skripsi 2013 hubungan faktor psikososial kerja...
TRANSCRIPT
No. Questionnaire:
1
SKRIPSI 2013
HUBUNGAN FAKTOR PSIKOSOSIAL KERJA TERHADAP STRES KERJA DAN
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA YANG MENGGUNAKAN
KOMPUTER DI BOSOWA RESOURCES GROUP MAKASSAR TAHUN 2013
OLEH
Wahyuni
C11108294
PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS. Sp. OK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
No. Questionnaire:
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PANITIA SIDANG UJIAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. .................................................................................. Latar
Belakang Masalah............................................................... 1
1.2. .................................................................................. Perumusan
Masalah ............................................................................... 3
1.3. .................................................................................. Tujuan
Penelitian ............................................................................ 3
1.4. .................................................................................. Manfaat
Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ................................................................................. Tinjauan
umum faktor resiko psikososial kerja ................................ 5
2.2. ................................................................................. Tinjauan
umum tentang stres kerja ................................................... 6
2.3. ................................................................................. Tinjauan
umum tentang gangguan muskuloskeletal......................... 10
2.4. ................................................................................. Tinjauan
umum tentang pengguna komputer ................................... 14
2.5. ................................................................................. Kerangka
teori .................................................................................... 18
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................... 20
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 26
5.1. Hasil penelitian .................................................................. 26
5.2. Pembahasan ....................................................................... 38
No. Questionnaire:
3
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42
RIWAYAT PENULIS
LAMPIRAN
No. Questionnaire:
4
RIWAYAT PENULIS
Riwayat Pribadi
Nama : Wahyuni
Tempat/tanggal lahir : Rappang, 30 Juni 1990
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan XII, NTI Blok PC No. 7
Agama : Islam
Suku bangsa : Bugis
Status pernikahan : Belum menikah
Riwayat pendidikan:
TK Aisyiah Panca Rijang, Sidrap
SDN 9 Panca Rijang, Sidrap (1996-2002)
SMPN 1 Panca Rijang, Sidrap (2002-2005)
SMAN 2 Tinggimoncong, Gowa (2005-2008)
S1 Fakultas Kedokteran Unhas (2011)
No. Questionnaire:
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penggunaan komputer yang baik ................................................... 14
Gambar 2. Tempat duduk yang baik bagi pengguna komputer ....................... 15
Gambar 3. Tempat istirahat bagi kaki .............................................................. 15
Gambar 4. Tempat pergelangan tangan ........................................................... 15
Gambar 5. Pemegang dokumen pada komputer .............................................. 16
Gambar 6. Posisi tangan pada penggunaan mouse .......................................... 16
No. Questionnaire:
6
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Faktor psikososial kerja ..................................................................... 27
Tabel 2. Distibusi frekusensi stres kerja .......................................................... 28
Tabel 3. Gejala gangguan stres ........................................................................ 29
Tabel 4. Distribusi frekuensi gangguan muskuloskeletal ................................ 30
Tabel 5. Anggota tubuh yang terkena gangguan muskuloskeletal .................. 30
Tabel 6. Analisis hubungan faktor psikososial kerja dengan stres kerja ......... 31
Tabel 7. Analisis hubungan faktor psikososial kerja dengan gangguan muskuloskeletal 34
Tabel 8. Analisis hubungan stress kerja dan gangguan muskuloskeletal ........ 38
No. Questionnaire:
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini dibawakan dalam rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang memberikan
bimbingan, kesempatan, dan arahan, untuk itu penyusun ucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada orang tua penyusun, pembimbing dr. Sultan Buraena, MS. Sp.
OK., Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M. Sc., dan Dr. dr. Sri Ramadany, M. Kes., pihak Bosowa
Resources Group Makassar, dan pihak lain yang tidak disebutkan.
Penyusunan skripsi ini disadari jauh dari sempurna, untuk itu penyusun memohon
saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna dan membantu pembaca
serta institusi terkait.
Makassar, 2013
Wahyuni
No. Questionnaire:
8
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
APRIL, 2013
Wahyuni, C 111 08 294
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
HUBUNGAN FAKTOR PSIKOSOSIAL KERJA TERHADAP STRES KERJA DAN
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA YANG MENGGUNAKAN
KOMPUTER DI BOSOWA RESOURCES GROUP MAKASSAR
(xii + 43 halaman + lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu hal yang tidak diperhatikan secara cukup menonjol oleh pihak
perusahaan adalah faktor psikososial dalam lingkungan kerja. Faktor kerja psikososial
menunjukkan pengaruh dalam manajemen stres pada pekerja. Interaksi yang negatif antara
kondisi pekerjaan dengan faktor manusia atau pekerja dapat menyebabkan keguncangan
emosi, masalah perilaku, perubahan biokimia dan neohormonal sampai pada resiko sakit
secara mental dan psikis. Dari sisi fisik, konsekuensi-konsekuensi yang dapat terjadi adalah
kelelahan yang sifatnya nyata dan terjadi secara dini, nyeri pada bagian-bagian tubuh tertentu
seperti leher, bahu dan punggung bagian bawah yang sering disebut dengan musculoskeletal
symptoms.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan desain cross
sectional yang bersifat analitik. Jumlah sampel sebanyak 31 responden. Teknik pengambilan
sampel diambil secara total sampling. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS 16, kemudian dilakukan analisis data menggunakan program
yang sama.
Hasil: Dari 31 responden, responden yang mengalami tuntutan kerja yang cepat sebanyak 31
responden, tuntutan kerja yang banyak sebanyak 27 responden, timbunan kerja yang belum
dikerjakan sebanyak 14 responden, deadline kerja yang ketat sebanyak 27 responden,
ketergantungan pada supervisor sebanyak 11 responden, ketergantungan pada rekan kerja
sebanyak 10 responden, kostumer yang tidak bersahabat sebanyak 9 responden, kontak
dengan orang yang tidak menyenangkan sebanyak 9 responden, istirahat kerja yang kurang
sebanyak 12 responden, pekerjaan yang menuntut berbolak-balik sebanyak 20 responden,
komputer yang rusak sebanyak 3 responden, respon komputer yang lambat sebanyak 12
No. Questionnaire:
9
responden, tantangan dalam pekerjaan sebanyak 26 responden, kesulitan dalam
memfokuskan perhatian sebanyak 12 responden. Sebanyak 24 responden mengalami gejala
stress, sedangkan 7 responden tidak mengalami gejala stress. Sebanyak 11 responden
mengalami gangguan muskuloskeletal, dan 20 responden tidak mengalami gangguan
muskuloskeletal.
