skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS TREND PERKEMBANGAN HUTANG
LUAR NEGERI DI INDONESIA
TAHUN 1996 - 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
TRI PORNAWATI
NIM : 021324015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
iii
iv
Jadikanlah Kemarin Sebagai Pengalaman,
Hari Ini Sebagai Usaha, dan
Esok Sebagai Harapan dan Cita- cita
Dengan Penuh Syukur Kehadirat Allah SWT,
Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk:
� Bapak dan Ibu tercinta
� kakakku
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 Oktober 2007
Penulis
Tri Pornawati
vi
ABSTRAK
ANALISIS TREND PERKEMBANGAN HUTANG
LUAR NEGERI DI INDONESIA
TAHUN 1996 – 2006
Oleh
Tri Pornawati
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) trend perkembangan jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia, (2) trend perkembangan jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia, (3) trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah Indonesia, (4) trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri swasta di Indonesia, dan (5) trend perkembangan jumlah posisi netto penerimaan hutang luar negeri di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deret berkala dengan metode kuadrat minimum.
Hasil penelitian ini adalah : 1. Trend perkembangan jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia setiap
tahunnya meningkat sebesar 3,21%. 2. Trend perkembangan jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia setiap
tahunnya menurun sebesar 3,75%. 3. Trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar
negeri pemerintah Indonesia setiap tahunnya menurun sebesar 13,57%. 4. Trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar
negeri swasta di Indonesia setiap tahunnya menurun sebesar 14,20%. 5. Trend perkembangan jumlah posisi netto penerimaan hutang luar negeri di
Indonesia setiap tahunnya menurun sebesar 3,94%.
vii
ABSTRACT
ANALYSIS ON THE TREND OF FOREIGN COUNTRY
DEBT DEVELOPMENT IN INDONESIA
1996 – 2006
Tri Pornawati
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
This research aims to analyse the development of (1) foreign debt of Indonesian government; (2) private debt of Indonesian government; (3) the payment of interess and basic instalment of foreign debt of Indonesian goverment; (4) the payment of interess and basic instalment of foreign debt of Indonesian private; and (5) of netto side acceptance of foreign debt in Indonesian.
The research is descriptive research. The data of this research were secondary data, collected from the Indonesia Bank. The data analysis technique of the research was the periodical geometrical progression on minimum quadratic method.
The finding of the research shows that : 1. The development of foreign debt of Indonesian government to increases about
3,21% every year. 2. The development of private debt of Indonesian government decreases about
3,75% every year. 3. The development of the payment of interess and basic instalment of foreign
debt of Indonesian goverment decreases 13,57% every year. 4. The development of the payment of interess and basic instalment of foreign
debt of Indonesian private decreases 14,20% every year. 5. The development of netto side acceptance of foreign debt in Indonesian
decreases 3,94% every year.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan
rahmat serta hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancer. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Srata I (SI) dan meraih gelar Sarjana pendidikan pada
Program Pendidikan Ekonomi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penukisan skripsi ini tidak lepas
dari keterlibatan banyak pihak. Oleh kerna itu pada kesempatan ini sudah
selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim. M.Ed.,Ph.D. Dekan fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan Universitas sanata Dharma Yogyakarta yang Telah memberi
ijin dalam menyelesaikan sekripsi ini.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si. Dosen pembimbing satu yang
dengan sabar dan seksama memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis hingga selesainya penulisan sekripsi ini.
3. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd. Dosen pembimbing dua
yang dengan sabar dan seksama memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis hingga selesainya penulisan sekripsi ini.
4. Mbak Titin,atas segala keramahannya dalam melayani mahasiswa-
mahasiswi untuk kelancaran studi
5. Bapak dan Ibu tercinta yang selama ini selalu mendampingi,memberi
semangat,dorongan dan juga doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan sekripsi ini.
ix
6. Kakakku yang selalu memberikan semgat kapada penulis untuk segera
menyelesaikan sekripsi ini.
7. Teman- temanku Erwin, Nina, Heni P.A, Novi, Luri, Mery, Yentri, Didik
Totok ,Willy, yang selalu memberikan dorongan,semangat dan perhatian
kepada penulis.
8. Semua teman-teman angkatan 2002,terima kasih atas perhatian, dukungan,
dan kebersamaan selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari akan segala kekurangan yang termuat dalam sekripsi
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan sekripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 9 Oktober 2007
Penulis
Tri Pornawati
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
A. Pembangunan Ekonomi Negara Berkembang.......................... 6
B. Perkembangan Luar Negeri dari Masa ke Masa ...................... 12
C. Hutang Luar Negeri dalam Struktur APBN Indonesia............. 16
D. Penelitian Terdahulu................................................................. 20
xi
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 23
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 23
B. Variabel Penelitian ................................................................... 23
C. Pengukuran Data ...................................................................... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25
E. Teknik Analisis Data ................................................................ 25
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... 28
A. Analisis Data ............................................................................ 28
1. Analisis Data Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar
Negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996- 2006............... 28
2. Analisis Data Trend perkembangan Jumlah Hutang Luar
Negeri Swasta ..................................................................... 33
3. Analisis Data Trend Perkembangan Pembayaran Bunga
Dan Cicilan Pokok Hutang Luar negeri Pemerintah Tahun
Anggaran 1996- 2006 ......................................................... 40
4. Analisis Data Trend Perkembangan pembayaran Bunga
Dan Ciciclan Pokok Hutang Luar Negeri Swasta Tahun
Anggaran 1996- 2006 ......................................................... 46
5. Analisis Data Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto
Hutang Luar negeri 1996- 2006.......................................... 52
B. Pembahasan ............................................................................. 58
1. Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri
Pemerintah Tahun Anggaran 1996- 2006........................... 58
xii
2. Pembahasan Trend perkembangan Jumlah Hutang Luar
Negeri Swasta ..................................................................... 61
3. Pemabahasan Trend Perkembangan Pembayaran Bunga
Dan Cicilan Pokok Hutang Luar negeri Pemerintah Tahun
Anggaran 1996- 2006 ......................................................... 64
4. Pembahasan Trend Perkembangan pembayaran Bunga
Dan Ciciclan Pokok Hutang Luar Negeri Swasta Tahun
Anggaran 1996- 2006 ......................................................... 66
5. Pembahasan Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto
Hutang Luar negeri 1996- 2006.......................................... 68
BAB V. PENUTUP...................................................................................... 70
A. Kesimpulan............................................................................... 70
B. Saran......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK IV.1 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah ..... 30
GRAFIK IV. 2 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ............ 36
GRAFIK IV. 3 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Pemerintah......................................... 42
GRAFIK IV. 4 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Swasta................................................ 48
GRAFIK IV. 5 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan
Hutang Luar ....................................................................... 54
GRAFIK IV.6 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah ..... 59
GRAFIK IV. 7 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ............ 62
GRAFIK IV. 8 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Pemerintah......................................... 65
GRAFIK IV. 9 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Swasta................................................ 67
GRAFIK IV. 10 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan
Hutang Luar Negeri ............................................................ 69
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL IV. 1 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah ........ 29
TABEL IV. 2 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ............... 35
TABEL IV. 3 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Pemerintah............................................ 41
TABEL IV. 4 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Swasta................................................... 47
TABEL IV.5 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan
Hutang Luar .......................................................................... 53
TABEL IV.6 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah ........ 58
TABEL IV. 7 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ............... 61
TABEL IV. 8 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Pemerintah............................................ 64
TABEL IV. 9 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan
Hutang Luar Negeri Swasta................................................... 66
TABEL IV.10 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan
Hutang Luar Negeri ............................................................... 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional Indonesia, dalam upaya menciptakan
pertumbuhan ekonomi menuju masyarakat yang adil dan makmur material
maupun spiritual memerlukan dana pembiayaan yang sangat besar, baik dalam
berasal dari dalam negeri yang berupa tabungan masyarakat, tabungan swasta
dan tabungan pemerintah. Sedangkan dana dari luar negeri berupa bantuan,
hibah, pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing.
Bagi negara yang sedang berkembang khususnya Indonesia sumber
pembiayaan yang berupa pinjaman atau hutang luar negeri memegang peranan
yang sangat penting dalam pembangunan nasionalnya. Bagi negara Indonesia
sebagian besar hutang luar negeri itu berupa pinjaman pemerintah dan relatif
kecil saja yang merupakan hutang swasta.
Hutang luar negeri yang selama ini diterima oleh Indonesia tidak
diperoleh dengan gratis. Tentunya ada kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi oleh Indonesia sebagai debitur antara lain, pembayaran cicilan dan
bunga hutang, sehingga perlu adanya pengelolaan huang supaya tidak terjadi
penyelewengan penggunaan hutang. Pengalaman selama tiga dekade ini
membuktikan bahwa hutang luar negeri tidak digunakan dengan produktif,
penggunaannya tanpa pengawasan memadai, tidak transparan dan terjadi
kebocoran dana yang parah.
2
Pemerintahan Soeharto mengeluarkan kebijakan yang populis dan
selalu mengatakan kepada rakyat bahwa hutang luar negeri sebagai pendukung
pembangunan ekonomi bukan menjadi modal utama, karena Indonesia
memiliki modal utama pembangunan yaitu sumber daya alam yang berlimpah.
Pemerintahan Soeharto akhirnya lengser yang diikuti dengan krisis ekonomi
dan jumlah hutang luar negeri yang semakin meningkat. Pada saat itu
Indonesia masuk ke dalam kelompok negara miskin di dunia, yang hutang luar
negerinya sama dengan negara-negara miskin di Benua Afrika seperti Kongo,
Angola, Nicaragua, Kongo Demokratik dan Zambia.
Posisi hutang luar negeri Indonesia saat ini menduduki urutan ketiga
besar setelah Brazil dan Mexico. Hal ini masih menjadi keprihatinan bagi
bangsa Indonesia dimana Indonesia masih termasuk negara yang sedang
berkembang tetapi mempunyai hutang yang sangat banyak. Pembayaran
cicilan pokok dengan bunga hutang luar negeri saat ini juga semakin
memberatkan anggaran negara. Bunga plus cicilan pokok hutang luar negeri
yang harus dibayar sudah lebih besar dari hutang diterima. Bila suatu ketika
hutang luar negeri tidak terbayar, maka ada kewajiban yang harus ditanggung.
Kewajiban tersebut tentu mengarah pada konsekuensi politik politik dan
ekonomi atau hukum terutama hukum internasional.
