skripsi
DESCRIPTION
Financial Performance Analysis of Go Public Banks in Indonesia (2005-2009)TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA LEMBAGA PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009
Oleh :
MARIA NATALIA TRISNADINIM : 0715251031
PROGRAM EKSTENSIFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR
2010
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA LEMBAGA PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009
Oleh :
MARIA NATALIA TRISNADINIM : 0715251031
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratanMemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Ekstensi Fakultas EkonomiUniversitas Udayana
Denpasar2010
i
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta
diuji pada tanggal : 1 Juli 2010
Tim Penguji: Tanda Tangan
1. Ketua : Dra. Ni Ketut Purnawati, MS. ……………..
2. Sekretaris : Dra. I Gusti Agung Ketut Sri Ardani, MM. ……………..
3. Anggota : Drs. Ida Bagus Darsana, MSi. ……………..
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing
(Prof. Dr. Made Wardana, SE., MP.) (Dra. Ni Ketut Purnawati, MS.)
NIP. 19550801 198103 1031 NIP. 19611105 198601 2001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Kinerja Keuangan pada Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2005-2009”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu
dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., CPA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi., selaku Pembantu
Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
3. Bapak Prof. Dr. Made Wardana, SE., MP. dan Bapak Drs. Komang
Ardana, MM., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
4. Bapak Drs. Ketut Mustanda, MM., selaku Ketua Program Ekstensi
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
5. Ibu Dra. I Gusti Agung Ketut Sri Ardani, MM., selaku Pembimbing
Akademik yang telah membimbing penulis dari awal perkuliahan sampai
saat ini.
iii
6. Ibu Dra. Ni Ketut Purnawati, MS., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran yang
berguna dalam penulisan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi
penulis.
8. Teman-teman jurusan manajemen keuangan program ekstensi angkatan
2007, terutama Ayu Putri, Stevi, Icha, Meita, Bobby, Geby, Satria, dan
Yudi yang telah menjadi teman seperjuangan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan
kemampuan serta pengalaman penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Denpasar, Juni 2010
Penulis
iv
Judul : Analisis Kinerja Keuangan pada Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
Nama : Maria Natalia TrisnadiNIM : 0715251031
ABSTRAK
Industri perbankan merupakan salah satu industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Lembaga perbankan di Indonesia berperan sebagai penunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Krisis moneter tahun 1997 telah menyebabkan terlikuidasinya 67 lembaga perbankan yang berdampak pada runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan serta biaya pemulihan kondisi perbankan nasional yang tidak sedikit jumlahnya. Suatu lembaga perbankan dapat mengalami kebangkrutan ketika lembaga perbankan tersebut memiliki kinerja yang buruk sehingga Bank Sentral akan mengambil kebijakan untuk melikuidasi lembaga perbankan tersebut. Kinerja keuangan lembaga perbankan dapat ditinjau dari tingkat kesehatan serta prediksi kebangkrutannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan pada lembaga perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 berdasarkan tingkat kesehatan dan prediksi kebangkrutannya. Analisis kinerja keuangan tersebut dilakukan dengan menggunakan Model CAMEL sebagai model untuk mengukur tingkat kesehatan lembaga perbankan, serta Model Internal Growth Rate (IGR), Model Altman’s Z-Score, Model Springate, Model Fulmer, dan Model Grover untuk memprediksi apakah suatu lembaga perbankan berpotensi mengalami kebangkrutan atau tidak.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa secara umum tingkat kesehatan 19 lembaga perbankan yang menjadi sampel penelitian apabila menggunakan Model CAMEL cukup baik atau berkategori “sehat”. Bila dilihat dari prediksi kebangkrutan, ketiga model menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu seluruh lembaga perbankan yang diteliti tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Model yang menghasilkan kesimpulan berbeda adalah Model Altman’s Z-Score, dimana kesimpulan yang diperoleh adalah seluruh lembaga perbankan yang diteliti berpotensi mengalami kebangkrutan.
v
DAFTAR ISIHalaman
JUDUL........................................................................................................ iHALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iiKATA PENGANTAR................................................................................ iiiABSTRAK.................................................................................................. ivDAFTAR ISI............................................................................................... viDAFTAR TABEL...................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.................................................. 11.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................... 8
1.2.1 Tujuan Penelitian.................................................... 8
1.2.2 Kegunaan Penelitian............................................... 91.3 Sistematika Penulisan...................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori................................................................ 11
2.1.1 Pengertian Bank...................................................... 112.1.2 Fungsi dan Kegiatan Bank...................................... 122.1.3 Jenis Bank............................................................... 142.1.4 Penilaian Kinerja Bank........................................... 192.1.5 Model CAMEL....................................................... 212.1.6 Pengertian Kebangkrutan........................................ 322.1.7 Model Prediksi Kebangkrutan................................. 35
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya...................... 48
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian........................................... 523.2 Identifikasi Variabel........................................................ 523.3 Definisi Operasional Variabel......................................... 543.4 Jenis dan Sumber Data..................................................... 603.5 Metode Penentuan Sampel.............................................. 613.6 Metode Pengumpulan Data.............................................. 633.7 Teknik Analisis Data....................................................... 63
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN4.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia......................... 69
4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia................................. 694.1.2 Lembaga Perbankan yang Menjadi Sampel
Penelitian................................................................. 714.2 Pembahasan Hasil Penelitian…………………………… 73
vi
4.2.1 Analisis Tingkat Kesehatan Lembaga Perbankan dengan Model CAMEL………………………….. 73
4.2.2 Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Lembaga Perbankan………………………………………… 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan.......................................................................... 1015.2 Saran................................................................................ 102
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1 Kriteria Kesehatan Lembaga Perbankan…………………....... 32
2.2 Kriteria Kebangkrutan Model Altman’s Z-Score…………….. 41
3.1 Daftar Lembaga Perbankan yang Menjadi Sampel Penelitian.. 62
3.2 Kriteria Kesehatan Lembaga Perbankan …………….............. 64
3.3 Kriteria Kebangkrutan dengan Model Internal Growth Rate… 65
3.4 Kriteria Kebangkrutan Model Altman’s Z-Score……………... 65
3.5 Kriteria Kebangkrutan Model Springate……………………… 66
3.6 Kriteria Kebangkrutan Model Fulmer………………………… 67
3.7 Kriteria Kebangkrutan Model Grover………………………… 67
4.1 Lembaga Perbankan yang Menjadi Sampel Penelitian……….. 72
4.2 Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) LembagaPerbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009…………………………………………………….. 74
4.3 Perhitungan Return on Risked Asset (RORA) LembagaPerbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode2005-2009…………………………………………………….. 76
4.4 Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009.... 78
4.5 Perhitungan Return on Asset (ROA) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009.... 80
4.6 Perhitungan Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009............. 82
4.7 Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) LembagaPerbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode2005-2009…………………………………………………….. 84
4.8 Perhitungan Model Internal Growth Rate (IGR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009……………………………………………………. 86
4.9 Perbandingan antara Model Internal Growth Rate (IGR) dengan Kebijakan Bank Indonesia…………………………… 87
4.10 Perhitungan Model Altman’s Z-Score Lembaga Perbankan
viii
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009… 89
4.11 Perbandingan antara Model Altman’s Z-Score denganKebijakan Bank Indonesia…………………………………… 90
4.12 Perhitungan Model Springate Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009………. 92
4.13 Perbandingan antara Model Springate dengan Kebijakan Bank Indonesia……………………………………………….. 93
4.14 Perhitungan Model Fulmer Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009………. 95
4.15 Perbandingan antara Model Fulmer dengan Kebijakan Bank Indonesia……………………………………………………… 96
4.16 Perhitungan Model Grover Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009………. 98
4.17 Perbandingan antara Model Grover dengan Kebijakan Bank Indonesia……………………………………………………… 99
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009………. 1
2 Perhitungan Return on Risked Asset (RORA) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009…………………………………………………….. 2
3 Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009…. 3
4 Perhitungan Return on Asset (ROA) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009……….. 4
5 Perhitungan Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009……….. 5
6 Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009…………………………………………………….. 6
7 Perhitungan Model Internal Growth Rate (IGR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009…………………………………………………….. 7
8 Perbandingan antara Model Internal Growth Rate (IGR)dengan Kebijakan Bank Indonesia……………………………. 20
9 Perhitungan Model Altman’s Z-Score Lembaga Perbankanyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009…. 9
10 Perbandingan antara Model Altman’s Z-Score denganKebijakan Bank Indonesia…………………………………….21
11 Perhitungan Model Springate Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009……….. 12
12 Perbandingan antara Model Springate dengan Kebijakan Bank Indonesia……………………………………………………… 22
13 Perhitungan Model Fulmer Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009……….. 15
14 Perbandingan antara Model Fulmer dengan Kebijakan Bank Indonesia………………………………………………………. 23
15 Perhitungan Model Grover Lembaga Perbankan yang
x
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007………. 1816 Perbandingan antara Model Grover dengan Kebijakan Bank
Indonesia………………………………………………………. 24
xi
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lembaga perbankan merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan
yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan
uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat
pembayaran berupa uang giral (Martono, 2002:8). Menurut Undang-Undang
Perbankan No. 10 Tahun 1998, perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Industri perbankan memegang peranan yang penting dalam perekonomian
negara Indonesia. Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 4,
perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional.
Dewasa ini, perkembangan industri perbankan masih dibayangi oleh krisis
perbankan yang terjadi tahun 1997. Krisis perbankan tersebut masih menyisakan
trauma bagi para pelaku ekonomi. Seiring dengan perkembangan industri
perbankan saat ini, informasi mengenai kinerja keuangan lembaga perbankan
semakin dibutuhkan.
Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan efektivitas
dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Kinerja
keuangan lembaga perbankan penting untuk dianalisis karena dapat dijadikan
1
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajemen di segala
aspek. Apabila sebuah lembaga perbankan memiliki kinerja yang buruk, maka hal
tersebut harus segera diatasi untuk menghindarkan lembaga perbankan dari
kebangkrutan.
Krisis moneter tahun 1997 merupakan salah satu bukti bahwa kinerja yang
buruk dari lembaga perbankan yang tidak terdeteksi dapat mengakibatkan
collapse-nya lembaga perbankan. Selama periode 1997–2000, pemerintah telah
menutup atau melikuidasi 67 lembaga perbankan yang didasarkan pada Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997.
Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997 memberikan pelajaran
berharga bahwa berbagai permasalahan di sektor perbankan yang tidak terdeteksi
sejak dini akan mengakibatkan runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap
industri perbankan. Selain itu, upaya pemulihan kondisi perbankan nasional dan
peningkatan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan,
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Tercatat lebih dari Rp 500 triliun biaya
yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menyelamatkan dan merehabilitasi
sektor perbankan, termasuk di dalamnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan
Rekapitalisasi Perbankan.
Salah satu upaya yang dapat membantu para pelaku bisnis dalam menilai
kinerja keuangan suatu lembaga perbankan adalah dengan melakukan analisis
laporan keuangan, yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio-rasio
keuangan. Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan
salah satunya dilakukan oleh Altman (1968), Springate (1978), dan Fulmer
2
(1984). Suatu laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengukur
tingkat kesehatan yang mencerminkan kemampuan bank dalam menjalankan
usahanya, keefektivan penggunaan aktivanya, hasil usaha yang telah dicapai,
beban tetap yang harus dibayar, serta potensi kebangkrutan yang mungkin akan
dialami (Murtanto, 2002:38).
Kinerja keuangan lembaga perbankan merupakan gambaran kondisi
keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank. Kinerja keuangan
lembaga perbankan dapat dikaitkan dengan tingkat kesehatan lembaga perbankan
itu sendiri (Aryani Merkuswati, 2007:100). Tingkat kesehatan bank diukur
berdasarkan Model CAMEL yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai
pengawas pada lembaga perbankan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
RI No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan (Aryati, 2000:52). Peraturan terbaru
mengenai tingkat kesehatan lembaga perbankan adalah Peraturan Bank Indonesia
No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian kesehatan bank
umum yang terdiri dari 6 aspek yang dikenal dengan istilah CAMELS.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 penilaian kesehatan bank diukur melalui aspek-aspek permodalan (capital),
kualitas aktiva (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earnings),
likuiditas (liquidity), dan sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market
risk), dimana penilaian tersebut dilakukan dengan mengkuantifikasi komponen
dari masing-masing aspek, dan diberi bobot sesuai dengan besarnya pengaruh
3
masing-masing aspek terhadap kesehatan bank. Penilaian tersebut akan
dinyatakan dalam nilai kredit yang besarnya antara 0 sampai dengan 100.
Sementara itu, atas dasar nilai kredit dari aspek-aspek yang dinilai, maka dapat
diperoleh hasil penelitian tingkat kesehatan bank dengan menetapkan empat
golongan predikat tingkat kesehatan bank, mulai dari predikat sehat, cukup sehat,
kurang sehat, dan tidak sehat (Wilopo, 2001:188).
Penilaian kesehatan bank dengan Model CAMEL atau CAMELS juga dapat
dilakukan berdasarkan masing-masing aspek, dimana setiap rasio dari masing-
masing aspek yang telah ditentukan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 akan digolongkan ke dalam empat kategori,
yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat berdasarkan nilai dari
masing-masing rasio (Haryati, 2001:338).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, ada sekitar 39 faktor yang dinilai dalam rangka menentukan tingkat
kesehatan suatu lembaga perbankan. Beberapa faktor yang dinilai, seperti pada
aspek manajemen, hanya dapat dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai pelaksana
dan lembaga perbankan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, analisis tingkat
kesehatan lembaga perbankan dengan Model CAMEL dilakukan dengan
menggunakan 6 rasio keuangan. Untuk aspek permodalan (capital), rasio yang
digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) sesuai dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Aspek kualitas aktiva
(asset quality) dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Risked Asset
(RORA). Return on Risked Asset (RORA) dianggap dapat mewakili aspek
4
kualitas aktiva karena dinilai mampu mengukur kemampuan bank dalam berusaha
mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba (Rusbiantoro,
1995:16) Sama seperti aspek kualitas aktiva, penilaian aspek manajemen juga
tidak dapat mengikuti pola yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dalam
penelitian ini, aspek manajemen diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM).
Menurut Riyadi (2003:186), Net Profit Margin (NPM) dapat digunakan untuk
menilai aspek manajemen karena seluruh kegiatan manajemen suatu lembaga
perbankan pada akhirnya akan mempengaruhi perolehan laba. Aspek rentabilitas
dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA) dan
Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) atau
Operating Income, sedangkan aspek likuiditas diproksikan dengan Loan to
Deposit Ratio (LDR) sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004.
Selain tingkat kesehatan, kinerja lembaga perbankan dapat dikaitkan dengan
potensi lembaga perbankan tersebut untuk mengalami kebangkrutan. Dalam
memprediksi kebangkrutan pada lembaga perbankan, dapat digunakan model-
model prediksi yang telah dikembangkan oleh para ahli, seperti Model Internal
Growth Rate, Model Altman’s Z-Score, Model Springate, Model Fulmer, dan
Model Grover. Model-model ini akan digunakan untuk mengukur rasio-rasio
berdasarkan laporan keuangan lembaga perbankan yang bersangkutan, sehingga
menghasilkan kesimpulan mengenai kondisi yang sedang dihadapi lembaga
perbankan tersebut, termasuk kebangkrutan.
5
Model Internal Growth Rate (IGR) merupakan model untuk memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan yang dikemukakan oleh Ross (1998). Model ini
menggunakan analisis diskriminan dengan dua variabel yaitu Return on Asset
(ROA) dan Retention Ratio (b), yang akan menghasilkan nilai Z untuk kemudian
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu “bangkrut” dan “tidak bangkrut”.
Model Altman’s Z-Score merupakan suatu penilaian yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggabungkan beberapa rasio
keuangan menjadi suatu model peramalan yang berarti. Model ini menggunakan 5
variabel (X1-X5) yang akan menghasilkan Z-Score untuk kemudian
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu “bangkrut”, “grey area”, dan “tidak
bangkrut”.
Model Springate, Model Fulmer dan Model Grover juga merupakan model
yang berdasarkan analisis diskriminan untuk menggolongkan apakah suatu
perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan atau tidak. Model Springate akan
menganalisis kinerja perusahaan berdasarkan 4 variabel, sehingga menghasilkan
nilai Z. Model Fulmer menganalisis kinerja perusahaan berdasarkan 8 variabel
dalam rangka menghitung nilai H yang kemudian akan dibandingkan dengan
angka kritis. Model Grover menggunakan 3 variabel untuk menghitung “score”
yang dimiliki suatu perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan angka
kritis.
Model CAMEL dan model prediksi kebangkrutan yang ada memiliki
variabel yang berbeda dan mengukur hal yang berbeda pula. Model CAMEL
digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan lembaga
6
perbankan. Berbeda dengan Model CAMEL, model prediksi kebangkrutan yang
ada digunakan untuk menentukan apakah suatu lembaga perbankan berpotensi
mengalami kebangkrutan atau tidak. Dari penelitian-penelitian sebelumnya,
Model CAMEL dan model prediksi kebangkrutan yang ada memberikan hasil
yang kontradiksi. Penelitian Hendrawan (2008) menghasilkan kesimpulan bahwa
prediksi kebangkrutan dengan Model Altman’s Z-Score memberikan hasil yang
bertolak belakang bila dibandingkan dengan penilaian tingkat kesehatan apabila
menggunakan Model CAMEL. Dari 26 lembaga perbankan yang diteliti oleh
Hendrawan (2008), seluruhnya berpotensi mengalami kebangkrutan. Kenyataan
yang diperoleh adalah semua sampel yang digunakan (kecuali Bank Century)
masih beroperasi sampai sekarang. Hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian
Santoso (2006), dimana kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat kesesuaian
yang cukup tinggi antara Model Altman’s Z-Score dan Model CAMEL dalam
memprediksi kebangkrutan suatu lembaga perbankan. Model CAMEL sebagai
metode yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk menilai tingkat kesehatan
lembaga perbankan akan mempengaruhi kebijakan Bank Indonesia di dalam
melikuidasi lembaga perbankan. Lembaga perbankan yang berpotensi mengalami
kebangkrutan berdasarkan analisis dengan model prediksi kebangkrutan, tidak
selalu sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia
menganggap bahwa lembaga perbankan tersebut masih memiliki kesehatan yang
cukup baik sehingga tidak dilikuidasi. Perbedaan penilaian tesebut dapat
disebabkan karena Bank Indonesia di dalam mengambil kebijakan juga
mempertimbangkan aspek-aspek kualitatif. Di sisi lain model prediksi
7
kebangkrutan hanya menganalisis aspek-aspek kuantitatif yang diproksikan
dengan rasio-rasio keuangan, sehingga menyebabkan ketidaksesuaian antara
model CAMEL sebagai metode analisis tingkat kesehatan bank dengan model
prediksi kebangkrutan yang ada.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana tingkat kesehatan lembaga perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2005-2009 apabila menggunakan Model CAMEL?
2) Bagaimana prediksi kebangkrutan pada lembaga perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 apabila menggunakan Model
Internal Growth Rate, Model Altman’s Z-Score, Model Springate, Model
Fulmer, dan Model Grover?
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan lembaga perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 apabila
menggunakan Model CAMEL.
2) Untuk mengetahui bagaimana prediksi kebangkrutan pada lembaga
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009
apabila menggunakan Model Internal Growth Rate, Model Altman’s
Z-Score, Model Springate, Model Fulmer, dan Model Grover.
8
1.2.2 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
mengenai model-model yang dapat digunakan untuk menganalisis
kinerja keuangan pada perusahaan, termasuk lembaga perbankan.
Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi
dan bahan pemikiran untuk menindaklanjuti penelitian ini.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai
bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan, terutama lembaga
perbankan di dalam menganalisis kinerja keuangan melalui tingkat
kesehatan dan prediksi kebangkrutan.
1.3 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang dari masalah yang
akan diteliti, tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian, serta
sistematika penulisan.
9
BAB II Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian ini, mulai dari pengertian bank sampai model-model
prediksi kebangkrutan pada lembaga perbankan, serta
pembahasan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi
lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan
sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Bursa Efek
Indonesia dan lembaga perbankan yang menjadi sampel
penelitian, serta pembahasan tentang tingkat kesehatan dan
prediksi kebangkrutan lembaga perbankan tersebut.
BAB V Simpulan dan Saran
Bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil analisis pada bab
sebelumnya serta saran-saran yang dapat digunakan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan.
10
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
1.4 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Lembaga Perbankan
Pengertian lembaga perbankan (bank) menurut UU No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998,
adalah sebagai berikut:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
b. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinisp syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Menurut Martono (2002:8), lembaga perbankan merupakan salah satu badan
usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat
pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan
mengedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral. Menurut Indriyo (2002:4),
11
lembaga perbankan merupakan lembaga yang dapat dipergunakan sebagai tempat
sumber dana dan penyimpanan dana, dan mitra bagi perusahaan yang go public.
Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau penerima segala macam
bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2007:23). Dari beberapa definisi
tentang bank tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau dalam
bentuk lainnya, dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dengan tujuan memberikan pelayanan
yang memuaskan kepada masyarakat. Dalam hal ini bank akan menghimpun dana
dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dalam bentuk tabungan,
deposito dan giro, kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat yang
memerlukan dana dalam bentuk kredit atau pinjaman.
2.1.2 Fungsi dan Kegiatan Bank
Menurut Susilo (2000:6) secara umum fungsi utama bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik
fungsi bank dapat sebagai:
12
a. Agent of Trust, yaitu dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau
kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran
dana.
b. Agent of Development, yaitu tugas bank sebagai penghimpun dan
penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan
perekonomian di sektor riil berupa investasi, distribusi dan konsumsi
dimana kegiatan tersebut selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
c. Agent of Service, disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana,
bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain
kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya
dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, antara lain
yaitu jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa
pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
Menurut Martono (2002:24) kegiatan bank secara umum adalah sebagai
berikut:
a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)
Pengertian dari menghmpun dana berarti mengumpulkan dan mencari
dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari
masyarakat ini dilaksanakan oleh bank melalui berbagai strategi agar
masyarakat tertarik dan mau mengivestasikan dananya melalui
lembaga keuangan bank, strategi tersebut dapat berupa pemberian
13
bunga, hadiah yang menarik dan memberikan pelayanan yang terbaik
untuk masyarakat.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending)
Menyalurkan dana berarti memberikan kembali dana yang telah
dihimpun kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman bagi bank
konvensional atau pembiayaan bagi bank syariah. Tinggi rendahnya
suku bunga pinjaman tergantung oleh tinggi rendahnya tingkat bunga
simpanan. Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka tingkat
suku bunga kredit akan semakin tinggi, selain hal itu juga dipengaruhi
oleh biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet,
pajak serta pengaruh lainnya.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung kegiatan bank. Jasa
ini diberikan oleh terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan
perbankan.
2.1.3 Jenis Bank
Menurut Kasmir (2007:32-38) lembaga perbankan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
a. Dilihat dari bidang usahanya
1) Bank Umum
Dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan mengemukakan bahwa bank umum adalah
14
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang
diberikan bersifat umum dalam arti dapat memberikan seluruh
jasa perbankan yang ada. Begitu pula wilayah operasinya dapat
dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai ke luar
negeri (cabang).
