skripsi aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ... · pdf fileskripsi diajukan untuk...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN
MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN
MEDAN BELAWAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: MUHAMMAD FADHLAN
NIM. 061233310038
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal ini diajukan oleh Muhammad Fadhlan, NIM. 061233310038
Program S-1 Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Medan
Diajukan Untuk Diseminarkan
Medan, September 2010
Mengetahui: Disetujui:
Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing
Drs. W. Lumbantoruan, M. Si Drs. H. Restu, MS
NIP. 19561008 198303 1 002 NIP. 19610719 198703 1 001
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang diajukan oleh Muhammad Fadhlan
NIM. 061233310038, Jurusan Pendidikan Geografi
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
dalam Ujian Mempertahankan Skripsi
Medan, Mei 2011
Mengetahui: Disetujui:
Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing
Drs. W. Lumbantoruan, M. Si Drs. H. Restu, MS
NIP. 19561008 198303 1 002 NIP. 19610719 198703 1 001
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Skripsi oleh Muhammad Fadhlan, NIM. 061233310038
Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Pada Tanggal 5 Agustus 2011
TIM PENGUJI
Drs. H. Restu, MS
Pembimbing
Drs. Mbina Pinem, M. Si
Penguji
Dra. Rosni, M. Pd
Penguji
Dra. Elfayetti, M. P
Penguji
Disetujui dan Disahkah Pada Tanggal Agustus 2011
Panitia Ujian
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Jurusan
Unuversitas Negeri Medan Pendidikan Geografi
Drs. H. Restu, MS Drs. W. Lumbantoruan, M. Si
NIP. 19610719 198703 1 001 NIP. 19561008 198303 1 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Penduduk Terhadap Kerusakan
Ekosistem Hutan Mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan”.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kapada kedua orang tua yang sangat kusayangi, ibunda
tercinta Nurhafnun dan ayahanda tercinta Djumadi yang telah memberikan cinta
dan kasih sayangnya. Serta kepada kakanda dan abangda tersayang Isna Fitria dan
Fakhri Zuhdi yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu dan memotivasi
penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak
Drs. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan juga kepada Bapak
Drs. Kamarlin Pinem, M. Si sebagai Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama perkuliahan.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis selama ini, yakni:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Drs. Sugiharto, M. Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial.
3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Geografi.
4. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Geografi.
5. Bapak Drs. Mbina Pinem, M. Si sebagai tim penguji dalam ujian
mempertahankan skripsi.
6. Ibu Dra. Rosni, M. Pd sebagai tim penguji dalam ujian mempertahankan
skripsi.
7. Ibu Dra. Elfayetti, M. P sebagai tim penguji dalam ujian mempertahankan
skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan di Jurusan Pendidikan Geografi tercinta ini.
9. Bapak Kepala BALITBANG Kota Medan yang telah memberikan izin resmi
untuk melakukan penelitian skripsi.
10. Bapak Camat Medan Belawan yang telah memberikan izin resmi untuk
melakukan penelitian skripsi.
11. Bapak Lurah Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang telah memberikan
izin resmi untuk melakukan penelitian skripsi ke daerah penelitian.
12. Teman-teman tercinta dalam satu kelas maupun satu jurusan di Jurusan
Pendidikan Geografi yang telah banyak membantu dan kebersamaanya selama
perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
13. Kakanda dan abangda tercinta dalam satu jurusan di Jurusan Pendidikan
Geografiyang telah banyak membantu dan selama perkuliahan dan
penyelesaian skripsi.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat rekonstruktif demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan
mendapat balasan dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Amin…
Medan, 25 Juli 2011
Muhammad Fadhlan NIM. 061233310038
ABSTRAK Muhammad Fadhlan. NIM 061233310038. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Juni 2011. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unimed. Penelitian dalam aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove bertujuan untuk (1) mengetahui kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan; (2) mengetahui aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan; dan (3) mengetahui upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
Populasi sasaran adalah seluruh wilayah administrasi Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Alat pengumpul data yang dipakai adalah observasi, angket, studi kepustakaan dan studi dokumentasi yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dalam aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove menunjukkan bahwa (1) kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dengan luas kerusakan hutan mangrove 94 Ha (75,20%) dari luas seluruh hutan mangrove 125 Ha, tetapi kerusakan hutan mangrove tergolong kondisi berat 72 Ha (76,60%) dari luas kerusakan hutan mangrove 94 Ha; (2) aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan berupa pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi lahan pertambakan dan lahan untuk pembangunan, serta pemanfaatan sumberdaya yang terkandung dalam ekosistem hutan mangrove, baik pohon mangrove maupun biota laut yang terdapat disana; dan (3) upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan partisipasi penduduk dalam penanaman kembali (reboisasi) sebanyak 50.000 pohon di daerah lahan garapan di Lingkungan VI dan lahan pertambakan di Lingkungan XV pada bulan Mei – Juni 2011.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Fadhlan
NIM : 061233310038
Jurusan : Pendidikan Geografi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial
menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan/plagiasi, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Medan, 20 Juni 2011
Saya yang membuat pernyataan,
Muhammad Fadhlan
NIM. 061233310038
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………… ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………... iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN…………………. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………. v
ABSRTAK……………………………………………………………… viii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………….. ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xiv
DAFTAR PETA………………………………………………………... xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………. 5
C. Pembatasan Masalah………………………………………….... 5
D. Rumusan Masalah…………………………………………….... 6
E. Tujuan Penelitian……………………………………………..... 6
F. Manfaat Penelitian……………………………………………… 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori………………………………………………..... 8
1. Hutan Mangrove…………………………………………… 8
2. Kondisi Fisik Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove……. 11
3. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan
Ekosistem Hutan Mangrove……………………………….. 16
4. Upaya Pelestarian Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove
Akibat Aktivitas Ekonomi Penduduk……………………... 19
B. Kerangka Berpikir……………………………………………… 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian……………………………………………….. 24
B. Populasi dan Sampel……………………………………………. 24
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…………………... 26
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 28
E. Teknik Analisa Data……………………………………………. 29
BAB IV DESKRIPSI GEOGRAFI LOKASI PENELITIAN
A. Kelurahan Bagan Deli …………………………………………. 30
1. Sejarah……………………………………………………... 30
2. Fisik………………………………………………………… 31
3. Non-fisik…………………………………………………… 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian…………………………………………………. 48
1. Kondisi Fisik Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan……….. 49
2. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan
Ekosistem Hutan Mangrove Di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan……………………………….. 53
3. Upaya Pelestarian Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove
Akibat Aktivitas Ekonomi Penduduk Di Kelurahan Bagan
Deli Kecamatan Medan Belawan………………………….. 60
B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………... 63
1. Kondisi Fisik Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan……….. 63
2. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan
Ekosistem Hutan Mangrove Di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan……………………………….. 65
3. Upaya Pelestarian Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove
Akibat Aktivitas Ekonomi Penduduk Di Kelurahan Bagan
Deli Kecamatan Medan Belawan………………………….. 72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 74
B. Saran………………………………………………………….... 75
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….. 79
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. 120
DAFTAR TABEL
No. Uraian Halaman 1. Kriteria Ekosistem Hutan Mangrove......................................................... 13 2. Beberapa Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Dampak Potensial Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove...................... 18 3. Luas Wilayah Untuk Setiap Lingkungan di Kelurahan Bagan Deli.......................................................................... 32 4. Fasilitas Pendidikan Menurut Jumlah Sekolah di Kelurahan Bagan Deli............................................................ 36 5. Penggunaan Lahan di Kelurahan Bagan Deli.......................................... 38 6. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Bagan Deli........................................................... 39 7. Aktivitas Ekonomi Penduduk Menurut Jenisnya di Kelurahan Bagan Deli........................................................... 41 8. Jumlah Lokasi Bangunan Usaha di Kelurahan Bagan Deli......................................................................... 42 9. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Bagan Deli......................................................................... 43 10. Luas Lahan Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove Menurut Tingkat Kondisi di Kelurahan Bagan Deli............................... 49 11. Luas Lahan Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove Menurut Tingkat Kerusakan di Kelurahan Bagan Deli........................... 50 12. Pengalihfungsian Lahan Kawasan Hutan Mangrove Menjadi Lahan Pertambakan di Kelurahan Bagan Deli.......................... 55 13. Pengalihfungsian Lahan Kawasan Hutan Mangrove Menjadi Lahan Pembangunan di Kelurahan Bagan Deli........................ 58 14. Identitas Responden Sebagai Sampel Penelitian Di Kelurahan Bagan Deli........................................................................ 94 15. Nilai Harga Kritik Tes Chi Square (X2)............................................. .... 101
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Halaman 1. Skema Kerangka Berpikir........................................................................... 23 2. Variabel Penelitian...................................................................................... 26 3. Kantor Kelurahan Bagan Deli…………………………………………… 44 4. Ekosistem Hutan Mangrove Dalam Kondisi Baik………………………. 51 5. Ekosistem Hutan Mangrove Dalam Kondisi Rusak……………………... 52 6. Tambak Ikan Milik Penduduk Setempat……………………………….... 56 7. Tambak Udang Milik Penduduk Setempat…………………………….... 57 8. Tambak Kepiting Milik Penduduk Setempat………………………….... 57 9. Permukiman Penduduk di Kelurahan Bagan Deli………………………. 60 10. Gedung Sekolah SMA Negeri 20 Medan di Kelurahan Bagan Deli……. 60 11. Industri PT. Pertamina di Kelurahan Bagan Deli……………………….. 61 12. Industri PT. Semen Padang di Kelurahan Bagan Deli………………...... 61 13. Industri PT. Ecogreen Oleochemical di Kelurahan Bagan Deli............... 62 14. Industri PT. Bakrie Group di Kelurahan Bagan Deli............................... 62 15. Industri PT. Waruna Nusa Sentana di Kelurahan Bagan Deli.................. 63 16. Pelabuhan Internasional Belawan Dermaga Kapal Niaga
Di Kelurahan Bagan Deli………………………………………………. 63 17. Obyek Wisata Pantai Olo beserta Restoran Ocean Pasific di Kelurahan Bagan Deli………………………………………………. 64 18. Lokasi Penanaman Kembali (Reboisasi) Pohon Mangrove
di Lahan Garapan Lingkungan VI Kelurahan Bagan Deli……………… 68 19. Penanaman Kembali (Reboisasi) Pohon Mangrove di Lahan Pertambakan Lingkungan XV……………………………….. 69
DAFTAR PETA
No. Uraian Halaman 1. Peta Administrasi Kota Medan…………………………………………. 45 2. Peta Kecamatan Medan Belawan………………………………………. 46 3. Peta Kelurahan Bagan Deli……………………………………………... 47 4. Peta Pesebaran Vegetasi Hutan Mangrove di Kelurahan Bagan Deli……………………………………………….. 53
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Halaman 1. Lembar Observasi……………………………………………………… 79 2. Angket Penelitian……………………………………………………… 85 3. Perhitungan Jumlah Sampel Dari Populasi…………………………… 91 4. Tabel 14: Identitas Responden Sebagai Sampel Penelitian di Kelurahan Bagan Deli....................................................................... 94 6. Tabel 15: Nilai Harga Kritik Tes Chi Square (X2)................................. 101 7. Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi……………………… 102 8. Nota Tugas……………………………………………………………. 103 5. Surat Permohonan Judul Skripsi……………………………………… 104 6. Surat Izin Studi Pendahuluan……………………………………….... 105 7. Undangan Seminar………………………………………………….... 106 8. Daftar Hadir Mahasiswa Dalam Seminar Proposal Penelitian……….. 107 9. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian……………………………. 108 10. Lembar Perbaikan Seminar Proposal Penelitian……………………… 112 11. Persetujuan Penelitian….……………………………………… 113 12. Surat Penerbitan Izin Penelitian………………………………………. 114 13. Surat Izin Mengadakan Penelitian…………………………………….. 115 14. Surat Keterangan Izin Penelitian dari BALITBANG…………………. 116 15. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Kecamatan Medan Belawan…. 117 16. Surat Keterangan Setelah Selesai Melaksanakan Penelitian di Kelurahan Bagan Deli…………………………………… 118 17. Undangan Ujian Mempertahankan Skripsi……………………………. 119
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara
kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari
81.000 km, serta letaknya yang sangat startegis di antara dua benua dan dua
samudra yang dilalui garis khatulistiwa (ekuator). Selain itu, Indonesia memiliki
sumberdaya laut dan pesisir yang melimpah di seluruh wilayah sekitar garis pantai
Indonesia, baik hayati maupun nonhayati. Salah satu sumberdaya laut dan pesisir
yang terdapat di Indonesia adalah ekosistem hutan mangrove yang berada hampir
di setiap wilayah pesisir dan garis pantai Indonesia.
Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem ekologi yang terdiri dari
komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur (Bengen, 2000). Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah
perubahan fisik biotik maupun abiotik di dalam ekosistem hutan mangrove
menjadi tidak utuh lagi atau rusak yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor
manusia (Tirtakusumah, 1994). Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan
mangrove disebabkan oleh aktivitas manusia dalam pendayagunaan sumberdaya
alam wilayah pantai tidak memperhatikan kelestarian, seperti; penebangan untuk
keperluan kayu bakar yang berlebihan, tambak, permukiman, industri dan
pertambangan (Permenhut, 2004).
Luas ekosistem hutan mangrove yang ada di Indonesia sekitar 4.251.011
Ha yang tersebar di beberapa pulau, seperti Sumatera, Jawa dan Bali, Nusa
Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua/Irian yang dimana
persebaran ekosistem hutan mangrove terbesar terdapat di Papua/Irian (± 65%) dan
Sumatera (± 15%) (WCMC “World Conservation Monitoring Centre”, 1992).
Tetapi, lebih dari setengah luas ekosistem hutan mangrove yang ada di Indonesia
ternyata dalam kondisi rusak parah, diantaranya 1,6 juta Ha dalam kawasan hutan
dan 3,7 juta Ha di luar kawasan hutan (Ginting, 2006).