Dilihat dari segi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, anggaran
rutin semakin di bebani dengan beban hutang luar negeri dan pemerintah
kembali berusaha menambah pos-pos penerimaan pembangunan dan mencari
hutang baru berarti pelaksanaan pembangunnan Indonesia semakin tidak
3
mandiri. Prosentase hutang luar negeri akan meningkat dalam komposisi dana
pembangunan di bandingkan dengan dana yang berasal dari tabungan
pemerintah.
Bukanlah suatu hal yang mustahil apabila Indonesia bisa menjadi
hancur, jika Indonesia sudah tidak mampu lagi untuk membayar hutang.
Karena menurut John Perkin hutang luar negeri merupakan rencana strategis
Amerika Serikat untuk menaikkan beban hutang negara berkembang dan
menaikkan ketergantungan perekonomian kepada luar negeri yang berjalan
sejak tahun 1971, maka hal ini akan sangat membahayakan masa depan
bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan
judul ANALISIS TREND PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI
DI INDONESIA TAHUN 1996 - 2006.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana trend perkembangan jumlah hutang pemerintah di Indonesia
Tahun 1996-2006 ?
2. Bagaimana trend perkembangan jumlah hutang swasta di Indonesia Tahun
1996- 2006?
3. Bagaimana trend perkembangan pembayaran bunga dan cicilan pokok
hutang luar negeri pemerintah di Indonesia Tahun 1996- 2006 ?
4. Bagaimana trend perkembangan pembayaran bunga dan cicilan pokok
hutang luar negeri swasta di Indonesia Tahun 1996- 2006 ?
4
5. Bagaimana trend perkembangan posisi netto penerimaan hutang luar
negeri (selisih hutang dan cicilan) Tahun 1996- 2006?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui trend perkembangan hutang pemerintah di Indonesia
Tahun 1996- 2006.
2. Untuk mengetahui trend perkembangan hutang swasta d Indonesia Tahun
1996- 2006.
3. Untuk menganalisis perkembangan pembayaran hutang di Indonesia
Tahun 1996- 2006.
4. Untuk menganalisis cicilan hutang pemerintah di Indonesia tahun 1996-
2006.
5. Untuk menganalisis posisi netto penerimaan hutang luar negeri (selisih
hutang dan cicilan) tahum 1996- 2006 ?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Dapat memberi informasi supaya pemerintah dapat menjalankan kebijakan
sebaik mungkin dan untuk menjalankan pengelolaan keuangan negara.
2. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan baik sekali bagi penulis untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam penerapan
teori di bangku kuliah.
5
3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini mungkin dapat di gunakan sebagai bahan pembanding.
4. Bagi universitas Sanata Dharma
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan
informasi dan dapat juga menambah referensi perpustakaan Universitas
Sanata Dharma dalam rangka pembangunan ilmu sosial
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Ekonomi Negara Berkembang
Menurut Sukirno (1981:13) pembangunan ekonomi merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan ekonomi
dan taraf kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Gilarso (1992:428)
pembangunan ekonomi merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan
waktu di tandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan
kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekomomi masyarakat yang
bersangkutan.
Hakekat pembangunan adalah membentuk manusia atau individu
otonom yang memungkinkan mereka bisa mengatualisasikan segala potensi
yang terbaik yang dimilikinya secara optimal (Anwar,1996:50). Peranan
modal dalam pembangunan tidak sepenting yang pada mulanya dianggap oleh
ahli-ahli bahwa modal mempunyai kedudukan yang istimewa dalam
pembangunan. Berdasarkan pada sumber modal yang dapat di gunakan untuk
pembangunan (Sukirno,1981:350), modal tersebut berasal dari dua sumber
yaitu:
1. Tabungan sukarela masyarakat
Tabungan sukarela masyarakat adalah pendapatan yang diterima
masyarakat secara sukarela tidak digunakan untuk konsumsi.
7
2. Tabungan pemerintah Tabungan pemerintah adalah kelebihan pendapatan
pemerintah dari pajak dan sumber lainnya setelah pendapatan tersebut
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin. (Sukirno,
1981 : 359) Pendapatan pemerintah di peroleh dari pemungutan pajak.
Jenis pajak tersebut meliputi:
a. Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan atas pendapatan yang
diterima atau kekayaan yang di miliki. Pajak ini meliputi pajak
pendapatan rumah tangga, pajak pendapatan perusahaan dan pajak
kekayaan.
b. Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dikenakan kepada para
pembeli yang menggunakan barang-barang dan jasa yang terdapat
dalam masyarakat. Pajak ini meliputi pajak penjualan, pajak impor dan
pajak ekspor.
Untuk membiayai pengeluaran pemerintah membutuhkan dana
yang tidak sedikit. Dana yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
tersebut berasal dari masyarakat. Gilarso (1992:190) sumber-sumber
pendapatan pemerintah terdiri dari :
a. Pajak
Pajak adalah sumbangan wajib, yang di pungut pemerintah yang sah
tanpa adanya balas jasa yang secara langsung diterima oleh pembayar
pajak. Salah satu sumber keuangan negara yang amat penting bagi
Indonesia adalah pajak-pajak yang diperoleh dari produksi dan ekspor
minyak bumi dan gas
8
b. Penerimaan bukan pajak
Penerimaan bukan pajak adalah penerimaan pemerintah dari sumber-
sumber seperti: laba perusahaan Negara, bagi hasil dengan perusahan-
perusahaan asing, retribusi, dan tarif jasa pelabuhan.
c. Penciptaan uang
Dulu pemerintah sendiri juga mencipta uang (uang negara), terutama
uang kecil, sekarang hak seluruhnya di percayakan pada bank
Indonesia.
d. Bantuan luar negeri
Bantuan dapat diterima baik dari pemerintah negara lain, maupun dari
swasta dan lembaga-lembaga internasional (UNESCO, UNICEF,
FAO, WHO) . Bantuan dalam bentuk sumbangan tidak perlu dibayar
kembali, dan dipergunakan untuk membiayai program-program
pembangun.
Pajak merupakan sumber utama bagi pembiayaan keperluan negara dan
pembangunan nasional seperti terlihat dalam APBN setiap tahun. Dengan
demikian fingsi pajak adalah:
a. Sebagai sumber utama penerimaan negara guna membiayai seluruh
kegiatan penyelenggaraan pemeirntahan negara serta pembangunan
nasional.
b. Sebagai sarana untuk mengatur kegiatan perekonomian nasional
c. Sebagai sarana untuk memajukan keadilan sosial dengan jalan
pemerataan pendapatan masyarakat.
9
Argumen-argumen yang mendukung dan yang menentang
pinjaman luar negeri.
a. Arguman yang mendukung
Argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian
besar dari analisis neoklasik treadisional yang memusatkan
perhatiannya pada determinan pertumbuhan ekonomi. Menurut analisis
ini penanaman modal asing merupakan sesuatu yang sangat positif,
karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan yang dapat dihimpun
dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar
penerimaan pemerintah dan mengembangkan keahlian manejerial bagi
perekonomian di negara penerimanya. Semua manfaat yang akan
dibuahkan oleh investasi tersebut jelas sangat penting karena
semuanya itu memang merupakan faktor yang sangat penting untuk
mencapai target pembangunan.
Dengan demikian hal pertama dan yang sering di sebut sebagai
sumbangan positif penanaman modal asing terhadap pembangunan
nasional di negara penerimanya (ini jika proses pembangunan diartikan
sebagai angka pertumbuhan GDP yang merupakan asumsi konseptual
penting secara implisit dalam argumen ini) adalah peranannya dalam
mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat
investasi yang ditargetkan dengan jumlah aktual tabungan domestik
yang dapat di mobilisasi.
Sumbangan positif kedua dari investasi asing hampir sama
dengan yang pertama, terletak pada perananyan dalam mengisi
10
kesenjangan antara target jumlah devisa yang di butuhkan dan hasil
aktual devisa dari ekspor di tambah dengan bantuan luar negeri netto
itulah yang dinamakan kesenjangan devisa. Kesenjangan yang ketiga
yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan
antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual
yang dapat dikumpulkan. Dengan memungut pajak atas keuntungan
perusahaan multinasional dan ikut serta secara finansial dalam
kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah negera-negara
berkembang berharap bahwa mereka pada akhirnya akan dapat
memobilisasikan sumber-sember finansial dalam rangka membiayai
proyek-proyek pembangunan secara lebih baik.
Keempat dan yang terakhir adalah kesenjangan di bidang
manejemen semangat kewiraswastaan, teknologi produksi, dan
ketrampilan kerja dan yang menutut pemikiran neoklasik akan diisi
sebagian maupun seluruhnya oleh perusahaan-perusahaan asing yang
beroperasi di negara berkembang yang bersangkutan (Todaro, 1998 :
151-153).
b. Argumen-argumen yang menentang hutang luar negeri
1) Walaupun perusahaan- perusahaan multinasional tersebut memang
menyediakan sejumlah modal, namun dalam kenyataannya mereka
bisa saja menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestik
di negara tuan rumah sehubungan akan terciptanya aneka bentuk
persaingan tidak sehat yang bersumber dari perjanjian-perjanjian
produksi eksklusif antara pihak perusahaan multinasional dengan
11
pihak pemerintah di negara tuan rumah, tidak terlaksananya
reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan dalam
perekonomian tuan rumah, terpacunya tingkat konsumsi domestik
sehingga menurunkan minat masyarakat setempat untuk
menabungkan, terhambat perkembangan perusahaan-perusahaan
domestik yang sebenarnya bisa menjadi pemasok barang sejenis
atau barang-barang setengah jadi, seandainya saja perusahaan-
perusahaan multinasional tersebut tidak membuat sendiri atau
mengimpor dari cabang-cabangnya di luar negeri, serta
melonjaknya biaya bunga atas modal yang di pinjam tuan rumah.
2) Walaupun dampak awal (berjangka pendek) dari penanaman modal
perusahaan multinasional memang dapat memperbaiki posisi
devisa negara yang menerima mereka, namun dalam jangka
panjang dampaknya justru negatif yaitu dapat mengurangi
penghasilan devisa tersebut baik dari sisi neraca transaksi berjalan
maupun neraca modal. Neraca transaksi bisa memburuk karena
adanya impor besar atas barang barang setengah jadi dan barang
modal oeh perusahaan multinasional tersebut dan ini masih di
perburuk adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga,
royaliti dan biaya-biaya manejeman kenegara asalnya. Jadi pihak
negara tuan rumah tidak memperoleh bagian keuntungan yang
wajar dan adil.