Usaha perbankan secara konvensional merupakan usaha
perbankan dalam memberikan kredit kepada nasabah baik
perorangan maupun perusahaan. Makna usaha perbankan
berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau
kegiatan lainnya dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil, pembayaran berdasarkan prinsip
penyertaan modal, prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan, atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan, atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain.
2) Bank Perkreditan (BPR)
Dalam pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
mengemukakan bahwa Bank Perkreditan Rakyat adalah bank
15
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, artinya jasa-jasa
perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sedikit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa Bank Umum.
b. Dilihat dari kepemilikannya
1) Bank Pemerintah
Bank yang akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula, misalnya Bank Negara Indonesia (BNI 46),
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN)
dan Bank Milik Pemerintah Daerah yaitu Bank Pembangunan
Daerah.
2) Bank Milik Swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh
swasta nasional, misalnya Bank Central Asia (BCA).
3) Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan
yang berbadan hukum koperasi, misalnya Bank Umum Koperasi
Indonesia.
16
4) Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing, misalnya
American Expres Bank (AMEX).
5) Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing
dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga Indonesia, misalnya Simitomo
Niaga Bank.
c. Dilihat dari segi status
1) Bank Devisa, yaitu bank yang memperoleh surat penjualan dari
Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam Valuta
Asing.
2) Bank Non Devisa, yaitu bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga
tidak dapat melakukan usaha di bidang transaksi valuta asing.
d. Dilihat dari segi cara menentukan harga
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvesional, bank ini
menetapkan bunga sebagai harga, baik simpanan maupun
pinjamannya, dan untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan
barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya
dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya
ini dikenal istilah fee based.
17
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah, bank ini dalam penetuan
harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan
prinsip konvesional. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari
keuntungan dengan berdasarkan pada pembiaayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil, penyertaan modal, prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan, pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan, atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain.
e. Menurut ketentuan Undang-Undang Tahun 1967 membedakan jenis
bank berdasarkan pada fungsinya, yaitu :
1) Bank Sentral, yaitu Bank Indonesia yang bertugas membimbing
pelaksanaan kebijaksanaan keuangan dan mengkoordinir serta
mengatasi seluruh perbankan di Indonesia.
2) Bank Umum, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito
dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka
panjang.
3) Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam
18
usahanya terutama membungakan dananya dalam surat
berharga.
4) Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan
dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito
dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan
jangka panjang di bidang pembangunan.
5) Bank Desa, yaitu bank yang menerima simpanan dalam bentuk
uang dan natural (seperti padi, jagung dan sebagainya yang
sejenis dengan itu).
f. Bank dilihat dari segi penciptaan giral terdiri dari:
1) Bank Primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang melalui
simpanan masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan liquid
dalam bentuk giro. Yang dapat bertindak sebagai Bank Primer
adalah Bank Sirkulasi / Bank Sentral yang dapat menciptakan
kredit dalam bentuk kertas dan uang giral dan Bank Umum yang
dapat menciptakan uang giral.
2) Bank Sekunder, yaitu bank yang dapat menciptakan uang
melalui simpanan masyarakat yang ada padanya. Bank ini hanya
bertugas sebagai perantara dalam penyaluran kredit, yang
tergolong ke dalam Bank Sekunder ini adalah Bank Tabungan
dan Bank Pembangunan.
19
2.1.4 Penilaian Kinerja Bank
Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran
prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek
keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun
sumber daya manusia (Abdullah, 2004:58).
Berdasarkan penjelasan di atas, kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.
Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan
kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga
intermediasi. Adapun penilaian kondisi likuiditas bank berguna untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para
deposan. Penilaian aspek profitabilitas berguna untuk mengetahui kemampuan
menciptakan profit, yang tentu saja merupakan hak yang penting bagi pemilik
atau pemegang saham.
Analisis penilaian kinerja keuangan bank memiliki beberapa tujuan, dua di
antaranya adalah:
a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama
kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang dicapai
dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua
asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
20
Kinerja keuangan lembaga perbankan dapat dikaitkan dengan tingkat
kesehatan lembaga perbankan itu sendiri. Tingkat kesehatan bank diukur
berdasarkan Model CAMEL yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai
pengawas pada lembaga perbankan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
RI No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan (Aryati, 2000:52). Selain tingkat
kesehatan, kinerja lembaga perbankan juga dapat dikaitkan dengan seberapa besar
potensi lembaga perbankan tersebut untuk mengalami kebangkrutan (Aryani
Merkuswati, 2007:100). Dalam memprediksi kebangkrutan pada lembaga
perbankan, dapat digunakan model-model prediksi yang telah dikembangkan oleh
para ahli, seperti Model Internal Growth Rate, Model Altman’s Z-Score, Model
Springate, Model Fulmer, dan Model Grover. Model-model ini akan digunakan
untuk mengukur rasio-rasio keuangan lembaga perbankan yang bersangkutan,
sehingga dapat menghasilkan keputusan apakah lembaga perbankan tersebut
berpotensi mengalami kebangkrutan atau tidak.
2.1.5 Model CAMEL
Untuk melakukan penelitian tentang kesehatan bank, sebuah bank dapat
dilihat dari berbagai aspek (Martono, 2002:85). Penilaian ini bertujuan untuk
menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang
sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina
lembaga perbankan di Indonesia dapat memberikan arahan bagaimana bank
tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan menghentikan operasinya.
21
Ukuran untuk menilai kesehatan bank di Indonesia telah ditentukan oleh
Bank Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, pada pasal 29 disebutkan beberapa ketentuan sebagai berikut
(Martono, 2003:87):
a. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lainnya yang
berhubungan dengan usaha bank.
c. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha
sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Berkaitan dengan undang-undang tentang perbankan tersebut, Bank
Indonesia telah mengeluarkan beberapa surat edaran seperti Surat Edaran No.
23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991, Surat Edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29
Mei 1993, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal
30 April 1997, dan yang terbaru adalah Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang mengacu pada Peraturan Bank Indonesia
No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian kesehatan bank
umum yang terdiri dari 6 faktor yang dikenal dengan istilah CAMELS. Keenam
faktor tersebut antara lain:
22
a. Capital (Permodalan)
Menurut Martono (2002:88) pada aspek permodalan ini yang dinilai
adalah permodalan yang didasarkan pada kewajiban penyediaaan
modal minimum bank. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif
faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Capital Adequacy Ratio (CAR)
2) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku
3) Komposisi permodalan
4) Tren ke depan atau proyeksi dari Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM)
5) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan
modal bank
6) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal
yang berasal dari laba ditahan
7) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan
usaha
8) Akses kepada sumber permodalan
9) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan
permodalan bank
23
b. Asset Quality (Kualitas Aktiva)
Pada aspek kualitas aktiva ini, penilaian akan dilakukan pada aktiva
produktif yang dimiliki bank. Penilaian pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor kualitas aktiva antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan
total aktiva produktif (APYD)
2) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan
total kredit
3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah atau non-performing
asset dibandingkan dengan aktiva produktif
4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP)
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif (KAP)
6) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
7) Dokumentasi aktiva produktif
8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah (APB)
c. Management (Manajemen)
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam
bekerja. Kualitas manajemen juga dapat dilihat dari pendidikan serta
pengalaman karyawannya dalam menangani permasalahan yang ada.
Unsur-unsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajemen
permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen
24
rentabilitas, dan manajemen likuiditas yang didasarkan atas jawaban
dari 250 pertanyaan yang diajukan (Martono, 2002:30).
Untuk menilai kesehatan bank dalam aspek manajemen ini, biasanya
dilakukan dengan media kuisioner, yang ditujukan bagi pihak
manajemen bank. Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
1) Manajemen umum
2) Penerapan sistem manajemen risiko
3) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta
komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya
d. Earnings (Rentabilitas)
Menurut Martono (2002:90) pada aspek rentabilitas ini dapat dilihat
kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang
dicapai. Bank yang sehat adalah bank yang ukuran rentabilitasnya
terus meningkat. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Return on Assets (ROA)
2) Return on Equity (ROE)
3) Net Interest Margin (NIM)
4) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
5) Perkembangan laba operasional
25
6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diverifikasi
pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan
biaya
8) Prospek laba operasional
e. Liquidity (Likuiditas)
Menurut Martono (2002:92) pada aspek likuiditas ini, penilaian yang
dilakukan berdasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua
hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo dan dapat memenuhi semua
permohonan kredit yang layak disetujui.
Menurut Hasibuan (2005:58) sebuah bank dikatakan likuid jika bank
tersebut memiliki:
1) Cash asset sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk
memenuhi likuiditasnya.
2) Cash asset lebih kecil dari butir (a) di atas, tetapi bank juga
mempunyai asset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang
dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan
nilai pasarnya.
3) Kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui
berbagai bentuk uang.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
26
1) Loan to Deposit Ratio (LDR)
2) Aktiva likuid kurang dari satu bulan dibandingkan dengan
pasiva likuid kurang dari satu bulan
3) 1-month maturity mismatch ratio
4) Proyeksi cash-flow tiga bulan mendatang
5) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
6) Kebijakan dan pengolahan likuiditas
7) Kemampuan bank memperoleh akses pada pasar uang, pasar
modal, atau sumber pendanaan lainnya
8) Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)
f. Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap Risiko Pasar)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas
terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Ekses modal dibandingkan dengan potential loss suku bunga
2) Ekses modal dibandingkan dengan potential loss nilai tukar
3) Kecukupan penerapan sistem Manajemen Risiko Pasar (Market
Risk)
Berdasarkan penjelasan tersebut, Bank Indonesia di dalam menganalisis
tingkat kesehatan suatu lembaga perbankan menggunakan penilaian pendekatan
kuantitatif dan kualitatif untuk masing-masing faktor. Hal tersebut sangat sulit
untuk dilakukan karena terdapat data yang tidak dipublikasikan dan merupakan
wewenang Bank Indonesia seutuhnya sebagai pembina dan pengawas lembaga
27
perbankan. Seringkali dalam penelitian-penelitian sebelumnya hanya digunakan
beberapa rasio, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aryani Merkusiwati (2007).
Dalam penelitian ini, tingkat kesehatan lembaga perbankan akan dianalisis
berdasarkan lima faktor dari Model CAMELS dan menggunakan enam rasio,
yaitu:
a. Capital (Permodalan)
Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
permodalan suatu lembaga perbankan berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah Capital
Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan CAR sesuai dengan standar Bank
Indonesia adalah sebagai berikut:
CAR = Modal(Inti+Pelengkap)
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko × 100%...............(2.1)
Rumus tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan
yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan
perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Agar perbankan
Indonesia dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dengan
perbankan internasional, maka Bank Indonesia mengeluarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 26/1/BPPP tanggal 26 Mei 1993
mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank, yang
ketentuannya didasarkan pada standar yang ditetapkan Bank for
International Settlement (BIS) yaitu sebesar 8 persen (Hasibuan,
2005:100).
28
b. Asset Quality (Kualitas Aktiva)
Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk menilai kualitas aktiva
suatu lembaga perbankan adalah dengan menggunakan rasio Return
on Risked Asset (RORA). Adapun model penilaiannya dapat
dilakukan dengan cara (Abdullah, 2004:120):
RORA = Laba ( Rugi ) Sebelum Pajak
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko × 100%.....................(2.2)
Batasan maksimum RORA yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia
berdasarkan SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
adalah 15,5 persen.
c. Management (Manajemen)
Dalam penelitian ini, faktor manajemen diproksikan dengan rasio Net
Profit Margin (NPM), dengan pertimbangan bahwa rasio ini
menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber dana dan
mengalokasikan dana secara efisien (Kostiyah, 2007:11). Berikut
adalah rumus untuk menghitung Net Profit Margin (NPM):
Net Profit Margin = Laba Bersih
Pendapatan Operasional × 100%.............(2.3)
Apabila nilai Net Profit Margin (NPM) atau dalam istilah manajemen
keuangan adalah Excess Income Ratio, lebih besar sama dengan dari 1
persen maka suatu lembaga perbankan berkategori “sehat” bila dilihat
dari aspek manajemennya dan apabila lebih kecil dari 1 persen maka
suatu lembaga perbankan berkategori “tidak sehat” (Machfoedz,
1999:41).
29
d. Earnings (Rentabilitas)
Faktor rentabilitas dapat dianalisis dengan menghitung perbandingan
laba terhadap total asset yang lebih dikenal dengan Return on Asset
(ROA) dan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional (BOPO).
1) Return on Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang
dihasilkan dari total asset yang dimiliki bank bersangkutan.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
ROA = Laba ( Rugi ) Sebelum Pajak
Rata−RataTotal Asset × 100%......................(2.4)
Berdasarkan SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April
1997, apabila suatu bank memiliki nilai ROA lebih besar dari
1,215 persen, maka bank tersebut dapat dikatakan produktif
dalam mengelola aktiva sehingga menghasilkan laba.
2) Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Rasio ini sering juga disebut rasio efisiensi atau operating
income dan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Besarnya nilai BOPO dapat
30
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
BOPO = BebanOperasional
Pendapatan Operasional × 100%......................(2.5)
Berdasarkan SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April
1997, apabila suatu bank memiliki nilai BOPO sebesar 93,5
persen atau lebih rendah, maka bank tersebut dapat
dikategorikan sehat.
e. Liquidity (Likuiditas)
Untuk menilai likuiditas suatu bank dapat digunakan Loan to Deposit
Ratio (LDR) yang besarnya dapat dihitung sebagai berikut (Surat
Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
LDR = Total Kredit
Total Dana Pihak Ketiga × 100%..........................(2.6)
Batas kewajaran nilai LDR adalah di bawah 110 persen, yang
mengindikasikan bahwa jumlah kredit yang disalurkan sama atau
lebih besar dari jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun bank.
Bila nilai LDR lebih besar dari 110 persen, maka bank tersebut
mengobral kredit sehingga sebagaian dananya didapat dari pinjaman
bank dan pihak lain (Dendawijaya, 2000:147). Batas nilai LDR
sebesar 110 persen tersebut dianjurkan pemerintah terkait fungsi bank
sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi. Lembaga
perbankan yang memiliki nilai LDR di bawah 110 persen tidak
selamanya berkategori sehat, karena batas bawah nilai LDR yang
31
dianjurkan Bank Indonesia adalah 70 persen. Nilai LDR yang terlalu
rendah menandakan sedikitnya penyaluran kredit yang dilakukan
lembaga perbankan kepada masyarakat. Bank Indonesia saat ini
sedang menyelesaikan tahap akhir penetapan batas bawah dari nilai
LDR yang wajib dipenuhi lembaga perbankan. Suatu lembaga
perbankan yang memiliki nilai LDR di bawah tingkat yang
disyaratkan, maka bank tersebut harus memiliki tingkat Giro Wajib
Minimum (GWM) yang lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga
perbankan yang memiliki nilai LDR yang tinggi.
Secara keseluruhan kriteria kesehatan lembaga perbankan adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Kesehatan Lembaga Perbankan
Faktor RasioKategori
Sehat Cukup Sehat Kurang SehatTidak Sehat
Capital CAR > 8,1% 6,6% - < 8,1% 5,1% - < 6,6% < 5,1%
Asset Quality
RORA ≤ 15,5% - - > 15,5%
Management NPM ≥ 1% - - < 1%
EarningsROA ≥ 1,215% 0,99% - < 1,215% 0,765% - < 0,99% < 0,765%
BOPO ≤ 93,5% 94,7%% - < 93,5% 95,92% - < 94,7% > 95,92%
Liquidity LDR < 110% - - ≥ 110%
Sumber: Bank Indonesia dalam Haryati (2001:338)
2.1.6 Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan menurut Altman (1973) adalah perusahaan yang secara
hukum bangkrut. Sedangkan kebangkrutan menurut UU No. 4 Tahun 1998 adalah
dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan ketika debitur
32
memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Undang-undang ini juga menyatakan bahwa
apabila debitur tersebut adalah lembaga perbankan, maka permohonan pernyataan
bangkrut hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia.
Perusahaan debitur dinyatakan bangkrut ketika perusahaan tersebut tidak
mampu membayar hutangnya ketika jatuh tempo atau total hutangnya melebihi
nilai wajar dari asset-nya. Menurut Santoso (2004:6-7), kebangkrutan ada dua
jenis, yaitu:
a. Equity Insolvency yang berarti ketidakmampuan untuk membayar
ketika jatuh tempo.
b. Bankruptcy Insolvency yang berarti memiliki total utang yang
melebihi nilai wajar asset-nya.
Perusahaan debitur yang mengalami equity insolvency memiliki kemungkinan
untuk menghindari kebangkrutan dengan menegosiasikan perjanjian secara
langsung dengan krediturnya. Sedangkan perusahaan yang mengalami bankruptcy
insolvency akan dilikuidasi di bawah pengawasan pengadilan.
Kebangkrutan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegagalan yang terjadi
dalam perusahaan dan kegagalan tersebut dapat dibedakan menjadi (Adnan,
2000:187):
a. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam arti ekonomi diartikan sebagai perusahaan
kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi
33
biayanya sendiri, atau dengan kata lain tingkat labanya lebih kecil dari
kewajibannya.
b. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)
Kegagalan keuangan juga dapat diartikan sebagai insolvensi arus kas,
yang terdiri dari 2 bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam
pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis terjadi apabila perusahaan
tidak mampu memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo walaupun
total aktivanya sudah melebihi total hutang. Insolvensi dalam
pengertian kebangkrutan didefinisikan sebagai kekayaan bersih neraca
konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih
kecil dari kewajiban.
Menurut Hadad, dkk. (2004:10), bank berstatus bangkrut atau pailit adalah
bank yang berada pada situasi legal bankruptcy, dimana bank dinyatakan pailit
secara sah berdasarkan undang-undang kepailitan. Adapun bank pailit adalah bank
yang berstatus sebagai berikut:
a. Bank Likuidasi (BDL)
Bank Likuidasi (BDL) adalah bank yang izin operasionalnya dicabut
oleh pemerintah sehingga tidak dapat melakukan kegiatan operasional
perbankan lagi.
b. Bank Stop Operasi (BSO)
Bank Stop Operasi (BSO) atau Bank Beku Operasi (BBO) adalah
bank yang dilikuidasi oleh pemerintah karena kinerjanya semakin
34
memburuk setelah menggunakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI).
c. Bank Take Over (BTO)
Bank Take Over (BTO) adalah bank yang diambil alih
kepemilikannya oleh pemerintah dari pemilik semula dan bank
tersebut masih tetap beroperasi.
d. Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU)
Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) adalah bank yang dilikuidasi
oleh pemerintah karena tidak dapat memenuhi kewajiban jangka
panjangnya, tidak memiliki prospek yang baik, dan tidak dapat
mengikuti program rekapitalisasi.
e. Bank Rekap
Bank Rekap adalah bank yang mengikuti program rekapitalisasi,
dimana pemerintah melakukan penyertaan modal pada bank yang
bersangkutan melalui penerbitan obligasi sehingga kepemilikan
mayoritas bank-bank yang direkap berada di tangan pemerintah dan
bersifat sementara.
2.1.7 Model Prediksi Kebangkrutan
a. Model Internal Growth Rate
Internal Growth Rate didefinisikan oleh Ross (1998:97) sebagai
maximum growth rate a firm can achieve without external financing of
35
any kind. Internal Growth Rate dapat dinyatakan dalam model
matematis sebagai berikut:
IGR = ROA ×b
1−ROA× b…………………………………………..…….
(2.7)
ROA (Return on Asset) menurut Ross (1998) adalah suatu ukuran
keuntungan untuk setiap satuan mata uang dari aktiva, yang
dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Net IncomeTotal Asset
……………………………………………...(2.8)
Dalam rumus Internal Growth Rate, b adalah Retention Ratio, yang
merupakan tambahan laba ditahan dibagi dengan laba bersih dan dapat
juga disebut Plowback Ratio (Ross, 1998). Retention Ratio dapat juga
diartikan sebagai laba atau income yang masuk kembali ke dalam laba
ditahan atau sebagai Income Reinvestment Rate. Rumus Retention
Ratio adalah:
b = Addition¿Retained Earning ¿Net Income ……………………..
……..(2.9)
atau
b = Net Income−Dividend
Net Income …………………………………...(2.10)
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, jika suatu
perusahaan memiliki nilai IGR di atas angka kritis (-0,239), maka
perusahaan tersebut diklasifikasikan ke dalam kriteria “tidak
36
bangkrut”. Jika nilai IGR berada di bawah angka kritis (-0,239), maka
perusahaan tersebut diklasifikasikan ke dalam kriteria “bangkrut”.
Tingkat ketepatan prediksi dari model ini diperkirakan sebesar 60,5
persen.
b. Model Altman’s Z-Score
Multiple Discriminant Analysis Altman atau yang biasa disebut
Altman’s Z-Score adalah suatu penilaian yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggabungkan
beberapa rasio keuangan menjadi suatu model peramalan yang berarti.
Analisis Altman’s Z-Score menggunakan rasio keuangan yang
mencakup rasio likuiditas perusahaan, sepertir rasio lancar, rasio
leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya, rasio
profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi
laba ditahan. Berdasarkan rasio keuangan tersebut, Model Altman’s Z-
Score berhasil digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan ke
dalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk
bangkrut atau kelompok perusahaan yang memiliki kemungkinan
rendah untuk bangkrut. Altman’s Z-Score memungkinkan perusahaan
untuk memprediksi kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba
saatnya.
Pada tahun 1968, Altman menggunakan analisis diskriminan dengan
menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Altman mengambil sampel yang terdiri dari 66 perusahaan
37
manufaktur, dan setengah di antaranya mengalami kebangkrutan. Dari
laporan keuangan satu periode sebelum perusahaan bangkrut, Altman
memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 di antaranya ditemukan
paling berkontribusi pada model prediksi. Fungsi diskriminan yang
ditemukan Altman adalah sebagai berikut (Altman, 1982):
Z = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 + 0,999 X5……(2.11)
Dimana:
X1 = Working Capital / Total Asset (%)
X2 = Retained Earnings / Total Asset (%)
X3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total Asset (%)
X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Debt (%)
X5 = Sales / Total Asset (kali)
Dalam menganalisis, yang perlu diperhatikan adalah bentuk penulisan
hasil, karena pada variabel X1 hingga X4 dalam bentuk persentase
(%). Untuk menyamakan dengan bentuk X5, maka bobot variabel X1
hingga X4 harus diganti.
Perubahan satuan pengukuran di atas akan mengakibatkan fungsi
diskriminan Z yang ditemukan Altman menjadi:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5…………………(2.12)
Berdasarkan penelitian lebih lanjut, diketahui bahwa persamaaan
Altman’s Z-Score tahun 1968 hanya memiliki tingkat keakuratan
sebesar 30 persen. Untuk itu pada tahun 1983, model ini direvisi
menjadi persamaan yang baru yang dikenal sebagai Revised Altman’s
38
Z-Score, dimana fungsi diskriminannya adalah sebagai berikut
(Altman, 2000):
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5…….(2.13)
Dimana:
X1 = Working Capital / Total Asset
X2 = Retained Earnings / Total Asset
X3 = Earning Before Interest and Tax / Total Asset
X4 = Book Value of Equity / Book Value of Total Debt
X5 = Sales / Total Asset
Untuk menerapkan analisis ini pada lembaga perbankan, maka
digunakan model Z-Score (2.14) dengan penyesuaian sebagai berikut:
1) X1 = (Current Asset – Current Liabilities) / Total Asset
2) X3 = Earning Before Tax / Total Asset
Dimana masing-masing variabel dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) X1 (Working Capital / Total Asset)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur likuiditas lembaga
perbankan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari
total aktiva dan posisi modal kerja. Working Capital dalam
lembaga perbankan dapat dihitung dengan mencari selisih antara
Current Asset dengan Current Liability. Current Asset dalam
lembaga perbankan terdiri dari Cash on Hand and Banks,
Placement in Other Banks, Notes and Securities, Loans, dan
Investment (Santoso, 2006:25). Current Liability disini terdiri
39
dari Demand Deposit, Time Deposit, dan Saving Deposit. Total
Asset sendiri akan mencakup seluruh asset yang ada di dalam
lembaga perbankan tersebut.