Kata kunci : Faktor psikososial kerja, Stres kerja, Gangguan muskuloskeletal, Pekerja
komputer
Daftar Pustaka: 16 (1997-2012)
No. Questionnaire:
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hal yang tidak diperhatikan secara cukup menonjol oleh pihak perusahaan
adalah faktor psikososial dalam lingkungan kerja. Pada prakteknya masih banyak hal yang
harus diketahui oleh banyak perusahaan di Indonesia. Beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah faktor psikososial dalam lingkungan kerja dan baru kemudian mengimplementasikan
hal-hal yang terkait dan perlu dilakukan. Di dunia sendiri, terutama di negara-negara maju,
dalam satu dekade terakhir studi tentang peran faktor-faktor psikosial dalam lingkungan
kerja dan berbagai efeknya telah dilakukan dan menjadi pertimbangan yang penting dan luas
oleh banyak perusahaan.[1]
Faktor kerja psikososial menunjukkan pengaruh dalam manajemen stres pada
pekerja.[2]
Caplan (1984) mengatakan bahwa jika tercipta interaksi yang negatif antara
kondisi pekerjaan dengan faktor manusia atau pekerja maka akan terjadi keguncangan emosi,
masalah perilaku, perubahan biokimia dan neohormonal sampai pada resiko sakit secara
mental dan psikis. Secara lebih jauh, konsekuensi-konsekuensi psikologis yang bisa terjadi
antara lain adalah perasaan kesepian dan terpencil, pasrah dan merasa kurang atau tidak
dihargai dengan pantas, perasaan jenuh dan lelah yang berlebih, timbulnya leamed
helplesness, penurunan motivasi kerja sampai pada kinerja yang buruk dan penurunan
produktivitas kerja. Sedangkan dari sisi fisik, konsekuensi-konsekuensi yang dapat terjadi
adalah kelelahan yang sifatnya nyata dan terjadi secara dini, nyeri pada bagian-bagian tubuh
tertentu seperti leher, bahu dan punggung bagian bawah yang sering disebut dengan
muskuloskeletal symptoms (Johansson & Nonas, 1994; Johansson & Bemowitz, 1994), dan
kemudian jatuh sakit. Hal tersebut di atas kemudian dikuatkan dengan keterangan dari
Mausner Dorsch & Eaton (2000) yang menjelaskan bahwa karakter psikososial yang
dijumpai pada lingkungan kerja memiliki keterkaitan yang erat dengan masalah kesehatan
dan keselamatan kerja karyawan. Seringkali terjadi penurunan kesehatan karyawan sehingga
jatuh sakit.[1]
Komputer telah menjadi lambang dari kehidupan modern, telah digunakan dalam
seluruh aspek kehidupan.[3]
Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah pekerja yang
menggunakan komputer. Para pekerja komputer ini memiliki resiko yang tinggi untuk
No. Questionnaire:
11
mengalami keluhan muskuloskeletal. Komputer yang meiliki layar yang datar dan langsung
bercahaya saat keyboard disentuh serta teknologi terkait lainnya seperti mouse, touch pad,
dilaporkan menyebabkan masalah kesehatan.[4]
Sebuah studi yang dilakukan oleh Giri et al melaporkan beberapa penyakit yang
diakibatkan oleh komputer, keluhan terbanyak adalah keluhan muskuloskeletal (73.3%)
diikuti keluhan pada mata (65.3%) dan psikososial (46.0%). Sivaraman G. et al pada studi
mereka mengobservasi keluhan muskuloskeletal pada 75.5% responden dan sindrom
gangguan penglihatan pada 59.4% subjek. Prevalensi dari karpal tunnel sindrom ditemukan
13.1% pada studi yang dilakukan K. Mohamed Ali dan B.W.C. Sathiyasekaran.[3]
Gangguan muskuloskeletal tersebar luas di banyak negara, yang cukup memakan
biaya banyak dan berdampak pada kualitas hidup. Walaupun tidak selalu disebabkan oleh
pekerjaan, namun merupakan proporsi besar dari semua penyakit akibat kerja pada banyak
negara. Gangguan muskuloskeletal adalah kategori besar dari penyakit akibat kerja, mewakili
sepertiga atau lebih dari semua penyakit kerja di Amerika Serikat dan Jepang.[5]
Setelah gangguan muskuloskeletal, stres akibat kerja merupakan kontributor
terbanyak biaya medis akibat gangguan kesehatan terkait pekerjaan di Inggris.[6]
Studi tentang
stres akibat kerja menunjukkan persepsi terhadap stres akibat kerja dan dampak negatifnya
terhadap kepuasan, komitmen dan produktivitas pekerja dalam konteks dan situasi yang
berbeda. Situasi kerja yang penuh dengan stres akan menyebabkan stres kerja yang
menyebabkan dampak negatif dan berbahaya terhadap pekerja maupun atasan. Stres kerja ini
akan menyebabkan absensi pekerja, hilangnya produktivitas dan terganggunya kesehatan.[7]
Pada beberapa studi, ditemukan hubungan antara stres kerja dengan gejala atau keluhan
depresi.[8]
Bertolak dari masalah tersebut, maka perlu diteliti apakah ada hubungan antara faktor
psikososial terhadap terjadinya stres kerja dan gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang
menggunakan komputer di Bosowa Resources Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
yang menjadi objek dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan faktor psikososial kerja dengan stres kerja pada pekerja
yang menggunakan komputer di Bosowa Resources Makassar tahun 2013
No. Questionnaire:
12
2. Apakah terdapat hubungan faktor psikososial kerja dengan gangguan
muskuloskeletal akibat kerja pada pekerja yang menggunakan komputer di Bosowa
Resources Makassar tahun 2013
3. Apakah terdapat hubungan stres kerja dan gangguan muskuloskeletal pada pekerja
yang menggunakan komputer di Bosowa Resources Makassar tahun 2013
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran stres karena pekerjaan dan gangguan
muskuloskeletal pada pekerja pada pekerja yang menggunakan komputer di Bosowa
Resources Makassar tahun 2013
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui hubungan faktor psikososial kerja dengan stres karena
pekerjaan pada pekerja yang menggunakan komputer di Bosowa Resources
Makassar tahun 2013
2. Untuk mengetahui hubungan faktor psikososial kerja dengan gangguan
muskuloskeletal akibat kerja pada pekerja yang menggunakan komputer di Bosowa
Resources Makassar tahun 2013
3. Untuk mngetahui hubungan stres kerja dan gangguan muskuloskeletal pada pekerja
yang menggunakan komputer di Bosowa Resources Makassar tahun 2013
1.4 Manfaat Penelitian
1 Sebagai bahan masukan bagi instansi tempat penelitian dilaksanakan, untuk
mengetahui faktor resiko psikososial dan tingkat stres serta keluhan muskuloskeletal
yang dialami pekerja tahun 2013
2 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan pembanding bagi
peneliti selanjutnya tahun 2013
No. Questionnaire:
13
3 Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang hubungan faktor resiko psikososial terhadap stres
kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan komputer tahun
2013.
No. Questionnaire:
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tentang Faktor Psikososial Kerja
2.1.1. Pengertian Faktor Psikososial Kerja
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeskripsikan penyakit akibat
hubungan kerja sebagai penyakit yang multifaktorial untuk mengindikasikan
beberapa faktor resiko antara lain fisik, pekerjaan, organisasi, psikososial,
individual, dan sosial budaya.[9]
Faktor resiko psikososial adalah hal-hal yang
mungkin mempengaruhi psikologis pekerja sebagai respon terhadap pekerjaan dan
kondisi tempat kerja (termasuk hubungan dengan teman kerja dan atasan). Misalnya
beban kerja yang tinggi, deadline kerja yang ketat, dan kurangnya kontrol kerja dan
metode kerja.[10]
2.1.2. Jenis Faktor Psikososial Kerja
Faktor psikososial kerja antara lain tuntutan kerja, dukungan sosial, interaksi sosial,
kontrol pekerjan, masalah pada komputer, dan daya kerja.
1. Tuntutan kerja meliputi:
a. Kerja yang cepat
b. Tuntutan kerja yang banyak
c. Timbunan kerja yang belum dikerjakan
d. Deadline kerja yang ketat
2. Dukungan sosial meliputi:
a. Mengandalkan diri pada supervisor
b. Mengandalkan diri pada rekan kerja
c. Pegawai bawahan
3. Interaksi sosial meliputi:
a. Costumer yang tidak bersahabat
b. Kontak dengan orang yang tidak menyenangkan
4. Kontrol kerja meliputi:
a. Istirahat kerja yang kurang
b. Perintah tugas
c. Pekerjaan bolak-balik
No. Questionnaire:
15
5. Masalah pada komputer meliputi:
a. Komputer yang rusak
b. Respon komputer yang lambat
6. Daya kerja meliputi:
a. Tantangan
b. Perhatian
2.2. Tinjauan Umum tentang Stres Kerja
2.2.1. Pengertian Stres Kerja
Stres karena pekerjaan dapat didefenisikan sebagai respon emosi dan fisik
yang berbahaya terjadi karena tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai kemampuan,
sumber daya, atau kebutuhan dari pekerja. Stres karena pekerjaan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan.[11]
Pada umumnya, stres akibat kerja dapat didefenisikan sebagai
respon fisik dan emosional yang terjadi akibat sumber daya dan kapabilitas dari
pekerja tidak dapat mengatasi tuntutan dan kebutuhan kerja.[7]
Stres karena pekerjaan kadang membingungkan untuk dibedakan dengan
tantangan. Tantangan memberi tenaga secara psikis dan fisik, dan memotivasi untuk
memperlajari keterampilan baru dan menguasai pekerjaan. Ketika tantangan
diselesaikan, akan muncul rasa santai dan puas. Sehingga tantangan adalah hal yang
penting untuk kesehatan dan produksi kerja. Pentingnya tantangan dalam pekerjaan
mungkin sering disebut orang sebagai “sedikit stres baik untuk pekerjaan”.
