skripsi burn linda -...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BER-KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KELURAHAN HARJO SARI
1 KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
LINDA FRISKAWATI BR.MARPAUNG NIM. 121021088
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BER-KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KELURAHAN HARJO SARI
1 KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
LINDA FRISKAWATI BR.MARPAUNG NIM. 121021088
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BER-KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KELURAHAN HARJO SARI 1 KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : LINDA FRISKAWATI BR.MARPAUNG No. Induk Mahasiswa : 121021088 Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kependudukan dan Biostatistika Tanggal Lulus : 27 Januari 2015
Disahkan Oleh
Komisi Pembimbing
ABSTRAK
Pengambilan keputusan untuk berKB mencakup keterlibatan pasangan
dalam dalam mengambil sebuah keputusan yang sebagian besar masih di dominasi oleh keputusan suami. Menurut ICPD (International Conference on Population and Development) 1994, pelaksanaan program KB di Indonesia adalah perempuan mempunyai posisi tawar dan setara dalam pengambilan keputusan untuk berKB.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas tahun 2014. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh PUS dan dijadikan sampel berjumlah 31 PUS. Hasil menunjukkan pengambilan keputusan untuk berKB yang diputuskan suami 15 pasangan (48,4%), istri 7 pasangan (22,6%), bersama 9 pasangan (29,0%). Ada hubungan pengetahuan istri (p = 0,037) dan dukungan sosial pada istri (p = 0,048) dengan pengambilan keputusan untuk berKB. Diharapkan kepada pasangan usia subur (PUS) agar meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama dan tidak memandang gender dalam pengambilan keputusan untuk berKB.
Kata kunci : Pengambilan keputusan untuk berKB. Pasangan Usia Subur, Harjo Sari 1
ABSTRACT
Making decision to participate in Family Planning, involving a couple in making a decision, is mostly dominated by the husband’s decision. According to the International Conference on Population and Development (ICPD) in 1994, the implementation of Family Planning in Indonesia was that women had bargain position and were in equal position in making decision. The objective of the research was to analyze some factors which were correlated with making decision to participate in Family Planning in productive-aged couples at Harjo Sari Village I, Medan Amplas Subdistrict, in 2014. The design of the research was cross sectional study. The population was all productive-aged couples, and 31 of them were used as the samples. The result of the research showed that 15 couples (48.4%) had the husbands who made the decision to participate in Family Planning, 7 couples (22.6%) had the wives who made the decision, and 9 couples (29.0%) had both husbands and wives who made the decision. There was the correlation of wives’ knowledge (p = 0.037) and social support for wives (p = 0.048) with making decision to participate in Family Planning. It is recommended that PUS (productive-aged couples) increase their mutual care and responsibility without considering the gender in making decision to participate in Family Planning. Keywords: Making Decision to Participate in Family Planning, Productive-
Aged Couples, Harjo Sari I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Linda Friskawati Br.Marpaung
Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar/11 Nopember 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 6 Bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Lintas Duri – Pekanbaru Km.79 Kandis - Riau
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1995-2001 : SDN 122371 Pematang Siantar 2. Tahun 2001-2004 : SMPN 1 Kandis - Riau 3. Tahun 2004-2007 : SMA Swasta Katolik Assisi Pematang Siantar 4. Tahun 2007-2010 : Akademi Kebidanan Cipto Medan 5. Tahun 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk
berKB pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan
Medan Amplas Tahun 2014”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui
kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran
masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D selaku Kepala Departemen
Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes, Ph.D selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penulisan
skripsi ini.
4. Ibu dr.Yusniwarti Yusad, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penulisan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang
telah banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Maya Fitria, S.K.M, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
7. Bapak dr.Mohd Arifin Siregar. MS selaku Dosen Penasehat Akademik
yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis mengikuti
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Kependudukan dan
Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Camat dan Staf Kecamatan Medan Amplas yang telah memberi izin untuk
melakukan penelitian dan membimbing selama melakukan penelitian.
10. Terkhusus kepada kedua orangtua yang terkasih, A.Marpaung dan D.br.
Simamora serta adik-adikku tersayang yang senantiasa mendukung dan
mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat tersayang Ida, Indri, Desi, Luciana dan Elisabet yang tak
henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat serta bantuan kepada
penulis selama penyelesaian skripsi ini.
12. Rekan-rekan sepeminatan di Departemen Kependudukan dan Biostatistika
(Desi, Luciana, Lamsio, Eva, Rini, Sarah, Veri, Dahlia) dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini, Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkatNya kepada kita semua.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2015
Penulis
Linda Friskawati Br.Marpaung
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. i ABSTRAK ........................................................................................................................ii ABSTRACT ..................................................................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iv KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 6 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 2.1 Pengambilan Keputusan ............................................................................ 8 2.1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan ................................................. 8 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ............ 9 2.1.3 Dasar-dasar pengambilan keputusan .............................................. 11 2.2 Gender .................................................................................................... 12 2.2.1 Pengertian Gender ......................................................................... 12 2.2.2 Teori Gender ................................................................................. 12 2.2.3 Analisis Gender ............................................................................. 14 2.3 Keluarga Berencana ............................................................................... 14 2.3.1 Pengertian Keluarga Berencana .................................................... 16 2.3.2 Tujuan Gerakan Keluarga Berencana ........................................... 17 2.3.3 Tujuan Keluarga Berencana .......................................................... 19 2.3.4 Sasaran Keluarga Berencana ......................................................... 19 2.3.4.1 Pasangan Usia Subur ......................................................... 19 2.3.4.2 Sasaran Institusional.......................................................... 20 2.3.4.3 Sasaran Wilayah ................................................................ 20 2.3.5 Metode Kontrasepsi ...................................................................... 20 2.3.6 Persyaratan Kontrasepsi Ideal ....................................................... 23 2.3.7 Jenis Metode Kontrasepsi ............................................................. 25 2.4 Faktor-faktor yang berhubungan terhadap pengambilan keputusan Untuk BerKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) ................................... 29 2.4.1 Pengetahuan .................................................................................. 30 2.4.2 Pekerjaan ....................................................................................... 30 2.4.3 Tingkat Pendapatan ....................................................................... 30 2.4.4 Persepsi Gender dalam pengambilan keputusan ........................... 31 2.4.5 Dukungan Sosial ........................................................................... 32 2.5 Kerangka Konsep .................................................................................. 32 2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 33
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................................... 34 3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 34 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 34 3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................. 34 3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 34 3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 34 3.3.1 Populasi ........................................................................................... 34 3.3.2 Sampel ............................................................................................. 35 3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 36 3.5 Defenisi Operasional ................................................................................ 36 3.5.1 Defenisi Operasional Variabel Dependen ....................................... 36 3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Independen .................................... 37 3.6 Alat Pengumpulan Data ........................................................................... 38 3.7 Aspek Pengukuran ................................................................................... 38 3.8 Metode Pengolahan Data ......................................................................... 40 3.9 Analisis Data ............................................................................................ 41 BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................................ 42 4.1. Gambaran Umum Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas ................................................................................................ 42 4.1.1 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Harjo Sari 1 ................ 42 4.2 Analisis Univariat.................................................................................. 43 4.1 Karakteristik Responden ............................................................ 43 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ......... 45 4.3 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan Wanita PUS ...... 47 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............... 47 4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan Pria PUS ................................ 50 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ......... 50 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............... 50 4.8 Distribusi Responden PUS Berdasarkan Tingkat Pendapatan Dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB ........................... 51 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ......... 51 4.10 Distribusi Kategori Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ......... 52 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............... 53 4.12 Distribusi Kategori Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............... 54 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ......... 54 4.14 Distribusi Kategori Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ......... 56 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Gender dalam
Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............... 56 4.16 Distribusi Kategori Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............... 58 4.17 Distribusi Pasangan Usia Subur (PUS) Berdasarkan Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 58 4.3 Analisis Bivariat ................................................................................... 59 4.18 Hubungan Pengetahuan pada Wanita PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 59 4.19 Hubungan Pengetahuan pada Pria PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 60 4.20 Hubungan Status Pekerjaan pada Wanita PUS dengam Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 60 4.21 Hubungan Status Pekerjaan pada Pria PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 61 4.22 Hubungan Tingkat Pendapatan pada PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 62 4.23 Hubungan Dukungan Sosial pada Wanita PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 63 4.24 Hubungan Dukungan Sosial pada Pria PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 64 4.25 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ............................... 64 4.26 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS .................................... 65 BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................................. 67 5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) ................................. 67 5.2 Hubungan Status Pekerjaan dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) ................................. 68 5.3 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) ................................. 69 5.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) ................................. 70 5.5 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) ................................. 70 5.6 Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) ......................................................................................... 71 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 74 6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 74 6.2 Saran .................................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pasangan Usia Subur di
Kelurahan Harjo Sari 1......................................................................... 43 4.2 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS .......................................... 45 4.3 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan Wanita PUS ................. 47 4.4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............................................... 47 4.5 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan Pria PUS ...................... 50
4.6 Distribusi Responden berdasarkan Status Pekerjaan Wanita PUS dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB...............................50 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Status Pekerjaan Pria PUS dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB .................................................. 50 4.8 Distribusi Responden Pasangan Usia Subur berdasarkan Tingkat Pendapatan dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB ................... 51 4.9 Distribusi Responden Pasangan Usia Subur berdasarkan Dukungan Sosial pada Wanita PUS dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB .................................................................................................... 51 4.10 Distribusi Kategori berdasarkan Dukungan Sosial pada Wanita PUS dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB ............................... 52 4.11 Distribusi Responden Pasangan Usia Subur berdasarkan Dukungan Sosial pada Pria PUS dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB .... 53 4.12 Distribusi Kategori berdasarkan Dukungan Sosial pada Pria PUS dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB ....................................... 54 4.13 Distribusi Responden berdasarkan Persepsi Gender pada dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS ......... 54 4.14 Distribusi Kategori berdasarkan Persepsi Gender pada dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Wanita PUS .................... 56 4.15 Distribusi Responden berdasarkan Persepsi Gender pada dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ............... 56 4.16 Distribusi Kategori berdasarkan Persepsi Gender pada dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pria PUS ......................... 58 4.17 Distribusi Responden PUS dalam Pengambilan Keputusan untuk BerKB ................................................................................................... 58 4.18 Hubungan Pengetahuan pada Wanita PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB........................................................................ 59 4.19 Hubungan Pengetahuan pada Pria PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB........................................................................ 60 4.20 Hubungan Status Pekerjaan pada Wanita PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB........................................................................ 60 4.21 Hubungan Status Pekerjaan pada Pria PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB........................................................................ 61 4.22 Hubungan Tingkat Pendapatan pada PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB........................................................................ 62 4.23 Hubungan Dukungan Sosial pada Wanita PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB........................................................................ 63 4.24 Hubungan Dukungan Sosial pada Pria PUS dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB........................................................................ 64
4.25 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk BerKB pada Wanita PUS ...................................................................... 64 4.26 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk BerKB pada Pria PUS ........................................................................... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian .................................... 32
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program keluarga berencana (KB) yang mengedepankan hak-hak
reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender telah disepakati oleh
semua negara pada Konferensi Kependudukan dan Pembangunan di Kairo tahun
1994. Hal ini membawa konsekuensi kepada pelaksanaan program keluarga
berencana di Indonesia dimana perempuan mempunyai posisi tawar dan posisi
setara dalam pengambilan keputusan KB dan kesehatan reproduksi. Pendapat
suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan
metode KB istri.
Berdasarkan dari data SDKI tahun 1991 sampai 2012 bahwa Total Fertility
Rate (TFR) di Indonesia berturut-turut sebagai berikut 1991 (3), 1994 (2,85), 1997
(2,78), 2002 (2,63), 2007 (2,6) dan tahun 2012 (2,6). Dari data diatas terlihat
adanya penurunan dari 3 anak per wanita pada SDKI 1991 menjadi 2,6 anak pada
SDKI 2002-2003. Angka TFR ini stagnan dalam 3 periode terakhir pemantauan
SDKI (2002,2007,2012). Sementara TFR (Total Fertility Rate) untuk Sumatera
Utara yaitu 3,00 pada tahun 2012. Untuk mencapai target RPJMN 2014 sebesar
2,36 maupun target MDG 2015 sebesar 2,11 dibutuhkan upaya lebih sungguh-
sungguh.
Angka kesertaan berKB (Contraceptive Prevalence Rate) peningkatannya
sangat kecil, hanya 0,5% dalam 5 tahun terakhir, baik pada semua cara berKB
maupun pada cara modern. Target RPJMN 2014 untuk cara modern sebesar
60,1% dan MDG 2015 sebesar 65%, namun capaian tahun 2012 baru sebesar
57,9%. Sementara kelompok orang yang membutuhkan pelayanan KB tapi tidak
mendapatkannya (unmet need) angkanya masih tinggi, hanya tururn 0,6% dalam 5
tahun terakhir sebesar 8,5 pada tahun 2012 dimana target RPJMN 2014 sebesar
6,5 (SDKI, 2012).
Di Indonesia, tingkat prevalensi pemakaian alat kontrasepsi atau
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) yang menunjukkan tingkat kesertaan ber-
KB di antara pasangan usia subur (PUS) mencapai 61,9%. Sebanyak 57,4% di
antaranya menggunakan cara KB modern, hanya meningkat sebesar 0,5% dari
57,4% dalam 5 tahun terakhir. Penggunaan kontrasepsi didominasi oleh alat
kontrasepsi jangka pendek, terutama suntikan yang mencapai 31,9%. Tingkat
pemakaian metode KB jangka panjang (MKJP), yaitu IUD, implan, metode
operasi pria (MOP/Vasektomi), dan metode operasi wanita (MOW/Tubektomi)
hanya sebesar 10,6%. Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need)
sudah berhasil diturunkan menjadi 8,5% namun masih jauh dari sasaran yang
ditetapkan yaitu sebesar 5%. (SDKI, 2012)
Saat ini pembangunan perempuan sedang ditingkatkan. Kita dapat melihat
kedudukan perempuan Indonesia dan berbagai peran dan posisi strategis.
Keragaman peran tersebut menunjukkan bahwa perempuan Indonesia merupakan
sumber daya yang potensial apabila ditingkatkan kualitasnya dan diberikan
kesempatan yang sama untuk berperan. Meskipun berbagai kemajuan perempuan
telah dapat terwujudkan, presentasi jumlah penduduk perempuan yang saat ini
berhasil menduduki posisi strategis tetapi dalam posisi pengambilan keputusan
masih sangat kecil termasuk yang berkaitan dengan kesehatan dengan dirinya
sendiri (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan,
2013).
Data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
tentang pencapaian peserta KB Aktif terhadap 333.525 PUS yang diantaranya
diputuskan oleh suami hingga bulan Desember tahun 2013, metode KB yang
paling rendah digunakan akseptor adalah MOP 0,92% dan diikuti oleh metode
MOW 5,72%, Kondom 6,29%, Implan 8,00%, IUD 12,93 %, Pil 31,12 % dan
yang paling banyak adalah akseptor KB suntik yakni 35,00%. Selanjutnya di
Kecamatan Medan Amplas dari pencapaian peserta KB aktif terhadap 21.547
PUS, Medan Amplas memiliki persentase pencapaian 67,56%. Dimana
pencapaian MOP hanya 0,34% sedangkan MOW 3,65% diikuti Kondom 6,56%,
Implant 8,67%, IUD 14,63%, Pil 32,945 dan yang terbanyak adalah akseptor
metode Suntik yakni 33,21%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
akseptor kontrasepsi terbanyak adalah akseptor metode kontrasepsi wanita.
Tingginya dominasi suami dalam pengambilan keputusan perencanaan jumlah dan
jarak kelahiran anak juga ikut mempengaruhi rendahnya penggunaan metode
kontrasepsi pria ini.