Ginting (2006) menyatakan bahwa:
Kerusakan ekosistem hutan mangrove Sumatera Utara yang paling tinggi berada di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, yaitu Kota Tanjung Balai (Kabupaten Asahan) yang mencapai 12.900 Ha (89,6%) dari 14.400 Ha. Kemudian Kecamatan Medan Belawan (Kota Medan) sebesar 150 Ha (71,8%) dari 250 Ha, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai 12.400 Ha (62%) dari 20.000 Ha, dan Kabupaten Langkat 25.300 Ha (60%) dari 35.300 Ha. Tetapi kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Labuhan Batu hanya 500 Ha (29,4%) dari 1.700 Ha. Sedangkan di wilayah Pantai Barat Sumatera Utara, kerusakan ekosistem hutan mangrove masih sangat kecil. Seperti di Kabupaten Tapanuli Tengah hanya 250 Ha (13,9%) dari 1.800 Ha, Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 200 Ha (6,9%) dari 2.900 Ha, dan Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan hanya 650 Ha (9,1%) dari 7.200 Ha. Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan di Kecamatan Medan Belawan seluas 150 Ha (71,8%) dari 250 Ha (http://www.hariansib.com/?p=10858, 2010).
Pada awalnya hampir seluruh daerah Kelurahan Bagan Deli terdiri dari
kawasan ekosistem hutan mangrove. Akan tetapi seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk, maka banyak penduduk dari berbagai daerah bermigrasi ke
Kelurahan Bagan Deli sehingga jumlah penduduk di Kelurahan Bagan Deli
semakin bertambah. Ditambah lagi Kelurahan Bagan Deli termasuk wilayah jalur
lalu lintas laut internasional Selat Malaka dan memiliki Pelabuhan Belawan
sebagai pelabuhan internasional sehingga semakin banyak penduduk bermigrasi
dan bertempat tinggal di Kelurahan Bagan Deli. Akibatnya terjadi
pengalihfungsian lahan hutan mangrove dan pemanfaatan sumberdaya hutan
mangrove secara besar-besaran untuk kepentingan penduduk sehingga kawasan
ekosistem hutan mangrove semakin berkurang. Oleh sebab itu, kawasan
eksosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli mengalami kerusakan
seluas 18 Ha (78,26%) dari luas keseluruhan 23 Ha (Kantor Kelurahan Bagan
Deli 2010).
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu
negara (Republik Indonesia) selama enam bulan atau lebih, atau mereka yang
berdomisili kurang dari enam bulan tetapi dengan tujuan menetap (Badan Pusat
Statistik, 2000:31). Aktivitas penduduk merupakan suatu wujud kegiatan atau
tindakan yang memiliki pola tertentu dari manusia di dalam penduduk yang dapat
menimbulkan wujud kebudayaan. Aktivitas penduduk terdiri dari berbagai macam
bidang, yaitu bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Untuk aktivitas ekonomi
penduduk terdiri dari pangan dan sandang, tempat tinggal/perumahan,
pendapatan/penghasilan dan pekerjaan/mata pencaharian (Melly, 1989).
Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem hutan
mangrove disebabkan oleh faktor manusia berupa aktivitas ekonomi penduduk
yang memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di dalam ekosistem hutan
mangrove tersebut. Aktivitas ekonomi penduduk yang menyebabkan kerusakan
ekosistem hutan mangrove, yaitu pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan
mangrove menjadi lahan pertambakan, pertanian, perumahan, permukiman, dan
raklamasi pantai untuk kawasan rekreasi atau pariwisata. Selain itu, pohon
mangrove dimanfaatkan sebagai bahan bakar (kayu bakar, arang dan alkohol),
bahan bangunan (balok perancah, atap rumah, tonggak, dan badan kapal) dan
bahan baku industri (makanan, minuman, pupuk, obat-obatan dan kertas)
(Saenger, 1983).
Ekosistem hutan mangrove yang sudah dieksploitasi oleh aktivitas
ekonomi penduduk biasanya tidak dilakukan upaya pelestariannya sehingga
ekosistem hutan mangrove akan terus-menerus mengalami kerusakan dan
akhirnya menjadi punah. Untuk ekosistem hutan mangrove yang mengalami
kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi penduduk perlu dilakukan
upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove oleh pemerintah dan
masyarakat dengan konservasi, reboisasi, dan rehabilitasi hutan mangrove.
Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove yang dilakukan oleh
pemerintah biasanya dilakukan oleh Departemen Kehutanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan maupun dari Pemerintah daerah setempat kemudian
dibantu oleh masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian
lingkungan alam.
Terkait dengan permasalahan-permasalahan diatas, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh aktivitas ekonomi penduduk
terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang terkait dengan pengaruh aktivitas penduduk
terhadap ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan, yaitu: (1). Kondisi fisik ekosistem hutan mangrove; (2). Fungsi dan
manfaat ekosistem hutan mangrove; (3). Kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan
mangrove; (4). Aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan
mangrove; dan (5). Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat
aktivitas ekonomi penduduk.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove, aktivitas ekonomi
penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove, dan upaya pelestarian
kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini yang
menjadi perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan?
2. Bagaimana aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan
mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan?
3. Bagaimana upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat
aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
2. Untuk mengetahui aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem
hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
3. Untuk mengetahui upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove
akibat aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah dan swasta di Kecamatan
Medan Belawan, Kota Medan khususnya di Kelurahan Bagan Deli dalam
mengambil kebijakan tentang pelestarian kerusakan ekosistem hutan
mangrove.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk yang berdomisili
di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.
3. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah
berbentuk skripsi.
4. Sebagai bahan pembanding bagi penulis lain untuk meneliti masalah yang
sama pada waktu dan daerah yang berbeda.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Hutan Mangrove
Menurut etimologi (asal kata), kata “mangrove” berasal berasal dari kata
“Mangue” (Bahasa Prancis) dan kata “at Grove” (Bahasa Inggris) yang artinya
komunitas tanaman yang tumbuh di daerah berlumpur dan pada umumnya
ditumbuhi oleh sejenis pohon bakau (Rhizophera sp) (Davis, 1940). Hutan
mangrove merupakan hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara
teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruh oleh iklim sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di
bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih
dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen
Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000). Noor (1999) memberikan batasan tentang
hutan mangrove bahwa hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah
alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut serta ciri dari hutan ini terdiri dari tegakan pohon Rhizhophor, Bruguiera,
Sonneratia, Nypa, Avicennia, Ceriops, Lumnitzera, Aegiceras, Xylocarpus dan
Scyphyphora.
Menurut Bengen (2000), Indonesia memiliki vegetasi hutan mangrove
yang keragaman jenis yang tinggi. Jumlah jenis yang tercatat mencapai 202 jenis
yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1
jenis sikas yang dimana dalam hutan mangrove, paling tidak terdapat salah satu
jenis tumbuhan mangrove sejati, yang termasuk ke dalam empat famili:
Rhizoporaceae (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops), Sonneratiaceae
(Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia), dan Meliaceae (Xylocarpus). Sugiarto
(1996) menyatakan bahwa di dalam ekosistem hutan mangrove terdapat berbagai
macam jenis tumbuhan mangrove, yaitu Bakau (Rhizophora mucronata), Tanjang
(Bruguiera gymnorrizha), Tenngar (Ceriops tagal), Perapat/Bogem/Pedada
(Sonneratia alba), Api-Api (Avicennia marina), Niri/Nyiri (Xylocarpus
moluccensis), Bayur Laut/Cerlang Laut (Heritiera littoralis), Kayu Kuda
(Dolichaudrone spathacea), Terutum (Lumnitzera littorea), Perepat
Kecil/Gedangan/Tanggung (Aegiceras cornoculatum), Jeruju (Acanthus
ilicifolius), Kayu Buta-Buta (Excoecaria agallocha), Paku Laut (Acrostichum
aureum), Gelang Laut/Gelang Pasir (Sasuvium portulacastrum), Alur (Sueda
maritima), Tuba Laut (Derris heterophylla), Gambir Laut (Chlerodendron
inerme), Triantheum portulacastrum dan Phyla nodiflora.
Menurut Chapman (1984) bahwa flora yang terdapat dalam ekosistem
hutan mangrove dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu; (1). Flora
mangrove inti, yakni flora mangrove yang mempunyai peran ekologi utama dalam
formasi hutan mangrove, contoh: Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia,
Sonneratia, Avicennia, Nypa, Xylocarpus, Derris, Acanthus, Lumnitzera,
Scyphiphora, Smythea dan Dolichandrone; dan (2). Flora mangrove peripheral
(pinggiran), yaitu flora mangrove yang secara ekologi berperan dalam formasi
hutan mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalam formasi hutan
lain, contoh: Excoecaria agallocha, Acrostichum aureum, Cerbera manghas,
Heritiera littorelis, Hibiscus tiliaceus, dan lain-lain. Flora mangrove umumnya di
dalam ekosistem hutan mangrove tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir
pantai sampai pedalaman daratan yang terbentuk bisa berupa zonasi yang
sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa
zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan yang
mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi
lingkungan (Saenger, 1983).
Saenger (1983); Salim (1986); dan Naamin (1990) menyatakan bahwa
fungsi ekosistem mangrove mencakup: (1) Fungsi fisik; menjaga garis pantai agar
tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut; dan
mengolah bahan limbah, (2) Fungsi biologis ; tempat pembenihan ikan, udang,
tempat pemijahan beberapa biota air; tempat bersarangnya burung; habitat alami
bagi berbagai jenis biota, dan (3) Fungsi ekonomi sebagai sumber bahan bakar
(arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, dan bahan bangunan.
Saenger, (1983) juga merinci hasil-hasil produk dari ekosistem hutan mangrove,
antara lain; bahan bakar (kayu bakar, arang dan alkohol), bahan bangunan (balok
perancah, bangunan, jembatan, balok rel kereta api, pembuatan kapal, tonggak dan
atap rumah), pertanian (makanan ternak, pupuk dan sebagainya), perikanan (tiang-
tiang untuk perangkap ikan, pelampung jaring, pengeringan ikan, bahan
penyamak jaring dan lantai), dan bahan baku industri (makanan, minuman, obat-
obatan, kertas, dan sebagainya). Berdasarkan pada KMNL (1995/1996) bahwa
potensi ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat, yaitu (1).
Membantu mencegah terjadinya abrasi laut; (2). Mengatur keseimbangan antara
ketersediaan garam dan air tawar dalam memelihara ekosistem; (3). Akar pohon
mangrove dapat menahan gerakan pasang surut air laut; (3). Sebagai sumber
makanan, tempat berlindung dan tempat bereproduksi bagi hewan laut dan satwa
liar darat; dan (4). Sebagai sumber bahan bakar, bahan bangunan dan bahan baku
industri kimia. Dilihat dari segi ekonomi, ekosistem hutan mangrove sangat
berfungsi dan bermanfaat bagi kehidupan manusia terutama penduduk setempat
yang berdomisili di dekat ekosistem hutan mangrove, misalnya sebagai sumber
pendapatan/penghasilan tambahan atau sebagai sumber mata
pencaharian/pekerjaan sampingan penduduk setempat (Anwar dan Gunawan,
2007).
2. Kondisi Fisik Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove
Sumberdaya alam ekosistem mangrove termasuk dalam sumber daya
wilayah pesisir, merupakan sumber daya yang bersifat alami dan dapat
diperbaharui (renewable resources) yang harus dijaga keutuhan fungsi dan
kelestariannya, supaya dapat menunjang pembangunan dan dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan pengelolaan yang lestari. Menurut
Dahuri (2003), ada tiga parameter lingkungan utama yang menentukan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove, yaitu suplai air tawar dan
salinitas, pasokan nutrien, dan stabilitas substrat.
Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan kondisi fisik
biotik maupun abiotik di dalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi
(rusak) yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia (Tirtakusumah,
1994). Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh
aktivitas manusia dalam pendayagunaan sumberdaya alam wilayah pantai tidak
memperhatikan kelestarian, seperti; penebangan untuk keperluan kayu bakar yang
berlebihan, tambak, permukiman, industri dan pertambangan (Permenhut, 2004).
Bengen (2001) menjelaskan bahwa kerusakan ekosistem hutan mangrove
dikarenakan adanya fakta bahwa sebagian manusia dalam memenuhi keperluan
hidupnya dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari
adanya alih fungsi lahan ekosistem hutan mangrove menjadi tambak, pemukiman,
industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai
keperluan. Hal itu dikarenakan memang pada dasarnya hutan mangrove memiliki
fungsi ekonomi antara lain sebagai penghasil keperluan rumah tangga, penghasil
keperluan industri, dan penghasil bibit.
Khomsin (2005: 190) menyatakan bahwa:
Kerusakan alamiah ekosistem hutan mangrove timbul karena peristiwa alam seperti adanya gelombang besar pada musim angin timur dan musim kemarau yang berkepanjangan sehingga dapat menyebabkan akumulasi garam dalam tanaman. Selain itu, Gelombang besar dapat menyebabkan tercabutnya tanaman muda atau tumbangnya pohon, serta menyebabkan erosi tanah tempat bakau tumbuh. Kekeringan yang berkepanjangan bisa menyebabkan kematian pada vegetasi mangrove dan menghambat pertumbuhannya.
Konversi hutan mangrove terus meningkat untuk dijadikan lahan pertanian
atau tambak ikan/udang, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas
ekosistem tersebut (Dave, 2006; Prima-vera, 2005). Menurut Irwanto (2008)
bahwa banyak kegiatan manusia di sekitar kawasan ekosistem hutan mangrove
yang berakibat perubahan karakteristik fisik dan kimiawi di sekitar habitat hutan
mangrove sehingga tempat tersebut tidak lagi sesuai bagi kehidupan dan
perkembangan flora dan fauna di dalam ekosistem hutan mangrove. Menurut
Soesanto (1994) bahwa dalam usaha pengembangan ekonomi kawasan mangrove
seperti pembangkit tenaga listrik, lokasi rekreasi, pemukiman dan sarana
perhubungan serta pengembangan pertanian pangan, perkebunan, perikanan dan
kehutanan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan kelestarian
sumber daya wilayah pesisir. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan
tuntutan untuk mendayagunakan sumberdaya mangrove terus meningkat.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan
Mangrove, maka kondisi ekosistem hutan mangrove dibagi menjadi tiga kriteria
yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1: Kriteria Ekosistem Hutan Mangrove.