3) Walaupun perusahaan multinasional memang bisa memberi
kontribusi bagi penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak namun
12
dalam prakteknya nilai kontrubusi tersebut jauh lebih kecil
daripada yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
konsensi- konsensi pajak yang bersifat liberal, pemeberi fasilitas
penanaman modal yang berlebihan, subsidi-subsidi terselubung,
serta proteksi tarif yang di berikan pemerintah negara tuan rumah.
4) Ketrampilan dan pengalaman manejemen, semangat
kewirausahaan, teknologi dan jaringan hubungan dagang luar
negeri yang di berikan oleh perusahaan- perusahaan multinasional
ternyata tidak banyak memberi manfaat nyata bagi pengembangan
sumber daya dan ketrampilan kerja yang masih tergolong langka di
negara tuan rumah (Todoro,1998: 153).
B. Perkembangan Hutang Luar Negeri dari Masa ke Masa
Beban hutang yang menumpuk dalam waktu yang relatif singkat
adalah biaya yang harus dibayar sebagai akibat pengelolaan ekonomi.
Keadaan ini ditandai dengan konsumsi yang lebih besar dari pada proyeksi
serta impor barang dan jasa lebih besar dari pada ekspor barang dan jasa.
Hingga bulan Maret 2000, total utang luar negeri Indonesia US$144,5 miliar
yang terdiri dari utang sektor publik US$85,9 miliar di dalamnya termasuk
pemerintah (US$75,2 miliar), bank pemerintah (US$4,7 miliar ) dan Badan
Usaha Milik Negara (US$6 miliar). Utang sektor swasta sebesar US$58,5
miliar terdiri dari utang bank swasta sebesar US$5,5 miliar dan utang
perusahaan swasta sebesar US$52,8 miliar. Beberapa hal penting dari total
13
utang luar negeri Indonesia, pertama 60 persen total utang luar negeri sektor
publik, yakni utang pemerintah 52 persen, bank pemerintah 3,24 persen dan
BUMN 4,13 persen.
Kedua, proporsi sektor swasta cukup besar terhadap total utang luar
negeri sebesar 40,5 persen. Proporsi utang sebesar adalah dari perusahaan
swasta penanaman modal asing 19,3 persen dan perusahaan swasta PMDN 10
persen. Utang swasta yang besar proporsinya ini karena optiminisme yang
berlebihan akan proses investasi, selain karena banyak bidang usaha yang di
geluti merupakan bidang usaha yang mengharapkan rente ekonomi bukan atas
asosiensi produksi atau inovasi.
Ketiga, utang pemerintah terbesar berasal dari utang multirateral (21,2
persen), utang bilateral (17,2) serta kredit ekspor (10,8 persen). Perjanjian-
perjanjian hutang jenis ini banyak dipengaruhi pertimbangan politik di
bandingkan pertimbangan rasionalitis ekonomi. Pemberian utang lembaga-
lembaga multirateral atau utang bilateral pada masa awal pemerintahan orde
Baru sebetulnya di dorong oleh suasana perang dingin. Melalui pemberian
utang kepada rezim Orde baru, maka keterikatan rezim ini dengan Blok Barat
menjadi nyata. Setelah perang dingin mereka pemberi utang lebih di dorong
oleh kepentingan negara-negara pemberi utang untuk meningkatkan
permintaan terhadap perekonomian domestiknya tanpa pertimbangan dengan
baik kebutuhan negara penerima.
Sedangkan total utang pemerintah yang terdiri dari utang luar negeri
dan utang domestik berjumlah US$134 miliar. Jumlah sebesar ini terdiri dari
14
utang luar negeri sebesar US$75,2 miliar dan sisanya adalah utang domestic
US$58,8 milliar. Seperti terlihat pada gambar 2.1 sebelum krisis ekonomi,
utang domestik pemerintah sangat rendah. Tetapi setelah krisis ekonomi utang
domestik pemerintah membengkah karena pemerintah harus mengeluarkan
obligasi untuk rekapilitasi perbankkan yang jumlahnya mencapai US$637
triliun (data oktober 1999).
Tabel II.1 Utang/ GDP tahun 1994/ 1995-2000
Sumber : Bank Indonesia 2000
15
Tabel II.2. Utang Pemerintah Menurut Sumber Domestik dan Broto 1994/1995-1999/2000
Sumber : Bank Indonesia 2000
Utang pemerintah yang dahsyat disebabkan oleh pengelolan yang
diwarnai kepentingan kelompok. Ini ditandai adanya intervensi-intervensi
politik yang selalu menyertai segala upaya penyelesaian program
retrukturisasi perbankan dan perusahaan. Dengan demikiam utang bertambah
besar karena penundaan dan inkonsistensi dalam upaya menjalankan program
pemulihan ekonomi. Selalu terlambat program pemilihan, sikap seperti ini
menambah biaya yang harus ditanggung perekonomian. Bank dunia
memperkirakan bahwa setiap penundaan resturklisasi bank-bank negara
menimbulkan beban kerugian minimum US$600 juta perbulan.
Dilihat dari utang pemerintah terhadap pendapatan Domestik Bruto
(PDB) yang melonjak tajam dari 26 persen, pada tahun 1996, menjadi 93
persen. Peningkatan sebesar ini tidak pernah dialami satu Negara pun di dunia
ini.
16
C. Hutang Luar Negeri dalam Struktur APBN Indonesia
Di Indonesia APBN harus didasarkan pada program pembangunan
lima tahunan, yang sekarang di kenal dengan program pembangunan Nasional
(Propenas). Sebelumnya disebut Repelita, dan Rencana pembangunan
tahunan. Keduanya harus tunduk pada Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Propenas dan Repeta masyarakat persetujuan dari DPR, sedangkan GBHN
dari MPR. Bisa saja pemerintah memiliki posisi tawar yang kuat terhadap
DPR untuk menggolkan rancangan Anggaran menjadi APBN, asalkan yang
sedang kuasa merupakan koalisi yang menghasilkan mayoritas di DPR. Tetapi
Di Indonesia tidak menganut sistem parlementer. Di sinilah letak serba
salahnya. Keadaan tidak menentu tersebut akan terus berlanjut seandainya
akar permasalahan tidak mau disentuh yakni carut marut tata kenegaraan
kita.konsekuensinya adalah ketidakjelasan atau bahkan lepas antara sosok
APBN dengan aspirasi rakyat yang terpresentasikan pada berbagai partai yang
ada di DPR. Jadi sosok APBN tidak mencerminkan optimalisasi
keseimbangan dan berbagai kepentingan masyarakat yang berbeda-beda.
Kenyataan demikian kita jumpai pada APBN kita sekarang (Basri, 2002 : 230-
231).
Krisis fiskal akhirnya menerpa Indonesia ditahun 2001 yang diliputi
ketidakpastian ini. Krisis fiskal tahun 2001 diawali dari kemungkinan tidak
terpenuhinya beberapa target penerimaan dan penggeluaran negara karena
asumsi-asumsi yang dipergunakan untuk menyusun anggaran Pendapatan dan
belanja Negara (APBN) tahun 2001 nyaris seluruhnya melesat pada perkiraan.
17
Akibatnya, perkiraan angka defisit anggaran Negara menjadi semakin
membengkak, yang akan sukar sekali untuk membiayai dalam negeri
perbankan dan non perbankan privatisasi dan penjualan aset restukturisasi
perbankan serta pembiayaan luar negeri. Sementara itu pihak kreditor asing
seperti, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan beberapa donor
bilateral masih belum menguncurkan pinjamannya karena berbagai hal yang
mungkin amat berhubungan dengan faktor non ekonomi yang sering
dipersoalkan seperti politik, keamanan, kepastian dan penegaan hukum.
Perkembangan terakhir yang dapat dipantau adalah kesepakatan antara
pemerintah dengan IMF untuk mempertahankan defisit anggaran dari sekitar
3,7 persen produk Domestik Broto (PDB) suata angka logis dalam rangka
pemulihan ekonomi. Implikasinya, pemerintah “dipaksa” untuk mngambil
beberapa langkah kebijakan dalam menanggulangi defisit anggaran tersebut,
yang dapat meredam gejolak perekonomian pada jangka pendek, tetapi dapat
menciptakan akumulasi persoalan yang lebih besar pada jangka panjang
(Basri, 2002 : 232).
Krisis fiskal sekarang, selain karena ketidaktercapaian pembiayaan
defisit juga sangat erat kaitannya dengan beban-beban (baru) pengeluaran
negara karena anjloknya nilai tukar rupiah. Ketidak lulusan hubungan antara
pemerintah dan Bank Indonesia juga amat penting berpengaruh terhadap
koordinasi hubungan kebijakan fiskal moneter yang tentu saja amat diperlukan
sebagi modal utama untuk melakukan pemulihan ekonomi. Dampak dari krisis
fiskal tahun 2001 adalah munculnya tanda-tanda kebangkrutan ekonomi,
18
karena persoalan kebijakan fiskal tidak hanya berdemensi satu tahun anggaran
saja, tetapi berdemensi spiral terhadap keselamatan anggaran tahun-tahun
berikut (Basri, 2002 : 233).
Tabel II.1
Perkembangan APBN Tahun 2002- 2006 (dalam triliun rupiah)
�� ����� ����� ����� ����� �����
�� ��� ������
����
���
����
� ���
���� ������
����
�
��� ���� ���
�� ��������� ���� ��� ������ �� �����!������� ��!���� �!�� ������ �����
��������������� ������ ������ ������ ������ ������ ���� ������ �����
������������������� ������ ������ ������ ������ ���� ������ �����
�������������������� ����� ����� ������ ������ ���� ������ �����
������� � ���� ���� ���� ���� ��� ���� �����
�� ����"� ����� �������#���������������� ���� ��#�#� �����
���������������! ���"!� ������ ������ ������ ������ ���� ������ �����
���������#$%�� �� �� �� ����� ��� ����� �����
������&��������'!��� ����� ����� ����� ����� ���� ����� �����
���(��"�%�� ����� ����� ����� ������ ���� ����� ����
������������� � ����� ������ ������ ������ ���� ������ �����
��������������� ����� ������ ������ ������ ���� ������ �����
�����)�$�"��'�� ����� ����� ����� ����� ���� ������ �����
������*!$�$��+ �"�"�%��
���&�"�������� ���� ���� ���� ��� ���� �����
�����*!$�$��+ �"�"� ,� ���� ���� ���� ��� ���� �����
���������&�"���� ,� ���� ���� ���� ��� ���� �����
$� %��&������ ���&�� ���!� ����� �#��� ���!� ��� ����� �����
'� ()���)�*'+���� ,�-�.� ,����.�,���!.�,����.�,����.�,!! ��.,����.�,� ��.�
/� �&���0��� ,/�1 2 /�11.� ����� ���#� ����� ����� ! � ����,����.�
�������&����� ������ ����� ����� ����� ����� ���� ����� ����
������������ � -���.� ���� ����� ���� ��� ����� -���.�
��� $�,����������� ������ ����� ����� ����� ����� ���� ����� �����
��������&��/ �-��!$.� ���� ���� -����.� -���.� ���� -����.� �����
�����������������/ � ����� ����� ����� ����� ��� ����� �����
������&���0�1�����$�$��'!���/ � -����.� -����.� -����.� -����.� ���� -����.� �����
������������ ��������������������������
19
Keadilan ekonomi menjadi amat dominan ketika ritual seluruh rangkaian
proses penganggaran, alokasi anggaran dalam pembahasan tingkat legislatif
dan komitmen implementasi atau pelaksanaan anggaran tidak memberikan
perubahaan besar bagi terciptanya suatu nuansa pertumbuhan ekonomi.