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga seringkali dihadapkan pada masalah
pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut menyangkut
kepentingan seluruh anggota keluarga, keputusan sebaiknya diambil dari hasil
kesepakatan bersama, baik tentang isi keputusan maupun tentang siapa yang
dianggap paling berhak untuk mengambil keputusan terakhir (Ihromi, 1990).
Pada umumnya berdasarkan kecenderungan masyarakat, citra seorang
wanita selalu dianggap lebih rendah daripada pria. Banyak fakta yang
memperlihatkan bahwa kebanyakan seorang wanita (istri) terlepas dari
kewajibannya, terlalu diposisikan di bawah dari kaum pria. Seharusnya wanita
dan pria memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam kebebasan bersuara,
berpendapat dan mengaktualisasikan dirinya sehingga tercipta sebuah sinergitas
yang saling menguntungkan (Mudzhar, 2001).
Masalah pengambilan keputusan sering terjadi pada keluarga yang terdiri
dari suami dan istri yang sama-sama memegang peranan penting dalam rumah
tangga. Profil keluarga yang lebih dominan suami menanamkan pada keluarga
dengan nilai-nilai dan sikap tradisional terhadap peran perkawinan. Pendapatan
suami yang lebih tinggi mengakibatkan suami mempunyai kekuatan finansial
dalam keluarga, sebaliknya jika pendapatan suami sedikit, maka istri ikut
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga (Sutisna, 2004)
Struktur sosial masyarakat yang membagi-bagi tugas antara pria dan wanita
seringkali merugikan wanita. Wanita yang bekerja di dalam rumah tangga tidak
mendapatkan penghargaan secara ekonomi. Nilai wanita sebagai ibu adalah suatu
nilai yang sakral yang penuh dengan pengabdian. Istilah peran rangkap tiga yang
dimiliki wanita yaitu : peran produktif (bekerja/mencari nafkah), peran
reproduktif (menyiapkan semua keperluan keluarga untuk di dalam dan di luar
rumah, keperluan suami dan anak), serta peran kemasyarakatan (arisan, gotong
royong dan pengajian) (Daulay, 2007).
Dalam pelaksanaan program KB itu sendiri perempuan cenderung dianggap
sebagai objek. Hal ini erat kaitannya dengan pencapaian target oleh program KB.
Secara kongkrit, pihak yang paling menderita oleh pelaksanaan program KB
adalah perempuan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa memang perempuan
dijadikan tumpuan program KB dimana kebanyakan jenis kontrasepsi di desain
untuk perempuan (Juliantoro, 2000).
Tradisi gender sangat erat kaitannya di kehidupan kita bahkan sejak masih
kecil hadir di tengah-tengah percakapan, gurauan dan sering juga menjadi akar
perselisihan. Pengaruh gender tertanam kuat di dalam berbagai institusi, tindakan,
keyakinan, dan keinginan kita sehingga seringkali dianggap sebagai sesuatu yang
wajar (Saptiawan, 2007)
Ditinjau dari segi hak reproduksi jelas dinyatakan bahwa setiap orang baik
laki-laki maupun perempuan tanpa memandang kelas, sosial, suku, umur, agama,
dan lain-lain mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa perempuan berhak
mengambil keputusan untuk berkeluarga berencana dan memilih metode
kontrasepsi yang cocok untuk dirinya (Hidayat, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kristina Bangun tahun 2013
didapat bahwa istrilah yang memiliki peran paling banyak dalam memilih
keputusan dalam ber KB yaitu sebanyak 71 (77,2%), sedangkan suami hanya 21
(22,9%) dari 92 responden.
Data dari Kecamatan Medan Amplas Kelurahan Harjo Sari 1 Tahun 2013
didapat jumah pasangan usia subur sebanyak 5.582 pasangan dengan 3.563
pasangan yang ber KB dan 2.019 pasangan tidak/belum menggunakan alat
kontrasepsi. Dari masing – masing jenis KB yang digunakan diketahui yang
menggunakan IUD sebanyak 335 (9,4%), Implan 387 (10,86%), MOW 70
(1,96%), Suntik 1.240 (34,80%), Pil 1.167 (32,75%), MOP 14(0,39%) dan
Kondom 350 (9,8%).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada 10 pasangan usia
subur yang berKB di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas didapat
bahwa 4 PUS ber KB atas keputusan suami dengan alasan tidak ingin mempunyai
anak lagi dan memilih metode KB dengan mempertimbangkan kenyamanan
suami, 3 PUS memilih metode ber KB berdasarkan keputusan bersama dan 3 PUS
memilih metode KB berdasarkan keputusan istri tanpa menanyakan pada suami.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ingin dilakukan penelitian
dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
untuk Ber-KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa
pengambilan keputusan untuk berKB pada umumnya di dominasi oleh keputusan
dari suami. Maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia
Subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pengambilan keputusan
untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS).
2. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan pengambilan
keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS).
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan dengan pengambilan
keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS)
4. Untuk mengetahui hubungan persepsi gender dalam pengambilan keputusan
untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS)
5. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan pengambilan
keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS)
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pasangan usia subur (PUS) di
Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas untuk meningkatkan
keterlibatan diantara pasangan usia subur (PUS) terhadap pengambilan
keputusan untuk berKB.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan di Kelurahan
Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas untuk meningkatkan promosi
kesehatan tentang keterlibatan pasangan usia subur (PUS) terhadap
pengambilan keputusan untuk berKB
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti berikutnya yang meneliti
berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk berKB.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengambilan Keputusan
2.1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut G.R Terry Pengambilan Keputusan adalah pemilihan yang
didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang memungkinkan.
Sedangkan menurut P.Siagian (dalam Hasan, 2002) Pengambilan Keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah dan pengumpulan
fakta
Di dalam perkawinan suami istri saling terlibat dalam persoalan yang
menyangkut rumah tangga mereka seperti penganbilan keputusan. Pengambilan
keputusan itu bisa berupa peraturan yang ada dalam rumah tangga, pendidikan,
pemanfaatan pendapatan, penyaluran aspirasi termasuk keputusan dalam
berkeluarga berencana. Dalam pengambilan keputusan seharusnya dengan
musyawarah suami dan istri secara setara untuk persoalan-persoalan penting dan
skala besar bagi ukuran sebuah keluarga (Sunaryo dan Zuriah, 2004).
Pengambilan keputusan publik tetap di dominasi oleh laki-laki karena
mereka merasa mempunyai tugas sebagai kepala keluarga dan bertanggung jawab
memberi nafkah pada keluarga sehingga sesuatu hal yang berkaitan dengan
penggunaan pendapatan tetap diputuskan oleh laki-laki misalnya kepemilikan
rumah (Wiludjeng, 2005). Hal ini didukung oleh UU Perkawinan pasal 31 (3)
menetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga dan istri sebagai
ibu rumah tangga. Suami wajib melindungi istrinya, dan memberi segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya (pasal
34(1)).Sedangkan kewajiban istri adalah mengatur urusan rumah tangga sebaik-
baiknya (pasal 34(2)). Dengan rumusan pembagian peran demikian, peran
perempuan yang resmi adalah peran domestiknya dan mengakibatkan rendahnya
pengambilan keputusan yang sifatnya domestik dan reproduktif, sedangkan suami
berperan pada pengambilan keputusan dalam rumah tangga yang bersifat publik.
Meskipun demikian, istri tidak sepenuhnya memiliki keterlibatan pada
pengambilan keputusan terkait hal-hal reproduksi sebagaimana kasus, sering
terjadinya istri melakukan aborsi karena diminta oleh suami. Hal ini menunjukkan
bahwa hak-hak reproduksi perempuan masih dibawah kendali suami (Muchlis,
2004). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Palestin (2006) suami memainkan
peranan yang sangat penting, terutama pada pengambilan keputusan berkenaan
dengan reproduksi pasangannya termasuk dalam keputusan berKB.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut John
D. Miller (dalam Soenhadji, 2006) yaitu :
a. Jenis Kelamin (pria atau wanita)
b. Peranan pengambilan keputusan
c. Keterbatasan kemampuan
Menurut F.D Rigby (dalam Salusu, 1996) mencoba mengartikan pembuat
keputusan sebagai orang yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan
kewenangan untuk mengambil keputusan. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa
suatu keputusan tidak selayaknya dibuat oleh orang yang tidak memiliki tanggung
jawab dan wewenang untuk maksud tersebut. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan aspek-aspek keterlibatan istri pada pengambilan keputusan yaitu :
a. Kewenangan, diartikan istri diberi kewenangan untuk mengemukakan
pendapat dan ide-ide serta ikut berperan serta dalam pengambilan
keputusan
b. Tanggung jawab, diartikan pendapat yang dikemukan hasil keputusan
bersama harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Keputusan bersifat kompleks, terdapat banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
1. Fisik, didasarkan pada rasa yang dialami tubuh seperti rasa sakit, tidak
nyaman atau nikmat. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku
yang memberikan kesenangan.
2. Emosional, didasarkan oleh perasaan dan sikap. Orang akan bereaksi
pada suatu situasi subjektif.
3. Rasional, didasarkan pada pengetahuan. Orang-orang mendapatkan
informasi , memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuan dalam bertindak
5. Interpersonal, didasarkan pada pengaruh jaringan-jaringan sosial yang
ada. Hubungan antara satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi
tindakan individu.
6. Struktur, didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
2.1.3 Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
Menurut George R.Terry dasar-dasar pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut :
a. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat
subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.
b. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya
keputusan yang akan dihasilkan.
c. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan
terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat
menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.
d. Wewenang
Biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang
lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
e. Rasional
Keputusan yang dihasilkan lebih objektif, logis, lebih transparan,
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala
tertentu sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan
apa yang diinginkan.
2.2 Gender
2.2.1 Pengertian Gender
Menurut WHO Gender adalah “ Seperangkat peran, perilaku, kegiatan,
dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang
dikonstruksikan secara sosial dalam suatu masyarakat”.
Pengertian Gender berkaitan dengan peran dan tanggung jawab antara
perempuan dan laki-laki. Hal ini ditentukan oleh nilai-nilai sosial budaya yang
berkembang (Nurul, 2009).
2.2.2 Teori Gender
Teori-teori yang digunakan untuk melihat permasalahan gender ini
diadopsi dari teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli dalam bidang-bidang
yang terkait dengan permasalahan gender, terutama bidang sosial kemasyarakatan
dan kejiwaan Karena itu teori-teori yang digunakan untuk mendekati masalah
gender ini banyak diambil dari teori-teori sosiologi dan psikologi.
1. Teori Struktural-Fungsional
Merupakan teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi
keluarga. Teori ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial.
Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan
menentukan keragaman fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur
sebuah sistem. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi sosial pasti ada anggota
yang mampu menjadi pemimpin, ada yang mampu menjadi sekretaris atau
bendahara dan ada yang menjadi anggota biasa. Perbedaan fungsi ini bertujuan
untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan individu. Struktur
dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
budaya, norma dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat (Ratna
Megawangi, 1999).
Terkait dengan peran gender, pengikut teori ini menunjuk
masyarakat pra industri yang tertinggal di dalam suatu sistem sosial. Laki-laki
berperan sebagai pemburu (hunter) dan perempuan sebagai peramu (gatherer).
Sebagai pemburu, laki-laki lebih banyak berada diluar rumah dan bertanggung
jawab membawa makanan kepada keluarga. Peran perempuan lebih terbatas
disekitar rumah dalam urusan reproduksi.
2. Teori Sosial-Konflik
Dalam masalah gender, teori sosial-konflik terkadang diidentikkan
dengan teori Marx, karena begitu kuatnya pengaruh Marx didalamnya. Marx yang
kemudian dilengkapi oleh F.Engels mengemukakan suatu gagasan menarik bahwa
perbedaan dan ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan tidak
disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi merupakan bagian dari penindasan
kelas yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan dalam konsep
keluarga.Hubungan laki-laki dan perempuan (suami-istri) tidak ubahnya dengan
hubungan ploretar dan borjuis, hamba dan tuan atau pemeras dan diperas. Dengan
kata lain, ketimpangan peran gender dalam masyarakat bukan karena kodrat dari
Tuhan, tetapi karena konstruksi masyarakat.
3. Teori Feminisme Liberal
Teori ini berasumsi bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan. Karena itu perempuan harus mempunyai hak yang
sama dengan laki-laki.Meskipun demikian, kelompok feminis liberal menolak
persamaan secara menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa
hal masih tetap ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun
juga fungsi organ reproduksi bagi perempuan membawa konsekuensi logis dalam
kehidupan bermasyarakat (Ratna Megawangi, 1999).
2.2. Analisis Gender
Analisis gender merupakan kajian terhadap perbedaan dan kesenjangan
peran laki-laki dan perempuan, ketidakseimbangan, kekuasaan dalam hubungan
mereka, hambatan dan kesempatan serta dampak perbedaan tersebut terhadap
kehidupan mereka (Makarao, 2009).
Banyak ditemukan praktek ketidakadilan dan ketidaksertaan gender di
dalam masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain karena ada tiga peran
perempuan :
1. Peran Produktif
Peran ini berhubungan dengan segala aktifitas dan pekerjaan yang
menghasilkan uang, seperti : bertani, berdagang, pembantu rumah tangga,
membuka warung, bekerja di kantor, dan berbagai pekerjaan lainnya.
Namun sebagian besar upah yang diperoleh kaum perempuan jauh lebih
rendah dibandingkan kaum laki-laki untuk pekerjaan yang sama beratnya.
Hal ini disebabkan karena lemahnya posisi tawar perempuan dan
kesempatan mereka yang terbatas untuk mendapatkan pekerjaan yang
bergaji lebih tinggi, artinya perempuan tersebut harus bekerja diluar
rumah.
2. Peran Reproduktif
Peran ini berhubungan dengan peran perempuan untuk mengurus
rumah tangga dan mensejahterahkan keluarga, termasuk hamil,
melahirkan, merawat anak, mengurus anggota keluarga yang sakit dan
berbagai pekerjaan rumah tangga seperti : memasak, mencuci dan
memasak air. Pekerjaan ini tidak menghasilkan uang dan sangat sulit
diukur. Namun tidak pernah dianggap suatu “pekerjaan”. Karena dilihat
sebagai tanggung jawab perempuan semata. Padahal pekerjaan ini
memakan waktu, mengurai tenaga dan harus dikerjakan setiap hari.
3. Peran di Masyarakat
Peran ini berkaitan dengan keterlibatan kaum perempuan untuk
ikut andil dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan sosial. Laki-laki dan
perempuan, keduanya mempunyai berbagai macam peran di dalam
masyarakat. Namun kaum laki-laki biasanya memfokuskan diri hanya
pada perannya sebagi pencari nafkah, sementara kaum perempuan harus
mengerjakan ketiga peran tersebut sekaligus. Apabila perempuan tidak
bisa mengerjakan ketiga peran diatas, maka akan dianggap gagal dalam
melaksanakan kewajibannya.
Dari ketiga peran diatas, maka terlihat jelas adanya ketidakadilan
dalam pembagian peran dan tugas antara laki-laki dan perempuan. Seperti
yang kita lihat, peran gender telah menyebabkan perempuan selalu bekerja
keras setiap hari. Peran gender seringkali dianggap sebagai hal yang
biasa/alami. Orang sering mengatakan itu memang sudah menjadi tugas
perempuan, atau sebaliknya pekerjaan itu memang urusan laki-laki. Tetapi
tidak ada alasan sama sekali, mengapa perempuan tidak dapat
mengerjakan beberapa pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki.
Begitupun sebaliknyam tak ada aturan mengapa laki-laki tidak
dapat mengerjakan pekerjaan yang biasa dikerjakan perempuan. Terlebih
jika kita melihat perempuan seringkali melakukan pekerjaan yang lebih
berat daripada laki-laki. Padahal ini mempunyai pengaruh yang cukup
serius terhadap kesehatan perempuan.
