skripsi diajukan kepada fakultas ilmu dakwah dan ilmu...
TRANSCRIPT
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
IBROHIM106053002002
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2011
SISTEM PELATIHAN NAZHIR BADAN WAKAF INDONESIA TAHUN 2011
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
IBROHIM106053002002
Di Bawah Bimbingan
Drs. Study Rizal LK, MANIP :19640428 199303 1002
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2011
SISTEM PELATIHAN NAZHIR BADAN WAKAF INDONESIA TAHUN 2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul SISTEM PELATIHAN NAZHIR WAKAF BADAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Hari Kamis, Tanggal 22 Desember 2011, Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 22 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Cecep Castrawijaya, MA Drs. Sugiharto, MA NIP. 19670818 199803 1 002 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
M. Hudri, M.Ag. Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP.197206061998031003001 NIP. 19700903 199603 1 001
Drs. Study Rizal LK, MA NIP. 19640428 199303 1 002
WAKAF INDONESIA
i
ABSTRAK
Ibrohim Sistem Pelatihan Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia
Wakaf yang disariatkan oleh agama Islam mempunyai dua dimensi sekaligus, ialah dimensi religi dan dimensi sosial ekonomi. Dimensi religi karna wakaf merupakan ajaran agama Allah yang perlu dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat muslim, sehingga mereka yang mau berwakaf (waqif) mendapat pahala dari Allah Swt karena mentaati perintahnya. Dimensi sosial ekonomi karena syariat wakaf mengandung unsur ekonomi dan sosial, dimana kegiatan wakaf melalui uluran tangan sang dermawan telah membantu sesamanya untuk saling tenggang rasa.
Tetapi semua kegiatan wakaf, yaitu penyaluran dari wakif kepada orang atau lembaga yang membutuhkan itu bisa berjalan dengan lancar dan baik. Semua itu tidak terlepas daripada peran serta nazhir yang dimana keberhasilan wakaf itu faktor utamanya adalah nazhir kalau nazhirnya sudah jujur, amanah, dan professional maka semua kegiatan wakaf akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh wakif
Judul yang diangkat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Sistem Pelatihan Nazhir yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan; yaitu teknik pengumpulan data melalui sumber tertulis. Penelitian lapangan; yaitu teknik pengumpulan data dengan metode observasi (pengamatan langsung), wawancara dengan pimpinan dan staf bagian pendayagunaan yang bertanggung jawab atas implementasi program dakwah sehingga mendapatkan data–data yang akurat yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa sistem pelatihan yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia adalah 3 hari dengan 25 jam pelajaran dan 3 jam ujian dan dengan materi yang sangat menunjang dan melalui 3 metode yaitu: Metode ceramah, Menggunakan sistem Tanya jawab, Diskusi, Studi kasus. Dan dibantu dengan fasilitas yang menunjang yaitu: Gedung, Tersedianya fasilitas belajar mengajar. Diupayakan wilayah tenang dari suara hiruk pikuk kendaraan, Tersedianya ruang diskusi leter U. semua itu dibutuhkan Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas (nazhir), agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis (profesional) mengelola dan memberdayakan wakaf, sehingga dapat mewujudkan organisasi/instansi pengelola wakaf yang terpercaya
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta
sampai detik ini dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan
kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati perjalanan
akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Siatem Pelatihan
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas
usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga
dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang
untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi
ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada :
1. Teristimewa orang tua penulis, ayahanda tercinta dan ibunda tersayang yang
telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih
sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan
pendidikan putra-putrinya, serta adikku tercinta terima kasih untuk
semuanya.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA
alam yang telah memberikan segala nikmat yang tak terhingga kepada hambanya
Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia tahUUUU”.
iii
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi,
3. Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar dan
meluangkan waktunya untuk membimbing hingga terselesaikan skripsi ini.
4. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah.
5. H. Mulkannasir BA, S.Pd, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama perkuliahan.
7. Para penguji dan sekertaris sidang yang telah memberikan bimbingan dan
masukan saya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
8. Pengurus BWI yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
dan membantu penulis untuk mengambil bahan-bahan di badan wakaf
Indonesia yang penulis perlukan untuk penunjang penulisan sekripsi ini.
9. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk
referensi buku-bukunya.
10. Teman-teman seperjuangan MD angkatan 2006 Terima kasih buat dukungan
kalian.
11. Anak-anak Keluarga Mahasiswa Cilegon (KMC) yang telah membantu lewat
pertanyaan yang akhirnya penulis jawab dengan mengelesaikan sekripsi ini
12. Para sahabat saya terutama temen kosan saya yang telah menyindir saya yang
akhirnya sindiran itu menjadi dorongan buat saya untuk menyelesaikan
iv
sekripsi ini Dan adik-adik angkatan 2007 dan 2008. Terima kasih telah
banyak membantu penulis, semoga amal kebaikan kalian dibalas oleh Allah
SWT.
13. Teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima
kasih.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, dan mudah-
mudahan skripsi ini bermanfaat. Penulis menyadari meskipun telah
semaksimal mungkin berusaha dalam pembuatan skrispsi ini, tentu masih
banyak kekurangan. Kritik selalu penulis harapkan dalam penyempurnaan
penulisan skripsi ini.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
Ibrohim
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S.1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2011
Ibrohim
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... .v
DAFRTAR ISI ............................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... . 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... . 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... . 7
D. Tinjauan Pustaka.................................................................... . 7
E. Metodologi Penelitian ............................................................ . 8
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 11
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Sistem Pelatihan……………………………………………..13
1. Pengertian Sistem............................................................. 13
2. Pengertian Pelatihan......................................................... 14
3. Pengertian Sistem Pelatihan ............................................. 16
4. Unsur-unsur Sitem Pelatihan ............................................ 17
a. Input (Masukan)………………………………………..17
b. Process (Proses)……………………………….……….18
c. Out put (Keluaran)……………………………………..20
B. Nazhir Wakaf ………………………………………………..21
1. Pengertian Nazhir Wakaf ................................................ .21
2. Syarat-syarat Nazhir Wakaf.............................................. .22
3. Tugas dan Kewajiban Nazhir Wakaf ................................ .26
a. Tugas Nazhir Wakaf................................................... .26
b. Kewajiban Nazhir Wakaf ........................................... .27
4. Hak Nazhir Wakaf…………………………………………28
vii
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sejarah Singkat Berdirinya Badan Wakaf Indonesia............... 29
B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia ...................... 31
C. Visi, Misi dan Strategi ........................................................... 33
D. Struktur Organisasi ................................................................. 35
BAB IV : ANALISIS SISTEM PELATIHAN NAZHIR BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sistem Pelatihan Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia 38
1. Input (Masukan) ............................................................. 38
2. Process (Proses) ............................................................. 42
3. Out Put (Keluaran) ......................................................... 58
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelatihan
Nazhir Wakaf Indonesia…………………………………...63
1. Faktor Pendukung…………………...…………………...64
2. Faktor Penghambat…………………...…………………..65
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................ 69
B. Saran-saran ............................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syari’at Islam secara garis besar meliputi dua aspek, yakni (1) ajaran-
ajaran yang murni merupakan hubungan antara manusia dengan Allah, yang
disebut ibadah, seperti shalat dan puasa, dan (2) ajaran-ajaran yang murni
merupakan hubungan antar sesama manusia (hubungan sosial), yang disebut
mu’amalah (dalam arti luas), seperti hukum-hukum tentang perdagangan,
keuangan, perbuatan kriminal dan sebagainya. Di samping itu, terdapat juga
ajaran yang merupakan ibadah berdimensi sosial, yakni zakat dan wakaf.
Wakaf merupakan satu bentuk ibadah dengan cara memisahkan
sebagian harta benda yang dimiliki untuk dijadikan harta milik umum, yang
akan diambil manfaatnya bagi kepentingan orang lain atau manusia pada
umumnya. Dan wakaf seringkali di artikan sebagai asset yang dialokasikan
untuk kemanfaatan umat dimana subtansinya atau pokoknya ditahan,
sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum.
Menurut M. Daud Ali dan Azhar Basyir Wakaf merupakan salah satu
lembaga keagamaan yang dianjurkan oleh Allah Swt. Untuk dijadikan sarana
penyalur harta yang dikaruniakan oleh-Nya kepada manusia lain, amalan
wakaf amat besar artinya bagi kehidupan sosial, oleh karnanya Islam
meletakkan amalan wakaf sebagai satu macam ibadah yang amat
2
digembirakan.1
Wakaf yang disariatkan oleh agama Islam mempunyai dua dimensi
sekaligus, ialah dimensi religi dan dimensi sosial ekonomi. Dimensi religi
karna wakaf merupakan ajaran agama Allah yang perlu dipraktekkan dalam
kehidupan masyarakat muslim, sehingga mereka yang mau berwakaf (waqif)
mendapat pahala dari Allah Swt karena mentaati perintahnya. Dimensi sosial
ekonomi karena syariat wakaf mengandung unsur ekonomi dan sosial,
dimana kegiatan wakaf melalui uluran tangan sang dermawan telah
membantu sesamanya untuk saling tenggang rasa.
Dalam perjalan sejarah wakaf tidak hanya terbatas kepada
kesejahtraan sosial untuk masyarakat dan keluarga tapi lebih daripada itu
peran wakaf yang monumental adalah melahirkan banyak yayasan ilmiyah
yang independen dan tidak tergantung kepada lembaga politik (pemerintah),
Diantaranya menyelenggarakan forum ilmiyah internasional, beasiswa,
menyantuni kaum intelektual untuk selalu berkarya dan mendirikan lembaga-
lembaga Islam yang independen dan tidak bergantung pada arus politik
tertentu.
Wakaf adalah ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT yang
bermotif rasa cinta kasi kepada sesama manusia, membantu kepentingan
orang lain dan kepentingan umum, dengan mewakafkan harta benda akan
menciptakan rasa solidaritas dan wakaf juga merupakan ibadah yang
pelaksanaan ibadahnya atau praktiknya dimanifestasikan melalui pengabdian
1 Suparman Usman, Hukum Perwkafan di Indonesia, Cet ke-1 (Serang : Darul Ulum
Press,1994) h.15
3
keseluruhan diri manusia serta apa yang dimiliki. Ada ibadah melalui bentuk
(jiwa), seperti solat, puasa dan ada pula melalui bentuk pengabdian atau
melalui pengorbanan apa yang kita miliki ada ibadah dan melalui bentuk
pengabdian (jiwa). Seperti zakat, infak, puasa dan sodakoh. Ibadah melalui
pengorbanan dengan harta yang kita miliki untuk kepentingan kemanusiaan,
kemasyarakatan, dan keagamaan yang telah telah diatur oleh syariat Islam
adalah wakaf.
Ada dua pradigma yang terkandung dalam ajaran wakaf itu sendiri
yaitu: pradigma idiologis dan pradigma sosial ekonomis. Pertama, pradigma
idiologis bahwa wakaf yang diajarka oleh Islam mempunyai sandaran idiologi
yang sangat kental sebagai kelanjutan ajaran tauhid. Yaitu, segala sesuatu
yang berpuncak pada keyakinan kepada keesaan tuhan harus dibarengi
dengan kesadaran akan perwujudan keadilan social. Islam mengajarkan
kepada umatnya agar meletakkan persoalan harta (kekayaan dunia) dalam
tinjauan yang relativ, yaitu harta yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga
harus mempunyai kandungan nilai-nilai sosial (humanistik). Prinsip
pemilikan harta dalam Islam menyatakan bahwa harta tidak dibenarkan hanya
dikuasai oleh sekelompok orang (QS : 9 : 103).
Kedua, landasan pradigma sosial ekonomis. Setelah memiliki
landasan idiologis yang bersumber pada kalimat tauhid (la ilaaha illAllah)
wakaf mempunyai kontribusi solutif terhadap persoalan-persoalan ekonomi
kemasyarakatan. Kalau dalam tataran idiologis wakaf berbicara tentang
bagaimana nilai-nilai yang seharusnya diwujudkan oleh dan untuk umat
4
Islam, sedangkan pada wilayah pradigma sosial ekonomis, wakaf menjadi
jawaban kongkrit dalam realitas problematika kehidupan (sosial ekonomi)
masyarakat.
Wakaf mempunyai tugas sosial yang mempunyai peran penting dalam
sebagian masyarakat dalam beberapa kondisi, merupakan kebijaksanaan
Allah yang telah menciptakan manusia dengan sifat dan kemampuan yang
berbeda-beda. Hal ini menimbulkan adanya kaya dan miskin serta kuat dan
lemah dalam masyarakat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar si kaya
memeperhatikan si miskin dan yang kuat membantu yang lemah. Perintah ini
datang dengan bentuk yang bermacam-macam, ada yang wajib dan da yang
sunah, ada yang berkaitan dengan materi, dan ada yang berkaitan dengan
akhlak. Itulah yang menjadikan kehidupan dalam masyarakat muslim penuh
dengan kasih sayang dan saling menolong bagaikan sebuah bangunan yang
tiap bagian saling menguatkan. Bangunan ini berdiri di atas banyak fondasi,
diantaranya adalah wakaf.