Keadaannya berbeda ketika tantangan berubah menjadi tuntutan pekerjaan yang tidak
dapat diselesaikan, relaksasi berubah menjadi kelelahan, dan perasaan puas berubah
menjadi perasaan stres.[11]
National Association of Mental Health membedakan stres
dan tekanan, dimana tekanan dapat didefenisikan sebagai perasaan subjektif tegang
yang timbul oleh karena situasi yang stresful. Ketika tekanan melebihi kemampuan
untuk mengatasinya, terjadilah stres.[6]
2.2.2. Penyebab Stres Kerja
Kondisi kerja yang dapat menyebabkan stres adalah:[11]
No. Questionnaire:
16
1. Design pekerjaan. Kerja yang berat, istirahat yang jarang, waktu kerja yang
lama, tugas yang rutin dan ribut, tidak mengoptimalkan keterampilan pekerja
dan sedikit kontrol terhadap kerja.
2. Manajemen. Partisipasi yang kurang dalam pengambilan keputusan, komunikasi
yang buruk dalam organisasi, dan kurangnya kebijakan.
3. Hubungan interpersonal. Lingkungan sosial yang buruk dan kurangnya
dukungan atau bantuan dari rekan kerja dan supervisor.
4. Peran kerja. Pertentangan atau peran kerja yang tidak jelas, terlalu banyak
tanggung jawab.
5. Karir. Ketidaknyamanan dalam pekerjaan dan kurangnya kesempatan untuk
berkembang, maju atau promosi, perubahan yang cepat dimana pekerja belum
siap.
6. Kondisi lingkunan. Kondisi fisik yang berbahaya atau tidak menyenangkan
seperti keramaian, keibutan, polusi udara, atau masalah ergonomis.
HSE mengidentifikasi 6 kategori faktor-faktor yang potensial menyebabkan stres
kerja, antara lain:[6]
1. Tuntutan kerja
2. Kontrol kerja
3. Hubungan kerja
4. Perubahan
5. Peran
6. Dukungan
2.2.3. Gejala Klinis Stres Kerja
Ada pun tanda dan gejala dari stres karena pekerjaan antara lain:[12]
Gejala fisik:
1. Kelelahan
2. Tegang otot
3. Sakit kepala
4. Jantung berdebar
5. Kesulitan tidur
6. Gejala gastrointestinal seperti diare dan konstipasi
7. Gangguan kulit.
No. Questionnaire:
17
Ada pun gejala psikis dapat berupa:[12]
1. Depresi
2. Ansietas
3. Cepat marah
4. Hilang semangat, pesimis.
2.2.4. Pencegahan Stres Akibat Kerja
Stres kerja dapat dicegah dan dikontrol secara efektif dengan pencegahan
primer, sekunder, dan tersier yang terintegrasi. Pencegahan primer adalah dengan
proaktif membantu pekerja untuk menjaga kesehatan dengan sistem imun yang baik.
Pencegahan sekunder adalah dengan memperbaiki respon pekerja terhadap stresor
seperti stres terhadap tugas untuk membantu mengontrol situasi stres. Terakhir,
pencegahan tersier adalah dengan meminimalkan akibat dari stres kerja yang telah
terjadi. Intervensi ini membutuhkan partisipasi yang baik termasuk kontrol kerja,
keadilan organisasi, dan dukungan yang baik oleh supervisor dan pekerja. Tambahan
lagi, meningkatkan kontrol kerja pekerja melalui program seperti pengembangan dan
pengayaan, pengambilan keputusan, dan peningkatan kontrol kerja dan lingkungan.
Komunikasi yang baik juga mencegah stres kerja karena ketidakjelasan dan perasaan
terisolasi. Komunikasi yang baik membantu memahamkan apa yang sedang terjadi di
perusahaan, sehingga tercipta hubungan yang baik antara pekerja dan seluruh bagian
organisasi sehingga mengurangi stres akibat kerja.[7]
Akhirnya, olahraga dan istirahat yang cukup direkomendasikan untuk
mengurangi stres kerja. Olahraga mengurangi stres saat kerja, memperbaiki
metabolisme, meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak. Istirahat yang cukup
menjaga keseimbangan emosi untuk mengatasi stres kerja.[7]
Mengubah organisasi untuk mencegah stres kerja dapat dilakukan dengan:[11]
- Memastikan bahwa beban kerja sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
pekerja
- Design pekerjaan untuk menyediakan makna, stimulasi, dan kesempatan kepada
pekerja untuk menggunakan keterampilan
- Meningkatkan komunikasi, mengurangi ketidakjelasan tentang perkembangan
karir dan prospek kerja masa akan datang
- Secara jelas menggambarkan tannggung jawab dan peran pekerja
No. Questionnaire:
18
- Memberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan aksi
yang berhubungan dengan pekerjaannya
- Menyediakan kesempatan untuk berinteraksi sosial sesama pekerja
- Menciptakan jadwal kerja yang sesuai dengan tuntutan dan tanggung jawab di
luar pekerjaan
2.2.5. Dampak Negatif Stres Akibat Kerja
Terdapat hubungan antara stres dan sejumlah gangguan mental dan fisik,
meskipun sebenarnya sulit menemukan hubungan langsung karena kebanyakan
penyakit dan sindrom yang berhubungan dengan stres merupakan multikausal. Efek
dari stres kerja berdampak pada fisiologi, kognitif, emosional dan perilaku.[6]
Studi tentang stres akibat kerja menunjukkan persepsi terhadap stres akibat
kerja dan dampak negatifnya terhadap kepuasan, komitmen dan produktivitas pekerja
dalam konteks dan situasi yang berbeda. Situasi kerja yang penuh dengan stres akan
menyebabkan stres kerja yang menyebabkan dampak negatif dan berbahaya terhadap
pekerja maupun atasan. Stres kerja ini akan menyebabkan absensi pekerja, hilangnya
produktivitas dan terganggunya kesehatan.[7]
2.3. Tinjauan Umum tentang Gangguan Muskuloskeletal
2.3.1. Pengertian Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal adalah penyakit inflamasi dan degeneratif luas
yang mengenai otot, tendon, ligamen, sendi, saraf tepi, dan pembuluh darah yang
menyokong. Hal ini termasuk sindrom klinis seperti inflamasi tendon dan kondisi
lainnya (tenosinovitis, epicondilitis, bursitis). Gangguan kompresi saraf (carpal tunnel
sindrom), myalgia, low back pain. Regio tubuh yang sering disertakan antara lain;
punggung, leher, bahu, lengan atas, tangan. Gangguan muskuloskeletal tersebar luas
di banyak negara, yang cukup memakan biaya banyak dan berdampak pada kualitas
hidup. Walaupun tidak selalu disebabkan oleh pekerjaan, namun merupakan proporsi
besar dari semua penyakit akibat kerja pada banyak negara. Gangguan
muskuloskeletal adalah kategori besar dari penyakit akibat kerja, mewakili sepertiga
atau lebih dari semua penyakit kerja di Amerika Serikat dan Jepang.[5]
2.3.2. Penyebab Gangguan Muskuloskeletal
No. Questionnaire:
19
Gangguan muskuloskeletal dihasilkan dari gerakan lengan dan tangan yang
biasa seperti memegang, menggenggam, menekuk. Gerakan yang biasa ini sebetulnya
tidak berbahaya. Yang membuatnya menjadi hazard adalah ketika merupakan kondisi
yang diulang-ulang, dengan tenaga yang kuat, dan paling sering, kecepatan bergerak
yang diselingi waktu istirahat yang kurang. Keluhan muskuloskeletal dihubungkan
dengan pola kerja yang meliputi:[13]
Posisi tubuh yang tetap dan kaku
Pengulangan gerakan yang terus menerus
Tenaga yang terkonsentrasi pada bagian tubuh tertentu misalnya tangan atau
pergelangan tangan
Pekerjaan yang tidak memungkinkan istirahat yang cukup di antara gerakan
Umumnya, antara satu faktor dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Keluhan muskuloskeletal umumnya terjadi sebagai hasil dari kombinasi atau interaksi
beberapa faktor tersebut. Panas, dingin, dan vibrasi juga berkontribusi.
