skripsi diajukan kepada fakultas ilmu dakwah dan ilmu...

94
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh : IBROHIM 106053002002 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 SISTEM PELATIHAN NAZHIR BADAN WAKAF INDONESIA TAHUN 2011

Upload: vocong

Post on 30-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

IBROHIM106053002002

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2011

SISTEM PELATIHAN NAZHIR BADAN WAKAF INDONESIA TAHUN 2011

Page 2: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

IBROHIM106053002002

Di Bawah Bimbingan

Drs. Study Rizal LK, MANIP :19640428 199303 1002

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2011

SISTEM PELATIHAN NAZHIR BADAN WAKAF INDONESIA TAHUN 2011

Page 3: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul SISTEM PELATIHAN NAZHIR WAKAF BADAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Hari Kamis, Tanggal 22 Desember 2011, Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 22 Desember 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Cecep Castrawijaya, MA Drs. Sugiharto, MA NIP. 19670818 199803 1 002 NIP. 19660806 199603 1 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

M. Hudri, M.Ag. Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP.197206061998031003001 NIP. 19700903 199603 1 001

Drs. Study Rizal LK, MA NIP. 19640428 199303 1 002

WAKAF INDONESIA

Page 4: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

i

ABSTRAK

Ibrohim Sistem Pelatihan Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia

Wakaf yang disariatkan oleh agama Islam mempunyai dua dimensi sekaligus, ialah dimensi religi dan dimensi sosial ekonomi. Dimensi religi karna wakaf merupakan ajaran agama Allah yang perlu dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat muslim, sehingga mereka yang mau berwakaf (waqif) mendapat pahala dari Allah Swt karena mentaati perintahnya. Dimensi sosial ekonomi karena syariat wakaf mengandung unsur ekonomi dan sosial, dimana kegiatan wakaf melalui uluran tangan sang dermawan telah membantu sesamanya untuk saling tenggang rasa.

Tetapi semua kegiatan wakaf, yaitu penyaluran dari wakif kepada orang atau lembaga yang membutuhkan itu bisa berjalan dengan lancar dan baik. Semua itu tidak terlepas daripada peran serta nazhir yang dimana keberhasilan wakaf itu faktor utamanya adalah nazhir kalau nazhirnya sudah jujur, amanah, dan professional maka semua kegiatan wakaf akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh wakif

Judul yang diangkat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Sistem Pelatihan Nazhir yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan; yaitu teknik pengumpulan data melalui sumber tertulis. Penelitian lapangan; yaitu teknik pengumpulan data dengan metode observasi (pengamatan langsung), wawancara dengan pimpinan dan staf bagian pendayagunaan yang bertanggung jawab atas implementasi program dakwah sehingga mendapatkan data–data yang akurat yang dibutuhkan dalam proses penelitian.

Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa sistem pelatihan yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia adalah 3 hari dengan 25 jam pelajaran dan 3 jam ujian dan dengan materi yang sangat menunjang dan melalui 3 metode yaitu: Metode ceramah, Menggunakan sistem Tanya jawab, Diskusi, Studi kasus. Dan dibantu dengan fasilitas yang menunjang yaitu: Gedung, Tersedianya fasilitas belajar mengajar. Diupayakan wilayah tenang dari suara hiruk pikuk kendaraan, Tersedianya ruang diskusi leter U. semua itu dibutuhkan Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas (nazhir), agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis (profesional) mengelola dan memberdayakan wakaf, sehingga dapat mewujudkan organisasi/instansi pengelola wakaf yang terpercaya

Page 5: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta

sampai detik ini dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan

kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati perjalanan

akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Siatem Pelatihan

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas

usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga

dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang

untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi

ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada :

1. Teristimewa orang tua penulis, ayahanda tercinta dan ibunda tersayang yang

telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih

sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan

pendidikan putra-putrinya, serta adikku tercinta terima kasih untuk

semuanya.

2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA

alam yang telah memberikan segala nikmat yang tak terhingga kepada hambanya

Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia tahUUUU”.

Page 6: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

iii

selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA

selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi,

3. Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar dan

meluangkan waktunya untuk membimbing hingga terselesaikan skripsi ini.

4. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah.

5. H. Mulkannasir BA, S.Pd, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah.

6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada

penulis selama perkuliahan.

7. Para penguji dan sekertaris sidang yang telah memberikan bimbingan dan

masukan saya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

8. Pengurus BWI yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

dan membantu penulis untuk mengambil bahan-bahan di badan wakaf

Indonesia yang penulis perlukan untuk penunjang penulisan sekripsi ini.

9. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk

referensi buku-bukunya.

10. Teman-teman seperjuangan MD angkatan 2006 Terima kasih buat dukungan

kalian.

11. Anak-anak Keluarga Mahasiswa Cilegon (KMC) yang telah membantu lewat

pertanyaan yang akhirnya penulis jawab dengan mengelesaikan sekripsi ini

12. Para sahabat saya terutama temen kosan saya yang telah menyindir saya yang

akhirnya sindiran itu menjadi dorongan buat saya untuk menyelesaikan

Page 7: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

iv

sekripsi ini Dan adik-adik angkatan 2007 dan 2008. Terima kasih telah

banyak membantu penulis, semoga amal kebaikan kalian dibalas oleh Allah

SWT.

13. Teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima

kasih.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, dan mudah-

mudahan skripsi ini bermanfaat. Penulis menyadari meskipun telah

semaksimal mungkin berusaha dalam pembuatan skrispsi ini, tentu masih

banyak kekurangan. Kritik selalu penulis harapkan dalam penyempurnaan

penulisan skripsi ini.

Jakarta, Desember 2011

Penulis

Ibrohim

Page 8: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

v

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S.1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2011

Ibrohim

Page 9: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... .v

DAFRTAR ISI ............................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... . 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... . 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... . 7

D. Tinjauan Pustaka.................................................................... . 7

E. Metodologi Penelitian ............................................................ . 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 11

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Sistem Pelatihan……………………………………………..13

1. Pengertian Sistem............................................................. 13

2. Pengertian Pelatihan......................................................... 14

3. Pengertian Sistem Pelatihan ............................................. 16

4. Unsur-unsur Sitem Pelatihan ............................................ 17

a. Input (Masukan)………………………………………..17

b. Process (Proses)……………………………….……….18

c. Out put (Keluaran)……………………………………..20

B. Nazhir Wakaf ………………………………………………..21

1. Pengertian Nazhir Wakaf ................................................ .21

2. Syarat-syarat Nazhir Wakaf.............................................. .22

3. Tugas dan Kewajiban Nazhir Wakaf ................................ .26

a. Tugas Nazhir Wakaf................................................... .26

b. Kewajiban Nazhir Wakaf ........................................... .27

4. Hak Nazhir Wakaf…………………………………………28

Page 10: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

vii

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN WAKAF INDONESIA

A. Sejarah Singkat Berdirinya Badan Wakaf Indonesia............... 29

B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia ...................... 31

C. Visi, Misi dan Strategi ........................................................... 33

D. Struktur Organisasi ................................................................. 35

BAB IV : ANALISIS SISTEM PELATIHAN NAZHIR BADAN WAKAF INDONESIA

A. Sistem Pelatihan Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia 38

1. Input (Masukan) ............................................................. 38

2. Process (Proses) ............................................................. 42

3. Out Put (Keluaran) ......................................................... 58

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelatihan

Nazhir Wakaf Indonesia…………………………………...63

1. Faktor Pendukung…………………...…………………...64

2. Faktor Penghambat…………………...…………………..65

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................ 69

B. Saran-saran ............................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syari’at Islam secara garis besar meliputi dua aspek, yakni (1) ajaran-

ajaran yang murni merupakan hubungan antara manusia dengan Allah, yang

disebut ibadah, seperti shalat dan puasa, dan (2) ajaran-ajaran yang murni

merupakan hubungan antar sesama manusia (hubungan sosial), yang disebut

mu’amalah (dalam arti luas), seperti hukum-hukum tentang perdagangan,

keuangan, perbuatan kriminal dan sebagainya. Di samping itu, terdapat juga

ajaran yang merupakan ibadah berdimensi sosial, yakni zakat dan wakaf.

Wakaf merupakan satu bentuk ibadah dengan cara memisahkan

sebagian harta benda yang dimiliki untuk dijadikan harta milik umum, yang

akan diambil manfaatnya bagi kepentingan orang lain atau manusia pada

umumnya. Dan wakaf seringkali di artikan sebagai asset yang dialokasikan

untuk kemanfaatan umat dimana subtansinya atau pokoknya ditahan,

sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum.

Menurut M. Daud Ali dan Azhar Basyir Wakaf merupakan salah satu

lembaga keagamaan yang dianjurkan oleh Allah Swt. Untuk dijadikan sarana

penyalur harta yang dikaruniakan oleh-Nya kepada manusia lain, amalan

wakaf amat besar artinya bagi kehidupan sosial, oleh karnanya Islam

meletakkan amalan wakaf sebagai satu macam ibadah yang amat

Page 12: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2

digembirakan.1

Wakaf yang disariatkan oleh agama Islam mempunyai dua dimensi

sekaligus, ialah dimensi religi dan dimensi sosial ekonomi. Dimensi religi

karna wakaf merupakan ajaran agama Allah yang perlu dipraktekkan dalam

kehidupan masyarakat muslim, sehingga mereka yang mau berwakaf (waqif)

mendapat pahala dari Allah Swt karena mentaati perintahnya. Dimensi sosial

ekonomi karena syariat wakaf mengandung unsur ekonomi dan sosial,

dimana kegiatan wakaf melalui uluran tangan sang dermawan telah

membantu sesamanya untuk saling tenggang rasa.

Dalam perjalan sejarah wakaf tidak hanya terbatas kepada

kesejahtraan sosial untuk masyarakat dan keluarga tapi lebih daripada itu

peran wakaf yang monumental adalah melahirkan banyak yayasan ilmiyah

yang independen dan tidak tergantung kepada lembaga politik (pemerintah),

Diantaranya menyelenggarakan forum ilmiyah internasional, beasiswa,

menyantuni kaum intelektual untuk selalu berkarya dan mendirikan lembaga-

lembaga Islam yang independen dan tidak bergantung pada arus politik

tertentu.

Wakaf adalah ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT yang

bermotif rasa cinta kasi kepada sesama manusia, membantu kepentingan

orang lain dan kepentingan umum, dengan mewakafkan harta benda akan

menciptakan rasa solidaritas dan wakaf juga merupakan ibadah yang

pelaksanaan ibadahnya atau praktiknya dimanifestasikan melalui pengabdian

1 Suparman Usman, Hukum Perwkafan di Indonesia, Cet ke-1 (Serang : Darul Ulum

Press,1994) h.15

Page 13: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

3

keseluruhan diri manusia serta apa yang dimiliki. Ada ibadah melalui bentuk

(jiwa), seperti solat, puasa dan ada pula melalui bentuk pengabdian atau

melalui pengorbanan apa yang kita miliki ada ibadah dan melalui bentuk

pengabdian (jiwa). Seperti zakat, infak, puasa dan sodakoh. Ibadah melalui

pengorbanan dengan harta yang kita miliki untuk kepentingan kemanusiaan,

kemasyarakatan, dan keagamaan yang telah telah diatur oleh syariat Islam

adalah wakaf.

Ada dua pradigma yang terkandung dalam ajaran wakaf itu sendiri

yaitu: pradigma idiologis dan pradigma sosial ekonomis. Pertama, pradigma

idiologis bahwa wakaf yang diajarka oleh Islam mempunyai sandaran idiologi

yang sangat kental sebagai kelanjutan ajaran tauhid. Yaitu, segala sesuatu

yang berpuncak pada keyakinan kepada keesaan tuhan harus dibarengi

dengan kesadaran akan perwujudan keadilan social. Islam mengajarkan

kepada umatnya agar meletakkan persoalan harta (kekayaan dunia) dalam

tinjauan yang relativ, yaitu harta yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga

harus mempunyai kandungan nilai-nilai sosial (humanistik). Prinsip

pemilikan harta dalam Islam menyatakan bahwa harta tidak dibenarkan hanya

dikuasai oleh sekelompok orang (QS : 9 : 103).

Kedua, landasan pradigma sosial ekonomis. Setelah memiliki

landasan idiologis yang bersumber pada kalimat tauhid (la ilaaha illAllah)

wakaf mempunyai kontribusi solutif terhadap persoalan-persoalan ekonomi

kemasyarakatan. Kalau dalam tataran idiologis wakaf berbicara tentang

bagaimana nilai-nilai yang seharusnya diwujudkan oleh dan untuk umat

Page 14: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

4

Islam, sedangkan pada wilayah pradigma sosial ekonomis, wakaf menjadi

jawaban kongkrit dalam realitas problematika kehidupan (sosial ekonomi)

masyarakat.

Wakaf mempunyai tugas sosial yang mempunyai peran penting dalam

sebagian masyarakat dalam beberapa kondisi, merupakan kebijaksanaan

Allah yang telah menciptakan manusia dengan sifat dan kemampuan yang

berbeda-beda. Hal ini menimbulkan adanya kaya dan miskin serta kuat dan

lemah dalam masyarakat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar si kaya

memeperhatikan si miskin dan yang kuat membantu yang lemah. Perintah ini

datang dengan bentuk yang bermacam-macam, ada yang wajib dan da yang

sunah, ada yang berkaitan dengan materi, dan ada yang berkaitan dengan

akhlak. Itulah yang menjadikan kehidupan dalam masyarakat muslim penuh

dengan kasih sayang dan saling menolong bagaikan sebuah bangunan yang

tiap bagian saling menguatkan. Bangunan ini berdiri di atas banyak fondasi,

diantaranya adalah wakaf.