Dalam sejarah Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh
umat Islam sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Sebagai suatu lembaga
Islam, wakaf telah menjadi salah satu penunjang perkembangan masyarakat
Islam. Jumlah tanah wakaf di Indonesia sangat banyak. Menurut data
deoertemen agama republik indonesia terakhir terdapat 403.845 lokasi tanah
wakaf dengan luas 1.566.672.406 m2. Dari total jumlah tersebut 75%
diantaranya sudah bersertifikat wakaf dan sekitar 10% memilih potensi tinggi,
5
dan masi banyak lagi yang belum terdata.2
Apabila jumlah tanah tersebut dihubungkan dengan Negara kita yang
saat ini sedang mengalami berbagai kerisis, sebanernya wakaf adalah salah
satu lembaga Islam yang sangat potensial untuk lebih dikembangkan guna
membantu masyarakat yang kurang mampu. Sayangnya, wakaf yang
jumlahnya begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannya masi bersifat
konsumtif dan belum dikelola secara produktif dan professional.
Untuk itu kondisi perwakafan di Indonesia yang mayoritas Islam dan
memiliki lembaga wakaf saat ini perlu mendapat perhatian yang eksra atau
lebih. Karena tanah dan benda yang begitu banyak dan memiliki potensi
tinggi tapi sampai saat ini belum di optimalkan untuk mengentaskan
kemiskinan yang ada di negara kita ini.
Sebgaimana telah kita ketahui bersama bahwa kemampuan nazhir
wakaf wakaf selama ini masi sangat tradisional, baik yang berkaitan dengan
aspek pemahaman terhadap wakaf itu sendiri maupun aspek keterampilan
dalam menjalankan roda ke nazhiran. Ditinjau dari aspek pemahaman, masih
banyak nazhir wakaf yang memahami bahwa wakaf itu “hanya” beberapa
benda yang tidak bergerak saja, khusus- nya tanah dan benda wakaf itu tidak
bisa ditukar dengan apapun dan dengan alas an apapun.
Lemahnya pemahaman dan minimnya keterampilan pengelolaan para
nazhir wakaf tentu harus dibenahi. Langkah yang sedang dan akan dilakukan
oleh depertemen agama adalah dengan melakukan berbagai pelatihan.
2 Achmad Djunaidi dan Thobieb, Al-asyar Menuju Era Wkaf produktif sebuah karya
progresif untuk mensejahtrakan umat,(cet ke-3,tahun 2006, terbitan mitra abadi pres) hal 76
6
Menyikapi hal di atas dan untuk meningkatkan realisasi potensi wakaf
ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan tanah dan
benda wakaf di Indonesia, yaitu salah satunya meningkatkan kepercayaan
kepada lembaga pengelola wakaf, perlu adanya suatu pelatihan bagi pengurus
wakaf (dewan nazir) yang akan bertugas mengelola tanah atau benda wakaf,
agar masyarakat jelas dengan tanah atau benda yang mereka keluarkan.
Yang melatar belakangi adanya pelatihan dewan nazir ini adalah agar
dapat menjadikan dewan nazir yang handal, amanah, dan professional dalam
mengelola tanah atau benda wakaf agar bisa menjadikan lembaga wakaf yang
produktif bukan lagi lembaga yang konsumtif dan supaya para waqif mau
mewakafkan hartanya demi kepantingan umum guna meninggkatkan
prekonomian masyarakat.
B. Pembatasan dan perumusan masalah
Masalah pelatihan nazhir cukup banyak seperti penggalangan dana,
pendayagunaan dana wakaf dan sistem pelatihan nazhir. untuk menghindari
terlalu luasnya permasalahan, maka dalam tulisan ini dibuat batasan ruang
lingkup masalah yang akan diteliti hanyalah meliputi sistem pelatihan nazhir
Badan Wakaf Indonesia
Adapun perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana sistem pelatihan nazhir yang dilaksanakan Badan Wakaf
Indonesia.?
7
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan nazhir Badan
Wakaf Indonesia?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan perumusan dan masalah yang telah penulis ungkapkan
di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
a. Untuk mengetahui sistem pelatihan nazhir Badan Wakaf Indonesia.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelatihan nazhir Badan Wakaf Indonesia.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh secara akademis adalah
diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang sistem pelatihan
nazhir, dan secara praktis dapat menambah informasi tentang sistem
pelatihan nazhir dan cara kerja mereka.
D. Tinjauan pustaka
Dalam penyusunan sekripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh
penulis dan ternyata ada mahasiswa sebelumnya yang menulis masalah yang
hampir sama namun objek dan judul berbeda. Oleh karena itu, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menjiplak” hasil karya
orang lain maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing
judul dengan masalah yang sedang dibahas antara lain:
8
1. Karya Milik Marhali (103053028751) yang berjudul “Sistem Pelatihan
Dakwah Pondok Pesantren Putri Darussalam Tangerang” Jurusan
Manajemen Dakwah. Judul dan objek tersebut tidak sama namun,
pembahasannya hampir ada kesamaan yaitu penulis meneliti juga tentang
sistem pelatihan.
2. Karya Milik Susilawati (103053028768) yang berjudul “Manajemen
Pelatihan Dakwah Pada Pondok Pesantren Al-hikmah Curug Tangerang”
Jurusan Manajemen Dakwah. Judul tersebut sangat jauh berbeda namun,
ada sedikit pembahasan yang sama karena penulis juga membahas
tentang pelatihan.
E. Metodologi penelitian
1. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yaitu prosedur pencarian data, meliputi
populasi, sampling, penjelasan konsep dan pengukurannya, cara-cara
pengumpulan data dan teknik analisisnya.3
Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif yang menggunakan analisis deskriptif yaitu
dengan menghimpun data aktual dengan melakukan obserfasi secara
langsung atau pengamatan, sambil menggumpulkan data dan melakukan
analisis dan kemudian menarik kesimpulan dari analisis dan obserfasi
tersebut.
3Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : logos, 1997), h.59
9
Menurut klirk dan Miller “penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bergantung pada pengamatan sesuai dengan kemampuan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang disekitar objek penelitian
dalam bahasa dan peristilahan sendiri”. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat di amati.4
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian
lapangan (fieled research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui
pengamatan langsung dilapangan, terhadap gejala-gejala sebenernya.5
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Badan Wakaf
Indonesia. Dalam hal ini orang-orang yang menjadi sumber informasi
yang relevan dengan objek yang diteliti, seperti kepala pendayagunaan
wakaf. Kemudian yang menjadi objek penelitian adalah kegiaatan yang
dilaksanakan sendiri oleh Badan Wakaf Indonesia yaitu sistem pelatihan
nazhir tabung wakaf indonesia.
3. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian adalah daerah yang akan dijadikan sarana
penelitian dalam hal ini Badan Wakaf Indonesia (BWI). Sedangkan waktu
penelitian dari tanggal 5 November sampai 5 Desember
4 Lexis J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung : PT.Remaja, 1997).
Cet.X.h.3.5 Mardalis, Method Penelitian Pendekatan proposal, (Jakarta : Bumi Aksara. 1999),
hal.28
10
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Obserfasi bisa diartikan sebagai pengamatan langsung dilapangan
yaitu dilakukan di Badan Wakaf Indonesia
b. Interviu merupakan teknik pengumpulan data dengan cara Tanya
jawab yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan pada tujuan
penelitian.
c. Dokumentasi.; yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya
terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa dan oleh
penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan
mengenai peristiwa tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data-data diperlukan dikumpulkan, penulis melakukan
klasifikasi dari temuan yang didapat. Kemudian melakukan analisis dari
hasil temuan sesuai dengan teori yang seharusnya, sehingga penulis dapat
menyimpulkan penelitian ini berdasarkan hasil analisis temuan yang telah
dilakukan dan berdasarkan analisis deskriptif.
6. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan sekripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“pedoman penulisan karya ilmiah(skripsi, tesis dan disertasi)” terbitan
ceqda (Centre of Quality and Assurance) uin syarif hidayatullah jakarta
2007.
11
F. Sistematika Penulisan
Melihat pada penelitian diatas maka, laporan hasil penelitian ini
dituangkan dalam bentuk karya tulis sekripsi dengansistematika penulisan
seperti di bawah ini:
Bab I : Pendahuluan
Dalam baba ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujauan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini akan dibahas sistem pelatihan (pengertian sistem,
pengertian pelatihan, pengertian sistem pelatihan, unsur-unsur
pelatihan) nazhir (pengertian nazhir wakaf, syarat-syarat nazir wakaf,
tugas dan kewajiban nazhir wakaf dan hak nazhir wakaf).
Bab III : Gambaran Umum Badan Wakaf Indonesia
Dalam bab ini terdiri dari sejarah berdirinya Badan wakaf indonesia,
letak geografis Badan wakaf indonesia, Tugas dan Wewenang Badan
Wakaf Indonesia visi - Misi Badan Wakaf Indonesia, Strategi Badan
Wakaf Indonesi, dan Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia.
Bab IV : Analisis Sistem Pelatihan Nazhir Badan Wakaf Indonesia.
Dalam bab ini membahas tentang sistem pelatihan nazhir Badan
Wakaf Indonesia, faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan
nazhir Badan Wakaf Indonesia.
12
Bab V : Penutup
Menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran-saran yang menjadi
penutup dari pembahasan skripsi ini.
13
BAB II
SISTEM PELATIHAN NAZHIR WAKAF
A. Sistem Pelatihan
1. Pengertian Sistem Pelatihan
Sistem pelatih terdari dari dua kata yaitu sistem dan pelatihan untuk
memahami sistem pelatihan tersebut terlebih dahulu penulis menjelaskan satu
persatu tentang sistem dan pelatihan yang nantinya penulis akan menggabungkan
menjadi sistem pelatihan
a. Sistem
Dilihat dari segi kebahasaan (etimologi) kata sistem berasal dari bahasa
yunani “sistema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari
sekian banyak bagian, berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-
satuan atau komponen-komponen secara teratur. Jadi sistem adalah sebuah
himpunan atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan
suatu keseluruhan.1
Sedangkan kalau menurut istilah sistem terdapat banyak pendapat seperti:
Sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh
deperteman pendidikan dan kebudayaan mengartikan sistem sebagai suatu
perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
sistem.2
1 Tatang M. Amin Pokok-pokok Teori System, (Jakarta : pt. raja grafindo persada, 2001),
cet ke-7, h, , 152 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1998), h.3
14
Sistem Menurut Muis, mengatakan bahwa :
“ Sistem adalah sebagai tata hubungan diantara dua atau lebih komponen (unsur) yang bersifat saling mempengaruhi (indefendent componens), saling ketergantungan kesekian objek (komponen) tersebut membentuk suatu keadaan yang nyata atau kesatuan (etinity), komponen-komponen tersebut selalu dalam keadaan berfungsi atau bergerak membuat membentuk kesatuan itu dalam keadaan seimbang dan berfungsi (home astatis)”.3
Menurut Onong Uchjana, “Sistem adalah suatu totalitas himpunan bagian-
bagian yang satu sama lain saling berinteraksi dan bersama-sama beroperasi
mencapai suatu tujuan tertentu di dalam suatu lingkungan”4
Menurut Raymond MC Leod Mend “Sistem adalah sekelompok elemen
yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu sistem”.5
Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam suatu
sistem terdapat komponen-komponen yang berwujud perangkat (keras) maupun
tidak terwujud (perangkat lunak). Komponen yang berwujud biyasanya berbentuk
suatu sistem fisik yang secara nyata dapat dibayangkan atau diraba, misalnya :
sistem trasportasi, dimana dalam sistem tersebut terdapat komponen berupa jalan,
kendaraan, terminal, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berwujud misalkan :
sistem peraturan lalu lintas, norma-norma, kode etik, dan sebagainya.
b. Pelatihan
Pemehaman mengenai pelatihan dapat disimak dari penjelasan Henry
Simamora yang mengatakan bahwa “Program pelatihan merupakan serangkaian
3 A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya,2001), h.274 Onong Uchjana, System Informasi Manajemen, (Bandung : CV. Mandar Maju,1996),
h.505 Raymond MC Leod, System Informasi Manajemen, (Jakarta : Pt Perahalindo,1996), h.6
15
yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kinerja
individu, kelompok dan seluruh organisasi”.6
Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja disamping adanya
upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melaksanakan tugasnya.
Pelatihan juga upaya untuk mentrasfer keterampilan dan pengetahuan kepada para
peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan
pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.7
Menurut pendapat Robert L. Mathis And John H. Jackson pelatihan adalah
“Suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk
membantu mencapain tujuan organisasi”.8
Menurut pendapat prof. Dr. Soekidjo Notatmojo, yang dimaksud dengan
pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian
manusia.9
Sedangkan menurut Dr. Oemar Hamalik melihat dari segi operasional,
pelatihan diartikan sebagai “Suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan
(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan
kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam
suatu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam
6 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya manusia, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara,1994), h.497 Abdurahmat Fathoni, organisasi dan manajemen sumber daya manusia, (Jakarta :
Rineka Cipta 2006), cet ke-1 h.1478 Robert L. mathis and John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya manusia,(Jakarta :
salemba empat, 2004), h.49 Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Rieneka
Cipta 2004), h.25
16
bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam
suatu organisasi”.10
Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
pelatihan adalah suatu kegiatan yang dimana di dalamnya terdapat suatu proses
penyaluran pengetahun, keterampilan dan wawasan dari seorang pelatih kepada
para pesertanya dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.
c. Sistem Pelatihan
Dari devinisi-devinisi di atas maka pengertian sistem pelatihan adalah
suatu kegiatan pelatihan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan baik,
terprogram, dan terencana untuk mempersiapkan seseorang atau kelompok
menjadi baik dan terampil dalam bidangnya, yaitu sesuai dengan apa yang
menjadi tugasnya.
