurang baik

    dalam menghambat bakteri Gram negatif. Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri masih belum

    diketahui secara jelas, namun diduga melibatkan gangguan membran oleh senyawa lipofilik (Cowan,

    1999). Saponin mempunyai mekanisme kerja sebagai antibakteri dengan menurunkan tegangan

    permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan

    senyawa intraseluler akan keluar (Robinson, 1995). Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri

    adalah menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga bakteri tidak

    dapat terbentuk (Robinson, 1995).

    4. PENUTUP

    1. Hasil skrining aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 80% menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun

    jambu biji, daun mint, daun serai, rimpang jahe, dan pelepah pisang mempunyai aktivitas antibakteri

    terhadap bakteri MRSA dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 11,33±3,21R mm;

    6,33 ± 0,7I mm; 8,33±1,53R mm; 6,66±0,57R mm; dan 7,66±2,08R mm.

  • 10

    2. Golongan senyawa yang terkandung dalam daun jambu biji dan memiliki aktivitas anti bakteri adalah

    terpenoid, saponin, dan tanin.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alafiah D.T., 2015, Uji aktvitas Antibakteri Ekstrak Etanol Pelepah Tanaman Pisang Ambon

    (Musa paradisiaca) terhadap Bakteri Escherichia coli ATCC 11229 dan Staphylococcus

    aureus ATCC 6538 secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah

    Surakarta.

    Anand K.B., Agrawal P., Kumar S. and Kapila K., 2009, Comparison of Cefoxitin Disc Diffusion

    Test, Oxacillin Screen Agar, and PCR for mecA gene for Detection of MRSA, Indian Journal

    of Medical Microbiology, 27 (1), 27–30.

    Betoni J.E.C., Mantovani R.P., Barbosa L.N., Stasi L.C. Di and Junior A.F., 2006, Synergism

    Between Plant Extract and Antimicrobial Drugs Used on Staphylococcus aureus Diseases,

    Mem Inst Oswaldo Cruz, 101 (4), 387–390.

    Biswas B., Rogers K., McLaughlin F., Daniels D. and Yadav A., 2013, Antimicrobial Activities of

    Leaf Extracts of Guava (Psidium guajava L.) on Two Gram-Negative and Gram-Positive

    Bacteria, International Journal of Microbiology, 2013, 1–7.

    Cowan M.M., 1999, Plant Products as Antimicrobial Agents., Clinical microbiology reviews, 12

    (4), 564–582.

    Harbarth S., Pagani L., Huttner B., Olearo F., Emonet S. and Uc I., 2015, Randomized Non-

    inferiority Trial to Compare Trimethoprim/Sulfamethoxazole Plus Rifampicin Versus

    Linezolid for the Treatment of MRSA Infection, Journal of Antimicrobial Chemotherapo, 70

    (1), 264–272.

    Klein E., Smith D.L. and Laxminarayan R., 2007, Hospitalizations and Deaths Caused by

    Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus United States, 1999-2005, Drotman, D. P., ed.,

    Liu C., Bayer A., Cosgrove S.E., Daum R.S., Fridkin S.K., Gorwitz R.J., Kaplan S.L., Karchmer

    A.W., Levine D.P., Murray B.E., Rybak M.J., Talan D.A. and Chambers H.F., 2011, Clinical

  • 11

    Practice Guidelines by the Infectious Diseases Society of America for the Treatment of

    Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus Infections in Adults and Children: Executive

    Summary, Clinical Infectious Diseases, 52 (3), 285–292.

    Nansy E., Harwoko, S P. and A N., 2015, Total FlavonoidCcontent and In Vivo Hypotensive Effect

    of Chloroform Insoluble Fraction of Centella asiatica Leaf Extract, International Food

    Research Journal, 22 (5), 2119–2125.

    Robinson T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 16th ed. Kosasih, P., ed., ITB,

    Bandung.

    Sader H.S., Gales A.C. and Jones R.N., 2001, Antimicrobial activity of linezolid against Gram-

    positive cocci isolated in Brazil., Brazilian Journal of Infectious Diseases, 5 (8), 171–176.

    Tiwari P., Kumar B., Kaur M., Kaur G. and Kaur H., 2011, Phytochemical Screening and

    Extraction - A review, Internationale Pharmaceutica Sciencia, 1 (1), 98–106. Terdapat di:

    http://www.ipharmsciencia.com.

    Wagner H. and Bladt S., 1996, Plant Drug Analisys: A Thin Layer Chromatography, 2nd ed., New

    York.

    Yuwono, 2010, Pandemi Resistensi Antimikroba: Belajar dari MRSA, Jurnal Kedokteran dan

    Kesehatan, 1 (42), 2837–2850.