No Kriteria Penutupan Kerapatan Pohon/Ha 1 Baik ≥ 75% ≥ 1500 Pohon/Ha 2 Sedang ≥ 50% - < 75% ≥ 1000 - < 1500 Pohon/Ha 3 Rusak < 50% < 1000 Pohon/Ha
Sumber : Dahuri, 1996 dalam Sunarto, 2008, hal. 26
Dilihat dari tabel 1 kriteria ekosistem hutan mangrove dapat diketahui bahwa (1)
kondisi ekosistem hutan mangrove tergolong baik apabila jumlah vegetasi hutan
mangrove yang menutupi lahan ≥ 75% dan kerapatan pohon yang tumbuh di lahan
hutan mangrove ≥ 1500 Pohon/Ha; (2) kondisi ekosistem hutan mangrove
tergolong sedang apabila jumlah vegetasi hutan mangrove yang menutupi lahan
≥ 50% - < 75% dan kerapatan pohon yang tumbuh di lahan hutan mangrove
≥ 1000 - < 1500 Pohon/Ha; dan (3) kondisi ekosistem hutan mangrove tergolong
rusak apabila jumlah vegetasi hutan mangrove yang menutupi lahan < 50% dan
kerapatan pohon yang tumbuh di lahan hutan mangrove < 1000 Pohon/Ha.
Selain itu, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201
Tahun 2004 menyatakan bahwa ekosistem hutan mangrove yang mengalami
kerusakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan (Dahuri, 1996), yaitu:
A. Kerusakan Ringan
Kerusakan ekosistem hutan mangrove yang tergolong ringan apabila
jumlah populasi pohon mangrove yang menutupi ekosistem hutan mangrove
kurang dari 50% dan jumlah kerapatan pohon mangrove kurang dari 1000
pohon/Ha. Untuk kerusakan ringan ekosistem hutan mangrove hanya berpengaruh
kecil terhadap kelangsungan hidup fauna yang berhabitat disana maupun aktivitas
ekonomi penduduk yang tinggal di daerah tersebut.
B. Kerusakan Sedang
Kerusakan ekosistem hutan mangrove yang tergolong sedang apabila
jumlah populasi pohon mangrove yang menutupi ekosistem hutan mangrove
kurang dari 30% dan jumlah kerapatan pohon mangrove kurang dari 600
pohon/Ha. Untuk kerusakan sedang ekosistem hutan mangrove dapat
mengakibatkan sebagian besar fauna kehilangan sumber makanan dan tempat
tinggal, serta sebagian besar aktivitas ekonomi penduduk dalam memanfaatkan
sumberdaya alam hutan mangrove akan berkurang.
C. Kerusakan Berat
Kerusakan ekosistem hutan mangrove yang tergolong berat apabila jumlah
populasi pohon mangrove yang menutupi ekosistem hutan mangrove kurang dari
10% dan jumlah kerapatan pohon mangrove kurang dari 200 pohon/Ha. Untuk
kerusakan berat ekosistem hutan mangrove dapat mengakibatkan kehidupan fauna
yang berhabitat disana terancam bahaya bahkan kepunahan dan aktivitas ekonomi
penduduk yang memanfaatkan sumberdaya alam hutan mangrove akan terhenti,
selain itu daerah tersebut akan terancam dari bencana alam tsunami, gelombang
laut besar dan abrasi yang membahayakan kehidupan manusia.
3. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan
Mangrove
Menurut Soesanto dan Sudomo (1994), kerusakan ekosistem hutan
mangrove dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: (1). Kurang dipahami
kegunaan ekosistem hutan mangrove; dan (2). Meskipun hutan mangrove terus
terancam kelestariannya, namun berbagai aktivitas penyebab kerusakan hutan
mangrove terus terjadi dan adakalanya dalam skala dan intensitas yang terus
meningkat (Kusmana, 2002). Perubahan dari hutan mangrove primer dan
sekunder menjadi areal non hutan mangrove diakibatkan oleh konversi, terutama
pembukaan areal untuk pertambakan, pertanian maupun pembangunan (Rudianto,
2009).
Bengen (2004: 4) menyatakan bahwa:
Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, dll), tekanan ekologis terhadap ekosistem pesisir, khususnya ekosistem hutan mangrove, semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya berdampak terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove itu sendiri baik secara langsung (misalnya kegiatan penebangan atau konversi lahan) maupun tak langsung (misalnya pencemaran oleh limbah berbagai kegiatan pembangunan ).
Menurut Ibrahim (2006) bahwa penyebab ancaman dan kerusakan
ekosistem hutan mangrove antara lain: (1). Meningkatnya jumlah penduduk
yang bermukim di lingkungan sekitar ekosistem hutan mangrove, sehingga
pemanfaatan sumberdaya alam hutan mangrove semakin meningkat;
(2). Pemanfaatan sumberdaya alam hutan mangrove yang semula dilakukan secara
tradisional berubah menjadi secara komersial; (3). Ekosistem hutan mangrove
peka terhadap perubahan dan tekanan dari luar yang melampaui kemampuan dan
daya dukungnya, misalnya pencemaran lingkungan berupa limbah industri dan
sampah di dalam ekosistem hutan mangrove; (4). Semakin meningkatnya jumlah
penduduk mengakibatkan kawasan ekosistem hutan mangrove diubah menjadi
perumahan, permukiman, perkantoran, industri, pelabuhan, tempat rekreasi (objek
wisata), dan lain-lain; serta (5). Kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi
berkurang karena adanya perubahan pemanfaatan lahan hutan mangrove menjadi
lahan pertambakan, baik tambak ikan maupun tambak udang.
Faktor-faktor yang mendorong aktivitas manusia untuk memanfaatkan
hutan mangrove dalam rangka mencukupi kebutuhannya sehingga berakibat
rusaknya hutan, antara lain: (1). Keinginan untuk membuat pertambakan dengan
lahan yang terbuka dengan harapan ekonomis dan menguntungkan, karena mudah
dan murah; (2). Kebutuhan kayu bakar yang sangat mendesak untuk rumah
tangga, karena tidak ada pohon lain di sekitarnya yang bisa ditebang; dan (3).
Rendahnya pengetahuan masyarakat akan berbagai fungsi hutan mangrove,
adanya kesenjangan sosial antara petani tambak tradisional dengan pengusaha
tambak modern, sehingga terjadi proses jual beli lahan yang sudah tidak rasional
(Perum Perhutani 1994).
Menurut Dahuri (1996) bahwa dampak potensial yang dapat timbul akibat
aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove yang
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2: Beberapa Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Dampak
Potensial Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove.
No Aktivitas Penduduk Dampak Potensial
1 Tebang Habis
Berubahnya komposisi tumbuhan, pohon -pohon mangrove akan digantikan oleh spesies-spesies yang nilai komersialnya rendah dan terjadinya penurunan fungsi sebagai feeding, nursery dan spawning ground.
2 Pengalihan aliran air tawar misalnya pada pembangunan irigasi
Terjadinya peningkatan salinitas dan penurunan kesuburan mangrove.
3 Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan, pemukiman
Mengancam regenerasi stok ikan dan udang diperairan lepas pantai, terjadi pencemaran laut oleh pencemar yang sebelumnya diikat oleh substrat mengrove. Terjadi pendangkalan pantai, abrasi dan intrusi air laut.
4 Pembuangan sampah cair
Penurunan kandungan oksigen, munculnya gas H2S.
5 Pembuangan sampah padat
Memungkinkan tertutupnya pneumatopor yang berakibat kematian mangrove dan perembasan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat.
6 Pencemaran tumpahan minyak Mengakibatkan kematian mangrove.
7
Penambangan dan ekstraksi mineral, baik dalam hutan maupun daerah sekitar hutan
Kerusakan total ekosistem mangrove sehingga menghancurkan fungsi bioekologis mangrove dan terjadinya pengendapan sedimen yang berlebihan yang dapat mematikan mangrove.
Sumber: Dahuri, 1996 dalam Sunarto, 2008, hal. 31
4. Upaya Pelestarian Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Akibat
Aktivitas Ekonomi Penduduk
Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove di beberapa
daerah, baik di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, maupun Papua telah dilakukan
berkali-kali (Rimbawan, 1995; Sumarhani, 1995; Fauziah, 1999). Upaya ini
biasanya dilakukan oleh pemerintah berupa proyek yang berasal dari Departemen
Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan maupun dari Pemerintah
daerah setempat, namun hasil yang dipeorleh relatif tidak sesuai dengan
biaya dan tenaga yang dikeluarkan oleh pemerintah (Saparinto, 2007).
Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat yang ikut
berpertisipasi membantu pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup
khususnya ekosistem hutan mangrove dengan metode, yaitu konservasi, reboisasi
dan rehabilitasi (Rahmawaty, 2006).
Kusmana (2005: 8) menyatakan bahwa:
Secara umum, semua habitat pohon mangrove di dalam ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat memperbaiki kondisinya seperti semula secara alami dalam waktu 15 – 20 tahun apabila (1). Kondisi normal hidrologi tidak terganggul; dan (2). Ketersediaan biji dan bibit serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi. Jika kondisi hidrologi normal atau mendekati normal tetapi biji pohon mangrove tidak dapat mendekati daerah rehabilitasi, maka dapat direhabilitasi dengan cara penanaman. Oleh karena itu, habitat pohon mangrove dapat diperbaiki tanpa penanaman, maka rencana rehabilitasi harus terlebih dahulu melihat potensi aliran air laut yang terhalangi atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan pohon mangrove.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 43 tentang
kehutanan bahwa dalam kaitan kondisi hutan mangrove yang rusak pada setiap
orang yang memiliki, mengelola atau memanfaatkan hutan mangrove wajib
melaksanakan rehabilitas untuk tujuan perlindungan konservasi. Rudianto (2007)
menyatakan bahwa salah satu cara melindungi hutan mangrove adalah dengan
menunjuk suatu kawasan hutan mangrove sebagai kawasan konservasi, dan
sebagai bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi sungai.
Menurut Sugandhy (1994) bahwa ada beberapa permasalahan yang
terdapat dalam kawasan ekosistem hutan mangrove yang dengan upaya
pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove, yaitu; (1). Pemanfaatan ganda
yang tidak terkendali; (2). Permasalahan tanah timbul akibat sedimentasi yang
berkelanjutan; (3). Konversi kawasan hutan mangrove menjadi kawasan lain; (4).
Permasalahan sosial ekonomi; (5). Permasalahan kelembagaan dan pengaturan
hukum kawasan pesisir dan lautan; dan (6). Permasalahan informasi kawasan
pesisir. Menurut Anita (2002) bahwa usaha-usaha yang harus dikembangkan
dalam upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove, antara lain; (1).
Perlindungan kawasan hutan mangrove yang bernilai konservasi tinggi; (2).
Peremajaan perlu dilakukan pada hutan mangrove yang telah rusak untuk
memulihkan fungsi ekosistem dan untuk meningkatkan nilai manfaat
langsungnya; dan (3). Pencagaran ekosistem hutan mangrove hendaknya
berdasarkan kriteria yang jelas dan pertimbangan yang rasional.
Sugiarto (1996) menyatakan bahwa kawasan ekosistem hutan mangrove
banyak dikonservasi dalam kawasan terpisah maupun kawasan tergabung dalam
cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional berdasarkan pada empat
strategi pokok konservasi, yaitu pelindung proses ekologis dan penyangga
kehidupan kawasan, pengawet keragaman sumberdaya plasma nutfah, pelestarian
pemanfaatan jenis dan ekosistem, serta tata guna dan tata ruang kawasan hutan
mangrove.
Menurut Perum Perhutani (1994) dalam pelaksanaan reboisasi (penghijauan)
kawasan ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat dilakukan
dengan cara pengadaan bibit, seleksi bibit, persemaian bibit, menggunakan media
semai, pengangkutan bibit, penanaman bibit, serta pemeliharaan dan
perlindungan.
B. Kerangka Berpikir
Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli,
Kecamatan Medan Belawan dapat disebabkan oleh dua faktor penyebab, yaitu
penyebab alami dan penyebab manusia. Kerusakan ekosistem hutan mangrove
yang berasal dari faktor penyebab alami pada umumnya disebabkan oleh gempa
bumi, badai angin, kekeringan dan hama penyakit, yang merupakan faktor
penyebab yang relatif kecil, sedangkan, kerusakan ekosistem hutan mangrove
yang berasal dari faktor penyebab manusia merupakan faktor dominan penyebab
kerusakan hutan mangrove, seperti penebangan pohon mangrove (sebagai bahan
bakar dan bahan baku industri kimia), membuat areal pertambakan (tambak ikan
atau udang), dan pembangunan (permukiman, industri, pelabuhan dan tempat
rekreasi) (Tirtakusumah, 1994).
Faktor kerusakan ekosistem hutan mangrove yang disebabkan oleh
manusia pada umumnya terjadi karena manusia memanfaatkan sumberdaya alam
yang terdapat di dalam ekosistem hutan mangrove untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi sehari-hari, seperti sebagai sumber pendapatan/penghasilan tambahan
ataupun sebagai sumber pekerjaan/mata pencaharian sampingan pada para
nelayan yang tinggal di daerah sekitar tersebut (Melly, 1989). Oleh sebab itu,
diperlukan upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove yang
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat yang ikut berpartisipasi menjaga
kelestarian lingkungan hidup dengan metode konservasi, reboisasi dan rehabilitasi
(Rahmawaty, 2006).
Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir
Ekosistem
Hutan Mangrove
Upaya Pelestarian
Ekosistem Hutan Mangrove
Aktivitas Ekonomi
Penduduk
Proses
Alamiah
Eksploitasi Kerusakan Ekosistem
Hutan Mangrove
Pemerintah
Masyarakat
Konservasi
Reboisasi
Rehabilitasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan
Belawan. Adapun alasan penulis mengambil daerah ini sebagai lokasi penelitian
adalah:
1. Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan yang terletak di daerah
pesisir dengan tepi pantai yang berlumpur sehingga banyak pohon mangrove
yang tumbuh disana membentuk ekosistem hutan mangrove seluas 163 Ha.
2. Sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian yang sama
di daerah ini.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berdomisili
di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan dengan jumlah penduduk
13.618 jiwa atau 3.144 kepala keluarga (KK) (BPS Kota Medan Tahun 2008).
2. Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi penelitian yang berjumlah
3.144 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan. Apabila sampel tersebut sudah lebih dari 1000 kepala keluarga (KK),
maka diperlukan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut:
a. Menghitung variabilitas (V) terlebih dahulu untuk mengambil jumlah sampel
sebagai berikut.
Rumus 1:
b. Selanjutnya menghitung jumlah sampel (n) dari Variabilitas (V) yang sudah
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rumus 2:
ppV 100
benardianggapyangsampeltikkarakterispersentasepasVariabilitV
Keterangan
:
2
C
VZn
)(
)(
:
LimitConfidencenkepercayaaBatasCasVariabilitV
LevelConfidencenkepercayaaTingkatZsampelJumlahn
Keterangan
c. Kemudian menghitung jumlah sampel yang sebenarnya (n’) digunakan rumus
jumlah sampel yang dikoreksi sebagai berikut.