Dalam sejarah Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh

umat Islam sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Sebagai suatu lembaga

Islam, wakaf telah menjadi salah satu penunjang perkembangan masyarakat

Islam. Jumlah tanah wakaf di Indonesia sangat banyak. Menurut data

deoertemen agama republik indonesia terakhir terdapat 403.845 lokasi tanah

wakaf dengan luas 1.566.672.406 m2. Dari total jumlah tersebut 75%

diantaranya sudah bersertifikat wakaf dan sekitar 10% memilih potensi tinggi,

Page 15: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

5

dan masi banyak lagi yang belum terdata.2

Apabila jumlah tanah tersebut dihubungkan dengan Negara kita yang

saat ini sedang mengalami berbagai kerisis, sebanernya wakaf adalah salah

satu lembaga Islam yang sangat potensial untuk lebih dikembangkan guna

membantu masyarakat yang kurang mampu. Sayangnya, wakaf yang

jumlahnya begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannya masi bersifat

konsumtif dan belum dikelola secara produktif dan professional.

Untuk itu kondisi perwakafan di Indonesia yang mayoritas Islam dan

memiliki lembaga wakaf saat ini perlu mendapat perhatian yang eksra atau

lebih. Karena tanah dan benda yang begitu banyak dan memiliki potensi

tinggi tapi sampai saat ini belum di optimalkan untuk mengentaskan

kemiskinan yang ada di negara kita ini.

Sebgaimana telah kita ketahui bersama bahwa kemampuan nazhir

wakaf wakaf selama ini masi sangat tradisional, baik yang berkaitan dengan

aspek pemahaman terhadap wakaf itu sendiri maupun aspek keterampilan

dalam menjalankan roda ke nazhiran. Ditinjau dari aspek pemahaman, masih

banyak nazhir wakaf yang memahami bahwa wakaf itu “hanya” beberapa

benda yang tidak bergerak saja, khusus- nya tanah dan benda wakaf itu tidak

bisa ditukar dengan apapun dan dengan alas an apapun.

Lemahnya pemahaman dan minimnya keterampilan pengelolaan para

nazhir wakaf tentu harus dibenahi. Langkah yang sedang dan akan dilakukan

oleh depertemen agama adalah dengan melakukan berbagai pelatihan.

2 Achmad Djunaidi dan Thobieb, Al-asyar Menuju Era Wkaf produktif sebuah karya

progresif untuk mensejahtrakan umat,(cet ke-3,tahun 2006, terbitan mitra abadi pres) hal 76

Page 16: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

6

Menyikapi hal di atas dan untuk meningkatkan realisasi potensi wakaf

ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan tanah dan

benda wakaf di Indonesia, yaitu salah satunya meningkatkan kepercayaan

kepada lembaga pengelola wakaf, perlu adanya suatu pelatihan bagi pengurus

wakaf (dewan nazir) yang akan bertugas mengelola tanah atau benda wakaf,

agar masyarakat jelas dengan tanah atau benda yang mereka keluarkan.

Yang melatar belakangi adanya pelatihan dewan nazir ini adalah agar

dapat menjadikan dewan nazir yang handal, amanah, dan professional dalam

mengelola tanah atau benda wakaf agar bisa menjadikan lembaga wakaf yang

produktif bukan lagi lembaga yang konsumtif dan supaya para waqif mau

mewakafkan hartanya demi kepantingan umum guna meninggkatkan

prekonomian masyarakat.

B. Pembatasan dan perumusan masalah

Masalah pelatihan nazhir cukup banyak seperti penggalangan dana,

pendayagunaan dana wakaf dan sistem pelatihan nazhir. untuk menghindari

terlalu luasnya permasalahan, maka dalam tulisan ini dibuat batasan ruang

lingkup masalah yang akan diteliti hanyalah meliputi sistem pelatihan nazhir

Badan Wakaf Indonesia

Adapun perumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana sistem pelatihan nazhir yang dilaksanakan Badan Wakaf

Indonesia.?

Page 17: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

7

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan nazhir Badan

Wakaf Indonesia?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan

Berdasarkan perumusan dan masalah yang telah penulis ungkapkan

di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

a. Untuk mengetahui sistem pelatihan nazhir Badan Wakaf Indonesia.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pelatihan nazhir Badan Wakaf Indonesia.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh secara akademis adalah

diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang sistem pelatihan

nazhir, dan secara praktis dapat menambah informasi tentang sistem

pelatihan nazhir dan cara kerja mereka.

D. Tinjauan pustaka

Dalam penyusunan sekripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh

penulis dan ternyata ada mahasiswa sebelumnya yang menulis masalah yang

hampir sama namun objek dan judul berbeda. Oleh karena itu, untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menjiplak” hasil karya

orang lain maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing

judul dengan masalah yang sedang dibahas antara lain:

Page 18: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

8

1. Karya Milik Marhali (103053028751) yang berjudul “Sistem Pelatihan

Dakwah Pondok Pesantren Putri Darussalam Tangerang” Jurusan

Manajemen Dakwah. Judul dan objek tersebut tidak sama namun,

pembahasannya hampir ada kesamaan yaitu penulis meneliti juga tentang

sistem pelatihan.

2. Karya Milik Susilawati (103053028768) yang berjudul “Manajemen

Pelatihan Dakwah Pada Pondok Pesantren Al-hikmah Curug Tangerang”

Jurusan Manajemen Dakwah. Judul tersebut sangat jauh berbeda namun,

ada sedikit pembahasan yang sama karena penulis juga membahas

tentang pelatihan.

E. Metodologi penelitian

1. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yaitu prosedur pencarian data, meliputi

populasi, sampling, penjelasan konsep dan pengukurannya, cara-cara

pengumpulan data dan teknik analisisnya.3

Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah metode kualitatif yang menggunakan analisis deskriptif yaitu

dengan menghimpun data aktual dengan melakukan obserfasi secara

langsung atau pengamatan, sambil menggumpulkan data dan melakukan

analisis dan kemudian menarik kesimpulan dari analisis dan obserfasi

tersebut.

3Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : logos, 1997), h.59

Page 19: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

9

Menurut klirk dan Miller “penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bergantung pada pengamatan sesuai dengan kemampuan yang

berhubungan langsung dengan orang-orang disekitar objek penelitian

dalam bahasa dan peristilahan sendiri”. Bogdan dan Taylor mendefinisikan

metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan

prilaku yang dapat di amati.4

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian

lapangan (fieled research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui

pengamatan langsung dilapangan, terhadap gejala-gejala sebenernya.5

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Badan Wakaf

Indonesia. Dalam hal ini orang-orang yang menjadi sumber informasi

yang relevan dengan objek yang diteliti, seperti kepala pendayagunaan

wakaf. Kemudian yang menjadi objek penelitian adalah kegiaatan yang

dilaksanakan sendiri oleh Badan Wakaf Indonesia yaitu sistem pelatihan

nazhir tabung wakaf indonesia.

3. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian adalah daerah yang akan dijadikan sarana

penelitian dalam hal ini Badan Wakaf Indonesia (BWI). Sedangkan waktu

penelitian dari tanggal 5 November sampai 5 Desember

4 Lexis J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung : PT.Remaja, 1997).

Cet.X.h.3.5 Mardalis, Method Penelitian Pendekatan proposal, (Jakarta : Bumi Aksara. 1999),

hal.28

Page 20: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

10

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut :

a. Obserfasi bisa diartikan sebagai pengamatan langsung dilapangan

yaitu dilakukan di Badan Wakaf Indonesia

b. Interviu merupakan teknik pengumpulan data dengan cara Tanya

jawab yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan pada tujuan

penelitian.

c. Dokumentasi.; yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya

terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa dan oleh

penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan

mengenai peristiwa tersebut.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data-data diperlukan dikumpulkan, penulis melakukan

klasifikasi dari temuan yang didapat. Kemudian melakukan analisis dari

hasil temuan sesuai dengan teori yang seharusnya, sehingga penulis dapat

menyimpulkan penelitian ini berdasarkan hasil analisis temuan yang telah

dilakukan dan berdasarkan analisis deskriptif.

6. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan sekripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“pedoman penulisan karya ilmiah(skripsi, tesis dan disertasi)” terbitan

ceqda (Centre of Quality and Assurance) uin syarif hidayatullah jakarta

2007.

Page 21: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

11

F. Sistematika Penulisan

Melihat pada penelitian diatas maka, laporan hasil penelitian ini

dituangkan dalam bentuk karya tulis sekripsi dengansistematika penulisan

seperti di bawah ini:

Bab I : Pendahuluan

Dalam baba ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujauan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis

Dalam bab ini akan dibahas sistem pelatihan (pengertian sistem,

pengertian pelatihan, pengertian sistem pelatihan, unsur-unsur

pelatihan) nazhir (pengertian nazhir wakaf, syarat-syarat nazir wakaf,

tugas dan kewajiban nazhir wakaf dan hak nazhir wakaf).

Bab III : Gambaran Umum Badan Wakaf Indonesia

Dalam bab ini terdiri dari sejarah berdirinya Badan wakaf indonesia,

letak geografis Badan wakaf indonesia, Tugas dan Wewenang Badan

Wakaf Indonesia visi - Misi Badan Wakaf Indonesia, Strategi Badan

Wakaf Indonesi, dan Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia.

Bab IV : Analisis Sistem Pelatihan Nazhir Badan Wakaf Indonesia.

Dalam bab ini membahas tentang sistem pelatihan nazhir Badan

Wakaf Indonesia, faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan

nazhir Badan Wakaf Indonesia.

Page 22: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

12

Bab V : Penutup

Menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran-saran yang menjadi

penutup dari pembahasan skripsi ini.

Page 23: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

13

BAB II

SISTEM PELATIHAN NAZHIR WAKAF

A. Sistem Pelatihan

1. Pengertian Sistem Pelatihan

Sistem pelatih terdari dari dua kata yaitu sistem dan pelatihan untuk

memahami sistem pelatihan tersebut terlebih dahulu penulis menjelaskan satu

persatu tentang sistem dan pelatihan yang nantinya penulis akan menggabungkan

menjadi sistem pelatihan

a. Sistem

Dilihat dari segi kebahasaan (etimologi) kata sistem berasal dari bahasa

yunani “sistema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari

sekian banyak bagian, berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-

satuan atau komponen-komponen secara teratur. Jadi sistem adalah sebuah

himpunan atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan

suatu keseluruhan.1

Sedangkan kalau menurut istilah sistem terdapat banyak pendapat seperti:

Sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh

deperteman pendidikan dan kebudayaan mengartikan sistem sebagai suatu

perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu

sistem.2

1 Tatang M. Amin Pokok-pokok Teori System, (Jakarta : pt. raja grafindo persada, 2001),

cet ke-7, h, , 152 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :

Balai Pustaka, 1998), h.3

Page 24: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

14

Sistem Menurut Muis, mengatakan bahwa :

“ Sistem adalah sebagai tata hubungan diantara dua atau lebih komponen (unsur) yang bersifat saling mempengaruhi (indefendent componens), saling ketergantungan kesekian objek (komponen) tersebut membentuk suatu keadaan yang nyata atau kesatuan (etinity), komponen-komponen tersebut selalu dalam keadaan berfungsi atau bergerak membuat membentuk kesatuan itu dalam keadaan seimbang dan berfungsi (home astatis)”.3

Menurut Onong Uchjana, “Sistem adalah suatu totalitas himpunan bagian-

bagian yang satu sama lain saling berinteraksi dan bersama-sama beroperasi

mencapai suatu tujuan tertentu di dalam suatu lingkungan”4

Menurut Raymond MC Leod Mend “Sistem adalah sekelompok elemen

yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu sistem”.5

Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam suatu

sistem terdapat komponen-komponen yang berwujud perangkat (keras) maupun

tidak terwujud (perangkat lunak). Komponen yang berwujud biyasanya berbentuk

suatu sistem fisik yang secara nyata dapat dibayangkan atau diraba, misalnya :

sistem trasportasi, dimana dalam sistem tersebut terdapat komponen berupa jalan,

kendaraan, terminal, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berwujud misalkan :

sistem peraturan lalu lintas, norma-norma, kode etik, dan sebagainya.

b. Pelatihan

Pemehaman mengenai pelatihan dapat disimak dari penjelasan Henry

Simamora yang mengatakan bahwa “Program pelatihan merupakan serangkaian

3 A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya,2001), h.274 Onong Uchjana, System Informasi Manajemen, (Bandung : CV. Mandar Maju,1996),

h.505 Raymond MC Leod, System Informasi Manajemen, (Jakarta : Pt Perahalindo,1996), h.6

Page 25: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

15

yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kinerja

individu, kelompok dan seluruh organisasi”.6

Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja disamping adanya

upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam rangka

meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melaksanakan tugasnya.

Pelatihan juga upaya untuk mentrasfer keterampilan dan pengetahuan kepada para

peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan

pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.7

Menurut pendapat Robert L. Mathis And John H. Jackson pelatihan adalah

“Suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk

membantu mencapain tujuan organisasi”.8

Menurut pendapat prof. Dr. Soekidjo Notatmojo, yang dimaksud dengan

pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian

manusia.9

Sedangkan menurut Dr. Oemar Hamalik melihat dari segi operasional,

pelatihan diartikan sebagai “Suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan

(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan

kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam

suatu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam

6 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya manusia, (Jakarta : PT. Bumi

Aksara,1994), h.497 Abdurahmat Fathoni, organisasi dan manajemen sumber daya manusia, (Jakarta :

Rineka Cipta 2006), cet ke-1 h.1478 Robert L. mathis and John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya manusia,(Jakarta :

salemba empat, 2004), h.49 Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Rieneka

Cipta 2004), h.25

Page 26: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

16

bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam

suatu organisasi”.10

Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

pelatihan adalah suatu kegiatan yang dimana di dalamnya terdapat suatu proses

penyaluran pengetahun, keterampilan dan wawasan dari seorang pelatih kepada

para pesertanya dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.

c. Sistem Pelatihan

Dari devinisi-devinisi di atas maka pengertian sistem pelatihan adalah

suatu kegiatan pelatihan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan baik,

terprogram, dan terencana untuk mempersiapkan seseorang atau kelompok

menjadi baik dan terampil dalam bidangnya, yaitu sesuai dengan apa yang

menjadi tugasnya.