Setidaknya APBN 2002 tidak menampilkan keseriusan pemerintah dalam
mengalokasikan anggaran untuk sektor-sektor vital dalam membangun suatu
bangsa yang maju seperti pada sektor pendidikan, kesehatan, dan peningkatan
kualitas hidup seluruh bangsa.
Tabel II.2
APBN Th.2005-2006 (triliun rupiah) �
��� ����� �����
3����� � ���-��� � �'� � ����� ���� � �'��
! ��������� ���� ��� ������ �!�4� !�4�� ���4� ���4�� ��4��
,����������������� ���2�� ��2�� ���2� ���2�� ��2��
,������������������ ���2�� �2�� ���2� ���2�� �2��
,���� �� �2�� �2�� �2� �2�� �2��
� ����"� ����� ���4� ��4�� ���4� ��#4#� �!4��
,�������������! ���"!� ���2�� ��2�� ���2� ���2�� ��2��
3����&��������'!��� ��2�� �2�� ��2� ��2�� �2��
3�(��"�%��� ���2�� �2�� ��2� ��2�� �2��
,���������� �� ���2�� �2�� ���2� ����2�� �2��
3������������� ���2�� �2�� ���2� ���2�� �2��
3����*!$�$��+ �"�"� �2�� �2�� �2� �2�� �2��
��%��&������ ���&�� ��4!� !4�� ��4# ��4�� !4 �
� %��&������ 3&)&� ,��4�.� ,!4�.� ,!�4 . ,��4�.� ,�4#.�
� �&���0���� ��4�� !4�� !�4 ��4�� �4#�
,���� ������ ��2�� �2�� ��2� ��2�� �2��
,�/��� ������ -�2�.� -�2�.� -��2�. -��2�.� -�2�.������������ ������������������������� �� �� � �� ��
Tabel II.2 menampilkan besara-besaran total dan komponen penerimaan,
pengeluaran Negara, dan skema pembiayaan untuk dapat menutup defisit
anggaran tersebut. Total angka penerimaan Negara dengan asumsi sebesar
Rp 625,2 Triliun, total pengeluaran Negara Rp 647,7 Triliun, Defisit anggaran
Rp 22,5 Triluin. Beberapa komponen mengalami perubahaan terutama asumsi
20
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat suku bunga SBI, dan
pertumbuhan ekonomi juga mengalami perubahaan.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Sri Lestari yang berjudul “Analisis APBN Mengenai Hutang
Luar Negeri Indonesia Tahun Anggaran 1969/1970-1993/1994”. Penelitian ini
digunakan untuk mengetahui berapa besar APBN mengenai hutang luar negeri
Indonesia dari tahun ke tahun. Penulis menganggap penelitian yang dilakukan
oleh Sri Lestari relevan dengan penelitian penulis lakukan, karena terdapat
kesamaan Variabel yang akan diteliti dan mempunyai tujuan yang sama yaitu
menganalisis hutang luar negeri.
Abstrak dalam penelitian ini adalah pembangunan Nasional dalam
upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menuju masyarakat yang adil
dan makmur materiil dan sperituil memerlukan dana yang cukup besar baik
yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang berupa hibah,
pinjaman dan penanaman modal asing.Bagi negara berkembang khususnya
Indonesia sumber pinjaman atau hutang luar negeri memegang peranan yang
sangat penting. Hutang luar negeri sebagian besar sebagai sumber
pembiayaan, yang secara makro tercermin dalam anggaran pembangunan.
Dewasa ini hutang luar negeri Indonesia mencapai 95 milyar dolar AS dengan
perincian 58 milyar dolar AS hutang pemerintah dan 37 milyar dolar AS
hutang swasta.
21
Dari pembahasan diketahui bahwa pada era minyak sangat
berpengaruh pada tabungan pemerintah, hutang luar negeri dan penerimaan
dalam negeri banyak ditunjang oleh penerimaan minyak bumi dan gas alam.
Pada paska minyak penerimaan dalam negeri menurun demikian pula
tabungan pemerintah dan hutang luar negeri pemerintah Indonesia meningkat.
Dari pengolahan data diketahui hubungan hutang luar negeri Indonesia dengan
pertumbuhan ekonomi menunjukkan interprestasi rendah karena r sebesar
0,329. Beban hutang luar negeri Indonesia yang diukur melalui:
1. Rasio hutang luar negeri Indonesia masih dibawah batas bahaya yaitu
dibawah 30%.
2. Rasio bunga dan cicilan hutang terhadap:
a. DSR, mengalami pasang surut pada waktu DSR pemerintah DSR
rendah di bawah 20% setelah swasta ambil bagian mengalami
penimgkatan bahkan pernah di atas batas bahaya sebesar 40.3%.
b. PDB, menunjukkan semakin kecil prosentase semakin kecil pula beban
yang ditanggung oleh pemerintah Indonesia. Semakin besar presentase
menunjukkan semakin besar pula beban yang ditanggung.
c. Pengeluaran total, menunjukkan berapa presen untuk membayar
cicilan bunga dan hutang luar negeri. Semakin besar presentase
semakin menunjukkan sebagian besar pengeluarn pemerintah untuk
membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri.
22
Dari pembahasan juga dapat diketahui hubungan antara:
1) Tabungan (S) demgan hutang luar negeri Indonesia kuat karena r sebesar
0,714614 dan bersifat positif dan signifikan.
2) Investasi dengan hutang luar negeri Indonesia kuat karena r sebesar
0,785906 dan bersifat positif dan signifikan.
3) Pajak dengan hutang luar negeri kuat dan positif karena r sebesar 0,747370
serta signifikan.
4) Pengeluarn pemerintah dengan hutang luar negeri Indonesia kuat dan
positif serta signifikan.
5) Expor netto dengan hutang luar negeri Indonesia sangat lemah dan tidak
signifikan
Dari pembahasan juga diketahui hubungan tabungan, investasi, pajak,
pengeluaran pemerintah, ekspor netto sangat kuat karena R sebesar 0,9613 dan
positif serta signifikan karena F hitung sebesar 43, 824 lebih besar dibanding
dengan F tabel hannya sebesar 2,77.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah metode deskriptif,
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata
sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama dalam menggunakan metode
ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan
pada saat penelitian di lakukan dan memeriksa sebab-sebab yang berkaitan
dengan hutang luar negeri.
B. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah serangkaian pengukuran atau observasi yang dinyatakan
dalam angka, merupakan data kasar karena langsung diperoleh dari hasil
pengukuran dan masih berwujud catatan yang belum mengalami
pengolahan yaitu data yang berbentuk angka-angka. Teknik pengumpulan
data diperoleh dari dokumentasi yaitu sumber-sumber catatan dan arsip-
arsip yang dimiliki dan literatur yang berkaitan dengan perkembangan
hutang luar negeri. Data yang dicari adalah jumlah hutang luar negeri
pemerintah dan swasta di Indonesia, serta cicilan pokok dan hutang
pemerintah dan swasta.
24
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang telah diolah menjadi suatu informasi. Dalam penelitian ini data dapat
diperoleh dari Bank Indonesia.
C. Variabel Penelitian
Variabel Dalam Penelitian ini adalah:
1. Perkembangan hutang luar negeri swasta di Indonesia
2. Perkembangan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia
3. Perkembangan pembayaran cicilan pokok dan bunga swasta di Indonesia
4. Perkembangan pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang pemerintah di
Indonesia
5. Perkembangan posisi netto penerimaan hutang luar negeri (selisih hutang
dan cicilan)
D. Batasan Operasional
Dalam penelitian ini ada batasan masalah yang digunakan yaitu
1. Trend
Trend adalah kecenderungan terhadap suatu gejala baik berupa
peningkatan maupun penurunan. Dalam hal ini penulis memberikan
batasan trend hutang luar negeri pemerintah, dan swasta serta pembayaran
pokok serta cicilan bunga hutang dan posisi netto penerimaan hutang luar
negeri.
25
2. Hutang Luar Negeri
Hutang luar negeri adalah pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah
maupun swasta, yang akan digunakan untuk pembangunan di negaranya
dan akan disertai kewajiban-kewajiban sebagai negara debitur antarnegara
kredit dan negara debitur.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dsigunakan adalah analisis trend dengan metode
kuadrat minimum (Dajan,1986:305). Metode kuadrat minimum merupakan
metode yang memuaskan bagi penggambaran garis trend linier. Penggunaan
metode kuadrat minimum digunakan untuk menarik garis trend sebetulnya
yang disebabkan oleh faktor kepraktisan, karena matematis metode tersebut
memang sudah terbaik (Dajan,1986:312). Pencarian nilai trend deret berkala
pada metode kuadrat minimum, observasi-observasi umumnya dilakukan pada
waktu yang sama sehingga penentuan nilai- nilai konstanta dalam persamaan
linier guna penerapan kurva lebih mudah dilakukan. Bila jumlah observasi n
ganjil maka rata- rata x hitung adalah observasi yang tertengah (Dajan,
1986:304). Sedangkan bila jumlah observasi n genap, penentuan rata-rata
hitung x akan mengalami sedikit perubahan. Data yang disajikan dalam
penelitian ini merupakan data ganjil sehingga penentuan rata-rata hitung x
lebih mudah, yaitu dengan menentukan observasi yang tertengah. Penggunaan
analisis trend dengan metode kuadrat minimum pada kasus data ganjil lebih
praktis dibandingkan metode setengah rata-rata.