2.3.3. Gejala klinis dan Pemeriksaan Gangguan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal dapat meliputi:[13]
Trauma otot
Trauma tendon
Trauma saraf
Otot berkontraksi menggunakan glukosa dan menghasilkan produk sampingan
berupa asam laktat yang akan dibawa oleh darah. Kontraksi otot yang berlangsung
lama mengurangi aliran darah. Sebagai hasilnya, substansi yang diproduksi tidak
ditransport dengan cepat dan terjadi akumulasi. Akumulasi ini mengiritasi otot dan
menyebabkan nyeri. Tingkat nyeri bergantung pada durasi kontraksi otot dan waktu
istirahat antar aktivitas untuk membersihkan substansi tersebut.[13]
Tendon terdiri dari beberapa berkas saraf yang melekatkan otot dengan tulang.
Gangguan pada tendon berhubungan dengan aktivitas kerja yang berulang dan sering
dan postur yang kaku terjadi pada dua kategori yaitu tendon yang memiliki sheath,
pada tangan dan pergelangan tangan, dan tendon tanpa sheath, yaitu pada bahu, siku,
dan lengan atas. Dinding dalam sheath terdiri dari sel yang memproduksi cairan
lubrikasi. Dengan gerakan yang berulang dan sering, sistem lubrikasi mengalami
malfungsi. Cairan yang dhasilkan mungkin berkurang, atau cairan yang dihasilkan
No. Questionnaire:
20
memiliki kualitas lubrikasi yang kurang. Kegagalan dari lubrikasi menyebabkan friksi
antara tendon dan sheath, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan pada tendon.
Episode inflamasi yang berulang menyebabkan pembentukan jaringan fibrous.
Jaringan fibrous mempertebal sheath, dan menghalangi pergerakan tendon. Inflamasi
pada sheath dikenal sebagai tenosynovitis.[13]
Tendon tanpa sheath lebih cenderung terkena pada gerakan yang diulang-
ulang dan postur yang kaku. Faktanya, ketika tendon tegang berulang-ulang, beberapa
seratnya dapat memisah. Tendon menjadi tebal menyebabkan inflamasi. Tendonitis
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan inflamasi pada tendon. Pada
bahu, tendon melewati ruang yang sempit diantara tulang. Kantong yang disebut bursa
dengan cairan lubrikasi berada di antara tendon dan tulang sebagai antifriksi. Ketika
tendon semakin tebal, bursa mengalami friksi dan inflamasi, yang disebut bursitis.[13]
Saraf membawa sinyal dari otak menuju otot. Terdapat pula informasi
mengenai suhu, nyeri, dan sentuhan dari tubuh menuju otak, dan mengontrol fungsi
tubuh seperti berkeringat dan salivasi. Saraf dikeliligi otot, tendon dan ligamen.
Ketika terpapar gerakan berulang dan postur yang kaku, jaringan sekitar saraf
mengalami pembengkakan dan menekan saraf. Kompresi saraf menyebabkan
kelemahan otot, sensasi seperti tertusuk, dan keram. Kulit kering, dan sirkulasi yang
menuju extremitas, juga mungkin terjadi.[13]
Nyeri adalah gejala yang paling umum dihubungkan dengan keluhan
muskuskeletal. Pada beberapa kasus mungkin terjadi kekakuan sendi, ketegangan
otot, kemerahan dan pembengkakan pada area yang terkena. Beberapa pekerja juga
mungkin mengalami sensasi seperti tertusuk-tusuk, mati rasa, perubahan warna kulit,
dan berkurangnya keringat pada tangan. Keluhan mungkin mengalami progresivitas
dari yang ringan sampai berat.[13]
Pada tahap awal terjadi sakit dan kelelahan pada anggota gerak yang
digunakan selama bekerja namun menghilang saat malam dan saat tidak bekerja.
Tidak terjadi pengurangan performa pekerjaan. Pada tahap lanjut, nyeri dan kelelahan
terjadi pada saat kerja dan berlangsung saaat malam. Terjadi penurunan kapasitas
kerja yang repetitif. Pada tahap akhir, nyeri, kelelahan, dan kelemahan terjadi bahkan
pada saat istirahat. Terjadi gangguan tidur dan pekerjaan. Tidak semua berlangsung
melalui tahap tersebut. Nyeri awalnya merupakan sinyal bahwa otot dan tendon harus
diistirahatkan. Bila tidak, dapat berlanjut dan kadang ireversibel.[13]
No. Questionnaire:
21
Evaluasi dari keluhan muskuloskeletal mencakup identifikasi resiko tempat
kerja. Evaluasi dimulai dengan pekerja dan membutuhkan deskripsi detail tentang
semua proses di dalamnya, mengenai frekuensi, intensitas, durasi dan keteraturan
pekerjaan. Diagnosis dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium dan elektronik
yang menentukan gangguan saraf atau otot. Electroneuromyography (ENMG),
mencakup dua area: electromyography (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV).
Magnetic resonance imaging (MRI), menyediakan gambaran dari tendon, ligamen,
dan otot.[13]
2.3.4. Penanganan Gangguan Muskuloskeletal
Pengobatan keluhan muskuloskeletal mencakup beberapa pendekatan meliputi:[13]
1. Pendekatan pertama adalah menghindari gerakan yang menyebabkan keluhan.
Kadang dibutuhkan pembatasan pekerjaan. Pada beberapa kasus, transfer ke jenis
pekerjaan yang berbeda dapat dipikirkan.
2. Penggunaan hangat atau dingin dapat meringankan nyeri dan mungkin mempercepat
proses penyembuhan. Panas direkomendasikan pada pemulihan nyeri yang minor.
Tidak direkomendasikan pada inflamasi dan pembengkakan. Panas meningkatkan
aliran darah dan meningkatkan pembengkakan. Dingin pada es mengurangi nyei
dan pembengkakan.
3. Olahraga bermanfaat karena melancarkan sirkulasi dan mengurangi tegangan otot.
Namun, penderita keluhan muskuloskeletal harus melakukan konsultasi sebelum
berolahraga. Olahraga yang tidak didesign dengan baik dapat memperburuk kondisi.
4. Obat-obat antiinflamasi dapat mengurangi nyeri dan inflamasi. Dokter mungkin
mencoba beberapa jenis pengobatan bahkan pembedahan jika pendekatan gagal.