Sistem pelatihan ialah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja yang

dilakukan secara keseluruhanbaik dengan cara belajar mengajar ataupun melalui

proses pelatihan.

Dalam proses pelatihan, tentunya ada pembahasan komponen pembahasan

pelatihan yaitu tujuan, materi metode, media pelatihan dan evaluasi. Dimana suatu

proses tersebut, komponen pelatihan merupakan sesuatu yang penting dalam

perkembangan pelatihan itu sendiri, sehingga tercapai sistem pelatihan yang

berkualitas dan memiliki karakteristik, keterampilan dan wawasan pengetahuan

yang luas.

10 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan

Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005),h. 10

Page 27: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

17

Sistem pelatihan menjadi sangat perlu karena berfungsi memberikan

pelatihan dan bimbingan sehingga mempermuda seseorang atau kelompok untuk

mengenal lapangan yang akan dikerjakannya dengan baik, memiliki teknik, dan

wawasan yang luas, sehingga mereka akan siap diterjunkan untuk mengubah suatu

masyarakat kearah yang lebih baik.

Selanjutnya sistem pelatihan adalah unsur-unsur yang saling berkaitan dan

terangkai tertib saling melengkapi antara bagian-bagiannya yang beroperasi

bersama untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan awalnya.

Sistem pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan

dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk

memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap

dengan masing-masing kadar kemampuannya.

2. Unsur-unsur Sistem Pelatihan

Unsur-unsur dari pelatihan sebagaimana unsur sistem terdiri dari masukan

(input), pengolahan (proccesing) dan keluaran (out put)11. Di samping itu satu

sistem senantiasa tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Maka umpan balik

(feedback) dapat berasal dari out put tetapi dapat juga berasal dari lingkungan.

1. Input (Masukan)

Input (masukan) adalah proses di mana segala macam data atau bahan

yang dibutuhkan pelatihan, kemudian data-data yang terkumpul mengalami

subuah proses untuk menghasilkan out put (keluaran) sistem yang dimaksud.

Adapun input (masukan) itu sendiri terdiri dari bebagai langkah yaitu :

11 Sopiansyah, Aang Subiakto, Pengantar Sistem Informasi, (Jakarta : UIN Jakarta

Press,2006) cet. Ke-1 h.27

Page 28: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

18

a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Pelatihan akan berhasil jika kebutuhan pelatihan diidentifikasikan dengan

benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk memenuhi kekurangan

pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap dengan masing-masing kadar

kemampuan. Penelitiah kebutuhan pelatihan dilakukan dengan mengumpulkan

dan menganalisa gejala-gejala dan informasi-informasi yang diharapkan dapat

menunjukkan adanya kekurangan dan kesenjangan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap kerja kariawan.

b. Penetapan Sasaran Pelatihan

Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus mempunyai sasaran

yang jelas, memuat hasil yang diinginkan dicapai dalam melaksanakan kegiatan

tersebut. Sasaran pelatihan yang dirumuskan dengan jelas dapat dijadikan sebagai

acuan penting dalam menentukan atau menyiapkan materi yang akan

disampaikan.

c. Merancang Program Pelatihan

Mendisain atau merencanakan pelatihan sebaiknya dilakukan oleh orang

yang ahli dalam bidangnya, karna rancangan atau pelatihan adalah suatu pegangan

yang penting dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan pelatihan dimana dalam

rangcangan ditentukan jenis pelatihannya.

2. Procces (Proses)

Proses adalah dimana segala macam kegiatan dikelola atau dijalankan

sesuai dengan tujuan tertentu. Salah satu contohnya adalah proses pelatihan, agar

suatu proses dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya suatu system yaitu:

Page 29: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

19

pelatih, peserta, media, baik tulisan maupun lisan, ataupun metode yang

digunakan dalam proses sebuah pelatihan serta materi pelatihan yang digunakan

untuk diproses agar sesuai dengan tujuan.

a. Trainer (Pelatih)

Trainer adalah orang, kelompok atau lembaga yang mengadakan pelatihan

yang mana dalam pelatihan tersebut trainer sangat berperan untuk keberhasilan

suatu pelatihan yang diterapkan

Seorang trainer seharusnya memiliki integritas kepribadiaan, kemampuan,

intelektual dan keterampilan yang memadai dalam dalam rangka mengubah input

menjadi out put.

b. Peserta

Unsur pelatihan selanjutnya adalah peserta, yaitu manusia yang jadi

sasaran pelatihan atau manusia penerima pelatihan, baik sebagai individu maupun

sebagai kelompok.

c. Panitia Penyelenggara

Panitia penyelenggara adalah orang, kelompok atau lembaga yang

mengadakan pelatihan yang mana dalam pelatihan tersebut trainer sangat berperan

untuk keberhasilan suatu pelatihan yang diterapkan

d. Materi Pelatihan

Materi pelatihan adalah isi pesan, atau materi yang disampaikan trainer

kepada peserta. Materi pelatihan merupakan isi dari pelatihan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Materi yang diberikan disesuaikan dengan

kebutuhan pelatihan.

Page 30: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

20

e. Media Pelatihan

Media pelatihan adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi

pelatihan dari pelatih kepada peserta.

f. Metode Pelatihan

Hal yang erat dengan media pelatihan adalah metode pelatihan. Metode

pelatihan merupakan suatu cara sisematis dapat diberikan secara luas serta dapat

membuat suatu kondisi tertentu dalam penyelenggaraan pelatihan guna

mendorong peserta agar dapat mengembangkan aspek kongitif, efektif, dan

pesikometrik, terhadap penyelesaiaan tugas dan pekerjaan yang akan dibebankan

kepadanya.

g. Tujuan

Tujuan adalah hasil daripada kegiatan pelatihan tersebut yaitu agar para

peserta yang mengikuti pelatihan dapat menjalankan tugas yang diberikan

kepadanya.

3. Out Put (Keluaran)

Out put (kaeluaran) adalah hasil dari input dan procces yang telah

dilakukan apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya suatu system

pelatihan. Dari pengeluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback)

dan dapat dijadikan sebagai evaluasi mendatang yang merupakan dari input

selanjutnya. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem yang tentunya akan

memiliki semua unsur-unsur ini.12

12 Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus M, System Informasi Manajemen,

(Yogyakarta : UGM Press, 2001), cet ke-4,h.9

Page 31: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

21

Evaluasi pelatihan dilaksanakan untuk memferifikasikan keberhasilan

suatu program pelatihan, termasuk di dalamnya panitia pelaksanaan pelatihan

biyasanya kriteria evaluasi bervokus pada hasil akhir, dimana hal yang harus

diperhatikan ialah reaksi peserta terhadap proses dan isi kegiatan pelatihan,

pengetahuan, perubahan prilaku, secara individu maupun organisasi. Adapun

mengenai fase evaluasi menjadi umpan balik untuk melakukan rediksi atau

perkiraan kebutuhan pelatihan berikutnya.13

B. Nazhir Wakaf

1. Pengertian Nazhir Wakaf

Nazhir berasal dari kata kerja bahasa Arab nazhara, yang mempunyai arti

menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi. Adapun nazhir adalah isim fa’il

dari kata nazhara yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan

pengawas.

Perkataan nazhir berasal dari bahasa arab yang berarti penanggung jawab

properti atau sekumpulan orang yang mengelola dan mengatur properti14

Sedangkan secara terminology nazhir wakaf adalah orang yang memegang

amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan

tujuan perwakafan tersebut. Sebagaimana pemegang amanat, Nazhir memiliki

tanggung jawab bilamana sampai lalai atau sengaja merusak harta wakaf, maka

hakim berwenang memutuskan perkara tersebut (lihat misalnya Pasal 49 UU No.

13 M. Manulang Dasar-dasar Manajemen\, (Yogyakarta : Gajah Mada University,2004),

h.22914 Muhammad Rawwas QaL’ah, dkk., Mu’jam Lughoh al-Fuqoha’, , (Dar al-Nafa’is,

Beirut, 1988) cet. 2, Juz 2, hal. 75.

Page 32: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

22

7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama). Mengurus atau mengawasi harta wakaf

pada dasarnya menjadi hak waqif. Tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak

pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun organisasi.

Untuk menjamin agar perwakafan dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya,

Negara juga berhak atas pengurusan harta wakaf. Yaitu dengan megeluarkan UU

yang mengetur persoalan Wakaf, termasuk penggunaannya.

Di dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Bagian

Kelima pasal 9, dijelaskan bahwa nazhir meliputi: Perseorangan, Organisasi, dan

Badan Hukum.

Nazhir, sebagai yang mendapatkan amanat dari wakif harus profesional

dan bertanggung jawab untuk memanfaatkan dan mengembangkan wakaf. Dalam

mengembangkan wakaf tentunya nazhir harus berpegang teguh terhadap rambu-

rambu yang telah ditetapkan oleh al-Syari’ (Allah).

Pengelolaan harta wakaf yang diserahkan kepada nazhir atau mutawalli

atau qayyim, mereka harus memelihara dan mengurus harta wakaf agar sesuai

dengan tujuan wakaf.

2. Syarat-syarat Nazhir Wakaf

Adapun syarat-syarat nazhir wakaf adalah sebagai berikut

a. Dewasa

b. Berakal sehat

c. Dapat dipercaya

d. Mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan wakaf.

Page 33: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

23

Untuk lebih jelasnya, persyaratan nazhir wakaf itu dapat diungkapkan

sebagai berikut :

1) Syarat moral

a) Paham tentang hokum wakaf dan ZIS, baik dalam tunjauan

syari’ah maupun perundang-undangan Negara RI

b) Jujur, amanah dan adil sehingga sehingga dapat dipercaya dalam

proses pengelolaan dan pentasharrufan kepada sasaran wakaf

c) Tahan godaaan, terutama menyangkut perkembangan usaha

d) Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tangtangan

e) Punya kecerdasan, baik emosional maupun sepiritual

2) Syarat manajemen

a) Mkempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadersip

b) Visioner

c) Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, social dan

pemberdayaan

d) Professional dalam bidang pengelolaan harta

e) Ada masa bakti nazhir

f) Memiliki program kerja yang jelas

3) Syarat bisnis

a) Mempunyai keinginan

b) Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan

Page 34: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

24

c) Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya

entrepreneu15

Dengan syarat-syarat tersebut di atas diharapkan nazhir mampu melakukan

segala tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi wakaf tersebut dengan

senantiasa memperhatikan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh wakif. Apabila

syarat-syarat itu tidak dipenuhi nazhir, maka wakif bisa menunjuk orang lain yang

lebih memenuhinya. Bila wakif telah meninggal dunia sedangkan prinsip

pengawasan harta wakaf itu berada pada wakif sendiri, maka hakim harus

menunjuk pengganti dari ahli warisnya. Hakim tidak boleh mengangkat orang lain

sebagai nazhir kecuali atas izin wakif selagi masih hidup.

Agar pengelolaan dan pengawasan harta wakaf berjalan dengan lancar,

nazhir berhak menerima upah dari jerih payahnya selama ia melaksanakan tugas

dengan baik. Namun bila terjadi kerusakan dan lainnya dari harta wakaf atas

kelalaian dan kesengajaan nazhir, maka nazhir tersebut harus menanggung resiko,

meskipun pada dasarnya sebagai pemegang amanat tidak dibebani resiko. Besar

kerusakan atau kerugian ditetapkan oleh hakim.

Di dalam pasal 10 ayat 1 disebutkan, perseorangan yang dimaksud dalam

pasal 9 huruf a hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:

(1) warga negara Indonesia;

(2) beragama Islam;

(3) dewasa;

(4) amanah;

15 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Direktorat

Jenderal Bingbingan Masyarakat Islam Depertemen Agama RI 2008)

Page 35: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

25

(5) mampu secara jasmani dan rohani; dan

(6) tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

Di dalam ayat 2 disebutkan, organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal

9 huruf b hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:

Pertama pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan

nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan kedua. organisasi

yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan

Islam.

Ayat 3 menyebutkan, badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9

huruf c hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:

Pertama adalah pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi

persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kedua,

adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, dan ketiga adalah badan hukum yang bersangkutan

bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan

Islam.

Seorang nazhir berhenti dari jabatannya apabila mereka meninggal dunia,

mengundurkan diri, dan dibatalkan kedudukannya oleh Kepala KUA karena

beberapa sebab yaitu: tidak memenuhi syarat dalam pasal 6 ayat 1 PP, Melakukan

tindak pidana, dan tidak melakukan kewajiban sebagai nazhir.

Page 36: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

26

3. Tugas dan Kewajiban Nazhir Wakaf

a. Tugas nazhir wakaf

Sebgaimana yang terdapat pada pasal 11 dalam undang-undang nomor 41

tahun 2004. Seorang nazhir memiliki tugas sebagai berikut :

1) Melakukan pengdministrasian harta benda wakaf

2) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesaui dengan tujuan,

fungsi dan peruntukannya

3) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

4) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada badan wakaf Indonesia

Dilihat dari tugas nazhir diatas maka hendaknya seorang nazhir memiliki

beberapa kemampuan diantaranya :

1) Kemampuan atau keahlian teknis (technical skill), misalnya

mengoperasikan komputer ataupun mendesain ruang kerja.

2) Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat, khususnya

kepada pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan waakaf.

3) Keahlian konseptual dalam rangka memenej dan memproduktifkan harta

wakaf.

4) Tegas dalam menganbil keputusan, setelah dimusyawarahkan dan dipikir

dengan matang.

5) Keahlian dalam mengelola dan memenej waktu.

6) Termasuk didalamnya, memiliki energy maksimal, berani mengambil

resiko, antusias dan percaya diri, memiliki komitmen etika, cerdas dan

kreatif.

Page 37: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

27

b. Kewajiban Nazhir Wakaf

Di dalam Peraturan Pemerintah dan juga Peraturan Menteri Agama

disebutkan beberapa pasal dan ayat mengenai kewajiban nazhir, di antaranya:

a) Mengurus dan mengawasi harta wakaf, yaitu:

(1) menyimpan lembar kedua salinan akta ikrar

(2) memelihara tanah wakaf

(3) memanfaatkan tanah wakaf

(4) memelihara dan berusaha meningkatkan hasil

(5) menyelenggarakan pembukuan wakaf, yaitu:

a) buku tentang keadaan tanah wakaf

b) buku tentang pengelolaan dan hasil

c) buku tentang penggunaan hasil (pasal 7 ayat 1 PP, pasal 10 ayat 1

PMA).

b) Memberikan laporan kepada KUA Kecamatan, yaitu:

1) hasil pencatatan wakaf tanah milik oleh pejabat agrarian

2) perubahan status tanah dan perubahan penggunaannya.

3) pelaksanaan kewajiban nazhir pasal 20 ayat 1 PP setiap tahun sekali

pada akhir bulan Desember.

c) Melaporkan anggota nazhir yang berhenti dari jabatan

d) Mengusulkan anggota pengganti kepada Kepala KUA Kecamatan tempat

tanah wakaf berada, untuk disahkan keanggotaannya.

Semua ini dilakukan untuk memudahan koordinasi dan pengawasan, dan

oleh sebab itu nazhir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang wajar

Page 38: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

28

atas usaha dan jerih payahnya (pasal 8 PP) untuk menghindari penyalahgunaan

tujuan wakaf.

4. Hak nazhir

Setelah nazhir melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan baik dan

benar, maka nazhir berhak menerima gaji, upah ataupun penghargaan, sesuai

dengan tugas dan kewajibannya. Tetapi tetap disesuaikan dengan ketentuan wakif,

jika wakif tidak menetapkan, maka ditetapkan oleh hakim oleh hakim atau

kesepakatan para pengelola/manajemen wakaf yang ada

Adapun menurut PP Jo pasal 11 Peraturan Menteri Agama no. 1-1978 jo angka IV

peraturan Dirjem Bimas Islam no. kep.D/75/78 nazhir berhak mendapatkan tidak

lebih dari 10% dari hasil usaha produktif harta wakaf, juga diperkenankan

menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan, untuk keperluan pengembangan

harta wakaf.

Page 39: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

29

BAB III

PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA (BWI)

A. Sejarah Singkat Berdirinya Badan Wakaf Indonesia

Perkembangan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara

terus menerus menurut kita untuk cari alternative atau solusi yang dapat

mendorongnya lebih cepat. Salah satu alternative solusi itu adalah mobilitas dan

optimalisasi peran wakaf secara professional.

Tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga amil zakat, terlebih setelah

lahirnya UU tentang zakat dan wakaf, membuktikan bahwa peran dan potensi

umat dalam pembangunan sangatlah potensial. Demikian pula dengan keberadaan

lembaga wakaf.

Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan peran nazhir wakaf (pengelola wakaf)

yang amanah dan professional, sehingga penghimpunan, pengelolaan, dan

pengelokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat ini, kebutuhan akan

adanya nazhir wakaf masih belum mendapat perhatian utama dari ummat.

Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat

yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk

memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama,

Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan

Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, 13

Juli 2007. Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan

Page 40: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

30

perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari

pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.

BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu

di jl. Raya pondok gede pinang ranti Jakarta timur dan dapat membentuk

perwakilan di Provinsi dan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kebutuhan.

Adapun perwakilan BWI yang sudah terbentuk di tingkat provinsi yaitu :

1. jawa timur ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 1 februari 2010

2. Kalimantan timur ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli 2011

Adapun perwakilan BWI ditingkat kabupaten atau kota yaitu :

1. bima, nusa tenggara timur ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli

2011

2. bogor, jawa barat ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli 2011

3. padang panjang ditetapkan oleh ketua BWI pada tanggal 11 juli 2011

beberapa nama di atas adalah perwakilan yang ada d provinsi dan kabupaten atau

kota tetapi masih ada lagi bbebrapan provinsi dan kabupaten atau kta yang masih

menjadi calon BWI yaitu di tingkat provinsi adalah :

1. medan, sumatera utara

2. DKI, Jakarta

3. banten

4. sumatera barat

pada tingkat kabupaten terdapat 4 aerah juga yaitu :

1. kepulauan riau

2. karawang, jawa barat

Page 41: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

31

3. batam

4. tangerang selatan, banten

Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan

Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh satu orang Ketua dan dua orang

Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan

unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsure pengawas

pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari

paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang

berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU No.41/2004).

Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat

dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf

Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat

kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan

keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri.

Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden

untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57,

UU No.41/2004).

B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia

Sementara itu, sesuai dengan UU No. 41/2004 Pasal 49 ayat 1 disebutkan,

BWI mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

Page 42: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

32

1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan

mengembangkan harta benda wakaf.

2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala

nasional dan internasional.

3. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status

harta benda wakaf.

4. Memberhentikan dan mengganti nazhir.

5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.

6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan

kebijakan di bidang perwakafan.

Pada ayat 2 dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam melaksanakan

tugasnya BWI dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun

Daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak lain yang

dianggap perlu. Dalam melaksanakan tugas-tugas itu BWI memperhatikan saran

dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama Indonesia, seperti tercermin dalam

pasal 50. Terkait dengan tugas dalam membina nazhir, BWI melakukan beberapa

langkah strategis, sebagaimana disebutkan dalam PP No.4/2006 pasal 53,

meliputi:

1. Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional Nazhir wakaf baik

perseorangan, organisasi dan badan hukum.

2. Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas,

pengkoordinasian, pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda

wakaf.

Page 43: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

33

3. Penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf.

4. Penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik wakaf benda tidak

bergerak dan/atau benda bergerak.

5. Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan

pengembangan wakaf kepada Nazhir sesuai dengan lingkupnya.

6. Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri

dalam pengembangan dan pemberdayaan wakaf.

C. Visi, Misi, dan Strategi

Tugas-tugas di atas, tentu tak mudah diwujudkan. Jadi, dibutuhkan

profesionalisme, perencanaan yang matang, keseriusan, kerjasama, dan tentu saja

amanah dalam mengemban tanggung jawab Untuk itu, BWI merancang visi dan

misi, serta strategi untuk mengimplementasikanya yaitu sebagai berikut:

1. Visi Badan Wakaf Indonesia

Visi dapat di artikan sebagai “indra penglihatan, kemampuan untuk

melihat sampai pada inti atau pokok dari suatu hal atau persoalan.”1

Adapun Visi dari Badan Wakaf Indonesia adalah “Terwujudnya lembaga

independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan dan integritas

untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional”.

1 WJS. Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta: balai pustaka,

2005), h. 1356.

Page 44: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

34

2. Misi Badan Wakaf Indonesia

Misi adalah “tugas yang dirasakan sebagai kewajiban yang harus

dilakukan demi agama, idiologi, dan sebagainya”2

Sedangkan misi dari Badan Wakaf Indonesia adalah “Menjadikan Badan

Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan potensi

dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan

kepentingan umum”.

Adapun Visi dan Misi dari tingkat provinsi dan kabupaten atau kota sama

dengan BWI pusat karna mereka berpedoman pada BWI pusat hanya saja yang di

provinsi dan kabupaten atau kota hanya menangani di daerah masing-masing dan

mempermuda tugas BWI pusat.

3. Strategi badan wakaf indonesia

Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan Wakaf

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan wakaf Indonesia, baik nasional

maupun internasional.

2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.

3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf.

4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazhir dalam pengelolaan dan

pengembangan harta wakaf.

5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf.

6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf.

2 Peter Salim, et all, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Modern Press,

1991), h. 986

Page 45: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

35

7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.

8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang

berskala nasional dan internasional.

Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, BWI mempunyai 5

divisi, yakni Divisi Pembinaan Nazhir, Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan

Wakaf, Divisi Kelembagaan, Divisi Hubungan Masyarakat, dan Divisi Peneltian

dan Pengembangan Wakaf.

D. Struktur Organisasi

Adapun struktur yang penulis lampirkan hanya struktur Badan Wakaf

Indonesia yang akan di teliti saja yaitu Badan Wakaf Indonesia Pusat priode 2011-

2014 yaitu sebagai berikut:

1. Dewan Pertimbangan

Ketua : Dr. H.M. Anwar Ibrahim

Wakit Ketua : Bahrul Hayat, Ph.D

: Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Anggota : Drs. H. Ahmad Djunaidi, MBA

: Dr. Mulya E. Siregar

: H. Muhammad Abbas Aula, Lc. MHI

2. Badan Pelaksana

Ketua : Prof. DR. KH. Muhammad Tholhah Hasan

Wakit Ketua I : H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D

Page 46: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

36

Wakil Ketua II : Drs. KH. A. Hafizh Utsman

Sekretaris : H. Masyhudi, MM.

Wakil Sekretaris : H.M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D

Bendahara : Prof. Dr. Suparman, MSc

Wakil Bendahara : H.M. Mardini

b. Divisi-divisi

Pembinaan Nazhir :Dr. KH. Maghfur Usman

:Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA

:Dr. H. Jafril Khalil, MCL. Drs. FIIS

Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf : Ir. Suhaji Lestiadi

:Iggi Haruman Ahsien, SE

: Ir. H.M. Khoirul Huda

Hubungan Masyarakat : Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA

: Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS

Kelembagaan : Dr. Wahiduddin Adams, SH. MA

: Drs. Arifin Nurdin, SH

: Mohammad Sholeh Amin, SH

Penelitian dan Pengembangan: Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA

:Dr. Amelia Fauzia,

:H. Abdul Qadir, SH, MA

Page 47: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

37

BENDAHARASEKRETARIS

WAKIL KETUA PELAKSANA

DEWAN PERTIMBANGAN

KETUA :

WAKIL KETUA :

ANGGOTA :

KETUA PELAKSANA

DEPARTEMEN-DEPARTEMEN

Penelitian DanPengembangan

Pengelolaan danPemberdayaan Wakaf

PembinaanNazhir

Kelembagaan KerjasamaLuar Negeri

HubunganMasyarakat

Page 48: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

38

BAB IV

ANALISIS SISTEM PELATIHAN NAZHIR WAKAF

BADAN WAKAF INDONESIA

A. Sistem Pelatihan Nazhir Wakaf Badan Wakaf Indonesia

Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan

sehingga membentuk suatu sistem dimana sistem tersebut terdiri dari

komponen-komponen unsur yang meliputi : input (masukan), procces

(proses), out put (keluaran).

Sistem pelatihan yang digunakan oleh badan wakaf Indonesia pada

pelatihan nazhir ini dengan melakukan pelatihan kepada para nazhir yang

dimana peserta dikumpulkan dari berbagai lembaga atau instansi dan

pengurus wakaf lainnya untuk diberi pelatihan selama tiga hari, agar para

nazhir mengerti tentang teori dan bisa mengaplikasikannya dalam dunia

kerja, memiliki teknik dan wawasan yang luas. Sehingga mereka akan siap

diterjunkan untuk mengubah suatu masyarakat kearah yang lebih baik dan

sadar akan pentingnya wakaf.

1. Input (Masukan)

Input (masukan) dalam pelatihan ini adalah proses dimana segala

macam data atau bahan yang dibutuhkan dikemukakan, kemudian data-data

yang terkumpul mengalami subuah proses untuk dapat menghasilkan Out Put

(keluaran) sistem yang dimaksud. Input terdiri dari, identifikasi kebutuhan

pelatihan, penetapan sasaran pelatihan, dan merancang program pelatihan.

Page 49: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

39

a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Identifikasi kebutuhan dalam pelatihan yang dilakukan oleh Badan

Wakaf Indonesia ini Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk

memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap

dengan masing-masing kadar kemampuan. Melihat kondisi sekarang ini

dengan banyaknya terjadi penyelewengan-penyelewengan dana masyarakat.

Agar hal itu tidak terjadi pada pengelolaan wakaf.

Oleh karena itu, peserta yang ada pada pelatihan nazhir ini harus

dibekali dengan materi-materi pengetahuan seperti : Sharing Pengalaman

tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf, Peraturan Perwakafan di Indonesia, Pola

Hubungan BWI dan Nazhir, Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan

Kesejahteraan Umat, Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi

Syariah dan Akad-Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf, Studi

Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf Produktif, Wakaf Uang:

Pengembangan dan Pengelolaannnya di Indonesia, Penyusunan Laporan

Pengelolaan Wakaf, dan Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan

wakaf. Agar apa yang menjadi tujuan bisa tercapai dan pelatihan ini berjalan

dengan sukses.1

Dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi dalam

kebutuhan pelatihan ini sudah bagus karena sudah memenuhi tiga kebutuhan

yaitu : memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau

1 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 50: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

40

sikap yaitu dengan cara membekali para peserta dengan materi yang

mencakup tiga hal tersebut.

b. Penetapan Sasaran Pelatihan

Penetapan sasaaran termasuk salah satu dari Input (Masukan) karena

Pada dasarnya sikap kegiatan yang terarah tentu harus mempunyai sasaran

yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai dalam melaksanakan kegiatan

tersebut.