26
Dengan formula : Y1 = a + bx
a =��
n
Y b =
�
�2
X
XY
Keterangan :
Y = Variabel hutang luar negeri
a = Besarnya Y saat x = 0
b = Besarnya perubahan Y jika x mengalami perubahan 1 satuan
x = waktu
Untuk mengetahui perkembangan keuangan negara Indonesia ditinjau dari
hutang luar negeri selama lima tahun anggaran digunakan metode analisis
trend metode kuadrat minimum dengan rumus Y1 = a + bx
Contoh tabel Trend Perkembangan Hutang luar negeri tahum anggaran 1998-
2002
Tahun anggaran
Jumlah hutang luar negeri (jutaan) (Y)
X Tahun
XY X2 Y1
(jutaan) 1998 67.329 -2 -134658 4 70793,2
1999 75.862 -1 -75862 1 71811,2
2000 74.916 0 0 0 72829,2
2001 71.378 1 71378 1 73847,2
2002 74.661 2 149322 4 74865,2
Total 364146 0 10180 10
Sumber : Bank indonesia 1998- 2002
Konstanta a dan b dapat dicari dengan rumus
a = ��
n
Y =
5
364146 = 72829,2
27
b = �
�2
X
XY =
10
10180 = 1018
Bila konstanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan maka akan di
peroleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan kuadrat minimum
sebagai berikut
Y1 = 72829,2 + 1018 x
1998 = 0
unit x = 1 tahun
Y = jumlah hutang dalam jutaan
Keterangan :
Y1 = nilai trend yang ditaksir
a = 72829,2 = nilai trend periode dasar 1998
b = 1018 = penurunan pertahun secara linier
x = unit tahun yang dihitung dari x = 0
Nilai trend tahun 1998 menjadi
Y1 = 72829,2 + (1018) (-2)
= 70793,2
dan nilai trend tahun 2002 menjadi
Y1 = 72829,2 + (1018) (2)
= 74865,2
28
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan dalam bab
pendahuluan, maka peneliti akan menyajikan hasil dari analisis data. Hasil
dari analisis peneliti akan sajikan ke dalam bentuk tabel dan grafik agar lebih
mudah dalam pembahasan.
1. Analisis Data Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah
di Indonesia Tahun Anggaran 1996-2006
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai trend
perkembangan jumlah hutang luar negeri pemerintah tahun 1996-2006.
Pencarian nilai trend deret berkala pada metode kuadrat minimum,
observasi-observasi umumnya dilakukan pada waktu yang sama sehingga
penentuan nilai-nilai konstanta dalam persamaa linier agar penerapannya
lebih mudah. Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data
ganjil sehingga penentuan rata- rata hitung x lebih mudah, yaitu dengan
menentukan observasi yang tertengah.
Dengan formula: Y1 = a + bx dengan
a = ��
n
Y
b = �
�2
X
XY
29
Keterangan :
Y = variabel hutang luar negeri pemerintah
a = Besarnya Y saat x = 0
b = Besarnya perubahan Y jika x mengalami perubahan 1 satuan
x = Waktu
Tabel IV.1
Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah
Tahun 1996-2006 (milyaran)
Tahun
Anggaran Jumlah Hutang pemerintah (Y)
(X) tahun
XY X2 Y1
1996 55303 -5 -276515 25 60332,53
1997 53864 -4 -215456 16 62664,21
1998 67329 -3 -205456 9 64995,95
1999 75862 -2 -151724 4 67327,66
2000 74916 -1 -74916 1 69659,37
2001 71378 0 0 0 71991,08
2002 74661 1 74661 1 74322,79
2003 81665,62 2 163331,24 4 76654,5
2004 82725,12 3 248175,36 9 78986,21
2005 80071.97 4 320287,88 16 81317,92
2006 74126,16 5 370630,8 25 83649,63
Total 791901,87 0 256488,28 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
30
Grafik IV.1
Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah
Tahun Anggaran 1996-2011(milyaran)
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Jumlah htg nyata Trend
Nilai trend periode dasar periode tahun 2001 adalah 71991,08.
Konstanta a dan b dapat dicari dengan rumus
a = ��
n
Y =
11
87,791901 = 71991,08
b = �
�2
X
XY =
110
28,256488 = 2331,17
Bila kostanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan maka akan di
peroleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan kuadrat
terkecil sebagai berikut
Y1 + 71991,08 + 2331,71.x
1996 = 0
unit x =1 tahun
Y = jumlah hutang pemerintah dalam milyaran
31
Keterangan
Y1 = nilai trend yang di taksir
a = 71991,08 = nilai trend periode dasar 1996
b = 2331,71 = penurunan pertahun secara linier
x = unit tahun yang di hitung dari x = 0
Dengan demikian cara menghitung nilai trend jumlah hutang luar negeri
pemerintah tahun 1996- 2006.
Tahun 1996
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (-5)
= 60332,52
Tahun 1997
Y1 = 71991,08 + (2331,71).(-4)
= 62664,24
Tahun 1998
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (-3)
= 64995,95
Tahun 1999
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (-2)
= 67327,66
Tahun 2000
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (-1)
= 69659,37
32
Tahun 2001
Y1 = 71991,08 + (2331,71).(0)
= 71991,08
Tahun 2002
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (1)
= 74322,79
Tahun 2003
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (2)
= 76654,5
Tahun 2004
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (3)
= 78986,21
Tahun 2005
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (4)
= 81317,92
Tahun 2006
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (5)
= 83649,63
Dari persamaan di atas juga dapat di cari nilai trend untuk prediksi 5 tahun
yang akan datang berdasarkan jumlah unit tahun yang dihitung dari
periode dasar.
Tahun 2007
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (6)
= 85981,34
33
Tahun 2008
Y1 = 71991,08 + (2331,71). (7)
= 88313,05
Tahun 2009
Y1 = 71991,08 + (2331,71).(8)
= 90644,76
Tahun 2010
Y1 = 71991,08 + (2331,71).(9)
= 92976,47
Tahun 2011
Y = 71991,08 + (2331,71).(10)
= 95308,18
2. Analisis Data Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta
Tahun Anggaran 1996-2006
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai trend
perkembangan jumlah hutang luar negeri Swasta tahun 1996- 2006.
pencarian nilai trend deret berkala pada metode kuadrat minimum,
observasi- observasi umumnya dilakukan pada waktu yang sama sehingga
penentuan nilai- nilai konstanta dalam persamaan linier agar penerapannya
lebih mudah.
Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data ganjil
sehingga penentuan rata-rata hitung x lebih mudah, yaitu dengan
menentukan observasi yang tertengah.
Dengan formula: Y = a + bx dengan
34
a = ��
n
Y
b = �
�2
X
XY
Keterangan :
Y = variabel hutang luar negeri swasta
a = Besarnya Y saat x = 0
b = Besarnya perubahan Y jika x mengalami perubahan 1 satuan
x = Waktu
35
Tabel IV.2
Trend Perkembangan Hutang luar Negeri Swasta Tahun 1996- 2006
(milyaran)
Tahun
Anggaran Jumlah hutang luar negeri swasta (Y)
Tahun ( X )
XY X2 Y1
1996 54868 -5 -274340 25 75266,68
1997 82223 -4 -328892 16 72715,38
1998 83557 -3 -250671 9 70164,08
1999 72236 -2 -144472 4 67612,78
2000 66777 -1 -66777 1 65061,48
2001 61696 0 0 0 62510,18
2002 56682 1 56682.00 1 59958,88
2003 53734,89 2 107469,78 4 57407,58
2004 54126,38 3 162379,14 9 54856,28
2005 50580,13 4 202320,52 16 52304,98
2006 51131,62 5 255658,25 25 49753,68
total 687612,02 0 -280642,46 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996- 2006
36
Grafik IV.2
Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta
Tahun Anggaran 1996-2011 (milyaran)
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Jumlah Htg Nyata Trend
Nilai trend jumlah hutang luar negeri swasta periode dasar tahun 2001
adalah 62510,18
Konstanta a dan b dapat di cari dengan rumus :
a = ��
n
Y =
11
02.687612 = 62510,18
b = �
�2
X
XY =
110
46,280642−
=-2551,30
Bila kostanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan maka akan di
peroleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan kuadrat
terkecil sebagai berikut.
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). X
1996 = 0
37
unit x =1 tahun
Y = jumlah hutang luar negeri swasta dalam milyaran
Keterangan
Y1 = nilai trend yang di taksir
a = 62510,18 = nilai trend periode dasar 1996
b = -2551,30 = penurunan pertahun secara linier
x = unit tahun yang di hitung dari x = 0
Dengan demikian cara menghitung nilai trend jumlah hutang luar negeri
swasta tahun 1996- 2006.
Tahun 1996
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (-5)
= 75266,68
Tahun 1997
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (- 4 )
= 72715,38
Tahun 1998
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (- 3 )
= 70164,08
Tahun 1999
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (- 2)
= 67612,78
38
Tahun 2000
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (-1)
= 65061,48
Tahun 2001
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (0)
= 62510,18
Tahun 2002
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (1)
= 59958,88
Tahun 2003
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (2)
= 57407,58
Tahun 2004
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (3)
= 54856,28
Tahun 2005
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (4)
= 52304,98
Tahun 2006
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (5)
= 49753,68
39
Dari persamaan di atas juga dapat di cari nilai trend jumlah hutang luar
negeri swasta untuk prediksi 5 tahun yang akan datang berdasarkan jumlah
unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Tahun 2007
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (6)
= 47202,38
Tahun 2008
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (7)
= 44651,08
Tahun 2009
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (8)
= 4099,78
Tahun 2010
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (9)
= 39548,48
Tahun 2011
Y1 = 62510,18 + (-2551,30). (10)
= 36997,18
40
3. Analisis Data Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan Cicilan
Pokok Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996-2006
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai
trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang
luar negeri pemerintah tahun 1996-2006. Pencarian nilai trend deret
berkala pada metode kuadrat minimum, observasi- observasi umumnya
dilakukan pada waktu yang sama sehingga penentuan nilai- nilai konstanta
dalam persamaan linier agar penerapannya lebih mudah. Data yang
disajikan dalam penelitian ini merupakan data ganjil sehingga penentuan
rata-rata hitung x lebih mudah, yaitu dengan menentukan observasi yang
tertengah.