Rumus 3:
Untuk perhitungan yang menentukan jumlah sampel dari populasi di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada lampiran
III. Jadi, jumlah sampel yang sebenarnya dalam penelitian ini adalah 93 kepala
keluarga (KK) untuk populasi 3.144 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Bagan
Deli Kecamatan Medan Belawan sebagai lokasi penelitian.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini berupa variabel bebas (X), yaitu aktivitas
ekonomi penduduk dan variabel terikat (Y), yaitu kerusakan ekosistem hutan
mangrove yang dapat dilihat pada gambar 2 berikut.
Gambar 2: Variabel Penelitian
Nn
nn
1
'
)arg(2
':
aKeluKepalapopulasiJumlahNrumusnberdasarkadihitungyangsampelJumlahn
dikoreksitelahyangsampelJumlahnKeterangan
Variabel Bebas (X) Aktivitas Ekonomi
Penduduk
Variabel Terikat (Y) Kerusakan Ekosistem
Hutan Mangrove
2. Definisi Operasional
Untuk memahami variabel penelitian dari penelitian ini, maka perlu
penjelasan berupa definisi operasional sebagai berikut:
a. Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan kondisi fisik biotik
maupun abiotik di dalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi
(rusak) yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.
b. Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan lebih dominan
disebabkan oleh faktor manusia berupa aktivitas penduduk.
c. Aktivitas penduduk adalah suatu wujud kegiatan atau tindakan yang memiliki
pola tertentu dari manusia di dalam penduduk yang dapat menimbulkan wujud
kebudayaan yang terdiri dari bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.
d. Aktivitas penduduk di bidang ekonomi yang dapat mengakibatkan kerusakan
ekosistem hutan mangrove karena pemanfaatan sumberdaya alam hutan
mangrove sebagai sumber pendapatan/penghasilan tambahan atau sebagai
sumber pekerjaan/mata pencaharian sampingan.
e. Untuk variabel kerusakan ekosistem hutan mangrove diperlukan data deskritif
kualitatif berupa luas lahan kerusakan ekosistem hutan mangrove dengan
tingkat kerusakan ringan, sedang dan berat.
f. Untuk variabel aktivitas ekonomi penduduk diperlukan data deskriptif
kualitatif berupa jenis pekerjaan/mata pencaharian penduduk yang
mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan mangrove.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
1.1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum
aktivitas yang dilakukan oleh penduduk yang berpotensi menyebabkan kerusakan
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan
dengan mengamati secara langsung ke lokasi penelitian menggunakan lembar
observasi.
1.2. Angket
Angket digunakan untuk menjaring data tentang aktivitas penduduk yang
dapat mempengaruhi kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan
Deli, Kecamatan Medan Belawan yang dimana penduduk yang berdomisili di
lokasi penelitian dijadikan sebagai responden penelitian. Untuk memilih
responden yang akan dipilih pada jumlah sampel untuk mengisi angket dilakukan
teknik sampel keseluruhan (Total Sampling) yang berjumlah 93 kepala keluarga
(KK) di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan.
2. Data Sekunder
2.1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari referensi-referensi dari
para ahli yang relevan sesuai dengan msalah yang diteliti.
2.2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi pada penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan
Medan Belawan dan Kantor Kelurahan Bagan Deli untuk mengambil data
sekunder untuk mengetahui tentang kerusakan ekosistem hutan mangrove dan
aktivitas ekonomi penduduk yang menjadi salah satu penyebab kerusakan
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskritif kualitatif. Dengan menganalisis dan menyajikan data-data dan secara
sistematis kemudian perhitungan persentase dari tabel-tabel frekuensi yang
dilengkapi dengan kategori-kategori data.
BAB IV
DESKRIPSI GEOGRAFI LOKASI PENELITIAN
A. Kelurahan Bagan Deli
1. Sejarah
Sebelum penjajahan masuk ke Indonesi, Kelurahan Bagan Deli termasuk
wilayah Desa Belawan dan belum bernama Desa Bagan Deli. Pada masa
penjajahan di Indonesia banyak penduduk yang berdatangan dan tinggal di Desa
Belawan, sebagian penduduk dari Desa Belawan mendirikan desa baru bernama
Desa Bagan Deli. Pada tahun 1973, Kelurahan Bagan Deli merupakan suatu desa
yang terletak di Kecamatan Labuhan Deli yang termasuk ke dalam wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang, yaitu bernama Desa Bagan Deli.
Kemudian berdasarkan pada dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 22 tahun 1973 tanggal 9 Mei mengenai perluasan
wilayah, maka Kecamatan Labuhan Deli terbagi menjadi tiga kecamatan, yaitu
Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, dan Kecamatan Medan
Deli yang dimana Desa Bagan Deli menjadi termasuk wilayah Kecamatan Medan
Belawan. Kemudian dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 1979
tentang pemerintah desa/kelurahan maka desa-desa yang berada di ibukota
provinsi diganti dengan kelurahan, sehingga berdasarkan surat keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 140/4078/K/1987 tentang
pemekaran kelurahan dan perubahan nama kelurahan di Kotamadya Daerah
Tingkat II Medan yang dimana Desa Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan
berubah namanya menjadi Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan.
2. Fisik
2.1.Letak dan Luas
Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu kelurahan yang terdapat di
wilayah administrasi Kecamatan Medan Belawan. Kelurahan Bagan Deli
merupakan kelurahan yang terletak paling Barat di Kecamatan Medan Belawan
dengan luas wilayah administrasi 2,3 km2 atau 230 Ha dan berbatasan langsung
dengan Selat Malaka.
Berdasarkan pada letak astronomis, Kelurahan Bagan Deli terletak pada 03o
47’ LU – 03o 48’ LU dan 98o 41’ BT – 98o 42’ BT. Sedangkan, berdasarkan pada
letak geografis, Kelurahan Bagan Deli terletak berbatasan dengan :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan I, dan Kecamatan
Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan dan
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Belawan II dan Kelurahan
Belawan Bahari
Kelurahan Bagan Deli memiliki luas wilayah administrasi 2,3 km2 atau
230 Ha yang terdiri dari 15 lingkungan yang dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 3: Luas Wilayah Untuk Setiap Lingkungan
di Kelurahan Bagan Deli.
No Lingkungan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Lingkungan I 6,78 2,95 2 Lingkungan II 8,37 3,64 3 Lingkungan III 9,60 4,17 4 Lingkungan IV 10,20 4,43 5 Lingkungan V 12,85 5,59 6 Lingkungan VI 12,22 5,31 7 Lingkungan VII 13,30 5,78 8 Lingkungan VIII 15,91 6,92 9 Lingkungan IX 14,37 6,25
10 Lingkungan X 16,95 7,37 11 Lingkungan XI 17,60 7,65 12 Lingkungan XII 18,88 8,21 13 Lingkungan XIII 20,10 8,74 14 Lingkungan XIV 21,07 9,16 15 Lingkungan XV 31,80 13,83
Jumlah 230 100,00 Sumber. Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2010
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa lingkungan terluas di Kelurahan Bagan Deli
adalah Lingkungan XV dengan luas 31,80 Ha (13,83%) dan lingkungan terkecil di
Kelurahan Bagan Deli adalah Lingkungan I dengan luas 6,78 Ha (2,95%). Pada
sebelumnya Kelurahan Bagan Deli hanya memiliki 14 lingkungan saja, tetapi
semenjak dibangun jembatan gantung yang menghubungkan ke daerah seberang
dipisahkan oleh muara sungai yang disebut Bagan Tambahan Seberang sehingga
daerah tersebut menjadi wilayah Lingkungan XV Kelurahan Bagan Deli.
2.2.Iklim dan Topografi
Berdasarkan pada data sekunder yang bersumber dari Badan Meteorologi
Maritim Indonesia (BMMI) Cabang Kota Medan tahun 2010 bahwa Kelurahan
Bagan Deli memiliki suhu udara rata-rata antara 28o – 35o per tahun dan curah
hujan rata-rata antara 2600 – 3500 mm/tahun. Kelembaban udara rata-rata di
Kelurahan Bagan Deli 75 – 79% per bulan, laju rata-rata total evaporasi
(penguapan) di Kelurahan Bagan Deli 138 mm/bulan, dan kecepatan angin rata-
rata 0,52 m/s per bulan. Sehingga dapat diketahui bahwa menurut iklim Koppen
bahwa Kelurahan Bagan Deli termasuk ke dalam iklim lautan tropik atau Af
karena iklim di Kelurahan Bagan Deli dipengaruhi oleh laut, yaitu Selat Malaka.
Berdasarkan pada letak wilayah administrasi Kelurahan Bagan Deli
memiliki keadaan topografi relatif datar dengan ketinggian antara 0 – 1 meter di
atas permukaan laut (dpl) dan kemiringan antara 0o – 3o. Dengan demikian,
wilayah Kecamatan Medan Belawan termasuk wilayah pesisir yang dipengaruhi
pasang surut air laut, sehingga sebagian besar air bersifat payau.
2.3.Sungai
Di wilayah administrasi Kelurahan Bagan Deli hanya mamiliki satu sungai
kecil dan pendek yang bernama Sungai Paluh Perta dengan memilki banyak
cabang anak sungai lebih kecil yang membagi Kelurahan Bagan Deli menjadi dua
wilayah dengan panjang sungai lebih kurang 5 km dan lebar rata-rata sungai
antara 5 – 8 meter dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Bagan lebih kurang
4.158 Ha yang berhulu dari Kelurahan Belawan II dan bermuara langsung ke Selat
Malaka. Sedangkan, Sungai Belawan dan Sungai Deli menjadi batas wilayah
administrasi antara Kelurahan Bagan Deli dengan wilayah-wilayah lainnya.
Sungai Belawan dijadikan batas wilayah administrasi antara Kelurahan Bagan
Deli dengan Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang dan Sungai
Deli dijadikan batas wilayah administrasi antara Kelurahan Bagan Deli dengan
Kecamatan Medan Labuhan.
2.4.Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli, antara lain
sebagai berikut:
2.4.1. Sumberdaya alam dapat diperbarui
Sumberdaya alam dapat diperbarui yang terdapat di Kelurahan Bagan
Deli, yaitu:
a. Hutan Mangrove
Kelurahan Bagan Deli terletak di daerah pesisir yang dimana tepi
pantainya berlumpur sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya hutan mangrove
yang membentuk ekosistem hutan mangrove telah dimanfaatkan sumberdaya
alamnya oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dalam aktivitas
ekonomi. Selain itu, tidak hanya aktivitas ekonomi penduduk saja yang
memanfaatkan sumberdaya alam hutan mangrove saja, tetapi juga telah
dimanfaatkan oleh para pengusaha industri sebagai bahan baku utama dalam
proses produksi industri di Kota Medan maupun di luar Kota Medan. Menurut
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 jumlah total produksi hutan
mangrove yang dimanfaatkan di Kelurahan Bagan Deli sebanyak 15. 472
ton/tahun (Grand Aston, 2011).
b. Perikanan Laut
Kelurahan Bagan Deli yang terletak di daerah pesisir yang berbatasan
langsung dengan laut, yaitu Selat Malaka sehingga memiliki sumberdaya alam
yang melimpah berupa perikanan laut. Sumberdaya alam perikanan laut yang
terdapat di Kelurahan Bagan Deli, antara lain berbagam macam jenis ikan, udang,
kerang, cumi-cumi, sotong dan lain-lain. Menurut Dinas Perikanan Dan Kelautan
Kota Medan (2011) jumlah total produksi perikanan laut hasil tangkapan di
Kecamatan Medan Belawan sebanyak 32. 195 ton/tahun dengan jumlah total
konsumsi perikanan laut sebanyak 10,13 kg/tahun/kapita (Grand Aston, 2011).
2.4.2. Sumberdaya alam tidak dapat diperbarui
Kelurahan Bagan Deli untuk saat ini masih belum ada eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya alam tidak dapat diperbarui. Namun di Kelurahan Bagan
Deli terdapat industri pengolahan bahan baku yang berasal dari sumberdaya alam
yang tidak dapat diperbarui. Contohnya industri pengolahan minyak mentah yang
diambil dari Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.
2.5.Fasilitas Kota
Fasilitas kota yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli antara lain sebagai
berikut:
2.5.1. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli adalah berupa
gedung-gedung sekolah milik pemerintah maupun swasta dengan tingkat yang
berbeda dengan frekuensi pada tabel 4 sebagai berikut (Kantor Kecamatan Medan
Belawan 2008).
Tabel 4: Fasilitas Pendidikan Menurut Jumlah Sekolah
di Kelurahan Bagan Deli.
No. Tingkat Pendidikan Status Frekuensi (unit) Negeri 0
1 Taman Kanak-Kanak (TK) Swasta 1 Negeri 2
2 Sekolah Dasar (SD) Swasta 2 Negeri 0
3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta 0 Negeri 1
4 Sekolah menengah Atas (SMA) Swasta 0
Jumlah 6 Sumber : Kantor Kecamatan Medan Belawan, 2008
2.5.2. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli adalah berupa
Rumah Sakit yang berjumlah 0 unit, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
yang berjumlah 1 unit dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang berjumlah 6
(Kantor Kecamatan Medan Belawan 2008).
2.5.3. Fasilitas Rumah Ibadah
Fasilitas rumah ibadah yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli adalah
berupa Mesjid yang berjumlah 2 unit, Langgar yang berjumlah 7 unit, Gereja yang
berjumlah 2 unit dan Kelenteng yang berjumlah 1 unit dengan frekuensi sebagai
berikut (Kantor Kecamatan Medan Belawan 2008).
2.5.4. Fasilitas Olah Raga
Fasilitas olah raga yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli adalah berupa
lapangan olah raga beserta atributnya, yaitu sepak bola yang berjumlah 1 unit,
bola voli yang berjumlah 0 unit, bulu tangkis yang berjumlah 0 unit dan tenis
meja yang berjumlah 1 unit (Kantor Kecamatan Medan Belawan 2008).