2.4. Tinjauan Umum tentang Pengguna Komputer
2.4.1. Penggunaan komputer yang baik
No. Questionnaire:
22
Gambar 1. Penggunaan komputer yang baik
Penggunaan komputer yang baik antara lain dengan:[14]
1. Meja yang nyaman dengan sudut penglihatan 15° - 20°
2. Jarak pandang jauh yang nyaman misalnya 350-600 untuk text dengan ukuran font
yang normal
3. Memungkinkan istirahat pada punggung
4. Ketinggian tempat duduk yang baik
No. Questionnaire:
23
Gambar 2. Tempat duduk yang baik bagi pengguna komputer
5. Memberikan tempat istirahat bagi kaki
Gambar 3. Tempat istirahat bagi kaki
6. Mengistirahatkan pergelangan tangan
Gambar 4. Tempat pergelangan tangan
7. Layar pada sudut yang benar, sesuai dengan penglihatan
8. Pemegang dokumen yang sesuai
Gambar 5. Pemegang dokumen pada komputer
9. Pergelangan tangan tetap pada posisi yang lurus
No. Questionnaire:
24
Gambar 6. Posisi tangan pada penggunaan mouse
10. Layar yang memungkinkan untuk rotasi
11. Ketinggian meja yang sesuai
12. Tempat duduk yang bulat yang dapat berputar
2.4.2. Resiko Kesehatan Pada Pengguna Komputer
Nyeri punggung dan leher, nyeri kepala, dan bahu lengan adalah gangguan
paling sering terjadi pada pengguna komputer. Beberapa masalah otot dan sendi dapat
disebabkan atau diperburuk oleh design kerja yang buruk, postur yang tidak baik,
duduk untuk waktu yang lama. Walaupun duduk membutuhkan sedikit usaha otot,
hal ini masih menyebabkan lelah dan membutuhkan anggota tubuh untuk kokoh
dalam waktu yang lama. Hal ini mengurangi sirkulasi ke otot, tulang, tendon dan
ligamen sehingga menyebabkan kekakuan dan nyeri. Jika tempat kerja tidak ditata
dengan baik, posisi yang kaku dapat menyebabkan tegangan yang lebih pada otot dan
sendi.[15]
Sebuah studi yang dilakukan oleh Giri et al melaporkan beberapa penyakit
yang diakibatkan oleh komputer, keluhan terbanyak adalah keluhan muskuloskeletal
(73.3%) diikuti keluhan pada mata (65.3%) and psikososial (46.0%). Sivaraman G. et
al pada studi mereka mengobservasi keluhan muskuloskeletal pada 75.5% responden
dan sindrom gangguan penglihatan pada 59.4% subjek. Prevalensi dari karpal tunnel
sindrom ditemukan 13.1% pada studi yang dilakukan K. Mohamed Ali dan B.W.C.
Sathiyasekaran.[3]
No. Questionnaire:
25
Gangguan yang timbul dapat mulai dari perasaan tidak nyaman hingga nyeri
sampai masalah serius termasuk:[16]
Gangguan anggota gerak atas seperti repetitive strain injury (RSI), tenosinovitis
dan sindrom terowongan karpal
Tidak nyaman dan nyeri pada punggung dan bahu
Nyeri kepala tegang otot
Hal ini dapat disebabkan oleh:[16]
Posisi tubuh yang tidak ergonomis
Dukungan pada punggung bawah yang tidak
Duduk pada posisi yang sama dalam waktu yang lama
Design ruangan kerja yang tidak ergonomis
Pengguna komputer dapat mengalami sejumlah gejala terkait penglihatan antara
lain:[16]
Lelah pada pnglihatan
Penglihatan kabur atau ganda
Panas atau mata berair
Nyeri kepala dan perubahan kacamata yang sering
2.5. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan dari berbagai sumber, maka kerangka
teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dijabarkan pada skema berikut ini:
No. Questionnaire:
26
No. Questionnaire:
27
No. Questionnaire:
28
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeskripsikan penyakit akibat hubungan
kerja sebagai penyakit yang multifaktorial untuk mengindikasikan beberapa faktor
resiko antara lain fisik, pekerjaan organisasi, psikososial, individual, dan sosial budaya.
Faktor psikososial kerja antara lain tuntutan kerja, dukungan sosial, interaksi sosial,
kontrol pekerjan, masalah pada komputer, dan daya kerja.
1. Tuntutan kerja meliputi:
a. Kerja yang cepat
b. Tuntutan kerja yang banyak
c. Timbunan kerja yang belum dikerjakan
d. Deadline kerja yang ketat
2. Dukungan sosial meliputi:
a. Mengandalkan diri pada supervisor
b. Mengandalkan diri pada rekan kerja
c. Pegawai bawahan
3. Interaksi sosial meliputi:
a. Costumer yang tidak bersahabat
b. Kontak dengan orang yang tidak menyenangkan
4. Kontrol kerja meliputi:
a. Istirahat kerja yang kurang
b. Perintah tugas
c. Pekerjaan bolak-balik
5. Masalah pada komputer meliputi:
a. Komputer yang rusak
b. Respon komputer yang lambat
6. Daya kerja meliputi:
a. Tantangan
b. Perhatian
No. Questionnaire:
29
Pada umumnya, stres akibat kerja dapat didefenisikan sebagai respon fisik dan
emosional yang terjadi akibat sumber daya dan kapabilitas dari pekerja tidak dapat
mengatasi tuntutan dan kebutuhan kerja.
Ada pun tanda dan gejala dari stres karena pekerjaan antara lain:[12]
Gejala fisik:
1. Kelelahan
2. Tegang otot
3. Sakit kepala
4. Jantung berdebar
5. Kesulitan tidur
6. Gejala gastrointestinal seperti diare dan konstipasi
7. Gangguan kulit.
Ada pun gejala psikis dapat berupa:[12]
1. Depresi
2. Ansietas
3. Cepat marah
4. Hilang semangat, pesimis.
Gangguan muskuloskeletal adalah penyakit inflamasi dan degeneratif luas
yang mengenai otot, tendon, ligamen, sendi, saraf tepi, dan pembuluh darah yang
menyokong.
Gangguan muskuloskeletal tersebar luas di banyak negara, yang cukup
memakan biaya banyak dan berdampak pada kualitas hidup. Walaupun tidak selalu
disebabkan oleh pekerjaan, namun merupakan proporsi besar dari semua penyakit
akibat kerja pada banyak negara. Gangguan muskuloskeletal adalah kategori besar
dari penyakit akibat kerja, mewakili sepertiga atau lebih dari semua penyakit kerja di
Amerika Serikat dan Jepang.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Giri et al melaporkan beberapa penyakit
yang diakibatkan oleh komputer, keluhan terbanyak adalah keluhan muskuloskeletal
diikuti keluhan pada mata dan psikososial.
3.2. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Stres kerja
Faktor psikososial
kerja
No. Questionnaire:
30
3.3. Definisi Operatif dan Kriteria Obyektif
1. Faktor psikososial kerja didefenisikan sebagai hal-hal yang mungkin
mempengaruhi psikologis pekerja sebagai respon terhadap pekerjaan dan kondisi
tempat kerja (termasuk hubungan dengan teman kerja dan atasan)
Alat ukur : Kuisioner
Cara ukur : Berdasarkan jawaban responden pada kuisioner
Kriteria Objektif :
Ada : Bila responden mengalami menjawab Ya
Tidak ada : Bila responden menjawab tidak
2. Stres kerja adalah respon emosi dan fisik dari pekerja yang berbahaya terjadi
karena tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai kemampuan, sumber daya, atau
kebutuhan dari pekerja
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : Kuisioner
Kriteria Objektif :
Ada : Bila responden mengalami gejala fisik dan psikis stres akibat
kerja. Responden menjawab Ya
Tidak ada : Bila responden tidak mengalami gejala fisik dan psikis stres
akibat kerja. Responden menjawab tidak
3. Gangguan muskuloskeletal didefenisikan sebagai penyakit inflamasi dan
degeneratif luas yang mengenai otot, tendon, ligamen, sendi, saraf tepi, dan
pembuluh darah yang menyokong
Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Kuisioner
Kriteria Objektif :
Ada : Bila responden mengalami gangguan pada sistem
muskuloskeletal. Responden menjawab Ya.
Gangguan muskuloskeletal
No. Questionnaire:
31
Tidak ada : Bila responden tidak mengalami gangguan
muskuloskeletal. Responden menjawab Ya.
3.4. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini terdiri dari:
a. Hipotesis Nol (H0)
1. Tidak ada hubungan antara faktor psikososial kerja dengan terjadinya stres
kerja
2. Tidak ada hubungan faktor psikososial kerja dengan terjadinya gangguan
muskuloskeletal
3. Tidak ada hubungan stres kerja dengan gangguan muskuloskeletal
b. Hipotesis alternatif (Ha)
1. Ada hubungan faktor psikososial kerja dengan terjadinya stres kerja
2. Ada hubungan faktor psikososial kerja dengan terjadinya gangguan
muskuloskeletal
4. Ada hubungan stres kerja dengan gangguan muskuloskeletal
No. Questionnaire:
32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey analitik dengan
pendekatan cross sectional.