2.3 Keluarga Berencana
2.3.1 Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga.
Misi program KB oleh BkkbN adalah “ Mewujudkan pembangunan yang
berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
dengan melakukan penyerasian kebijakan pengendalian penduduk, penetapan
parameter penduduk, peningkatan penyediaan dan kualitas analisis data dan
informasi pengendalian penduduk dalam pembangunan keluarga berencana dan
mendorong stakeholders dan mitra kerja dalam menyelenggarakan pembangunan
keluarga berencana dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja,
pemenuhan hak-hak reproduksi, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga peserta KB.
2.3.2 Tujuan Gerakan Keluarga Berencana
Pada tahap awal program Keluarga Berencana Nasional ditujukan kepada
tujuan ganda yaitu:
a. Secara filosofis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50 % dari angka
kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya
dipercepat harus tercapai tahun 1990.
b. Secara demografis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50 % dari
angka kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang
selanjutnya dipercepat harus tercapai tahun 1990. (Meilani dkk, 2010)
Tujuan gerakan KB selanjutnya dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh
lapisan masyarakat dan potensi yang ada.
2. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan
serta kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi
efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu.
3. Mengembangkan usaha – usaha untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harpan hidup,
menurunkan tingkat kematian bayi dan anak – anak dibawah usia
lima tahun serta memperkecil kematian ibu karena resiko
kehamilan dan persalinan.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan,
penghayatan, dan pengalaman norma keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung
jawab.
5. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan
generasi muda dalam pelaksanaan upaya – upaya penanggulangan
masalah kependudukan.
6. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga
lebih mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah maing –
masing.
7. Mengembangkan usaha – usaha peningkatan mutu sumber daya
manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat
pelembagaan nilai – nilai.
8. Memeratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah dan
lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan
daerah pantai.
9. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan
KB yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat diseluruh pelosok tanah
air dengan kualitas yang tinggi dan kenyamanan yang memenuhi
harapan.
Tujuan filosofis: pelembagaan norma – norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera (NKKBS). (BkkbN,2009 dalam Meilani
dkk, 2010)
2.3.3 Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan umum prorgram KB nasional adalah memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang
berkualitas, menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentuk keluarga kecil berkualitas. Dengan demikian tujuan umum ini
untuk mewujudkan visi dan misi proram KB dengan membangun kembali
dan menetapkan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB untuk
mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. (Yuhedi dan Titik.K, 2010).
2.3.4 Sasaran Keluarga Berencana 2.3.4.1 Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subur (PUS) merupakan sasaran utama gerakan KB
Nasional. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur anatar
15 – 49 tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan fertilitas yang
tinggi, sasaran PUS ini ditekankan pada PUS dengan paritas rendah,
khususnya PUS yang berusia mudadan paritas rendah sebagai sasaran
prioritas. Sasaran ini diarahkan untuk menggunakan kontrasepsi efektif
terpilih sehingga jumlah anak yang dilahirkan dapat mendukung
pelembagaan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
2.3.4.2 Sasaran Institusional
Sasaran ini meliputi organisasi – organisasi, lembaga
kemasyarakatan, instansi pemerintah dan instansi swasta. Institusi –
institusi ini akan terus di binadan dimantapkan peranannya sehingga
secara berangsur – angsur dapat melakukan alih peran dalam pengelolaan
gerakan nasional.
2.3.4.3 Sasaran Wilayah
Sasaran wilayah diarahkan untuk dpat mencapai penggarapan
program wilayah paripurna sesuai dengan kondisi pencapaian
program,kondisi potensi wilayah dan kondisi geografisya. Dengan kata
lain sasaran wilayah ini diutamakan untuk peningkatan pemerataan
penggarapan program. (BkkbN, 1992)
2.3.5 Metode Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,berdasarkan
maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki
kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008)
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini
dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat
dilakukan dengan cara, alat atau obat-obatan ( Proverawati, 2010)
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding
rahim (Mulyani dan Rinawati, 2013).
Sejarah penemuan kontrasepsi adalah sebagai berikut :
1. Kondom
a. Menurut riwayatnya kondom telah digunakan dimesir pada tahun
1350 SM.
b. Pada abad ke- 18, Dr. Condom di Inggris membuat kondom dari
usus dengan tujuan untuk mengindari penyakit menular seksual.
c. Kondom yang kini dikembangkan dibuat dari karet dengan ujung
lebih untuk menampung spermatozoa.
d. Kini kondom sangat luas digunakan untuk mencegah penyakit
hubungan seksual termasuk HIV dan AIDS.
2. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
a. Hipokrates menulis tentang bagaimana caranya memasukkan batu
– batu kecil kedalam rahim unta sehingga mengindari kehamilan
dalam perjalanan.
b. Ibnu Zakariya Al Raqy, pada abad ke – 9 mengutarakan upaya nya
untuk menghindari kehamilan unta dengan memasukkan kertas
yang diikat dengan benang kedalam rahim. Pada abad berikutnya
bukan kertas melainkan batu kecil.
c. Richter (Polandia, tahun 1903) membuat AKDR dari benang sutra
dan dimasukkan kedalam rahim.
d. Grafenberg (Jerman, tahun 1930) mengembangkan ide Richter
dengan membuat cincin benang sutra dan selanjutnya dibuat dari
benang perak.
e. Ota (Jepang) membuat cincin Grfenberg dari plastic.
f. Pengembangan AKDR selanjutnya demikian pesat sehingga
sampai saat ini telah dikembangkan sekitar 300 AKDR.
g. BKKBN menganggap standar AKDR adalah Copper T 380 A,
yang telah di produksi sendiri di Bandung.
h. NOVA T merupakan modifikasi Copper T, dengan keuntungan
bahwa saat memasukkan AKDR kedalam insentor nya, AKDR
tidak bersentuh. (Manuaba, 2001)
3. Pil kontrasepsi hormonal
a. Haberland, tahun 1920 menanam ovarium pada binatang percobaan
dengan hasil menemukan kemandulan sementara.
b. Allen, tahun 1930 mengisolasi Progesteron.
c. Pincus, Chang dan Rock tahun 1950 mengemukakan bahwa
pemberian progesterone pada hari ke -5 sampai ke – 25 dapat
menghambat ovulasi pada binatang percobaan. Untuk pertama kali
“Noretinodel dan Mestranol” dipergunakan sebagai pil kontrasepsi
pada tahun 1956 di Puerto Riko.
d. Tahun 1960, dibuat pil kombinasi.
e. Tahun 1963, dibuat pil sekuensial.
f. Tahun 1965, dilakukan pemberian dosis sesuai dengan yang
dibutuhkan.
4. Kontrasepsi mantap perempuan dan laki – laki.
Pada kontap laki – laki tidak terlalu banyak variasi yang dapat
dikembangkan, kecuali teknik pengerjaan nya yang harus berhati – hati
karena jaringan yang longgar pada skrotum membuat banyak kapiler
sehingga dapat menimbulkan hematoma. Perkembangan teknologi kontap
perempuan sangat bervariasi, terutama untuk menutup tuba sendiri.
Berbagai tehnik dikembangkan sehingga tehnik ini sangat menjamin
kemantapan dan sifatnya permanen. Diantaranya Pemeroy, Kruner,
Aplikasi fallofe ring, hemoklip, dan termokauter serta tehnik Uchida.
(Manuaba, 2002)
2.3.6 Persyaratan Metode Kontrasepsi Ideal
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua
klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual
bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal
adalah sebagai berikut :
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan
2. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan
keefektifan teoritis, keefektifan praktis, dan keefektifan biaya. Keefektifan
teoritis (theoritical effectivenes) yaitu kemampuan dari suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk
yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan keefektifan praktis (use
effectivenes) adalah keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan
setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang
mempengaruhi pemakaian, kesalahan, penghentian, kelalaian, dan lain-
lain.
3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat. Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi
yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan penerimaan lanjut
(continued acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagimana
motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial
ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB, dan faktor daerah (desa/kota).
4. Terjangkau harganya oleh masyarakat
5. Bila metode tersebut dihentikan oleh penggunanya, klien akan segera
kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Meilani, 2010).
2.3.7 Jenis Metode Kontrasepsi
2.3.7.1 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
1.Implan
a. Defenisi
Merupakan batang silastik lembut yang berisi hormon yang dapat dipakai oleh
semua ibu dalam usia reproduksi.
b. Keuntungan dan Keterbatasan Kontrasepsi
1. Keuntungan Kontrasepsi yaitu Daya guna tinggi, perlindungan jangka
panjang, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan,
tidak memerlukan periksa dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu proses sanggama dan tidak mempengaruhi ASI.
2. Keterbatasan Kontrasepsi yaitu Dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spotting), meningkatnya jumlah darah haid
(hipermenorea) dan amenorea, peningkatan/penurunan berat badan, nyeri
payudara, pusing/sakit kepala dan membutuhkan tindakan pembedahan
minor untuk insersi dan pencabutan.
2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a. Defenisi
Merupakan alat kontrasepsi yang bekerja menghambat kemampuan sperma
bertemu dengan ovum.
b. Keuntungan dan Keterbatasan Kontrasepsi
1. Keuntungan Kontrasepsi yaitu Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam
dari pemasangan, metode jangka panjang, tidak mengganggu produksi ASI
dan dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus.
2. Keterbatasan Kontrasepsi yaitu Dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi panggul, tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS), klien
tidak bisa memasang ataupun mnelepas sendiri dan kemungkinan
terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama pemakaian, sehingga
akseptor harus mengecek keberadaan AKDR dengan meraba dengan jari
benang pada liang vagina sewaktu-waktu.
3. MOW (Metode Operasi Wanita)
a. Defenisi
Merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterina dengan maksud
tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur
hidup.
b. Keuntungan dan Keterbatasan
1. Keuntungannya yaitu sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan), tidak mempengaruhi proses
menyusui,pembedahan sederhana (dapat dilakukan dengan anestesi lokal),
tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
2. Keterbatasannya yaitu resiko dan efek samping pembedahan, kadang-
kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi, dan infeksi mungkin saja
terjadi bila prosedur operasi tidak benar.
4. MOP (Metode Operasi Pria)/Vasektomi
a. Defenisi
Merupakan cara KB permanen bagi pria yang sudah memutuskan untuk tidak
ingin mempunyai anak lagi.
b. Keuntungan dan Keterbatasan
1. Keuntungan yaitu tidak akan mengganggu ereksi, tidak menganggu
kehidupan seksual suami istri, lebih aman, lebih efektif dan sifatnya
permanen.
2. Keterbatasannya yaitu harus ada tindakan pembedahan, tidak dilakukan
pada suami yang masih ingin memiliki anak, kadang-kadang terasa nyeri,
atau terjadi perdarahan setelah operasi.
2.3.7.2 Metode Kontrasepsi Jangka Pendek
1. Kondom
a. Defenisi
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet/lateks,
berbentuk tabung dan tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup
rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma.
b. Keuntungan dan Keterbatasan
1. Efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar, murah
dan mudah didapat tanpa resep dokter, praktis dan dapat dipakai sendiri,
dapat mencegah kemungkinan penularan Penyakit Menular Seksual
termasuk HIV/AIDS
2. Keterbatasan kondom antara lain kadang-kadang ada pasangan yang alergi
terhadap karet kondom, kondom hanya dapat dipakai satu kali, kondom
kadaluarsa mudah sobek dan bocor.
2. Pil
a. Defenisi
Pil Kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron, sangat efektif (bila diminum setiap hari). Sedangkan Mini Pil adalah
pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah (disebut
juga pil menyusui).
b. Keuntungan dan Keterbatasan
1. Keuntungan mini pil sangat efektif (98,5%) untuk digunakan ibu menyusui
bila penggunaan yang benar dan konsisten sangat mempengaruhi tingkat
efektifitasnya. Keuntungan Pil Kombinasi antara lain memiliki efektifitas
yang tinggi bila digunakan setiap hari, resiko terhadap kesehatan sangat
kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur,
mudah dihentikan setiap saat.
2. Keterbatasan Mini Pil memerlukan biaya, efektifitas berkurang apabila
menyusui juga berkurang, angka kegagalan tinggi bila tidak digunakan
dengan baik dan konsisten. Keterbatasan Pil Kombinasi antara lain mahal
dan membosankan, mual terutama pada 3 bulan pertama penggunaan,
nyeri payudara, BB naik sedikit pada perempuan tertentu, tidak boleh
diberikan pada ibu menyusui dan tidak mencegah IMS.
3. Suntikan
a. Defenisi
Merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap bulan dan setiap tiga
bulan dengan jalan penyuntikan secara intramuscular sebagai usaha pencegahan
kehamilan berupa hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia subur.
b. Keuntungan dan Keterbatasan
1. Keuntungannya yaitu resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh
pada hubungan suami istri, tidak diperlukan periksa dalam, efek samping
kecil, pemberian aman, efektif dan relatif mudah.
2. Kerugiannya antara lain terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak atau spotting, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga,
dapat terjadi perubahan berat badan dan tidak menjamin perlindungan
terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS).
2.4 Faktor-faktor Yang Berhubungan terhadap Pengambilan Keputusan untuk
Ber-Keluarga Berencana pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Memiliki anak merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban
dalam budaya reproduksi. Menanamkan konsep pada kaum perempuan bahwa
mengandung dan melahirkan anak adalah kewajiban, tanpa diimbangi dengan
hak juga pilihan lainnya. Di banyak negara berkembang, bahkan keputusan
untuk menggunakan kontrasepsi pun bukan merupakan keputusan
perempuan, meskipun pada akhirnya yang menggunakan adalah perempuan
itu sendiri (Mohammad, 1998).
Lawrence Green (1980) seperti dikutip Notoatmodjo (2012) menyatakan,
terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku pasien yaitu predisposing, enabling
dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap pasien
yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru.
Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, sistem nilai, dan tingkat sosial ekonomi.
Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian
informasi. Faktor reinforcing meliputi dukungan keluarga, lingkungan dan
perilaku petugas kesehatan.
Dalam penelitian ini diambil faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku pengambilan keputusan adalah faktor predisposing yaitu
pengetahuan, pekerjaan dan tingkat pendapatan, persepsi gender dalam
pengambilan keputusan dan faktor reinforcing yaitu dukungan sosial
2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2012)
2.4.2 Status Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dapat memberikan gambaran seberapa
aktifnya seseorang tersebut diluar rumah. Seseorang yang bekerja akan lebih
sering terpapar dengan berbagai aktifitas atau sumber informasi, termasuk
informasi mengenai pengambilan keputusan untuk berKB. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa seseorang yang bekerja lebih mempunyai akses terhadap
informasi yang luas daripada yang tidak bekerja sehingga menambah
pengetahuan (Siagian, 1995).
2.4.3 Tingkat Pendapatan
Menurut Depkes RI bekerjasama dengan United Nations
Population Fund (2003) faktor diluar kesehatan yang berpengaruh buruk
terhadap hak reproduksi salah satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan
berpengaruh buruk terhadap kemungkinan terpenuhinya derajat kesehatan
reproduksi karena menjadi hambatan terhadap akses pelayanan kesehatan,
yang pada akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian
(Pinem, 2009).
Pemerintah Sumatera Utara menetapkan Upah Minimum Provinsi
(UMP) sebesar Rp. 1.505.850 untuk tahun 2014. Nilai UMP ini naik Rp.
130.850 atau sekitar 10 persen dibanding UMP tahun lalu yang sebesar Rp.