Sistem pelatihan ialah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja yang
dilakukan secara keseluruhanbaik dengan cara belajar mengajar ataupun melalui
proses pelatihan.
Dalam proses pelatihan, tentunya ada pembahasan komponen pembahasan
pelatihan yaitu tujuan, materi metode, media pelatihan dan evaluasi. Dimana suatu
proses tersebut, komponen pelatihan merupakan sesuatu yang penting dalam
perkembangan pelatihan itu sendiri, sehingga tercapai sistem pelatihan yang
berkualitas dan memiliki karakteristik, keterampilan dan wawasan pengetahuan
yang luas.
10 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005),h. 10
17
Sistem pelatihan menjadi sangat perlu karena berfungsi memberikan
pelatihan dan bimbingan sehingga mempermuda seseorang atau kelompok untuk
mengenal lapangan yang akan dikerjakannya dengan baik, memiliki teknik, dan
wawasan yang luas, sehingga mereka akan siap diterjunkan untuk mengubah suatu
masyarakat kearah yang lebih baik.
Selanjutnya sistem pelatihan adalah unsur-unsur yang saling berkaitan dan
terangkai tertib saling melengkapi antara bagian-bagiannya yang beroperasi
bersama untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan awalnya.
Sistem pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk
memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap
dengan masing-masing kadar kemampuannya.
2. Unsur-unsur Sistem Pelatihan
Unsur-unsur dari pelatihan sebagaimana unsur sistem terdiri dari masukan
(input), pengolahan (proccesing) dan keluaran (out put)11. Di samping itu satu
sistem senantiasa tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Maka umpan balik
(feedback) dapat berasal dari out put tetapi dapat juga berasal dari lingkungan.
1. Input (Masukan)
Input (masukan) adalah proses di mana segala macam data atau bahan
yang dibutuhkan pelatihan, kemudian data-data yang terkumpul mengalami
subuah proses untuk menghasilkan out put (keluaran) sistem yang dimaksud.
Adapun input (masukan) itu sendiri terdiri dari bebagai langkah yaitu :
11 Sopiansyah, Aang Subiakto, Pengantar Sistem Informasi, (Jakarta : UIN Jakarta
Press,2006) cet. Ke-1 h.27
18
a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan akan berhasil jika kebutuhan pelatihan diidentifikasikan dengan
benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk memenuhi kekurangan
pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap dengan masing-masing kadar
kemampuan. Penelitiah kebutuhan pelatihan dilakukan dengan mengumpulkan
dan menganalisa gejala-gejala dan informasi-informasi yang diharapkan dapat
menunjukkan adanya kekurangan dan kesenjangan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kerja kariawan.
b. Penetapan Sasaran Pelatihan
Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus mempunyai sasaran
yang jelas, memuat hasil yang diinginkan dicapai dalam melaksanakan kegiatan
tersebut. Sasaran pelatihan yang dirumuskan dengan jelas dapat dijadikan sebagai
acuan penting dalam menentukan atau menyiapkan materi yang akan
disampaikan.
c. Merancang Program Pelatihan
Mendisain atau merencanakan pelatihan sebaiknya dilakukan oleh orang
yang ahli dalam bidangnya, karna rancangan atau pelatihan adalah suatu pegangan
yang penting dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan pelatihan dimana dalam
rangcangan ditentukan jenis pelatihannya.
2. Procces (Proses)
Proses adalah dimana segala macam kegiatan dikelola atau dijalankan
sesuai dengan tujuan tertentu. Salah satu contohnya adalah proses pelatihan, agar
suatu proses dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya suatu system yaitu:
19
pelatih, peserta, media, baik tulisan maupun lisan, ataupun metode yang
digunakan dalam proses sebuah pelatihan serta materi pelatihan yang digunakan
untuk diproses agar sesuai dengan tujuan.
a. Trainer (Pelatih)
Trainer adalah orang, kelompok atau lembaga yang mengadakan pelatihan
yang mana dalam pelatihan tersebut trainer sangat berperan untuk keberhasilan
suatu pelatihan yang diterapkan
Seorang trainer seharusnya memiliki integritas kepribadiaan, kemampuan,
intelektual dan keterampilan yang memadai dalam dalam rangka mengubah input
menjadi out put.
b. Peserta
Unsur pelatihan selanjutnya adalah peserta, yaitu manusia yang jadi
sasaran pelatihan atau manusia penerima pelatihan, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok.
c. Panitia Penyelenggara
Panitia penyelenggara adalah orang, kelompok atau lembaga yang
mengadakan pelatihan yang mana dalam pelatihan tersebut trainer sangat berperan
untuk keberhasilan suatu pelatihan yang diterapkan
d. Materi Pelatihan
Materi pelatihan adalah isi pesan, atau materi yang disampaikan trainer
kepada peserta. Materi pelatihan merupakan isi dari pelatihan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Materi yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan pelatihan.
20
e. Media Pelatihan
Media pelatihan adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelatihan dari pelatih kepada peserta.
f. Metode Pelatihan
Hal yang erat dengan media pelatihan adalah metode pelatihan. Metode
pelatihan merupakan suatu cara sisematis dapat diberikan secara luas serta dapat
membuat suatu kondisi tertentu dalam penyelenggaraan pelatihan guna
mendorong peserta agar dapat mengembangkan aspek kongitif, efektif, dan
pesikometrik, terhadap penyelesaiaan tugas dan pekerjaan yang akan dibebankan
kepadanya.
g. Tujuan
Tujuan adalah hasil daripada kegiatan pelatihan tersebut yaitu agar para
peserta yang mengikuti pelatihan dapat menjalankan tugas yang diberikan
kepadanya.
3. Out Put (Keluaran)
Out put (kaeluaran) adalah hasil dari input dan procces yang telah
dilakukan apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya suatu system
pelatihan. Dari pengeluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback)
dan dapat dijadikan sebagai evaluasi mendatang yang merupakan dari input
selanjutnya. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem yang tentunya akan
memiliki semua unsur-unsur ini.12
12 Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus M, System Informasi Manajemen,
(Yogyakarta : UGM Press, 2001), cet ke-4,h.9
21
Evaluasi pelatihan dilaksanakan untuk memferifikasikan keberhasilan
suatu program pelatihan, termasuk di dalamnya panitia pelaksanaan pelatihan
biyasanya kriteria evaluasi bervokus pada hasil akhir, dimana hal yang harus
diperhatikan ialah reaksi peserta terhadap proses dan isi kegiatan pelatihan,
pengetahuan, perubahan prilaku, secara individu maupun organisasi. Adapun
mengenai fase evaluasi menjadi umpan balik untuk melakukan rediksi atau
perkiraan kebutuhan pelatihan berikutnya.13
B. Nazhir Wakaf
1. Pengertian Nazhir Wakaf
Nazhir berasal dari kata kerja bahasa Arab nazhara, yang mempunyai arti
menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi. Adapun nazhir adalah isim fa’il
dari kata nazhara yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan
pengawas.
Perkataan nazhir berasal dari bahasa arab yang berarti penanggung jawab
properti atau sekumpulan orang yang mengelola dan mengatur properti14
Sedangkan secara terminology nazhir wakaf adalah orang yang memegang
amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan
tujuan perwakafan tersebut. Sebagaimana pemegang amanat, Nazhir memiliki
tanggung jawab bilamana sampai lalai atau sengaja merusak harta wakaf, maka
hakim berwenang memutuskan perkara tersebut (lihat misalnya Pasal 49 UU No.
13 M. Manulang Dasar-dasar Manajemen\, (Yogyakarta : Gajah Mada University,2004),
h.22914 Muhammad Rawwas QaL’ah, dkk., Mu’jam Lughoh al-Fuqoha’, , (Dar al-Nafa’is,
Beirut, 1988) cet. 2, Juz 2, hal. 75.
22
7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama). Mengurus atau mengawasi harta wakaf
pada dasarnya menjadi hak waqif. Tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak
pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun organisasi.
Untuk menjamin agar perwakafan dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya,
Negara juga berhak atas pengurusan harta wakaf. Yaitu dengan megeluarkan UU
yang mengetur persoalan Wakaf, termasuk penggunaannya.
Di dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Bagian
Kelima pasal 9, dijelaskan bahwa nazhir meliputi: Perseorangan, Organisasi, dan
Badan Hukum.
Nazhir, sebagai yang mendapatkan amanat dari wakif harus profesional
dan bertanggung jawab untuk memanfaatkan dan mengembangkan wakaf. Dalam
mengembangkan wakaf tentunya nazhir harus berpegang teguh terhadap rambu-
rambu yang telah ditetapkan oleh al-Syari’ (Allah).
Pengelolaan harta wakaf yang diserahkan kepada nazhir atau mutawalli
atau qayyim, mereka harus memelihara dan mengurus harta wakaf agar sesuai
dengan tujuan wakaf.
2. Syarat-syarat Nazhir Wakaf
Adapun syarat-syarat nazhir wakaf adalah sebagai berikut
a. Dewasa
b. Berakal sehat
c. Dapat dipercaya
d. Mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan wakaf.
23
Untuk lebih jelasnya, persyaratan nazhir wakaf itu dapat diungkapkan
sebagai berikut :
1) Syarat moral
a) Paham tentang hokum wakaf dan ZIS, baik dalam tunjauan
syari’ah maupun perundang-undangan Negara RI
b) Jujur, amanah dan adil sehingga sehingga dapat dipercaya dalam
proses pengelolaan dan pentasharrufan kepada sasaran wakaf
c) Tahan godaaan, terutama menyangkut perkembangan usaha
d) Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tangtangan
e) Punya kecerdasan, baik emosional maupun sepiritual
2) Syarat manajemen
a) Mkempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadersip
b) Visioner
c) Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, social dan
pemberdayaan
d) Professional dalam bidang pengelolaan harta
e) Ada masa bakti nazhir
f) Memiliki program kerja yang jelas
3) Syarat bisnis
a) Mempunyai keinginan
b) Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan
24
c) Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya
entrepreneu15
Dengan syarat-syarat tersebut di atas diharapkan nazhir mampu melakukan
segala tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi wakaf tersebut dengan
senantiasa memperhatikan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh wakif. Apabila
syarat-syarat itu tidak dipenuhi nazhir, maka wakif bisa menunjuk orang lain yang
lebih memenuhinya. Bila wakif telah meninggal dunia sedangkan prinsip
pengawasan harta wakaf itu berada pada wakif sendiri, maka hakim harus
menunjuk pengganti dari ahli warisnya. Hakim tidak boleh mengangkat orang lain
sebagai nazhir kecuali atas izin wakif selagi masih hidup.
Agar pengelolaan dan pengawasan harta wakaf berjalan dengan lancar,
nazhir berhak menerima upah dari jerih payahnya selama ia melaksanakan tugas
dengan baik. Namun bila terjadi kerusakan dan lainnya dari harta wakaf atas
kelalaian dan kesengajaan nazhir, maka nazhir tersebut harus menanggung resiko,
meskipun pada dasarnya sebagai pemegang amanat tidak dibebani resiko. Besar
kerusakan atau kerugian ditetapkan oleh hakim.
Di dalam pasal 10 ayat 1 disebutkan, perseorangan yang dimaksud dalam
pasal 9 huruf a hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:
(1) warga negara Indonesia;
(2) beragama Islam;
(3) dewasa;
(4) amanah;
15 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Direktorat
Jenderal Bingbingan Masyarakat Islam Depertemen Agama RI 2008)
25
(5) mampu secara jasmani dan rohani; dan
(6) tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
Di dalam ayat 2 disebutkan, organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 huruf b hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:
Pertama pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan
nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan kedua. organisasi
yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan
Islam.
Ayat 3 menyebutkan, badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf c hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:
Pertama adalah pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kedua,
adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan ketiga adalah badan hukum yang bersangkutan
bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan
Islam.
Seorang nazhir berhenti dari jabatannya apabila mereka meninggal dunia,
mengundurkan diri, dan dibatalkan kedudukannya oleh Kepala KUA karena
beberapa sebab yaitu: tidak memenuhi syarat dalam pasal 6 ayat 1 PP, Melakukan
tindak pidana, dan tidak melakukan kewajiban sebagai nazhir.
26
3. Tugas dan Kewajiban Nazhir Wakaf
a. Tugas nazhir wakaf
Sebgaimana yang terdapat pada pasal 11 dalam undang-undang nomor 41
tahun 2004. Seorang nazhir memiliki tugas sebagai berikut :
1) Melakukan pengdministrasian harta benda wakaf
2) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesaui dengan tujuan,
fungsi dan peruntukannya
3) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
4) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada badan wakaf Indonesia
Dilihat dari tugas nazhir diatas maka hendaknya seorang nazhir memiliki
beberapa kemampuan diantaranya :
1) Kemampuan atau keahlian teknis (technical skill), misalnya
mengoperasikan komputer ataupun mendesain ruang kerja.
2) Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat, khususnya
kepada pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan waakaf.
3) Keahlian konseptual dalam rangka memenej dan memproduktifkan harta
wakaf.