2.6.Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dari luas keseluruhan wilayah di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan yang diklasifikasikan penggunaannya yang dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Penggunaan Lahan di Kelurahan Bagan Deli
No Penggunaan Lahan Klasifikasi Frekuensi (unit)
Luas (Ha)
Umum 15 34 Real Estate 0 0 TNI, ABRI/Polri 0 0 KPR-BTN 0 0
1 Permukiman
Pejabat Pemerintah 0 0 Sekolah 5 - Perkantoran 1 - Perdagangan/pertokoan 13 0,5 Pasar 1 - Terminal 0 0 Rumah Ibadah 15 0,5 Makam/Kuburan 1 1 Jalan 23 6
2 Sarana & Prasarana
Lain-Lain - - Pengairan Teknis (Irigasi) 0 0 Setengah Teknis 0 0 Tadah Hujan 0 0 Pasang Surut 0 0
3 Pertanian Sawah
Ladang/Tegalan 0 0 Tambak 7 20 Kolam 0 0 4 Perikanan Empang 0 0 Taman Rekreasi 0 0 Lapangan Sepak Bola 1 - Lapangan Bola Voli 0 0 Lapangan Bola Basket 0 0 Lapangan Bulu Tangkis 0 0
5 Rekreasi & Olah Raga
Lapangan Tenis Meja 1 - 6 Daerah Tangkapan Air - 1 38 7 Hutan Mangrove - 1 125 8 Rawa-Rawa - 0 0 9 Lahan Kritis - 0 0
Jumlah 86 230 Sumber: Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2011
3. Non-fisik
3.1.Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli berjumlah
15.525 jiwa dengan kepadatan penduduk 68 jiwa/Ha (Kantor Kelurahan Bagan
Deli 2011) seperti yang tersaji pada tabel 6.
Tabel 6: Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
di Kelurahan Bagan Deli.
No Lingkungan Laki-Laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah Frekuensi
(jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha)
1 Lingkungan I 461 442 903 133 2 Lingkungan II 490 456 946 113 3 Lingkungan III 675 671 1.346 140 4 Lingkungan IV 770 761 1.531 150 5 Lingkungan V 775 708 1.483 115 6 Lingkungan VI 481 640 1.121 92 7 Lingkungan VII 1.112 1.026 2.138 161 8 Lingkungan VIII 144 143 287 18 9 Lingkungan IX 223 192 415 29
10 Lingkungan X 548 495 1.043 62 11 Lingkungan XI 46 33 79 4 12 Lingkungan XII 543 503 1.046 55 13 Lingkungan XIII 1.344 104 1.448 72 14 Lingkungan XIV 275 301 576 27 15 Lingkungan XV 650 513 1.163 37
Jumlah 8.537 6.988 15.525 1.208 Sumber: Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2011
Dilihat dari tabel 6 diatas maka dapat diketahui bahwa komposisi
penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Bagan Deli dengan jumlah
penduduk laki-laki 8.537 jiwa dan perempuan 6.988 jiwa. Jumlah penduduk
terbesar terdapat di Lingkungan VII, yaitu 2.138 jiwa sedangkan jumlah penduduk
terkecil terdapat di Lingkungan XI, yaitu 79 jiwa. Kepadatan penduduk terbesar
terdapat di Lingkungan VII, yaitu 161 jiwa/Ha sedangkan kepadatan penduduk
terkecil terdapat di Lingkungan XI, yaitu 4 jiwa/Ha.
Untuk data penduduk menurut angka Sex Ratio di Kelurahan Bagan Deli dilihat
dari jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat sebagai sebagai
berikut.
Rumus 4:
100988.6537.8
RatioSex
100221,1 RatioSex
1,122RatioSex
122RatioSex
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui angka Sex Ratio
di Kelurahan Bagan Deli adalah 122 yang artinya diantara jumlah penduduk 100
perempuan terdapat jumlah penduduk 122 laki-laki.
100
PerempuanPendudukJumlah
LakiLakiPendudukJumlahRatioSex
3.2.Aktivitas Ekonomi
Bentuk aktivitas ekonomi yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli beraneka
ragam yang terdiri dari industri (dari industri besar, industri sedang, industri kecil
hingga industri rumah tangga), restoran/rumah makan, warung makan, pedagang
(dari pedagang besar hingga pedagang eceran), akomodasi, pergudangan dan
komunikasi. itu, ada juga aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli
berupa berbagai jenis perusahaan-perusahaan baik di bidang barang maupun jasa
yang dikelola oleh pemerintah ataupun pihak swasta dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7: Aktivitas Ekonomi Penduduk Menurut Jenisnya
di Kelurahan Bagan Deli.
No Jenis Aktivitas Ekonomi Frekuensi (unit) 1 Industri Besar/Sedang 8 2 Industri Kecil 2 3 Industri Rumah Tangga 27 4 Restoran/Rumah Makan 24 5 Warung Makan 38 6 Pedagang Besar/Eceran 679 7 Akomodasi 430 8 Pergudangan & Komunikasi 307 9 Industri Pengolahan 26
10 Listrik, Gas & Air 49 11 Konstruksi 13 12 Real Estate, Persewaan & Jasa Perusahaan 72 13 Jasa Pendidikan 16 14 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 8 15 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya & Hiburan 124
Jumlah 1.823 Sumber: Kantor Kecamatan Medan Belawan, 2010
Dilihat dari tabel 7, maka dapat diketahui bahwa aktivitas ekonomi
penduduk di di Kelurahan Bagan Deli yang paling banyak adalah perdagangan
besar/eceran berjumlah 679 unit sedangkan aktivitas ekonomi penduduk yang
paling sedikit adalah industri kecil berjumlah 2 unit.
Aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli tentunya memerlukan
lokasi atau tempat usaha untuk dapat menjalankan aktivitas perekonomiannya
yang dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8: Jumlah Lokasi Bangunan Usaha di Kelurahan Bagan Deli.
No Lokasi Bangunan Usaha Jenis Bangunan Usaha
Frekuensi (unit)
Bangunan Khusus Untuk Usaha 496
1 Dalam Bangunan Tempat Usaha Tersendiri & Lokasi Tetap Bangunan Campuran 478
Los 120 2
Di Luar Bangunan/Dalam Bangunan Yang Bukan Bangunan Untuk Usaha Kaki Lima 88
Jumlah 1.182 Sumber: Kantor Kecamatan Medan Belawan, 2010
Dilihat dari tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah lokasi bangunan usaha di
Kelurahan Bagan Deli paling banyak terdapat pada bangunan khusus untuk usaha
berjumlah 496 unit, sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kaki lima
berjumlah 88 unit.
Namun ada juga aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli
dengan bekerja sebagai tenaga kerja di instansi pemerintahan maupun swasta
dalam bentuk mata pencaharian penduduk yang dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9: Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Bagan Deli.
No Mata Pencaharian Frekuensi (jiwa) 1 Pegawai Negeri 138 2 Pegawai Swasta 1.016 3 TNI/Polri 25 4 Petani 0 5 Nelayan 1.693 6 Pedagang 1.945 7 Pensiunan 27 8 Lainnya 84
Jumlah 5.566 Sumber: Kantor Kecamatan Medan Belawan, 2010
Dilihat dari tabel 9 dapat diketahui bahwa komposisi mata pencaharian penduduk
di Kelurahan Bagan Deli mata pencaharian paling banyak jumlahnya adalah
pedagang yang berjumlah 1.945 jiwa sedangkan paling sedikit jumlahnya adalah
TNI/Polri yang berjumlah 25 jiwa, tetapi tidak ada penduduk yang bermata
pencaharian sebagai petani.
3.3.Kondisi Sosial Budaya
Sejak dahulu sebelum penjajahan masuk ke Indonesia, penduduk asli yang
tinggal di Kelurahan Bagan Deli berasal dari suku Melayu yang tinggal di tepi
pantai dan muara sungai bekerja sebagai nelayan dan pedagang. Penduduk asli
tersebut membangun pelabuhan kecil untuk nelayan dan kapal niaga yang terletak
di daerah muara Sungai Belawan yang disebut Buluh Cina. Pada saat masuknya
bangsa asing untuk menjajah di Indonesia, berbagai macam suku, agama dan etnik
yang berbeda dari berbagai daerah yang datang dan menetap di Kelurahan Bagan
Deli, seperti suku Jawa, Batak, Aceh, Minang, etnis Cina dan Thiong Hoa.
Setelah Indonesia merdeka dari panjajahan, Kelurahan Bagan Deli
semakin ramai didatangi dari berbagai daerah sehingga jumlah penduduk semakin
bertambah dan pelabuhannya pun semakin berkembang dan bertambah luas.
Kemudian setelah wilayah Kelurahan Bagan Deli masuk ke dalam wilayah
administrasi Kecamatan Medan Belawan secara otomatis juga masuk ke dalam
wilayah administrasi Kota Medan, maka Kelurahan Bagan Deli semakin
berkembang karena adanya Pelabuhan Belawan dijadikan sebagai pelabuhan
internasional dan adanya pembangunan perindustrian dan perdagangan, seperti
industri pengolahan minyak mentah, industri pupuk, industri pengalengan ikan
dan lain-lain. Sehingga aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli
menjadi sangat sibuk. Akibatnya interaksi sosial penduduk menjadi rendah karena
banyak penduduk melakukan aktivitas perekonomiannya tanpa mempedulikan di
sekitarnyanya.
Gambar 3: Kantor Kelurahan Bagan Deli
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam analisis data pada bab ini akan diuraikan pokok bahasan tentang
bagaimana aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan
mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Dari
pembahasan ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang bagaimana
aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove
sehingga nantinya dapat menjadi penentu tentang kondisi yang sebenarnya di
daerah penelitian.
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB III Metode Penelitian bahwa
sampel penelitian berjumlah 93 kepala keluarga (KK) dari populasi berjumlah
3.144 kepala keluarga (KK) yang mewakili jumlah penduduk berdomisili di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara menyebarkan angket ke seluruh sampel penelitian dan observasi
langsung ke daerah penelitian kemudian dianalisis berdasarkan data yang telah
diambil dari responden dan observasi langsung tersebut.
Hasil penelitian skripsi yang berjudul “Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap
Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan” yang berdasarkan dari tujuan penelitian yang tercantum dalam
Bab I adalah sebagai berikut.
1. Kondisi Fisik Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
Pada hasil penelitian dengan data sekunder yang bersumber dari Kantor
Kelurahan Bagan Deli untuk mengetahui tentang kerusakan ekosistem hutan
mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dapat diketahui
bahwa luas keseluruhan kawasan ekosistem hutan mangrove di daerah penelitian
sebesar 125 Ha (54,35%) dari luas wilayah administrasi Kelurahan Bagan Deli
230 Ha ( Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2011) yang dimana luas lahan kawasan
ekosistem hutan mangrove terbagi menjadi tiga tingkatan menurut kondisinya
berdasarkan pada kriteria ekosistem hutan mangrove yang dapat dilihat pada
tabel 10.
Tabel 10: Luas Lahan Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove
Menurut Tingkat Kondisi Di Kelurahan Bagan Deli.
No Tingkat Kondisi Luas (Ha) Persentase (%) 1 Baik 12 9,60 2 Sedang 19 15,20 3 Rusak 94 75,20
Jumlah 125 100,00 Sumber: Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2011
Dilihat dari tabel 10 dapat diketahui bahwa terdapat tiga tingkatan kondisi
ekositem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli, yaitu (1) kondisi baik sekitar
12 Ha (9,60%) yang dimana persentasi penutupan vegetasi hutan mangrove di
lahan kawasan ekosistem hutan mangrove ≥ 75% dan kerapatan pohon mangrove
≥ 1500 Pohon/Ha; (2) kondisi sedang sekitar 19 Ha (15,20%) yang dimana
persentasi penutupan vegetasi hutan mangrove di lahan kawasan ekosistem hutan
mangrove ≥ 50% - < 75% dan kerapatan pohon mangrove ≥ 1000 - < 1500
Pohon/Ha; dan (3) kondisi rusak sekitar 94 Ha (75,20%) yang dimana persentasi
penutupan vegetasi hutan mangrove di lahan kawasan ekosistem hutan mangrove
< 50% dan kerapatan pohon mangrove < 1000 Pohon/Ha.
Untuk luas lahan kawasan ekosistem hutan mangrove dengan kondisi
rusak di Kelurahan Bagan Deli sekitar 94 Ha (75,20%) dengan tingkat kerusakan
yang berbeda dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11: Luas Lahan Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove
Menurut Tingkat Kerusakan Di Kelurahan Bagan Deli.
No Tingkat Kerusakan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Ringan 5 5,32 2 Sedang 17 18,08 3 Berat 72 76,60
Jumlah 94 100,00 Sumber: Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2011
Dilihat dari tabel 11 dapat diketahui bahwa terdapat tiga tingkat kerusakan
ekositem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli, yaitu (1) kerusakan ringan
sekitar 5 Ha (5,32%) yang dimana persentasi penutupan vegetasi hutan mangrove
di lahan kawasan ekosistem hutan mangrove < 50% dan kerapatan pohon
mangrove < 1000 Pohon/Ha; (2) kerusakan sedang sekitar 17 Ha (18,08%) yang
dimana persentasi penutupan vegetasi hutan mangrove di lahan kawasan
ekosistem hutan mangrove < 30% dan kerapatan pohon mangrove < 600
Pohon/Ha; dan (3) kerusakan berat 72 Ha (76,60%) yang dimana persentasi
penutupan vegetasi hutan mangrove di lahan kawasan ekosistem hutan mangrove
< 10% dan kerapatan pohon mangrove < 200 Pohon/Ha yang dapat dilihat pada
gambar 4 dan 5.
Gambar 4: Ekosistem Hutan Mangrove Dalam Kondisi Baik
Gambar 5: Ekosistem Hutan Mangrove Dalam Kondisi Rusak
Untuk mengetahui persebaran vegetasi hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada peta persebaran vegetasi hutan
mangrove di Kelurahan Bagan Deli sebagai berikut.
2. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan
Mangrove Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
Ada berbagai macam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh penduduk
yang berdomisili di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun hanya aktivitas ekonomi tertentu
saja yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan mangrove di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, antara lain sebagai berikut.
2.1. Pengalihfungsian Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove
Berdasarkan pada data primer hasil observasi penelitian yang tercantum
pada lampiran I dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
2.1.1. Pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi lahan
pertambakan
Kawasan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan yang dijadikan sebagai lahan pertambakan dapat dilihat pada
tabel 12.
2.1.2. Pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove dijadikan lahan
untuk pembangunan
Kawasan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan yang dijadikan sebagai lahan pertambakan dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 12: Pengalihfungsian Lahan Kawasan Hutan Mangrove Menjadi Lahan Pertambakan
di Kelurahan Bagan Deli.