4.2. Populasi dan Sampel
a. Populasi : Karyawan yang menggunakan komputer di Bosowa Resources
Makassar yang bekerja minimal 2012-2013
b. Sampel : Karyawan yang menggunakan komputer di Bosowa Resources
Makassar yang bekerja minimal 2012-2013
4.3. Cara Penarikan dan Besar Sampel
Cara penarikan sampel adalah dengan teknik total sampling.
4.4. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode wawancara dengan
menggunakan kuisioner terhadap para responden yang menjadi sampel.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Bosowa Resources Makassar
4.5. Pengolahan dan Analisis Data Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan setelah data primer dan sekunder dikumpul, kemudian
data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 dan
Microsoft Excel dan dianalisis dengan menggunakan program yang sama.
Analisis data dilakukan dengan menguji hipotesis Nol (Ho). Tingkat kemaknaan
yang dipilih adalah α = 0,05. Sedangkan uji statistik yang digunakan adalah chi-square
dengan rumus sebagai berikut:
No. Questionnaire:
33
Dimana :
X2= chi kuadrat
O = Observe (nilai yang didapatkan)
E = Expected (nilai yang diharapkan)
Interpretasi:
Bila x2 hitung ≥ x
2 tabel, maka H0 ditolak. Dalam hal ini ada hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen. Namun bila ada nilai sel ≤ 5 maka dilanjutkan dengan uji
fisher-exact.
4.6. Penyajian Data
Selanjutnya data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel berupa tabel
distribusi frekuensi, tabel silang dan tabel analisa hubungan antara variabel dependent dengan
variabel independent disertai uraian dan pembahasannya.
No. Questionnaire:
34
I. BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Media Pembelajaran terhadap
hubungan faktor psikososial kerja terhadap stres kerja dan gangguan muskuloskeletal pada
pekerja yang menggnakan komputer di Bosowa Resources Group Makassar. Sampel adalah
karyawan di Bosowa Resources Group Makassar yang menggunakan komputer dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-harinya. total sampel adalah 31.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner yang telah disiapkan
peneliti kepada karyawan, lalu mengumpulkan kembali kuisioner yang telah diisi lengkap
oleh karyawan.
Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
crosstab sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan tabel. Adapun
hasil penelitian yang telah dilakukan diuraikan sebagai berikut.
5.1.1. Analisis Univariat
5.1.1.1. Faktor Psikososial Kerja
Distribusi responden yang diteliti berdasarkan faktor psikososial kerja
yang dialami sebagai berikut:
Tabel 1. Faktor psikososial kerja
No. Questionnaire:
35
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 31 pekerja, pekerja
yang mengalami tuntutan kerja yang cepat sebanyak 31 orang (100%),
tuntutan kerja yang banyak sebanyak 27 orang (87,10%), timbunan kerja
yang belum dikerjakan sebanyak 14 orang (45,16%), deadline kerja yang
ketat sebanyak 27 orang (87,10%), ketergantungan pada supervisor sebanyak
11 orang (35,48%), ketergantungan pada rekan kerja sebanyak 10 orang
(32,26%), kostumer yang tidak bersahabat sebanyak 9 orang (29,03%),
kontak dengan orang yang tidak menyenangkan sebanyak 9 orang (29,03%),
istirahat kerja yang kurang sebanyak 12 orang (38,71%), pekerjaan yang
menuntut berbolak-balik sebanyak 20 orang (64,52%), komputer yang rusak
sebanyak 3 orang (9,68%), respon komputer yang lambat sebanyak 12 orang
(38,71%), tantangan dalam pekerjaan sebanyak 26 orang (83,87%), kesulitan
dalam memfokuskan perhatian sebanyak 12 orang (38,71%).
Ya %
Tuntutan kerja yang cepat 31,0 100%
Tuntutan kerja yang banyak 27,00 87,10%
Timbunan kerja yang belum dikerjakan
14,00 45,16%
Deadline kerja yang ketat 27,00 87,10%
Ketergantungan pada supervisor 11,00 35,48%
Ketergantungan pada rekan kerja 10,00 32,26%
Costumer yang tidak bersahabat 9,00 29,03%
Kontak dengan orang yang tidak menyenangkan
9,00
29,03%
Istirahat kerja yang kurang 12,00 38,71%
Pekerjaan yang menuntut berbolak-balik
20,00 64,52%
Komputer yang rusak 3,00 9,68%
Respon komputer yang lambat 12,00 38,71%
Tantangan dalam pekerjaan 26,00 83,87%
Kesulitan memfokuskan perhatian 12,00 38,71%
No. Questionnaire:
36
5.1.1.2. Stres Kerja
Distribusi responden yang diteliti berdasarkan faktor psikososial
kerja yang dialami sebagai berikut:
Tabel 2. Distibusi frekusensi stres kerja
Frekuensi % Persen kumulatif
Valid
Tidak 7 22,6 22,6
Ya 24 77,4 100,0
Total 31 100,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 31 responden, sebanyak
24 responden (77,4%) mengaku mengalami gejala stress, sedangkan 7
responden (22,6%) mengaku tidak mengalami gejala stress.
Tabel 3. Gejala gangguan stres
Gejala gangguan stress Jumlah Persentase (%)
Kelelahan 19 19,59
Tegang otot terutama pada leher 15 15,46
Sakit kepala 14 14,43
Jantung berdebar-debar 9 9,28
Kesulitan tidur 7 7,22
No. Questionnaire:
37
Gejala pencernaan seperti diare dan konstipasi 7 7,22
Gangguan kulit 6 6,19
Depresi 4 4,12
Cemas 9 9,28
Cepat marah 5 5,15
Hilang semangat, pesimis 2 2,06
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 31 responden,
sebanyak 24 responden (77,4%) mengaku mengalami gejala stress,
sedangkan 7 responden (22,6%) mengaku tidak mengalami gejala stress.
Ada pun gejala stress yang dialami paling banyak yaitu kelelahan,
sebanyak 9 responden (19,59%), tegang otot sebanyak 14 responden
(14,43%), jantung berdebar dan cemas sebanyak masing-masing 9
responden (9,28%), kesulitan tidur dan gangguan pencernaan masing-
masing sebanyak 7 responden (7,22%), gangguan kulit sebanyak 6 orang
(6,19%), cepat marah sebanyak 5 responden (5,15%), depresi sebanyak 4
responden (4,12%), dan hilang sebanyak 2 responden (2,06%).
5.1.1.3. Gangguan Muskuloskeletal
Tabel 4. Distribusi frekuensi gangguan muskuloskeletal
Frekuensi Persen Persen kumulatif
Valid
Tidak 20 64,5 64,5
Ya 11 35,5 100,0
Total 31 100,0
Tabel 5. Anggota tubuh yang terkena gangguan muskuloskeletal
Anggota tubuh Jumlah Persentase (%)
No. Questionnaire:
38
Tengkuk 1 5,26
Tangan 2 10,53
Betis 2 10,53
Kaki 7 36,84
Bahu 1 5,26
Lengan atas 1 5,26
Punggung 5 26,32
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 31 responden, 11
responden (35,5%) mengaku mengalami gangguan muskuloskeletal, dan
20 responden tidak mengalami gangguan muskuloskeletal. Anggota
tubuh yang terkena antara lain kaki sebanyak 7 responden (36,84%),
punggung sebanyak 5 responden (26,32%), tangan dan betis masing-
masing 2 responden (10,53%), bahu dan lengan sebanyak 1 responden
(5,26%).
5.1.2. Analisis Bivariat
Hubungan antar variabel dapat diketahui dengan dari tabel berikut ini:
5.1.2.1. Faktor psikososial kerja dan Stres Kerja
Hubungan kecelakaan psikososial kerja dan Stres Kerja dilihat
dengan tabel berikut ini:
Tabel 6. Analisis hubungan faktor psikosoosial kerja dengan stres kerja
Value Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Tuntutan kerja yang banyak
Pearson Chi-Square 1,975
a ,160
Fisher's Exact Test ,212 ,212
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,90.