4) Tegas dalam menganbil keputusan, setelah dimusyawarahkan dan dipikir
dengan matang.
5) Keahlian dalam mengelola dan memenej waktu.
6) Termasuk didalamnya, memiliki energy maksimal, berani mengambil
resiko, antusias dan percaya diri, memiliki komitmen etika, cerdas dan
kreatif.
27
b. Kewajiban Nazhir Wakaf
Di dalam Peraturan Pemerintah dan juga Peraturan Menteri Agama
disebutkan beberapa pasal dan ayat mengenai kewajiban nazhir, di antaranya:
a) Mengurus dan mengawasi harta wakaf, yaitu:
(1) menyimpan lembar kedua salinan akta ikrar
(2) memelihara tanah wakaf
(3) memanfaatkan tanah wakaf
(4) memelihara dan berusaha meningkatkan hasil
(5) menyelenggarakan pembukuan wakaf, yaitu:
a) buku tentang keadaan tanah wakaf
b) buku tentang pengelolaan dan hasil
c) buku tentang penggunaan hasil (pasal 7 ayat 1 PP, pasal 10 ayat 1
PMA).
b) Memberikan laporan kepada KUA Kecamatan, yaitu:
1) hasil pencatatan wakaf tanah milik oleh pejabat agrarian
2) perubahan status tanah dan perubahan penggunaannya.
3) pelaksanaan kewajiban nazhir pasal 20 ayat 1 PP setiap tahun sekali
pada akhir bulan Desember.
c) Melaporkan anggota nazhir yang berhenti dari jabatan
d) Mengusulkan anggota pengganti kepada Kepala KUA Kecamatan tempat
tanah wakaf berada, untuk disahkan keanggotaannya.
Semua ini dilakukan untuk memudahan koordinasi dan pengawasan, dan
oleh sebab itu nazhir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang wajar
28
atas usaha dan jerih payahnya (pasal 8 PP) untuk menghindari penyalahgunaan
tujuan wakaf.
4. Hak nazhir
Setelah nazhir melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan baik dan
benar, maka nazhir berhak menerima gaji, upah ataupun penghargaan, sesuai
dengan tugas dan kewajibannya. Tetapi tetap disesuaikan dengan ketentuan wakif,
jika wakif tidak menetapkan, maka ditetapkan oleh hakim oleh hakim atau
kesepakatan para pengelola/manajemen wakaf yang ada
Adapun menurut PP Jo pasal 11 Peraturan Menteri Agama no. 1-1978 jo angka IV
peraturan Dirjem Bimas Islam no. kep.D/75/78 nazhir berhak mendapatkan tidak
lebih dari 10% dari hasil usaha produktif harta wakaf, juga diperkenankan
menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan, untuk keperluan pengembangan
harta wakaf.
29
BAB III
PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA (BWI)
A. Sejarah Singkat Berdirinya Badan Wakaf Indonesia
Perkembangan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara
terus menerus menurut kita untuk cari alternative atau solusi yang dapat
mendorongnya lebih cepat. Salah satu alternative solusi itu adalah mobilitas dan
optimalisasi peran wakaf secara professional.
Tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga amil zakat, terlebih setelah
lahirnya UU tentang zakat dan wakaf, membuktikan bahwa peran dan potensi
umat dalam pembangunan sangatlah potensial. Demikian pula dengan keberadaan
lembaga wakaf.
Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan peran nazhir wakaf (pengelola wakaf)
yang amanah dan professional, sehingga penghimpunan, pengelolaan, dan
pengelokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat ini, kebutuhan akan
adanya nazhir wakaf masih belum mendapat perhatian utama dari ummat.
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat
yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk
memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama,
Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan
Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, 13
Juli 2007. Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan
30
perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.
BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu
di jl. Raya pondok gede pinang ranti Jakarta timur dan dapat membentuk
perwakilan di Provinsi dan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kebutuhan.
Adapun perwakilan BWI yang sudah terbentuk di tingkat provinsi yaitu :
1. jawa timur ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 1 februari 2010
2. Kalimantan timur ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli 2011
Adapun perwakilan BWI ditingkat kabupaten atau kota yaitu :
1. bima, nusa tenggara timur ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli
2011
2. bogor, jawa barat ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli 2011
3. padang panjang ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli 2011
beberapa nama di atas adalah perwakilan yang ada d provinsi dan kabupaten atau
kota tetapi masih ada lagi bbebrapan provinsi dan kabupaten atau kta yang masih
menjadi calon BWI yaitu di tingkat provinsi adalah :
1. medan, sumatera utara
2. DKI, Jakarta
3. banten
4. sumatera barat
pada tingkat kabupaten terdapat 4 aerah juga yaitu :
1. kepulauan riau
2. karawang, jawa barat
31
3. batam
4. tangerang selatan, banten
Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan
Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh satu orang Ketua dan dua orang
Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan
unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsure pengawas
pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari
paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang
berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU No.41/2004).
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat
dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf
Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan
keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri.
Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden
untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57,
UU No.41/2004).
B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia
Sementara itu, sesuai dengan UU No. 41/2004 Pasal 49 ayat 1 disebutkan,
BWI mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
32
1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf.
2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala
nasional dan internasional.
3. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status
harta benda wakaf.
4. Memberhentikan dan mengganti nazhir.
5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan
kebijakan di bidang perwakafan.
Pada ayat 2 dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam melaksanakan
tugasnya BWI dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak lain yang
dianggap perlu. Dalam melaksanakan tugas-tugas itu BWI memperhatikan saran
dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama Indonesia, seperti tercermin dalam
pasal 50. Terkait dengan tugas dalam membina nazhir, BWI melakukan beberapa
langkah strategis, sebagaimana disebutkan dalam PP No.4/2006 pasal 53,
meliputi:
1. Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional Nazhir wakaf baik
perseorangan, organisasi dan badan hukum.
2. Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas,
pengkoordinasian, pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda
wakaf.
33
3. Penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf.
4. Penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik wakaf benda tidak
bergerak dan/atau benda bergerak.
5. Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan
pengembangan wakaf kepada Nazhir sesuai dengan lingkupnya.
6. Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri
dalam pengembangan dan pemberdayaan wakaf.
C. Visi, Misi, dan Strategi
Tugas-tugas di atas, tentu tak mudah diwujudkan. Jadi, dibutuhkan
profesionalisme, perencanaan yang matang, keseriusan, kerjasama, dan tentu saja
amanah dalam mengemban tanggung jawab Untuk itu, BWI merancang visi dan
misi, serta strategi untuk mengimplementasikanya yaitu sebagai berikut:
1. Visi Badan Wakaf Indonesia
Visi dapat di artikan sebagai “indra penglihatan, kemampuan untuk
melihat sampai pada inti atau pokok dari suatu hal atau persoalan.”1
Adapun Visi dari Badan Wakaf Indonesia adalah “Terwujudnya lembaga
independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan dan integritas
untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional”.
1 WJS. Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta: balai pustaka,
2005), h. 1356.
34
2. Misi Badan Wakaf Indonesia
Misi adalah “tugas yang dirasakan sebagai kewajiban yang harus
dilakukan demi agama, idiologi, dan sebagainya”2
Sedangkan misi dari Badan Wakaf Indonesia adalah “Menjadikan Badan
Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan potensi
dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan
kepentingan umum”.
Adapun Visi dan Misi dari tingkat provinsi dan kabupaten atau kota sama
dengan BWI pusat karna mereka berpedoman pada BWI pusat hanya saja yang di
provinsi dan kabupaten atau kota hanya menangani di daerah masing-masing dan
mempermuda tugas BWI pusat.
3. Strategi badan wakaf indonesia
Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan Wakaf
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan wakaf Indonesia, baik nasional
maupun internasional.
2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf.
4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazhir dalam pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf.
5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf.
6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf.
2 Peter Salim, et all, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Modern Press,
1991), h. 986
35
7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang
berskala nasional dan internasional.
Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, BWI mempunyai 5
divisi, yakni Divisi Pembinaan Nazhir, Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan
Wakaf, Divisi Kelembagaan, Divisi Hubungan Masyarakat, dan Divisi Peneltian
dan Pengembangan Wakaf.
D. Struktur Organisasi
Adapun struktur yang penulis lampirkan hanya struktur Badan Wakaf
Indonesia yang akan di teliti saja yaitu Badan Wakaf Indonesia Pusat priode 2011-
2014 yaitu sebagai berikut:
1. Dewan Pertimbangan
Ketua : Dr. H.M. Anwar Ibrahim
Wakit Ketua : Bahrul Hayat, Ph.D
: Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
Anggota : Drs. H. Ahmad Djunaidi, MBA
: Dr. Mulya E. Siregar
: H. Muhammad Abbas Aula, Lc. MHI
2. Badan Pelaksana
Ketua : Prof. DR. KH. Muhammad Tholhah Hasan
Wakit Ketua I : H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D
36
Wakil Ketua II : Drs. KH. A. Hafizh Utsman
Sekretaris : H. Masyhudi, MM.
Wakil Sekretaris : H.M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D
Bendahara : Prof. Dr. Suparman, MSc
Wakil Bendahara : H.M. Mardini
b. Divisi-divisi
Pembinaan Nazhir :Dr. KH. Maghfur Usman
:Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
:Dr. H. Jafril Khalil, MCL. Drs. FIIS
Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf : Ir. Suhaji Lestiadi
:Iggi Haruman Ahsien, SE
: Ir. H.M. Khoirul Huda
Hubungan Masyarakat : Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA
: Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS
Kelembagaan : Dr. Wahiduddin Adams, SH. MA
: Drs. Arifin Nurdin, SH
: Mohammad Sholeh Amin, SH
Penelitian dan Pengembangan: Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA
:Dr. Amelia Fauzia,
:H. Abdul Qadir, SH, MA
37
BENDAHARASEKRETARIS
WAKIL KETUA PELAKSANA
DEWAN PERTIMBANGAN
KETUA :
WAKIL KETUA :
ANGGOTA :
KETUA PELAKSANA
DEPARTEMEN-DEPARTEMEN
Penelitian DanPengembangan
Pengelolaan danPemberdayaan Wakaf
PembinaanNazhir
Kelembagaan KerjasamaLuar Negeri
HubunganMasyarakat
38
BAB IV
ANALISIS SISTEM PELATIHAN NAZHIR WAKAF
BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sistem Pelatihan Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia
Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu sistem dimana sistem tersebut terdiri dari
komponen-komponen unsur yang meliputi : input (masukan), procces
(proses), out put (keluaran).
Sistem pelatihan yang digunakan oleh badan wakaf Indonesia pada
pelatihan nazhir ini dengan melakukan pelatihan kepada para nazhir yang
dimana peserta dikumpulkan dari berbagai lembaga atau instansi dan
pengurus wakaf lainnya untuk diberi pelatihan selama tiga hari, agar para
nazhir mengerti tentang teori dan bisa mengaplikasikannya dalam dunia
kerja, memiliki teknik dan wawasan yang luas. Sehingga mereka akan siap
diterjunkan untuk mengubah suatu masyarakat kearah yang lebih baik dan
sadar akan pentingnya wakaf.
1. Input (Masukan)
Input (masukan) dalam pelatihan ini adalah proses dimana segala
macam data atau bahan yang dibutuhkan dikemukakan, kemudian data-data
yang terkumpul mengalami subuah proses untuk dapat menghasilkan Out Put
(keluaran) sistem yang dimaksud. Input terdiri dari, identifikasi kebutuhan
pelatihan, penetapan sasaran pelatihan, dan merancang program pelatihan.
39
a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Identifikasi kebutuhan dalam pelatihan yang dilakukan oleh Badan
Wakaf Indonesia ini Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk
memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap
dengan masing-masing kadar kemampuan. Melihat kondisi sekarang ini
dengan banyaknya terjadi penyelewengan-penyelewengan dana masyarakat.
Agar hal itu tidak terjadi pada pengelolaan wakaf.
Oleh karena itu, peserta yang ada pada pelatihan nazhir ini harus
dibekali dengan materi-materi pengetahuan seperti : Sharing Pengalaman
tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf, Peraturan Perwakafan di Indonesia, Pola
Hubungan BWI dan Nazhir, Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Umat, Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi
Syariah dan Akad-Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf, Studi
Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf Produktif, Wakaf Uang:
Pengembangan dan Pengelolaannnya di Indonesia, Penyusunan Laporan
Pengelolaan Wakaf, dan Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan
wakaf. Agar apa yang menjadi tujuan bisa tercapai dan pelatihan ini berjalan
dengan sukses.1
Dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi dalam
kebutuhan pelatihan ini sudah bagus karena sudah memenuhi tiga kebutuhan
yaitu : memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau
1 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
40
sikap yaitu dengan cara membekali para peserta dengan materi yang
mencakup tiga hal tersebut.
b. Penetapan Sasaran Pelatihan
Penetapan sasaaran termasuk salah satu dari Input (Masukan) karena
Pada dasarnya sikap kegiatan yang terarah tentu harus mempunyai sasaran
yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai dalam melaksanakan kegiatan
tersebut.
Langkah yang diambil oleh penyelenggara wakaf Badan Wakaf
Indonesia adalah dengan menyelenggarakan pelatihan nazhir wakaf ini.