No Jenis Tambak Nama Pemilik Nama Budidaya Luas
(Ha)
Hasil Produksi
(ton/tahun) Keterangan
H. Nasyir Ikan Mujahir & Bandeng 15 5.524 Modern Sahadan Ikan Mujahir & Bandeng 4 1.473 Tradisional Kamaluddin Ikan Mujahir & Bandeng 0,5 185 Tradisional Sunardi Ikan Mujahir & Bandeng 6 2.210 Tradisional Ahmad Ganti Ikan Mujahir & Bandeng 4 1.492 Tradisional Makamicun Ikan Mujahir & Bandeng 6 2.237 Tradisional
1 Tambak Ikan
Togong Siregar Ikan Mujahir & Bandeng 0,04 14,72 Tradisional Jumlah 35,54 13.135,72
Aminuddin Udang Teger, Jala & Kelong 10 3.685 Modern Jaka Udang Teger, Jala & Kelong 3 1.106 Tradisional Sahadan Udang Teger, Jala & Kelong 4 1.488 Tradisional Ahmad Ganti Udang Teger, Jala & Kelong 4 1.463 Tradisional H. Nasyir Udang Teger, Jala & Kelong 18 6.730 Modern Togong Siregar Udang Teger, Jala & Kelong 6 2.257 Tradisional
2 Tambak Udang
Sunardi Udang Teger, Jala & Kelong 6 2.291 Tradisional Jumlah 51 19.020
Amrun Kepiting Batu, Kelapa, Ranjungan 0,03 11,12 Tradisional
Anto Kepiting Batu, Kelapa, Ranjungan 0,02 8,34 Tradisional
Manulang Kepiting Batu, Kelapa, Ranjungan 0,10 36,86 Tradisional
Togong Siregar Kepiting Batu, Kelapa, Ranjungan 0,04 14,73 Tradisional
Aminuddin Kepiting Batu, Kelapa, Ranjungan 0,02 8,69 Tradisional
Sahadan Kepiting Batu, Kelapa, Ranjungan 0,06 22,15 Tradisional
3 Tambak Kepiting
Jaka Kepiting Batu, Kelapa, Ranjungan 0,08 29,58 Tradisional
Junlah 0,35 131,47 Total 86,89 32.287,19
Sumber: Lembar Observasi Penelitian di Kelurahan Bagan Deli, 2011
Dilihat dari tabel 12 dapat diketahui bahwa pengalihfungsian lahan kawasan
ekosistem hutan mangrove menjadi lahan pertambakan di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan dengan luas lahan seluruhnya 86, 89 Ha dan jumlah
seluruh hasil produksinya 32.287,19 ton/tahun. Luas lahan pertambakan yang
terbesar adalah tambak udang milik H. Nasyir dengan luas lahan 18 Ha dan hasil
produksi 6.730 Ha, sedangkan luas lahan pertambakan yang terkecil adalah
tambak kepiting milik Aminuddin dengan luas lahan 0,02 Ha dan hasil produksi
8,69 ton/tahun.
Pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi lahan pertambakan
di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, seperti tambak ikan,
tambak udang dan tambak kepiting dapat dilihat pada gambar 6 – 8.
Gambar 6: Tambak Ikan Milik Penduduk Setempat
Gambar 7: Tambak Udang Milik Penduduk Setempat
Gambar 8: Tambak Kepiting Milik Penduduk Setempat
Tabel 13: Pengalihfungsian Lahan Kawasan Hutan Mangrove Menjadi Lahan Pembangunan
di Kelurahan Bagan Deli.
No Jenis Pembangunan Nama Bangunan Nama Pemilik Luas
(Ha) Lokasi
- - - - - - - - - - - - - - - -
1 Perumahan
- - - - Bagan Tambahan Seberang Ling. XV
Milik Penduduk Setempat 31,80 Lorong
Veteran
Lingkungan I Milik Penduduk Setempat 6,78 Lorong Mesjid
Lingkungan V Milik Penduduk Setempat 12,85 Lorong Ujung
Tanjung
Lingkungan VI Milik Penduduk Setempat 12,22 Lorong Ujung
Tanjung
2 Permukiman
Lingkungan X Milik Penduduk Setempat 16,95 Lorong
Pertamina
TK Al-Khair Yayasan (Swasta) 1,28 Jl. Besar Bagan Deli
SD Negeri 060970 Pemerintah 1,50 Lorong Proyek
SD Negeri 065009 Pemerintah 1,85 Lorong II Veteran
SD Al-Wasliyah Yayasan (Swasta) 1,72 Jl. Besar Bagan Deli
3 Pendidikan
SMA Negeri 20 Medan Pemerintah 2,47 Lorong Mesjid PT. Ecogreen Oleochemical BUMS 7,21 Jl. Gabion PT. Pertamina BUMN 7,53 Jl. Gabion PT. Semen Padang BUMN 7,69 Jl. Gabion PT. Waruna Nusa Sentana BUMS 7,36 Jl. Gabion
4 Industri
PT. Bakrie Group BUMS 7,95 Jl. Pelabuhan Raya IV
PT. Pelindo Pelabuhan I Belawan BUMN 27,64 Jl. Raya
Pelabuhan Obyek Wisata Pantai Olo & Restoran Ocean Pasific Alm. Olo Pangabean 5,18 Jl. Gabion
Sarana Kesehatan - 6,23 - Sarana Rumah Ibadah - 4,89 -
5 Sarana & Prasarana
Jalan - 24,75 - Jumlah 195,85 -
Sumber: Lembar Observasi Penelitian di Kelurahan Bagan Deli, 2011
Dilihat dari tabel 13 dapat diketahui bahwa pengalihfungsian lahan kawasan
ekosistem hutan mangrove menjadi lahan pembangunan di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan dengan luas seluruhnya 195,85 Ha yang terdiri dari
permukiman penduduk, pendidikan berupa gedung sekolah, industri, sarana dan
prasarana. Namun pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi
lahan untuk pembangunan yang lebih dominan adalah pembangunan permukiman
penduduk dan industri dengan luas lahan yang besar dan jumlahnya terus
bertambah dari waktu ke waktu.
Pengalihfungsian lahan kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi
lahan pembangunan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan berupa
permukiman penduduk, gedung sekolah, industri, sarana dan prasarana, baik milik
pemerintah (BUMN) maupun milik swasta (BUMS), seperti industri pengolahan
minyak mentah PT. Pertamina, industri produksi semen PT. Semen Padang,
industri produksi bahan baku kimia PT. Ecogreen Oleochemical, industri
pengolahan minyak kelapa sawit PT. Bakrie Group, industri produksi dan
perbaikan kapal besi yang besar PT. Waruna Nusa Sentana, Pelabuhan
Internasional Belawan PT. Pelindo Pelabuha I Belawan dan obyek wisata Pantai
Olo beserta Restoran Ocean Pasific yang dapat dilihat pada gambar 9 s/d 17.
Gamabar 9: Permukiman Penduduk di Kelurahan Bagan Deli
Gamabar 10: Gedung Sekolah SMA Negeri 20 Medan di Kelurahan Bagan Deli
Gambar 11: Industri PT. Pertamina di Kelurahan Bagan Deli
Gambar 12 : Industri PT. Semen Padang di Kelurahan Bagan Deli
Gambar 13 : Industri PT. Ecogreen Oleochemical di Kelurahan Bagan Deli
Gambar 14: Industri PT. Bakrie Group di Kelurahan Bagan Deli
Gambar 15: Industri PT. Waruna Nusa Sentana di Kelurahan Bagan Deli
Gambar 16: Pelabuhan Internasional Belawan PT. Pelindo Pelabuha I Belawan
Dermaga Kapal Niaga di Kelurahan Bagan Deli
Gambar 17: Obyek Wisata Pantai Olo beserta Restoran Ocean Pasific
di Kelurahan Bagan Deli
2.2. Pemanfaatan Sumberdaya Ekosistem Hutan Mangrove
Aktivitas ekonomi penduduk yang mengakibatkan kerusakan ekosistem
hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan adalah
pemanfaatan sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem hutan mangrove.
Pemanfaatan sumberdaya ekosistem hutan mangrove oleh pemduduk di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dapat diketahui dari hasil
pengumpulan data primer yang bersumber dari angket yang diberikan langsung
kepada responden dari sampel penelitian yang berjumlah 93 Kepala Keluarga
(KK) di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dengan hasil sebagai
berikut.
2.2.1. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Mangrove
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai
pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove, maka jawaban responden yang
memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove sebanyak 55 KK (59,14%) dan
jawaban responden yang tidak memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove
sebanyak 38 KK (40,86%). Hal ini berarti responden dari sampel penelitian
ternyata lebih dominan memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
2.2.2. Bagian Yang Dimanfaatkan Dari Sumberdaya Hutan Mangrove
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai bagian
yang dimanfaatkan dari sumberdaya hutan mangrove, maka jawaban responden
yang memanfaatkan pohon mangrove (kayu, buah, biji dan akar) sebanyak 48 KK
(53,70%), jawaban responden yang memanfaatkan biota laut yang terdapat di
dalam ekosistem hutan mangrove sebanyak 7 KK (7,82%) dan dan tidak ada
responden yang menjawab lainnya. Hal ini berarti responden dari sampel
penelitian ternyata lebih dominan memanfaatkan pohon mangrove, baik kayu,
buah, biji, maupun akar.
2.2.3. Penggunaan Bagian Dari Hutan Mangrove Tersebut Yang Dimanfaatkan
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai
penggunaan bagian dari hutan mangrove tersebut yang dimanfaatkan, maka
jawaban responden yang penggunaannya untuk kebutuhan sendiri sebanyak 46
KK (51,45%), jawaban responden yang penggunaannya langsung dijual sebanyak
9 KK (10,07%), dan tidak ada responden yang menjawab untuk diolah kembali.
Hal ini berarti responden dari sampel penelitian ternyata lebih dominan
penggunaan bagian dari hutan mangrove tersebut yang dimanfaatkan untuk
kebutuhan sendiri.
2.2.4. Pengalihfungsian Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove Dijadikan Lahan
Pertambakan
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai
pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove dijadikan lahan
pertambakan, maka jawaban responden yang menyatakan adanya
pengalihfungsian tersebut sebanyak 89 KK (95,70%), dan jawaban responden
yang menyatakan tidak ada pengalihfungsian tersebut sebanyak 4 KK (4,30%).
Hal ini berarti responden dari sampel penelitian ternyata lebih dominan
menyatakan adanya pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove
dijadikan lahan pertambakan.
2.2.5. Pengalihfungsian Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove Dijadikan Lahan
Untuk Pembangunan
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai
pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove dijadikan lahan untuk
pembangunan, maka jawaban responden yang menyatakan adanya
pengalihfungsian tersebut sebanyak 83 KK (89,25%), dan jawaban responden
yang menyatakan tidak ada pengalihfungsian tersebut sebanyak 10 KK (10,75%).
Hal ini berarti responden dari sampel penelitian ternyata lebih dominan
menyatakan adanya pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove
dijadikan lahan untuk pembangunan.
3. Upaya Pelestarian Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Akibat
Aktivitas Ekonomi Penduduk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan
Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang telah dibahas
sebelumnya harus dilakukan upaya menjaga kelestarian ekosistem hutan
mangrove oleh pemerintah daerah/setempat dan penduduk juga harus ikut
berpartisipasi membantu pemerintah dalam upaya pelestarian ekosistem hutan
mangrove di daerah penelitian tersebut dengan cara konservasi, rehabilitasi
maupun reboisasi. Sebelum tahun 2011, pemerintah daerah/setempat yang bekerja
sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara untuk melaksanakan
program upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dengan melakukan rehabilitasi dan
reboisasi.
Program tersebut sudah terlaksana dengan reboisasi atau menanam
kembali pohon mangrove sebanyak 30.000 pohon di lokasi dekat garis pantai.
Kemudian pemerintah daerah/setempat yang bekerja sama dengan Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara berencana melakukan program upaya
pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan pada bulan Mei – Juni 2011 dengan melakukan
reboisasi atau menanam kembali pohon mangrove sebanyak 50.000 pohon di
daerah lahan garapan di Lingkungan VI dan lahan pertambakan di Lingkungan
XV yang dapat dilihat pada gambar 18 dan 19 (Rencana Penanaman Kebun Bibit
Rakyat/RPB-KBR Kota Medan, 2011).
Gambar 18: Lokasi Penanaman Kembali (Reboisasi) Pohon Mangrove
di Lahan Garapan Lingkungan VI Kelurahan Bagan Deli
Gambar 19: Lokasi Penanaman Kembali (Reboisasi) Pohon Mangrove
di Lahan Pertambakan Lingkungan XV Kelurahan Bagan Deli
Selain itu, menurut hasil data primer dalam pengumpulan data berupa
angket yang dijawab oleh responden dari sampel penelitian sebanyak 93 Kepala
Keluarga (KK) adalah sebagai berikut.
3.1.Perencanaan Melakukan Upaya Menjaga Kelestarian Ekosistem Hutan
Mangrove
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai
perencanaan melakukan upaya menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove,
maka jawaban responden yang menyatakan ikut berpartisipasi dalam perencanaan
tersebut sebanyak 27 KK (29,03%) dan jawaban responden yang menyatakan
tidak ikut berpartisipasi dalam perencanaan tersebut sebanyak 66 KK (70,97%).
Hal ini berarti responden dari sampel penelitian ternyata lebih dominan
menyatakan ikut berpartisipasi dalam perencanaan melakukan upaya menjaga
kelestarian ekosistem hutan mangrove.
3.2.Upaya Dari Pemerintah Daerah/Setempat Yang Melakukan Upaya Pelestarian
Ekosistem Hutan Mangrove
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai upaya
dari pemerintah daerah/setempat yang melakukan upaya pelestarian ekosistem
hutan mangrove, maka jawaban responden yang menyatakan adanya upaya dari
pemerintah daerah/ setempat sebanyak 80 KK (86,02%) dan maka jawaban
responden yang menyatakan tidak ada upaya dari pemerintah daerah/ setempat
sebanyak 13 KK (13,98%). Hal ini berarti responden dari sampel penelitian
ternyata lebih dominan menyatakan adanya upaya dari pemerintah daerah/
setempat yang melakukan upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove.