2) X2 (Retained Earning / Total Asset)
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mengukur
kemampuan lembaga perbankan dalam menghasilkan laba
dalam periode tertentu. Retained Earning adalah jumlah laba
ditahan dan Total Asset adalah semua asset yang ada di dalam
lembaga perbankan tersebut.
3) X3 (Earning Before Tax / Total Asset)
Rasio ini mengukur kemampuan lembaga perbankan untuk
memperoleh laba dari aktiva yang digunakan atau untuk
mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk memperoleh keuntungan bagi semua
investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Dalam
lembaga perbankan, rasio ini diukur dengan menggunakan
Earning Before Tax (EBT) yang diperoleh dan dibandingkan
dengan semua asset yang dimiliki lembaga perbankan tersebut.
4) X4 (Book Value of Equity / Book Value of Debt)
Rasio ini mengukur kemampuan lembaga perbankan dalam
memberikan jaminan kepada setiap hutang melalui modal
sendiri yang dimiliki. Book Value of Equity adalah nilai buku
40
dari ekuitas dan Book Value of Total Debt adalah keseluruhan
hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang.
5) X5 (Sales / Total Asset)
Rasio ini mengukur aktivitas lembaga perbankan, dimana Sales
yang dipakai adalah Revenue (pendapatan) dan Total Asset yang
merupakan keseluruhan asset yang dimiliki oleh lembaga
perbankan tersebut.
Dengan menggunakan rumus di atas, maka dapat ditentukan lembaga
perbankan mana yang berpotensi mengalami kebangkrutan dan mana
yang tidak. Hal ini dirumuskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Kriteria Kebangkrutan Model Altman’s Z-Score
Skor Kebangkrutan< 1,23 1,23 – 2,90 > 2,90
Bangkrut Grey Area Tidak BangkrutPerusahaan
berpotensi tinggi untuk mengalami
kebangkrutan
Potensi perusahaan untuk mengalami kebangkrutan sulit
ditentukan
Perusahaan berpotensi rendah untuk mengalami
kebangkrutanSumber: Santoso (2006:16)
c. Model Springate
Model Springate merupakan model prediksi kebangkrutan yang
didasarkan pada penelitian G. I. V. Springate (1078), yang kemudian
dikenal sebagai Model Springate atau Canadian Model. Penelitian
Springate (1978) dibuat dengan mengikuti prosedur yang dimodelkan
oleh Altman, yaitu menggunakan Stepwise Multiple Discriminant
Analysis untuk memilih empat dari sembilan rasio keuangan yang
41
popular untuk membedakan dengan baik antara perusahaan yang sehat
dan perusahaan yang bangkrut (gagal). Model ini mencapai tingkat
keakuratan 92,5 persen, dimana Springate melakukan penelitian
dengan menggunakan 40 perusahaan.
Brotheras (1979) menguji Model Springate ini pada 50 perusahaan
dengan rata-rata asset sebesar 2,5 juta dollar dan menemukan tingkat
keakuratan sebesar 88 persen. Sands (1980) juga menguji Model
Springate ini pada 24 perusahaan dengan rata-rata asset sebesar $
63,400,000 dan menemukan tingkat keakuratan sebesar 83 persen.
Model Springate sendiri dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:
Z = 1,03 A + 3,07 B + 0,66 C + 0,4 D…………………………...(2.14)
Dimana:
A = Working Capital / Total Asset
B = Net Profit Before Tax / Total Asset
C = Net Profit Before Tax / Current Liability
D = Sales / Total Asset
Keempat variabel tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
1) A (Working Capital / Total Asset)
Nilai A dapat dihitung dengan membandingkan antara Working
Capital dengan Total Asset. Working Capital atau modal kerja
diperoleh dari selisih antara Current Asset dengan Current
Liabilities. Current Asset merupakan aktiva lancar yang dimiliki
42
lembaga perbankan atau dapat diperoleh dari selisih antara total
aktiva dengan aktiva tetap dan aktiva lainnya. Current Liability
dapat diperoleh dari jumlah simpanan dan kewajiban segera.
2) B (Net Profit Before Tax / Total Asset)
Nilai B dapat dihitung dengan membandingkan antara Net Profit
Before Tax dengan Total Asset. Net Profit Before Tax atau
Earning Before Tax merupakan laba sebelum pajak penghasilan
yang diperoleh lembaga perbankan.
3) C (Net Profit Before Tax / Current Liability)
Nilai C dapat dihitung dengan membandingkan antara Net Profit
Before Tax dengan Current Liability. Net Profit Before Tax atau
Earning Before Tax merupakan laba sebelum pajak penghasilan
yang diperoleh lembaga perbankan. Current Liability dapat
diperoleh dari jumlah simpanan dan kewajiban segera.
4) D (Sales / Total Asset)
Nilai D dapat dihitung dengan membandingkan antara Sales
dengan Total Asset. Sales dalam lembaga perbankan dapat
diperoleh dari pendapatan operasional yang dapat dilihat pada
laporan laba-rugi lembaga perbankan.
Jika nilai Z yang diperoleh lebih kecil dari 0,862 maka perusahaan
diklasifikasikan menjadi perusahaan yang bangkrut (gagal).
d. Model Fulmer
43
Fulmer (1984) menggunakan step-wise multiple discriminate analysis
untuk mengevaluasi 40 rasio keuangann. Penelitian Fulmer dilakukan
pada 60 perusahaan, yang terdiri dari 30 perusahaan gagal dan 30
perusahaan sukses dengan rata-rata nilai asset sebesar $ 455,000.
Model yang berhasil dikembangkan adalah sebagai berikut:
H = 5,528 V1 + 0,212 V2 + 0,073 V3 + 1,270 V4 – 0,120 V5 + 2,335 V6
+ 0,575 V7 + 1,083 V8 - 6,075………………….…......................(2.15)
Dimana:
V1 = Retained Earning / Total Asset
V2 = Sales / Total Asset
V3 = Earning Before Tax / Equity
V4 = Cash Flow / Total Debt
V5 = Debt / Total Asset
V6 = Current Liability / Total Asset
V7 = Log Tangible Total Asset
V8 = Working Capital / Total Debt
Kesembilan variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) V1 (Retained Earning / Total Asset)
Nilai V1 dapat dihitung dengan membandingkan antara Retained
Earning dengan Total Asset. Retained Earning atau laba ditahan
dapat diperoleh dari selisih antara Earning After Tax dengan
Dividend.
2) V2 (Sales / Total Asset)
44
Nilai V2 dapat dihitung dengan membandingkan antara Sales
dengan Total Asset yang dimiliki oleh lembaga perbankan.
3) V3 (Earning Before Tax / Equity)
Nilai V3 dapat dihitung dengan membandingkan antara Earning
Before Tax dengan Equity. Equity dapat diperoleh dari selisih
antara total pasiva dengan total kewajiban lembaga perbankan.
4) V4 (Cash Flow / Total Debt)
Nilai V4 dapat dihitung dengan membandingkan antara Cash
Flow dengan Total Debt. Cash Flow dapat diperoleh dari
penjumlahan antara Earning After Tax (EAT) dengan depresiasi.
5) V5 (Total Debt / Total Asset)
Nilai V5 dapat dihitung dengan membandingkan antara Total
Debt dengan Total Asset. Total Debt merupakan total kewajiban
dari lembaga perbankan.
6) V6 (Current Liability / Total Asset)
Nilai V6 dapat dihitung dengan membandingkan antara Current
Liability dengan Total Asset. Current Liability dapat diperoleh
dari jumlah simpanan dan kewajiban segera, sedangkan Total
Asset merupakan total aktiva lembaga perbankan.
7) V7 (Log Tangible Total Asset)
Nilai V7 merupakan nilai log dari Tangible Total Asset. Tangible
Total Asset merupakan total aktiva berwujud.
8) V8 (Working Capital / Total Debt)
45
Nilai V8 dapat dihitung dengan membandingkan antara Working
Capital dengan Total Debt. Working Capital atau modal kerja
diperoleh dari selisih antara Current Asset dengan Current
Liability. Total Debt merupakan total kewajiban dari lembaga
perbankan.
Jika nilai H yang diperoleh lebih kecil dari 0, maka perusahaan
diklasifikasikan menjadi perusahaan yang bangkrut (gagal).
e. Model Grover
Dalam penelitiannya, Jeffrey S. Grover melakukan penilaian dan
pendesainan ulang terhadap Model Altman’s Z-Score (1968). Pada
penelitiannya, Grover memakai sampel dan model sesuai dengan
Altman’s Z-Score dan menambahkan 13 rasio keuangan baru. Sampel
yang digunakan sebanyak 70 perusahaan dengan 35 perusahaan yang
bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun 1982
sampai 1996 dengan rata-rata asset sebesar $ 8,98 juta.
Rasio baru yang ditambahkan dalam model ini antara lain Current
Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Financial Leverage Index, Fixed
Asset Turnover, Fixed Asset / Total Equity, Gross Profit Margin, Net
Profit Margin, dan Working Capital Turnover. Dari rasio-rasio
tersebut, kemudian dilakukan Stepwise Analysis dan dihasilkan 3
variabel yang berpengaruh. Dengan menggunakan Canonical
46
Discriminate Function Coefficients, Grover (2001) menghasilkan
model sebagai berikut:
Score = 1,650 X1 + 3,404 X3 – 0,016 ROA + 0,057…………….(2.16)
Dimana:
X1 = Working Capital / Total Asset
X3 = Earning Before Tax / Total Asset
ROA = Net Income / Total Asset
Ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1) X1 (Working Capital / Total Asset)
Nilai X1 dapat dihitung dengan membandingkan antara Working
Capital dengan Total Asset. Working Capital atau modal kerja
diperoleh dari selisih antara Current Asset dengan Current
Liability.
2) X3 (Earning Before Tax / Total Asset)
Nilai X3 dapat dihitung dengan membandingkan antara laba
sebelum pajak atau Earning Before Tax (EBT) dengan Total
Asset.
3) ROA (Return on Asset)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di
dalam memperoleh laba dengan total aktiva yang dimiliki. Rasio
ini dapat dihitung dengan membandingkan antara laba bersih
atau Earning After Tax (EAT) dengan Total Asset yang dimiliki
oleh lembaga perbankan.
47
Score untuk perusahaan yang bangkrut adalah kurang atau sama
dengan 0,01 dan untuk perusahaan yang tidak bangkrut (sehat) adalah
lebih besar dari 0,01. Dengan menggunakan model ini, didapatkan
tingkat keakuratan sebesar 78,6 persen.
1.5 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
1) Sefriana (2007), dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank
dengan Pendekatan CAMEL dan Prediksi Potensi Kebangkrutan
dengan Pendekatan Altman’s Z-Score pada PD Bank Perkreditan
Rakyat Lumbung Kredit Pedesaan (PD BPR LKP) Ampenan Utara
Mataram”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kesehatan PD BPR LKP Ampenan Utara Mataram periode 2001
sampai 2005, jika dianalisis dengan pendekatan CAMEL dan
Altman’s Z-Score. Penelitian ini mengambil objek berupa laporan
keuangan PD BPR LKP Ampenan Utara Mataram periode 2001
sampai 2005. Hasil penelitian terhadap tingkat kesehatan PD BPR
LKP Ampenan Utara Mataram memberikan hasil bahwa PD BPR
LKP Ampenan Utara Mataram memiliki tingkat kesehatan yang baik
dan berdasarkan pendekatan Altman’s Z-Score, berada pada “grey
area” yang dapat mengarah pada kebangkrutan jika PD BPR LKP
Ampenan Utara Mataram tidak meningkatkan kinerja manajemennya
dan memperbaiki kondisi keuangannya.
48
2) Diah Yulianti (2007), dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan
pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi terhadap kondisi
keuangan perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta periode 2003 sampai 2005, apakah sehat atau berpotensi
mengalami kebangkrutan jika dianalisis dengan menggunakan model
Altman’s Z-Score. Hasil dari penelitian ini adalah semua sampel yang
digunakan dalam periode pengamatan berpotensi mengalami
kebangkrutan.
3) Hendrawan (2008), dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan
pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2003-2006”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan sektor perbankan yang
terdaftar di BEI periode 2003 sampai 2006, jika dianalisis dengan
menggunakan Model Altman’s Z-Score dan mengetahui tingkat
kesehatan perusahaan sektor perbankan dengan menggunakan Model
CAMELS. Hasil dari penelitian ini adalah semua sampel yang
digunakan dalam periode pengamatan berpotensi mengalami
kebangkrutan bila dianalisis dengan Model Altman’s Z-Score, namun
kenyataan yang diperoleh adalah semua sampel yang digunakan masih
beroperasi. Hasil analisis dengan menggunakan Model CAMELS
cenderung berfluktuasi setiap tahunnya dalam memprediksi tingkat
kesehatan bank. Misalnya untuk tahun 2004, terdapat 1 bank dalam
49
kondisi tidak sehat, 7 bank dalam kondisi kurang sehat, dan 12 bank
dalam kondisi cukup sehat.
4) Anghelescu, dalam jurnalnya yang berjudul “Bankruptcy Prediction in
The High-Tech Industry”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
keakuratan rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan industri
berteknologi tinggi periode 2000-2002. Penelitian ini menggunakan
120 perusahaan berteknologi tinggi sebagai sampel. Penelitian ini
memberikan kesimpulan bahwa kebangkrutan pada perusahaan
berteknologi tinggi merupakan hal yang sangat berbeda bila
dibandingkan dengan industri lainnya. Penelitian ini menggunakan 6
rasio keuangan dan menunjukkan tingkat ketepatan sebesar 85 persen.
5) Almilia, dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Rasio CAMEL
Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan
Periode 2000-2002”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada lembaga perbankan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio
CAMEL dan menggunakan sampel sebanyak 24 bank. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki
daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang
mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kerugian,
dimana rasio tersebut secara statistik berbeda. Penelitian ini juga
memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan
50
BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada lembaga perbankan.
6) Aryani Merkusiwati, dalam jurnalnya yang berjudul “Evaluasi
Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan”. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 17 bank dan menggunakan tahun
dasar 1997-2001. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah rasio CAMEL berpengaruh secara signifikan terhadap ROA
perusahaan, walaupun hal teresebut tidak terjadi pada tahun 1997.
7) Lifschutz, dalam jurnalnya yang berjudul “Prediciting Bankruptcy:
Evidence from Israel”. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
dua model (1968 & 1983) dari Altman’s Z-Score pada perusahaan
dagang yang go-public. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa
Model Altman’s Z-Score dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan dengan tingkat ketepatan sebesar 95
persen untuk 1 tahun sebelum kebangkrutan dan sebesar 85 persen
untuk 2 tahun sebelum kebangkrutan.
Adapun persamaan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan
penelitian ini adalah penggunaan model yang sama yaitu Model CAMEL
dan Model Altman’s Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan pada
lembaga perbankan.
Adapun perbedaan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan
penelitian ini adalah penggunaan beberapa model prediksi, yaitu Model
51
Internal Growth Rate, Model Altman’s Z-Score, Model Springate, Model
Fulmer, dan Model Grover.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
1.6 Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian tentang kinerja keuangan lembaga perbankan, berupa tingkat
kesehatan dan prediksi kebangkrutan ini dilakukan pada lembaga-lembaga
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.
1.7 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Model CAMEL
1) Capital Adequacy Ratio (CAR)
2) Return on Risked Asset (RORA)
3) Net Profit Margin (NPM)
4) Return on Asset (ROA)
5) Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
6) Loan to Deposit Ratio (LDR)
b. Model Internal Growth Rate
1) ROA (Return on Asset)
52
2) b (Retention Ratio)
c. Model Altman’s Z-Score
1) X1 (Working Capital / Total Asset)
2) X2 (Retained Earning / Total Asset)
3) X3 (Earning Before Tax / Total Asset)
4) X4 (Book Value of Equity / Book Value of Debt)
5) X5 (Sales / Total Asset)
d. Model Springate
1) A (Working Capital / Total Asset)
2) B (Net Profit Before Tax / Total Asset)
3) C (Net Profit Before Tax / Current Liability)
4) D (Sales / Total Asset)
e. Model Fulmer
1) V1 (Retained Earning / Total Asset)
2) V2 (Sales / Total Asset)
3) V3 (Earning Before Tax / Equity)
4) V4 (Cash Flow / Total Debt)
5) V5 (Total Debt / Total Asset)
6) V6 (Current Liability / Total Asset)
7) V7 (Log Tangible Total Asset)
8) V8 (Working Capital / Total Debt)
f. Model Grover
1) X1 (Working Capital / Total Asset)
53
2) X3 (Earning Before Tax / Total Asset)
3) ROA (Return on Asset)
1.8 Definisi Operasional Variabel
a. Model CAMEL
Penilaian tingkat kesehatan bank menurut standar Bank
Indonesia terdiri dari 5 aspek, yaitu Capital, Asset Quality,
Management, Earnings, dan Liquidity, yang lebih dikenal dengan
istilah CAMEL
1) Capital (Permodalan)
Dalam penelitian ini, aspek capital diproksikan dengan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan CAR sesuai dengan standar
Bank Indonesia diperoleh dengan membandingkan antara selisih
antara Equty Capital dan Fixed Asset dengan Total Loans dan
Securities selama periode 2005-2009.
2) Asset Quality (Kualitas Aktiva)
Dalam penelitian ini, kualitas aktiva diproksikan dengan rasio
Return on Risked Asset (RORA) yang diperoleh dengan
membandingkan antara Earning Before Tax dengan Total Loans
dan Securities selama periode 2005-2009.
3) Management (Manajemen)
Dalam penelitian ini, aspek manajemen diproksikan dengan
rasio Net Profit Margin yang diperoleh dengan membandingkan
54
antara Earning After Tax dengan Net Operational Income
selama periode 2005-2009.
4) Earnings (Rentabilitas)
Dalam penelitian ini, aspek rentabilitas dapat diproksikan
dengan dua rasio, yaitu Return on Asset (ROA) dan rasio
Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO). ROA dapat diperoleh dengan
membandingkan antara Earning Before Tax dengan Total Asset.
Nilai BOPO dapat diperoleh dengan membandingkan antara
Beban Operasional dengan Pendapatan Operaisonal selama
periode 2005-2009.
5) Liquidity (Likuiditas)
Dalam penelitian ini, aspek likuiditas diproksikan dengan rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dapat diperoleh dengan
membandingkan antara Total Kredit dengan Total Dana Pihak
Ketiga selama periode 2005-2009.
b. Model Internal Growth Rate
Model Internal Growth Rate secara umum menghitung tingkat
pertumbuhan yang dapat dicapai perusahaan tanpa pendanaan dari luar
perusahaan. Nilai IGR sendiri didapat setelah menghitung nilai ROA
dan Retention Ratio (b) selama periode 2005-2009. Nilai IGR
kemudian akan dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan, sehingga
55
menghasilkan nilai Z yang akan mengklasifikasikan perusahaan ke
dalam kriteria “bangkrut” atau “tidak bangkrut”.
c. Model Altman’s Z-Score
Dalam Model Altman’s Z-Score ini, ada 5 variabel yang akan
digunakan dalam penelitian, yaitu:
6) X1 (Working Capital / Total Asset)
Rasio ini dapat dihitung dengan membagi Working Capital atau
modal inti dan pelengkap lembaga perbankan yang bersangkutan
dengan Total Asset-nya selama periode 2005-2009.
7) X2 (Retained Earning / Total Asset)
Rasio ini dapat dihitung dengan membagi Retained Earning atau
laba ditahan lembaga perbankan yang bersangkutan dengan
Total Asset-nya selama periode 2005-2009.
8) X3 (Earning Before Tax / Total Asset)
Rasio ini dapat dihitung dengan membagi Earning Before Tax
atau laba sebelum pajak lembaga perbankan yang bersangkutan
dengan Total Asset-nya selama periode 2005-2009.
9) X4 (Book Value of Equity / Book Value of Debt)
Rasio ini dapat dihitung dengan membagi Book Value of Equity
lembaga perbankan yang bersangkutan dengan Book Value of
Debt -nya selama periode 2005-2009.
10) X5 (Sales / Total Asset)
56
Rasio ini dapat dihitung dengan membagi Sales yang berupa
pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya lembaga
perbankan yang bersangkutan dengan Total Asset-nya selama
periode 2005-2009.
d. Model Springate
Model Springate ini memiliki model yang sama dengan Model
Altman’s Z-Score. Dalam model ini, terdapat 4 variabel, yaitu:
5) A (Working Capital / Total Asset)
Nilai A dapat dihitung dengan membandingkan antara Working
Capital dengan Total Asset lembaga perbankan yang
bersangkutan selama periode 2005-2009.
6) B (Net Profit Before Tax / Total Asset)
Nilai B dapat dihitung dengan membandingkan antara Net Profit
Before Tax dengan Total Asset yang dimiliki lembaga perbankan
selama periode 2005-2009.
7) C (Net Profit Before Tax / Current Liability)
Nilai C dapat dihitung dengan membandingkan antara Net Profit
Before Tax atau laba sebelum pajak dengan Current Liability
selama periode 2005-2009.
8) D (Sales / Total Asset)
Nilai D dapat dihitung dengan membandingkan antara Sales
dengan Total Asset lembaga perbankan selama periode 2005-
2009.
57
e. Model Fulmer
Model Fulmer dapat mengklasifikasikan sebuah lembaga
perbankan ke dalam golongan “bangkrut” atau tidak dengan model
matematis yang berdasarkan pada 8 variabel yang berpengaruh, yaitu:
9) V1 (Retained Earning / Total Asset)
Nilai V1 dapat dihitung dengan membandingkan antara Retained
Earning dengan Total Asset selama periode 2005-2009.
Retained Earning atau laba ditahan dapat diperoleh dari selisih
antara Earning After Tax dengan Dividend.
10) V2 (Sales / Total Asset)
Nilai V2 dapat dihitung dengan membandingkan antara Sales
dengan Total Asset yang dimiliki oleh lembaga perbankan
selama periode 2005-2009.
11) V3 (Earning Before Tax / Equity)
Nilai V3 dapat dihitung dengan membandingkan antara Earning
Before Tax dengan Equity selama periode 2005-2009. Equity
dapat diperoleh dari selisih antara total pasiva dengan total
kewajiban lembaga perbankan.
12) V4 (Cash Flow / Total Debt)
Nilai V4 dapat dihitung dengan membandingkan antara Cash
Flow dengan Total Debt selama periode 2005-2009.
58
13) V5 (Total Debt / Total Asset)
Nilai V5 dapat dihitung dengan membandingkan antara Total
Debt dengan Total Asset selama periode 2005-2009.