1.375.000 (SK Nomor 188.44/811/KPTS/2013 tahun 2014). Sedangkan Upah
Minimum Kota (UMK) Medan sebesar Rp. 1.851.500,-
2.4.4 Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan
Menurut Santrock (1995) persepsi (Perception) ialah interpretasi
tentang apa yang diinderakan atau dirasakan. Menurut Jalaludin (2003)
persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati
benar-benar sama. Hal ini menurut Krech, karena setiap individu dalam
menghayati dan mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang
determinan yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor
determinan yang berkaitan dengan persepsi seorang individu yaitu lingkungan
fisik dan sosial, struktural jasmaniah, kebutuhan dan tujuan hidup,
pengalaman masa lampau Sarwono (1993) mengartikan persepsi sebagai
proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk menilai keangkuhan
pendapatnya sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri
dalam hubungannya dengan pendapat-pendapat dan kemampuan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut persepsi merupakan proses
penilaian/menginterpretasikan suatu objek, melalui proses penginderaan dan
dipengaruhi pengalaman dan kondisi saat ini. Persepsi bersifat subjektif
karena tergantung pada kemampuan dan keadaan diri masing-masing
individu. Persepsi yang demikian akan mempengaruhi apa yang akan
dimunculkan dalam bentuk perilaku.
2.4.5 Dukungan Sosial
Menurut Gottlieb (1984) yang dikutip oleh Namora dan Hasnida
(2009) dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang akrab
dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya.
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
1. Pengetahuan
2. Status Pekerjaan
3. Tingkat Pendapatan
4. Dukungan Sosial
5. Persepsi gender dalam
pengambilan keputusan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang berhubungan terhadap Pengambilan Keputusan untuk Ber-KB pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2014.
2.6 Hipotesis Penelitian
Pengambilan Keputusan
untuk berKB pada pasangan
usia subur (PUS)
1. Ada hubungan pengetahuan pasangan usia subur (PUS) dalam
pengambilan keputusan untuk berKB
2. Ada hubungan status pekerjaan pasangan usia subur (PUS) dalam
pengambilan keputusan untuk berKB
3. Ada hubungan tingkat pendapatan pasangan usia subur (PUS) dalam
pengambilan keputusan untuk berKB
4. Ada hubungan persepsi gender pasangan usia subur (PUS) dalam
pengambilan keputusan untuk berKB
5. Ada hubungan dukungan sosial pasangan usia subur (PUS) dalam
pengambilan keputusan untuk berKB.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei bersifat deskriptif
analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengambilan data
dilakukan hanya sekali saja pada kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk
mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1
Kecamatan Medan Amplas tahun 2014.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan
Amplas.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2014 – Januari Tahun 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur yang
berKB di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2014 yaitu
sebanyak 3.563 PUS.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebagian
dari jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berKB di Kelurahan Harjo Sari 1
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2014.
Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah :
� =(Ζ1 − ɑ/₂�Pₒ(1 − Pₒ + Z1 − β�P (1 − P ²
(Pₒ − P ²
Dimana :
n : Besar sampel minimum
Z(1-α) : Deviat baku alpha untuk α = 0,05 nilai baku normalnya = 1,96
Z(1-β) : Deviat baku betha untuk β = 0,10 nilai baku normalnya = 1,282
Po : Proporsi kesertaan KB yang diputuskan oleh suami 0,4 (Suvei awal)
Pa : Perkiraan proporsi kesertaan KB yang diputuskan oleh suami 0,675
(67,5%)
� =�1,96.0,48 + 1,28.0,468�²
0,0756
=2,39330,075
= 31.36
= 31 responden
Sampel ini diambil secara proporsional pada setiap pasangan usia subur
(PUS) antara suami dan istri dengan menggunakan Teknik Acak Sistematis
(Systematic Random Sampling) yaitu suatu metode pengambilan sampel ketika
hanya unsur pertama saja dari sampel yang dipilih secara acak, sedangkan unsur-
unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu (Efendi
(Ed),2012).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara dengan responden, dengan
berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari laporan
Cakupan jumlah pasangan usia subur dan pengguna alat kontrasepsi di
Kecamatan Medan Amplas yang diambil dari Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) tahun 2013.
3.5 Defenisi Operasional
3.5.1 Defenisi Operasional Variabel Dependen
Pengambilan Keputusan dalam ber KB adalah Pemilihan/Persetujuan yang
didasarkan pada kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
memungkinkan untuk berKB yang diputuskan oleh pasangan usia subur (PUS)
dengan kategori :
a. Pengambilan Keputusan oleh Suami
b. Pengambilan Keputusan oleh Istri
c. Pengambilan Keputusan oleh Suami dan Istri (Bersama)
3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Independen
Pedoman awal pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian,
digunakan defenisi operasional variabel independen yang dikembangkan dalam
uraian di bawah ini :
1. Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui oleh PUS tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk berKB
pada pasangan usia subur (PUS)
2. Status Pekerjaan adalah Posisi seseorang dalam suatu kelompok
pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan dan dikelompokkan dalam
bekerja dan tidak bekerja.
3. Tingkat Pendapatan adalah total seluruh penghasilan yang diperoleh
pasangan usia subur (PUS) berdasarkan Upah Minimum Kota Medan
(UMK) Sumatera Utara.
4. Persepsi gender dalam pengambilan keputusan adalah seperangkat
peran, perilaku, kegiatan dan atribut yang layak bagi laki-laki dan
perempuan, yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatu masyarakat.
5. Dukungan Sosial adalah pernyataan responden tentang lingkungan
kerja/keluarga/teman yang mendukung peran suami istri dalam
pengambilan keputusan berKB terhadap metode kontrasepsi yang
digunakan.
3.6 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
terdiri dari 2 (dua) bagian, yang pertama yaitu data umum responden sedangkan
yang kedua adalah kuesioner untuk menilai pengetahuan, pekerjaan, tingkat
pendapatan, persepsi gender dalam pengambilan keputusan dan dukungan sosial.
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik, perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah
instrumen penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga
mampu menghasilkan data yang akurat, instrumen yang dikatakan valid, apabila
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2007). Sedangkan uji reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode
Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran (Supranto, 2010).
3.7 Aspek Pengukuran
1. Variabel Pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, Jika jawaban benar maka
diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor
jawaban responden, pengetahuan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori,
yaitu :
1 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 6-10)
0 = Tidak Baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0-5)
(Effendi, 2012).
2. Pengukuran variabel status pekerjaan didasarkan pada skala interval dengan
kategori :
1 = Jika bekerja
0 = Jika tidak Bekerja
3. Pengukuran variabel tingkat pendapatan didasarkan pada skala interval
dengan kategori :
1 = Tinggi, jika pendapatan ≥ Rp. 1.851.000,-
0 = Rendah, jika pendapatan < Rp 1.851.000,-
(Upah Minimum Kota Medan)
4. Pengukuran variabel persepsi gender dalam pengambilan keputusan terdiri
dari 5 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Responden memilih
jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya. Untuk mendapatkan
kriteria digunakan perhitungan berikut :
Pernyataan Positif Nilai
Sangat Setuju : SS 4
Setuju : S 3
Tidak Setuju : TS 2
Sangat Tidak Setuju : STS 1
Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut:
- Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 5x4 = 20
Skor terkecil : 5x1 = 5
Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, persepsi gender dalam
pengambilan keputusan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
1 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 12-20)
0 = Tidak baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total ( skor 5-11)
(Hidayat, 2010).
5. Pengukuran Dukungan Sosial terdiri dari 5 pertanyaan dengan
menggunakan skala Guttman, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan
jika jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban
responden, dukungan sosial dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
1 = Mendukung, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (3-5)
0 = Tidak mendukung, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0-2)
(Effendi, 2012).
6. Pengambilan Keputusan terdiri dari 1 pertanyaan disertai dengan alasan dari
responden. Berdasarkan interpretasi jawaban responden, pengambilan
keputusan untuk berKB dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
1 = Pengambilan keputusan oleh suami
2 = Pengambilan keputusan oleh istri
3 = Pengambilan keputusan oleh suami dan istri (Bersama)
3.8 Metode Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk
mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan
data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran yang diperlukan. Coding
yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori.
Entry data yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel
atau database komputer (Tukiran, 2012).
3.9 Analisis Data
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
presentase. Analisis data dilakukan dengan cara bertahap yaitu sebagai
berikut :
1. Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
yang menggambarkan secara tunggal faktor-faktor yang berhubungan
terhadap pengambilan keputusan untuk ber-KB pada pasangan usia
subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
2. Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-
masing variabel independen yaitu pengetahuan, pekerjaan, tingkat
pendapatan, persepsi gender dalam pengambilan keputusan, dukungan
sosial dengan variabel dependen yaitu pengambilan keputusan untuk
ber-KB pada pasangan usia subur menggunakan Chi Square test dengan
tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05, dengan kriteria :
a. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen
b. Ho diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas
Kecamatan Medan Amplas berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli
Serdang di sebelah selatan dan sebelah timur, Kecamatan Medan Denai di sebelah
utara, dan Kecamatan Medan Johor di sebelah barat. Kecamatan Medan Amplas
merupakan salah satu Kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar
13.764 km². Jarak kantor Kecamatan ke kantor Walikota Medan sekitar 10 km.
Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Amplas Kelurahan Harjo Sari 1
memiliki luas sebesar 4,15 km², dimana sebelah utara berbatasan dengan
Kelurahan Sitirejo 2 dan Sitirejo 3, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Amplas/Sungai Asahan, sebelah barat berbatasan dengan Jalan Sisingamangaraja
dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Timbang Deli/Sungai Asahan.
Jarak Kelurahan Harjo Sari sekitar 1 km dari Kecamatan Medan Amplas dengan
jumlah penduduk awal tahun 2013 berjumlah 38.902 jiwa dengan rincian laki-laki
berjumlah 19.232 jiwa dan perempuan 19.673 jiwa yang terdiri dari 14
lingkungan.
4.1.1 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Harjo Sari 1
Pada mulanya Kelurahan Harjo Sari 1 bermata pencaharian sebagai petani,
akan tetapi sesuai dengan perkembangan penduduk dan perkembangan zaman,
maka sedikit demi sedikit mata pencaharian penduduk mengalami perubahan
menjadi pedagang,pengrajin, buruh, pengusaha, pegawai negeri sipil (PNS) dan
lain-lain.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi karakteristik
responden, variabel bebas yaitu : pengetahuan, pekerjaan, tingkat pendapatan,
persepsi gender dalam pengambilan keputusan dan dukungan sosial dan variabel
terikat adalah pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur
(PUS).
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur,
suku, agama, jumlah anak, tingkat pendapatan, pekerjaan dan alat kontrasepsi
yang digunakan.
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pasangan Usia Subur di Kelurahan Harjo Sari 1
No Karakteristik Responden n % 1 Umur Istri
20-30 tahun 31-40 tahun ≥ 41 tahun
16 13 2
51,6 41,9 6,5
2. Umur Suami 20-30 tahun 31-40 tahun ≥ 41 tahun
14 13 4
45,2 41,9 12,9
2 Suku Batak Jawa Melayu Minang Sunda
11 16 2 1 1
36,5 51,6 6,5 3,2 3,2
3 Agama Islam Kristen
27 4
87,1 12,9
4 Jumlah anak 0-2 orang 3-6 orang
22 9
71,0 29,0
5 Alat Kontrasepsi yang digunakan Pil KB Suntik KB Implant
11 18 2
35,5 58,1 6,5
Tabel 4.1 Lanjutan...
6 Status Pekerjaan Istri Bekerja Tidak Bekerja
4 27
12,9 87,1
7 Status Pekerjaan Istri Bekerja Tidak Bekerja
27 4
87,1 12,9
8 Tingkat Pendapatan ≤ Rp. 1.851.000 > Rp. 1.851.000
6 25
19,4 80,6
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 31 responden pasangan usia
subur (PUS) yang diteliti paling banyak dengan umur 20-30 tahun pada wanita
pasangan usia subur sebanyak 16 orang (51,6%), suku responden mayoritas Jawa
yaitu sebanyak 16 pasangan (51,6%), agama responden sebagian besar Islam yaitu
sebanyak 27 pasangan (87,1%) dan sebagian kecil beragama Kristen sebanyak 4
pasangan (12,9%), jumlah anak responden pasangan usia subur ≤ 2 sebanyak 22
(71,0%) dan > 2 sebanyak 9 (29,0%), alat kontrasepsi yang digunakan responden
paling banyak adalah Suntik KB sebanyak 18 orang (58,1%), Pil KB sebanyak 11
orang (35,5%) dan alat kontrasepsi yang digunakan responden paling sedikit
adalah Implant sebanyak 2 orang (6,5%), pekerjaan responden wanita pasangan
usia subur (PUS) mayoritas tidak bekerja sebanyak 27 orang (87,1%), sementara
seluruhnya pria pasangan usia subur (PUS) bekerja yaitu sebanyak 31 orang
(100%), tingkat pendapatan responden pasangan usia subur (PUS) sebagian besar
> Rp. 1.851.000 sebanyak 25 pasangan usia subur (PUS) (80,6%) dan sebagian
kecil ≤ Rp.1.851.000 sebanyak 6 pasangan usia subur (PUS) (19,4%).
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Istri dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Pengetahuan Istri Responden tentang Pengambilan
Keputusan untuk berKB No Uraian Jawaban tentang Pengetahuan n % 1 Defenisi Keluarga Berencana (KB)
a. Program untuk menjarangkan/menunda kelahiran b. Tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan c. Sarana untuk mendapatkan jaminan kesehatan
30 1
96,8 3.2 0
2 Tujuan program Keluarga Berencana (KB) a.Untuk mengatur kelahiran anak b. Agar menjadi keluarga bahagia c. Untuk menjadi keluarga yang besar
22 4 5
70,9 12,9 16,2
3 Program Keluarga Berencana (KB) menganjurkan untuk mempunyai anak a. Satu saja cukup b. Dua saja cukup c. Tiga saja cukup
2 25 4
6,4 80,6 13,0
4 Sasaran program Keluarga Berencana (KB) a. 20-35 tahun b. 20-45 tahun c. 20-50 tahun
13 10 8
42,0 32,2 25,8
5 Macam-macam metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) a. Suntik dan Pil b. KB alami dan Kondom c. Implant, IUD, Metode Operasi Pria/Wanita
22 3 6
71,0 9,7 19,3
6 Macam-macam metode kontrasepsi alami a. Metode Amenore Laktasi (MAL) dan Pantang Berkala b. Implant dan Suntik c. Pil dan IUD
25 2 4
80,6 6,4 13,0
7 Siapakah yang paling berperan dalam pengambilan keputusan untuk berKB a. Bapak b. Ibu c. Bapak dan Ibu (Bersama)
7 15 9
22,6 48,4 29,0
8 Siapakah yang paling berperan menentukan jumlah anak a. Bapak b. Ibu c. Bapak dan Ibu (Bersama)
8 10 13
25,8 32,2 42,0
9 Jumlah anak yang ideal a. 2 anak b. 3 anak c. Lebih dari 3 anak
16 7 8
51,7 22,5 25,8
Tabel 4.2 Lanjutan...