No. Questionnaire:
39
Timbunan kerja yang belum dikerjakan
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test 7,446a ,006 ,009 ,007
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,90
Deadline kerja yang ketat Pearson Chi-Square
7,219a ,007
Fisher's Exact Test ,028 ,028
cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is is ,90
Value Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Ketergantungan pada supervisor
Pearson Chi-Square ,502a ,479
Fisher's Exact Test ,698 ,381
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.90
Ketergantungan pada rekan kerja
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test 1,359
a ,244 ,423 ,221
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.55
Costumer yang tidak bersahabat
Pearson Chi-Square ,974a ,324
Fisher's Exact Test ,429 ,289
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is , 3,19.
No. Questionnaire:
40
Kontak dengan orang yang tidak menyenangkan
Pearson Chi-Square ,026a ,873
Fisher's Exact Test 1,000 ,606
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.19
Istirahat kerja yang kurang
Pearson Chi-Square ,327a ,567
Fisher's Exact Test ,705 ,423
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26.
No. Questionnaire:
41
Value Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pekerjaan yang menuntut anda berbolak-balik
Pearson Chi-Square 1,853a ,173
Fisher's Exact Test ,210 ,180
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48.
Komputer yang rusak
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test ,969
a ,325 1,000 ,450
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,68.
Respon komputer yang lambat
Pearson Chi-Square 2,273a ,132
Fisher's Exact Test ,201 ,143
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is , 2,71.
Tantangan dalam pekerjaan
Pearson Chi-Square 4,775a ,029
Fisher's Exact Test ,062 ,062
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.
Kesulitan memfokuskan perhatian
Pearson Chi-Square 2,273a ,132
Fisher's Exact Test ,201 ,143
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,71.
Berdasarkan tabel crosstab di atas, diketahui bahwa faktor
psikososial yang memiliki hubungan dengan kejadian stress kerja, yaitu
dengan nilai feasher-exact <0,05 antara lain tuntutan kerja yang cepat,
timbunan kerja yang belum dikerjakan, dan deadline kerja yang cepat.
5.1.2.2. Faktor psikososial kerja Gangguan Muskuloskeletal
No. Questionnaire:
42
Tabel 7. Analisis hubungan faktor psikososial kerja dengan gangguan
muskuloskeletal
Value Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Tuntutan kerja yang banyak
Pearson Chi-Square 2,526a ,112
Fisher's Exact Test ,269 ,154
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is , 1,42.
Timbunan kerja yang belum dikerjakan
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test ,502
a ,479 ,698 ,381
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,90
Deadline kerja yang ketat Pearson Chi-Square 1,359
a ,244
Fisher's Exact Test ,423 ,221
cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.55
Value Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Ketergantungan pada supervisor
Pearson Chi-Square ,502a ,479
Fisher's Exact Test ,698 ,381
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.90
No. Questionnaire:
43
Ketergantungan pada rekan kerja
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test 1,359
a ,244 ,423 ,221
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.55
Costumer yang tidak bersahabat
Pearson Chi-Square ,974a ,324
Fisher's Exact Test ,429 ,289
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is , 3,19.
Kontak dengan orang yang tidak menyenangkan
Pearson Chi-Square ,026a ,873
Fisher's Exact Test 1,000 ,606
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.19
Istirahat kerja yang kurang
Pearson Chi-Square ,327a ,567
Fisher's Exact Test ,705 ,423
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26.
Value Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pekerjaan yang menuntut anda berbolak-balik
Pearson Chi-Square ,006a ,939
Fisher's Exact Test 1,000 ,619
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.90.
No. Questionnaire:
44
Komputer yang rusak Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test ,007
a ,935 1,000 ,719
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,06.
Respon komputer yang lambat
Pearson Chi-Square ,327a ,567
Fisher's Exact Test ,705 ,423
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is , 4,26.
Tantangan dalam pekerjaan
Pearson Chi-Square 3,279a ,070
Fisher's Exact Test ,133 ,091
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,77.
Kesulitan memfokuskan perhatian
Pearson Chi-Square 1,802a ,179
Fisher's Exact Test ,255 ,169
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26.
Berdasarkan tabel crosstab di atas, diketahui bahwa tidak
terdapat factor psikososial kerja yang memiliki hubungan dengan
kejadian gangguan muskuloskeletal (nilai feasher-exact >0,05).
5.1.2.3. Stres Kerja dan Gangguan Muskuloskeletal
Hubungan stress kerja dan gangguan muskuloskeletal dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel 8. Analisis hubungan stress kerja dan gangguan muskuloskeletal
Value Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
No. Questionnaire:
45
Pearson Chi-Square 1,775a ,183
Likelihood Ratio 1,981 ,159
Fisher's Exact Test ,372 ,192
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48.
b. Computed only for a 2x2 table
Berdasarkan table crosstab di atas, didapatkan bahwa tidak
terhapat hubungan antara kejadian stress kerja dengan kejadian
gangguan muskuloskeletal (nilai feasher-exact >0,05).
No. Questionnaire:
46
5.2. Pembahasan
Salah satu hal yang tidak diperhatikan secara cukup menonjol oleh pihak perusahaan
adalah faktor psikososial dalam lingkungan kerja. Pada prakteknya masih banyak hal yang
harus diketahui oleh banyak perusahaan di Indonesia. Beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah faktor psikososial dalam lingkungan kerja dan baru kemudian mengimplementasikan
hal-hal yang terkait dan perlu dilakukan. Di dunia sendiri, terutama di negara-negara maju,
dalam satu dekade terakhir studi tentang peran faktor-faktor psikosial dalam lingkungan
kerja dan berbagai efeknya telah dilakukan dan menjadi pertimbangan yang penting dan luas
oleh banyak perusahaan.
Dari sisi fisik, konsekuensi-konsekuensi yang dapat terjadi adalah kelelahan yang
sifatnya nyata dan terjadi secara dini, nyeri pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti leher,
bahu dan punggung bagian bawah yang sering disebut dengan muskuloskeletal symptoms
(Johansson & Nonas, 1994; Johansson & Bemowitz, 1994), dan kemudian jatuh sakit. Hal
tersebut di atas kemudian dikuatkan dengan keterangan dari Mausner Dorsch & Eaton (2000)
yang menjelaskan bahwa karakter psikososial yang dijumpai pada lingkungan kerja memiliki
keterkaitan yang erat dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Seringkali
terjadi penurunan kesehatan karyawan sehingga jatuh sakit.
5.2.1. Hubungan faktor psikososial kerja dengan stres kerja
Caplan (1984) mengatakan bahwa jika tercipta interaksi yang negatif
antara kondisi pekerjaan dengan faktor manusia atau pekerja maka akan terjadi
keguncangan emosi, masalah perilaku, perubahan biokimia dan neohormonal
sampai pada resiko sakit secara mental dan psikis. Secara lebih jauh,
konsekuensi-konsekuensi psikologis yang bisa terjadi antara lain adalah
perasaan kesepian dan terpencil, pasrah dan merasa kurang atau tidak dihargai
dengan pantas, perasaan jenuh dan lelah yang berlebih, timbulnya leamed
helplesness, penurunan motivasi kerja sampai pada kinerja yang buruk dan
penurunan produktivitas kerja.
Berdasarkan penelitian terhadap pekerja di Bosowa Resources Group,
didapatkan bahwa faktor psikososial kerja yang memiliki hubungan dengan
kejadian stress kerja, yaitu nilai feasher exact <0,05 antara lain tuntutan kerja
yang cepat, timbunan kerja yang belum dikerjakan, dan deadline kerja yang
cepat.
No. Questionnaire:
47
5.2.2. Hubungan faktor psikososial kerja dengan gangguan muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal tersebar luas di banyak negara, yang cukup
memakan biaya banyak dan berdampak pada kualitas hidup. Walaupun tidak
selalu disebabkan oleh pekerjaan, namun merupakan proporsi besar dari
semua penyakit akibat kerja pada banyak negara.