Sasaran dalam pelatihan nazhir wakaf ini yaitu : Para pengurus yayasan, Para
pengurus wakaf Masjid , Para pengurus wakaf Ponpes, Para pengurus wakaf
Universitas, Para pengurus wakaf Perwakilan profinsi, Para pengurus wakaf
Kelurahan, Para pengurus wakaf yang terdapat disekolah-sekolahan, jumlah
semuanya lebih kurang 40 orang, dan Hasil yang ingin dicapai dalam
pelatihan nazhir ini adalah : memenuhi kekurangan pengetahuan,
meningkatkan keterampilan atau sikap.2
Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penepatan
sasaran dalam pelatihan nazhir wakaf ini sudah sesuai dengan targetnya,
karena semua lembaga yang tertulis diatas merupakan lembaga yang
mengurus wakaf, dan mengenai masalah hasilnya penulis berpendapat bahwa
untuk masalah hasil dalam pelatihan ini bisa tercapai karena apa yang
2 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
41
dibutuhkan bisa didapat dari materi yang akan disampaikan dalam pelatihan
ini.
c. Merancang Program Pelatihan
Merancang program pelatihan adalah salah satu faktor pelatihan
yang dikatagorikan dalam Input karena mendisain atau merencanakan
pelatihan adalah suatu pegangan yang penting dalam rangka pelaksanaan
suatu kegiatan pelatihan dimana dalam rangcangan ditentukan jenis
pelatihannya.
Dalam merancang program pelatihan nazhir wakaf, penyelenggara
wakaf memberikan yang terbaik untuk para pesertanya, salah satunya dengan
menghadirkan tenaga-tenaga pelatih yang professional dan berkualitas. Untuk
kemajuan para peserta baik dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
atau sikap, dan Panitia pelatihan juga mengatur jadwal pelatihan.3
Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa merancang
program pelatihan yang dilakuan dalam pelatihan ini sangat bagus dilihat dari
segi kebutuhan pelatihan ini karena pelatihan ini di isi oleh pemateri atau
nara sumber yang professional dan berkualitas.
Pelatihan nazhir wakaf ini, juga memiliki beberapa prinsip yang
memang menjadi sandaran kuat untuk pelaksanaan pelatihan nazhir wakaf.
Adapun prinsip-prinsip itu sebagai berikut :
1) Melaksanakan sebagian dari ajaran agama
3 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
42
2) Melaksanakan kebijakan pemerintah dalam hal keberadaan wakaf atau
nazhir wakaf .
3) Meningkatkan kualitas dan kemampuan karyawan dalam hal ini nazhir
wakaf.4
Agar jelas pelatihan nazhir wakaf ini, para penyelenggara wakaf
memberikan beberapa tujuan dari pelatihan nazhir wakaf ini.
1) Meningkatkan wawasan nazhir tentang perwakafan.
2) Menyosialisasikan kepada nazhir ihwal gerakan wakaf produktif untuk
Kesejahteraan umat.
3) Sharing pendapat dengan para nazhir dalam merumuskan dan menentukan
sistem pengelolaan harta benda wakaf.
4) Menggali pengalaman para nazhir yang sudah cukup berhasil dalam
mengelola dan mengambangkan harta benda wakaf.
5) Meningkatkan kerja sama antara BWI dan Nazhir-nazhir guna
mengembangkan dan memproduktifkan harta benda wakaf.5
2. Process (Proses)
Proses yang dilakukan dalam pelatihan ini adalah di mana segala
macam kegiatan dikelola atau dijalankan sesuai dengan tujuan tertentu. Salah
satu contohnya adalah proses pelatihan, agar suatu proses berjalan dengan
baik, maka perlu adanya trainer (pelatih), peserta, panitia penyelenggara,
4 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. Penelitian dan Pengembangan, Rabu
30 November 2011
5 Wawancara pribadi dengan M. Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November 2011
43
materi, media baik suatu tulisan maupun lisan, jalannya acara, dan metode
yang digunakan untuk diproses agar sesuai dengan tujuan.
Adapun dalam proses pelatihan, berdasarkan dari pengamatan
penilitian di lapangan, dapat ditemukan bahwa dalam kegiatan pelatihan yang
dilakukan oleh penyelenggara wakaf tidak jauh berbeda dengan pelatihan
atau penataran umumnya.
Menurut data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses
dalam pelatihan ini sudah baik karna mencakup dari semua unsur yang akan
terlibat dalam pelatihan nazhir wakaf ini untuk mencapai tujuan dari
pelatihan ini, dan penjelasan dari unsur dalam proses ini sebagai berikut.
a. Trainer (Pelatih)
Nara sumber atau pelatih adalah orang yang memberikan materi
kepada para peserta pelatihan.
1) Dari wawancara pribadi dengan bapak M. Farurozi, MA. Nara sumber
atau yang menjadi pelatih pada pelatihan ini adalah :
a) pengurus BWI pusat
b) ESQ
c) Dosen dari perguruan tinggi
(1) UNISMA
(2) UMI Makassar
d) Pengurus wakaf kelurahan
44
e) Nazhir yang berhasil6
Dari wawancara pribadi dengan ibu Nani Almuin, SHI, MA.
Bahwa yang bisa menjadi nara sumber atau pelatih dalam pelatihan ini
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Menguasai dan membidangi masalah zakat / wakaf
b) Memiliki keahlian di bidang syariat islam
c) Menguasai dan mengerti masalah perundang-undangan tentang wakaf
d) Menguasai tentang kebijakan-kebijakan wakaf.7
3) Kehadiran pelatih
Sedangkan kehadiran untuk para pelatih atau nara sumber,
diharuskan juga mengisi daftar hadir sebelum masuk ke ruangan pelatihan
dan memberikan materinya sesuai dengan lembar yang terlampir.8
Dari data hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa nara sumber dalam pelatihan nazir wakaf ini sudah bagus karena
masing-masing nara sumber memiliki keahlian masing-masing sesuai
dengan materi yang akan disampaikan.
b. Peserta
Untuk para pesertanya dalam pelatihan nazhir ini, yaitu mereka yang
memang mempunyai tugas yang tidak lepas dari peran masyarakat sekitar.
Dalam hal ini para pengurus penyelenggara Badan Wakaf Indonesia
mempunyai syarat-syarat untuk jadi peserta pelatihan nazhir wakaf ini
6 Wawancara pribadi dengan Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November 2011
7 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. (Penelitian dan Pengembangan), Rabu 30 November 2011
8 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
45
Adapun yang dapat menjadi peserta adalah orang yang sudah
memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Calon Peserta
Adapun calon peserta di ambil dari lembaga atau perorangan
yang sudah menjadi pengurus wakaf sebelum dia melakukan pelatihan
dan belum pernah mengikuti pelatihan yang serupa, lembga tersebut
antara lain :
no Nama Lembaga Nama nazhir 1 Yayasan Waqaf Said Na’um Fachmi, S. Ab.2 Masjid Jami’ Al Ma’mur3 PP Aisiyah Dra. Hj. Elo Albugis, Anggota4 Masjid Jami’ Assa’adah HM. Soleh,5 Yayasan Pendidikan dan
Dakwah Islam al-Mutawally Mathla’ul Anwar
Didin Nurul Rosidin,
6 Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam
Yusuf Amin Yahya
7 Yayasan LPI Buntet Pesantren Cirebon
8 Yayasan Badan Wakaf Pondok Modern Assalam Sukabumi
Encep Hadiana. S.Pdi
9 Yayasan Amal Islam Darul Amanah
M. Salmanul Faris, SE.,
10 Yayasan Bina Bhakti Ummat Nurul Hidayah
11 Yayasan Nawa Dinamika Sejahtera
12 Yayasan Darul Qur’an Tebet13 Pon Pes Darul Qolam14 Yayasan Muslimin Pekalongan Drs. Muslih Sufianto,15 Badan Kesejahteraan Masjid
(BKM) Kota SemarangH. Azhar Wibowo, SH.,M.Pdi.,
16 Universitas Wahid Hasyim Semarang
H. Machsun Musyafa, BA.,
17 Masjid Jami’ Lasem Rembang18 Yayasan Pendidikan Islam Syihabuddin Ahmad
46
19 Buaran Pekalongan Abdul HakimSyafii20 Yayasan Badan Wakaf Sultan
AgungDr. H. Dididek Ahmad Supadie,
21 Yayasan An Nas Kudus Murtadho Ridwan,22 Yayasan Daruss’aadah Imam Sibaweh,23 Yayasan Badan Wakaf UII24 Yayasan Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak25 Yayasan Universitas Islam
Malang (UNISMA)H. A. Zawawi Muchtar,
26 Yayasan Pondok Modern Darussalam Gontor
Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA.,
27 Yayasan Ponpes Darussalam Gresik
M. Bahrul Ulum,
28 PD Muhammadiyah Blitar Ir. Sunanso, Sekretaris,29 Perwakilan BWI Jatim30 Badan Kenazhiran Masjid al-
Badar Medan31 Nazhir Keizzy Dalfi Zaid ST.,32 Yayasan Mitra Umat Drs. H. Mustamim Husein,
33 Pengurus Cabang NU Kab. Barito
H. Ahmad Gozali, S.Pd.I,
34 Perwakilan BWI Kaltim H. Hhairi Abu Syairi, Lc, MA.,35 Yayasan Badan Wakaf
Universitas Muslim Indonesia (UMI)
H.M. Mukhtar Noerjaya,
36 Yayasan Perguruan Tinggi al-Ghazali Makasar
Prof. Dr. H. Abd Rahman Idrus,
37 Yayasan Wakaf Kota Bau-bau Drs. Mustafa Rauf.M.Pd,38 Nazhir Kelurahan Loloan Timur,
Jl. Gunung Agung no. 135Jembrana Bali
39 Yayasan Wakaf Al-A’raf H. Naming Arjani,40 Pon Pes Al Ikhlas Tual H. Ali Rahayaan SH.
Dari data di atas terlihat bahwa calon peserta diambil dari yayasan yang
berjumlah 25 yayasan, dari pon pes sebanyak 2 ponpes, dari universitas berjumlah
47
satu, dari masjid berjumlah 5, dari tingkat profinsi ada 2, dari kelurahan ada 1,
dari ormas ada 2, dari Nazhir Keizzy Dalfi, dan dari PP Aisiyah9
2) Pendaftaran Peserta
Peserta yang mengikuti pelatihan ini, diharuskan mendaftar
terlebih dahulu sebelum mengikuti pelatihan ini, dengan waktu
pendaftaran 1 minggu sesudah surat undangan sampai dan paling lambat
formulir pendaftaran dikembalikan pada hari pertama sebelum pelatihan
dimulai.10
3) Kehadiran Peserta
Adapun kehadiran peserta, dilakukan sebagai berikut :
a) Peserta hadir paling lambat 5 menit sebelum pelatihan dimulai
b) Peserta harus mengisi daftar hadir setiap hari dalam melaksanakan
pelatihan.
c) Bagi peserta yang berhalangan hadir, agar menyiapkan seseorang
untuk menggantikannya, terutama apabila peserta yang ditunjuk
untuk mengikuti pelatihan ini berasal dari instansi pemerintah.11
4) Persaratan Peserta
a) Memiliki pendidikan umum, minimal sekolah lanjutan atas dan
sebaiknya lulus D3 dan S1
b) Mempunyai pendiidkan agama setingkat aliyah
c) Usia minimal 20 tahun dan maksimal 50 tahun
9 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia10 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia11 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
48
d) Setiap pelatihan / penataran sebanyak 15-50 peserta
e) Bekerja pada instansi pemerintah, ormas islam, BUMN dan lembaga
pengelola wakaf
f) Ditugaskan oleh pemimpin unit kerjanya.
g) Belum perna mengikuti diklat yang sejenis12
Jumlah peserta seluruhnya 40 orang, semuanya terdiri dari laki-
laki.
Dari data hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa peserta dalam pelatihan nazir wakaf ini sudah bagus karena peserta
dalam pelatihan ini sudah dibekali pengetahuan tentang pengelolaan
wakaf dari lembaganya masing-masing sebelum peserta mengikuti
pelatihan ini.
c. Panitia Penyelenggara
panitia penyelenggara dalam pelatihan nazhir wakaf ini adalah orang
atau kelompok dari semua devisi yang ada di Badan Wakaf Indonesia dan
mengurus kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan berpedoman pada
tujuan awal dari kegiatan pelatihan tersebut.
Unsur-unsur kepanitiaan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan
acara ini terdiri dari:
1) Ketua
2) Sekertaris
3) Bendahara
12 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. (Penelitian dan Pengembangan),
Rabu 30 November 2011
49
4) Bagian akademis
5) Bagian sarana prasarana
6) Bagian kesekretariatan
Adapun untuk tugas kepanitiaan acara adalah sebgai berikut :
a) Ketua sebagai penanggung jawab pelaksanaan pelatihan yaitu :
(1) Memimpin keseluruhan proses kegiatan pelatihan/penataran
baik mulai persiapan, pengendalian, dan evaluasi serta
pelaporan
(2) Memberikan bimbingan teknis administrative dan manajerial
guna kelancara pelaksanaan tugas kepanitiaan.