10 Jarak ideal kelahiran anak ? a. 1 tahun b.2 tahun c. Lebih dari 3 tahun
10 8 13
32,2 25,8 42,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
program untuk menjarangkan/menunda kelahiran sebanyak 30 orang (96,8%),
tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 1 orang (3,2%) dan
yang menjawab sarana untuk mendapatkan jaminan kesehatan tidak ada,
berdasarkan untuk apa diadakan program keluarga berencana responden yang
menjawab benar yaitu untuk mengatur kelahiran anak sebanyak 22 orang (70,9%),
agar menjadi keluarga bahagia sebanyak 4 orang (12,9%) dan untuk menjadi
keluarga yang besar sebanyak 5 orang (16,2%), berdasarkan anjuran untuk
mempunyai anak, responden yang menjawab benar yaitu dua saja cukup sebanyak
25 orang (80,6%), satu saja cukup sebanyak 2 orang (6,4%), dan tiga saja cukup
sebanyak 4 orang (13,0%), berdasarkan usia sasaran program KB yang menjawab
benar yaitu 20-35 tahun sebanyak 13 orang (42,0%), 20-45 tahun sebanyak 10
orang (32,2%), dan 20-50 tahun sebanyak 8 orang (25,8%), berdasarkan macam-
macam metode kontrasepsi jangka panjang responden yang menjawab benar yaitu
implant, IUD, MOP/MOW sebanyak 6 orang (19,3%), suntik dan pil sebanyak 22
orang (71,0%), KB alami dan kondom sebanyak 3 orang (9,7%), berdasarkan
macam-macam metode kontrasepsi alami responden yang menjawab benar yaitu
metode amenore laktasi (MAL) dan pantang berkala sebanyak 25 orang (80,6%),
implant dan suntik sebanyak 2 orang (6,4), pil dan IUD sebanyak 4 orang
(13,0%), berdasarkan siapakah yang paling berperan dalam pengambilan
keputusan untuk berKB yang menjawab benar yaitu bapak dan ibu (bersama)
sebanyak 9 orang (29,0%), bapak sebanyak 7 orang (22,6%), dan ibu sebanyak 15
orang (48,4%), berdasarkan siapakah yang paling berperan menentukan jumlah
anak responden yang menjawab benar yaitu bapak dan ibu (bersama) sebanyak 13
orang (42,0%), bapak sebanyak 8 orang (25,8%) dan ibu sebanyak 10 orang
(32,2%), berdasarkan jumlah anak yang ideal responden yang menjawab benar
yaitu 2 anak sebanyak 16 orang (51,7%), 3 anak sebanyak 7 orang (22,5%) dan
lebih dari 3 anak sebanyak 8 orang (25,8%), berdasarkan jarak ideal kelahiran
anak responden yang menjawab benar yaitu 2 tahun sebanyak 8 orang (25,8%), 1
tahun sebanyak 10 orang (32,2%) dan lebih dari 3 tahun sebanyak 13 orang
(42,0%).
Tabel 4.3 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan Istri No Pengetahuan Jumlah Persentase 1 Baik 17 54,8 2 Tidak Baik 14 45,2
Jumlah 31 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 mayoritas pengetahuan responden tentang
pengambilan keputusan untuk berKB adalah baik yaitu sebanyak 17 orang
(54,8%) dan yang tidak baik sebanyak 14 orang (45,2%).
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Suami Responden tentang
Pengambilan Keputusan untuk berKB No Uraian Jawaban tentang Pengetahuan n % 1 Defenisi Keluarga Berencana (KB)
a. Program untuk menjarangkan/menunda kelahiran b. Tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan c. Sarana untuk mendapatkan jaminan kesehatan
31 0 0
100 0 0
2 Tujuan program Keluarga Berencana a.Untuk mengatur kelahiran anak b. Agar menjadi keluarga bahagia c. Untuk menjadi keluarga yang besar
19 5 7
61,3 16,1 22,6
Tabel 4.4 Lanjutan...
3 Program Keluarga Berencana (KB) menganjurkan untuk mempunyai anak a. Satu saja cukup b. Dua saja cukup c. Tiga saja cukup
3 24 4
9,7 77,4 12,9
4 Sasaran program Keluarga Berencana (KB) a. 20-35 tahun b. 20-45 tahun c. 20-50 tahun
17 6 8
54,8 19,3 25,9
5 Macam-macam metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) a. Suntik dan Pil b. KB alami dan Kondom c. Implant, IUD, Metode Operasi Pria/Wanita
7 3 21
22,6 9,6 67,8
6 Macam-macam metode kontrasepsi alami a. Metode Amenore Laktasi (MAL) dan Pantang Berkala b. Implant dan Suntik c. Pil dan IUD
16 8 7
51,6 25,8 22,6
7 Siapakah yang paling berperan dalam pengambilan keputusan untuk berKB a. Bapak b. Ibu c.Bapak dan Ibu (Bersama)
7 14 10
22,6 45,2 32,2
8 Siapakah yang paling berperan menentukan jumlah anak ? a. Bapak b. Ibu c. Bapak dan Ibu (Bersama)
9 8 14
29,0 25,8 45,2
9 Jumlah anak yang ideal a. 2 anak b. 3 anak c. Lebih dari 3 anak
16 5 10
51,6 16,1 32,3
10 Jarak ideal kelahiran anak a. 1 tahun b.2 tahun c. Lebih dari 3 tahun
14 8 9
45,2 25,8 29,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
program untuk menjarangkan/menunda kelahiran sebanyak 31 orang (100%),
yang menjawab tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak dan
sarana untuk mendapatkan jaminan kesehatan tidak ada, berdasarkan untuk apa
diadakan program keluarga berencana responden yang menjawab benar yaitu
untuk mengatur kelahiran anak sebanyak 19 orang (61,3%), agar menjadi keluarga
bahagia sebanyak 5 orang (16,1%) dan untuk menjadi keluarga yang besar
sebanyak 7 orang (22,6%), berdasarkan anjuran untuk mempunyai anak,
responden yang menjawab benar yaitu dua saja cukup sebanyak 24 orang
(77,4%), satu saja cukup sebanyak 3 orang (9,7%), dan tiga saja cukup sebanyak
4 orang (12,9%), berdasarkan usia sasaran program KB yang menjawab benar
yaitu 20-35 tahun sebanyak 17 orang (54,8%), 20-45 tahun sebanyak 6 orang
(19,3%), dan 20-50 tahun sebanyak 8 orang (25,9%), berdasarkan macam-macam
metode kontrasepsi jangka panjang responden yang menjawab benar yaitu
implant, IUD, MOP/MOW sebanyak 21 orang (67,8%), suntik dan pil sebanyak 7
orang (22,6%), KB alami dan kondom sebanyak 3 orang (9,6%), berdasarkan
macam-macam metode kontrasepsi alami responden yang menjawab benar yaitu
metode amenore laktasi (MAL) dan pantang berkala sebanyak 16 orang (51,6%),
implant dan suntik sebanyak 8 orang (25,8%), pil dan IUD sebanyak 7 orang
(22,6%), berdasarkan siapakah yang paling berperan dalam pengambilan
keputusan untuk berKB yang menjawab benar yaitu bapak dn ibu (bersama)
sebanyak 10 orang (32,2%), bapak sebanyak 7 orang (22,6%), dan ibu sebanyak
14 orang (45,2%), berdasarkan siapakah yang paling berperan menentukan jumlah
anak responden yang menjawab benar yaitu bapak dan ibu (bersama) sebanyak 14
orang (45,2%), bapak sebanyak 9 orang (29,0%) dan ibu sebanyak 8 orang
(25,8%), berdasarkan jumlah anak yang ideal responden yang menjawab benar
yaitu 2 anak sebanyak 16 orang (51,6%), 5 anak sebanyak 7 orang (16,1%) dan
lebih dari 3 anak sebanyak 10 orang (32,3%), berdasarkan jarak ideal kelahiran
anak responden yang menjawab benar yaitu 2 tahun sebanyak 8 orang (25,8%), 1
tahun sebanyak 14 orang (45,2%) dan lebih dari 3 tahun sebanyak 9 orang
(29,0%).
Tabel 4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan Suami No Pengetahuan Jumlah Persentase 1 Baik 15 48,4 2 Tidak Baik 16 51,6
Jumlah 31 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 mayoritas pengetahuan responden tentang
pengambilan keputusan untuk berKB adalah tidak baik yaitu sebanyak 16 orang
(51,6%) dan yang baik sebanyak 15 orang (48,4%).
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Istri dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Istri dalam
Pengambilan Keputusan untuk berKB No Status Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Bekerja 4 12,9 2 Tidak Bekerja 27 87,1
Jumlah 31 100,0 Berdasarkan tabel 4.6 mayoritas status pekerjaan istri adalah tidak bekerja
sebanyak 27 orang (87,1%) dan minoritas bekerja sebanyak 4 orang (12,9%).
4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Suami dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Suami dalam
Pengambilan Keputusan untuk berKB No Status Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Bekerja 27 87,1 2 Tidak Bekerja 4 12,9
Jumlah 31 100,0 Berdasarkan tabel 4.7 mayoritas status pekerjaan pria PUS adalah bekerja
sebanyak 27 orang (87,1%) dan tidak bekerja sebanyak 4 orang (12,9%).
4.2.6 Distribusi Responden Pasangan Usia Subur Berdasarkan Tingkat Pendapatan dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.8 Distribusi Responden Pasangan Usia Subur Berdasarkan Tingkat
Pendapatan dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB No Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase 1 Tinggi ≥ Rp. 1.851.000,- 25 80,6 2 Rendah < Rp. 1.851.000,- 6 19,4
Jumlah 31 100,0 Berdasarkan tabel 4.8 mayoritas tingkat pendapatan pasangan usia subur
(PUS) adalah tinggi sebesar ≥ Rp. 1.851.000,- sebanyak 25 pasangan usia subur
(PUS) (80,6%) dan minoritas sebesar < Rp. 1.851.000,- sebanyak 6 pasangan usia
subur (PUS) (19,4).
4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial pada Istri dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial pada Istri tentang
Pengambilan Keputusan Untuk berKB No Uraian Jawaban tentang Dukungan Sosial n % 1 Mertua ikut menentukan jumlah anak dalam
keluarga a. Ya b. Tidak
25 6
80,7 19,3
2 Pihak keluarga ikut berperan dalam pengambilan keputusan untuk berKB a.Ya b. Tidak
24 7
77,4 22,6
3 Ada peraturan jumlah anak yang ditanggung biaya persalinannya di tempat kerja bapak/ibu a. Ya b. Tidak
12 19
38,8 61,2
4 Anda menerima informasi dari teman sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan a. Ya b. Tidak
18 13
58,0 42,0
Tabel 4.9 Lanjutan... 5 Ada jenis alat kontrasepsi tertentu yang
dianjurkan oleh pihak keluarga kepada bapak/ibu a. Ya b. Tidak
14 17
45,1 54,9
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
mertua ikut menentukan jumlah anak dalam keluarga responden yang mendukung
sebanyak 25 orang (80,7%), dan yang tida mendukung sebanyak 6 orang (19,3%),
berdasarkan pihak keluarga ikut berperan dalam pengambilan keputusan untuk
berKB responden yang mendukung sebanyak 24 orang (77,4%), dan yang tidak
mendukung sebanyak 7 orang (22,6%), berdasarkan peraturan jumlah anak yang
ditanggung biaya persalinannya di tempat kerja yang mendukung sebanyak 12
orang (38,8%) dan yang tidak mendukung sebanyak 19 orang (61,2%), berdasarkan
informasi dari teman sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi
yang mendukung sebanyak 18 orang (58,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak
13 orang (42,0%), berdasarkan jenis alat kontrasepsi tertentu yang dianjurkan oleh
yang pihak keluarga yang mendukung sebanyak 14 orang (45,1%) dan yang tidak
mendukung sebanyak 17 orang (54,9%).
Tabel 4.10 Distribusi Kategori Berdasarkan Dukungan Sosial pada Istri tentang Pengambilan Keputusan Untuk berKB
No Dukungan Sosial Jumlah Persentase 1 Mendukung 19 61,3 2 Tidak Mendukung 12 38,7
Jumlah 31 100,0 Berdasarkan tabel 4.10 mayoritas dukungan responden tentang
pengambilan keputusan untuk berKB yang mendukung sebesar 19 orang (61,3%)
dan yang tidak mendukung sebesar 12 orang (38,7%)
4.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial pada Suami tentang Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial pada Suami tentang
Pengambilan Keputusan Untuk berKB No Uraian Jawaban tentang Dukungan Sosial n % 1 Apakah mertua ikut menentukan jumlah anak
dalam keluarga a. Ya b. Tidak
26 5
83,9 16,1
2 Apakah pihak keluarga ikut berperan dalam pengambilan keputusan untuk berKB a.Ya b. Tidak
16 15
51,7 48,3
3 Apakah ada peraturan jumlah anak yang ditanggung biaya persalinannya di tempat kerja bapak/ibu a. Ya b. Tidak
13 18
42,0 58,0
4 Apakah anda menerima informasi dari teman sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan a. Ya b. Tidak
15 16
48,3 51,7
5 Adakah jenis alat kontrasepsi tertentu yang dianjurkan oleh pihak keluarga kepada bapak/ibu a. Ya Tidak
13 18
42,0 58,0
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
mertua ikut menentukan jumlah anak dalam keluarga responden yang mendukung
sebanyak 26 orang (83,9%), dan yang tidak mendukung sebanyak 5 orang (16,1%),
berdasarkan pihak keluarga ikut berperan dalam pengambilan keputusan untuk
berKB responden yang mendukung sebanyak 16 orang (51,7%), dan yang tidak
mendukung sebanyak 15 orang (48,3%), berdasarkan peraturan jumlah anak yang
ditanggung biaya persalinannya di tempat kerja yang mendukung sebanyak 13
orang (42,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak 18 orang (58,0%), berdasarkan
informasi dari teman sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi
yang mendukung sebanyak 15 orang (48,3%) dan yang tidak mendukung sebanyak
16 orang (51,7%), berdasarkan jenis alat kontrasepsi tertentu yang dianjurkan oleh
yang pihak keluarga yang mendukung sebanyak 13 orang (42,0%) dan yang tidak
mendukung sebanyak 18 orang (58,0%).
Tabel 4.12 Distribusi Kategori Berdasarkan Dukungan Sosial pada Suami tentang Pengambilan Keputusan Untuk berKB
No Dukungan Sosial Jumlah Persentase 1 Mendukung 19 61,3 2 Tidak Mendukung 12 38,7
Jumlah 31 100,0 Berdasarkan tabel 4.12 mayoritas dukungan responden tentang
pengambilan keputusan untuk berKB yang mendukung sebesar 19 orang (61,3%)
dan yang tidak mendukung sebesar 12 orang (38,7%).
4.2.9 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Istri
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan
Keputusan Untuk berKB pada Istri No Uraian Jawaban tentang Persepsi Gender
dalam Pengambilan Keputusan n %
1 Kepala keluarga (suami) merupakan penentu dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
15 15 0 1
48,4 48,4
0 3,2
2 Suami dan Istri mempunyai hak yang sama dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
4 27 0 0
13,0 87,0
0 0
Tabel 4.13 Lanjutan...
3 Dalam pemilihan alat kontrasepsi., sepenuhnya adalah urusan wanita (istri) a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
0 25 6 0
0
80,7 19,3
0 4 Suami dan mertua yang berhak
menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
0 3 19 9
0
9,7 61,3 29,0
5 Di dalam keluarga, wanita (istri) yang harus menggunakan alat kontrasepsi a. Sangat Setuju b Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
0 22 9 0
0
71,0 29,0
0
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
sangat setuju kepala keluarga (suami) merupakan penentu utama dalam
pengambilan keputusan dalam rumah tangga sebanyak 15 orang (48,4%), setuju
sebanyak 15 orang (48,4%), tidak setuju tidak ada dan sangat tidak setuju
sebanyak 1 orang (3,2%), berdasarkan pernyataan suami dan istri mempunyai hak
yang sama dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan, yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 4 orang (13,0%), setuju sebanyak 27 orang
(87,0%), yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada,
berdasarkan pernyataan dalam pemilihan alat kontrasepsi, sepenuhnya adalah
urusan wanita (istri), yang menyatakan sangat setuju tidak ada, setuju sebanyak 25
orang (80,7%), tidak setuju sebanyak 16 orang (19,3%), dan yang menyatakan
sangat tidak setuju tidak ada, berdasarkan pernyataan suami dan mertua yang
berhak menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan, yang menyatakan
sangat setuju tidak ada, setuju sebanyak 3 orang (9,7%), tidak setuju sebanyak 19
orang (61,3%) dan sangat tidak setuju sebanyak 9 orang (29,0%), berdasarkan
pernyataan di dalam keluarga, wanita (istri) yang harus menggunakan alat
kontrasepsi yang menyatakan sangat setuju tidak ada, setuju sebanyak 22 orang
(71,0%), tidak setuju sebnayak 9 orang (29,0%), dan tidak ada responden yang
menyatakan sangat tidak setuju.