Berdasarkan penelitian terhadap pekerja di Bosowa Resources Group,
didapatkan bahwa tidak terdapat faktor psikososial kerja yang memiliki
hubungan dengan.kejadian gangguan muskuloskeletal (nilai feasher-exact
>0,05).
5.2.3. Hubungan stress kerja dan gangguan muskuloskeletal
Sebuah studi yang dilakukan oleh Giri et al melaporkan beberapa
penyakit yang diakibatkan oleh komputer, keluhan terbanyak adalah keluhan
muskuloskeletal (73.3%) diikuti keluhan pada mata (65.3%) dan psikososial
(46.0%). Sivaraman G. et al pada studi mereka mengobservasi keluhan
muskuloskeletal pada 75.5% responden dan sindrom gangguan penglihatan
pada 59.4% subjek. Prevalensi dari karpal tunnel sindrom ditemukan 13.1%
pada studi yang dilakukan K. Mohamed Ali dan B.W.C. Sathiyasekaran.
Berdasarkan penelitian terhadap pekerja di Bosowa Resources Group,
didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stress kerja dengan kejadian
gangguan muskuloskeletal (nilai feasher-exact >0,05).
No. Questionnaire:
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara faktor psikososial kerja terhadap
stress kerja dan gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan komputer di
Bosowa Resources Group Makassar, diperoleh:
1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor
psikososial kerja, yaitu tuntutan kerja yang cepat, timbunan kerja yang belum
dikerjakan, dan deadline kerja yang cepat terhadap terjadinya stress kerja pada
pekerja yang menggunakan komputer di Bosowa Resources Group Makassar
tahun 2013.
2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor
psikososial kerja dengan kejadian stress kerja pada pekerja yang menggunakan
komputer di Bosowa Resources Group Makassar tahun 2013.
3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stress
kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan
komputer di Bosowa Resources Group Makassar tahun 2013.
6.2. Saran
1. Diperlukan upaya dalam mengkaji faktor psikososial yang dialami pekerja yang
menggunakan computer sehingga menghindarkan keguncangan emosi, masalah
perilaku, perubahan biokimia dan neohormonal sampai pada resiko sakit secara
mental dan psikis. Secara lebih jauh, konsekuensi psikologis yang bisa terjadi
antara lain adalah perasaan kesepian dan terpencil, pasrah dan merasa kurang atau
tidak dihargai dengan pantas, perasaan jenuh dan lelah yang berlebih, penurunan
motivasi kerja sampai pada kinerja yang buruk dan penurunan produktivitas kerja.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara faktor
psikososial terhadap terjadinya stress kerja dan gangguan muskuloskeletal pada
pekerja yang menggunakan komputer secara lebih akurat dengan memaksimalkan
jumlah sampel dan merancang sebuah studi longitudinal dimana data dapat
No. Questionnaire:
49
dikumpulkan seiring berjalannya waktu, gejala stress dapat diukur sebelum
timbulnya gejala muskuloskeletal.
No. Questionnaire:
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahardjo, W., Peran Faktor-faktor Psikososial dan Keselamatan Kerja Pada Jenis
Pekerjaan yang Bersifat Iso-strain Seminar Nasional PESAT, 2005.
2. Edimansyah, B.A., et al., Relationship of Psychosocial Work Factors and Health-
Related Quality of Life in Male Automotive Assembly Workers in Malaysia. Industrial
Health, 2007.
3. Shrivastava, S.R., Computer Related Health problems among Software Professionals
in Mumbai. Safety Science Monitor, 2012(1).
4. Zakerian, S.A. and I.D. Subramaniam, The Relationship Between Psychosocial Work
Factors, Work Stress and Computer-Related Muskuloskeletal Discomforts Among
Computer Users in Malaysia. International Journal of Occupational Safety and
Ergonomics (JOSE), 2009. 15.
5. Punnett, L. and D.H. Wegman, Work-related muskuloskeletal disorders: the
epidemiologic evidence and the debate. Journal of Electromyography and
Kinesiology, 2004.
6. Blaug, R., A. Kenyon, and R. Lekhi, Stress at Work, The Work Foundation
7. Alipour, F. and R. Karimi, Reduce Job stress in Organizations: Role of Locus of
Control International Journal of Business and Social Science 2011. 2.
8. Paterniti, S., et al., Psychosocial Factors at Work, Personality Traits and Depressive
Symptoms. British Journal of Psychiatry, 2002.
9. Vern Putz-Anderson, P.D., et al., Muskuloskeletal Disorders and Workplace Factors:
A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Muskuloskeletal
Disorders of the Neck, Upper Extremity, and Low Back, B.P. Bernard, Editor. 1997,
National Institute for Occupational Safety and Health: Columbia.
10. What are psychosocial risk factors? 1999 [cited 2013; Available from:
<http://www.hse.gov.uk/msd/mac/psychosocial.htm>
11. Stress at Work. 1999; Available from: <http://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/>
12. Work-Related Stress. 2011 [cited 2013; Available from:
<http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcaticles.nsf/pages/Work-related_stress>
13. Work-related Muskuloskeletal Disorders (WMSDs). 2005; Available from:
<http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html>
No. Questionnaire:
51
14. A Guide to Work with Computers, in Occupational Safety and Health Branch, Labour
Department. 2010.
15. Computer Related Injuries 2012 [cited 2013; Available from:
http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcaticles.nsf/pages/.
16. Computer Health and Safety. 2010 [cited 2013; Available from:
http://www.ictknowledgebase.org.uk/healthandsafety
No. Questionnaire:
52
HUBUNGAN FAKTOR PSIKOSOSIAL KERJA TERHADAP STRES KERJA DAN
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA YANG MENGGUNAKAN
KOMPUTER DI BOSOWA RESOURCES MAKASSAR
Terima kasih kerana meluangkan waktu anda untuk mengisi questionnaire yang telah
diberikan. Untuk pengetahuan anda:
- Data peribadi anda dalam questionnaire ini akan dirahsiakan, dan hanyalah digunakan
untuk keperluan penelitian. Data ini HANYA diketahui oleh peneliti.
- Pengisian yang tepat dan jujur akan sangat membantu penelitian ini supaya kesimpulan
dari hasil penelitian ini tepat dan benar.
Berapa lama anda menggunakan komputer dalam mengerjakan pekerjaan anda?
a. <2 jam
b. 2-5 jam
c. >5 jam
Tandakan (√) pada jawaban yang dipilih
Dalam sehari-hari pekerjaan anda, apakah anda
menemukan: Tidak Ya
Tuntutan kerja yang cepat
Tuntutan kerja yang banyak
Timbunan kerja yang belum dikerjakan
Deadline kerja yang ketat
Ketergantungan pada supervisor
Ketergantungan pada rekan kerja
Costumer yang tidak bersahabat
Kontak dengan orang yang tidak menyenangkan
Istirahat kerja yang kurang
Tugas perintah yang
Pekerjaan yang menuntut anda berbolak-balik
Komputer yang rusak
Respon komputer yang lambat
UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
2013
No. Questionnaire:
53
Tantangan dalam pekerjaan
Kesulitan memfokuskan perhatian
Apakah anda mengeluhkan: Tidak Ya
Kelelahan 19
Tegang otot terutama pada leher 15
Sakit kepala 14
Jantung berdebar-debar 9
Kesulitan tidur 7
Gejala pencernaan seperti diare dan konstipasi 7
Gangguan kulit 6
Depresi 4
Cemas 9
Cepat marah 5
Hilang semangat, pesimis 2
Keluhan lain (silakan ditulis)
No. Questionnaire:
54
Apakah anda mengeluhkan gangguan pada otot, sendi atau pun anggota tubuh
lain?
Jika ya, silakan arsir bagian tubuh yang mengalami gangguan.
Apakah keluhan berupa:
(beri tanda √)
Nyeri 8
Kaku 4
Rasa terbakar 1
Perasaan tidak nyaman 3
Mati rasa 2
Keram/kesemutan 10
Anggota tubuh
Tengkuk 1
Tangan 2
Betis 2
Kaki 7
BAHU 1
Lengan atas 1
BACK 5
No. Questionnaire:
55