Langkah yang diambil oleh penyelenggara wakaf Badan Wakaf

Indonesia adalah dengan menyelenggarakan pelatihan nazhir wakaf ini.

Sasaran dalam pelatihan nazhir wakaf ini yaitu : Para pengurus yayasan, Para

pengurus wakaf Masjid , Para pengurus wakaf Ponpes, Para pengurus wakaf

Universitas, Para pengurus wakaf Perwakilan profinsi, Para pengurus wakaf

Kelurahan, Para pengurus wakaf yang terdapat disekolah-sekolahan, jumlah

semuanya lebih kurang 40 orang, dan Hasil yang ingin dicapai dalam

pelatihan nazhir ini adalah : memenuhi kekurangan pengetahuan,

meningkatkan keterampilan atau sikap.2

Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penepatan

sasaran dalam pelatihan nazhir wakaf ini sudah sesuai dengan targetnya,

karena semua lembaga yang tertulis diatas merupakan lembaga yang

mengurus wakaf, dan mengenai masalah hasilnya penulis berpendapat bahwa

untuk masalah hasil dalam pelatihan ini bisa tercapai karena apa yang

2 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 51: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

41

dibutuhkan bisa didapat dari materi yang akan disampaikan dalam pelatihan

ini.

c. Merancang Program Pelatihan

Merancang program pelatihan adalah salah satu faktor pelatihan

yang dikatagorikan dalam Input karena mendisain atau merencanakan

pelatihan adalah suatu pegangan yang penting dalam rangka pelaksanaan

suatu kegiatan pelatihan dimana dalam rangcangan ditentukan jenis

pelatihannya.

Dalam merancang program pelatihan nazhir wakaf, penyelenggara

wakaf memberikan yang terbaik untuk para pesertanya, salah satunya dengan

menghadirkan tenaga-tenaga pelatih yang professional dan berkualitas. Untuk

kemajuan para peserta baik dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan

atau sikap, dan Panitia pelatihan juga mengatur jadwal pelatihan.3

Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa merancang

program pelatihan yang dilakuan dalam pelatihan ini sangat bagus dilihat dari

segi kebutuhan pelatihan ini karena pelatihan ini di isi oleh pemateri atau

nara sumber yang professional dan berkualitas.

Pelatihan nazhir wakaf ini, juga memiliki beberapa prinsip yang

memang menjadi sandaran kuat untuk pelaksanaan pelatihan nazhir wakaf.

Adapun prinsip-prinsip itu sebagai berikut :

1) Melaksanakan sebagian dari ajaran agama

3 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 52: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

42

2) Melaksanakan kebijakan pemerintah dalam hal keberadaan wakaf atau

nazhir wakaf .

3) Meningkatkan kualitas dan kemampuan karyawan dalam hal ini nazhir

wakaf.4

Agar jelas pelatihan nazhir wakaf ini, para penyelenggara wakaf

memberikan beberapa tujuan dari pelatihan nazhir wakaf ini.

1) Meningkatkan wawasan nazhir tentang perwakafan.

2) Menyosialisasikan kepada nazhir ihwal gerakan wakaf produktif untuk

Kesejahteraan umat.

3) Sharing pendapat dengan para nazhir dalam merumuskan dan menentukan

sistem pengelolaan harta benda wakaf.

4) Menggali pengalaman para nazhir yang sudah cukup berhasil dalam

mengelola dan mengambangkan harta benda wakaf.

5) Meningkatkan kerja sama antara BWI dan Nazhir-nazhir guna

mengembangkan dan memproduktifkan harta benda wakaf.5

2. Process (Proses)

Proses yang dilakukan dalam pelatihan ini adalah di mana segala

macam kegiatan dikelola atau dijalankan sesuai dengan tujuan tertentu. Salah

satu contohnya adalah proses pelatihan, agar suatu proses berjalan dengan

baik, maka perlu adanya trainer (pelatih), peserta, panitia penyelenggara,

4 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. Penelitian dan Pengembangan, Rabu

30 November 2011

5 Wawancara pribadi dengan M. Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November 2011

Page 53: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

43

materi, media baik suatu tulisan maupun lisan, jalannya acara, dan metode

yang digunakan untuk diproses agar sesuai dengan tujuan.

Adapun dalam proses pelatihan, berdasarkan dari pengamatan

penilitian di lapangan, dapat ditemukan bahwa dalam kegiatan pelatihan yang

dilakukan oleh penyelenggara wakaf tidak jauh berbeda dengan pelatihan

atau penataran umumnya.

Menurut data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses

dalam pelatihan ini sudah baik karna mencakup dari semua unsur yang akan

terlibat dalam pelatihan nazhir wakaf ini untuk mencapai tujuan dari

pelatihan ini, dan penjelasan dari unsur dalam proses ini sebagai berikut.

a. Trainer (Pelatih)

Nara sumber atau pelatih adalah orang yang memberikan materi

kepada para peserta pelatihan.

1) Dari wawancara pribadi dengan bapak M. Farurozi, MA. Nara sumber

atau yang menjadi pelatih pada pelatihan ini adalah :

a) pengurus BWI pusat

b) ESQ

c) Dosen dari perguruan tinggi

(1) UNISMA

(2) UMI Makassar

d) Pengurus wakaf kelurahan

Page 54: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

44

e) Nazhir yang berhasil6

Dari wawancara pribadi dengan ibu Nani Almuin, SHI, MA.

Bahwa yang bisa menjadi nara sumber atau pelatih dalam pelatihan ini

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Menguasai dan membidangi masalah zakat / wakaf

b) Memiliki keahlian di bidang syariat islam

c) Menguasai dan mengerti masalah perundang-undangan tentang wakaf

d) Menguasai tentang kebijakan-kebijakan wakaf.7

3) Kehadiran pelatih

Sedangkan kehadiran untuk para pelatih atau nara sumber,

diharuskan juga mengisi daftar hadir sebelum masuk ke ruangan pelatihan

dan memberikan materinya sesuai dengan lembar yang terlampir.8

Dari data hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa nara sumber dalam pelatihan nazir wakaf ini sudah bagus karena

masing-masing nara sumber memiliki keahlian masing-masing sesuai

dengan materi yang akan disampaikan.

b. Peserta

Untuk para pesertanya dalam pelatihan nazhir ini, yaitu mereka yang

memang mempunyai tugas yang tidak lepas dari peran masyarakat sekitar.

Dalam hal ini para pengurus penyelenggara Badan Wakaf Indonesia

mempunyai syarat-syarat untuk jadi peserta pelatihan nazhir wakaf ini

6 Wawancara pribadi dengan Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November 2011

7 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. (Penelitian dan Pengembangan), Rabu 30 November 2011

8 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 55: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

45

Adapun yang dapat menjadi peserta adalah orang yang sudah

memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Calon Peserta

Adapun calon peserta di ambil dari lembaga atau perorangan

yang sudah menjadi pengurus wakaf sebelum dia melakukan pelatihan

dan belum pernah mengikuti pelatihan yang serupa, lembga tersebut

antara lain :

no Nama Lembaga Nama nazhir 1 Yayasan Waqaf Said Na’um Fachmi, S. Ab.2 Masjid Jami’ Al Ma’mur3 PP Aisiyah Dra. Hj. Elo Albugis, Anggota4 Masjid Jami’ Assa’adah HM. Soleh,5 Yayasan Pendidikan dan

Dakwah Islam al-Mutawally Mathla’ul Anwar

Didin Nurul Rosidin,

6 Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam

Yusuf Amin Yahya

7 Yayasan LPI Buntet Pesantren Cirebon

8 Yayasan Badan Wakaf Pondok Modern Assalam Sukabumi

Encep Hadiana. S.Pdi

9 Yayasan Amal Islam Darul Amanah

M. Salmanul Faris, SE.,

10 Yayasan Bina Bhakti Ummat Nurul Hidayah

11 Yayasan Nawa Dinamika Sejahtera

12 Yayasan Darul Qur’an Tebet13 Pon Pes Darul Qolam14 Yayasan Muslimin Pekalongan Drs. Muslih Sufianto,15 Badan Kesejahteraan Masjid

(BKM) Kota SemarangH. Azhar Wibowo, SH.,M.Pdi.,

16 Universitas Wahid Hasyim Semarang

H. Machsun Musyafa, BA.,

17 Masjid Jami’ Lasem Rembang18 Yayasan Pendidikan Islam Syihabuddin Ahmad

Page 56: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

46

19 Buaran Pekalongan Abdul HakimSyafii20 Yayasan Badan Wakaf Sultan

AgungDr. H. Dididek Ahmad Supadie,

21 Yayasan An Nas Kudus Murtadho Ridwan,22 Yayasan Daruss’aadah Imam Sibaweh,23 Yayasan Badan Wakaf UII24 Yayasan Ali Maksum Pondok

Pesantren Krapyak25 Yayasan Universitas Islam

Malang (UNISMA)H. A. Zawawi Muchtar,

26 Yayasan Pondok Modern Darussalam Gontor

Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA.,

27 Yayasan Ponpes Darussalam Gresik

M. Bahrul Ulum,

28 PD Muhammadiyah Blitar Ir. Sunanso, Sekretaris,29 Perwakilan BWI Jatim30 Badan Kenazhiran Masjid al-

Badar Medan31 Nazhir Keizzy Dalfi Zaid ST.,32 Yayasan Mitra Umat Drs. H. Mustamim Husein,

33 Pengurus Cabang NU Kab. Barito

H. Ahmad Gozali, S.Pd.I,

34 Perwakilan BWI Kaltim H. Hhairi Abu Syairi, Lc, MA.,35 Yayasan Badan Wakaf

Universitas Muslim Indonesia (UMI)

H.M. Mukhtar Noerjaya,

36 Yayasan Perguruan Tinggi al-Ghazali Makasar

Prof. Dr. H. Abd Rahman Idrus,

37 Yayasan Wakaf Kota Bau-bau Drs. Mustafa Rauf.M.Pd,38 Nazhir Kelurahan Loloan Timur,

Jl. Gunung Agung no. 135Jembrana Bali

39 Yayasan Wakaf Al-A’raf H. Naming Arjani,40 Pon Pes Al Ikhlas Tual H. Ali Rahayaan SH.

Dari data di atas terlihat bahwa calon peserta diambil dari yayasan yang

berjumlah 25 yayasan, dari pon pes sebanyak 2 ponpes, dari universitas berjumlah

Page 57: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

47

satu, dari masjid berjumlah 5, dari tingkat profinsi ada 2, dari kelurahan ada 1,

dari ormas ada 2, dari Nazhir Keizzy Dalfi, dan dari PP Aisiyah9

2) Pendaftaran Peserta

Peserta yang mengikuti pelatihan ini, diharuskan mendaftar

terlebih dahulu sebelum mengikuti pelatihan ini, dengan waktu

pendaftaran 1 minggu sesudah surat undangan sampai dan paling lambat

formulir pendaftaran dikembalikan pada hari pertama sebelum pelatihan

dimulai.10

3) Kehadiran Peserta

Adapun kehadiran peserta, dilakukan sebagai berikut :

a) Peserta hadir paling lambat 5 menit sebelum pelatihan dimulai

b) Peserta harus mengisi daftar hadir setiap hari dalam melaksanakan

pelatihan.

c) Bagi peserta yang berhalangan hadir, agar menyiapkan seseorang

untuk menggantikannya, terutama apabila peserta yang ditunjuk

untuk mengikuti pelatihan ini berasal dari instansi pemerintah.11

4) Persaratan Peserta

a) Memiliki pendidikan umum, minimal sekolah lanjutan atas dan

sebaiknya lulus D3 dan S1

b) Mempunyai pendiidkan agama setingkat aliyah

c) Usia minimal 20 tahun dan maksimal 50 tahun

9 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia10 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia11 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 58: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

48

d) Setiap pelatihan / penataran sebanyak 15-50 peserta

e) Bekerja pada instansi pemerintah, ormas islam, BUMN dan lembaga

pengelola wakaf

f) Ditugaskan oleh pemimpin unit kerjanya.

g) Belum perna mengikuti diklat yang sejenis12

Jumlah peserta seluruhnya 40 orang, semuanya terdiri dari laki-

laki.

Dari data hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa peserta dalam pelatihan nazir wakaf ini sudah bagus karena peserta

dalam pelatihan ini sudah dibekali pengetahuan tentang pengelolaan

wakaf dari lembaganya masing-masing sebelum peserta mengikuti

pelatihan ini.

c. Panitia Penyelenggara

panitia penyelenggara dalam pelatihan nazhir wakaf ini adalah orang

atau kelompok dari semua devisi yang ada di Badan Wakaf Indonesia dan

mengurus kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan berpedoman pada

tujuan awal dari kegiatan pelatihan tersebut.

Unsur-unsur kepanitiaan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan

acara ini terdiri dari:

1) Ketua

2) Sekertaris

3) Bendahara

12 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. (Penelitian dan Pengembangan),

Rabu 30 November 2011

Page 59: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

49

4) Bagian akademis

5) Bagian sarana prasarana

6) Bagian kesekretariatan

Adapun untuk tugas kepanitiaan acara adalah sebgai berikut :

a) Ketua sebagai penanggung jawab pelaksanaan pelatihan yaitu :

(1) Memimpin keseluruhan proses kegiatan pelatihan/penataran

baik mulai persiapan, pengendalian, dan evaluasi serta

pelaporan

(2) Memberikan bimbingan teknis administrative dan manajerial

guna kelancara pelaksanaan tugas kepanitiaan.