(3) Sekertaris bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis
administrasi meliputi :
(4) Menyiapkan konsep surat-surat kepanitiaan
(5) Mengirim undangan
(6) Mengurus perijinan/pemberitahuan
(7) Mengurus pendaftaran peserta
(8) Mengadakan bahan penataran dan mendistribusikan
(9) Menyiapkan tanda pengenal panitia dan peserta
(10) Menyiapkan perlengkapan dan peralatan kelatihan/penataran
(11) Menyusun laporan pelatihan/penataran
b) Bendahara bertanggung jawab mencatat dan membukukan
penerimaan dan pengeluaran uang meliputi :
(1) Menyusun rencana dan penggunaan anggaran
50
(2) Menguapkan dan menyimpan uang
(3) Melakukan pembayaran dengan persetujuan ketua
(4) Mengatur akomodasi dan konsumsi
(5) Menyusun laporan keuangan
c) Bagian akademis / pengejaran bertanggunga jawab atas proses
belajar mengajar meliputi :
(1) Menyusun jadwal pelajaran
(2) Menghubungi dosen/pengejar
(3) Meminta diklat/bahan/materi pelajaran
(4) Memimpin pelatihan sehari-hari
(5) Membuat laporan harian, mingguan pelatihan
(6) Menyiapkan daftar hadir peserta dan dosen
(7) Menyelenggarakan peninjauan lapangan, diskusi, seminar
(8) Menyelenggarakan ujian
(9) Menyelenggarakan evaluasi
d) Bagian sarana bertugas antara lain :
(1) Menyiapkan asrama
(2) Menyiapkan tempat pelatihan
(3) Menyiapkan dan mengawasi konsumsi
(4) Menetapkan tempat panitia, peserta, dan nara sumber
e) Staff/ secretariat melaksanakan tugas sebagai berikut :
(1) Melakukan pengetikan, pengedaan, pencatatan, pengiriman,
dan tugas lain yang diberikan pimpinan
51
(2) Mengatur dan memelihara seluruh barang sekertariat berupa
alat tulis kantor, mengarsipkan surat, naskah serta alat
pelajaran.
(3) Menghimpun bahan-bahan laporan
(4) Membantu bidang pengajaran, sekertaris dan bidang keuangan
dalam melaksanakan tugasnya.
Adanya susunan kepanitiaan pasti tidak lepas dari sistem pertanggung
jawaban, pertanggung jawaban dari pelatihan ini adalah sebagai berikut :
1) Surat pertanggung jawaban (LPJ) keuangan penyelenggaran pelatihan
menjadi tanggung jawab paniia penyelenggara.
2) Surat pertanggung jawaban harus meperhatikan pajak-pajak yang berlaku
3) Surat pertanggung jawaban dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku dengan
menggunakan formulir yang sudah ditetapkan
4) SPJ harus disampaikan biysanya paling lambat 6 (enam) hari setelah
selesainya penyelenggaran pelatihan.
2) Panitia penyelenggaraan pelatihan nazhir wakaf Badan Wakaf
Indonesia bernama devisi pengembangan nazhir, menyeleksi baik para
pelatih yang sesuai dengan bidangnya, diantara mereka berasal dari
pengurus BWI pusat, ESQ, Dosen dari perguruan tinggi, Pengurus
wakaf kelurahan dan nazhir yang sukses dalam pengembangan dan
penyelenggaraan wakaf.13
13 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
52
Dari data yang didapat dari hasil penelitian maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kepanitiaan dalam pelatihan ini sudah bagus karena
mencakup semua yang dibutuhkan dalam pelatihan ini.
d. Materi
Materi dalam pelatihan nazhir wakaf ini merupakan isi dari pelatihan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi dalam pelaksanaan
pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan praktis dilapangan yang terdiri dari
pemahaman teoritis dan pemahaman dilapangan atau stadi kasus yaitu
sebagai berikut :
1) Sharing Pengalaman tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf
2) Peraturan Perwakafan di Indonesia,
3) Pola Hubungan BWI dan Nazhir,
4) Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Umat ,
5) Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi Syariah dan Akad-
Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf,
6) Studi Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf Produktif,
7) Wakaf Uang: Pengembangan dan Pengelolaannnya di Indonesia,
8) Penyusunan Laporan Pengelolaan Wakaf,
9) Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan wakaf.14
Dari hasil wawan cara pribadi dengan bapak Farurozi, MA maka
dapat diambil kesimpulan bahwa materi yang disampaikan sudah sesuai
14 Wawancara pribadi dengan Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November
2011
53
denga tujuan karena mencakup masalah teori dan stadi kasus serta sharing
dengan para nazhir yang sudah berhasil.
e. Media
dari hasil wawancara pribadi dengan ibu Nani Almuin, SHI, MA.
Bahwa media yang digunakan dalam pelartihan nazhir wakaf meliputi :
1) lisan, dalam bentuk penyampaian materi, diskusi
2) tulisan dalam bentuk ringkasan materi, buku, ataupun bulletin
3) seni dan budaya, karikatur, dan gambar
4) audio visual infokus, computer, leptop, mic, cd, dan lain-lain.15
Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media yang
digunakan dalam pelatihan ini sudah sesuai dengan apa yang menjadi
kebutuhan dalam pelatihan ini karena sudah mencakup semua aspek yang
dibutuhkan pelatihan pada umumnya.
f. Metode
Metode merupakan bagian dari pada sistem maka dari itu metode
yang tidak bedah jauh dengan sistem yang digunakan. Secara umum
penyampaian materi pelatihan ditunjukan terhadap orang dewasa, oleh karena
itu digunakan pendekatan andragogi, dalam pendekatan andragogi peserta
dipacu untuk berpartisipasi secara aktif, saling asah, asih dan asuh Antara
peserta dan pengejar. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka dalam proses
15 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. (Penelitian dan Pengembangan),
rabu 30 November 2011
54
belajar mengajarkan muda terlaksana, namun secara garis besarnya metode
pelatihan ini meliputi :
1) Metode Ceramah, yaitu nara sumber menyampaikan materi dengan
ceramah maksimal 2/3 dari waktu yang disediakan. Naskah diberikan
terlebih dahulu, untuk dapat digandakan dan diberikan kepada peserta.
Naskah / materi tersebut disesuaikan dengan kurikulum dan silabis yang
telah ditentukan oleh panitia.
2) Tanya Jawab, yaitu peserta melakukan Tanya jawab kepada nara
sumber berkaitan dengan materi yang telah diberikan, diusahakan agar
seluruh peserta mendapat kesempatan bertanya, waktunya diusahakan
minimum 1/3 dari waktu
3) Diskusi, secara khusus diselenggarakan untuk menampung pikiran yang
tumbuh dari kalangan peserta. Peserta dipacu untuk membahas topik
tertentu secara bersama, dengan sasaran mengembangkan kemampuan
mengidentifikasi dan menganalisa masalah, tukar menukar informasi dan
memperkaya gagasan.
4) Studi Kasus, yaitu mempelajari kasus-kasus pelaksanaan pengelolaan
wakaf diberbagai tempat yang telah ditentukan, untuk didalami dan
dipahami serta dicarikan solusi penyelesaian masalah tersebut.16
Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode
yang digunakan dalam pelatihan nazhir ini sudah bagus karena ada unsur
pemindahan atau pembagian pengetahuan dari nara sumber kepada para
16 Wawancara pribadi dengan Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November
2011
55
pesertanya lalu para peserta mendiskusikan dan dan mempelajari kasus-
kasus yang sedang dihadapi untuk dicari solusinya bersama.
g. Jalannya Pelatihan
1) Acara pembukaan
Sebelum pelatihan dimulai, yang pertama diadakan acara pembukaan.
Pelatihan ini dibuka oleh salah satu panitia penyelenggara, gunanya agar
resminya pelatihan nazhir wakaf ini.
2) Jadwal pelatihan atau kegiatan yang akan dilalui oleh para peserta
Adapun jadwal pelatihan ini sebagai berikut :
a) Pelatihan diadakan selama 2 hari termasuk acara pembukaan dan
penutupan.17
b) Jumlah pembelajaran dalam satu hari adalah 11 jam pelajaran yang
masing-masingnya tergantung kepada pentingnya materi yang akan di
ajarkan dan pemaparan waktu pembelajaran sebagai berikut :
(1) 09.00 -10.00
(2) 10.00-011.00
(3) 11.00 -13.00 ISHOMA
(4) 13.00-14.00
(5) 14.00-15.00
(6) 15.00 -16.00 Shalat Ashar
17 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
56
(7) 16.00-17.00
(8) 17.00-18.00
(9) 18.00 -19.30 ISHOMA
(10)19.30-20.30
(11)20.30-21.3018
c) Selama pelatihan peserta menerima materi sekitar 25 jam pelajaran
termasuk 3 jam untuk ujian.
3) Materi dalam kegiatan
a) Sharing Pengalaman tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf
b) Peraturan Perwakafan di Indonesia,
c) Pola Hubungan BWI dan Nazhir,
d) Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Umat ,
e) Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi Syariah dan
Akad-Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf,
f) Studi Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf Produktif,
g) Wakaf Uang: Pengembangan dan Pengelolaannnya di Indonesia,
h) Penyusunan Laporan Pengelolaan Wakaf,
i) Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan wakaf
4) Kegiatan-kegiatan lainnya
Kegiatan lain pada pelatihan ini tidak ada, karena terbentur waktu
yang begitu padat pada peltihan ini, maka peserta yang mengikuti
pelatihan ini benar-bener fokus dan tetap konsentrasi penuh pada
18 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
57
pelatihan saja, khususnya pada saat pemberian materi dan arahan-arahan
tentang nazhir wakaf.
5) pengawasan
Pengawasan adalah dimana para peserta diawasi oleh panitia
penyelenggara, yaitu bagaimana dalam pelatihan peserta mengikuti
segala macam pembelajaran yang diberikan oleh para pelatih, atau nara
sumber. Pengewasan juga dilakukan dengan melalui peninjauan
lapangan, yaitu peninjauan pelaksanaan dilapangan yang dilakukan
peserta setelah aktif kembali ditempat tugasnya. Pembinaan wawasan
prorpektif serta kualitas pengelolaan wakaf diharapkan dapat ditemukan
pola dan generalisasi masalah yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pemberdayaan wakaf dilapangan19
6) Acara penutupan
Jadwal ini terus menerus dilaksanakan oleh para peserta selama
mereka mengikuti pelatihan nazhir wakaf dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Dari data di atas penulis melihat bahwa langkah-langkah dalam
pelatihan nazhir wakaf ini sangat bagus, karena pelatihan ini memiliki
konsep yang sangat jelas dan bermutu. Pelatihan ini harus tetap diadakan
karena sangat membantu pengelolaan wakaf khususnya bagi para nazhir.
19 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
58
Agar para nazhir wakaf dapat menjadi seorang nazhir yang professional
dan dapat mengelola dana wakaf dengan baik.
3. Output (keluaran) atau hasil pelatihan
Out put (keluaran) adalah hasil dari input dan proses yang telah
dilakukan apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya sebuah
system. Dari keluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback) dan
dapat dijadikan sebagai evaluasi mendatang yang merupakan dari input
selanjutnya, dan dalam Out Put ini terdapat evaluasi.
Evalusi pelatihan merupakan alat ukur atas pelaksanaan pelatihan
bagaimana hasil pelatihan yang telah dicapai dengan cara membandingkan
sebelum dan sesudah pelatihan itu dilaksanakan, apabila kinerja meningkat,
kekeliruan dalam bekerja berkurang, bertanggung jawab dan disiplin lebih
baik maka keadaan tersebut merupakan indikasi bahwa pelatihan telah dapat
meningkatkan keterampilan atau kemampuan dari peserta pelatihan.
Evaluasi dalam pelatihan ini hanya dilakukan langsung pada waktu
proses kegiatan pembelajaran berlangsung . Misalnya ketika pelatih atau nara
sumber terlalu cepat dalam menyampaikan materi, peserta mengejukan
tangan lalu memberikan keluhan yang dirasakan. Sehingga untuk materi
pelatihan selanjutnya nara sumber tidak terlalu cepat dalam menyampaikan
materinya.
Setelah peserta mengikuti pelatihan nazhir wakaf, mereka mampu
mengelola dana wakaf dengan baik, dan memberikan arahan tentang wakaf
kepada masyarakat disekitar mereka.
59
Evaluasi pelatihan ini dilakukan langsung kepada kegiatan yang akan
dilaksanakan. Maksudnya ketika ada kesalahan atau ada yang kurang dalam
pemyampaian materi yang disampaikan langsung dievaluasi. Adanya
evaluasi dapat membantu para panitia pelatihan nazhir wakaf dalam
meningkatkan mutu peserta, sehingga ajaran berikutnya dapat lebih baik dan
lebih maju.
Evaluasi adalah suatu profesi para pelatih untuk mengukur dan
mengetahui tingkat keberhasilan proses dan hasil pelatihan yang
dilaksanakan. Evaluasi dapat dilakukan pada saat kegiatan pelatihan
berlangsung, di samping penilaian hasil yang dilakukan pada akhir kegiatan
pelatihan ini
Evaluasi merupakan aspek penilaian yang kompleks, karena
melibatkan latar belakang dan hubungan serta variabel lain yang mempunyai
hubungan dengan materi yang diberikan. Tidak ada pelatihan tanpa penilaian,
karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil pelatihan, dan
proses untuk meningkatkan tingkat pencapaian tujuan pelatihan oleh peserta-
peserta, pelatihan, dan juga para panitia dari pelatihan ini
Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh para pelatih, namun dapat
dilakukan oleh siapa saja dalam sebuah organisasi ataupun lembaga. Baik
dalam pelatihan, penataran, ataupun pendidikan dan lainnya.