14) V6 (Current Liability / Total Asset)
Nilai V6 dapat dihitung dengan membandingkan antara Current
Liability dengan Total Asset lembaga perbankan selama periode
2005-2009.
15) V7 (Log Tangible Total Asset)
Nilai V7 merupakan nilai log dari Tangible Total Asset lembaga
perbankan selama periode 2005-2009. Tangible Total Asset
merupakan total aktiva berwujud.
16) V8 (Working Capital / Total Debt)
Nilai V8 dapat dihitung dengan membandingkan antara Working
Capital dengan Total Debt lembaga perbankan selama periode
2005-2009.
f. Model Grover
Model Grover dapat mengklasifikasikan sebuah lembaga
perbankan ke dalam golongan “bangkrut” atau “tidak bangkrut”
berdasarkan tiga sub variabel yang berpengaruh, yaitu:
4) X1 (Working Capital / Total Asset)
59
Nilai X1 dapat dihitung dengan membandingkan antara Working
Capital dengan Total Asset lembaga perbankan selama periode
2005-2009. Working Capital atau modal kerja diperoleh dari
selisih antara Current Asset dengan Current Liability.
5) X3 (Earning Before Tax / Total Asset)
Nilai X3 dapat dihitung dengan membandingkan antara laba
sebelum pajak atau Earning Before Tax (EBT) dengan Total
Asset lembaga perbankan selama periode 2005-2009.
6) ROA (Return on Asset)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di
dalam memperoleh laba dengan total aktiva yang dimiliki
lembaga perbankan selama periode 2005-2009.
1.9 Jenis dan Sumber Data
1) Jenis Data
Ditinjau dari sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
(1) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka yang
dapat dihitung dengan satuan hitung (Sugiyono, 2006:167).
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah laporan
keuangan lembaga perbankan, seperti laporan laba rugi dan
neraca dari lembaga perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2009.
60
(2) Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka melainkan
dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar (Sugiyono, 2006:167).
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah sejarah Bursa
Efek Indonesia dan undang-undang lembaga perbankan
Indonesia.
2) Sumber Data
Ditinjau dari sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari hasil pengumpulan
dan pengolahan pihak lain. Data tersebut antara lain laporan keuangan
lembaga perbankan, seperti laporan laba rugi dan neraca, yang dibuat
dan diterbitkan oleh lembaga perbankan yang bersangkutan.
1.10 Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006:72).
Adapun dalam penelitian ini akan menggunakan populasi berupa lembaga
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (go public) yang berjumlah 19
lembaga perbankan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi kriteria dalam populasi adalah sebagai
berikut:
1) Lembaga perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (go
public) dan terdaftar di Direktori Bank Indonesia periode 2005-2009.
61
2) Lembaga perbankan yang menerbitkan laporan keuangan (annual
report) selama periode 2005-2009.
3) Lembaga perbankan yang tidak melakukan merger selama periode
2005-2009.
Dari kriteria di atas, jumlah lembaga perbankan yang memenuhi kriteria
terdiri dari 19 bank (lihat Tabel 3.1), yang seluruhnya akan dijadikan sampel
dalam penelitian ini. Karena menggunakan keseluruhan populasi sebagai sampel,
maka penelitian ini menggunakan metode sensus atau sampling jenuh. Sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2006:61).
Tabel 3.1 Daftar Lembaga Perbankan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Kode Nama Bank1 AGRO PT. Bank Agroniaga, Tbk.2 BABP PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk.3 BBCA PT. Bank Central Asia, Tbk.4 BBNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.5 BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk.
6 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
7 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
8 BEKS PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk.
9 BKSW PT. Bank Kesawan, Tbk.
10 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.
11 BNII PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk.
12 BNLI PT. Bank Permata, Tbk.
13 BSWD PT. Bank Swadesi, Tbk.
14 BVIC PT. Bank Victoria Internasional, Tbk.
15 INPC PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk.
16 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk.
17 MEGA PT. Bank Mega, Tbk.
18 NISP PT. Bank NISP, Tbk.
19 PNBN PT. Pan Indonesia Bank, Tbk.
62
Sumber : Direktori Bank Indonesia – Telah Diolah
1.11 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi non-perilaku. Metode observasi non-perilaku ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen, seperti laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba-rugi dari lembaga perbankan di
Indonesia yang diteliti.
1.12 Teknik Analisis Data
Untuk mengukur tingkat kesehatan lembaga perbankan, teknik analisis
yang digunakan adalah Model CAMEL Model CAMEL yang terdiri dari 5 aspek
akan diproksikan dengan berbagai rasio keuangan sebagai berikut:
a. Capital
CAR = Equity Capital−¿ AssetTotal Loans+Securities
× 100%.............................(3.1)
b. Asset Quality
RORA = Earning Before Tax
Total Loans+Securities × 100%..................................(3.2)
c. Management
NPM = Laba Bersih
Pendapatan Operasional Bersih × 100%.....................(3.3)
d. Earnings
ROA = Earnings Before Tax
Total Asset × 100%..........................................(3.4)
63
BOPO = BebanOperasional
Pendapatan Operasional × 100% ..............................(3.5)
e. Liquidity
LDR = Total Kredit
Total Dana Pihak Ketiga × 100%....................................(3.6)
Berikut adalah kriteria tingkat kesehatan lembaga perbankan:
Tabel 3.2 Kriteria Kesehatan Lembaga Perbankan
Faktor RasioKategori
Sehat Cukup Sehat Kurang SehatTidak Sehat
Capital CAR > 8,1% 6,6% - < 8,1% 5,1% - < 6,6% < 5,1%
Asset Quality
RORA ≤ 15,5% - - > 15,5%
Management NPM ≥ 1% - - < 1%
EarningsROA ≥ 1,215% 0,99% - < 1,215% 0,765% - < 0,99% < 0,765%
BOPO ≤ 93,5% 94,7%% - < 93,5% 95,92% - < 94,7% > 95,92%
Liquidity LDR < 110% - - ≥ 110%
Sumber: Bank Indonesia dalam Haryati (2001:338)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam Model CAMEL adalah sebagai
berikut:
a. Mengolah data yang diperoleh dari laporan keuangan lembaga
perbankan yang dijadikan sampel (19 lembaga perbankan).
b. Menghitung nilai dari masing-masing rasio keuangan dalam Model
CAMEL sesuai dengan rumus matematis yang telas dijelaskan.
c. Menentukan predikat tingkat kesehatan bank sesuai dengan
kriterianya.
Untuk memprediksi kebangkrutan pada lembaga perbankan, maka teknik
analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
64
a. Model Internal Growth Rate
Model matematis yang digunakan dalam Model Internal Growth Rate
adalah sebagai berikut:
IGR = ROA ×b
1−ROA× b ……………………………………………..…
(3.7)
Kriteria yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Kebangkrutan dengan Model Internal Growth Rate
Nilai IGR Predikat> -0,239 Tidak Bangkrut< -0,239 Bangkrut
Sumber: Santoso (2006:16)
b. Model Altman’s Z-Score
Model matematis yang digunakan dalam model Altman’s Z-Score
adalah sebagai berikut:
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5……..(3.8)
Dimana:
X1 = (Current Asset – Current Liabilities) / Total Asset
X2 = Retained Earnings / Total Asset
X3 = Earning Before Tax / Total Asset
X4 = Book Value of Equity / Book Value of Total Debt
X5 = Sales / Total Asset
65
Tabel 3.4 Kriteria Kebangkrutan Model Altman’s Z-Score
Skor Kebangkrutan< 1,23 1,23 – 2,90 > 2,90
Perusahaan Bangkrut
Grey Area Perusahaan Sehat
Perusahaan berpotensi tinggi untuk mengalami
kebangkrutan
Potensi perusahaan untuk mengalami kebangkrutan sulit
ditentukan
Perusahaan berpotensi rendah untuk mengalami
kebangkrutanSumber: Santoso (2006:16)
c. Model Springate
Model matematis yang digunakan dalam Model Springate adalah
sebagai berikut:
Z = 1,03 A + 3,07 B + 0,66 C + 0,4 D………………………..…...(3.9)
Dimana:
A = Working Capital / Total Asset
B = Net Profit Before Interest and Tax / Total Asset
C = Net Profit Before Tax / Current Liability
D = Sales / Total Asset
Tabel 3.5 Kriteria Kebangkrutan dengan Model Springate
Nilai Z Predikat> 0,862 Bangkrut< 0,862 Tidak Bangkrut
Sumber: Santoso (2006:17)
d. Model Fulmer
66
Model matematis yang digunakan dalam Model Fulmer adalah
sebagai berikut:
H = 5,528 V1 + 0,212 V2 + 0,073 V3 + 1,270 V4 – 0,120 V5 + 2,335 V6
+ 0,575 V7 + 1,083 V8 - 6,075…………………….......................(3.10)
Dimana:
V1 = Retained Earning / Total Asset
V2 = Sales / Total Asset
V3 = Earning Before Tax / Equity
V4 = Cash Flow / Total Debt
V5 = Debt / Total Asset
V6 = Current Liability / Total Asset
V7 = Log Tangible Total Asset
V8 = Working Capital / Total Debt
Tabel 3.6 Kriteria Kebangkrutan dengan Model Fulmer
Nilai H Predikat> 0 Tidak Bangkrut< 0 Bangkrut
Sumber: Santoso (2006:18)
e. Model Grover
Model matematis yang digunakan dalam Model Grover adalah sebagai
berikut:
Score = 1,650 X1 + 3,404 X3 – 0,016 ROA + 0,057…………….(3.11)
Dimana:
X1 = Working Capital / Total Asset
67
X3 = Earning Before Interest and Tax/ Total Asset
ROA = Net Income / Total Asset
Tabel 3.7 Kriteria Kebangkrutan dengan Model Grover
Score Predikat≤ 0,01 Bangkrut> 0,01 Tidak Bangkrut
Sumber: Santoso (2006:19)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam model prediksi kebangkrutan
adalah sebagai berikut:
a. Mengolah data yang diperoleh dari laporan keuangan lembaga perbankan
yang dijadikan sampel (19 bank).
b. Menghitung nilai dari variabel dari masing-masing model prediksi.
c. Menghitung score kebangkrutan berdasarkan model matematis untuk
masing-masing model prediksi.
d. Menentukan predikat kebangkrutan lembaga perbankan berdasarkan kriteria
dari masing-masing model prediksi.
68
BAB IVPEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1.13 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
4.2.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar yang
memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak (Tandelilin,
2010:25). Pada 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia yang saat itu masih bernama
Bursa Efek Jakarta (BEJ) diswastakan dan mulai beroperasi sebagai pasar saham
di Indonesia yang merupakan sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti
sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912, dengan bantuan
pemerintah kolonial Belanda, bursa efek pertama Indonesia didirikan di Batavia,
pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal dengan nama Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia I berlangsung dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain bursa Batavia, pemerintah kolonial
juga mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Kegiatan bursa
saham ini kembali dihentikan ketika terjadi pendudukan Batavia oleh tentara
Jepang. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, bursa saham kembali dibuka di Jakarta dengan
memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-
perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia, dan terhenti lagi ketika pemerintah
meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
69
Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan
Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) institusi baru di bawah Departemen
Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai
meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta,
dimana puncak perkemabangannya adalah pada tahun 1990. Pada tahun 1991,
bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah
satu bursa efek yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa efek menjadi PT. BEJ
ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal.
Tahun 1995 adalah tahun dimana BEJ memasuki fase baru. Pada tanggal 22
Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah
sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual.
Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang
lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan
dibandingkan dengan sistem perdagangan manual.
Pada bulan Juli 2000, BEJ menerapkan perdagangan tanpa warkat (scripless
trading), dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari
peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham, dan juga untuk mempercepat
proses penyelesaian transaksi. Pada tahun 2002, BEJ juga mulai menerapkan
perdagangan jarak jauh (remote trading), sebagai upaya untuk meningkatkan
akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan, serta frekuensi perdagangan. Sejak tanggal
1 Desember 2007, terjadi penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
70
Bursa Efek Surabaya (BES), yang kemudian dikenal sebagai Bursa Efek
Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX).
4.2.2 Lembaga Perbankan yang Menjadi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, lembaga perbankan yang menjadi sampel penelitian
adalah sebanyak 19 lembaga perbankan. Berikut adalah lembaga perbankan yang
menjadi sampel penelitian:
71
Tabel 4.1 Lembaga Perbankan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Lembaga Perbankan Kode Saham Tanggal Berdiri Tanggal Listing Status1 PT. Bank Agroniaga, Tbk. AGRO 27 September 1989 8 Agustus 2003 BUSN Devisa2 PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk. BABP 31 Juli 1989 15 Juli 2002 BUSN Devisa3 PT. Bank Central Asia, Tbk. BBCA 10 Oktober 1955 31 Mei 2000 BUSN Devisa4 PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. BBNI 11 Januari 1901 25 November 1996 BUSN Devisa5 PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. BBNP 18 Januari 1792 10 Januari 2001 BUSN Devisa6 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. BBRI 16 Desembar 1895 10 Oktober 2003 BUSN Devisa7 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. BDMN 11 Januari 1901 6 Desember 1989 BUSN Devisa8 PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk. BEKS 11 September 1992 13 Juli 2001 BUSN Non-Devisa9 PT. Bank Kesawan, Tbk. BKSW 28 April 1913 21 November 2002 BUSN Devisa10 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. BMRI 2 Oktober 1998 14 Juli 2003 BUSN Devisa11 PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk. BNII 15 Mei 1959 21 November 1989 BUSN Devisa12 PT. Bank Permata, Tbk. BNLI 17 Desember 1954 15 Januari 1990 BUSN Devisa13 PT. Bank Swadesi, Tbk. MEGA 28 September 1968 1 Mei 2002 BUSN Devisa14 PT. Bank Victoria Internasional, Tbk. BVIC 28 Oktober 1992 30 Juni 1999 BUSN Non-Devisa15 PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. INPC 7 September 1973 23 Agustus 1990 BUSN Devisa16 PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk. MAYA 10 Januari 1990 29 Agustus 1997 BUSN Devisa17 PT. Bank Mega, Tbk. BNLI 15 April 1965 4 Juli 2000 BUSN Devisa18 PT. Bank NISP, Tbk. NISP 11 Januari 1901 20 Oktober 1994 BUSN Devisa19 PT. Pan Indonesia Bank, Tbk. PNBN 17 Agustus 1971 29 Desember 1982 BUSN Devisa
Sumber: Bursa Efek Indonesia (hhtp://www.idx.co.id)Keterangan:”BUSN” = Bank Umum Swasta Negara
72
1.14 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Tingkat Kesehatan Lembaga Perbankan dengan Model
CAMEL
Tingkat kesehatan lembaga perbankan di Indonesia dapat dianalisis dengan
menggunakan Model CAMEL (Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004). Penelitian ini menggunakan tujuh rasio keuangan yang
secara representatif mewakili kelima aspek Model CAMEL.
Aspek pertama dari Model CAMEL adalah aspek capital (permodalan).
Dalam penelitian ini, aspek permodalan diproksikan dengan Capital Adequacy
Ratio (CAR). Nilai CAR dapat dihitung dengan membandingkan antara Modal
(Inti + Pelengkap) yang dimiliki lembaga perbankan dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Risikonya. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa seluruh lembaga
perbankan yang diteliti memiliki nilai CAR di atas nilai CAR yang disyaratkan (8
persen). Nilai CAR yang lebih besar dari 8 persen menandakan bahwa seluruh
lembaga perbankan yang diteliti berkategori “sehat” bila dilihat dari aspek
permodalannya.
73
Tabel 4.2 Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
Kategori CAR Kategori CAR Kategori CAR Kategori CAR Kategori CAR Kategori
Sehat 15.293 Sehat 17.147 Sehat 13.526 Sehat 19.604 Sehat 16.398 Sehat
Sehat 12.969 Sehat 12.152 Sehat 12.482 Sehat 11.482 Sehat 12.207 Sehat
Sehat 22.216 Sehat 18.589 Sehat 15.172 Sehat 16.193 Sehat 18.766 Sehat
Sehat 16.254 Sehat 17.648 Sehat 14.384 Sehat 14.174 Sehat 15.738 Sehat
Sehat 16.730 Sehat 17.531 Sehat 14.036 Sehat 12.544 Sehat 14.313 Sehat
Sehat 19.969 Sehat 16.662 Sehat 13.675 Sehat 13.766 Sehat 16.065 Sehat
Sehat 24.272 Sehat 20.452 Sehat 13.993 Sehat 17.962 Sehat 20.031 Sehat
Sehat 9.418 Sehat 11.824 Sehat 9.813 Sehat 10.479 Sehat 10.344 Sehat
Sehat 9.358 Sehat 10.115 Sehat 10.071 Sehat 12.401 Sehat 11.245 Sehat
Sehat 25.295 Sehat 21.114 Sehat 15.724 Sehat 15.130 Sehat 20.183 Sehat
Sehat 24.083 Sehat 21.113 Sehat 19.818 Sehat 14.835 Sehat 20.455 Sehat
Sehat 14.413 Sehat 13.898 Sehat 11.055 Sehat 12.279 Sehat 12.317 Sehat
Sehat 26.549 Sehat 20.580 Sehat 33.091 Sehat 32.699 Sehat 27.411 Sehat
Sehat 27.446 Sehat 19.265 Sehat 23.299 Sehat 22.958 Sehat 22.896 Sehat
Sehat 11.413 Sehat 12.376 Sehat 15.037 Sehat 13.888 Sehat 12.778 Sehat
Sehat 13.870 Sehat 30.105 Sehat 23.668 Sehat 18.808 Sehat 20.149 Sehat
Sehat 15.973 Sehat 14.238 Sehat 15.513 Sehat 18.886 Sehat 15.153 Sehat
Sehat 17.161 Sehat 16.481 Sehat 17.271 Sehat 18.361 Sehat 17.845 Sehat
Sehat 31.700 Sehat 23.435 Sehat 20.687 Sehat 22.347 Sehat 25.771 Sehat
Sehat 18.652 Sehat 17.617 Sehat 16.438 Sehat 16.779 Sehat 17.372 Sehat
Sumber: Lampiran 1
74
Aspek kedua dari Model CAMEL adalah aspek asset quality (kualitas
aktiva). Dalam penelitian ini, aspek kualitas aktiva diproksikan dengan Return on
Risked Asset (RORA). Nilai RORA dapat dihitung dengan membandingkan antara
Earning Before Tax dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risikonya. Menurut
ketentuan Bank Indonesia, suatu lembaga perbankan harus memiliki nilai RORA
sama dengan atau lebih kecil dari 15,5 persen agar dapat berkategori sehat bila
dilihat dari aspek kualitas aktivanya. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa seluruh
lembaga perbankan yang diteliti memiliki nilai RORA di bawah 15,5 persen
sehingga seluruhnya dinyatakan “sehat” bila dilihat dari aspek kualitas aktivanya.
75
Tabel 4.3 Perhitungan Return on Risked Asset (RORA) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
76
2006 2007 2008 2009 Rata-RataRORA Kategori RORA Kategori RORA Kategori RORA Kategori RORA Kategori
(0.562) Sehat 0.954 Sehat 0.207 Sehat 0.503 Sehat 0.635 Sehat
0.307 Sehat 0.732 Sehat 0.082 Sehat 0.206 Sehat 0.332 Sehat
8.233 Sehat 6.347 Sehat 5.615 Sehat 5.554 Sehat 6.703 Sehat
3.587 Sehat 1.516 Sehat 1.628 Sehat 1.903 Sehat 2.225 Sehat
2.545 Sehat 2.518 Sehat 1.538 Sehat 1.467 Sehat 2.127 Sehat
7.908 Sehat 7.599 Sehat 6.288 Sehat 4.135 Sehat 6.614 Sehat
3.591 Sehat 4.934 Sehat 2.876 Sehat 2.612 Sehat 3.971 Sehat
(1.590) Sehat 0.064 Sehat (2.132) Sehat (6.739) Sehat (2.960) Sehat
0.567 Sehat 0.510 Sehat 0.349 Sehat 0.482 Sehat 0.453 Sehat
2.465 Sehat 4.627 Sehat 4.587 Sehat 5.005 Sehat 3.534 Sehat
2.921 Sehat 2.039 Sehat 1.847 Sehat 1.038 Sehat 2.218 Sehat
1.848 Sehat 2.516 Sehat 1.965 Sehat 1.881 Sehat 1.967 Sehat
2.755 Sehat 2.089 Sehat 3.687 Sehat 6.057 Sehat 3.598 Sehat
2.495 Sehat 2.426 Sehat 2.406 Sehat 0.950 Sehat 2.290 Sehat
0.692 Sehat 0.537 Sehat 0.483 Sehat 0.791 Sehat 0.598 Sehat
1.821 Sehat 1.667 Sehat 1.329 Sehat 0.902 Sehat 1.329 Sehat
1.865 Sehat 4.541 Sehat 3.014 Sehat 3.339 Sehat 2.983 Sehat
Sumber: Lampiran 2
77
Aspek ketiga dari analisis tingkat kesehatan bank dengan Model CAMEL
adalah aspek management (manajemen). Pada penelitian ini aspek manajemen
diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM). Nilai NPM dapat dihitung dengan
membandingkan antara Earning After Tax (EAT) dengan Pendapatan
Operasional. Nilai NPM yang telah dihitung kemudian akan dibandingkan.
Apabila nilai NPM tersebut lebih rendah dari 1.00 persen, maka lembaga
perbankan tersebut berkategori “tidak sehat” dan sebaliknya.
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa selama periode penelitian, terdapat 4
lembaga perbankan yang berkategori “tidak sehat” bila dilihat dari aspek
manajemennya. Keempat lembaga perbankan tersebut adalah PT. Bank
Agroniaga, Tbk. (2005), PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk. (2009), PT. Bank
Eksekutif Internasional, Tbk. (2005-2009), dan PT. Bank Internasional Indonesia,
Tbk. (2009). Secara keseluruhan, hanya PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk.
yang berkategori “tidak sehat” bila dilihat dari aspek manajemennya karena rata-
rata NPM yang lebih kecil dari 1 persen.