(3) Sekertaris bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis

administrasi meliputi :

(4) Menyiapkan konsep surat-surat kepanitiaan

(5) Mengirim undangan

(6) Mengurus perijinan/pemberitahuan

(7) Mengurus pendaftaran peserta

(8) Mengadakan bahan penataran dan mendistribusikan

(9) Menyiapkan tanda pengenal panitia dan peserta

(10) Menyiapkan perlengkapan dan peralatan kelatihan/penataran

(11) Menyusun laporan pelatihan/penataran

b) Bendahara bertanggung jawab mencatat dan membukukan

penerimaan dan pengeluaran uang meliputi :

(1) Menyusun rencana dan penggunaan anggaran

Page 60: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

50

(2) Menguapkan dan menyimpan uang

(3) Melakukan pembayaran dengan persetujuan ketua

(4) Mengatur akomodasi dan konsumsi

(5) Menyusun laporan keuangan

c) Bagian akademis / pengejaran bertanggunga jawab atas proses

belajar mengajar meliputi :

(1) Menyusun jadwal pelajaran

(2) Menghubungi dosen/pengejar

(3) Meminta diklat/bahan/materi pelajaran

(4) Memimpin pelatihan sehari-hari

(5) Membuat laporan harian, mingguan pelatihan

(6) Menyiapkan daftar hadir peserta dan dosen

(7) Menyelenggarakan peninjauan lapangan, diskusi, seminar

(8) Menyelenggarakan ujian

(9) Menyelenggarakan evaluasi

d) Bagian sarana bertugas antara lain :

(1) Menyiapkan asrama

(2) Menyiapkan tempat pelatihan

(3) Menyiapkan dan mengawasi konsumsi

(4) Menetapkan tempat panitia, peserta, dan nara sumber

e) Staff/ secretariat melaksanakan tugas sebagai berikut :

(1) Melakukan pengetikan, pengedaan, pencatatan, pengiriman,

dan tugas lain yang diberikan pimpinan

Page 61: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

51

(2) Mengatur dan memelihara seluruh barang sekertariat berupa

alat tulis kantor, mengarsipkan surat, naskah serta alat

pelajaran.

(3) Menghimpun bahan-bahan laporan

(4) Membantu bidang pengajaran, sekertaris dan bidang keuangan

dalam melaksanakan tugasnya.

Adanya susunan kepanitiaan pasti tidak lepas dari sistem pertanggung

jawaban, pertanggung jawaban dari pelatihan ini adalah sebagai berikut :

1) Surat pertanggung jawaban (LPJ) keuangan penyelenggaran pelatihan

menjadi tanggung jawab paniia penyelenggara.

2) Surat pertanggung jawaban harus meperhatikan pajak-pajak yang berlaku

3) Surat pertanggung jawaban dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku dengan

menggunakan formulir yang sudah ditetapkan

4) SPJ harus disampaikan biysanya paling lambat 6 (enam) hari setelah

selesainya penyelenggaran pelatihan.

2) Panitia penyelenggaraan pelatihan nazhir wakaf Badan Wakaf

Indonesia bernama devisi pengembangan nazhir, menyeleksi baik para

pelatih yang sesuai dengan bidangnya, diantara mereka berasal dari

pengurus BWI pusat, ESQ, Dosen dari perguruan tinggi, Pengurus

wakaf kelurahan dan nazhir yang sukses dalam pengembangan dan

penyelenggaraan wakaf.13

13 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 62: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

52

Dari data yang didapat dari hasil penelitian maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kepanitiaan dalam pelatihan ini sudah bagus karena

mencakup semua yang dibutuhkan dalam pelatihan ini.

d. Materi

Materi dalam pelatihan nazhir wakaf ini merupakan isi dari pelatihan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi dalam pelaksanaan

pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan praktis dilapangan yang terdiri dari

pemahaman teoritis dan pemahaman dilapangan atau stadi kasus yaitu

sebagai berikut :

1) Sharing Pengalaman tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf

2) Peraturan Perwakafan di Indonesia,

3) Pola Hubungan BWI dan Nazhir,

4) Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Umat ,

5) Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi Syariah dan Akad-

Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf,

6) Studi Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf Produktif,

7) Wakaf Uang: Pengembangan dan Pengelolaannnya di Indonesia,

8) Penyusunan Laporan Pengelolaan Wakaf,

9) Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan wakaf.14

Dari hasil wawan cara pribadi dengan bapak Farurozi, MA maka

dapat diambil kesimpulan bahwa materi yang disampaikan sudah sesuai

14 Wawancara pribadi dengan Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November

2011

Page 63: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

53

denga tujuan karena mencakup masalah teori dan stadi kasus serta sharing

dengan para nazhir yang sudah berhasil.

e. Media

dari hasil wawancara pribadi dengan ibu Nani Almuin, SHI, MA.

Bahwa media yang digunakan dalam pelartihan nazhir wakaf meliputi :

1) lisan, dalam bentuk penyampaian materi, diskusi

2) tulisan dalam bentuk ringkasan materi, buku, ataupun bulletin

3) seni dan budaya, karikatur, dan gambar

4) audio visual infokus, computer, leptop, mic, cd, dan lain-lain.15

Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media yang

digunakan dalam pelatihan ini sudah sesuai dengan apa yang menjadi

kebutuhan dalam pelatihan ini karena sudah mencakup semua aspek yang

dibutuhkan pelatihan pada umumnya.

f. Metode

Metode merupakan bagian dari pada sistem maka dari itu metode

yang tidak bedah jauh dengan sistem yang digunakan. Secara umum

penyampaian materi pelatihan ditunjukan terhadap orang dewasa, oleh karena

itu digunakan pendekatan andragogi, dalam pendekatan andragogi peserta

dipacu untuk berpartisipasi secara aktif, saling asah, asih dan asuh Antara

peserta dan pengejar. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka dalam proses

15 Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. (Penelitian dan Pengembangan),

rabu 30 November 2011

Page 64: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

54

belajar mengajarkan muda terlaksana, namun secara garis besarnya metode

pelatihan ini meliputi :

1) Metode Ceramah, yaitu nara sumber menyampaikan materi dengan

ceramah maksimal 2/3 dari waktu yang disediakan. Naskah diberikan

terlebih dahulu, untuk dapat digandakan dan diberikan kepada peserta.

Naskah / materi tersebut disesuaikan dengan kurikulum dan silabis yang

telah ditentukan oleh panitia.

2) Tanya Jawab, yaitu peserta melakukan Tanya jawab kepada nara

sumber berkaitan dengan materi yang telah diberikan, diusahakan agar

seluruh peserta mendapat kesempatan bertanya, waktunya diusahakan

minimum 1/3 dari waktu

3) Diskusi, secara khusus diselenggarakan untuk menampung pikiran yang

tumbuh dari kalangan peserta. Peserta dipacu untuk membahas topik

tertentu secara bersama, dengan sasaran mengembangkan kemampuan

mengidentifikasi dan menganalisa masalah, tukar menukar informasi dan

memperkaya gagasan.

4) Studi Kasus, yaitu mempelajari kasus-kasus pelaksanaan pengelolaan

wakaf diberbagai tempat yang telah ditentukan, untuk didalami dan

dipahami serta dicarikan solusi penyelesaian masalah tersebut.16

Dari data di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode

yang digunakan dalam pelatihan nazhir ini sudah bagus karena ada unsur

pemindahan atau pembagian pengetahuan dari nara sumber kepada para

16 Wawancara pribadi dengan Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November

2011

Page 65: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

55

pesertanya lalu para peserta mendiskusikan dan dan mempelajari kasus-

kasus yang sedang dihadapi untuk dicari solusinya bersama.

g. Jalannya Pelatihan

1) Acara pembukaan

Sebelum pelatihan dimulai, yang pertama diadakan acara pembukaan.

Pelatihan ini dibuka oleh salah satu panitia penyelenggara, gunanya agar

resminya pelatihan nazhir wakaf ini.

2) Jadwal pelatihan atau kegiatan yang akan dilalui oleh para peserta

Adapun jadwal pelatihan ini sebagai berikut :

a) Pelatihan diadakan selama 2 hari termasuk acara pembukaan dan

penutupan.17

b) Jumlah pembelajaran dalam satu hari adalah 11 jam pelajaran yang

masing-masingnya tergantung kepada pentingnya materi yang akan di

ajarkan dan pemaparan waktu pembelajaran sebagai berikut :

(1) 09.00 -10.00

(2) 10.00-011.00

(3) 11.00 -13.00 ISHOMA

(4) 13.00-14.00

(5) 14.00-15.00

(6) 15.00 -16.00 Shalat Ashar

17 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 66: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

56

(7) 16.00-17.00

(8) 17.00-18.00

(9) 18.00 -19.30 ISHOMA

(10)19.30-20.30

(11)20.30-21.3018

c) Selama pelatihan peserta menerima materi sekitar 25 jam pelajaran

termasuk 3 jam untuk ujian.

3) Materi dalam kegiatan

a) Sharing Pengalaman tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf

b) Peraturan Perwakafan di Indonesia,

c) Pola Hubungan BWI dan Nazhir,

d) Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Umat ,

e) Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi Syariah dan

Akad-Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf,

f) Studi Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf Produktif,

g) Wakaf Uang: Pengembangan dan Pengelolaannnya di Indonesia,

h) Penyusunan Laporan Pengelolaan Wakaf,

i) Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan wakaf

4) Kegiatan-kegiatan lainnya

Kegiatan lain pada pelatihan ini tidak ada, karena terbentur waktu

yang begitu padat pada peltihan ini, maka peserta yang mengikuti

pelatihan ini benar-bener fokus dan tetap konsentrasi penuh pada

18 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 67: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

57

pelatihan saja, khususnya pada saat pemberian materi dan arahan-arahan

tentang nazhir wakaf.

5) pengawasan

Pengawasan adalah dimana para peserta diawasi oleh panitia

penyelenggara, yaitu bagaimana dalam pelatihan peserta mengikuti

segala macam pembelajaran yang diberikan oleh para pelatih, atau nara

sumber. Pengewasan juga dilakukan dengan melalui peninjauan

lapangan, yaitu peninjauan pelaksanaan dilapangan yang dilakukan

peserta setelah aktif kembali ditempat tugasnya. Pembinaan wawasan

prorpektif serta kualitas pengelolaan wakaf diharapkan dapat ditemukan

pola dan generalisasi masalah yang berkaitan dengan pengelolaan dan

pemberdayaan wakaf dilapangan19

6) Acara penutupan

Jadwal ini terus menerus dilaksanakan oleh para peserta selama

mereka mengikuti pelatihan nazhir wakaf dengan waktu yang telah

ditetapkan.

Dari data di atas penulis melihat bahwa langkah-langkah dalam

pelatihan nazhir wakaf ini sangat bagus, karena pelatihan ini memiliki

konsep yang sangat jelas dan bermutu. Pelatihan ini harus tetap diadakan

karena sangat membantu pengelolaan wakaf khususnya bagi para nazhir.

19 Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Page 68: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

58

Agar para nazhir wakaf dapat menjadi seorang nazhir yang professional

dan dapat mengelola dana wakaf dengan baik.

3. Output (keluaran) atau hasil pelatihan

Out put (keluaran) adalah hasil dari input dan proses yang telah

dilakukan apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya sebuah

system. Dari keluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback) dan

dapat dijadikan sebagai evaluasi mendatang yang merupakan dari input

selanjutnya, dan dalam Out Put ini terdapat evaluasi.

Evalusi pelatihan merupakan alat ukur atas pelaksanaan pelatihan

bagaimana hasil pelatihan yang telah dicapai dengan cara membandingkan

sebelum dan sesudah pelatihan itu dilaksanakan, apabila kinerja meningkat,

kekeliruan dalam bekerja berkurang, bertanggung jawab dan disiplin lebih

baik maka keadaan tersebut merupakan indikasi bahwa pelatihan telah dapat

meningkatkan keterampilan atau kemampuan dari peserta pelatihan.

Evaluasi dalam pelatihan ini hanya dilakukan langsung pada waktu

proses kegiatan pembelajaran berlangsung . Misalnya ketika pelatih atau nara

sumber terlalu cepat dalam menyampaikan materi, peserta mengejukan

tangan lalu memberikan keluhan yang dirasakan. Sehingga untuk materi

pelatihan selanjutnya nara sumber tidak terlalu cepat dalam menyampaikan

materinya.

Setelah peserta mengikuti pelatihan nazhir wakaf, mereka mampu

mengelola dana wakaf dengan baik, dan memberikan arahan tentang wakaf

kepada masyarakat disekitar mereka.

Page 69: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

59

Evaluasi pelatihan ini dilakukan langsung kepada kegiatan yang akan

dilaksanakan. Maksudnya ketika ada kesalahan atau ada yang kurang dalam

pemyampaian materi yang disampaikan langsung dievaluasi. Adanya

evaluasi dapat membantu para panitia pelatihan nazhir wakaf dalam

meningkatkan mutu peserta, sehingga ajaran berikutnya dapat lebih baik dan

lebih maju.

Evaluasi adalah suatu profesi para pelatih untuk mengukur dan

mengetahui tingkat keberhasilan proses dan hasil pelatihan yang

dilaksanakan. Evaluasi dapat dilakukan pada saat kegiatan pelatihan

berlangsung, di samping penilaian hasil yang dilakukan pada akhir kegiatan

pelatihan ini

Evaluasi merupakan aspek penilaian yang kompleks, karena

melibatkan latar belakang dan hubungan serta variabel lain yang mempunyai

hubungan dengan materi yang diberikan. Tidak ada pelatihan tanpa penilaian,

karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil pelatihan, dan

proses untuk meningkatkan tingkat pencapaian tujuan pelatihan oleh peserta-

peserta, pelatihan, dan juga para panitia dari pelatihan ini

Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh para pelatih, namun dapat

dilakukan oleh siapa saja dalam sebuah organisasi ataupun lembaga. Baik

dalam pelatihan, penataran, ataupun pendidikan dan lainnya.