Evaluasi pada pelatihan nazhir wakaf ini juga ada bebrapa tahap yaitu :
1) Diakhir pelatihan diadakan evaluasi keberhasilan yang telah menerima
materi pelatihan
60
2) Evaluasi diadakan oleh panitia, bagian pengajaran yaitu :
a) Diadakan ujian pada akhir pelatihan
b) Pertanyaan disusun dari materi yang disampaikan oleh nara sumber
c) Penyususnan pertanyaan ditekankan pada masalah teknis yang paling
urgen dalam aplikasi sehari-hari peserta, sehingga materi tersebut
menjadi perhatiaan untuk dipahami dan dilaksanakan. Soal dapat
berupa multiple choice atau essay.
3) Evaluasi dan kelulusan peserta meliputi :
a) Aspek penilaian
Penilaian terhadap peserta meliputi 2 komponen yaitu :
(1) Penguasaan meteri dengan bobot 60%
(a) Ujian 60%
(b) Kertas kerja, diskusi dan seminar 40%
(2) Sikap dan prilaku dengan bobot 40%
(a) Disiplin 40%
(b) Kepemimpinan 30%
(c) Kerjasama 20%
(d) prakarsa 10%
jumlah = 100%
b) Kelulusan
61
(1) peserta dinyatakan lulus apabila telah selasai mengikuti program
secara keseluruhan dan memperoleh nilai rata-rata akhir minimal
70
(2) peserta dinyatakan gugur apabila presentase ketidak hadirannya
mencapai 25% dari seluruh program
c) kriteria nilai kelulusan
(1) lulus dengan pujian : 90-100
(2) sangat memuaskan :85-89,99
(3) baik sekali :75-79,99
(4) baik :70-74,99
d) tanda lulus / sertifikat
Peserta yang dinyatakan lulus diberikan Surat Tanda Tamat
Pelatihan / Penataran (STTPP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Evaluasi perlu dilakukan oleh panitia sebagai mediator bersama-
sama mengurus badan/lembaga wakaf setempat. Evaluasi demikian akan
menambah dan memperdalam pengalaman anggota-anggotanya
kepengurusan wakaf. Melelui evaluasi ini akan dapat diketahui apa yang
harus diperbaiki dan diperhatikan dalam kegiatan pengorganisasian wakaf
pada masa selanjurnya. Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengamati
atau mengevaluasi kinerja badan/lembaga wakaf tersebut secara
berkesinambungan terutama tahap-tahap awal pembentukan dan
operasional badan/lembaga zakat dimaksud, untuk triwulan atau tengah
tahunan atau tahunan.
62
Evaluasi ini memiliki beberapa criteria yaitu :
1) Jumlah kelulusan
Seperti yang telah dibahas dan dijelaskan pada evaluasi, kelulusan
peserta dapat dilihat dari aspek nilainya, yaitu setiap peserta masing-masing
mempunyai bobot agar dapat lulus dari pelatihan nazhir wakaf ini. Jumlah
kelulusan peserta pada pelatihan ini dapat dikatakan baik dan berhasil karena
dari jumlah peserta yang mengikuti pelatihan ini, yaitu 15 orang peserta dapat
dilihat :
a) 20 peserta mendapatkan nilai : 85-89,99 dan 99 dengan keterangan
sangat memuaskan dan lulus dengan pujian
b) 10 peserta mendapatkan nilai : 80-84,99 dengan keterangan memuaskan,
dan
c) 10 peserta lainnya mendapatkan nilai : 75-79,99 dengan keterangan baik
sekali.
2) Kualitas kelulusan
Kualitas kelulusan peserta pada pelatihan amil zakat ini sangat bagus,
karena yang seperti peneliti ketahui dapat dilihat dari proses pelatihan ini
yang mempunyai tujuan untuk menciptakan amil-amil yang jujur, dan
professional.
3) Keterampilan atau ilmu yang dimiliki peserta
Sebelum mengikuti pelatihan ini, sebagian dari peserta sudah
mempunyai kemampuan sesuai dengan bidang dan pekerjaan mereka masing-
masing. Rata-rata peserta yang mengikuti pelatihan nazhir wakaf ini telah
63
dibekali dengan pemahaman yang cukup luas terutama mengenai wakaf, dan
pengelolaannya. Di mana mereka harus menguasai dan memahami tentang
wakaf walaupun tidak banyak.
Para peserta yang telah menyelesaikan pelatihan nazhir wakaf ini,
akan diberikan arahan dan tugas yaitu, bagaimana mengelola dana wakaf dan
bagaimana menjadi seorang nazhir yang amanah, jujur, dan professional
dimata masyarakat.
Dari penelitian yang telah penulis laksanakan, penulis melihat bahwa
unsure-unsur sistem pelatihan pada pelatihan ini sangat bagus karena para
peserta pelatihan amil zakat bener-bener diberikan materi yang bagus yang
dapat menambah wawasan dan pengembangan intelektual mereka, untuk
suksesnya dalam melaksanakan tugas di lapangan nantinya.
B. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan nazhir wakaf
Badan Wakaf Indonesia
Dari uraian di atas, tampak bahwa factor pendukung dari acara ini
adalah dari segi peseta, Tersedianya tempat pelatihan, dan dari segi
kepanitiaan. Menurut hemat penulis, faktor tersebut bisa menjadi modal
karena dengan begitu pelatihan bisa berjalan dengan lancer walaupun ada
sedikit Kendal tapi masi bisa di atasi oleh para panitia penyelenggara.
Adapun uraian dari faktor pendukung sebagai berikut :
64
1. Factor Pendukung
a. Dari Segi Peserta
Peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah peserta yang
memang sudah dipilih dari masing-masing lembaga, baik lembaga
pemerintahan maupun lembaga yang erat kaitannya dengan
masyarakat banyak.
b. Tersedianya Tempat Pelatihan
Tempat adalah suatu sarana agar pelatihan nazhir wakaf ini
dapat berlangsung dan dilaksanakan yaitu sebagai berikut :
1) Gedung yaitu pelatihan diadakan ditempat yang representatif
(memenuhi syarat untuk proses belajar mengajar) seperti
suasana ruang siding yang ber-AC / nyaman, sehingga peserta
dapat berkonsentrasi penuh dalam menerima pelajaran.
2) Tersedianya fasilitas belajar mengajar seperti : infokus, white
board, OHP, wairless, transparasi, laptop, sound system, meja,
kursi, dan lain-lain.
3) Diupayakan wilayah tenang dari suara hiruk pikuk kendaraan
sehingga tidak mengganggu peserta dalam belajar
4) Tersedia rungan diskusi kelompok
5) Untuk memudahkan peserta dan nara sumber berkomunikasi,
diupayakan ruang belajar mengajar berbentuk leter U.
65
c. Segi Kepanitiaan
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, setelah
menghadiri lembaga Badan Wakaf indonesiadan untuk meneliti dan
wawancara , kepanitiaannya sangat bagus dan tersusun rapi, walau
masih ada sedikit yang tidak teratur, namun semua itu dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Dan semua itu memiliki laporan
pertanggung jawabannya.
2. Faktor Penghambat
a. Dari Segi Dana
Dari uraian di atas, tampak bahwa salah satu penghambat
dari acara ini adalah pembiyayaan/dana. Menurut hemat penulis,
pembiyayaan dalam penyelenggaraan pelatihan ini sangat penting,
karena menyangkut keuangan dan pertanggung jawabannya. Untuk
itu diharapkan panitia/ penyelenggara rapat kordinasi untuk
mengatasi masalah ini. Sedangkan dana untuk anggaran ini berasal
dari biyaya pendaftaran peserta yang dana di dapat dari waktu pas
peserta mendaftar untuk mengikuti pelatihan sedangkan dana
diperlukan jauh sebelum acara pelatihan dimulai.
Untuk lebih jelanya dapat diterangkan sebagai berikut :
1) Masalah dana dan komponennya
66
a) Pembiyayaan kegiatan pelatihan hanya bersumber dari
pendaftaran peserta yang tentunya akan menjadi
penghambat dalam kegiatan ini.
b) Komponen pembiyayaan terdiri dari :
2) Honorium untuk :
(a) Pengejar / narasumber
(b) Panitia / penyelenggara (pusat / daerah)
(c) Penyusunan paper
(d) Pemeriksa ujian
3) Akomodasi dan konsumsi untuk :
(a) Peserta
(b) Panitia / penyelenggara
(c) Sewa ruang sidang / belajar
4) Biyaya trasportasi terdiri dari :
(a) Panitia / penyelenggara
(b) Trasportasi local (penyelenggara).
(c) Pengajar / nara sumber
(d) Penjemputan pengajar
5) Bahan- bahan terdiri dari :
(a) Pengedaan buku diklat
(b) Peralatan / alat tulis untuk peserta
(c) Percetakan tanda pengenal
6) Lain-lain, misalnya :
67
(a) Publikasi (spanduk, dokumentasi, penyiaran mass media,
telavisi, dan dekorasi).
(b) Pengobatan
(c) Kawat, foto copy, dan lain-lain.
Tepi masalah dalam segi dana ini tidak menyurutkan rasa
semangat dariputan para panitia sehingga masalah dana dapat di
atasi dengan adanya dana awal untuk melakukan pelatihan ini dan
dana selanjutnya disambung dana dari pembiyayan peserta
b. Penjemputan Nara Sumber dan Penyusunan Jadwal Pelatihan
Pada dasarnya mengenai para pelatih, nara sumber, atau staff
pengajar tidak terdapat masalah, hanya saja panitia harus
memerlukan waktu yang jauh untuk menghadirkan seorang pelatih
agar dapat menjadi nara sumber dalam pelatihan nazhir wakaf ini.
Tidak hanya itu saja terkadang masalah waktu yang sudah disetujui
dengan perjangjian atau undangan pemberitahuan, mereka sering
membatalkan dari jadwal yang sudah diatur, dengan alasan sibuk,
dan minta ditukar dengan hari lain atau jadwal dan jamnya
dimajukan. Alhasil panitia menjadi pusing karena semuanya harus
diatur ulang.
Melihat faktor pendukung dan penghambat yang penulis
jelaskan, tampak bahwa pelatihan ini masih harus ditingkatkan lagi
keakuran atau kepastian waktu bagi kehadiran nara sumber atau
pelatih. Agar jadwal yang telah disusun rapi tidak berantakan karena
68
adanya unsur dari nara sumber untuk mengubah jadwal yang sudah
tersusun.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pembahasan skripsi di atas maka penulis mencoba memberikan
kesimpulan bahwa sisitem pelatihan nazhir wakaf Badan Wakaf Indonesia
yaitu, sistem pelatihan memberikan konsep yang jelas dan terarah, dimana
unsur-unsur sistem dan unsur-unsur pelatihan sangat bagus. Hal tersebut
dapat dilihat dari sudah diterapkannya unsur-unsur sistem pelatihan.
a. Dari segi Input (Masukan)
Input (Masukan) adalah proses dimana segala macam data atau bahan
yang dibutuhkan dikemukakan, yang merupakan implementasi dari input
adalah sebagai berikut : Identifikasi Kebutuhan Pelatihan, Penetapan Sasaran
Pelatihan, Merancang Program Pelatihan
b. Dari segi Procces (Proses)
Proses adalah di mana segala macam kegiatan dikelola atau dijalankan
sesuai dengan tujuan tertentu. Salah satu contohnya adalah proses pelatihan,
agar suatu proses berjalan dengan baik, maka perlu adanya suatu media baik
suatu tulisan maupun lisan, ataupun metode yang digunakan untuk diproses
agar sesuai dengan tujuan.
70
Adapun untuk proses dalam pelatihan ini terdiri dari : Trainer
(Pelatih), Peserta, Panitia Penyelenggara, materi, media, Metode, Jalannya
Pelatihan
c. Dari segi Out put (Keluaran)
Out put (Keluaran) adalah hasil dari input dan proses yang telah
dilakukan apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya sebuah
sistem. Dari keluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback) dan
dapat dijadikan sebagai evaluasi mendatang yang merupakan dari input
selanjutnya, dan yang menjadi Out Put dalam pelatihan ini adalah Evaluasi.
Adapun kegiatan evaluasinya adalah sebagai berikut : Jumlah
kelulusan peserta, Kualitas kelulusan peserta, Keterampilan / ilmu yang
dimiliki peserta
2. Faktor pendukung dan penghambat pada pelatihan ini
a. Dari faktor Pendukung pelatihan ini adalah :
1) Dari segi peserta
2) Tersedianya tempat pelatihan
3) Segi kepanitiaan
b. Dari faktor Penghambat pelatihan ini adalah :
1) Dari segi dana
2) Penjemputan nara sumber dan penyusunan jadwal pelatihan
71
B. Saran-saran
Berdasarkan uraian-uraian bab sebelumnya dan temuan data, maka penulis
menyarankan kepada Badan Wakaf Indonesia terutama kepada kepala devisi
pengembangn nazhir agar :
1. Materi yang disampaikan bagus, akan tetapi kalau lebih baik jangan
terlalu sulit dan banyak karena terkadang selingan waktu untuk materi
yang berikutnya hanya sebantar saja, bahkan tidak ada.