3.3.Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah/Setempat Dalam Menjaga
Kelestarian Ekosistem Hutan Mangrove
Menurut hasil jawaban responden dari sampel penelitian mengenai upaya
yang dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat dalam menjaga kelestarian
ekosistem hutan mangrove, maka jawaban responden yang menyatakan reboisasi
sebanyak 22 KK (23,66%), jawaban responden yang menyatakan rehabilitasi
sebanyak 11 KK (11,82%), tidak ada responden yang jawabannya menyatakan
konservasi dan jawaban responden yang menyatakan ketiga-tiganya, yaitu
reboisasi, rehabilitasi dan konservasi sebanyak 47 KK (50,54%). Hal ini berarti
responden dari sampel penelitian ternyata lebih dominan menyatakan upaya dari
pemerintah daerah/ setempat yang melakukan upaya menjaga kelestarian
ekosistem hutan mangrove dengan melakukan ketiga-tiganya, yaitu reboisasi,
rehabilitasi dan konservasi.
Selain melakukan penanaman kembali reboisasi) pohon mangrove,
pemerintah daerah/setempat juga melakukan rehabilitasi dan konservasi ekosistem
hutan mangrove dengan cara (1) mengawasi dan menjaga secara langsung ke
lapangan kondisi ekosistem hutan mangrove, (2) memberikan sanksi dan hukuman
tegas kepada pelaku illegal logging pohon mangrove di daerah pelarangan kawasan
hutan mangrove dan (3) memperbaiki pohon-pohon mangrove yang telah rusak
tanpa reboisasi, misalnya memperbaiki dahan dan cabang pohon mangrove yang
patah.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kondisi Fisik Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
201 Tahun 2004 tentang tiga tingkatan kerusakan ekosistem hutan mangrove
(Dahuri, 1996) yang dimana dari hasil penelitian luas kerusakan ekosistem hutan
mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan lebih dominan
termasuk kerusakan berat sebesar 72 Ha (76,60%) dengan persentasi penutupan
vegetasi hutan mangrove di lahan kawasan ekosistem hutan mangrove kurang dari
10% dan kerapatan pohon mangrove kurang dari 200 Pohon/Ha. Sehingga
kerusakan ekosistem hutan mangrove yang termasuk tingkat berat di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dapat mengakibatkan kehidupan fauna
yang berhabitat disana terancam bahaya bahkan dapat mengalami kepunahan dan
aktivitas ekonomi penduduk yang memanfaatkan sumberdaya alam hutan
mangrove akan terhenti, selain itu daerah garis pantai dan pesisir Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan akan terancam dari bencana alam
tsunami, gelombang laut besar dan abrasi yang dapat membahayakan kehidupan
penduduk yang berdomisili di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
2. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan
Mangrove Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
Aktivitas ekonomi penduduk yang dapat mengakibat kerusakan ekosistem
hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dari hasil
penilitian berupa pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi
lahan pertambakan (seperti tambak ikan, tambak udang dan tambak kepiting) dan
lahan untuk pembangunan (seperti perumahan, permukiman, gedung sekolah,
industri, sarana dan prasarana) serta pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove
yang terdapat disana (seperti memanfaatkan bagian dari pohon mangrove maupun
biota laut yang terdapat disana) untuk digunakan langsung untuk kebutuhan
sendiri maupun dijual ke pihak lain. Semua aktivitas ekonomi penduduk tersebut
merupakan penyebab ancaman dan kerusakan ekosistem hutan mangrove yang
dikemukakan oleh Ibrahim (2006).
Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi
penduduk untuk memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove di Kelurahan Bagan
Deli Kecamatan Medan Belawan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga
mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan mangrove sesuai dengan pernyataan
Perum Perhutani (1994) disebabkan karena faktor keinginan untuk membuat lahan
pertambakan dengan lahan yang terbuka dengan harapan ekonomis dan
menguntungkan karena mudah dan murah, kebutuhan kayu bakar yang sangat
mendesak untuk rumah tangga, karena tidak ada pohon lain di sekitarnya yang
bisa ditebang, dan rendahnya pengetahuan masyarakat akan berbagai fungsi hutan
mangrove, adanya kesenjangan sosial antara petani tambak tradisional dengan
pengusaha tambak modern, sehingga terjadi proses jual beli lahan yang sudah
tidak rasional.
3. Upaya Pelestarian Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Akibat
Aktivitas Ekonomi Penduduk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan
Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa upaya pelestarian
kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah/setempat dan penduduk juga harus ikut berpartisipasi
membantu pemerintah dalam upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove di
daerah penelitian tersebut dengan cara konservasi, rehabilitasi maupun reboisasi
seperti yang dikemukakan oleh Rahmawaty (2006).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian ini yang telah dibahas pada BAB V,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan dengan luas kerusakan hutan mangrove 94 Ha
(75,20%) dari luas seluruh hutan mangrove 125 Ha, tetapi kerusakan hutan
mangrove tergolong kondisi berat 72 Ha (76,60%) dari luas kerusakan hutan
mangrove 94 Ha.
2. Aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan berupa pengalihfungsian
kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi lahan pertambakan dan lahan
untuk pembangunan, serta pemanfaatan sumberdaya yang terkandung dalam
ekosistem hutan mangrove, baik pohon mangrove maupun biota laut yang
terdapat disana.
3. Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas
ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat bekerja sama dengan Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan partisipasi penduduk dalam
penanaman kembali (reboisasi) sebanyak 50.000 pohon di daerah lahan
garapan di Lingkungan VI dan lahan pertambakan di Lingkungan XV pada
bulan Mei – Juni 2011.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan, naka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pemerintah daerah untuk benar-benar menjalankan
program pelestarian ekosistem hutan mangrove dengan baik di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan agar program tersebut benar-benar
terlaksana dengan baik.
2. Diharapkan kepada pemerintah daerah hendaknya melakukan penyuluhan
langsung ke lapangan tentang pemanfaatan dan pelestarian ekosistem hutan
mangrove kepada seluruh penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan agar penduduk dapat mamahami, memanfaatkan, dan
melestarikan sebaik mungkin sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem
hutan mangrove.
3. Program pemerintah daerah tentang pelestarian ekosistem hutan mangrove di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan sangat perlu didukung
dengan informasi yang jelas dan transparansi kepada penduduk yang
berdomisili di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
4. Diharapkan kepada pemerintah daerah juga bersedia dan siap untuk
mengawasi dan menjaga ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan agar tidak mengalami kerusakan yang lebih parah
lagi dari sebelumnya.
5. Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan kepada pemerintah daerah juga
bersedia dan siap untuk mengawasi pembuangan limbah padat dan cair yang
bersumber dari industri, pelabuhan, kapal niaga maupun nelayan dan rumah
tangga agar limbah tersebut tidak terlalu banyak mencemari kawasan
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan sehingga mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan mangrove.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2003. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Hutan Mangrove Indonesia, Kondisi, Manfaat dan Pengelolaannya. , (Online), (http://www.google.com/jurnalmangrove/, diakses 13 Juli 2010).
Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi & Manfaatnya.Yogyakarta
: Kanisius. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Ghostrecon. 2008. Jurnal Indoskripsi. Kerusakan dan Usaha Rehabilitasi
Hutan Mangrove di Indonesia, (Online), (http//www.indoskripsi.com, diakses 28 September 2010).
Harahab, Nuddin. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove &
Aplikasinya Dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hasan, TWN. 2007. Harian Sinar Indonesia Baru (SIB). Kerusakan Hutan Bakau
di Sumut Mencapai 62,7 Persen dari Luas 83.550 Ha, (Online), (http://www.hariansib.com/?p=10858, diakses 5 Agustus 2010).
Irwanto. 2008. Irwantoshut.com. Hutan Mangrove dan Manfaatnya, (Online),
(http://www.irwantoshut.com/penelitian/hutan_mangrove/, diakses 7 September 2010).
Isma. 2009. Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove di Desa Secanggang
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera
Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Bogor: DIPA Puslit Biologi-LIPI Bogor (2): hlm 163-170.
Rizka, Meika. 2010. Upaya Pelestarian Hutan Mangrove Berdasarkan Pendekatan
Masyarakat. Karya Ilmiah. Bengkulu: Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (1): hlm. 3-13.
S, Nasib. 2008. Kecamatan Medan Belawan Dalam Angka. Medan: Katalog BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Medan.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang: Dahara
Prize. Sugiarto (dkk). 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta: Penebar Ilmu. Suhendang, E. dan Kusuma C. 1993. Kelestarian Hasil Dalam Pengelolaan
Hutan Mangrove. Jakarta: Lestari. Sulastri. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi Hutan Mangrove di
Desa Lubuk Kasih Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wahyuni, Sri. 2009. Pengelolaan Hutan Mangrove di Kelurahan Belawan
Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Tambunan, Patiar. 2009. Kajian Potensi Ekonomi Mangrove (Studi Kasus di Desa
Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Tika, Moh. Pandu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Umairoh. 2010. Kajian Kelembagaan dan Persepsi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Desa Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Lampiran I
LEMBAR OBSERVASI
A. Biodata
Nama : Muhammad Fadhlan
NIM : 061233310038
Jurusan : Pendidikan Geografi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial
Universitas : Universitas Negeri Medan (UNIMED)
Judul Skripsi : Pengaruh Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan
Mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
Lokasi Penelitian
Kelurahan : Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan : Kecamatan Medan Belawan
Waktu Penelitian :........................................................................................................................
B. Data Observasi
1. Pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove dijadikan lahan pertambakan
No Jenis
Tambak Nama Pemilik Nama Budidaya
Luas
(Ha)
Hasil
Produksi
(ton/tahun)
Keterangan
1 Tambak
Ikan
Jumlah
2 Tambak
Udang
Jumlah
3 Tambak
Kepiting
Junlah
Total
2. Pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove dijadikan lahan untuk pembangunan
No Jenis
Pembangunan Nama Bangunan Nama Pemilik Luas (Ha) Lokasi
1 Perumahan
2 Permukiman
3 Pendidikan
4 Industri
5 Sarana &
Prasarana
Jumlah
Lampiran II
ANGKET PENELITIAN
A. Pendahuluan
Sudilah kiranya Bapak/Ibu menjawab daftar pertanyaan di bawah ini, diisi dengan sejujurnya
sesuai dengan keadaan sebenarnya. Adapun tujuan pengisian angket ini adalah untuk memperoleh data
tentang “Pengaruh Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan”. Jawaban Bapak/Ibu sangat dibutuhkan dalam
penyusunan skripsi dan dijamin kerahasiaannya serta tidak mempengaruhi kehidupan pribadi Bapak/Ibu.
Akhir kata, atas bantuannya diucapkan terima kasih.
B. Petunjuk:
Isilah titik-titik dari data-data di bawah ini yang disediakan atau beri tanda silang ( X ) atau
lingkaran (O) pada data responden berikut sesuai dengan data diri dan pilihan Bapak/Ibu dan pada pilihan
jawaban yang telah disediakan sesuai dengan kondisi nyata atau fakta di lapangan!
C. Data Responden:
Nama Lengkap :..................................................................................................................
Nama Panggilan :..................................................................................................................
Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan
Alamat :..................................................................................................................
Agama :..................................................................................................................
Suku :..................................................................................................................
Daerah Asal :..................................................................................................................
Usia/Umur :..................................................................................................................
Tempat & Tanggal Lahir :..................................................................................................................
Pendidikan Terakhir :..................................................................................................................
Status Perkawinan : a. Kawin b. Tidak Kawin
Jumlah Anggota Keluarga :......................................Orang
Pekerjaan Utama :..................................................................................................................
Pekerjaan Sampingan :..................................................................................................................
Pendapatan/Penghasilan :..................................................................................................................
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang hutan mangrove?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang fungsi dan manfaat dari hutan mangrove?
a. Ya b. Tidak
3. Berapa jarak lokasi ekosistem hutan mangrove dari tempat tinggal Bapak/Ibu?
a. Dekat (0 – 500 m) b. Jauh (500 – 1000 m)
4. Bagaimana kondisi/keadaan hutan mangrove di daerah tempat tinggal Bapak/Ibu dilihat dari kerapatan
pohon mangrove dalam ekosistem hutan mangrove? a. Baik (≥ 1500 Pohon/Ha) b. Sedang (≥ 1000 - < 1500 Pohon/Ha) c. Rusak (< 1000 Pohon/Ha)
5. Apabila kondisi/keadaan hutan mangrove di daerah tempat tinggal Bapak/Ibu yang mengalami
kerusakan, seberapa besar tingkat kerusakannya dilihat dari kerapatan pohon mangrove dalam ekosistem hutan mangrove? a. Kecil (< 1000 Pohon/Ha) b. Sedang (< 600 Pohon/Ha) c. Besar (< 200 Pohon/Ha)
6. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove di daerah tempat tinggal?
a. Ya b. Tidak
7. Bagian apa yang dimanfaatkan dari sumberdaya hutan mangrove?
a. Pohon (kayu, buah, biji dan akar) b. Biota Laut c. Lainnya (sebutkan!):.................................................................
8. Digunakan untuk apa bagian dari hutan mangrove tersebut yang dimanfaatkan?
a. Kebutuhan Sendiri b. Langsung Dijual c. Diolah Lagi Menjadi Bahan Lain
9. Apakah penduduk di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu terdapat pengalihfungsian kawasan ekosistem
hutan mangrove dijadikan lahan pertambakan?
a. Ya
b. Tidak
10 Apakah penduduk di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu terdapat pengalihfungsian kawasan ekosistem
hutan mangrove dijadikan lahan untuk pembangunan?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah kerusakan ekosistem hutan mangrove di daerah tempat tinggal dapat mempengaruhi aktivitas
ekonomi keluarga Bapak/Ibu?
a. Ya
b. Tidak
12. Seberapa besar tingkat pengaruh aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan
mangrove di daerah tempat tinggal?
a. Kecil
b. Sedang
c. Besar
13. Apakah Bapak/Ibu berencana akan melakukan upaya menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove
di daerah tempat tinggal?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah ada upaya dari pemerintah daerah/setempat yang melakukan pelestarian ekosistem hutan
mangrove di daerah tempat tinggal?
a. Ada
b. Tidak Ada
15. Upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat dalam menjaga kelestarian ekosistem
hutan mangrove di daerah tempat tinggal?
a. Konservasi
b. Rehabilitasi
c. Reboisasi
d. Ketiga-tiganya
Lampiran III
PERHITUNGAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI
Pada populasi penelitian berupa jumlah seluruh di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan yang berjumlah 3.144 kepala keluarga (KK). Apabila
sampel tersebut sudah lebih dari 1000 kepala keluarga (KK), maka perhitungan
untuk menetukan jumlah sampel dengan rumus-rumus sebagai berikut:
d. Menghitung variabilitas (V) terlebih dahulu untuk mengambil jumlah sampel
sebagai berikut:
Rumus 1:
Apabila jumlah populasi aktivitas penduduk yang mempengaruhi kerusakan
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
diperkirakan sebesar 50%, maka variabilitas (V) jumlah sampel yang akan diambil
adalah sebagai berikut.