Tabel 4.14 Distribusi Kategori Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Istri
No Persepsi Gender Jumlah Persentase 1 Baik 30 96,8 2 Tidak Baik 1 3,2
Jumlah 31 100,0
Berdasarkan tabel 4.14 mayoritas persepsi gender dalam pengambilan
keputusan untuk berKB pada wanita pasangan usia subur (PUS) adalah baik
sebesar 30 orang (96,8%) dan tidak baik sebesar 1 orang (3,2%).
4.2.10 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Suami
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Gender dalam
Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Suami No Uraian Jawaban tentang Persepsi Gender
dalam Pengambilan Keputusan n %
1 Kepala keluarga (suami) merupakan penentu dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
11 18 2 0
35,5 58,0 6,5 0
2 Suami dan Istri mempunyai hak yang sama dalam menentukan alat kontrasepsi a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
2 27 2 0
6,5 87,0 6,5 0
Tabel 4.15 Lanjutan...
3 Dalam pemilihan alat kontrasepsi., sepenuhnya adalah urusan wanita (istri) a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
0 19 12 0
0
61,2 38,8
0 4 Suami dan mertua yang berhak
menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
0 5 13 13
0
16,2 41,9 41,9
5 Di dalam keluarga, wanita (istri) yang harus menggunakan alat kontrasepsi a. Sangat Setuju b Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
0 20 11 0
0
64,5 35,5
0
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
sangat setuju kepala keluarga (suami) merupakan penentu utama dalam
pengambilan keputusan dalam rumah tangga sebanyak 11 orang (35,5%), setuju
sebanyak 18 orang (58,0%), tidak setuju sebanyak 2 orang (6,5%) dan sangat tidak
setuju tidak ada, berdasarkan pernyataan suami dan istri mempunyai hak yang sama
dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan, yang menyatakan sangat
setuju sebanyak 2 orang (6,5%), setuju sebanyak 27 orang (87,0%), yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 2 orang (6,5%) dan sangat tidak setuju tidak
ada, berdasarkan pernyataan dalam pemilihan alat kontrasepsi, sepenuhnya adalah
urusan wanita (istri), yang menyatakan sangat setuju tidak ada, setuju sebanyak 19
orang (61,2%), tidak setuju sebanyak 12 orang (38,8%), dan yang menyatakan
sangat tidak setuju tidak ada, berdasarkan pernyataan suami dan mertua yang
berhak menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan, yang menyatakan sangat
setuju tidak ada, setuju sebanyak 5 orang (16,2%), tidak setuju sebanyak 13 orang
(41,9%) dan sangat tidak setuju sebanyak 13 orang (41,9%), berdasarkan
pernyataan di dalam keluarga, wanita (istri) yang harus menggunakan alat
kontrasepsi yang menyatakan sangat setuju tidak ada, setuju sebanyak 20 orang
(64,5%), tidak setuju sebnayak 11 orang (35,5%), dan tidak ada responden yang
menyatakan sangat tidak setuju.
Tabel 4.16 Distribusi Kategori Berdasarkan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Suami
No Persepsi Gender Jumlah Persentase 1 Baik 27 87,1 2 Tidak Baik 4 12,9
Jumlah 31 100,0 Berdasarkan tabel 4.16 mayoritas persepsi gender dalam pengambilan
keputusan untuk berKB pada pria pasangan usia subur (PUS) adalah baik sebesar
27 orang (87,1%) dan tidak baik sebesar 4 orang (12,9%).
4.2.11 Distribusi Pasangan Usia Subur (PUS) Berdasarkan Pengambilan Keputusan untuk berKB
Tabel 4.17 Distribusi Responden PUS Berdasarkan Pengambilan Keputusan untuk
berKB No Uraian Jawaban tentang Pengambilan
Keputusan n %
1 Siapakah diantara Bapak dan Ibu yang mengambil keputusan untuk berKB a. Suami b. Istri c. Suami dan Istri (Bersama)
15 7 9
48,4 22,6 29,0
Jumlah 31 100,0
Berdasarkan tabel 4.17 mayoritas pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh suami sebanyak 15 pasangan usia subur (PUS) (48,4%),
pengambilan keputusan oleh istri sebanyak 7 pasangan usia subur (PUS) (22,6%)
dan keputusan bersama sebanyak 9 pasangan usia subur (PUS) (29,0%).
4.3 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel
independen (pengetahuan, pekerjaan, tingkat pendapatan, persepsi gender dalam
pengambilan keputusan, dukungan sosial) dengan variabel dependen yaitu
pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS).
4.3.1 Hubungan Pengetahuan pada Istri dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.18 Hubungan Pengetahuan pada Istri dengan Pengambilan Keputusan
Untuk berKB
Pengetahuan Pengambilan Keputusan untuk berKB
Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Baik 7 22,6 2 6,5 8 25,8 17 54,8 0,037 Tidak Baik 8 25,8 5 16,1 1 3,2 14 45,2
Berdasarkan tabel 4.18 terlihat bahwa dari 17 orang responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (22,6%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh suami, 2 orang (6,5%) pengambilan keputusan diputuskan oleh istri
dan 8 orang (25,8%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh
keputusan bersama. Sedangkan dari 14 orang responden yang berpengetahuan tidak
baik sebanyak 8 orang (25,8%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh
suami, 5 orang (16,1%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh istri
dan 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh keputusan
bersama. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,037 < 0,05, artinya ada
hubungan antara variabel pengetahuan istri dengan pengambilan keputusan untuk
berKB pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan
Amplas.
4.3.2 Hubungan Pengetahuan pada Suami dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.19 Hubungan Pengetahuan pada Suami dengan Pengambilan Keputusan
Untuk berKB
Pengetahuan Pengambilan Keputusan untuk berKB
Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Baik 7 22,6 4 12,9 4 12,9 15 48,4 0,866 Tidak Baik 8 25,8 3 9,7 5 16,1 16 51,6
Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa dari 15 orang responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (22,6%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh suami, 4 orang (12,9%) pengambilan keputusan diputuskan oleh istri
dan 4 orang (12,9%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh
keputusan bersama. Sedangkan dari 16 orang responden yang berpengetahuan tidak
baik sebanyak 8 orang (25,8%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh
suami, 3 orang (9,7%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh istri dan
5 orang (16,1%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh keputusan
bersama. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,866 > 0,05, artinya tidak
ada hubungan antara variabel pengetahuan suami dengan pengambilan keputusan
untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan
Medan Amplas.
4.3.3 Hubungan Status Pekerjaan pada Istri dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.20 Hubungan Status Pekerjaan pada Istri dengan Pengambilan Keputusan
Untuk berKB Status
Pekerjaan Pengambilan Keputusan untuk berKB
Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Bekerja 2 6,5 1 3,2 1 3,2 4 12,9 0,980 Tidak Bekerja 13 41,9 6 19,4 8 25,8 27 87,1
Berdasarkan tabel 4.20 terlihat bahwa dari 4 orang responden yang status
pekerjaannya adalah bekerja sebanyak 2 orang (6,5%) pengambilan keputusan untuk
berKB diputuskan oleh suami, 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan diputuskan
oleh istri dan 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh
keputusan bersama. Sedangkan dari 27 orang responden yang status pekerjaannya
adalah tidak bekerja sebanyak 13 orang (41,9%) pengambilan keputusan untuk
berKB diputuskan oleh suami, 6 orang (19,4%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh istri dan 8 orang (25,8%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh keputusan bersama. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p =
0,980 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel status pekerjaan istri dengan
pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan
Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
4.3.4 Hubungan Status Pekerjaan pada Suami dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.21 Hubungan Status Pekerjaan pada Suami dengan Pengambilan Keputusan
Untuk berKB Status
Pekerjaan Pengambilan Keputusan untuk berKB
Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Bekerja 13 41,9 6 19,4 8 25,8 27 87,1 0,980 Tidak Bekerja 2 6,5 1 3,2 1 3,2 4 12,9
Berdasarkan tabel 4.21 terlihat bahwa dari 27 orang responden yang status
pekerjaannya adalah bekerja sebanyak 13 orang (41,9%) pengambilan keputusan
untuk berKB diputuskan oleh suami, 6 orang (19,4%) pengambilan keputusan
diputuskan oleh istri dan 8 orang (25,8%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh keputusan bersama. Sedangkan dari 4 orang responden yang status
pekerjaannya adalah tidak bekerja sebanyak 2 orang (6,5%) pengambilan keputusan
untuk berKB diputuskan oleh suami, 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan untuk
berKB diputuskan oleh istri dan 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh keputusan bersama. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p =
0,980 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel status pekerjaan suami
dengan pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) di
Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
4.3.5 Hubungan Tingkat Pendapatan pada Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.22 Hubungan Tingkat Pendapatan pada Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
Pengambilan Keputusan Untuk berKB Tingkat
Pendapatan Pengambilan Keputusan untuk berKB
Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % ≥ Rp. 1.851.000 14 45,2 6 19,4 5 16,1 25 80,6 0,071 < Rp. 1.851.000 1 3,2 1 3,2 4 12,9 6 19,4
Berdasarkan tabel 4.22 terlihat bahwa dari 25 PUS yang tingkat
pendapatannya tinggi yaitu sebesar ≥ Rp.1.851.000,- sebanyak 14 PUS (45,2%)
pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh suami, 6 PUS (19,4%)
pengambilan keputusan diputuskan oleh istri dan 5 PUS (16,1%) pengambilan
keputusan untuk berKB diputuskan oleh keputusan bersama. Sedangkan dari 6 PUS
yang tingkat pendapatannya < Rp.1.851.000,- sebanyak 1 PUS (3,2%) pengambilan
keputusan untuk berKB diputuskan oleh suami, 1 PUS (3,2%) pengambilan
keputusan untuk berKB diputuskan oleh istri dan 4 PUS (12,9%) pengambilan
keputusan untuk berKB diputuskan oleh keputusan bersama. Hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,071 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel
status pekerjaan suami dengan pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan
usia subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
4.3.6 Hubungan Dukungan Sosial pada Istri dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.23 Hubungan Dukungan Sosial pada Istri dengan Pengambilan Keputusan
Untuk berKB Dukungan
Sosial Pengambilan Keputusan untuk berKB
Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Mendukung 9 29,0 2 6,5 8 25,8 19 61,3 0,048 Tidak Mendukung
6
19,4
5
16,1
1
3,2
12
38,7
Berdasarkan tabel 4.23 terlihat bahwa dari 19 orang yang dukungan sosialnya
pada wanita pasangan usia subur (PUS) adalah mendukung sebanyak 9 orang
(29,0%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh suami, 2 orang (6,5%)
pengambilan keputusan diputuskan oleh istri dan 8 orang (25,8%) pengambilan
keputusan untuk berKB diputuskan oleh keputusan bersama. Sedangkan dari 12
orang yang dukungan sosialnya pada wanita pasangan usia subur (PUS) adalah tidak
mendukung sebanyak 6 orang (19,4%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh suami, 5 orang (16,1%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh istri dan 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh keputusan bersama. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p =
0,048 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel dukungan sosial istri dengan
pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan
Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
4.3.7 Hubungan Dukungan Sosial pada Suami dengan Pengambilan Keputusan Untuk berKB
Tabel 4.24 Hubungan Dukungan Sosial pada Sosial dengan Pengambilan Keputusan
Untuk berKB Dukungan
Sosial Pengambilan Keputusan untuk berKB
Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Mendukung 8 25,8 3 9,7 8 25,8 19 61,3 0,117 Tidak Mendukung
7
22,6
4
12,9
1
3,2
12
38,7
Berdasarkan tabel 4.24 terlihat bahwa dari 19 orang yang dukungan
sosialnya pada pria pasangan usia subur (PUS) adalah mendukung sebanyak 8 orang
(25,8%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh suami, 3 orang
(9,7%) pengambilan keputusan diputuskan oleh istri dan 8 orang (25,8%)
pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh keputusan bersama.
Sedangkan dari 12 orang yang dukungan sosialnya pada pria pasangan usia subur
(PUS) adalah tidak mendukung sebanyak 7 orang (22,6%) pengambilan keputusan
untuk berKB diputuskan oleh suami, 4 orang (12,9%) pengambilan keputusan untuk
berKB diputuskan oleh istri dan 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh keputusan bersama. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p =
0,117 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel dukungan sosial suami
dengan pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) di
Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
4.3.8 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Istri
Tabel 4.25 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB
pada Istri Persepsi Gender
Pengambilan Keputusan untuk berKB Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Baik 15 48,4 7 22,6 8 25,8 30 96,8 0,283 Tidak Baik 0 0 0 0 1 3,2 1 3,2
Berdasarkan tabel 4.25 terlihat bahwa dari 30 orang dimana persepsi
gender dalam pengambilan keputusan untuk berKB pada wanita pasangan usia subur
(PUS) adalah baik sebanyak 15 orang (48,4%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh suami, 7 orang (22,6%) pengambilan keputusan diputuskan oleh istri
dan 8 orang (25,8%) pengambilan keputusan untuk berKB diputuskan oleh
keputusan bersama. Sedangkan dari 1 orang dimana persepsi gender dalam
pengambilan keputusan untuk berKB pada wanita pasangan usia subur (PUS) adalah
tidak baik dimana tidak ada pengambilan keputusan untuk berKB yang diputuskan
oleh suami dan istri sedangkan 1 orang (3,2%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh keputusan bersama. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p =
0,283 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel persepsi gender dalam
pengambilan keputusan untuk berKB pada wanita pasangan usia subur (PUS) di
Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
4.3.9 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB pada Suami
Tabel 4.26 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan Untuk berKB
pada Suami Persepsi Gender
Pengambilan Keputusan untuk berKB Jumlah p Suami Istri Bersama
n % n % n % n % Baik 11 35,5 7 22,6 9 29,0 27 87,1 0,086 Tidak Baik 4 12,9 0 0 0 0 4 12,9
Berdasarkan tabel 4.26 terlihat bahwa dari 27 orang dimana persepsi
gender dalam pengambilan keputusan untuk berKB pada pria pasangan usia subur
(PUS) adalah baik sebanyak 11 orang (35,5%) pengambilan keputusan untuk
berKB diputuskan oleh suami, 7 orang (22,6%) pengambilan keputusan
diputuskan oleh istri dan 9 orang (29,0%) pengambilan keputusan untuk berKB
diputuskan oleh keputusan bersama. Sedangkan dari 4 orang dimana persepsi
gender dalam pengambilan keputusan untuk berKB pada pria pasangan usia subur
(PUS) adalah tidak baik dimana 4 orang (12,9%) pengambilan keputusan untuk
berKB yang diputuskan oleh suami dan tidak ada pengambilan keputusan untuk
berKB yang diputuskan oleh keputusan istri dan bersama. Hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,086 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara
variabel persepsi gender dalam pengambilan keputusan untuk berKB pada pria
pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Harjo Sari 1 Kecamatan Medan Amplas.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Berdasarkan analisis univariat bahwa pengetahuan istri baik
sebesar 54,8%, dan berpengetahuan tidak baik sebesar 45,2 % sementara
pengetahuan suami baik sebesar 48,4 % dan tidak baik sebesar 51,6 % dengan
pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur. Pengetahuan
yang tidak baik disebabkan karena masih banyak yang berpendapat bahwa
seorang istri tidak berhak mengambil keputusan untuk berKB, banyak yang
tidak mengetahui berapa sebenarnya jumlah anak ideal. Mereka
mengangggap bahwa jumlah anak yang mereka miliki sekarang adalah
jumlah anak yang ideal. Banyak yang tidak mengetahui bahwa antara suami
dan istri mempunyai peranan yang penting dalam pengambilan keputusan
untuk berKB.