77
Tabel 4.4 Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
NPM
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori
AGRO 8.879 Sehat (3.737) Tidak Sehat 3.193 Sehat 0.896 Tidak Sehat 2.486 Sehat 2.343 Sehat
BABP 1.567 Sehat 1.282 Sehat 3.026 Sehat 0.343 Sehat 0.926 Tidak Sehat 1.429 Sehat
BBCA 23.563 Sehat 22.106 Sehat 23.778 Sehat 22.967 Sehat 24.817 Sehat 23.446 Sehat
BBNI 14.873 Sehat 11.086 Sehat 5.045 Sehat 6.359 Sehat 9.431 Sehat 9.359 Sehat
BBNP 11.068 Sehat 8.313 Sehat 9.210 Sehat 8.251 Sehat 7.903 Sehat 8.949 Sehat
BBRI 21.182 Sehat 18.856 Sehat 17.019 Sehat 19.525 Sehat 18.617 Sehat 19.040 Sehat
BDMN 23.580 Sehat 11.807 Sehat 17.232 Sehat 13.797 Sehat 11.194 Sehat 15.522 Sehat
BEKS (28.134) Tidak Sehat (9.394) Tidak Sehat 0.382 Tidak Sehat (13.745) Tidak Sehat (39.005) Tidak Sehat (17.979) Tidak Sehat
BKSW 1.768 Sehat 3.593 Sehat 2.896 Sehat 2.289 Sehat 2.844 Sehat 2.678 Sehat
BMRI 2.711 Sehat 8.735 Sehat 19.256 Sehat 18.059 Sehat 19.179 Sehat 13.588 Sehat
BNII 15.631 Sehat 10.894 Sehat 7.567 Sehat 8.277 Sehat (0.634) Tidak Sehat 8.347 Sehat
BNLI 4.788 Sehat 6.168 Sehat 9.805 Sehat 8.268 Sehat 7.790 Sehat 7.364 Sehat
BSWD 11.434 Sehat 6.937 Sehat 8.137 Sehat 16.654 Sehat 22.843 Sehat 13.201 Sehat
BVIC 8.567 Sehat 8.996 Sehat 12.456 Sehat 8.687 Sehat 1.764 Sehat 8.094 Sehat
INPC 3.150 Sehat 2.507 Sehat 2.313 Sehat 2.206 Sehat 2.828 Sehat 2.601 Sehat
MAYA 7.647 Sehat 10.269 Sehat 9.574 Sehat 7.077 Sehat 4.849 Sehat 7.883 Sehat
MEGA 7.788 Sehat 5.189 Sehat 14.713 Sehat 13.185 Sehat 12.355 Sehat 10.646 Sehat
Sumber: Lampiran 3
78
Aspek keempat yang harus dianalisis dalam Model CAMEL adalah aspek
earnings (rentabilitas). Pada penelitian ini, aspek rentabilitas diproksikan dengan
dua rasio keuangan yaitu Return on Asset (ROA) dan Perbandingan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Nilai ROA dapat dihitung
dengan membandingkan antara Earning Before Tax (EBT) dengan Rata-Rata
Total Aktiva. Agar suatu lembaga perbankan dapat berkategori “sehat” maka nilai
ROA yang dimiliki harus lebih besar dari 1,215 persen.
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan lembaga perbankan
yang diteliti pada periode penelitian cukup bervariasi. Secara rata-rata, terdapat 11
lembaga perbankan yang berkategori “sehat”, 3 lembaga perbankan yang
berkategori “cukup sehat”, dan 5 lembaga perbankan yang berkategori “tidak
sehat” bila dilihat dari aspek rentabilitasnya.
79
Tabel 4.5 Perhitungan Return on Asset (ROA) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-RataKategori ROA Kategori ROA Kategori ROA Kategori ROA Kategori ROA Kategori
Sehat (0.336) Tidak Sehat 0.505 Tidak Sehat 0.158 Tidak Sehat 0.322 Tidak Sehat 0.409 Tidak Sehat
Tidak Sehat 0.232 Tidak Sehat 0.523 Tidak Sehat 0.058 Tidak Sehat 0.157 Tidak Sehat 0.241 Tidak Sehat
Sehat 3.424 Sehat 2.937 Sehat 3.079 Sehat 8.271 Sehat 4.223 Sehat
Sehat 1.818 Sehat 0.811 Kurang Sehat 0.978 Kurang Sehat 1.261 Sehat 1.257 Sehat
Sehat 1.304 Sehat 1.218 Sehat 1.058 Cukup Sehat 1.148 Cukup Sehat 1.231 Sehat
Sehat 3.818 Sehat 3.821 Sehat 3.586 Sehat 2.429 Sehat 3.644 Sehat
Sehat 2.211 Sehat 3.402 Sehat 1.861 Sehat 1.669 Sehat 2.631 Sehat
Tidak Sehat (1.385) Tidak Sehat 0.051 Tidak Sehat (1.679) Tidak Sehat (5.048) Tidak Sehat (2.412) Tidak Sehat
Tidak Sehat 0.405 Tidak Sehat 0.325 Tidak Sehat 0.234 Tidak Sehat 0.281 Tidak Sehat 0.292 Tidak Sehat
Tidak Sehat 1.079 Cukup Sehat 2.043 Sehat 2.343 Sehat 2.677 Sehat 1.718 Sehat
Sehat 1.388 Sehat 1.179 Cukup Sehat 1.239 Sehat 0.672 Tidak Sehat 1.204 Cukup Sehat
Cukup Sehat 1.235 Sehat 1.827 Sehat 1.424 Sehat 1.485 Sehat 1.421 Sehat
Sehat 1.208 Cukup Sehat 1.080 Cukup Sehat 2.298 Sehat 3.543 Sehat 1.949 Sehat
Sehat 1.339 Sehat 1.166 Cukup Sehat 1.067 Cukup Sehat 0.446 Tidak Sehat 1.067 Cukup Sehat
Tidak Sehat 0.441 Tidak Sehat 0.367 Tidak Sehat 0.352 Tidak Sehat 0.542 Tidak Sehat 0.407 Tidak Sehat
Kurang Sehat 1.510 Sehat 1.355 Sehat 1.082 Cukup Sehat 0.727 Tidak Sehat 1.095 Cukup Sehat
Cukup Sehat 0.761 Tidak Sehat 2.145 Sehat 1.987 Sehat 1.722 Sehat 1.535 Sehat
Sumber: Lampiran 4
80
Rasio kedua yang harus dihitung pada aspek rentabilitas adalah
Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Nilai
BOPO dapat dihitung dengan membandingkan antara Beban Operasional dengan
Pendapatan Operasional. Berdasarkan SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30
April 1997, apabila suatu bank memiliki nilai BOPO sebesar 93,5 persen atau
lebih rendah, maka bank tersebut dapat dikategorikan “sehat”.
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa lembaga perbankan yang diteliti
memiliki tingkat kesehatan yang mayoritas berkategori “sehat” apabila ditinjau
dari aspek rentabilitas dengan proksi rasio BOPO. Secara rata-rata, terdapat 16
lembaga perbankan yang berkategori “sehat” dan masing-masing 1 lembaga
perbankan yang berkategori “cukup sehat”, “kurang sehat”, dan “tidak sehat”
apabila dilihat dari aspek rentabilitasnya.
81
Tabel 4.6 Perhitungan Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-RataKategori BOPO Kategori BOPO Kategori BOPO Kategori BOPO Kategori BOPO Kategori
Sehat 97.911 Tidak Sehat 92.295 Sehat 95.534 Kurang Sehat 90.852 Sehat 92.502 Sehat
Tidak Sehat 93.106 Sehat 81.616 Sehat 92.392 Sehat 92.297 Sehat 91.347 Sehat
Sehat 65.842 Sehat 65.654 Sehat 59.630 Sehat 60.395 Sehat 63.213 Sehat
Sehat 76.637 Sehat 79.402 Sehat 67.726 Sehat 66.153 Sehat 73.496 Sehat
Sehat 87.927 Sehat 86.798 Sehat 90.842 Sehat 89.352 Sehat 89.204 Sehat
Sehat 66.196 Sehat 62.030 Sehat 63.429 Sehat 59.899 Sehat 63.954 Sehat
Sehat 71.554 Sehat 66.385 Sehat 73.044 Sehat 68.257 Sehat 69.784 Sehat
Cukup Sehat 113.274 Tidak Sehat 93.378 Sehat 103.941 Tidak Sehat 103.254 Tidak Sehat 101.665 Tidak Sehat
Kurang Sehat 95.753 Kurang Sehat 88.301 Sehat 97.114 Tidak Sehat 92.995 Sehat 93.847 Cukup Sehat
Sehat 77.912 Sehat 79.316 Sehat 66.015 Sehat 66.183 Sehat 73.968 Sehat
Sehat 81.450 Sehat 84.188 Sehat 85.682 Sehat 78.893 Sehat 82.520 Sehat
Sehat 83.387 Sehat 76.584 Sehat 82.588 Sehat 80.172 Sehat 82.036 Sehat
Sehat 93.035 Sehat 90.649 Sehat 76.991 Sehat 67.590 Sehat 82.623 Sehat
Sehat 88.813 Sehat 81.276 Sehat 91.511 Sehat 80.736 Sehat 86.021 Sehat
Tidak Sehat 94.923 Cukup Sehat 96.256 Tidak Sehat 96.552 Tidak Sehat 93.664 Cukup Sehat 95.543 Kurang Sehat
Sehat 87.435 Sehat 80.786 Sehat 86.422 Sehat 86.826 Sehat 86.904 Sehat
Sehat 90.791 Sehat 76.346 Sehat 78.868 Sehat 77.867 Sehat 82.238 Sehat
Sumber: Lampiran 5
82
Aspek kelima dari Model CAMEL yang harus dianalisis adalah aspek
liquidity (likuiditas). Dalam penelitian ini, aspek likuiditas diproksikan dengan
Loan to Deposit Ratio (LDR). Nilai LDR dapat dihitung dengan membandingkan
antara Total Kredit dengan Total Dana Pihak Ketiga, dengan batas kewajaran
adalah 110 persen.
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa semua lembaga perbankan yang diteliti
berkategori “sehat” apabila dilihat dari aspek likuiditasnya baik secara
keseluruhan maupun per tahunnya.
83
Tabel 4.7 Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori
AGRO 93.763 Sehat 82.116 Sehat 76.876 Sehat 94.405 Sehat 81.240 Sehat 85.680 Sehat
BABP 82.738 Sehat 87.415 Sehat 84.498 Sehat 90.838 Sehat 95.519 Sehat 88.202 Sehat
BBCA 41.812 Sehat 40.328 Sehat 43.645 Sehat 53.856 Sehat 49.515 Sehat 45.831 Sehat
BBNI 53.644 Sehat 48.982 Sehat 60.561 Sehat 68.612 Sehat 66.899 Sehat 59.740 Sehat
BBNP 57.067 Sehat 54.840 Sehat 49.391 Sehat 66.126 Sehat 73.788 Sehat 60.243 Sehat
BBRI 77.832 Sehat 72.535 Sehat 68.804 Sehat 79.933 Sehat 87.347 Sehat 77.290 Sehat
BDMN 81.029 Sehat 75.692 Sehat 88.441 Sehat 87.234 Sehat 88.803 Sehat 84.240 Sehat
BEKS 109.677 Sehat 139.759 Tidak Sehat 130.036 Tidak Sehat 71.036 Sehat 79.219 Sehat 105.945 Sehat
BKSW 59.058 Sehat 68.986 Sehat 68.455 Sehat 74.724 Sehat 66.968 Sehat 67.638 Sehat
BMRI 50.406 Sehat 55.399 Sehat 53.785 Sehat 58.124 Sehat 59.952 Sehat 55.533 Sehat
BNII 55.441 Sehat 57.813 Sehat 77.241 Sehat 80.928 Sehat 78.905 Sehat 70.066 Sehat
BNLI 78.501 Sehat 83.150 Sehat 87.912 Sehat 81.497 Sehat 90.149 Sehat 84.242 Sehat
BSWD 55.359 Sehat 54.884 Sehat 62.159 Sehat 83.186 Sehat 81.097 Sehat 67.337 Sehat
BVIC 41.227 Sehat 54.337 Sehat 55.924 Sehat 53.459 Sehat 50.556 Sehat 51.101 Sehat
INPC 87.232 Sehat 80.381 Sehat 82.976 Sehat 93.770 Sehat 84.268 Sehat 85.726 Sehat
MAYA 82.341 Sehat 84.741 Sehat 103.894 Sehat 100.225 Sehat 86.017 Sehat 91.444 Sehat
MEGA 51.478 Sehat 42.953 Sehat 47.041 Sehat 66.695 Sehat 55.583 Sehat 52.750 Sehat
NISP 77.621 Sehat 82.183 Sehat 89.152 Sehat 76.722 Sehat 72.433 Sehat 79.622 Sehat
Sumber: Lampiran 6
84
4.2.2 Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Lembaga Perbankan
1) Model Internal Growth Rate (IGR)
Untuk dapat mengklasifikasikan suatu lembaga perbankan berpotensi
untuk “bangkrut” atau “tidak bangkrut” berdasarkan Model Internal
Growth Rate (IGR), dapat dilihat dari nilai Z. Nilai Z tersebut akan
diperoleh setelah menghitung nilai IGR. Nilai IGR dapat diperoleh
setelah terlebih dahulu menghitung nilai Return on Asset (ROA) dan
Retention Ratio (b). Setelah mendapatkan nilai IGR, maka nilai IGR
tersebut akan dibandingkan dengan angka kritis, dimana ketentuannya
adalah apabila lembaga perbankan memiliki nilai IGR di atas angka
kritis (-0,239), maka lembaga perbankan tersebut diklasifikasikan ke
dalam kriteria “tidak bangkrut”. Sebaliknya, jika nilai IGR di bawah
angka kritis (-0,239), maka lembaga perbankan tersebut
diklasifikasikan ke dalam kriteria “bangkrut”.
Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa seluruh lembaga perbankan yang
diteliti tidak berpotensi mengalami kebangkrutan karena nilai IGR
yang lebih besar dari -0,239.
85
Tabel 4.8 Perhitungan Model Internal Growth Rate (IGR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
IGR Prediksi IGR Prediksi IGR Prediksi IGR Prediksi IGR Prediksi IGR PrediksiAGRO 0.005 TB (0.004) TB 0.001 TB 0.000 TB 0.001 TB 0.001 TB
BABP (0.006) TB 0.001 TB 0.002 TB 0.000 TB 0.001 TB (0.001) TB
BBCA 0.010 TB 0.010 TB 0.009 TB 0.008 TB 0.010 TB 0.010 TB
BBNI 0.005 TB 0.006 TB 0.001 TB 0.002 TB 0.007 TB 0.004 TB
BBNP 0.005 TB 0.005 TB 0.004 TB 0.004 TB 0.004 TB 0.004 TB
BBRI 0.016 TB 0.013 TB 0.011 TB 0.011 TB 0.009 TB 0.012 TB
BDMN 0.015 TB 0.009 TB 0.012 TB 0.006 TB 0.006 TB 0.010 TB
BEKS (0.038) TB (0.014) TB 0.000 TB (0.017) TB (0.052) TB (0.024) TB
BKSW 0.001 TB 0.001 TB 0.001 TB 0.001 TB 0.003 TB 0.001 TB
BMRI 0.001 TB 0.002 TB 0.006 TB 0.005 TB 0.009 TB 0.005 TB
BNII 0.008 TB 0.007 TB 0.004 TB 0.004 TB (0.002) TB 0.004 TB
BNLI 0.006 TB 0.005 TB 0.005 TB 0.004 TB 0.004 TB 0.005 TB
BSWD 0.006 TB 0.004 TB 0.004 TB 0.008 TB 0.013 TB 0.007 TB
BVIC 0.005 TB 0.006 TB 0.005 TB 0.004 TB 0.005 TB 0.005 TB
INPC 0.001 TB 0.002 TB 0.001 TB 0.001 TB 0.002 TB 0.001 TB
MAYA 0.003 TB 0.005 TB 0.005 TB 0.002 TB 0.003 TB 0.004 TB
MEGA 0.004 TB 0.003 TB 0.008 TB 0.007 TB 0.007 TB 0.006 TB
NISP 0.005 TB 0.005 TB 0.004 TB 0.004 TB 0.006 TB 0.005 TB
Sumber: Lampiran 7Keterangan: “TB” = Tidak Bangkrut
86
Berdasarkan analisis dengan Model Internal Growth Rate (IGR),
seluruh lembaga perbankan yang diteliti tidak berpotensi mengalami
kebangkrutan karena nilai IGR yang lebih besar dari -0,239. Hal
tersebut sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia, dimana sampai saat
ini lembaga perbankan tersebut masih beroperasi dan tidak dilikuidasi
oleh Bank Indonesia. Berikut adalah perbandingan antara hasil yang
diperoleh dari analisis menggunakan Model Internal Growth Rate
(IGR) dengan kebijakan Bank Indonesia:
Tabel 4.9 Perbandingan antara Model Internal Growth Rate (IGR) dengan Kebijakan Bank Indonesia
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan Kebijakan
Bank Indonesia2005 2006 2007 2008 2009
Rata-Rata
AGRO TB TB TB TB TB TB TBBABP TB TB TB TB TB TB TBBBCA TB TB TB TB TB TB TBBBNI TB TB TB TB TB TB TBBBNP TB TB TB TB TB TB TBBBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB TB TB TB TBBEKS TB TB TB TB TB TB TBBKSW TB TB TB TB TB TB TBBMRI TB TB TB TB TB TB TBBNII TB TB TB TB TB TB TBBNLI TB TB TB TB TB TB TB
BSWD TB TB TB TB TB TB TBBVIC TB TB TB TB TB TB TBINPC TB TB TB TB TB TB TB
MAYA TB TB TB TB TB TB TBMEGA TB TB TB TB TB TB TBNISP TB TB TB TB TB TB TBPNBN TB TB TB TB TB TB TB
Sumber: Lampiran 8Keterangan: “TB” = “Tidak Bangkrut”
87
Berdasarkan Tabel 4.9 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesesuaian antara Model Internal Growth Rate (IGR) terhadap
kebijakan Bank Indonesia adalah 100 persen. Tingkat kesesuaian
tersebut cenderung lebih besar bila dibandingkan dengan penelitian
Santoso (2006), dimana tingkat kesesuaian antara Model Internal
Growth Rate (IGR) terhadap kebijakan Bank Indonesia adalah sebesar
61 persen.
2) Model Altman’s Z-Score
Pada Model Altman’s Z-Score terdapat lima variabel (X1-X5) yang
keseluruhannya akan menentukan Z-Score yang akan
mengklasifikasikan perusahaan ke dalam tiga kategori, yaitu
“bangkrut”, “grey area” dan “tidak bangkrut”. Apabila suatu lembaga
perbankan memiliki Z-Score lebih kecil dari 1,23 maka lembaga
perbankan tersebut berkategori “bangkrut”. Apabila suatu lembaga
perbankan memiliki Z-Score di antara 1,23 sampai 2,90 maka lembaga
perbankan tersebut berada dalam kategori “grey area” dan suatu
lembaga perbankan apabila memiliki Z-Score di atas 2,90 maka
lembaga perbankan tersebut berkategori “tidak bangkrut”
Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa seluruh lembaga perbankan yang
diteliti untuk periode 2005-2009 berpotensi mengalami kebangkrutan
karena Z-Score yang diperoleh lebih kecil dari 1,23.
88
Tabel 4.10 Perhitungan Model Altman’s Z-Score Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
Rata-Rata
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
Z-Score Prediksi Z-Score Prediksi Z-Score Prediksi Z-Score Prediksi Z-Score Prediksi Z-Score Prediksi
AGRO 0.845 B 0.765 B 0.781 B 0.787 B 0.780 B 0.792 B
BABP 0.776 B 0.788 B 0.761 B 0.777 B 0.773 B 0.775 B
BBCA 0.849 B 0.857 B 0.813 B 0.828 B 0.994 B 0.868 B
BBNI 0.691 B 0.743 B 0.694 B 0.710 B 0.746 B 0.717 B
BBNP 0.762 B 0.825 B 0.797 B 0.795 B 0.796 B 0.795 B
BBRI 0.921 B 0.876 B 0.847 B 0.845 B 0.822 B 0.862 B
BDMN 0.998 B 0.953 B 0.985 B 0.918 B 0.952 B 0.961 B
BEKS 0.655 B 0.678 B 0.725 B 0.659 B 0.586 B 0.660 B
BKSW 0.725 B 0.739 B 0.730 B 0.732 B 0.740 B 0.733 B
BMRI 0.711 B 0.758 B 0.721 B 0.755 B 0.780 B 0.745 B
BNII 0.743 B 0.797 B 0.774 B 0.816 B 0.783 B 0.783 B
BNLI 0.500 B 0.637 B 0.648 B 0.639 B 0.693 B 0.623 B
BSWD 0.816 B 0.821 B 0.840 B 0.943 B 1.011 B 0.886 B
BVIC 0.897 B 0.943 B 0.829 B 0.865 B 0.868 B 0.880 B
INPC 0.687 B 0.727 B 0.691 B 0.700 B 0.731 B 0.707 B
MAYA 0.714 B 0.796 B 0.871 B 0.863 B 0.854 B 0.820 B
Sumber: Lampiran 8Keterangan: “B” = Bangkrut
89
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan Model Altman’s Z-
Score, seluruh lembaga perbankan yang diteliti berpotensi mengalami
kebangkrutan. Hal ini sangat kontradiktif mengingat seluruh lembaga
perbankan tersebut masih beroperasi sampai sekarang. Berikut adalah
perbandingan antara hasil yang diperoleh dari analisis menggunakan
Model Altman’s Z-Score dengan kebijakan Bank Indonesia:
Tabel 4.11 Perbandingan antara Model Altman’s Z-Score dengan Kebijakan Bank Indonesia
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan Kebijakan
Bank Indonesia2005 2006 2007 2008 2009
Rata-Rata
AGRO B B B B B B TBBABP B B B B B B TBBBCA B B B B B B TBBBNI B B B B B B TBBBNP B B B B B B TBBBRI B B B B B B TB
BDMN B B B B B B TBBEKS B B B B B B TBBKSW B B B B B B TBBMRI B B B B B B TBBNII B B B B B B TBBNLI B B B B B B TB
BSWD B B B B B B TBBVIC B B B B B B TBINPC B B B B B B TB
MAYA B B B B B B TBMEGA B B B B B B TBNISP B B B B B B TBPNBN B B B B B B TB
Sumber: Lampiran 10Keterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak Bangkrut”
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hasil dari analisis dengan
menggunakan Model Altman’s Z-Score memberikan hasil yang
90
bertolak belakang bila dibandingkan dengan kebijakan Bank
Indonesia. Untuk itu, tingkat kesesuaian antara Model Altman’s Z-
Score terhadap kebijakan Bank Indonesia adalah 0 persen.
Kesimpulan tersebut sesuai dengan penelitian Hendrawan (2008),
dimana penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa prediksi
kebangkrutan dengan Model Altman’s Z-Score memberikan hasil yang
bertolak belakang bila dibandingkan dengan kebijakan Bank
Indonesia. Berbeda dengan penelitian Hendrawan (2008), hasil dari
penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Santoso (2006),
dimana kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat kesesuaian yang
cukup tinggi antara Model Altman’s Z-Score terhadap kebijakan Bank
Indonesia.
3) Model Springate
Pada Model Springate, nilai Z ditentukan dari empat variabel. Nilai Z
yang diperoleh kemudian akan dibandingkan dengan nilai kritis,
dengan ketentuan jika nilai Z yang diperoleh lebih kecil dari 0,862
maka lembaga perbankan diklasifikasikan menjadi perusahaan yang
bangkrut (gagal).
Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa dari 19 lembaga perbankan yang
diteliti, hanya 1 lembaga perbankan yang berpotensi mengalami
kebangkrutan, yaitu PT. Bank Eksekutif Indonesia (BEKS).