2. Kegiatan yang dilaksanakan Badan Wakaf Indonesia sangat bagus, dan
agar dipertahankan pelatihan nazhir wakaf ini secara sempurna dan lebih
baik lagi.
3. Mengadakan kerja sama lebih baik lagi kepada badan wakaf dari daerah
dan lembaga-lembaga pengelola wakaf lainnya misalnya saja seperti
denagn, badan wakaf daerah yang ada di seluruh Indonesia, Tabung
Wakaf Indonesia dan dengan badan atau lembaga lainnya yang mengelola
wakaf.
4. Meningkatkan sosialisasi agar masyarakat seluruh Indonesia mengerti
tentang wakaf.
72
5. Hurus mencari dana tambahan karena dana adalah salah satu faktor yang
mendung untuk mengadakan pelatin, yaitu dengan mencari sumber selain
dari pendaftaran peserta.
73
DAFTAR PUSTAKA
A, Muis. Komunikasi Islam. Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001.
Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : logos, 1997.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1998.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Direktorat Jenderal Bingbingan Masyarakat Islam Depertemen Agama RI 2008.
Djunaidi, Achmad dan Thobieb. Al-asyar Menuju Era Wkaf produktif sebuah karya progresif untuk mensejahtrakan umat. cet ke-3,tahun 2006, terbitan mitra abadi press.
Fathoni, Abdurahmat. organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Hamalik, Oemar. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005.
Kumorotomo, Wahyudi dan M, Subando Agus. System Informasi Manajemen. Yogyakarta : UGM Press, 2001.
Leod, Raymond MC. System Informasi Manajemen. Jakarta: PT Perahalindo,1996.
M, Amin Tatang. Pokok-pokok Teori System. Jakarta : PT. raja grafindo persada, 2001.
M, Manulang. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Gajah Mada University, 2004.
Mardalis. Method Penelitian Pendekatan proposal. Jakarta : Bumi Aksara. 1999.
Mathis, Robert L and Jackson, John H. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta : salemba empat, 2004.
Moleong, Lexis J. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT.Remaja, 1997.
74
Notatmojo, Soekidjo. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rieneka Cipta 2004.
Poerwadarmita,WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: balai pustaka, 2005.
QaL’ah, Rawwas Muhammad. Dkk. Mu’jam Lughoh al-Fuqoha’. Dar al-Nafa’is, Beirut, 1988.
Salim, Peter, et all. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern Press, 1991.
Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara,1994.
Sopiansyah, dan Subiakto, Aang. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Uchjana, Onong. System Informasi Manajemen. Bandung : CV. Mandar Maju,1996.
Usman, Suparman. Hukum Perwkafan di Indonesia. Serang : Darul Ulum Press,1994.
Wawancara pribadi dengan M. Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November 2011
Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. Penelitian dan Pengembangan, Rabu 30 November 2011
HASIL WAWANCARA
NAMA : M. Fahrurozi, MA
JABATAN : Staf Devisi Pengembangan Nazhir
1. S. Apa tujuan dari pelatihan nazhir wakaf
J. Adapun tujuan dari pelatihan nazhir wakaf ini adalah sebagai
berikut
1. Meningkatkan wawasan nazhir tentang perwakafan.
2. Menyosialisasikan kepada nazhir ihwal gerakan wakaf
produktif untuk Kesejahteraan umat.
3. Sharing pendapat dengan para nazhir dalam merumuskan
dan menentukan sistem pengelolaan harta benda wakaf.
4. Menggali pengalaman para nazhir yang sudah cukup
berhasil dalam mengelola dan mengambangkan harta benda
wakaf.
5. Meningkatkan kerja sama antara BWI dan Nazhir-nazhir
guna mengembangkan dan memproduktifkan harta benda
wakaf.
2. S. Bagaimana sistem pelatihan nazhir wakaf yang digunakan pada
Badan
Wakaf ini
J. Adapun sistem yang digunakan badan wakaf Indonesia sebagai
berikut :
a. Menggunakan Sistem Ceramah
Yaitu narasumber menyampaikan materi dengan ceramah
maksimum 2/3 dari waktu yang disediakan. Naskah diberikan
terlebih dahulu, untuk dapat digandakan dan diberikan kepada
peserta
b. Menggunakan sistem Tanya jawab
Yaitu para peserta melakukan Tanya jawab kepada
nara sumber berkaitan dengan materi yang telah diberikan
c. Menggunakan sistem Sharing
yaitu para peserta yang berhasil di lembaganya
mereka dipersilahkan untuk berbicara atau mengasi masukan-
masukan kepada para peserta yang belum berhasil atau masih
baru agar para nazhir yang belum berhasil dan masih baru
mengikuti masukan-masukan dari para peserta yang sudah
berhasil
3. S. Apa saja materi pada pelatihan nazhir wakaf ini
J. Adapun materi pada pelatihan ini adalah sebagai berikut
a. Sharing Pengalaman tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf
b. Peraturan Perwakafan di Indonesia,
c. Pola Hubungan BWI dan Nazhir,
d. Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Umat ,
e. Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi Syariah
dan Akad-Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf,
f. Studi Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf
Produktif,
g. Wakaf Uang: Pengembangan dan Pengelolaannnya di
Indonesia,
h. Penyusunan Laporan Pengelolaan Wakaf,
i. Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan wakaf
4. S. Metode apa saja yang digunakan pada pelatihan nazhir wakaf ini
J. Secara garis besarnya metode yang digunakan dalam pelatihan
nazhir ini meliputi:
a. Metode ceramah yaitu nara sumber menyampaikan meteri
dengan berceramah maksimal 2/3 dari waktu yang
disediakan. Naskah diberikan terlebih dahulu, untuk dapat
digandakan dan diberikan kepada peserta. Naskah/ materi
tersebut disesuaikan dengan kurikulum dan silabus yang
telah ditentukan panitia.
b. Menggunakan system Tanya jawab Yaitu para peserta
melakukan Tanya jawab kepada nara sumber berkaitan
dengan materi yang telah diberikan. Dan diusahakan agar
seluruh peserta dapat kesempatan bertanya, waktunya
diusahakan minimum 1/3 dari waktu
c. Diskusi secara khusus diselenggarakan untuk merampung
pemikiran yang tumbuh dari kalangan peserta. Peserta dipacu
untuk membahas topic tertentu secara bersama,dengan
sasaran mengembangkan kemampuan mengidentivikasi dan
menganalisis masalah, tukar menukar informasi dan
memperkaya gagasan.
d. Studi kasus yaitu mempelajari kasus-kasus pelaksanaan
pengelolaan wakaf diberbagai tempat yang telah ditentukan,
untuk didalami dan difahami serta dicari solusi pengelesaian
masalah tersebut
5. S. Bagaimana evalusi terhadap pelatihan nazhir wakaf ini
J. Evaluasi perlu dilakukan oleh dai wakaf selaku mediator
bersamasama pengurus badan/lembaga wakaf setempat.
Evaluasi demikian akan menambah dan memperdalam
pengalaman anggota-anggotanya kepengurusan wakaf. Melalui
evaluasi ini akan dapat diketahui apa yang harus diperbaiki dan
lebih diperhatikan dalam kegiatan pengorganisasian wakaf
pada masa selanjutnya. Evaluasi ini dapat dilakukan untuk
mengemati atau mengevaluasi kinerja badan/lembaga wakaf
tersebut secara berkesinambungan terutama tahap-tahap awal
pembentukan dan operasional badan/lembaga wakaf dimaksud,
untuk tri wulan atau tengah tahunan atau tahunan.
Adapun evaluas dilakukan Untuk mengevaluasi kegiatan
Pelatihan Nazhir Wakaf, perlu melihat tujuan
diselenggarakannya kegiatan tersebut dan melakukan penilaian
secara obyektif apakah tujuan-tujuan dimaksud telah tercapai,
yaitu dengan melihat pelaksanaan dari kegiatan tersebut.
6. S. Siapa saja yang menjadi peserta dalam pelatihan nazhir wakaf ini
J. Adapun yang menjadi peserta dalam pelatihan ini adalah
a. Para pengurus yayasan
b. Para pengurus wakaf Masjid
c. Para pengurus wakaf Ponpes
d. Para pengurus wakaf Universitas
e. Para pengurus wakafPerwakilan profinsi
f. Para pengurus wakaf Kelurahan
g. Para pengurus wakaf yang terdapat disekolah-sekolahan
7. S. Siapa yang menjadi pelatih pada pelatihan nazhir wakaf ini
J. Adapun yang menjadi nara sumber atau pelatih dalam pelatihan
ini adalah
a. Pengurus BWI Pusat
b. ESQ
c. Dosen dari Perguruan Tinggi
a. UNISMA
b. UMI Makassar
d. Pengurus wakaf kelurahan
e. Nazhir yang berhasil
Jakarta, Desember 2011 Jakarta, Desember 2011
penulis Nara Sumbar
Ibrohim M. Fahrurozi, MA
HASIL WAWANCARA
NAMA : Nani Almuin, SHI, MA
JABATAN : Staf Devisi Penelitian dan Pengambangan
1. S. Apa latar belakang diadakannya pelatihan nazir wakaf
J. Agar masyarakat mengetahui lebih banyak lagi tentang wakaf, dan
yang lebih penting adalah agar peserta dan seluruh masyarakat dapat
mempunyai kesadaran untuk memberikan wakafnya. Karena tidak ada
ruginya jika seseorang mau mengeluarkan sebagian hartanya untuk di
wakafkan dan Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
petugas (nazhir), agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan
teknis (profesional) mengelola dan memberdayakan wakaf, sehingga
dapat mewujudkan organisasi/instansi pengelola wakaf yang
terpercaya.
2. S. Apa saja sarana pada pelatihan nazhir wakaf ini
J. Sarana pada pelatihan ini meliputi :
a. Gedung yaitu pelatihan diadakan di tempat yang representatif
(memenuhi syarat untuk proses belajar mengajar) seperti
suasana ruang sidang yang ber-AC / nyaman, sehingga
peserta dapat berkonsentrasi penuh dalam menerima
pelatihan
b. Tersedianya fasilitas belajar mengajar seperti : infokus, white
board, OHP, wairles, trasparansi, laptop, sound system, meja,
kursi, dan lain-lainnya
c. Diupayakan wilayah tenang dari suara hiruk pikuk kendaraan
sehingga tidak mengganggu peserta dalam belajar
d. Tersedianya ruang diskusi kelompok untuk memudahkan
peserta dan nara sumber berkomunikasi, diupayakan ruang
belajar leter U.
3. S. Apa saja syarat-syarat menjadi seorang pelatih pada pelatihan
nazhir wakaf
ini
J. Syarat-syarat yang menjadi pelatih pada pelatihan nazhir wakaf
ini adalah :
a. menguasai dan membidangi tentang masalah wakaf
b. memiliki keahlian dibidan syariah islam
c. menguasai dan mengerti tetang perundang-undangan tentang
wakaf.
a. Menguasai tentang kebijakan-kebijakan wakaf
4. S. Apa saja syarat-syarat menjadi peserta pelatihan nazhir wakaf ini
J. Syarat untuk menjadi peserta pelatihan yaitu :
a. memiliki pendidikan umum, minimal SMA dan sebaiknya
lulusan D3 dan S1
b. mempunyai pendidikan agama setingkat aliyah
c. usia minimal 20 thn dan maksimal 50 thn
d. setiap pelatihan/penataran peserta sebanyak 30 s.d. 40 orang
e. bekerja pada instansi pemerintah, ormas islam, BUMN, dan
lembaga pengelola wakaf
f. ditugaskan oleh pimpinan unik kerjanya
g. belum pernah mengikuti diklat yang sejenis
5. S. Bentuk kegiatan apa yang dilakukan pada pelatihan nazhir wakaf
ini
J. Secara singkat, pertama, peserta diberikan arahan tentang teknik-
teknik pelatihan. Lalu, para peserta diberikan materi-materi apa
saja yang akan diujikan setelah itu peserta diharuskan mengikuti
pelatihan baik berupa seminar ataupun workshop dan
memperhatikan para pelatih atau nara sumber, yang terpenting
para peserta diharuskan bertanya setelah mendapatkan beberapa
materi dari pelatihan
6. S. Apa prinsip dari pada pelatihan nazhir wakaf ini
J. adapun prinsip dari pelatihan nazhir wakaf ini adalah :
a. melaksanakan sebagian dari agama
b. melaksanakan kebijakan pemerintah dalam hal pemberdayaan
wakaf atau nazhir wakaf
c. meningkatkan kualitas dan kemampuan karyawan yaitu
nazhir wakaf
7. S. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihannazhir
wakaf ini
J. faktor pendukungnya adalah adanya bantuan dana dari pengelola
wakaf seperti : buku, brosur, dan perundang-undangan,
banyaknya permintaan dari lembaga wakaf yang ingin
mengikuti pelatihan ini, dan factor penghambatnya adalah
masalah dana untuk kegiatan ini
8. S. Dari mana dana untuk pelatihan nazhir wakaf ini
J. adapun dana dalam pelatihan ini di peroleh dari peserta karena
setiap peserta yang mengikuti pelatihan ini dikenakan biyaya
untuk keperluannya selama dalam pelatihan
\
Jakarta, Desember 2011 Jakarta, Desember 2011
Penulis Nara Sumbar
Ibrohim Nani Almuin, SHI, MA