Evaluasi pada pelatihan nazhir wakaf ini juga ada bebrapa tahap yaitu :

1) Diakhir pelatihan diadakan evaluasi keberhasilan yang telah menerima

materi pelatihan

Page 70: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

60

2) Evaluasi diadakan oleh panitia, bagian pengajaran yaitu :

a) Diadakan ujian pada akhir pelatihan

b) Pertanyaan disusun dari materi yang disampaikan oleh nara sumber

c) Penyususnan pertanyaan ditekankan pada masalah teknis yang paling

urgen dalam aplikasi sehari-hari peserta, sehingga materi tersebut

menjadi perhatiaan untuk dipahami dan dilaksanakan. Soal dapat

berupa multiple choice atau essay.

3) Evaluasi dan kelulusan peserta meliputi :

a) Aspek penilaian

Penilaian terhadap peserta meliputi 2 komponen yaitu :

(1) Penguasaan meteri dengan bobot 60%

(a) Ujian 60%

(b) Kertas kerja, diskusi dan seminar 40%

(2) Sikap dan prilaku dengan bobot 40%

(a) Disiplin 40%

(b) Kepemimpinan 30%

(c) Kerjasama 20%

(d) prakarsa 10%

jumlah = 100%

b) Kelulusan

Page 71: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

61

(1) peserta dinyatakan lulus apabila telah selasai mengikuti program

secara keseluruhan dan memperoleh nilai rata-rata akhir minimal

70

(2) peserta dinyatakan gugur apabila presentase ketidak hadirannya

mencapai 25% dari seluruh program

c) kriteria nilai kelulusan

(1) lulus dengan pujian : 90-100

(2) sangat memuaskan :85-89,99

(3) baik sekali :75-79,99

(4) baik :70-74,99

d) tanda lulus / sertifikat

Peserta yang dinyatakan lulus diberikan Surat Tanda Tamat

Pelatihan / Penataran (STTPP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Evaluasi perlu dilakukan oleh panitia sebagai mediator bersama-

sama mengurus badan/lembaga wakaf setempat. Evaluasi demikian akan

menambah dan memperdalam pengalaman anggota-anggotanya

kepengurusan wakaf. Melelui evaluasi ini akan dapat diketahui apa yang

harus diperbaiki dan diperhatikan dalam kegiatan pengorganisasian wakaf

pada masa selanjurnya. Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengamati

atau mengevaluasi kinerja badan/lembaga wakaf tersebut secara

berkesinambungan terutama tahap-tahap awal pembentukan dan

operasional badan/lembaga zakat dimaksud, untuk triwulan atau tengah

tahunan atau tahunan.

Page 72: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

62

Evaluasi ini memiliki beberapa criteria yaitu :

1) Jumlah kelulusan

Seperti yang telah dibahas dan dijelaskan pada evaluasi, kelulusan

peserta dapat dilihat dari aspek nilainya, yaitu setiap peserta masing-masing

mempunyai bobot agar dapat lulus dari pelatihan nazhir wakaf ini. Jumlah

kelulusan peserta pada pelatihan ini dapat dikatakan baik dan berhasil karena

dari jumlah peserta yang mengikuti pelatihan ini, yaitu 15 orang peserta dapat

dilihat :

a) 20 peserta mendapatkan nilai : 85-89,99 dan 99 dengan keterangan

sangat memuaskan dan lulus dengan pujian

b) 10 peserta mendapatkan nilai : 80-84,99 dengan keterangan memuaskan,

dan

c) 10 peserta lainnya mendapatkan nilai : 75-79,99 dengan keterangan baik

sekali.

2) Kualitas kelulusan

Kualitas kelulusan peserta pada pelatihan amil zakat ini sangat bagus,

karena yang seperti peneliti ketahui dapat dilihat dari proses pelatihan ini

yang mempunyai tujuan untuk menciptakan amil-amil yang jujur, dan

professional.

3) Keterampilan atau ilmu yang dimiliki peserta

Sebelum mengikuti pelatihan ini, sebagian dari peserta sudah

mempunyai kemampuan sesuai dengan bidang dan pekerjaan mereka masing-

masing. Rata-rata peserta yang mengikuti pelatihan nazhir wakaf ini telah

Page 73: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

63

dibekali dengan pemahaman yang cukup luas terutama mengenai wakaf, dan

pengelolaannya. Di mana mereka harus menguasai dan memahami tentang

wakaf walaupun tidak banyak.

Para peserta yang telah menyelesaikan pelatihan nazhir wakaf ini,

akan diberikan arahan dan tugas yaitu, bagaimana mengelola dana wakaf dan

bagaimana menjadi seorang nazhir yang amanah, jujur, dan professional

dimata masyarakat.

Dari penelitian yang telah penulis laksanakan, penulis melihat bahwa

unsure-unsur sistem pelatihan pada pelatihan ini sangat bagus karena para

peserta pelatihan amil zakat bener-bener diberikan materi yang bagus yang

dapat menambah wawasan dan pengembangan intelektual mereka, untuk

suksesnya dalam melaksanakan tugas di lapangan nantinya.

B. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan nazhir wakaf

Badan Wakaf Indonesia

Dari uraian di atas, tampak bahwa factor pendukung dari acara ini

adalah dari segi peseta, Tersedianya tempat pelatihan, dan dari segi

kepanitiaan. Menurut hemat penulis, faktor tersebut bisa menjadi modal

karena dengan begitu pelatihan bisa berjalan dengan lancer walaupun ada

sedikit Kendal tapi masi bisa di atasi oleh para panitia penyelenggara.

Adapun uraian dari faktor pendukung sebagai berikut :

Page 74: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

64

1. Factor Pendukung

a. Dari Segi Peserta

Peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah peserta yang

memang sudah dipilih dari masing-masing lembaga, baik lembaga

pemerintahan maupun lembaga yang erat kaitannya dengan

masyarakat banyak.

b. Tersedianya Tempat Pelatihan

Tempat adalah suatu sarana agar pelatihan nazhir wakaf ini

dapat berlangsung dan dilaksanakan yaitu sebagai berikut :

1) Gedung yaitu pelatihan diadakan ditempat yang representatif

(memenuhi syarat untuk proses belajar mengajar) seperti

suasana ruang siding yang ber-AC / nyaman, sehingga peserta

dapat berkonsentrasi penuh dalam menerima pelajaran.

2) Tersedianya fasilitas belajar mengajar seperti : infokus, white

board, OHP, wairless, transparasi, laptop, sound system, meja,

kursi, dan lain-lain.

3) Diupayakan wilayah tenang dari suara hiruk pikuk kendaraan

sehingga tidak mengganggu peserta dalam belajar

4) Tersedia rungan diskusi kelompok

5) Untuk memudahkan peserta dan nara sumber berkomunikasi,

diupayakan ruang belajar mengajar berbentuk leter U.

Page 75: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

65

c. Segi Kepanitiaan

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, setelah

menghadiri lembaga Badan Wakaf indonesiadan untuk meneliti dan

wawancara , kepanitiaannya sangat bagus dan tersusun rapi, walau

masih ada sedikit yang tidak teratur, namun semua itu dapat berjalan

dengan baik dan lancar. Dan semua itu memiliki laporan

pertanggung jawabannya.

2. Faktor Penghambat

a. Dari Segi Dana

Dari uraian di atas, tampak bahwa salah satu penghambat

dari acara ini adalah pembiyayaan/dana. Menurut hemat penulis,

pembiyayaan dalam penyelenggaraan pelatihan ini sangat penting,

karena menyangkut keuangan dan pertanggung jawabannya. Untuk

itu diharapkan panitia/ penyelenggara rapat kordinasi untuk

mengatasi masalah ini. Sedangkan dana untuk anggaran ini berasal

dari biyaya pendaftaran peserta yang dana di dapat dari waktu pas

peserta mendaftar untuk mengikuti pelatihan sedangkan dana

diperlukan jauh sebelum acara pelatihan dimulai.

Untuk lebih jelanya dapat diterangkan sebagai berikut :

1) Masalah dana dan komponennya

Page 76: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

66

a) Pembiyayaan kegiatan pelatihan hanya bersumber dari

pendaftaran peserta yang tentunya akan menjadi

penghambat dalam kegiatan ini.

b) Komponen pembiyayaan terdiri dari :

2) Honorium untuk :

(a) Pengejar / narasumber

(b) Panitia / penyelenggara (pusat / daerah)

(c) Penyusunan paper

(d) Pemeriksa ujian

3) Akomodasi dan konsumsi untuk :

(a) Peserta

(b) Panitia / penyelenggara

(c) Sewa ruang sidang / belajar

4) Biyaya trasportasi terdiri dari :

(a) Panitia / penyelenggara

(b) Trasportasi local (penyelenggara).

(c) Pengajar / nara sumber

(d) Penjemputan pengajar

5) Bahan- bahan terdiri dari :

(a) Pengedaan buku diklat

(b) Peralatan / alat tulis untuk peserta

(c) Percetakan tanda pengenal

6) Lain-lain, misalnya :

Page 77: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

67

(a) Publikasi (spanduk, dokumentasi, penyiaran mass media,

telavisi, dan dekorasi).

(b) Pengobatan

(c) Kawat, foto copy, dan lain-lain.

Tepi masalah dalam segi dana ini tidak menyurutkan rasa

semangat dariputan para panitia sehingga masalah dana dapat di

atasi dengan adanya dana awal untuk melakukan pelatihan ini dan

dana selanjutnya disambung dana dari pembiyayan peserta

b. Penjemputan Nara Sumber dan Penyusunan Jadwal Pelatihan

Pada dasarnya mengenai para pelatih, nara sumber, atau staff

pengajar tidak terdapat masalah, hanya saja panitia harus

memerlukan waktu yang jauh untuk menghadirkan seorang pelatih

agar dapat menjadi nara sumber dalam pelatihan nazhir wakaf ini.

Tidak hanya itu saja terkadang masalah waktu yang sudah disetujui

dengan perjangjian atau undangan pemberitahuan, mereka sering

membatalkan dari jadwal yang sudah diatur, dengan alasan sibuk,

dan minta ditukar dengan hari lain atau jadwal dan jamnya

dimajukan. Alhasil panitia menjadi pusing karena semuanya harus

diatur ulang.

Melihat faktor pendukung dan penghambat yang penulis

jelaskan, tampak bahwa pelatihan ini masih harus ditingkatkan lagi

keakuran atau kepastian waktu bagi kehadiran nara sumber atau

pelatih. Agar jadwal yang telah disusun rapi tidak berantakan karena

Page 78: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

68

adanya unsur dari nara sumber untuk mengubah jadwal yang sudah

tersusun.

Page 79: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil pembahasan skripsi di atas maka penulis mencoba memberikan

kesimpulan bahwa sisitem pelatihan nazhir wakaf Badan Wakaf Indonesia

yaitu, sistem pelatihan memberikan konsep yang jelas dan terarah, dimana

unsur-unsur sistem dan unsur-unsur pelatihan sangat bagus. Hal tersebut

dapat dilihat dari sudah diterapkannya unsur-unsur sistem pelatihan.

a. Dari segi Input (Masukan)

Input (Masukan) adalah proses dimana segala macam data atau bahan

yang dibutuhkan dikemukakan, yang merupakan implementasi dari input

adalah sebagai berikut : Identifikasi Kebutuhan Pelatihan, Penetapan Sasaran

Pelatihan, Merancang Program Pelatihan

b. Dari segi Procces (Proses)

Proses adalah di mana segala macam kegiatan dikelola atau dijalankan

sesuai dengan tujuan tertentu. Salah satu contohnya adalah proses pelatihan,

agar suatu proses berjalan dengan baik, maka perlu adanya suatu media baik

suatu tulisan maupun lisan, ataupun metode yang digunakan untuk diproses

agar sesuai dengan tujuan.

Page 80: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

70

Adapun untuk proses dalam pelatihan ini terdiri dari : Trainer

(Pelatih), Peserta, Panitia Penyelenggara, materi, media, Metode, Jalannya

Pelatihan

c. Dari segi Out put (Keluaran)

Out put (Keluaran) adalah hasil dari input dan proses yang telah

dilakukan apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya sebuah

sistem. Dari keluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback) dan

dapat dijadikan sebagai evaluasi mendatang yang merupakan dari input

selanjutnya, dan yang menjadi Out Put dalam pelatihan ini adalah Evaluasi.

Adapun kegiatan evaluasinya adalah sebagai berikut : Jumlah

kelulusan peserta, Kualitas kelulusan peserta, Keterampilan / ilmu yang

dimiliki peserta

2. Faktor pendukung dan penghambat pada pelatihan ini

a. Dari faktor Pendukung pelatihan ini adalah :

1) Dari segi peserta

2) Tersedianya tempat pelatihan

3) Segi kepanitiaan

b. Dari faktor Penghambat pelatihan ini adalah :

1) Dari segi dana

2) Penjemputan nara sumber dan penyusunan jadwal pelatihan

Page 81: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

71

B. Saran-saran

Berdasarkan uraian-uraian bab sebelumnya dan temuan data, maka penulis

menyarankan kepada Badan Wakaf Indonesia terutama kepada kepala devisi

pengembangn nazhir agar :

1. Materi yang disampaikan bagus, akan tetapi kalau lebih baik jangan

terlalu sulit dan banyak karena terkadang selingan waktu untuk materi

yang berikutnya hanya sebantar saja, bahkan tidak ada.

2. Kegiatan yang dilaksanakan Badan Wakaf Indonesia sangat bagus, dan

agar dipertahankan pelatihan nazhir wakaf ini secara sempurna dan lebih

baik lagi.