91
Tabel 4.12 Perhitungan Model Springate Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
Z Prediksi Z Prediksi Z Prediksi Z Prediksi Z Prediksi Z PrediksiAGRO 1.120 TB 0.901 TB 0.966 TB 0.940 TB 0.926 TB 0.957 TB BABP 0.951 TB 0.952 TB 0.934 TB 0.948 TB 0.947 TB 0.944 TB BBCA 1.065 TB 1.065 TB 1.015 TB 1.020 TB 1.350 TB 1.229 TB BBNI 0.864 TB 0.924 TB 0.839 B 0.884 TB 0.928 TB 0.892 TB BBNP 0.983 TB 1.042 TB 1.002 TB 0.978 TB 0.953 TB 0.980 TB BBRI 1.235 TB 1.114 TB 1.099 TB 1.105 TB 1.071 TB 1.093 TB
BDMN 1.482 TB 1.261 TB 1.350 TB 1.200 TB 1.152 TB 1.198 TB BEKS (0.763) B 0.432 B 0.878 TB 0.465 B (0.637) B (0.602) B BKSW 0.892 TB 0.939 TB 0.914 TB 0.918 TB 0.930 TB 0.916 TB BMRI 0.873 TB 0.922 TB 0.933 TB 0.978 TB 1.015 TB 0.980 TB BNII 0.914 TB 0.945 TB 0.924 TB 1.004 TB 0.936 TB 0.928 TB BNLI 0.880 TB 0.881 TB 0.892 TB 0.859 B 0.914 TB 0.888 TB
BSWD 1.030 TB 0.963 TB 1.055 TB 1.193 TB 1.419 TB 1.312 TB BVIC 1.394 TB 1.366 TB 1.199 TB 1.232 TB 1.188 TB 1.194 TB INPC 0.934 TB 0.968 TB 0.920 TB 0.925 TB 0.965 TB 0.951 TB
MAYA 0.927 TB 1.079 TB 1.079 TB 1.108 TB 1.100 TB 1.041 TB MEGA 1.060 TB 1.002 TB 0.980 TB 1.018 TB 0.932 TB 0.988 TB
Sumber: Lampiran 9Keterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak Bangkrut”
92
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan Model Springate,
seluruh lembaga perbankan yang diteliti tidak berpotensi mengalami
kebangkrutan, kecuali PT. Bank Eksekutif Indonesia (BEKS) karena
nilai Z yang diperoleh lebih kecil dari 0,862. Berikut adalah
perbandingan antara hasil yang diperoleh dari analisis menggunakan
Model Springate dengan kebijakan Bank Indonesia:
Tabel 4.13 Perbandingan antara Model Springate dengan Kebijakan Bank Indonesia
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan Kebijakan
Bank Indonesia2005 2006 2007 2008 2009
Rata-Rata
AGRO TB TB TB TB TB TB TBBABP TB TB TB TB TB TB TBBBCA TB TB TB TB TB TB TBBBNI TB TB B TB TB TB TBBBNP TB TB TB TB TB TB TBBBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB TB TB TB TBBEKS B B TB B B B BBKSW TB TB TB TB TB TB TBBMRI TB TB TB TB TB TB TBBNII TB TB TB TB TB TB TBBNLI TB TB TB TB B TB TB
BSWD TB TB TB TB TB TB TBBVIC TB TB TB TB TB TB TBINPC TB TB TB TB TB TB TB
MAYA TB TB TB TB TB TB TBMEGA TB TB TB TB TB TB TBNISP TB TB TB TB TB TB TBPNBN TB TB TB TB TB TB TB
Sumber: Lampiran 12Keterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak Bangkrut”
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh dari
analisis dengan menggunakan Model Springate secra mayoritas sudah
93
sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia. Satu-satunya
ketidaksesuaian yang ada adalah pada PT. Bank Eksekutif Indonesia
(BEKS). Tingkat kesesuaian antara Model Springate terhadap
kebijakan Bank Indonesia adalah 94,737 persen. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Santoso (2006), dimana hasil dari penelitian
tersebut adalah tingkat kesesuaian sebesar 98,667 persen antara Model
Springate dengan kebijakan Bank Indonesia.
4) Model Fulmer
Model Fulmer meggunakan 8 variabel berupa rasio keuangan yang
kemudian akan menghasilkan nilai H. Nilai H tersebut kemudian akan
dijadikan angka kritis untuk mengkategorikan suatu lembaga
perbankan apakah berpotensi bangkrut atau tidak. Jika nilai H yang
diperoleh lebih kecil dari 0, maka perusahaan diklasifikasikan menjadi
perusahaan yang bangkrut (gagal).
Pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa seluruh lembaga perbankan yang
diteliti untuk periode 2005-2009 tidak berpotensi mengalami
kebangkrutan. Seluruh lembaga perbankan tidak berpotensi
mengalami kebangkrutan karena nilai H yang diperoleh lebih besar
dari 0.
94
Tabel 4.14 Perhitungan Model Fulmer Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
BANK2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
H Prediksi H Prediksi H Prediksi H Prediksi H Prediksi H PrediksiAGRO 11.152 TB 8.623 TB 8.621 TB 10.221 TB 13.363 TB 10.396 TB BABP 7.825 TB 9.716 TB 8.348 TB 8.402 TB 8.345 TB 8.527 TB BBCA 10.769 TB 10.492 TB 9.691 TB 9.449 TB 9.542 TB 9.989 TB BBNI 9.977 TB 8.898 TB 10.317 TB 9.295 TB 10.318 TB 9.761 TB BBNP 4.894 TB 8.154 TB 8.139 TB 9.697 TB 10.027 TB 8.182 TB BBRI 11.559 TB 10.798 TB 9.193 TB 8.462 TB 8.824 TB 9.768 TB
BDMN 18.872 TB 17.256 TB 16.421 TB 9.862 TB 13.811 TB 15.244 TB BEKS 8.430 TB 7.186 TB 8.761 TB 6.483 TB 6.559 TB 7.484 TB BKSW 7.612 TB 5.381 TB 5.209 TB 5.568 TB 6.262 TB 6.006 TB BMRI 11.990 TB 12.553 TB 8.474 TB 8.829 TB 8.948 TB 10.159 TB BNII 11.663 TB 12.790 TB 13.677 TB 14.672 TB 10.285 TB 12.617 TB BNLI 5.392 TB 9.608 TB 10.303 TB 7.920 TB 9.974 TB 8.639 TB
BSWD 11.956 TB 12.026 TB 10.686 TB 26.086 TB 23.672 TB 16.885 TB BVIC 8.246 TB 16.499 TB 8.782 TB 10.359 TB 10.782 TB 10.934 TB INPC 6.525 TB 6.133 TB 7.616 TB 10.749 TB 9.035 TB 8.012 TB
MAYA 12.691 TB 11.700 TB 31.578 TB 23.192 TB 17.038 TB 19.240 TB MEGA 4.593 TB 5.994 TB 6.683 TB 10.818 TB 10.447 TB 7.707 TB
Sumber: Lampiran 10Keterangan: “TB” = Tidak Bangkrut
95
Berdasarkan analisis dengan menggunakan Model Fulmer, dari 19
lembaga perbankan yang diteliti seluruhnya tidak berpotensi
mengalami kebangkrutan. Hal ini sangat sesuai dengan kebijakan
Bank Indonesia, karena seluruh lembaga perbankan tersebut masih
beroperasi sampai sekarang. Berikut adalah perbandingan antara hasil
yang diperoleh dari analisis menggunakan Model Fulmer dengan
kebijakan Bank Indonesia:
Tabel 4.15 Perbandingan antara Model Fulmer dengan Kebijakan Bank Indonesia
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan Kebijakan
Bank Indonesia2005 2006 2007 2008 2009
Rata-Rata
AGRO TB TB TB TB TB TB TBBABP TB TB TB TB TB TB TBBBCA TB TB TB TB TB TB TBBBNI TB TB TB TB TB TB TBBBNP TB TB TB TB TB TB TBBBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB TB TB TB TBBEKS TB TB TB TB TB TB TBBKSW TB TB TB TB TB TB TBBMRI TB TB TB TB TB TB TBBNII TB TB TB TB TB TB TBBNLI TB TB TB TB TB TB TB
BSWD TB TB TB TB TB TB TBBVIC TB TB TB TB TB TB TBINPC TB TB TB TB TB TB TB
MAYA TB TB TB TB TB TB TBMEGA TB TB TB TB TB TB TBNISP TB TB TB TB TB TB TBPNBN TB TB TB TB TB TB TB
Sumber: Lampiran 14Keterangan: “TB” = “Tidak Bangkrut”
96
Berdasarkan Tabel 4.15 tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat
kesesuaian yang sangat tinggi antara Model Fulmer dengan kebijakan
Bank Indonesia, yaitu dengan tingkat kesesuaian sebesar 100 persen.
5) Model Grover
Model Grover dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan
pada suatu perusahaan dengan menggunakan tiga variabel, yaitu X1
(Working Capital / Total Asset), X3 (Earning Before Tax / Total
Asset), dan Return on Asset (ROA). Berdasarkan tiga variabel
tersebut, dapat ditentukan score yang akan mengkategorikan sebuah
perusahaan, dalam hal ini lembaga perbankan, apakah berpotensi
bangkrut atau tidak. Score untuk perusahaan yang bangkrut adalah
kurang atau sama dengan 0,01 dan untuk perusahaan yang tidak
bangkrut (sehat) adalah lebih besar dari 0,01.
Pada Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa seluruh lembaga perbankan yang
diteliti tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, seluruh lembaga perbankan memiliki
score lebih besar dari 0,01.
97
Tabel 4.16 Perhitungan Model Grover Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
BANK2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
Score Prediksi Score Prediksi Score Prediksi Score Prediksi Score Prediksi Score PrediksiAGRO 1.583 TB 1.458 TB 1.481 TB 1.463 TB 1.435 TB 1.484 TB BABP 1.487 TB 1.475 TB 1.425 TB 1.491 TB 1.479 TB 1.471 TB BBCA 1.464 TB 1.459 TB 1.434 TB 1.433 TB 1.619 TB 1.482 TB BBNI 1.288 TB 1.354 TB 1.291 TB 1.349 TB 1.393 TB 1.335 TB BBNP 1.461 TB 1.525 TB 1.494 TB 1.476 TB 1.430 TB 1.477 TB BBRI 1.565 TB 1.483 TB 1.480 TB 1.488 TB 1.504 TB 1.504 TB
BDMN 1.678 TB 1.619 TB 1.628 TB 1.582 TB 1.544 TB 1.610 TB BEKS 1.240 TB 1.251 TB 1.358 TB 1.309 TB 1.275 TB 1.287 TB BKSW 1.384 TB 1.434 TB 1.416 TB 1.438 TB 1.456 TB 1.426 TB BMRI 1.366 TB 1.387 TB 1.373 TB 1.409 TB 1.433 TB 1.394 TB BNII 1.359 TB 1.394 TB 1.389 TB 1.482 TB 1.431 TB 1.411 TB BNLI 1.317 TB 1.298 TB 1.289 TB 1.279 TB 1.343 TB 1.305 TB
BSWD 1.470 TB 1.428 TB 1.556 TB 1.596 TB 1.691 TB 1.548 TB BVIC 1.680 TB 1.664 TB 1.630 TB 1.633 TB 1.649 TB 1.651 TB INPC 1.448 TB 1.463 TB 1.420 TB 1.430 TB 1.465 TB 1.445 TB
MAYA 1.314 TB 1.395 TB 1.474 TB 1.510 TB 1.549 TB 1.448 TB MEGA 1.553 TB 1.513 TB 1.414 TB 1.454 TB 1.362 TB 1.459 TB
Sumber: Lampiran 11Keterangan: “TB” = Tidak Bangkrut
98
Hasil yang diperoleh dari analisis dengan menggunakan Model Grover
adalah bahwa semua lembaga perbankan yang diteliti tidak berpotensi
mengalami kebangkrutan. Berikut adalah perbandingan antara hasil
yang diperoleh dari analisis menggunakan Model Grover dengan
kebijakan Bank Indonesia:
Tabel 4.17 Perbandingan antara Model Grover dengan Kebijakan
Bank Indonesia
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan Kebijakan
Bank Indonesia2005 2006 2007 2008 2009
Rata-Rata
AGRO TB TB TB TB TB TB TBBABP TB TB TB TB TB TB TBBBCA TB TB TB TB TB TB TBBBNI TB TB TB TB TB TB TBBBNP TB TB TB TB TB TB TBBBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB TB TB TB TBBEKS TB TB TB TB TB TB TBBKSW TB TB TB TB TB TB TBBMRI TB TB TB TB TB TB TBBNII TB TB TB TB TB TB TBBNLI TB TB TB TB TB TB TB
BSWD TB TB TB TB TB TB TBBVIC TB TB TB TB TB TB TBINPC TB TB TB TB TB TB TB
MAYA TB TB TB TB TB TB TBMEGA TB TB TB TB TB TB TBNISP TB TB TB TB TB TB TBPNBN TB TB TB TB TB TB TB
Sumber: Lampiran 16Keterangan: “TB” = “Tidak Bangkrut”
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa hasil dari analisis dengan
menggunakan Model Grover bila dibandingkan dengan kebijakan
Bank Indonesia, memiliki tingkat kesesuaian yang sangat tinggi, yaitu
99
sebesar 100 persen. Hal ini sangat bertolak belakang bila
dibandingkan dengan penelitian Santoso (2006), dimana tingkat
kesesuaian yang diperoleh hanya sebesar 4.348 persen.
100
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
1.15 Simpulan
Berdasarkan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka simpulan yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1) Secara umum tingkat kesehatan lembaga perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 apabila menggunakan Model
CAMEL cukup baik atau berkategori “sehat”. Bila dilihat dari aspek
permodalan (capital), seluruh lembaga perbankan yang diteliti
berkategori “sehat”. Hal serupa juga terjadi bila dilihat dari aspek
kualitas asset (asset quality) dan aspek likuiditas (liquidity), dimana
seluruh lembaga perbankan yang diteliti berkategori “sehat”. Untuk
aspek manajemen, dari 19 lembaga perbankan yang diteliti, hanya 1
yang berkategori “tidak sehat”, yaitu PT. Bank Eksekutif
Internasional, Tbk., sedangkan sisanya berkategori “sehat”. Untuk
aspek rentabilitas, 19 lembaga perbankan memiliki tingkat kesehatan
yang bervariasi, mulai dari “sehat”, “cukup sehat”, “kurang sehat”,
dan “tidak sehat”.
2) Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan Model Internal
Growth Rate, Model Altman’s Z-Score, Model Springate, Model
Fulmer, dan Model Grover untuk memprediksi kebangkrutan pada
lembaga perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2009, didapat hasil predeksi yang berbeda-beda. Berdasarkan
101
Model Internal Growth Rate, seluruh lembaga perbankan yang diteliti
tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Hasil yang bertolak
belakang diperoleh dari Model Altman’s Z-Score, dimana model ini
memprediksi akan terjadi kebangkrutan pada seluruh lembaga
perbankan yang diteliti. Berdasarkan Model Springate, hanya satu
lembaga perbankan yang berpotensi mengalami kebangkrutan (PT.
Bank Eksekutif Internasional, Tbk.), dan sisanya tidak berpotensi
mengalami kebangkrutan. Kedua model lainnya, Model Grover dan
Fulmer menghasilkan prediksi yang sama, dimana seluruh lembaga
perbankan yang diteliti tidak berpotensi mengalami kebangkrutan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terdapat tingkat kesesuaian
yang cukup tinggi antara model prediksi kebangkrutan yang ada
terhadap kebijakan Bank Indonesia, kecuali untuk Model Altman’s Z-
Score, dimana tingkat kesesuaiannya adalah 0 persen. Tingkat
kesesuaian antara Model Springate terhadap kebijakan Bank Indonesia
adalah sebesar 98.667 persen, dan untuk Model Internal Growth Rate
(IGR), Model Fulmer, dan Model Grover adalah sebesar 100 persen.
1.16 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, beberapa saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1) Dengan adanya kesimpulan bahwa terdapat tingkat kesesuaian yang
cukup tinggi antara model prediksi kebangkrutan yang ada dengan
102
kebijakan Bank Indonesia, maka untuk ke depannya, model prediksi
kebangkrutan ini dapat digunakan oleh manajemen perbankan sebagai
alat analisis untuk menilai kinerja keuangan lembaga perbankan yang
dikelolanya. Model prediksi kebangkrutan ini juga hendaknya
dijadikan sebagai early warnings sehingga dapat menghindarkan suatu
lembaga perbankan dari kebangkrutan.
2) Para investor yang ingin berinvestasi dalam industri perbankan dapat
menganalisis tingkat kesehatan dan prediksi kebangkrutan lembaga
perbankan terkait sebelum melakukan penanaman modal. Hal ini akan
berkaitan dengan kinerja perusahaan yang berpengaruh terhadap
return dan risiko bagi investor.
3) Dengan adanya kesenjangan antara hasil penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya, diharapkan akan ada penelitian-
penelitian selanjutnya yang dapat mengatasi permasalahan ini.
Penelitian selanjutnya juga dapat melengkapi keterbatasan dalam
penelitian ini, salah satunya adalah penggunaan analisis Model
CAMELS dengan memasukkan aspek sensitivity to market risk
(sensitivitas terhadap risiko pasar).
103
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, Faisal M. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Cetakan 4. Malang.
Adnan, Muhammad Akhyar. 2000. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman. Dalam JAAI, 4(2): h:24-41.
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 7(2): h:1-27.
Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance, 23(4): h:589-609.
Altman, Edward I. 1982. Corporate Financial Distress: A Complete Guide To Predicting, Avoiding, and Dealing with Bankruptcy. New York: JohnWitey & Sons.
Altman, Edward I. 2000. Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The Z-Score and Zeta.
Anghelescu, Andrada. 2005. Bankruptcy in The High-Tech Industry. Available online at http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=649501.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aryani Merkuswati, Ni Ketut Lely. 2007. Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan. Dalam Buletin Studi Ekonomi, 12(1): h:100-108.
104
Aryati, Titik dan Etty M. Nasser. 2000. Model Analisis CAMEL untuk Memprediksi Financial Distress pada Sektor Perbankan yang Go Public. Dalam Jurnal Auditing dan Akuntansi Indonesia, 4(2): h:111-131.
Cheeneebash, J & dkk. 2009. Predicting Bankruptcy Using Tabu Search in The Mauritian Context. Dalam Journal World Academy of Science, Engineering & Technology, 58: h:866-875.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Diah Yulianti, Ni Kadek. 2007. Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Fulmer, J. G. 1984. A Bankruptcy Classification Model for Small Firms. Dalam Journal of Commercial Bank Lending, h:25-37.
Ghozali, Imam. 2002. Statistik Non Parametrik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Grover, Jeffrey S. 2001. Re-assesing and Redefining Edward I. Altman 1968 Z-Score Model of Bankruptcy Prediction. Disampaikan pada 50th Anniversary Meeting of The Midwest Finance Association, Ohio.
Hadah, Muliaman D. & dkk. 2004. Model Prediksi Kepailitan Bank Umum di Indonesia. Dalam Paper Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Biro Stabilitas Sistem Keuangan, Bank Indonesia.
Haryati, Sri. 2001. Analisis Kebangkrutan Bank. Dalam Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan In Memorian Prof. Dr. Bambang Riyanto pada Faultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S. P. 2005. Dasar-Dasar Perbankan. Cetakan 5. Jakarta.
Hendrawan, I Nyoman. 2008. Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
http://www.bankruptcyaction.com
http://www.bi.go.id
Indriyo, Gitosudarmo. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi 4 Cetakan 1. Yogyakarta.
105
Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kostiyah. 2007. Analisa Kinerja Perbankan dengan Menggunakan Metode Z-Score Altman pada Bank Go Public di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Lifschutz, Shiloi. 2010. Predicting Bankruptcy: Evidence from Israel. Dalam International Journal of Business and Management, 5(4): h:133-141.
Machfoedz, Mas’ud. 1999. Pengaruh Krisis Moneter pada Efisiensi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 14(1): h:37-49.
Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII.
Murtanto. 2002. Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio CAMEL dan Metode Altman Sebagai Alat untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank. Dalam Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, 2(2).
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
Prayogo, Fonny. 2003. Analisis Perhitungan Internal Growth Rate dan Sustainable Growth Rate Dalam Menentukan Kebangkrutan Perusahaan. Skripsi Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Riyadi, Slamet. 2003. Banking Assets and Liability Management.
Ross, Stephen A, etc. 1998. Fundamentals of Corporate Finance. Singapore: Irwin McGraw-Hill.
Santoso, Robert C. 2006. Analisa Perbandingan Metode Memprediksi Kebangkrutan Dalam Lembaga Perbankan (Kasus Likuidasi Perbankan di Indonesia tahun 1999). Skripsi Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Santoso, Ruddy Tri. 1997. Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Andi.
Sefriana, G. L. 2007. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Pendekatan CAMEL dan Prediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman’s Z-Score pada PD Bank Perkreditan Rakyat Lumbung Kredit Pedesaan (PD BPR LKP) Ampenan Utara Mataram Periode 2001-2005. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
106
Springate, G. I. V. 1978. Predicting The Possibility of Failure in a Canadian Firm. M.B.A Research Project Simon Fraser University, Canada.
Sudarmanto, Gunawan. R. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: CV. Alvabeta.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992
Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.
Wilopo. 2001. Prediksi Kebangkrutan Bank. Dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4(2): h:185-189.