5010050 V
5050V
2500V
50V
ppV 100
benardianggapyangsampeltikkarakterispersentasepasVariabilitV
Keterangan
:
e. Selanjutnya menghitung jumlah sampel (n) dari variabilitas (V) yang sudah
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rumus 2:
Jika ditentukan batas kepercayaan (C) sebesar 10% dan tingkat kepercayaan (Z)
sebesar 95%, maka jumlah sampel (n) dari variabilitas (V) sebesar 50 adalah
sebagai berikut.
2
105096,1
n
2
1098
n
28,9n
96n
2
C
VZn
)(
)(
:
LimitConfidencenkepercayaaBatasCasVariabilitV
LevelConfidencenkepercayaaTingkatZsampelJumlahn
Keterangan
f. Kemudian menghitung jumlah sampel yang sebenarnya (n’) digunakan rumus
jumlah sampel yang dikoreksi sebagai berikut.
Rumus 3:
Apabila jumlah sampel (n) sebesar 96 dan jumlah populasi (N) di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan sebesar 3.144 kepala keluarga (KK),
maka jumlah sampel yang sebenarnya (n’) adalah sebagai berikut.
144.3961
96'
n
030,0196'
n
030,196'n
20,93'n
93'n
Jadi jumlah sampel yang sebenarnya dalam penelitian ini adalah 93 kepala
keluarga (KK) dari populasi 3.144 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan sebagai lokasi penelitian.
Nn
nn
1
'
)arg(2
':
aKeluKepalapopulasiJumlahNrumusnberdasarkadihitungyangsampelJumlahn
dikoreksitelahyangsampelJumlahnKeterangan
Tabel 14: Identitas Responden Sebagai Sampel Penelitian di Kelurahan Bagan Deli.
No Nama Agama Suku Daerah Asal
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan Terakhir
Status Kawin
Jumlah Keluarga Pekerjaan Penghasilan
1 Kamaluddin Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli /30-10-1978
S-1 UISU Kawin 4 Karyawan Rp. 2.000.000/bulan
2 Bambang Sapino Islam Jawa Gabion Gabion/02-03-1941 - Kawin 9 Nelayan Rp. 60.000/hari
3 Muhammad Effendi Islam Melayu P. Siantar P. Siantar/10-10-1974 SMP Kawin 4 Nelayan Rp. 50.000/hari
4 Junaidi Islam Jawa Aceh Aceh/27-01-1963 SD Kawin 9 Nelayan Rp. 50.000/hari
5 Muhammad Jamil Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/31-12-1975 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 30.000/hari
6 Mustahar Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/27-07-1958 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 25.000/hari
7 Muhammad Isah Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/31-01-1968 SD Kawin 10 Nelayan Rp. 50.000/hari
8 Syahban Islam Melayu Bagan Deli BaganDeli/24-09-1970 SD Tidak
Kawin 5 Nelayan Rp. 30.000/hari
9 Ishaq Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/31-12-1969 - Kawin 12 Nelayan Rp. 50.000/hari
10 Samcilik Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/04-05-1981 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 30.000/hari
11 Syabri Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli-31-12-1960 SD Kawin 10 Nelayan Rp. 50.000/hari
12 Muhammad Yunus Islam Melayu Belawan Bahagian
Bagan Deli/12-01-1970 SMP Kawin 4 Nelayan Rp. 45.000/hari
13 Erwin Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/20-07-1981 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 40.000/hari
14 Saiful Anwal Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/21-01-1960 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 40.000/hari
15 Hermansyah Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/30-11-1988 SD Kawin 2 Nelayan Rp. 50.000/hari
Lanjutan Tabel 14
No Nama Agama Suku Daerah Asal
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan Terakhir
Status Kawin
Jumlah Keluarga Pekerjaan Penghasilan
16 Suheri Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/11-06-1988 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
17 Hendra Syahputra Islam Banjar Belawan Bahagia
Bagan Deli/05-04-1983 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 50.000/hari
18 Bilhot Sianipar Kristen Protestan Batak Sidikalang Sidikalang/12-
12-1967 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 50.000/hari
19 Warsiman Islam Jawa Bagan Deli Bagan Deli/12-12-1954 SD Kawin 5 Wiraswasta Rp. 35.000/hari
20 Muhammad Taat Islam Melayu H. Perak H. Perak/12-06-1968 SD Kawin 9 Nelayan Rp. 40.000/hari
21 Jamaludin Islam Jawa T. Balai T. Balai/03-03-1982 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
22 Abiat Islam Melayu T. Tinggi T. Tinggi/25-11-1963 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 150.000/hari
23 Amri Islam Melayu Batu Bara Bagan Deli/25-09-1977 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 50.000/hari
24 Misranto Islam Mandailing Belawan Bagan Deli/16-01-1970 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 65.000/hari
25 Darussalam Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/03-10-1983 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 45.000/hari
26 Edi Supianto Islam Jawa Batu Bara Batu Bara/02-06-1982 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 70.000/hari
27 Rahmat Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/27-12-1983 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 30.000/hari
28 Arifin Simatupang Islam Batak Medan Medan/31-12-1957 SD Kawin 5 Nelayan Rp. 30.000/hari
29 Rusdi Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/10-12-1961 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 30.000/hari
30 Emmi Chaniago Islam Minang Padang Padang/31-12-1941 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 45.000/hari
31 Anwar Nasution Islam Mandailing Bagan Deli Bagan Deli//07-01-1979 SD Kawin 5 Nelayan Rp. 60.000/hari
Lanjutan Tabel 14
No Nama Agama Suku Daerah Asal
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan Terakhir
Status Kawin
Jumlah Keluarga Pekerjaan Penghasilan
32 Ilham Islam Banjar Belawan Belawan/09-10-1974 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
33 Nurdin Islam Melayu Belawan Belawan/24-11-1978 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 30.000/hari
34 Muhammad Haris Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/13-03-1981 SLTP Kawin 4 Wiraswasta Rp. 80.000/hari
35 Abu Sama Islam Minang Padang Padang/06-10-1946 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 40.000/hari
36 Ali Imran Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/08-08-1960 SD Kawin 5 Nelayan Rp. 60.000/hari
37 Ilham Islam Jawa Batu Bara Batu Bara/04-10-1983 SMP Kawin 5 Nelayan Rp. 45.000/hari
38 Samsudin Islam Melayu T. Balai T. Balai/ 19-10-1982 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 45.000/hari
39 Ridwan Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/22-03-1975 - Kawin 11 Nelayan Rp. 50.000/hari
40 Muhammad Ikmal Islam Melayu Sergai Sergai/23-12-1990 SMP Tidak
Kawin 6 Nelayan Rp. 35.000/hari
41 Muhammad Ayub Islam Melayu Sei Mati Bagan Deli/07-07-1973 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 30.000/hari
42 Syahril Islam Melayu T. Pura Belawan/17-07-1973 SMA Kawin 6 Karyawan Rp. 3.000.000/bulan
43 Abdul Dulsalam Islam Melayu Sei Rampah
Sei Rampah/18-08-1950 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
44 Ramlan Islam Jawa Bagan Deli Bagan Deli/01-05-1950 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 50.000/hari
45 Sahdan Islam Banjar Bagan Deli Bagan Deli/11-04-1972 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 50.000/hari
46 Robi Sugari Islam Mandailing Bagan Deli T. Tinggi/11-02-1982 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 200.000/hari
Lanjutan Tabel 14
No Nama Agama Suku Daerah Asal
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan Terakhir
Status Kawin
Jumlah Keluarga Pekerjaan Penghasilan
47 Ahmad Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/28-02-1960 SMP Kawin 4 Nelayan Rp. 300.000/hari
48 Suhendrik Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/03-10-1981 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 70.000/hari
49 Muhammad Arifin Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/26-11-1967 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 50.000/hari
50 Samsudin Siagian Islam Batak T. Balai T. Balai/07-03-1962 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 35.000/hari
51 Joko Muhadi Islam Jawa Medan Belawan/26-09-1986 SMP Tidak
Kawin 6 Karyawan Rp. 1.300.000/bulan
52 Riduan Islam Jawa T. Morawa T. Morawa/11-12-1984 SMA Kawin 2 Supir Rp. 70.000/bulan
53 Syahrul Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/06-05-1963 SD Kawin 9 Nelayan Rp. 50.000/hari
54 Hamdan Amir Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/17-04-1958 SD Kawin 10 Nelayan Rp. 50.000/hari
55 Harun Rasyid Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/12-08-1976 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 50.000/hari
56 Mahyaruddin Islam Melayu Stabat Stabat/03-10-1984 SLTA Kawin 3 Nelayan Rp. 100.000/hari
57 Ahmad Yani Islam Banjar Stabat Stabat/12-08-1981 SMA Kawin 5 Nelayan Rp. 900.000/bulan
58 Syamsul Bahri Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/21-04-1972 SLTA Kawin 3 Nelayan Rp. 30.000/hari
59 Rustam Effendi Islam Jawa Belawan Belawan/22-09-1965 SD Kawin 8 Nelayan Rp. 50.000/hari
60 Abdul Rahman Ginting Islam Batak Bagan Deli Bagan Deli/05-
09-1985 - Kawin 4 Nelayan Rp. 50.000/hari
61 Rahmad Islam Melayu Medan Labuhan
Medan Labuhan/27-02-1977
SD Kawin 6 Nelayan Rp. 50.000/hari
Lanjutan Tabel 14
No Nama Agama Suku Daerah Asal
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan Terakhir
Status Kawin
Jumlah Keluarga Pekerjaan Penghasilan
62 Edi Syahputra Islam Batak Bagan Deli Bagan Deli/19-02-1989 SD Kawin 5 Nelayan Rp. 40.000/hari
63 Nevriadi Sinagi Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/03-04-1975 STM Kawin 5 Nelayan Rp. 40.000/hari
64 Abdul Muis Islam Melayu H. Perak H. Perak/07-04-1960 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 50.000/hari
65 Ikhlas Hutoyo Islam Jawa Bagan Deli Bagan Deli/17-04-1950 SD Kawin 13 Nelayan Rp. 20.000/hari
66 Ihsan Kurniawan Islam Batak Medan Medan/25-04-1976 STM Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
67 Aldyan Islam Batak Tapsel Tapsel/08-12-1968 SMP Kawin 6 Nelayan Rp. 35.000/hari
68 Amir Syarifuddin Islam Mandailing Perbaungan Perbaungan/18-08-1958 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 70.000/hari
69 Abdul Karim Islam Melayu Batu Bara Batu Bara/12-02-1964 SMA Kawin 7 Nelayan Rp. 70.000/hari
70 Bahri Islam Melayu P. Brandan P. Brandan/20-03-1974 SD Kawin 5 Nelayan Rp. 50.000/hari
71 Muhammad Idrus Islam Melayu T. Pura T. Pura/31-12-1962 SD Kawin 6 Karyawan Rp. 150.000/hari
72 Hermansyah Islam Jawa Bagan Deli Bagan Deli/21-07-1974 SMA Kawin 5 Nelayan Rp. 40.000/hari
73 Abdulah Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/08-11-1980 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 40.000/hari
74 Muktar Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/27-03-1948 SD Kawin 10 Nelayan Rp. 50.000/hari
75 Husni Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/04-03-1975 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
76 Jalal Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/02-03-1935 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 50.000/hari
Lanjutan Tabel 14
No Nama Agama Suku Daerah Asal
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan Terakhir
Status Kawin
Jumlah Keluarga Pekerjaan Penghasilan
77 Mulyadi Islam Melayu Belawan Belawan/24-10-1968 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 50.000/hari
78 Zennuar Islam Melayu T. Tinggi T. Tinggi/30-05-1968 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 35.000/hari
79 Adha Panjaitan Islam Batak Bagan Deli Bagan Deli/06-01-1977 SD Kawin 5 Nelayan Rp. 40.000/hari
80 Heri Kiswanto Islam Jawa Martubung Belawan/23-06-1984 SMP Kawin 4 Nelayan Rp. 150.000/hari
81 Muhammad Yakub Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/29-07-1979 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 30.000/hari
82 Musbahtiari Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/15-11-1964 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 40.000/hari
83 Sudarmin Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/04-02-1956 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 50.000/hari
84 Gito Islam Jawa Medan Medan/12-10-1976 SD Kawin 5 Karyawan Rp. 40.000/hari
85 Yahya Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/31-12-1970 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
86 Tarmizi Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/31-12-1969 SD Kawin 3 Nelayan Rp. 50.000/hari
87 Muhammad Azrali Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/14-08-1970 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 50.000/hari
88 Hendra Syahputra Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/31-12-1975 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 30.000/hari
89 Selamat Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/31-12-1972 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 40.000/hari
90 Ridwan Islam Melayu Mabar Mabar/05-05-1981 SD Kawin 6 Nelayan Rp. 40.000/hari
Lanjutan Tabel 14
No Nama Agama Suku Daerah Asal
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan Terakhir
Status Kawin
Jumlah Keluarga Pekerjaan Penghasilan
91 Johari Islam Banjar P. Brandan T. Pura/11-04-1972 SD Kawin 4 Nelayan Rp. 70.000/hari
92 Salman Islam Melayu Bagan Deli Bagan Deli/12-10-1967 SD Kawin 6 Wiraswasta Rp. 800.000/bulan
93 Hermanto Islam Jawa Bagan Deli Bagan Deli/04-08-1971 SD Kawin 7 Nelayan Rp. 60.000/hari
Sumber: Angket Penelitian di Kelurahan Bagan Deli, 2011
RIWAYAT HIDUP
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Fadhlan
Tempat/Tanggal Lahir : Belawan/11 Desember 1987
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tinggi : 180 cm
Berat Badan : 60 Kg
Status : Belum Menikah
Golongan Darah : 0
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Telepon : 085360967125
Menerangkan dengan sengguhnya:
Pendidikan Formal
1994 – 2000 : SD Negeri 064002 Medan
2000 – 2003 : SMP Swasta Hang Tuah Belawan
2003 – 2006 : SMA Swasta Hang Tuah Belawan
2006 – 2011 : Mahasiswa Pendidikan Geografi UNIMED
Demikian Daftar Riwayat Hidup yang saya buat dengan sebenarnya.
Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
(Muhammad Fadhlan)