3. Mengadakan kerja sama lebih baik lagi kepada badan wakaf dari daerah

dan lembaga-lembaga pengelola wakaf lainnya misalnya saja seperti

denagn, badan wakaf daerah yang ada di seluruh Indonesia, Tabung

Wakaf Indonesia dan dengan badan atau lembaga lainnya yang mengelola

wakaf.

4. Meningkatkan sosialisasi agar masyarakat seluruh Indonesia mengerti

tentang wakaf.

Page 82: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

72

5. Hurus mencari dana tambahan karena dana adalah salah satu faktor yang

mendung untuk mengadakan pelatin, yaitu dengan mencari sumber selain

dari pendaftaran peserta.

Page 83: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

73

DAFTAR PUSTAKA

A, Muis. Komunikasi Islam. Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001.

Arsip Pengembangan Nazhir Badan Wakaf Indonesia

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : logos, 1997.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1998.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Direktorat Jenderal Bingbingan Masyarakat Islam Depertemen Agama RI 2008.

Djunaidi, Achmad dan Thobieb. Al-asyar Menuju Era Wkaf produktif sebuah karya progresif untuk mensejahtrakan umat. cet ke-3,tahun 2006, terbitan mitra abadi press.

Fathoni, Abdurahmat. organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.

Hamalik, Oemar. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005.

Kumorotomo, Wahyudi dan M, Subando Agus. System Informasi Manajemen. Yogyakarta : UGM Press, 2001.

Leod, Raymond MC. System Informasi Manajemen. Jakarta: PT Perahalindo,1996.

M, Amin Tatang. Pokok-pokok Teori System. Jakarta : PT. raja grafindo persada, 2001.

M, Manulang. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Gajah Mada University, 2004.

Mardalis. Method Penelitian Pendekatan proposal. Jakarta : Bumi Aksara. 1999.

Mathis, Robert L and Jackson, John H. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta : salemba empat, 2004.

Moleong, Lexis J. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT.Remaja, 1997.

Page 84: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

74

Notatmojo, Soekidjo. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rieneka Cipta 2004.

Poerwadarmita,WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: balai pustaka, 2005.

QaL’ah, Rawwas Muhammad. Dkk. Mu’jam Lughoh al-Fuqoha’. Dar al-Nafa’is, Beirut, 1988.

Salim, Peter, et all. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern Press, 1991.

Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara,1994.

Sopiansyah, dan Subiakto, Aang. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Uchjana, Onong. System Informasi Manajemen. Bandung : CV. Mandar Maju,1996.

Usman, Suparman. Hukum Perwkafan di Indonesia. Serang : Darul Ulum Press,1994.

Wawancara pribadi dengan M. Farurozi, MA. (Pengembangan Nazhir), Senen 28 November 2011

Wawancara pribadi dengan Nani Almuin, SHI, MA. Penelitian dan Pengembangan, Rabu 30 November 2011

Page 85: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

HASIL WAWANCARA

NAMA : M. Fahrurozi, MA

JABATAN : Staf Devisi Pengembangan Nazhir

1. S. Apa tujuan dari pelatihan nazhir wakaf

J. Adapun tujuan dari pelatihan nazhir wakaf ini adalah sebagai

berikut

1. Meningkatkan wawasan nazhir tentang perwakafan.

2. Menyosialisasikan kepada nazhir ihwal gerakan wakaf

produktif untuk Kesejahteraan umat.

3. Sharing pendapat dengan para nazhir dalam merumuskan

dan menentukan sistem pengelolaan harta benda wakaf.

4. Menggali pengalaman para nazhir yang sudah cukup

berhasil dalam mengelola dan mengambangkan harta benda

wakaf.

5. Meningkatkan kerja sama antara BWI dan Nazhir-nazhir

guna mengembangkan dan memproduktifkan harta benda

wakaf.

Page 86: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. S. Bagaimana sistem pelatihan nazhir wakaf yang digunakan pada

Badan

Wakaf ini

J. Adapun sistem yang digunakan badan wakaf Indonesia sebagai

berikut :

a. Menggunakan Sistem Ceramah

Yaitu narasumber menyampaikan materi dengan ceramah

maksimum 2/3 dari waktu yang disediakan. Naskah diberikan

terlebih dahulu, untuk dapat digandakan dan diberikan kepada

peserta

b. Menggunakan sistem Tanya jawab

Yaitu para peserta melakukan Tanya jawab kepada

nara sumber berkaitan dengan materi yang telah diberikan

c. Menggunakan sistem Sharing

yaitu para peserta yang berhasil di lembaganya

mereka dipersilahkan untuk berbicara atau mengasi masukan-

masukan kepada para peserta yang belum berhasil atau masih

baru agar para nazhir yang belum berhasil dan masih baru

mengikuti masukan-masukan dari para peserta yang sudah

berhasil

3. S. Apa saja materi pada pelatihan nazhir wakaf ini

J. Adapun materi pada pelatihan ini adalah sebagai berikut

Page 87: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

a. Sharing Pengalaman tentang aplikasi Pengelolaan Wakaf

b. Peraturan Perwakafan di Indonesia,

c. Pola Hubungan BWI dan Nazhir,

d. Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

Umat ,

e. Wakaf sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi Syariah

dan Akad-Akad Syariah untuk Pengembangan Wakaf,

f. Studi Kelayakan dan Manajemen Investasi Harta Wakaf

Produktif,

g. Wakaf Uang: Pengembangan dan Pengelolaannnya di

Indonesia,

h. Penyusunan Laporan Pengelolaan Wakaf,

i. Sharing pengalaman tentang aplikasi pengelolaan wakaf

4. S. Metode apa saja yang digunakan pada pelatihan nazhir wakaf ini

J. Secara garis besarnya metode yang digunakan dalam pelatihan

nazhir ini meliputi:

a. Metode ceramah yaitu nara sumber menyampaikan meteri

dengan berceramah maksimal 2/3 dari waktu yang

disediakan. Naskah diberikan terlebih dahulu, untuk dapat

digandakan dan diberikan kepada peserta. Naskah/ materi

tersebut disesuaikan dengan kurikulum dan silabus yang

telah ditentukan panitia.

Page 88: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

b. Menggunakan system Tanya jawab Yaitu para peserta

melakukan Tanya jawab kepada nara sumber berkaitan

dengan materi yang telah diberikan. Dan diusahakan agar

seluruh peserta dapat kesempatan bertanya, waktunya

diusahakan minimum 1/3 dari waktu

c. Diskusi secara khusus diselenggarakan untuk merampung

pemikiran yang tumbuh dari kalangan peserta. Peserta dipacu

untuk membahas topic tertentu secara bersama,dengan

sasaran mengembangkan kemampuan mengidentivikasi dan

menganalisis masalah, tukar menukar informasi dan

memperkaya gagasan.

d. Studi kasus yaitu mempelajari kasus-kasus pelaksanaan

pengelolaan wakaf diberbagai tempat yang telah ditentukan,

untuk didalami dan difahami serta dicari solusi pengelesaian

masalah tersebut

5. S. Bagaimana evalusi terhadap pelatihan nazhir wakaf ini

J. Evaluasi perlu dilakukan oleh dai wakaf selaku mediator

bersamasama pengurus badan/lembaga wakaf setempat.

Evaluasi demikian akan menambah dan memperdalam

pengalaman anggota-anggotanya kepengurusan wakaf. Melalui

evaluasi ini akan dapat diketahui apa yang harus diperbaiki dan

lebih diperhatikan dalam kegiatan pengorganisasian wakaf

pada masa selanjutnya. Evaluasi ini dapat dilakukan untuk

Page 89: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

mengemati atau mengevaluasi kinerja badan/lembaga wakaf

tersebut secara berkesinambungan terutama tahap-tahap awal

pembentukan dan operasional badan/lembaga wakaf dimaksud,

untuk tri wulan atau tengah tahunan atau tahunan.

Adapun evaluas dilakukan Untuk mengevaluasi kegiatan

Pelatihan Nazhir Wakaf, perlu melihat tujuan

diselenggarakannya kegiatan tersebut dan melakukan penilaian

secara obyektif apakah tujuan-tujuan dimaksud telah tercapai,

yaitu dengan melihat pelaksanaan dari kegiatan tersebut.

6. S. Siapa saja yang menjadi peserta dalam pelatihan nazhir wakaf ini

J. Adapun yang menjadi peserta dalam pelatihan ini adalah

a. Para pengurus yayasan

b. Para pengurus wakaf Masjid

c. Para pengurus wakaf Ponpes

d. Para pengurus wakaf Universitas

e. Para pengurus wakafPerwakilan profinsi

f. Para pengurus wakaf Kelurahan

g. Para pengurus wakaf yang terdapat disekolah-sekolahan

7. S. Siapa yang menjadi pelatih pada pelatihan nazhir wakaf ini

J. Adapun yang menjadi nara sumber atau pelatih dalam pelatihan

ini adalah

a. Pengurus BWI Pusat

b. ESQ

Page 90: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

c. Dosen dari Perguruan Tinggi

a. UNISMA

b. UMI Makassar

d. Pengurus wakaf kelurahan

e. Nazhir yang berhasil

Jakarta, Desember 2011 Jakarta, Desember 2011

penulis Nara Sumbar

Ibrohim M. Fahrurozi, MA

Page 91: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

HASIL WAWANCARA

NAMA : Nani Almuin, SHI, MA

JABATAN : Staf Devisi Penelitian dan Pengambangan

1. S. Apa latar belakang diadakannya pelatihan nazir wakaf

J. Agar masyarakat mengetahui lebih banyak lagi tentang wakaf, dan

yang lebih penting adalah agar peserta dan seluruh masyarakat dapat

mempunyai kesadaran untuk memberikan wakafnya. Karena tidak ada

ruginya jika seseorang mau mengeluarkan sebagian hartanya untuk di

wakafkan dan Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

petugas (nazhir), agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan

teknis (profesional) mengelola dan memberdayakan wakaf, sehingga

dapat mewujudkan organisasi/instansi pengelola wakaf yang

terpercaya.

2. S. Apa saja sarana pada pelatihan nazhir wakaf ini

J. Sarana pada pelatihan ini meliputi :

a. Gedung yaitu pelatihan diadakan di tempat yang representatif

(memenuhi syarat untuk proses belajar mengajar) seperti

suasana ruang sidang yang ber-AC / nyaman, sehingga

peserta dapat berkonsentrasi penuh dalam menerima

pelatihan

Page 92: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

b. Tersedianya fasilitas belajar mengajar seperti : infokus, white

board, OHP, wairles, trasparansi, laptop, sound system, meja,

kursi, dan lain-lainnya

c. Diupayakan wilayah tenang dari suara hiruk pikuk kendaraan

sehingga tidak mengganggu peserta dalam belajar

d. Tersedianya ruang diskusi kelompok untuk memudahkan

peserta dan nara sumber berkomunikasi, diupayakan ruang

belajar leter U.

3. S. Apa saja syarat-syarat menjadi seorang pelatih pada pelatihan

nazhir wakaf

ini

J. Syarat-syarat yang menjadi pelatih pada pelatihan nazhir wakaf

ini adalah :

a. menguasai dan membidangi tentang masalah wakaf

b. memiliki keahlian dibidan syariah islam

c. menguasai dan mengerti tetang perundang-undangan tentang

wakaf.

a. Menguasai tentang kebijakan-kebijakan wakaf

4. S. Apa saja syarat-syarat menjadi peserta pelatihan nazhir wakaf ini

J. Syarat untuk menjadi peserta pelatihan yaitu :

a. memiliki pendidikan umum, minimal SMA dan sebaiknya

lulusan D3 dan S1

Page 93: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

b. mempunyai pendidikan agama setingkat aliyah

c. usia minimal 20 thn dan maksimal 50 thn

d. setiap pelatihan/penataran peserta sebanyak 30 s.d. 40 orang

e. bekerja pada instansi pemerintah, ormas islam, BUMN, dan

lembaga pengelola wakaf

f. ditugaskan oleh pimpinan unik kerjanya

g. belum pernah mengikuti diklat yang sejenis

5. S. Bentuk kegiatan apa yang dilakukan pada pelatihan nazhir wakaf

ini

J. Secara singkat, pertama, peserta diberikan arahan tentang teknik-

teknik pelatihan. Lalu, para peserta diberikan materi-materi apa

saja yang akan diujikan setelah itu peserta diharuskan mengikuti

pelatihan baik berupa seminar ataupun workshop dan

memperhatikan para pelatih atau nara sumber, yang terpenting

para peserta diharuskan bertanya setelah mendapatkan beberapa

materi dari pelatihan

6. S. Apa prinsip dari pada pelatihan nazhir wakaf ini

J. adapun prinsip dari pelatihan nazhir wakaf ini adalah :

a. melaksanakan sebagian dari agama

b. melaksanakan kebijakan pemerintah dalam hal pemberdayaan

wakaf atau nazhir wakaf

c. meningkatkan kualitas dan kemampuan karyawan yaitu

nazhir wakaf

Page 94: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43692/1/IBROHIM... · Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

7. S. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihannazhir

wakaf ini

J. faktor pendukungnya adalah adanya bantuan dana dari pengelola

wakaf seperti : buku, brosur, dan perundang-undangan,

banyaknya permintaan dari lembaga wakaf yang ingin

mengikuti pelatihan ini, dan factor penghambatnya adalah

masalah dana untuk kegiatan ini

8. S. Dari mana dana untuk pelatihan nazhir wakaf ini

J. adapun dana dalam pelatihan ini di peroleh dari peserta karena

setiap peserta yang mengikuti pelatihan ini dikenakan biyaya

untuk keperluannya selama dalam pelatihan

\

Jakarta, Desember 2011 Jakarta, Desember 2011

Penulis Nara Sumbar

Ibrohim Nani Almuin, SHI, MA