Berdasarkan analisis bivariat ada hubungan pengetahuan istri
dengan pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS)
(p = 0,037). Hal ini dikarenakan sebagian istri yang memiliki pengetahuan
baik mempunyai hak untuk mengambil keputusan dalam berKB, namun
sebagian lagi menganggap bahwa meskipun pengetahuan mereka baik tetap
tidak mempunyai hak dalam penentuan jumlah anak, jarak anak dan
pengambilan keputusan untuk berKB. Sementara berdasarkan analisis bivariat
tidak ada hubungan pengetahuan suami dengan pengambilan keputusan untuk
berKB pada pasangan usia subur (PUS) (p = 0,866). Hal ini dikarenakan
meskipun pengetahuan suami di Kelurahan Harjo Sari 1 rendah tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karena suamilah yang tetap
memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan dirumah tangga.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun
melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui
penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau
responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo,2010)
5.2 Hubungan Status Pekerjaan dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Berdasarkan analisis univariat bahwa status pekerjaan istri yang
bekerja sebesar 12,9% lebih sedikit dibandingkan yang tidak bekerja sebesar
87,1%. Sementara status pekerjaan suami yang bekerja sebesar 87,1% dan
tidak bekerja sebesar 12,9%.
Berdasarkan analisis bivariat tidak ada hubungan antara status
pekerjaan istri dan suami dengan pengambilan keputusan untuk berKB (p =
0,980).
Hal ini sejalan dengan penelitian Daulay (2007) yang mengatakan
struktur sosial masyarakat yang membagi-bagi tugas antara pria dan wanita
seringkali merugikan wanita. Wanita yang bekerja di dalam rumah tangga
tidak mendapatkan penghargaan secara ekonomi. Nilai wanita sebagai ibu
adalah suatu nilai yang sakral yang penuh dengan pengabdian. Istilah peran
rangkap tiga yang dimiliki wanita yaitu : peran produktif (bekerja/mencari
nafkah), peran reproduktif ( menyiapkan semua keperluan keluarga untuk di
dalam dan diluar rumah, keperluan suami dan anak), serta peran
kemasyarakatan (arisan, gotong royong dan pengajian).
5.3 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa tingkat pendapatan
yang tinggi ≥ Rp.1.851.000 sebesar 80,6% dan rendah < Rp.1.851.000
sebesar 19,4% tentang pengambilan keputusan untuk berKB. Beberapa
wanita PUS memiliki suami yang tidak bekerja karena hanya istrilah yang
mencari nafkah (berdagang dan pegawai swasta)
Berdasarkan analisis bivariat tidak ada hubungan tingkat
pendapatan dengan pengambilan keputusan untuk berKB (P = 0,071). Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Sutisna (2004) yang mengatakan masalah
pengambilan keputusan sering terjadi pada keluarga yang terdiri dari suami
dan istri yang sama-sama memegang peranan penting dalam rumah tangga.
Profil keluarga yang lebih dominan suami menanamkan pada keluarga
dengan nilai-nilai dan sikap tradisional terhadap peran perkawinan.
Pendapatan suami yang lebih tinggi mengakibatkan suami mempunyai
kekuatan finansial dalam keluarga, sebaliknya jika pendapatan suami sedikit,
maka istri ikut berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga.
5.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Berdasarkan analisis univariat bahwa sosial responden yang
mendukung sebesar 61,3% namun masih ada yang tidak mendukung sebesar
38,7%, tentang pengambilan keputusan untuk berKB. Ada beberapa pasangan
usia subur (PUS) dimana mertua ikut menentukan jumlah anak dalam
keluarga dan pihak keluarga lain (kakak ipar dan sepupu) ikut berperan dalam
pengambilan keputusan untuk berKB.
Hasil analisis bivariat ada hubungan dukungan sosial dengan
pengambilan keputusan untuk berKB pada pasangan usia subur (PUS) (p =
0,048). Dukungan orang sekitar seperti keluarga/lingkungan/teman sekerja
adalah sebagai masukan yang berarti bagi responden dalam pengambilan
keputusan untuk berKB.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hia (2010) yang
menyatakan bahwa penentuan jumlah anak dan jarak anak tidak sepenuhnya
ditentukan sendiri. Selain faktor internal, faktor eksternal juga ikut
menentukan pengambilan keputusan khususnya keputusan untuk berKB.
5.5 Hubungan Persepsi Gender dalam Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa persepsi gender
pada istri baik sebesar 96,8% dan tidak baik sebesar 3,2% sementara persepsi
suami baik sebesar 87,1% dan tidak baik sebesar 12,9%. Pada umumnya
pasangan usia subur (PUS) memiliki persepsi yang baik mengenai
pengambilan keputusan untuk berKB terutama mengenai suami dan istri
mempunyai hak yang sama dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan
digunakan.
Berdasarkan analisis bivariat tidak ada hubungan persepsi gender
pada istri terhadap pengambilan keputusan untuk berKB (P = 0,283) dan tidak
ada hubungan persepsi gender pada suami terhadap pengambilan keputusan
untuk berKB. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2006) bahwa budaya
patriakhi masih tetap diadopsi masyarakat, dimana laki-laki dianggap figur
utama dan perempuan sebagai figur kedua. Sama halnya di Kelurahan Harjo
Sari 1 yang masyarakatnya masih menganggap laki-laki sebagai yang
bertanggung jawab mengambil keputusan keluarga. Dari satu segi, hak asasi
perempuan selalu jadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat tetapi pada
saat yang bersamaan akar patriakhi semakin kuat melekat pada masyarakat.
5.6 Pengambilan Keputusan untuk berKB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Harjo Sari 1 diperoleh dari
31 responden pasangan usia subur (PUS) pengambilan keputusan untuk
berKB yang diputuskan oleh suami sebanyak 15 pasangan (48,4%). Hal ini
disebabkan karena banyak yang berpendapat bahwa suami adalah pemegang
kekuasaan tertinggi dalam rumah tangga termasuk pengambilan keputusan
untuk berKB dimana segala sesuatu yang harus dilakukan berdasarkan
persetujuan suami. Hal ini sejalan dengan teori sosial-konflik yang
dikemukakan oleh Marx (dalam Ratna Megawangi, 1999) dimana perbedaan
dan ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan tidak disebabkan
oleh perbedaan biologis, tetapi merupakan bagian dari penindasan kelas yang
berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan dalam konsep keluarga.
Hubungan laki-laki dan perempuan (suami-istri) tidak ubahnya dengan
hubungan ploretar dan borjuis, hamba dan tuan atau pemeras dan diperas.
Dengan kata lain, ketimpangan peran gender dalam masyarakat bukan karena
kodrat dari Tuhan, tetapi karena konstruksi masyarakat.
Yang diputuskan oleh istri sebanyak 7 pasangan (22,6%) pasangan
dengan karakteristik pengetahuan istri yang baik, status istri adalah bekerja,
istri mendapat dukungan sosial dan sebagian lagi suami menyerahkan
keputusan dalam berKB kepada istri dengan alasan istri yang mengerti
masalah reproduksi (hamil, melahirkan dan berKB). Hal ini terkait dengan
teori struktural-fungsional yang menunjuk masyarakat pra industri yang
terintegrasi di dalam suatu sistem sosial. Laki-laki berperan sebagi pemburu
(hunter) dan perempuan sebagai peramu (gatherer). Sebagai pemburu, laki-
laki lebih banyak berada diluar rumah dan bertanggung jawab untuk
membawa makanan kepada keluarga. Peran perempuan lebih terbatas di
sekitar rumah dalam urusan reproduksi, seperti mengandung, memelihara,
menyusui anak dan berKB. Pembagian kerja seperti ini telah berfungsi
dengan baik dan berhasil menciptakan kelangsungan masyarakat yang stabil.
Hanya 9 pasangan (29,0%) yang pengambilan keputusan untuk
berKB diputuskan secara bersama (suami dan istri). Hal ini dikarenakan
bahwa masing-masing pasangan sudah memahami bahwa dalam pengambilan
keputusan rumah tangga khususnya dalam berKB antara suami dan istri
mempunyai peranan yang penting supaya tidak ada pertengkaran dikemudian
hari demi keutuhan keluarga. Hal ini sejalan dengan teori Struktural-
Fungsional yang dikemukakan oleh Nasaruddin Umar (1993) dimana
pembagian kerja yang seimbang, dapat menimbulkan hubungan suami istri
bisa berjalan dengan baik. Jika terjadi penyimpangan atau tumpang tindih
antar fungsi maka sistem keutuhan keluarga akan mengalami
ketidakseimbangan. Keseimbangan akan terwujud bila tradisi peran gender
senantiasa mengacu pada posisi semula.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari 31 responden pasangan usia
subur (PUS) pengambilan keputusan untuk berKB yang diputuskan oleh
suami sebanyak 15 pasangan (48,4%), yang diputuskan oleh istri sebanyak
7 pasangan (22,6%). Hanya 9 pasangan (29,0%) yang pengambilan
keputusan untuk berKB diputuskan secara bersama (suami dan istri).
2. Berdasarkan analisis bivariat diketahui dari 5 variabel hanya 2 variabel
yang mempunyai hubungan yang bermakna yaitu : pengetahuan istri (p =
0,037) dan dukungan sosial pada istri (p = 0,048) pada istri dengan
pengambilan keputusan untuk berKB.
6.2 Saran
1. Seluruh pasangan usia subur (PUS) yang tinggal di Kelurahan Harjo Sari 1
agar menerima pendapat, merespon, menghargai dan bertanggung jawab
bersama terhadap hak-hak reproduksi dalam berKB khususnya
pengambilan keputusan untuk berKB agar tercapai fungsi reproduksi
secara sehat dan aman dan tidak memandang gender dalam pengambilan
keputusan untuk berKB.
2. Bagi tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Medan Amplas
diharapkan agar tetap memberikan konseling dan sosialisasi pada
pasangan usia subur yang ingin berKB khususnya dalam pengambilan
keputusan.
3. Bagi Pemerintah Kecamatan Medan Amplas agar tetap memantau kinerja
dan saling bekerja sama dengan tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas
Medan Amplas dalam melakukan penataan program keluarga berencana
maupun penerapan dalam sosialisasi
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Kristina. 2013. Peran Suami Istri dalam Pengambilan Keputusan Berkeluarga Berencana Terhadap Metode Kontrasepsi yang Digunakan di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan
Curtin, L. 1982. Status of Woman : A Comperative Analysis of Twenty developing Countries : Washington, D.C : Population Reference Inc
Data peserta KB Aktif Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Tahun 2013.
Daulay. 2007. Perempuan dan Kemelut Gender. Medan: USU Press.
Effendi, Sofian dan Tukiran (Ed.). 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Penerbit LP3ES.
Everet, Suzanne. 2012. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hartono, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hia, R, S. 2010. Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat Tahun 2010. Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Hidayat, Azwar AA. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Juliantoro. 2000. 30 Tahun Cukup (Keluarga Berencana dan Hak Konsumen). Jakarta: Salemba Medika
Ihromi, Tapi Omas. 1990. Para Ibu Yang Berperan Tunggal Dan Yang Berperan Ganda. Jakarta: FEUI.
Makarao, Nurul Ramadhani. 2009. Gender dalam Bidang Kesehatan. Bandung:
Penerbit Alfabeta. Manuaba, Ida Bagus, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Meilani, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Penerbit
Fitramaya Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang
Relasi Gender. Bandung: Penerbit Mizan.
Morgan, Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC Mulyani dan Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika. Mudzhar. 2001. Kepemimpinan Wanita dalam Perspektif Agama dan Sejarah
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Namora dan Hasnida. 2009. Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?.
Medan: Penerbit USU Press. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Pratiknya, Ahmad Watik. 2011. Dasar-dasar metodologi penelitian dan
kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pinem, Saroha.2009. Kesehatan Reproduksi dan Reproduksi. Jakarta: Penerbit
Trans Info Media. Proverawati. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika. Santrock. 1995. Life Span Development Perkembangan masa hidup. Jakarta:
Erlangga. Saptiawan. 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. SDKI.2012. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012: Jakarta. Siagian. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiarto, Eko. 2013. Master EYD Edisi Baru. Yogyakarta: Suaka Media. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sunaryo dan Zuriah. 2004. Laporan Penelitian : Pola pengambilan keputusan
dalam keluarga wanita karier di kota Malang. Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan Lembaga Penelitian. Universitas Muhammadiyah Malang.
Suratun. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. Sutisna. 2004. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Umar, Nasaruddin, dkk. 2006. Akhlak Perempuan (Membangun Budaya Ramah
Perempuan). Jakarta: Restu Ilahi Yuhedi. Lucky Taufika. 2014. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BER-KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)
DI KELURAHAN HARJO SARI 1 KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2014
Nama Responden : No Urut :
Alamat :
Umur :
Suku :
Agama :
Jumlah anak :
Alat Kontrasepsi yang digunakan :
Pekerjaan Suami :
Pekerjaan Istri :
Jumlah penghasilan dari suami dan istri setiap bulannya
a. < Rp. 1.851.500,- b. > Rp. 1.851.500,-
A. Pengetahuan
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (x) untuk pilihlah
jawaban yang anda anggap paling benar !
1. Apakah yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB) ...
a. Program untuk menjarangkan/menunda kelahiran
b. Tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
c. Sarana untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jika ada yang lain, sebutkan...
2. Menurut Bapak/Ibu, untuk apa diadakan program keluarga berencana ?
a. Untuk mengatur kelahiran anak
b. Agar menjadi keluarga bahagia
c. Untuk menjadi keluarga yang besar
Jika ada yang lain, sebutkan...
3. Program Keluarga Berencana (KB) adalah menganjurkan untuk
mempunyai anak ?
a. Satu saja cukup
b. Dua saja cukup
c. Tiga saja cukup
Jika ada yang lain, sebutkan...
4. Sasaran program Keluarga Berencana (KB) adalah pasangan usia subur...
a. 20 – 35 tahun
b. 20 – 45 tahun
c. 20 – 50 tahun
Jika ada yang lain, sebutkan...
5. Macam-macam metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) ?
a. Suntik, dan Pil
b. KB alami dan Kondom
c. Implant, IUD, Metode Operasi Pria/Wanita
Jika ada yang lain, sebutkan...
6. Macam-macam metode kontrasepsi alami ?
a. Metode Amenore Laktasi (MAL) dan Pantang Berkala
b. Implan dan Suntik
c. Pil dan IUD
Jika ada yang lain, sebutkan...
7. Siapakah yang paling berperan dalam pengambilan keputusan untuk berKB
a. Bapak
b. Ibu
c. Bersama
Jika ada yang lain, sebutkan...
8. Di dalam keluarga, siapakah yang paling berperan menentukan jumlah anak
a. Bapak
b. Ibu
c. Bersama
Jika ada yang lain, sebutkan
9. Menurut bapak dan ibu berapa jumlah anak yang ideal...
a. 2 anak
b. 3 anak
c. Lebih dari 3 anak
Berikan alasannya...
10. Menurut bapak dan ibu berapa jarak ideal kelahiran anak...
a. 1 tahun
b. 2 tahun
c. Lebih dari 3 tahun
Berikan alasannya...
B. Dukungan sosial
Berilah tanda checklist (√) untuk pilihan yang anda anggap paling benar !
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah mertua ikut menentukan jumlah anak dalam
keluarga
2. Apakah pihak keluarga ikut berperan dalam
pengambilan keputusan untuk berKB
3. Apakah ada peraturan jumlah anak yang ditanggung
biaya persalinannya di tempat kerja bapak dan ibu
4. Apakah anda menerima informasi dari teman sekerja
atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi
yang akan digunakan
5. Adakah jenis alat kontrasepsi tertentu yang dianjurkan
oleh pihak keluarga kepada bapak dan ibu
C. Persepsi gender dalam pengambilan keputusan
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda checklist (√) untuk
pilhan yang anda anggap paling benar !
SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1. Kepala keluarga (suami) merupakan penentu
utama dalam pengambilan keputusan dalam
rumah tangga
2. Suami dan istri mempunyai hak yang sama
dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan
digunakan
3. Dalam pemilihan alat kontrasepsi,
sepenuhnya adalah urusan wanita (istri)
4. Suami dan mertua yang berhak menentukan
alat kontrasepsi yang akan digunakan
5. Di dalam keluarga, wanita (istri) yang harus
menggunakan alat kontrasepsi
D. Pengambilan keputusan untuk berKB
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan alasan yang tepat !
Siapakah diantara bapak dan ibu yang mengambil keputusan untuk berKB ?
1.Suami 2. Istri 3.Suami dan istri (Bersama)
Berikan alasannya...
ANALISIS UNIVARIAT
Frequencies
Statistics
Umur Istri Kategori
N Valid 31
Missing 0
Umur Istri Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20-30 16 51,6 51,6 51,6
31-40 13 41,9 41,9 93,5
>41 2 6,5 6,5 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Umur Suami Kategori
N Valid 31
Missing 0
Umur Suami Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20-30 14 45,2 45,2 45,2
31-40 13 41,9 41,9 87,1
>41 4 12,9 12,9 100,0
Umur Suami Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20-30 14 45,2 45,2 45,2
31-40 13 41,9 41,9 87,1
>41 4 12,9 12,9 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Suku Bangsa
N Valid 31
Missing 0
Suku Bangsa
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jawa 16 51,6 51,6 51,6
Melayu 2 6,5 6,5 58,1
Batak 11 35,5 35,5 93,5
Sunda 1 3,2 3,2 96,8
Minang 1 3,2 3,2 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Agama
N Valid 31
Missing 0
Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid islam 27 87,1 87,1 87,1
Kristen 4 12,9 12,9 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Alat Kontrasepsi
N Valid 31
Missing 0
Alat Kontrasepsi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pil KB 11 35,5 35,5 35,5
Suntik KB 18 58,1 58,1 93,5
Implant 2 6,5 6,5 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Jumlah Anak
N Valid 31
Missing 0
Jumlah Anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0-2 25 80,6 80,6 80,6
3-6 6 19,4 19,4 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Pekerjaan Istri
N Valid 31
Missing 0
Pekerjaan Istri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bekerja 4 12,9 12,9 12,9
Tidak Bekerja 27 87,1 87,1 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Pekerjaan Suami
N Valid 31
Missing 0
Pekerjaan Suami
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bekerja 27 87,1 87,1 87,1
Tidak Bekerja 4 12,9 12,9 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Tingkat Pendapatan
N Valid 31
Missing 0
Tingkat Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid > Rp. 1.851.000 25 80,6 80,6 80,6
< Rp. 1.851.000 6 19,4 19,4 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Pengetahuan Istri Kategori
N Valid 31
Missing 0
Pengetahuan Istri Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 14 45,2 45,2 45,2
Baik 17 54,8 54,8 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Pengetahuan Suami Kategori
N Valid 31
Missing 0
Pengetahuan Suami Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 16 51,6 51,6 51,6
Baik 15 48,4 48,4 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Persepsi Istri Kategori
N Valid 31
Missing 0
Persepsi Istri Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 1 3,2 3,2 3,2
Baik 30 96,8 96,8 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Persepsi Suami Kategori
N Valid 31
Missing 0
Persepsi Suami Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 4 12,9 12,9 12,9
Baik 27 87,1 87,1 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Dukungan Istri Kategori
N Valid 31
Missing 0
Dukungan Istri Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Mendukung 12 38,7 38,7 38,7
Mendukung 19 61,3 61,3 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Dukungan Suami Kategori
N Valid 31
Missing 0
Dukungan Suami Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Mendukung 12 38,7 38,7 38,7
Mendukung 19 61,3 61,3 100,0
Total 31 100,0 100,0
Statistics
Pengambilan Keputusan
N Valid 31
Statistics
Pengambilan Keputusan
N Valid 31
Missing 0
Pengambilan Keputusan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Keputusan Suami 15 48,4 48,4 48,4
Keputusan Istri 7 22,6 22,6 71,0
Keputusan Bersama 9 29,0 29,0 100,0
Total 31 100,0 100,0
ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Istri Kategori *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Pengetahuan Istri Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Suami
Keputusan
Istri
Pengetahuan Istri Kategori Tidak Baik Count 8 5
% within Pengetahuan Istri
Kategori
57,1% 35,7%
% within Pengambilan
Keputusan
53,3% 71,4%
% of Total 25,8% 16,1%
Baik Count 7 2
% within Pengetahuan Istri
Kategori
41,2% 11,8%
% within Pengambilan
Keputusan
46,7% 28,6%
% of Total 22,6% 6,5%
Total Count 15 7
% within Pengetahuan Istri
Kategori
48,4% 22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Pengetahuan Istri Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Pengetahuan Istri Kategori Tidak Baik Count 1 14
% within Pengetahuan Istri
Kategori
7,1% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
11,1% 45,2%
% of Total 3,2% 45,2%
Baik Count 8 17
% within Pengetahuan Istri
Kategori
47,1% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
88,9% 54,8%
% of Total 25,8% 54,8%
Total Count 9 31
% within Pengetahuan Istri
Kategori
29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6,568a 2 ,037
Likelihood Ratio 7,302 2 ,026
Linear-by-Linear
Association
3,149 1 ,076
N of Valid Cases 31
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,16.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Suami
Kategori * Pengambilan
Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Pengetahuan Suami Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Suami
Keputusan
Istri
Pengetahuan Suami
Kategori
Tidak Baik Count 8 3
% within Pengetahuan
Suami Kategori
50,0% 18,8%
% within Pengambilan
Keputusan
53,3% 42,9%
% of Total 25,8% 9,7%
Baik Count 7 4
% within Pengetahuan
Suami Kategori
46,7% 26,7%
% within Pengambilan
Keputusan
46,7% 57,1%
% of Total 22,6% 12,9%
Total Count 15 7
% within Pengetahuan
Suami Kategori
48,4% 22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Pengetahuan Suami Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Pengetahuan Suami
Kategori
Tidak Baik Count 5 16
% within Pengetahuan
Suami Kategori
31,3% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
55,6% 51,6%
% of Total 16,1% 51,6%
Baik Count 4 15
% within Pengetahuan
Suami Kategori
26,7% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
44,4% 48,4%
% of Total 12,9% 48,4%
Total Count 9 31
% within Pengetahuan
Suami Kategori
29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,289a 2 ,866
Likelihood Ratio ,289 2 ,865
Linear-by-Linear
Association
,002 1 ,968
N of Valid Cases 31
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,39.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan Istri *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Pekerjaan Istri * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Suami Keputusan Istri
Pekerjaan Istri Bekerja Count 2 1
% within Pekerjaan Istri 50,0% 25,0%
% within Pengambilan
Keputusan
13,3% 14,3%
% of Total 6,5% 3,2%
Tidak Bekerja Count 13 6
% within Pekerjaan Istri 48,1% 22,2%
% within Pengambilan
Keputusan
86,7% 85,7%
% of Total 41,9% 19,4%
Total Count 15 7
% within Pekerjaan Istri 48,4% 22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Pekerjaan Istri * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Pekerjaan Istri Bekerja Count 1 4
% within Pekerjaan Istri 25,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
11,1% 12,9%
% of Total 3,2% 12,9%
Tidak Bekerja Count 8 27
% within Pekerjaan Istri 29,6% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
88,9% 87,1%
% of Total 25,8% 87,1%
Total Count 9 31
% within Pekerjaan Istri 29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,040a 2 ,980
Likelihood Ratio ,041 2 ,980
Linear-by-Linear
Association
,019 1 ,890
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,90.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Tbsotal
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan Suami *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Pekerjaan Suami * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Suami Keputusan Istri
Pekerjaan Suami Bekerja Count 13 6
% within Pekerjaan Suami 48,1% 22,2%
% within Pengambilan
Keputusan
86,7% 85,7%
% of Total 41,9% 19,4%
Tidak Bekerja Count 2 1
% within Pekerjaan Suami 50,0% 25,0%
% within Pengambilan
Keputusan
13,3% 14,3%
% of Total 6,5% 3,2%
Total Count 15 7
% within Pekerjaan Suami 48,4% 22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Pekerjaan Suami * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Pekerjaan Suami Bekerja Count 8 27
% within Pekerjaan Suami 29,6% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
88,9% 87,1%
% of Total 25,8% 87,1%
Tidak Bekerja Count 1 4
% within Pekerjaan Suami 25,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
11,1% 12,9%
% of Total 3,2% 12,9%
Total Count 9 31
% within Pekerjaan Suami 29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,040a 2 ,980
Likelihood Ratio ,041 2 ,980
Linear-by-Linear
Association
,019 1 ,890
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,90.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat Pendapatan *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Tingkat Pendapatan * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Suami
Keputusan
Istri
Tingkat Pendapatan > Rp. 1.851.000 Count 14 6
% within Tingkat
Pendapatan
56,0% 24,0%
% within Pengambilan
Keputusan
93,3% 85,7%
% of Total 45,2% 19,4%
< Rp. 1.851.000 Count 1 1
% within Tingkat
Pendapatan
16,7% 16,7%
% within Pengambilan
Keputusan
6,7% 14,3%
% of Total 3,2% 3,2%
Total Count 15 7
% within Tingkat
Pendapatan
48,4% 22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Tingkat Pendapatan * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Tingkat Pendapatan > Rp. 1.851.000 Count 5 25
% within Tingkat
Pendapatan
20,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
55,6% 80,6%
% of Total 16,1% 80,6%
< Rp. 1.851.000 Count 4 6
% within Tingkat
Pendapatan
66,7% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
44,4% 19,4%
% of Total 12,9% 19,4%
Total Count 9 31
% within Tingkat
Pendapatan
29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5,292a 2 ,071
Likelihood Ratio 5,007 2 ,082
Linear-by-Linear
Association
4,701 1 ,030
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,35.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan Istri Kategori *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Dukungan Istri Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Keputusan Suami
Dukungan Istri Kategori Tidak Mendukung Count 6
% within Dukungan Istri
Kategori
50,0%
% within Pengambilan
Keputusan
40,0%
% of Total 19,4%
Mendukung Count 9
% within Dukungan Istri
Kategori
47,4%
% within Pengambilan
Keputusan
60,0%
% of Total 29,0%
Total Count 15
% within Dukungan Istri
Kategori
48,4%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0%
% of Total 48,4%
Dukungan Istri Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Keputusan Istri
Dukungan Istri Kategori Tidak Mendukung Count 5
% within Dukungan Istri
Kategori
41,7%
% within Pengambilan
Keputusan
71,4%
% of Total 16,1%
Mendukung Count 2
% within Dukungan Istri
Kategori
10,5%
% within Pengambilan
Keputusan
28,6%
% of Total 6,5%
Total Count 7
% within Dukungan Istri
Kategori
22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0%
% of Total 22,6%
Dukungan Istri Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Dukungan Istri Kategori Tidak Mendukung Count 1 12
% within Dukungan Istri
Kategori
8,3% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
11,1% 38,7%
% of Total 3,2% 38,7%
Mendukung Count 8 19
% within Dukungan Istri
Kategori
42,1% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
88,9% 61,3%
% of Total 25,8% 61,3%
Total Count 9 31
% within Dukungan Istri
Kategori
29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6,058a 2 ,048
Likelihood Ratio 6,536 2 ,038
Linear-by-Linear
Association
1,280 1 ,258
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,71.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan Suami Kategori *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Dukungan Suami Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Keputusan Suami
Dukungan Suami Kategori Tidak Mendukung Count 7
% within Dukungan Suami
Kategori
58,3%
% within Pengambilan
Keputusan
46,7%
% of Total 22,6%
Mendukung Count 8
% within Dukungan Suami
Kategori
42,1%
% within Pengambilan
Keputusan
53,3%
% of Total 25,8%
Total Count 15
% within Dukungan Suami
Kategori
48,4%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0%
% of Total 48,4%
Dukungan Suami Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Keputusan Istri
Dukungan Suami Kategori Tidak Mendukung Count 4
% within Dukungan Suami
Kategori
33,3%
% within Pengambilan
Keputusan
57,1%
% of Total 12,9%
Mendukung Count 3
% within Dukungan Suami
Kategori
15,8%
% within Pengambilan
Keputusan
42,9%
% of Total 9,7%
Total Count 7
% within Dukungan Suami
Kategori
22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0%
% of Total 22,6%
Dukungan Suami Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan Total
Keputusan
Bersama
Dukungan Suami Kategori Tidak Mendukung Count 1 12
% within Dukungan Suami
Kategori
8,3% 100,0
%
% within Pengambilan
Keputusan
11,1% 38,7
%
% of Total 3,2% 38,7
%
Mendukung Count 8 19
% within Dukungan Suami
Kategori
42,1% 100,0
%
% within Pengambilan
Keputusan
88,9% 61,3
%
% of Total 25,8% 61,3
%
Total Count 9 31
% within Dukungan Suami
Kategori
29,0% 100,0
%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0
%
% of Total 29,0% 100,0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4,292a 2 ,117
Likelihood Ratio 4,813 2 ,090
Linear-by-Linear
Association
2,415 1 ,120
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,71.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persepsi Istri Kategori *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Persepsi Istri Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Suami
Keputusan
Istri
Persepsi Istri Kategori Tidak Baik Count 0 0
% within Persepsi Istri
Kategori
,0% ,0%
% within Pengambilan
Keputusan
,0% ,0%
% of Total ,0% ,0%
Baik Count 15 7
% within Persepsi Istri
Kategori
50,0% 23,3%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Total Count 15 7
% within Persepsi Istri
Kategori
48,4% 22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Persepsi Istri Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Persepsi Istri Kategori Tidak Baik Count 1 1
% within Persepsi Istri
Kategori
100,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
11,1% 3,2%
% of Total 3,2% 3,2%
Baik Count 8 30
% within Persepsi Istri
Kategori
26,7% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
88,9% 96,8%
% of Total 25,8% 96,8%
Total Count 9 31
% within Persepsi Istri
Kategori
29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2,526a 2 ,283
Likelihood Ratio 2,556 2 ,279
Linear-by-Linear
Association
1,934 1 ,164
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,23.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persepsi Suami Kategori *
Pengambilan Keputusan
31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%
Persepsi Suami Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Suami
Keputusan
Istri
Persepsi Suami Kategori Tidak Baik Count 4 0
% within Persepsi Suami
Kategori
100,0% ,0%
% within Pengambilan
Keputusan
26,7% ,0%
% of Total 12,9% ,0%
Baik Count 11 7
% within Persepsi Suami
Kategori
40,7% 25,9%
% within Pengambilan
Keputusan
73,3% 100,0%
% of Total 35,5% 22,6%
Total Count 15 7
% within Persepsi Suami
Kategori
48,4% 22,6%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 48,4% 22,6%
Persepsi Suami Kategori * Pengambilan Keputusan Crosstabulation
Pengambilan
Keputusan
Total
Keputusan
Bersama
Persepsi Suami Kategori Tidak Baik Count 0 4
% within Persepsi Suami
Kategori
,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
,0% 12,9%
% of Total ,0% 12,9%
Baik Count 9 27
% within Persepsi Suami
Kategori
33,3% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 87,1%
% of Total 29,0% 87,1%
Total Count 9 31
% within Persepsi Suami
Kategori
29,0% 100,0%
% within Pengambilan
Keputusan
100,0% 100,0%
% of Total 29,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4,899a 2 ,086
Likelihood Ratio 6,444 2 ,040
Linear-by-Linear
Association
3,923 1 ,048
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,90.