Dengan formula: Y1 = a + bx dengan
a = ��
n
Y
b = �
�2
X
XY
Keterangan :
Y = variabel perkembangan pembayaran bunga dan cicilan pokok
hutang luar negeri pemerintah
a = Besarnya Y saat x = 0
b = Besarnya perubahan Y jika x mengalami perubahan 1 satuan
x = Waktu
41
Tabel IV.3
Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996-2006
(milyaran)
Tahun
Anggaran Pembayaran pokok dan
bunga pinjaman pemerintah (Y)
Tahun (X) XY X2 Y1
1996 8997 -5 -44985 25 6637,5
1997 7273 -4 -29092 16 6125,09
1998 5905 -3 -17715 9 5612,68
1999 5800 -2 -11600 4 5100,27
2000 1186 -1 -1186 1 4587,86
2001 2200 0 0 0 4075,45
2002 1947 1 1947 1 3563,04
2003 1518 2 3036 4 3050,63
2004 2586 3 7758 9 2538,22
2005 1618 4 6472 16 2025,81
2006 5800 5 29000 25 1513,4
Total 44830 0 -56365 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
42
Grafik IV.3
Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun Anggaran
2006-2011 (milyaran)
-2000
0
2000
4000
6000
8000
10000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Jum
lah
Pembyrn Pokok Nyata Trend
Nilai trend jumlah pembayaran pokok dan cicilan bunga hutang luar
negeri pemerintah periode dasar tahun 2001 adalah 4075,45
Konstanta a dan b dapat di cari dengan rumus :
a = ��
n
Y =
11
44830 = 4075,45
b = �
�2
X
XY =
110
56365−
= -512,41
Bila kostanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan maka akan di
peroleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan kuadrat
terkecil sebagai berikut
43
Y1 = 4075,45 + (-512,41). X
1996 = 0
unit x =1 tahun
Y = jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri
pemerintah dalam milyaran
Keterangan
Y1 = nilai trend yang di taksir
a = 4075,45 = nilai trend periode dasar 1996
b = - 512,41 = penurunan pertahun secara linier
x = unit tahun yang di hitung dari x = 0
Dengan demikian cara menghitung nilai trend jumlah pinjaman pokok dan
cicilan hutang luar negeri pemerintah tahun 1996- 2006
Tahun 1996
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (-5)
= 6637,5
Tahun 1997
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (-4)
= 6125,09
Tahun 1998
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (-3)
= 5612,68
Tahun 1999
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (-2)
= 5100,27
44
Tahun 2000
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (-1)
= 4587,86
Tahun 2001
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (0)
= 4075,45
Tahun 2002
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (1)
= 3563,04
Tahun 2003
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (2)
= 3050,63
Tahun 2004
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (3)
= 2538,22
Tahun 2005
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (4)
= 2025,81
Tahun 2006
Y1 = 4075,45 + (_-512,41). (5)
= 1513,4
45
Dari persamaan di atas juga dapat di cari nilai trend jumlah hutang luar
negeri swasta untuk prediksi 5 tahun yang akan datang berdasarkan jumlah
unit tahun yang dihitung dari periode dasar.
Tahun 2007
Y1 = 4075,45+ (-512,41). (6)
= 1000,99
Tahun 2008
Y1 = 4075,45+ (-512,41). (7)
= 488,58
Tahun 2009
Y1 = 4075,45+ (-512,41). (8)
= -23,83
Tahun 2010
Y1 = 4075,45+ (-512,41). (9)
= - 536,24
Tahun 2011
Y1 = 4075,45+ (-512,41). (10)
= - 1048,65
46
4. Analisis Data Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan
Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri Swasta Tahun Anggaran 1996-
2006
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai trend
perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar
negeri swasta tahun 1996-2006. Pencarian nilai trend deret berkala pada
metode kuadrat minimum, observasi- observasi umumnya dilakukan pada
waktu yang sama sehingga penentuan nilai-nilai konstanta dalam
persamaan linier agar penerapannya lebih mudah. Data yang disajikan
dalam penelitian ini merupakan data ganjil sehingga penentuan rata-rata
hitung x lebih mudah, yaitu dengan menentukan observasi yang tertengah.
Dengan formula: Y1 = a + bx dengan
a = ��
n
Y
b = �
�2
X
XY
Keterangan :
Y = variabel pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar
negeri swasta
a = Besarnya Y saat x = 0
b = Besarnya perubahan Y jika x mengalami perubahan 1 satuan
x = Waktu
47
Tabel IV.4
Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Swasta Tahun Anggaran 1996-2006 (milyaran)
Tahun anggaran
Pembayarn pokok dan bunga pinjaman
swasta (Y)
Tahun (X)
XY X2 Y1
1996 3773 -5 -18865 25 3662,15
1997 3329 -4 -13276 16 3373,1
1998 3424 -3 -10272 9 3084,05
1999 5312 -2 -10624 3 2795
2000 609 -1 -609 1 2505,95
2001 1136 0 0 0 2216,9
2002 1065 1 1065 1 1927,85
2003 1128 2 2256 4 1638,8
2004 1383 3 4149 9 1349,75
2005 1804 4 7216 16 1060,7
2006 1433 5 7165 25 771,65
Total 24386 0 -31795 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
48
Grafik IV.4
Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Swasta Tahun Anggaran 1996-2011 (milyaran)
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Jum
lah
Pembayaran pokok nyata Trend
Nilai trend jumlah pembayaran pokok dan cicilan hutang luar negeri
swasta periode dasar tahun 2001 adalah 2440
Konstanta a dan b dapat di cari dengan rumus :
a = ��
n
Y =
11
24386 = 2216,7
b = �
�2
X
XY =
110
31795−
= -289,05
Bila kostanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan maka akan di
peroleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan kuadrat
terkecil sebagai berikut
49
Y1 = 2216,9 + (-289,05). X
1996 = 0
unit x =1 tahun
Y = jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri
swasta dalam milyaran
Keterangan
Y1 = nilai trend yang di taksir
a = 2216,9 = nilai trend periode dasar 1996
b = -289,05 = penurunan pertahun secara linier
x = unit tahun yang di hitung dari x = 0
Dengan demikian cara menghitung nilai trend jumlah pinjaman pokok dan
cicilan hutang luar negeri swasta tahun 1996- 2006.
Tahun 1996
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (-5)
= 3662,15
Tahun 1997
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (-4)
= 3373,1
Tahun 1998
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (-3)
= 3084,05
Tahun 1999
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (-2)
= 2795
50
Tahun 2000
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (-1)
= 2505,95
Tahun 2001
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (-0)
= 2216,9
Tahun 2002
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (1)
= 1927,85
Tahun 2003
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (2)
= 1638,8
Tahun 2004
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (3)
= 1349,75
Tahun 2005
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (4)
= 1060,7
Tahun 2006
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (5)
= 771,65
51
Dari persamaan di atas juga dapat di cari nilai trend jumlah pembayaram
pokok dan bunga pinjaman hutang luar negeri swasta untuk prediksi 5
tahun yang akan datang berdasarkan jumlah unit tahun yang dihitung dari
periode dasar
Tahun 2007
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (6)
= 482,6
Tahun 2008
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (7)
= 193,55
Tahun 2009
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (8)
= -95,5
Tahun 2010
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (9)
= -384,55
Tahun 2011
Y1 = 2216,9 + (-289,05) (10)
= -673,6
52
5. Analisis Data Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Hutang Luar
Negeri Tahun Anggaran 1996-2006
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai trend
perkembangan jumlah posisi netto hutang luar negeri 1996-2006.
Pencarian nilai trend deret berkala pada metode kuadrat minimum,
observasi- observasi umumnya dilakukan pada waktu yang sama sehingga
penentuan nilai- nilai konstanta dalam persamaan linier agar penerapannya
lebih mudah. Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data
ganjil sehingga penentuan rata- rata hitung x lebih mudah, yaitu dengan
menentukan observasi yang tertengah.
Dengan formula: Y1 = a + bx dengan
a = ��
n
Y
b = �
�2
X
XY
Keterangan :
Y = variabel perkembangan posisi netto hutang luar negeri
a = Besarnya Y saat x = 0
b = Besarnya perubahan Y jika x mengalami perubahan 1 satuan
x = Waktu
53
Tabel IV. 5
Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Hutang Luar negeri
Tahun Anggaran 1996-2006 (milyaran)
Tahun
anggaran Penerimaan
netto (Y) Tahun
(Y) XY X2 Y1
1996 97041 -5 -487005 -25 140481,4
1997 124495 -4 -497980 -16 135826,9
1998 141557 -3 -424671 -9 131172,4
1999 136986 -2 -273912 -4 126517,9
2000 139798 -1 -139898 -1 121863,41
2001 129738 0 0 0 117208,9
2002 128331 1 128331 1 112554,4
2003 132754,51 2 265509,02 4 107900,9
2004 122882,5 3 368647,5 9 103245,4
2005 127230,1 4 508920,4 16 98590,9
2006 8024,78 5 40123,9 25 93936,4
Total 1289297,89 0 -511994,18 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
54
Grafik IV.5
Trend Perkembangan Posisi Netto Hutang Luar Negeri
Tahun Anggaran 1996-2011 (milyaran)
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Penerimaan netto nyata Trend
Nilai trend jumlah penerimaan netto periode dasar tahun 2001 adalah
1172089
Konstanta a dan b dapat di cari dengan rumus :
a = ��
n
Y =
11
89,1289297 = 117167,08
b = �
�2
X
XY =
110
18,511994−
= -4654,50
Bila kostanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan maka akan di
peroleh persamaan trend linier yang memenuhi persyaratan kuadrat
terkecil sebagai berikut
Y1 = 117208,90 + (-4654,50). X
1996 = 0
55
unit x =1 tahun
Y = jumlah perkembangan posisi netto hutang luar negeri dalam
milyaran
Keterangan :
Y1 = nilai trend yang di taksir
a = 117208,90 = nilai trend periode dasar 1996
b = - 4654,50 = penurunan pertahun secara linier
x = unit tahun yang di hitung dari x = 0
Dengan demikian cara menghitung nilai trend jumlah posisi netto hutang
luar negeri tahun 1996- 2006.