107
Lampiran 1Tabel 1 Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-
2009
Kategori CAR Kategori CAR Kategori CAR Kategori CAR Kategori CAR Kategori
Sehat 15.293 Sehat 17.147 Sehat 13.526 Sehat 19.604 Sehat 16.398 Sehat
Sehat 12.969 Sehat 12.152 Sehat 12.482 Sehat 11.482 Sehat 12.207 Sehat
Sehat 22.216 Sehat 18.589 Sehat 15.172 Sehat 16.193 Sehat 18.766 Sehat
Sehat 16.254 Sehat 17.648 Sehat 14.384 Sehat 14.174 Sehat 15.738 Sehat
Sehat 16.730 Sehat 17.531 Sehat 14.036 Sehat 12.544 Sehat 14.313 Sehat
Sehat 19.969 Sehat 16.662 Sehat 13.675 Sehat 13.766 Sehat 16.065 Sehat
Sehat 24.272 Sehat 20.452 Sehat 13.993 Sehat 17.962 Sehat 20.031 Sehat
Sehat 9.418 Sehat 11.824 Sehat 9.813 Sehat 10.479 Sehat 10.344 Sehat
Sehat 9.358 Sehat 10.115 Sehat 10.071 Sehat 12.401 Sehat 11.245 Sehat
Sehat 25.295 Sehat 21.114 Sehat 15.724 Sehat 15.130 Sehat 20.183 Sehat
Sehat 24.083 Sehat 21.113 Sehat 19.818 Sehat 14.835 Sehat 20.455 Sehat
Sehat 14.413 Sehat 13.898 Sehat 11.055 Sehat 12.279 Sehat 12.317 Sehat
Sehat 26.549 Sehat 20.580 Sehat 33.091 Sehat 32.699 Sehat 27.411 Sehat
Sehat 27.446 Sehat 19.265 Sehat 23.299 Sehat 22.958 Sehat 22.896 Sehat
Sehat 11.413 Sehat 12.376 Sehat 15.037 Sehat 13.888 Sehat 12.778 Sehat
Sehat 13.870 Sehat 30.105 Sehat 23.668 Sehat 18.808 Sehat 20.149 Sehat
Sehat 15.973 Sehat 14.238 Sehat 15.513 Sehat 18.886 Sehat 15.153 Sehat
Sehat 17.161 Sehat 16.481 Sehat 17.271 Sehat 18.361 Sehat 17.845 Sehat
Sehat 31.700 Sehat 23.435 Sehat 20.687 Sehat 22.347 Sehat 25.771 Sehat
Sehat 18.652 Sehat 17.617 Sehat 16.438 Sehat 16.779 Sehat 17.372 Sehat
Sumber: Telah Diolah
Lampiran 2Tabel 1 Perhitungan Return on Risked Asset (RORA) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-
2009
2006 2007 2008 2009 Rata-RataRORA Kategori RORA Kategori RORA Kategori RORA Kategori RORA Kategori
(0.562) Sehat 0.954 Sehat 0.207 Sehat 0.503 Sehat 0.635 Sehat
0.307 Sehat 0.732 Sehat 0.082 Sehat 0.206 Sehat 0.332 Sehat
8.233 Sehat 6.347 Sehat 5.615 Sehat 5.554 Sehat 6.703 Sehat
3.587 Sehat 1.516 Sehat 1.628 Sehat 1.903 Sehat 2.225 Sehat
2.545 Sehat 2.518 Sehat 1.538 Sehat 1.467 Sehat 2.127 Sehat
7.908 Sehat 7.599 Sehat 6.288 Sehat 4.135 Sehat 6.614 Sehat
3.591 Sehat 4.934 Sehat 2.876 Sehat 2.612 Sehat 3.971 Sehat
(1.590) Sehat 0.064 Sehat (2.132) Sehat (6.739) Sehat (2.960) Sehat
0.567 Sehat 0.510 Sehat 0.349 Sehat 0.482 Sehat 0.453 Sehat
2.465 Sehat 4.627 Sehat 4.587 Sehat 5.005 Sehat 3.534 Sehat
2.921 Sehat 2.039 Sehat 1.847 Sehat 1.038 Sehat 2.218 Sehat
1.848 Sehat 2.516 Sehat 1.965 Sehat 1.881 Sehat 1.967 Sehat
2.755 Sehat 2.089 Sehat 3.687 Sehat 6.057 Sehat 3.598 Sehat
2.495 Sehat 2.426 Sehat 2.406 Sehat 0.950 Sehat 2.290 Sehat
0.692 Sehat 0.537 Sehat 0.483 Sehat 0.791 Sehat 0.598 Sehat
1.821 Sehat 1.667 Sehat 1.329 Sehat 0.902 Sehat 1.329 Sehat
1.865 Sehat 4.541 Sehat 3.014 Sehat 3.339 Sehat 2.983 Sehat
Sumber: Telah Diolah
Lampiran 3Tabel 1 Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
NPM
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori NPM Kategori
AGRO 8.879 Sehat (3.737) Tidak Sehat 3.193 Sehat 0.896 Tidak Sehat 2.486 Sehat 2.343 Sehat
BABP 1.567 Sehat 1.282 Sehat 3.026 Sehat 0.343 Sehat 0.926 Tidak Sehat 1.429 Sehat
BBCA 23.563 Sehat 22.106 Sehat 23.778 Sehat 22.967 Sehat 24.817 Sehat 23.446 Sehat
BBNI 14.873 Sehat 11.086 Sehat 5.045 Sehat 6.359 Sehat 9.431 Sehat 9.359 Sehat
BBNP 11.068 Sehat 8.313 Sehat 9.210 Sehat 8.251 Sehat 7.903 Sehat 8.949 Sehat
BBRI 21.182 Sehat 18.856 Sehat 17.019 Sehat 19.525 Sehat 18.617 Sehat 19.040 Sehat
BDMN 23.580 Sehat 11.807 Sehat 17.232 Sehat 13.797 Sehat 11.194 Sehat 15.522 Sehat
BEKS (28.134) Tidak Sehat (9.394) Tidak Sehat 0.382 Tidak Sehat (13.745) Tidak Sehat (39.005) Tidak Sehat (17.979) Tidak Sehat
BKSW 1.768 Sehat 3.593 Sehat 2.896 Sehat 2.289 Sehat 2.844 Sehat 2.678 Sehat
BMRI 2.711 Sehat 8.735 Sehat 19.256 Sehat 18.059 Sehat 19.179 Sehat 13.588 Sehat
BNII 15.631 Sehat 10.894 Sehat 7.567 Sehat 8.277 Sehat (0.634) Tidak Sehat 8.347 Sehat
BNLI 4.788 Sehat 6.168 Sehat 9.805 Sehat 8.268 Sehat 7.790 Sehat 7.364 Sehat
BSWD 11.434 Sehat 6.937 Sehat 8.137 Sehat 16.654 Sehat 22.843 Sehat 13.201 Sehat
BVIC 8.567 Sehat 8.996 Sehat 12.456 Sehat 8.687 Sehat 1.764 Sehat 8.094 Sehat
INPC 3.150 Sehat 2.507 Sehat 2.313 Sehat 2.206 Sehat 2.828 Sehat 2.601 Sehat
MAYA 7.647 Sehat 10.269 Sehat 9.574 Sehat 7.077 Sehat 4.849 Sehat 7.883 Sehat
MEGA 7.788 Sehat 5.189 Sehat 14.713 Sehat 13.185 Sehat 12.355 Sehat 10.646 Sehat
Sumber: Telah Diolah
Lampiran 4Tabel 1 Perhitungan Return on Asset (ROA) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
ROA
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
ROA Kategori ROA Kategori ROA Kategori ROA Kategori ROA Kategori ROA Kategori
AGRO 1.398 Sehat (0.336) Tidak Sehat 0.505 Tidak Sehat 0.158 Tidak Sehat 0.322 Tidak Sehat 0.409 Tidak Sehat
BABP 0.233 Tidak Sehat 0.232 Tidak Sehat 0.523 Tidak Sehat 0.058 Tidak Sehat 0.157 Tidak Sehat 0.241 Tidak Sehat
BBCA 3.406 Sehat 3.424 Sehat 2.937 Sehat 3.079 Sehat 8.271 Sehat 4.223 Sehat
BBNI 1.418 Sehat 1.818 Sehat 0.811 Kurang Sehat 0.978 Kurang Sehat 1.261 Sehat 1.257 Sehat
BBNP 1.426 Sehat 1.304 Sehat 1.218 Sehat 1.058 Cukup Sehat 1.148 Cukup Sehat 1.231 Sehat
BBRI 4.568 Sehat 3.818 Sehat 3.821 Sehat 3.586 Sehat 2.429 Sehat 3.644 Sehat
BDMN 4.010 Sehat 2.211 Sehat 3.402 Sehat 1.861 Sehat 1.669 Sehat 2.631 Sehat
BEKS (3.998) Tidak Sehat (1.385) Tidak Sehat 0.051 Tidak Sehat (1.679) Tidak Sehat (5.048) Tidak Sehat (2.412) Tidak Sehat
BKSW 0.214 Tidak Sehat 0.405 Tidak Sehat 0.325 Tidak Sehat 0.234 Tidak Sehat 0.281 Tidak Sehat 0.292 Tidak Sehat
BMRI 0.449 Tidak Sehat 1.079 Cukup Sehat 2.043 Sehat 2.343 Sehat 2.677 Sehat 1.718 Sehat
BNII 1.543 Sehat 1.388 Sehat 1.179 Cukup Sehat 1.239 Sehat 0.672 Tidak Sehat 1.204 Cukup Sehat
BNLI 1.133 Cukup Sehat 1.235 Sehat 1.827 Sehat 1.424 Sehat 1.485 Sehat 1.421 Sehat
BSWD 1.615 Sehat 1.208 Cukup Sehat 1.080 Cukup Sehat 2.298 Sehat 3.543 Sehat 1.949 Sehat
BVIC 1.315 Sehat 1.339 Sehat 1.166 Cukup Sehat 1.067 Cukup Sehat 0.446 Tidak Sehat 1.067 Cukup Sehat
INPC 0.333 Tidak Sehat 0.441 Tidak Sehat 0.367 Tidak Sehat 0.352 Tidak Sehat 0.542 Tidak Sehat 0.407 Tidak Sehat
MAYA 0.801 Kurang Sehat 1.510 Sehat 1.355 Sehat 1.082 Cukup Sehat 0.727 Tidak Sehat 1.095 Cukup Sehat
MEGA 1.061 Cukup Sehat 0.761 Tidak Sehat 2.145 Sehat 1.987 Sehat 1.722 Sehat 1.535 Sehat
Sumber: Telah Diolah
Lampiran 5Tabel 1 Perhitungan Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Lembaga Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
BOPO
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
BOPO Kategori BOPO Kategori BOPO Kategori BOPO Kategori BOPO Kategori BOPO Kategori
AGRO 85.919 Sehat 97.911 Tidak Sehat 92.295 Sehat 95.534 Kurang Sehat 90.852 Sehat 92.502 Sehat
BABP 97.325 Tidak Sehat 93.106 Sehat 81.616 Sehat 92.392 Sehat 92.297 Sehat 91.347 Sehat
BBCA 64.545 Sehat 65.842 Sehat 65.654 Sehat 59.630 Sehat 60.395 Sehat 63.213 Sehat
BBNI 77.561 Sehat 76.637 Sehat 79.402 Sehat 67.726 Sehat 66.153 Sehat 73.496 Sehat
BBNP 91.102 Sehat 87.927 Sehat 86.798 Sehat 90.842 Sehat 89.352 Sehat 89.204 Sehat
BBRI 68.214 Sehat 66.196 Sehat 62.030 Sehat 63.429 Sehat 59.899 Sehat 63.954 Sehat
BDMN 69.683 Sehat 71.554 Sehat 66.385 Sehat 73.044 Sehat 68.257 Sehat 69.784 Sehat
BEKS 94.478 Cukup Sehat 113.274 Tidak Sehat 93.378 Sehat 103.941 Tidak Sehat 103.254 Tidak Sehat 101.665 Tidak Sehat
BKSW 95.071 Kurang Sehat 95.753 Kurang Sehat 88.301 Sehat 97.114 Tidak Sehat 92.995 Sehat 93.847 Cukup Sehat
BMRI 80.417 Sehat 77.912 Sehat 79.316 Sehat 66.015 Sehat 66.183 Sehat 73.968 Sehat
BNII 82.389 Sehat 81.450 Sehat 84.188 Sehat 85.682 Sehat 78.893 Sehat 82.520 Sehat
BNLI 87.449 Sehat 83.387 Sehat 76.584 Sehat 82.588 Sehat 80.172 Sehat 82.036 Sehat
BSWD 84.850 Sehat 93.035 Sehat 90.649 Sehat 76.991 Sehat 67.590 Sehat 82.623 Sehat
BVIC 87.770 Sehat 88.813 Sehat 81.276 Sehat 91.511 Sehat 80.736 Sehat 86.021 Sehat
INPC 96.321 Tidak Sehat 94.923 Cukup Sehat 96.256 Tidak Sehat 96.552 Tidak Sehat 93.664 Cukup Sehat 95.543 Kurang Sehat
Sumber: Telah Diolah
Lampiran 6Tabel 1 Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009
Bank2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori LDR Kategori
AGRO 93.763 Sehat 82.116 Sehat 76.876 Sehat 94.405 Sehat 81.240 Sehat 85.680 Sehat
BABP 82.738 Sehat 87.415 Sehat 84.498 Sehat 90.838 Sehat 95.519 Sehat 88.202 Sehat
BBCA 41.812 Sehat 40.328 Sehat 43.645 Sehat 53.856 Sehat 49.515 Sehat 45.831 Sehat
BBNI 53.644 Sehat 48.982 Sehat 60.561 Sehat 68.612 Sehat 66.899 Sehat 59.740 Sehat
BBNP 57.067 Sehat 54.840 Sehat 49.391 Sehat 66.126 Sehat 73.788 Sehat 60.243 Sehat
BBRI 77.832 Sehat 72.535 Sehat 68.804 Sehat 79.933 Sehat 87.347 Sehat 77.290 Sehat
BDMN 81.029 Sehat 75.692 Sehat 88.441 Sehat 87.234 Sehat 88.803 Sehat 84.240 Sehat
BEKS 109.677 Sehat 139.759 Tidak Sehat 130.036 Tidak Sehat 71.036 Sehat 79.219 Sehat 105.945 Sehat
BKSW 59.058 Sehat 68.986 Sehat 68.455 Sehat 74.724 Sehat 66.968 Sehat 67.638 Sehat
BMRI 50.406 Sehat 55.399 Sehat 53.785 Sehat 58.124 Sehat 59.952 Sehat 55.533 Sehat
BNII 55.441 Sehat 57.813 Sehat 77.241 Sehat 80.928 Sehat 78.905 Sehat 70.066 Sehat
BNLI 78.501 Sehat 83.150 Sehat 87.912 Sehat 81.497 Sehat 90.149 Sehat 84.242 Sehat
BSWD 55.359 Sehat 54.884 Sehat 62.159 Sehat 83.186 Sehat 81.097 Sehat 67.337 Sehat
BVIC 41.227 Sehat 54.337 Sehat 55.924 Sehat 53.459 Sehat 50.556 Sehat 51.101 Sehat
INPC 87.232 Sehat 80.381 Sehat 82.976 Sehat 93.770 Sehat 84.268 Sehat 85.726 Sehat
MAYA 82.341 Sehat 84.741 Sehat 103.894 Sehat 100.225 Sehat 86.017 Sehat 91.444 Sehat
MEGA 51.478 Sehat 42.953 Sehat 47.041 Sehat 66.695 Sehat 55.583 Sehat 52.750 Sehat
NISP 77.621 Sehat 82.183 Sehat 89.152 Sehat 76.722 Sehat 72.433 Sehat 79.622 Sehat
Sumber: Telah Diolah
Lampiran 7Tabel 1 Perhitungan Model Internal Growth Rate (IGR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2007
2006 2007 2008ROA b IGR Z Prediksi ROA b IGR Z Prediksi ROA b IGR Z
(0.005) 0.809 (0.004) (2.121) B 0.004 0.393 0.001 (1.271) B AGRO 0.001 0.412 0.000 (1.434) 0.002 0.500 0.001 (1.379) B 0.004 0.500 0.002 (1.210) B BABP 0.000 0.500 0.000 (1.480) 0.024 0.408 0.010 0.134 TB 0.021 0.425 0.009 (0.040) TB BBCA 0.021 0.379 0.008 (0.158) 0.012 0.500 0.006 (0.523) B 0.005 0.288 0.001 (1.279) B BBNI 0.006 0.339 0.002 (1.171) 0.009 0.500 0.005 (0.754) B 0.009 0.500 0.004 (0.805) B BBNP 0.007 0.500 0.004 (0.898) 0.028 0.479 0.013 0.697 TB 0.021 0.525 0.011 0.324 TB BBRI 0.024 0.457 0.011 0.338 0.017 0.531 0.009 (0.038) TB 0.025 0.490 0.012 0.522 TB BDMN 0.019 0.316 0.006 (0.533) (0.014) 1.000 (0.014) (3.777) B 0.001 0.500 0.000 (1.472) B BEKS (0.017) 1.000 (0.017) (4.251) 0.004 0.351 0.001 (1.278) B 0.003 0.351 0.001 (1.324) B BKSW 0.002 0.352 0.001 (1.378) 0.009 0.239 0.002 (1.140) B 0.014 0.419 0.006 (0.513) B BMRI 0.016 0.316 0.005 (0.689) 0.014 0.500 0.007 (0.368) B 0.008 0.519 0.004 (0.829) B BNII 0.009 0.465 0.004 (0.803) 0.008 0.548 0.005 (0.755) B 0.013 0.417 0.005 (0.636) B BNLI 0.008 0.468 0.004 (0.862) 0.009 0.513 0.004 (0.788) B 0.008 0.500 0.004 (0.884) B BSWD 0.016 0.500 0.008 (0.170) 0.011 0.558 0.006 (0.476) B 0.010 0.500 0.005 (0.707) B BVIC 0.008 0.500 0.004 (0.810) 0.003 0.500 0.002 (1.253) B 0.002 0.500 0.001 (1.313) B INPC 0.002 0.553 0.001 (1.314) 0.014 0.384 0.005 (0.633) B 0.011 0.436 0.005 (0.724) B MAYA 0.008 0.273 0.002 (1.138) 0.005 0.493 0.003 (1.082) B 0.015 0.496 0.008 (0.261) B MEGA 0.015 0.485 0.007 (0.287)
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak Bangkrut
Lampiran 7 (Lanjutan)Tabel 2 Perhitungan Model Internal Growth Rate (IGR) Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2008, 2009, dan Rata-Rata
2008 2009 Rata-RataPrediksi ROA b IGR Z Prediksi ROA b IGR Z Prediksi
B 0.003 0.353 0.001 (1.339) B 0.003 0.494 0.001 (1.373) BB 0.001 0.500 0.001 (1.425) B 0.002 (0.338) (0.001) (1.600) B
TB 0.022 0.463 0.010 0.190 TB 0.022 0.419 0.010 0.061 TBB 0.009 0.728 0.007 (0.398) B 0.009 0.441 0.004 (0.812) BB 0.008 0.500 0.004 (0.827) B 0.009 0.500 0.004 (0.793) B
TB 0.019 0.472 0.009 0.010 TB 0.025 0.486 0.012 0.489 TBB 0.017 0.348 0.006 (0.547) B 0.021 0.438 0.010 0.089 TBB (0.050) 1.087 (0.052) (10.131) B (0.024) 0.917 (0.024) (5.502) BB 0.003 1.000 0.003 (1.048) B 0.003 0.481 0.001 (1.283) BB 0.018 0.474 0.009 (0.087) TB 0.012 0.411 0.005 (0.741) BB (0.001) 2.936 (0.002) (1.853) B 0.009 0.984 0.004 (0.816) BB 0.009 0.465 0.004 (0.781) B 0.009 0.596 0.005 (0.721) BB 0.026 0.500 0.013 0.626 TB 0.014 0.503 0.007 (0.357) BB 0.002 2.488 0.005 (0.726) B 0.008 0.902 0.005 (0.693) BB 0.003 0.585 0.002 (1.216) B 0.003 0.528 0.001 (1.273) BB 0.006 0.459 0.003 (1.079) B 0.009 0.382 0.004 (0.924) BB 0.014 0.500 0.007 (0.361) B 0.011 0.494 0.006 (0.580) B
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak Bangkrut
Lampiran 8 Tabel 1 Perhitungan Model Altman’s Z-Score Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 dan 2006
X3 X4 X5 Z-Score Prediksi X1 X2 X3 X4 X5 Z-Score Prediksi
0.014 0.116 0.110 0.845 B 0.856 0.005 (0.003) 0.087 0.122 0.765 B 0.002 0.089 0.104 0.776 B 0.855 (0.004) 0.002 0.106 0.127 0.788 B 0.034 0.117 0.102 0.849 B 0.779 0.042 0.034 0.113 0.109 0.857 B 0.014 0.090 0.095 0.691 B 0.749 0.005 0.018 0.091 0.107 0.743 B 0.014 0.061 0.090 0.762 B 0.863 0.021 0.013 0.091 0.110 0.825 B 0.046 0.122 0.146 0.921 B 0.786 (0.004) 0.038 0.122 0.146 0.876 B 0.040 0.148 0.127 0.998 B 0.901 0.048 0.022 0.136 0.141 0.953 B (0.040) 0.086 0.142 0.655 B 0.752 (0.011) (0.014) 0.105 0.147 0.678 B 0.002 0.086 0.121 0.725 B 0.826 (0.008) 0.004 0.068 0.113 0.739 B 0.004 0.100 0.088 0.711 B 0.784 0.007 0.011 0.115 0.108 0.758 B 0.015 0.110 0.099 0.743 B 0.782 0.018 0.014 0.124 0.126 0.797 B 0.011 0.076 0.109 0.500 B 0.727 (0.122) 0.012 0.111 0.135 0.637 B 0.016 0.135 0.099 0.816 B 0.806 0.031 0.012 0.136 0.123 0.821 B 0.013 0.094 0.116 0.897 B 0.947 0.029 0.013 0.177 0.124 0.943 B 0.003 0.053 0.094 0.687 B 0.843 (0.045) 0.004 0.053 0.126 0.727 B 0.008 0.115 0.103 0.714 B 0.780 0.008 0.015 0.116 0.134 0.796 B 0.011 0.054 0.094 0.784 B 0.867 0.006 0.008 0.067 0.102 0.780 B 0.014 0.110 0.108 0.811 B 0.841 - 0.014 0.113 0.114 0.806 B 0.018 0.139 0.087 0.776 B 0.789 - 0.024 0.203 0.110 0.834 B 0.014 0.103 0.107 0.774 B 0.816 0.002 0.014 0.119 0.123 0.802 B
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut
Lampiran 8 (Lanjutan)Tabel 2 Perhitungan Model Altman’s Z-Score Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 dan 2008
2007 2008Prediksi X1 X2 X3 X4 X5 Z-Score Prediksi
B 0.849 0.000 0.002 0.102 0.131 0.787 B B 0.868 (0.004) 0.001 0.087 0.120 0.777 B B 0.770 0.052 0.031 0.103 0.093 0.828 B B 0.763 0.002 0.010 0.083 0.096 0.710 B B 0.838 0.034 0.011 0.101 0.090 0.795 B B 0.793 (0.002) 0.036 0.100 0.124 0.845 B B 0.886 0.051 0.019 0.113 0.135 0.918 B B 0.793 (0.022) (0.017) 0.092 0.122 0.659 B B 0.832 (0.003) 0.002 0.068 0.102 0.732 B B 0.771 0.001 0.023 0.099 0.087 0.755 B B 0.838 0.026 0.012 0.102 0.111 0.816 B B 0.711 (0.063) 0.014 0.086 0.101 0.639 B B 0.886 0.034 0.023 0.265 0.097 0.943 B B 0.933 0.024 0.011 0.108 0.097 0.865 B B 0.825 (0.039) 0.004 0.078 0.099 0.700 B B 0.858 0.011 0.011 0.210 0.117 0.863 B B 0.806 0.021 0.020 0.092 0.115 0.810 B
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut
Lampiran 8 (Lanjutan)Tabel 3 Perhitungan Model Altman’s Z-Score Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan
Rata-Rata
0.016 0.119 0.107 0.788 B 0.820 0.011 0.013 0.119 0.107 0.794 B
2009 Rata-RataX3 X4 X5 Z-Score Prediksi X1 X2 X3 X4 X5 Z-Score Prediksi