Tahun 1996
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (-5)
=140481,4
Tahun 1997
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (-4)
= 135826.9
Tahun 1998
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (-3)
= 131172,4
Tahun 1999
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (-2)
= 126517,9
56
Tahun 2000
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (-1)
= 121863,41
Tahun 2001
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (0)
= 117208,9
Tahun 2002
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (1)
= 112554,4
Tahun 2003
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (2)
= 107900,9
Tahun 2004
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (3)
= 103245,4
Tahun 2005
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (4)
= 98590,9
Tahun 2006
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (5)
= 93936,4
57
Dari persamaan di atas juga dapat di cari nilai trend jumlah posisi netto
hutang luar negeri untuk prediksi 5 tahun yang akan datang berdasarkan
jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Tahun 2007
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (6)
= 89281,9
Tahun 2008
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (7)
= 84627,4
Tahun 2009
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (8)
= 79972,9
Tahun 2010
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (9)
= 75318,4
Tahun 2011
Y1 = 117208,90 + (-4654,50) (10)
= 70663,9
58
B. Pembahasan
1. Pembahasan Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri
Pemerintah Tahun Anggaran 1996-2006
Tabel IV. 6
Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah
Tahun Anggaran 1996- 2006 (milyaran)
Tahun Anggaran
Jumlah Hutang pemerintah (Y)
(X) tahun
XY X Y1
1996 55303 -5 -276515 25 60332,53
1997 53864 -4 -215456 16 62664,21
1998 67329 -3 -205456 9 64995,95
1999 75862 -2 -151724 4 67327,66
2000 74916 -1 -74916 1 69659,37
2001 71378 0 0 0 71991,08
2002 74661 1 74661 1 74322,79
2003 81665,62 2 163331,24 4 76654,5
2004 82725,12 3 248175,36 9 78986,21
2005 80071.97 4 320287,88 16 81317,92
2006 74126,16 5 370630,8 25 83649,63
Total 791901,87 0 256488,28 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
59
Grafik IV.6
Prediksi Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri
Pemerintah Tahun Anggaran 2007-2011 (milyaran)
81000
84000
87000
90000
93000
96000
99000
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Trend kenaikkan jumlah hutang pemerintah yang terus meningkat
rata-rata sebesar3,21% dari tahun ketahun terjadi karena interversi politik
yang selalu menyertai segala upaya penyelesaian program restrukturisasi
perbankkan dan perusahaan, namun pemerintah juga dapat membangun
perekonomian yang berupa pengentasan kemiskinan, menghapus
kesenjangan antar daerah, pemerataan akses informasi ekonomi,
pengelolaan utang sebagai pendorong informasi, menghapus kecurangan
perusahaan dan menjinakkan kenaikan harga bahan pokok. Dengan
sendirinya utang bertambah besar karena penundaan dan ikonsistensi
dalam upaya menjalankan program pemulihan ekonomi, selain
memperlambat pemulihan ekonomi, sikap seperti ini menambah biaya
yang harus di tanggung perekonomian. Selain itu sebab meningkatnya
hutang luar negeri juga dipengaruhi oleh aktifnya pinjaman di pasar uang
60
yang dilakukan negara negara di Asia selatan serta besarnya arus kredit
jaminan ekspor ditambah pula dengan adannya penundaan pembayaran
utang pokok negara- negara tersebut dan depresi As dollar. Pemerintah
dihadapkan pada segudang permasalahan politik dan ekonomi. Berbagai
persoalan ekonomi menghadang, seperti inflasi yang sangat tinggi,
infrastruktur yang rusak parah, cadangan devisa yang sangat tipis,
birokrasi pemerintah yang tidak tertip (berita tahun 2000). Kondisi
tersebut mendorong pemerintah untuk memulai dengan pembangunan
nasional dengan memprioritaskan pada pembangunan bidang ekonomi,
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ada empat dasar bagi kebijakan penggunaan dana pinjaman luar
negeri di Indonesia yang harus menjadi perhatian serius sehubungan
dengan kecenderungan meningkatnya jumlah hutang luar negeri Indonesia
adalah
1. Hutang luar negeri hanya akan digunakan semata mata sebagai
pelengkap bagi dana pembangunan.
2. Dalam persetujuan utang luar negeri tidak ada kaitan yang bersifat
politik yang dinilai akan mengganggu kesinambungan pembangunan
ekonomi dalam negeri
3. Diutamakan pinjaman yang bersifat ringan dengan periode
pengembalian yang lebih longgar
4. memperhatikan batas- batas kemampuan pinjaman yang diperoleh
61
2. Pembahasan Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri
Swasta Tahun Anggaran 1996-2006
Tabel IV.7
Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta
Tahun Anggaran 1996-2006 (milyaran)
Tahun Anggaran
Jumlah hutang luar negeri swasta
(Y)
Tahun ( X )
XY X Y1
1996 54868 -5 -274340 25 75266,68
1997 82223 -4 -328892 16 72715,38
1998 83557 -3 -250671 9 70164,08
1999 72236 -2 -144472 4 67612,78
2000 66777 -1 -66777 1 65061,48
2001 61696 0 0 0 62510,18
2002 56682 1 56682.00 1 59958,88
2003 53734,89 2 107469,78 4 57407,58
2004 54126,38 3 162379,14 9 54856,28
2005 50580,13 4 202320,52 16 52304,98
2006 51131,62 5 255658,25 25 49753,68
total 687612,02 0 -280642,46 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & LaporanTahunan BI
1996- 2006
62
Grafik IV.7
Prediksi Trend Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta
Tahun Anggaran 2007-2011 (milyaran)
0
10000
20000
30000
40000
50000
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Trend penurunan jumlah hutang swasta yang terus menurun rata-
rata sebesar 3,75% dari tahun ketahun terjadi karena dana- dana investasi
tersebut langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau
mengadakan alat- alat fasilitas produksi dan sebagainya. Logikanya adalah
hutang digunakan untuk membeli bahan baku dan alat produksi dimana
bahan baku dan alat produksi tersebut akan digunakan untuk memproduksi
suatu barang, kemudian hasil barang produksi tersebut dijual, maka akan
mendapatkan keuntungan, dimana keuntungan tersebut akan digunakan
untuk membayar cicilan hutang, dengan demikian hutang menjadi turun.
Suatu negara yang beban hutang luar negerinya sudah banyak,
pemerintahannya tidak stabil dan reformasi ekonominya masih dalam
tahap- tahap awal, dapat dipastikan memiliki resiko hilangnya modal yang
sangat besar, sehingga wajar jika negara ini sangat sulit mendapatkan dana
63
investasi dari negara-negara lain. Kita harus menyadari bahwa perusahaan-
perusahaan multinasional tidak tertarik untuk menunjang usaha
pembangunan suatu negara. Perhatian mereka hanya tertuju kepada upaya
memaksimalisasi keuntungan atau tingkat hasil finansial atas setiap sen
modal yang mereka tanamkan perusahaan- perusahaan multinasional itu
senantiasa mencari peluang ekonomi yang paling menguntungkan dan
mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi perhatian kepada soal- soal
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan lonjakan penggangguran.
Pelaksanaan pembangunan diperlukan modal yang tak sedikit. Potensi
dana dalam negeri tidak akan mencukupi sehingga perlu melibatkan modal
asing. Keadaan ini melahirkan Penanaman Modal Asing dengan tujuan
untuk menarik Investasi asing ke Indonesia. Investasi langsung saja belum
memadai, karena investasi dari sektor swasta masuk ke sektor-sektor yang
menguntungkan. Sektor-sektor seperti pembangunan kembali infrastruktur
yang rusak parah akibat pergolakan politik, tentu tidak dinikmati oleh
investor swasta asing dan domestik, maka tidak bisa dihindari perlunya
pemasukkan modal asing lewat hutang yang memungkinkan pemerintah
untuk menggalang modal dalam waktu yang relatif singkat.
64
3. Pembahasan Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan
Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun 1996- 2006
Tabel IV.7
Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996-2011
(milyaran)
Tahun Anggaran
Pembayaran pokok dan bunga pinjaman pemerintah (Y)
Tahun (X)
XY X2 Y1
1996 8997 -5 -44985 25 6637,5
1997 7273 -4 -29092 16 6125,09
1998 5905 -3 -17715 9 5612,68
1999 5800 -2 -11600 4 5100,27
2000 1186 -1 -1186 1 4587,86
2001 2200 0 0 0 4075,45
2002 1947 1 1947 1 3563,04
2003 1518 2 3036 4 3050,63
2004 2586 3 7758 9 2538,22
2005 1618 4 6472 16 2025,81
2006 5800 5 29000 25 1513,4
Total 44830 0 -56365 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
65
Grafik IV.8
Prediksi Perkembangan Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun 2007-2011 (milyaran)
-1500
-1000
-500
0
500
1000
1500
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Beban cicilan dan bunga dari tahun mengalami penurunan rata-
rata sebesar 13,57% karena secara tidak langsung masyarakat terkena
dampaknya dengan berkurangnya proporsi yang berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat secara langsung masyarakat menanggung beban
pembayaran utang tersebut dari pajak yang ditarik oleh pemerintah. Pajak
pada dasarnya adalah pembayaran tidak langsung atas jasa- jasa yang telah
diberikan oleh pemerintah, seperti penyediaan barang publik, yaitu jalan
atau jasa keamanan yang di sediakan tentara atau polisi. Pembayaran
cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah membebani neraca modal.
Bunga dan cicilan pembayaran dari tahun mengalami penurunan, dengan
demikian semakin kecil angka presentasi semakin kecil pula beban yang
ditanggung, bila semakin besar angka presentasi semakin besar pula beban
hutang yang ditanggung.
66
4. Pembahasan Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan
Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri Swasta Tahun Anggaran 1996-
2006
Tabel IV.9
Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Swasta Tahun Anggaran 1996-2011 (milyaran)
Tahun anggaran
Pembayarn pokok dan bunga pinjaman
swasta (Y)
Tahun (X)
XY X2 Y1
1996 3773 -5 -18865 25 2521,6
1997 3329 -4 -13276 16 2505,28
1998 3424 -3 -10272 9 2488,96
1999 5312 -2 -10624 3 2472,64
2000 609 -1 -609 1 2456,32
2001 1136 0 0 0 2440
2002 1065 1 1065 1 2423,68
2003 1128 2 2256 4 2407,36
2004 1383 3 4149 9 2391,04
2005 1804 4 7216 16 2374,72
2006 1433 5 7165 25 2358,04
Total 26840 0 -1795 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
67
Grafik IV.9
Prediksi Perkembangan Pembayaran Pokok dan Cicilan Hutang
Luar Negeri Swasta Tahun 2007-2011 (milyaran)
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Beban dan cicilan pembayaran mengalami penurunan rata- rata
sebesar 14,20% disebabkan karena arus bersih sumber-sumber
pembiayaan yang masuk dari luar negeri sering pula dijadikan patokan
sebagai sumber-sumber luar negeri yang dapat digunakan sebagai
penopang pembangunan nasional. Untuk mendapatkan arus masuk bersih
sumber-sumber pembiayaan dari luar negeri haruslah di perhitungkan
pembayaran jasa- jasa modal yang dibayarkan keluar negeri yang terdiri
dari bunga modal dan keuntungan modal. Beban dan cicilan pembayaran
dari tahun mengalami penurunan, dengan demikian semakin kecil angka
presentasinya semakin kecil pula beban hutang yang ditanggung, bila
semakin besar angka presentasinya semakin besar pula beban hutang yang
ditanggung.