0.003 0.136 0.120 0.780 B 0.856 0.001 0.004 0.107 0.120 0.792 B 0.002 0.091 0.116 0.773 B 0.852 0.000 0.002 0.093 0.118 0.775 B 0.083 0.113 0.089 0.994 B 0.776 0.045 0.042 0.110 0.096 0.868 B 0.013 0.095 0.097 0.746 B 0.749 0.004 0.013 0.093 0.099 0.717 B 0.011 0.105 0.105 0.796 B 0.835 0.027 0.012 0.090 0.097 0.795 B 0.024 0.104 0.104 0.822 B 0.802 (0.001) 0.036 0.111 0.129 0.862 B 0.017 0.192 0.149 0.952 B 0.887 0.051 0.026 0.146 0.139 0.961 B (0.050) 0.105 0.129 0.586 B 0.795 (0.013) (0.024) 0.099 0.135 0.660 B 0.003 0.084 0.099 0.740 B 0.824 (0.008) 0.003 0.074 0.109 0.733 B 0.027 0.103 0.094 0.780 B 0.775 0.004 0.017 0.101 0.090 0.745 B 0.007 0.098 0.110 0.783 B 0.796 0.022 0.012 0.110 0.110 0.783 B 0.015 0.096 0.122 0.693 B 0.727 (0.120) 0.014 0.096 0.119 0.623 B 0.035 0.247 0.112 1.011 B 0.864 0.031 0.019 0.181 0.105 0.886 B 0.004 0.096 0.108 0.868 B 0.944 0.022 0.011 0.112 0.105 0.880 B 0.005 0.067 0.109 0.731 B 0.833 (0.041) 0.004 0.062 0.106 0.707 B 0.007 0.160 0.118 0.854 B 0.821 0.008 0.011 0.174 0.117 0.820 B
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut
Lampiran 9Tabel 1 Perhitungan Model Springate Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 dan 2006
2005 2006B C D Z Prediksi A B C D Z Prediksi
0.014 0.167 0.110 1.120 TB 0.856 (0.003) (0.030) 0.122 0.901 TB 0.002 0.022 0.104 0.951 TB 0.855 0.002 0.021 0.127 0.952 TB 0.034 0.172 0.102 1.065 TB 0.779 0.034 0.171 0.109 1.065 TB 0.014 0.067 0.095 0.864 TB 0.749 0.018 0.081 0.107 0.924 TB 0.014 0.087 0.090 0.983 TB 0.863 0.013 0.105 0.110 1.042 TB 0.046 0.290 0.146 1.235 TB 0.786 0.038 0.195 0.146 1.114 TB 0.040 0.577 0.127 1.482 TB 0.901 0.022 0.316 0.141 1.261 TB (0.040) (2.303) 0.142 (0.763) B 0.752 (0.014) (0.543) 0.147 0.432 B 0.002 0.020 0.121 0.892 TB 0.826 0.004 0.046 0.113 0.939 TB 0.004 0.025 0.088 0.873 TB 0.784 0.011 0.058 0.108 0.922 TB 0.015 0.071 0.099 0.914 TB 0.782 0.014 0.071 0.126 0.945 TB 0.011 0.059 0.109 0.880 TB 0.727 0.012 0.061 0.135 0.881 TB 0.016 0.141 0.099 1.030 TB 0.806 0.012 0.070 0.123 0.963 TB 0.013 0.488 0.116 1.394 TB 0.947 0.013 0.455 0.124 1.366 TB 0.003 0.037 0.094 0.934 TB 0.843 0.004 0.054 0.126 0.968 TB 0.008 0.143 0.103 0.927 TB 0.780 0.015 0.266 0.134 1.079 TB 0.011 0.118 0.094 1.060 TB 0.867 0.008 0.068 0.102 1.002 TB Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak BangkrutLampiran 9 (Lanjutan)
Tabel 2 Perhitungan Model Springate Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 dan 2008
2007 2008B C D Z Prediksi A B C D Z Prediksi
0.005 0.039 0.117 0.966 TB 0.849 0.002 0.013 0.131 0.940 TB 0.005 0.040 0.121 0.934 TB 0.868 0.001 0.007 0.120 0.948 TB 0.029 0.141 0.087 1.015 TB 0.770 0.031 0.144 0.093 1.020 TB 0.008 0.033 0.098 0.839 B 0.763 0.010 0.045 0.096 0.884 TB 0.012 0.085 0.093 1.002 TB 0.838 0.011 0.070 0.090 0.978 TB 0.038 0.189 0.123 1.099 TB 0.793 0.036 0.194 0.124 1.105 TB 0.034 0.423 0.144 1.350 TB 0.886 0.019 0.268 0.135 1.200 TB 0.001 0.017 0.134 0.878 TB 0.793 (0.017) (0.530) 0.122 0.465 B 0.003 0.027 0.112 0.914 TB 0.832 0.002 0.019 0.102 0.918 TB 0.020 0.094 0.074 0.933 TB 0.771 0.023 0.117 0.087 0.978 TB 0.012 0.059 0.105 0.924 TB 0.838 0.012 0.088 0.111 1.004 TB 0.018 0.082 0.129 0.892 TB 0.711 0.014 0.064 0.101 0.859 B 0.011 0.109 0.093 1.055 TB 0.886 0.023 0.259 0.097 1.193 TB 0.012 0.265 0.078 1.199 TB 0.933 0.011 0.302 0.097 1.232 TB 0.004 0.036 0.105 0.920 TB 0.825 0.004 0.038 0.099 0.925 TB 0.014 0.206 0.114 1.079 TB 0.858 0.011 0.218 0.117 1.108 TB 0.021 0.108 0.103 0.980 TB 0.806 0.020 0.122 0.115 1.018 TB
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak BangkrutLampiran 9 (Lanjutan)
Tabel 3 Perhitungan Model Springate Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan Rata-Rata
Bank2009 Rata-Rata
A B C D Z Prediksi A B C D Z PrediksiAGRO 0.829 0.003 0.021 0.120 0.926 TB 0.856 0.004 0.021 0.120 0.957 TB BABP 0.858 0.002 0.018 0.116 0.947 TB 0.852 0.002 0.018 0.118 0.944 TB BBCA 0.776 0.083 0.396 0.089 1.350 TB 0.776 0.042 0.396 0.096 1.229 TB BBNI 0.784 0.013 0.065 0.097 0.928 TB 0.749 0.013 0.065 0.099 0.892 TB BBNP 0.809 0.011 0.065 0.105 0.953 TB 0.835 0.012 0.065 0.097 0.980 TB BBRI 0.827 0.024 0.157 0.104 1.071 TB 0.802 0.036 0.157 0.129 1.093 TB
BDMN 0.867 0.017 0.224 0.149 1.152 TB 0.887 0.026 0.224 0.139 1.198 TB BEKS 0.842 (0.050) (2.122) 0.129 (0.637) B 0.795 (0.024) (2.122) 0.135 (0.602) B BKSW 0.842 0.003 0.022 0.099 0.930 TB 0.824 0.003 0.022 0.109 0.916 TB BMRI 0.779 0.027 0.142 0.094 1.015 TB 0.775 0.017 0.142 0.090 0.980 TB BNII 0.819 0.007 0.042 0.110 0.936 TB 0.796 0.012 0.042 0.110 0.928 TB BNLI 0.749 0.015 0.073 0.122 0.914 TB 0.727 0.014 0.073 0.119 0.888 TB
BSWD 0.917 0.035 0.486 0.112 1.419 TB 0.864 0.019 0.486 0.105 1.312 TB BVIC 0.956 0.004 0.222 0.108 1.188 TB 0.944 0.011 0.222 0.105 1.194 TB INPC 0.842 0.005 0.057 0.109 0.965 TB 0.833 0.004 0.057 0.106 0.951 TB
MAYA 0.889 0.007 0.174 0.118 1.100 TB 0.821 0.011 0.174 0.117 1.041 TB MEGA 0.755 0.017 0.086 0.112 0.932 TB 0.818 0.015 0.086 0.105 0.988 TB
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak BangkrutLampiran 10
Tabel 1 Perhitungan Model Fulmer Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 dan 2006
2005 2006H Prediksi V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 H Prediksi
11.152 TB 0.005 0.122 (0.042) 0.002 0.920 0.113 6.478 9.941 8.623 TB 7.825 TB (0.004) 0.127 0.024 0.016 0.904 0.109 6.733 10.845 9.716 TB 10.769 TB 0.042 0.109 0.337 0.039 0.898 0.200 8.245 10.284 10.492 TB 9.977 TB 0.005 0.107 0.218 0.027 0.916 0.223 8.222 8.988 8.898 TB 4.894 TB 0.021 0.110 0.156 0.015 0.916 0.124 6.524 9.351 8.154 TB 11.559 TB (0.004) 0.146 0.350 0.049 0.891 0.195 8.190 10.820 10.798 TB 18.872 TB 0.048 0.141 0.185 0.031 0.880 0.070 7.901 16.973 17.256 TB 8.430 TB (0.011) 0.147 (0.146) 0.012 0.905 0.025 6.125 9.063 7.186 TB 7.612 TB (0.008) 0.113 0.064 0.022 0.937 0.088 6.313 7.132 5.381 TB 11.990 TB 0.007 0.108 0.105 0.024 0.897 0.186 8.409 12.340 12.553 TB 11.663 TB 0.018 0.126 0.126 0.023 0.890 0.196 7.684 12.863 12.790 TB 5.392 TB (0.122) 0.135 0.124 0.015 0.900 0.201 7.578 10.697 9.608 TB 11.956 TB 0.031 0.123 0.589 0.032 0.881 0.070 5.988 13.222 12.026 TB 8.246 TB 0.029 0.124 0.089 0.020 0.850 0.029 6.303 17.328 16.499 TB 6.525 TB (0.045) 0.126 0.088 0.011 0.950 0.081 7.044 7.650 6.133 TB 12.691 TB 0.008 0.134 0.145 0.040 0.901 0.057 6.566 12.779 11.700 TB 4.593 TB 0.006 0.102 0.121 0.015 0.937 0.111 7.491 6.956 5.994 TB Sumber: Telah DiolahKeterangan: “TB” = Tidak BangkrutLampiran 10 (Lanjutan)
Tabel 2 Perhitungan Model Fulmer Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 dan 2008
2007 2008V6 V7 V8 H Prediksi V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 H Prediksi
0.129 6.476 9.920 8.621 TB 0.000 0.131 0.017 0.013 0.907 0.125 6.413 11.431 10.221 TB 0.132 6.803 9.483 8.348 TB (0.004) 0.120 0.007 0.017 0.920 0.081 6.798 9.659 8.402 TB 0.208 8.336 9.486 9.691 TB 0.052 0.093 0.330 0.035 0.907 0.214 8.389 9.174 9.449 TB 0.243 8.260 10.252 10.317 TB 0.002 0.096 0.127 0.026 0.923 0.216 8.302 9.356 9.295 TB 0.143 6.575 9.245 8.139 TB 0.034 0.090 0.115 0.015 0.908 0.151 6.566 10.634 9.697 TB 0.202 8.309 9.263 9.193 TB (0.002) 0.124 0.395 0.041 0.909 0.185 8.391 8.579 8.462 TB 0.080 7.938 16.125 16.421 TB 0.051 0.135 0.184 0.029 0.899 0.070 8.021 10.075 9.862 TB 0.030 6.130 10.543 8.761 TB (0.022) 0.122 (0.200) 0.011 0.916 0.032 6.176 8.437 6.483 TB 0.122 6.339 6.873 5.209 TB (0.003) 0.102 0.037 0.021 0.937 0.123 6.335 7.196 5.568 TB 0.217 8.482 8.502 8.474 TB 0.001 0.087 0.260 0.031 0.910 0.200 8.529 8.827 8.829 TB 0.200 7.706 13.634 13.677 TB 0.026 0.111 0.133 0.020 0.907 0.141 7.732 14.660 14.672 TB 0.224 7.597 11.198 10.303 TB (0.063) 0.101 0.179 0.017 0.921 0.224 7.732 8.704 7.920 TB 0.099 6.067 11.914 10.686 TB 0.034 0.097 0.110 0.042 0.790 0.089 6.134 26.085 26.086 TB 0.044 6.715 10.038 8.782 TB 0.024 0.097 0.110 0.013 0.903 0.035 6.748 11.453 10.359 TB 0.103 7.053 8.966 7.616 TB (0.039) 0.099 0.049 0.009 0.928 0.093 7.109 11.829 10.749 TB 0.066 6.651 31.071 31.578 TB 0.011 0.117 0.062 0.036 0.827 0.050 6.741 23.306 23.192 TB 0.199 7.543 7.330 6.683 TB 0.021 0.115 0.237 0.031 0.916 0.163 7.542 11.164 10.818 TB Sumber: Telah DiolahKeterangan: “TB” = Tidak BangkrutLampiran 10 (Lanjutan)
Tabel 3 Perhitungan Model Fulmer Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan Rata-Rata
2009 Rata-RataV6 V7 V8 H Prediksi V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 H Prediksi
0.150 6.475 14.249 13.363 TB 0.001 0.120 0.039 0.012 0.904 0.120 6.450 11.582 10.396 TB 0.089 6.810 9.565 8.345 TB 0.000 0.118 0.028 0.017 0.915 0.104 6.757 9.727 8.527 TB 0.209 8.442 9.204 9.542 TB 0.045 0.096 0.425 0.037 0.901 0.206 8.317 9.751 9.989 TB 0.194 8.328 10.290 10.318 TB 0.004 0.099 0.149 0.025 0.918 0.218 8.258 9.790 9.761 TB 0.177 6.590 10.843 10.027 TB 0.027 0.097 0.157 0.015 0.918 0.152 6.542 9.278 8.182 TB 0.155 8.438 8.926 8.824 TB (0.001) 0.129 0.365 0.044 0.900 0.179 8.283 9.850 9.768 TB 0.075 7.990 13.679 13.811 TB 0.051 0.139 0.211 0.037 0.873 0.073 7.935 15.068 15.244 TB 0.024 6.174 8.677 6.559 TB (0.013) 0.135 (0.275) 0.003 0.910 0.026 6.155 9.352 7.484 TB 0.125 6.371 7.830 6.262 TB (0.008) 0.109 0.043 0.022 0.931 0.114 6.309 7.653 6.006 TB 0.189 8.572 8.925 8.948 TB 0.004 0.090 0.183 0.025 0.944 0.194 8.480 10.091 10.159 TB 0.161 7.769 10.552 10.285 TB 0.022 0.110 0.121 0.019 0.901 0.183 7.713 12.708 12.617 TB 0.204 7.748 10.622 9.974 TB (0.120) 0.119 0.164 0.018 0.913 0.209 7.638 9.738 8.639 TB 0.073 6.187 23.852 23.672 TB 0.031 0.105 0.432 0.038 0.849 0.094 6.069 17.617 16.885 TB 0.020 6.862 11.823 10.782 TB 0.022 0.105 0.111 0.013 0.900 0.031 6.591 12.080 10.934 TB 0.095 7.190 10.156 9.035 TB (0.041) 0.106 0.071 0.010 0.942 0.092 7.086 9.322 8.012 TB 0.042 6.857 17.588 17.038 TB 0.008 0.117 0.080 0.036 0.855 0.054 6.663 19.702 19.240 TB 0.201 7.598 10.660 10.447 TB 0.013 0.105 0.205 0.024 0.927 0.153 7.515 8.379 7.707 TB 0.171 7.569 13.486 13.480 TB 0.017 0.105 0.132 0.017 0.893 0.147 7.450 13.961 13.714 TB 0.162 7.881 15.695 15.801 TB - 0.098 0.140 0.032 0.858 0.145 7.708 18.075 18.240 TB Sumber: Telah DiolahKeterangan: “TB” = Tidak BangkrutLampiran 11
Tabel 1 Perhitungan Model Grover Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007
2005 2006 2007X3 ROA Score Prediksi X1 X3 ROA Score Prediksi X1 X3 ROA Score Prediksi
0.014 0.010 1.583 TB 0.856 (0.003) (0.005) 1.458 TB 0.852 0.005 0.004 1.481 TB 0.002 0.002 1.487 TB 0.855 0.002 0.002 1.475 TB 0.818 0.005 0.004 1.425 TB 0.034 0.024 1.464 TB 0.779 0.034 0.024 1.459 TB 0.774 0.029 0.021 1.434 TB 0.014 0.014 1.288 TB 0.749 0.018 0.012 1.354 TB 0.731 0.008 0.005 1.291 TB 0.014 0.010 1.461 TB 0.863 0.013 0.009 1.525 TB 0.846 0.012 0.009 1.494 TB 0.046 0.031 1.565 TB 0.786 0.038 0.028 1.483 TB 0.784 0.038 0.021 1.480 TB 0.040 0.030 1.678 TB 0.901 0.022 0.017 1.619 TB 0.882 0.034 0.025 1.628 TB (0.040) (0.040) 1.240 TB 0.752 (0.014) (0.014) 1.251 TB 0.788 0.001 0.001 1.358 TB 0.002 0.002 1.384 TB 0.826 0.004 0.004 1.434 TB 0.817 0.003 0.003 1.416 TB 0.004 0.002 1.366 TB 0.784 0.011 0.009 1.387 TB 0.756 0.020 0.014 1.373 TB 0.015 0.015 1.359 TB 0.782 0.014 0.014 1.394 TB 0.783 0.012 0.008 1.389 TB 0.011 0.005 1.317 TB 0.727 0.012 0.008 1.298 TB 0.709 0.018 0.013 1.289 TB 0.016 0.011 1.470 TB 0.806 0.012 0.009 1.428 TB 0.886 0.011 0.008 1.556 TB 0.013 0.010 1.680 TB 0.947 0.013 0.011 1.664 TB 0.929 0.012 0.010 1.630 TB 0.003 0.003 1.448 TB 0.843 0.004 0.003 1.463 TB 0.818 0.004 0.002 1.420 TB 0.008 0.008 1.314 TB 0.780 0.015 0.014 1.395 TB 0.831 0.014 0.011 1.474 TB 0.011 0.007 1.553 TB 0.867 0.008 0.005 1.513 TB 0.778 0.021 0.015 1.414 TB Sumber: Telah DiolahKeterangan: “TB” = Tidak BangkrutLampiran 11 (Lanjutan)
Tabel 2 Perhitungan Model Grover Lembaga Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008, 2009, dan Rata-Rata
2008 2009 Rata-RataScore Prediksi X1 X3 ROA Score Prediksi X1 X3 ROA Score Prediksi
1.463 TB 0.829 0.003 0.003 1.435 TB 0.856 0.004 0.003 1.484 TB 1.491 TB 0.858 0.002 0.001 1.479 TB 0.852 0.002 0.002 1.471 TB 1.433 TB 0.776 0.083 0.022 1.619 TB 0.776 0.042 0.022 1.482 TB 1.349 TB 0.784 0.013 0.009 1.393 TB 0.749 0.013 0.009 1.335 TB 1.476 TB 0.809 0.011 0.008 1.430 TB 0.835 0.012 0.009 1.477 TB 1.488 TB 0.827 0.024 0.019 1.504 TB 0.802 0.036 0.025 1.504 TB 1.582 TB 0.867 0.017 0.017 1.544 TB 0.887 0.026 0.021 1.610 TB 1.309 TB 0.842 (0.050) (0.050) 1.275 TB 0.795 (0.024) (0.024) 1.287 TB 1.438 TB 0.842 0.003 0.003 1.456 TB 0.824 0.003 0.003 1.426 TB 1.409 TB 0.779 0.027 0.018 1.433 TB 0.775 0.017 0.012 1.394 TB 1.482 TB 0.819 0.007 (0.001) 1.431 TB 0.796 0.012 0.009 1.411 TB 1.279 TB 0.749 0.015 0.009 1.343 TB 0.727 0.014 0.009 1.305 TB 1.596 TB 0.917 0.035 0.026 1.691 TB 0.864 0.019 0.014 1.548 TB 1.633 TB 0.956 0.004 0.002 1.649 TB 0.944 0.011 0.008 1.651 TB 1.430 TB 0.842 0.005 0.003 1.465 TB 0.833 0.004 0.003 1.445 TB 1.510 TB 0.889 0.007 0.006 1.549 TB 0.821 0.011 0.009 1.448 TB 1.454 TB 0.755 0.017 0.014 1.362 TB 0.818 0.015 0.011 1.459 TB Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak BangkrutLampiran 12
Tabel 1 Perbandingan antara Model Internal Growth Rate (IGR) dengan Kebijakan Bank Indonesia
IGR
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
AGRO B B B B B B TB
BABP B B B B B B TB
BBCA TB TB TB TB TB TB TB
BBNI B B B B B B TB
BBNP B B B B B B TB
BBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB B B TB TB
BEKS B B B B B B TB
BKSW B B B B B B TB
BMRI B B B B TB B TB
BNII TB B B B B B TB
BNLI B B B B B B TB
BSWD B B B B TB B TB
BVIC B B B B B B TB
INPC B B B B B B TB
MAYA B B B B B B TB
MEGA B B B B B B TB
Kebijakan Bank Indonesia
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “TB” = Tidak Bangkrut
Lampiran 13
Tabel 1 Perbandingan antara Model Altman’s Z-Score dengan Kebijakan Bank Indonesia
Altman
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-RataAGRO B B B B B B TB
BABP B B B B B B TB
BBCA B B B B B B TB
BBNI B B B B B B TB
BBNP B B B B B B TB
BBRI B B B B B B TB
BDMN B B B B B B TB
BEKS B B B B B B TB
BKSW B B B B B B TB
BMRI B B B B B B TB
BNII B B B B B B TB
BNLI B B B B B B TB
BSWD B B B B B B TB
BVIC B B B B B B TB
INPC B B B B B B TB
Kebijakan Bank Indonesia
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak Bangkrut
Lampiran 14Tabel 1 Perbandingan antara Model Springate dengan Kebijakan Bank Indonesia
Springate
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
AGRO TB TB TB TB TB TB TB
BABP TB TB TB TB TB TB TB
BBCA TB TB TB TB TB TB TB
BBNI TB TB B TB TB TB TB
BBNP TB TB TB TB TB TB TB
BBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB TB TB TB TB
BEKS B B TB B B B B
BKSW TB TB TB TB TB TB TB
BMRI TB TB TB TB TB TB TB
BNII TB TB TB TB TB TB TB
BNLI TB TB TB B TB TB TB
BSWD TB TB TB TB TB TB TB
BVIC TB TB TB TB TB TB TB
INPC TB TB TB TB TB TB TB
MAYA TB TB TB TB TB TB TB
Kebijakan Bank Indonesia
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “B” = Bangkrut dan “TB” = Tidak Bangkrut
Lampiran 15Tabel 1 Perbandingan antara Model Fulmer dengan Kebijakan Bank Indonesia
Fulmer
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-RataAGRO TB TB TB TB TB TB TB
BABP TB TB TB TB TB TB TB
BBCA TB TB TB TB TB TB TB
BBNI TB TB TB TB TB TB TB
BBNP TB TB TB TB TB TB TB
BBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB TB TB TB TB
BEKS TB TB TB TB TB TB TB
BKSW TB TB TB TB TB TB TB
BMRI TB TB TB TB TB TB TB
BNII TB TB TB TB TB TB TB
BNLI TB TB TB TB TB TB TB
BSWD TB TB TB TB TB TB TB
BVIC TB TB TB TB TB TB TB
INPC TB TB TB TB TB TB TB
MAYA TB TB TB TB TB TB TB
Kebijakan Bank Indonesia
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “TB” = Tidak Bangkrut
Lampiran 16Tabel 1 Perbandingan antara Model Grover dengan Kebijakan Bank Indonesia
Grover
BankHasil dari Model Prediksi Kebangkrutan
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata
AGRO TB TB TB TB TB TB TB
BABP TB TB TB TB TB TB TB
BBCA TB TB TB TB TB TB TB
BBNI TB TB TB TB TB TB TB
BBNP TB TB TB TB TB TB TB
BBRI TB TB TB TB TB TB TB
BDMN TB TB TB TB TB TB TB
BEKS TB TB TB TB TB TB TB
BKSW TB TB TB TB TB TB TB
BMRI TB TB TB TB TB TB TB
BNII TB TB TB TB TB TB TB
BNLI TB TB TB TB TB TB TB
BSWD TB TB TB TB TB TB TB
BVIC TB TB TB TB TB TB TB
INPC TB TB TB TB TB TB TB
MAYA TB TB TB TB TB TB TB
Kebijakan Bank Indonesia
Sumber: Telah DiolahKeterangan: “TB” = Tidak Bangkrut