68
5. Pembahasan Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Tahun
Anggaran 1996-2006
Tabel IV.10
Trend Perkembangan Jumlah Posisi NettoTahun Anggaran
1996-2011 (milyaran)
Tahun
anggaran Penerimaan
netto (Y) Tahun
(Y) XY X2 Y1
1996 97041 -5 -487005 -25 140481,4
1997 124495 -4 -497980 -16 135826,9
1998 141557 -3 -424671 -9 131172,4
1999 136986 -2 -273912 -4 126517,9
2000 139798 -1 -139898 -1 121863,41
2001 129738 0 0 0 117208,9
2002 128331 1 128331 1 112554,4
2003 132754,51 2 265509,02 4 107900,9
2004 122882,5 3 368647,5 9 103245,4
2005 127230,1 4 508920,4 16 98590,9
2006 8024,78 5 40123,9 25 93936,4
Total 1289297,89 0 -511994,18 110
Sumber : Nota Keuangan RI Tahun 1996-2006 & Laporan Tahunan BI
1996-2006
69
Grafik IV.10
Prediksi Trend Perkembangan Posisi Netto Hutang Luar Negeri
Tahun Anggaran 2007-2011 (milyaran)
0
20000
40000
60000
80000
100000
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Ju
mla
h
Penerimaan netto yang menurun rata-rata sebesar 3,94% dari tahun
ke tahun disebabkan oleh pinjaman pokok pada masa sebelumnya secara
berurutan jatuh tempo, tingkat bunga yang harus dibayar ditahun-tahun
mendatang diramalkan akan meningkat. Tingkat bunga pinjaman yang
mengambang, beban pembayaran hutang dengan sistem bunga
mengambang selalu disesuaikan dengan tingkat bunga yang berlaku di
pasar. Penyesuaian biasanya dilakukan tiap 3 atau 6 bulan sekali. Besarnya
bunga yang ditanggung pemerintah menimbulkan kekhawatiran bahwa
Indonesia dapat terjerat dalam kesulitan membayar hutang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut
1. Trend perkembangan jumlah hutang luar negeri pemerintah mengalami
peningkatan sebesar 3,21%.
2. Trend perkembangan jumlah hutang luar negeri swasta mengalami
penurunan sebesar 3,75%.
3. Trend Perkembangan Pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar
negeri pemerintah mengalami penurunan sebesar 13,57%.
4. Trend perkembangan pembayaran bunga dan cicilan pokok swasta
mengalami penurunan sebesar 14,20%.
5. Trend perkembangan jumlah posisis netto mengalami penurunan rata- rata
sebesar 3,94%.
B. Saran
Dengan melihat hasil dan kesimpulan tersebut di atas, penulis dapat
memberikan saran yang mungkin dapat digunakan sebagai pertimbangan:
1. Pemerintah perlu membuat perencanaan dan penyusunan skedul jangka
panjang untuk pengelolaan hutang luar negeri.
71
2. Perlu komitmen tiap-tiap pemerintahan untuk taat mengurangi penggunaan
hutang luar negeri sebagai pembiayaan defisit menuju pemerintahan bebas
hutang luar negeri.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moh Rasad.1996. Prospek Ekonomi Indonesia 1996- 1997. Universitas Indonesia
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga
Daidumi, Darmawan dkk. 1984. Kamus Istilah Ekonomi, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Dajan, Anton. 1986. pengantar metode statistik, Jakarta: LP3S
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar
Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta: LP3ES
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia, Yogyakarta: Erlangga.
Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro, Yogyakarta: Kanisius
http//www.bi.go.id/biweb/Templates/Dynamic/DataStatCat.
Kompas, Senin, 11januari 2006. Utang Luar Negeri Tim Monitoring Targetkan
Rasio 30 persen Dari PDB.
Laporan Tahunan BI 1996- 2006
Kamaludin, Rustam, 1989. Beberapa aspek perkembangan ekonomi nasional, Universitas Indonesia
Rusli, Ramli dkk. 1985. Kamus Istilah Niaga, PPPB
Michael P. Todaro. 1998. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Jakarta: Erlangga.
Nota Keuangan RI Tahun 1996- 2006
Sri lestari. 1995. Analisis APBN mengenai hutang luar negeri tahun anggaran
1969/1970- 1993/1994.
Suharsimi, Arikunto. 1981. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Redika Cipta.
Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan dasar
kebijakan, Medan: Borta Gorat
73
Suparmoko, M. 2000. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: BPFE
Sutrisno, Hadi. 1992. Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset
Tawang Alun. 1987. Analisis ekonomi utang luar negeri, Jakarta: LP3ES
74
Home
Tentang Portal BI
Syarat-syarat
English version
cari data
�
Home > Data Statistik
�5���� ���"�&�� 6)�� ���
/7����� '�� 8)���������
(Juta USD/Millions of USD)
�&������ - ()� 9)&���*:5;��&�� - ()� <5���
Time Series Graphics Periode Nilai 1996 Dec. 55303 1997 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 53864 1998 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 67329 1999 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 75862 2000 Mar. 75290 Jun. 76487 Sep. 75408 Dec. 74916 2001 Mar. 72336 Jun. 72495 Sep. 75184
75
Dec. 71378 2002 Mar. 71676 Jun. 74154 Sep. 73464 Dec. 74661 2003 Mar. 74512.98 Jun. 76007.59 Sep. 77708.67 Dec. 81665.12 2004 Mar. 82112.51 Jun. 79544.96 Sep. 78671.22 Dec. 82725.12 2005 Mar. 80240.75 Jun. 78133.88 Sep. 77694.16 Dec. 80071.97 2006 Mar. 83399.49 Jun. 78838.58 Sep. 77482.57 Dec. 74126.16
Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10350 Indonesia Telp : (62-21) 381-7317 Fax : (62-21) 350-1867 © 2004 Hak Cipta Bank Indonesia Links | Syarat & Kondisi| Kontak BI | Peta Situs
76
Home
Tentang Portal BI
Syarat-syarat
English version
cari data
�
Home > Data Statistik
�5���� ���"�&�� 6)�� ���
/7����� '�� 8)���������
(Juta USD/Millions of USD)
( = � � � � - ()� 9)&���*� � 1 ; � � - ()� <5���
Time Series Graphics Periode Nilai 1996 Dec. 54868 1997 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 82223 1998 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 83557 1999 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 72236 2000 Mar. 68991 Jun. 67677 Sep. 65384 Dec. 66777 2001 Mar. 66543
77
Jun. 66352 Sep. 62593 Dec. 61696 2002 Mar. 59879 Jun. 57979 Sep. 57826 Dec. 56682 2003 Mar. 54952.63 Jun. 54577.82 Sep. 54243.73 Dec. 53734.89 2004 Mar. 54566.76 Jun. 53833.18 Sep. 54299.01 Dec. 54126.38 2005 Mar. 54121.52 Jun. 50221.14 Sep. 51065.08 Dec. 50580.13 2006 Mar. 51227.65 Jun. 51095.58 Sep. 50046.13 Dec. 51131.62
Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10350 Indonesia Telp : (62-21) 381-7317 Fax : (62-21) 350-1867 © 2004 Hak Cipta Bank Indonesia Links | Syarat & Kondisi| Kontak BI | Peta Situs
78
Home
Tentang Portal BI
Syarat-syarat
English version
cari data
�
Home > Data Statistik
�&��0���� �5�5� ��� �)��� ���"�&��
6)�� ���
/7����� '�� ���0&��
(Juta USD/Millions of USD)
�&������ - ()� 9)&���*:5;��&�� - ()� <5���
Time Series Graphics Periode Nilai 1996 Dec. 8997 1997 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 7273 1998 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 5905 1999 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 5800 2000 Mar. 1761 Jun. 1068 Sep. 1298 Dec. 1186 2001 Mar. 1682 Jun. 1476 Sep. 1690 Dec. 2200
79
2002 Mar. 1821 Jun. 1942 Sep. 1664 Dec. 1947 2003 Mar. 1448 Jun. 2026 Sep. 1459 Dec. 1518 2004 Mar. 2062 Jun. 2301 Sep. 2083 Dec. 2586 2005 Mar. 2248 Jun. 1543 Sep. 1825 Dec. 1618 2006 Mar. 2577 Jun. 6170 Sep. 2510 Dec. 5800
Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10350 Indonesia Telp : (62-21) 381-7317 Fax : (62-21) 350-1867 © 2004 Hak Cipta Bank Indonesia Links | Syarat & Kondisi| Kontak BI | Peta Situs
80
Home
Tentang Portal BI
Syarat-syarat
English version
cari data
�
Home > Data Statistik
�&��0���� �5�5� ��� �)��� ���"�&��
6)�� ��� /7����� '�� ���0&��
(Juta USD/Millions of USD)
( = � � � � - 6&���� %)����� - � � � � -
()� 9)&���*� � 1 ; � � - >����?���
1�����)��5� - ���� - ()� <5���
Time Series Graphics
Periode Nilai 1996 Dec. 3773 1997 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 3319 1998 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 3424 1999 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 5312 2000 Mar. 993 Jun. 772 Sep. 1378 Dec. 609 2001 Mar. 531
81
Jun. 654 Sep. 1802 Dec. 1136 2002 Mar. 977 Jun. 1271 Sep. 1511 Dec. 1065 2003 Mar. 861 Jun. 2012 Sep. 1077 Dec. 1128 2004 Mar. 1563 Jun. 2611 Sep. 958 Dec. 1383 2005 Mar. 1019 Jun. 3231 Sep. 1758 Dec. 1804 2006 Mar. 1694 Jun. 3197 Sep. 2495 Dec. 1433
Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10350 Indonesia Telp : (62-21) 381-7317 Fax : (62-21) 350-1867 © 2004 Hak Cipta Bank Indonesia Links | Syarat & Kondisi| Kontak BI | Peta Situs
82
Home
Tentang Portal BI
Syarat-syarat
English version
cari data
�
Home > Data Statistik
����&��� ��5 �)���� 6)�� ���
/7����� '�� ���0&��
(Juta USD/Millions of USD)
��5 - ()� 9)&���*:5;��&�� - ()� <5���
Time Series Graphics Periode Nilai 1996 Dec. 97041 1997 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 124495 1998 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 141557 1999 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 136986 2000 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 139798 2001 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 129738 2002 Mar. 0 Jun. 0
83
Sep. 0 Dec. 128331 2003 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 132754,51 2004 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 122882,5 2005 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 127230,1 2006 Mar. 0 Jun. 0 Sep. 0 Dec. 8024,78
Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10350 Indonesia Telp : (62-21) 381-7317 Fax : (62-21) 350-1867 © 2004 Hak Cipta Bank Indonesia Links | Syarat & Kondisi| Kontak BI | Peta Situs